You are on page 1of 48

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan dan informasi keluarga berencana merupakan suatu intervensi


kunci dalam upaya meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan keluarga dan
masyarakat, serta merupakan hak asasi manusia.Telah terjadi perkembangan yang
berarti dalam tekhnologi kontrasepsi, misalnya transisi dari estrogen dosis tinggi ke
dosisi rendah pada pil kombinasi, atau dari AKDR inert ke AKDR yang
mengeluarkan levonorgestrel. Perkembangan ini telah menghasilkan pilihan lebih
banyak tentang metode kontrasepsi yang lebih aman dan efektif.
Salah satu alat kontrasepsi yang akan di bahas pada makalah ini adalah
tentang IUD / AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim). Kontrasepsi berasal dari kata
kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara
sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan
kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma
tersebut.

Ibu perlu ikut KB setelah persalinan agar ibu tidak cepat hamil lagi (minimal
3-5 tahun) dan punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak dan keluarga.
Kontrasepsi yang dapat digunakan pada pasca persalinan dan paling potensi untuk
mencegah mis opportunity berKB adalah Alat Kontrasepsi Dalam rahim (AKDR)
atau IUD pasca plasenta, yakni pemasangan dalam 10 menit pertama sampai 48 jam
setelah plasenta lahir (atau sebelum penjahitan uterus/rahim pada pasca persalinan
dan pasca keguguran di fasilitas kesehatan, dari ANC sampai dengan persalinan
terus diberikan penyuluhan pemilihan metode kontrasepsi. Sehingga ibu yang
setelah bersalin atau keguguran, pulang ke rumah sudah menggunakan salah satu
kontrasepsi (BkkbN, 2014).
Komunikasi, informasi dan edukasi atau yang disingkat menjadi KIE adalah
suatu proses yang sangat penting dalam pelayanan KB di bidang kebidanan. Untuk
itu sangat penting pula bagi kita untuk mengetahui pengertian KIE itu sendiri

1
sehingga diharapkan dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi kesehatan ibu
dan anak, serta keluarga.

B. Rumusan Masalah
1.Apakah pengertian AKDR ?
2. Apa Saja Jenis – Jenis AKDR ?
3. Bagaimana Cara Kerja AKDR ?
4.Bagaimana Mekanisme Kerja AKDR ?
5. Apa Indikasi AKDR ?
6. Apa Kontrainikasi AKDR ?
7. Apa Keuntungan AKDR ?
8. Apa Kerugian AKDR ?
9.Apa Efek Samping AKDR ?
10.Kapan Pemasangan AKDR Dilakukan ?
11.Apa Upaya Bidan Dalam Menanggulangi Efek Samping ?
12. Apa program KIE dan Pelayanan KIE?
13. Apa itu rujukan ?
C. TUJUAN
1.Mengetahui pengertian AKDR
2.Mengetahui Jenis – Jenis AKDR
3.Memahami Bagaimana Cara Kerja AKDR
4.Bagaimana Mekanisme Kerja AKDR
5.Mengetahui Indikasi AKDR
6.Mengetahui Kontrainikasi AKDR
7.Mengetahui Keuntungan AKDR
8.Mengetahui Kerugian AKDR
9.Mengetahui Efek Samping AKDR
10.Tahu Kapan Pemasangan AKDR Dilakukan
11.Upaya Bidan Dalam Menanggulangi Efek Samping
12. Mengetahui apa itu program KIE dan Pelayanan KIE
13. mengetahui apa itu rujukan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
a.IUD (Intra Uterine Device)/Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
IUD (Intra Uterine Device) adalah atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR) merupakan alat kontrasepsi terbuat dari plastik yang flesibel dipasang
dalam rahim. Kontrasepsi yang paling ideal untuk ibu pasca persalinan dan
menyusui adalah tidak menekan produksi ASI yakni Alat Kontarsepsi Dalam
rahim (AKDR)/Intra Uterine Device (IUD), suntikan KB yang 3 bulan, minipil
dan kondom (BkkbN, 2014).
IUD(Intra Uterin Device) adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang
lentur yang dimasukkan ke dalam rongga rahim, yang harus diganti jika sudah
digunakan selama periode tertentu. IUD merupakan cara kontrasepsi jangka panjang.
IUD adalah salah satu alat kontrasepsi modern yang telah dirancang
sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan dan masa aktif fungsi kontrasepsinya)
yang diletakkan dalam cavum uteri sebagai usaha kontrasepsi.
AKDR adalah bahan inert sintetik (dengan atau tanpa unsur tambahan untuk
sinergi efektifitas) dengan berbagai bentuk, yang dipasangkan ke dalam rahim untuk
menghasilkan efek kontraseptif.
AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang
bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastic (polyethylene). Ada yang dililit
tembaga , ada yang dililit tembaga bercampur , dan yang berisi hormone
progesterone.
Ibu perlu ikut KB setelah persalinan agar ibu tidak cepat hamil lagi
(minimal 3-5 tahun) dan punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak dan
keluarga. Kontrasepsi yang dapat digunakan pada pasca persalinan dan paling
potensi untuk mencegah mis opportunity berKB adalah Alat Kontrasepsi Dalam
rahim (AKDR) atau IUD pasca plasenta, yakni pemasangan dalam 10 menit
pertama sampai 48 jam setelah plasenta lahir (atau sebelum penjahitan
uterus/rahim pada pasca persalinan dan pasca keguguran di fasilitas kesehatan,
dari ANC sampai dengan persalinan terus diberikan penyuluhan pemilihan metode
kontrasepsi. Sehingga ibu yang setelah bersalin atau keguguran, pulang ke rumah
sudah menggunakan salah satu kontrasepsi (BkkbN, 2014).

3
B.Jenis-jenis IUD

Menurut Arum (2011) jenis-jenis Intra Uterine Device (IUD) adalah


sebagai berikut:
1. IUD CuT-380 A
Bentuknya kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T
diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu).

2. IUD lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T (Schering)


Menurut Hartanto (2008) IUD yang banyak dipakai di Indonesia dewasa ini
dari jenis unmedicated adalah Lippes Loop dan dari jenis Medicated adalah
Cu-T 380 A, Multiload 375 dan Nova-T.
a. Lippes Loop
IUD Lippes Loop terbuat dari bahan polietilen, berbentuk spiral,
pada bagian tubuhnya mengandung barium sulfat yang menjadikannya
radio opaque pada pemeriksaan dengan sinar-X.
Menurut Proverawati (2010) IUD Lippes Loop bentuknya seperti
spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol dan dipasang
benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda ukuran
panjang bagian atasnya. Adapun tipe dari Lippes Loops adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.1. Jenis dan Ukuran Lippes Loops

Macam Loop Panjang Berat Warna Benang


LL A 22,5 cm 290 mgr Hitam
LL B 27,5 cm 526 mgr Biru
LL C 30,0 cm 615 mgr Kuning
LL D 30,0 cm 709 mgr Putih

IUD jenis Lippes Loops mempunyai angka kegagalan yang rendah.


Keuntungan lain dari jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang
menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan
plastik (Proverawati, 2010).

4
b. Cu T 380 A
IUD Cu – T 380 A terbuat dari bahan polietilen berbentuk huruf T
dengan tambahan bahan Barium Sulfat. Pada bagian tubuh yang tegak,
dibalut tembaga sebanyak 176 mg tembaga dan pada bagian tengahnya
masing-masing mengandung 68,7 mg tembaga, dengan luas permukaan
380 ± 23m2. Ukuran bagian tegak 36 mm dan bagian melintang 32 mm,
dengan diameter 3
mm. pada bagian ujung bawah dikaitkan benang monofilamen polietilen
sebagai kontrol dan untuk mengeluarkan IUD.
c. Multiload 375
IUD Multiload 375 (ML 375) terbuat dari polipropilen dan

mempunyai luas permukaan 250 mm2 atau panjang 375 mm2 kawat halus

tembaga yang membalut batang vertikalnya untuk menambah efektifitas.


Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini. Bagian
lengannya didesain sedemikian rupa sehingga lebih fleksibel dan
meminimalkan terjadinya ekspulsi.
d. Nova – T

IUD Nova-T mempunyai 200 mm2 kawat halus tembaga dengan

bagian lengan fleksibel dan ujung tumpul sehingga tidak menimbulkan


luka pada jaringan setempat pada saat dipasang.

e. Cooper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm
dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas

permukaan 200 mm2 fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus

pada jenis Copper-T (Proverawati, 2010).

5
Gambar 2.1. Jenis-Jenis IUD

Jenis kontrasepsi IUD pasca salin aman dengan menggunakan IUD Cu T


(copper T), sedangkan jenis non copper memerlukan penundaan sampai 6 minggu
sehingga tidak cocok untuk pasca salin (BkkbN, 2014).
Menurut Suparyanto (2011) IUD terdiri dari IUD hormonal dan non
hormonal.
1. IUD Non-hormonal

Pada saat ini IUD telah memasuki generasi ke-4. Karena itu berpuluh-puluh
macam IUD telah dikembangkan. Mulai dari generasi pertama yang terbuat
dari benang sutra dan logam sampai generasi plastik (polietilen) baik yang
ditambah obat atau tidak.

6
a. Menurut bentuknya IUD dibagi menjadi 2:

1) Bentuk terbuka (Open Device): Misalnya: Lippes Loop, CUT, Cu-7.


Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T.
2) Bentuk tertutup (Closed Device): Misalnya: Ota-Ring, Altigon, dan
Graten ber-ring.
b. Menurut Tambahan atau Metal

1) Medicated IUD: Misalnya: Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220


(daya kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A
(daya kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5 tahun), ML-Cu 375
(daya kerja 3 tahun). Pada jenis Medicated IUD angka yang tertera di
belakang IUD menunjukkan luasnya kawat halus tembaga yang

ditambahkan, misalnya Cu T 220 berarti tembaga adalah 220 mm2.

Cara insersi: Withdrawal.

2) Unmedicated IUD: Misalnya: Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil,

Antigon. Cara insersi Lippes Loop: Push Out. Lippes Loop dapat
dibiarkan in-utero untuk selama-lamanya sampai menopause,
sepanjang tidak ada keluhan persoalan bagi akseptornya. IUD yang
banyak dipakai di Indonesia dewasa ini dari jenis Un Medicated
yaitu Lippes Loop dan yang dari jenis Medicated Cu T, Cu-7,
Multiload dan Nova-T.

2. IUD yang mengandung hormonal

a. Progestasert –T = Alza T, dengan daya kerja 18 bulan dan dilakukan


dengan teknik insersi: Plunging (modified withdrawal).
1) Panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor warna
hitam.

7
2) Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat, melepaskan 65
µg progesteron setiap hari.
3) Tabung insersinya berbentuk lengkung.

b. Mirena

Mirena adalah IUD yang terbuat dari plastik, berukuran kecil, lembut,
fleksibel, yang melepaskan sejumlah kecil levonogestrel dalam rahim.
Mirena merupakan plastik fleksibel berukuran 32 mm berbentuk T yang
diresapi dengan barium sulfat yang membuat mirena dapat terdeteksi
dalam pemeriksaan rontgen. Mirena berisi sebuah reservoir silindris,
melilit batang vertikal, berisi 52 mg levonorgestrel (LNG). Setelah

penempatan dalam rahim, LNG dilepaskan dalam dosis kecil (20 g/hari

pada awalnya dan menurun menjadi sekitar 10 g/hari setelah 5

tahun) melalui membran polydimethylsiloxane ke dalam rongga

rahim. Pelepasan hormon yang rendah menyebabkan efek sampingnya


rendah. Keunggulan dari IUD ini adalah efektivitasnya tinggi, dengan
tingkat kesakitan lebih pendek dan lebih ringan. Mirena merupakan
sebuah pilihan alternatif yang tepat untuk wanita yang tidak dapat
mentoleransi estrogen untuk kontrasepsinya. Mengurangi frekuensi
ovulasi (Rosa, 2012).
Cara kerja mirena melakukan perubahan pada konsistensi lendir serviks.
Lendir serviks menjadi lebih kental sehingga menghambat perjalanan
sperma untuk bertemu sel telur. Menipiskan endometrium, lapisan
dinding rahim yang dapat mengurangi kemungkinan implantasi embrio
pada endometrium. Setelah mirena dipasang 3 sampai 6 bulan pertama,
menstruasi mungkin menjadi tidak teratur. Mirena dapat dilepas dan
fertilitas dapat kembali dengan segera (Rosa, 2012)

8
1.Copper-T

A.Pengertian

IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelene di mana pada bagian


vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini
mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik. IUD bentuk T
yang baru. IUD ini melepaskan lenovorgegestrel dengan konsentrasi yang rendah
selama minimal lima tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan efektivitas yang
tinggi dalam mencegah kehamilan yang tidak direncanakan maupun perdarahan
menstruasi. Kerugian metode ini adalah tambahan terjadinya efek samping
hormonal dan amenorhea.
Copper IUD
Yang paling dikenal sampai saat ini adalah :
CuT-200 : panjang 36 mm, lebar 32 mm, mengandung 200 mm2 Cu (luas
permukaan Cu-nya)
Tatum T : Daya kerja : tiga tahun
Cara insersi : withdrawal
CuT-200B : Seperti CuT-200, tetapi ujung bagian bawah batang IUD
berbentu bola.
CuT-200Ag : Seperti CuT-200, tetapi mengandung inti Ag di dalam
tembaganya.
CuT-220C : Panjang 36 mm, lebar 32 mm, 220 mm2 Cu di dalam tujuh
selubung, 2 pada lengan dan 5 pada batang vertikalnya.

9
Daya kerja : tiga tahun
Cara insersi : withdrawal
Cut-380A : Panjang 36 mm, lebar 32 mm, 314 mm2 kawat Cu pada batang
vertikal, 2 selubung Cu seluas masing-masing 33 mm2 pada masing-masing
lengan horizontal.
Daya kerja : 8 tahun (FDA : 10 tahun)
Cara insersi : Withdrawal (tehnik no-touch).
CuT-380 Ag : Seperti CuT-380A. Hanya dengan tambahan inti AG di dalam
kawat Cu-nya.
Daya kerja : 5 tahun
CuT-380S : CuT-380 Slimline
Selubang Cu diletakan pada ujung-ujung lengan Horizontalnya
dan beberapa di dalam plastiknya.
Daya kerja : 2,5 tahun
Catatan : Penambahan selubung Cu yang padat pada lengan CuT-380 A
dan CuT-220C dimaksudkan untuk memperbesar luas permukaan Cu di dalam
uterus dan untuk lebih mendekatkan Cu pada fundus uteri.
Berbeda dengan lilitan kawat Cu, selubung Cu yang padat tidak
mengalami fragmentasi in-utero, sehingga efektivitas lebih lama.
Nova-T : panjang 32 mm, lebar 32 mm, 200 mm2 luas permukaan Cu
dengan inti Ag di dalam kawat Cu-nya
Novagared Daya kerja : 5 tahun
Cara insersi : Withdrawal
ML Cu-250 : 220 mm2 luas permukaan kawat Cu
Benang ekor 2 lebar, berwarna hitam atau tidak berwarna
Daya kerja : 3 tahun
Cara insersi : withdrawal
Ada tiga bentuk ML Cu-250
· Standard : panjang 35 mm, lebar 18 mm
· Short : panjang 24 mm, lebar 18 mm
· Mini : panjang 24 mm, lebar 13 mm
ML Cu-375 : 375 mm2 luas permukaan kawat Cu
Benang ekor 2 lebar, berwarna hita atautidak berwarna
Daya kerja : 5 tahun

10
Cara insersi : withdrawal
· Standard : panjang 35 mm, lebar 18 mm
· Short : panjang 29 mm, lebar 18 mm
· SL : panjang 24 mm, lebar 18 mm

Keunggulan Copper T 380A :


Tidak ada IUD lain yang mempunyai luas permukaan tembaga seperti IUD
Copper T 380A (380 mm2)
Tembaga di kedua lengan IUD ini menjamin tembaga akan dibebaskan di bagian
tertinggi fundus uteri.
Tiap kemasan IUD Copper T 380A mempunyai jangka waktu penyimpanan
selama 7 tahun. Hal ini berarti bahwa setiap kemasan yang masih utuh (tidak
robek) dijamin akan tetap steril sampai tanggal kadaluwarsa sebagaimana
tercantum pada label kemasan. Setelah lewat tanggal kadaluwarsa, IUD dalam
kemasan yang belum terpakai harus dibuang/dimusnahkan (BKKBN, 2002).

Efektivitas Keefektivitasan IUD adalah: Sangat efektif yaitu 0,5 – 1 kehamilan


per 100 perempuan selama 1 tahun pertama penggunaan (Sujiyantini dan Arum,
2009)

B. Indikasi Pemakaian Akdr Atau Iud Cu-T ( Copper-T)

Menurut Arum (2011) yang dapat menggunakan IUD Copeer-T adalah


sebagai berikut:

1. Usia reproduktif
2. Keadaan multipara
3. Menginginkan penggunaan kontrasepsi jangka panjang
4. Menyusui dan menginginkan menggunakan kontrasepsi
5. Tidak menyusui bayinya
6. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
7. Risiko rendah dari IMS
8. Tidak menghendaki metode hormonal

11
9. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
10. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
11. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering
berganti pasangan

C.Kontraindikasi Pemakaian Akdr Cu-T

1. Sedang hamil
2. Perdarahan vagina yang tidak diketahui
3. Sedang menderita infeksi genetalia
4. Penyakit trifoblas yang ganas
5. Diketahui menderita TBC velvik
6. Kanker alat genital
7. Ukuran rongga rahim kurang dari 5cm
8. Hamil atau diduga hamil
9. Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita penyakit
kelamin
10. Pernah menderita radang rongga panggul
11. Penderita perdarahan pervaginam yang abnormal
12. Riwayat kehamilan ektopik
13. Penderita kanker alat kelamin.
Komplikasi Lain:
1) Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan
2) Merasa sakit dan kejang selama 3 – 5 hari setelah pemasangan
3) Perdarahan berat pada waktu haid atau di antaranya yang memungkinkan
penyebab anemia
4) Perforasi dinding uteru (sangat jarang apabila pemasangannya benar)
5).Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai
AKDR. PRP dapat memicu infertilitas
6).Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik terganggu karena fungsi AKDR
untuk mencegah kehamilan normal

D. Cara kerja

12
Menurut Saifuddin, dkk (2006) cara kerja pemasangan IUD adalah sebagai
berikut:
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falofii.
b. Memengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
c. IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD
membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
d. Memungkinkan utnuk mencegah implantasi telur dalam uterus

E. Keuntungan IUD

Keuntungan menggunakan IUD adalah sebagai berikut: (Proverawati, 2010


1. Sebagai kontrasepsi, mempunyai efektivitas yang tinggI
2. Sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1
kegagalan dalam 125-170 kehamilan).
3. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
4. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380 A dan tidak perlu
diganti)
5. Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat
6. Tidak memengaruhi hubungan seksual
7. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil
8. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu IUD (CuT-380 A).
9. Tidak memengaruhi kualitas dan volume ASI
10. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak
terjadi infeksi).
11. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun lebih atau setelah haid terakhir)
12. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan
13. Mencegah kehamilan ektopik

F. Kerugian IUD

Kerugian penggunaan alat kontrasepsi IUD adalah sebagai


berikut:
(Proverawati dkk, 2010)

13
1. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan)
2. Haid lebih lama dan banyak
3. Perdarahan (spotting antar menstruasi)
4. Saat haid lebih sedikit

G. Waktu Pemasangan IUD

IUD pasca plasenta aman dan efektif, tetapi tingkat ekspulsinya lebih
tinggi dibandingkan ekspulsi≥4 minggu pasca persalinan. Eskpulsi dapat
diturunkan dengan cara melakukan insersi IUD dalam 10 menit setelah ekspulsi
plasenta, memastikan insersi mencapai fundus uteri, dan dikerjakan oleh tenaga
medis dan paramedis yang terlatih dan berpengalaman. Jika 48 jam pasca
persalinan telah lewat, insersi IUD ditunda sampai 4 minggu atau lebih pasca
persalinan. IUD 4 minggu pasca persalinan aman dengan menggunakan IUD
copper T, sedangkan jenis non copper memerlukan penundaan sampai 6 minggu
pasca persalinan.

H. Pemasangan IUD

IUD dapat dipasang dalam keadaan berikut :

1. Sewaktu haid sedang berlangsung

Dilakukan pada hari-hari pertama atau pada hari-hari terakhir haid.


Keuntungan IUD pada waktu ini antara lain ialah :
a. Pemasangan lebih mudah oleh karena serviks pada waktu itu agak
terbuka dan lembek.
b. Rasa nyeri tidak seberapa keras.
c. Perdarahan yang timbul sebagai akibat pemasangan tidak seberapa
dirasakan.
d. Kemungkinan pemasangan IUD pada uterus yang sedang hamil tidak
ada.

14
Kerugian IUD pada waktu haid sedang berlangsung antara lain :
a. Infeksi dan ekspulsi lebih tinggi bila pemasangan dilakukan saat haid.
b. Dilatasi canalis cervikal adalah sama pada saat haid maupun pada saat
mid - siklus (Hartanto, 2008).
2. Sewaktu pasca salin

Bila pemasangan IUD tidak dilakukan dalam waktu seminggu setelah bersalin,
menurut beberapa sarjana, sebaiknya IUD ditangguhkan sampai 6 - 8 minggu
postpartum oleh karena jika pemasangan IUD dilakukan antara minggu kedua
dan minggu keenam setelah partus, bahaya perforasi atau ekspulsi lebih besar.
3. Sewaktu post abortum

Sebaiknya IUD dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi fisiologi
dan psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi, septic abortion
merupakan kontraindikasi.

4. Beberapa hari setelah haid terakhir

Dalam hal yang terakhir ini wanita yang bersangkutan dilarang untuk
bersenggama sebelum IUD dipasang. Sebelum pemasangan IUD dilakukan,
sebaiknya diperlihatkan kepada akseptor bentuk IUD yang dipasang, dan
bagaimana IUD tersebut terletak dalam uterus setelah terpasang. Dijelaskan
bahwa kemungkinan terjadinya efek samping seperti perdarahan, rasa sakit,
IUD keluar sendiri (Sarwono, 2005).

Adapun langkah-langkah pemasangan IUD Copper T 380 A, adalah:

a. Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilahkan klien
mengajukan pertanyaan. Sampaikan kepada klien kemungkinan akan merasa
sedikit sakit pada beberapa langkah waktu pemasangan dan nanti akan
diberitahu bila sampai pada langkah-langkah tersebut dan pastikan klien telah
mengosongkan kandung kencingnya

15
b. Periksa genitalia eksterna, untuk mengetahui adanya ulkus, pembengkakan
pada kelenjar Bartolin dan kelenjar skene, lalu lakukan pemeriksaan
spekulum dan panggul.
c. Lakukan pemeriksaan mikroskopik bila tersedia dan ada indikasI
d. Masukkan lengan IUD Copper T 380A di dalam kemasan sterilnya
e. Masukkan spekulum, dan usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik
dan gunakan tenakulum untuk menjepit serviks
f. Masukkan sonde uterus
g. Lakukan pemasangan IUD Copper T 380 A
h. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi sebelum melepas sarung tangan dan
bersihkan permukaan yang terkontaminasi
i. Melakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan dengan segera setelah
selesai dipakai.
j. Mengajarkan kepada klien bagaimana memeriksa benang IUD (dengan
menggunakan model yang tersedia.
k. Menyarankan klien agar menunggu selama 15-30 menit setelah pemasangan
IUD.

I. Pencabutan IUD

Menurut Saifuddin (2006) langkah-langkah pencabutan IUD sebagai berikut:

1. Menjelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilahkan


klien untuk bertanya.
2. Memasukkan spekulum untuk melihat serviks dan benang IUD
3. Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali
4. Mengatakan pada klien bahwa sekarang akan dilakukan pencabutan. Meminta
klien untuk tenang dan menarik nafas panjang, dan memberitahu mungkin
timbul rasa sakit.
5. Pencabutan normal
Jepit benang di dekat serviks dengan menggunakan klem lurus atau lengkung
yang sudah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril dan tarik benang pelan-pelan,
tidak boleh menarik dengan kuat. AKDR biasanya dapat dicabut dengan mudah.
Untuk mencegah benangnya putus, tarik dengan kekuatan tetap dan cabut

16
AKDR dengan pelan-pelan. Bila benang putus saat ditarik, maka jepit ujung
AKDR tersebut dan tarik keluar.
6. Pencabutan sulit
Bila benang AKDR tidak tampak, periksa pada kanalis servikalis dengan
menggunakan klem lurus atau lengkung. Bila tidak ditemukan pada kanalis
servikalis, masukkan klem atau alat pencabut AKDR ke dalam kavum uteri
untuk menjepit benang AKDR itu sendiri. Bila sebagian AKDR sudah ditarik
keluar tetapi kemudian mengalami kesulitan menarik seluruhnya dari kanalis
servikalis, putar klem pelan-pelan sambil tetap menarik selama klien tidak
mengeluh sakit. Bila dari pemeriksaan bimanual didapatkan sudut antara uterus
dengan kanalis servikal sangat tajam, gunakan tenakulum untuk menjepit
serviks dan lakukan tarikan ke bawah dan ke atas dengan pelan-pelan dan hati-
hati, sambil memutar klem. Jangan menggunakan tenaga yang besar.
J.EFEK SAMPING
a. Spotting
Keluarnya bercak-bercak darah diantara siklus menstruasi, spoting
akan muncul jika capek dan stress. Perempuan yang aktif sering mengalami
spotting jika menggunakan kontrasepsi AKDR.

b. Perubahan siklus menstruasi


Setelah pemasangan AKDR siklus menstruasi menjadi lebih pendek.
Siklus menstruasi yang muncul lebih cepat dari siklus normal rata-rata yaitu
28 hari dengan lama haid 3-7 hari, biasanya siklus haid berubah menjadi 21
hari.
c. Amenore
Tidak didapat tanda haid selama 3 bulan atau lebih.
d. Dismenore
Munculnya rasa nyeri saat menstruasi.
e. Menorrhagea
Perdarahan berat secara eksesif selama masa haid atau haid yang lebih
banyak.
f. Fluor albus
Penggunaan AKDR akan memicu rekurensi vaginosis bacterial yaitu
keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang disebabkan bertambahnya

17
pertumbuhan flora vagina bakteri anaerob menggantikan Lactobacillus yang
mempunyai konsentrasi tinggi sebagai flora normal vagina.
g. Pendarahan Post seksual
Pendarahan post seksual ini disebabkan karena posisi benang AKDR yang
menggesek mulut rahim atau dinding vagina sehingga menimbulkan
pendarahan

K. UPAYA BIDAN DALAM MENANGGULANGI EFEK SAMPING


a. Jika permasalahan ringan, dianjurkan agar dilakukan konseling.
b. Jika terjadi terdapat infeksi maupun gejalanya segera dibawa ke rumah sakit
terdekat.
c. Pada efek samping amenore, periksa apakah sedang hamil atau tidak.

1. Apabila tidak, AKDR tidak dilepas. Memberi konseling dan menyelidiki


penyebab amenorea apabila dikehendaki.
2. Apabila hamil, dijelaskan dan disarankan untuk melepas AKDR apabila
talinya terlihat dan kehamilan kurang dari 13 minggu.
3. Apabila benang tidak terlihat, atau kehamilan lebih dari 13 minggu, AKDR
tidak dilepas.
4. Apabila klien sedang hamil dan ingin mempertahankan kehamilan tanpa
melepas AKDR maka dijelaskan adanya resiko kemungkinan terjadinya
kegagalan kehamilan dan infeksi serta perkembangan kehamilan harus lebih
diamati dan diperhatikan.
d. Untuk penanganan dismenore yaitu memastikan dan menegaskan adanya
penyakit radang panggul (PRP) dan penyebab lain dari kekejangan.
1. Menanggulangi penyebabnya apabila ditemukan.
2. Apabila tidak ditemukan penyebabnya diberi analgesik untuk sedikit
meringankan. Apabila klien mengalami kejang yang berat, AKDR dilepas
dan membantu klien menentukan metode kontrasepsi yang lain.
e. Pada perdarahan hebat yaitu :
1. Apabila tidak ada kelainan patologis, perdarahan bekelanjutan serta
perdarahan hebat, melakukan konseling dan pemantauan.

18
2. Memberi Ibuprofen (800mg, 3 x sehari selama 1 minggu) untuk
mengurangi perdarahan dan memberikan tablet besi (1 tablet setiap
hari selama 1-3 bulan).
3. AKDR memungkinkan dilepas apabila klien menghendaki. Apabila
klien telah memakai AKDR selama lebih dari 3 bulan dan diketahui
menderita anemi (Hb <7g%) dianjurkan untuk melepas AKDR dan
membantu memilih metode lain yang sesuai.

L. Manfaat dan tujuan pemasanagan IUD Copper-T


1. Untuk pasangan yang tidak ingin memiliki anak lagi
2. IUD Copper-T dapat efektif segera setelah pemasangan
3. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak
perlu diganti)
4. 3.Tidak mempengaruhi hubungan seksual. Hubungan intim jadi lebih
nyaman karena rasa aman terhadap risiko kehamilan
5. Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A
6. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Aman untuk ibu
menyusui – tidak mengganggu kualitas dan kuantitas ASI
7. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak
terjadi infeksi)
8. Dapat digunakan sampai menopause
9. Tidak ada interaksi dengan obat-obat
10. Membantu mencegah kehamilan ektopik
11. Setelah IUD dikeluarkan, bisa langsung subur
12. IUD mampu mengurangi risiko kanker endometrium hingga 40 persen.
Perlindungan terhadap kanker ini setara dengan menggunakan alat
kontrasepsi secara oral.
M. Rujukan
Rujukan pada akseptor IUD Copper-T bermasalah
Sistem rujukan dalam mekanisme pelayanan merupakan suatu sistem
pelimpahan tanggung jawab timbal balik pada masalah yang tidak
dapat ditangani atau kasus yang berhubungan dengan alat kontarsepsi
KB IUD Copper-T. Unit pelayanan yang dimaksud disini yaitu

19
menurut tingkat kemampuan dari yang paling sederhana berturut-turut
ke unit pelayanan yang paling mampu.
Ada beberapa jenis rujukan MKET (Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih)
yaitu :
1. pelimpahan kasus
2. pelimpahan pengetahuan dan keterampilan
3. pelimpahan bahan-bahan penunjang diagnostik
Sasaran rujukan
a. PUS(pasangan usia subur) yang akan memperoleh pelayanan MKET
b. Peserta KB yang akan ganti cara ke MKET
c. Peserta KB MKET untuk mendapatkan pengamatn lanjutan atau
adanya komplikasi dari pemakaian MKET IUD Copper-T
jaringan Rujukan
1. Dokter/BPS, Rumah bersalin
2. Rumah sakit
3. Unit pelayanan MKET tingkat kecamatan
4. Unit pelayanan MKET tingkat kabupaten
5. Unit pelayanan MKET tingkat provinsi
6. Unit pelayanan MKET tingkat pusat

N. KIE Tentang IUD Copper-T


Ketika memberi konseling mengenai AKDR kepada wanita, bidan harus
mendapatkan riwayat medis lengkap masa lalu dan saat ini yang akan membantu
meyingkirkan kontraindikasi. Diskusi bidan mengenai efektivitas dan resiko
AKDR harus mencakup poin-poin berikut ini:
1. Klien harus menyadari bahwa darah menstruasi mereka dapat menjadi lebih
banyak dan lebih nyeri. Masa menstruasi dapat membaik dalam beberapa
bulan setelah pemasangan IUD Copper-T.Resiko infeksi panggul agak
meningkat pada saat pemasangan dan selama 20 hari pertama setelah itu.
2. Penelitian (Farley et al, 1992) menunjukkan bahwa resiko penyakit radang
panggul (pelvic inflammatory disease) enam kali lebih tinggi selama 20 hari
pertama setelah pemasangan yang menekankan perlunya dilakukan penapisan
dan tindak lanjut serta menunjukkan bahwa pembatasan penggantian AKDR
akan mengurangi resiko infeksi. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada sedikit

20
resiko atau tidak ada resiko PRP yang terkait dengan pemakaian AKDR jangka
panjang dan bahwa penyakit menular seksual adalah penyebab utama PRP.
AKDR tidak melindungi wanita dari PMS dan HIV sehingga isu ini harus
diberitahukan kepada klien.
3. Bidan harus mendiskusikan dengan klien tentang resiko AKDR terlepas
keluar. Hal ini paling mungkin terjadi setelah pemasangan yang membuat
mengapa klien perlu datang untuk konsultasi lanjutan 4-6 minggu setelah
pemasangan. Selain itu, penting mengajari klien cara memeriksa benang
AKDR nya setiap bulan setelah masa menstruasinya.
4. Apabila klien dapat merasakan ujung alat AKDR yang akan terasa seperti
ujung batang korek api, maka anjurkan klien untuk menemui bidan.
5. Jarang sekali terdapat resiko selama pemasangan AKDR dapat menyebabkan
uterus atau serviks mengalami perforasi. Apabila klien mengalami nyeri
abdomen bagian bawah yang terus menerus setelah pemasangan tanpa ada
perbaikan, klien harus dianjurkan menemui dokter.
6. Memberi tahu klien Efektivitas IUD sangat efektif, (efektivitasnya 92-94%)

Copper T 200 (CuT-200) dapat dipakai 3-5 tahun; Cu T 380A dapat untuk 8

tahun . Kegagalan rata-rata 0.8 kehamilan per 100 pemakai wanita pada tahun
pertama pemakaian, karena tidak ada bentuk kotrasepsi yang 100% efektif
mencegah kehamilan. Apabila AKDR gagal, terdapat resiko bahwa kehamilan
mungkin adalah kehamilan ektopik. Dengan demikian, bidan harus
menganjurkan klien tersebut kembali lebih awal sehingga kemungkinan resiko
ini dapat disingkirkan.
7. Copper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat
dilakukan lbih awal apabila diinginkan
· Kembali ke klinik apabila :
- Tiidak dapat meraba benang AKDR
- Merasakan bagian yang keras dari AKDR
- AKDR terlepas
- Siklus terganggu/meleset
- Terjadi pnegeluaran cairan darivagina yang mencurigakan
- Adanya infeksi

21
8. Memberitahukan kepada klien untuk Kunjungan Ulang Setelah Pemasangan
IUD Copper-T
Kunjungan ulang setelah pemasangan IUD Menurut BKKBN (2003):
a. 1 minggu pasca pemasangan
b. 2 bulan pasca pemasang
c. Setiap 6 bulan berikutnya
d. 1 tahun sekali
e. Bila terlambat haid 1 minggu
f. Perdarahan banyak dan tidak teratur

Menurut Prawirohardjo (2008), pemeriksaan sesudah IUD dipasang dilakukan


pada:
a. 1 minggu pasca pemasangan
b. 3 bulan berikutnya
c. Berikutnya setiap 6 bulan

1. Pemeriksaan Pada Saat Kunjungan Ulang Setelah IUD dipasang seorang klien
wanita, ia harus diarahkan untuk menggunakan preparat spermisida dan
kondom pada bulan pertama. Tindakan ini akan memberi perlindungan penuh
dari konsepsi karena IUD menghambat serviks, uterus, dan saluran falopii
tempat yang memungkinkan pembuahan dan penanaman sel telur dan ini
merupakan kurun waktu IUD dapat terlepas secara spontan.
2. Klien harus melakukan kunjungan ulang pertamanya dalam waktu kurang
lebih enam minggu. Kunjungan ini harus 21 dilakukan setelah masa
menstruasi pertamanya pasca pamasangan IUD. Pada waktu ini, bulan pertama
kemungkinan insiden IUD lebih tinggi untuk terlepas secara spontan telah
berakhir. IUD dapat diperiksa untuk menentukannya masih berada pada posisi
yang tepat.
3. Selain itu, seorang wanita harus memiliki pengalaman melakukan pemeriksaan
IUD secara mandiri dan beberapa efek samping langsung harus sudah diatasi.
4. Diharapkan, hal ini membuahkan hasil berupa peningkatan jumlah pengguna
IUD.
Data-data terkait IUD berikut dapat diperoleh pada kunjungan ulang ini.
a. Riwayat

22
1) Masa menstruasi (dibandingkan dengan menstruasi sebelum menggunakan
IUD)
a) Tanggal
b) Lamanya
c) Jumlah aliran
d) Nyeri
2) Diantara waktu menstruasi (dibading dengan sebelum menggunakan IUD)
a) Bercak darah atau perdarahan: amanya, jumlah
b) Kram: lamanya, tingkat keparahan
c) Nyeri punggung: lokasi, lamanya, tingkat keparahan.
d) Rabas vagina: lamanya, warna, bau, rasa gatal, rasa terbakar saat berkemih
(sebelum atau setelah urine mulai mengalir)
3) Pemeriksaan benang
a) Tanggal pemeriksaan benang yang terakhir
b) Benang dapat dirasakan oleh pasangan selama melakukan hubungan seksual
4) Kepuasaan terhadap metode yang digunakan (baik pada wanita maupun
pasangannya)
5) Setiap obat yang digunakan: yang mana, mengapa
6) Setiap kunjungan ke dokter atau keruang gawat darurat sejak pemasangan
IUD:
7) Penggunaan preparat spermisida dan kondom: kapan, apakah ada masalah
8) Tanda-tanda dugaankehamilan jika ada indikasi
b. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui adanya nyeri tekan pada bagian
bawah abdomen 2) Pemeriksaan untuk mengetahui adanya nyeri tekan akibat
CVA, jika diindikasikan untuk diagnose banding
3) Tanda-tanda kemungkinan kehamil, jika ada indikasi.
c. Pemeriksaan pelvic
1) Pemeriksaan speculum
a) Benang terlihat
b) Panjang benang: pemotongan benang bila ada indikasi
c) Rabas vagina: catat karakteristik dan lakukan kultur dan apusan basah bila
diindikasikan. 2) Pemeriksaan bimanual
a) Nyeri ketika serviks atau uterus bergerak

23
b) Nyeri tekan pada uterus
c) Pembesaran uterus
d) Nyeri tekan pada daerah sekitar
e) Tanda-tanda kemungkinan kehamilan bila diindikasikan
d. Laboratorium
1) Hemoglobin atau hematokrit
2) Urinalis rutin sesuai indikasi untuk diagnosis banding
3) Kultur serviks dan apusan basah, jika ada indikasi
4) Tes kehamilan, jika ada indikasi Apabila hasil pemeriksaan diatas memuaskan,
maka klien akan mendapatkan jadwal untuk melakukan pemeriksaan fisik
rutinnya. Pada kunjungan tersebut bidan akan melakukan hal-hal seperti
mengkaji riwayat penapisan umum yaitu pemeriksaan fisik dan pelvic, pap
smear, kultur klamedia dan gonorea, tes laboratorium rutin lain dan
pengulangan kunjungan ulang IUD seperti dijelaskan diatas. Pengarahan
supaya klien memeriksakan IUD nya, kapan harus menghubungi bila muncul
masalah atau untuk membuat perjanjian 24 sebelum kunjungan tahunnya dapat
ditinjau kembali bersama klien selama kunjungan ulang ini

2.Seven

A. Pengertian

Copper-7 ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan


pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan

24
ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya
sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T.
Cu-7 : Panjang 36 mm, lebar 26 mm, mengandung 200 mm2 luas
permukaan Cu, mempunyai tabung inserter dia meter paling kecil dibandingkan
tabung-inserter dia meter paling kecil dibandingkan tabung-inserter IUD lain-
lainnya sehingga dapat dianjurkan nulligravid.
Daya kerja : 3 tahun
Cara insersi : withdrawal, . (dapat pula push-out)

B. Indikasi copper Seven


a. Usia reproduktif
b. Keadaan nulipara
c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
d. Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui
f. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
g. Risiko rendah dari IMS
h. Tidak menghendaki metoda hormonal
i. Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
j. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama
k. Gemuk ataupun kurus

C. Kontraindikasi copper seven

a. Belum pernah melahirkan


b. Adanya perkiraan hamil
c. Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang tidak normal
dari alat kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan kanker rahim.
d. Perdarahan vagina yang tidak diketahui

25
e. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
f. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus
septic.
g. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yangdapat
mempengaruhi kavum uteri.
h. Penyakit trofoblas yang ganas.
i. Diketahui menderita TBC pelvic.
j. Kanker alat genital
k. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm

D. Efek Samping copper 7

1. Perdarahan
Keluarnya darah dari liang vagina diluar haid dalam jumlah kecil berupa bercak-
bercak (spotting) atau dalam jumlah berlebihan (metrorhagia). Perdarahan ini
dapat pula terjadi masa haid dalam jumlah berlebihan (menometrorhagia).

2. Keputihan
Terdapat cairan putih yang berlebihan, terjadi akibat produksi cairan rahim yang
berlebihan.Tidak berbahaya apabila cairan tersebut tidak berbau, tidak terasa
gatal dan tidak terasa panas.
3. Ekspulsi
Terasa adanya AKDR dalam liang senggama yang menyebabkan rasa tidak enak
bagi pengguna. Dapat terjadi ekspulsi atau seluruhnya.Biasanya terjadi pada
waktu haid.
4. Nyeri
Nyeri pada waktu pemasangan AKDR, saat haid dan saat senggama.
5. Infeksi
Adanya rasa nyeri didaerah perut bagian bawah, bila disertai demam, keputihan
yang berbau busuk dan rasa nyeri pada saat senggama / periksa dalam.
6. Translokasi
Translokasi adalah pindahnya dari tempat seharusnya.Hal ini dapat disertai gejala
maupun tidak.Dapat disertai perdarahan maupun tidak, sehingga gejala dan
keluhannya bermacam-macam. Dalam pemeriksaan dalam, benang AKDR

26
tidak teraba dan pada pemeriksaan sonde AKDR tidak tersentuh/terasa, untuk
mengetahui lebih jelas posisi IUD dilakukan rontgen atau USG (Suratun, 2008
; 105-107)
E. Cara pemasangan copper 7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan
ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya
sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T.
IUD dapat dipasang kapan saja selama periode menstruasi bila wanita
tersebut tidak hamil. Untuk wanita setelah melahirkan, pemasangan IUD
segera (10 menit setelah pengeluaran plasenta) dapat mencegah mudah
copotnya IUD. IUD juga dapat dipasang 4 minggu setelah melahirkan tanpa
faktor risiko perforasi (robeknya rahim). Untuk wanita menyusui, IUD dengan
progestin sebaiknya tidak dipakai sampai 6 bulan setelah melahirkan. IUD
juga dapat dipasang segera setelah abortus spontan triwulan pertama, tetapi
direkomendasikan untuk ditunda sampai involusi komplit setelah triwulan
kedua abortus. Setelah IUD dipasang, seorang wanita harus dapat mengecek
benang IUD setiap habis menstruasi (ILUNI FKUI, 2010).

F. Cara Kerja
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii

2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri

3. IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD
membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi sperma untuk fertilisasi

Sampai saat ini, mekanisme kerja IUD belum diketahui secara


pasti.Kini pendapat yang terbanyak menyatakan bahwa IUD dalam kavum
uteri menimbulkan reaksi peradangan setempat (endometrium) yang disertai
dengan sebukan leukosit yang dapat menghancurkan blastokista atau
sperma.Pemeriksaan cairan uterus pada akseptor IUD sering kali dijumpai sel-
sel makrofag (fagosit) yang mengandung spermatozoa.

27
Sifat-sifat dan isi cairan uterus mengalami perubahaun-perubahan pada
akseptor IUD yang menyebabkan blastokista tidak dapat hidup dalam uterus,
walaupun sebelumnya terjadi nidasi. Sering ditemukan kontraksi uterus pada
pemakaian IUD, sehingga dapat menghalangi proses nidasi. Kontraksi ini
diduga terjadi karena adanya peningkatan kadar prostaglandin dalam uterus
wanita tersebut.
Pendapat lain mengatakan bahwa pada IUD bioaktif mekanisme
kerjanya selain menimbulkan peradangan seperti pada IUD biasa, juga dapat
menimbulkan pengaruh terhadap sperma (ion logam atau bahan lain pada IUD
berpengaruh terhadap sperma). Logam-logam tertentu, khususnya tembaga,
sangat meningkatkan kerja kontrasepsi. Menurut Alvarez, et al. (1988),
sebagian IUD juga dapat mencegat terjadinya fertilisasi.
Menurut penyelidikan, ion loga yang paling efektif adalah ion logam
tembaga (Cu).Tembaga Cu juga menghambat khasiat anhidrase karbon dan
fosfastase alkali, memblok bersatunya sperma dan ovum, mengurangi jumlah
sperma yang mencapai tuba falopii, dan menginaktifkan sperma.
Mekanisme kerja IUD secara kemiawi belum dapat ditentukan dengan
tepat.Intra-uterin device (IUD) yang mengeluarkan hormon juga menebalkan
dinding serviks.
Kesimpulannya, secara umum mekanisme kerja IUD adalah dengan
menghambat implantasi blastokista dalam endometrium dan ini tampaknya
merupakan mekanisme kerja yang paling menonjol dari jenis kontrasepsi ini,
hambatan nidasi tersebut terjadi karena adanya respon inflamasi setempat
(pada area terdapatnya IUD, endometrium) yang selanjutnya mengakibatkan
terpacunya kerja lisosom pada blastokista dan mungkin pula fagositosis
spermatozoa.

G. Manfaat dan tujuan


Manfaat : untuk menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
Tujuan : IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan
ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya
sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T.

28
H. Upaya bidan dalam menanggulangi efek samping
a. Jika permasalahan ringan, dianjurkan agar dilakukan konseling.
b. Jika terjadi terdapat infeksi maupun gejalanya segera dibawa ke rumah sakit
terdekat.
c. Pada efek samping amenore, periksa apakah sedang hamil atau tidak.
1) Apabila tidak, AKDR tidak dilepas. Memberi konseling dan menyelidiki
penyebab amenorea apabila dikehendaki.
2) Apabila hamil, dijelaskan dan disarankan untuk melepas AKDR apabila
talinya terlihat dan kehamilan kurang dari 13 minggu.
3) Apabila benang tidak terlihat, atau kehamilan lebih dari 13 minggu, AKDR
tidak dilepas.
4) Apabila klien sedang hamil dan ingin mempertahankan kehamilan tanpa
melepas AKDR maka dijelaskan adanya resiko kemungkinan terjadinya
kegagalan kehamilan dan infeksi serta perkembangan kehamilan harus lebih
diamati dan diperhatikan.
d. Untuk penanganan dismenore yaitu memastikan dan menegaskan adanya
penyakit radang panggul (PRP) dan penyebab lain dari kekejangan.
1) Menanggulangi penyebabnya apabila ditemukan.
2) Apabila tidak ditemukan penyebabnya diberi analgesik untuk sedikit
meringankan. Apabila klien mengalami kejang yang berat, AKDR dilepas dan
membantu klien menentukan metode kontrasepsi yang lain.

e. Pada perdarahan hebat yaitu :


1) Apabila tidak ada kelainan patologis, perdarahan bekelanjutan serta
perdarahan hebat, melakukan konseling dan pemantauan.
2) Memberi Ibuprofen (800mg, 3 x sehari selama 1 minggu) untuk mengurangi
perdarahan dan memberikan tablet besi (1 tablet setiap hari selama 1-3 bulan).
3) AKDR memungkinkan dilepas apabila klien menghendaki. Apabila klien telah
memakai AKDR selama lebih dari 3 bulan dan diketahui menderita anemi (Hb
<7g%) dianjurkan untuk melepas AKDR dan membantu memilih metode lain
yang sesuai.
I. Rujukan
System rujukan dalam mekanisme pelayanan MKET merupakan suatu system
pelimpahan tanggung jawab timbal balik diantara unit pelayanan MKET baik

29
secra vertical maupun horizontal atau kasus atau masalah yang berhubungan
dengan MKET.
Unit pelayanan yang dimaksud disini yaitu menurut tingkat kemampuan dari yang
paling sederhana berurut-turut keunit pelayanan yang paling mampuuntuk
AKDR Dokter dan bidan praktek swasta, rumah bersalin, klinik KB,
puskesmas, RS klas D RS klas D, RS klas C, RS klas B, RS klas B2, dan RS
klas A
Tujuan Rujukan
a. Terwujudnya suatu jaringan pelayanan MKET yang terpadu disetiap tingkat
wilayah, sehingga setiap unit pelayanan memberikan pelayanan secara berhasil
guna dan berdaya guna maksimal, sesuai dengan tingkat kemampuannya
masing-masing.
b. Peningkatan dukungan terhadap arah dan pendekatan gerakan KB Nasional
dalam hal perluasan jangkauan dan pembinaan peserta KB dengan pelayanan
yang makin bemutu tinggi serta pengayoman penuh kepada masyarakat

J. KIE pada IUD Copper-7 (seven)


Ketika memberi konseling mengenai AKDR kepada wanita, bidan harus
mendapatkan riwayat medis lengkap masa lalu dan saat ini yang akan membantu
meyingkirkan kontraindikasi.
Diskusi bidan mengenai efektivitas dan resiko AKDR harus mencakup poin-
poin berikut ini:
1 .Klien harus menyadari bahwa darah menstruasi mereka dapat menjadi lebih
banyak dan lebih nyeri. Masa menstruasi dapat membaik dalam beberapa
bulan setelah pemasangan IUD Copper-7.Resiko infeksi panggul agak
meningkat pada saat pemasangan dan selama 20 hari pertama setelah itu.
2. Bidan harus mendiskusikan dengan klien tentang resiko AKDR terlepas
keluar. Hal ini paling mungkin terjadi setelah pemasangan yang membuat

30
mengapa klien perlu datang untuk konsultasi lanjutan 4-6 minggu setelah
pemasangan. Selain itu, penting mengajari klien cara memeriksa benang
AKDR nya setiap bulan setelah masa menstruasinya.
3. Apabila klien dapat merasakan ujung alat AKDR yang akan terasa seperti
ujung batang korek api, maka anjurkan klien untuk menemui bidan.
4. Jarang sekali terdapat resiko selama pemasangan AKDR dapat menyebabkan
uterus atau serviks mengalami perforasi. Apabila klien mengalami nyeri
abdomen bagian bawah yang terus menerus setelah pemasangan tanpa ada
perbaikan, klien harus dianjurkan menemui dokter.

5. Memberi tahu klien Efektivitas IUD sangat efektif, (efektivitasnya 92-94%)

Kegagalan rata-rata 0.8 kehamilan per 100 pemakai wanita pada tahun pertama
pemakaian, karena tidak ada bentuk kotrasepsi yang 100% efektif mencegah
kehamilan. Apabila AKDR gagal, terdapat resiko bahwa kehamilan mungkin
adalah kehamilan ektopik. Dengan demikian, bidan harus menganjurkan klien
tersebut kembali lebih awal sehingga kemungkinan resiko ini dapat
disingkirkan.
6. Memberitahukan kepada klien untuk Kunjungan Ulang Setelah Pemasangan
IUD Copper-7
7. Memberitahukan klien masa pakai MLCu,Copper-Tdan Copper-7 dipakai
selama 2 - 3 tahun.ada juga dipakai selama 8 -10 tahun
Kunjungan ulang setelah pemasangan IUD Menurut BKKBN (2003):
a. 1 minggu pasca pemasangan
b. 2 bulan pasca pemasang
c. Setiap 6 bulan berikutnya
d. 1 tahun sekali
e. Bila terlambat haid 1 minggu
f. Perdarahan banyak dan tidak teratur

Menurut Prawirohardjo (2008), pemeriksaan sesudah IUD dipasang dilakukan


pada:
a. 1 minggu pasca pemasangan
b. 3 bulan berikutnya
c. Berikutnya setiap 6 bulan

31
8. Pemeriksaan Pada Saat Kunjungan Ulang Setelah IUD dipasang seorang klien
wanita, ia harus diarahkan untuk menggunakan preparat spermisida dan
kondom pada bulan pertama. Tindakan ini akan memberi perlindungan penuh
dari konsepsi karena IUD menghambat serviks, uterus, dan saluran falopii
tempat yang memungkinkan pembuahan dan penanaman sel telur dan ini
merupakan kurun waktu IUD dapat terlepas secara spontan.
9. Klien harus melakukan kunjungan ulang pertamanya dalam waktu kurang
lebih enam minggu. Kunjungan ini harus 21 dilakukan setelah masa
menstruasi pertamanya pasca pamasangan IUD. Pada waktu ini, bulan pertama
kemungkinan insiden IUD lebih tinggi untuk terlepas secara spontan telah
berakhir. IUD dapat diperiksa untuk menentukannya masih berada pada posisi
yang tepat.
10. Selain itu, seorang wanita harus memiliki pengalaman melakukan
pemeriksaan IUD secara mandiri dan beberapa efek samping langsung harus
sudah diatasi.
11. Diharapkan, hal ini membuahkan hasil berupa peningkatan jumlah pengguna
IUD.
Data-data terkait IUD berikut dapat diperoleh pada kunjungan ulang ini.
a. Riwayat
1) Masa menstruasi (dibandingkan dengan menstruasi sebelum menggunakan
IUD)
a) Tanggal
b) Lamanya
c) Jumlah aliran
d) Nyeri
2) Diantara waktu menstruasi (dibading dengan sebelum menggunakan IUD)
a) Bercak darah atau perdarahan: amanya, jumlah
b) Kram: lamanya, tingkat keparahan
c) Nyeri punggung: lokasi, lamanya, tingkat keparahan.
d) Rabas vagina: lamanya, warna, bau, rasa gatal, rasa terbakar saat berkemih
(sebelum atau setelah urine mulai mengalir)
3) Pemeriksaan benang
a) Tanggal pemeriksaan benang yang terakhir

32
b) Benang dapat dirasakan oleh pasangan selama melakukan hubungan seksual
4) Kepuasaan terhadap metode yang digunakan (baik pada wanita maupun
pasangannya)
5) Setiap obat yang digunakan: yang mana, mengapa
6) Setiap kunjungan ke dokter atau keruang gawat darurat sejak pemasangan
IUD:
7) Penggunaan preparat spermisida dan kondom: kapan, apakah ada masalah
8) Tanda-tanda dugaankehamilan jika ada indikasi
b. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui adanya nyeri tekan pada bagian
bawah abdomen 2) Pemeriksaan untuk mengetahui adanya nyeri tekan akibat
CVA, jika diindikasikan untuk diagnose banding
3) Tanda-tanda kemungkinan kehamil, jika ada indikasi.
c. Pemeriksaan pelvic
1) Pemeriksaan speculum
a) Benang terlihat
b) Panjang benang: pemotongan benang bila ada indikasi
c) Rabas vagina: catat karakteristik dan lakukan kultur dan apusan basah bila
diindikasikan. 2) Pemeriksaan bimanual
a) Nyeri ketika serviks atau uterus bergerak
b) Nyeri tekan pada uterus
c) Pembesaran uterus
d) Nyeri tekan pada daerah sekitar
e) Tanda-tanda kemungkinan kehamilan bila diindikasikan
d. Laboratorium
1) Hemoglobin atau hematokrit
2) Urinalis rutin sesuai indikasi untuk diagnosis banding
3) Kultur serviks dan apusan basah, jika ada indikasi
4) Tes kehamilan, jika ada indikasi Apabila hasil pemeriksaan diatas memuaskan,
maka klien akan mendapatkan jadwal untuk melakukan pemeriksaan fisik
rutinnya. Pada kunjungan tersebut bidan akan melakukan hal-hal seperti
mengkaji riwayat penapisan umum yaitu pemeriksaan fisik dan pelvic, pap
smear, kultur klamedia dan gonorea, tes laboratorium rutin lain dan
pengulangan kunjungan ulang IUD seperti dijelaskan diatas. Pengarahan

33
supaya klien memeriksakan IUD nya, kapan harus menghubungi bila muncul
masalah atau untuk membuat perjanjian 24 sebelum kunjungan tahunnya dapat
ditinjau kembali bersama klien selama kunjungan ulang ini

3. Spiral

A. Pengertian

IUD (Spiral) adalah Suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim
terbuat dari plastik halus (Polyethelen) untuk mencegah terjadinya konsepsi
atau kehamilan. (BKKBN, 2003).

IUD (intrauterine device) yaitu alat yang terbuat dari plastik yang dimasukkan ke
dalam rahim dan mencegah kehamilan dengan cara menganggu lingkungan
rahim dan menghalangi terjadinya pembuahan maupun implantasi (ILUNI
FKUI, 2010).

34
AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) atau spiral, atau dalam bahasa Inggrisnya
Intra-Uterine Devices, disingkat IUD adalah alat yang dibuat dari polietilen
dengan atau tanpa metal/steroid yang ditempatkan di dalam rahim.Pemasangan
ini dapat untuk 3-5 tahun dan bisa dilepaskan setiap saat bila klien
berkeinginan untuk mempunyai anak. AKDR ini bekerja dengan mencegah
pertemuan sperma dengan sel telur (Kusumaningrum, 2009)

Pemakaian IUD adalah seorang wanita yang menggunakan alat kontrasepsi IUD
mencegah atau menghindari kehamilan (BKKBN, 2003).

1. Lippes loop
Terbuat dari polyethelen, berbentuk spiral atau huruf S bersambung.Untuk
memudahkan kontrol diberi benang pada ekornya. Lippes Loop mempunyai
angka kegagalan yang rendah, keuntungan lain dari AKDR/IUD jenis ini
adalah jarang terjadi luka atau porforasi, sebab terbuat dari bahan plastik
(Maryani, 2004).
Spiral bisa bertahan dalam rahim dan menghambat pembuahan sampai 10 tahun
lamanya.Setelah itu harus dikeluarkan dan diganti. Bahan spiral yang paling
umum digunakan adalah plastic atau plastic bercampur tembaga. Terdapat dua
jenis IUD yaitu IUD dengan tembaga dan IUD dengan hormon (dikenal
dengan IUS = Intrauterine System). IUD tembaga (copper) melepaskan
partikel tembaga untuk mencegah kehamilan sedangkan IUS melepaskan
hormon progestin (Kusmarjadi, 2010).
Spiral jenis copper T (melepaskan tembaga) mencegah kehamilan dengan cara
menganggu pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim dan dapat
dipakai selama 10 tahun. Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya
efektif untuk 1 tahun dan dapat digunakan untuk kontrasepsi darurat (ILUNI
FKUI, 2010)

a. keuntungan
1) Efektivitasnya tinggi  0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam tahun
pertama, 1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan.
2) Dapat efektif segera setelah pemasangan.
3) Metode jangka panjang (10 th).
4) Sangat efektif (tidak perlu mengingat-ingat).

35
5) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
6) Tidak ada efek samping hormonal.
7) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
8) Dapat dipasang segera setelah melhirkan/sesudah abortus.
9) Dapat digubakan sampai dengan menopause.
10) Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
11) Membantu mencegah kehamilan ektopik.

b. Efek samping
yang umum terjadi :
1)Perubahan siklus haid. (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan)
2)Haid lebih lama dan banyak.
3)Perdarahan antar menstruasi (spotting).
4)Saat haid lebih sakit.
c. Komplikasi lain
1)Merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan
2)Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan
penyebab anemia
3)Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar)
a. Tidak mencegah IMS.
b. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS/perempuan yang sering
bergantian pasangan.
c. radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR, PRP
dapat memicu infertilitas
d. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan
IUD
e. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan
IUD. Biasanya menghilang dalam 1 – 2 hari
f. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas kesehatan
terlatih yang harus melepas AKDR

36
g. Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD
dipasang segera setelah melahirkan)
h. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD mencegah
kehamilan normal
i. Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.
d. Indikasi
1. Usia reproduktif
2. Keadaan nulipara
3. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
4. Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui
6. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
7. Risiko rendah dari IMS
8. Tidak menghendaki metoda hormonal
9. Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
10. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama
11. Perokok
12. Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terluhat adanya
infeksi
13. Gemuk ataupun kurus

14. Penderita tumor jinak payudara

15. Penderita kanker payudara

16. Pusing-pusing, sakit kepala

17. Tekanan darah tinggi

18. Varises di tungkai atau di vulva

19. Diabetes

20. Setelah kehamilan ektopik

e. Kontra indikasi
Yang tidak diperkenankan menggunakan IUD adalah :
1. Sedang hamil
2. Perdarahan vagina yang tidak diketahui

37
3. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
4. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus
septik
5. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yangdapat
mempengaruhi kavum uteri
6. Penyakit trofoblas yang ganas
7. Diketahui menderita TBC pelvik
8. Kanker alat genital
9. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm

f. Penanggulangan

MASALAH CARA
PENANGGULANGANNYA
Pendarahan, gangguan haid Kalo permasalahan ringan,
berlebihan memang kadang - dianjurkan agar dilakukan
kadang terjadi pada 3 bulan konseling, dan apabila
pertama pemakaian pendarahan banyak,
AKDR/IUD dianjurkan agar dirujuk ke
tempat pelayanan
- Kompres perut dengan air
dingin
- Dibawa ke klinik atau
rumah sakit terdekat
Nyeri perut bagian bawah atau Segera dibawa ke puskesma
keputihan yang berbau untuk pengobatan
selanjutnya, karena
kemungkinan terjadi infeksi
Perasaan kurang enak, demam, Jika akseptor mengetahui
menggigil bahwa AKDR-nya telah
keluar, hilang, agar segera
dibawa ke klinik atau RS

38
terdekat
- Bila terjadi kehamilan
segera dibawa ke pelayanan
kesehatan lengkap
Benang AKDR hilang,
bertambah pendek atau
memanjang

g. Pemasangan IUD Spiral


Langkah 1
Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilakan klien
mengajukan pertanyaan.
Sampaikan kepada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada beberapa
langkah waktu pemasangan dan nanti apabila akan diberitahu bila sampai pada
langkah tersebut.
Pastikan klien telah mengosongkan kandung kencingnya.
Langkah 2
Periksa genitalia eksterna untuk memeriksa adanya ulkus, pembengkakan
kelenjar getah bening (bubo), pembengkakan kelenjar bartholini dan kelenjar
skene.
Lakukan pemereiksaan spekulum untuk memeriksa adanya cairan vagina,
servisitis, dan pemeriksaan mikroskopis bila diperlukan.
Lakukan pemeriksaan panggul untuk menetukan besar, posisi uterus, konsistensi
dan mobilitas uterus. Untuk memeriksa adanya nyeri goyang serviks dan
tumor pada adneksa atau pada kavum douglasi.
Lagkah 3
Lakukan pemeriksaan mikroskopik bila tersedia dan ada indikasi untuk
memeriksa adanya jamur, trikomonas, bakterial vaginosis (preparat basah
Saline dan KOH serta pemeriksaan pH) untuk memeriksa adanya gonorea atau
klamidia.

39
Langkah 4
Masukkan lengan AKDR Copper T-380 A di dalam kemasan sterilnya.
Langkah 5
akan tenakulum untuk menjepit serviks poada posisi jam 1 atau jam 11.
Langkah 6
Masukkan sonde uterus untuk menentukan posisi uterus dan kedalaman kavum
uteri. Memasukkan sonde sekali masuk dengan tekhnik tanpa sentuh (no touch)
dimaksudkan untuk mengurangi risiko infeksi.
Langkah 7
Atur letak leher biru pada tabung inserter sesuai dengan kedalaman kavum uteri.
Tarik tenakulum (yang masih menjepit serviks sesudah melakukan sonde uterus)
sehingga kavum uteri, kanalis servikalis dan vagina berada dalam satu garis lurus.
Masukkan dengan pelan dan hati-hati tabung inserter yang sudah berisi AKDR
kedalam kanalis servikalis dengan mempertahankan posisi leher biru dalam arah
horizontal.
Sesuai dengan arah dan posisi kavum uteri, dorong tabung inserter sampai leher
biru menyentuh serviks atau sampai terasa ada tahanan dari fundus uteri. Pastikan
leher biru tetap dalam posisi horizontal.
Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan, sedang tangan
lain menarik tabung inserter sampai pangkal pendorong. Dengan cara ini lengan
AKDR akan berada tepat di fundus (puncak kavum uteri).
Keluarkan pendorong dengan tetap memegang dan menahan tabung inserter,
dorong kembali tabung inserter dengan pelan dan hati-hati sampai terasa ada
tahanan fundus. Langkah ini menjamin bahwa lengan AKDR akan berada tetap di
tempat yang setinggi mungkin dalam kavum uteri.
Keluarkan sebagian tabung inserter dari kanalis servikalis. Pada waktu benang
tampak tersembul keluar dari lubang serviks sepanjang 3-4 cm, potong benang
tersebut degan menggunakan gunting mayo yang tajam.
Lepas tenakulum. Bila ada perdarahan banyak dati tempat bekas jepitan
tenakulum, tekan dengan kasa sampai perdarahn terhenti.

Langkah 8
Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi sebelum melepas sarung
tangan. Bersihkan permukaan yang terkontaminasi.

40
Langkah 9
Lakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan dengan segera setelah selesai
dipakai.
Langkah 10
Ajarkan pada klien bagaimana cara memeriksa benang AKDR (dengan model
bila tersedia).
Minta klien menunggu di klinik selam 15-30 menit setelah pemasangan AKDR.

h. Langkah-langkah pencabutan AKDR Spiral


Langkah 1
Menjelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan persilakan klien untuk
bertanya.
Langkah 2
Memasukkan spukulum untuk melihat serviks dan benang AKDR.
Langkah 3
Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali.
Langkah 4
Mengatakan kepada klien bahwa sekarang akan dilakukan pencabutan. Meminta
klien untuk tenang dan menarik napas panjang. Memberitahu mungkin timbul
sakit tapi itu normal.
Pencabutan normal. Jepit benang di dekat serviks dengan menggunakan klem
lurus atau lengkung (ekstraktor) yang sudah didisinfeksi tingkat tinggi atau steril
dan tarik benang pelan-pelan, tidak boleh menarik dengan kuat. AKDR biasanya
dapat dicabut dengan mudah. Untuk mencegah benangnya putus, tarik dengan
kekuatan tetap dan cabut AKDR dengan pelan-pelan. Bila benang putus saat
ditarik tetapi ujung AKDR masih dapat dilihat maka jepit ujung AKDR tersebut
dan tarik keluar.
Pencabutan sulit. Bila benang AKDR tidak tampak, periksa pada kanalis
servikalis dengan menggunakan klem lurus atau lengkung. Bila tidak ditemukan
pada kanalis servikalis, masukkan klem atau alat pencabut AKDR kedalam
kavum uteri untuk menjepit benang atau AKDR itu sendiri
Bila sebagian AKDR sudah tertarik keluar tetapi kemudian mengalami kesulitan
menarik seluruhnya dari kanalis servikalis, putar pelan-pelan sambil tetap
menarik selama klien tidak mengeluh sakit. Bola dari pemeriksaan bimanual

41
didapatkan sudut antara uterus dengan kanalis servikalis yang sangat tajam,
gunakan tenakulum untuk menjepit serviks dan lakukan tarikan ke bawah dan ke
atas dengan pelan-pelan dan hati-hati, sambil memutar klem. Jangan
menggunakan tenaga besar (YBPSP, 2006).

i. Cara kerja
1. Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini belum diketahui secara pasti, ada
yang berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing yang menimbulkan
2. reaksi radang setempat, dengan sebutan lekorit yang dapat melarutkan
blastosis atau seperma. Mekanisme kerja AKDR yang dililiti kawat tembaga
mungkin berlainan. Tembaga dalam konsentrasi kecil yang dikeluarkan ke
dalam rongga uterus juga menghambat khasiatanhidrase karbon dan fosfatase
alkali. AKDR yang mengeluarkanhormon juga menebalkan lender sehingga
menghalangi pasasi sperma (Prawirohardjo, 2005).
3. Sampai sekarang mekanisme kerja AKDR belum diketahui dengan pasti, kini
pendapat yang terbanyak ialah bahwa AKDR dalam kavum uteri menimbulkan
reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebutan leokosit yang
dapat menghancurkan blastokista atau sperma. Sifat-sifat dari cairan uterus
mengalami perubahan – perubahan pada pemakaian AKDR yang
menyebabkan blastokista tidak dapat hidup dalam uterus. Walaupun
sebelumnya terjadi nidasi, penyelidik-penyelidik lain menemukan sering
adanya kontraksi uterus pada pemakaian AKDR yang dapat menghalangi
nidasi. Diduga ini disebabkanoleh meningkatnya kadar prostaglandindalam
uterus pada wanita (Wiknjoastro, 2005).
4. Sebagai metode biasa (yang dipasang sebelum hubungan sexual terjadi)
AKDR mengubah transportasi tuba dalam rahim danmempengaruhi sel elur
dan sperma sehingga pembuahan tidak terjadi. Sebagai kontrasepsi darurat
(dipasang setelah hubungan sexual terjadi) dalam beberapa kasus mungkin
memiliki mekanisme yang lebih mungkin adalah dengan mencegah terjadinya
implantasi atau penyerangan sel telur yang telah dibuahi ke dalam dinding
rahim

j. Tujuan dan manfaat


1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi

42
2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu walaupun
AKDR membuat sperma sulit ke dalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi
4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur ke dalam uteri

k. KIE KB spiral
Ketika memberi konseling mengenai AKDR kepada wanita, bidan harus
mendapatkan riwayat medis lengkap masa lalu dan saat ini yang akan membantu
meyingkirkan kontraindikasi. Diskusi bidan mengenai efektivitas dan resiko
AKDR harus mencakup poin-poin berikut ini:
1. Klien harus menyadari bahwa darah menstruasi mereka dapat menjadi lebih
banyak dan lebih nyeri. Masa menstruasi dapat membaik dalam beberapa
bulan setelah pemasangan IUD Spiral.Resiko infeksi panggul agak meningkat
pada saat pemasangan dan selama 20 hari pertama setelah itu.
2. Penelitian (Farley et al, 1992) menunjukkan bahwa resiko penyakit radang
panggul (pelvic inflammatory disease) enam kali lebih tinggi selama 20 hari
pertama setelah pemasangan yang menekankan perlunya dilakukan penapisan
dan tindak lanjut serta menunjukkan bahwa pembatasan penggantian AKDR
akan mengurangi resiko infeksi. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada sedikit
resiko atau tidak ada resiko PRP yang terkait dengan pemakaian AKDR jangka
panjang dan bahwa penyakit menular seksual adalah penyebab utama PRP.
AKDR tidak melindungi wanita dari PMS dan HIV sehingga isu ini harus
diberitahukan kepada klien.
3. Bidan harus mendiskusikan dengan klien tentang resiko AKDR terlepas
keluar. Hal ini paling mungkin terjadi setelah pemasangan yang membuat
mengapa klien perlu datang untuk konsultasi lanjutan 4-6 minggu setelah
pemasangan. Selain itu, penting mengajari klien cara memeriksa benang
AKDR nya setiap bulan setelah masa menstruasinya.
4. Apabila klien dapat merasakan ujung alat AKDR yang akan terasa seperti
ujung batang korek api, maka anjurkan klien untuk menemui bidan.
5. Jarang sekali terdapat resiko selama pemasangan AKDR dapat menyebabkan
uterus atau serviks mengalami perforasi. Apabila klien mengalami nyeri

43
abdomen bagian bawah yang terus menerus setelah pemasangan tanpa ada
perbaikan, klien harus dianjurkan menemui dokter.
6. Memberi tahu klien Efektivitas IUD sangat efektif, (efektivitasnya 92-94%)

IUD spiral efektivitasnya . Kegagalan rata-rata 0.8 kehamilan per 100

pemakai wanita pada tahun pertama pemakaian, karena tidak ada bentuk
kotrasepsi yang 100% efektif mencegah kehamilan. Apabila AKDR gagal,
terdapat resiko bahwa kehamilan mungkin adalah kehamilan ektopik. Dengan
demikian, bidan harus menganjurkan klien tersebut kembali lebih awal
sehingga kemungkinan resiko ini dapat disingkirkan.
7. Lippes Loop,bisa dipakai selamanya kalau tdk ada keluhan – sudah tidak
diproduksi
Kunjungan ulang setelah pemasangan IUD Menurut BKKBN (2003):
a. 1 minggu pasca pemasangan
b. 2 bulan pasca pemasang
c. Setiap 6 bulan berikutnya
d. 1 tahun sekali
e. Bila terlambat haid 1 minggu
f. Perdarahan banyak dan tidak teratur

Menurut Prawirohardjo (2008), pemeriksaan sesudah IUD dipasang dilakukan


pada:
a. 1 minggu pasca pemasangan
b. 3 bulan berikutnya
c. Berikutnya setiap 6 bulan

8. Pemeriksaan Pada Saat Kunjungan Ulang Setelah IUD dipasang seorang klien
wanita, ia harus diarahkan untuk menggunakan preparat spermisida dan
kondom pada bulan pertama. Tindakan ini akan memberi perlindungan penuh
dari konsepsi karena IUD menghambat serviks, uterus, dan saluran falopii
tempat yang memungkinkan pembuahan dan penanaman sel telur dan ini
merupakan kurun waktu IUD dapat terlepas secara spontan.
9. Klien harus melakukan kunjungan ulang pertamanya dalam waktu kurang
lebih enam minggu. Kunjungan ini harus 21 dilakukan setelah masa

44
menstruasi pertamanya pasca pamasangan IUD. Pada waktu ini, bulan pertama
kemungkinan insiden IUD lebih tinggi untuk terlepas secara spontan telah
berakhir. IUD dapat diperiksa untuk menentukannya masih berada pada posisi
yang tepat.
10. Selain itu, seorang wanita harus memiliki pengalaman melakukan
pemeriksaan IUD secara mandiri dan beberapa efek samping langsung harus
sudah diatasi.
11. Diharapkan, hal ini membuahkan hasil berupa peningkatan jumlah pengguna
IUD.
Data-data terkait IUD berikut dapat diperoleh pada kunjungan ulang ini.
a. Riwayat
1) Masa menstruasi (dibandingkan dengan menstruasi sebelum menggunakan
IUD)
a) Tanggal
b) Lamanya
c) Jumlah aliran
d) Nyeri
2) Diantara waktu menstruasi (dibading dengan sebelum menggunakan IUD)
a) Bercak darah atau perdarahan: amanya, jumlah
b) Kram: lamanya, tingkat keparahan
c) Nyeri punggung: lokasi, lamanya, tingkat keparahan.
d) Rabas vagina: lamanya, warna, bau, rasa gatal, rasa terbakar saat berkemih
(sebelum atau setelah urine mulai mengalir)
3) Pemeriksaan benang
a) Tanggal pemeriksaan benang yang terakhir
b) Benang dapat dirasakan oleh pasangan selama melakukan hubungan seksual
4) Kepuasaan terhadap metode yang digunakan (baik pada wanita maupun
pasangannya)
5) Setiap obat yang digunakan: yang mana, mengapa
6) Setiap kunjungan ke dokter atau keruang gawat darurat sejak pemasangan
IUD:
7) Penggunaan preparat spermisida dan kondom: kapan, apakah ada masalah
8) Tanda-tanda dugaankehamilan jika ada indikasi
b. Pemeriksaan fisik

45
1) Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui adanya nyeri tekan pada bagian
bawah abdomen 2) Pemeriksaan untuk mengetahui adanya nyeri tekan akibat
CVA, jika diindikasikan untuk diagnose banding
3) Tanda-tanda kemungkinan kehamil, jika ada indikasi.
c. Pemeriksaan pelvic
1) Pemeriksaan speculum
a) Benang terlihat
b) Panjang benang: pemotongan benang bila ada indikasi
c) Rabas vagina: catat karakteristik dan lakukan kultur dan apusan basah bila
diindikasikan. 2) Pemeriksaan bimanual
a) Nyeri ketika serviks atau uterus bergerak
b) Nyeri tekan pada uterus
c) Pembesaran uterus
d) Nyeri tekan pada daerah sekitar
e) Tanda-tanda kemungkinan kehamilan bila diindikasikan
d. Laboratorium
1) Hemoglobin atau hematokrit
2) Urinalis rutin sesuai indikasi untuk diagnosis banding
3) Kultur serviks dan apusan basah, jika ada indikasi
4) Tes kehamilan, jika ada indikasi Apabila hasil pemeriksaan diatas memuaskan,
maka klien akan mendapatkan jadwal untuk melakukan pemeriksaan fisik
rutinnya. Pada kunjungan tersebut bidan akan melakukan hal-hal seperti
mengkaji riwayat penapisan umum yaitu pemeriksaan fisik dan pelvic, pap
smear, kultur klamedia dan gonorea, tes laboratorium rutin lain dan
pengulangan kunjungan ulang IUD seperti dijelaskan diatas. Pengarahan
supaya klien memeriksakan IUD nya, kapan harus menghubungi bila muncul
masalah atau untuk membuat perjanjian 24 sebelum kunjungan tahunnya dapat
ditinjau kembali bersama klien selama kunjungan ulang ini

46
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pengertian dari KB yaitu tindakan yang membantu individu atau pasngan untuk
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval kelahiran,
mengontrol kartu keturunan dalam hubungan dengan umur pasanngan suami istri dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga(Hartanto, 2003).
Dalam pelaksanaan program KB biasanya digunakan alat kontrasepsi yang
digunakan untuk mengatur /mengendalikan pertumbuhan penduduk khususnya di
Indonesia.
Pengertian dari kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi yaitu
bertemunya sel sperme dan ovum. Dalam pelayanan KB ada berbagaimacam cara
untuk mencegah konsepsi salah satunya dengan menggunakan AKDR.
Dalam penggunaan AKDR juga terdapat manfaat, keuntungan serta kerugian dari
penggunaan AKDR tersebut.
Masalah yang timbul dari penggunaan AKDR tersebut juga diharapkan bisa
teratasi dengan beberapa cara antara lain dengan memperhatikan cara pemakaian
yang benar, efek samping serta konseling bagi pengguna oleh tenaga kesehatan.

B. SARAN
1. Bagi pengguna alat kontrasepsi AKDR
Pengguna hendaknya mengetahui terlebih dahulu alat kontrasepsi yang akan
di pakai dengan cara bertanya hal yang ingin diketahui ke tenaga kesehatan.
2. Bagi tenaga kesehatan
a. Sebagai tenaga kesehatan hendakna meningkatkan keterampilannya
memasang AKDR yang baik dan sesuai prosedur.
b. Sebelum memasang AKDR pada klien jangan lupa untuk melakukan
infomconsent pada klien.

47
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP-SP

Cunningham,dkk. 1995. Obstetri Williams. Jakarta: EGC

BkkbN.2012. Pedoman Tata Cara Kerja PLKB/PKB Dalam Program Kependudukan dan KB
Nasional di Tingkat Desa/Kelurahan. BkkbN Provinsi Sulawesi Utara. BkkbN.2013.
Informasi Tentang Manfaat KB dan Kaitannya Terhadap Kesehatan Ibu dan Anak. BkkbN
Jakarta. Cahyana, Yan Yan & Bagong Suyanto. 1996. Kajian Komunikasi dan Seluk
Beluknya. Surabaya: Airlangga University Press Cangara, Hafid. 2003. Pengantar Ilmu

48

You might also like