Professional Documents
Culture Documents
Selain itu ada juga beberapa metode dalam menganalisis agregat planning yaitu
metode Smooth production (average GROSS demand) yaitu metode yang memenuhi
kebutuhan berdasarkan rata-rata jumlah permintaan total, Smooth production (average NET
demand) yaitu metode yang menggunakan jumlah inventory digunakan untuk memenuhi
kebutuhan permintaan, Chase CURRENT demand yaitu metode dengan analisi biaya
berdasarkan jumlah permintaan yang ada.
Kasus :
Backordered
Kesimpulan :
Dari data diatas dapat diketahui kalau total cost yang harus dikeluarkan yaitu Rp
138900. Untuk produksi reguler dikeluarkan biaya sebesar Rp 80000, untuk overtime
production dikeluarkan biaya sebesar Rp 14400, untuk subcontracting dikeluarkan biaya
sebesar Rp 22000, untuk biaya penympanan yang harus dikeluarkan sebesar Rp 12900. Dan
diketahui pula bahwa terdapat 2400 permintaan yang tidak dapat dipenuhi sehingga produsen
harus mengeluarkan cost sebesar Rp 9600.
Kesimpulan :
Dari data diatas dapat diketahui kalau total cost yang harus dikeluarkan yaitu Rp
138900. Untuk produksi reguler dikeluarkan biaya sebesar Rp 80000, untuk overtime
production dikeluarkan biaya sebesar Rp 14400, untuk subcontracting dikeluarkan biaya
sebesar Rp 22000, untuk biaya penympanan yang harus dikeluarkan sebesar Rp 12900. Dan
diketahui pula bahwa terdapat 2400 permintaan yang tidak dapat dipenuhi sehingga produsen
harus mengeluarkan cost sebesar Rp 9600.
Kesimpulan :
Dari data diatas dapat diketahui bahwa harus dikeluarkan total biaya sebesar Rp
136100. Produksi normal semua periode mengeluarkan bahwa biaya Rp 64800, produksi
overtime Rp 7200, subcontracting sebesar Rp 11000, shortage (produk yang tidak bisa
dipenuhi) ada Rp 10300 unit sehingga dikeluarkan biaya Rp 41200, ada peningkatan 1900
unit dan dikeluarkan biaya Rp 9500, dan penurunan produksi Rp 2400. Peningkatan unit pada
periode 2 sebesar 1500 unit. Dan periode 4 sebesar 400 unit. Dan penurunan produksi
sebanyak 400 unit.
Lost Sales
Dari data diatas dapat diketahui kalau total cost yang harus dikeluarkan yaitu Rp
138900. Untuk produksi reguler dikeluarkan biaya sebesar Rp 80000, untuk overtime
production dikeluarkan biaya sebesar Rp 14400, untuk subcontracting dikeluarkan biaya
sebesar Rp 22000, untuk biaya penympanan yang harus dikeluarkan sebesar Rp 12900. Dan
diketahui pula bahwa terdapat 2400 permintaan yang tidak dapat dipenuhi sehingga produsen
harus mengeluarkan cost sebesar Rp 9600.
Kesimpulan :
Dari data diatas dapat diketahui kalau total cost yang harus dikeluarkan yaitu Rp
138900. Untuk produksi reguler dikeluarkan biaya sebesar Rp 80000, untuk overtime
production dikeluarkan biaya sebesar Rp 14400, untuk subcontracting dikeluarkan biaya
sebesar Rp 22000, untuk biaya penympanan yang harus dikeluarkan sebesar Rp 12900. Dan
diketahui pula bahwa terdapat 2400 permintaan yang tidak dapat dipenuhi sehingga produsen
harus mengeluarkan cost sebesar Rp 9600.
Dari data diatas dengan metode chase current didapatkan biaya total yang harus
dikeluarkan sebesar Rp 119300. Biaya produksi reguler mengeluarkan biaya sebesar Rp
64800, produksi overtime production mengeluarkan biaya sebesar Rp 7200, subcontracting
sebesar Rp 11000, shortage sebesar Rp 24400. Peningkatan unit mengeluarkan biaya sebesar
Rp 9500, dan penurunan unit produksi mengeluarkan biaya sebesar Rp 2400. Peningkatan
unit produksi terjadi pada perode kedua sebesar 1500 unit dan periode 4 sebesar 400 unit.
Penurunan unit produksi terjadi pada periode 3 sebesar 400 unit.
Dari analisis data yang telah dilakukan metode tang paling sesuai yaitu Chase
CURRENT demand (let workforce vary) dengan total biaya pengeluaran paling kecil yaitu
sebesar Rp 119300.