Professional Documents
Culture Documents
Keadaan perekonomian Indonesia yang selama beberapa tahun terakhir yang tidak stabil
disebabkan oleh beberapa hal yaitu krisis ekonomi, naik turunnya harga minyak dunia, bencana
alam besar, dan kondisi makroekonomi yang belum pulih. Hal ini diikuiti oleh terjadinya resesi
ekonomi yaitu krisis finansial global yang membuat keadaan ekonomi negara-negara di dunia
menjadi tidak stabil. Krisis finansial ini menyebabkan suku bunga tinggi, meningkatnya angka
inflasi, dan dampak paling berat yaitu merosotnya perekonomian Indonesia. Melihat kondisi
tersebut, pemerintah Indonesia selalu berupaya mendorong tingkat pertumbuhan perekonomian
dengan membuat berbagai kebijakan diantaranya kebijakan moneter dengan cara menurunkan
suku bunga di Bank Indonesia agar pelaku bisnis bisa leluasa melakukan usahanya.
Upaya yang dilakukan pemerintah ini membutuhkan dana dalam jumlah besar sehingga sangat
diperlukan keikutsertaan seluruh lapisan masyarakat dalam bentuk pengerahan dana investasi.
Pengerahan dana investasi masyarakat ini dapat melalui lembaga perbankan dan lembaga
keuangan non-bank. Salah satu lembaga sumber pendanaan pembangunan di luar sektor
perbankan yang memegang peranan penting dalam sistem perekonomian yang bekerja melalui
mekanisme pasar adalah melalui pasar modal. Pasar modal merupakan salah satu alternatif
penginvestasian dana yang dimiliki masyarakat di samping sektor perbankan dan jenis investasi
lainnya. Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan
pasar modal sebagai “ Kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan
efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek”. Keberadaan pasar modal membuat para investor dapat
mengambil keputusan investasi dengan lebih rasional dan masyarakat memiliki kesempatan yang
luas untuk melakukan diversifikasi investasi yang dianggap paling menguntungkan.
Investasi di pasar modal memiliki dua potensi, yaitu deviden yang diharapkan oleh para pemodal
dan capital gain. Selain return, kegiatan investasi juga dapat menimbulkan resiko bagi para
investor. Semakin besar potensi return yang akan diterima maka semakin besar pula potensi
risiko. Jogiyanto (2000) menekankan bahwa risiko investasi ini dibedakan menjadi dua yaitu
risiko sistematis (systematic risk) dan risiko non sistematis (unsystematic risk).
Sebagai upaya untuk meningkatkan return atas investasi, investor melakukan tindakan
memaksimumkan expected return pada berbagai tingkat resiko. Salah satu cara untuk
mengurangi tingkat risiko yang ada yaitu dengan melakukan investasi dalam bentuk portofolio.
Portofolio didefinisikan sebagai sekumpulan investasi dimana pemodal dapat berinvestasi pada
macam-macam saham dengan maksud untuk mengurangi risiko. Sebelum mengambil keputusan
berinvestasi investor rasional akan memilih untuk berinvestasi pada portofolio yang paling
efisien di antara kumpulan portofolio yang ada. Portofolio yang efisien menurut Jogiyanto
(2000) adalah:
REFERENSI:
Abdurah Rahman. (2005). Analisis Portofolio Optimal Pada Saham LQ45 dengan Pemrograman
Non Linear. Jurnal Ekonomi Perusahaan, Vol.12 No.2 Juni 2005, hal.185.
Husnan, S. (1998), Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Ketiga, UPP
AMP YKPN, Yogyakarta.
Jogiyanto. (2000), Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kedua, BPFE, Yogyakarta.
Sharpe, W.F and G.J. Alexander, (1995), Investasi, Jilid 1, Terjemahan Henry Njooliangtik,
Agustiono, Prenhallindo, Jakarta.
Siamat, D. (1999), Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Kedua, Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Tandelilin, E., (2001), Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama, BPFE,
Yogyakarta.
Pengertian Portofolio
Investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lain yang dilakukan
saat ini dengan tujuan agar dapat memperoleh keuntungan di masa mendatang atau bertujuan untuk
menurut Sharpe, Alexander, dan Bailey (1997), investasi dalam arti luas adalah mengorbankan
dolar sekarang untuk dolar pada masa depan, dengan dua atribut berbeda yang melekat yaitu risiko
dan waktu.
b. Pemanfaatan dana yang tersedia untuk produksi dengan pendapatan dimasa yang akan datang.
c. Suatu tindakan untuk membeli saham, obligasi atau surat penyertaan lainnya.
Halim (2003 : 2), investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan
1. Investasi langsung (direct investment) adalah investasi pada asset riil (Real Assets) misalnya :
pembelian asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan / perkebunan, dan lain-
lain.
2. Investasi tidak langsung (indirect investment) atau investasi portofolio adalah investasi pada asset
3. Tabungan.
Adapun dasar keputusan seseorang melakukan investasi berdasarkan atas (Husnan, 2003 :
50):
a. expected return (return yang diharapkan) yaitu return yang diharapkan akan didapat oleh investor
di masa depan.
b. realized return (return aktual) yaitu return yang sesungguhnya terjadi / didapatkan oleh investor.
2. Risiko merupakan kemungkinan return aktual berbeda dengan return yang diharapkan yang terdiri
dari ;
a. risiko sistematis (systematic risk) atau risiko pasar (general risk) yaitu risiko yang tidak dapat
dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, berkaitan dengan faktor makro ekonomi yang
mempengaruhi pasar (misal : tingkat bunga, kurs, inflasi dan kebijakan pemerintah).
b. risiko tidak sistematis (unsystematic risk) atau risiko perusahaan (risiko spesifik) yaitu risiko yang
dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena hanya ada dalam satu perusahaan /
industri tertentu.
Menurut Husnan (2003 : 47), salah satu karakteristik investasi pada pasar modal adalah
kemudahan untuk membentuk investasi portofolio. Artinya pemodal dapat dengan mudah
menyebar (melakukan diversifikasi) investasinya pada berbagai kesempatan investasi. Oleh karena
itu maka adapun langkah-langkah dalam melakukan investasi portofolio adalah sebagai berikut
Pada tahap awal pengambilan keputusan, investor perlu menetapkan tujuannya berinvestasi dan
menentukan besarnya investasi yang akan ditanam. Mengingat adanya korelasi antara risiko dan
keuntungan (return) yang diperoleh, maka investor tidak dapat mengatakan bahwa tujuan
investasinya adalah mencari keuntungan yang sebesar-besarnya karena akan ada kerugian yang
harus dihadapinya. Jadi, tujuan investasi harus dinyatakan, baik dalam keuntungan maupun risiko.
2. Analisis Sekuritas
Pada tahap ini akan diadakan analisis terhadap individual (sekelompok) sekuritas. Ada dua filosofi
a. Pendapat pertama menyatakan bahwa sekuritas mispriced (harganya salah, mungkin terlalu tinggi,
mungkin terlalu rendah) Dengan analisis ini akan dapat dideteksi sekuritas-sekuritas tersebut. Ada
berbagai cara untuk melakukan analisis ini. Cara tersebut dikelompokkan menjadi dua, yaitu
analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal menggunakan data (perubahan) harga
pada masa yang lalu sebagai upaya memperkirakan harga sekuritas di masa yang akan datang
dengan melihat nilai transaksi yang terjadi. Sedangkan analisis fundamental didasarkan pada
informasi-informasi yang diterbitkan oleh emiten maupun oleh administratur bursa efek.
b. Pendapat kedua menyatakan bahwa pasar modal adalah efisien. Dengan demikian, peralihan
sekuritas tidak didasarkan atas frekuensi risiko para pemodal (pemodal yang bersedia menanggung
risiko tinggi akan memilih sekuritas yang berisiko tinggi), pola kebutuhan kas, dan sebagainya.
Jadi, menurut pendapat ini keuntungan yang diperoleh pemodal sesuai dengan risiko yang
ditanggung.
3. Pembentukan Portofolio
Tahap ini menyangkut identifikasi sekuritas mana saja yang akan dipilih untuk membentuk
portofolio dan berapa proporsi dana yang akan ditanam pada tiap-tiap sekuritas tersebut. Adanya
pemilihan sekuritas ini (dengan kata lain pemodal melakukan diversifikasi) dimaksudkan untuk
meminimalkan risiko yang ditanggung. Pemilihan sekuritas ini akan dipengaruhi oleh preferensi
Tahap ini merupakan pengurangan terhadap ketiga tahap sebelumnya dengan maksud jika
diperlukan akan diadakan perubahan terhadap portofolio yang telah dimiliki. Jika portofolio yang
dimiliki sekarang dirasakan tidak lagi optimal atau tidak sesuai dengan prefensi risiko pemodal,
portofolio tersebut.
tingkat keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung. Tidak benar bahwa suatu
portofolio yang memberikan keuntungan yang lebih tinggi mesti lebih baik daripada portofolio
Rahardja dan Manurung ( 2008 : 278), adapun faktor-faktor yang mempengaruhi investasi
Kemampuan perusahaan menentukan tingkat investasi yang diharapkan, sangat dipengaruhi oleh
Kondisi internal adalah faktor-faktor yang berada di bawah kontrol perusahaan, misalnya tingkat
efisiensi, kualitas SDM, dan teknologi yang digunakan. Ketiga aspek tersebut berhubungan positif
dengan tingkat pengembalian yang diharapkan. Artinya, semakin tinggi tingkat efisiensi, kualitas
SDM dan teknologi, maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian yang diharapkan.
Kondisi eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan akan investasi
terutama adalah perkiraan tentang tingkat produksi dan pertumbuhan ekonomi domestik maupun
internasional serta tingkat inflasi yang terjadi. Jika perkiraan tentang masa depan ekonomi nasional
maupun dunia bernada optimis, biasanya tingkat investasi meningkat, karena tingkat
Selain perkiraan kondisi ekonomi, kebijakan yang ditempuh pemerintah juga dapat menentukan
tingkat investasi. Kebijakan menaikkan pajak, misalnya diperkirakan akan menurunkan tingkat
permintaan akan agregat. Akibatnya tingkat investasi akan menurun. Faktor sosial politik juga
menentukan gairah investasi, karena jika sosial politik stabil maka pada umumnya juga meningkat.
Ramalan yang menunjukkan bahwa keadaan perekonomian akan menjadi lebih baik lagi pada
masa depan, yaitu diramalkan bahwa harga-harga akan tetap stabil (tingkat inflasi stabil) dan
lebih cepat, merupakan keadaan yang akan mendorong pertumbuhan investasi. Jika terjadi inflasi
maka akan menurunkan investasi portofolio yang akan ditanam oleh para investor, sehingga
kondisi ini akan mempengaruhi menurunnya harga sekuritas di pasar modal sehingga
menyebabkan investor lebih suka menanamkan uangnya dalam bentuk investasi yang lain,
dalam bentuk saham, obligasi maupun sekuritas lainnya. Hal ini akan mendorong mereka untuk
melepas sekuritas yang mereka miliki, sehingga sekuritas yang dilepas akan meningkatkan jumlah
yang ditawarkan di pasar modal, dan selanjutnya akan menekan harga. Jadi, semakin baik keadaan
masa depan maka semakin besar tingkat keuntungan yang akan diperoleh para pengusaha. Oleh
sebab itu mereka akan lebih terdorong untuk melaksanakan investasi yang telah atau sedang
3. Tingkat bunga
Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberi keuntungan kepada para
pengusaha dan dapat dilaksanakan. Para pengusaha hanya akan melaksanakan keinginan untuk
menanamkan modal apabila tingkat pengembalian modal dari penanaman modalnya itu, yaitu
persentase keuntungan neto (tetapi sebelum dikurangi bunga uang yang dibayar) modal yang
Yang paling menentukan tingkat biaya investasi adalah tingkat bunga pinjaman, karena semakin
tinggi tingkat bunganya maka biaya investasi semakin mahal. Akibatnya minat berinvestasi
semakin menurun.
Faktor lembaga juga mempengaruhi biaya investasi karena prosedur izin yang berbelit-belit dan
lama (> 3 tahun), menyebabkan biaya ekonomi dengan memperhitungkan nilai waktu uang dari
investasi semakin mahal. Demikian halnya dengan keberadaan dan efisiensi lembaga keuangan,
Hubungan antara pendapatan nasional dan investasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
cukup erat di antara tingkat investasi dan tingkat pendapatan nasional. Investasi akan meningkat
Investasi Portofolio dapat diartikan sebagai tindakan membagi modal yang tersedia pada
jenis-jenis investasi tertentu agar diperoleh risiko yang paling minimal. Keputusan pengalokasian
modal ke dalam usulan-usulan investasi yang manfaatnya akan direalisasikan dimasa yang akan
datang harus dipertimbangkan dengan cermat. Dan investasi portofolio meliputi investasi pada
asset berupa saham dan utang jangka panjang yang dipengaruhi oleh kondisi perekonomian,
Sukirno (2005 : 381), Penanaman modal portofolio merupakan penanaman modal dalam
bentuk pemilikan surat-surat pinjaman jangka panjang dan saham-saham dari perusahaan-
perusahaan yang terdapat di negara-negara berkembang, jadi hanyalah berupa penyertaan dalam
pemilikan perusahaan dan bukan penguasaan kegiatan perusahaan sehari-hari. Dengan kata lain
investasi portofolio (Portofolio Investment ) merupakan pembelian saham dan obligasi yang
semata-mata tujuannya untuk mendapatkan hasil dari dana yang diinvestasikan oleh para investor
melalui pasar modal. Sukirno (2006 : 231), investasi portofolio adalah investasi dalam bentuk
membeli harta keuangan seperti bond, saham perusahaan dan obligasi pemerintah. Adapun
didalam neraca pembayaran investasi portofolio meliputi investasi asing dalam harta keuangan.
Jadi dapat dikatakan bahwa, Investasi Portofolio merupakan investasi pada sektor finansial
yang tergolong paling high risk-high return investment. Artinya, peluang untuk memperoleh
keuntungan sangat besar bahkan dapat mencapai ratusan persen perbulan namun diimbangi juga
dengan kemungkinan kerugian yang besar apabila tidak dikelola dengan baik.
KEPUSTAKAAN
Sukirno, Sadono. (2006). Makro Ekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
_______. (2005). Makro Ekonomi Modern. Edisi Ketiga. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT. Raja Grafika
Persada.
Kasmir. (2008). Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi 8. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
_______. (2001). Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Rahardja, Prathama dan Manurung, Mandala. (2008). Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi &
Husnan, Suad. (2003). Dasar - Dasar Teori Portofolio Dan Analisis Sekuritas. Edisi 3. AMP YKPN,
Yogyakarta.
Halim, Abdul. (2003). Analisis Investasi. Edisi Pertama. Salemba Empat, Jakarta.