You are on page 1of 3

Fake smile

“pagi ma,” sapa Kinan sambil mencium pipi wanita paruh baya yang sedang mengoleskan
mentega ke roti.

“pagi sayang, hari ini kuliah pagi lagi,” balas mamanya.

“iya ma, mana dosennya killer lagi. Coba mama pikir dosen Kinan itu nggak segan-segan
mengusir mahasiswa yang telat datang 1 menit dari diri dia, parah kan?,” kata Kinan heboh.
Mamanya tersenyum sambil menaruh roti ke piring Kinan.

“kalau gitu, aku nebeng yah kak,” kata seseorang membuat Kinan berbalik.

“nggak mau, bisa-bisa kakak telat kalau nganterin kamu dulu,” kata Kinan menguyah
rotinya.

“ayolah kak, sekolah aku dan kampus kakak kan searah, hitung-hitung hemat ongkos,” kata
Tio, adiknya Kinan, dengan muka memelas. Kinan menunjuk dahinya seperti para ahli kalau lagi
berpikir,menurut Kinan, yang membuat mamanya tersenyum lebar melihat tingkah konyol anak
gadisnya ini.

“come on my beloved sister ,save me, ” kata Tio sambil berlutut dan memegang tangan
Kinan dramatis.Kinan memonyongkan mulutnya, masih dalam posisi tadi. Mamanya hanya geleng-
geleng kepala menlihat tingkah kedua anaknya yang bermain opera sabun dadakan.

“ baiklah wahai adikku nan tampan,” kata Kinan yang sukses membuat mamanya terbahak.
Kinan dan Tio menatap mamanya heran.

“sudah kalian berdua, mama udah nggak tahan melihat kalian berdua,” kata mama setelah
bisa menguasai diri. “kalian akan telat kalu main terus,” lanjutnya. Kinan menatap jam dinding, 7.15
waktu yang tertera disana.

“HAH...,” teriak Kinan. “ Tio kamu nggak usah sarapan, kita berangkat sekarang,” katanya
lagi lalu meminum jus jeruknya.

“tapi....,” protes Tio. Dia bahkan belum menyentuh sarapannya.

“nanti kakak kasih uang jajan,” kata Kinan mengambil ransel . Kinan meraih tangan
mamanya dan mencium punggung tangan yang mulai keriput itu. Air muka Kinan berubah sebentar
tapi segara berubah ceria saat akan mencium pipi mamanya.

“deal,” kata Tio ceria mengikuti Kinan mencium tangan mamanya. “ mamaku sayang kami
berangkat yah,” katanya lagi sambil mencium pipi mamanya dan memeluknya. Tio berlari menyusul
Kinan yang sudah berada di depan rumah dengan motor matiknya.

“Tio kamu yang bawa,” kata Kinan sambil menyerahkan helm ke Tio.

“oke sister,” balasnya ceria. Tio menyalakan mesin motor , Kinan dengan segera naik dan
memegang bahu adiknya.
“kalian hati-hati yah,” kata mamanya yang sudah ada di teras rumah.

“oke ma,” kata mereka bersamaan. Mama kembali ke dalam rumah setelah mereka
menghilang di belokan.

“dasar anak-anak nakal,” kata mama sambil tersenyum lembut saat melihat foto kecil
kedua anaknya itu di ruang tamu. Padahal setahun yang lalu mereka saling benci dan hobinya
bertengkar terus.Mama lalu menatap pigura besar yang tergantung di tengah ruangan. “mas mereka
udah berubah. Sekarang mereka saling menjaga satu sama lain,” kata mama lagi. Sebutir kristal
bening membasahi pipi wanita paruh baya itu.

“thanks udah mau nganterin gue,” kata Tio dengan nada suara berbeda dari sebelumnya.

“bukan apa-apa, makasih juga karena udah bikin mama ketawa,” kata Kinan dingin dan
melepas tangannya yang memegang bahu Tio.

“gue juga pengen mama kita yang dulu balik, mama yang selalu senyum dan bahagia,” kata
Tio sambil menghentikan motor di lampu merah. “aku tahu kalau tingkah kakak berubah konyol di
rumah hanya untuk menghibur mama,” lanjutnya. Kinan tidak membalas ucapan adiknya yang tepat
sasaran.

“gue juga tahu kalau lo bohong tentang kuliah pagi, lo kerja part time dan kuliah sore
kan?,” kata Tio yang melanjutnya perjalanan saat lampu hijau.

“lo tahu darimana?,” tanya Kinan panik.

“dua hari yang lalu gue ngeliat lo jadi kasir di cafe depan rumah teman gue ,” kata Tio
pelan. “kenapa lo nggak jujur sama mama?,” lanjut Tio membuat Kinan tersentak. Kinan tidak
menyangka kalau saudaranya itu akan melihatnya.

“bukan urusan lo. Lagipula lo benci sama gue kan? ,” kata Kinan dingin. Tio menepikan
motornya, turun dari motor. Berbalik dan menatap Kinan dalam.

“sebenci-bencinya gue sama lo, lo tetap kakak gue yang harus gue jaga seperti gue jagain
mama,” kata Tio bersungguh-sungguh. “lo tahu sebelum papa pergi dia pernah bilang sama gue buat
jagain kalian berdua kalau ada apa-apa sama dia,” lanjut Tio. Air mukanya berubah sendu. Kinan
menatap mata Tio dan tidak menemukan kebohongan di sana. Ternyata Tio benar-benar sudah
menerimanya.

“gue...gue cuman nggak mau nambah beban mama. Bulan Juli nanti, lo bakal kuliah kan?
Mama bakal kualahan kalu biayain kuliah kita berdua sendirian. Jadi gue pengen biayain kuliah gue
sendiri dan ngusahain biar gue bisa dapet beasiswa dari kampus,” kata Kinan sambil menunduk. Tio
memalingkan mukanya dari Kinan. Kinan, kakak yang selama ini makhluk paling menyebalkan, paling
egois dan tidak pernah mengganggapnya seorang adik ternyata..

“lo tenang aja, masalah itu biar gue yang ngurus,” kata Tio sambil menepuk kepala Kinan
pelan. Kinan menatap Tio yang ternyata tersenyum lembut padanya. Kinan menepis tangan Tio.
“lo pasti nggak mau kuliah kan? Gue nggak setuju kalau itu cara lo buat nyelesein masalah
ini. Lo itu lebih pinter dari gue, jadi lo harus kuliah,” kata Kinan membuat Tio tertawa lepas. Kinan
menatapnya bingung.

“siapa juga yang nggak mau kuliah. Seperti kata lo, gue ini pinter. Gue lolos di salah satu
universitas disini plus dapet beasiswa penuh,” kata Tio masih dengan muka geli. Kinan hanya
melongo.

“beneran?,” kata Kinan setelah beberapa saat terdiam. Tio kembali tertawa melihat
ekspresi saudaranya.

“iya, jadi aku mau kakak berhenti kerja, aku nggak mau terjaid sesuatu sama kakak.
Sekarang tinggal kita bertiga, kita harus saling jaga,” kata Tio membuat Kinan hampir menangis. Ini
adalah pertama kalinya Tio memanggilnya sebutan “kakak” disaat mereka hanya berdua.

“oh iya, aku juga harap kakak juga berhenti tersenyum bukan dari hati. Bukan itu yang
benar-benar mama butuh sekarang,” kata Tio naik ke motor. Sekarang Kinan benar-benar sudah
menangis. Tio yang ingin nyalakan motor berbalik dan melihat kakaknya. Tio kembali dan menepuk
kepala Kinan.

You might also like