You are on page 1of 8

CDK-212/ vol. 41 no. 1, th.

2014

PENDAHULUAN

Tumor phyllodes adalah neoplasmafi broepitelial yang jarang ditemukan.


Insidensnya hanya sekitar 0,3-0,9% dari seluruh tumor payudara, sedangkan
frekuensi lesi maligna bervariasi sekitar 5-30%. Tumor phyllodes dikemukakan
pertama kali oleh Johannes Muller dengan nama cystosarcoma phyllodes pada tahun
1838, untuk menunjukkan tumor yang makroskopik menyerupai daging dengan
gambaran leafl ike pada potongan melintang; juga disebut giant fi broadenoma,
cellular intracanalicular fi broadenoma dan beberapa nama lain. Penyebutan
sarcoma dianggap kurang tepat, karena phyllodes tidak selalu bersifat ganas. Saat ini
penamaan yang dipakai adalah menurut WHO (1982) yaitu tumor phyllodes. Etiologi
tumor phyllodes masih belum jelas apakah dari fibroadenoma yang sudah ada
sebelumnya atau de novo.1,2,3

KARAKTERISTIK TUMOR
Gambaran Makroskopik
Sebagian besar tumor phyllodes berupa massa berbentuk bulat sampai oval,
multinodular, tanpa kapsul yang jelas. Ukuran bervariasi dari 1-40 cm. Sebagian
besar tumor berwarna abu-abu-putih dan menonjol dari jaringan payudara sekitar.
Pada tumor berukuran besar dapat terjadi nekrosis dengan perdarahan. Sebagian besar
tumor tipe benign dapat menyerupai fibroadenoma.4 Banyak peneliti menemukan
tumor berukuran kurang dari 5 cm, oleh karena itu diagnosis tidak dapat ditegakkan
hanya berdasarkan ukuran. Celahcelah yang memanjang (leaf-like appearance) pada
penampang merupakan tanda khas tumor phyllodes, kadang-kadang tampak daerah
nekrotik, perdarahan, dan degenerasi kistik.5
Gambaran Mikroskopik
Tumor phyllodes memiliki gambaran histopatologi yang luas, dari gambaran
menyerupai fi broadenoma hingga bentuk sarcoma. Seperti fi broadenoma, gambaran
phyllodes berupa campuran stroma dan epitel.4 Norris dan Taylor mengemukakan
bahwa kriteria histopatologi yang berguna untuk memprediksi risiko menjadi ganas
meliputi pertumbuhan stroma berlebihan, nuclear pleiomorphism, kecepatan mitosis
tinggi, dan mengalami infi ltrasi. Penelitian lain juga menunjukkan tingkat nekrosis
yang tinggi dan peningkatan vaskularisasi pada tumor. Tumor dipastikan maligna jika
komponen stroma didominasi sarkoma. Sekitar 10-40% tumor jenis ini memiliki
risiko rekurensi local dan menyebar secara sistemik.1,4
Beberapa penelitian menemukan adanya mutasi tumor suppresor gene p53
pada tumor phyllodes. Stromal immunoreactivity p53 terbukti meningkat pada tumor
phyllodes ganas sehingga dapat digunakan untuk membedakannya dari fibroadenoma.
Sawyer EJ dkk mendapatkan bahwa overekspresi c-myc dapat memicu proliferasi
stroma pada tumor phyllodes, sedangkan overekspresi c-kit menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangan tumor.5
Tumor Phyllodes
Azamris, Departemen Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, RS M.
Djamil, Padang, Indonesia

ABSTRAK

Tumor phyllodes merupakan keganasan payudara yang jarang ditemukan.


Insidensnya hanya sekitar 0,3-0,9% dari seluruh tumor payudara. Manifestasi klinis
tumor phyllodes umumnya berupa benjolan unilateral yang dapat diraba, tunggal,
tidak nyeri. Terapi utama adalah pembedahan komplit. Peran radioterapi dan
kemoterapi adjuvan masih kontroversial. Dilaporkan 8 kasus tumor phyllodes di
rumah sakit Dr.M.Djamil Padang selama 2011-2012. Enam kasus (75%) varian jinak
dan dua kasus (25%) varian borderline. Telah dilakukan terapi defi nitif pada tujuh
pasien, satu pasien meninggal sebelum mendapat terapi defi nitif.

Kata kunci: tumor phyllodes, keganasan payudara, terapi defi nitif

ABSTRACT

Phyllodes tumor is a rare breast malignancy. The incidence is only about 0.3-
0.9% of all breast tumors. Clinical manifestations consist of unilateral single palpable
lump not accompanied by pain. Surgery is the main therapeutic modality. The role of
radiotherapy and adjuvant chemotherapy are still controversial. Eight cases of
phyllodes tumors was reported at Dr.M.Djamil Padang Hospital in 2011-2012. Six
cases were benign variants and two cases were borderline variants. Defi nitive
therapy has been performed in seven patients, one patient died before it was perfor41
LA

PORAN KASUS
KLASIFIKASI
Pada tahun 1981, WHO mengadopsi penamaan tumor phyllodes dan membaginya
menjadi tipe benign, borderline, dan malignant berdasarkan karakteristik stroma.
Karakteristik tersebut berupa derajat atipikal selular stroma, aktivitas mitosis per-10
lapang pandang besar, ada tidaknya overgrowth stroma, dan batas tumor yang infi
ltratif atau batas tumor yang tegas. Tumor phyllodes tipe benign memiliki atipikal
seluler ringan sampai sedang, dengan peningkatan sel-sel stroma. Rasio mitosis tinggi
(10 atau lebih mitosis dalam 10 lapang pandang besar), adanya infi ltrasi, dan
overgrowth stroma. Overgrowth stroma telah dihubungkan dengan aktivitas
metastasis, yang tidak terdapat pada tipe benign dan borderline. 3,6

INSIDENS
Tumor phyllodes merupakan jenis tumor payudara yang jarang, insidensnya
0,3-0,5% dari total tumor payudara. Penelitian pada 8.567 pasien tumor payudara
pada tahun 1969 sampai 1993 hanya menemukan 31 kasus tumor Phyllodes (0,37%).
Secara keseluruhan 2,1 kasus per satu juta wanita, sangat jarang pada laki-laki.
Sebagian besar kasus tumor Phyllodes terjadi pada decade ke-4, jarang pada remaja,
dapat terjadi pada semua umur. Tumor biasanya jinak namun dapat terjadi rekurensi
lokal dan terkadang dapat menyebar secara sistemik; jarang bilateral (baik sinkronous
atau metakronous). Faktor risikonya belum jelas, mutasi p53 meningkatkan risiko
tumor phyllodes.3-5

Gambar 2 Distribusi umur pasien tumor phyllodes4

MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis tumor phyllodes umumnya unilateral, tunggal, tidak nyeri,
dengan benjolan yang dapat teraba. Tumor tibatiba muncul dan terus membesar, atau
berupa benjolan yang awalnya menetap lalu bertambah besar dalam beberapa bulan
terakhir. Pada pemeriksaan fisik payudara, tumor phyllodes berupa benjolan lunak
dan bulat, mirip fibroadenoma, namun berukuran besar (>2-3 cm).3,4 Tumor dapat
terlihat jelas jika cepat membesar. Pembesaran cepat tidak selalu mengindikasikan
sifat ganas. Terlihat mengilat dengan permukaan kulit seperti teregang disertai
pelebaran vena permukaan kulit. Pada kasus-kasus yang tidak tertangani baik, dapat
terjadi luka borok kulit akibat iskemi jaringan. Walaupun perubahan kulit seperti
layaknya pada tumor payudara selalu menunjukkan tanda-tanda keganasan (lesiT4),
namun tidak pada tumor phyllodes; borok pada kulit dapat terjadi pada jenis lesi
jinak, borderline ataupun ganas. Retraksi putting tidak umum terjadi. Ulserasi
mengindikasikan nekrosis jaringan akibat penekanan tumor yang besar.3,4
Metastasis dapat ditemukan bersamaan atau hingga 12 tahun kemudian.
Metastasis dapat menyebar secara hematogen, ke paruparu (66%), tulang (28%), otak
(9%) dan lebih jarang ke hati dan jantung.8 Dapat disertai pembesaran limfonodi
regional, walaupun tanpa sel tumor.1 Tidak banyak literatur yang melaporkan
metastasis limfonodi. Treves hanya melaporkan 1 kasus metastasis ke limfonodi
aksila dari 33 kasus; dari 94 pasien yang diteliti Norris dan Taylor, 16 pasien
mengalami pembesaran limfonodi, namun hanya 1 kasus yang terbukti secara
histology mengalami metastasis. Reinfus menemukan 11 kasus pembesaran
limfonodi dari 55 kasus, namun hanya 1 kasus yang menunjukkan metastasis.
Minkowitz juga melaporkan satu kasus dengan metastasis kelenjar aksila.1,3
Mamografi abnormal dijumpai pada 75% kasus, sering menyerupai gambaran
fibroadenoma. Ultrasonografi menunjukkan massa homogen solid disertai internal
echo dan berdinding tipis.6

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tumor phyllodes masih diperdebatkan dan tidak sama pada
semua kasus. Terapi utama adalah pembedahan komplet dengan batas adekuat.
Banyak peneliti menganjurkan batas eksisi 1 cm sebagai reseksi yang baik. Rekurensi
berkaitan dengan margin eksisi dan tidak berkaitan dengan grade dan ukuran tumor.
Eksisi luas pada tumor kecil atau mastektomi simpel umumnya menunjukkan hasil
memuaskan. Eksisi otot-otot pektoral perlu dipertimbangkan jika telah terjadi infi
ltrasi.4
Mastektomi dengan rekonstruksi payudara dapat menjadi pilihan pada tumor
7
berukuran besar. Tumor phyllodes, sama halnya dengan sarkoma jaringan lunak,
jarang menyebabkan metastasis ke kelenjar getah bening (KGB). Sebagian besar
penelitian menunjukkan bahwa diseksi KGB aksila tidak rutin dilakukan, mengingat
jarangnya infi ltrasi ke KGB aksila. Norris dan Taylor menganjurkan mastektomi
dengan diseksi KGB aksila bagian bawah jika terdapat pembesaran KGB, tumor
ukuran >4 cm, biopsi menunjukkan jenis tumor agresif (infi ltrasi kapsul, kecepatan
mitosis tinggi, dan derajat selular atipikal tinggi). Jika terindikasi ada keterlibatan
KGB secara klinis atau pada
42
LAPORAN KASUS
CDK-212/ vol. 41 no. 1, th. 2014
Pemeriksaan imaging, dapat dilakukan biopsy jarum dengan panduan USG.
Jika hasilnya negatif, dapat dipertimbangkan biopsy sentinel limfonodi.1,4 Peran
radioterapi dan kemoterapi adjuvant masih kontroversial, namun penggunaan
radioterapi dan kemoterapi pada sarcoma mengindikasikan bahwa keduanya dapat
digunakan pada tumor phyllodes. Radioterapi adjuvan dapat bermanfaat pada tipe
maligna. Kemoterapi golongan antrasiklin, ifosfamid, sisplatin, dan etoposid jarang
digunakan. Belum banyak penelitian mengenai penggunaan terapi hormonal, seperti
tamoksifen. Sensitivitas hormonal pada tumor phyllodes juga belum teridentifi kasi
dengan baik. Secara garis besar, terapi sistemik tumor phyllodes tidak berbeda
dengan terapi pada sarkoma.1,4,6,7
REKURENSI
Rekurensi lokal dapat terjadi pada 28-50% kasus. Faktor yang paling berperan dalam
terjadinya rekurensi adalah batas bebas reseksi tumor yang kurang dari 1-2 cm. Umur
pasien, tipe pembedahan, peningkatan aktivitas mitosis dan aktivitas jaringan stroma
yang berlebihan juga dianggap sebagai faktorfaktor yang mempengaruhi risiko
rekurensi lokal. Dalam penelitian lain disebutkan bahwa ukuran tumor, pertumbuhan
jaringan stroma yang berlebihan dan batas bebas tumor <1 cm sebagai faktor risiko
terjadinya rekurensi lokal.7

DAFTAR PUSTAKA
1. Agrawal PP, Mohanta PK, Singh K, Bahadur AK. Cystosarcoma phyllodes with
lymph node metastasis. Community Oncology. 2006;3:44-6.

2. Akin M, Irkorucu O, Koksal H, Gonul II, Gultekin S, Kurukahvecioglu O, et al.


Phyllodes tumor of the breast: A case series. Bratisl Lek Listy. 2010;111:271-4.

3. Flynn LW, Borgen PI. Phyllodes tumor: About this rare cancer. Community
Oncology. 2006;3:46-8.

4. Calhoun KE, et al. Phyllodes tumors. In: Harris JR, Lippman ME, Morrow M,
Osborne CK, editors. Diseases of the breast. 4th ed. Lipincott Williams & Wilkins;
2009. p. 781-92.

5. Juanita, Sungowati NK. Malignant phyllodes tumour of the breast. Indon J Med
Sci. 2008;1:101-4.
6. Bal A, Gunggor B, Polat AK, Simsek T. Recurrent phyllodes tumor of the breast
with malignant transformation during pregnancy. J Breast Health. 2012;8:45-7.

You might also like