You are on page 1of 39

ADVOKASI DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebidanan adalah memberikan asuhan kebidanan pada msayarakat baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat yang berfokus pada pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA),
keluarga berencana (KB), kesehatan reproduksi termasuk usia wanita adiyuswa secara
paripurna. Hubungan-hubungan individual dalam sebuah komunitas akan membangun dan
mendukung terbentuknya suatu sistem kepercayaan atau keyakinan baik tentang arti keluarga,
konsep sehat maupun sakit sehingga diperlukan bidan di masyarakat.

Kebidanan komunitas merupakan konsep dasar bidan melayani keluarga dan masyarakat
yang mencakup bidan sebagai penyedia layanan dan komunitas sebagai sasaran yang
dipengaruhi oleh IPTEK dan lingkungan. Komunitas digambarkan sebagai sebuah
lingkungan fisik di mana seseorang tinggal sebagai sebuah lingkungan beserta aspek-aspek
sosialnya. Masyarakat setempat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti
geografis) dengan batas-batas tertentu di mana faktor utama yang menjadi dasar adalah
interaksi yang lebih besar diantara para anggotanya, dibanding dengan penduduk di luar batas
wilayah. Dengan demikian dapat disimpilkan bahwa masyarakat setempat adalah suatu
wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial tertentu.

Dalam isu-isu kesehatan masyarakat, seringkali kita harus melakukan advokasi sebagai
bagian penting dalam strategi program. Peta pikiran berikut ini berbicara tentang advokasi.
Intinya, advokasi merupakan proses untuk mempengaruhi pengambil kebijakan. Ia dapat
menjadi bagian dari keseluruhan strategi program, karena untuk mencapai hasil yang kita
inginkan kita memerlukan pendekatan yang lebih luas, dan mendasar kepada penyebab
majemuk.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan advokasi?
2. Bagaimana advokasi pelayanan kebidanan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan advokasi
2. Untuk mengetahui startegi advokasi pelayanan kebidanan

D. Manfaat
Dengan adanya makalah ini, maka dapat memberikan manfaat serta pengetahuan yang
berguna bagi mahasiswa, khusunya mahasiswa D4 Bidan Pendidik dalam memahami tentang
strategi advokasi dalam pelayanan kebidanan komunitas untuk bekal mejadi bidan di
masyarakat ataupun pendidik bidan.

PEMBAHASAN
A. Pelayanan Kebidanan (Midwifery Service)
Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi
atau rujukan. Pelayanan Kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan,
yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga, sesuai dengan kewenangan dalam
rangka tercapainya keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga, dan masyarakat yang meliputi
upayapeningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan pelayanan kebidanan dapat
dibedakan menjadi :

1. Layanan Primer ialah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi anggung jawab bidan.
2. Layanan Kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim
yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu dari sebuah
proses kegiatan pelayanan kesehatan.
3. Layanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke
sistem layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh
bidan dalam menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan
yang dilakukan oleh bidan ke tempat/ fasilitas pelayanan kesehatan lain secara
horizontal maupun vertical atau meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta
bayinya.

Pelayanan kebidanan berfokus pada upaya pencegahan, promosi kesehatan, pertolongan


persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, melaksanakan tindakan asuhan
sesuai dengan kewenangan atau bantuan lain jika diperlukan, serta melaksanakan tindakan
kegawat daruratan. Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan
kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat.
Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta
dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan
asuhan anak.

B. Advokasi
1. Pengertian Advokasi Istilah advokasi mulai digunakan oleh World Health Organization
(WHO) pada tahun 1984, sebagai salah satu strategi global promosi kesehatan. WHO
merumuskan bahwa dalam mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan secara efektif
menggunakan 3 strategi pokok yakni advokasi, dukungan sosial, dan pemberdayaan
masyarakat. Advokasi menurut LBH Malang adalah usaha sistematis secara bertahap
(inkremental) dan terorganisir yang dilakukan oleh kelompok atau organisasi profesi untuk
menyuarakan aspirasi anggota, serta usaha mempengaruhi pembuat kebijakan publik untuk
membuat kebijakan yang berpihak kepada kelompok tersebut, sekaligus mengawal penerapan
kebijakan agar berjalan efektif.

Advokasi menurut Mansour Faqih adalah media atau cara yang digunakan dalam rangka
mencapai suatu tujuan tertentu. Advokasi lebih merupakan suatu usaha sistematis dan
terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan
publik secara bertahap maju (Satrio Aris Munandar 2007: 2). Menurut Sheila Espine-
Villaluz, advokasi diartikan sebagai aksi strategis dan terpadu yang dilakukan perorangan
basis dukungan atas kebijakan publik yang diambil untuk menyelesaikan masalah tersebut.
(Valeri Miller dan Jane Covey , 2005 : 8) dan kelompok untuk memasukkan suatu masalah
(isu) kedalam agenda kebijakan, mendorong para pembuat kebijakan untuk menyelesaikan
masalah tersebut, dan membangun.

Advokasi juga dapat diartikan sebagai upaya pendekatan (approches) terhadap orang lain
yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang
dilaksanakan. Oleh karena itu yang menjadi sasaran advokasi adalah para pemimpin suatu
organisas atau institusi kerja baik dilingkunagn pemerintah maupun swasta serta organisasi
kemasyarakatan. Dari segi komunikasi advokasi adalah salah satu komunikasi personal,
interpersonal, maupun massa yang ditujukan kepada para penentu kebijakan (policy makers)
atau para pembuat keputusan (decision makers) pada semua tingkat dan tatanan sosial

Advokasi juga merupakan langkah untuk merekomendasikan gagasan kepada orang lain atau
menyampaikan suatu isu penting untuk dapat diperhatikan masyarakat serta mengarahkan
perhatian para pembuat kebijakan untuk mencari penyelesaiannya serta membangun
dukungan terhadap permasalahan yang diperkenalkan dan mengusulkan bagaimana cara
penyelesaian masalah tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa advokasi adalah
kombinasi antara pendekatan atau kegiatan individu dan social, untuk memperoleh komitmen
politik, dukungan kebijakan, penerimaan social, dan adanya sistem yang mendukung
terhadap suatu program atau kegiatan.

2. Tujuan Advokasi
Adapun Tujuan advokasi adalah sebagai berikut:

1. Adanya pemahaman atau kesadarah terhadap masalah kesehatan


2. Adanya ketertarikan dalam menyelesaikan masalah kesehatan
3. Adanya kemauan atau kepedulian menyelesaikan masalah kesehatan dengan
memberikan alternatif solusi
4. Adanya tindakan nyata dalam menyelesaikan masalah kesehatan
5. Adanya tindak lanjut kegiatan
6. Adanya komitmen dan dukungan dari kebijakan pemerintah, sumberdaya, dan
keikutsertakan berbagai pihak untuk memberikan kemudahan dalam menyelesaikan
masalah kesehatan.
7. Secara umum tujuan advokasi adalah untuk mewujudkan berbagai hak dan kebutuhan
kelompok masyarakat yang oleh karena keterbatasannya untuk memperoleh akses di
bidang sosial, kesehatan, politik, ekonomi, hukum, budaya, mengalami hambatan
secara struktural akibat tidak adanya kebijakan publik yang bepihak kepada mereka.
Pada intinya tujuan utama advokasi adalah untuk mendorong kebijakan publik seperti
dukungan tentang kesehatan.

3. Sasaran dan Pelaku Advokasi Kesehatan

 Sasaran advokasi kesehatan adalah berbagai pihak diharapkan memberikan dukungan


terhadap upaya kesehatan, khususnya : para pengambil keputusan dan penentu
kebijakan di pemerintahan, lembaga perwakilan rakyat, para mitra di kalangan
pengusaha/ swasta, badan penyandang dana, kalangan media massa, organisasi
profesi, organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, tokoh-tokoh
berpengaruh dan tenar, dan kelompok-kelompok potensial lainnya di masyarakat.
 Mereka itu bukan hanya yang potensial pendukung, tetapi juga yang menentang atau
yang upayanya berlawanan atau merugikan kesehatan (misalnya : Industri rokok).
 Pelaku advokasi diharapkan siapa saja yang peduli terhadap upaya kesehatan, dan
memandang perlu adanya mitra untuk mendukung upaya tersebut.
 Mereka itu diharapkan : memahami permasalahan kesehatan, mempunyai kemampuan
advokasi khususnya melakukan pendekatan persuasif, dapat dipercaya (credible), dan
sedapat mungkin dihormati atau setidaknya tidak tercela khususnya di depan
kelompok sasaran.
 Mereka itu juga dapat berasal dari kalangan pemerintah, swasta, Perguruan Tinggi,
Organisasi profesi, Organisasi berbasis masyarakat/agama, LSM, tokoh berpengaruh,
dll.

4. Prinsip-Prinsip Advokasi
Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik, tetapi mencakup kegiatan persuasif,
memberikan semangat dan bahkan sampai memberikan tekanan (pressure) kepada para
pemimpin institusi. Advokasi tidak hanya dilakukan individu, tetapi juga oleh kelompok atau
organisasi, maupun masyarakat..Advokasi terdiri atas sejumlah tindakan yang dirancang
untuk menarik perhatian masyarakat pada suatu isu dan mengontrol para pengambil
kebijakan untuk mencari solusinya. Advokasi juga berisi aktivitas-aktivitas legal dan politisi
yang dapat mempengaruhi bentuk dan praktek penerapan hukum.

5. Unsur Dasar Advokasi


Penetapan tujuan advokasi, Sering sekali masalah kesehatan masyarakat sangat
kompleks,banyak faktor dan saling berpengaruh. Agar upaya advokasi dapat berhasil
tujuan,advokasi perlu dibuat lebih spesifik.

1. Pemanfaatan data dan riset untuk advokasi, Adanya data dan riset untuk pendukung
sangaat penting agar keputusan dibuat berdasarkan informasi yang tepat dan benar.
2. Identifikasi khalayak sasaran advokasi, Bila isu dan tujuan telah disusun,upaya
advokasi telah disususn,upaya advokasi harus ditunjukan bagi kelompok yang dapat
membuat keputusan dan idealnya ditujukan bagi orang yang berpengaruh dalam
pembuatan keputusan,misalnya staf,penasihat,orang tua yang berpengaruh,media
masa dan masyarakat.
3. Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi, Khalayak sasaran berbeda bereaksi
tidak sama atas pesan yang berbeda. Seorang tokoh politik mungkin termotivasi kalau
dia mengetahui bahwa banyak dari konstituen yang diwakilinya peduli terhadap
masalah tertentu.
4. Membangun koalisi, Sering kali kekuatan sebuah advokasi dipengaruhi oleh jumlah
orang atau organisasi yang mendukung advokasi tersebut. Hal ini sangat penting
dimana situasi dinegara tertentu sedang membangun masyarakat demokratis dan
advokasi merupakan suatu hal yang relatif baru.
5. Membuat persentasi yang persuasif, Kesempatan untuk mempengaruhu khalayak
sasaran kunci sering sekali terbatas waktunya.
6. Penggalangan dana untuk advokasi, Semua kegiatan termasuk upaya advokasi
memerlukan dana.
7. Evaluasi upaya advokasi, Untuk menjadi atvokator yang tangguh diperlukan unpan
balik berkelanjutan serta evaluasi atas upaya advokasi yang telah dilakukan.

6. Kegiatan – Kegiatan Advokasi


Adapun kegiatan-kegiatan advokasi antara lain :

1. Lobi politik (Political Lobying), Lobi adalah berbincang-bincang secara informal


dengan para pejabat untuk mennginformasikan dan membahas masalah dan program
kesehatan yang akan dilaksanakan. Tahap pertama pada lobi ini adalah tenaga
kesehatan atau bidan menyampaikan keseriusan masalah kesehatan yang dihadapi di
wilayah kerjanya, dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat. Kemudian
disampaikan alternatif yang terbaik untuk memecahkan atau menanggulangi masalah
tersebut. Dalam lobi ini perlu dibawa atau ditunjukkna data yang akurat tentang
masalah kesehatan tersebut kepada pejabat yang bersangkutan.
2. Seminar dan Presentasi, Seminar dan presentasi yang dihadiri oleh para pejabat lintas
program dan lintas sektoral. Petugas kesehatan menyajikan masalah kesehatan di
wilayah kerjanya lengkap dengan data dan ilustarsi yang menarik serta rencana
program pemecahannya. Kemudian masalh tersebut dibahas bersama-sama yang pada
akhirnya diharapkan akan diperoleh komitmen atau dukungan tterhadap program yang
akan dilaksanakan tersebut.
3. Media Advokasi, media (media advocasy) adalah melakukan kegiatan advokasi
dengan menggunakan media khususnya media massa baik melalui media cetak
maupun media elektronik. Permasalahan kesehatan yang dialami disajikan baik dalam
bentuk lisan, artikel, berita, diskusi, penyampaian pendapat dan lainnya. Media
mempunyai kemampuan yang kuat untuk membentuk opini publik yang dapat
memepengaruhi bahkan merupakan tekanan terhadap para penentu kebijakan dan para
pengambil keputusan.
4. Perkumpulan (asosiasi), peminat Asosiasi atau perkumpulan orang-orang yang
mempunyai minat atau keterkaitan terhadap masalah tertentu atau perkumpulan
profesi adalah merupakan bentuk kegiatan advokasi.

7. Argumentasi Untuk Advokasi


Berhasil atau tidaknya advokasi dipengaruhi oleh kuat atau tidaknya persiapan argumentasi.
Argumentasi diperluka untuk dapat menyakinkan para oemnentu kebijaksanaan atau para
oembuat keputusan sehingga mereka memberikan dukungan baik kebijakan, fasilitas, mauun
dana terhadap program yang ditawarkan. Beberapa hal yang dapat memperkuat argumentasi
dalam melakukan kegiatan advokasi

1. Menyakinkan (Credible). Program yang dijukan harus menyakinkan para penentu


kebijakan atau para pembuat keputusan. Agar program tersebut menyakinkan harus
didukung data dan sumber yang dapat dipercaya. Program yang diajukan harus
didasari dengan permasalahan yang utama dan faktual sesuai dengan yang ditemukan
di lapangan serta penting untuk segera ditangani. Survei adalah metode yang cepat
dan tepat untuk memperoleh data yang akurat sebagai dasar untuk menyusun
program.
2. Layak (Feasible). Program yang diajukan baik secara teknik, politik maupun ekonomi
dimaungkinkan atau layak. Layak secara teknik (feasible) artinya program tersebut
dapat dilaksnakan, tenaga kesehatan atau bidan mempunyai kemampuan yang cukup,
sarana dan prasarana pendukung tersedia. Layak secara politik artinya program
tersebut tidak akan membawa dampak politik pada masyarakat. Sedangkan layak
secara ekonomii artinya didukung oleh dana yang cukup, dan masyarakat mampu
membayarnya.
3. Relevan (Relevant). Program kerja yang diajukan paling tidak harus mencakup 2
kriteria yakni memenuhi kebutuhan masyarakat dan benar-benar dapat memecahkan
masalah yang terjadi di masyarakat.
4. Penting (Urgent). Program yang diajukan harus memiliki tingkat urgensi yang tinggi
dan harus segera dilaksanakan. Oleh sebab itu program alternatif yang diajukan
adalah yang paling baik di antara alternatif-alternatif yang lain.
5. Prioritas Tinggi (High Priority). Program yag diajukan harus mempunyai prioritas
yang tinggi. Agar para pembuat keputusan atau penentu kebijakan menilai bahwa
program tersebut mempunyai prioritas yang tinggi diperlukan analisis yang cermat,,
baik terhadap masalahnya sendiri maupun terhadap alternatif pemecahan masalah atau
program yang akan diajukan.

8. Komunikasi Dalam Advokasi


Advokasi adalah berkomunikasi dengan para pengambil keputusan atau penentu kebijakan.
Dengan demikian maka sasaran komunikasi atau komunikannya secara structural lebih tinggi
daripada komunikator atau paling tidak setingkat. Dengan kata lain arah komunikasinya
adalah vertikal dan horizontal sehingga bentuk komunikasinya adalah komunikasi
interpersonal. Keberhasilan komunikasi interpersonal dalam advokasi sangat ditentukan oleh
efektivitas komunikasi para petugas kesehatan termasuk bidan dengan para pembuat atau
penentu kebijakan. Berikut adalah hal-hal yang diperlukan untuk menghasilkan komunikas
yang efektif :

1. Atraksi Interpersonal. Atraksi interpersonal adalah daya tarik seseorang atau sikap
positif pada seseorang yang memudahkan orang lain untuk berhubungan atau
berkomunikasi dengannya. Atraksi interpersonal ditentukan oleh beberapa faktor
antara lain sebagai berikut :

 Daya tarik
 Percaya diri
 Kemampuan
 Familiar
 Kedekatan
1. Perhatian. Sasaran komunikasi dalam advokasi adalah para pembuat keputusan atau
penetu kebijakan. Tujuan utama advokasi adalah memperoleh komitmen atau
dukungan kebijakan dari para pembuat keputusan. Untuk memberikan komitmen dan
dukungan terhadap sesuatu pertama kali ia harus mempunyai perhatian terhadap
sesuatu tersebut.
2. Intensitas. Komunikasi Dalam komunikasi, pesan adalah faktor eksternal yang
menarik perhatian komunikan (penerima pesan). Pesan akan bersifat menonjol bila
intensitasnya tinggi dan diulang-ulang. Oleh sebab itu agar komunikasi advolasi
efektif maka harus sering dikomunikasikan melaui berbagai kesempatan atau
pertemuan, baik pertemuan formal atau informal, melalui seminar dan sebagainya.
3. Visualisasi. Selain pesan yang ditawarkan harus disampaikan dengan intensitas yang
tinggi, informasi atau pesan perlu divisualisasikan dalam bentuk media, khususnya
media interpersonal. Media interpersonal yang paling efektif dalam rangka
komunikasi advokasi adalah flip chard, booklet, slide atau video cassette. Pesan itu
didasari fakta-fakta yang diilustrasikan melalui grafik, table, gambar, atau foto.

9. Strategi Pendekatan Utama Advokasi


Strategi pendekatan utama dalam advokasi yaitu:

1. Melibatkan para pemimpin/ pengambil keputusan. Partisipasi itu harus didukung oleh
adanya kesadaran dan pemahaman tentang bidang yang diberdayakan, disertai
kemauan dari kelompok sasaran yang akan menempuh proses pemberdayaan. Dengan
begitu, kegiatan promosi kesehatan akan berlangsung dengan sukses. Agar
masyarakat mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kesehatannya.
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu bentuk upaya melibatkan peran serta dari
masyarakat ketika kita melakukan promosi kesehatan. Sebagai contoh yaitu
pemanfaatan kader yang telah dilatih atau anggota masyarakat yang mempunyai
kemampuan dalam memberikan promosi kesehatan.
2. Menjalin kemitraan. Kemitraan adalah suatu kerjasama formal antara individu-
individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas
atau tujuan tertentu. Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan
harapan masing-masing, tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-
kesepakatan yang telah dibuat,dan saling berbagi baik dalam resiko maupun
keuntungan yang diperoleh.
3. Memobilisasi kelompok peduli. Memobilisasi kelompok peduli merupakan suatu
proses mengorganisasikan individu yang telah termotivasi ke dalam kelompok-
kelompok atau mengorganisasikan kelompok yang sudah ada. Dengan mobilisasi
dimaksudkan agar termotivasi individu dapat diubah menjadi tindakan kolektif.
4. Menciptakan lingkungan yang mendukung. Masyarakat kita kompleks dan saling
berhubungan. Kesehatan tidak dapat dipisahkan dari tujuan-tujuan lain. Kaitan yang
tak terpisahkan antara manusia dan lingkungannya menjadikan basis untuk sebuah
pendekatan sosio-ekologis bagi kesehatan. Prinsip panduan keseluruhan bagi dunia,
bangsa, kawasan, dan komunitas yang serupa, adalah kebutuhan untuk memberi
semangat pemeliharaan yang timbal-balik —untuk memelihara satu sama lain,
komunitas, dan lingkungan alam kita. Konservasi sumber daya alam di seluruh dunia
harus ditekankan sebagai tanggung jawab global. Perubahan pola hidup, pekerjaan,
dan waktu luang memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan. Pekerjaan dan
waktu luang harus menjadi sumber kesehatan untuk manusia. Cara masyarakat
mengatur kerja harus dapat membantu menciptakan masyarakat yang sehat. Promosi
kesehatan menciptakan kondisi hidup dan kondisi kerja yang aman, yang
menstimulasi, memuaskan, dan menyenangkan. Penjajakan sistematis dampak
kesehatan dari lingkungan yang berubah pesat.—terutama di daerah teknologi, daerah
kerja, produksi energi dan urbanisasi–- sangat esensial dan harus diikuti dengan
kegiatan untuk memastikan keuntungan yang positif bagi kesehatan masyarakat.
Perlindungan alam dan lingkungan yang dibangun serta konservasi dari sumber daya
alam harus ditujukan untuk promosi kesehatan apa saja. Lingkungan yang
Mendukung adalah lingkungan dimana kita akan menjadikan contoh yang baik
tentang kesehatan lingkungan ketika kita akan melakukan promosi kesehatan. Contoh
adanya sekolah sehat yang mempunyai lingkungan yang sehat.
5. Memerkuat kegiatan-kegiatan komunitas (strengthen community actions).
6. Promosi kesehatan bekerja melalui kegiatan komunitas yang konkret dan efisien
dalam mengatur prioritas, membuat keputusan, merencanakan strategi dan
melaksanakannya untuk mencapai kesehatan yang lebih baik. Inti dari proses ini
adalah memberdayakan komunitas –-kepemilikan mereka dan kontrol akan usaha dan
nasib mereka. Pengembangan komunitas menekankan pengadaan sumber daya
manusia dan material dalam komunitas untuk mengembangkan kemandirian dan
dukungan sosial, dan untuk mengembangkan sistem yang fleksibel untuk memerkuat
partisipasi publik dalam masalah kesehatan. Hal ini memerlukan akses yang penuh
serta terus menerus akan informasi, memelajari kesempatan untuk kesehatan,
sebagaimana penggalangan dukungan. Gerakan Masyarakat merupakan suatu
partisifasi masyarakat yang menunjang kesehatan. Contoh gerakan Jum’at bersih.
7. Mengembangkan keterampilan individu (develop personal skills). Promosi kesehatan
mendukung pengembangan personal dan sosial melalui penyediaan informasi,
pendidikan kesehatan, dan pengembangan keterampilan hidup. Dengan demikian, hal
ini meningkatkan pilihan yang tersedia bagi masyarakat untuk melatih dalam
mengontrol kesehatan dan lingkungan mereka, dan untuk membuat pilihan yang
kondusif bagi kesehatan. Memungkinkan masyarakat untuk belajar melalui kehidupan
dalam menyiapkan diri mereka untuk semua tingkatannya dan untuk menangani
penyakit dan kecelakaan sangatlah penting. Hal ini harus difasilitasi dalam sekolah,
rumah, tempat kerja, dan semua lingkungan komunitas. Keterampilan Individu adalah
kemapuan petugas dalam menyampaikan informasi kesehatan dan kemampuan dalam
mencontohkan (mendemostrrasikan). Contoh sederhana ketika petugas memberikan
promosi kesehatan tentang pembuatan larutan gula garam, maka petugas harus
mampu membuatnya dan bias mencontohkannya.
8. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health services).Tanggung jawab untuk
promosi kesehatan pada pelayanan kesehatan dibagi di antara individu, kelompok
komunitas, profesional kesehatan, institusi pelayanan kesehatan, dan pemerintah.
Mereka harus bekerja sama melalui suatu sistem perawatan kesehatan yang
berkontribusi untuk pencapaian kesehatan. Peran sektor kesehatan harus bergerak
meningkat pada arah promosi kesehatan, di samping tanggung jawabnya dalam
menyediakan pelayanan klinis dan pengobatan. Pelayanan kesehatan harus memegang
mandat yang meluas yang merupakan hal sensitif dan ia juga harus menghormati
kebutuhan kultural. Mandat ini harus mendukung kebutuhan individu dan komunitas
untuk kehidupan yang lebih sehat, dan membuka saluran antara sektor kesehatan dan
komponen sosial, politik, ekonomi, dan lingkungan fisik yang lebih luas. Reorientasi
pelayanan kesehatan juga memerlukan perhatian yang kuat untuk penelitian kesehatan
sebagaimana perubahan pada pelatihan dan pendidikan profesional. Hal ini harus
membawa kepada perubahan sikap dan pengorganisasian pelayanan kesehatan dengan
memfokuskan ulang kepada kebutuhan total dari individu sebagai manusia seutuhnya.
Contoh adalah pemanfaatan sarana kesehatan terdekat sebagai wadah informasi dan
komunikasi tentang kesehatan.
9. Bergerak ke masa depan (moving into the future). Kesehatan diciptakan dan dijalani
oleh manusia di antara pengaturan dari kehidupan mereka sehari-hari di mana mereka
belajar, bekerja, bermain, dan mencintai. Kesehatan diciptakan dengan memelihara
satu sama lain dengan kemampuan untuk membuat keputusan dan membuat kontrol
terhadap kondisi kehidupan seseorang, dan dengan memastikan bahwa masyarakat
yag didiami seseorang menciptakan kondisi yang memungkinkan pencapaian
kesehatan oleh semua anggotanya.
10. Pemberdayaan Masyarakat (empowerment). Pemberdayaan masyarakat di dalam
kegiatan-kegiatan kesehatan. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan lebih
kepada untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan. Jadi
sifatnya bottom-up (dari bawah ke atas). Partisipasi masyarakat adalah kegiatan
pelibatan masyarakat dalam suatu program. Diharapkan dengan tingginya partisipasi
dari masyarakat maka suatu program kesehatan dapat lebih tepat sasaran dan memiliki
daya ungkit yang lebih besar bagi perubahan perilaku karena dapat menimbulkan
suatu nilai di dalam masyarakat bahwa kegiatan-kegiatan kesehatan tersebut itu dari
kita dan untuk kita. Dengan pemberdayaan masyarakat, diharapkan masyarakat dapat
berperan aktif atau berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Sebagai unsur dasar dalam
pemberdayaan, partisipasi masyarakat harus ditumbuhkan. Pemberdayaan masyarakat
dalam bidang kesehatan pada dasarnya tidak berbeda dengan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang-bidang lainnya.

Partisipasi dapat terwujud dengan syarat :

 Adanya saling percaya antar anggota masyarakat


 Adanya ajakan dan kesempatan untuk berperan aktif
 Adanya manfaat yang dapat dan segera dapat dirasakan oleh masyarakat

10. Indikator Hasil Advokasi


Advokasi adalah suatu kegiatan yang diharapkan akan menghasilkan suatu produk yakni
adanya komitmen politik dan dukungan kebijaksanaan dari penentu kebijakan atau pembuat
keputusan. Advokasi sebagai suatu kegiatan pasti mempunyai masukan (input), proses, dan
keluaran (output). Oleh karena itu, untuk mengevaluasi hasil advokasi tersebut maka harus di
lihat berdasarkan 3 indikator tersebut.
a. Input
Input untuk kegiatan advokasi yang paling utama adalah orang (man) yang akan melakukan
advokasi dan bahan-bahan yakni data atau informasi yang membantu atau menduking
argumen dalam advokasi. Indikator untuk mengevaluasi kemampuan tenaga kesehatan falam
melakukan advokasi sebagai input antara lain :

 Berapa kali petugas kesehatan/bidan telah mengikuti pelatihan-pelatihan tentang


komunikasi, advokasi atau pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan pengembangan
kemampuan hubungan antar manusia (human relation).
 Sebagai institusi, dinas kesehatan baik ditingkat provinsi maupun kabupaten, juga
mempunyai kewajiban untuk memfasilitasi para petugas kesehatan termasuk bidan
dengan kemampuan advokasi melalui pelatihan-pelatihan.
 Hasil-hasil studi, hasil surveillance atau laporan-laporan yang menghasilkan data,
diolah menjadi informasi dan informasi dianalisis menjadi evidence yang kemudian
akan dikemas dalam media khususnya media interpersonal dan digunakan sebagai alat
bantu untuk memperkuat argumentasi.

b. Proses Indikator
proses advokasi antara lain :

 Berapa kali melakukan lobying dalam rangka memeproleh komitmen atau dukungan
kebijakan terhadap program dan dengan siapa saja lobbying itu dilakukan.
 Berapa kali mengahdiri rapat atau pertemuan yang membahas masalah dan program-
program pembangunan kesehatan dan oleh sipa rapat itu diadakan dan seberapa jauh
pembahasanya dlam rapat itu.
 Berapa kali seminar tentang masalah dan program kesehatan termasuk pelayanan
kebidanan diadakan.
 Seberapa sering media lokal teramsuk media elektronik membahas atau mengeluarkan
artikel tentang pelayanan kebidanan yang ada pada masyarakat.

c. Output
Keluaran atau output advokasi terdiri dari 2 bentuk yaitu output dalam bentuk perangkat
lunak (soft ware) dan output dalam bentuk perangkat keras (hardware). Indikator output
dalam bentuk perangkat lunak adalah peraturan atau undang-undang sebagai bentuk
kebijakan atau perwujudan dari komitmen politik terhadap program kesehtan termasuk
pelayanan kebidanan. Sedangkan indikator output dalam bentuk perangkat keras antara lain :

 Meningkatnya dana atau anggran untuk pembanunan kesehatan termasuk untuk


pelayanan kebidanan.
 Tersedianya tau dibangunan fasilitas atau sarana kesehatan seperti rumah sakit,
puskesmas dan poliklinik.
 Dilengkapinya peralatan kesehatan yang dapat menunjang pelayanan kebidanan
seperti laboratorium, peralatan pemeriksaan fisik dan sebagainya.

11. Advokasi dalam pelayanan kebidanan


Advokasi terhadap kebidanan merupakan sebuah upaya yang dilakukan orang-orang di
bidang kebidanan, utamanya promosi kesehatan, sebagai bentuk pengawalan terhadap
kesehatan. Advokasi ini lebih menyentuh pada level pembuat kebijakan, bagaimana orang-
orang yang bergerak di bidang kesehatan bisa memengaruhi para pembuat kebijakan untuk
lebih tahu dan memerhatikan kesehatan. Advokasi dapat dilakukan dengan memengaruhi
para pembuat kebijakan untuk membuat peraturan-peraturan yang bisa berpihak pada
kesehatan dan peraturan tersebut dapat menciptakan lingkungan yang dapat mempengaruhi
perilaku sehat dapat terwujud di masyarakat. Advokasi bergerak secara top-down (dari atas
ke bawah). Melalui advokasi, promosi kesehatan masuk ke wilayah politik. Agar pembuat
kebijakan mengeluarkan peraturan yang menguntungkan kesehatan (kebidanan).
Advokasi adalah suatu cara yang digunakan guna mencapai suatu tujuan yang merupakan
suatu usaha sistematis dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya
perubahan dalam kebijakan public secara bertahap maju. Misalnya kita memberikan promosi
kesehatan dengan sokongan dari kebijakan public dari kepala desa sehingga maksud dan
tujuan dari informasi kesehatan bias tersampaikan dengan kemudahan kepada masyarakat
atau promosi kesehatan yang kita sampaikan dapat menyokong atau pembelaan terhadap
kaum lemah (miskin)

Ada beberapa peran bidan sebagai Advokator yaitu :

1. Advokasi dan strategi pemberdayaan wanita dalam mempromosikan hak-haknya yang


diperlukan untuk mencapai kesehatan yang optimal (kesetaraan dalam memperoleh
pelayanan kebidanan)
2. Advokasi bagi wanita agar bersalin dengan aman. Contoh: Jika ada ibu bersalin yang
lahir di dukun dan menggunakan peralatan yang tidak steril, maka bidan melakukan
advokasi kepada pemerintah setempat agar pertolongan persalinan yang dilakukan
oleh dukun menggunakan peralatan yang steril salah satu caranya adalah melakukan
pembinaan terhadap dukun bayi dan pemerintah memberikan sangsi jika ditemukan
dukun bayi di lapangan menggunakan alat-alat yang tidak steril.
3. Advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan. Bidan sebagai advocator
mempunyai tugas antara lain:

 Mempromosikan dan melindungi kepentingan orang-orang dalam pelayanan


kebidanan, yang mungkin rentan dan tidak mampu melindungi kepentingan mereka
sendiri.
 Membantu masyarakat untuk mengakses kesehatan yang relevan dan informasi
kesehatyan dan membertikan dukungan sosial.
 Melakukan kegiatan advokasi kepada para pengambil keputusan berbagai program
dan sektor yang terkait dengan kesehatan.
 Melakukan upaya agar para pengambil keputusan tersebut meyakini atau
mempercayai bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu di dukung melalui
kebijakan atau keputusan politik dalam bentuk peraturan, Undang-Undang, instruksi
yang menguntungkan kesehatan public dengan sasaran yaitu pejabat legislatif dan
eksekutif. Para pemimpin pengusaha, organisasi politik dan organisasi masyarakat
baik tingkat pusat, propinsi, kabupaten, keccamatan desa kelurahan.

DAFTAR PUSTAKA
Fadhila, 2009. Kebidanan Komunitas, http://bidandhila.blogspot.com/2009/05kebidanan-
komunitas.html Diakses oleh Masriani Sihombing,tgl 30 Desember 2013, jam16.50 WIB.
Fatma, 2009. Prioritas Tema untuk Advokasi, http://www.rafpakistan.org. Diakses oleh
Masriani Sihombing,tgl 29 Desember 2013, jam17.08 WIB.

Fatmanadia. 2012. Kepemimpinan Dan Advokasi Dalam Pelayanan Kebidanan,


http://fatmanadia.wordpress.com. Diakses oleh Martine Onasis Matondang, tgl 06 Januari
2014, jam 14.00 WIB.
Gustin. 2012. Advokasi Dalam Promosi Kesehatan,
http://gustin74.blogspot.com/2012/10/advokasi-dalam-promosi-kesehatan.html. Diakses oleh
Mauliyani, tgl 27 Desember 2013, jam 17.05 WIB.

Hasirun. 2013. Advokasi Kesehatan, http://kesmas-08.blogspot.com/2013/05/advokasi-


kesehatan-1-definisi-dan-dasar_30.html. Diakses oleh Firmah D. Putri, tgl 29 Desember
2013, jam 18.05 WIB.

Keriastianto, Aji. 2013. Konsep Advokasi Dalam Promosi Kesehatan,


http://ajikeristianto2013.blogspot.com/2013/04/konsep-advokasi-dalam-promosi-
kesehatan.html. Diakses oleh Masroh Sihombing, tgl 27 Desember 2013, jam 16.00 WIB.

Miller, Valerie., Covey, Jane. 2005. Perencanaan Advokasi. Jakarta. YOI.

Notoadmojo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta. Rineka Cipta.
Rezky, Mega. 2012. Leadership Dalam Kebidanan,
http://divbidanpendidikmegarezky.blogspot.com/2012/03/leadership-dalam-kebidanan.html.
Diakses oleh Martine Onasis Matondang, tgl 29 Desember 2013, jam 17.45 WIB.

Rosamiani, 2010. Upaya Promosi Kesehatan Berdasarkan Strategi Global Dan Strategi,
http://kebidanankomunitas.blogspot.com/2010/01/upaya-promosi-kesehatan-
berdasarkan_03.html. Diakses oleh Masriani Sihombing,tgl 30 Desember 2013, jam 17.00
WIB.

Sanpig, Sani. 2013. Bidan Sebagai Advokator Dan Edukator, http://sani-


sanpig.blogspot.com/2013/05/peran-bidan-sebagai-advokator-edukator.html. Diakses oleh
Fatimah D. Putri, tgl 29 Desember 2013, jam 18.03 WIB.
STRATEGI ADVOKASI DALAM PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS

TUGAS MAKALAH KEBIDANAN KOMUNITAS

STRATEGI ADVOKASI DALAM PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS

OLEH

DEVILIA INDAH WIDYARINI

PROGAM STUDI D4 BIDAN PENDIDIK

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDIKIA MEDIKA

JOMBANG

2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya
sehingga penyusun mampu menyelesaikan tugas ini dengan baik. Makalah yang saya beri
judul “Strategi Advokasi dalam Pelayanan Kebidanan Komunitas” ini tidak mungkin selesai
dengan baik tanpa peran serta teman-teman serta dosen konsep kebidanan yang telah
mengarahkan dan membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini. Serta pihak-pihak
lain yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu atas dukungan moril maupun spiritual.

Makalah ini mempunyai banyak kekurangan kami sadar sebagai mahasiswa masih
sangat membutuhkan kritik, saran, dan bimbingan yang membangun demi sempurnanya
makalah ini.

Jombang, Februari 2012

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

1.4 Manfaat Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

2.2 Riwayat Bidan Komunitas

2.3 Advokasi Pelayanan Kebidanan Komunitas

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebidanan komunitas adalah memberikan asuhan kebidanan pada msayarakat baik
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang berfokus pada pelayanan kesehatan ibu
dan anak (KIA), keluarga berencana (KB), kesehatan reproduksi termasuk usia wanita
adiyuswa secara paripurna. Hubungan-hubungan individual dalam sebuah komunitas akan
membangun dan mendukung terbentuknya suatu sistem kepercayaan atau keyakinan baik
tentang arti keluarga, konsep sehat maupun sakit sehingga diperlukan bidan di masyarakat.
Kebidanan komunitas merupakan konsep dasar bidan melayani keluarga dan masyarakat
yang mencakup bidan sebagai penyedia layanan dan komunitas sebagai sasaran yang
dipengaruhi oleh IPTEK dan lingkungan. Komunitas digambarkan sebagai sebuah
lingkungan fisik di mana seseorang tinggal sebagai sebuah lingkungan beserta aspek-aspek
sosialnya. Masyarakat setempat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti
geografis) dengan batas-batas tertentu di mana faktor utama yang menjadi dasar adalah
interaksi yang lebih besar diantara para anggotanya, dibanding dengan penduduk di luar batas
wilayah. Dengan demikian dapat disimpilkan bahwa masyarakat setempat adalah suatu
wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial tertentu.
Dalam isu-isu kesehatan masyarakat, seringkali kita harus melakukan advokasi
sebagai bagian penting dalam strategi program. Peta pikiran berikut ini berbicara tentang
advokasi. Intinya, advokasi merupakan proses untuk mempengaruhi pengambil kebijakan. Ia
dapat menjadi bagian dari keseluruhan strategi program, karena untuk mencapai hasil yang
kita inginkan kita memerlukan pendekatan yang lebih luas, dan menyasar kepada penyebab
majemuk. Padahal, beberapa masalah (seperti kehutanan, kesehatan reproduksi, HIV/AIDS,
kemiskinan, respon bencana, konflik etik, dll).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan advokasi?

2. Bagaimana riwayat bidan komunitas?

3. Bagaimana advokasi pelayanan kebidanan komunitas?


1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan advokasi

2. Untuk mengetahui riwayat bidan komunitas

3. Untuk mengetahui startegi advokasi pelayanan kebidanan komunitas

1.4 Manfaat Penulisan

Dengan adanya makalah ini, maka dapat memberikan manfaat serta pengetahuan yang
berguna bagi mahasiswa, khusunya mahasiswa D4 Bidan Pendidik dalam memahami tentang
strategi advokasi dalam pelayanan kebidanan komunitas untuk bekal mejadi bidan di
masyarakat ataupun pendidik bidan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Advoksai secara harfiah berarti pembelaan,sokongan atau bantuan terhadap seseorang


yang mempunyai permasalahan.Istilah advokasi mula-mula digunakan di bidang hukum atau
pengadilan.

Menurut Johns Hopkins (1990) advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan
publik melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif.

Istilah advocacy/advokasi di bidang kesehatan mulai digunakan dalam program


kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah satu strategi
global Pendidikan atau Promosi Kesehatan.

Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap
mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang
dilaksanakan.Oleh karena itu yang menjadi sasaran advokasi adalah para pemimpin atau
pengambil kebijakan( policy makers) atau pembuat keputusan(decision makers) baik di
institusi pemerintah maupun swasta.

Advocacy adalah kegiatan memberikan bantuan kepada masyarakat dengan membuat


keputusan ( Decision makers ) dan penentu kebijakan ( Policy makers ) dalam bidang
kesehatan maupun sektor lain diluar kesehatan yang mempunyai pengaruh terhadap
masyarakat. Dengan demikian, para pembuat keputusan akan mengadakan atau
mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam bentuk peraturan, undang-undang, instruksi yang
diharapkan menguntungkan bagi kesehatan masyarakat umum. Advokasi suatu upaya
persuasif yang mencakup kegiatan-kegiatan penyadaran, rasionalisasi, argumentasi dan
rekomendasi tindak lanjut mngenai sesuatu.Organisasi non pemerintah (Ornop)
mendefensisikan Advokasi sebagai upaya penyadaran kelompok masyarakat marjinal yang
sering dilanggar hak-haknya (hukum dan azasi). Yang dilakukan dengan kampanye guna
membentuk opini public dan pendidikan massa lewat aksi kelas (class action) atau unjuk
rasa.

2.1.1 Tujuan Advokasi

Mendapat dukungan,baik dalam bentuk kebijakan lisan atau tertulis ,dalam bentuk Surat
Keputusan, Surat edaran,himbauan,pembentukan kelembagaan, ketersediaan
dana,sarana,tenaga.

Mendorong para pengambil keputusan untuk suatu perubahan dalam kebijakan ,program
atau peraturan.

Mendorong para pengambil keputusan untuk aktif mendukung kegiatan/tindakan dalam


pemecahan masalahdan mencoba untuk mendapatkan dukungan dari pihak lain/mitra.

2.1.2 Fungsi Advokasi

Advokasi berfungsi untuk mempromosikan suatu perubahan dalam kebijakan program


atau peraturan dan mendapatkan dukungan dari pihak-pihak lain.

2.1.3 Persyaratan untuk Advokasi

Dipercaya (Credible), dimana program yang ditwarkan harus dapat meyakinkan para
penentu kebijakan atau pembuat keputusan , oleh karena itu harus didukung akurasi data dan
masalah.

Layak (Feasible), program yang ditawarkan harus mampu dilaksanakan secara tejhnik
prolitik maupun sosial.

Memenuhi Kebutuhan Masyarakat (Relevant)

Penting dan mendesak (Urgent), program yang ditawarkan harus mempunyai prioritas
tinggi
2.2 Riwayat Bidan Komunitas

Sebagian besar wanita lebih menyukai persalinan di rumah dari pada di institusi
pelayanan kesehatan (Rumah sakit). Hasil penelitian McKee (1982) menggambarkan bahwa,
jika persalinan dilakukan di komunity dan dilaksanakan oleh bidan maka akan terjadi
peningkatan kunjungan antenatal ,penurunan frekuensi Persalinan dgengan induksi,
penurunan frekuensi Persalinan prematur, BBLR, IUGR, persalinan forsep, frekuensi SC dan
pemeriksaan rutin Antenatal dan Intranatal di rumah sakit. Berdasarkan hal tersebut,
sebaiknya masa kehamilan, persalinan dan nifas dikembalikan ke komunitas sebagai asal dari
childbirth tersebut. Sasaran Pelayanan Kebidanan Komunitas

Kelompok masyarakat di komuniti merupakan sasaran bidan community, yang meliputi :

Ibu

Anak

Keluarga

Masyarakat

Sasaran utama adalah ibu dan anak dalam Keluarga

Misi

Meningkatkan status kesehatan perorangan, keluarga, komunitas dan masyarakat

Menanggulangi berbagai masalah kesehatan masyarakat prioritas

Menyelenggarakan berbagai program kesehatan masyarakat yang inovatif, efektif dan


efisien

Meningkatkan peranserta dan kemandirian masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan

Menggalang berbagai potensi untuk penyelenggaraan program kesehatan masyarakat

Tujuan

Meningkatnya status kesehatan perorangan, keluarga, komunitas dan masyarakat.

Tertanggulanginya berbagai masalah kesehatan masyarakat prioritas.


Terselenggaranya berbagai program kesehatan masyarakat yang inovatif, efektif dan
efisien.

Meningkatnya peran serta dan kemandirian perorangan, keluarga dan komunitas dalam
pemeliharaan kesehatan.

Terhimpunnya sumberdaya dari masyarakat dalam mendukung penyelenggatraan progtram


kesehatan masyarakat.

Terlibatnya secara aktif berbagai pelaku dalam peningkatan derajat dan penyelenggaraan
program kesehatan masyarakat.

Sasaran

Terpelihara dan meningkatnya status kesehatan keluarga.

Terpelihara dan meningkatnya status kesehatan komunitas.

Terpelihara dan meningkatnya status gizi masyarakat.

Terpelihara dan meningkatnya status kesehatan jiwa masyarakat.

Meningkatnya jumlah dan cakupan pemeliharaan kesehatan dengan pembiayaan pra upaya.

Pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat yang bermutu dan terjangkau.

Peningkatan peran Pemerintah Daerah dalam pembiayaan program kesehatan masyarakat.

Pengembangan tenaga kesehatan yang profesional yang sadar biaya dan sadar mutu
masyarakat yang inovatif, efektif dan efisien.

Pemantapan kemitraan dan kerjasama lintas sektoral dalam penyelenggaraan upaya


kesehatan masyarakat.

Pengutamaan kelompok sasaran rentan keluarga miskin dan pengarus-utamaan gender.

Pengutamaan daerah terpencil, perbatasan dan rawan bencana.

Penyelarasan program dengan perkembangan tantangan dan komitmen global.

Pemantapan pemberdayaan dan kemandirian keluarga komunitas dan masyarakat.

Penerapan tehnologi tepat guna, bantuan teknis dan pendampingan.


Pengembangan penelitian untuk dukungan program.

Peningkatan transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan program kesehatan


masyarakat.

2.3 Advokasi pelayanan kebidanan komunitas

Advokasi terhadap kebidanan merupakan sebuah upaya yang dilakukan orang-orang di


bidang kebidanan, utamanya promosi kesehatan, sebagai bentuk pengawalan terhadap
kesehatan. Advokasi ini lebih menyentuh pada level pembuat kebijakan, bagaimana orang-
orang yang bergerak di bidang kesehatan bisa memengaruhi para pembuat kebijakan untuk
lebih tahu dan memerhatikan kesehatan. Advokasi dapat dilakukan dengan memengaruhi
para pembuat kebijakan untuk membuat peraturan-peraturan yang bisa berpihak pada
kesehatan dan peraturan tersebut dapat menciptakan lingkungan yang dapat mempengaruhi
perilaku sehat dapat terwujud di masyarakat (Kapalawi, 2007). Advokasi bergerak secara top-
down (dari atas ke bawah). Melalui advokasi, promosi kesehatan masuk ke wilayah politik.
Agar pembuat kebijakan mengeluarkan peraturan yang menguntungkan kesehatan
(kebidanan). Advokasi adalah suatu cara yang digunakan guna mencapai suatu tujuan yang
merupakan suatu usaha sistematis dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan
terjadinya perubahan dalam kebijakan public secara bertahap maju. Misalnya kita
memberikan promosi kesehatan dengan sokongan dari kebijakan public dari kepala desa
sehingga maksud dan tujuan dari informasi kesehatan bias tersampaikan dengan kemudahan
kepada masyarakat atau promosi kesehatan yang kita sampaikan dapat menyokong atau
pembelaan terhadap kaum lemah (miskin)

Kunci Pendekatan Advokasi

1. Melibatkan para pemimpin/ pengambil keputusan


contoh dan keteladanan dari tokoh/pemimpin masyarakat.Partisipasi itu harus didukung oleh
adanya kesadaran dan pemahaman tentang bidang yang diberdayakan, disertai kemauan dari
kelompok sasaran yang akan menempuh proses pemberdayaan. Dengan begitu, kegiatan
promosi kesehatan akan berlangsung dengan sukses. Agar masyarakat mempunyai
kemampuan untuk meningkatkan kesehatannya. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu
bentuk upaya melibatkan peran serta dari masyarakat ketika kita melakukan promosi
kesehatan. Sebagai contoh yaitu pemanfaatan kader yang telah dilatih atau anggota
masyarakat yang mempunyai kemampuan dalam memberikan promosi kesehatan.

2. Menjalin kemitraan
kemitraan adalah suatu kerjasama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau
organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Dalam kerjasama
tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-masing, tentang peninjauan
kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat,dan saling berbagi baik dalam
resiko maupun keuntungan yang diperoleh.Dari definisi ini terdapat tiga (3) kata kunci dalam
kemitraan, yakni:

Ø Kerjasama antar kelompok, organisasi dan Individu

Ø Bersama-sama mencapai tujuan tertentu ( yang disepakati bersama )

Ø Saling menanggung resiko dan keuntungan

Pentingnya kemitraan (partnership) ini mulai digencarkan oleh WHO pada konfrensi
internasional promosi kesehatan yang keempat di Jakarta pada tahun 1997. Sehubungan
dengan itu perlu dikembangkan upaya kerjasama yang saling memberikan manfaat.
Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga didasari dengan
kesetaraan.

3. Memobilisasi kelompok peduli


4. Menciptakan lingkungan yang mendukung
Masyarakat kita kompleks dan saling berhubungan. Kesehatan tidak dapat dipisahkan dari
tujuan-tujuan lain. Kaitan yang tak terpisahkan antara manusia dan lingkungannya
menjadikan basis untuk sebuah pendekatan sosio-ekologis bagi kesehatan. Prinsip panduan
keseluruhan bagi dunia, bangsa, kawasan, dan komunitas yang serupa, adalah kebutuhan
untuk memberi semangat pemeliharaan yang timbal-balik —untuk memelihara satu sama
lain, komunitas, dan lingkungan alam kita. Konservasi sumber daya alam di seluruh dunia
harus ditekankan sebagai tanggung jawab global. Perubahan pola hidup, pekerjaan, dan
waktu luang memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan. Pekerjaan dan waktu luang
harus menjadi sumber kesehatan untuk manusia. Cara masyarakat mengatur kerja harus dapat
membantu menciptakan masyarakat yang sehat. Promosi kesehatan menciptakan kondisi
hidup dan kondisi kerja yang aman, yang menstimulasi, memuaskan, dan menyenangkan.
Penjajakan sistematis dampak kesehatan dari lingkungan yang berubah pesat.—terutama di
daerah teknologi, daerah kerja, produksi energi dan urbanisasi–- sangat esensial dan harus
diikuti dengan kegiatan untuk memastikan keuntungan yang positif bagi kesehatan
masyarakat. Perlindungan alam dan lingkungan yang dibangun serta konservasi dari sumber
daya alam harus ditujukan untuk promosi kesehatan apa saja. Lingkungan yang Mendukung
adalah lingkungan dimana kita akan menjadikan contoh yang baik tentang kesehatan
lingkungan ketika kita akan melakukan promosi kesehatan. Contoh adanya sekolah sehat
yang mempunyai lingkungan yang sehat.

5. Memerkuat kegiatan-kegiatan komunitas (strengthen community actions)


Promosi kesehatan bekerja melalui kegiatan komunitas yang konkret dan efisien dalam
mengatur prioritas, membuat keputusan, merencanakan strategi dan melaksanakannya untuk
mencapai kesehatan yang lebih baik. Inti dari proses ini adalah memberdayakan komunitas –-
kepemilikan mereka dan kontrol akan usaha dan nasib mereka. Pengembangan komunitas
menekankan pengadaan sumber daya manusia dan material dalam komunitas untuk
mengembangkan kemandirian dan dukungan sosial, dan untuk mengembangkan sistem yang
fleksibel untuk memerkuat partisipasi publik dalam masalah kesehatan. Hal ini memerlukan
akses yang penuh serta terus menerus akan informasi, memelajari kesempatan untuk
kesehatan, sebagaimana penggalangan dukungan. Gerakan Masyarakat merupakan suatu
partisifasi masyarakat yang menunjang kesehatan. Contoh gerakan Jum’at bersih

6. Mengembangkan keterampilan individu (develop personal skills)


Promosi kesehatan mendukung pengembangan personal dan sosial melalui
penyediaan informasi, pendidikan kesehatan, dan pengembangan keterampilan hidup.
Dengan demikian, hal ini meningkatkan pilihan yang tersedia bagi masyarakat untuk
melatih dalam mengontrol kesehatan dan lingkungan mereka, dan untuk membuat
pilihan yang kondusif bagi kesehatan. Memungkinkan masyarakat untuk belajar
melalui kehidupan dalam menyiapkan diri mereka untuk semua tingkatannya dan
untuk menangani penyakit dan kecelakaan sangatlah penting. Hal ini harus difasilitasi
dalam sekolah, rumah, tempat kerja, dan semua lingkungan komunitas. Keterampilan
Individu adalah kemapuan petugas dalam menyampaikan informasi kesehatan dan
kemampuan dalam mencontohkan (mendemostrrasikan). Contoh sederhana ketika
petugas memberikan promosii kesehatan tentang pembuatan larutan gula garam, maka
petugas harus mampu membuatnya dan bias mencontohkannya
7. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health services)
Tanggung jawab untuk promosi kesehatan pada pelayanan kesehatan dibagi di antara
individu, kelompok komunitas, profesional kesehatan, institusi pelayanan kesehatan, dan
pemerintah. Mereka harus bekerja sama melalui suatu sistem perawatan kesehatan yang
berkontribusi untuk pencapaian kesehatan. Peran sektor kesehatan harus bergerak meningkat
pada arah promosi kesehatan, di samping tanggung jawabnya dalam menyediakan pelayanan
klinis dan pengobatan. Pelayanan kesehatan harus memegang mandat yang meluas yang
merupakan hal sensitif dan ia juga harus menghormati kebutuhan kultural. Mandat ini harus
mendukung kebutuhan individu dan komunitas untuk kehidupan yang lebih sehat, dan
membuka saluran antara sektor kesehatan dan komponen sosial, politik, ekonomi, dan
lingkungan fisik yang lebih luas. Reorientasi pelayanan kesehatan juga memerlukan perhatian
yang kuat untuk penelitian kesehatan sebagaimana perubahan pada pelatihan dan pendidikan
profesional. Hal ini harus membawa kepada perubahan sikap dan pengorganisasian pelayanan
kesehatan dengan memfokuskan ulang kepada kebutuhan total dari individu sebagai manusia
seutuhnya. Contoh adalah pemanfaatan sarana kesehatan terdekat sebagai wadah informasi
dan komunikasi tentang kesehatan.

8. Bergerak ke masa depan (moving into the future)


Kesehatan diciptakan dan dijalani oleh manusia di antara pengaturan dari kehidupan mereka
sehari-hari di mana mereka belajar, bekerja, bermain, dan mencintai. Kesehatan diciptakan
dengan memelihara satu sama lain dengan kemampuan untuk membuat keputusan dan
membuat kontrol terhadap kondisi kehidupan seseorang, dan dengan memastikan bahwa
masyarakat yag didiami seseorang menciptakan kondisi yang memungkinkan pencapaian
kesehatan oleh semua anggotanya.
Merawat, kebersamaan, dan ekologi adalah isu-isu yang penting dalam mengembangkan
strategi untuk promosi kesehatan. Untuk itu, semua yang terlibat harus menjadikan setiap fase
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan promosi kesehatan serta kesetaraan antara
pria dan wanita sebagai acuan utama.

9. Pemberdayaan Masyarakat (empowerment)


Pemberdayaan masyarakat di dalam kegiatan-kegiatan kesehatan. Pemberdayaan masyarakat
dalam bidang kesehatan lebih kepada untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
bidang kesehatan. Jadi sifatnya bottom-up (dari bawah ke atas). Partisipasi masyarakat adalah
kegiatan pelibatan masyarakat dalam suatu program. Diharapkan dengan tingginya partisipasi
dari masyarakat maka suatu program kesehatan dapat lebih tepat sasaran dan memiliki daya
ungkit yang lebih besar bagi perubahan perilaku karena dapat menimbulkan suatu nilai di
dalam masyarakat bahwa kegiatan-kegiatan kesehatan tersebut itu dari kita dan untuk kita.
Dengan pemberdayaan masyarakat, diharapkan masyarakat dapat berperan aktif atau
berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Sebagai unsur dasar dalam pemberdayaan, partisipasi
masyarakat harus ditumbuhkan. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan pada
dasarnya tidak berbeda dengan pemberdayaan masyarakat dalam bidang-bidang lainnya.
Partisipasi dapat terwujud dengan syarat :

Adanya saling percaya antaranggota masyarakat

Adanya ajakan dan kesempatan untuk berperan aktif

Adanya manfaat yang dapat dan segera dapat dirasakan oleh masyarakat

BAB III

PENUTUP

3.1 kesimpulan

Advokasi merupakan proses untuk mempengaruhi pengambil kebijakan. Ia dapat menjadi


bagian dari keseluruhan strategi program, karena untuk mencapai hasil yang kita inginkan
kita memerlukan pendekatan yang lebih luas, dan menyasar kepada penyebab majemuk
Tujuan umum advokasi adalah untuk mendorong dan memperkuat suatu perubahan dalam
kebijakan, program atau legislasi, dengan memperkuat basis dukungan sebanyak mungkin

Kebidanan komunitas adalah memberikan asuhan kebidanan pada msayarakat baik


individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang berfokus pada pelayanan kesehatan ibu
dan anak (KIA), keluarga berencana (KB), kesehatan reproduksi termasuk usia wanita
adiyuswa secara paripurna

Kunci Pendekatan Advokasi

1. Melibatkan para pemimpin/ pengambil keputusan


2. Menjalin kemitraan
3. Memobilisasi kelompok peduli
4. Menciptakan lingkungan yang mendukung
5. Memerkuat kegiatan-kegiatan komunitas (strengthen community actions)
6. Mengembangkan keterampilan individu (develop personal skills)
7. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health services)
8. Bergerak ke masa depan (moving into the future)
9. Pemberdayaan Masyarakat (empowerment)
3.2 SARAN

Untuk mencapai sasaran kebidanan komunitas yang meliputi ibu , anak keluarga,
masyarakat, sasaran utama adalah ibu dan anak dalam Keluarga harus ada strategi advokasi
dan harus sesuai dengan kunci pendekatan advokasi

DAFTAR PUSTAKA

Fatma, 2009. Prioritas Tema untuk Advokasi. http://www.rafpakistan.org di akses pada


tanggal 22 Februari 2012.

Fadhila, 2009. Kebidanan komunitas. http://bidandhila.blogspot.com/2009/05kebidanan-


komunitas.html di akses pada tanggal 22 Februari 2012

Rosamiani, 2010. Upaya Promosi Kesehatan Berdasarkan Strategi Global Dan Strategi
http://kebidanankomunitas.blogspot.com/2010/01/upaya-promosi-kesehatan-
berdasarkan_03.html di akses pada tanggal 22 Februari 2012
Peran Bidan Sebagai Advokasi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peranan bidan yang tampak nyata adalah sebagai role model masyarakat, sebagai anggota
masyarakat, advocatoar dan educator, tentunya kompetensi seperti ini yang akan dikembangkan
lebih lanjut melalui pendidikan dan pelatihan bagi para bidan. Peranan yang harus di lihat sebagai
“main idea” untuk membentuk sebuah peradaban dan tatanan sebuah pelayanan kesehatan.
Bidan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, khususnya ibu hamil, melahirkan dan
senantiasa berupaya mempersiapkan ibu hamil sejak kontak pertama saat pemeriksaan kehamilan
memberikan penyuluhan tentang manfaat pemberian ASI secara berkesinambungan sehingga ibu
hamil memahami dan siap menyusui anaknya.
Upaya pembangunan keluarga sejahtera dan pemberdayaan bidan tidak bisa dipisahkan. Bidan
adalah ujung tombak pembangunan keluarga sejahtera dari sudut kesehatan dan pemberdayaan
lainnya. Bidan menempati posisi yang strategis karena biasanya di tingkat desa merupakan
kelompok profesional yang jarang ada tandingannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan advokasi?
2. Apa yang menjadi tujuan dan persyaratan advokasi?
3. Bagaiamana peran dan tugas bidan sebagai advokasi?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian advokasi.
2. Untuk mengetahui tujuan dan persyaratan advokasi.
3. Untuk mengetahui peran dan tugas bidan sebagai advokasi.

D. Manfaat Penulisan
1. Agar kita mengetahui pengertian advokasi.
2. Agar kita mengetahui tujuan dan persyaratan advokasi.
3. Agar kita mengetahui peran dan tugas bidan sebagai advokasi.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Peran Bidan Sebagai Advokator


Peran bidan sebagai advokator adalah melakukan advokasi terhadap pengambil keputusan
dari kategori program ataupun sektor yang terkait dengan kesehatan maternal dan neonatal.
Melakukan advokasi berarti melakukan upaya-upaya agar pembuat keputusan atau penentu
kebijakan tersebut mencapai kebijakan tersebut mempercayai dan meyakini bahwa program yang
ditawarkan perlu mendapat dukungan melalui kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan
politik.
Ikatan Bidan Indonesia : Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan
akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan. Asuhan ini
mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak,
dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-
daruratan.
Advokasi merupakan segenap aktifitas pengerahan sumber daya yang ada untuk membela,
memajukan, bahkan merubah tatanan untuk mencapai tujuan yang lebih baik sesuai keadaan yang
diharapkan. Advokasi dan strategi pemberdayaan wanita dalam mempromosikan hak haknya yang
diperlukan untuk mencapai kesehatan yang optimal (kesetaraan dalam memperoleh pelayanan
kebidanan).

B. Tujuan Advokator
1. Mendorong para pengambil keputusan untuk suatu perubahan dalam kebijakan, program atau
peraturan.
2. Mendorong para pengambil keputusan untuk aktif mendukung kegiatan/tindakan dalam
pemecahan masalahdan mencoba untuk mendapatkan dukungan dari pihak lain/mitra.

C. Target Advokator
1. Pembuat keputusan, pembuat kebijakan.
2. Pemuka pendapat, pimpinan agama.
3. LSM, Media dan lain-lain.
D. Persyaratan Advokasi
1. Credible, artinya program yang ditawarkan harus dapat meyakinkan para penentu kebijakan.
2. Feasible, artinya program tersebut harus baik secara teknis, politik, maupun ekonomi.
3. Relevant, artinya program tersebut harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
4. Urgent, artinya program tersebut memiliki tingkat urgensi yang tinggi.
5. High priority, artinya program tersebut memiliki prioritas yang tinggi.

E. Peran Bidan sebagai Advokator


Di bawah ini ada beberapa peran bidan sebagai Advokator :
1. Advokasi dan strategi pemberdayaan wanita dalam mempromosikan hak-haknya yang diperlukan
untuk mencapai kesehatan yang optimal (kesetaraan dalam memperoleh pelayanan kebidanan)
2. Advokasi bagi wanita agar bersalin dengan aman.
Contoh: Jika ada ibu bersalin yang lahir di dukun dan menggunakan peralatan yang tidak steril, maka
bidan melakukan advokasi kepada pemerintah setempat agar pertolongan persalinan yang dilakukan
oleh dukun menggunakan peralatan yang steril salah satu caranya adalah melakukan pembinaan
terhadap dukun bayi dan pemerintah memberikan sangsi jika ditemukan dukun bayi di lapangan
menggunakan alat-alat yang tidak steril.
3. Advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan.

F. Tugas Bidan sebagai Advokator


a. Mempromosikan dan melindungi kepentingan orang-orang dalam pelayanan kebidanan, yang
mungkin rentan dan tidak mampu melindungi kepentingan mereka sendiri.
b. Membantu masyarakat untuk mengakses kesehatan yang relevan dan informasi kesehatan dan
memberikan dukungan sosial.
c. Melakukan kegiatan advokasi kepada para pengambil keputusan, berbagai program dan sektor yang
terkait dengan kesehatan.
d. Melakukan upaya agar para pengambil keputusan tersebut meyakini atau mempercayai bahwa
program kesehatan yang ditawarkan perlu didukung melalui kebijakan atau keputusan politik dalam
bentuk peraturan, Undang-Undang, instruksi yang menguntungkan kesehatan public dengan sasaran
yaitu pejabat legislatif dan eksekutif, para pemimpin pengusaha, organisasi politik dan organisasi
masyarakat baik tingkat pusat, propinsi, kabupaten, keccamatan desa kelurahan.
G. Kegiatan – Kegiatan Advokasi
Adapun kegiatan-kegiatan advokasi antara lain :
a. Lobi Politik (Political Lobying)
Lobi adalah berbincang-bincang secara informal dengan para pejabat untuk mennginformasikan
dan membahas masalah dan program kesehatan yang akan dilaksanakan. Tahap pertama pada lobi
ini adalah tenaga kesehatan atau bidan menyampaikan keseriusan masalah kesehatan yang dihadapi
di wilayah kerjanya, dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat. Kemudian disampaikan
alternatif yang terbaik untuk memecahkan atau menanggulangi masalah tersebut. Dalam lobi ini
perlu dibawa atau ditunjukkna data yang akurat tentang masalah kesehatan tersebut kepada
pejabat yang bersangkutan.
b. Seminar dan Presentasi
Seminar dan presentasi yang dihadiri oleh para pejabat lintas program dan lintas
sektoral. Petugas kesehatan menyajikan masalah kesehatan di wilayah kerjanya lengkap dengan data
dan ilustarsi yang menarik serta rencana program pemecahannya. Kemudian masalh tersebut
dibahas bersama-sama yang pada akhirnya diharapkan akan diperoleh komitmen atau dukungan
tterhadap program yang akan dilaksanakan tersebut.
c. Media Advokasi
Media (media advocasy) adalah melakukan kegiatan advokasi dengan menggunakan
media khususnya media massa baik melalui media cetak maupun media elektronik. Permasalahan
kesehatan yang dialami disajikan baik dalam bentuk lisan, artikel, berita, diskusi, penyampaian
pendapat dan lainnya. Media mempunyai kemampuan yang kuat untuk membentuk opini publik
yang dapat memepengaruhi bahkan merupakan tekanan terhadap para penentu kebijakan dan para
pengambil keputusan.
d. Perkumpulan (asosiasi)
Peminat Asosiasi atau perkumpulan orang-orang yang mempunyai minat atau
keterkaitan terhadap masalah tertentu atau perkumpulan profesi adalah merupakan bentuk
kegiatan advokasi.

H. Strategi Pendekatan Utama Advokasi


Strategi pendekatan utama dalam advokasi yaitu:
1. Melibatkan Para Pemimpin/ Pengambil Keputusan
Partisipasi itu harus didukung oleh adanya kesadaran dan pemahaman tentang bidang
yang diberdayakan, disertai kemauan dari kelompok sasaran yang akan menempuh proses
pemberdayaan. Dengan begitu, kegiatan promosi kesehatan akan berlangsung dengan sukses.
2. Menjalin Kemitraan
Kemitraan adalah suatu kerjasama formal antara individu-individu, kelompok-
kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Dalam
kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-masing, tentang
peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat, dan saling berbagi baik
dalam resiko maupun keuntungan yang diperoleh.
3. Memperkuat kegiatan-kegiatan komunitas (strengthen community actions)
Promosi kesehatan bekerja melalui kegiatan komunitas yang konkret dan efisien dalam
mengatur prioritas, membuat keputusan, merencanakan strategi dan melaksanakannya untuk
mencapai kesehatan yang lebih baik. Inti dari proses ini adalah memberdayakan komunitas dan
kontrol akan usaha dan nasib mereka.
Pengembangan komunitas menekankan pengadaan sumber daya manusia dan material dalam
komunitas untuk mengembangkan kemandirian dan dukungan sosial, dan untuk mengembangkan
sistem yang fleksibel untuk memerkuat partisipasi publik dalam masalah kesehatan. Contoh gerakan
Jum’at bersih.
4. Bergerak ke Masa Depan (moving into the future)
Kesehatan diciptakan dan dijalani oleh manusia di antara pengaturan dari kehidupan
mereka sehari-hari di mana mereka belajar, bekerja, bermain, dan mencintai. Kesehatan diciptakan
dengan memelihara satu sama lain dengan kemampuan untuk membuat keputusan dan membuat
kontrol terhadap kondisi kehidupan seseorang, dan dengan memastikan bahwa masyarakat yang
didiami seseorang menciptakan kondisi yang memungkinkan pencapaian kesehatan oleh semua
anggotanya.
5. Pemberdayaan Masyarakat (empowerment)
Pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan lebih kepada untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan. Jadi sifatnya bottom-up (dari bawah ke atas).
Partisipasi masyarakat adalah kegiatan pelibatan masyarakat dalam suatu program. Diharapkan
dengan tingginya partisipasi dari masyarakat maka suatu program kesehatan dapat lebih tepat
sasaran dan memiliki daya ungkit yang lebih besar bagi perubahan perilaku karena dapat
menimbulkan suatu nilai di dalam masyarakat bahwa kegiatan-kegiatan kesehatan tersebut itu dari
kita dan untuk kita. Partisipasi dapat terwujud dengan syarat :
a. Adanya saling percaya antaranggota masyarakat.
b. Adanya ajakan dan kesempatan untuk berperan aktif.
c. Adanya manfaat yang dapat dan segera dapat dirasakan oleh masyarakat.

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
1. Advokasi merupakan segenap aktifitas pengerahan sumber daya yang ada untuk membela,
memajukan, bahkan merubah tatanan untuk mencapai tujuan yang lebih baik sesuai keadaan yang
diharapkan.
2. Tujuan advokasi adalah mendorong para pengambil keputusan untuk suatu perubahan dalam
kebijakan, program atau peraturan; dan mendorong para pengambil keputusan untuk aktif
mendukung kegiatan/tindakan dalam pemecahan masalah dan mencoba untuk mendapatkan
dukungan dari pihak lain/mitra. Syarat advokasi adalah credible, feasible, relevant, urgent, dan high
priority.
3. Peran bidan sebagai advokator adalah Advokasi dan strategi pemberdayaan wanita dalam
mempromosikan hak-haknya; advokasi bagi wanita agar bersalin dengan aman; dan advokasi
terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan. Tugas bidan sebagai advocator adalah
mempromosikan dan melindungi kepentingan orang-orang dalam pelayanan kebidanan, yang
mungkin rentan dan tidak mampu melindungi kepentingan mereka sendiri; membantu masyarakat
untuk mengakses kesehatan yang relevan dan informasi kesehatan dan memberikan dukungan
sosial; dan melakukan kegiatan advokasi kepada para pengambil keputusan, berbagai program dan
sektor yang terkait dengan kesehatan.

B. Saran
Sebaiknya bidan dalam melakukan perannya sebagai advokasi mampu membela, memajukan,
bahkan merubah tatanan untuk mencapai tujuan yang lebih baik sesuai keadaan yang diharapkan
serta mempromosikan dan melindungi kepentingan orang-orang dalam pelayanan kebidanan, yang
mungkin rentan dan tidak mampu melindungi kepentingan mereka sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
http://dianhusadarefira.blogspot.com/p/peran-bidan-sebagai-advokator.html

http://devilia-guritno.blogspot.com/2012/03/strategi-advokasi-dlam-playanan.html

http://sitihendriani91.blogspot.com/2013/05/makalah-peran-dan-fungsi-bidan-dalam-advokasi.html

You might also like