You are on page 1of 17

PERCOBAAN V

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI CASEIN

LAPORAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Biokimia


Yang dibina oleh Bapak Muntholib, S.Pd., M.Si.,

Disusun Oleh :

Herdianna Indawati ( 150351605508 )


Lutviyah Dwi Nurfadhilah ( 150351605475 )
Puput Yuliyana ( 150351600676 )
Sarah Salsabillah ( 150351600388)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
NOVEMBER 2017
A. Tujuan
1. Dapat mengetahui isolasi protein dari susu.
2. Dapat memahami uji protein secara kualitatif.

B. Alat dan Bahan


Alat :
 Tabung reaksi
 Erlenmeyer
 Batang pengaduk
 Termometer
 Corong
 Gelas ukur
Bahan :
 Kertas saring
 Etanol 95%
 Campuran dietil-eter etanol
 Susu
 Asam asetat glasial

MSDS
1. Etanol 95%
Berbahaya jika terjadi kontak kulit (iritan) , kontak

3 mata, sedikit berbahaya jika terjadi kontak kulit.

2 0 (kesehatan: 2, kemungkinan terbakar: 3, reaktivitas: 0)

2. Asam asetat glasial


Sangat berbahaya jika terjadi kontak kulit, kontak mata.
2 Menghirup uapnya dapat menyebabkan kerusakan pada
3 0 selaput lendir mata, mulut dan saluran pernafasan.
Kontak kulit bisa menyebabkan luka bakar. (kesehatan:
3, kemungkinan terbakar : 2, reaktivitas: 0)
C. Dasar Teori
Protein adalah bahan makanan yang sangat penting dalam menyusun
komponen-komponen sel,terutama dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
mahluk hidup karena protein menyediakan amino yang penting untuk tubuh dan
digunakan sebagai pondasi untuk pembentukan otot. Protein merupakan salah satu
komponen utama yang ada dalam susu. Selain susu, komponen utama lainnya
yaitu air, lemak. Kadar protein yang terdapat dalam susu berkisar antara 2,8 persen
sampai 4,0 persen. Protein yang terdapat dalam susu terdiri dari dua jenis, yakni
kasein dan whey. Kedua proein susu ini sama-sama sumber amino esensial yang
sempurna, tetapi mereka berbeda dalam satu aspek yang penting.
Kasein adalah protein yang paling banyak tersedia di susu. Protein ini
relatif tidak bisa larut, lambat dicerna dan cenderung membentuk struktur yang
disebut misel yang meningkatkan kelarutannya di air. Sedangkan whey adalah
protein yang cepat dicerna.Whey menyediakan hasil sintesa protein yang cepat
karena Whey mengandung leusin dalam jumlah tinggi, yaitu asam amino yang
potensial untuk menstimulasi sintesa protein, sementara kasein menyediakan
pasokan protein yang berkesinambungan lama untuk pertumbuhan otot. Protein
dalam susu terdiriatas 80% kasein dan 20% whey.
Kasein termasuk jenis phospor protein, terdiri dari beberapa unit asam
amino yang terikat dengan ikatan peptida. Kasein didalam susu merupakan
partikel yang besar. Didalamnya tidak hanya terdiri dari zat-zat organik,melainkan
mengandung zat-zat anorganik seperti kalsium,phosphor,dan magnesium.
Kasein adalah protein yang khusus terdapat dalam susu. Dalam keadaan
murni, kasein berwarna putih seperti salju, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa
yang khas. Kasein dapat diendapkan oleh asam, enzimerenner dan alkohol. Oleh
karena itu kasein dalam susu dapat dikoagulasikan atau digumpalkan oleh asam
yang terbentuk didalam susu sebagai aktivitas dri mikroba.
Susu terdiri dari tiga komponen utama: air, lemak, dan protein. Protein
yang terdapat dalam susu terdiri dari dua jenis, yakni kasein dan whey. Ciri dari
protein adalah terdapatnya unsur N pada rantainya, tidak seperti lemak dan
karbohidrat yang hanya terdiri dari unsur C, H, dan O.Protein merupakan senyawa
yang sangat kompleks,terdiri dari 80% kasein dan 20% whey.Kasein termasuk
jenus phospoprotein,terdiri dari beberapa unit asam amino yang terikat dengan
ikatan peptida (Martoharsono, Soeharsono. 1975)
Protein berasal dari kata pionios yang artinya penting/utama. Protein
merupakan faktor utama dalam sel yaitu 30 % dari berat kering sel. Secara umum
protein dalam susu mencapai 3,25%. Struktur primer protein terdiri atas rantai
polipeptida dari asam-asam amino yang disatukan ikatan-ikatan peptida Jenis
utama protein dan fungsinya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Fungsi Jenis Contoh

1. katalitor. Enzim. Amilase, pepsin.

2. struktural. Protein struktural. Kalogen (pengikat jaringan/


tulang)

Keraten, miosin (otak).


3. mortil(mekanik). Protein kontraktol.
Kasein dan albumin.
4. penyimpanan. Protein angkutan.
Albumin dan Hb.
5. pengangkutan. Protein angkutan
Insulin, hormon tumbuh.
6. pengatur. Protein hormon.
Imuglubin.
7. perlindungan. Antibiotik.
Bisa ular.
8. tanggap toksit. Protein toksit.

Molekul protein mempunyai tingkat keragaman yang sangat tinggi, untuk


ini protein dapat digolongkan berdasarkan sifat-sifatnya, salah satu diantaranya
berdasarkan fungsi biologinya, antara lain:
 Enzim
Enzim merupakan jenis protein yang mempunyai sifat sangat beragam dan
spesifik. Enzim mempunyai fungsi sebagai katalis untuk reaksi-reaksi
biokimia. Hampir seluruh reaksi-reaksi kimia dari senyawa-senyawa
biomolekul dalam sel dikatalsis oleh enzim.
 Protein transpor
Protein transpor dalam plasma darah mengikat dan membawa molekul-
molekul spesifik atau ion dari satu organ ke organ lain. Hemoglobin dari sel
darah merah mengikat oksigen pada saat darah melalui paru-paru dan
membawanya ke jaringan periferal, di mana dilepaskan untuk proses oksidasi
bahan makanan.
 Protein bahan makanan
Sebagian protein dalam sel tersimpan dalam bahan makanan, seperti yang ada
pada biji-bijian yang digunakan untuk pertumbuhan embrio tanaman. Kasein
merupakan protein yang terbanyak dalam air susu dan protein ini merupakan
protein bahan makanan.
 Protein kontraktil
Beberapa protein dalam sel dan organisme mempunyai fungsi untuk kontraksi
dengan mengubah bentuk atau bergerak.
 Protein struktur
Beberapa protein berfungsi sebagai serabut, kabel, atau pelindung untuk
memberikan kekuatan dan proteksi dari struktur biologi (sel).
 Protein pertahanan
Beberapa protein berfungsi untuk menjaga organisme dari invasi oleh
organisme lain atau melindungi dari luka. Immunglobin atau antibodi
merupakan protein khusus yang dibuat oleh jaringan limfosit yang dapat
mengenali dan mengendapkan atau menetralkan invasi bakteri, virus atau
protein asing dari spesies lain.
 Protein regulator
Beberapa protein berfungsi untuk mengatur metabolisme sel atau aktivitas
fisiologi. Di anataranya adalah hormon, seperti hormon insulin, yang
mengatur metabolisme glukosa.

Protein merupakan bahan makanan yang sangat penting dalam menyusun


komponen-komponen sel, terutama dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan mahluk hidup. Kadar protein yang terdapat dalam susu berkisar
antara 2,8 persen sampai 4,0 persen.
Teknik fraksinasi secara klasik dari protein susu yang dijalankan dengan
proses sedimentasi, maka macam protein susu yang dihasilkan terdiri dari kasein,
laktoglobulin, dan laktalbumin. Namun setelah ditemukan teknik yang baru,
ternyata masing-masing komponen tersebut masih terdiri dari fraksi-fraksi yang
lain (Lehninger.1982)
Kasein di dalam susu merupakan partikel yang besar. Di dalamnya tidak
hanya terdiri dari zat-zat organik, melainkan mengandung juga zat-zat anorganik
seperti kalsium, phosphor, dan magnesium.
Kasein yang merupakan partikel yang besar dan senyawa yang kompleks
tersebut dinamakan juga kasein misel (casein micell). Kasein misel tersebut
besarnya tidak seragam, berkisar antara 30 – 300 mµ. Kasein juga mengandung
sulfur (S) yang terdapat pada metionin (0,69%) dan sistin (0,09%). Kasein adalah
protein yang khusus terdapat dalam susu. Oleh karena itu kasein dalam susu dapat
dikoagulasikan atau digumpalkan oleh asam yang terbentuk di dalam susu sebagai
aktivitas dari mikrobia.
Kasein dapat diendapapkan oleh asam, enzim rennet, dan alkohol. Selain
penambahan asam, pengendapan kasein susu juga dilakukan dengan penambahan
renin, yaitu suatu enzim proteolitik yang diperoleh dari induk sapi betina. oleh
karena itu, susu dapat dikoagulasikan (digumpalkan) oleh asam yang terbentuk di
dalam susu sebagai aktivitas dari mikroba.
Kasein merupakan protein yang stabil terhadap pemanasan dan tidak
mengalami denaturasi bila air susu dipanaskan. Kasein di dalam air merupakan
molekul besar yang terdiri dari zat-zat anorganik seperti kalsium, fosfor dan
sedikit magnesium serta sitrat. Kasein merupakan suatu misel yang mengandung
kalsium dan fosfat yang membentuk kalsium kaseinat phosphatase kompleks.
Titik isoelektris kasein pH 4,6 – 5,0 dan pada titik ini kasein mudah sekali
mengendap. Kasein dapat pula mengendap dengan naiknya keasaman, perubahan
Ca dan P yang larut menjadi menjadi tidak larut dan terjadinya interaksi antara
protein yang ada (Chairil Anwar, 1994).
Kasein tersuspensi dalam susu dalam kompleks yang disebut misel.
Kandungan fosfat yang tinggi pada kasein terkait dengan garam kalsium fosfat
sehingga susu menjadi sumber kalsium dalam diet. Kappa kasein terdapat pada
bagian luar misel.
Kasein mengandung S yang terdapat dalam methionin dan cystein. Kasein
merupakan campuran tiga jenis protein yaitu : a-kasien, (75 %), g-kasein (3 %)
dan b -kasein (22%). Kasein dalam susu merupakan partikel kompleks atau
berupa misel yang terdiri atas Ca, P anorganik, Mg, dan sutrat selain protein
kasein. Senyawa kompleks ini sering disebut “Kalsium Caseinat Phosphat
kompleks”.
Kasein penting dikonsumsi karena mengandung komposisi asam amino
yang dibutuhkan tubuh. Dalam kondisi asam (pH rendah), kasein akan mengendap
karena memiliki kelarutan (solubility) rendah pada kondisi asam. Susu adalah
bahan makanan penting, karena mengandung kasein yang merupakan protein
berkualitas juga mudah dicerna (digestible) saluran pencernaan.
Kasein asam (acid casein) sangat ideal digunakan untuk kepentingan
medis, nutrisi, dan produk-produk farmasi. Selain sebagai makanan, acid casein
digunakan pula dalam industri pelapisan kertas (paper coating), cat, pabrik tekstil,
perekat, dan kosmetik. Pemanasan, pemberian enzim proteolitik (rennin), dan
pengasaman dapat memisahkan kasein dengan whey protein. Selain itu,
sentrifugasi pada susu dapat pula digunakan untuk memisahkan kasein.
Protein dalam kasein terususun oleh rantai-rantai peptide jika mengalami
hidrolisis akan menjadi disakarida seperti berikut:
Kasein merupakan protein utama pada susu. Mempunyai titik isoelektrik
pada pH 4,6 namun didalam susu memiliki pH 6,6 sehingga kasein memiliki
energi negatif dan larut sebagai garam. Jika asam yang ditambahkan, energi
negatif dari lapisan terluar kasein menjadi setara oleh proton golongan Fosfat dan
protein dengan ion kalsium seperti reaksi:
Ca-caseinate + 2H+ –> casein + Ca2+
Kasein diisolasi dari susu yang dijual bebas dan sangat membantu
dibidang industri lain seperti pembuatan lem, kertas dan pencampur warna dalam
cat. Saat isolasi berada pada kondisi sanitasi (steril), kasein juga dapat bekerja
dibidang kefarmasian sebagai produk nutrisi.
Protein dalam kasein terususun oleh rantai-rantai peptide jika mengalami
hidrolisis akan menjadi disakarida seperti berikut:

Protein dalam kasein yang mengalami hidrolisis


Dalam isoalasi, kasein larut dalam air, alkohol dan eter namun tidak larut
dalam etanol, senyawa alkali dan beberapa larutan asam.
Dalam isolasi, kasein larut dalam air, alkohol dan eter namun tidak larut
dalam etanol, senyawa alkali dan beberapa larutan asam
(http://blogkita.info/isolasi-kasein/).
Setelah kasein dikeluarkan, maka protein lain yang tersisa dalam susu disebut
whey protein. Protein serum terdiri dari b-laktoglobulin 50%, a-laktalbumin 20%,
albumin, immunoglobulin, laktoferin, trasferin dan sebagian kecil protein dan
enzim. Whey tidak mengandung fosfor tapi mengandung asam amino sulfur yang
membentuk ikatan disulfide. Jika ikatan rusak maka protein mengalami
denaturasi.
Whey protein merupakan protein butiran (globular). Betha-lactoglobulin,
alpha-lactalbumin, Immunoglobulin (Ig), dan Bovine Serum Albumin (BSA)
adalah contoh dari whey protein. Alpha-lactalbumin merupakan protein penting
dalam sintesis laktosa dan keberadaannya juga merupakan pokok dalam sintesis
susu.
Dalam whey protein terkandung pula beberapa enzim, hormon, antibodi,
faktor pertumbuhan (growth factor), dan pembawa zat gizi (nutrient transporter).
Sebagian besar whey protein kurang tercerna dalam usus. Ketika whey protein
tidak tercerna secara lengkap dalam usus, maka beberapa protein utuh dapat
menstimulasi reaksi kekebalan sistemik. Peristiwa ini dikenal dengan alergi
protein susu (milk protein allergy) (Adnan.1984).
D. Prosedur
1. Pengendapan Casein

Susu + asam asetat glasial

 Dimasukkan 50 gr susu ke dalam 250 mL erlenmeyer.


 Dipanaskan dalam water bath (200 mL air suling dalam 600
mL gelas beaker)
 Diaduk larutan secara konstan dengan menggunakan batang
pengaduk.
 Dikeluarkan erlenmeyer dari water bath saat temperatur
mencapai 40°.
 Ditambah 10 tetes asam asetat glasial sambil diaduk.
 Diamati bentuk endapannya.
Hasil
2. Filtrasi Casein

Hasil pengendapan casein


 Disaring campuran ke dalam 100 mL gelas beaker dengan
jalan mengalirnya melalui kertas saring.
 Dihilangkan air dengan cara meremas kertas saring secara
lembut.
 Dipindahlan filtrat ke dalam gelas beaker.
 Disishkan endapan dari kertas saring ke dalam botol kosong
dengan menggunakan spatula.

Etanol 95%

 Ditambahkan 25 mL etanol 95% ke dalam botol yang berisi


endapan.
 Diaduk selama 5 menit sehingga terbentuk padatan.
 Dituangkan cairan yang berisi lemak ke dalam gelas beaker
secara hati-hati kemudian dibuang ke dalam kontainer
sampah.
Larutan dietil eter-etanol
 Menambahkan 25 mL larutan dietil eter-etanol (1:1) ke
dalam residu yang didapatkan.
 Diaduk selama 5 menit sehingga tercampur.
 Dikumpulkan padatan yang terbentuk dengan menggunakan
penyaring vacuum.
 Disebarkan casein pada kertas saring dan dibiarkan kering.
 Ditimbang berat casein kering.
 Dihitung persentase casein dalam susu.

Hasil
E. DATA

No Jenis perlakuan Hasil

1. Penimbangan berat susu 50,858 g

2. Pemanasan susu pada suhu 40°C Belum terbentuk endapan


casein

3. Penambahan 10 tetes asam asetat setelah Terbentuk endapan casein


pemanasan

4. Pengukuran pH pH = 5

5. Penimbangan berat kertas saring kosong 0.492 g

6. Penimbangan berat casein 2,78 g

F. ANALISIS DATA
Berdasarkan data percobaan kali ini dapat dianalisis sebagai berikut.
Pada praktikum isolasi dan identifikasi casein memiliki tujuan yaitu
mampu mengisolasi protein dari susu dan mampu untuk menguji protein
secara kualitatif.
Pada praktikum isolasi casein ini menggunakan susu murni yang
memiliki massa 50,858 gr. Setelah proses pemanasan pada suhu 40°C dalam
larutan susu belum terbentuk endapan casein. Namun setelah ditambah
dengan 10 tetes asam asetat di peroleh endapan casein. Kemudian endapan
casein di ukur pH nya dan di dapatkan pH sebesar 5. Casein di filtrasi dan
di keringkan selama 7 hari. Setelah 7 hari di saring casein dan di dapat berat
casein sebesar 2,78 g. Setelah itu di cari presentase kadar casein dalam susu
sebagai berikut :
Diketahui :Berat kertas saring kosong = 0.492 gram
Berat casein = 2,78 gram
Ditanya : % berat casein dalam susu
Jawab :
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑠𝑒𝑖𝑛
%berat casein = × 100
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑢𝑠𝑢
2,78 𝑔𝑟
= 50,858 𝑔𝑟 × 100

= 5,466%
Jadi, berat casein dalam susu adalah 5,466 %.

G. PEMBAHASAN
Setelah dilakukan analisis data, maka akan dibahas untuk lebih
lanjut pada pembahasan kali ini.
Komponen-komponen penting dalam susu adalah protein, lemak, vitamin,
mineral, laktosa serta enzim dan beberapa mikroba. Protein adalah senyawa
organik kompleks yang mempunyai bobot molekul tinggi yang merupakan
polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama
lain dengan ikatam peptida. Peptida dan protein merupakan polimer
kondensasi asam amino dengan penghilangan unsur air dari gugus amino
dan gugus karboksil. Jika bobot molekul senyawa lebih kecil dari 6.000,
biasanya digolongkan sebagai polipeptida. Polipeptida mempunyai
perbedaan dengan protein. Polipeptida mempunyai residu asam amino ≤
100 dan bobot molekul ≤ 6.000. sedangkan, pada protein residu asam
aminonya ≥ 100 dan bobot molekulnya ≥ 6.000. protein dalam susu secara
umum terdiri atas protein kasein dan protein whey.
Protein merupakan salah satu zat makanan yang penting bagi tubuh,
mempunyai fungsi sebagai pertumbuhan sel, pengganti sel yang rusak dan
sebagai bahan bakar dalam tubuh manusia. Oleh sebab itu kekurangan
protein dapat menyebabkan gangguan pada manusia.. (Husni, et al., 2007)
Pada percobaan kali ini berjudul Isolasi dan Identifikasi Casein. Yang
bertujuan untuk dapat mengisolasi protein dari susu sapi serta dapat menguji
protein secara kualitatif. Susu sapi merupakan bahan pangan sehat karena
kandungan nutrisinya yang hampir lengkap: air, lemak, protein, karbohidrat,
asam amino, mineral dan vitamin. (Dwiyanti, 2009)
Untuk melakukan percobaan Isolasi dan Identifikasi Casein dilakukan
dengan 2 cara yaitu :
Perlakuan pertama dengan pengendapan casein, dilakukan dengan
memanaskan susu sapi pada water bath. Dengan 50 gram susu sapi yang
dimasukkan kedalam 250 mL erlenmeyer atau beakerglass. Dipanaskan
dalam pada water bath mencapai suhu 40oC. Pemanasan ini bertujuan untu
menurunkan kelarutan protein sehingga dapat mengendapkan protein susu
pada kondisi yang sesuai atau pemanasan ini dapat menyebabkan denaturasi
rusaknya struktur protein sehingga dapat mempercepat pengendapan
protein. Tapi pada proses pemanasan pada suhu ini, casein tidak mengalami
pengendapan protein. Pada dasarnya casein merupakan protein yang stabil
terhadap pemanasan dan tidak mengalami denaturasi apabila air susu
dipanskan. Tapi pemanasan ini akan mengubah stabilitas casein dan
menyebabkan casein nantinya mudah dilakukan pendendapan. Untuk
pengendapannya ditambahkan 10 tetes asetat glasial setelah dilakukan
pemanasan. Penambahan asam mengakibatkan penambahan ion H+
sehingga akan mentralkan protein dan menuju tercapainya pH isoelektrik.
Pada titik isoelektrik ini casein bersifat hidrofobik, casein akan berikatan
antar muatannya sendiri membentuk lipatan ke dalam sehingga terjadi
pengendapan yang relatif cepat.
Penambahan larutan buffer pada susu yang telah dipanaskan berarti
menambahkan konsentrasi dari ion H+ yang kemudian akan mengadakan
reaksi dengan muatan negatif protein yang berasal dari gugus hiroksil
bebasnya. Semakin banyak konsentrasi H+ yang ditambahkan maka
semakin banyak pula penurunan pH dari susu sehingga titik isoelektriknya
semakin dekat. Apabila pH isoelektrik sudah tercapai maka muatan yang
saling berlawanan akan saling menetralkan sehingga akan terbentuk
gumpalan. Titik isoelektris kasein pH 4,6 – 5,0 dan pada titik ini casein
mudah sekali mengendap. Dalam kondisi asam atau pH yang rendah, casein
akan mengendap karena memiliki kelarutan yang rendah pada kondisi asam.
Pada hasil percobaan disini pH yang didapatkan sebesar 5.
Penambahan asam dapat menghilangkan muatan listrik dari partikel
casein karena asam akan mengikat kalsium dan kalsium kaseinat, sehingga
kasein menjadi terlepas dan terbentuk endapan.
Adapun reaksi pengendapan dengan cara pengasaman sebagai berikut :
H2NR-COO- + H+ → +
H3NR-COO (R, kasein protein)
Kasein misel Kasein asam
(pH = 6,6) (pH = 4,6)
Koloid dispersi Partikel tidak larut
Larutan dan endapan yang terbentuk ini disaring dengan menggunakan
kertas saring whatman-42 untuk memisahkan endapannya. Didapatkan
endapan casein yang berwarna putih. Endapan yang terbentuk disuspensi
dengan menggunakan etanol 95%. Hal ini bertujuan karena casein tidak
larut dalam etanol, maka dapat untuk memisahkan casein dengan protein
lain sehingga diperoleh hanya casein saja. Protein selain casein akan melarut
sedangkan casein tetap berbentuk endapan yang tidak dapat melarut. Seperti
yang telah diketahui pada susu sapi mengandung protein mencapai 3,25%
di mana 82% protein susu adalah kasein dan 18% adalah serum atau protein
whey. Jadi sangat mungkin saat pengendapan dengan asam, protein lain
selain kasein ikut mengendap.
Selanjutnya mendekantasi larutan yang bertujuan untuk
memisahkan endapan dengan larutannya.
Endapan yang diperoleh disuspensi kembali dengan campuran 25 mL dietil
eter - etanol dengan perbandingan 1:1. Hal ini bertujuan untuk memisahkan
lemak dari endapan casein di mana lemak akan ikut melarut bersama dengan
dietil eter, hal ini karena dietil eter dan lemak memiliki sifat kepolaran yang
tidak berbeda jauh. Sedangkan etanol akan melarutkan protein atau senyawa
lain selain casein sedangkan casein masih berada dalam bentuk endapannya
karena kasein tidak larut dalam etanol sehingga akan diperoleh casein yang
lebih murni.
Kemudian memindahkannya ke dalam corong buchner untuk menghisap
cairan yang masih ada dalam endapan. Selanjutnya mencuci endapan
dengan eter dimaksudkan agar memurnikan endapan casein yang diperoleh.
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh kadar casein dalam sampel
susu sapi yang digunakan sebesar 2,78 gram casein yang diperoleh dari
dalam susu sapi berwarna putih. Hal ini hampir sesuai dengan literatur.
Berdasarkan literatur, protein dalam susu mencapai 35 gram dalam setiap
liter susu sapi. Berdasarkan literatur jika dalam setiap 100 liter sampel
terdapat 35 gram casein. Jikalau sampel yang digunakan adalah sebanyak
50 ml, ini berarti bahwa bobot caseinnya adalah seharusnya sebanyak 1,75
gram. Namun, dalam praktikum kali ini terdapat kasein dengan bobot 2,78
gram dengan persentase 5,466 %. Hal ini mungkin diakibatkan oleh
kesalahan dalam mencuci alat sebelumnya atau masih ada yang tertinggal
bahan-bahan lain yang bukan casein.

H. KESIMPULAN

Percobaan isolasi casein ini menggunakan pengasaman oleh asam


glasial untuk mengendapkan casein yang menjadikan kondisi isoelektrik.
Pemisahan casein dengan protein lain dapat menggunakan etanol, di mana
casein tidak larut dalam etanol sehingga tetap berada sebagai endapan
sedangkan protein lain akan melarut. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh
kadar casein dalam sampel susu sapi yang digunakan sebesar 5,466 %.
Anwar, Chairil, 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Jakarta:
Depdikbud
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, G. 1993. Biokimia I. Jakarta : Gramedia

Ahyari, Jimmy. 2010. Isolasi Kasein (online). http://blogkita.info/isolasi-


kasein/. Diakses pada tanggal 05 November 2017

Andaiyani. 2011. Pengertian kasein (online). http://id.shvoong.com/exact


sciences/physics/2119918-pengertian-kasein/. Diakses pada tanggal 09
November 2017

Anwar, Chairil, 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Jakarta:


Depdikbud.

Belqis, Ratu. 2008. Kasei pada susu (online)


http://queenofsheeba.wordpress.com/2008/10/15/kasein-pada-
susu/.Diakses pasa tanggal 09 November 2017.

Dwiyanti, G., 2009, “Pengaruh Penambahan Aktivator Laktoperoksidase


Terhadap Ketahanan Susu Sapi Segar”, Jurnal Pengajaran MIPA, Vol.13,
NO. 1.

Husni, E., Asmaedy, S., dan R. Ariati, 2007, “Analisa Zat Pengawet dan
Protein dalam Makanan Siap Saji Sosis”, Jurnal Sains dan Teknologi
Farmasi, Vol. 12, No.2.

Lehninger.1992. Dasar-dasar Biokimia. Jilid 1. Jakarta : Erlangga

Martoharsono, Soeharsono. 1975. Biokimia. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta :UI-Press

You might also like