You are on page 1of 18

ALAT-ALAT PENELITIAN

Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah
Metode Penelitian Pendidikan
yang dibimbing oleh Prof. Dra. Herawati Susilo, M.Sc, Ph.D.

Oleh:
Kelompok 1 / Offering A
Gissa Adela P. W. (150341600860)
Najatul Ubadati (150341603634)
Regia Ilmahani (150341600415)
Umar Hanif (150341603597)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Februari, 2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam melakukan suatu pekerjaan setiap orang membutuhkan suatu alat
untuk dapat bekerja secara efisien. Setiap profesi memiliki alat-alat tertentu untuk
melakukan pekerja spesifik. Demikian juga peneliti yang memerlukan suatu alat
untuk melakukan rencana dan mencapai tujuannya. Alat dalam penilitian tersebut
beragam jenisnya tergantung dari disiplin ilmu. Alat-alat tersebut dipilih untuk
memfasilitasi pekerjaan yang ditangani dan seringkali sangat dibutuhkan untuk
menyelesaikan penelitin tersebut (Leedy, 2005).
Mahasiswa tidak lepas dengan proses penelitian yang membutuhkan alat-
alat penelitian. Dengan mengetahui berbagai macam alat penelitian tersebut
diharapkan dapat membantu dalam menyelasaikan suatu proyek penelitian. Oleh
karena itu, disusun makalah yang berjudul “Menganalisis Alat-Alat Penilitian.”.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa pengertian alat penelitian ?
2. Apa saja macam-macam alat penelitian beserta aplikasinya ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dari
penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Menjelaskan pengertian dari alat penelitian.
2. Menjebarkan alat-alat penelitian beserta aplikasinya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Alat Penelitian


Terdapat perbedan antara alat penelitian dan metodologi penelitian yang
sering kali dianggap sama. Alat penelitian adalah mekanisme spesifik atau strategi
yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan, memanipulasi, atau menafsirkan
data. Metodologi penelitian adalah pendekatan umum yang diambil oleh peneliti
untuk mengangkat suatu proyek penelitian menjadi suatu hal yang lebih luas
pendekatan ini akan mengarahkan peneliti untuk memilih alat-alat penelitian yang
tepat.

2.2 Macam-Macam Alat Penelitian


2.2.1 Perpustakaan
Peran perpustakaan seolah hanya sebagai pelengkap. Tidak menyadari
bahwa peradaban bangsa tersimpan di perpustakaan. Berbagai bidang ilmu
pengetahuan tersimpan di perpustakaan, dan merupakan sumberdaya informasi
pengetahuan yang sangat besar (Firmansyah, 2015).
Pada beberapa waktu silam, sekitar tahun 1950-1960-an proses
penggunaan perpustakan merupakan kegiatan yang membutuhkan waktu yang
tidak cepat. Pada waktu itu orang yang ingin mencari jurnal sebagai bahan
pustaka harus melewati proses seperti mencari kartu kartu per kartu katalog yang
memuat index tentang artikel yang diinginkan, kemudian mencatat nomor pada
kartu tersebut yang akan membantu menemukan artikel yang dicari barulah
kemudian mencari rak lalu mencari artikel dengan volume yang diinginkan.
Buku yang ada di perpustakaan terekam dengan baik di katalog.
Kemudian, setiap dilakukan pencarian harus disesuaikan dengan volume atau
runtutan dari judul atau berdasarkan penulis buku. Metode pencarian masih sangat
manual. Akan tetapi, di zaman yang sudah modern ini, fungsi buku katalog sudah
digantikan oleh komputer atau katalog digital. Sehingga dibanding dengan jaman
dahulu bekerja di perpustakaan bisa menjadi lebih cepat. Kadang juga beberapa
perpustakaan telah menyediakan database online buku-buku, artikel, jurnal, paper
dan lain lain sehingga dapat di akses secara online.
Menurut Lewis (1988) dalam Leedy (2005) yang menyatakan bahwa tidak
hanya perpustakaan yang telah berubah, namun pandangan tentang pengetahuan
pun kini juga telah berubah. Perubahan juga terjadi pada berkurangnya tingkat
spesifitas penelitian dalam hal metodologi dan masalah yang diambil. Penelitian
yang dilakukan kebanyakan juga berhubungan dengan disiplin ilmu lain, yang
berarti untuk mengakses informasi dari disiplin ilmu lain juga harus lebih
dipermudah.
1. Katalog Perpustakaan, Indeks, Abstrak
Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, katalog perpustakaan
merupakan bagian penting dari sebuah perpustakaan. Katalog biasanya akan
disejajarkan dengan indeks dan abstrak. Ketiga alat tersebut, berperan penting
sebagai alat-alat penelitian dari perpustakaan.
Bagian lain yang penting dari perpustakaan adalah pustakawan yang mana
segala informasi dari perpustakaan bisa diperoleh dari seorang pustakawan. Selain
itu, pencarian bisa dilakukan secara langsung melalui rak buku yang tersedia. Rak
buku perpustakaan sudah diberi label dengan urutan buku dan sudah disesuaikan
susunan yang ada pada katalog.
2.2.2 Komputer dan Software
1. Internet
Perkembangan teknologi informasi saat ini telah menjalar dan memasuki
setiap dimensi aspek kehidupan manusia. Teknolgi informasi saat ini memainkan
peran yang besar didalam kegiatan bisnis, perubahan sturktur organisasi, dan
mannajemen organisasi. Dilain pihak, teknologi informasi juga memberikan
peranan yang besar dalam pengembangan keilmuan dan menjadi sarana utama
dalam suatu institusi akademik. Teknologi internet hadir sebagai media yang
multifungsi. Komunikasi melalui internet dapat dilakukan secara interpesonal
(misalnya e-mail dan chatting) atau secara masal, yang dikenal one to many
communication (misalnya mailing list). Internet juga mampu hadir secara real
time audio visual seperti pada metoda konvensional dengan adanya aplikasi
telekonferensi.
a. World Wide Web
WWW merupakan singkatan dari kata World Wide Web. Jika diartikan
kata demi kata mka World artinya dunia, Wide berarti raksasa atau berukuran
besar, dan Web merupakan sebuah sistem yang digunakan untuk mengirim
dokumen maupun data ke jaringan internet. Dari arti penggabungan kata tersebut
maka WWW dapat diartikan sebagai sebuah system yang digunakan untuk
menyebarkan atau mengirimkan data ke jaringan internet dengan skala yang besar
yang berada diseluruh pemjuru dunia.
Melalui program ini, diharapkan penelitian akan terselenggara dengan
mudah. WWW berperan penting sebagai salah satu fasilitas dari internet yang
memudahkan peneliti untuk mengakses berbagai macam informasi. Selain itu,
program ini sangat berperan penting bagi peneliti dalam berbagi arsip kepenelitian
untuk dijadikan rujukan atau acuan dalam penelitian.
b. Electronic Mail (E-mail)
Elektronik mail atau e-mail mempermudah kita dalam berkomunikasi antar
daerah, provinsi bahkan antar negara dalam waktu yang relatif singkat. Pada
jaman dahulu orang yang ingin berkomunikasi jarak jauh mengalami kesulitan
karena harus berkirim surat melalui kantor pos dan menunggu lama. Sekarang
hanya dalam hitungan menit surat sudah dapat dikirim dari satu negara ke negara
lain. Walaupun kebanyakan pesan e-mail mengandung penyataan atau pertanyaan
pendek, e-mail memungkinkan penggunanya untuk mengirim atau menerima
pesan yang lebih panjang dengan menambahkan sebuah lampiran (attachment).
Teknologi e-mail dapat memfasilitasi kolaborasi antara orang-orang yang
memiliki minat yang sama, memungkinkan untuk tidak memerlukan pertemuan
secara langsung.
c. News (Berita)
Berita adalah fitur yang menampilkan berita atau informasi secara luas,
orang-orang dapat memberikan komentar dan berdiskusi dengan topik tertentu.
Selain itu terdapat list servers. List servers merupakan mailing list, dan akan
memberikan e-mail pada orang yag sudah terdaftar didalamnya. Dengan list
server ini orang juga bisa berdiskusi secara luas dengan topik yang diminati.
2.2.3 Pengukuran
Pengukuran adalah membatasi data dari berbagai fenomena—substansial
maupun tidak substansial—sehingga data tersebut dapat ditafsirkan, dan pada
akhirnya dibandingkan untuk mendapatkan standar kualitatif dan kuantitatif yang
di setujui (Leedy, 2005).
Dari pengertian diatas dapat dijabarkan bahwa ketika mengukur sesuatu
akan ada hal-hal yang ditentukan batasannya yang dapat menahan data. Kita
mendirikan penghalang antara data yang dapat dimasukkan dan yang tidak. Dalam
pengukuran ada hal yang substansial maupun yang tidak substansial. Hal-hal yang
diukur dalam pengukuran substansial adalah hal-hal yang memiliki dasar yang
jelas secara fisik. Contoh pengukuran substansial adalah ahli kimia yang
mengukur massa sebuah senyawa sebelum dan sesudah bereaksi dan seorang
insinyur yang mengukur rentang jembatan. Dalam pengukuran tidak substansial
yang diukur berupa konsep, ide, opini, perasaan, atau hal yang tidak berwujud
lainnya. Contoh pengukuran tidak substansial adalah mengukur kesehatan
ekonomi bisnis dan sejauh mana siswa telah belajar. Pengukuran tersebut tidak
dapat hanya diukur dengan ukuran pita atau skala namun menggunakan Dow-
Jones Indeks, tes pencapaian, kuesioner, atau wawancara.
Data yang telah ditafsirkan menunjukkan bahwa data-data tersebut telah
ditransformasikan menjadi penemuan kecil, wahyu, pencerahan, dan pengetahuan
yang belum pernah didapatkan oleh peneliti sebelumnya. Peneliti harus memiliki
cita-cita, arah yang benar, titik pendahuluan. Dalam penelitian disebut dengan
standar norma, rata-rata, dan akurasi deskripsi. Pengukuran pada dasarnya
merupakan proses dalam membandingkan antara sesuatu atau konsep yang diukur
terhadap titik batasan. Data yang diuji secara statistika secara terus-menerus di
tafsirkan dengan perbedaan dalam norma statistika.
1. Empat skala dalam pengukuran
Skala pengukuran akan dapat mendikte prosedur statistika yang dapat
digunakan dalam memproses data. Berikut adalah empat macam skala dalam
pengukuran.
a. Skala Nominal
Skala nominal adalah pengelompokkan atau pengkategorisasian fenomena
atau kejadian ke dalam kelas-kelas atau kategori, sehingga yang masuk dalam satu
kelas atau kategori adalah sama dalam hal atribut atau sifat (Djali, 2007). Skala
pengukuran nominal digunakan untuk mengklasifikasikan obyek, individual atau
kelompok (Churchill, 2005). Nomor jaminan sosial seseorang, nomor punggung
pemain sepak bola, loker, dan lain-lain adalah suatu skala nominal. Demikian
juga, jika dalam suatu penelitian tertentu pria diberikan kode 1 dan wanita
mendapat kode 2, untuk mengetahui jenis kelamin seseorang adalah melihat
apakah orang ini berkode 1 atau 2. Angka-angka tersebut tidak mewakili hal lain
kecuali jenis kelamin seseorang. Wanita, meskipun mendapat angka yang lebih
tinggi, tidak berarti “lebih baik” dibanding pria, atau “lebih banyak” dari pria.
Kita boleh saja membalik prosedur pemberian kode sehingga wanita berkode 1
dan pria berkode 2.
Dengan skala ini kita dapat menemukan presentase dari orang-orang dalam
beragam subkelompok didalam sebuah kelompok total. Sebagai contoh kita dapat
menghitung presentase jumlah anak laki-laki dan perempuan dalam sebuah kelas.
Kita dapat menggunakan tes chi-square untuk membandingkan frekuensi relatif
dari orang-orang pada kategori yang beragam.
b. Skala Ordinal
Pada jenis skala pengukuran ini, angka yang diberikan mengandung
pengertian tingkatan. Skala ini tidak memberikan nilai yang absolut terhadap
objek, tetapi hanya memberikan urutan (ranking) saja (Nazir, 2005). Data ordinal
ialah data yang sudah diurutkan dari jenjang yang paling rendah sampai ke
jenjang yang paling tinggi, atau sebalikntya tergantung peringkat selera
pengukuran yang subjektif terhadap objek tertentu. Kita dapat menyatakan bahwa
saya lebih suka jeruk A daripada Jeruk B meskipun sama-sama tergolong jenis
jeruk. Selanjutnya jeruk B kita beri bobot 1 dan jeruk A kita beri bobot 2.
Pembobotan biasanya merupakan urutannya. Oleh sebab itu, data ordinal disebut
juga sebagai data berurutan, data berjenjang, data berpangkat, data tata jenjang,
data ranks, dan data petala, data bertangga atau data bertingkat.
Contoh lainnya adalah urutan siswa di dalam kelas berdasarkan tinggi
badan, mulai dari paling tinggi ke paling rendah, siswa dengan badan paling tinggi
diberi urutan ke-1, kemudian di bawahnya diberi urutan ke-2, dan seterusnya.
Sebagai tambahan dalam perhitungan statistikanya kita dapat menambahkan data
nominal, sehingga kita dapat menentukan median.
c. Skala Interval
Pada skala interval, pembedaan peristiwa dapat diurutkan. Antara peringkat
satu dengan yang lain memiliki arti. Dengan kata lain, dapat dibuat dalam
peringkat data dapat pula dikuantitatifkan. Salah satu jenis pengukuran dimana
angka-angka yang dikenakan memungkinkan kita untuk membandingkan ukuran
dari selisih antara angka-angka. Selisih antara 1 dan 2 setara dengan selisih antara
2 dan 3, selisih antara 2 dan 4 dua kali lebih besar dari selisih antara 1 dan 2.
Contoh adalah skala temperature, misalnya temperature yang rendah pada suatu
hari adalah 40°F dan temperature yang tinggi adalah 80°F. Disini kta tidak dapat
mengatakan bahwa temperature yang tinggi dua kali lebih panas dibandingkan
temperature yang rendah karena jika skala Fahrenheit menjadi skala Celsius,
dimana C = (5F – 160) / 9, sehingga temperature yang rendah adalah 4,4°C dan
temperature yang tinggi adalah 26,6°C.
Contoh lain adalah interval nilai pelajaran Biologi pada suatu SMA adalah
0-100, bila siswa A dan B masing-masing memiliki nilai 45 dan 90 bukan berarti
tingkat kecerdasan B dua kali tingkat kecerdasan A meskipun nilai B dua kali
nilai A. Skala pengukuran interval memungkinkan adanya analisis statistic karena
merefleksikan jarak yang sama antara poin yang berdekatan, dan dapat
menggunakan perhitungan means, standar deviasi, dan korelasi produk momen
Pearson.
d. Skala Rasio
Karakteristik dari skala pengukuran rasio adalah adanya unit pengukuran
yang sama dan adanya nilai 0 yang mutlak, nilai 0 mutlak tersebut merupakan
skala yang merefleksikan ketidak hadiran total dari suatu karakteristik yang
diukur. salah satu jenis pengukuran yang memiliki nol alamiah atau nol absolute,
sehingga memungkinkan kita membandingkan magnitude angka-angka absolute.
Tinggi dan berat adalah dua contoh nyata disini. Seseorang yang memiliki berat
100 kg boleh dikatakan dua kali lebih berat dibandingkan seseorang yang
memiliki berat 50 kg, dan seseorang yang memiliki berat 150 kg tiga kali lebih
berat dibandingkan seseorang yang beratnya 50 kg. Dalam skala ratio nol
memiliki makna empiris absolute yaitu tidak satu pun dari property yang diukur
benar-bnar eksis. Contoh lain adalah berat badan Tuti 70 kg sedangkan berat Ina
35 kg yang berarti berat Tuti adalah dua kali berat Ina, sehingga berat Tuti dan
Ina adalah 1:2.
2. Validitas dan Realibilitas
a. Validitas
Menurut Azwar (1986), validitas berasal dari kata validity yang mempunyai
arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan
fungsi ukurnya. Suatu skala atau instrument dapat dikatakan memiliki validitas
yang tinggi apabila instrument tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau member
hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.
Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak
relevan dengan tujuan pengukurannya. Uji validitas digunakan untuk dapat
menunjukkan sejauh mana tingkat ketepatan penggunaan alat ukur tersebut
terhadap gejala yang ingin diukur. Kuesioner dapat dikatakan valid jika
pertanyaan dalam suatu angket atau kuesioner mampu untuk mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner atau angket tersebut. Uji validitas
dilakukan dengan mengkorelasikan skor item dengan skor total.
Validitas berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang
diukur, sehingga betul-betul mengukur apa yang seharusnya di ukur. Sebagai
contoh, ingin mengukur kemampuan siswa dalam matematika. Kemudian
diberikan soal dengan kalimat yang panjang dan yang berbelit belit sehingga
sukar ditangkap maknanya. Akhimya siswa tidak dapat menjawab, akibat tidak
memahami pertanyaannya. Contoh lain, peneliti ingin mengukur kemampuan
berbi¬cara, tapi ditanya mengenai tata bahasa atau kesusastraan seperti puisi atau
sajak. Pengukur tersebut tidak tepat (valid). Validitas tidak berlaku universal
sebab bergantung pada situasi dan tujuan penelitian. Instrumen yang telah valid
untuk suatu tujuan tertentu belum otomatis akan valid untuk tujuan yang lain.
b. Reabilitas
Menurut Sumadi Suryabrata (2004), reliabilitas menunjukkan sejauhmana
hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Hasil pengukuran harus
reliable dalam arti memiliki tingkat konsistensi dan kemantapan. Reliabilitas alat
ukur adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam mengukur apa yang
diukurnya. Artinya, kapan pun alat ukur tersebut digunakan akan memberikan
hasil ukur yang sama. Contoh paling nyata adalah timbangan atau meteran. Hal
yang sama terjadi untuk alat ukur suatu gejala, tingkah laku, ciri atau sifat
individu dan lain lain. Misalnya alat ukur prestasi belajar seperti tes hasil belajar,
alat ukur sikap, kuesioner dan lain lain, hendaknya meneliti sifat keajegan
tersebut. Tes hasil belajar dikatakan ajeg apabila hasil pengukuran saat ini
menunjukkan kesamaan hasil pada saat yang berlainan waktunya, terhadap siswa
yang sama. Misalnya siswa kelas V pada hari ini di tes kemampuan matematik.
Minggu berikutnya siswa tersebut di tes kembali. Hasil dari kedua tes relatif sama.
Sungguhpun demikian masih mungkin terjadi ada perbedaan hasil untuk hal hal
tertentu akibat faktor kebetulan, selang waktu, terjadinya perubahan pandangan
siswa terhadap soal yang sama. Jika ini terjadi, kelemahan terletak dalam alat ukur
itu, yang tidak memiliki kepastian jawaban atau meragukan siswa. Dengan kata
lain derajat reliabilitasnya masih rendah.
Di lain pihak perbedaan hasil pengukuran bukan disebabkan oleh alat
ukurnya, melainkan kondisi yang terjadi pada diri siswa. Misalnya fisik siswa
dalam keadaan sakit pada waktu tes yang pertama, motivasi pada waktu tes
pertama berbeda dengan motivasi tes pada berikutnya.
Atas dasar itu perbedaan hasil pengukuran pertama dengan hasil
pengukuran berikutnya bisa teijadi akibat perubahan pada diri subjek yang diukur
dan atau oleh faktor yang berkaitan dengan pemberian tes itu sendiri. Hal ini tidak
mengherankan dan sudah umum terjadi, yang sering dinyatakan dengan
sebutan/istilah kesalahan pengukuran. Ini berarti, skor hasil pengukuran yang
pertama dan skor hasil pengukuran kedua terhadap subjek sama, dimungkinkan
terjadinya kesalahan pengukuran disebabkan oleh dua faktor di atas. Oleh
karenanya setiap skor hasil pengukuran menghasilkan dua bagian, yakni hasil
pengukuran pertama yang disebut skor sejati dan hasil pengukuran berikutnya
terhadap subjek yang sama, yang mengandung hasil skor plus kesalahan
pengukuran.
2.2.4 Statistik
Statistik memiliki fungsi pokok yaitu membantu peneliti dalam
mendeskripsikan data dan menarik kesimpulan dari data. Statistic dapat
memadatkan data yang berlimpahan menjadi sejumlah informasi yang dapat lebih
mudah dipahami akal peneliti. Dalam rosesnya, statistic dapat membantu peneliti
“melihat” pola dan hubungan pada dat yang mungkin dilain pihak tidak di
perhatikan. Lebih umumnya, statistic membantu akal manusia memahami data
yang berbeda sebagai kesatuan yang teratur.
2.2.5 Pemikiran Manusia
Perhitungan statistik dapat menjelaskan kondisi data yang kita kelolah,
seperti bagaimana validitasnya, dan bagaimana hubungan antara variabel yang ada
dalam suatu penelitian. Namun, statistic tidak dapat meninterpretasikan data-data
tersebut hingga mencapai kesimpulan logis seperti yang dimaksudkan oleh data
tersebut. Hanya pemikiran penelitinya sajalah yang mampu melakukan hal
tersebut.
Pemikiran manusia tidak diragukan lagi sebagai alat utama yang digunakan
dalam melakukan suatu penelitian. Pemikirian manusia mampu mengembangkan
sejumlah strategi untuk membantu mereka dalam mengetahui segala sesuatu yang
belum mereka ketahui. Kunci perkembangan pemikiran tersebut diantaranya
logika deduktif, alasan induktif, metode penelitian, berfikir kritis dan kolaborasi
(Leedy, 2005).
1. Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif bermula dari suatu asumsi. Penalaran deduktif terjadi
ketika seorang peneliti bekerja dari informasi yang lebih umum menuju yang
lebih spesifik. Terkadang hal ini disebut pendekatan "top-down" karena peneliti
memulai di bagian atas dengan cakupan informasi yang sangat luas dan mereka
bekerja dengan cara mengacu pada kesimpulan tertentu. Misalnya, seorang
peneliti mungkin memulai dengan teori tentang topik yang diminati. Dari sana, ia
akan mempersempit yang turun menjadi hipotesis yang lebih spesifik yang dapat
diuji. Logika deduktif sangat diperlukan untuk merumuskan suatu hipotesis
penelitian dan juga menguji keabsahan suatu teori (Leedy, 2005).
2. Penalaran induktif
Berbeda dengan penalaran deduktif, penalaran induktif tidak bermula dari
suatu asumsi melainkan berawal dari suatu kejadian / observasi (Leedy, 2005).
Penalaran induktif berlawanan dengan penalaran induktif, karena pada penalaran
induktif berlangsung dari pengamatan khusus untuk generalisasi yang lebih luas
dan teori (Ashley, Tanpa tahun).
3. Metode Saintifik
Metode saintifik terlahir karena adanya penemuan dari peneliti yang
mempelajari suatu data yang sebelumnya tidak diketahui menjadi memiliki arti.
Metode saintifik merupakan metode yang meceri sebuah pengetahuan. Metde ini
dimulai sekitar pada abad pertengahan yaitu abad 16 oleh beberapa orang
diantaranya Paracelcus, Copernicus, Vesalius, Galileo. Terdapat beberapa tahapan
metode saintifik yaitu: 1) identifikasi masalah, 2) menentukan hipotesis, 3)
mengumpulkan data, 4) analisis. Untuk membuat sebuah hipotesis diperlukan
adanya teknik yang bisa berupa deduktif yaitu berdasarkan teori maupun induktif
yang berdasarkan observasi langsung pada sampel.
4. Berpikir Kritis
Berpikir kritis merupakan kebutuhan bagi seorang peneliti dalam
menyelesaikan permasalahannya. Berkipir kritis bisa memiliki berbagai bentuk
yang menurut konteks yang bisa saja merupakan beberapa hal dibawah ini
(diadaptasi dari Halpern, 1998):
a. Alasan verbal: memahami dan mengevaluasi teknik persuasif yang
ditemukan dalam bahasa ucapan maupun tertulis
b. Analisis argumen: memilah dari alasan yang mendukung dan tidak
pada kesimpulan
c. Membuat keputusan: identifikasi dan menetapkan beberapa alternatif
dan memilih alternatif terbaik
d. Analisis kritis dari penelitian penting: mengevaluasi nilai dari data dan
hasil penelitian dalam metode yang digunakan untuk mendapatkan
kesimpilan kusus.
5. Kolaborasi Dengan Orang Lain
Pada dasarnya sejak dahulu kala memiliki dua kepala lebih baik dari pada
satu kepala. Hal tersebut merupakan pengistilahan untuk pasangan dalam
melakukan suatu hal yang memiliki dampak positif. Dalam penelitian memiliki
banyak anggota bisa membuka banyak pandangan, asumsim dan pemikiran yang
bisa mmebantu dalam penelitian tersebut. Dengan demikian akan diperoleh suatu
pemecahan masalah yang lebih baik dari pada diselesaikan sendiri. Begitulah
bahwa untuk peneliti semua proses tersebut baik dari logika deduktif, alasan
induktif, metode saintifik, berpikir kritis, dan kolaborasi membantu peneliti dalam
mengambil keuntungan dari pikiran manusia sebagai alat penelitian.
2.2.6 Bahasa
Jika manusia menguasai bahasa mereka bisa mendapatkan pemikiran yang
jernih dan efisien dengan mengutarakan pikiran mereka dalam bentuk kata-kata.
Bahasa bisa mempertinggi pemikitran kita melaui banyak hal seperti:
a. Mengurangi kekompleksitasan dunia : dengan mampu mengklasifikasi
maupun menggolongkan objek tertentu dan melabelinya kita bisa
memperoleh pengalaman yang lebih mudah untuk dimengerti
b. Memfasilitasi generalisasi dan kesimpulan dalam situasi baru: ketika kita
menemukan suatu hal atau pengetahuan baru kita bisa mengasumsikan dan
menyimpulkannya melaui bahasa.
c. Memperbolehkan abstraksi dari lingkungan: memisalkan sebuah objek
yang kemudian diberi suatu label dan mengindikasikan karkateristik dari
objek tersebut
d. Mempertinggi kemampuan berpikir: dengan pemisalan suatu objek saja
sudah bisa membayangkan karakteristik yang lainnya walaupun tidak
disebutkan.
1. Keuntungan Menguasai Dua Bahasa atau Lebih
Pada dasarnya dengan menguasai bahasa yang benyak kita bisa
memperoleh banyak pengetahuan karena tidak semua literatur penelitian tertuang
dalam satu bahasa saja. Jika kita hanya menguasai satu bahasa saja maka kita
hanya bisa memahami satu jenis literasi yang berbahasa itu saja sedangkan untuk
literasi lainnya kita tidak akan memahaminya.
2. Hal Penting dalam Menulis
Dalam suatu penelitian untuk menunjukan hasilnya di muka umum atu
orang banyak biasanya harus dalam bentuk tulisan. Untuk bisa menulis sebuah
laporan penelitian kita harus benar-benar menguasai bahasa yang akan kita
gunakan. Kemudian kita harus memiliki pemikiran yang akan kita tulis dalam
laporan penelitian tersebut dalam bentuk proposal. Jika kita hanya memikirkan ide
penelitian namun belum menulisaknnya dalam bentuk proposal maka bisa
dipastikan penaelitian kita tidak akan dimulai.
2.2.7 Praktik Aplikasi Komunikasi Efektif Melalui Menulis
1. Petunjuk Menulis untuk Komunikasi
Teknik yang akan dipaparkan di sini berkaitan dengan menulis efektif
yang digunakan untuk memfasilitasi pemahaman pembaca dari apa yang ditulis
lainnya (Omrod, 2004):
a. Mengatakan apa yang ingin kau katakan: dalam menulis usahakan
menggunakan frasa atau kata yang memang mengutarakan apa yang ingin
dia ucapkan. Jangan menggunakan kata yang bermakna ambigu.
b. Masukkan dalam pikiran permasalahan yang ingin ditulis dalam pikiran
baik saat menulis maupun saat diskusi: apa yang ditulis harus tetap
berkaitan dengan permasalahan utama walaupun bersumber dari banyak
literatur.
c. Menyediakan gambaran dari apa yang ingin kau utarakan: dalam laporan
penelitian seharusnya disebutkan materi yang dibahas di dalamnya yang
tiap sub unitnya saling terkait. Dalam artian katanya dalam laporan
penelitian pembaca bisa tahu isi dari tulisan penulis.
d. Memberikan ide penelitian secara umum lalu ke kusus: dalam laporan
penelitian digunakan awal paragraf sebgai acuan pembahasan dari paragraf
tersebut karena sifatnya dari umum ke kusus.
e. Menyediakan frasa, kalimat, atau paragraf transisi saat berganti topik:
dalam suatu laporan penelitian adakalanya saat berganti topik digunakan
kalimat pengantar baru terhadap materi selanjutnya.
f. Membuat contoh konkrit unruk memahami ide abstrak: sebagai sebuah
laporan penelitian yang fungsinya sebagai referensi orang lain diperlukan
adanya sebuah contoh konkrit dalam menjelaskan suatu hal yang abstrak.
g. Menggunakan tanda baca yang baik: dalam penulisan laporan penelitian
yang baik harus menggunakan tanda baca yang baik dan benar yang bisa
memudahkan pembaca dalam memahami isi laporan penelitian tersebut.
h. Menggunakan ilustrasi dan tabel jika lebih efektif dan lebih terstruktur:
biasanya di dalam penelitian terdapat data yang lebih mudah dipahami jika
ditulis dalam bentuk ilustrasi ataupun tabel.
i. Menyediakan ringkasan pada kesimpulan: pada kesimpulan jika
disediakan ringkasan dari apa yang ada di dalam laporan penelitian, bisa
membantu pembaca memahami apa masalah penting yang harus diingat.
j. Mengantisipasi adanya revisi karena kesalahan: dalam penulisan usahakan
tidak ada kesalahan yang bisa membuat tulisan laporan penelitian tersebut
perlu direvisi. Jika terdapat kesalahan penulisan, bisa membuat laporan
penelitian tersebut direvisi
2. Petunjuk Penggunaan Sebuah Program Pengolah Kata
Pengguanan program ini bisa meningkatkan produktifitas dari penulis
karena terdapat fitur yang membantu seperti: edit, format, edit spesial,
penyimpanan dan mendapatkan kembali data tersebut.
a. Fitur pengedit: dalam penggunaannya bisa berguna dalam mengubah dan
menghapus kata, kalimat, atau paragraf yang tidak diinginkan.
b. Fitur pemformat: dalam penggunaannya bisa berguna dalam tampilan kata
yang diperlukan untuk memperjelas kata kalimat atau paragraf seperti
garis bawah, kata miring, dan kata tebal.
c. Fitur pengedit spesial: digunakan untuk mengecek frasa atau kata yang
baik dan juga pada penambahan judul seperti outliner, spell checker,
thesaurus, grammar checker.
d. Fitur penyimpanan dan pemerolehannya kembali: dalam pragram ini data
yang ada bisa disimpan dan diperoleh kembali atau bahkan bisa ditukar
dengan orang lain.
Pada dasarnya program pengolah kata ini sangat penting dan berharga bagi
kita. Program ini membantu memudahkan kita dalam membuat sebuah tulisan.
Beberapa orang bahkan tergantung pada program ini dalam pengerjaan tugasnya.
Ada beberapa hal yang bisa dijadikan tindakan dalam penggunaan program ini
secara baik yaitu:
a. Menyimpan dokumen secara berkala
b. Menggunakan fitur seperti spell checker atau grammar checker untuk
mengecek kesalahan, tetapi jangan bergantung kepadanya
c. Mencetak tugas terakhir yang sudah diperbaiki
3. Penerapan Praktik dalam Mengidentifikasi Alat Penting dalam Disiplin
Ilmu
Dalam pembahasan sebelumnya sudah ada bebrapa alat yang berguna dan
tergantung dari efektifitas penggunaannya. Beberapa alat mungkin baru untukmu
namun, bagaimana kamu mmepelajarinya? Kapan kamu mempelajarinya? Dan
mengapa kamu mempelajarinya? Adalah permasalahan yang mungkin nanti kamu
hadapai. Lebih baiknya dalam mempelajari alat penelitian adalah observasi
langsung terhadap peneliti yang handal dan melihat alat apa saja yang
digunakannya. Cara tersebut adalah yang paling efektif dari mempelajari alat
penelitian.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam melakukan penelitian, para peneliti telah dibantu dengan berbagai
alat penelitian yang ada. Alat penelitian adalah mekanisme spesifik atau strategi
yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan, memanipulasi, atau menafsirkan
data. Alat-alat penelitian yang dapat membantu peneliti yaitu, perpustakaan,
komputer dan software, alat pengukuran, statistik, pemikiran manusia, dan yang
terakhir adalah bahasa.

3.2 Saran
Sebaiknya dalam suatu penelitian, seorang peneliti memperhatikan alat-
alat penelitian agar mendapatkan hasil yang baik.
DAFTAR RUJUKAN

Ashley, Crossman. Tanpa tahun. Deductive Reasoning Versus Inductive


Reasoning.(Online),(http://sociology.about.com/od/Research/a/Deductive-
Reasoning-Versus-Inductive-Reasoning.htm).
Azwar, Azrul. 1986. Reliabilitas dan Validitas: Interpretasi dan Komputasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Churchill, Gilbert A. 2005. Dasar-Dasar Riset Pemasaran, Edisi 4, Jilid I. Alih
Bahasa Oleh Andriani, Dkk. Jakarta: Erlangga.
Djaali. 2007. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Hartati, Tatat. 2008. Peranan Bahasa dalam Penelitian di Perguruan Tinggi. Jurnal
Pendidikan Dasar No.10. (Online),
(http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/PENDIDIKAN_DASAR/Nomor_1
0Oktober_2008/Peranan_Bahasa_dalam_Penelitian_di_Perguruan_Tinggi.
pdf).
Leedy, Paul D dan Ormord, Jeanne Ellis. 2005. Practical Research. New Jersey:
Pearson Education, Inc.,
Nazir, Mohamad. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada

You might also like