You are on page 1of 14

MAKALAH

ILMU DASAR KEPERAWATAN


PERANAN BIOOPTIK DALAM KEPERAWATAN

Dosen : Drs. Pendi Sinulingga, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 4
1. Cahya Hawiyani 2017C06b0081
2. Elvry Marthalina 2017C06b0088
3. Intan Kusuma Fabriyani 2017C06b0095
4. Leny Rismawati 2017C06b0097
5. Patriani 2017C06b0101
6. Riup Yakup 2017C06b0103
7. Supriadi 2017C06b0106
8. Victiyana 2017C06b0113

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA
PROGSUS S1 KEPERAWATAN
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan Rahmat-Nya lah kami selaku kelompok dapat menyusun makalah
“Biooptik dalam Keperawatan” dengan baik. Semoga dengan dibuatnya makalah
ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa keperawatan.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak terdapat
kekurangan oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak akan kami terima
dengan senang hati, agar pembuatan makalah selanjutnya lebih baik. Akhirnya
kami mengucapkan banyak terima kasih, semoga makalah ini dapat berguna bagi
kita semua.

Palangkaraya, 22 Januari 2018


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................... 2
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 2
1.4 Manfaat ............................................................................................................. 2
1.4.1 Manfaat Teoritis ..................................................................................... 2
1.4.2 Praktis ..................................................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Biooptik Dalam Keperawatan ......................................................... 3
2.2 Jenis Optik......................................................................................................... 3
2.3 Analogi .............................................................................................................. 4
2.4 Macam-Macam Bentuk Lensa .......................................................................... 4
2.5 Kesesatan Lensa ................................................................................................ 5
2.6 Instrumen Optik ................................................................................................ 6
2.7 Visus (Ketajaman Penglihatan) ......................................................................... 7
2.8 Akomodasi (Pembentukan Bayangan Pada Mata) ............................................ 7
2.9 Refraksi (Pembiasan Cahaya) ........................................................................... 8
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 10
3.2 Saran ................................................................................................................ 10
3.2.1 Bagi Pendidikan .................................................................................... 10
3.2.2 Bagi Mahasiswa.................................................................................... 10
3.2.3 Bagi Perawat ......................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyak orang awam yang tidak mengetahui bagaimana bisa mata melihat
benda-benda yang ada disekitar kita, bahkan benda yang berukuran kecil
sekalipun. Sampai abad ke 4 sebelum masehi orang masih berpendapat bahwa
benda-benda disekitar kita dapat dilihat oleh mata karena mengeluarkan sinar-
sinar penglihatan. Anggapan ini di dukung oleh Plato (429-348 SM).
Namun, jika mata dapat melihat karena mengeluarkan sinar-sinar
penglihatan tentu saja kita semua bisa melihat dengan jelas pada malam hari atau
pada ruang yang gelap. Tapi pada kenyataannya kita tidak dapat melihat benda-
benda di ruang yang gelap (Aristoteles 384-322 SM) dan Aristoteles tidak dapat
memberi penjelasan mengapa mata kita mampu melihat benda.
Teori yang terakhir yang dapat diterima pada abad ke XX yaitu teori yang
diungkapkan oleh Alhazan (965-1038 SM) yang berpendapat bahwa benda di
sekitar kita dapat terlihat karena benda-benda tersebut memantulkan cahaya atau
memancarkan cahaya yang masuk ke dalam mata.
Untuk itu kami merasa tertarik untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai
biooptik yang artinya susunan atas kata bio dan optik. Bio berkaitan mahluk hidup
atau zat hidup atau bagian dari mahluk hidup, sedangkan optik dikenal sebagai
ilmu fisika yang berkaitan dengan cahaya atau berkas sinar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian biooptik dalam keperawatan?
2. Apa saja jenis optik?
3. Bagaimana analogi biooptik?
4. Apa saja macam-macam bentuk lensa?
5. Apa instrumen optik?
6. Bagaimana visus (ketajaman penglihatan)?
7. Bagaimana akomodasi (pembentukan bayangan pada mata)?
8. Bagaimana refraksi (pembiasan cahaya)?

1
2

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Membantu mahasiswa memahami tentang biooptik dan aplikasinya dalam
keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian biooptik dalam keperawatan.
2. Memahami jenis optik dan analogi.
3. Memahami macam-macam bentuk lensa.
4. Mengetahui kesesatan lensa.
5. Mengetahui instrumen optik.
6. Mengetahui akomodasi dan refrasi.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Memperkuat teori mengenai peranan biooptik dalam keperawatan.
1.4.2 Praktis
1. Bagi Institusi Pendidikan
Makalah ini dapat digunakan sebagai bahan tambahan perpustakaan dan
dapat digunakan sebagai perbandingan jika suatu saat akan dilakukan laporan
tentang hal yang sama, serta menambah wawasan dan pengetahuan bagi para
pembacanya.
2. Bagi Mahasiswa
Makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta
pengalaman dalam pembuatan makalah ini khususnya mengenai peranan
biooptik dalam keperawatan.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Biooptik Dalam Keperawatan


Menilik kata biooptik, tersusun atas kata bio dan optik. Bio berkaitan
dengan makhluk hidup atau zat hidup atau bagian tertentu dari makhluk hidup,
sedangkan optik dikenal sebagai bagian ilmu fisika yang berkaitan dengan cahaya
atau berkas sinar. Secara spesifik ada klasifikasi Optik geometri dan optika fisis.
Fokus utama di biooptik adalah terkait dengan indera penglihatan manusia, yaitu
mata.
2.2 Jenis Optik
1. Optik Geometri
Optika geometri disebut juga dengan optik sinar yang merupakan sinar
suatu perambatan cahaya tegak lurus dengan gelombang cahaya. Optika geometri
juga menjelaskan sifat cahaya dengan pendekatan paraksial atau hampiran sudut
kecil dengan penjabaran yang linear, sehingga komponen ini dan sistem kerja
cahayanya seperti ukuran, posisi, pembesaran subjek lebih sederhana. Dengan
cara pendekatan ini dapatlah melukiskan ciri-ciri cermin dan lensa dalam bentuk
matematika. Misalnya untuk rumus cermin dan lensa:
F = fokus = titik api
b = jarak benda
v = jarak bayangan
Hukum Willebrord Snelius (1581 -1626):
n = indeks bias
i = sudut datang
r = sudut bias (refraksi)
2. Optik Fisik
Gejala cahaya seperti dispersi, interferensi dan polasisasi tidak dapat di
jelaskan melalui metode optika geometri. Gejala-gejala ini hanya dapat dijelaskan
dengan menghitung ciri-ciri fisik dari cahaya tersebut. Sir Isaac Newton (1642-
1727), cahaya itu menggambarkan peristiwa cahaya sebagai sebuah aliran dari
butir-butir kecil (teori korpuskuler). Sedangkan dengan menggunakan teori

3
4

kwantum yang dipelopori Plank (1858-1947), cahaya itu terdiri atas kwanta atau
foton-foton, tampaknya agak mirip dengan teori Newton yang lama itu. Dengan
menggunakan teori Max Plank dapat menjelaskan mengapa benda itu panas
apabila terkena sinar.
Thomas Young (1773-1829) dan August Fresnel (1788-1827), dapat
menjelaskan bahwa cahaya dapat melentur berinterferensi. James Clark Mexwell
(1831-1879) berkebangsaan Skotlandia, dari hasil percobaannya dapat
menjelaskan bahwa cepat rambat cahaya (3x10 m/detik) sehingga berkesimpulan
bahwa cahaya adalah gelombang elektromagnetik.
Huygens (1690) menganggap cahaya itu sebagai gejala gelombang dari
sebuah sumber cahaya menjalarkan getaran-getaran ke semua jurusan. Setiap titik
dari ruangan yang bergetar olehnya dapat dianggap sebagai sebuah pusat
gelombang baru. Inilah prinsip dari Huygens yang belum bisa menjelaskan
perjalanan cahaya dari satu medium ke medium lainnya. Dari hasil percobaan
Einstein (1879-1955) dimana logam di sinari dengan cahaya akan memancarkan
electron (gejala foto listrik). Hal ini dapat disimpulkan bahwa cahaya memiliki
sifat fartikel dan gelombang magnetic.
2.3 Analogi
Sistem opti mata serupa dengan kamera bahkan lebih mahal karena :
1. Mata bisa mengamati objek dengan sudut yang sangat besar
2. Tiap mata mempunyai kelopak mata dan ada cairan lubrikasi
3. Dalam satu detik dapat memfokuskan objek berjarak 20 cm
4. Mata sanngat efektif pada itensitas cahaya 10:1
5. Diafragma mata diatur secara otomatis oleh iris
6. Bayangan yang terbentuk oleh mata akan diteruskan ke otak
2.4 Macam-Macam Bentuk Lensa
Berdasarkan bentuk permukaannya, lensa dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Lensa yang mempunyai permukaan sferis, dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1) Lensa Cembung/ Konvergen/ Positif
Sebuah lensa positif atau lensa pengumpul adalah lensa yang bagian
tengahnya lebih tebal dari bagian tepinya. Cahaya sejajar yang datang pada
5

sebuah lensa positif difokuskan pada titik fokus kedua yang berada pada
sisi transmisi lensa tersebut.
2) Lensa Cekung/ Divergen/ Negatif
Sebuah lensa negatif atau lensa menyebar adalah lensa yang bagian
tepinya lebih tebal daripada bagian tengahnya. Cahaya sejajar yang datang
pada sebuah lensa negative memancar seolah-olah dari titik fokus kedua,
yang berada pada sisi datang lensa.
3) Lensa yang mempunyai permukaan silindris adalah lensa yang
mempunyai silinder, lensa ini mempunyai fokus yang positif dan ada pula
yang mempunyai panjang fokus negatif.
2.5 Kesesatan Lensa
Berdasarkan persamaan yang berkaitan dengan jarak benda, jarak bayangan,
jarak fokus, radius kelengkungan lensa serta sinar-sinar yang datang paraksial
akan kemungkinan adanya kesesatan lensa (aberasi lensa). Aberasi ini ada
bermacam-macam:
1. Aberasi sferis (disebabkan oleh kecembungan lensa). Sinar-sinar paraksial
atau sinar-sinar dari pinggir lensa membentuk bayangan di ‘P’. Aberasi ini
dapat dihilangkan dengan mempergunakan diafragma yang diletakkan di
depan lensa atau dengan lensa gabungan aplanatis yang terdiri dari dua lensa
yang jenis kacanya berlainan.
2. Koma, aberasi ini terjadi akibat tidak sanggupnya lensa membentuk bayangan
dari sinar di tengah-tengah dan sinar tepi. Berbeda dengan aberasi sferis pada
aberasi koma sebuah titik benda akan terbentuk bayangan seperti bintang
berekor, gejala koma ini tidak dapat diperbaiki dengan diafragma.
3. Astigmatisma, merupakan suatu sesatan lensa yang disebabkan oleh titik
benda membentuk sudut besar dengan sumbu sehingga bayangan yang
terbentuk ada dua yaitu primer dan sekunder. Apabila sudut antara sumbu
dengan titik benda relatif kecil maka kemungkinan besar akan berbentuk
koma.
4. Kelengkungan medan, bayangan yang dibentuk oleh lensa pada layer letaknya
tidak dalam satu bidang datar melainkan pada bidang lengkung. Peristiwa ini
disebut lengkungan medan atau lengkungan bidang bayangan.
6

5. Distorsi, distorsi atau gejala terbentuknya bayangan palsu. Terjadinya


bayangan palsu ini oleh karena di depan atau di belakang lensa diletakkan
diafragma atau cela. Benda berbentuk kisi akan tampak bayangan berbentuk
tong atau berbentuk bantal. Gejala distorsi ini dapat dihilangkan dengan
memasang sebuah cela di antara dua buah lensa.
6. Aberasi kromatis, prinsip dasar terjadinya aberasi kromatis oleh karena fokus
lensa berbeda-beda untuk tiap-tiap warna. Akibatnya bayangan yang terbentuk
akan tampak berbagai jarak dari lensa.
2.6 Instrumen Optik
Banyak instrumen yang digunakan saat ini sangat canggih. Prinsip kerjanya
sering sangat sederhana, tetapi penggunaan imajinatif prinsip-prinsip ini telah
melipat gandakan kemampuan kita untuk melihat dan memahami dunia yang
melingkupi kita.
1. Mata, merupakan alat optik yang paling dekat dengan kita dan merupakan
sistem optik yang paling penting. Dengan mata, kita bisa melihat keindahan
alam sekitar kita. Mata memiliki bagian-bagian yang memiliki fungsi-fungsi
tertentu sebagai alat optik, yaitu:
2. Kornea, merupakan selaput kuat yang tembus cahaya dan berfungsi sebagai
pelindung bagian dalam bola mata. Kornea memiliki inervasi saraf tetapi
avaskuler (tidak memiliki suplai darah).
3. Iris, merupakan selaput berbentuk lingkaran yang menyebabkan mata dapat
membedakan warna. Iris adalah diafragma yang melingkar dan berpigmen
dengan lubang yang agak di tengah yakni pupil. Iris terletak sebagian dibagian
depan lensa dan sebagian di depan badan siliaris. Iris terdiri dari serat otot
polos. Fungsi iris yakni mengendalikan jumlah cahaya yang masuk.
4. Pupil, merupakan celah lingkaran pada mata yang dibentuk oleh iris, berfungsi
mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke mata.
5. Lensa mata, merupakan lensa cembung yang terbuat dari bahan bening,
berserat dan kenyal, berfungsi mengatur pembiasan cahaya.
6. Retina, merupakan lapisan yang berisi ujung-ujung saraf yang sangat peka
terhadap cahaya. Retina berfungsi untuk menangkap bayangan yang dibentuk
oleh lensa mata. Retina merupakan bagian saraf pada mata, tersusun oleh sel
7

saraf dan serat-seratnya. Retina berperan sebagai reseptor rangsang cahaya.


Retina tersusun dari sel kerucut yang bertanggung jawab untuk penglihatan
warna dan sel batang yang bertanggung jawab untuk penglihatan di tempat
gelap.
7. Aquaeuos humor, merupakan cairan mata.
8. Saraf optic, merupakan saraf yang menyampaikan informasi tentang kuat
cahaya dan warna ke otak.
2.7 Visus (Ketajaman Penglihatan)
Ketajaman penglihatan digunakan untuk menentukan penggunaan kacamata,
di klinik dikenal dengan istilah visus. Sedangkan dalam fisika, ketajaman
penglihatan ini disebut resolusi mata.
Visus penderita bukan saja member pengertian tentang optiknya (kacamata),
tetapi mempunyai arti yang lebih luas yaitu memberi keterangan mengenai baik
buruknya fungsi mata secara keseluruhan. Oleh karena itu definisi visus adalah:
nilai kebalikan sudut (dalam menit) terkecil di mana sebuah benda masih dapat
dilihat dan dapat dibedakan.
Pada penentuan visus, para ahli mata mempergunakan kartu Snellen, dengan
berbagai ukuran huruf dan jarak yang sudah ditentukan. Misalnya mata normal
pada waktu diperiksa diperoleh 20/40, berarti penderita dapat membaca huruf
pada 20 ft, sedangkan bagi mata normal dapat membaca pada jarak 40 ft, (1 ft = 5
m). Dengan demikian dapat dirumuskan dengan persamaan:
𝐷
V=
𝑑
Keterangan :
V : ketajaman pengelihatan (Visus)
d : jarak yang dapat dilihat oleh penderita
D : jarak yang dapat dilihat oleh mata normal
2.8 Akomodasi (Pembentukan Bayangan Pada Mata)
Mata bisa melihat benda jika cahaya yang dipantulkan benda sampai pada
mata dengan cukup, kemudian lensa mata akan membentuk bayangan yang
bersifat nyata, terbalik dan diperkecil pada retina. Ada tiga komponen
penginderaan penglihatan, yaitu:
1. Mata memfokuskan bayangan pada retina
8

2. Sistem saraf mata yang member informasi ke otak


3. Korteks penglihatan salah satu bagian yang menganalisa penglihatan tersebut
Cahaya memasuki mata melalui bukaan yang berubah, lapisan serat saraf
yang menutupi permukaan belakangnya. Retina berisi struktur indra-cahaya yang
sangat luas yang disebut batang (rod) dan kerucut (cone) yang menerima dan
memancarkan informasi di sepanjang serat saraf optic ke otak. Bentuk lensa
kristal dapat diubah sedikit oleh kerja otot siliari. Apabila mata difokuskan pada
benda yang jauh, otot akan mengendur dan sistem lensa kornea berada pada
panjang fokus maksimumnya, kira-kira 2 cm, jarak dari kornea ke retina. Apabila
benda didekatkan, otot siliari akan meningkatkan kelengkungan lensa, yang
dengan demikian akan mengurangi panjang fokusnya sehingga bayangan akan
difokuskan ke retina. Proses ini disebut akomodasi.
2.9 Refraksi (Pembiasan Cahaya)
Pembiasan cahaya (refraksi) adalah peristiwa membeloknya cahaya karena
melalui dua medium yang berbeda kerapatannya. Refraksi atau pembiasan adalah
perubahan arah gelombang saat menemukan perubahan dalam medium transmisi.
Proses pembiasan memungkinkan mata dan lensa untuk membentuk gambar.
Ketika terjadi perubahan gelombang, kecepatan gerak gelombang mengalami
perubahan, namun frekuensinya tetap sama. Ketika cahaya melewati dari medium
cepat menuju medium lambat, refraksi menyebabkan gelombang cahaya untuk
menekuk. Jumlah lentur yang terjadi tergantung pada indeks bias untuk dua
medium yang berbeda.
1. Arah pembiasan cahaya terbagi menjadi 2 yaitu:
1) Mendekati Garis Normal
Cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya
merambat dari medium optik kurang rapat kemedium optik lebih rapat,
contohnya cahaya merambat dari udara kedalam air.
2) Menjauhi Garis Normal
Cahaya dibiaskan menjauhi garis normal jika cahaya merambat dari
medium optik lebih rapat ke medium optik kurang rapat, contohnya
cahayan merambat dari dalam air ke udara atau dari kaca keudara.
9

2. Hukum Pembiasan Cahaya/ Hukum Snell.


Seorang ilmuwan Belanda yang bernama Willebrord Snell, yang
menemukan hukum pembiasan cahaya. Ilmuwan ini mengemukakan hukum
pembiasan cahaya sebagai berikut:
1) Sinar datang, garis normal, dan dinar bias terletak pada 1 bidang datar.
2) Hasil bagi sinus sudut dating dengan sinus sudut bias merupakan bilangan
tetap dan disebut indeks bias.
3. Indeks Bias
Pembiasan cahaya dapat terjadi dikarenakan adanya perbedaan laju cahaya
pada kedua medium. Laju cahaya pada medium yang rapat lebih kecil jika
dibandingkan dengan laju cahaya pada medium yang kurang rapat “ perbandingan
laju cahaya dalam ruang hampa dengan laju cahaya dalam suatu zat dinamakan
indeks bias” (Christian Huygens, 1629-1695).
4. Indeks Bias Relatif
Indeks bias relatif adalah perbandingan indeks bias dua medium yang
berbeda. Indeks bias relatif medium pertama terhadap medium kedua berarti
perbandingan indeks bias medium kedua terhadap medium pertama, ini juga
berlaku sebaliknya.
n12 = n1/n2
Keterangan:
n12 : indeks bias relatif medium 1 terhadap medium 2
n1 : indeks bias medium 1
n2 : indeks bias medium 2
Rumus indeks bias:
c
𝑛=
v
Keterangan:
n : indeks bias
c : laju cahaya dalam ruang hampa (3 x 108 m/s)
v : kecepatan laju cahaya dalam medium
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Biooptik adalah alat pengelihatan makhluk hidup. Optika geometri disebut
juga dengan optik sinar yang merupakan sinar suatu perambatan cahaya tegak
lurus dengan gelombang cahaya.Optika fisik adalah studi cahaya yang
mempelajari sifat cahaya yang tidak terdefinisikan oleh optik geometris dengan
pendekatan sinarnya.
Optika fisik adalah studi cahaya yang mempelajari sifat cahaya yang tidak
terdefinisikan oleh optik geometris dengan pendekatan sinarnya.
Lensa adalah benda bening yang di bentuk sedemikian rupa sehingga dapat
membiaskan atau meneruskan hampir semua cahaya yang melaluinya. Lensa
memilliki 2 jenis yaitu lensa cekung dan cembung.
Daya akomodasi mata adalah kemampuan lemsa mata untuk memfokuskan
objek. Pada mata terdapat 4 macam kelainan mata, yaitu miopi, hipermetropi,
presbiopi, dan astigmatis.
3.2 Saran
3.2.1 Bagi Pendidikan
Pendidikan dapat menyediakan referensi yang memadai dan terbaru bagi
mahasiswa sebagi sumber pembelajaran sehingga dapat membantu mahasiswa
dalam belajar lebih efektif lagi.
3.2.2 Bagi Mahasiswa
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan melalui literatur kepustakaan,
media informasi lainnya tentang proses diagnosis keperawatan.
3.2.3 Bagi Perawat
Dengan mengetahui Biooptik dalam keperawatan akan mempengaruhi
pengetahuan perawat sehingga kualitas pelayanan semakin meningkat dan
bermutu sesuai dengan perkembangan perubahan zaman. Dengan demikian
pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan proses perkembangan keperawatan
sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan yang baik diseluruh
lapisan masyarakat.

10
11

DAFTAR PUSTAKA

Ganong, W.F.1999.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 17.EGC:Jakarta


J.F. Gabriel.2003.Fisika Kedokteran.EGC:Jakarta
Kanginan M.2002.Fisika Untuk SMA Kelas X.Jakarta:Erlangga
Ruslan Hani Ahmadi dan Riwikdo, Handoko.2007.Fisika Kesehatan.Mitra
Cendikia Press:Yogyakarta
Sutedjo.2005.Fisika Teknologi dan Industri.Yudhistira : Bogor

You might also like