You are on page 1of 11

ISOMERISASI α-PINENA MINYAK TERPENTIN DENGAN KATALIS

TCA/ZEOLIT ALAM MENGGUNAKAN MICROWAVE

Desi Purnama Sari, Nanik Wijayati, dan Sri Mursiti


Jurusan Kimia, FMIPA Univeristas Negeri Semarang
Gedung D6 Kampus Sekaran Gunungpati Telp. (024)8508112 Semarang 50229

Abstrak
Usaha untuk meningkatkan nilai ekonomis minyak terpentin adalah
dengan melakukan transformasi α-pinena menjadi derivatnya melalui reaksi
isomerisasi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh daya
microwave dan waktu reaksi terhadap hasil reaksi dan bagaimana kondisi terbaik
yang terjadi. Karakterisasi katalis TCA/Zeolit Alam dan H-Zeolit Alam meliputi
analisis kristalinitas dengan X-Ray Diffraction (XRD) dan uji keasaman dengan
metode gravimetri. Reaksi dilakukan dengan variasi daya microwave 320, 480,
640, dan 800 watt dan variasi waktu reaksi 15, 30, 45, 60, dan 90 menit. Dari hasil
penelitian diperoleh hasil isomer berupa kamfena, 3-karena, α-terpinena,
limonena, p-simena, γ-terpinena, dan terpinolen. Daya microwave yang digunakan
berpengaruh pada peningkatan konsentrasi senyawa isomer yang dihasilkan,
sedangkan waktu reaksi berpengaruh terhadap peningkatan koversi α-pinena
menjadi senyawa isomernya. Kondisi terbaik terjadi pada daya microwave 640
watt dan waktu reaksi 90 menit menggunakan katalis TCA/Zeolit Alam dengan
konversi α-pinena sebesar 98,99 % dan selektivitas kamfena sebesar 16,90 %.

Kata kunci : α-pinena, reaksi isomerisasi, microwave

Abstract

Conducting transformation of α-pinene to its derivation through


isomerization reaction is the effort of increasing turpentine oil economically. The
primary purpose of this study was to know the preparation and characterization of
TCA/Natural Zeolite and H- Natural Zeolite catalyst on the isomerization reaction
as well as the best condition occurred in the reaction. The characteristic of
catalysts consisted of the crystallinity analysis through X-Ray Diffraction (XRD)
and similarity test through gravimetric method. The reaction was conducted by the
varying energy of microwave that was 320, 480, 640, and 800 watts and the time
was 15, 30, 45, 60, and 90 minutes. The compounds of the reaction were
examined by IR, GC, GC-MS. The result of the study gained the isomer result
such as kamfena, 3-karena, α-terpinena, limonena, p-simena, y-terpinena, and
terpinolen. Moreover, the energy of the microwave used influenced to the
increasing concentration of isomer compound produced. Whereas the reaction
time influenced by the increasing of conversion α-pinene to its isomeric
compound. The best condition found the energy of the microwave and the time
were 640 watts and 90 minutes reaction representatively using TCA/Natural
Zeolite catalyst. It also found the conversion α-pinene of 98.99% and selectivity
kamfena of 16.90%.

Keywords: α-pinene, isomerization reaction, microwave

Pendahuluan
Pinus Merkusii merupakan sumber penghasil getah pinus yang digunakan
untuk memproduksi gondorukem dan minyak terpentin. Minyak terpentin
Indonesia mengandung 65-85 % α-pinena, kurang 1 % kamfena, 1-3 % β-pinena,
10-18 % 3-karena, dan 1-3 % limonena (Utami et al., 2011). Senyawa α-pinena
merupakan komponen utama dari minyak terpentin. Sintesis beberapa senyawa
berbahan dasar α-pinena menghasilkan terpineol, kamfer, bornil klorida, dan
kamfena dalam skala industri memiliki harga jual yang tinggi (Masruri et al.,
2014). Senyawa α-pinena dapat diubah secara kimia menjadi bahan dasar untuk
pembuatan senyawa yang lebih berguna melalui reaksi adisi, reaksi hidrasi, dan
reaksi isomerisasi (Jozef- Zsolt, 2011).
Handayani et al. (2015) mengemukakan isomerisasi α-pinena dapat
menghasilkan senyawa bisiklik, monosiklik, atau produk lainnya. Produk bisiklik
seperti kamfena dan trisiklena, sedangkan produk monosiklik seperti limonena,
p-simena, dan terpinolena. Hasil intermediet dari isomerisasi α-pinena ini
digunakan sebagai bahan pewangi, kosmetik, makanan, farmasi, perasa, dan
pelarut (Wang et al., 2010).
Pada reaksi kimia, katalis homogen tidak dapat digunakan kembali karena tidak
stabil, selain itu proses pemisahan katalis dari produknya banyak mengalami
kendala karena keduanya berada dalam satu fase. Avila et al. (2010) menyatakan
bahwa penggunaan katalis homogen mengakibatkan penguraian terhadap produk
reaksi karena katalis homogen tersebut ikut berperan dalam reaksi. Katalis
heterogen dapat digunakan sebagai alternatif dengan peluang positif terkait
peningkatan hasil dan selektivitas proses yakni melalui reaksi isomerisasi α -
pinena (Reddy et al., 2005).
Reaksi kimia menggunakan pemanasan dengan gelombang mikro seperti
microwave sudah dilakukan. Metode pemanasan dengan gelombang mikro ini
memiliki banyak keunggulan, seperti waktu reaksi lebih cepat, produk lebih
bersih, selektivitas lebih tinggi, dan hasil yang lebih baik. Hal ini menjadi
alternatif utama untuk memperoleh hasil sintesis dari berbagai senyawa organik
yang lebih efisien, dengan operasional yang sederhana dan kondisi reaksi yang
ringan (Bhuiyan et al., 2011).
Pada penelitian ini diterapkan penggunaan katalis heterogen berupa
TCA/Zeolit Alam dan H-Zeolit Alam terhadap isomerisasi α –pinena dan
dipelajari pengaruh daya microwave dan waktu reaksinya.

Metode
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain seperangkat alat
gelas (pyrex), cawan porselen, spatula, oven, kertas saring, microwave, sentrifuge,
mortar, alu, hot plate, termometer, magnetic stirer, ayakan 100 mesh, desikator,
GC Agilent 6890 Series, XRD Shimadzu XRD-6000, FTIR Shimadzu 8201 PC,
dan GC-MS Perkin Elmer. Bahan yang digunakan antara lain minyak terpentin
yang berasal dari Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, Zeolit alam yang berasal
dari Malang Jawa Timur, aquadest, aquademin, larutan HF 1 % (E-merck), larutan
HCl 6 M (E-merck), larutan AgNO3 1 % (E-merck), serbuk TCA 35 % (E-merck),
serbuk Na2SO4 anhidrat (E-merck), larutan NH4Cl 1N (E-merck), dan larutan
amoniak (E-merck).
Proses preparasi katalis dimulai dengan zeolit alam dihaluskan dan diayak
dengan ukuran 100 mesh, kemudian direndam dalam aquades pada temperatur
kamar (27 oC) selama 1x24 jam, disaring dan dikeringkan dalam oven pada
temperatur 120 oC selama 2 jam. Zeolit alam kering kemudian diaktivasi
menggunakan metode Handayani et al. (2015) dengan direndam dalam larutan HF
1% selama 30 menit, dicuci dengan akuademin, kemudian dikeringkan dalam
oven pada temperatur 120 oC selama 1 jam, lalu dihaluskan kembali dengan
ukuran 100 mesh. Zeolit alam yang telah direndam larutan HF, selanjutnya
direndam dengan larutan HCl 6 M selama 30 menit sambil diaduk. Zeolit alam
hasil rendaman larutan HCl dicuci dengan akuademin sampai ion Cl- hilang (diuji
dengan larutan AgNO3). Zeolit alam bebas ion Cl- dikeringkan dalam oven pada
temperatur 120 oC selama 1 jam dan dihaluskan kembali. Zeolit alam teraktivasi
asam direndam dengan larutan NH4Cl 1 N selama 3 jam pada temperatur 90oC,
kemudian dicuci dengan akuademin sampai ion Cl- hilang (diuji dengan larutan
AgNO3 1 %), lalu dikeringkan dalam oven pada temperatur 120 oC selama 3 jam,
dan dihaluskan kembali dengan ukuran 100 mesh. Zeolit alam yang telah
diaktivasi, dikalsinasi pada temperatur 500 oC selama 4 jam dalam tanur kalsinasi.
Selanjutnya zeolit alam diimpreg dengan asam trikloroasetat dengan konsentrasi
35 % dilanjutkan kalsinasi kembali pada temperatur 500 oC selama 4 jam,
kemudian katalis dianalisis dengan X-Ray Diffraction (XRD) dan uji keasaman
dengan metode gravimetri.
Reaksi isomerisasi α –pinena menggunakan minyak terpentin sebagai bahan
dasar. Minyak terpentin sebelum digunakan ditambah serbuk Na2SO4 anhidrat dan
disaring kemudian dianalisis dengan FTIR dan GC. Reaksi isomerisasi α –pinena
dilakukan dengan minyak terpentin sebanyak 10 mL dan 1 g katalis TCA/Zeolit
Alam dimasukkan kedalam erlenmeyer. Campuran direaksikan dengan
menggunakan microwave pada daya 320 Watt selama 15 menit, 30 menit, 45
menit, 60 menit, dan 90 menit. Campuran dipisahkan dengan disentrifugasi
selama 15 menit untuk memisahkan katalis dan hasil reaksi, kemudian disaring
dan hasil reaksi dianalisis menggunakan GC dan FTIR. Reaksi isomerisasi
diulangi dengan variasi daya microwave (480 watt, 640 watt, dan 800 watt), jenis
katalis (H-Zeolit Alam), dan waktu reaksi (15 menit, 30 menit, 45 menit, 60
menit, dan 90 menit).

Hasil dan Pembahasan


Zeolit alam yang digunakan pada penelitian ini berasal dari Malang. Zeolit
alam terlebih dahulu dihancurkan, dihaluskan, dan diayak dengan ayakan ukuran
100 mesh menjadi butiran-butiran halus agar luas permukaannya menjadi lebih
besar kemudian selama 1 x 24 jam pada temperatur kamar lalu disaring.
Pencucian dan pengadukan bertujuan untuk melarutkan kotoran seperti batu-batu
kecil dan debu yang ada pada permukaan dan yang menyumbat pori-pori zeolit
alam. Zeolit alam hasil rendaman dikeringkan di dalam oven pada suhu 120 oC
selama 2 jam. Pengeringan ini bertujuan untuk menguapkan air beserta kotoran
yang larut didalamnya.
Zeolit alam pada umumnya memiliki kristalitas yang tidak terlalu tinggi,
ukuran porinya sangat tidak beragam, aktivitas katalitiknya rendah, dan
mengandung banyak pengotor (Handoko, 2002). Kinerja dari zeolit alam dapat
meningkat dengan adanya proses aktivasi. Aktivasi zeolit alam dimulai dengan
direndam dalam larutan HF 1 % yang bertujuan untuk menghilangkan pengotor-
pengotor dalam zeolit yang belum hilang setelah pencucian dengan aquades dan
menghilangkan silika di luar kerangka zeolit. Kemudian dicuci dengan
aquademineral untuk menghilangkan sisa larutan HF 1 % dan dikeringkan di
dalam oven pada suhu 120 oC selama 1 jam. Zeolit alam dihaluskan kembali dan
diaya untuk menghindari kemungkinan luas permukaan zeolit menjadi lebih kecil
dari sebelunya. Proses aktivasi selanjutnya menggunakan larutan HCl 6 M yang
bertujuan untuk dealuminasi zeolit. Zeolit alam yang akan memasuki tahap
selanjutnya harus netral atau bebas dari ion Cl- untuk menghindari terjadi proses
oksidasi-reduksi dengan ion Cl- tersebut (diuji dengan AgNO3).
Tahap aktivasi zeolit alam selanjutnya menggunakan NH4Cl yang bertujuan
untuk menggantikan kation-kation penyeimbang dalam zeolit seperti Na+ dan Ca2+
dengan NH4+. Garam amonium NH4Cl digunakan sebagai penukar kation karena
NH4Cl dapat terionisasi dengan mudah menjadi NH4+ dan bertukar ion dengan
Na+ dan Ca2+ membentuk NH4-Zeolit. NH4-Zeolit kemudian dikeringkan dalam
furnace pada suhu 500 oC selama 4 jam untuk menguapkan NH3.
Impregnasi dilakukan dengan zeolit alam teraktivasi dan TCA dicampur,
kemudian direndam dengan aquademineral dan dipanaskan pada suhu 37 oC
selama 5 jam. Proses ini bertujuan menempelkan sisi aktif TCA ke dalam struktur
pori dari padatan zeolit.
Zeolit alam awal, zeolit alam yang telah diaktivas (H-Zeolit Alam), dan zeolit
alam yang telah diemban dengan TCA (TCA/Zeolit Alam) dianalisis
kristalinitasnya dengan XRD. Penentuan kristalinitas zeolit alam dilakukan secara
kualitatif. Difraktogram hasil analisis menggunakan XRD disajikan pada Gambar
1.
Gambar 1. Perbandingan difraktogram Zeolit Alam, H-Zeolit Alam, dan
TCA/Zeolit Alam

Berdasarkan data JCPDS (Joint Commite of Power Diffraction Standart),


puncak pada 2θ=9,7894o; 20,9303o; 22,3293o; 25,7167o merupakan puncak untuk
mineral modernit (kristal zeolit) (Ariani et al., 2015). Hasil difraktorgram dari
Zeolit alam, H-Zolit Alam, dan TCA/Zolit Alam dibandingkan dengan data
JCPDS dan dapat disimpulkan bahwa ketiganya mengandung mineral modernit
yang merupakan jenis mineral penyusun zeolit.
Uji keasaman katalis pada penelitian ini menggunakan metode gravimetri
dengan menggunakan amonia sebagai basa adsorbat untuk mengetahui keasaman
dalam rongga zeolit. Penggunaan amonia sebagai basa adsorbat dikarenakan
ukuran molekul amonia lebih kecil daripada piridin maka gas amonia dapat
teradsorpsi pada permukaan luar dan dalam zeolit sedangkan piridin hanya
teradsorbsi pada permukaan luar zeolit saja (Handayani, 2015). Hasil uji
keasaman katalis disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil penentuan jumlah situs asam dalam katalis
Sampel Keasaman permukaan (mol/g)
Zeolit Alam 2,22 x 10-3
H-Zeolit Alam 2,42 x 10-3
TCA/Zeolit Alam 3,23 x 10-3

Hasil pengukuran keasaman menunjukkan keasaman TCA/Zeolit Alam lebih


besar dibandingkan dengan H-Zeolit Alam dan keasamaan dari H-Zeolit Alam
lebih besar dibandingkan dengan Zeolit alam. Asam trikloroasetat memiliki
pasangan elektron bebas sehingga dapat menerima pasangan elektron dari basa
adsorbat amoniak yang menyebabkan peningkatan keasamaan katalis.

Gambar 2. Spektrum IR uji keasaman (A) TCA/Zeolit Alam (B) H-Zeolit Alam
sebelum dialiri amonia (C) TCA/Zeolit Alam (D) H-Zeolit Alam setelah dialiri
amonia

Berdasarkan Gambar 2. kondisi katalis sebelum dan setelah diuji keasaman


dengan dialiri gas amonia memiliki serapan pada bilangan gelombang 1640 cm-1
yang merupakan serapan karakteristik dari situs asam Bronsted, namun terlihat
adanya perbedaan spektra dengan kenaikan serapan. Bertambahnya situs asam
dimungkinkan karena terembannya asam trikloroasetat pada zeolit. Hasil konversi
penurunan kadar senyawa α-pinena dan kadar selektivitas produk kamfena hasil
reaksi isomerisasi α-pinena dengan katalis TCA/Zeolit Alam dan H-Zeolit Alam
disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Konversi α-pinena dan selektivitas kamfena dengan katalis


TCA/Zeolit Alam
Daya 320 Daya 480 Daya 640 Daya 800
Waktu
Watt Watt Watt Watt
Katalis Reaksi
X S X S X S X S
(menit)
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
TCA/ZA 15 3,47 33,97 12,26 27,73 23,25 28,26 29,83 22,90
30 3,11 41,73 18,13 26,86 35,60 27,78 70,85 23,60
45 5,40 33,88 29,75 26,35 66,88 26,30 88,48 19,43
60 8,68 26,27 42,37 26,22 84,97 24,88 97,05 13,73
90 13,46 22,43 76,01 24,26 98,99 16,90 98,85 6,59
H-ZA 15 46,72 23,50 42,79 26,87 39,47 25,16 58,48 24,83
30 39,20 25,21 53,73 27,52 75,50 26,42 63,30 27,85
45 44,46 25,66 60,65 31,60 89,79 24,46 62,51 22,68
60 51,71 25,32 61,95 30,73 95,30 22,70 60,77 23,61
90 53,16 27,71 65,97 26,80 96,38 15,71 67,56 18,59
Keterangan : X = Konversi α-pinena, S= Selektivitas kamfena

Berdasarkan analisis data senyawa hasil isomerisasi α-pinena, kondisi waktu


yang optimum untuk konversi dari α-pinena terjadi pada waktu reaksi 90 menit
sehingga dibuat perbandingan variasi daya microwave dengan waktu reaksi 90
menit untuk konversi senyawa α-pinena dan selektivitas kamfena dan hasilnya
disajikan pada Tabel 3. dan Gambar 3.
Tabel 3. Konversi α-pinena dan selektivitas kamfena pada waktu reaksi
90 menit
Daya % Konversi α-pinena (X) % Selektivitas kamfena (S)
microwave TCA/Zeolit H-Zeolit TCA/Zeolit H-Zeolit
(Watt) Alam Alam Alam Alam
340 13,46 53,16 22,43 27,71
480 76,01 65,97 24,26 26,80
640 98,99 96,38 16,90 15,71
800 98,85 67,56 6,59 18,59

120
100 % konversi alfa pinena
% konversi dan

katalis TCA/Zeolit Alam


selektivitas

80
60 % konversi alfa pinena
40 katalis H-Zeolit Alam
20 % selektivitas kamfena
0 katalis TCA/Zeolit Alam
340 480 640 800 % selektivitas kamfena
Daya microwave (watt) katalis H-Zeolit Alam

Gambar 3. Konversi α-pinena dan selektivitas kamfena pada waktu reaksi


90 menit
Analisis hasil reaksi isomerisasi α-pinena dengan katalis TCA/Zeolit Alam
dan H-Zeolit Alam menunjukkan seiring bertambahnya daya microwave yang
digunakan maka bertambah pula persen konversi α-pinena namun mengalami
penurunan pada saat daya microwave 800 watt dengan produk yang dihasilkan
antara lain kamfena, 3-karena, α-terpinena, limonena, p-simena, γ-terpinena , dan
terpinolen. Konversi terbesar yang tercapai pada penelitian ini dengan katalis
TCA/Zeolit Alam adalah 98,99 % sedangkan dengan katalis H-Zeolit Alam
adalah 96,38 % pada daya microwave 640 watt dan waktu reaksi 90 menit.
Kenaikan persen konversi α-pinena tidak diimbangi dengan kenaikan seletivitas
dari kamfena. Hal ini dikarenakan adanya produk isomer lain yang terbentuk pada
daya microwave dann waktu reaksi tertentu yang mempengaruhi kadar produk
kamfena sehingga selektivitas dari kamfena mengalami kenaikan dan penurunan.
Penggunaan katalis TCA/Zeolit Alam pada penelitian menunjukkan hasil
yang lebih baik dibandingkan dengan katalis H-Zeolit Alam. Hal ini dikarenakan
proses pengembanan TCA pada zeolit alam dapat meningkatkan aktivitas dari
katalis.
Penggunaan microwave pada penelitian ini sangat berpengaruh. Hal ini dapat
dilihat dari semua hasil produk isomer yang menunjukkan kadar yang tinggi dan
persen konversi α-pinena yang tinggi pula. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Handayani et al., (2015) mengenai isomerisasi α-pinena dengan katalis Zr4+/ZA
menggunakan pemanasan konvensional menunjukkan produk isomer yang
dihasilkan relatif kecil dan konversi α-pinena tertinggi adalah 9,24 %. Sudiana et
al., (2015) menyatakan pemanasan dengan radiasi microwave tidak seperti metode
pemanasan konvensional, pemanasan dengan radiasi microwave memberikan
pemanasan merata di seluruh campuran reaksi sehingga meningkatkan suhu dari
seluruh volume yang mengakibatkan reaksi dapat berjalan lebih cepat.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Wijayati et al. (2011); Avila et
al. (2010), asam tikloroasetat (TCA) dapat diemban dalam berbagai media
pengemban seperti zeolit alam yang kemudian dijadikan katalis heterogen dimana
katalis ini dapat menghasilkan produk transformasi dari senyawa α-pinena yang
baik. Hal ini terbukti dengan hasil konversi α-pinena dan selektivitas produk yang
dihasilkan tinggi seperti yang dilakukan Wijayati et al. (2011) yang menghasilkan
konversi α-pinena sebesar 66 % dengan selektivitas 55 % dengan pengaruh waktu
reaksi yang semakin lama dapat meningkatkan konversi α-pinena. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan katalis TCA yang diemban
pada zeolit alam dimana semakin lama waktu yang digunakan dapat pula
meningkatkan konversi α-pinena. Penelitian lain yang telah dilakukan
Nuritasari (2013) dengan membandingkan katalis TCA/Zeolit Alam dengan H-
Zeolit Alam dalam reaksi hidrasi α-pinena menyatakan penggunaan katalis
TCA/Zeolit Alam menghasilkan produk yang lebih maksimal dibandingkan
penggunaan katalis H-Zeolit Alam. Hal ini sesuai pula dengan hasil penelitian
yang telah dilakukan.

Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian isomerisasi α-pinena minyak terpentin dengan
katalis TCA/Zeolit Alam menggunakan microwave dapat disimpulkan bahwa
Daya microwave yang digunakan berpengaruh terhadap peningkatan konsentrasi
senyawa isomer yang dihasilkan, sedangkan waktu reaksi berpengaruh terhadap
koversi α-pinena menjadi senyawa isomernya yang ditunjukkan dengan
meningkatkan konsentrasi produk isomer. Kondisi paling baik dalam penelitian
ini adalah pada daya microwave 640 watt dan waktu reaksi 90 menit
menggunakan katalis TCA/Zeolit Alam dengan konversi α-pinena sebesar 98,99
% dengan selektivitas kamfena sebesar 16,90 % dan hasil isomer berupa
kamfena, 3-karena, α-terpinena, limonena, p-simena, γ-terpinena, dan terpinolen.

Daftar Pustaka
Ariani, Fera Gustri dan Wijayati, N., 2015. Karakterisasi TCA/ZA pada Hidrasi α-
Pinena dan Uji Hasil Hidrasi sebagai Antibakteri. Indonesian Journal of
Chemical Science, 4(3): 173-177.
Avila M.C., Comelli N.A., Castellon E.R., Lopez A.J., Flores R.C., Ponzi E.N.,
Ponzi M.I., 2010. Study of Solid Acid Catalysis For The Hydration of α-
pinene. Journal of Molecular Catalysis, 322(1-2): 106-112.

Bhuiyan, Hossain, Mahmud and Al-Amin, 2011. Microwave-assisted Efficient


Synthesis of Chalcones as Probes for Antimicrobial Activities. Chemistry
Journal, 3(2): 2465-2479.

Handayani, T., Wijayati, N., dan Harjono, 2015. Pengaruh Waktu dan Temperatur
pada Reaksi Isomerisasi α-Pinena menggunakan Katalis Zr4+/Zeolit alam.
Indonesian Journal of Chemical Science, 4(3): 235-239.

Handoko, D., 2002. Pengaruh Perlakuan Asam, Hidrotermal dan Impregnasi


Logam Kromium pada Zeolit Alam dalam Preparasi Katalis. Jurnal Ilmu
Dasar, 3(2): 103-109.

Jozef-Zsolt, S. B. 2011. The Study Of α-pinene Isomerization in Acidic


Heterogenous Catalysis. Faculty of Chemistry and Chemical Engineering:
“Babeş-Bolyai” University
Masruri, Bambang P dan Muhammad M, 2014. Alpha-pinene in Acidic
Conditions : Products Determination and the Reaction Kinetics, Batu :
Indonesia: Proceeding of The 4th Annual Basic Science International
Conference (BaSIC), February 12-13rd.

Nuritasari, A. L., Siadi, K., Kusumo, E., 2014. Pengaruh Katalis Zeolit Alam
Teraktivasi dan TCA/ZA Dalam Hidrasi α-Pinena Menjadi α-Terpineol.
Indonesian Journal of Chemical Science, 3(2): 125-129

Reddy B.M., P.M. Sreekanth, V.R.Reddy, 2005. Modified Zirconia Solid Acid
Catalysts For Organic Synthesis and Transformations. Journal of Molecular
Catalysis, Vol 225: 17-78.

Sudiana, I.N. dan Firihu, M. Zamrun, 2015. Percepatan Reaksi Kimia Dengan
Pemanasan Mikrowave. Jurnal Aplikasi Fisika, 11(2): 38-43.
Utami, H., Budiman, A., Sutijan, Roto, dan Wahyu Budi Sediawan, 2011. Studi
Kinetika Reaksi Heterogen α-Pinene Menjadi Terpineol Dengan Katalisator
Asam Khloro Asetat. Reaktor, 13(4): 248-253.
Wang J., W. Hua, Y. Yue, Z. Gao, 2010. MSU-S Mesoporous Material : An
Efficient Catalys For Isomerization of α-Pinene. Bioresource Technology,
Volume 101: 7224-7230.

Wijayati, N., Pranowo, Jumina and Triyono, 2011. Synthesis Of Terpineol From
α-pinene Catalyzed By TCA/Y-Zeolite. Indonesian Journal of Chemical
Science , 11(3): 234-237.

You might also like