You are on page 1of 5

[ LAPORAN KASUS ]

BRONKOPNEUMONIA ON PEDIATRIC PATIENT


Andy Samuel
Faculty of Medicine, Universitas Lampung

Abstract
Bronkhopneumonia is still disease with a wide spectrum of clinical presentation often with unpredictable clinical progression and
outcome. It is often difficult to predict the subset of patients who will progress from non-severe to severe disease. A 6 years old boy
admitted to the hospital for his acute fever for three days accompanied with shortness of breath. He also complained cough with
pleghm, headache, nausea, and vomitting. There was rash on his limbs and his gums bleed several hours ago. He looks ill, compos
mentis, temperature was 38.9°C, pulse was regular 112 x/min, respiration rate was 24 x/min, there was cyanosis, nostril breath (+),
and found ronchi on auscultation. Blood workup showed thrombocytosis and increasing LED with no leukocytosis. He was
diagnosed with bronkhopneumonia and then he received intravenous fluid, oxygen, i.v line broadspectrum antibiotic, and
acetaminophen. Bronkhopneumonia has many cause of disease so it should receive more attention to symptoms and signs to get
information of the severity of the disease. The most important treatment for bronkhopneumonia patient is symptomative therapy.
[J Agromed Unila 2014; 1(2):185-189]

Keywords: bronkhopneumonia, thrombocytosis, virus

Abstrak
Bronkopneumonia masih merupakan penyakit dengan prevalensi yang cukup tinggi di Indonesia walaupun ada berbagai kemajuan
dalam bidang antibiotik. Hal ini disebakan oleh munculnya organisme nosokomial yang resisten terhadap antibiotik. Adanya
organisme-organisme baru dan penyakit seperti AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) yang semakin memperluas
spektrum dan derajat kemungkinan terjadinya bronkopneumonia. An. S, laki-laki, 6 tahun, datang dengan keluhan demam tinggi
sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit disertai sesak nafas, batuk berdahak, pilek, sakit kepala, mual, muntah, gusi berdarah dan
bintik-bintik merah pada kulit. Kesadaran compos mentis, nadi 112x/menit, suhu 38.9°C, berat badan 20kg, dan pada pemeriksaan
fisik diapatkan sianosis, nafas cuping hidung (+), serta ronkhi pada kedua lapang paru. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan
trombositosis dan peningkatan LED tanpa tanda peningkatan leukosit. Pasien diberikan terapi berupa pemberian cairan kristaloid
intravena, oksigen, antibiotik spektrum luas, serta asetaminofen. Penyakit bronkopneumonia memiliki bermacam-macam
penyebab sehingga perlu mencermati gejala, tanda, dan temuan laboratorium untuk mengetahui derajat keparahan penyakit dan
prognosis perjalanan penyakit. Terapi utama untuk bronkopneumonia adalah terapi suportif. [J Agromed Unila 2014; 1(2):185-
189]

Kata kunci: bronkopnemonia, trombositosis, virus

Pendahuluan
Bronkopenumonia merupakan radang Insiden penyakit ini pada negara
dari saluran pernapasan yang terjadi pada berkembang termasuk indonesia hampir 30%
bronkus sampai dengan alveolus paru. pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan
Bronkopneumonia lebih sering dijumpai pada risiko kematian yang tinggi, sedangkan di
anak kecil dan bayi, biasanya sering disebabkan Amerika pneumonia menunjukkan angka 13%
oleh bakteri streptokokus pneumonia dan dari seluruh penyakit pada anak di bawah umur
Hemofilus influenza yang sering ditemukan pada 2 tahun. Insiden pneumonia pada anak ≤5 tahun
dua pertiga dari hasil isolasi. Berdasarkan data di negara maju adalah 2-4 kasus/100
WHO, kejadian infeksi pneumonia di Indonesia anak/tahun, sedangkan dinegara berkembang
pada balita diperkirakan antara 10-20% 10-20 kasus/100 anak/tahun. Pneumonia
1
pertahun. menyebabkan lebih dari 5 juta kematian
Anak dengan daya tahan atau imunitas pertahun pada anak balita dinegara
3
terganggu akan menderita bronkopneumonia berkembang.
berulang atau bahkan bisa anak tersebut tidak Bronkopneumonia merupakan masalah
mampu mengatasi penyakit ini dengan kesehatan yang mencolok walaupun ada
sempurna. Selain faktor imunitas, faktor berbagai kemajuan dalam bidang antibiotik. Hal
iatrogen juga memicu timbulnya penyakit ini, ini disebakan oleh munculnya organisme
misalnya trauma pada paru, anastesia, nosokomial yang resisten terhadap antibiotik.
pengobatan dengan antibiotika yang tidak Adanya organisme-organisme baru dan penyakit
2
sempurna. seperti AIDS (Acquired Immunodeficiency
Andy Samuel | Bronkopneumonia On Pediatric Patient

Syndrome) yang semakin memperluas spektrum kelainan sesak yang terjadi diakibatkan oleh
dan derajat kemungkinan terjadinya kelainan pada paru-paru.
2
bronkopneumonia. Dari alloanamnesis, didapatkan pasien
mengalami batuk serta demam, sehingga
Kasus dipikirkan adanya suatu infeksi. Selain itu, dari
An. S, 6 tahun, mengalami demam hasil pemeriksaan fisik didapatkan suara nafas
tinggi sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. tambahan berupa rokhi basah halus nyaring
Demam naik turun sepanjang hari disertai batuk yang khas untuk bronkhopneumonia. Diagnosis
berdahak dan pilek. Dahak berwarna putih tidak bronkhopneumonia ditegakkan berdasarkan
bercampur darah. Batuk lebih sering kambuh pedoman diagnosis klinis bronkhopneumonia
saat pasien tidur di malam hari. Selang 1 hari WHO, dimana gejala yang muncul pada pasien
setelah demam, batuk, dan pilek muncul pasien ini adalah sesak nafas dengan nafas cuping
terlihat sesak dan nafasnya terengah-engah. hidung, riwayat demam batuk pilek, sianosis,
Sesak terlihat terus menerus, tidak disertai suara dan dari auskultasi didapatkan suara nafas
mengi atau mengorok. Pasien menjadi kurang tambahan berupa ronkhi basah halus nyaring.
minum ASI nya. Karena sesak bertambah parah, Bronkhopneumonia merupakan salah
ibu pasien kemudian membawa pasien ke satu bagian dari penyakit Pneumonia.
rumah sakit. Pasien tidak mendapatkan Bronchopneumonia (penumonia lobaris) adalah
pengobatan apa-apa sebelum ke rumah sakit. suatu infeksi saluran pernafasan akut bagian
Riwayat muntah, BAB cair, kejang, dan bawah dari parenkim paru yang melibatkan
penurunan kesadaran selama demam disangkal. bronkus/bronkiolus yang berupa distribusi
Riwayat BAK biasa. Riwayat tersedak air susu berbentuk bercak-bercak (patchy distribution)
disangkal. yang disebabkan oleh bermacam-macam
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda
4
pasien tampak sakit sedang, compos mentis, asing.
nadi 112 kali per menit, frekuensi nafas 24 kali Bronkhopneumonia adalah peradangan
per menit, suhu 38,5°C, berat badan 20 kg, bibir paru, biasanya dimulai di bronkiolus terminalis.
kering, sianosis perioral (+), nafas cuping hidung Bronkiolus terminalis menjadi tersumbat dengan
(+), dan ronkhi basah halus nyaring +/+. eksudat mukopurulen membentuk bercak-
Dari pemeriksaan penunjang bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan.
didapatkan hemoglobin 12,2 gr/dl, laju endap Penyakit ini seringnya bersifat sekunder,
darah 25mm/jam, leukosit 9300/ul, trombosit mengikuti infeksi dari saluran nafas atas, demam
605.000/ul, gula darah sewaktu 94mg/dl. Pasien pada infeksi spesifik dan penyakit yang
didiagnosis sebagai bronkopneumonia. Pasien melemahkan sistem pertahanan tubuh. Pada
diberikan terapi N4D5 15-20 tetes/menit, O2 0,5 bayi dan orang-orang yang lemah, pneumonia
4
L/menit (sampai sesak berkurang), Injeksi dapat muncul sebagai infeksi primer.
ceftriaxon 200mg/12 jam, paracetamol drop Insiden penyakit ini pada negara
3x0,5cc (bila panas). berkembang hampir 30% pada anak-anak di
bawah umur 5 tahun dengan risiko kematian
Pembahasan yang tinggi. Sedangkan di Amerika, pneumonia
Penderita datang dengan keluhan menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit
utama sesak nafas. Dari keluhan ini dapat infeksi pada anak dibawah umur 2 tahun. Infeksi
dipikirkan adanya kelainan pada paru-paru, saluran napas bawah masih tetap merupakan
jantung, kelainan metabolik seperti asidosis masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di
maupun uremia, atau adanya kelainan pada negara yang sedang berkembang maupun yang
5
otak. Dari alloanamnesis tidak didapatkan sudah maju.
keluhan buang air kecil, sehingga kemungkinan Penyebab pasti pneumonia sulit
kelainan metabolik dapat disingkirkan. Dari ditemukan dan memerlukan waktu beberapa
pemeriksaa fisik tidak didapatkan penurunan hari untuk mendapatkan hasilnya, sedangkan
kesadaran ataupun kejang sehingga kelainan di pneumonia dapat menyebabkan kematian bila
sentral dapat disingkirkan. Selain itu, dari hasil tidak segera diobati. Sehingga penegakkan
pemeriksaan jantung didapatkan dalam batas diagnosis berdasarkan gejala klinis dan
normal sehingga kelainan pada jantung dapat penatalaksanaan awal pneumonia diberikan
6
disingkirkan. Oleh karena itu, dapat dipastikan antibiotika secara empiris.

J Agromed Unila | Volume 1 Nomor 2 | September 2014 | 186


Andy Samuel | Bronkopneumonia On Pediatric Patient

Bronkopneumonia ditegakkan b. Kultur nasofaring atau kultur


berdasarkan gejala klinik. Gejala-gejala klinis tenggorokan (throat swab), terutama
7,8
tersebut antara lain: virus
a. Adanya retraksi epigastrik, interkostal, c. Deteksi antigen bakteri
suprasternal Masuknya mikroorganisme ke dalam
b. Adanya pernapasan yang cepat dan saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai
pernapasan cuping hidung cara, antara lain inhalasi langsung dari udara;
c. Biasanya didahului infeksi traktus aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring
respiratorius bagian atas selama dan orofaring; perluasan langsung dari tempat
7,8
beberapa hari lain; dan penyebaran secara hematogen.
d. Demam, dispneu, kadang disertai muntah Dalam keadaan sehat, pada paru tidak
dan diare terjadi pertumbuhan mikroorganisme, keadaan
e. Batuk biasanya tidak pada permulaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme
penyakit, mungkin terdapat batuk, pertahanan paru. Mekanisme daya tahan
beberapa hari yang mula-mula kering traktus respiratorius bagian bawah sangat
kemudian menjadi produktif efisien untuk mencegah infeksi dan terdiri dari:
f. Pada auskultasi ditemukan ronkhi basah 1. Susunan anatomis rongga hidung
halus nyaring 2. Jaringan limfoid di naso-oro-faring.
g. Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan 3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar
adanya leukositosis dengan predominan epitel traktus respiratorius dan sekret liat
PMN yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut.
h. Pada pemeriksaan rontgen thoraks 4. Refleks batuk
ditemukan adanya infiltrat interstitial dan 5. Refleks epiglotis yang mencegah
infiltrat alveolar serta gambaran terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi
bronkopneumonia 6. Drainase sistem limfatik dan fungsi
WHO mengajukan pedoman diagnosa menyaring kelenjar limfe regional.
dan tata laksana yang lebih sederhana. 7. Fagositosis, aksi enzimatik, dan respon
Berdasarkan pedoman tersebut immuno-humoral terutama dari
2 9
bronkopneumonia dibedakan berdasarkan: immunoglobilin A (IgA).
1. Bronkopneumonia sangat berat: bila Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka
terjadi sianosis sentral dan anak tidak mikroorganisme penyebab terhisap ke paru
sanggup minum, maka anak harus perifer melalui saluran napas menyebabkan
dirawat di rumah sakit dan diberi reaksi jaringan berupa edema yang
antibiotik. mempermudah proliferasi dan penyebaran
2. Bronkopneumonia berat: bila dijumpai kuman. Bronkhopneumonia dalam perjalanan
retraksi tanpa sianosis dan masih penyakitnya akan menjalani beberapa stadium,
10
sanggup minum, maka anak harus yaitu:
dirawat di rumah sakit dan diberi 1. Stadium kongesti (4-12 jam pertama).
antibiotik. Mengacu pada peradangan permulaan
3. Bronkopneumonia: bila tidak ada retraksi yang berlangsung pada daerah baru yang
tetapi dijumpai pernafasan yang cepat terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
yakni >60 x/menit pada anak usia kurang peningkatan aliran darah dan
dari dua bulan; >50 x/menit pada anak permeabilitas kapiler. Ini terjadi akibat
usia 2 bulan-1 tahun; >40 x/menit pada pelepasan mediator peradangan dari sel
anak usia 1-5 tahun. mast. Mediator tersebut mencakup
4. Bukan bronkopneumonia: hanya batuk histamin dan prostagladin. Degranulasi
tanpa adanya gejala dan tanda seperti di sel mast juga mengaktifkan jalur
atas, tidak perlu dirawat dan tidak perlu komplemen bekerjasama dengan
diberi antibiotik. histamin dan prostagladin untuk
Diagnosis pasti dilakukan dengan melemaskan otot polos vaskuler paru dan
idientifikasi kuman penyebab pneumonia. peningkatan permeabilitas kapiler paru.
Identifikasi kuman penyebab dapat dilakukan Hal ini menyebabkan perpindahan
2
melalui: eksudat plasma ke dalam ruang
a. Kultur sputum/bilasan cairan lambung interstitial sehingga terjadi

J Agromed Unila | Volume 1 Nomor 2 | September 2014 | 187


Andy Samuel | Bronkopneumonia On Pediatric Patient

pembengkakan dan edema antar kapiler diberikan cairan N4D5 melalui mikrodrip infus
dan alveolus, yang meningkatkan jarak dengan 25-30 tetes per menit. N4D5 terdiri dari
yang harus ditempuh oleh oksigen dan 100 cc D5% dengan 25 cc NaCl, dimana
karbondioksida maka perpindahan gas ini kandungan dekstrosa 50 g (200 kkal), Na 38,5
paling berpengaruh dan sering mEq/L, Cl 38,5 mEq/L, Ca 200 mg/dL, dan total
mengakibatkan penurunan saturasi Osm 353. Sedangkan untuk mengatasi
oksigen hemoglobin. demamnya pasien diberikan antipiretik
2. Stadium hepatisasi merah (48 jam parasetamol yang diberikan selama pasien
berikutnya). demam. Dosis yang digunakan adalah 10-15
Lobus dan lobulus yang terkena menjadi mg/kgBB/kali pemberian. Dapat diulang
5
padat tidak mengandung udara, warna pemberiannya setiap 4-6 jam.
menjadi merah dan pada perabaan Pemberian antibiotika berdasarkan
seperti hepar. Dalam alveolus didapatkan mikroorganisme penyebab dan manifestasi
fibrin, leukosit netrofil, eksudat, dan klinis. Pada kasus ini, dipilih antibiotik
banyak sekali eritrosit dan kuman. ceftriaxone yang merupakan antibiotik
Stadium ini berlangsung sangat pendek. sefalopsorin generasi ketiga dengan aktivitas
3. Stadium hepatisasi kelabu (3-8 hari). yang lebih luas terhadap bakteri gram negatif.
Lobus masih tetap padat dan warna Dosis ceftriaxone yaitu 50-100 mg/KgBB/hari,
merah berubah menjadi pucat kelabu dalam dua dosis pemberian. Antibiotik
terjadi karena sel-sel darah putih ceftriaxone diberikan sebanyak 350 mg dua kali
10
mengkolonisasi daerah paru yang sehari secara intra vena.
terinfeksi. Permukaan pleura suram
karena diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi Simpulan
fibrin dan leukosit, tempat terjadi Penyakit bronkopneumonia memiliki
fagositosis pneumococcus, kapiler tidak bermacam-macam penyebab sehingga perlu
lagi kongestif. mencermati gejala, tanda, dan temuan
4. Stadium resolusi (7-11 hari). laboratorium untuk mengetahui derajat
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi keparahan penyakit dan prognosis perjalanan
sewaktu respon imun dan peradangan penyakit. Terapi utama untuk bronkopneumonia
mereda, sisa-sisa sel fibrin dan dan adalah terapi suportif. Prognosis pada kasus ini
eksudasi lisis. Eksudat berkurang. Dalam adalah dubia ad bonam.
alveolus makrofag bertambah dan
leukosit mengalami nekrosis dan Daftar Pustaka
degenerasi lemak. Fibrin diresorbsi dan 1. Hood A, Wibisono MJ, Winariani. Buku ajar ilmu
penyakit paru. Surabaya: Graha Masyarakat Ilmiah
menghilang. Proses kerusakan yang
Kedokteran Universitas Airlangga; 2004.
terjadi dapat di batasi dengan pemberian 2. Rahajoe, Nastini N. Buku ajar respirologi anak. Edisi ke-
antibiotik sedini mungkin agar sistem 1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2010.
bronkopulmonal yang tidak terkena 3. Latief A. Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit
standar WHO. Jakarta: Depkes; 2009.
dapat diselamatkan.
4. Price SA, Wilson LM. Pathophysiology: clinical concepts
Penatalaksanaan pada pasien ini, yaitu of disease processes. Edisi ke-4. Jakarta: EGC; 1994.
terapi suportif berupa pemberian O2 1 L/menit 5. Pusponegoro HD, Hadinegoro SRS, Firmanda D, Tridjaja
sudah tepat. Oksigen diberikan untuk mengatasi B, Pudjadi AH, Kosim MS, et al. Standar pelayanan medis
kesehatan anak. Edisi ke-I. Jakarta: Badan Penerbit IDAI;
hipoksemia, menurunkan usaha untuk bernapas,
2004. hlm. 351-4.
dan mengurangi kerja miokardium. Oksigen 6. Kliegman RM, Stanton BMD, St. Geme J, Schor NF,
penting diberikan kepada anak yang Behrman RE. Nelson buku ajar ilmu kesehatan anak.
menunjukkan gejala adanya tarikan dinding Edisi ke-15. Jakarta: EGC; 2000.
7. Bennet NJ, Steele RW. Pediatric pneumonia [internet].
dada (retraksi) bagian bawah yang dalam; SpO2
USA: Medscape LLC.; 2014 [Disitasi 2014 Sep 17].
<90%; frekuensi napas 60 x/menit atau lebih; Tersedia dari:
merintih setiap kali bernapas untuk bayi muda; http://emedicine.medscape.com/article/967822-
dan adanya head nodding (anggukan kepala). medication
8. Hudoyo A. Bronkopneumoni [internet]. [Disitasi 2014
Pemberian Oksigen melalui nasal pronge yaitu 1-
5 Sep 17]. Tersedia dari:
2 L/menit atau 0,5 L/menit untuk bayi muda. http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/13/a0c5c469
Untuk kebutuhan cairan, sesuai dengan 42a77a3619e1c23c169.pdf
berat badan yaitu 7 Kg, sehingga pasien

J Agromed Unila | Volume 1 Nomor 2 | September 2014 | 188


Andy Samuel | Bronkopneumonia On Pediatric Patient

9. UNICEF. The challenge: pneumonia is the leading killer


of children [internet]. New York: UNICEF; 2014 [disitasi
2014 Sep 17]. Tersedia dari:
http://www.childinfo.org/pneumonia.html
10. Mason RJ, Broaddus VC, Martin T, King TE, Schraugnagel
D, Murray JF, et al. Murray and Nadel’s text book of
respiratology medicine volume 1. Edisi ke-1. Netherland:
Elseiver Saunders; 2005.

J Agromed Unila | Volume 1 Nomor 2 | September 2014 | 189

You might also like