Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
Rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Sholawat serta salam juga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kami mengharapkan banyak saran dan
kritikan dari para pembaca agar makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai referensi dalam
pembelajaran. Kami juga meminta maaf apabila ada kekurangan ataupun kesalahan
dalam penulisan dan pembahasan materi yang kurang jelas. Akhir kata sekian dan
terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................
C. Tujuan .........................................................................................
A. Kesimpulan .................................................................................
B. Saran ............................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Maraknya pemikiran, diskusi dan pengkajian tentang ekonomi islam,
berpengaruh besar, terhadap pertumbuhan system bisnis berdasarkan Syariah
pada umumnya dan Lembaga keuangan Syariah pada khususnya. Keberadaan
system demikian ini, telah banyak dieksperimenkan dibeberapa negara, seperti
: Iran, Pakistan, dan Sudan, serta Malaysia, dan belakangan ini Indonesia.
Bank syariah merupakan Lembaga Keuangan Bank. Bank syariah dapat
berbentuk Bank Umum Syariah (BUS) maupun Bank Perkreditan Rakyat
Syariah (BPRS). Menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang
perbankan syariah Indonesia, dijelaskan bahwa bank syariah adalah bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah. Bank umum
syariah (BUS) adalah bank syariah yang kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran.(Salman, 2012:8).
Perkembangan bank syariah modern tercatat di Pakistan dan
Malaysia sekitar tahun 1940, yang pada waktu itu adalah usaha pengelolaan
dana jamaah haji secara nonkonvensional. Pada tahun 1940 di Mesir didirikan
Mit Ghamr Lokal Saving Bank oleh Ahmad El-Najar yang dibantu oleh Raja
Faisal dari Arab Saudi. Dalam jangka waktu empat tahun Mit Ghamr
berkembang dengan membuka sembilan cabang dengan nasabah mencapai
satu juta orang. Didalam makalah ini penulis akan membahas tentang urgensi
bank Syariah, prinsip-prinsip dasar operasional bank Syariah, produk-produk
bank Syariah di Indonesia dan perlunya akuntansi Syariah di bank Syariah.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Mengetahui Urgensi Lembaga bisnis (keuangan) Syariah
2. Memahami Prinsip-Prinsip Dasar Operasional Bank Syariah
3. Mengetahui Produk Operasional Bank Syariah di Indonesia
4. Memahami perlunya akuntansi Syariah di bank Syariah
BAB II
PEMBAHASAN
Prinsip Wadi’ah
1. Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau
ditanggung bank, sedang pemilik dana tidak dijanjikan imbalan dan tidak
menanggung kerugian.
Bank memungkinkan memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai
suatu insentif.
2. Bank harus membuat akad pembukuan rekening yang isinya mencakup
izin penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan lain yang disepakati
selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
3. Terhadap pembukaan rekening ini di bank dapat mengenakan pengganti
biaya administrasi untuk sekedar menutupi biaya yang benar – benar
terjadi.
4. Ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening giro dan tabungan tetap
berlaku selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Prinsip wadi’ah dalam produk bank syariah dapat dikembangkan menjadi dua
jenis, yaitu: (1) wadi’ah yad-amanah, dan (2) wadi’ah yad-dhamanah.
Prinsip Mudharabah
Rukun mudharabah:
1. Ada pemilik dana
2. Ada usaha yang akan dibagihasilkan
3. Ada nisbah
4. Ada ijab kabul
1. Tabungan berjangka
2. Deposito berjangka
1. Mudharabah Mutlaqah
Berdasarkan prinsip ini tidak ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana
yang dihimpun.
Ketentuan umum:
a. Pemilik dana wajib menetapkan syarat tertentu yang harus diikuti oleh
bank.
b. Bank wajib memberithukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata
cara pemberitshusn keuntungan.
c. Sebagai tanda bukti simpanan, bank menerbitkan bukti simpanan khusus.
Bank wajib memisahkan dan dari rekening lain.
d. Untuk deposito mudharabah, bank, wajib membritahukan sertifikat atau
tanda penyimpanan deposito kepada deposan.
3. Mudharabah Muqayyah di Luar Neraca (off Balance Sheet)
Karakteristiknya:
Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan dengan tiga model,
yaitu:
Ketentuan umum:
a. Spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis, macam, ukuran, mutu,
dan umlahnya.
b. Harga jual yang telah disepakati dicantumkan dalam akad dan tidak boleh
berubah selama berlakunya akad.
c. Jika terjadi perubahan kriteria pesanan dan terjadi prubahan harga setelah
akad ditandatangani, maka seluruh biaya tambahan tetap ditanggung
nasabah.
1. Musyarakah, adalah kerja sama dalam suatu usaha oleh dua pihak.
Ketentuan umum dalam akad musyarakah adalah sebagai berikut:
a. Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah
dan dikelola bersama-sama.
b. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan
usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek.
c. Pemilik modal dipercaya untuk menjalan proyek musyarakah tidak
boleh melakukan tindakan, seperti :
1. Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi.
2. Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa izin
pemilik modal lainnya.
3. Memberi pinjaman kepada pihak lain.
4. Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan atau
digantikan oleh pihak lain.
5. Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerja sama apabila:
Menarik diri dari perserikatan
Meninggal dunia
Menjadi tidak cakap hukum
6. Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu
proyek harus diketahui bersama.
7. Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad.
Mekanisme operasional musyarakah dapat diperlihatkan pada
Gambar 9.9
2. Mudharabah, kerja sama dengan mana shahibul maal memberikan dana
100% kepada mudharib yang memiliki keahlian.
Ketentuan umum yang berlaku dalam akad mudharabah adalah :
a. Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola
modal, harus diserahkan tunai, dapat berupa uang atau barang yang
dinyatakan nilainya dalam satuan uang. Apabila modal diserahkan
secara bertahap, harus jelas tahapannya dan disepakati bersama.
b. Hasil dari pengelolaan modal pembiayaan mudharabah, dapat
diperhitungkan dengan dua cara :
1. hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujaun dalam akad, pada
setiap bulan atau waktu yang disepakati. Bank selaku pemilik
modal menanggung seluruh kerugian kecuali akibat kelalaian dan
penyimpangan pihak nasabah, seperti penyelewengan, kecurangan,
dan penyalahgunaan dana.
2. Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan namun
tidak berhak mencapuri urusan pekerjaan/usaha nasabah. Jika
nasabah cidera janji dengan sengaja misalnya tidak mau membayar
kewajiban atau menunda pembayaran kewajiban, dapat dikenakan
sanksi administrasi.
3. Mudharabah Muqayyadah, pada dasarnya sama dengan ketentuan
diatas. Perbedaannya adalah terletak pada adanya pembatasan
penggunaan modal sesuai dengan permintaan pemilik modal.
Akad pelengkap
Akad pelengkap dikembangkan sebagai akan pelayanan jasa dioperasikan
dengan pola sebagai berikut
1. Al hiwalah (aliran hutang piutang). Transaksi pengalihan hutang
piutang didalam praktik perbankan fasilitas hiwalah lazimnya
digunakan untuk membantu pemasok mendapatkan modal tunai agar
dapat melanjutkan produknya. Bank mendapat ganti biaya jasa
pemindahan piutang
Mekanisme operasional al hiwalah dapat diperhatikan pada gambar
Tujuan informasi akuntansi dalam bank syariah atau lebih luasnya lembaga
keuangan syariah muncul karena dua alasan, yaitu:
1. Menentukan hak dan kewajiban pihak terikat, termasuk hak dan kewajiban
yang berasal dari transaksi yang belum selesai dan atau kegiatan ekonomi
lain, sesuai dengan prinsip syariah yang berlandaskan pada konsep
kejujuran, keadilan, kebijakan, dan kepatuhan terhadap nilai-nilai bisnis
islami;
2. Menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat bagi pemakai laporan
untuk pengambilan keputusan; dan
3. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi
dan kegiatan usaha.
Selanjutnya dijelaskan tujuan laporan keuangan bank syariah pada dasarnya sama
dengan tujuan laporan keuangan yang berlaku secara umum dengan tambahan,
antara lain menyediakan: