You are on page 1of 7

LAPORAN PENDAHULUAN

EFUSI PLEURA

A. DefinisiPenyakit
 Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dirongga pleura
(Price and Wilson, 1995).
 Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura
berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan karena terjadinya ketidakseimbangan
antara produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura viseralis. Efusi pleura bukanlah suatu
disease entity tapi merupakan suatu gejala penyakit yang serius yang dapat mengancam
jiwa penderita.
B. Etiologi
Terjadinya efusi pleura disebabkan oleh 2 faktor yaitu :
1. Infeksi :
o Tuberkulosis
o Absesparu
o Pneumonitis
o Absessubfrenik
2. Non infeksi :
o Karsinomaparu
o Gagalginjal
o Gagalhati
o Hipotiroidisme
o Karsinoma mediastinum
o Kilotoraks
o Tumor ovarium
o Emboli paru
o Karsinoma pleura : primer dan sekunder
o Bendungan jantung : gagal jantung, perikarditis konstruktiva.
3. Menurut jenis cairan yang terakumulasi etiologi efusi pleura dapat dibedakan menjadi :
a) Transudat ( filtrat plasma yang mengalir menembus dinding kapiler yang utuh ).
Penyakit yang menyertai transudat :
o Gagal jantung kiri.
o Asites pada serosis hati.
o Sindrom nefrotik.
o Sindrom meig’s (asites dengan tumor)
o Obstruksi vena kava superior
b) Eksudat ( ekstravasasicairankedalamjaringan ).
Cairan ini dapat terjadi karena adanya :
o Infeksi
o Infark paru
C. Tanda dan Gejala
o Batuk
o Sesak nafas
o Nyeri dada
o Kesulitan bernafas
o Peningkatan suhu tubuh jika ada infeksi
o Keletihan

D. Clinical Pathway

E. Data Fokus Pengkajian


 Anamnesis
Pada umumnya tidak bergejala. Makin banyak cairan yang tertimbun makin
cepat dan jelas timbulnya keluhan karena menyebabkan sesak, disertai demam sub febris
pada kondisi tuberkulosis.
 Kebutuhan istrahat dan aktifitas
- Klien mengeluh lemah, napas pendek dengan usaha sekuat-kuatnya, kesulitan tidur,
demam pada sore atau malam hari disertai keringat banyak.
- Ditemukan adanya tachicardia, tachypnea/dyspnea dengan usaha bernapas sekuat-
kuatnya, perubahan kesadaran (pada tahap lanjut), kelemahan otot ,nyeri dan stiffness
(kekakuan).
 Kebutuhan integritas pribadi
- Klien mengungkapkan faktor-faktor stress yang panjang, dan kebutuhan akan
pertolongan dan harapan.
- Dapat ditemukan perilaku denial (terutama pada tahap awal) dan kecemasan.
 Kebutuhan Kenyamanan/ Nyeri
- Klien melaporkan adanya nyeri dada karena batuk.
- Dapat ditemukan perilaku melindungi bagian yang nyeri, distraksi, dan kurang
istrahat/kelelahan.
 Kebutuhan Respirasi
- Klien melaporkan batuk, baik produktif maupun non produktif, napas pendek, nyeri
dada.
- Dapat ditemukan peningkatan respiratory rate karena penyakit lanjut dan fibrosis paru
(parenkim) dan pleura, serta ekspansi dada yang asimetris, fremitus vocal menurun,
pekak pada perkusi suara nafas menurun atau tidak terdengan pada sisi yang
mengalami efusi pleura.
- Bunyi nafas tubular disertai pectoriloguy yang lembut dapat ditemukan pada bagian
paru yang terjadi lesi. Crackles dapat ditemukan di apex paru pada ekspirasi pendek
setelah batuk.
- Karakteristik sputum : hijau / purulen, mucoid kuning atau bercak darah.
- Dapat pula ditemukan deviasi trakea.
 Kebutuhan Keamanan
- Klien mengungkapkan keadaaan imuno supresi misalnya kanker, AIDS ,demam sub
febris.
- Dapat ditemukan keadaan demam akut sub febris.
 Kebutuhan Interaksi sosial
- Klien mengungkapkan perasaan terisolasi karena penyakit yang diderita, perubahan
pola peran.
 Pemeriksaan Fisik
- Pada pemeriksaan fisik didapatkan perkusi pekak, fremitus vocal menurun atau
asimetris bahkan menghilang, bising napas juga menurun atau hilang. Gerakan
pernapasan menurun atau asimetris, lenih rendah terjadi pada sisi paru yang
mengalami efusi pleura. Pemeriksaan fisik sangat terbantu oleh pemeriksaan radiologi
yang memperlihatkan jelas frenikus kostalis yang menghilang dan gambaran batas
cairan melengkung.
 Pemeriksaan Diagnostik
- Kultur sputum : dapat ditemukan positif Mycobacterium tuberculosis
- Apusan darah asam Zehl-Neelsen : positif basil tahan asam
- Skin test : positif bereaksi (area indurasi 10 mm, lebih besar, terjadi selama 48 – 72
jam setelah injeksi.
- Foto thorax : pada tuberkulosis ditemukan infiltrasi lesi pada lapang atas paru, deposit
kalsium pada lesi primer, dan adanya batas sinus frenikus kostalis yang menghilang,
serta gambaran batas cairan yang melengkung.
- Biakan kultur : positif Mycobacterium tuberculosis
- Biopsi paru : adanya giant cells berindikasi nekrosi (tuberkulosis)
- Elektrolit : tergantung lokasi dan derajat penyakit, hyponatremia disebabkan oleh
retensi air yang abnormal pada tuberkulosis lanjut yang kronis
- ABGs : Abnormal tergantung lokasi dan kerusakan residu paru-paru
- Fungsi paru : Penurunan vital capacity, paningkatan dead space, peningkatan rasio
residual udara ke total lung capacity, dan penyakit pleural pada tuberkulosis kronik
tahap lanjut.

F. Diagnosa Keperawatan

 Pre Op

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya akumulasi secret jalan
napas
2. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan penurunan pertahanan primer
dan sekresi yang statis
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kemampuan ekspansi paru,
kerusakan membran alveolar kapiler
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan keinginan
makan sekunder akibat dyspnea
5. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat mengenai
proses penyakit dan pengobatan

 Post Op
1. Gangguan Rasa Nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan,
akibat dari proses pemasangan WSD.
2. Resiko infeksi b.d terpasangnya benda asing dalam tubuh (adanya inflamasi di daerah
yang terpasang WSD)
F. Perencanaan dan Rasionalisasi
Dx. Tupan Tupen Intervensi Rasionalisasi
Keperawatan
Bersihan jalan Setelah Setelah dilakukan 1. Kaji fungsi paru, 1. Penurunan bunyi napas
napas tidak dilakukan keperawatan adanya bunyi napas mungkin menandakan
efektif b/d tindakan selama 1x 24 jam tambahan, atelektasis, ronchi,
Akumulasi keperawatan bersihan jalan perubahan irama dan wheezing
sekret di jalan selama 1x 24 nafas klien dapat kedalaman,
napas jam bersihan efektif dengan penggunaan otot-otot
jalan nafas Kriteria hasil : aksesori
klien kembali Klien akan dapat
efektif dan mempertahankan 2. Memaksimalkan
teratasi. jalan napas yang 2. Atur posisi semi ekspansi paru dan
paten fowler menurunkan upaya
Memperlihatkan pernafasan.
perilaku Mempermudah
mempertahankan pengaliran secret keluar
bersihan jalan 3. Pertahankan intake 3. Intake cairan
napas cairan 2500 ml/hari mengurangi
penimbunan secret

4. Kolaborasi : 4. Memudahkan
- Pemberian pembersihan,
Oksigen Mencegah mukosa
- Mucolytic membran kering,
Agent mengurangi sekret.
- Bronchodilator Menurunkan secret
- Kortikostiroid pulmonal dan
memfasilitasi bersihan.
Memperbesar ukuran
lumen pada
percabangan trachea
bronchial dan
menurunkan pada
percabangan trachea
bronchial.Mengatasi
respons inflamasi
sehingga tidak terjadi
hipoxemia.
Resiko tinggi Setelah Setelah dilakukan 1. Jelaskan tentang 1. Membantu klien
penyebaran dilakukan tindakan patologi menyadari/menerima
infeksi tindakan keperawatan penyakit secara prosedur pengobatan
berhubungan keperawatan selama 1x 24 jam sederhana dan dan perawatan
dengan selama 1x 24 resiko infeksi potensial
penurunan jam resiko dapat dicegah penyebaran
pertahanan infeksi dapat dengan criteria infeksi melalui
primer dan teratasi. hasil : droplet air 2. untuk mencegah
sekresi yang Mengidentifikasi borne penularan pada orang
statis cara pencegahan 2. Ajarkan klien lain dan mencegah
dan penurunan untuk batuk dan komplikasi.
resiko penyebaran mengeluarkan
infeksi sputum dengan
menggunakan
Mendemonstrasik tissue 3. Membiasakan perilaku
an teknik/gaya 3. Ajarkan yang penting untuk
hidup yang membuang mencegah penularan
berubah untuk tissue yang infeksi
meningkatkan sudah dipakai
lingkungan yang serta mencuci
aman terhadap tangan dengan
penyebaran baik
infeksi. 4. Reaksi febris
4. Monitor suhu merupakan indikator
sesuai dengan berlanjutnya infeksi
indikasi.
5. Membantu memonitor
5. Observasi efektif tidaknya
perkembangan pengonbatan dan
klien setiap hari respons klien
dan kultur
sputum selama 6. Inh merupakan drug of
terapi. choice untuk klien
6. Kolaborasi beresiko terhadap
pemberian INH, perkembangan TB dan
etambutol, dikombinasikan dengan
rifampicin. “primary drugs” lain
jhususnya pada penyakit
tahap lanjut.
Daftar Pustaka

Carpenito, Lynda Juall .2000.Diagnosa Keperawatan edisi 8. Jakarta: EGC


Carpenito, Lynda Juall .1995. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Jakarta: EGC
Doengoes, Marilyn .1989. Nursing Care Plans Second Edition. Philadelphia: FA Davis
Company
Long, Barbara C .1989. Perawatan Medikal Bedah. Bandung: Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Padjadjaran
Luckmann’s Sorensen .1996. Medical Surgical Nursing. Philadelphia: WB Saunders
Soeparman .1996. Ilmu Penyakit Dalam jilid 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

You might also like