You are on page 1of 42

ANAK BERBAKAT (GIFTED/TALENTED)

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap anak memilki anugrah tersendiri yang diberikan dari sang maha pencipta
kepadanya melalui berbagai cara salah satunya adalah sperti anak yang berbakat. Anugrah
yang diberikan bukan hanya saja berupa keblebihan namun erkadang kekuranganpun
termasuk anugrah dari tuhan yang diberikan kepada umatnya. Setiap kelebihan dan
kekurangan pada manusia pada dasarnya harus di syukuri dan cara yang mensyukuri yang
paling baik adalah dengan mengembangkan kekurangan menjadi suatu kelebihan dan
menjadikan kelebihan sebagai sebagai perantara untuk membantu orang lain dalam hal
kebaikan.
Dalam makalah ini akan dibahasa bagaimana cara menangani anak yang berbakat, oleh
karena itu mengapa anak berbakat masuk kedalam kategori anak berkebutuhan khusus
karena pada dasarnya anak berbakat itu anak yang memilki perbedaan dengan anak yang
lainnya sehingga perlu mendapatkan penanganan atau wadah untuk menampung anak
berbakat tersebut.
Keberbakatan hingga kini masih menjadi wacana yang sangat menarik, baik bagi yang
terlibat langsung dengan persoalan keberbakatan maupun yang tidak. Bahkan menjadi
lebih menarik lagi, karena banyak terjadi miskonsepsi terhadap keberbakatan. Secara
umum “Keberbakatan dapat diartikan sebagai kemampuan unggul yang memungkinkan
seseorang berinteraksi dengan lingkungan dengan tingkat prestasi dan kreativitas yang
sangat tinggi.”
Dari peranyataan tersebut dapat dipahami bahwa pertama, keberbakatan merupakan
suatu kualitas yang dibawa sejak lahir (dengan kata lain keberbakatan itu bersifat
alamiah), dan kedua, bahwa lingkungan keberbakatan adalah arena di mana anak berbakat
memainkan peran didalamnya). Karena itulah dapat dikatakan bahwa tingkat prestasi dan
kreativitas yang tinggi dihasilkan dari interaksi yang terus menerus dan fungsional antara
kemampuan dan karakteristik yang dibawa seseorang dari lahir dan yang diperoleh selama
dalam kehidupannya.
Perhatian terhadap pendidikan anak berbakat sebenarnya sudah dikenal sejak 2000
tahun yang lalu. Misalnya, Plato pernah menyerukan agar anak-anak berbakat
dikumpulkan dan dididik secara khusus karena mereka ini diharapkan bakal menjadi
pemimpin negara dalam segala bidang pemerintahan. Oleh karena itu, mereka dibekali
ilmu pengetahuan yang dapat menunjang tugas mereka (Rohman Natawijaya, 1979).
Demikian pula di Indonesia, kehadiran mereka sudah dikenal sejak dulu. Banyak sekolah
yang menerapkan sistem loncat kelas atau dapat naik ke kelas berikutnya lebih cepat
meskipun waktu kenaikan kelas belum saatnya. Perhatian yang lebih serius dan formal
tersurat dalam UUSPN No. 2 Tahun 1989 bahwa peserta didik yang memiliki kemampuan
dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh pendidikan khusus untuk mengembangkan
potensi anak-anak tersebut secara optimal.
Anak berbakat tidak mengalami kecacatan, seperti anak tunanetra, tunarungu, dan
tunagrahita. Walaupun diantara anak berbakat ada yang menyandang kelainan, tetapi
kelainan itu bukan pada terhambatnya kecerdasan. Agar anak berbakat yang mempunyai
potensi unggul tersebut dapat mengembangkan potensinya dibutuhkan program dan
layanan pendidikan secara khusus. Mereka lahir dengan membawa potensi luar biasa yang
berarti telah membawa kebermaknaan hidup. Oleh karena itu, tugas
pendidikan adalah mengembangkan kebermaknaan tersebut secara optimal sehingga
mereka dapat berkiprah dalam memajukan bangsa dan negara.

B. RUMUSAN MASALAH
v Apakah pengertian anak berbakat?
v Bagaimana klasifikasi anak berbakat?
v Bagaimana karakteristik anak berbakat?
v Apa faktor yang memengaruhi anak berbakat?
v Bagaimanakah perkembangan anak berbakat?
v Masalah dan dampak apa saja yang timbul dari keberbakatan?
v Bagaimana cara mengidentifikasi keberbakatan
v Kebutuhan pendidikan apa yang dibutuhkan anak anak berbakat?
v Bagaimana bentuk layanan pendidikan bagi anak berbakat?
v Berapakah persentase anak dengan cerdas istimewa/berbakat istimewa di indonesia saat
ini?

C. TUJUAN PENULISAN
Ø Untuk memahami pengertian anak berbakat
Ø Untuk memahami klasifikasi anak berbakat
Ø Untuk memahami karakteristik anak berbakat
Ø Untuk memahami faktor yang memengaruhi anak berbakat
Ø Untuk memahami perkembangan anak berbakat
Ø Untuk memahami masalah dan dampak yang timbul dari keberbakatan
Ø Untuk memahami cara identifikasi anak berbakat
Ø Untuk memahami kebutuhan pendidikan anak berbakat
Ø Untuk memahami bentuk layanan pendidikan bagi anak berbakat
Ø Untuk mengetahui persentase anak dengan cerdas istimewa/berbakat istimewa di
indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ANAK BERBAKAT


Anak yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa (gifted) adalah anak
yang secara significant memiliki mempunyai IQ 140 atau lebih, potensi diatas rata-rata
dalam bidang kemampuan umum, akademik khusus, kreativitas, kepemimpinan, seni
dan/atau olahraga. Anak berkebutuhan khusus gifted (Heward) adalah anak dengan
karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan
pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Banyak istilah yang dapat dipakai untuk menyebut anak berbakat, diantaranya: anak
unggul, anak berkemampuan istimewa, anak superior, anak genius, dan masih banyak lagi
sebutan lainnya. Secara konseptual pengertian anak berbakat juga berkembang dari tahun
ke tahun. Pertama, anak berbakat adalah anak yang ditunjukkan dengan kemampuan
tingkat kecerdasaan atau kemampuan umum (g factor) di atas rata-rata. Konsep ini
diperkuat dengan teori faktor, bahwa kemampuan individu dapat dikatagorikan menjadi
dua, yaitu kemampuan khusus (s factor) dan kemampuan umum (g factor).
Berdasarkan konsep ini Komisi Pendidikan AS, Sidney P. Marland (1972) menetapkan
definisi anak berbakat sebagai "Gifted and talented children are those identified by
professionally qualified persons who by virtue of outstanding abilities are capable of high
performance. These are children who require differentiated educational programs and/or
services beyond those normally provided by the regular school program in order to realize
their contribution to self and society" Artinya kurang lebih: “Anak berbakat adalah anak
yang diidentifikasi oleh orang-orang yang berkualifikasi profesional sebagai anak yang
memiliki kemampuan luar biasa. Mereka menghendaki program pendidikan yang sesuai
atau layanan melebihi sebagaimana diberikan secara normal oleh program sekolah regular,
sehingga dapat merealisasikan kontribusi secara bermakna bagi diri dan masyarakatnya.
Kemampuan anak dengan kinerja tinggi yang dapat merupakan prestasi dan atau
kemampuan potensial dalam beberapa bidang, baik yang sifatnya kemampuan tunggal
maupun kemampuan jamak, atau kombinasi di antara bidang-bidang itu di antaranya:
kemampuan intelektual umum, bakat akademik spesifik, kemampuan produktif atau
kreatif, kemampuan kepemimpinan, kemampuan bidang seni visual dan pertunjukan, dan
kemampuan motorik. Dengan menggunakan definisi keberbakatan yang lebih luas, suatu
sistem sekolah diharapkan mampu mengidentifikasi 10% s.d. 15% atau lebih dari populasi
dapat disebut anak berbakat. Untuk memahami definisi tersebut di atas secara lebih
mendalam, maka dipandang perlu melakukan deskripsi masing-masing bidang
keberbakatan.
1. Kemampuan intelektual umum, bahwa orang umum seperti juga pendidik selalu
mendefinisikan ini berkenaan dengan skor tes inteligensi yang tinggi – yang biasanya di
atas 2 standar deviasi. Orangtua dan guru sering mengenal siswa yang memiliki
kemampuan intelektual umum di atas rata-rata yang diindikasikan dengan tingkat
perbendahaan kata yang tinggi, ingatan, dan penguasaan kata-kata abstrak, dan pemikiran
abstrak.
2. Bakat akademik khusus, bahwa siswa dengan bakat akademik khusus diidentifikasi
dengan penampilan yang unggul pada tes prestasi atau tes bakat dalam satu atau lebih dari
satu bidang, seperti: prestasi matematika, sains. Pengelola pencarian bakat sering kali
disponsori oleh sejumlah universitas dan institut dengan mengidentifikasi siswa yang
berbakat akademik yang skornya 97 % atau lebih tinggi berdasarkan hasil tes prestasi
terstandar dan tes bakat skolastik.
3. Kemampuan berpikir kreatif dan produktif, bahwa bakat ini merupakan kemampuan
menghasilkan ide-ide baru dengan menyatukan elemen-elemen yang ada dan bakat untuk
mengembangkan makna-makna baru yang berarti bagi masyarakat. Karakteristik suswa
kreatif dan produktif mencakup keterbukaan terhadap pengalaman, menetapkan standar
personal untuk evaluasi, kemampuan memainkan ide-ide, keinginan untuk menghadapi
resiko, kesukaan terhadap kompleksitas, toleran terhadap ambiguitas, image diri yang
positif, dan kemampuan menyatu dengan tugas. Siswa kreatif dan produktif diiedntifikasi
melalu penggunaan tes seperti Torrance Test of Creative Thinking atau melalui penampilan
kreatif.
4. Kemampuan kepemimpinan, bahwa kepemimpinan dapat diidentifikasi sebagai
kemampuan untuk mengarahkan individu atau kelompok untuk sampai kepada keputusan
atau tindakan bersama. Siswa yang menampilkan kemampuan keberbakatan bidang
kepemimpinan menggunakan keterampilan kelompok dan bernegosiasi dalam situasi yang
sulit. Beberapa guru mengenal kepemimpinan melalui minat yang sungguh-sungguh dan
keterampilan dalam pemecahan masalah. Karakteristik kepemimpinan mencakup
kepercayaan diri, tanggung jawab, kerjasama, kecenderungan untuk mendominasi, dan
kemampuan beradaptasi dengan mudahnya terhadap situasi yang baru. Siswa siswa ini
dapat diidentifikasi melalui instrumen seperti the Fundamental Interpersonal Realtions
Orientation Behavior.
5. Seni visual dan pertunjukan, bahwa siswa berbakat bidang seni menunjukkan
keberbakatan khususnya bidang seni visual, musik, tari, drama atau bidang bidang terkait
lainnya. Siswa-siswa ini dapat diidentifikasi dengan menggunakan deskripsi tugas seperti
skala produk kreatif (the Creative Product Scale), yang dikembangkan untuk Sekolah
Negeri Detroit oleh Patrik Byrons dan Beverley Ness Parke, Wayne State University.
6. Kemampuan psikomotorik, bahwa kemampuan ini mencakup kemampuan motorik
kinestetik, seperti keterampilan praktik, spasial, mekanikal, dan fisikal. Kemampuan ini
jarang digunakan sebagai suatu kriteria dalam program bagi anak berbakat.

Selain daripada pandangan tersebut di atas, ada pandangan-pandangan lain


tentang keberbakatan. Pertama, Robert Sternberg dan Robert Wagner (1982)
menyarankan bahwa keberbakatan adalah suatu jenis mental selfmanagement. Manajemen
mental kehidupan seseorang dalam suatu cara yang konstruktif dan bertjuan memiliki tiga
elemen dasar: mengadaptasikan dengan lingkungan, menyeleksi lingkungan baru, dan
membentuk lingkungan. Sternberg dan Wagner menegaskan bahwa dasar psikologis yang
sangat penting dari keberbakatan intelektual yang tersisa dalam kecakapan intuitif
mencakup tiga proses utama, yaitu (1) memisahkan informasi yang relevan dan tak
relevan, (2) mengkombinasikan informasi yang terpisah ke dalam keseluruhan yang utuh,
dan (3) mengaitkan insformasi yang diperoleh pada saat ini dengan informasi yang
diperoleh pada masa lalu.
Kedua, Howard Gardner (1983) juga menyarankan suatu konsep multiple intelligences,
bahwa ada beberapa cara untuk memandang dunia, yaitu : kecerdasan linguistik,
logikal/matematik, spasial, musikal, kinestetik, interpersonal, dan intrapersonal.
Belakangan ini dilengkapi dengan kecerdasan naturalistik.
Ketiga, Joseph Renzulli (1986) menyatakan bahwa perilaku keberbakatan
merefleksikan suatui interaksi antara tiga kluster dasar dari sifat-sifat manusia, yaitu
kemampuan di atas rata, tingkat komitmen akan tugas yang tinggi, dan tingkat kreativitas
yang tinggi. Menurut Renzulli, anak-anak berbakat adalah anak yang memiliki atau mampu
mengembangkan kesatuan dari sifat-sifat itu dan menerapkannya untuk bidang-bidang apa
yang bermakna dari kinerja manusia. Selain daripada itu juga dikatakan bahwa mereka
adalah anak yang mampu mengembangkan suatu interaksi di antara tiga kluster, jika
diberikan berbagai kesempatan dan layanan pendidikan yang tidak biasanya diberikan
melalui program intsruksional pada umumnya.

Gambar 1:
Apa yang Membuat Keberbakatan
(Renzulli, 1979)

Berdasarkan beberapa definisi tersebut di atas, maka ABA merupakan salah satu unsur
keberbakatan yang sangat penting, di antara jenis keberbakatan lainnya. Artinya bahwa
ABA merupakan salah satu katagori dari definisi Marland Report, dan juga salah satu sub
katagori dari kemampuan di atas rata-rata, terutama kemampuan khusus, dari definisi
Renzulli. Memang pada awalnya konsep keberbakatan yang diperkenalkan Renzulli, bahwa
kemampuan yang dimaksudkan sebagai salah satu klusternya itu hanya menunjukkan
kemampuan umum. Namun pada perkembangan lebih lanjut Renzulli (Sterndberg dan
Davidson, 1986) menegaskan bahwa kemampuan di atas rata dipahami sebagai
kemampuan umum dan khusus. Kemampuan khusus terdiri dari kemampuan memperoleh
pengetahuan, keterampilan atau kemampuan untuk menampilkan satu keahlian atau lebih,
misalnya kemampuan khusus bidang akademik, seni (musik, lukis, pahat), kepemimpinan,
dan lain sebagainya.
Selanjutnya ditegaskan oleh Kitano dan Kirby (1985) bahwa ABA adalah individu yang
memiliki kemampuan potensial dan aktual di bidang akademik tertentu seperti: sains,
matematika, ilmu pengetahuan sosial, dan humaniora. Keunggulan bidang akademik yang
ditunjukkan dapat juga hanya satu bidang
atau dua bidang, bahkan dapat juga semua bidang.
Roe (Kitano dan Kirby, 1985) menegaskan bahwa individu di sekolah yang mampu
menunjukkan prestasi akademik unggul, ternyata tidak selamanya dia memiliki kecerdasan
tinggi, padahal mereka yang memiliki bakat akademik pada umumnya berkecerdasan
tinggi. Selain daripada itu individu yang sukses dalam karirnya lebih disebabkan oleh
fungsi kerja keras daripada kecemerlangan potensi yang dimilikinya.
Selain daripada itu disadari bahwa ABA tidak selamanya mampu menunjukkan prestasi
akademik yang unggul, karena boleh jadi disebabkan oleh beberapa faktor. Di antara
mereka, ada yang tidak mampu menampilkan potensi akademiknya secara optimal. Mereka
itulah yang disebut sebagai anak berprestasi kurang (underachieving children). Kelompok
inilah yang cenderung sebagai populasi yang lebih banyak terjadi di Indonesia, karena
model pendidikan yang diselenggarakannya cenderung lebih bersifat klasikal, dan belum
memberikan perhatian dan layanan berdasarkan potensi dan kebutuhan peserta didik.
Untuk menyelamatkan potensi ABA yang lebih banyak menjadi tumpuan masa dapan
bangsa, maka diperlukan layanan pendidikan dan bimbingan yang relevan.

B. KARAKTERISTIK ANAK BERBAKAT


Bila dikaitkan dengan definisi Renzulli, maka karakteristik Anak Berbakat, diantaranya
sebagai berikut:
1. Menunjukkan kemampuan di atas rata-rata, terutama di bidang:
a. Kemampuan Umum
· Tingkat berpikir abstrak yang tinggi, penalaran verbal dan numerikal, hubungan spasial,
ingatan, kelancaran kata.
· Adaptasi terhadap dan pembentukan situasi baru dalam lingkungan eksternal.
· Automatisasi pemrosesan informasi.
b. Kemampuan Khusus:
· Aplikasi berbagai kombinasi kemampuan umum di atas terhadap bidang-bidang yang
lebih spesifik (misalnya Matematika, Sain, Seni, kepemimpinan)
· Kemampuan memperoleh dan membuat penggunaan yang tepat sejumlah pengetahuan
formal, teknik, dan strategi di dalam menyelesaikan masalah-masalah tertentu.
· Kemampuan untuk memilih informasi yang relevan dan tak relevan dengan problem atau
bidang studi tertentu

2. Menunjukkan Komitmen yang terhadap tugas, yang diindikasikan dengan:


a. Kemampuan yang tinggi terhadap minat, antusiasme, dan keterlibatan dengan suatu
problem atau bidang tertentu.
b. Ketekunan, daya tahan, ketetapan hati, kerja keras, dan pengabdian.
c. Kepercayaan diri, adanya keyakinan mampu melaksanakan pekerjaan yang penting,
bebas dari perasaan inferior, keinginan yang kuat untuk berprestasi.
d. Kemampuan mengidentifikasi masalah-masalah di bidang-bidang tertentu.
e. Menetapkan standar yang tinggi terhadap pekerjaan; memelihara keterbukaan diri dan
kritik eksternal; mengembangkan rasa estetis, kualitas dan keunggulan tentang
pekerjaannya sendiri dan pekerjaan orang lain.

3. Menunjukkan kreativitas yang tinggi, yang diindikasikan dengan:


a. Kelancaran, keluwesan, dan keaslian dalam berpikir.
b. Keterbukaan terhadap pengalaman; Reseptif terhadap apa yang baru dan berbeda dalam
pikiran, tindakan, dan produk dirinya sendiri dan orang lain.
c. Ingin tahu, spekulatif, dan berpetualangan, keinginan untuk menghadapi resiko baik
dalam pikiran maupun tindakan.
d. Sensitif terhadap karakteristik ide dan sesuatu yang rinci dan estetik; keinginan untuk
bertindak dan bereaksi terhadap stimulasi elsternal, ide-ide dan perasaannya sendiri.
e. Sikap berani mengambil langkah atau keputusan menurut orang awam berisiko tinggi.
Selain daripada itu perlu dipahami bahwa di balik karakteristik AB, ada perilaku positif
dan negatif yang muncul, sebagaimana yang dinyatakan oleh Little (2003), pada Tabel 1.
Tabel 1
Karakteristik AB Dan Konsekuensi Perilakunya
Karakteristik Perilaku Positif Perilaku Negatif
Belajar dengan cepat Mengingat dan Mudah bosan, suka
dan mudah menguasai fakta-fakta mengganggu anak
dasar secara cepat. lain
Membaca secara Membaca banyak buku Menolak
intensif dan menggunakan tanggungjawab
perpustakaan sendiri orang lain
Perbendaharaan kata Mengkomunikasikan Menimbulkan
sangat maju ide-idenya baik sekali kemarahan
Tetap menjaga Siap mengingat dan Memonopoli diskusi
banyak informasi merespon
Rentang Komitmen tinggi Bertahan dengan
perhatiannya sangat terhadap tugas atau kegiatan rutin kelas,
lama proyek tidak suka diganggu
Memiliki Suka bertanya dan Gampang marah
keingintahuan yang puas dengan ide-
tinggi, punya banyak idenya
minat
Bekerja mandiri Menciptakan dan Menolak kerja
menemukan diluar dengan orang lain
tugas yang diberikan
Cermat dan jeli Mengenal masalah Mengoreksi orang
dalam mengamati dewasa secara
sesuatu kurang respon
Memiliki rasa humor Mampu Membuat joke yang
mentertawakan kejam atau trick
dirinya sendiri terhadap orang lain
Memahami dan Mampu memecahkan Melakukan
mengenal hubungan problem-problem intervensi orang lain
sosial
Prestasi akademik Mengerjakan tugas Sombong, tidak
tinggi sekolah dengan baik sabar terhadap orang
lain
Lancar dalam Kuat dibidang verbal Mengarahkan teman
ekspresi verbal dan angka-angka, sebaya dengan cara-
mengarahkan teman cara yang negative
sebaya dengan cara
yang positif
Individualistik Memiliki teman Bertahan terhadap
sedikit, memiliki rasa apa yang diyakini
keunikan sendiri
Memiliki dorongan Menghendaki arah dan Agresif dan
diri yang kuat bantuan guru yang menantang orang
minimal lain

Karakteristik anak berbakat ditinjau dari segi akademik, sosial/emosi, fisik/kesehatan,


intelektual, persepsi, motivasi, dan aktivitas.

1. Karakteristik Akademik
Roe, seperti dikutip oleh Zaenal Alimin (1996) mengidentifikasikan karakteristik
keberbakatan akademik adalah:
a. memiliki ketekunan dan rasa ingin tahu yang benar,
b. keranjingan membaca,
c. menikmati sekolah dan belajar.
Sedangkan Kitano dan Kirby (1986) yang dikutip oleh Mulyono Abdurrahman (1994)
mengemukakan karakteristik keberbakatan bidang akademik adalah:
a. memiliki perhatian yang lama terhadap suatu bidang akademik khusus,
b. memiliki pemahaman yang sangat maju tentang konsep, metode, dan terminologi dari
bidang akademik khusus,
c. mampu mengaplikasikan berbagai konsep dari bidang akademik khusus yang dipelajari
pada aktivitas-aktivitas bidang lain,
d. kesediaan mencurahkan sejumlah besar perhatian dan usaha untuk mencapai standar
yang lebih tinggi dalam suatu bidang akademik,
e. memiliki sifat kompetitif yang tinggi dalam suatu bidang akademik dan motivasi yang
tinggi untuk berbuat yang terbaik, dan
f. belajar dengan cepat dalam suatu bidang akademik khusus.
Salah satu contoh yang digambarkan oleh Kirk (1986) bahwa seorang anak berbakat
berusia 10 tahun, ia memiliki kemampuan akademik dalam hal membaca sama dengan
anak normal usia 14 tahun, dan berhitung sama dengan usia 11 tahun, anak ini memiliki
keberbakatan dalam membaca.

2. Karakteristik Sosial/Emosi
Ada beberapa ciri individu yang memiliki keberbakatan sosial, yaitu:
a. diterima oleh mayoritas dari teman-teman sebaya dan orang dewasa,
b. keterlibatan mereka dalam berbagai kegiatan sosial, mereka memberikan sumbangan
positif dan konstruktif,
c. kecenderungan dipandang sebagai juru pemisah dalam pertengkaran dan pengambil
kebijakan oleh teman sebayanya,
d. memiliki kepercayaan tentang kesamaan derajat semua orang dan jujur,
e. perilakunya tidak defensif dan memiliki tenggang rasa,
f. bebas dari tekanan emosi dan mampu mengontrol ekspresi emosional sehingga relevan
dengan situasi,
g. mampu mempertahankan hubungan abadi dengan teman sebaya dan orang dewasa,
h. mampu merangsang perilaku produktif bagi orang lain, dan
i. memiliki kapasitas yang luar biasa untuk menanggulangi situasi sosial dengan cerdas,
dan humor.
Dicontohkan pula oleh Kirk bahwa anak yang berbakat dalam hal social dan emosi,
bahwa seorang anak berusia 10 tahun memperlihatkan kemampuan penyesuaian sosial
dan emosi (sikap periang, bersemangat, kooperatif, bertanggung jawab, mengerjakan
tugasnya dengan baik, membantu temannya yang kurang mampu dan akrab dalam
bermain). Sikap-sikap yang diperlihatkannya itu sama dengan sikap anak normal usia 16
tahun.

3. Karakteristik Fisik/Kesehatan
Dalam segi fisik, anak berbakat memperlihatkan (a) memiliki penampilan yang
menarik dan rapi, (b) kesehatannya berada lebih baik atau di atas rata-rata, (studi
longitudinal Terman dalam Samuel A. Kirk, 1986).
Dicontohkan pula oleh Kirk bahwa seorang anak berbakat usia 10 tahun memiliki
tinggi dan berat badan sama dengan usianya. Yang menunjukkan perbedaan adalah
koordinasi geraknya sama dengan anak normal usia 12 tahun. Mereka juga
memperlihatkan sifat rapi.

4. Karakteristik Intelektual-Kognitif
a. Menunjukkan atau memiliki ide-ide yang orisinal, gagasan-gagasan yang tidak lazim,
pikiran-pikiran kreatif.
b. Mampu menghubungkan ide-ide yang nampak tidak berkaitan menjadi suatu konsep yang
utuh.
c. Menunjukkan kemampuan bernalar yang sangat tinggi.
d. Mampu menggeneralisir suatu masalah yang rumit menjadi suatu hal yang sederhana dan
mudah dipahami.
e. Memiliki kecepatan yang sangat tinggi dalam memecahkan masalah.
f. Menunjukkan daya imajinasi yang luar biasa.
g. Memiliki perbendaharaan kosakata yang sangat kaya dan mampu mengartikulasikannya
dengan baik.
h. Biasanya fasih dalam berkomunikasi lisan, senang bermain atau merangkai kata-kata.
i. Sangat cepat dalam memahami pembicaraan atau pelajaran yang diberikan.
j. Memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory) yang kuat.
k. Mampu menangkap ide-ide abstrak dalam konsep matematika dan/atau sains.
l. Memiliki kemampuan membaca yang sangat cepat.
m. Banyak gagasan dan mampu menginspirasi orang lain.
n. Memikirkan sesuatu secara kompleks, abstrak, dan dalam.
o. Mampu memikirkan tentang beragam gagasan atau persoalan dalam waktu yang
bersamaan dan cepat mengaitkan satu dengan yang lainnya.

5. Karakteristik Persepsi/Emosi
a. Sangat peka perasaannya.
b. Menunjukkan gaya bercanda atau humor yang tidak lazim (sinis, tepat sasaran dalam
menertawakan sesuatu hal tapi tanpa terasa dapat menyakiti perasaan orang lain).
c. Sangat perseptif dengan beragam bentuk emosi orang lain (peka dengan sesuatu yang
tidak dirasakan oleh orang-orang lain).
d. Memiliki perasaan yang dalam atas sesuatu.
e. Peka dengan adanya perubahan kecil dalam lingkungan sekitar (suara, aroma, cahaya).
f. Pada umumnya introvert.
g. Memandang suatu persoalan dari berbagai macam sudut pandang.
h. Sangat terbuka dengan pengalaman atau hal-hal baru
i. Alaminya memiliki ketulusan hati yang lebih dalam dibanding anak lain.

6. Karakteristik Motivasi dan Nilai-Nilai Hidup


a. Menuntut kesempurnaan dalam melakukan sesuatu (perfectionistic).
b. Memiliki dan menetapkan standar yang sangat tinggi bagi diri sendiri dan orang lain.
c. Memiliki rasa ingin tahu dan kepenasaran yang sangat tinggi.
d. Sangat mandiri, sering merasa tidak perlu bantuan orang lain, tidak terpengaruh oleh
hadiah atau pujian dari luar untuk melakukan sesuatu (self driven).
e. Selalu berusaha mencari kebenaran, mempertanyakan dogma, mencari makna hidup.
f. Melakukan sesuatu atas dasar nilai-nilai filsafat yang seringkali sulit dipahami orang lain.
g. Senang menghadapi tantangan, pengambil risiko, menunjukkan perilaku yang dianggap
“nyerempet-nyerempet bahaya” .
h. Sangat peduli dengan moralitas dan nilai-nilai keadilan, kejujuran, integritas.
i. Memiliki minat yang beragam dan terentang luas.

7. Karakteristik Aktifitas
a. Punya energi yang seolah tak pernah habis, selalu aktif beraktifitas dari satu hal ke hal
lain tanpa terlihat lelah.
b. Sulit memulai tidur tapi cepat terbangun, waktu tidur yang lebih sedikit dibanding anak
normal.
c. Sangat waspada.
d. Rentang perhatian yang panjang, mampu berkonsentrasi pada satu persoalan dalam
waktu yang sangat lama.
e. Tekun, gigih, pantang menyerah.
f. Cepat bosan dengan situasi rutin, pikiran yang tidak pernah diam, selalu memunculkan
hal-hal baru untuk dilakukan.
g. Spontanitas yang tinggi.

C. KLASIFIKASI ANAK BERBAKAT


Anak yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok, seperti dikemukakan oleh Sutratinah Tirtonegoro (1984; 29) yaitu; Superior,
Gifted dan Genius. Ketiga kelompok anak tersebut memiliki peringkat ketinggian intellegnsi
yang berbeda.
1. Genius
Genius ialah anak yang memiliki kecerdasan luar biasa, sehingga dapat menciptakan
sesuatu yang sangat tinggi nilainya. Intelligence Quotien-nya (IQ) berkisar antara 140
sampai 200. Anak genius memiliki sifat-sifat positif sebagai berikut; daya abstraksinya baik
sekali, mempunyai banyak ide, sangat kritis, sangat kreatif, suka menganalisis, dan
sebagainya. Di samping memiliki sifat-sifat positif juga memiliki sifat negatif, diantaranya;
cenderung hanya mementingkan dirinya sendiri (egois), temperamennya tinggi sehingga
cepat bereaksi (emosional), tidak mudah bergaul, senang menyendiri karena sibuk
melakukan penelitian, dan tidak mudah menerima pendapat orang lain.

2. Gifted
Anak ini disebut juga gifted and talented adalah anak yang tingkat kecerdasannya (IQ)
antara 125 sampai dengan 140. Di samping memiliki IQ tinggi, juga bakatnya yang sangat
menonjol, seperti ; bakat seni musik, drama, dan ahli dalam memimpin masyarakat. Anak
gifted diantaranya memiliki karakteristik; mempunyai perhatian terhadap sains, serba
ingin tahu, imajinasinya kuat, senang membaca, dan senang akan koleksi.

3. Superior
Anak superior tingkat kecerdasannya berkisar antara 110 sampai dengan 125 sehingga
prestasi belajarnya cukup tinggi. Anak superior memiliki karakteristik sebagai berikut;
dapat berbicara lebih dini, dapat membaca lebih awal, dapat mengerjakan pekerjaan
sekolah dengan mudah dan dapat perhatian dari teman-temannya.

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANAK BERBAKAT


1. Hereditas
Hereditas adalah faktor yang diwariskan dari orang tua, meliputi kecerdasan, kreatif
produktif, kemampuan memimpin, kemampuan seni dan psikomotor. Dalam diri seseorang
telah ditentukan adanya faktor bawaan yang ada setiap orang, dan bakat bawaan tersebut
juga berbeda setiap orangnya. Namun U. Branfenbrenner dan Scarr Salaptek menyatakan
secara tegas bahwa sekarang tidak ada kesangsian mengenai faktor genetika mempunyai
andil yang besar terhadap kemampuan mental seseorang.

2. Lingkungan
Lingkungan, hal-hal yang mempengaruhi perkembangan anak berbakat ditinjau dari
segi lingkungannya (keluarga, sekolah dan masyarakat). Lingkungan mempunyai peran
yang sangat besar dalam mempengaruhi keberbakatan seorang anak. Walaupun seorang
anak mempunyai bakat yang tinggi terhadap suatu bidang, tanpa adanya dukungan dan
perhatian dari lingkungannya seperti, masyarakat tempat dia bersosialisasi, keluarga
tempat ia menjalani kehidupan berkeluarga, tempat dia menjalani kehidupan dan
mengembangkan keberbakatan itu dapat membantunya dalam mencapai ataupun
memaksimalkan bakatnya tersebut.

E. PERKEMBANGAN ANAK BERBAKAT


1. Perkembangan Fisik Anak Berbakat
· Pola perkembangan fisik anak pada umumnya terjadi pula pada anak berbakat
· Reaksi-reaksi fisik terjadi lebih cepat dan lebih awal dari anak-anak biasa karena secara
intelektual dia lebih mampu menyerap informasi dan stimulus dari luar.
· Perkembangan psikomotorik dan kemampuan koordinasi anak berbakat cenderung baik
cepat dari rata-rata
· Karena sensitifitas intelektual yang cukup tinggi, anak berbakat cenderung menunjukan
karakteristik (sensasi) fisik seperti; menerima masukan (stimulus) yang luar biasa dari
lingkungan melalui kesadaran sensoris yang amat tinggi, kesenjangan antara
perkembangan fisik dan intelektual, kurang toleran terhadap kesenjangan antara standar
dan keterampilan fisik.
· Melihat karakteristik dan kebutuhan (sensasi) fisik anak berbakat, maka program
pendidikan bagi mereka sepatutnya mempertimbangkan kebutuhan untuk :
o Melakukan aktifitas yang memungkinkan terjadinya integrasi dan asimiliasi data sensoris
o Apresiasi kapasitas fisik
o Menjelajahi aktifitas fisik yang menimbulkan kesenangan dan kepuasan
o Menjelajahi aktifitas yang mengarah kepada keterpaduan antara pikiran dan badan

2. Perkembangan Kognitif Anak Berbakat


Menurut beberapa ahli, ciri/karakteristik perkembangan kognitif anak berbakat, adalah
sebagai berikut :
a. Ada perbedaan struktur otak sehingga mampu menfungsikan kedua belahan otak secara
terintegrasi sehingga mewujudkan perilaku kreatif.
b. Memiliki kemampuan berpikir analitis, integratif, dan evaluatif.
c. Memiliki Curiosity (rasa ingin tahu), imagination, persistence, commitment to solving
problems, dan concern with the future.
d. Memiliki kemampuan berpikir superior, berpikir abstrak, menggeneralisasi fakta,
memahami makna, dan memahami hubungan
e. Memiliki kesiapan belajar lebih awal.
f. Memiliki minat luas terhadap masalah manusia dan dunia.
g. Memiliki minat baca dalam berbagai bidang pengetahuan.
h. Menunjukkan kemampuan tinggi dalam matematika, terutama dalam memecahkan
masalah.

Semua ciri perkembangan kognitif anak berbakat menunjukkan kemudahan yang


dimilikinya dalam belajar. Apabila karakteristik tersebut tidak tersalurkan sebagaimana
mestinya tak mustahil muncul masalah sbb :
· Kebosanan terhadap pengajaran reguler
· Kesulitan hubungan sosial dalam kelompok seusia
· Dipandang sombong oleh kawan sebayanya
· Sulit berkonformitas pada kelompok
· Frustasi karena dia harus menjadi “penunggu”

Perkembangan kognitif anak berbakat juga disertari dengan perkembangan


kemampuan intuitif. Kaitan intuisi dengan kreatifitas, bahwa fungsi intuitif berperan dalam
pemunculan kreatifitas seseorang. Kreatifitas merupakan integrasi fisik maupun psikis dan
bukan semata-mata perilaku intelektual. Keunikan intuisi anak berbakat ditandai dengan
kecenderungan untuk :
· Terlibat dan peduli terhadap pengetahuan intuitif dan fenomena-fenomena metafisik
· Terbuka terhadap pengalaman-pengalaman metafisis
· Menunjukkan perilaku kreatif dalam banyak hal

Kebutuhan program pendidikan bagi anak berbakat dalam mengembangkan aspek


kognitif yaitu :
a. Pengkajian informasi baru dan menantang
b. Akses terhadap kurikulum dan kehidupan intelektual yang menantang
c. Pengkajian berbagai mata ajaran dan kepedulian
d. Pemecahan masalah dalam berbagai cara
e. Penyediaan pengalaman dan dukungan bagi proses percepatan pencapaian tingkat
perkembangan kognitif yang lebih tinggi
f. Kesempatan melakukan dialog bermakna tentang fenomena, memahami energi dan
kecakupan intuitif, pengembangan kegiatan kreatif secara berkelanjutan.

3. Perkembangan Emosi Anak Berbakat


Perkembangan emosi anak berbakat cenderung menunjukkan kekukuhan dalam
pendirian sebagai manifesasi adanya kepercayaan diri yang kuat dalam upaya mencapai
hasil, peka terhadap keadaan sekitar, dan senang terhadap hal-hal baru. Kecenderungan
negatif emosi anak berbakat adalah sebagai berikut :
§ Mudah tersinggung
§ Sikap egois
§ Kesulitan dalam penyesuaian diri

Kecenderungan negatif emosi ini terjadi karena karakteristik yang tinggi belum tentu
disertai dengan terjadinya perkembangan emosi yang tinggi pula. Perkembangan emosi
dalam pendidikan anak berbakat seyogyanya terakomodasikan kebutuhan yang berkenaan
dengan :
a. Proses-proses kognitif yang memberikan pengalaman emosional yang bermakna
b. Klarifikasi perasaan dan harapan diri maupun orang lain
c. Pemahaman perwujudan komitmen ke dalam tindakan nyata
d. Pengembangan tujuan dan arah perilaku untuk realistik atas dasar nilai-nilai pribadi
e. Validasi timbangan moral yang berbeda di atas rata-rata

4. Perkembangan Sosial Anak Berbakat


Menurut Clark (1988), perkembangan sosial dan emosional anak berbakat adalah
sebagai berikut :
a. Anak berbakat, jika dibandingkan dengan teman sebayanya, merasa lebih senang dan
puas dengan keadaan dirinya sendiri dan hubungan antar pribadinya
b. Anak berbakat cenderung menunjukkan penyesuaian emosional yang lebih baik daripada
anak rata-rata walaupun kecenderungan ini lebih erat kaitannya dengan latar belakang
sosial ekonomi daripada dengan kecerdasan
c. Anak berbakat cenderung lebih mandiri dan kurang berkonformitas terhadap pendapat
sebaya, lebih dominan, lebih mampu mengendalikan lingkungan, dan lebih kompetitif
d. Anak berbakat menunjukkan kecakapan kepemimpinan dan menjadi terlibat dalam
kegiatan dan kepedulian sosial
e. Anak berbakat lebih cenderung memilih kawan yang memiliki kesebayaan usia
intelektual daripada memilih kawan yang secara kronologis berada pada usia yang sama.

Program pendidikan bagi anak berbakat hendaknya mengakomodasikan kebutuhan


akan :
§ Pemahaman tuntutan aktualisasi diri
§ Penyaluran dorongan-dorongan yang divergent
§ Keterlibatan dalam masalah sosial-sosial
§ Pemahaman kepemimpinan
§ Eksplorasi tataran berpikir tingkat tinggi

F. MASALAH DAN DAMPAK KEBERBAKATAN


Anak keberbakatan mengandung atau memunculkan masalah bagi :
1. Individu sendiri,
2. Keluarga,
3. Masyarakat,
4. Penyelenggara pendidikan.

Secara singkat masalah tersebut adalah :


1. Masalah dan dampak bagi individu
Anak berbakat memiliki kemungkinan masalah-masalah individu yang dirumuskan
dalam kecenderungan-kecenderungan.
a. Kecepatan perkembangan kognitif yang tidak sesuai dengan kekuatan fisik, sehingga
terjadi kesenjangan diantara keduanya, dapat menimbulkan perasaan tidak ade kuat pada
diri anak. Perasaan semacam ini dapat mendorong anak tidak peduli terhadap kegiatan
fisik kelompok, sehingga dapat menimbulkan frustasi, kecewa dan tidak puas terhadap
kehidupan kelompok sebaya.
b. Perkembangan kognitif anak berbakat lebih cepat dari teman sebaya akan menimbulkan
kebosanan terhadap pengajaran reguler, kesulitan hubungan sosial dalam kelompok
seusia, sulit berkonfirmasi dalam kelompok, frustasi karena harus “menunggu” kelompok.
Kondisi semacam ini menimbulkan kesulitan penyesuaian diri anak berbakat.
c. Kemampuan anak berbakat untuk menyerap dan menghimpun informasi yang tidak
diimbangi dengan perkembangan emosi dan kesadaran dapat menimbulkan
ketidakstabilan perkembangan emosi. Kondisi semacam ini akan membuat individu rawan
terhadap kritik, bersikap serius, dan menentang, menentukan nilai sendiri dan tujuan yang
mungkin tidak realistis.
d. Kematangan sosial dan kecakapan kepemimpinan yang tumbuh lebih awal pada anak
berbakat dapat menimbulkan masalah penyesuaian diri. Kondisi semacam ini akan
menumbuhkan perasaan tidak tertantang dan dapat mendorong individu untuk mengambil
pemecahan masalah melalui jalan pintas.

2. Masalah dan dampak bagi keluarga


Keberbakatan akan membawa dampak iklim dan perlakuan keluarga. Orang tua
yang tidak memahami dan menyadari akan potensi yang dimiliki anaknya bisa jadi tidak
peduli dan merespon perilaku anak tadi. Orang tua berupaya supaya anaknya patuh dan
mengikuti pola interaksi sebagaimana layaknya anak pada umumnya. Kecenderungan
orang tua untuk menghardik anaknya kalau anak itu melibatkan diri dalam urusan orang
tuanya, memaksakannya untuk bermain dengan teman seusianya.
Sikap orang tua tersebut akan menimbulkan letak beruntung dalam keberbakatan
(disadvantages child). Dalam menghadapai anak berbakat orang tua harus menunjukkan
sikap memahami, peduli terhadap pikiran dan perasaan anak, bersikap terbuka dan
memberi peluang kepada anak untuk mengekspresikan dirinya.
Peran orang tua adalah guru bagi anak berbakat dalam lingkungan. Beberapa hal
yang perlu dilakukan orang tua di dalam membantu dan membimbing anak berbakat ialah :
a) Ciptakan komunikasi terbuka antara orang tua-anak dan antar anak
dengan disertai kasih sayang
b) Berikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak untuk menghadapi dan
memecahkan masalah
c) Sertakan anak dalam kegiatan orang tua sehingga anak memperoleh
wawasan yang lebih luas dan mendalam
d) Perhatikan kebutuhan utama anak dan upayakan untuk memenuhinya
secara wajar
e) Berikan anak kepercayaan untuk melakukan sesuatu yang dipikirkan dan
disenangi
f) Hargai upaya dan hasil kerja anak dan ikuti perkembangannya
g) Bantulah anak untuk mengembangkan, memahami dan menyesuaikan
kebutuhan-kebutuhannya
h) Bantulah anak menyusun skala prioritas kegiatan
i) Sediakan fasilitas dan sumber informasi yang dapat dimanfaatkan oleh
anak untuk memenuhi hasrat keinginan tahunya
j) Berilah anak untuk memahami perbedaan individu melalui pembentukan
pengertian
k) Perhatikan kebutuhan gizi dan kesehatan anak
l) Tanyakan rasa bahagia dalam hidup bersama dia

3. Masalah dan dampak bagi masyarakat


Masalah dan dampak keberbakatan bagi kehidupan masyarakat terlebih pada isu sosial
maupun politis bagaimana perlakuan terhadap anak berbakat diberikan terutama layanan
pendidikan yang mungkin diperolehnya. Contoh, pendidikan khusus yang diperoleh anak
berbakat mungkin akan menimbulkan sikap elitisme dan ekslusif atau dintegrasikan ke
dalam sistem persekolahan biasa yang mungkin akan menimbulkan masalah-masalah bagi
anak itu sendiri. Masalah keberbakatan membawa dampak terhadap pengambilan
kebijakan pendidikan.

4. Masalah dan dampak bagi penyelenggara pendidikan


Perbedaan program pendidikan bagi anak berbakat bukan sekedar berbeda, tetapi
secara kualitatif memang menghendaki perbedaan walaupun tidak berarti harus terpisah
dari anak-anak biasa. Perbedaan kualitatif perlu karena anak berbakat memiliki
karakteristik dan kebutuhan suatu permasalahan yang berbeda dari anak-anak pada
umumnya.

G. IDENTIFIKASI ANAK BERBAKAT


1. Konsep identifikasi
Bradwein (1980 dalam Feldhusen dan Baska, 1989) menulis bahwa identifikasi anak
berbakat adalah suatu proses mengenali anak-anak yang memiliki kemampuan motivasi,
konsep diri, dan potensi kreativitas berada jauh di atas rata-rata sehingga harus di
perlukan layanan kurikulum yang berdiferesiansi agar mereka dapat berkembang secara
penuh seperti potensi yang dimiliki. Ada tiga konsep yang terdapat dalam rumusan definisi
tersebut, ialah:
a) Proses mengenali,
Artinya bahwa setelah identifikasi dilakukan maka orang di luar anak itu, baik guru,
orang tua, maupun orang lain dapat mengetahui atau mengenali anak yang memiliki
potensi unggul.
b) Konsep kedua adalah perlunya kurikulum yang berdiferensiasi
Artinya bahwa anak-anak berbakat ini memerlukan layanan pembelajaran yang
berbeda dengan anak-anak yang berkemampuan rata-rata.
c) Konsep ketiga bahwa dengan kurikulum yang berdiferensiasi ini maka potensi anak
unggul akan berkembang secara optimal dalam bentuk kemajuan belajar yang sangat pesat
dan berkualitas yang pada akhirnya secara akumulatif mencapai hasil belajar yang unggul
pula.
Menurut swassing (1985) identifikasi memiliki dua konsep yaitu konsep penyaringan
(screening) dan identifikasi actual (actual identification). produk dari proses penyaringan
adalah pemisahan antara anak-anak yang berbakat dengan yang bukan berbakat. Dan
proses identifikasi actual ialah proses penelitian lebih mendalam lagi tentang karakteristik
dari anak yangt berbakat tersebut.

2. Perlunya identifikasi terhadap anak berbakat.


Identifikasi anak berbakat harus dibedakan antara bakat sebagai potensi yang
mungkin belum terwujud dan bakat yang sudah terwujud dan nyata dalam prestasi yang
unggul.Kita harus menghargai potensi atau bibit unggul dan dikembangkan menjadi
prestasi yang luar biasa.Potensi anak berbakat merupakan sumber daya manusia yang
berkualitas. Hal ini berarti bahwa anak berbakat yang “ underachiever” ( yaitu yang belum
berprestasi sesuai dengan potensinya yang unggul)juga diidentifikasi sebagai anak
berbakat. Selain itu anak berbakat memerlukan pelayanan dan program pendidikan khusus
sesuai dengan potensi, minat dan kemampuannya: hal ini sesuai dengan UU No. 2 pasal 24
Ayat (1). Mengidentifikasi anak berbakat yang berumur 6 tahun yaitu :
a. Anak ini lebih cepat dan lancar berbicara dibandingkan anak-anak di usianya.
b. Memiliki daya tangkap yang tinggi
c. Rasa ingin tahunya tinggi
d. Kepercayaan diri yang tinggi.
Identifikasi dini terhadap anak yang berbakat perlu di laksanakan baik oleh orang tua,
guru dan orang disekitarnya. Itu merupakan langkah yang strategis karena dengan data
yang bukan hanya sekedar informasi guru nantinya akan dapat melayani kebutuhan anak
yang pada dasarnya memang memiliki kemampuan yang berbeda- beda. Dengan data ini
guru akan dapat mencapai tujuan pembelajaran, melakukan analisis intruksional,
menyusun strategi pembelajaran, memilih media yang akan dipakai, dan merancang
evaluasi yang tepat dengan langkah yang mantap.
Selama ini tujuan pembelajaran disamakan untuk semua anak, padahal mereka dating
kesekolah membawa berbagai perbedaan termasuk perbedaan potensi.Oleh karena itu,
tujuan pembelajaran pun harus berbeda antara anak yang berbakat dengan anak yang
memiliki potensi biasa atau normal. Adapun tujuan pembelajaran anak adalah optimalisasi
potensi unggul menjadi prestasi unggul sehingga pada gilirannya anak berbakat ini akan
dapat memberikan sumbangan yang luar biasa tinggi kualitasnya terhadap masyarakat.
Selain itu, proses pengidentifikasian akan mempermudah konselor untuk segera
melaksanakan langkah-langkah pedagogis yang sifatnya operasional. Langkah-langkah itu
adalah:
1. Konselor dapat mengadakan koordinasi dengan ahli lain untuk meneruskan
mengumpulkan data sehingga hasil identifikasi nanti akan dapat lebih konfrehensif.
2. Mengemas pembelajaran agar sesuai dengan keberbakatan anak.

3. Prosedur Identifikasi Anak Berbakat Dengan Tes


Prosedur yang digunakan dalam proses identifikasi bersifat nondiskriminatif
dikaitkan dengan ras, latar belakang ekonomik, suku, dan kondisi kecacatan. Dalam rangka
identifikasi ABA, ada dua langkah penting, yaitu penjaringan (screening) dan assessmen.
A. Penjaringan (Screening)
· Nominasi guru
Observasi guru memungkinkan evaluasi perkembangan sepanjang waktu. Guru dapat
mempertimbangkan cara siswa memecahkan masalah, seperti juga mempertimbangkan
jawabannya. Guru-guru dapat juga melihat bagaimana siswa menggunakan waktunya, dan
bagaimana beberapa indikator keberbakatan yang telah dikutip untuk diterapkannya. Juga,
meminta siswa menjawab siapa yang paling pintar dan paling membantu di antara mereka
dapat membantu guru dalam melakukan identifkasi.
· Nominasi orangtua
Orangtua dapat memungkinkan pemberian rekomendasi berdasarkan pengamatannya
yang lama terhadap bakat yang dimiliki anak. Berkaitan dengan itu, orangtua dapat
memperhatikan tingkat penguasaan anak dalam tugas intelektual dan minat dan
keingintahuan yang bervariasi. Pada kenyataannya, menyuruh orangtua untuk
mempertimbangkan bakat anak adalah suatu cara yang baik untuk melibatkan orangtua
dalam memberikan informasi yang sangat berharga bagi pemahaman anak yang lebih
komprehensif.
· Nominasi teman sebaya (peer nomination)
Penunjukkan teman sebaya dapat memberikan informasi tentang keunggulan anak
berbakat dalam sekolah, baik berkenaan dengan keunggulan bidang akademik maupun
bidang non-akademik, terutama kemampuan anak memecahkan masalah, kemampuan
kepemimpinan, dan sikap kejujuran anak.
· Prestasi akademik anak
Posisi anak pada saat diidentifikasi memiliki nilai informasi yang sangat penting,
terutama berkenaan dengan kedudukan prestasi terakhir siswa, di samping sejarah
prestasi akademiknya, maupun non akademiknya yang sangat terkait dengan keunggulan
anak dalam kinerjanya.
· Portofolio
Kemajuan sepanjang waktu, yang disertai dengan prestasi keseluruhannya, dapat
dinilai oleh pemantau bahan-bahan yang tersimpan dalam portofolionya. Ini
memungkinkan evaluasi dalam berbagai bidang, seperti belajar yang memiliki gaya
tertentu dan penggunaan pengetahuan. Selain itu bahwa portofolio memungkinkan
kegiatan asessmen kreativitas siswa melalui unjuk kinerja dalam berbagai even yang telah
terdokumentasikan. Untuk membantu dalam membakukan evaluasi portofolio, sekolah
dapat mengembangkan suatu daftar kriteria untuk dipertimbangkan, seperti: kompleksitas
penyajian.
· Produk kerja atau Kinerja yang bagus sekali
Selama dalam sejarah kehidupan anak, perlu terus ditelusuri produk-produk karya
siswa berbakat, baik yang dihasilkan secara voluntir maupun hasil lomba, yang dibuktikan
dengan piala atau piagam penghargaan. Karya-karya mereka dapat didokumentasikan
dengan baik, sehingga dapat dijadikan bukti sebagai karya-karya yang berprestasi untuk
melengkapi bukti-bukti lainnya.
· Observasi
Pengamatan terhadap perilaku anak berbakat, baik dalam kelas, maupun di luar kelas,
terutama berkenaan dengan perilaku-perilaku yang menunjukkan kinerja baik sebagai
pribadi maupun anggota kelompok, keluarga, atau masyarakat. Kegiatan ini dapat
dilakukan oleh konselor atau wali kelas yang memang bertanggung jawab dalam
mendampingi kehidupan anak di sekolah
· Mereviu catatan siswa
Siswa biasanya memiliki catatan pribadi. Melalui cara ini, dapat dilihat bagaimana
catatan pribadi siswa tentang kegiatan di luar sekolah, misalnya, keanggotaan dalam suatu
drama club, peran dalam kegiatan keluarga, dan serta peran di masyarakat. Yang juga
sangat penting adala. Bagaimana dengan konsistensi prestasi di sekolah.
· Tes kelompok (group test).
Tes kelompok ini dilakukan untuk menambah informasi tentang anak, baik
berkenaan dengan informasi inteligensi maupun bakat skolastik dan prestasi belajarnya.
Untuk itu perlu dilakukan tes inteligensi, tes bakat skolastik, maupun tes prestasi belajar
.
B. Assesment
Berdasarkan hasil screening, maka selanjutnya dilakukan assessmen baik terkait
dengan kemampuan kecerdasan umum, bakat skolastik dan bakat lainnya, maupun tingkat
kreativitas dan komitmen akan tugas. Untuk melakukan assessmen tersebut, digunakan tes
dan instrumen terstandar, di antaranya digunakan tes inteligensi, tes bakat skolastik, tes
bakat, tes kreativitas, dan inventory komitmen akan tugas. Sebagian besar tes tersebut
lebih bersifat individual.

4. Prosedur Identifikasi Anak Berbakat Dengan Tes


Pendekatan non tes adalah identifikasi melalui studi kasus, yaitu memperoleh
sebanyak mungkin keterangan tentang anak yang diperkirakan berbakat dari sumber-
sumber yang berbeda, misalnya dari guru, orang tua, teman sebaya atau dari anak itu
sendiri. Dan bisa juga dari angggota masyarakat yang mengenal baik anak tersebut. Jadi
disini tidak perlu memakai alat-alat tes, tetapi misalnya dengan menggunakan suatu daftar
pertanyaan kuesioner.
Prosedur mana yang akan digunakan tidak dapat dilihat lepas dari suatu
pertimbangan pelaksanaannya, sejauh mana mudah digunakan serta pertimbangan dari
segi ekonomis dan efisiensi. Dengan penunjukan oleh guru tidak diperlukan tenaga ahli
khusus. Jadi guru di anggap sebagai tokoh yang tepat untuk mengidentifikasi murid
berbakat, karena ia yang paling mengenal kemampuan murid-muridnya.
Jadi kesimpulannya bahwa banyak sekali metode atau cara yang dapat dipakai
untuk mengidentifikasi anak berbakat, bahwa prosedurnya bervariasi dari yang sangat
sederhana sampai dengan yang sangat rumit. Yang mana dipilih tergantung dari kebijakan
setempat, maupun dari fasilitas-fasilitas yang tersedia.
Bagaimanapun setiap metode dan prosedur bertujuan untuk memberi kesempatan
sebaiknya pada anak-anak berbakat untuk dapat mengembangkan potensinya dan
demikian mewujudkan dirinya.

H. KEBUTUHAN PENDIDIKAN ANAK ANAK BERBAKAT


Keanekaragaman yang ditemui diantara anak-anak termasuk anak berbakat
mencerminkan jenis dan jumlah adaptasi yang perlu diadakan sekolah untuk memenuhi
kebutuhan khusus mereka. Kebutuhan pendidikan anak berbakat dapat ditinjau dari 2
kepentingan berikut.
1. Kebutuhan Pendidikan dari Segi Anak Berbakat itu Sendiri
Oleh karena potensi yang dimiliki anak berbakat sedemikian hebatnya jika
dibandingkan dengan anak biasa maka untuk mengembangkan potensinya mereka
membutuhkan hal-hal berikut ini.
a) Anak berbakat membutuhkan peluang untuk mencapai aktualisasi potensinya melalui
penggunaan fungsi otak yang efektif dan efisien. Mereka tetap membutuhkan
pengembangan fungsi otaknya walaupun telah memiliki otak yang hebat. Apalagi
penggunaan kapasitas otak itu hanya 5% dari fungsi keseluruhannya (Conny Semiawan,
1995). Melalui pendidikan terjadi interaksi antara potensi bawaan individu dengan
lingkungannya.
b) Membutuhkan peluang untuk dapat berinteraksi dengan anak-anak lainnya sehingga
mereka tidak menjadi manusia yang memiliki superioritas intelektual saja tetapi
merupakan manusia yang mempunyai tingkat penyesuaian yang tinggi pula.
c) Membutuhkan peluang untuk mengembangkan kreativitas dan motivasi internal untuk
belajar berprestasi karena usaha pengembangan anak berbakat tidak semata-mata hanya
pada aspek kecerdasan saja.
Dengan memenuhi kebutuhan tersebut diharapkan anak berbakat tidak hanya menjadi
insan yang superior karena gagasan dan pemikirannya yang cemerlang, tetapi ia juga dapat
menjadi manusia harmonis dalam bergaul. Anak berbakat adalah individu yang utuh yang
dalam kesehariannya membutuhkan orang lain.

2. Kebutuhan Pendidikan yang Berkaitan dengan Kepentingan Masyarakat


Kehadiran anak berbakat dengan potensinya yang bermakna sangatlah merugikan
jika potensi yang dimiliki anak tersebut tidak diakomodasi dan didorong untuk
berkembang sehingga dapat berguna dalam pengembangan bangsa dan negara. Oleh
karena itu, pendidikan anak berbakat membutuhkan dukungan dari masyarakat, antara
lain sebagai berikut.
a) Membutuhkan kepedulian dari masyarakat terhadap pengembangan potensi anak
berbakat. Apabila kepedulian ini kurang atau tidak ada maka potensi anak tersebut
menjadi mubazir, maksudnya anak berbakat berada di bawah potensi kemampuannya.
Kepedulian ini digambarkan oleh Moh. Amin (1996) dengan mengatakan bahwa sejak
dahulu Plato telah menyerukan agar anak-anak berbakat dididik secara khusus karena
mereka ini diharapkan akan menjadi pemimpin dalam segala bidang.
b) Membutuhkan pengembangan sumber daya manusia berbakat. Usaha pengembangan
sumber daya manusia berbakat merupakan pengakomodasian serta pengembangan aset
bangsa karena anak-berbakat ini dapat menjadi penopang dan pendorong kemajuan
bangsa karena potensi yang dimilikinya berkembang secara optimal.
c) Anak berbakat membutuhkan keserasian antara kemampuannya dengan pengalaman
belajar. Oleh karena itu, pendidikan perlu mewujudkan lingkungan yang kaya pengalaman
sehingga dapat memenuhi perkembangan anak berbakat. Anak-anak berbakat memiliki
perspektif masa depan yang jauh berbeda dengan orang lain.
d) Membutuhkan usaha untuk mewujudkan kemampuan anak berbakat secara nyata (rill)
melalui latihan yang sesuai dengan segi keberbakatan anak berbakat itu sendiri.

I. LAYANAN PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT


Beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam memberi layanan kepada anak
berbakat adalah sebagai berikut.
a. Komponen sebagai Persiapan Penentuan Jenis Layanan
Sebelum menentukan jenis layanan pendidikan bagi anak berbakat, perlu
memperhatikan beberapa hal yang penting, antara lain sebagai berikut.
· Pengidentifikasian anak berbakat
Mengidentifikasi anak berbakat bukanlah hal yang mudah. Oleh karena banyak anak-
anak berbakat di sekolah tidak menampakkan bakat mereka dan tidak dipupuk. Banyak
diantara mereka berasal dari golongan ekonomi rendah, mengalami masalah emosional
yang menyamarkan kemampuan intelektualnya atau subkultur yang menekan kemampuan
bicara. Langkah pertama dalam pengenalan anak berbakat adalah menentukan alasan atau
sebab untuk mencari mereka. Jika kita memilih kelompok matematika maka pendekatan
akan berlainan kalau kita mencari siswa yang mempunyai keterampilan menulis kreatif
atau untuk kemampuan seni pementasan, kepemimpinan, dan lain-lain.
Alat-alat yang digunakan dalam identifikasi berfokus pada beberapa hal, seperti yang
dikemukakan oleh Kirk (1986), yaitu kelancaran (kemampuan untuk memberikan jawaban
bagi pertanyaan yang diberikan), kelenturan (kemampuan untuk memberikan berbagai
macam jawaban atau beralih dari satu macam respons ke respons yang lain), dan
kemurnian (kemampuan untuk memberikan respons yang unik dan layak). Namun, hal-hal
yang ditemukan oleh guru, orang tua, perlu dicek dengan tes standar dan pengukuran
kemampuan objektif lainnya oleh para ahli dalam bidang tersebut.
Selanjutnya Renzulli, dkk., seperti dikutip Conny Semiawan (1995) mengemukakan
bahwa identifikasi anak berbakat harus mewakili kawasan-kawasan kemampuan
intelektual umum, komitmen terhadap tugas, dan kreativitas. Menurutnya kinerja
seseorang secara khusus dipengaruhi oleh motivasi yang muncul dalam menyelesaikan
tugasnya dan ketiga dimensi itu saling berhubungan. Prosedur identifikasi dengan
sendirinya memperhatikan faktor intelektual dan non intelektual. Pendekatan Renzulli ini
penting karena dapat membedakan anak-anak berbakat dari mereka yang biasa-biasa saja
terutama dilihat dari faktor motivasi dan kreativitas.

· Tujuan umum pendidikan anak berbakat


Tujuan program pendidikan anak berbakat adalah (1) anak-anak berbakat harus
menguasai sistem konseptual yang penting ada pada tingkat kemampuan mereka dalam
berbagai bidang mata pelajaran, (2) anak-anak berbakat harus mengembangkan
keterampilan dan strategi yang memungkinkan mereka menjadi mandiri, kreatif, dan
memenuhi kebutuhan dirinya, dan (3) anak-anak berbakat harus mengembangkan suatu
kesenangan dan kegairahan tentang belajar yang akan membawa mereka melalui kerja
keras dan kerutinan yang merupakan bagian proses yang tidak dapat dihindarkan (Samuel
A. Kirk, 1986).
· Kebutuhan pendidikan anak berbakat baik itu kepentingan individu anak berbakat itu
sendiri maupun untuk kepentingan masyarakat. Dari analisis komponen-komponen
tersebut diciptakan jenis layanan pendidikan yang merupakan alternatif dalam
implementasi pendidikannya.

b. Komponen sebagai Alternatif Implementasi Jenis Layanan


Berikut ini akan dikemukakan hal-hal yang berkaitan dengan implementasi layanan
pendidikan anak berbakat.
· Ciri Khas Layanan yang sesuai dengan Kebutuhan Anak Berbakat
1) Adaptasi lingkungan belajar
Ada beberapa alasan dalam mengadaptasi lingkungan belajar, yaitu (a) untuk memberi
kesempatan anak berbakat dalam berinteraksi dengan teman yang seusia, (b) untuk
memudahkan guru dalam mengajar karena berkurangnya keanekaragaman siswa, dan (c)
untuk menempatkan siswa berbakat dengan pengajar yang yang mempunyai keahlian
khusus dalam menangani anak berbakat. Sehubungan dengan adaptasi lingkungan belajar
ini Gallagher, dkk. (1983) mengemukakan ada beberapa cara sebagai berikut.
a) Kelas pengayaan, guru kelas melaksanakan suatu program tanpa bantuan petugas dari
luar.
b) Guru konsultan, pelaksanaan program pengajaran dalam kelas biasa dengan bantuan
konsultan khusus yang terlatih.
c) Ruangan sumber belajar, siswa berbakat meninggalkan ruang kelas biasa ke ruangan
sumber untuk menerima pengajaran dari guru yang terlatih.
d) Studi mandiri, siswa memilih proyek-proyek dan mengerjakannya di bawah pengawasan
seorang guru yang berwewenang.
e) Kelas khusus, siswa berbakat dikelompokkan bersama-sama disekolah dan diajar oleh
guru yang dilatih khusus.
f) Sekolah khusus, siswa berbakat menerima pengajaran disekolah khusus dengan staf guru
yang dilatih secara khusus.
Selanjutnya, Utami Munandar (1996) mengemukakan bahwa alternative lingkungan
belajar/tempat belajar anak berbakat dapat berupa sekolah unggulan yang dapat
menampung anak-anak berprestasi tinggi dari daerah sekitarnya. Disekolah unggulan itu
mereka dihadapkan dengan program yang memungkinkan akselerasi dan pengayaaan.

2) Adaptasi Program
Adaptasi program dilakukan dalam beberapa cara, diantaranya sebagai berikut.
a) Melalui percepatan/akselerasi siswa
Stanley (1979) mengemukakan beberapa cara percepatan, yaitu:
(1) pemasukan ke sekolah pada usia dini, anak yang memperlihatkan kematangan sosial dan
intelektual diperbolehkan memasuki Taman Kanak-kanak pada usia lebih muda dari anak
pada umumnya;
(2) pelompatan tingkat/kelas, anak dengan cepat naik kelas pada kelas/tingkat berikutnya
walaupun belum saatnya kenaikan kelas.
(3) percepatan materi, anak mengikuti materi standar dengan waktu yang lebih
singkat, misalnya belajar di Sekolah Menengah Pertama hanya dua tahun;
(4) penempatan yang maju, siswa mengambil pelajaran di Perguruan Tinggi sementara ia
masih di Sekolah Menengah Atas;
(5) pemasukan ke Perguruan Tinggi yang lebih awal, seorang siswa yang sangat maju bisa
masuk Perguruan Tinggi dalam usia 13, 14 atau 15 tahun.

b) Melalui pengayaan
Pengayaan isi (mata pelajaran) memberi kesempatan pada siswa untuk mempelajari
materi secara luas, seperti menggunakan ilustrasi khusus, membuat contoh-contoh,
memperkaya pandangan, dan menemukan sesuatu.
c) Pencanggihan materi pelajaran
Materi pelajaran harus menantang anak berbakat untuk menggunakan pemikiran yang
tinggi agar mengerti ide, dan memiliki abstraksi yang tinggi. Materi pencanggihan ini tidak
terdapat dalam kurikulum/program pendidikan biasa.
d) Pembaruan
Pembaruan isi pelajaran adalah pengenalan materi yang biasanya tak akan muncul
dalam kurikulum umum karena keterbatasan waktu atau abstraknya sifat isi pelajaran.
Tujuan pembaruan ini ialah untuk membantu anak-anak berbakat menguasai ide-
ide yang penting. Jenis pembaruan materi pelajaran, misalnya guru mengajak siswa untuk
memikirkan konsekuensi kemajuan teknologi (AC, komputer, TV, dan lain-lain).
e) Modifikasi kurikulum sebagai alternatif
(1) Kurikulum plus
Herry Widyastono (1996) mengemukakan bahwa kurikulum plus dikembangkan dari
kurikulum umum (nasional) yang diperluas dan diperdalam (pengayaan horizontal dan
vertikal), agar siswa mampu memanifestasikan (mewujudkan) potensi proses berpikir
tingkat tinggi (analisis, sintesis, evaluasi, dan pemecahan masalah) yang dimiliki, tidak
sekadar proses berpikir tingkat rendah (ingatan/pengetahuan, pemahaman, dan
penerapan), seperti anak pada umumnya yang sebaya dengannya.
(2) Kurikulum berdiferensiasi
Conny Semiawan (1995) mengemukakan bahwa kurikulum berdiferensiasi dirancang
dengan mengacu pada penanjakan kehidupan mental melalui berbagai program yang akan
menumbuhkan kreativitas serta mencakup berbagai pengalaman belajar intelektual tingkat
tinggi. Kurikulum ini tidak memerlukan sekolah khusus anak berbakat. Dalam model ini,
anak berbakat yang menonjol dalam bidang tertentu bisa memperoleh materi yang lebih
banyak sehingga bakatnya menonjol. Dalam pengayaan, bukan materi dan jam
pelajarannya yang ditambah secara kuantitatif tetapi yang paling penting adalah suatu
desain yang secara kualitatif berbeda dengan anak normal.
Kurikulum ini memungkinkan guru untuk mendiferensiasi kurikulum tanpa
mengganggu kelancaran pembelajaran di dalam kelas.

· Strategi Pembelajaran dan Model Layanan


1) Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak berbakat sangat mendorong
anak tersebut untuk berprestasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan
strategi pembelajaran adalah sebagai berikut.
a) Pembelajaran anak berbakat harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas
yang lebih sesuai dengan kemampuannya yang lebih tinggi dari anak normal.
b) Pembelajaran pada anak berbakat tidak saja mengembangkan kecerdasan intelektual
semata, tetapi pengembangan kecerdasan emosional juga patut mendapat perhatian. Utami
Munandar (1996) mengemukakan bahwa kreativitas dan motivasi internal anak berbakat
perlu dikembangkan untuk belajar berprestasi.
c) Pembelajaran anak berbakat berorientasi pada modifikasi proses,
isi/content, dan produk. Sehubungan dengan itu, M. Soleh YAI (1996) mengemukakan 3
jenis modifikasi sebagai berikut, modifikasi proses adalah metodologi atau cara guru
mengajar termasuk cara mempresentasikan isi materi kepada siswa yang berorientasi
kepada berpikir tingkat tinggi, banyak pilihan, mengupayakan penemuan, mendukung
penalaran atau argumentasi, kebebasan memilih, interaksi kelompok dan simulasi serta
kecepatan dan variasi proses. Modifikasi isi adalah modifikasi dalam materi pembelajaran
baik berupa ide, konsep, maupun fakta. Pembelajaran dimulai dari hal yang konkret
menuju ke hal yang kompleks, abstrak dan bervariasi. Modifikasi produk atau hasil adalah
produk kurikulum yang tidak dapat dipisahkan dari isi materi dan proses pembelajaran
yang dikembangkan dan merupakan hasil dari proses yang dievaluasi untuk menentukan
efektivitas satu program.

2) Model-model layanan
Model-model layanan yang dimaksud adalah model yang mengarah pada
perkembangan anak berbakat diantaranya layanan perkembangan kognitif, nilai, moral,
kreativitas dan bidang khusus. Berikut ini akan dikemukakan apa dan bagaimana
implementasi dari model-model tersebut (adaptasi dari Conny Semiawan, 1995) :
a) Model layanan kognitif-afektif
Sasaran akhir dari model ini adalah pengembangan bakat. Oleh karena itu, dalam
proses pembelajaran sangat memperhitungkan kreativitas dan sisi kognitif afektif yang
merupakan dinamika dari proses perkembangan bakat tersebut. Metode atau cara dalam
melaksanakan model tersebut, yaitu dengan cara pemberian stimulus langsung pada
belahan otak kanan, dan metode tak langsung dengan menghayati pengalaman belajar atau
percakapan tertentu secara mendalam.

b) Model layanan perkembangan moral


Sasaran model ini adalah tercapainya kemandirian moral atau tanggung jawab moral
yang diperoleh melalui sosialisasi dan individualisasi dalam kaitan manusia sebagai
makhluk individu dan makhluk social. Sebagai makhluk individu ia berhak mencipta,
menyatakan diri secara mandiri, namun sebagai makhluk social ia harus dapat meletakkan
kepentingannya dalam kepentingan masyarakat. Pendidikan moral anak berbakat
seyogyanya harus jauh lebih luas dari yang diperoleh dikelas. Usaha mengimplementasikan
model ini adalah sekolah harus menciptakan suasana dengan mengacu pada kemampuan
berpikir, yang dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip dan kepedulian terhadap yang lain.
Oleh karena itu Vare dalam Khatana 1992 mengusulkan strategi untuk
mengembangkan moral dengan mengadakan diskusi dengan teman sebaya mengenai
dilemma atau klarifikasi nilai, membaca hasil penelitian tentang moral, bermain peran,
simulasi, drama kreatif dan permainan, penelitian kelompok atau kelas mengenai
ketentuan hokum (strategi yurisprudensial) dan diskusi dengan lingkungan masyarakat
tentang isu-isu sekolah.

c) Model perkembangan nilai


Model ini memerhatikan peranan kehidupan afektif (emosional) sehari-hari, seperti
rasa senang, sedih, takut, bangga, malu, rasa bersalah, dan bosan. Perasaan-perasaan ini
membentuk sikap seseorang dan sebaliknya perkembangan nilai erat hubungannya dengan
perkembangan sikap dan merupakan kerangka pembentukan moral seseorang. Oleh
karena itu, strategi pengembangan nilai erat kaitannya dengan strategi perkembangan
moral.

d) Layanan berbagai bidang khusus


Bidang-bidang khusus ini adalah kepemimpinan, seni rupa dan seni pertunjukan.
1) Kepemimpinan
Kepemimpinan menurut Stogdill (1977) adalah kemampuan, hasil belajar, tanggung
jawab, partisipasi, status, dan situasi.
· Kemampuan kepemimpinan terkait dengan inteligensia, kepekaan dan penilaian. Sifat-
sifat ini dapat diamati dalam kegiatan ekstrakurikuler (bagi anak remaja).
· Hasil belajar, terkait dengan pengetahuan, kemajuan
persekolahan atau data authentic. Hal ini dapat dilatih dibangku sekolah melalui berb
agai pengalaman belajar dan dapat dilihat dari kinerja pesertanya.
· Tanggung jawab, terkait dengan prakarsa, percaya diri dan keinginan melebihi teman-
temannya. Ini dapat dilatih melalui tugas kelompok, dan tugas konstruksi tertentu yang
dapat menampilkan keinginan untuk melebihi, dan mudah dapat diciptakan.
· Partisipasi, menunjuk pada keaktifan, keluwesan, bergaul, kerja sama, kemampuan
menyesuaikan diri dan humor. Kemampuan itu dapat dilatihkan melalui berbagai
permainan, seperti penugasan membuat karangan tentang diri sendiri yang dapat
menampilkan sifat kepemimpinan tersebut.
· Status, terkait dengan potensi sosial ekonomis dan popularitas. Hal ini dapat diamati
dalam pergaulan sehari-hari.
· Situasi, terkait dengan tingkat mental, keterampilan, kebutuhan, dan interest. Biasanya
informasi tentang kualitas situasi ini diperoleh melalui analisis sosiometrik.

2) Kelompok seni dan pertunjukan


Seni rupa dan pertunjukan adalah sifat-sifat pribadi khusus dan produktivitas.
Pendekatan biasanya dilakukan melalui pengamatan dan layanan bersifat khusus melalui
kinerja atau pertunjukan. Layanan perilaku musik dapat diadakan dengan menyelesaikan
melodi musik menurut fantasinya sendiri, meniru langsung tanpa tanda baca not balok di
alat music tertentu, latihan irama, mengingat lagu atau melodi tertentu tersebut.

· Layanan perkembangan kreativitas


Pengembangan kreativitas terdiri dari beberapa tingkat, seperti berikut.
1) Tingkat kreativitas pertama, ditandai oleh fleksibilitas, originalitas, serta keterbukaan
terhadap masalah yang disertai keberanian mengambil risiko. Latihannya adalah berilah
secarik kertas kepada anak dengan pertanyaan “siapa anda”. Tugasilah anak menulis
Sembilan jawaban tentang dirinya yang tidak boleh dilihat oleh temannya. Suruhlah
mereka periksa secara cermat. Barangkali ada jawaban yang ingin diubahnya karena
dirasakannya tidak sesuai dengan dirinya. Setelah selesai bagilah murid menjadi 5 atau 8
orang per kelompok dan suruhlah mereka saling membicarakan jawabannya. Tujuannya
adalah untuk saling menghayati keunikan dirinya. Selanjutnya dapat diberi pertanyaan
secara terbuka.
2) Tingkat kreativitas kedua, ditandai oleh adanya pemetaan masalah dengan mencari
pemecahan masalah secara teratur (organized). Misalnya, “lima hari sekolah” dapat
dipetakan dalam kelompok masalah dan bagaimana perlakukan subjek terhadap masalah
tersebut. Kemudian, guru dapat memberikan beberapa pertanyaan yang menuntut
pemikiran evaluative atau aneh seperti persamaan dan perbedaan raksasa dan orang
kerdil.
3) Tingkat kreativitas ketiga, dengan mengadakan perumusan masalah berdasarkan
asumsi tertentu, seperti mencari berbagai informasi tentang hal tertentu, analisis desain
yang sistemik serta meramalkan sesuatu (hipotesis), membutuhkan kebenaran suatu
ramalan, dan membuat projek mandiri tentang topic tersebut. Selanjutnya, dapat dibuka
berbagai pusat kegiatan, misalnya pusat sains dan pusat pengembangan pengabdian pada
masyarakat.

· Stimulasi imajinasi dan proses inkubasi


Hal lain yang perlu dilakukan adalah mengembangkan stimulasi imajinasi kreatif dan
proses inkubasi.
1) Stimulasi imajinasi kreatif adalah proses mental manusiawi yang menjadikan semua
kekuatan motif berprestasi untuk menstimulasi dan member energy pada tindakan kreatif.
Hal ini dapat dilakukan dengan mengembangkan fungsi otak kiri dan factor khusus, seperti
kualitas suasana rumah, pola asuh ibu-anak atau bapak-anak, komunikasi antar keluarga
sehingga terjadi interaksi anak dengan lingkungannya.
2) Proses inkubasi adalah tahap berpikir kreatif dan pengatasan masalah (problem solving)
dimana fungs mental yang tadinya digerakkan oleh persiapan yang direncanakan secara
intensif sehingga tercapai pemahaman yang mengarah pada pemecahan masalah.

· Desain pembelajaran
Sebagaimana kita ketahui bahwa anak berbakat terus-menerus
memerlukan stimulus untuk mencapai perkembangan yang optimal.Oleh karena itu, kita
perlu merencanakan desain pembelajaran yang khusus. Renzulli mengemukakan bahwa
langkah-langkah penting untuk diperhatikan dalam mendesain pembelajaran adalah
sebagai berikut : seleksi dan latihan guru, pengembangan kurikulum untuk memenuhi
kebutuhan belajar dalam segi akademik maupun seni, prosedur identifikasi jamak,
pematokan saasaran program, orientasi kerja sama antar personel, rencana evaluasi, dan
peningkatan administratif.
Hal-hal tersebut dapat dikelompokkan menjadi karakteristik dan kebutuhan belajar
anak, persiapan tenaga guru, pengembangan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan
anak, adanya kerjasama antarpersonel, pola administrasi, dan rencana evaluasi yang
digunakan.
Selanjutnya dalam menentukan alternatif pembelajaran M. Soleh (1996)
mengemukakan bahwa ada pilihan khusus, seperti (1) mengemas materi bidang studi
tertentu agar sesuai dengan kebutuhan belajar anak berbakat, kemudian berangsur-angsur
ke bidang studi lain, (2) melatih teknik mengajar tertentu kepada guru bidang studi seperti
teknik pembelajaran pengembangan kreativitas, dan (3) mencobakan beberapa model
pembelajaran di sekolah atau daerah tertentu dan jika diperoleh hasil yang baik, kemudian
menyebarluaskannya ke sekolah lain.

· Evaluasi
Proses evaluasi pada anak berbakat tidak berbeda dengan anakpada umumnya,
namun karena kurikulum atau program pelajaran anak berbakat dalam cakupan dan
tujuannya maka dibutuhkan penerapan evaluasi yang sesuai dengan keadaan tersebut.
Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar anak berbakat.
Sehubungan dengan hal itu Conny Semiawan (1987, 1992) mengemukakan bahwa
instrumen dan prosedur yang digunakan mengacu pada ketuntasan belajar adalah
pengejawantahan dari kekhususan layanan pendidikan anak berbakat, hasil umpan balik
untuk keperluan tertentu, pemantulan tingkat kemantapan penguasaan suatu materi
sesuai dengan sifat, keterampilan, dan kemampuan maupun kecepatan belajar seseorang.
Model pengukuran seperti tersebut di atas adalah pengukuran acuan kriteria (criterion-
reference). Sebaliknya ada pengukuran acuan norma yang membandingkan keberbakatan
seseorang dengan temannya. Kedua cara tersebut tidak selalu menunjuk hasil akhir yang
diinginkan, melainkan merupakan petunjuk bidang mana yang sudah dikuasai individu
sehingga memberikan keterangan mengenai taraf kemampuan yang dicapai tanpa
tergantung pada kinerja temannya. Penting untuk diperhatikan bahwa sebaiknya disertai
dengan saran mengenai model evaluasi yang perlu diterapkan, apakah tes atau nontes.

J. PERSENTASE ANAK DENGAN CERDAS ISTIMEWA/BERBAKAT ISTIMEWA DI


INDONESIA

Diperkirakan terdapat sekitar 2,2% anak usia sekolah memiliki kualifikasi Cerdas
Istimewa/Berbakat Istimewa. Artinya terdapat sekitar 1.059.796 anak Cerdas
Istimewa/Berbakat Istimewa di Indonesia. Berdasarkan data Asossiasi Cerdas
Istimewa/Berbakat Istimewa tahun 2008/9, Jumlah siswa Cerdas Istimewa/Berbakat
Istimewa yang sudah terlayani di sekolah akselerasi masih sangat kecil, yaitu 9551 orang
yang berarti baru 0,9% siswa Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa yang terlayani. Ditinjau
dari segi kelembagaan, dari 260.471 sekolah, baru 311 sekolah yang memiliki program
layanan bagi anak Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa. Itupun baru terbatas program
yang berbentuk akselerasi. Sedangkan di madrasah, dari 42.756 madrasah, baru ada 7
madrasah yang menyelenggarakan program aksel. Ini berarti masih sangat rendah sekali
jumlah sekolah/madrasah yang memberikan layanan pendidikan kepada siswa Cerdas
Istimewa/Berbakat Istimewa, serta keterbatasan dari ragam pelayanan.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Anak berbakat adalah anak yang diidentifikasi oleh orang-orang yang berkualifikasi
profesional sebagai anak yang memiliki kemampuan luar biasa. Mereka menghendaki
program pendidikan yang sesuai atau layanan melebihi sebagaimana diberikan secara
normal oleh program sekolah regular, sehingga dapat merealisasikan kontribusi secara
bermakna bagi diri dan masyarakatnya. Karakteristik anak berbakat, diantaranya
menunjukkan kemampuan di atas rata-rata, terutama di bidang kemampuan umum,
kemampuan khusus, dan menunjukkan komitmen yang terhadap tugas, serta menunjukkan
kreativitas yang tinggi
Anak yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok, seperti dikemukakan oleh Sutratinah Tirtonegoro (1984; 29) yaitu; Superior,
Gifted dan Genius. Faktor yang mempengaruhi anak berbakat meliputi hereditas, yaitu
faktor yang diwariskan dari orang tua dan lingkungan yang ditinjau dari segi keluarga,
sekolah dan masyarakat. Perkembangan anak berbakat meliputi perkembangan fisik,
perkembangan kognitif, perkembangan emosi, dan perkembangan social.
Anak keberbakatan mengandung atau memunculkan masalah bagi : individu sendiri,
keluarga, masyarakat, dan penyelenggara pendidikan. Identifikasi anak berbakat perlu
dilakukan sejak dini. Prosedur yang digunakan dalam proses identifikasi bersifat
nondiskriminatif dikaitkan dengan ras, latar belakang ekonomik, suku, dan kondisi
kecacatan. Dalam rangka identifikasi ABA, ada dua langkah penting, yaitu penjaringan
(screening) dan assessmen. Penjaringan (Screening) meliputi nominasi guru, nominasi
orangtua, nominasi teman sebaya (peer nomination), prestasi akademik anak, portofolio,
produk kerja atau kinerja siswa, observasi, mereviu catatan siswa, dan tes kelompok
(group test). Sedangkan untuk melakukan assessmen, digunakan tes dan instrumen
terstandar, di antaranya digunakan tes inteligensi, tes bakat skolastik, tes bakat, tes
kreativitas, dan inventory komitmen akan tugas.
Berikut ini akan dikemukakan hal-hal yang berkaitan dengan implementasi layanan
pendidikan anak berbakat yaitu ciri khas layanan yang sesuai dengan kebutuhan anak
berbakat yang meliputi adaptasi lingkungan belajar, adaptasi program, kurikulum
berdiferensiasi. Kita juga perlu memperhatikan strategi pembelajaran dan model layanan,
stimulasi imajinasi dan proses inkubasi, desain pembelajaran, serta evaluasi. Diperkirakan
terdapat sekitar 2,2% anak usia sekolah memiliki kualifikasi Cerdas Istimewa/Berbakat
Istimewa. Artinya terdapat sekitar 1.059.796 anak Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa di
Indonesia

B. SARAN
Agar anak-anak berbakat dapat mengembangkan potensinya secara maksimal,
hendaknya guru-guru di Sekolah Dasar memahami ciri-ciri dan karanteristik anak berbakat
dalam belajar, selanjutnya diharapkan para guru selalu memperhatikan murid-muridnya
pada saat belajar. Jika guru menemukan anak dan memiliki ciri-ciri seperti anak berbakat,
maka guru harus melakukan identifikasi secara dini, sehingga peserta didiknya dapat
ditangani lebih dini lagi dan potensi yang dimiliki anak bisa berkembang secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Semiawan, Conny. 1994. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: Departemen Pendidikan
Dan Kebudayaan.
Tirtonegoro, Sutratinah. 1984. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta: PT. Bina
aksara.
Munandar, Utami. 1982. Pemanduan Anak Berbakat. Jakarta: CV Rajawali.
Sholeh, Moch., Ichrom. 1996. Identifikasi dan Pendidikan Dini Anak Berbakat. Jakarta: Ditjen Dikti-
PPTA.
Wardani, dkk. 2008. Materi Pokok Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka.

You might also like