You are on page 1of 10

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/275032111

DELIGNIFIKASI AMPAS TEBU DENGAN


LARUTAN NATRIUM HIDROKSIDA SEBELUM
PROSES SAKARAIFIKASI SECARA...

Article · January 2011

CITATION READS

1 2,438

4 authors, including:

Ida Bagus Wayan Gunam Ni Made Wartini


Udayana University Udayana University
24 PUBLICATIONS 65 CITATIONS 3 PUBLICATIONS 1 CITATION

SEE PROFILE SEE PROFILE

Anak Agung Made Dewi Anggreni


Udayana University
4 PUBLICATIONS 2 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

The Comparison of Media on The Microalgae Nannochloropsis sp. Culture View project

Beeswax View project

All content following this page was uploaded by Ida Bagus Wayan Gunam on 16 April 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Teknologi
Indonesia Volume 34, Edisi Khusus 2011
© LIPI Press 2011

DELIGNIFIKASI AMPAS TEBU DENGAN LARUTAN NATRIUM


HIDROKSIDA SEBELUM PROSES SAKARAIFIKASI SECARA
ENZIMATIS MENGGUNAKAN ENZIM SELULASE KASAR
DARI ASPERGILLUS NIGER FNU 6018

Ida Bagus Wayan Gunam, Ni Made Wartini, Anak Agung Made Dewi Anggreni
dan Pande Made Suparyana
Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Denpasar, Bali
Telp. (0361) 222006, E-mail: ibwgunam@yahoo.com

ABSTRAK
Selulosa merupakan sumber daya terbarukan yang paling banyak, dan telah mendapat banyak perhatian sebagai
sumber energi potensial dan karbon untuk memproduksi produk yang bermanfaat seperti glukosa, etanol dan bahan
bakar. Kemungkinan mengkonversi selulosa ampas tebu secara enzimatis menjadi glukosa, setelah mengendurkan
struktur kimia yang kompleks menjadi struktur primer dengan menggunakan sodium hidroksida telah dipelajari.
Ampas tebu direndam dalam sodium hidroksida 6% selama 12 jam pada suhu kamar. Perlakuan ini dapat melong-
garkan beberapa struktur berkas selulosa ditunjukkan dengan terlepasnya lignin dan hemiselulosa, masing-masing
sampai 32,11 dan 42,87%, dan nilai retensi air yang tinggi 15,90 (b/b). Dalam kondisi ini, ampas tebu terdelignifikasi
dapat disakarifikasi oleh enzim selulase kasar dari Aspergillus niger. Sakarifikasi secara enzimatis 2 g ampas tebu
terdelignifikasi pada suhu 50oC pH 4,8 selama 120 jam menghasilkan gula reduksi sebanyak 54.47 mg/100 ml.
Kata Kunci: Ampas tebu, Delignifikasi, Natrium hidroksida, Selulase, Aspergillus niger, Sakarifikasi

ABSTRACT
Cellulose, the most abundant renewable resource, has received much attention as potential energy and carbon
source for the production of useful products such as glucose, ethanol and fuels. The possibility of converting cellulose
in bagasse enzymatically into glucose, after being loosened its complex structure chemically into primary one by
using sodium hydroxide was studied. Bagasse was soaked in 6% sodium hydroxide for 12 hours at room temperature.
This treatment resulted in loosening some cellulose bundle structure shown by release of lignin and hemicelluloses
up to 32.11 and 42.87%, respectively and high water retention value of 15.90 (w/w). In this condition the delignified
bagasse could be saccharified by crude cellulase enzym from Aspergillus niger. Saccharification enzimatically of 2
g delignified bagasse at 50oC pH 4,8 during 120 hours produced reducing sugar of 54.47 mg/100 ml.
Keywords: Bagasse, Delignification, Sodium hydroxide, Crude cellulase enzym, Aspergillus niger, Saccharification

PENDAHULUAN Ada tiga cara pemanfaatan energi biomassa


Kebutuhan energi dunia akan terus meningkat atau disebut juga bioenergi, yaitu pembakaran
sejalan dengan pertambahan penduduk dan langsung, pemanfaatan gas biomassa, dan
pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan akan konversi menjadi bahan bakar cair (bioetanol
tumbuh rata-rata 1,7% hingga 2030. Permintaan dan biodiesel).[2] Di antara ketiganya, bioetanol
energi tumbuh sangat pesat, sedangkan pasokan merupakan komoditas yang dibutuhkan pada
minyak bumi berkurang dan tidak stabil, dan masa kini dan masa mendatang serta akan
munculnya pemanasan global dengan penggunaan mengalami peningkatan produksi yang signifikan
bahan bakar fosil telah menghidupkan kembali karena banyaknya bahan baku yang dapat
minat yang kuat dalam mencari sumber-sumber digunakan untuk pembuataan bioetanol. Etanol
energi alternatif dan terbarukan.[1] Energi baru telah diterima sebagai salah satu bahan bakar
terbarukan yang cukup potensial dikembangkan cair untuk transfortasi yang dapat menggantikan
di masa mendatang adalah energi biomasa. bahan bakar minyak bumi.[3]

Off print request to: Ida Bagus Wayan Gunam, Ni Made Wartini, Anak Agung Made Dewi Anggreni dan Pande Made Suparyana

24
Delignifikasi Ampas Tebu dengan ... | Ida Bagus Wayan Gunam, dkk.

Bioetanol dapat diproduksi dari bahan Hidrolisis secara enzimatis memiliki beberapa
yang mengandung gula, bahan berpati, dan ba- keuntungan jika dibandingkan dengan hidrolisis
han berselulosa. Konversi gula-gula sederhana asam, antara lain: tidak terjadi degradasi gula
menjadi etanol cukup mudah, sedangkan untuk hasil hidrolisis, kondisi proses yang lebih lunak
bahan berpati dan berselulosa lebih sulit. Namun, (suhu rendah, pH netral), berpotensi memberikan
khususnya limbah lignoselulosa tersedia sangat hasil yang tinggi, dan biaya pemeliharaan
melimpah, mudah didapat, murah, tidak dapat peralatan relatif rendah karena tidak ada bahan
dimakan dan belum dimanfaatkan secara optimal, yang korosif. [10,11] Di sisi lain, harga enzim saat
potensial untuk digunakan sebagai bahan baku ini mahal, untuk itu digunakan enzim kasar
produksi energi terbarukan di masa mendatang. dari Aspergillus niger untuk menurunkan biaya
Ampas tebu merupakan hasil samping dan meningkatkan efisiensi sakarifikasi. Enzim
dari proses ekstraksi tebu. Hasil penelitian tersebut digunakan sebagai biokatalis reaksi
pendahuluan menunjukkan bahwa ampas tebu sakarifikasi selulosa menjadi gula pereduksi.
merupakan bahan baku pembuatan bioetanol Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan
terbaik dibandingkan dengan jerami padi, jerami penelitian untuk mendapatkan perlakuan deligni-
jagung, dan serbuk gergaji kayu.[4,5] fikasi selulosa ampas tebu yang terbaik sehingga
Biomassa lignoselulosa, seperti residu dapat digunakan dalam proses sakarifikasi
pertanian, limbah kehutanan, kertas bekas, dan enzimatis menggunakan enzim selulase kasar
tanaman energi, telah lama diakui sebagai sumber dari kapang Aspergillus niger.
gula yang potensial dan berkelanjutan untuk bi-
otransformasi ke biofuel dan nilai tambah produk-
produk berbasis-bio.[1,6] Biomassa lignoselulosa BAHAN DAN METODE
sangat sulit untuk dibiotransformasi, baik dengan Strain, kultur media, dan bahan kimia
mikroba maupun enzim. Hal ini yang membatasi
Strain mikroba yang digunakan adalah kapang
penggunaannya dan menghambat konversinya
Aspergillus niger FNU 6018 diperoleh dari
menjadi produk bernilai tambah.[1] Pada limbah
Laboratorium Mikrobiologi PAU Pangan dan
lignoselulosa terdapat lignin yang berperan
Gizi, UGM. Media untuk pemeliharaan dan
sebagai pelindung selulosa terhadap serangan
peremajaan kultur yang digunakan adalah media
enzim pemecah selulosa. Komposisi kimia dan
Potato Dectrose Agar (PDA). Bahan baku berupa
struktur yang demikian membuat bahan yang
ampas tebu diambil dari Pabrik Gula Candi Baru
mengandung selulosa bersifat kuat dan keras,
Sidoarjo, Jatim. Bahan kimia yang digunakan,
sedangkan adanya ikatan hidrogen menyebabkan
yaitu NaOH, H2SO4, aquades, NaH2PO4, CaCl2,
selulosa tidak larut dalam air.[7, 8]
KH2PO4, MgCl2, Urea, Dinitrosalicylic Acid
Lignoselulosa perlu diberi perlakuan delig- (DNS), glukosa, asam sitrat, Na-sitrat, dan buffer
nifikasi untuk mengurangi atau menghilangkan sitrat.
hambatan-hambatan tersebut. Perlakuan pen-
dahuluan pada lignoselulosa dapat dilakukan
secara fisikawi, kimiawi, dan biologis. Perlakuan
Proses delignifikasi
pendahuluan secara kimiawi yang dapat dilaku- Proses delignifikasi dilakukan sebagai berikut:
kan adalah perlakuan dengan asam, alkali, dan serbuk ampas tebu direndam sebanyak 30 g da-
reagen pelarut selulosa. Perlakuan delignifikasi lam larutan NaOH pada konsentrasi larutan 0, 2,
yang digunakan dalam penelitian ini berupa 4 dan 6% pada gelas beker dengan perbandingan
perlakuan kimiawi menggunakan NaOH dengan 1:15 (serbuk ampas tebu: larutan NaOH) selama
pengaturan konsentrasi dan lama perendaman 0, 4, 8, 12, dan 24 jam pada suhu kamar. Pada
substrat. NaOH dipilih karena larutan ini cukup delignifikasi serbuk ampas tebu untuk substrat
efektif dalam meningkatkan hasil hidrolisis, dan sakarifikasi dilakukan pada suhu kamar, tetapi
relatif lebih murah dibandingkan dengan reagen untuk delignifikasi substrat dalam pembuatan
kimia lainnya.[5,9] enzim selulase kasar dilakukan pada suhu

25
Jurnal Teknologi Indonesia, Volume 34, Edisi Khusus 2011

121oC. Perlakuan delignifikasi serbuk ampas Pemanenan enzim kasar dilakukan pada akhir
tebu untuk substrat sakarifikasi mengggunakan fermentasi. Enzim kasar dalam erlenmeyer diaduk
suhu kamar bertujuan untuk mengurangi biaya. dan dikocok, lalu disaring dengan kertas saring.
Kemudian dilakukan pencucian sampai netral dan Filtrat yang sudah dipisahkan dari substratnya
pengeringan pada oven (Cole Parmer) suhu 105oC merupakan enzim kasar yang siap digunakan
sampai kering. Serbuk ampas tebu terdelignifikasi pada proses sakarifikasi. Sebelum digunakan,
dianalisis sifat fisikokimianya untuk menentukan enzim selulase kasar tersebut diuji aktivitasnya
perlakuan terbaik yang akan digunakan pada terlebih dahulu.
proses sakarifikasi. Perlakuan delignifikasi ter-
baik adalah perlakuan yang menghasilkan produk Proses sakarifikasi dengan selulase kasar
dengan kadar selulosa dan nilai retensi air yang dari A. niger
tertinggi, serta kadar lignin yang terendah.
Serbuk ampas tebu terdelignifikasi terbaik ditim-
bang sebanyak 2 g untuk disakarifikasi dengan
Penyiapan kultur kerja A. niger
enzim selulase kasar dari kapang tersebut. Sebelum
Kultur kerja dipersiapkan dengan menginoku- disakarifikasi substrat diberi buffer sitrat 0,05
lasikan kapang A. niger yang telah diremajakan M pH 4,8 sebanyak 100 ml dan ditambahkan
(dari kultur stok) ke dalam media agar miring akuades sampai volumenya menjadi 200 ml.
yang telah dipersiapkan sebelumnya. Spora Kemudian pH-nya diatur menjadi 4,8 dengan cara
biakan murni A. níger ditumbuhkan dengan cara menambahkan Na-Sitrat 0,1M. Sampel tersebut
menggores pada permukaan media (1 ose per diberi larutan enzim selulase kasar sebanyak
tabung). Biakan murni tersebut diinkubasi pada 15 FPU/g substrat dan segera diinkubasikan
25–27oC selama tujuh hari. pada waterbath shaker bersuhu 50oC selama
120 jam. Kemudian sampel diambil pada akhir
Produksi enzim selulase sakarifikasi, hasil sakarifikasi ini disaring dan
supernatan dipindahkan ke dalam wadah khusus.
Sebanyak 10 ml aquades steril dituangkan Supernatan selanjutnya dianalisis kadar gula
masing-masing ke dalam biakan A. niger reduksinya (glukosa).
dalam agar miring, kemudian dikocok agar
spora terlepas ke dalam fase cair. Sebanyak
2 g serbuk ampas tebu dimasukkan ke dalam Analisis
erlenmeyer 100 ml dan ditambahkan larutan Bahan baku berupa serbuk ampas tebu sebelum
nutrien dan mineral dengan perbandingan 1:1 dan sesudah perlakuan delignifikasi dilakukan
terhadap substrat. Larutan nutrient dan mineral analisis: kadar selulosa, hemiselulosa, lignin,[7,12]
ini mengandung NaH2PO4 4,7%, CaCl 2 0,1%, dan nilai retensi air.[13] Pada produksi enzim selu-
KH2PO4 1,02%, MgCl2 0,02% dan urea 0,3%. lase kasar dari A. niger, kultur filtratnya dilakukan
Media yang telah berisi larutan nutrien dan uji aktivitas filter paperase.[14] Setelah sakarifikasi
mineral diatur pH-nya dengan menambahkan substrat ampas tebu secara enzimatis, dilakukan
HCl 5 N sehingga menjadi pH awal 6, selanjutnya analisis kadar gula reduksi equivalen glukosa
disterilisasi pada 121oC selama 15 menit dalam menggunakan metode Nelson-Somogyi.[15]
autoclave (Cole Parmer). Penelitian ini merupakan percobaan pola
Suspensi spora dibuat dari A. niger yang fak torial dengan menggunakan Rancangan
berumur tujuh hari, ditambahkan ke dalam Acak Kelompok (RAK), yang dikelompokkan
medium fermentasi pada konsentrasi 10% dan berdasarkan waktu pelaksanaannya. Data yang
diaduk secara aseptis di atas rotary shaker diperoleh kemudian dianalisis dengan sidik
(Gfl), selanjutnya dilakukan fermentasi selama ragam (Anova) dan apabila terdapat pengaruh
sembilan hari. perlakuan yang nyata maka dilanjutkan dengan
uji Duncan.

26
Delignifikasi Ampas Tebu dengan ... | Ida Bagus Wayan Gunam, dkk.

HASIL DAN PEMBAHASAN sumber glukosa dalam fermentasi bioetanol dan


produk-produk lainnya.
Sifat fisikokimia serbuk ampas tebu
Ampas tebu sebelum dipergunakan pada proses
Aktivitas enzim selulase
delignifikasi, terlebih dahulu dilakukan tahapan
pengecilan ukuran. Tahapan ini dilakukan Enzim yang digunakan dalam penelitian ini
dengan menghancurkan ampas tebu yang sudah diproduksi dari proses fermentasi kapang Asper-
kering menggunakan alat penggiling sampai lolos gillus niger FNU 6018. Hasil fermentasi enzim
ayakan 60 mesh sehingga diperoleh serbuk ampas yang dihasilkan bergantung pada jenis substrat,
tebu yang seragam. Serbuk ampas tebu digunakan jenis mikroba dan kondisi lingkungan yang dapat
sebagai bahan baku utama dalam penelitian ini. memengaruhi pertumbuhan dan metabolisme
Oleh karena itu, perlu diketahui sifat fisikokimia- mikroba. Selain itu, media fermentasi sebagai
nya. Sifat fisikokimia ampas tebu yang dianalisis penyedia nutrien sangat dibutuhkan oleh mikroba
meliputi: kadar air, selulosa, hemiselulosa, lignin, untuk memperoleh energi, bahan pembentukan
fraksi larut air panas (LAP), dan nilai retensi air sel dan biosintesis produk metabolisme.[19]
(NRA). Hasil analisis fisikokimia serbuk ampas Produksi enzim selulase dalam penelitian
tebu dapat dilihat pada Tabel 1. ini menggunakan substrat serbuk ampas tebu.
Serbuk ampas tebu digunakan sebagai bahan
Tabel 1. Sifat fisikokimia ampas tebu penginduksi selulase karena mengandung se-
Komponen Sampel Referensi lulosa yang dapat digunakan sebagai sumber
ampas tebu (%) (%)a[7] (%) karbon untuk pertumbuhan mikroba. Aspergillus
Air 7,92 9,67 -
niger pada proses fermentasi dalam menghasilkan
NRA 5,10 13,88 -
enzim selulase memerlukan mineral (NH4)2SO4,
LAP 25,37 7,86 -
KH2PO4, MgSO4, Urea, CaCl2.7H2O, FeSO4,
MnSO4.H2O. Proses fermentasi dilakukan pada
Selulosa 40,59 42,67 37,65 –52[17]
[16]

suhu 50oC pH 4,8 selama sembilan hari dengan


Hemiselulosa 15,91 26,26 15[16]–29[18]
menggunakan shaker pada kecepatan 120 rpm.
Lignin 17,50 17,65 13[18]–30[16]
Enzim selulase kasar dari kapang Aspergillus
Abu - 5,57 8,80[17]
niger yang dihasilkan memiliki aktivitas filter
Sumber: 7Gunam (1997); 16Husin (2007 dalam Anwar paperase sebesar 0,747 U/ml.
(2008) 17Blackburn (1984); 18Marsden dan Gray (1986);

Komponen serat kasar ampas tebu yang Proses delignifikasi


diperoleh dari penelitian terdiri dari selulosa
Variabel yang diamati pada hasil proses delig-
sebesar 40,59%, hemiselulosa 15,91%, dan lignin
nifikasi, yaitu nilai retensi air dan kadar komponen
17,50%. Kandungan komponen serat tersebut
serbuk ampas tebu terdelignifikasi (hemiselulosa,
hampir sama dengan data pada referensi (Tabel
selulosa, dan lignin).
1). Selulosa merupakan polimer glukosa dengan
ikatan β-1,4 glikosidik yang jika dihidrolisis akan
Nilai Retensi Air (NRA)
menghasilkan glukosa, sedangkan hemiselulosa
akan menghasilkan campuran gula yang terdiri Nilai retensi air merupakan perbandingan berat
dari glukosa, xilosa, galaktosa, arabinofiranosa, basah dan berat kering bahan setelah direndam air
arabinofuranosa dan manosa.[1] Glukosa, manosa selama 12 jam. Nilai retensi air meningkat pada
dan galaktosa merupakan gula dari golongan semua serbuk ampas tebu yang diberi perlakuan
heksosa, sedangkan xilosa dan arabinosa merupa- delignifikasi. NRA pada bahan baku yang belum
kan gula dari golongan pentosa.[19] Oleh karena didelignifikasi adalah 7,24. Nilai rata-rata NRA
itu, ampas tebu berpotensi bila dijadikan produk serbuk ampas tebu terdelignifikasi dapat dilihat
bernilai ekonomis yang berbasis selulosa sebagai pada Tabel 2.

27
Jurnal Teknologi Indonesia, Volume 34, Edisi Khusus 2011

Tabel 2. Nilai rata-rata NRA serbuk ampas tebu ter- Kadar komponen serbuk ampas tebu
delignifikasi terdelignifikasi
Lama Konsentrasi NaOH (%) Kadar komponen serbuk ampas tebu terdeli-
Perendaman gnifikasi meliputi: selulosa, lignin, dan hemise-
(jam) 0 2 4 6
lulosa. Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai rata-
4 8,06 g 12,48 f 13,27 de 14,62 c
rata selulosa serbuk ampas tebu terdelignifikasi
8 8,25 g 12,53 f 13,72 d 15,38 b
dengan perlakuan perendaman pada konsentrasi
12 8,33 g 12,64 f 14,29 c 15,90 ab
NaOH 4% selama delapan jam tidak berbeda
24 8,32 g 12,84 ef 14,45 c 16,24 a
dengan perlakuan perendaman pada konsentrasi
Keterangan: huruf sama di belakang nilai rata-rata menun- NaOH 4% selama 12 dan 24 jam. Pada kondisi
jukkan perbedaan tidak nyata (P>0,05)
tersebut, juga tidak berbeda dengan perlakuan
perendaman pada konsentrasi NaOH 6% selama
Data pada Tabel 2 terlihat bahwa NRA 4, 8, 12, dan 24 jam. Nilai rata-rata kadar selulosa
semakin meningkat dengan meningkatnya serbuk ampas tebu terdelignifikasi dapat dilihat
konsentrasi dan lama perendaman dengan larutan pada Tabel 3.
NaOH. Nilai rata-rata NRA serbuk ampas tebu
terdelignifikasi dengan perlakuan perendaman
Tabel 3. Nilai rata-rata kadar selulosa serbuk ampas
pada konsentrasi NaOH 6% selama 24 jam tidak tebu terdelignifikasi
berbeda dengan perlakuan perendaman pada
konsentrasi NaOH 6% selama 12 jam. Lama Konsentrasi NaOH (%)
Perendaman
Larutan NaOH dapat meningkatkan penggem- (jam) 0 2 4 6
bungan dan menurunkan derajat kristalinitas 4 43,00 f 67,83 bc 64,08 de 69,41 a
selulosa pada tingkat tertentu, karena NaOH 8 42,90 f 60,45 e 69,34 ab 70,20 a
dapat memutuskan ikatan hidrogen terutama 12 42,67 f 66,38 cd 72,31 a 72,49 a
ikatan inter-molekul selulosa. Putusnya ikatan 24 42,91 f 68,46 b 72,64 a 72,21 a
hidrogen terutama ikatan inter-molekul selulosa Keterangan: huruf sama di belakang nilai rata-rata menun-
menyebabkan air yang diserap lebih banyak jukkan perbedaan tidak nyata (P>0,05)
sehingga NRA meningkat. Nilai retensi air yang
tinggi menunjukkan bahwa penyerapan air lebih Nilai rata-rata kadar hemiselulosa serbuk
banyak, hal ini berarti akan dapat meningkatkan ampas tebu setelah proses delignifikasi dapat
penyerapan enzim selulase ke dalam substrat dilihat pada Tabel 4. Sementara itu, nilai rata-rata
selulosa.[7] Disamping itu, enzim selulase sendiri kadar lignin disajikan pada Tabel 5 dan untuk
sangat membutuhkan air dalam menghidrolisis lebih jelasnya perubahan nilai rata-rata kadar
selulosa menjadi gula-gula sederhana. Kondisi lignin serbuk ampas tebu terdelignifikasi dapat
ini akan dapat membantu meningkatkan hasil dilihat juga dalam bentuk grafik (Gambar 1).
sakarifikasi selulosa tersebut.

Tabel 4. Nilai rata-rata kadar hemiselulosa serbuk ampas tebu terdelignifikasi


Lama Konsentrasi NaOH (%)
Perendaman Rerata
(jam) 0 2 4 6

4 19,76 11,40 10,93 10,06 13,04 a


8 19,28 11,65 10,29 9,77 12,75 ab
12 16,26 10,87 9,39 9,09 11,41 c
24 17,00 10,77 10,24 9,96 11,99 bc
Rerata 18,07 a 11,17 b 10,21 cd 9,72 d

28
Delignifikasi Ampas Tebu dengan ... | Ida Bagus Wayan Gunam, dkk.

Tabel 5. Nilai rata-rata kadar lignin serbuk ampas tebu terdelignifikasi

Lama Perendaman Konsentrasi NaOH (%) Rerata


(jam) 0 2 4 6
4 17,64 14,67 13,61 12,21 14,53 a
8 17,28 15,21 12,88 13,52 14,73 a
12 17,65 13,75 11,13 11,88 13,60 a
24 17,68 12,93 13,99 11,90 14,12 a
Rerata 17,56 a 14,14 b 12,90 bc 12,38 c
Keterangan: Huruf sama di belakang nilai rata-rata pada baris dan kolom menunjukkan per-
bedaan tidak nyata (P>0,05)

20
Konsentrasi
NaOH
16
0%
2%
Kadar Lignin (%)

12 4%
6%
8

0
0 5 10 15 20 25 30
Lama Perendaman (jam)
Gambar 1. Kadar lignin ampas tebu terdelignifikasi pada perlakuan konsentrasi
NaOH dan lama perendaman yang berbeda

Besarnya kehilangan hemiselulosa dan cabang serta terjadi asetilasi gugus substituen
lignin mengakibatkan persentase selulosa serbuk pada hemiselulosa, sedangkan ikatan glikosidik
ampas tebu yang diberi perlakuan delignifikasi intra-molekul hemiselulosa sulit dihidrolisis.
menjadi meningkat dari 40,59% pada bahan baku NaOH mampu menghilangkan sebagian lignin
menjadi 42,67–72,64% (data tidak diperlihatkan). dan hemiselulosa yang melindungi molekul
Semakin tinggi konsentrasi dan lama perendaman selulosa serbuk ampas tebu, sekaligus mampu
dengan NaOH maka semakin tinggi kadar memutuskan ikatan hidrogen terutama ikatan inter
selulosa, sedangkan hemiselulosa, dan lignin molekul selulosa sehingga selulosa berada dalam
semakin rendah (Tabel 3, 4 dan 5). Perlakuan keadaan tidak terikat. Keadaan ini menyebabkan
ini dapat melonggarkan struktur berkas selulosa selulosa menjadi longgar baik terhadap ikatan
yang ditunjukkan dengan terlepasnya lignin dan dengan komponen non-selulosa maupun pada
hemiselulosa, masing-masing sampai 32,11% selulosanya sendiri sehingga enzim selulase
dan 42,87%, dan nilai retensi air yang tinggi dapat lebih mudah kontak dengan selulosa yang
15,90 (b/b). Molekul hemiselulosa yang larut akhirnya hidrolisis selulosa menjadi gula-gula
dalam alkali adalah rantai pendek dan rantai sederhana dapat berjalan lebih sempurna.[18]

29
Jurnal Teknologi Indonesia, Volume 34, Edisi Khusus 2011

Pengaruh alkali terhadap penghilangan lignin rendah karena tidak ada bahan yang korosif.[10,11]
terutama disebabkan oleh labilnya ikatan ester Enzim selulase yang digunakan dalam proses
antara selulosa dan kompleks lignin. Lignin sakarifikasi pada penelitian ini, yaitu enzim kasar
yang terlepas kemudian berikatan dengan alkali yang diproduksi dari proses fermentasi kapang
membentuk kompleks lignin-alkali yang larut Aspergillus niger. Enzim selulase kasar dari
dalam.[20] Penghilangan lignin pada lignoselulosa kapang Aspergillus niger yang dihasilkan memiliki
yang kadar ligninnya sama, tetapi sumbernya aktivitas filter paperase sebesar 0,747 FPU/ml.
berbeda membutuhkan kepekatan larutan NaOH Penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa
yang berbeda. Sebaliknya, jenis lignoselulosa laju peningkatan gula reduksi semakin berkurang
yang sama, tetapi kadar ligninnya yang berbeda dengan meningkatnya waktu sakarifikasi,
membutuhkan kepekatan larutan NaOH yang terutama setelah 120 jam sakarifikasi. Dalam
berbeda pula. NaOH dapat memutus ikatan antara penelitian ini, tahap sakarifikasi dilakukan
selulosa dengan hemiselulosa dan lignin. Di pada suhu 50oC, pH 4,8 selama 120 jam, 120
samping itu, dapat pula memutus ikatan-ikatan rpm. Penambahan enzim selulase pada proses
yang ada pada masing-masing komponen, seperti sakarifikasi sebanyak 15 FPU/g substrat. Enzim
ikatan hidrogen dan ikatan kovalen. Hal ini terli- selulase yang ditambahkan dapat menghidrolisis
hat dari perubahan kadar senyawa tersebut yaitu fraksi serat terutama selulosa yang mempunyai
persentase selulosanya meningkat, sedangkan ikatan β-1,4 glikosida untuk menghasilkan
hemiselulosa dan ligninnya menurun.[18] glukosa. Peningkatan konsentrasi gula pereduksi
Penentuan kondisi perlakuan yang optimal dapat disebabkan oleh serangan selulase secara
dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh sinergis antara endoglukanase, selobiohidrolase,
perlakuan kimiawi yang paling optimal dengan dan β-glukosidase. Pada tahap awal endogluka-
menggunakan NaOH untuk delignifikasi sebelum nase menghidrolisis ikatan β-1,4 secara acak dan
proses sakarifikasi. Dalam menentukan perlakuan bekerja pada bagian amorf dari serat selulosa.
yang paling optimal dibandingkan nilai analisis Selanjutnya, selobiohidrolase menghidrolisis
selulosa, nilai retensi air dan lignin menggunakan ujung rantai selulosa menghasilkan selobiosa, di
hasil uji Duncan. Bila dibandingkan nilai mana selobiosa ini dihidrolisis oleh β-glukosidase
analisis tersebut dapat dilihat perlakuan dengan menjadi glukosa.[19] Hasil sakarifikasi enzimatis
konsentrasi NaOH 6% dan waktu perendaman menggunakan 2 g serbuk ampas tebu terdeligni-
12 jam memberikan kondisi yang paling optimal fikasi terbaik memiliki kadar gula reduksi
(data tidak diperlihatkan). sebesar 54,47 mg/100 ml. Grafik kadar gula
reduksi sakarifikasi enzimatis serbuk ampas
Proses sakarifikasi tebu terdelignifikasi terbaik dapat dilihat pada
Gambar 2.
Sakarifikasi secara enzimatis dalam penelitian
ini bertujuan untuk menghasilkan glukosa
yang nantinya dapat digunakan dalam proses 60

fermentasi pembuatan bioetanol. Pada dasarnya, 50

prinsip sakarifikasi adalah memutuskan rantai


Gula Reduksi (mg/100 ml)

40
polimer bahan menjadi unit-unit monomer yang
30
lebih sederhana. Pemutusan rantai polimer
tersebut dapat dilakukan secara kimiawi (asam) 20

dan enzimatis. Sakarifikasi enzimatis memiliki 10

beberapa keuntungan dibandingkan sakarifikasi 0

asam, antara lain: tidak terjadi degradasi gula 0 20 40 60 80 100 120 140

hasil hidrolisis, kondisi proses yang lebih lunak Waktu Inkubasi (jam)

(suhu rendah), berpotensi memberikan hasil yang Gambar 2. Grafik kadar gula reduksi hasil sakarifikasi en-
tinggi, dan biaya pemeliharaan peralatan relatif zimatis selulosa ampas tebu terdelignifikasi terbaik

30
Delignifikasi Ampas Tebu dengan ... | Ida Bagus Wayan Gunam, dkk.

KESIMPULAN Foust T.D. (2007). Biomass Recalcitrance:


Engineering Plants and Enzymes for Biofuels
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan Production Science 315, 804 DOI: 10.1126/
bahwa konsentrasi larutan NaOH 6% dan lama science.1137016
perendaman 12 jam, menghasilkan serbuk [7] Gunam I.B.W. (1997). Perlakuan kimiawi ampas
ampas tebu terdelignifikasi terbaik dengan tebu tanpa pencucian sebagai perlakuan penda-
kadar selulosa, hemiselulosa, lignin, dan nilai huluan untuk hidrolisis enzimatis selulosanya.
retensi air berturut-turut adalah 72,49%, 9,09%, Tesis Master. Yogyakarta: Program Studi Ilmu
dan Teknologi Pangan, Program Pasca Sarjana,
11,88%, dan 15,90 (b/b). Perlakuan ini dapat
Universitas Gadjah Mada.
melonggarkan beberapa struktur berkas selu-
[8] Ingram L. O., Gomez P. F., Lai X. Moniruz-
losa ditunjukkan dengan terlepasnya lignin dan zaman M., Wood B. E., Yomano L. P., York S.
hemiselulosa, masing-masing sampai 32,11 dan W. (1997). Metabolic Engineering of Bacteria
42,87%. Sakarifikasi enzimatis menggunakan for Ethanol Production. Biotechnology and
enzim selulase kasar dari A. niger pada ampas Bioengineering, 58: 2–3.
tebu terdelignifikasi dengan perlakuan terbaik [9] Gunam I.B.W., Buda K., dan Guna I M.Y.S.
sebanyak 2 g selama 120 jam menghasilkan gula (2010). Pengaruh perlakuan delignifikasi den-
reduksi sebesar 54,47 mg/100 ml. gan larutan NaOH dan konsentrasi substrat
jerami padi terhadap produksi enzim selulase
dari Aspergillus niger NRRL A-II, 264. Jurnal
UCAPAN TERIMA KASIH Biologi, 14(2): 55–61.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada [10] Hamelinck C.N., Hooijdonk G.V., and Faaij
Universitas Udayana yang telah membiayai pene- A.P.C. (2005). Ethanol from lignocellulosic bio-
mass: techno-economic performance in short-,
litian ini melalui skema Hibah Penelitian Strategis
middle- and long-term. Biomass and Bioenergy,
Nasional Nomor kontrak No: 0229.0/023-04.2/ 28: 384–410.
XX/2009. [11] Taherzadeh M. J. and Karimi K. (2007).
Enzyme-based hydrolysis processes for etha-
DAFTAR PUSTAKA nol from lignocellulosic materials: a review.
BioResources, 2: 707–738.
[1] Lee, S.H., T.V. Doherty, R.J. Linhardt, J.S. [12] Datta R. (1981). Acidogenic Fermentation of
Dordick. (2009). Ionic Liquid Mediated Selec- Lignocellulose-Acid Yield and Conversion of
tive Extraction of Lignin From Wood Leading Component. Biotechnol. Bioeng., P: 2167–
to Enhanced Enzymatic Cellulose Hydrolysis. 2170
Biotechnology and Bioengineering, 102(5):
1368–1376. [13] Browning B.L. (1967). Methods of Wood Chem-
istry. New York: Inter-science Publishers,
[2] Prihandana, R. dan R. Hendroko. (2007). Energi
Hijau. Jakarta: Penebar Swadaya. [14] Darwis A.A. dan Sukara T. (1990). Isolasi, Pu-
rifikasi dan Karakteristik Enzim. Bogor: PAU
[3] Khalil A.M., Al-Shawabkeh A.F., Mazahreh Bioteknologi IPB.
A.S., Al-Damanhoory M.S. and Quasem J.M.
(2009). Utilization of Soft Wood Wastes as a [15] Sudarmadji S., Haryono B. dan Suhardi. (1984).
Feed Stock to Produce Fuel Ethanol. J. of Engi- Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan
neering and Applied Sciences, 2(2): 451–455. Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty,
[4] De Garmo E.P., Sullivan W.G. and Canada J.R. [16] Blackburn F. (1984). Sugar-cane. New York:
(1984). Engineering Economy. Seventh Edition. Published in The United States of America by
New York: Macmillan Publishing Company. Longman Inc.
[5] Gunam I.B.W., Antara N. S., dan Ang- [17] Anwar S. (2008). Ampas Tebu. http://bioindus-
greni A.A.M.D.. (2009). Pemanfaatan limbah tri.blogspot.com/2008/04/ ampas- tebu.html.
lignoselulosa sebagai bahan baku pembuatan Diakses tanggal 27 November 2009.
bioetanol dengan teknik sel terimobilisasi. [18] Marsden W.L and Gray P.P.. (1986). Enzymatic
Denpasar: Laporan Penelitian Hibah Strategis Hydolysis of Cellulase in Lignocellulosic Mate-
Nasional, Universitas Udayana. rial. CRC. Critical Review in Biotechnology 3:
[6] Himmel M.E., Ding Shi-You, Johnson D.K, 235–267.
Adney W.S, Nimlos M.R., Brady J.W. and

31
Jurnal Teknologi Indonesia, Volume 34, Edisi Khusus 2011

[19] Arnata I W. (2009). Pengembangan Alternatif [20] Dale B. E. and Moreira M. J. A. (1982). freeze-
Teknologi Bioproses Pembuatan Bioetanol explosion technique for increasing cellulose
dari Ubi Kayu Menggunakan Trichordema hydrolysis. Biotechnol. Bioeng. Symp. Ser., 12:
viride, Aspergillus niger dan Saccharomyces 31–43.
cerevisiae. Tesis Master. Bogor: Program Studi
Teknologi Industri Pertanian, Program Pasca
Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Diterima: 30 Mei 2011 Revisi: 9 Agustus 2011 Disetujui: 16 Agustus 2011

32

View publication stats

You might also like