Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN
Disusun Oleh :
MSDS
1. Etanol 95%
Berbahaya jika terjadi kontak kulit (iritan) , kontak
Etanol 95%
Hasil
E. DATA
4. Pengukuran pH pH = 5
F. ANALISIS DATA
Berdasarkan data percobaan kali ini dapat dianalisis sebagai berikut.
Pada praktikum isolasi dan identifikasi casein memiliki tujuan yaitu
mampu mengisolasi protein dari susu dan mampu untuk menguji protein
secara kualitatif.
Pada praktikum isolasi casein ini menggunakan susu murni yang
memiliki massa 50,858 gr. Setelah proses pemanasan pada suhu 40°C dalam
larutan susu belum terbentuk endapan casein. Namun setelah ditambah
dengan 10 tetes asam asetat di peroleh endapan casein. Kemudian endapan
casein di ukur pH nya dan di dapatkan pH sebesar 5. Casein di filtrasi dan
di keringkan selama 7 hari. Setelah 7 hari di saring casein dan di dapat berat
casein sebesar 2,78 g. Setelah itu di cari presentase kadar casein dalam susu
sebagai berikut :
Diketahui :Berat kertas saring kosong = 0.492 gram
Berat casein = 2,78 gram
Ditanya : % berat casein dalam susu
Jawab :
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑠𝑒𝑖𝑛
%berat casein = × 100
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑢𝑠𝑢
2,78 𝑔𝑟
= 50,858 𝑔𝑟 × 100
= 5,466%
Jadi, berat casein dalam susu adalah 5,466 %.
G. PEMBAHASAN
Setelah dilakukan analisis data, maka akan dibahas untuk lebih
lanjut pada pembahasan kali ini.
Komponen-komponen penting dalam susu adalah protein, lemak, vitamin,
mineral, laktosa serta enzim dan beberapa mikroba. Protein adalah senyawa
organik kompleks yang mempunyai bobot molekul tinggi yang merupakan
polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama
lain dengan ikatam peptida. Peptida dan protein merupakan polimer
kondensasi asam amino dengan penghilangan unsur air dari gugus amino
dan gugus karboksil. Jika bobot molekul senyawa lebih kecil dari 6.000,
biasanya digolongkan sebagai polipeptida. Polipeptida mempunyai
perbedaan dengan protein. Polipeptida mempunyai residu asam amino ≤
100 dan bobot molekul ≤ 6.000. sedangkan, pada protein residu asam
aminonya ≥ 100 dan bobot molekulnya ≥ 6.000. protein dalam susu secara
umum terdiri atas protein kasein dan protein whey.
Protein merupakan salah satu zat makanan yang penting bagi tubuh,
mempunyai fungsi sebagai pertumbuhan sel, pengganti sel yang rusak dan
sebagai bahan bakar dalam tubuh manusia. Oleh sebab itu kekurangan
protein dapat menyebabkan gangguan pada manusia.. (Husni, et al., 2007)
Pada percobaan kali ini berjudul Isolasi dan Identifikasi Casein. Yang
bertujuan untuk dapat mengisolasi protein dari susu sapi serta dapat menguji
protein secara kualitatif. Susu sapi merupakan bahan pangan sehat karena
kandungan nutrisinya yang hampir lengkap: air, lemak, protein, karbohidrat,
asam amino, mineral dan vitamin. (Dwiyanti, 2009)
Untuk melakukan percobaan Isolasi dan Identifikasi Casein dilakukan
dengan 2 cara yaitu :
Perlakuan pertama dengan pengendapan casein, dilakukan dengan
memanaskan susu sapi pada water bath. Dengan 50 gram susu sapi yang
dimasukkan kedalam 250 mL erlenmeyer atau beakerglass. Dipanaskan
dalam pada water bath mencapai suhu 40oC. Pemanasan ini bertujuan untu
menurunkan kelarutan protein sehingga dapat mengendapkan protein susu
pada kondisi yang sesuai atau pemanasan ini dapat menyebabkan denaturasi
rusaknya struktur protein sehingga dapat mempercepat pengendapan
protein. Tapi pada proses pemanasan pada suhu ini, casein tidak mengalami
pengendapan protein. Pada dasarnya casein merupakan protein yang stabil
terhadap pemanasan dan tidak mengalami denaturasi apabila air susu
dipanskan. Tapi pemanasan ini akan mengubah stabilitas casein dan
menyebabkan casein nantinya mudah dilakukan pendendapan. Untuk
pengendapannya ditambahkan 10 tetes asetat glasial setelah dilakukan
pemanasan. Penambahan asam mengakibatkan penambahan ion H+
sehingga akan mentralkan protein dan menuju tercapainya pH isoelektrik.
Pada titik isoelektrik ini casein bersifat hidrofobik, casein akan berikatan
antar muatannya sendiri membentuk lipatan ke dalam sehingga terjadi
pengendapan yang relatif cepat.
Penambahan larutan buffer pada susu yang telah dipanaskan berarti
menambahkan konsentrasi dari ion H+ yang kemudian akan mengadakan
reaksi dengan muatan negatif protein yang berasal dari gugus hiroksil
bebasnya. Semakin banyak konsentrasi H+ yang ditambahkan maka
semakin banyak pula penurunan pH dari susu sehingga titik isoelektriknya
semakin dekat. Apabila pH isoelektrik sudah tercapai maka muatan yang
saling berlawanan akan saling menetralkan sehingga akan terbentuk
gumpalan. Titik isoelektris kasein pH 4,6 – 5,0 dan pada titik ini casein
mudah sekali mengendap. Dalam kondisi asam atau pH yang rendah, casein
akan mengendap karena memiliki kelarutan yang rendah pada kondisi asam.
Pada hasil percobaan disini pH yang didapatkan sebesar 5.
Penambahan asam dapat menghilangkan muatan listrik dari partikel
casein karena asam akan mengikat kalsium dan kalsium kaseinat, sehingga
kasein menjadi terlepas dan terbentuk endapan.
Adapun reaksi pengendapan dengan cara pengasaman sebagai berikut :
H2NR-COO- + H+ → +
H3NR-COO (R, kasein protein)
Kasein misel Kasein asam
(pH = 6,6) (pH = 4,6)
Koloid dispersi Partikel tidak larut
Larutan dan endapan yang terbentuk ini disaring dengan menggunakan
kertas saring whatman-42 untuk memisahkan endapannya. Didapatkan
endapan casein yang berwarna putih. Endapan yang terbentuk disuspensi
dengan menggunakan etanol 95%. Hal ini bertujuan karena casein tidak
larut dalam etanol, maka dapat untuk memisahkan casein dengan protein
lain sehingga diperoleh hanya casein saja. Protein selain casein akan melarut
sedangkan casein tetap berbentuk endapan yang tidak dapat melarut. Seperti
yang telah diketahui pada susu sapi mengandung protein mencapai 3,25%
di mana 82% protein susu adalah kasein dan 18% adalah serum atau protein
whey. Jadi sangat mungkin saat pengendapan dengan asam, protein lain
selain kasein ikut mengendap.
Selanjutnya mendekantasi larutan yang bertujuan untuk
memisahkan endapan dengan larutannya.
Endapan yang diperoleh disuspensi kembali dengan campuran 25 mL dietil
eter - etanol dengan perbandingan 1:1. Hal ini bertujuan untuk memisahkan
lemak dari endapan casein di mana lemak akan ikut melarut bersama dengan
dietil eter, hal ini karena dietil eter dan lemak memiliki sifat kepolaran yang
tidak berbeda jauh. Sedangkan etanol akan melarutkan protein atau senyawa
lain selain casein sedangkan casein masih berada dalam bentuk endapannya
karena kasein tidak larut dalam etanol sehingga akan diperoleh casein yang
lebih murni.
Kemudian memindahkannya ke dalam corong buchner untuk menghisap
cairan yang masih ada dalam endapan. Selanjutnya mencuci endapan
dengan eter dimaksudkan agar memurnikan endapan casein yang diperoleh.
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh kadar casein dalam sampel
susu sapi yang digunakan sebesar 2,78 gram casein yang diperoleh dari
dalam susu sapi berwarna putih. Hal ini hampir sesuai dengan literatur.
Berdasarkan literatur, protein dalam susu mencapai 35 gram dalam setiap
liter susu sapi. Berdasarkan literatur jika dalam setiap 100 liter sampel
terdapat 35 gram casein. Jikalau sampel yang digunakan adalah sebanyak
50 ml, ini berarti bahwa bobot caseinnya adalah seharusnya sebanyak 1,75
gram. Namun, dalam praktikum kali ini terdapat kasein dengan bobot 2,78
gram dengan persentase 5,466 %. Hal ini mungkin diakibatkan oleh
kesalahan dalam mencuci alat sebelumnya atau masih ada yang tertinggal
bahan-bahan lain yang bukan casein.
H. KESIMPULAN
Husni, E., Asmaedy, S., dan R. Ariati, 2007, “Analisa Zat Pengawet dan
Protein dalam Makanan Siap Saji Sosis”, Jurnal Sains dan Teknologi
Farmasi, Vol. 12, No.2.