You are on page 1of 17

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK TELUR AYAM SETELAH

DISUNTIK DENGAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (Alliumsativum)

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Oleh:

NADHILAH NAIMI 08061181320017

QODARUDIN 08061181320023

THIO GUNAWAN JAYA 08061381320026

RIRINMARLIANIUMAIRO 08061181419030

BADRI 08061381419086

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Protein merupakan zat makanan yang paling komplek, terdiri dari karbon,

hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, dan biasanya fosfor. Protein sering disebut zat

makanan bernitrogen karena merupakan satu-satunya zat makanan yang

mengandung nitrogen. Menurut sumbernya protein dibagi menjadi dua golongan

yaitu protein nabati dan hewani, protein hewani merupakan protein sempurna

karena mengandung asam amino lisin dan metionin yang diperlukan dalam

pertumbuhan dan perawatan jaringan (Murtidjo, 2003). Protein hewani salah-

satunya dapat diperoleh dari telur (Watson, 2002;Aryulina, 2004).

Telur merupakan makanan hasil dari ternak unggas yang memiliki sumber

protein hewani, rasa yang lezat, mudah dicerna dan mempunyai gizi tinggi,

diantaranya sumber vitamin A, vitamin B, yaitu vitamin B2, niasin, tiamin,

riboflavin, vitamin E dan vitamin D (Anwar dan Ali,2009). Telur mempunyai

cangkang, selaput cangkang, putih telur (albumin) dan kuning telur (yolk).

Cangkang dan putih telur terpisah oleh selaput membran, kuning telur dan

albumin terpisah oleh membran kuning telur (Jaqualine and Ben, 2000).

Menurut Irina (2011), kebutuhan protein tergantung pada umur, ukuran

tubuh, dan tingkat aktivitas. Metode standar yang digunakan para ahli gizi untuk

menghitung kebutuhan asupan protein setiap hari adalah dengan berat badan (kg)

x 0,8. Hasilnya adalah kebutuhan protein (dalam gram) minimum setiap hari.

Menurut (Febry dkk, 2010) rendahnya konsumsi energi dan protein dalam

makanan sehari-hari menyebabkan tidak terpenuhinya angka kecukupan gizi


(AKG). Kurangnya zat gizi dan protein, menyebabkan kurangnya energi protein

(KEP).

Menurut Wibowo (2003), bawang putih merupakan tanaman berkhasiat

sebagai obat untuk penyakit batuk, cacingan, tekanan darah, menghambat

penuaan, maag, dan diabetes. Senyawa yang terkandung didalam bawang putih

yaitu alisin. Alisin adalah zat yang memberikan bau yang khas, mempunyai daya

antibiotik, antibakteri, serta berkhasiat menurunkan kolesterol dan tekanan darah

tinggi (Tan, 2010; Sarasvati, 2008).

Menurut Febry dkk (2010) Kekurangan energi protein (KEP) disebabkan

rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari yang

menyebabkan tidak terpenuhinya angka kecukupan gizi (AKG). Kurangnya

jumlah protein yang memadai atau ketidaklengkapan protein yang dicerna dapat

mengarah pada kondisi keseimbangan negatif nitrogen, yaitu suatu kondisi serius

dimana lebih banyak nitrogen (suatu besaran protein) yang meninggalkan tubuh

daripada yang memasukinya. Pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan otot

dan jaringan-jaringan vital lainnya. Penyakit berbahaya akibat kekurangan protein

diantaranya kwashiorkor dan marasmus (Fried dan Hademenos, 2006).


1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana organoleptik (warna,aroma,rasa,dan tekstur)telur ayam setelah

disuntikan ekstrak bawang putih?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kadar protein telur ayam setelah disuntikan dengan

ekstrak bawang putih.

2. Untuk mengetahui organoleptik seperti warna,aroma,rasa dan tekstur telur

ayam setelah disuntikan dengan ekstrak bawang putih.

1.4 Manfaat Penelitian

Memberikaninformasitentangpeningkatankadar protein padatelurayamdan

mengetahui organoleptik telur ayam setelahdisuntikanekstrakbawang putih.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Telur

2.1.1. Pengertian telur

Telur merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan

terbesar bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat. Dari sebutir telur

didapatkan gizi yang cukup sempurna karena mengandung zat – zat gizi yang

sangat baik & mudah dicerna. Oleh karenanya telur merupakan bahan pangan

yang sangat baik untuk anak – anak yang sedang tumbuh dan memerlukan

protein dan mineral dalam jumlah banyak dan juga dianjurkan diberikan kepada

orang yang sedang sakit untuk mempercepat proseskesembuhannya (Sudaryani,

2003).

Telur mempunyai kandungan protein tinggi dan mempunyai susunan

protein yang lengkap, akan tetapi lemak yang terkandung didalamnya juga

tinggi.Secara umum telur ayam & telur itik merupakan telur yang paling sering

dikonsumsi oleh masyarakat karena mengandung gizi yang melimpah, telur

sangat bagus dikonsumsi oleh anak – anak dalam masapertumbuhan (Sudaryani,

2003).

Telur merupakan kumpulan makanan yang disediakan induk unggas

untuk perkembangan embrio menjadi anak ayam didalam suatu wadah. Isi dari

telur akan semakin habis begitu telur telah menetas. Telur tersusun oleh tiga

bagian utama: yaitu kulit telur, bagian cairan bening, & bagian cairan yang

bewarna kuning (Rasyaf, 1990).


2.1.2 Komponentelur

Menurut Paula Figoni (2008), telur memiliki beberapa komponen

didalamnya yaitu:

1. Putih telur

Nama lain dari putih telur adalah albumen telur. Putih telur terdiri

sepenuhnya oleh protein & air. Dibandingkan dengan telur kuning, telur putih

memiliki rasa (flavor) & warna yang sangat rendah.

2. Kuning telur (Yolk)

Telur kuning sekitar setengahnya mengandung uap basah (moisture) &

setengahnya adalah kuning padat (yolk solid). Semakin bertambah umurnya telur,

kuning telur akan mengambil uap basah dari putih telur yang mengakibatkan

kuning telur semakin menipis dan menjadi rata ketika telur dipecahkan ke

permukaan yang rata (berpengaruh kepada grade dari telur itu sendiri).

Selengkapnya akan dibahas di bagian grade telur.

3. Kulit telur (Shell)

Kulit telur memiliki berat sekitar 11% dari jumlah total berat telur.

Meskipun terlihat keras & benar – benar menutupi isi telur, kulit telur itu

sebenarnya berpori (porous). Dengan kata lain, bau dapat10 menebus kulit telur

dan uap basah (moisture) & gas (terutama karbon dioksida) dapat keluar. Warna

kulit telur terdiri dari warna cokelat atau putih, tergantung dari perkembang

biakan dari ayam. Ayam dengan bulu putih & cuping putih menghasilkan telur

dengan kulit putih, tetapi ayam dengan bulu berwarna merah & cuping merah
menghasilkan telur dengan kulit cokelat. Warna dari kulit telur tidak memiliki

pengaruh kepada kepada rasa, nutrisi, & kegunaan dari telur tersebut.

4. Rongga udara (Air Cell)

Telur memiliki dua selaput pelindung diantara kulit telur dan putih telur.

Sesudah telur diletakkan, rongga udara terbentuk diantara selaput telur. Semakin

telur bertambah tua, kehilangan uap basah (moisture), & menyusut maka rongga

udara akan semakin membesar yang mengakibatkan telur yang sudah lama akan

melayang apabila diletakkan ke dalam air. Selengkapnya akan dijelaskan di

bagian tanda – tanda kerusakan telur .

Telur ayam ras memiliki fisik terdiri dari 10% kerabang (kulit telur,

cangkang), 60% putih telur dan 30% kuning telur. Akan tetapi Suprapti (2002)

mengatakan bahwa secara umum telur terbagi atas tiga komponen pokok, yaitu

kulit telur atau cangkang (11% dari bobot tubuh), putih telur (57% dari bobot

tubuh) dan kuning telur (32% dari bobot tubuh). Menurut Akoso (1993), telur

sangat tahan terhadap kehilangan isi karena ketahanan kerabang terhadap

penyusup zat cair atau perbanyak jasad renik. Telur utuh terdiri atas beberapa

komponen yaitu air 66% dan bahan kering 34% yang tersusun atas protein 12%,

lemak 10%, karbohidrat 1% dan abu 11%. Kuning telur adalah salah satu

komponen yang mengandung nutrisi terbanyak dalam telur. Kuning telur

mengandung air sekitar 48% dan lemak 33%. Kuning telur juga mengandung

vitamin, mineral, pigmen, & kolestrol. Putih telur terdiri atas protein terutama

lisosin yang memiliki kemampuan anti bakteri untuk membantu mengurangi

kerusakan telur (Sarwono, 1995).


Kerabang telur atau egg shell mempunyai dua lapisan yaitu spongy layer

dan mamilary layer yang terbungkus oleh lapisan lender berupa kutikula. Lapisan

luar terbentuk dari kalsium, phosphor dan vitamin D yang merupakan lapisan

paling keras yang berfungsi melindungi semua bagian telur. Menurut Stadellman

(1995), putih telur atau albumen mempunyai proporsi yang tinggi dalam

komposisi telur mencapai 60% dari total berat telur. Presentasi putih telur pada

ayam & umur dari telur. Kuning telur merupakan bagian paling penting bagi isi

telur, sebab pada bagian inilah terdapat dan tempat tumbuh embrio hewan,

khususnya pada telur yang telah dibuahi. Bagian kuning telur ini terbungkus

semacam selaput tipis yang sangat kuat dan elastis yang disebut membrane

vetelina, kuning telur memiliki komposisi gizi yang lebih lengkap daripada putih

telur dan terdiri dari air lemak, karbohidrat, mineral & vitamin (Stadellman,

1995).

Gambar 2.1 Komponen telur

2.1.3 Sifat – sifattelur

Menurut Lies Suprapti (2002), protein yang terkandung dalam telur secara

umum sangat mempengaruhi sifat telur. Ada beberapa sifat telur sebagai berikut :
1. Sangat peka terhadap pengaruh asam & pemanasan (akan terjadi denaturasi &

koagulasi /pengentalan).

2. Bila dikocok akan berbuih dan mengembang, namun bila pengocokan

berlebihan maka akan terjadi denaturasi sehingga mengempiskembali.

3. Dalam telur putih mentah dan setengah matang, terkandung beberapa jenis

protein, diantaranya adalah lysozyne, yang bila dimakan akan diserap langsung

ke dalam darah akan berfungsi sebagai zat anti-gizi (merusakgizi).

4. JenisproteinlainyangterdapatdalamtelurmentahadalahAvidin.Avidin tersebut

bersifat racun dan akan hilang apabila telur tersebut dimasak

2.1.4 Fungsi telur

Menurut Sudaryani (2003), fungsi telur secara umum adalah untuk

kesehatan & kebutuhan gizi hari – hari. Fungsi – fungsi tersebut adalah:

1. Telur merupakan sumber gizi yang sangat baik. Satu butir telur

mengandung sekitar 6 gram protein, sejumlah vitamin (A, B, D, K), kolin,

selenium, yodium, fosfor, besi, &seng.

2. Kolin pada telur diperlukan untuk kesehatan membran sel di seluruh tubuh

dan membantu tubuh menjaga kadar homocysteine di tingkat normal.

Homocysteine adalah asam amino yang berkaitan dengan resiko penyakit

jantung.

3. Baik untuk fungsi mental &memori.

4. Selenium sebagai mineral untuk mempetahankan kekebalan tubuh &

merupakan antioksidan kuat.


5. Memiliki vitamin B (folat & fiboflavin) yang penting bagi tubuh untuk

mengubah makanan jadi energi & penting untuk mencegah cacatlahir.

6. Memiliki vitamin A untuk pengelihatan,, pertumbuhan sel, & kulit

yangsehat.

7. Memiliki vitamin E sebagai antioksidan yang bekerjasama dengan vitamin

C &selenium untuk mencegah kerusakan tubuh dari radikal bebas.

8. Telur dapat mengentalkan darah yang bertujuan untuk menurunkan resiko

serangan jantung &stroke.

2.1.5 Protein

Protein merupakan zat makanan yang paling komplek, terdiri dari karbon,

hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, dan biasanya fosfor. Protein sering disebut zat

makanan bernitrogen karena merupakan satu-satunya zat makanan yang

mengandung nitrogen. Menurut sumbernya protein dibagi menjadi dua golongan

yaitu protein nabati dan hewani, protein hewani merupakan protein sempurna

karena mengandung asam amino lisin dan metionin yang diperlukan dalam

pertumbuhan dan perawatan jaringan (Murtidjo, 2003). Protein hewani salah-

satunya dapat diperoleh dari telur (Watson, 2002;Aryulina, 2004).

Telur merupakan makanan hasil dari ternak unggas yang memiliki sumber

protein hewani, rasa yang lezat, mudah dicerna dan mempunyai gizi tinggi,

diantaranya sumber vitamin A, vitamin B, yaitu vitamin B2, niasin, tiamin,

riboflavin, vitamin E dan vitamin D (Anwar dan Ali,2009). Telur mempunyai

cangkang, selaput cangkang, putih telur (albumin) dan kuning telur (yolk).

Cangkang dan putih telur terpisah oleh selaput membran, kuning telur danalbumin
terpisah oleh membran kuning telur (Jaqualine and Ben, 2000).

Menurut Wibowo (2003), bawang putih merupakan tanaman berkhasiat

sebagai obat untuk penyakit batuk, cacingan, tekanan darah, menghambat

penuaan, maag, dan diabetes. Senyawa yang terkandung didalam bawang putih

yaitu alisin. Alisin adalah zat yang memberikan bau yang khas, mempunyai daya

antibiotik, antibakteri, serta berkhasiat menurunkan kolesterol dan tekanan darah

tinggi (Tan, 2010; Sarasvati, 2008).

Menurut Febry dkk (2010) Kekurangan energi protein (KEP) disebabkan

rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari yang

menyebabkan tidak terpenuhinya angka kecukupan gizi (AKG). Kurangnya

jumlah protein yang memadai atau ketidaklengkapan protein yang dicerna dapat

mengarah pada kondisi keseimbangan negatif nitrogen, yaitu suatu kondisi serius

dimana lebih banyak nitrogen (suatu besaran protein) yang meninggalkan tubuh

daripada yang memasukinya. Pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan otot

dan jaringan-jaringan vital lainnya. Penyakit berbahaya akibat kekurangan protein

diantaranya kwashiorkor dan marasmus (Fried dan Hademenos, 2006).

Menurut Irina (2011), kebutuhan protein tergantung pada umur, ukuran

tubuh, dan tingkat aktivitas. Metode standar yang digunakan para ahli gizi untuk

menghitung kebutuhan asupan protein setiap hari adalah dengan berat badan (kg)

x 0,8. Hasilnya adalah kebutuhan protein (dalam gram) minimum setiap hari.

Menurut (Febry dkk, 2010) rendahnya konsumsi energi dan protein dalam

makanan sehari-hari menyebabkan tidak terpenuhinya angka kecukupan gizi

(AKG). Kurangnya zat gizi dan protein, menyebabkan kurangnya energi protein

(KEP).
Salah satu usaha untuk menanggulangi kekurangan protein adalah dengan

menambahkan ekstrak bawang putihpada telur ayam kampung dan ayam petelur

karena kandungan protein pada bawang putihsangat tinggi sehingga diharapkan

dapat menambah kandungan protein pada telur. Kandungan nutrisi khususnya

protein pada bawang putihdalam 100 g yaitu mencapai 3,3 g (Zhengzhou love

herb foods, 2014). Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

penambahan ekstrak bawang putihterhadap kadar protein telur ayam leghorn dan

untuk mengetahui organoleptik (warna, aroma, rasa, dan tekstur) telur ayam

leghorn setelah disuntikkan ekstrak bawang putih.

2.1.6 Uji Organoleptik

Menurut Soewarno & Soekarto (1981), pengujian organoleptik adalah

pengujian yang didasarkan pada proses penginderaan. Penginderaan diartikan

sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu kesadaran atau pengenalan alat indra

akan sifat – sifat benda karena adanya rangsangan yang diterima alatindra yang

berasal dari benda tersebut. Penginderaan dapat juga berarti reaksi mental

(sensation) jika alat indra mendapat rangsangan (stimulus). Reaksi atau kesan

yang ditimbulkan karena adanya rangsangan dapat berupa sikap untuk mendekati

atau menjauhi, menyukai atau tidak menyukai akan benda penyebab rangsangan.

2.1.7 Sifat-sifat uji organoleptik

Menurut Riwan (2008), penilaian indrawi ini ada enam tahap yaitu

pertama menerima bahan, mengenali bahan, mengadakan klarifikasi sifat – sifat

bahan, mengingat kembali bahan yang telah diamati, dan menguraikan kembali

sifat indrawi produk tersebut. Indra yang digunakan dalam menilai sifat indrawi

suatu produkadalah:
1. Pengelihatan yang berhubungan dengan warna kilap, viskositas, ukuran

dan bentuk, volume kerapatan dan berat jenis, panjang lebar dan diameter

serta bentukbahan.

2. Indra peraba yang berkaitan dengan struktur, tekstur, dan konsistensi.

Struktur merupakan sifat dari komponen penyusun, tekstur merupakan

sensasi tekanan yang dapat diamati dengan mulut atau perabaan dengan

jari, & konsistensi merupakan tebal, tipis, & halus.

3. Indra pembau, pembauan juga dapat digunakan sebagai suatu indikator

terjadinya kerusakan pada produk, misalnya ada bau busuk yang

menandakan produk tersebut telah mengalami kerusakan.

4. Indra pengecap, dalam hal kepekaan rasa, maka rasa manis dapat dengan

mudah dirasakan pada ujung lidah, rasa pahit pada bagian belakang lidah.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Desember 2017 sampai dengan

selesai. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Farmasi, Program

Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Sriwijaya Indralaya dan Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK)

Palembang.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu spektrofotometer UV-Vis,

Water Bath, Tabung reaksi, stopwatch, mikro pipet, spet, jarum mesin jahit dan

oven

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu zat aktif ekstrak bawang

putih, telur ayam kampong, telur ayam negeri, aquades dan reagen biuret.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Pengambilan Sampel

Bawang putih segar diperoleh dari Jalan Sukamakmur, Banyuasin,

Sumatra Selatan. Telur ayam diperoleh dari Tanjung batu, Ogan ilir, Sumatra

Selatan.

3.4.1 Ekstrak Bawang Putih

3.4.1.1 Preparasi Ekstraksi


Pembuatan ekstrak dengan menggunakan 1 kg bawang putih yang masih

segar, dicuci bersih lalu dirajang kasar. Bawang putih dikering-anginkan hingga

kering dan dibentuk serbuk kemudian dimasukan kedalam botol gelap dan

diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan etanol 70%. Pelarut dimasukan

sampai permukaan sampel terendam seluruhnya dan disimpan di tempat gelap

sambil sesekali diaduk. Setelah 5 hari, maserat kemudian disaring dengan

menggunakan kertas whatman sehingga didapatkan filtrat. Seluruh filtrat yang

didapat ditampung dan dipekatkan menggunakan rotary evaporator dengan

temperature 50ºC dan kecepatan 70 rpm serta disempurnakan pengeringannya

dalam oven 50ºC sehingga akan didapat ekstrak etanol awal. Ekstrak yang telah

kering ditimbang untuk ditentukan rendemennya terhadap simplisia awal.

3.5 Formula

Formula ekstrak bawang putih ditampilkan pada Tabel 1. Ada tiga formula

pada penelitian ini yaitu F1, F2, dan F3. Dalam formula tersebut direncanakan

penggunaan ekstrak bawang putih sebanyak 0,5 mg, 1 mg, 1,5 mg.

Tabel 1. Formula ekstrak bawang putih

Jumlah Bahan dalam Formulasi


Bahan
F1 F2 F3

Ekstrak bawang putih 0,5 mg 1 mg 1,5 mg

3.6 Preparasi Bahan

Preparasi bahan yang digunakan pada formulasi bawang putih dengan

formula 0,5 mg, 1 mg, 1,5 mg. Masing masing dilarutkan dalam 1 mL aquades.

3.7 Uji Ekstrak Bawang Putih terhadap Protein pada Telur


Pada pengujian ektrak bawang putih terhadap telur dilakukan dengan

penyuntikan pada 2 jenis telur, masing masing jenis telur disuntikan

menggunakan F1, F2, dan F3. F0 merupakan kontrol ( tanpa penambahan ekstrak

bawang putih), F1 disuntikan dengan 0,5 mg/1 butir telur, F2 disuntikan ekstrak

bawang 1 mg/1 butir telur dan F3 disuntikan ekstrak bawang putih 1,5 mL/1 butir

telur. Pelaksanaan penelitian diawali dengan pembuatan ekstrak bawang putih

kemudian di suntikkan pada telur ayam leghorn kemudian diuji kadar protein dan

organoleptik. Penyuntikkan telur ayam kampung dan telur ayam negeri dilakukan

dengan cara melubangi cangkang telur dengan jarum mesin jahit, kemudian

disuntikkan menggunakan spet dengan ekstrak bawang putih masing masing 0,5

mg, 1 mg, dan 1,9 ml kemudian disimpan selama 24 jam.

3.8 Penentuan Kadar Protein pada Telur

Pengujian kadar protein menggunakan metode spektofotometer yaitu

dengan cara menimbang 1 g sampel putih telur kemudian ditambah 10 ml

akuades, kemudian sampel diambil dengan mikropipet sebanyak 0,02 ml dan

ditambah 1 ml reagen biuret, diinkubasi di dalam water bath dengan suhu 37ºC

selama 10 menit, kemudian membaca absorbansi dengan spektrofotometer.

Pengujian organoleptik dilakukan oleh 20 panelis agak terlatih.

3.9.1 Analisis Data Hasil

Uji ektrak bawang putih terhadap protein pada telur dianalisis menggunakan pada

program SPSS 21®.


DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Faisal dan Ali Khomson. 2009. Makan Tepat Badan Sehat. Jakarta :

Hikmah

Febry, Ayu Bulan dan Julfito Marendra.2010. Smart Parent: Pandai Mengatur

Figoni.2008. Komponen Telur. Jakarta : Gramedia

Fried dan Hadenamus.2005. Biologi. Jakarta: Erlangga

Irina, Ratna. 2011. Protein : Seberapa Banyak yang dibutuhkan? Tersedia :

http://www.fimela.com/read/2011/05/26/protein-seberapa-banyakyang -

dibutuhkan

Jaqueline, P. Y. R. Miles and M.F. Ben. 2000. Kualitas Telur, Jasa Ekstensi

Koperasi, Lembaga Ilmu Pangan Dan Pertanian. Universitas Florida. Gainesvile.

Menu Dan Tanggap Saat Anak Sakit. Jakarta: Gagas media

Murtidjo, Bambang Agus.2003. Pemotongan Penanganan Dan Pengolahan

Daging Ayam.Yogyakarta: Kanisius.

Rasyaf.1990. Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta: Gramedia.

Sudaryani. 2003. Peranan telur dalam kehidupan. Bandung: ITB.

Tan, T. Kirana Rahardja. 2010. Obat-Obat Sederhana Untuk Gangguan Sehari -

Hari. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Watson, roger. 2002. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Jakarta: egc.

Wibowo, Singgih. 2007. Budidaya Bawang Putih, Merah, dan Bombay. Jakarta :

Penebar Swadaya.

You might also like