You are on page 1of 5

AGREGAT PLANNING

Agregat planning adalah permasalahan yang menggabungkan beberapa komponen


input pada proses produksi agar menjadi suatu produk dengan nilai keuntungan tinggi.
Agregat planning dapat melakukan analisi dengan menggunakan dua metode shortages yaitu
BACKORDERED dan LOST SALES. Backordered yaitu shortages yang menganalisis
suatu data dimana biaya kelebihan produksi diberikan untuk memenuhi kekuangan
sebelumnya. Sedangakan lost sales yaitu analisis data dimana kekurangan biaya produksi
sebelumnya tidak dipenuhi oleh produksi selanjutnya.

Selain itu ada juga beberapa metode dalam menganalisis agregat planning yaitu
metode Smooth production (average GROSS demand) yaitu metode yang memenuhi
kebutuhan berdasarkan rata-rata jumlah permintaan total, Smooth production (average NET
demand) yaitu metode yang menggunakan jumlah inventory digunakan untuk memenuhi
kebutuhan permintaan, Chase CURRENT demand yaitu metode dengan analisi biaya
berdasarkan jumlah permintaan yang ada.

Kasus :

periode permintaan Kapasitas Over time Sub contract


periode
1 1000 2500 400 500
2 5500 2500 400 500
3 2100 2500 400 500
4 7400 2500 400 500
Unit cost Value
Reguler time 8
Overtime 9
Subcontracting 11
Holding cost 3
Shortage cost 4
Increase cost 5
Decrease cost 6
Perintah :

1. Untukmendapatkan unit cost paling kecil sehingga perusahaan untung, bagaimana


agregat planning yang nada susun untuk memenuhi permintaan pada empat periode
tersebut
2. Metode apa yang anda pilih dan apa alasannya
3. Bagaimana jika perusahaan anda masih memiliki current inventory sebanyak seratus
unitPenyelesaian :
Penyelesaian :

Backordered

Smooth Production (Average GROSS demand)

Kesimpulan :

Dari data diatas dapat diketahui kalau total cost yang harus dikeluarkan yaitu Rp
138900. Untuk produksi reguler dikeluarkan biaya sebesar Rp 80000, untuk overtime
production dikeluarkan biaya sebesar Rp 14400, untuk subcontracting dikeluarkan biaya
sebesar Rp 22000, untuk biaya penympanan yang harus dikeluarkan sebesar Rp 12900. Dan
diketahui pula bahwa terdapat 2400 permintaan yang tidak dapat dipenuhi sehingga produsen
harus mengeluarkan cost sebesar Rp 9600.

Smooth Production (Average NET demand)

Kesimpulan :

Dari data diatas dapat diketahui kalau total cost yang harus dikeluarkan yaitu Rp
138900. Untuk produksi reguler dikeluarkan biaya sebesar Rp 80000, untuk overtime
production dikeluarkan biaya sebesar Rp 14400, untuk subcontracting dikeluarkan biaya
sebesar Rp 22000, untuk biaya penympanan yang harus dikeluarkan sebesar Rp 12900. Dan
diketahui pula bahwa terdapat 2400 permintaan yang tidak dapat dipenuhi sehingga produsen
harus mengeluarkan cost sebesar Rp 9600.

Chase CURRENT demand (let workforce vary)

Kesimpulan :

Dari data diatas dapat diketahui bahwa harus dikeluarkan total biaya sebesar Rp
136100. Produksi normal semua periode mengeluarkan bahwa biaya Rp 64800, produksi
overtime Rp 7200, subcontracting sebesar Rp 11000, shortage (produk yang tidak bisa
dipenuhi) ada Rp 10300 unit sehingga dikeluarkan biaya Rp 41200, ada peningkatan 1900
unit dan dikeluarkan biaya Rp 9500, dan penurunan produksi Rp 2400. Peningkatan unit pada
periode 2 sebesar 1500 unit. Dan periode 4 sebesar 400 unit. Dan penurunan produksi
sebanyak 400 unit.

Lost Sales

Smooth Production(Average GROSS demand)


Kesimpulan :

Dari data diatas dapat diketahui kalau total cost yang harus dikeluarkan yaitu Rp
138900. Untuk produksi reguler dikeluarkan biaya sebesar Rp 80000, untuk overtime
production dikeluarkan biaya sebesar Rp 14400, untuk subcontracting dikeluarkan biaya
sebesar Rp 22000, untuk biaya penympanan yang harus dikeluarkan sebesar Rp 12900. Dan
diketahui pula bahwa terdapat 2400 permintaan yang tidak dapat dipenuhi sehingga produsen
harus mengeluarkan cost sebesar Rp 9600.

Smooth Productin (Average NET demand)

Kesimpulan :

Dari data diatas dapat diketahui kalau total cost yang harus dikeluarkan yaitu Rp
138900. Untuk produksi reguler dikeluarkan biaya sebesar Rp 80000, untuk overtime
production dikeluarkan biaya sebesar Rp 14400, untuk subcontracting dikeluarkan biaya
sebesar Rp 22000, untuk biaya penympanan yang harus dikeluarkan sebesar Rp 12900. Dan
diketahui pula bahwa terdapat 2400 permintaan yang tidak dapat dipenuhi sehingga produsen
harus mengeluarkan cost sebesar Rp 9600.

Chase CURRENT demand (let workforce vary)


Kesimpulan :

Dari data diatas dengan metode chase current didapatkan biaya total yang harus
dikeluarkan sebesar Rp 119300. Biaya produksi reguler mengeluarkan biaya sebesar Rp
64800, produksi overtime production mengeluarkan biaya sebesar Rp 7200, subcontracting
sebesar Rp 11000, shortage sebesar Rp 24400. Peningkatan unit mengeluarkan biaya sebesar
Rp 9500, dan penurunan unit produksi mengeluarkan biaya sebesar Rp 2400. Peningkatan
unit produksi terjadi pada perode kedua sebesar 1500 unit dan periode 4 sebesar 400 unit.
Penurunan unit produksi terjadi pada periode 3 sebesar 400 unit.

Kesimpulan Biaya yang harus dikeluarkan

Smooth Production Smooth Productin Chase CURRENT


(Average GROSS (Average NET demand (let
demand) demand) workforce vary)
Backordered 138900 138900 136100
Lost Sales 138900 138900 119300

Dari analisis data yang telah dilakukan metode tang paling sesuai yaitu Chase
CURRENT demand (let workforce vary) dengan total biaya pengeluaran paling kecil yaitu
sebesar Rp 119300.

You might also like