Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
(2) melindungi dan mengawetkan produk seperti melindungi dari sinar ultraviolet,
panas, kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari kotoran dan
mikroba yang dapat merusak dan menurunkan mutu produk, (3) sebagai identitas
produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai alat komunikasi dan
informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada kemasan,
Pada pembahasan makalah saat ini, penulis akan mencari tahu dan belajar
dari beberapa sumber lainnya tentang rajungan, daging yang terkandung dalam
rajungan, teknik pengalengan rajungan, dan keuntungan pengalengan rajungan.
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis adalah agar mengetahui
tentang rajungan, daging yang terkandung, pengalengan pada rajungan dan
keuntungannya.
ISI
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Decapoda
Rajungan yang bernama latin P. pelagicus, merupakan jenis kepiting yang sangat
popular dimanfaatkan sebagai sumber pangan dengan harga yang cukup mahal.
Rajungan merupakan kepiting yang memiliki habitat alami hanya di laut
(Anonim, 2007).
Daging kepiting dan rajungan mempunyai nilai gizi tinggi. Kandungan protein
rajungan lebih tinggi daripada kepiting. Kandugan karbohidrat, kalsium, fosfor,
zat besi, vitamin A, dan vitamin B1. Rata-rata per 100 gram daging kepiting dan
rajungan berturut-turut sebesar 14,1 gram, 210 mg, 1,1 mg, 200 SI, dan 0,05
mg/100 g (Anonim, 2007).
P. pelagicus merupakan jenis yang mempunyai nilai ekspor tinggi dalam bentuk
rajungan beku atau di kemasan dalam kaleng (Anonim, 2004).
Rajungan yang masih segar memiliki penampakan yang bersih, tidak beraroma
busuk, dagingnya putih mengandung lemak berwarna kuning, dan bebas dari
6
bahan pengawet. Daging rajungan yang mulai membusuk terlihat dari warna
kulitnya yang pucat, terbuka dan merenggang, daging pun mengering, dan tak
terdapat lagi cairan dalam kulit, warna daging berubah kehitam-hitaman dan
berbau busuk (Anonim, 2007)
Menurut BBPMHP cit Mirzads (2009), daging rajungan yang diperoleh biasanya
digolongkan menjadi tiga tingkatan mutu yaitu:
Menurut Philips Seafood cit Mirzads, 2009 daging rajungan dapat digolongkan
menjadi lima jenis daging yaitu:
a. Jumbo lump atau kolosal (daging putih) yang merupakan jaringan terbesar yang
berhubungan dengan kaki renang.
b. Backfin (daging putih) yang merupakan jumbo kecil dan pecahan dari daging
jumbo.
c. Special (daging putih) yang merupakan daging yang berada disekitar badan
yang berupa serpihan-serpihan.
d. Clawmeat (daging merah) yang merupakan daging dari bagian kaki sampai
capit dari rajungan.
e. Claw Finger (daging merah) yang merupakan bagian dari capit rajungan
bersama dengan bagian shell yang dapat digerakkan.
Daging kepiting dan rajungan mempunyai nilai gizi yang tinggi. Hasil analisa
proksimat daging kepiting dan rajungan antara jantan dan betina (BBPMHP 1995)
dapat dilihat pada Tabel 1.
Sumber : Laboratorium Kimia BBPMHP (1995) (Balai Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan)
8
5. Pengemasan
penyampaian pangan kepada konsumen akhir dalam kondisi aman dan biaya
rendah, dan (3) pengemasan merupakan fungsi tekno ekonomi yang bertujuan
meminimalkan biaya penyampaian barang dan memaksimalkan pemasaran yang
berarti ada keuntungan.
3. Harus berfungsi secara benar, efisien, dan ekonomis dalam proses pengepakan
yaitu selama pemasukan bahan pangan ke dalam kemasan. Hal ini berarti bahan
pengemas harus sudah dirancang untuk siap dipakai pada mesin-mesin yang ada
atau baru akan dibeli atau disewa untuk keperluan tersebut.
Bahan baku yang datang lebih dulu, dibongkar juga lebih dulu dengan
menerapkan sistem FIFO (First In First Out). Daging ditimbang berdasarkan jenis
daging dan asal suplier yang jumlahnya disesuaikan dengan surat pengiriman
jumlah daging yang dikirim oleh suplier. Setelah penimbangan, petugas quality
12
Daging yang segar dalam wadah toples ataupun plastik yang telah ditimbang
dimasukkan dalam keranjang (basket) dengan posisi miring dan tiap lapisan diberi
es. Petugas receiving memberikan label pada tiap keranjang kemudian
dimasukkan ke ruang proses untuk disortir ataupun disimpan dalam cold storage
temporary jika bahan baku yang datang melimpah, sedangkan daging yang sudah
basi ataupun berbau asing (amoniak, minyak tanah, solar, dan lain-lain)
dipisahkan untuk reject.
2. Distribusi
3. Sortasi
<![endif]–>
Tahap akhir dari sortasi adalah final checking untuk memastikan daging
yang akan dimasukkan dalam kaleng bebas dari cangkang dan benda asing. Pada
tahap ini juga dilakukan pengecekan kesegaran daging. Daging yang lunak, basi,
berbau asing segera dipisahkan dan reject. Pengecekan akhir termasuk CCP area
karena jika cangkang dan benda asing lolos pada tahap pengecekan akhir maka
sulit diperbaiki pada tahap selanjutnya dan dapat mempengaruhi kualitas daging
yang dikalengkan.
5. Pencampuran (Mixing)
berdasarkan juga pada jenis daging yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Formulasi daging yang dicampur telah ditetapkan berdasarkan jenis daging dan
standar yang ditentukan oleh buyer (pembeli) seperti pada Tabel 2.
Pada filling ini juga dilakukan penataan bentuk daging di dalam kaleng
supaya terlihat rapi dan menarik ketika konsumen membuka kemasannya. Setelah
daging tertata rapi lalu ditambahkan larutan SAPP untuk kedua kalinya.
Penambahan larutan SAPP yang kedua ini dimaksudkan untuk meratakan larutan
tersebut ke seluruh isi kaleng. Jumlah SAPP yang ditambahkan disesuaikan
dengan permintaan buyer (tiap merek produk memiliki jumlah SAPP yang
berbeda-beda).
7. Penimbangan
9. Pengkodean (Coding)
produksi. Pemberian kode harus sesuai dengan kode produksi yang berlangsung
serta posisi kode yang tepat dan jelas. Jika terjadi kesalahan pemberian kode maka
hasil coding yang salah dihapus menggunakan tinner dan dilakukan pemeriksaan
visual pada tiap kaleng.
10. Pasteurisasi
Produk yang telah dikemas dimasukan dalam chill storage dengan suhu
ruangan 00±20C. Penyimpanan dilakukan dengan menerapkan sistem FIFO (First
In First Out), dan diletakkan secara teratur berdasarkan merek produk dan jenis
produk yang disusun berdasarkan abjad. Penyimpanan produk akhir dengan
ketinggian yang tidak melebihi garis pembatas (tidak melebihi ketinggian alat
19
pendingin), dan diberi jarak dengan dinding serta produk tidak bersentuhan
langsung dengan lantai sehingga penumpukan menggunakan alat penunjang yaitu
pallet.
14. Stuffing
3.3 Kesimpulan
alat penunjang berupa pallet agar tidak bersentuhan langsung dengan lantai.
Penataan tersebut bertujuan memungkinkan sirkulasi udara dingin dapat merata
dan memudahkan pembongkaran.
3.2 Saran
Beberapa hal yang harus diperhatikan agar tidak terjadi kerusakan pada
wadah pengemasan yaitu :
Es curah yang digunakan juga sebaiknya lebih diperhatikan kualitasnya agar es
yang digunakan tidak mengandung garam sehingga tidak menyebabkan karat
pada bibir kaleng.
Pada meja pengemasan sebaiknya diberi tambahan lapisan meja yang dapat
meminimalisir terjadinya benturan dan gesekan antara kaleng dengan meja
yang sesuai dengan standar pengolahan pengalengan daging rajungan
pasteurisasi.
22
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2009b.<http://wb5.itrademarket.com/pdimage/57/989257_rajungan_resiz
e.jpg.> Diakses 5 Juli 2009.
Winarno, F. G., 1993, Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Ilyas, S., 1983, Teknologi Refrigerasi Hasil Perikanan, Jilid 1, Teknik Pedinginan
Ikan, CV. Paripurna, Jakarta
Buckle, et al. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
23
MAKALAH
PENGALENGAN RAJUNGAN(Portunus pelagicus)
TUGAS KELOMPOK TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL
PERIKANAN
Dosen Pembimbing :
Ir.Sumarto
OLEH :
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan penulis kesempatan untuk menyelesaikan penulisan makalah yang
berjudul “ PENGALENGAN RAJUNGAN(Portunus pelagicus) “ tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, oleh karena itu
saran dan kritk yang membangun dari rekan-rekan pembaca sangat dibutuhkan
untuk penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
Isi Halaman
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ............................................................................ 1
1.2 Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 3
1.3 Tujuan dan manfaat .................................................................... 3
II. Isi
2.1 Landasan Teori ............................................................................ 4
2.2 Proses Produksi ........................................................................... 12
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
jenis daging.............................................................................................. 15