Professional Documents
Culture Documents
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Tabel 1.1. Luas areal dan Produksi Kelapa Sawit di Sumatera Selatan Tahun 2011-
2015.
Seiring dengan peningkatan luas lahan terjadi juga peningkatan produksi. Hal
menarik tentang komoditas kelapa sawit yaitu Indonesia bersama dengan Malaysia
merupakan produsen dan eksportir terbesar minyak kelapa sawit dunia.
Memperhatikan potensi ekonomi yang besar dari komoditas kelapa sawit, maka
dalam pengembangannya pemerintah harus memperhatikan azas manfaat bagi
kemakmuran rakyat. Sekarang ini, komoditi kelapa sawit bukan saja berperan besar
dalam mendorong berkembangnya sektor ekonomi, tetapi juga sangat strategis
untuk pengentasan kemiskinan, menciptakan kesempatan kerja, dan pembangunan
daerah (Pahan, 2006).
Pada tahun 2010 luas areal perkebunan besar milik negara seluas 637 ribu
hektar, jadi merupakan bagian yang paling kecil dibandingkan dengan perusahaan
perkebunan swasta dan perkebunan rakyat. Perkebunan besar milik negara
memang berkembang tetapi tidak sebesar perkembangan perkebunan milik swasta
dan milik rakyat. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa peran dari perkebunan besar
milik negara sangat besar dalam memuai dan memacu perkembangan perkebunan
milik swasta dan perkebunan rakyat. Pada tahun 1957 terjadi nasionalisasi
perkebunan milik Belanda dan orang-orangnya di Indonesia, lalu ada pembenahan
dan perubahan pengelolaan, kemudia ditugaskan sebagai perusahaan inti. Setelah
dianggap mampu, tugas sebagai perusahaan inti kemudian lebih banyak diserahkan
kepada perusahaan perkebunan milik swasta (Zahri, 2012).
Potensi perkebunan kelapa sawit di Sumatera Selatan memang mempunyai
prospek yang sangat cerah, usaha pengembangan perkebunan kelapa sawit juga
akan membuka lapangan pekerjaan yang luas bagi masyarakat daerah Sumatera
Selatan. Oleh karena itu tingkat pengangguran di daerah Sumatera Selatan
diharapkan dapat berkurang. Dalam hal ini pasrtisipasi pihak swasta melalui
perusahaan besar swasta sangat penting dalam upaya perluasan areal dan sekaligus
peningkatan produksi (TBS) Tandan Buah Segar (Widagdo, 2007).
Pola yang banyak berkembang di Provinsi Sumatera Selatan dalam
pengembangan kelapa sawit adalah pola kemitraan antara perkebunan/perusahaan
besar dengan petani melalui pola kerja sama Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Pola ini
bersama pola swadaya merupakan sumber mata pencaharian utama sekitar 200.000
kepala keluarga (KK) atau sekitar 1.000.000 jiwa. Jika diasumsikan setiap 1 KK
menghidupi 5 jiwa, maka sektor perkebunan kelapa sawit merupakan sumber
pendapatan dan penghidupan sekitar 13,88 persen dari total penduduk Sumatera
Selatan yaitu 7,2 juta jiwa (Dinas Perkebunan Sumatera Selatan, 2012).
Petani yang memiliki usahatani pokok kelapa sawit mengalokasikan tenaga
kerja untuk mengelola kebun kelapa sawit sangat sedikit dan dapat dikatagorikan
sebagai terjadinya tingkat under employment dari pekerja di bidang perkebunan ini
yaitu penggunaan tenaga kerja untuk kegiatan panen, penjualan hasil dan
pemeliharaan kebun kelapa sawit sehingga keluarga petani mempunyai banyak
waktu luang sehingga perlu adanya upaya meningkatkan penggunaan tenaga kerja
keluarga untuk kegiatan yang produktif, misalnya memanfaatkan waktu luang
dengan bekerja pada berbagai kegiatan di luar usaha pokoknya sehingga petani
dapat meningkatkan pendapatan rumah tangganya (Zahri, 2005).
Alokasi waktu tenaga kerja yang dipergunakan oleh keluarga per tahun
untuk kegiatan di luar usaha tani ternyata memberikan peranan yang cukup besar.
Dari total tenaga kerja yang tersedia dialokasikan dalam satu tahun untuk kegiatan
mencari nafkah di luar usahatani adalah 34,36%. Untuk kegiatan usahatani rata-rata
alokasi yang dicurahkan adalah 38,91%. Tenaga kerja yang belum dimanfaatkan
yang tersisa dalam satu tahun adalah 26,73%. Adapun pendapatan yang diperoleh
dari kegiatan luar usahatani tersebut ternyata memberikan kotribusi yang cukup
besar terhadap pendapatan keluarga yaitu 50,63% (Ariyani, 2002).
Tanaman kelapa sawit yang berumur 4 tahun dapat menghasilkan sekitar 7
ton TBS per hektar per tahun. Produktivitas terus meningkat dan mencapai
puncaknya ketika tanaman berumur 9-14 tahun yang dapat mencapai 24 ton per
hektar per tahun. Produktivitas tanaman kelapa sawit menjadi kurang ekonomis lagi
ketika tanaman telah berumur 25-30 tahun, dan pada waktu ini tanaman sudah harus
diremajakan. Satu siklus tanaman kelapa sawit sekitar 25-30 tahun (Zahri, 2012).
Menurut Zahri (2012), produksi tanaman kelapa sawit masih sangat rendah.
Saat ini rata-rata produksi minyak sawit di Indonesia hanya sebesar 3,7 ton per
hektar atau setara dengan kira-kira 17,5 ton TBS per hektar per tahun. Produktivitas
dapat ditingkatkan jika menggunakan bibit unggul, teknik budidaya serta
pengolahan hasil yang baik. Pada umur 20-an produktivitas kelapa sawit turun
sehingga penghasilan kebun kelapa sawit menurun dan tidak dapat memenuhi
kebutuhan keluarga. Keadaan ini diperparah dengan harga kelapa sawit yang juga
menurun. Hasil penelitian Manurung (1997) menunjukkan produksi TBS yang
tidak merata sepanjang tahun, yaitu produksi periode semester I (Januari-Juni) lebih
rendah dibandingkan dengan periode semester II (Juli-Desember). Sebaran
produksi bulanan kelapa sawit di Indonesia untuk semester I adalah 35-50% dan
semester II sebesar 50-65%. Di bawah ini terdapat tabel produksi tandan buah segar
kelapa sawit:
Tabel 1.2. Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Per- Hektar Per Tahun Kelas
II
No Umur Produksi (tahun) Produksi TBS (ton/ha)
1. 4 7
2. 5 15
3. 6 19
4. 7 22
5. 8 25
6. 9-14 27
7. 15-16 25
8. 17-18 24
9. 19-20 22
10. 21-22 21
11. 23-24 19
12. 25-26 18
13. 27-28 17
14. >29 16
Sumber : Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2000
1.3 Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan dari penelitian yang akan
dilakukan adalah :
1. Menganalisis produktivitas tenaga kerja dan produktivitas usahaatani petani
plasma pasca menurunnya produktivitas tanaman kelapa sawit
2. Menganalisis alokasi tenaga kerja keluarga dan waktu luang yang tersedia untuk
kegiatan usaha perkebunan kelapa sawit dan non usahatani kelapa sawit.
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi tenaga kerja petani
plasma kelapa sawit.