You are on page 1of 3

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Pengkajian pada Tn. R dilakukan dengan tepat sesuai dengan prinsip


asuhan kepeawatan jiwa. Pada pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal
30 November 2017 didapatkan bahwa Klien Masuk ke Rumah Sakit Jiwa
(RSJ) Jambi pada tanggal 5 Juni 2017 diantar oleh Dinsos Kota Jambi karena
klien berbicara sendiri, tertawa sendiri,dan mengganggu lingkungan. Saat ini
klien dirawat di ruang perawatan Sigma Rumah Sakit Jiwa Daerah Jambi.
Klien tampak pendiam, sulit berpakaian rapi, tidak mau mandi selama 3 hari,
badan bau, gigi tampak kuning, bau mulut, klien tampak kusut, kuku panjang
dan kotor. Klien mengatakan malas mandi. Klien juga mengatakan jarang
potong kuku, klien tampak jarang berkomunikasi dengan orang lain, klien
lebih suka menyendiri dan tiduran dilantai.
Menurut Fitria (2009) tanda dan gejala defisit perawatan diri adalah
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh
atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi,
mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan
keluar kamar mandi. Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau
mengambil potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau
menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan
pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan
kancing tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan
penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian dan
mengenakan sepatu.

Pada pengkajian yang dilakukan pada Tn. R ada beberapa hal yang
sama dengan teoritis. Akan tetapi ada juga yang diteoritis tidak dialami oleh
klien, mungkin dikarenakan sudah mengalami proses keperawatan sehingga
tidak sampai menimbulkan gejala yang lain.

55
B. Diagnosa

Pada kasus kelompok mengangkat 1 diagnosa yaitu diagnosa defisit


perawatan diri. Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang
menggambarkan perubahan status kesehatan klien, perubahan yang
menyebabkan masalah dan perubahan yang tidak menguntungkan bagi klien
itu sendiri. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk membuat kriteria
hasil asuhan keperawatan jiwa dan menentukan intervensi-intervensi yang
diperlukan. Jika perawat kesulitan dalam memilih diagnosa keperawatan,
mungkin terdapat kesenjangan informasi. Perawat perlu melakukan
pengkajian ulang untuk mengumpulkan data lebih lanjut (Alen. Carol Vestal,
2000).

C. Intervensi
Diagnosa yang muncul selanjutnya disusun prioritas berdasarkan
kebutuhan dasar manusia menurut Maslow. Setelah diprioritaskan kemudian
disusun rencana keparawatan yang mengacu kepada teori yang ada, namun
disesuaikan dengan kondisi pasien serta sarana dan prasarana yang ada.
Intervensi yang dilakukan kepada pasien disusun menggunakan NIC dan NOC
yang dimana intervensi teoritis dan di kasus sama.

D. Implementasi
Pada tahap implementasi hampir semua rencana tindakan dapat
dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang direncanakan. Tindakan
keperawatan yang dapat dilaksanakan pada diagnosa keperawatan
adalah. Mengidentifikasi masalah perawatan diri: kebersihan diri, berdandan,
makan/minum, BAK/BAB: Menjelaskan pentingnya kebersihan
diri.; Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan;
Menjelaskan cara menjaga kebersihan; Menganjurkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
Pada diagnosa tersebut semua intervensi dapat dilaksanakan sesuai yang
telah direncanakan. Ketika dievaluasi masih terdapat masalah keperawatan
yang belum teratasi. Akan tetapi selama dilakukan implementasi sudah
menunjukan perbaikan dibandingkan sebelum dilakukan tindakan. Dilihat dari
klien dapat menjelaskan pentingnya kebersihan diri.

56
E. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan
jiwa yang telah dilakukan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. Dari
diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan, dan implementasi yang telah
dilakukan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan didapatkan hasil yang
dicantumkan kedalam evaluasi bahwa masalah belum teratasi.

57

You might also like