You are on page 1of 19

umi kalsum

Rabu, 30 September 2015


KASUS PELANGGARAN ETIKA PROFESI AKUNTANSI

Kasus WorldCom.
WorldCom pada awalnya merupakan perusahaan penyedia layanan telpon jarak jauh. Selama
tahun 90an perusahaan ini melakukan beberapa akuisisi terhadap perusahaan telekomunikasi lain
yang kemudian meningkatkan pendapatnnya dari $152 juta pada tahun 1990 menjadi $392
milyar pada 2001, yang pada akhirnya menempatkan WorldCom pada posisi ke 42 dari 500
perusahaan lainnya menurut versi majalah fortune.
Pada tahun 1990 terjadi masalah fundamental ekonomi pada WorldCom yaitu terlalu besarnya
kapasitas telekomunikasi. Masalah ini terjadi karena pada tahun 1998 Amerika mengalami resesi
ekonomi sehingga permintaan terhadap infrastruktur internet berkurang drastis. Hal ini berimbas
pada pendapatan WorldCom yang menurun drastis sehingga pendapatan ini jauh dari yang
diharapkan.
Nilai pasar saham perusahaan Worldcom turun dari sekitar 150 milyar dollar (januari 2000)
menjadi hanya sekitar $150 juta (1 juli 2002). Keadaan ini mebuatan pihak manajemen berusaha
melakukan praktek-praktek akuntansi untuk menghindari berita buruk tersebut.

Cara Manajemen WorldCom menggelembungkan angka:

 Biaya jaringan yang telah dibayarkan pihak WorldCom kepada pihak ketiga
dipertanggungjawabkan dengan tidak benar. Dimana biaya jaringan yang seharusnya
dibebankan dalam laporan laba rugi, oleh perusahaan dibebankan ke rekening modal.
 Dana cadangan untuk beberapa biaya operasional dinaikkan oleh perusahaan. Dengan
praktik ini, WorldCom berhasil memanipulasi keuntungannya sebesar $ 2 M.

Lalu Cynthia Cooper salah satu auditor internal WorldCom merasa ada sesuatu yang tidak beres
dengan pelaporan keuangan yang terjadi pada perusahaan. Pada masa-masa itu WorldCom
menggunakan jasa perusahaan Arthur Andersen sebagai auditor eksternal independen.
Sedangkan Arthur Andersen sendiri terlilit skandal Enron tidak lama yang lalu. Jadi bisa dibilang
kredibilitas perusahaan Arthur Andersen sendiri mulai dipertanyakan. Dan pada bulan Mei 2002
Cynthia Cooper berhasil menemukan sebuah lubang pada laporan keuangan perusahaan mereka.

Pelanggaran yang dilakukan oleh Manajemen Puncak WorldCom sebegai berikut:

 Penggelembungan tersebut terjadi karena adanya praktik akuntansi yang keliru dan
manipulasi laporan keuangan oleh pihak manajemen puncak perusahaan;
 kuntansi yang keliru ini dapat terealisasi karena dibantu oleh eksternal Arthur Andersen
dan staf akuntansi perusahaan tersebut;
 Selain praktik akuntansi yang keliru, CEO WorldCom(Bernie Ebbers) juga
menggunakan uang perusahaan untuk kepentingan pribadi.

Dampak:

 Nilai saham turun dari $64,5 menjadi $2 dan akhirnya turun lagi menjadi kurang 1 sen.
 Pegawai mengalami kerugian dana pensiun.
 Memberhentikan karyawan sebanyak 17.000 orang.
 WorldCom mengalami kebangkrutan dan akhirnya pailit.

Analisis:

 Pihak manajemen WorldCom telah melakukan berbagai macam pelanggaran praktik


bisnis yang tidak sehat dan keluar dari prinsip good corporate governance.
 Hancurnya Enron dan WorldCom di akibatkan karena praktik bisnis tidak sehat yang
dijalankan perusahaan dan juga didukung tindakan KAP Andersen yang membiarkan
praktik bisnis tidak sehat tersebut.
 Peran auditor seharusnya sangatlah penting dalam pengendalian kontrol perusahaan.

Kesimpulan dan saran :

Profesi akuntan dan khususnya para auditor sangatlah berarti. Berbagai peristiwa telah memberi
tantangan tetapi juga kesempatan dan pertumbuhan yang besar. Belum pernah permintaan atas
akuntan yang handal dan auditor dengan integritas tinggi menjadi sangat tinggi. Kantor Akuntan
Publik (KAP) dan auditor seharusnya bisa bersikap independen, dan jangan sampai kehilangan
objektivitasnya dalam mengaudit laporan keuangan dan mengevaluasi metode akuntansi
perusahaan yang diauditnya.juga menjungjung tinggi independensi, profesionalisme dan tidak
melakukan pelanggaran kode etik profesi dan ingkar dari tanggungjawab terhadap profesi
maupun masyarakat. Agar fenomena mega skandal seperti WorldCom tidak terulang kembali.
Dan kejadian-kejadian tersebut telah memberikan lonceng peringatan kepada para akuntan, maka
diharapkan profesi ini akan menjadi lebih kuat dan dinilai lebih tinggi dari sebelumnya

WorldCom pada saat itu sebenarnya merupakan perusahaan telekomunikasi yang besar. Dengan
jumlah karyawan mencapai 80.000, WorldCom menyediakan layanan telepon jarak jauh dan
memiliki backbone jaringan Internet terbesar. WorldCom berawal dari merger perusahaan Long
Distance Discount Services, Inc (LDDS) dengan Advantage Companies Inc. Bernard Ebbers
yang sebagai pendiri LDDS ditunjuk sebagai CEO WorldCom.

WorldCom setelah menyatakan diri pailit menggantikan namanya menjadi MCI Inc dan
belakangan diakuisisi Verizon Communication pada tahun 2005

Pada awal tahun 2000 perusahaan komunikasi tersebut sudah mulai mengalami kemerosotan
yang disebabkan oleh dot-com buble. Pendapatan mengalami penurunan dan utang semakin
banyak. Nilai saham juga terus mengalami penurunan. Melihat kondisi tersebut Bernard Ebbers
sebagai CEO, Scott Sullivan sebagai CFO dan David Myers sebagai auditor senior memutuskan
mengambil langkah keluar dengan cara mengubah laporan keuangan. Ada dua cara yang mereka
tempuh. Yang pertama, mereka membukukan ‘line cost‘ sebagai pemasukan, padahal pada
kenyataannya merupakan pengeluaran. Dan yang kedua, mereka meningkatkan pendapatan
dengan entri akun palsu yang ditulis sebagai “akun pendapatan perusahaan yang tidak
teralokasi”.

Bernard Ebbers mengendarai sendiri mobil Mercedes Benz-nya ke penjara, setelah dijatuhi
hukuman kurungan 25 tahun.

Cynthia Cooper salah satu auditor internal WorldCom merasa ada sesuatu yang tidak beres
dengan pelaporan keuangan di situ. Kecurigaannya semakin nyata ketika dia menanyakan perihal
keuangan kepada Sullivan, sang CFO yang dibalas dengan menyuruhnya untuk tidak ikut
campur. Pada masa-masa itu WorldCom menggunakan jasa perusahaan Arthur Andersen sebagai
auditor eksternal independen. Sedangkan Arthur Andersen sendiri dalam terlilit skandal Enron
tidak lama yang lalu. Jadi bisa dibilang kredibilitas perusahaan Arthur Andersen sendiri mulai
dipertanyakan.
Cynthia Cooper saat itu menjabat sebagai Vice President dalam divisi Internal Audit WorldCom

Cynthia bersama beberapa rekannya membentuk sebuah tim kecil untuk melakukan investigasi.
Mereka harus mengaudit keuangan pada malam hari secara sembunyi-sembunyi supaya tidak
diketahui atasan untuk mencari kebenaran. Tetapi perjuangan para tim ini tidaklah sia-sia. Pada
bulan Mei mereka berhasil menemukan sebuah lubang pada laporan keuangan perusahaan
mereka.

Cooper lalu memutuskan menghubungi kepala komite audit mengenai penemuan timnya. Pada
tanggal 20 Juni diselenggarakan rapat komite audit dewan direksi untuk mendengarkan Cooper
dan Sullivan. Pada pertemuan itu sang CFO berusaha menjelaskan strategi akuntasi yang
dilakukan dia dan berusaha mendapat dukungan dari para dewan, namun gagal. Pada tanggal 24
Juni, komite audit meminta Sullivan dan Myers untuk mengundurkan diri sebelum rapat dewan
direksi hari berikutnya jika tidak ingin diberhentikan.

Myers mengundurkan diri. Sedangkan Sullivan enggan mengundurkan diri, sehingga dipecat.
Pada hari berikutnya WorldCom mengumumkan kenyataan keadaan keuangan perusahaan
mereka keluar. Akhirnya seluruh dunia mengetahui kalau perusahaan ini telah memalsukan
pendapatannya sebanyak 3,8 miliar dolar US. Perusahaan WorldCom kemudian menyatakan
dirinya pailit. Kebangkrutan WorldCom merupakan kebangkrutan terbesar dalam sejarah
Amerika pada saat itu dengan nilai asetnya sebesar 103,9 miliar dolar US. Ebbers akhirnya
diganjar penjara selama 25 tahun karena terbukti ikut terlibat dalam penipuan pelaporan
akutansi. Sedangkan Sullivan sendiri dikenakan hukuman 5 tahun penjara.

Peristiwa ini membuktikan sebuah perusahaan yang dari luar terlihat normal sebenarnya bisa saja
merupakan sebuah ilusi yang menyesatkan para pemegang saham. Umumnya ilusi yang
dipancarkan oleh perusahaan ini tidak lain adalah laporan keuangan yang dipalsukan.
Demikianlah kisah sang perusahaan pemilik jaringan Internet terbesar ini menemui
kehancurannya.
Manajemen Worldcom menggelembungkan angka pada periode berjalan dengan cara:
 Biaya jaringan yang telah dibayarkan pihak worldcom kepada pihak ketiga dipertanggungjawabkan
dengan tidak benar. Dimana biaya jaringan yang seharusnya dibebankan dalam laporan laba rugi,
oleh perusahaan dibebankan ke rekening modal. Hal ini mengakibatkan laba periode berjalan
menjadi lebih besar dari laba yang sebenarnya didapat oleh perusahaan. Dengan cara ini worldcom
mampu meningkatkan keuntungannya hingga $ 3.85 M
 Dana cadangan untuk beberapa biaya operasional dinaikkan oleh perusahaan. Dana cadangan yang
sudah terbentuk, nantinya akan dikurangi secara tidak benar oleh perusahaan untuk memanipulasi
jumlah keuntungan yang diperoleh perusahaan pada periode berjalan. Dengan praktik ini,
Worldcom berhasil memanipulasi keuntungannya sebesar $ 2 M.

2. Arthur Andersen menyetujui tindakan manipulasi karena :


 Tidak adanya integritas dalam praktik audit Arthur Andersen, sehingga kecurangan yang
dilakukan tidak diungkapkan dalam opini auditor.
 Adanya hubungan antara AA dengan Sullivan dan Myers yang merupakan pekerja di KAP AA
sebelum bergabung dengan WorldCom.

3. Cara Dewan Direksi Worldcom mencegah manipulasi yang dilakukan oleh manajemen :
 Dewan Direksi harus membentuk komite audit yang sepenuhnya memenuhi asas integritas dan
independensi. Hal ini agar pengukuran dan pengungkapan atas LK worldcom dilakukan dengan
benar sehingga tidak ada informasi yang ditutupi.
 Dewan direksi harus yakin bahwa Sistem Pengendalian Manajemen (SPM) perusahaan telah
dengan baik mengendalikan sistem manajemen worldcom sehingga tidak terjadi kecurangan oleh
pihak manajemen dalam perusahaan.
 Menciptakan budaya yang sehat, terbuka dan taat terhadap corporate governance dan corporate
responbility agar perusahaan tidak melakukan kegiatan yang melanggar etika.
 Transparansi dari pihak manajemen baik kepada auditor eksternal maupun internal.
4. Alasan para akuntan WorldCom mau diajak bekerja sama dalam memanipulasi laporan keuangan
adalah:
 Money :
Adanya iming-iming uang dan bonus yang besar bagi para akuntan jika mereka mau bekerja sama
dengan pihak manajemen untuk memanipulasi laporan keuangan.

 Pressure:
Adanya tekanan dari atasan untuk memanipulasi laporan kaunagan. Yangmana jika tidak dituruti
akan mengakibatkan para akuntan dipecat.
 Culture:
Budaya perusahaan, yang menghalalkan segala cara untuk dapat memperoleh penghasilan, agar
perusahaan tetap terlihat baik dimata publik dan harga saham perusahaan tidak turun drastis.
 Internal Controll:
Lemahnya pengendalian internal perusahaan, sehingga tindakan manipulasi dan kecurangan dapat
terjadi dalam perusahaan.
 Chance : Adanya kesempatan untuk memanipulasi LK worldcom, dimana dalam hal ini semua
pihak dari manajemen puncak hingga staf akuntansi dapat diajak bekerja sama untuk
memanipulasi LK perusahaan.
 Etika : Kurangnya etika profesi akuntansi, para akuntan yang bekerja di worldcom tidak berpegang
teguh pada etika profesi akuntansi ataupun GAAP, sehingga mereka bersedia untuk melakukan
tindakan yang melanggar kegiatan kode etik profesi akuntansi.

5. Dewan direksi menyetujui pemberian pinjaman dana lebih dari $408 juta kepada Ketua (J.Ebbers)
dan CEO karena :
Dengan tujuan untuk membeli saham worldcom ataupun untuk margin calls. Nmaun,
kenyataannya uang pribadi tersebut digunakan CEO worldcom untuk kepentingan pribadinya
sendiri.

6. Bagaimana dewan memastikan bahwa whistle blower akan berani maju untuk memberitahukan
mereka tentang kegiatan yang dipertanyakan atau meragukan?
Dewan direksi harus memastikan bahwa whistle blower akan berada pada kondisi yang aman
walaupun mereka telah membocorkan kejahatan pihak internal perusahaan.

KASUS SKANDAL AKUNTANSI PADA WORLDCOM


10 Feb

Worldcom pada awalnya merupakan perusahaan penyedia layanan telpon jarak jauh. Selama
tahun 90an perusahaan ini melakukan beberapa akuisisi terhadap perusahaan telekomunikasi lain
yang kemudian meningkatkan pendapatnnya dari $152 juta pada tahun 1990 menjadi $392
milyar pada 2001, yang pada akhirnya menempatkan worldcom pada posisi ke 42 dari 500
perusahan lainnya menurut versi majah fortune.

Akuisisi yang besar telah terjadi pada tahun 1998 pada saat worlcom mengambil alih perusahaan
MCI yaitu peruahaan kedua terbesar di Amerika yang bergerak pada bidang telekomunikasi jarak
jauh. Dan pada tahun yang sama Worldcom membeli perusahaan UUNet, Compuserve, dan
jaringan data AOL (american Online) yang mengukuhkan posisi Worldcom menjadi operator no
1 dalam infrastruktur internet.

Pada tahun 1990 terjadi masalah fundamental ekonomi pada Worldcom yaitu terlalu besarnya
kapasitas telekomunikasi. Masalah ini terjadi karena pada tahun 1998 Amerika mengalami resesi
ekonomi sehingga permintaan terhadap infrastruktur internet berkurang drastis.hal ini berimbas
pada pendapatan Worldcom yang menurun drastis sehingga pendpatan ini jauh dari yang
diharapkan.padahal untuk biaya akuisisi dan untuk membiayai investasi infrastruktur Worldcom
menggunakan sumber pendanaan dari luar atau utang.

Worldcom bukan satu-satunya perusahaan yang memiliki masalah keuangan pda saat itu,
perusahaan lain yang mengalami masalah keuangan antara lainQwest Communications, Global
Crossing, Adelphia, Lucent Technologies,dan Enron. Perusahaan-perusahaan tersebuit memiliki
investasi yang besar dalam bisnis internet. Seperti pada perusahaan tadi investor di Worldcom
mengalami kerugian besar. Nilai pasar saham perusahaan Worldcom turun dari sekitar 150
milyar dollar (januari 2000) menjadi hanya sekitar $150 juta (1 juli 2002). Keadaan ini mebuatan
pihak manajemen berusaha melakukan praktek-praktek akuntansi untuk menghindari berita
buruk tersebut.

Praktek Akuntansi
Dalam laporannya pada 25 Juni Worldcom mengakui bahwa perusahan mengklasifikasikan lebih
dari $ 3,8 milyar untuk beban jaringan sebagai pengeluaran modal.beben jaringan adalah beban
yang dibayar oleh Worldcom kepda perusahaan lain untuk jaringan telekomunikasi, seperti biaya
akses dan biaya pengiriman pesan bagi Worldcom. Dilaporkan sekitar $ 3,005 milyar telah salah
diklasifiksi pada tahun 2001, sementara sisanya sekitar $ 797 juta pada triwulan pertama tahun
2002.berdasarkan data Worldcom $14,7 milyar pad tahun 2001 disajikan sebagai biaya.

Dengan memindahkan akun beban kepada akun modal, Worldcommampu menaikkan


pendapatan atau laba. Worldcom mampu menaikan laba karena akun beban dicatat lebih rendah,
sedangkan akun aset dicatat lebih tinggi karena beban kapitalisasi disajikan sebagai beban
investasi. Kalau hal itu tidak terdeteksi praktek ini akan berakibat pendapatan bersih yang lebih
rendah dalam tahun-tahun brikutnya. Karena beban kapitalisasi jaringan tersebut akan
didepresiasikan.secara esensi beban kapitalisasi jaringan akan memungkinkan perusahaan untuk
mengalokasikan biyanya dalam beberapa tahun dimasa depan, mungkin antara 10 tahun bahkan
lebih.

Staf akuntan Worldcom telah diwawancara sebelum tanggal 25 Juni. Pada Maret 2002 SEC
meminta data dari perusahaan berupa item-item yang berhubungan dengan Laporan Keuangan.
Termasuk didalamnya :

1. komisi penjualan dan tagihan-tagihan yang bermasalah

2. sanksi administrsi terhadap pendapatan yang berhubungn dengan pelanggan dalam sekala
besar

3. kebijakan akuntansi untuk merger

4. pinjaman kepada CEO

5. integrasi sistem komputer Worldcom dengan MCI

6. analisis ekspektasi pendapatan saham WC

1 Juli 2002 worldcom mengumumkan bahwa akun cadangan di Worldcom juga


diinvestigasi/diperiksa. Perusahaan membuat akun ini untuk mengantisipasi kejadian-kejadian
luar biasa yang tidak dapat diprediksi. Seperti utang pajak tahun depan. Seharusnyaakun ini tidak
boleh dimanipulasi untuk memperoleh pendapatan.
8 Agustus, Worldcom mengakui bahwa mereka telah menggunakan akun cadangan secara tidak
benar. Dakwaan yang dilaporkan pada tanggal 28 agustus adalah bahwa akun cadangan
dikurangi untuk menutupi biaya jaringan yang telah dikapitalisasi.

Pertanyaan Audit
Berdasarkan latar belakang tersebut, penyajian beban jaringan sebagai pengeluaran modal
ditemukanoleh internal auditor Cynthia Cooper. Mei 2002 Auditor Cynthia Cooper
mendiskusikan masalah tersebut kepada kepala keuangan Worldcom Scott D. Sullivan dan
controller perusahaan saat itu David F. Myers. Cooper melaporkan masalah tersebut pada kepala
komite audit Max Bobbitt, sekitar 12 Juni. Yang kemudian Max Bobbitt meminta kepada KPMG
selaku eksternal auditor saat itu untuk melakukan investigasi.
Kepala keuangan worldcom diminta untuk mengkoreksi salah saji/salah pengklasifikasiannya.
Setelah berdiskusi lebih lanjut Scott D. Sullivan dipecat pada saat Worldcom mengadakan
pengumuman. Pada hari yang sama David F. Myers mengundurkan diri. Dilaporkan bahwa
Sullivan tidak pernah mengkonsultasikan penyajian tersebut kepada Artuhr Anderson selaku
auditor eksernal pada tahun 2001. dan Arthur Anderson pun menyatakan bahwa Sullivan tidak
pernah berkonsultasi dengan nya.

Pada tanggal 15 Juli,Tauzi yang merupakan House Energy and Commerce Committee
mengatakan bahwa berdasarkan dokumen-dokumen internal dan email Worldcom
mengindikasikan bahwa sebenarnya pihak eksekutif sudah mengetahui salah saji tersebut sejak
awal musim panas 2000 silam.
Internal auditor adalah pertahanan awal terhadap kesalahan paktek-praktek akuntansi dan
kecurangan akuntansi. Satu pertanyaan kepada Internal Auditor Worldcom adalah kenapa butuh
waktu lama (1 tahun) untuk mengungkap salah saji ini. Padahal mengingat nilai kapitalisasi yang
begitu besar dan pengaruhnya terhadap nilai pendapatan bersih dan total aktiva harusnnya bisa
diungkap lebih cepat.

Pertanyaan yang lebih berat dilyangkan kepada KAP Arthur Anderson , beberapa pengamat
menyatakan bahwa Arthur Anderson tahu mengenai salah saji yang dilakukan pihak Worldcom.
Karena seharusnya Arthur Anderson bertugas untuk mengaudit kesalah semacam itu, apalagi
kesalah ini sangat material. Beberapa pengamat juga menyatakan bahwa Arthur Anderson
seharusnya lebih peka terhadap kondisi keuangan Worldcom, yang dapat mengakibatkan
manajemen perusahaan melakuakan hal diluar kewajaran praktek akuntansi.

Dampak
25 Juni 2002, saham Worldcom dari $64,5 pada pertengahan 1999 menjadi kurang dari $2 per
saham. Dan turun lagi hingga kurang dari $1 yang akhirnya nilai sahamnya kurang dari 1 sen.
Para pegawai Worldcom yang mempunyai saham perusahaan sebagai bagian dari dana pensiun
mereka juga mengalami kerugian. Pada akhir tahun 2000 sekitar 32 % atau $642,3 juta dana
pensiun mereka berupa saham.Dan mengumumkan akan memberhentikan 17.000 karyawan dari
total 85 ribu karyawan.

21 Juli 2002, Worldcom mengikuti program proteksi kebangkrutan sementara dari departemen
kehakiman Amerika serikat. Worldcom melaporkan aset sebesar $103 milyar dengan total utang
$41 milyar. Kebangkrutan Worldcom merupakan kebangkrutan yang paling besar di Amerika
Serikat
Pada tahun 2004 Worldcom berubah nama mnjadi MCI, dan CEO Worldcom diganti dari Ebbers
menjadi john Sidgemore. Scott D. Sullivan didakwa dengan hukuman penjara maksimum 25
tahun penjara sedangkan Ebbers didakwa dengan hukuman penjara lebih dari 25 tahun.
PROFIL PERUSAHAAN ENRON
Perusahaan Enron merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri energi, yang didirikan
pada tahun 1985 oleh Kenneth Lay melalui merger antara Houston Natural Gas dan InterNorth.
Enron menduduki ranking tujuh dari lima ratus perusahaan terkemuka di Amerika Serikat dan
merupakan perusahaan energi terbesar di AS.
KASUS ENRON SECARA SINGKAT
Secara fakta berdasarkan sumber terpercaya dari berbagai informasi yang berkaitan dengan
penyebab hancurnya Enron,dapat diuraikan sebagai berikut:
 Enron merupakan salah satu perusahaan besar pertama yang melakukan out sourcing secara total
atas fungsi internal audit perusahaan. Pihak-pihak yang terlibat didalam kasus Enron adalah :
1. Kenneth Lay adalah seseorang yang telah mendirikan Enron, tetapi dia membangun
Enron dengan banyak hutang kepada pihak lain. Dia juga termasuk orang yang licik
karena diam-diam telah menjual saham yang ia miliki.
2. Jeffrey Skilling (Mantan Presiden, dan COO). Jeffrey Skilling ini adalah seorang yang sangat
pintar. Ia bersama Andrew Fastow memanipulasi laporan keuangan Enron. Skilling merekrut
Andrew Fastow, seorang ahli keuangan, untuk bekerja sama membujuk Komisi Bursa Saham dan
Surat Berharga (SEC) AS untuk membolehkan mereka memakai metode “menilai pada harga
pasar” (mark to market) untuk diberlakukan untuk perusahaannya.
3. Andrew Fastow (Mantan CFO). Dia memanipulasi untuk membentuk anak perusahaan yang
hanya dipakai oleh Enron untuk mendapatkan pinjaman dana dari bank. Sehingga dalam laporan
keuangan yang dimiliki oleh Enron tidak mengalami penambahan hutang. Dia jugalah yang
mencoba memecat Sherron Watkins karena mengutarakan apapun yang ia tahu tentang praktek
akuntansi perusahaan.
4. Board of Directors. Dewan Direksi Enron telah gagal dalam melidungi pemegam saham Enron
dan memberikan konstribusi pada kejatuhan perusahaan publik terbesar ketujuh di AS,dengan
membiarkan Enron terlibat dalam praktik akuntansi beresiko. Padahal Dewan mengetahui hal ini
tetapi lebih memilih untuk menutup mata dan merugikan pemegang saham, karyawan, dan bagian
lain yang menyangkut didalam perusahaan Enron.
5. Karyawan Enron. Enron memaksa karyawannya untuk mengelola dana pensiun, dimana
diharuskanpembelian saham perusahaan sebagai dana pensiun, karyawan percaya atas reputasi
perusahaan. Tujuan Enron adalah menaikan harga saham perusahaan dengan cara ini. Banyak
sekali kerugian yang dialami para karyawan. Baik financial maupun moral. Karyawan Enron juga
banyak yang tidak diterima di perusahaan lain.
6. Sheron Wattkins.Sherron adalah seorang akuntan profesional yang kompeten dan telah bekerja
untuk Arthur Andersen selama bertahun-tahun sebelum bergabung dengan Enron. Dia
mengeluhkan praktik akuntansi agresif yang dilakukan oleh Enron.
 Dalam laporan keuangan Enron disebutkan bahwa laba bersih Enron telah meningkat naik $100
juta dibandingkan periode sebelumnya. CEO Enron, Kenneth Lay, tidak menjelaskan secara detail
tentang pembebanan biaya akuntansi khusus (special accounting charge/expense) sebesar $1 miliar
yang sesungguhnya menyebabkan hasil aktual pada periode tersebut menjadi rugi $644 juta. Pada
tanggal 2 Desember 2001 terungkap bahwa terdapat hutang perusahaan yang tidak di laporkan
senilai lebih dari satu milyar dolar. Dengan pengungkapan ini, nilai investasi dan laba yang di
tahan (retained earning) berkurang dalam jumlah yang sama. Enron dan KAP Andersen dituduh
telah melakukan kriminal dalam bentuk penghancuran dokumen yang berkaitan dengan investigasi
atas kebangkrutan Enron (penghambatan terhadap proses peradilan). Dana pensiun Enron sebagian
besar diinvestasikan dalam bentuk saham Enron. Sementara itu harga saham Enron terus merosot
sampai hampir tidak ada nilainya. Dan akhirnya Enron bangkrut dengan meninggalkan hutang
hampir sebesar US $ 31.2 milyar.

Sekilas tentang KAP Arthur Andersen


KAP Arthur Andersen didirikan pada tahun 1913 oleh Arthur Andersen dan Clarence Delany
sebagai Anderse Delany & Co. Perusahaan tersebut berubah nama menjadi Arthur Andersen &
Co. pada tahun 1918.Andersen memimpin perusahaan sampai kematiannya pada tahun 1947,
beliau adalah aktivis pembentukan standar dalam industri akuntansi. Ketika munculnya opsi saham
dalam bentuk kompensasi, Arthur Andersen adalah KAP pertama yang mengusulkan ke FASB
bahwa opsi saham harus disertakan pada laporan biaya sehingga berdampak pada laba bersih
seperti kompensasi dalam bentuk tunai. Setelah konsultasi IT ditetapkan pada tahun 1980, Arthur
Andersen pun mengembangkan praktek konsultasi di bidang IT tersebut, sementara KAP lain
masih berfokus pada konsultasi jasa audit. Pada akhir tahun 1990-an, Arthur Andersen telah
berhasil mengali-tigakan pendapatan per saham para partnernya.
Munculnya World.Com
Pada tahun 1990 terjadi masalah fundamental ekonomi pada WorldCom yaitu terlalu besarnya
kapasitas telekomunikasi. Masalah ini terjadi karena pada tahun 1998 Amerika mengalami resesi
ekonomi sehingga permintaan terhadap infrastruktur internet berkurang drastis. Hal ini berimbas
pada pendapatan WorldCom yang menurun drastis sehingga pendpatan ini jauh dari yang
diharapkan. Padahal untuk biaya akuisisi dan untuk membiayai investasi infrastruktur WorldCom
menggunakan sumber pendanaan dari luar atau utang.
Nilai pasar saham perusahaan WorldCom turun dari sekitar 150 milyar dollar (januari 2000)
menjadi hanya sekitar $150 juta (1 juli 2002). Keadaan ini membuatan pihak manajemen berusaha
melakukan praktek-praktek akuntansi untuk menghindari berita buruk tersebut. Dalam laporannya
pada 25 Juni WorldCom mengakui bahwa perusahan mengklasifikasikan lebih dari $ 3,8 milyar
untuk beban jaringan sebagai pengeluaran modal. Beben jaringan adalah beban yang dibayar oleh
WorldCom kepda perusahaan lain untuk jaringan telekomunikasi, seperti biaya akses dan biaya
pengiriman pesan bagi WorldCom. Dilaporkan sekitar $ 3,005 milyar telah salah diklasifiksi pada
tahun 2001, sementara sisanya sekitar $ 797 juta pada triwulan pertama tahun 2002.berdasarkan
data WorldCom $14,7 milyar pad tahun 2001 disajikan sebagai biaya.
Dengan memindahkan akun beban kepada akun modal, WorldCom mampu menaikkan pendapatan
atau laba. WorldCom mampu menaikan laba karena akun beban dicatat lebih rendah, sedangkan
akun aset dicatat lebih tinggi karena beban kapitalisasi disajikan sebagai beban investasi.
Pada 25 Juni 2002, saham WorldCom dari $64,5 pada pertengahan 1999 menjadi kurang dari $2
per saham. Dan turun lagi hingga kurang dari $1 yang akhirnya nilai sahamnya kurang dari 1 sen.
Para pegawai WorldCom yang mempunyai saham perusahaan sebagai bagian dari dana pensiun
mereka juga mengalami kerugian. Pada akhir tahun 2000 sekitar 32 % atau $642,3 juta dana
pensiun mereka berupa saham.Dan mengumumkan akan memberhentikan 17.000 karyawan dari
total 85 ribu karyawan.
Pada 21 Juli 2002, WorldCom mengikuti program proteksi kebangkrutan sementara dari
departemen kehakiman Amerika serikat. WorldCom melaporkan aset sebesar $103 milyar dengan
total utang $41 milyar. Kebangkrutan WorldCom merupakan kebangkrutan yang paling besar di
Amerika Serikat
Pada tahun 2004 WorldCom berubah nama menjadi MCI, dan CEO WorldCom diganti dari Ebbers
menjadi John Sidgemore. Scott D. Sullivan didakwa dengan hukuman penjara maksimum 25 tahun
penjara sedangkan Ebbers didakwa dengan hukuman penjara lebih dari 25 tahun.
Disahkannya SOX
Pengumuman oleh WorldCom tentang manipulasi laba akuntansi secara besar-besaran telah
memukul pasar modal, media dan juga politisi. Maka pada 30 juli 2002 disahkanlah Sarbanes-
oxley act, yaitu undang-undang baru yang mengatur reformasi tata kelola. Nama Sarbanes-oxley
sendiri diambil dari dua orang politisi.
SOX adalah hukum keamanan AS yang paling jauh jangakauannya, yang berlaku semenjak US
security Act of 1933 dan Securities Exchange Act of 1934, yang mendorong SEC pada tahun 1934
untuk menjalankan undang-undang tersebut. Banyak ketentuan SOX memerlukan implementasi
tindakan SEC, dan studi lebih lanjut untuk memperoleh jalan yang terbaik sebagai pedoman masa
depan.
SOX telah menciptakan sebuah kerangka kerja peraturan internasional bagi perusahaan dalam
mencari akses ke pasar modal AS dan auditornya. SOX menetapkan standar baru pada tata kelola
yang akan diterapkan pada semua perusahaan perusahaan yang telah terdaftar di SEC, yaitu yang
terdaftar dibursa saham AS termasuk perusahaan-perusahaan asing besar yang terdaftar di bursa
AS. Lebih dari 200 perusahaan terbesar di Kanada, dan banyak perusahaan internasional besar
lainnya, harus mematuhi peraturan ini.
Demikian juga SOX menetapkan kerangka kerja baru untuk profesi akuntansi AS yang
menggantikan pengaturan diri oleh profesi dengan Public Company Accounting Oversight Board
(PCAOB). PCAOB akan mengawasi semua KAP yang mengaudit perusahaan yang terlah terdaftar
di SEC, seperti halnya perturan akuntansi dan pengungkapan perusahaan-perusahaan tersebut.
Bencana keuangan sebelumnya, termasuk kegagalan tata kelola Enron, Arthur Andersen, dan
WorldCom, meningkatkan kesadaran di AS, Kanada, Australia dan Inggris bahwa kerangka tata
kelola harus diperbaiki. Secara khusus, dalam rangka menghadapi krisis kredibilitas tata kelola
dan mengembalikan kepercayaan dalam system pasar modal perusahaan saat ini.
DAMPAK AKIBAT KASUS ENRON DAN WORLDCOM
Kasus ini mempunyai implikasi terhadap pembaharuan tatanan kondisi maupun regulasi praktik
bisnis di Amerika Serikat antara lain yaitu Pemerintah AS menerbitkan Sarbanes-Oxley Act (SOX)
untuk melindungi para investor dengan cara meningkatkan akurasi dan reabilitas pengungkapan
yang dilakukan perusahaan publik. Perubahan-perubahan yang terdapat dalam SOX antara lain:
• KAP dilarang memberikan jasa non audit kepada perusahaan yang diaudit.
• KAP membutuhkan persetujuan dari audit committee perusahaan sebelum melakukan audit.
• Melarang KAP memberikan jasa audit jika audit partnernya telah memberikan jasa audit tersebut
selama lima tahun berturut-turut kepada klien tersebut.
• KAP harus segera membuat laporan kepada audit committee yang menunjukkan praktik
akuntansi yang sesuai standar ketentuan akuntansi.
• KAP dilarang memberikan jasa audit jika CEO, CFO, chief accounting officer, controller klien
sebelumnya bekerja di KAP tersebut dan mengaudit klien tersebut setahun sebelumnya.
Kesimpulan dari Kasus Enron & World.Com
Dari kasus tersebut saya simpulkan bahwa Enron dan KAP Arthur Andersen sudah melanggar
kode etik yang seharusnya menjadi pedoman dan standar ketentuan dalam melaksanakan tugas dan
bukan untuk dilanggar dengan memanipulasi laporan keuangan dengan berbagai macam kesalahan
yang terus menerus dilakukan dengan secara sistematis baik dari pihak Enron maupun KAP Athur
Andersen. Peran auditor sangatlah penting dalam pengendalian kontrol perusahaan serta sebagai
pendeteksi kecurangan. Auditor seharusnya bisa bersikap independen, menjungjung tinggi
independensi, profesionalisme dan tidak melakukan pelanggaran kode etik profesi dan ingkar dari
tanggungjawab terhadap profesi maupun masyarakat. Pihak manajemen Enron dan WorldCom
telah melakukan berbagaimacam pelanggaran praktik bisnis yang sehat dan keluar dari prinsip
good corporate governance.Dan keduanya harus mengalami suatu kehancuran yang sangat
tragis.Mungkin saja pelanggaran tersebut awalnya mendatangkan keuntungan bagi pihak Enron
dan World.Com, akan tetapi akhirnya dapat menjatuhkan kredibilitas bahkan menghancurkan
Enron dan KAP Arthur Andersen dan juga Wolrd.Com.

Worldcom’s Creative Accounting

A. Case Summary

Pada tahun 1996, Worldcom merupakan perusahaan telepon jarak jauh yang skalanya masih kecil.
Beberapa tahun kemudian, perusahaan berkembang dengan cepat seiring dengan proses akuisisi
beberapa perusahaan besar di industri telekomunikasi. Laba Worldcom meningkat drastis dari tahun ke
tahun, hingga pertengahan tahun 2000. Pada tahun tersebut industri telekomunikasi menghadapi
masalah sehingga sebagian besar mengalami penurunan laba yang signifikan. Laba Worldcom pade
kuartal tersebut juga dikhawatirkan turun karena biaya tetap yang terkait dengan industri telekomunikasi
meningkat. Manajemen Worldcom khawatir dengan penurunan laba yang terjadi. Maka manajemen
memanipulasi kenaikan biaya tersebut dengan kebijakan mengenai reserved. Mereka sadar bahwa
perlakuan transaksi tersebut melanggar Accounting Rules. Namun, mereka optimis bahwa hal tersebut
hanya akan dilakukan sekali atas kejadian pada kuartal tersebut saja.Pada kuartal selanjutnya, ternyata
industri telekomunikasi masih terpuruh. Biaya-biaya masih tinggi. Worldcom mengalami penurunal laba.
Manajemen khawatir pelaporan hal tersebut kepada investor. Dengan alasan ingin menyelamatkan
perusahaan, biaya operasi dikapitalisasi sehingga laba meningkat. Bagian Accounting dari Worldcom sadar
bahwa sebenarnya hal tersebut tidak dapat dilakukan. Namun, tuntutan dari Top Managemen membuat
pencataan transaksi tersebut dilakukan. Hasilnya adalah pelaporan laba Worldcom pada kuartal tersebut
naik dan manajemen mendapat promosi.

B. Questions
1. Who are the stakeholders in the case?
Stakeholders merupakan seseorang atau kelompok yang memiliki peran yang mempengaruhi dan
dipengaruhi atas aksi dan kebijakan yang diambil perusahaan. Dalam kasus tersebut stakeholders yang
ada diantaranya Owner / Investors yang telah menanamkan dananya di Worldcom, Employees dari
Worldcom, Customer dari Worldcom, Supplier yang menyediakan produk dan Worldcom, Creditor,
Government, dan Community.

2. What Priority rank do you give to each stakeholder?


Priority Rank:

1. Owner /Investor
2. Creditor
3. Employee
4. Customer
5. Supplier
6. Community
7. Government
8. Regulator
3. Were any ethical principles or norms violated? If so, by whom?
Ya, terdapat prinsip etika dan norma yang dilanggar. Prinsip Utilitarianism menekankan pada
tanggungjawab sosial yang harus dilakukan oleh para pelaku bisnis dengan memilih alternatif yang
memberikan manfaat terbesar untuk masyarakat atau yang mengeluarkan biaya terkecil. Prinsip
tersebut dilanggar oleh Top Managemen Worldcom yaitu Scott Sullivan CFO dari Worldcom, Buford
Yates Director of General Accounting Worldcom, Troy Norman Accounting in charge yang mengawasi
perusahaan, Betty Vinson Senior Manager di Accounting Department, dan David Myers Worldcom’s
Controller. Kebijakan yang diambil manajemen Worldcom tidak hanya melanggar Accounting
Standard, tapi juga merugikan society. Keputusan manajemen untuk memanipulasi transaksi
akuntansi yang terjadi dengan menghapus reserved dan mentransfer biaya operasi dengan
dikapitaliasi merupakan bentuk fraudulent financial statement. Kebijakan tersebut juga melanggar the
ethic of care. Ethic of Care membutuhkan kepedulian yang konkrit kepada pihak-pihak yang memiliki
hubungan erat atau justru yang bergantung pada kita, seperti stakeholders yang telah disebutkan
dalam uraian sebelumnya. Kebijakan yang diambil Worldcom seharusnya mempertimbangkan
kepentingan stakeholders sebagai bentuk kepedulian. Alasan manajemen yang ingin menyelamatkan
perusahaan tidak tepat jika diimplementasikan dengan memanipulasi informasi keuangan.

4. Sould Vinson have refused to release the reserved?


Ya, seharusnya Vinson menolak untuk menghapuskan reseved yang membuat biaya perusahaan
berkurang. Hal tersebut merupakan pelanggaran Accounting rules dan ia juga telah menyadari hal
tersebut merupaka fraud. Sebagai akuntan, Vinson seharusnya menjaga integritas dan melaksanakan
kinerjanya berdasarkan kode etik akuntan.

5. Sould Vinson have refused to transfer the expenses?


Ya, seharusnnya Vinson menolak untuk mentransfer biaya yang sudah jelas merupakan klasifikasi
biaya operasional. Dalam standard akuntansi, telah dipaparkan dengan jelas mengenai biaya yang bisa
dikapitalisasi. Sebagai akuntan, ketika mengetahui suatu biaya yang jelas masuk operasional, maka
Vinson tidak boleh mengkapitalisasikan hal tersebut. Transfer yang dilakukan berimplikasi langsung
dengan penurunan biaya yang terjadi. Sebagai akuntan, Vinson harus bekerja berdasarkan standard
yang ada.

6. What Action should Vinson have taken and when? What prevented her from taking such cction?
Ketika diminta melakukan pelanggaran terhadap Accounting Rules, Vinson seharusnya menolak
manipulasi informasi keuangan yang disarankan Top Manajemen tersebut. Jika Vinson tidak bisa
menolak tuntutan manajemen untuk memanipulasi informasi keuangan, ia sebaiknya mengundurkan
diri dari posisi tersebut. Namun, dalam kasus Vinson tidak dapat melakukan aksi tersebut karena ia
khawatir akan kehilangan pendapatan tetap yang telah menopang kehidupuan tercukupi keluarganya.
Ia juga belum mendapatkan pekerjaan lain dan khawatir wanita yang telah berada pada usia
pertengahan sepertinya sulit mendapatkan pekerjaan baru.

7. What actions should Vinson’s colleagues have taken?


Kolega Vinson seharusnya meyakinkan bahwa Vinson tidak boleh melakukan manipulasi apapun
alasannya. Kolega Vinson seharusnya mendukung pengunduran diri dari Worldcom dan memberi
dukungan kepada aksi yang dilakukan Vinson. Kolega Vinsom seharusnya meyakinkan Vinson jika ia
mundur dan pendapatan berkurang, hal tersebut bukan menjadi masalah yang harus dikhawatirkan
karena yang utama Vinson terbebas dari perusahaan dengan manajemen yang tidak sehat karena
melakukan manipulasi.

8. Who is ultimately responsible for the Accounting Irregularities?


Yang bertanggungjawab atas ketidakwajaran perlakuakn akuntansi atas transaksi tersebut adalah Top
Manajemen Worldcom, yaitu CEO, CFO, dan Controller. Mereka yang mengusulkan untuk
dilakukannya manipulasi demi menjaga kredibilitas nama baik mereka. Mereka tidak ingin kinerjanya
terlihat jelek karena laba turun. Padahal, ketika industri keseluruhan mengalami penurunan hal itu
dirasakan wajar oleh publik jika laba Worldcom juga turun.

9. Who is legally responsible for the irregularities?


Secara legal yang bertanggungjawab atas manipulasi tersebut adalah Buford Yates selaku Director of
General Accounting Worldcom dan Troy Norman selaku Accounting in charge yang mengawasi
perusahaan. Mereka bertanggungjawaban atas manipulasi yang dilakukan oleh departemen yang
mereka pimpin.

10. Who is morally responsible for the irregularities?


Secara moral yang bertanggungjawab adalah Betty Vinson selaku Senior Manager di Accounting
Department. Ia merupakan orang yang mengeksekusi tuntutan atasannya untuk melakukan
manipulasi. Ia sebenarnya berkah menolak permintaan tersebut atau mundur dari posisinya apabila
tidak bisa menolak permintaan manipulasi dari atasannya.

C. References

Velasquez, Manuel G. 2012. Business Ethics: Concepts and Cases, Seventh Edition. United States of
America: Pearson Education.
This is the second article of a two-part series on corporate whistleblowing. The first feature
examines the issue from the company’s perspective, while this article focuses on the
employee’s point of view.

Groupthink. Rationalization. Fear. These are just some of the psychological hurdles faced by
would-be whistleblowers when they make the decision to expose corporate wrongdoing.

Cynthia Cooper, the former vice president of the internal audit group at WorldCom, knows a
thing or two about being caught up in workplace ethical dilemmas. In 2002 she was the key
whistleblower in her company’s $3.8 billion accounting fraud case, which at that time was
the largest instance of corporate fraud in history.

Cooper — author of “Extraordinary Circumstances: The Journey of a Corporate


Whistleblower” and one of Time magazine’s three People of the Year in 2002 — now travels
the nation to share her tumultuous experiences during the onset and aftermath of the
WorldCom crisis.

Speaking at McCombs in April as part of the Ethics and Corporate Social Responsibility
Speaker Series, Cooper explained the factors that lead otherwise ethical people to cheat or
commit fraud. Corporate conflicts have now become so common, she said, that employees
need to strengthen their ethical judgment so they are ready when the time comes to make
tough choices.

“It’s important to prepare yourselves now for the ethical dilemmas you’ll face in the
workplace,” said Cooper. “Because it’s not if — it’s when.”

Cutting Corners
Cooper’s story unfolded in a time when WorldCom’s stock value and earnings were on the
decline, putting pressure on the firm to deliver better results for investors.

In 2000, two of the company’s mid-level managers, Betty Vinson and Troy Normand,
encountered a significant ethical dilemma. They were five days away from having to release
earnings to the public, and there was an error in the books they couldn’t resolve: The line
costs expense had jumped up dramatically and was completely out of line with the company’s
revenues. The expenses had been moved from the income statement to the balance sheet,
cutting it as an asset to make the company seem more profitable.

Troubled and feeling the pressure of the approaching deadline, the two managers confronted
Former WorldCom CFO Scott D. Sullivan. Instead of providing direct answers, he instructed
Vinson and Normand to cover up the mistake by drawing on excess reserves. That way,
everything would seemingly be aligned with the expectations of external auditors and Wall
Street analysts, and they could be given time for the error to “reveal itself in future quarters.”
Sensing their uneasiness and growing guilt, the CFO began praising their work and appealing
to their loyalty.

Cooper said Sullivan’s pep talk went something like this: “He said, ‘Look, guys — I want
you to think of this as an aircraft carrier: We’ve got planes out. Let’s get all the planes landed
safely. Once all the planes have landed safely, then if you want to leave the company, you
can leave. … No one’s going to prison. If anyone were going to prison, it would be me.
You’re just following orders.’”

Fearful of losing their jobs and financial security for their families, Vinson and Normand
followed the orders of their superior, changing the numbers on the balance sheet and hiding
the truth from the public.

“Difficult to Stop”
In the months that followed, Sullivan planned to fix the problem through accounting tricks.
But to do so, he needed Cooper to delay her internal audit. Growing suspicious of her
superior’s increasing persistence, Cooper withstood the pressure to play along.

Once Sullivan realized the auditor would not back down, he decided to come clean, justifying
his poor decisions by telling her “it was difficult to stop” cooking the books after the first
time he manipulated the numbers.

Cooper didn’t buy it, and with the help of her internal auditing team, she sniffed out the
discrepancies and became one of the world’s most famous whistleblowers.

Vinson and Sullivan received prison sentences of six months and five years, respectively, and
Normand received three years of probation. WorldCom CEO Bernard Ebbers is still serving a
25-year term for his role in the fraud.

Risks, Rewards and Repercussions


The decision to come forward did not come easily to Cooper, as she contemplated the
potential repercussions of her actions. Despite some high-profile exceptions — such as the
IRS’ record $104 million award to UBS whistleblower Bradley Birkenfeld last fall —
corporate truth-tellers don’t always come out on top.

Most whistleblowers end up leaving their companies (voluntarily or involuntarily) within a


year of speaking up, and many others suffer through hardships such as long-term
unemployment, financial instability, anxiety, alcoholism, social isolation, and marital
problems. Cooper, who experienced depression and major weight loss throughout the ordeal,
described the experience as “by far the most difficult thing I’ve ever been through.”

“It was literally all I could do but get out of bed and put one foot in front of another,” she
said. “I realized I had a choice to make. I could either let this ruin my life or I could try and
find a way through it and do something completely new.”

Cooper still feels empathy for the managers, board members, auditors, and other employees
who were working at WorldCom at the time — even those who were involved in the scandal.
“The people who were complicit with the fraud were not just numbers to us—they were
people who we had worked with for many years,” Cooper said. “Nobody wakes up and says,
‘I want to become a criminal today.’ It’s a slippery slope, and people go down that slope one
step at a time.”

“We all have the power of choice,” she added. “You can give it away, but you all have the
power of choice, so prepare yourselves.”

You might also like