Professional Documents
Culture Documents
Skripsi
Oleh:
Kemal Al fajar
1111101000028
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
2015
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang dajukan untuk memenuhi salah satu
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan
jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Kemal Alfajar
ii
Hubungan aktivitas fisik dan kejadian penyakit jantung koroner di Indonesia: analisis data
Riskesdas tahun 2013
xiii + 65 halaman, 7 tabel, 3 bagan + 2 lampiran
ABSTRAK
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit kardiovaskuler yang paling umum terjadi dan
mengalami peningkatan angka kejadian di negara berkembang, seperti di Indonesia. PJK dapat
disebabkan oleh beberapa faktor risiko seperti Hipertensi, Diabetes Mellitus serta gaya hidup tidak
sehat. Aktivitas fisik diketahui dapat mencegah terjadinya PJK. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
hubungan aktivitas fisik dan PJK di Indonesia. Studi cross-sectional dengan menganalisis data sekunder
dari 722329 sampel Riskesdas 2013 untuk melihat efek proteksi dan perbedaan risiko PJK pada individu
yang beraktivitas fisik rendah, sedang dan tinggi menurut karakteristik individu (jenis kelamin, usia,
status dan durasi merokok, obesitas, riwayat penyakit penyerta jantung koroner). Aktivitas fisik sedang
(OR 0,38 95% CI 0,32-0,45) dan tinggi (OR 0,40 95% CI 0,36-0,43) memberikan efek protektif
terhadap PJK. Risiko PJK dari individu yang beraktivitas fisik sedang dan tinggi serta berusia lanjut
(>50 tahun), pernah merokok, durasi merokok >22 tahun. Sedangkan risiko PJK dari riwayat Hipertensi
dan Diabetes Mellitus lebih rendah pada individu dengan aktivitas fisik tinggi. Hasil analisis ini
menunjukan individu yang rutin beraktivitas fisik cenderung memiliki risiko yang lebih rendah terhadap
PJK meskipun memiliki faktor risiko PJK lainnya.
Physical Activity and Coronary Heart Disease in Indonesia: 2013 Riskesdas Data Analysis
xiii + 65 pages, 7 tables, 3 figures + 2 attachments
ABSTRACT
Coronary heart disease (CHD) is the most common cardiovascular disease which the case has
increased in developing countries including Indonesia. CHD caused by several risk factors such as
Hypertension, Diabetes Mellitus and also unhealthy lifestyles. Physical activity (PA) is known as a
preventive strategy against CHD. This study aims to investigate association between PA and CHD in
Indonesia. A cross-sectional study using 722329 samples of 2013 Riskesdas to investigate protective
effects of PA against CHD and also the CHD risk based on individual characteristics (sex, age, smoking
status and duration, obesity and history of CHD comorbidities) among individual with low, moderate
and high PA level. The individual with moderate PA level has CHD risk 62% lower (OR 0.38 95%CI
0.32-0.45) and the individual with high PA level has CHD risk 60% lower (OR 0.40 95% CI 0.36-0.43)
than the individual with low PA level. The individual with high PA level has lower CHD risks of age
>50 years, former smoker, >22 years smoking duration and history of Hypertension and Diabetes
Mellitus than the individual with only low PA level. These findings show that individual with regular PA
tends to have lower risk of CHD even if the individual has another risk factor of CHD.
Bibliography: 42 (2005-2015)
iv
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Skripsi
Disusun Oleh
Kemal Al fajar
NIM 1111101000028
Pembimbing I Pembimbing II
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
Mengetahui
Penguji I
Penguji II
Penguji III
RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Kemal Al fajar
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 25 Desember 1993
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. Telepon : 0857-1077-1749
Email : kemal.alfajar@gmail.com
Alamat : Jl. Elpiji Raya L24 No. 3, Komplek Pertamina, Pondok
Ranji, Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga proses
penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan
Jakarta. Judul skripsi ini adalah Hubungan Aktivitas Fisik dan Penyakit Jantung
Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada Ibu Hoirun Nisa dan Ibu
memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini, serta semua pihak yang telah
Permohonan maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Kritik
dan saran yang membangun penyusun harapkan untuk dapat melakukan penelitian
yang lebih baik lagi. Semoga skripsi bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Penyusun
viii
LEMBAR PERSEMBAHAN
“Indeed with hardship (will be) ease. For indeed with hardship (will be) ease”
“All parts of the body which have a function if used in moderation and
exercised in labors in which each is accustomed, become thereby healthy,
well developed and age more slowly; but if unused and left idle they become
liable to disease, defective in growth and age quickly.”
(Hippocrates. 450 B.C.)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................................... vii
DAFTAR ISI....................................................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................................................................... xi
DAFTAR BAGAN ............................................................................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................................. 1
C. Pertanyaan Penelitian................................................................................................................................... 4
B. Aktivitas Fisik.............................................................................................................................................. 9
D. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner menurut Karakteristik individu . 40
BAB VI PEMBAHASAN.................................................................................................................................. 45
A. Keterbatasan Penelitian.............................................................................................................................. 45
E. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner menurut Karakteristik individu . 54
B. Saran .......................................................................................................................................................... 61
DAFTAR TABEL
5.4 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian PJK menurut Karakteristik individu..................... 42
xii
DAFTAR BAGAN
kardiovaskuler yang paling umum terjadi (43% dari total penyakit kardiovaskuler)
dan menyebabkan kematian tertinggi secara global. Angka kematian akibat PJK
di dunia sebanyak 7,4 juta dan terus mengalami peningkatan (WHO, 2012).
Hingga pada tahun 2030, diperkirakan angka kematian akibat PJK mencapai 23,3
dengan pendapatan menengah dan rendah, salah satunya di Indonesia. Pada tahun
Pada umumnya faktor risiko PJK dipengaruhi oleh merokok, obesitas, kurang
aktivitas fisik dan tekanan darah tinggi atau hipertensi (WHO, 2011). Melakukan
kesehatan jantung (Ignarro et al., 2007). Oleh karena itu, beraktivitas fisik secara
rutin dapat menurunkan risiko PJK (Sofi et al., 2007; Sattlemair et al., 2011;
1
2
(PJK). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian analisis data sekunder di Negara
morbiditas dan mortalitas akibat PJK sebesar 25% dan 21% pada laki-laki dan
(2012), juga menunjukan hal serupa, dimana penurunan risiko PK pada laki-laki
Penelitian lainnya oleh Mora, dkk (2007) yang menunjukan aktivitas fisik
dengan kategori tingkat intensitas sedang hingga tinggi dapat menurunkan risiko
indeks masa tubuh, status hipertensi dan diabetes mellitus penurunan risiko
sebesar 27% dan 41% (Mora et al., 2007). Selain itu, beraktivitas fisik pada
tingkatan sedang juga diketahui sudah dapat menurunkan risiko terhadap PJK.
intensitas dari aktivits fisik, seperti kecukupan hari dan jenis aktivitas fisik yang
dilakukan (Carnethon, 2009). PJK disebabkan gaya hidup tidak sehat yang
merupakan faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko seperti perilaku
merokok, obesitas, tekanan darah tinggi serta riwayat penyakit penyerta individu
perkembangan PJK (Li & Siegrist, 2012; Mora et al., 2007; Reddigan et al.,
2011).
3
tenaga kesehatan sebesar 0,5%. Selain itu diketahui proporsi aktivitas fisik yang
mencukupi hanya sebesar 73,9% (Kemenkes RI, 2013). Maka terdapat sekitar
PJK. Terlebih lagi terdapat 22 provinsi dengan proporsi aktivitas fisik kurang
memungkinkan peneliti untuk melihat efek proteksi aktivitas fisik terhadap PJK
di Indonesia. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan
aktivitas fisik dan kejadian PJK di Indonesia tahun 2013 dengan menganalisis
B. Rumusan Masalah
risiko PJK. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, sebesar 26,1% individu di
Indonesia memiliki pola aktivitas fisik yang kurang. Hal ini menunjukan
proteksi aktivitas fisik terhadap PJK dipengaruhi oleh intensitas aktivitas fisik dan
4
faktor risiko PJK seperti perilaku merokok, obesitas dan penyakit penyerta
C. Pertanyaan Penelitian
usia, status merokok, durasi merokok, indeks masa tubuh, riwayat hipertensi,
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2013.
5
2. Tujuan Khusus
tahun 2013.
(jenis kelamin, usia, status merokok, durasi merokok, indeks masa tubuh,
E. Manfaat Penelitian
Indonesia.
6
Koroner (PJK) di Indonesia pada tahun 2013. Penelitian ini merupakan analisis
lanjut data sekunder Riskesdas tahun 2013. Variabel dalam penelitian ini meliputi
riwayat diagnosis jantung koroner, aktivitas fisik, jenis kelamin, usia, status
mellitus dan stroke. Analisis lanjut univariat dan bivariat akan dilaksanakan pada
1. Definisi
atau beberapa pembuluh darah yang menyuplai aliran darah ke otot jantung.
Pada umumnya manifestasi kerusakan dan dampak akut sekaligus fatal dari
pektoris pada individu. Gejala infark miokard merupakan gejala akut akibat
merupakan nyeri sesaat akibat aritmia dari peningkatan aliran darah pada otot
2. Patofisiologi
plak pada pembuluh darah dan dapat mulai terjadi saat seseorang masih muda.
7
8
dan juga dapat merusak pembuluh darah sehingga timbul gejala PJK dalam
Pada akhirnya, dampak akut sekaligus fatal dari PJK berupa serangan jantung
kronis yang memerlukan waktu yang cukup lama hingga menimbulkan gejala
LDL di pembuluh darah. Tetapi kondisi ini dipicu dari beberapa gaya hidup
yang tidak sehat seperti kurangnya aktivitas fisik, merokok, pola makan tidak
sehat dan obesitas (WHO, 2011). Kurangnya aktivitas fisik merupakan salah
faktor risiko yang dapat dimodifikasi (WHO, 2011). Oleh karena itu,
B. Aktivitas Fisik
sebaliknya beraktivitas fisik cukup secara teratur dapat menurunkan risiko PJK.
Secara substansial, beraktivitas fisik secara rutin dapat menurunkan risiko PJK
al., 2011; Ignarro et al., 2007). Aktivitas fisik diketahui dapat mempengaruhi
sensitivitas insulin serta menurunkan kadar lemak berlebih dan tekanan darah
tinggi (Reddigan et al., 2011; Mora et al., 2007). Meskipun begitu, manfaat dari
aktivitas fisik dipengaruhi oleh durasi dan frekuensi dari aktivitas fisik itu sendiri
(Carnethon, 2009).
fisik dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner sebesar 41% (HR 0.59
oleh Sofi, dkk (2007) menunjukan penurunan risiko PJK pada individu yang
beraktivias fisik pada tingkat intensitas tinggi dan sedang sebesar 27% (0.73,
95% CI 0.66–0.80) dan 12% (0.88, 95% CI 0.83–0.93). Hasil penelitian ini
menunjukan dosis respon kategori intensitas aktivitas fisik dengan risiko PJK
dan tidak terpengaruh dengan aktivitas sendetari individu. Selain itu hasil
10
95% CI 0.70–0.82, p < 0.001) pada laki-laki dan pada perempuan sebesar 27%
Selain itu, penurunan risiko juga diperkuat oleh hasil review dari 23
koroner.
Jenis aktivitas fisik berat adalah jenis kegiatan yang secara terus menerus
nadi dan napas lebih cepat dari biasanya (misalnya menimba air, mendaki
gunung, lari cepat, menebang pohon, mencangkul, dll). Skor MET aktivitas
fisik berat dikalikan bobot (MET value) sebesar 8 kalori (Kemenkes RI,
2013).
11
Jenis Aktivitas fisik sedang merupakan jenis kegiatan aktivitas fisik dengan
peningkatan denyut nadi dan napas yang lebih rendah dari aktivitas fisik
berat, jenis aktivitas fisik sedang seperti menyapu, mengepel, berjalan kaki,
dll (Kemenkes RI, 2013). Skor total MET aktivitas fisik sedang dikalikan
Aktivitas fisik ringan merupakan jenis aktivitas fisik yang tidak termasuk
jenis aktivitas fisik sedang dan/atau maupun aktivitas fisik berat. (Kemenkes
RI, 2013).
Jenis aktivitas fisik atau kegiatan yang dilakukan akan menentukan kecukupan
tingkat aktivitas fisik individu, sehingga berpengaruh terhadap efek proteksi atau
penurunan risiko terhadap PJK. Namun mekanisme penurunan risiko ini juga
C. Karakteristik individu
dapat mempengaruhi mekanisme terjadinya PJK dan efek proteksi aktivitas fisik
terhadap PJK.
12
1. Jenis Kelamin
dari efek proteksi aktivitas fisik terhadap PJK maupun faktor risiko PJK
risiko PJK dengan beraktivitas fisik pada perempuan dan laki-laki sebesar 10
risiko PJK dengan beraktivitas fisik lebih besar pada laki-laki dibandingkan
laki-laki dan perempuan. Laki-laki lebih berisiko terkena PJK karena usia
lebih berisiko terkena PJK akibat faktor gaya hidup seperti perilaku merokok
2. Usia
Usia merupakan faktor risiko penting pada kejadian PJK. Hal ini
disebabkan perkembangan PJK dapat dimulai saat individu masih muda dan
memerlukan waktu hingga puluhan tahun sebelum munculnya gejala akut PJK
(WHO, 2012). Berdasarkan data CDC pada tahun 2010 rate kejadian dan
(CDC, 2013).
dimiliki pada individu dan pada umumnya gejala PJK dialami oleh individu
berusia lanjut. Hasil penelitian oleh Jones (2006) menunjukan bahwa usia
lanjut atau berusia >50 tahun meningkatkan risiko PJK pada laki-laki sebesar
51,7% (95% CI 49,3% - 54,2%) dan pada perempuan 39,2% (95% CI 37% -
41,4%). Individu yang tidak memiliki faktor risiko terhadap PJK selama 50
tahun pada masa hidupnya memiliki risiko yang sangat rendah terkena PJK
3. Merokok
merupakan penyebab dari 10% kasus PJK (WHO, 2011). Dampak merokok
dibandingkan yang tidak merokok sama sekali (RR 1,25% 95% CI 1,12 –
oleh Glynn (2005), individu yang merokok memiliki risiko 84% lebih tinggi
14
terkena PJK (RR 1,84 95% CI 1,57 – 2,17) dan individu yang sudah berhenti
merokok lebih berisiko mengalami PJK sebesar 12% (RR 1,12 95% CI 1,00-
berat dan tinggi badan yang biasa digunakan untuk mengklasifikasi berat
badan kurang, lebih dan obesitas pada individu (WHO, 2006). Nilai IMT
besifat independen terhadap jenis kelamin dan usia. Namun, skala IMT dapat
besar pada individu dengan IMT kurang dan lebih atau gemuk serta pada
menunjukan bahwa individu dengan IMT kurang berisiko 3,59 kali terkena
Selain itu, risiko PJK juga ditemukan pada setiap pertambahan IMT.
IMT sebesar 5 kg/m2 akan meningkatkan risiko PJK sebesar 1,25 kali (OR
badan akan meningkatkan risiko kesakitan dan kematian akibat PJK karena
risiko dari PJK (WHO, 2011; Villareal et al., 2006). Berdasarkan hasil
PJK pada individu yang mengalami Obesitas (RR 3,44 95% CI 2,81-4,21) (Li
et al., 2006). Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Jones, (2006) yang
perempuan sebesar 41% dan 21%. Peningkatan risiko PJK akibat Obesitas
2006).
16
individu yang menderita PJK dan dapat mempengaruhi patofisiologi PJK pada
Hipertensi juga dapat dipicu oleh faktor risiko PJK lainnya sehingga dapat
hipertensi berpengaruh positif terhadap kejadian PJK (OR 7,8 95% CI 7,5
– 8,1). Tekanan darah tinggi meningkatkan risiko terkena PJK hingga 81%
(RR 1,81 95% CI 1,65 – 1,97) dibandingkan individu yang tidak memiliki
tekanan darah tinggi (Huxley et al., 2006) (Glynn & Rosner, 2005).
(WHO, 2011).
secara signifikan meningkatkan risiko PJK sebanyak 1,4 kali (RR 2,44
95% CI 2,07 – 2,88) (Glynn & Rosner, 2005). Penelitian lainnya juga
(OR 3,5 95% CI 2,7 – 4,53) (Huxley et al., 2006). Hal ini konsisten
peningkatan risiko PJK pada penderita DM dengan usia >55 tahun sebesar
1,6 kali (OR 2,66 99% CI 2,04 – 3,46) (Capewell et al., 2010).
c. Penyakit Stroke
oleh aterosklerosis yang dipicu faktor risiko saat individu masih muda dan
berlanjut dalam waktu yang lama. Penyakit stroke ditandai dengan adanya
koroner atau otak dapat menyebabkan munculnya gejala PJK atau Stroke
(WHO, 2011).
19
D. Kerangka Teori
berdasarkan hasil penelitian oleh Reddigan, dkk (2011)1, Ignarro, dkk (2007) 2,
Sofi, dkk (2007) 3, Li dan Siegrist (2012) 4 serta Mora, dkk (2007) 5.
Aktivitas Fisik
A. Kerangka Konsep
intensitas aktivitas fisik yang dilakukan oleh individu. Intensitas aktivitas fisik
dalam penelitian ini diukur berdasarkan standar IPAQ (2005) dengan melihat
kecukupan skor MET dan hari beraktivitas fisik dalam satu minggu. Hasil
Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui risiko dari
karakteristik individu terhadap kejadian PJK pada individu yang beraktivitas fisik
rendah, sedang dan tinggi. Variabel karakteristik individu yang diteliti dalam
penelitian ini yaitu umur, jenis kelamin, perilaku merokok dan indeks masa tubuh,
serta riwayat penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes mellitus dan stroke.
Mora, dkk (2007), Sofi, dkk (2007), Li & Siergist (2011) dan Reddigan, dkk
(2011).
20
21
Variabel Independen:
Aktivitas Fisik:
1. Rendah
2. Sedang Variabel
3. Tinggi Dependen:
Penyakit Jantung
Koroner:
Variabel Karakteristik Individu: 1. Non-PJK
2. PJK
1. Jenis Kelamin
2. Usia
3. Status Merokok
4. Durasi Merokok
5. Indeks Masa Tubuh
6. Riwayat Tekanan Darah Tinggi
Keterangan:
(Hipertensi)
Analisis Variabel Utama
7. Riwayat Diabetes Mellitus (DM)
untuk melihat hubungan
8. Riwayat Stroke aktivitas fisik terhadap
kejadian PJK.
Analisis stratifikasi
aktivitas fisik pada
tingkat rendah, sedang
dan tinggi terhadap PJK
menurut karakteristik
individu (Jenis Kelamin,
Usia, Status Merokok,
Durasi Merokok, Indeks
Masa Tubuh Riwayat
Hipertensi, Diabetes
Mellitus dan Stroke).
B. Definisi Operasional
Skala
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur
Usia individu mulai sejak lahir hingga sampai usia ulang Kuesioner
4 Usia tahun terakhir pada saat menjadi responden Riskesdas Rumah Tangga Usia individu dalam satuan Rasio
tahun 2013. Riskesdas (IV) Tahun
22
Skala
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur
23
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
aktivitas fisik dan kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK). Desain cross-sectional dipilih
karena pengukuran variabel aktivitas fisik, variabel PJK dan variabel karakteristik individu
diukur dalam satu waktu. Data setiap variabel dalam penelitian ini merupakan data sekunder
Penelitian ini merupakan analisis lanjut data sekunder skala nasional yang berasal dari 33
provinsi di Indonesia yang dikumpulkan saat Penelitian Riskesdas pada tanggal 1 Mei – 30
Juni 2013. Analisis lanjut dilaksanakan pada bulan April hingga Mei tahun 2015.
Sampel dalam Riskesdas 2013 dipilih secara bertahap dengan desain sampel yang
dibedakan menurut domain estimasi tingkat nasional, provinsi dan kabupaten. Kerangka
sampel Riskesdas 2013 terdiri dari dua jenis, yaitu kerangka sampel untuk penarikan sampel
tahap pertama dan kerangka sampel untuk penarikan sampel tahap kedua (Kemenkes RI,
2013).
a. Kerangka sampel pemilihan tahap pertama adalah daftar primary sampling unit (PSU)
dalam master sampel. Jumlah PSU dalam master sampel adalah 30.000 yang dipilih
secara probability proportional to size (PPS) dengan jumlah rumah tangga hasil sensus
24
25
b. Kerangka sampel pemilihan tahap kedua adalah seluruh bangunan sensus yang
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, secara nasional terdapat 11.986 blok
sensus dengan response rate 99.9%. Sampel Rumah Tangga yang berhasil dikunjungi
sebanyak 294.959 dengan response rate 98.3%. Sedangkan jumlah Anggota Rumah
Tangga yang didata sebanyak 1.027.763 individu dengan response rate sebesar
Populasi dalam penelitian ini adalah individu yang berusia >15 tahun dan menjadi
responden Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013. Individu dengan usia >15 tahun
dipilih karena memiliki risiko terhadap Penyakit Jantung Koroner. Maka sampel atau
data individu yang dianalisis dalam penelitian ini merupakan individu yang telah
a. Kriteria Inklusi
Individu yang menjadi responden dalam Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, maka
b. Kriteria Eksklusi
Individu yang berusia <15 tahun saat menjadi responden dalam Riset Kesehatan
n = 1.027.763
berusia >15 tahun dengan jumlah sampel sebanyak 722329 individu. Setelah
dilakukan cleaning data terdapat sampel dengan pengukuran variabel yang tidak
lengkap. Sampel tersebut akan tetap dianalisis untuk melihat hubungan aktivitas fisik
dengan kejadian PJK. Distribusi sampel setiap variabel diuraikan dalam tabel berikut:
Berdasarkan jumlah sampel yang tersedia untuk dianalisis, maka dapat dihitung
kekuatan uji (1-β) pada setiap variabel. Perhitungan kekuatan uji berdasarkan rumus
besar sampel uji hipotesis pada 2 proporsi (two tail), sebagai berikut:
2
�𝑍1−𝛼 �2𝑃�(1 − 𝑃� ) + 𝑍1−𝛽 �𝑃1 (1 − 𝑃1 ) + 𝑃2 (1 − 𝑃2 �
2
𝑛=
(𝑃1 − 𝑃2 )2
Keterangan:
Sampel Size 2.0 pada sistem operasi Windows. Kekuatan uji dari setiap variabel
Peneliti Kekuatan
Besar
No Variabel P1 P2 Sebelumnya Uji
Sampel
(1-β)
Glynn & Rosner
6 Durasi Merokok 223.657 0,409 0,591 99%
(2005)
Llyod-Jones, dkk
7 Indeks Masa Tubuh 712.580 0,418 0,582 99%
(2006)
Riwayat penyakit
8 Tekanan darah 722.329 0,47 0,53 Xu, dkk (2006) 99%
tinggi (Hipertensi)
Riwayat penyakit
9 Diabetes Mellitus 722.329 0,70 0,30 Xu, dkk (2006) 99%
(DM)
Riwayat Penyakit
10 722.329 0,06 0,994 Raso, dkk (2006) 99%
Stroke
melalui wawancara dan pengukuran oleh enumerator Riskesdas. Entri data dilakukan
di lokasi pengumpulan setelah data dikumpulkan agar masalah data dapat segera
Kabupaten/Kota (Kemenkes RI, 2013). Selanjutnya dalam penelitian ini data dari
beberapa variabel penelitian diberikan kode yang baru pada setiap kategori pada
oleh enumerator saat pelaksanaan Riskesdas tahun 2013. Beberapa diberikan kode
ulang untuk keperluan analisis lanjut data sekunder Riskesdas tahun 2013. Berikut
terkait riwayat Diagnosis PJK individu saat menjadi responden Riskesdas tahun
2013.
Variabel aktivitas fisik diperoleh dengan wawancara untuk mengukur skor MET
(metabolic equivalent) dari jenis aktivitas fisik berat dan sedang yang dilakukan
(IPAQ) tahun 2005 nilai MET untuk masing-masing kategori aktivitas fisik berat
dan sedang adalah 8 dan 4. Total MET diperoleh dengan mengalikan antara
jumlah menit beraktivitas dalam seminggu, dengan jumlah hari beraktivitas, dan
perhitungan skor berdasarkan jenis aktivitas fisik berat dan sedang diukur
Tabel 4.3
Perhitungan Skor MET berdasarkan Jenis Aktivitas Fisik
Jenis
MET
Aktvitas Perhitungan Aktivitas Fisik
value
Fisik
Berat Jumlah Hari 8
Durasi beraktivitas
x Beraktivitas dalam x
Sedang (menit/hari) 4
Seminggu
Ringan Tidak termasuk jenis aktivitas fisik berat maupun sedang
Skor total aktivitas fisik diperoleh dari akumulasi skor akhir MET jenis akitivitas
Skor total hasil perhitungan dikategorikan kedalam tiga kategori tingkat aktivitas
fisik:
a. Tinggi, apabila individu memenuhi skor total aktivitas fisik MET >3000
b. Sedang, apabila individu memenuhi skor total aktivitas fisik MET >600
c. Rendah, apabila aktivitas fisik oleh individu tidak memenuhi kriteria tingkat
aktivitas fisik tinggi dan/atau tingkat aktivitas fisik rendah (IPAQ, 2005)
4. Variabel Usia
riskesdas tahun 2013. Kemudian data usia dikategorikan menjadi dua kategori
umur berisiko PJK berdasarkan penelitian sebelumnya, yaitu <50 tahun dan > 50
tahun.
merokok sebelumnya).
Durasi merokok merupakan waktu lama merokok individu dalam satuan tahun
yang diukur berdasarkan selisih usia berhenti merokok atau usia saat menjadi
responden Riskesdas tahun 2013 dan masih merokok dikurangi dengan usia mulai
merokok. Individu yang merokok tetapi tidak dapat mengingat kapan mulai dan
Variabel indeks masa tubuh diukur berdasarkan hasil pengukuran berat dan tinggi
timbangan berat badan CAMRY dan pengukur tinggi badan (Kemenkes RI,
2013). Perhitungan indeks masa tubuh (IMT) dengan membagi berat badan dalam
kilogram dan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat (Kg/m2). Hasil dari
pengukuran ini berupa kategori IMT; kurang apabila IMT<18,5, normal apabila
IMT 18,5-25,0, gemuk apabila 25,1-27,0 dan obesitas apabila IMT >27,0
Terdapat tiga variabel penyakit penyerta yang dianalisis dalam penelitian ini yaitu
tahun 2013.
2013. Kuesioner Riskesdas tahun 2013 memiliki beberapa variabel yang akan
dianalisis lanjut, yaitu status diagnosa PJK, aktivitas fisik, usia, jenis kelamin, status
merokok, usia saat mulai dan berhenti merokok, pengukuran tinggi dan berat badan,
G. Manajemen Data
Sebelum manajemen data dilakukan oleh peneliti, kegiatan pengelolaan data dan
dahulu. Alur manajemen data pada penelitian ini dipaparkan sebagai berikut:
Kegiatan manajemen data dilakukan melalui dua tahap, yaitu (Kemenkes RI,
2013):
2) Pengkodean data (coding) dilakukan pada setiap variabel dalam dataset untuk
keperluan analisis data dengan menyesuaikan kategori atau kode awal yang
Obesitas dan umur pertama kali dan/atau terakhir merokok untuk durasi
H. Analisis Data
Pada umumnya analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan
tabulasi silang (crosstab) variabel karakteristik individu dan aktivitas fisik terhadap
kejadian PJK. Berikut merupakan uraian analisis data dalam penelitian ini:
1. Analisis Deskriptif
frekuensi (jumlah dan proporsi) dari setiap variabel penelitian terhadap variabel
PJK. Hasil dari analisis disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dalam tabel silang
(2x2) dengan total pada masing-masing kolom. Hal ini bertujuan untuk melihat
2. Uji Bivariat
a. Uji Mann-Whitney
umur dan durasi merokok tidak terdistribusi normal. Oleh karena itu, uji
seperti pada variabel umur dan durasi merokok terhadap kejadian PJK dengan
melihat p-value.
35
b. Uji Chi-Square
melihat hubungan data kategorik pada variabel aktivitas fisik dan variabel
silang (2x2) untuk melihat risiko antara variabel aktivitas fisik dan karakteristik
individu terhadap kejadian PJK. Berikut merupakan contoh skema analisis untuk
analisis ini, sehingga hasil analisis berupa OR dan 95% CI dari setiap kategori
kedua (aktivitas fisik sedang) dan kategori ketiga (aktivitas fisik tinggi) dari
variabel aktivitas fisik dan terhadap variabel PJK. Analisis ini juga berlaku pada
variabel karakteristik individu dengan >2 kategori untuk melihat OR dan 95% CI
terhadap PJK.
36
4. Analisis Stratifikasi
Analisis stratifikasi merupakan metode analisis untuk mengendalikan
bertujuan untuk melihat perbedaan risiko terhadap PJK dari variabel karakteristik
individu pada masing-masing tingkat aktivitas fisik rendah, sedang dan tinggi.
Risiko PJK dari analisis stratifikasi dinyatakan dalam odds ratio (OR) dari
pertama atau kategori yang dianggap tidak berisiko terhadap PJK digunakan
tingkat aktivitas fisik sedang dan tinggi memiliki risiko PJK yang disebabkan
faktor risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok individu dengan
Berikut merupakan tabel 5.1 yang menunjukan masing-masing frekuensi aktivitas fisik
pada kelompok Non-PJK dan PJK. Terdapat perbedaan signifkan proporsi aktivitas fisik pada
Tabel 5.1
Frekuensi PJK menurut Aktivitas Fisik
Non-PJK PJK
Tingkat Aktivitas Fisik: p value
n % n %
1. Rendah 459956 64.04 3336 82.03
2. Sedang 49129 6.84 134 3.29
0.000
3. Tinggi 209177 29.12 597 14.68
Total 718262 100.00 4067 100.00
Aktivitas fisik rendah memiliki proporsi terbesar pada kelompok PJK dan Non-PJK.
Meskipun demikian, proporsi aktivitas fisik rendah pada kelompok PJK (82,03%) lebih besar
dibandingkan dengan kelompok Non-PJK (64,04%). Proporsi aktivitas fisik sedang dan
tinggi pada kelompok PJK (3,29% dan 14,68%) lebih rendah dibandingkan dengan kelompok
Tabel 5.2 menunjukan perbedaan proporsi variabel karakteristik individu pada kelompok
PJK dan Non-PJK yang signifikan (p=0,000). Proporsi perempuan lebih besar pada
kelompok PJK (56,48%) dibandingkan pada kelompok Non-PJK (51,82%). Proporsi laki-
laki lebih besar pada kelompok Non-PJK (48,18%) dibandingkan pada kelompok PJK
(43,52%).
37
38
Tabel 5.2
Frekuensi PJK menurut Karakteristik Individu
Non-PJK PJK
Variabel Karakteristik Individu p value
n % n %
Jenis Kelamin
1. Laki-laki 346053 48.18 1770 43.52
0.000
2. Perempuan 372209 51.82 2297 56.48
Total 718262 100.00 4067 100.00
x� SD x� SD
Usia Individu (tahun)
39,8 +16,1 55,2 +13,6 0.000
Total 718262 100.00 4067 100.00
Kategori Usia Individu
1. 15 – 26 tahun 173975 24.22 98 2.43
0.000
2. 27 – 38 tahun 181732 25.30 355 8.75
3. 39 – 50 tahun 179392 24.97 978 24.00
4. >50 tahun 183163 25.51 2636 64.82
Total 718262 100.0 4067 100.0
Status Merokok
1. Tidak Merokok 461460 64.26 2658 65.36
2. Pernah Merokok 31998 4.46 767 18.86 0.000
3. Merokok 224624 31.28 642 15.79
Total 718082 100.00 4067 100.00
x� SD x� SD
Durasi Merokok (tahun)
22,3 +14,4 31.3 +15,2 0.000
Total (perokok) 222417 100.00 1240 100.00
Kategori Durasi Merokok
1. 0 tahun (tidak merokok) 461460 64.26 2658 65.36
2. 1 – 21 tahun merokok 115080 16.03 343 8.43 0.000
3. >22 tahun merokok 107337 14.95 897 22.06
4. Tidak Berlaku 34205 4.76 169 4.16
Total 718082 100.00 4067 100.00
Indeks Masa Tubuh
1. Kurang (IMT <18,5) 90410 12.58 415 10.20
2. Normal (IMT 18,5-25,0) 440720 61.36 1920 47.21
3. Lebih (IMT 25,1-27,0) 77490 10.79 535 13.15 0.000
4. Obesitas (IMT >27,0) 100030 13.92 1060 26.06
5. Tidak Berlaku 9612 1.35 137 3.37
Total 718262 100.00 4067 100.00
Riwayat Hipertensi
1. Tidak Hipertensi 650037 90.50 1933 47.53
0.000
2. Hipertensi 68225 9.50 2134 52.47
Total 718262 100.00 4067 100.00
Riwayat Diabetes Mellitus (DM)
1. Tidak Diabetes Mellitus 706083 98.30 3529 86.77
0.000
2. Diabetes Mellitus 12179 1.70 538 13.23
Total 718262 100.00 4067 100.00
Riwayat Stroke
1. Tidak Stroke 712669 99.22 3773 92.77
0.000
2. Stroke 5593 0.78 294 7.23
Total 718262 100.00 4067 100.00
39
Kelompok PJK memiliki rata-rata umur yang lebih tua (55,2 tahun) dibandingkan
kelompok Non-PJK (39,8 tahun). Sebagian besar penderita PJK berusia >50 tahun (64,84%).
Proporsi usia 15-26 tahun, 27-38 tahun dan 39-50 tahun cenderung lebih besar pada
kelompok Non-PJK, hanya proporsi usia >50 tahun yang lebih besar pada kelompok PJK.
Proporsi individu yang pernah merokok lebih tinggi pada kelompok PJK (18,86%)
dibandingkan Non-PJK (4,46%). Rata-rata durasi merokok kelompok PJK (31,3 tahun) lebih
lama dibandingkan kelompok Non-PJK (22,3 tahun). Proporsi individu yang merokok >22
tahun pada kelompok PJK (23%) lebih besar dibandingkan kelompok Non-PJK (15,7%).
Berdasarkan indeks masa tubuh (IMT), proporsi IMT kurus dan normal paling besar pada
kelompok Non-PJK (12,58% dan 61,36%) dibandingkan kelompok PJK (10,20% dan
47,21%). Sebaliknya, proporsi IMT lebih dan obesitas lebih besar pada kelompok PJK
(13,15% dan 26,06%) dibandingkan dengan pada kelompok Non-PJK (10,79% dan 13,92%).
Proporsi individu dengan Hipertensi pada kelompok PJK (52,47%) lebih besar
dibandingkan pada kelompok Non-PJK (9,50%). Begitu juga dengan proporsi penderita
Diabetes Mellitus dan Stroke pada kelompok PJK (13,23% dan 7,23%) yang lebih besar
Hasil analisis pada tabel 5.3 menunjukan individu yang beraktivitas fisik dengan
intensitas sedang maupun tinggi memiliki risiko terhadap PJK yang lebih rendah
Tabel 5.3
Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian PJK
Kejadian PJK
Tingkat Aktivitas Fisik
OR 95% CI
1. Rendah 1.00 (Referent)
2. Sedang 0.38 (0.32-0.45)
3. Tinggi 0.40 (0.36-0.43)
Individu dengan tingkat aktivitas fisik sedang memiliki risiko 62% lebih rendah untuk
terkena PJK, sedangkan individu dengan tingkat aktivitas fisik tinggi memiliki risiko 60%
lebih rendah untuk terkena PJK. Efek proteksi terhadap PJK lebih besar pada tingkat
Tidak ada perbedaan risiko PJK yang signifikan antara laki-laki dan perempuan pada
tingkat aktivitas fisik rendah dan sedang. Meskipun demikian, perempuan lebih berisiko
mengalami PJK 1,60 kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki pada tingkat aktivitas fisik
tinggi. Hal ini menunjukan bahwa perempuan lebih berisiko terkena PJK dibandingkan
laki-laki. Secara keseluruhan, individu yang berusia >26 tahun lebih berisiko terhadap PJK
dibandingkan individu berusia <26 tahun, sehingga semakin tua usia individu maka
semakin besar risiko terhadap PJK. Namun, risiko PJK lebih rendah pada individu berusia
39-50 tahun dan >50 tahun yang beraktivitas fisik sedang dan tinggi dibandingkan dengan
Tabel 5.4
Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian PJK menurut Karakteristik individu
Hubungan Aktivitas Fisik dengan PJK menurut Jenis Kelamin
Aktivitas Fisik Non-PJK PJK OR (95% CI) Total %
Laki-laki 174955 1360 1.00 (Referent) 176315 38.12
Rendah
Perempuan 285001 1976 0.91 (0.80-0.96) 286977 61.88
Laki-laki 34529 89 1.00 (Referent) 34618 70.29
Sedang
Perempuan 14600 33 0.89 (0.57-1.29) 14633 29.71
Laki-laki 136569 321 1.00 (Referent) 136890 65.31
Tinggi
Perempuan 72608 276 1.60 (1.42-1.91) 72884 34.69
Hubungan Aktivitas Fisik dengan PJK menurut Usia Individu
Aktivitas Fisik Non-PJK PJK OR (95% CI) Total %
15 – 26 tahun 129800 76 1.00 (Referent) 129876 28.03
27 – 38 tahun 108402 252 3.97 (3.07-5.13) 108654 23.45
Rendah
39 – 50 tahun 101235 729 12.30 (9.71-15.58) 101964 22.01
>50 tahun 120519 2279 32.30 (25.69-40.59) 122798 26.51
15 – 26 tahun 10547 4 1.00 (Referent) 10551 21.68
27 – 38 tahun 13391 22 4.33 (1.49-12.57) 13413 27.56
Sedang
39 – 50 tahun 13652 49 9.46 (3.41-26.23) 13701 28.15
>50 tahun 10939 59 14.22 (5.16-39.16) 10998 22.60
15 – 26 tahun 33628 18 1.00 (Referent) 33646 16.04
27 – 38 tahun 59339 81 2.55 (1.53-4.25) 59420 28.33
Tinggi
39 – 50 tahun 64505 200 5.79 (3.58-9.38) 64705 30.85
>50 tahun 51705 298 10.77 (6.69-17.33) 52003 24.79
Hubungan Aktivitas Fisik dengan PJK menurut Status Merokok
Aktivitas Fisik Non-PJK PJK OR (95% CI) Total %
Tidak Merokok 341128 2273 1.00 (Referent) 343401 74.0
Rendah Pernah Merokok 19848 650 4.89 (4.50-5.37) 20498 4.40
Merokok 98980 413 0.61 (0.53-0.69) 99393 21.60
Tidak Merokok 22369 60 1.00 (Referent) 22429 45.59
Sedang Pernah Merokok 2301 25 4.10 (2.54-6.47) 2326 4.71
Merokok 24459 49 0.71 (0.51-1.09) 24508 49.70
Tidak Merokok 98143 325 1.00 (Referent) 98468 46.91
Tinggi Pernah Merokok 9849 92 2.81 (2.24-3.56) 9941 4.69
Merokok 101185 180 0.52 (0.43-0.71) 101365 48.30
Hubungan Aktivitas Fisik dengan PJK menurut Durasi Merokok
Aktivitas Fisik Non-PJK PJK OR (95% CI) Total %
0 tahun / tidak merokok 341128 2273 1.00 (Referent) 343401 76.80
Rendah 1-21 tahun merokok 54778 247 0.72 (0.56-0.79) 55025 12.29
>22 tahun merokok 48009 684 2.12 (2.01-2.34) 48693 10.91
0 tahun / tidak merokok 22369 60 1.00 (Referent) 22429 49.07
Sedang 1-21 tahun merokok 12384 19 0.60 (0.40-0.90) 12403 27.10
>22 tahun merokok 10760 44 1.53 (1.11-2.23) 10804 23.73
0 tahun / tidak merokok 98143 325 1.00 (Referent) 98468 50.40
Tinggi 1-21 tahun merokok 47918 77 0.51 (0.40-0.59) 47995 24.57
>22 tahun merokok 48568 169 1.12 (0.82-1.31) 48737 25.03
42
Menurut status merokok, tingkat aktivitas fisik rendah, individu yang pernah
merokok berisiko 4,89 kali terkena PJK. Sedangkan pada kelompok dengan tingkat
aktivitas fisik sedang dan tinggi, individu yang pernah merokok berisiko 4,10 kali dan
2,81 kali untuk terkena PJK. Hal ini menunjukan semakin tinggi tingkat aktivitas fisik,
semakin rendah risiko terhadap PJK pada individu yang pernah merokok.
43
Sedangkan menurut durasi merokok, risiko PJK baru terlihat pada individu yang
merokok selama >22 tahun. Pada kelompok dengan aktivitas fisik rendah, merokok
selama >22 tahun berisiko 2,12 kali terkena PJK. Sedangkan pada kelompok dengan
aktivitas fisik sedang dan tinggi, merokok selama >22 tahun, risiko PJK terlihat lebih
rendah atau hanya sebesar 1,53 kali dan 1,12 kali berisiko untuk terkena PJK. Hal ini
menunjukan semakin tinggi tingkat aktivitas fisik maka semakin rendah risiko PJK
Menurut indeks masa tubuh (IMT), risiko PJK lebih terlihat pada individu yang
mengalami obesitas pada tingkat aktivitas fisik rendah sebesar 2,17 kali, aktivitas fisik
sedang sebesar 3,07 kali dan aktivitas fisik tinggi sebesar 2,48 kali. Sedangkan pada
individu dengan IMT kurang lebih berisiko pada tingkat aktivitas fisik sedang sebesar
1.06 kali dan aktivitas fisik tinggi sebesar 1.26 kali dibandingkan tingkat aktivitas fisik
rendah. Meskipun demikian, IMT kurang tidak menunjukan risiko PJK yang signifikan
pada tingkat aktivitas fisik rendah, sedang dan tinggi. Individu dengan IMT lebih secara
signifikan lebih berisiko PJK pada tingkat aktivitas fisik rendah sebesar 1,56 kali, tetapi
lebih berisiko secara signifikan pada tingkat aktivitas fisik sedang dan tinggi.
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa individu dengan IMT kurang
berisiko PJK lebih tinggi pada tingkat aktivitas fisik sedang dan tinggi, individu dengan
IMT lebih berisiko PJK lebih tinggi pada tingkat aktivitas fisik rendah, sedangkan
Individu dengan obesitas lebih berisiko PJK pada setiap tingkat aktivitas fisik.
konsisten meningkatkan risiko PJK pada kelompok dengan tingkat aktivitas fisik
rendah, sedang dan tinggi. Individu yang mengalami hipertensi dan beraktivitas fisik
44
rendah, sedang dan tinggi berisiko sebesar 10,16 kali, 10,86 kali dan 10,08 kali terkena
PJK dibandingkan individu yang tidak mengalami hipertensi. Individu dengan penyakit
DM berisiko terkena PJK sebesar 7,99 kali pada dengan aktivitas fisik rendah.
Sedangkan dengan aktivitas fisik sedang dan tinggi penyakit DM berisiko 9,59 kali dan
6,77 kali menyebabkan PJK. Individu yang menderita stroke dengan aktivitas fisik
rendah, sedang dan tinggi berisiko 7,89 kali, 9,81 kali dan 18,21 kali terkena PJK. Hasil
analisis ini menunjukan bahwa individu yang memiliki riwayat penyakit Hipertensi dan
DM tetapi beraktivitas fisik tinggi cenderung memiliki risiko PJK yang lebih rendah,
A. Keterbatasan Penelitian
variabel aktivitas fisik dan PJK dilakukan dalam satu waktu. Hal ini
fisik yang diukur mendahului kejadian PJK, sehingga penelitian ini tidak
PJK. Namun hasil penelitian ini dapat menunjukan efek proteksi aktivitas
fisik terhadap kejadian PJK, dimana individu yang rutin beraktivitas fisik
wawancara saat pengumpulan data Riskesdas tahun 2013, oleh karena itu
bias informasi mungkin terjadi dalam penelitian ini. Hal ini merupakan
umumnya (Li & Siegrist, 2012; Sofi et al., 2007). Meskipun demikian,
demikian, bias dalam penentuan jenis aktivitas fisik dapat diminimalisir dan
45
46
oleh Reddigan, dkk (2007), Sofi, dkk (2007), Mora, dkk (2007), Ignarro, dkk
(2011) serta Li dan Siegrist (2012). Penelitian ini tidak menganalisis variabel
pola konsumsi individu dari Riskesdas tahun 2013, karena berkaitan dengan
validitas data yang berpotensi bias pada hasil penelitian, sehingga hanya
usia lanjut, status merokok, durasi merokok, indeks masa tubuh, status
pengukuran variabel penyakit seperti PJK, hipertensi, DM dan stroke. Hal ini
baru mulai merokok dan individu yang sudah merokok dalam jangka waktu
yang lama dalam kategori status merokok. Meskipun demikian, penelitian ini
Analisis pada variabel indeks masa tubuh dan durasi merokok tidak
dilakukan pada setiap sampel penelitian. Hal ini dikarenakan pada saat
yang tidak memiliki pengukuran variabel yang lengkap, analisis indeks masa
tubuh dilakukan pada 712580 individu dan analisis durasi merokok berasal
skor Metabolic Equivalent (MET) yang kurang dari 600 atau tidak
Questionnaire (IPAQ) tahun 2005. Hasil analisis ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya oleh Mora, dkk (2007) yang menunjukan proporsi aktivitas fisik
rendah merupakan proporsi yang paling besar atau sekitar 50% dari sampel
aktivitas fisik sedang dan tinggi merupakan tingkat aktivitas fisik yang hanya
dapat dicapai oleh individu yang rutin beraktivitas fisik selama seminggu
individu tidak beraktivitas fisik secara rutin dan memiliki skor MET dibawah
yang signifikan. Proporsi aktivitas fisik rendah paling besar terdapat pada
aktivitas fisik sedang dan tinggi (6,84% dan 29,12%) yang lebih besar
48
dibandingkan kelompok PJK (3,3% dan 14,7%). Aktivitas fisik sedang dan
tinggi merupakan tingkat aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin dan
sudah memenuhi atau melebihi skor minimal 600 MET (Sofi et al., 2007).
terhadap PJK dibandingkan pada individu yang tidak beraktivitas fisik atau
beraktivtas fisik dibawah kecukupan (<600 MET) (Li & Siegrist, 2012; Sofi
et al., 2007; Mora et al., 2007) Oleh karena itu, proporsi individu
beraktivitas fisik sedang dan tinggi cenderung terlihat pada kelompok Non-
PJK, sedangkan proporsi individu dengan aktivitas fisik rendah lebih besar
1. Jenis Kelamin
PJK yang disebabkan gaya hidup yang tidak sehat seperti perilaku
perempuan (Li & Siegrist, 2012). Hal inilah yang menyebabkan, PJK
2. Usia
yang lebih tua (55 tahun) dibandingkan dengan kelompok Non-PJK (39,8
penderita PJK juga terdapat pada kelompok usia 15-26 tahun dan terus
meningkat hingga usia >50 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian
individu yang berusia lanjut atau berusia >50 tahun (Lloyd-Jones et al.,
PJK dapat mulai saat individu masih muda dan muncul saat individu
terdapat pada kelompok usia <50 tahun. Hal ini dapat disebabkan akibat
muda . Individu yang mengalami PJK pada usia muda (15-26 tahun)
kelompok PJK. Hal ini dapat disebabkan karena sebagian besar individu
yang termasuk dalam kategori merokok, baru merokok selama satu tahun
dan masih berusia <50 tahun sehingga belum berisiko terhadap PJK.
memiliki risiko PJK yang lebih kecil sehingga tidak memiliki riwayat
Hal ini menunjukan bahwa individu yang sudah berhenti merokok lebih
risiko dari merokok yang lama untuk menimbulkan gejala. Oleh karena
itu, PJK pada umumnya terjadi pada individu yang sudah merokok dalam
51
waktu yang cukup lama serta sudah berusia lanjut (Glynn & Rosner,
obesitas pada kelompok PJK hampir dua kali lebih tinggi dibandingkan
et al., 2006). Hal ini disebabkan karena obesitas pada individu memicu
Rosner, 2005; Huxley et al., 2006; Davidson & Parkin, 2009; Naga,
2012).
2011).
sedang (OR 0.376, 95% CI 0.316-0.447) dan tinggi (OR 0.394, 95% CI
menurunkan risiko PJK karena dengan beraktivitas fisik secara rutin dapat
tingginya kadar gula darah dan kolesterol serta Obesitas (Sofi et al., 2007).
53
Individu yang beraktivitas fisik sedang memiliki risiko 62% lebih rendah
terkena PJK sedangkan pada individu yang beraktivitas fisik tinggi memiliki
risiko 60% lebih rendah terkena PJK. Maka hasil analisis ini menunjukan
risiko PJK lebih rendah pada tingkat aktivitas fisik sedang dibandingkan
tingkat aktivitas fisik tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya
yang menunjukan penurunan risiko PJK paling rendah pada individu dengan
aktivitas fisik sedang serta ditemukan peningkatan angka kejadian PJK yang
lebih banyak pada kelompok individu yang beraktivitas fisik rendah dan
yang lebih kuat. Hal ini disebabkan aktivitas fisik yang dilakukan terlalu
patofisiologis dari PJK. Selain itu, studi klinis menunjukan aktivitas fisik
energi dalam menggerakan tubuh dengan otot rangka. Aktivitas fisik dengan
intensitas sedang dapat dicapai dengan skor MET kecukupan aktivitas fisik
54
minimum (600 MET) dengan jumlah aktif beraktivitas fisik selama lima >5
intensitasnya, kegiatan tersebut memiliki skor 3-6 MET atau setara dengan
3,5-7 kcal/min. Maka diperlukan waktu sekitar 150 menit/minggu atau setara
dengan jumlah hari 5-7 hari/minggu dengan lama waktu 20-30 menit/hari
untuk mencapai tingkat aktivitas fisik sedang (WHO, 2011; CDC, 2015).
1. Jenis Kelamin
aktivitas fisik rendah dan sedang, tidak memiliki perbedaan risiko yang
besar terhadap PJK. Namun, perempuan masih lebih berisiko PJK pada
tingkat aktivitas fisik tinggi. Hal ini disebabkan perbedaan jenis pola
dibandingkan perempuan (Li & Siegrist, 2012). Risiko PJK akibat gaya
usia lanjut yang mengalami menopause juga akan lebih berisiko terhadap
pada laki-laki, selain itu perempuan dan laki-laki memiliki pola aktivitas
fisik yang berbeda (Li & Siegrist, 2012). Aktivitas fisik sedang dapat
2. Usia
risiko yang lebih rendah terhadap PJK pada setiap tingkatan usia. Hal ini
pada usia yang semakin tua individu yang beraktivitas fisik cenderung
yang tidak rutin beraktivitas fisik (Ignarro et al., 2007; Lloyd-Jones et al.,
2006).
Risiko PJK yang lebih rendah pada tingkat aktivitas fisik yang
semakin tinggi terlihat pada kelompok yang berusia >50 tahun. Hal ini
sesuai dengan penelitian kohort sebelumnya oleh Mora, dkk (2007) pada
56
fisik merupakan salah satu faktor risiko yang sangat berpengaruh PJK
kelompok usia.
10% hingga 25% (Huxley & Woodward, 2011; WHO, 2011). Hasil
rendah risiko PJK pada individu yang pernah merokok. Namun, risiko
PJK tidak terlihat pada individu dengan status merokok, hal ini dapat
termasuk individu yang baru pertama kali merokok dan masih muda atau
lama dan risiko PJK akan lebih terlihat pada individu yang sudah lama
Individu yang sudah merokok selama >22 tahun dengan tingkat aktivitas
57
fisik rendah berisiko 2,3 kali terkena PJK. Namun risiko PJK dari durasi
merokok >22 tahun lebih kecil pada individu dengan tingkat aktivitas
fisik sedang dan tinggi. Beraktivitas fisik dapat menurunkan risiko PJK
juga terjadi pada individu yang merokok selama >22 tahun, sehingga
risiko PJK dari merokok lebih kecil pada individu dengan tingkat
tingkat aktivitas sedang dan tinggi, sedangkan pada individu dengan IMT
lebih, risiko PJK lebih terlihat pada tingkat aktivitas fisik rendah.
Tingginya risiko pada individu yang rutin beraktivitas fisik dengan IMT
pada usia lanjut dan mengalami berat badan rendah secara signifikan
individu yang memiliki IMT lebih tingkat aktivitas fisik rendah akan
darah dan tekanan darah sehingga memicu PJK (Reddigan et al., 2011;
risiko PJK dari obesitas yang konsisten pada setiap tingkat aktivitas fisik.
lemak berlebih dalam tubuh yang merupakan penyebab dari Obesitas dan
sebagai faktor risiko terhadap PJK (Poirer et al., 2006; Baker et al.,
hingga sedang atau beraktivitas fisik dengan skor <600 MET lebih baik
fisik sedang hingga tinggi atau setara >600 MET diperlukan untuk
memberikan efek proteksi pada individu dengan IMT lebih dan obesitas.
59
(DM) dan stroke secara signifikan meningkatkan risiko PJK pada setiap
terlihat lebih rendah pada individu dengan tingkat aktivitas fisik tinggi.
Stroke yang beraktivitas fisik sedang dan tinggi. Hal ini menunjukan
tingkat aktivitas fisik yang lebih rendah diperlukan pada penderita stroke.
BAB VII
PENUTUP
A. Simpulan
3. Risiko PJK lebih rendah pada individu dengan aktivitas fisik sedang
4. Risiko PJK pada individu yang berusia lanjut (>50 tahun), pernah
60
61
B. Saran
penyerta.
baik dan dapat digunakan dalam penelitian analisis lanjut data Riskesdas
berikutnya.
individu dengan indeks masa tubuh (IMT) kurang, serta manfaat aktivitas
DAFTAR PUSTAKA
Baker, J., Olsen, L. & Sorensen, T., 2007. Childhood Body-Mass Index and the
Risk of Coronary Heart Disease in Adulthood. The new england journal of
medicine, 357(23), pp.2329-.
Capewell, S. et al., 2010. Cardiovascular risk factor trends and potential for
reducing coronary heart disease mortality in the United States of America.
Bull 121 WHO, 88(10), pp.:120–130.
Carnethon, M., 2009. Physical Activity and Cardiovascular Disease: How Much
is Enough? Am J Lifestyle Med., 3(1), pp.44-49.
CDC, 2013. Global Burden Compare: Indonesia ischemic heart disease 2010.
[Online] Global Burden Compare Available at:
http://vizhub.healthdata.org/gbd-compare/ [Accessed March 2015].
Glynn, R. & Rosner, B., 2005. Comparison of Risk Factors for the Competing
Risks of Coronary Heart Disease, Stroke, and Venous Thromboembolism.
American Journal Epidemiology, 162(10), pp.:975–982.
Huxley, R., Barzi, F. & Woodward, M., 2006. Excess risk of fatal coronary heart
disease associated with diabetes in men and women: meta-analysis of 37
prospective cohort studies. BMJ, 113(10.), p.38678.
63
Huxley, R. & Woodward, M., 2011. Cigarette smoking as a risk factor for
coronary heart disease in women compared with men: a systematic review
and meta-analysis of prospective cohort studies Rachel R Huxley, Mark
Woodward Summary Background. Lancet Journal, 1016(11), pp.6736-45.
Ignarro, L., Balestrieri, L. & Napoli, C., 2007. Nutrition, physical activity, and
cardiovascular disease: An update. Elsevier, 73(10), pp.326–40.
Kemenkes RI, 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar 2013. Kemenkes RI.
Kemenkes RI, 2013. Pedoman Manajemen Data Riset Kesehatan Dasar 2013.
Kemenkes RI.
Labounty, et al., 2013. Body mass index and the prevalence, severity, and risk of
coronary artery disease: an international multicentre study of 13 874 patient.
European Heart Journal – Cardiovascular, 14, pp.456-63.
Li, J. & Siegrist, J., 2012. Physical Activity and Risk of Cardiovascular
Disease—A Meta-Analysis of Prospective Cohort Studies. Int. J. Environ.
Res. Public Health, 3390(9), pp.391-407.
Liu, et al, 2007. Pulse Wave Velocity as a Marker of Arteriosclerosis and Its
Comorbidities in Chinese Patients. Hypertens Res, 30(3).
64
Mathers, C. & Loncar, D., 2006. Projections of Global Mortality and Burden of
Disease from 2002 to 2030. PLoS MEDICINE, 3(11), pp.2011-31.
Mora, S., Cook, N., Buring, J. & Ridker, P.L.I.-m., 2007. Physical Activity and
Reduced Risk of Cardiovascular Events: Potential Mediating Mechanisms.
NIH, 116(19), pp.2110–18.
Naga, S., 2012. Buku panduan lengkap ilmu penyakit dalam. Jakarta: Diva Press
hal:143.
Reddigan, J., Ardern, C., Riddell, M. & Kuk, J., 2011. Relation of Physical
Activity to Cardiovascular Disease Mortality and the Influence of
Cardiometabolic Risk Factors. Elsevier, 07(005), pp.1010-16.
Reiner, M., Nierman, C., Jekauc, D. & Woll, A., 2013. Long-term health
benefits of physical activity – a systematic review of longitudinal studies.
Biomed Central, 813(13).
Sattlemair, J. et al., 2011. Dose Response Between Physical Activity and Risk of
Coronary Heart Disease A Meta-Analysis. Circulation, 124, pp.789-95.
Sofi, F. et al., 2007. Physical activity during leisure time and primary prevention
of coronary heart disease: an updated meta-analysis of cohort studies.
European Society Cardiology, 15(3), pp.247-58.
Suastika, et al., 2011. Underweight is an important risk factor for coronary heart
disease in the population of Ceningan Island, Bali. Sage, 9(1), pp.75-77.
65
WHO, 2011. The underlying pathology of ischaemic heart attacks and strokes. In
WHO Global Atlas on cardiovascular disease prevention and control.
Geneva: WHO.
Bivariat
Hipertensi * PJK
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square a
8.494E3 1 .000
b
Continuity Correction 8.489E3 1 .000
Likelihood Ratio 4.756E3 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 8.494E3 1 .000
b
N of Valid Cases 722329
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square a
3.110E3 1 .000
b
Continuity Correction 3.103E3 1 .000
Likelihood Ratio 1.312E3 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 3.110E3 1 .000
b
N of Valid Cases 722329
Stroke * PJK
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square a
2.081E3 1 .000
b
Continuity Correction 2.073E3 1 .000
Likelihood Ratio 790.833 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 2.081E3 1 .000
b
N of Valid Cases 722329
A. Identitas Responden
1. ID Responden
2. Nama
3. Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan
4. Umur ______tahun
5. Alamat Lengkap