You are on page 1of 8

Jurnal ILMU DASAR, Vol. 9 No.

2, Juli 2008 : 127-134 127

Karakteristik Abu Hasil Pembakaran Batubara Bukit Asam


Sebagai Bahan Keramik

Coal Ash Characteristic from Bukit Asam as Raw Material


for Ceramics Production

Pulung Karo-Karo & Simon Sembiring


Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung

ABSTRACT

This study was carried out to characterize coal ash obtained from Bukit Asam, Tarahan Lampung, after the
samples were sintered at various temperatures ranging from 900C - 1300C. The characteristics of the
investigated samples included density, porosity, hardness, structure and microstructure. The results indicated
that porosity decreased with increasing sintering temperature, while density and hardness increased with
increasing temperature. The x-ray diffraction (XRD) study revealed that the main crystalline phase was silicon
dioxide (SiO2), with the minor constituents of CaSiO2, MgSiO3, FeSiO4 and Ca12Al14O33. SEM investigations
clearly demonstrated the presence of a fine crystallised phase dispersed in the microstructure.

Keywords: Coal ash, sintering, microstructure, XRD

PENDAHULUAN morfologi mikrostruktur spheroid dengan


ukuran partikel dalam beberapa mikron dengan
Seiring dengan perkembangan berbagai jenis komposisi pembentukan komposisi kimia
industri dan meningkatnya kebutuhan dasar terdiri dari SiO2, Fe2O3, Al2O3, dan MgO
mengakibatkan semakin berkurang dengan mineral tambahan mullite (Al6Si2O13)
ketersediaan bahan baku. Penyelidikan bahan dan magnite (Fe3O4). Berdasarkan penelitian
baku yang potensial, berlimpah dan proses yang dilakukan Erol et al. (2003) dengan
teknologi yang mudah dengan biaya relatif scanning electron microscopy (SEM) bahwa
rendah sangat diperlukan. Dengan demikian, distribusi ukuran partikel abu batubara 1-2 m
perlu kiranya dicarikan alternatif untuk terdiri dari mineral, quartz (SiO2), mullite
mengatasi kekurangan bahan tersebut dengan (Al6Si2O13), enstatite (Mg,Fe SiO3) dan
mempelajari prilaku/sifat fisik dan kimia dari anorthite (Ca, Al2Si2 O3).
bahan, serta pengembangan teknologi Dari hasil beberapa penelitian yang sudah
pengolahan bahan baku sebagai bahan berdaya dilakukan, abu batubara sudah banyak
guna dalam mengatasi kekurangan bahan di digunakan sebagai bahan semen, keramik,
masa yang akan datang. gelas, batubata, batako, paving block, genteng,
Salah satu bahan baku yang perlu mendapat ubin berpori, ubin keramik, campuran aspal,
perhatian adalah limbah abu batubara sebagai perekat dan pelapis (gypsum). Berdasarkan
abu padat (solid residual).Abu batubara komposisi dan sifat yang dimiliki abu batubara
sebagai limbah abu padat hasil proses dengan proses vitrifikasi dan sintering dapat
pembakaran terdiri dari 20 % abu terbang dan dimodifikasi abu batubara sesuai dengan yang
80 % abu dasar secara mineralogi yang diinginkan, Ferreira et al (2003), Bouguerra et
tersusun dalam fasa amorf, kristalin dan al (1998) telah melakukan penelitian melalui
memiliki daya rekat (pozzolan) dengan proses vitrivikasi memperoleh kesimpulan
komposisi kimia utama SiO2, Al2O3, MgO, bahwa abu batubara dapat digunakan sebagai
dan komposisi pendukung CaO, NaO dan bahan pembentuk gelas.
Fe2O3 (American Electric Power 2004). Abu Melalui proses sintering, butiran (partikel)
dasar memiliki warna gelap, dengan ukuran yang terkandung di dalam bahan abu batubara
butiran (partikel) kasar, sementara abu terbang dapat dideposisikan dengan ukuran densitas
berwarna terang dengan butiran yang halus. dan porositas yang diinginkan sehingga abu
Berdasarkan pengamatan dengan mikroskop batubara dapat memiliki sifat-sifat yang
yang dilakukan oleh Sheng et al. (2003), Yang diinginkan seperti keuletan (brittle), kekerasan
& Buenfeld (2001). Abu batubara mempunyai (hardness) dan kekuatan tarik (mechanical
128 Karakteristik Abu…………(Pulung Karo & Simon Sembiring)

strength). Pertumbuhan butiran akibat proses mempengaruhi porositas bahan tersebut. Pada
sintering juga akan menunjukkan perubahan material berpori, temperatur merupakan salah
struktur dan mikrostruktur yang sangat satu faktor utama yang mempengaruhi proses
mempengaruhi kekerasan. Erol et al. (2003), difusi molekul. Molekul berpindah dengan
Valeria et al. (2000) dan Barbieri et al. (2002) kecepatan tinggi akan tetapi jangkauan
telah melakukan penelitian terhadap abu jaraknya sangat dekat, sebelum bersentuhan
batubara menunjukkan terbentuknya bahan dengan molekul yang lain dan berdefleksi
gelas-keramik dengan fasa kristalin diopside- dengan arah acak, sehingga densitas molekul
alumina [Ca (Mg,Al)(Si,Al)2O6], rendah (Sherwood et al. 1975). Batubara jenis
cyclowollstonite (CaSiO3) dengan ukuran lignit dan subbituminus lebih berpori dari pada
butiran 1.7 m dengan proses sintering pada bituminus (Majizadeh et al. 1979). Abu dasar
temperatur 980C menunjukkan bahwa abu batubara mempunyai tekstur permukaan sangat
batubara memiliki densitas 2.6 gr/cm3 dengan berpori dengan bulk specific gravity rendah
kekerasan maximum 5.5 Gpa. (Lovell 1991).
Sintering merupakan proses yang penting Selanjutnya, penelitian ini bertujuan untuk
dalam memodifikasi bahan keramik. mengetahui besar porositas dan densitas pada
Temperatur dan lamanya waktu sintering akan temperatur sintering berbeda, dan kaitannya
mempengaruhi proses pembentukan dan dengan struktur dan mikrostruktur terhadap
pendeposisian butiran dalam bahan agar dapat kekerasan (hardness) setelah proses sintering.
menghasilkan komposit dan struktur butiran
yang halus dengan densitas yang tinggi. METODE
Dengan pertambahan waktu sintering, densitas
akan semakin meningkat dan ukuran butiran Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika
Material Universitas Lampung untuk preparasi
(partikel) akan tersusun dengan teratur yang
sampel yang siap untuk di karakterisasi,
mengakibatkan jumlah pori-pori (porositas) Laboratorium P.T Tambang Bukit Asam sebagai
semakin kecil (Dorre & Hübner 1984). Pada tempat proses pembakaran batubara dan di Batan
temperatur sintering, butiran akan saling Serpong untuk karakterisasi struktur, mikrostruktur
bergabung hingga batas butiran sehingga dan uji kekerasan (hardness).
jumlah pori (porositas) bahan akan semakin
kecil. Proses penggabungan butiran terjadi Preparasi sampel
melalui diffusi yang menghasilkan penyusutan Abu batubara penelitian ini diperoleh dari hasil
volume bahan. Hasil penelitian yang dilakukan pembakaran batubara di PT. Batubara Bukit Asam
Lampung dengan komposisi kimia terdiri dari: SiO2
Rahaman (1995) menunjukkan proses diffusi
(21,92%), Al2O3 (16%), MgO (7,9%), CaO
akan memberikan efek terhadap perubahan fisis (22,98%), SO3 (11,85%) dan Fe2O3 16,47%).
bahan setelah sintering yaitu densitas, porositas Langkah awal sampel abu batubara dihaluskan
dan penyusutan volume dan pertumbuhan dengan menggunakan alat cross beater mill sehingga
butiran. Perubahan densitas bahan keramik diperoleh ukuran butiran (partikel) yang halus
setelah proses sintering tergantung komposisi, sekitar 0,2 mm. Kemudian bubuk halus yang telah
ukuran butiran dan tingkat kelarutannya diperoleh dimasukkan kedalam gelas ukur dan
(solubility). Abu batubara mempunyai densitas dicampur dengan larutan ethanol dan diaduk dengan
magnetik stirrer selama 24 jam. Campuran bubuk
bulk 2,96 gr/cm3 (Sheng et al. 2003 dan Erol et
dipanaskan pada temperatur 120C selama 24 jam
al. 2003), sesuai dengan densitas keramik yang untuk memadatkan dan menguapkan ethanol dan zat
digunakan pada aplikasi industri dan proses zat yang tidak dikehendaki. Langkah selanjutnya,
sintering pada abu batubara mengakibatkan serbuk dipress pada cetakan (die) berbentuk silinder
penurunan densitas terjadi karena terbakarnya dengan penekan hidraulik sebesar 4 ton sebanyak 15
carbon aktif yang ada pada abu batubara sampel untuk mendapatkan sampel diameter 1 cm
(Bethanis et al. 2003). dengan tebal 0,5 cm. Sebagai langkah terakhir
Porositas suatu bahan menggambarkan dilakukan proses sintering untuk temperatur 900C,
ruang-ruang kosong (pori) pada bahan. 1000C, 1100C, 1200C dan 1300C.
Porositas merupakan salah satu sifat fisik yang Pengukuran Densitas, Porositas dan Kekerasan
Metode yang digunakan dalam pengukuran densitas
didefinisikan sebagai perbandingan antara
dan porositas dilakukan dengan prinsip
volume pori dengan volume total bahan. Nilai
porositas dapat dinyatakan dalam persen atau Archimedes (Australian Standard, 1989)
desimal (ASTM 1982). Perlakuan panas dengan persamaan sebagai berikut:
seperti sintering pada suatu bahan
Jurnal ILMU DASAR, Vol. 9 No. 2, Juli 2008 : 127-134 129

ρ = Md ρm (1/Ms – Mi) HASIL DAN PEMBAHASAN


…….(1)
dimana, ρ = densitas sampel (gr/cm3), ρm = Porositas dan densitas
densitas media pencelupan (gr/cm3), Md = massa
Hasil pengukuran porositas dan densitas
Adala
kering sampel (gr), Ms dan Mi h masing
masing massa sampel jenuh (massa immersi) dan dengan menggunakan prinsip Archimedes
massa sampel jenuh di udara (Massa saturasi). (Australian Standard 1989) pada sampel abu
Mengukur persentasi porositas (%P) dengan batubara Bukit Asam, Tarahan Lampung
menggunakan persamaan di bawah ini: setelah disintering pada temperatur 900C,
% P = (Ms – Mi)/( Ms – Md) × 100% 1000C, 1200C, dan 1300C ditunjukkan
…….(2) masing masing pada Gambar 1 dan 2. Hasil
Uji kekerasan dengan menggunakan pengamatan menunjukkan bahwa dengan
microhardness test dengan menekan beberapa titik
kenaikan suhu sintering mengakibatkan
pada sampel abu batubara yang akan di uji. Nilai
kekerasan dihitung dengan Persamaan sebagai
peningkatan densitas dan sebaliknya porositas
berikut: bahan abu batubara mengalami penurunan.
Vickers Peningkatan densitas dan penurunan porositas
Hardness terjadi karena pada suhu sintering yang makin
tinggi, mengakibatkan butiran butiran partikel
(HV ) = 1,854 × P2 × 9,8 GPa dalam abu batubara banyak yang berdifusi
2a 1000 sehingga partikel saling kontak dan
..……(3) beraglomasi (Dorre & Hubner 1984), sehingga
Dimana HV =kekerasan bahan (GPa), P =beban menutupi dan mengurangi jumlah ruang-ruang
yang diberikan pada bahan (kg) dan a = ½ diagonal (pori-pori) untuk membentuk kerapatan lebih
hasil penekanan (mm). padat.
Karakterisasi Hubungan antara densitas dan porositas
Sampel abu batubara yang telah mengalami proses bahan abu batubara pada suhu sintering yang
sintering dengan temperatur 900°C, 1000°C, 1100°C berbeda (Gambar 3) menunjukkan bahwa
dikarakterisasi untuk menganalisa perubahan densitas menurun seiring dengan kenaikan
struktur yang dihasilkan dengan menggunakan porositas.
metode diffraksi sinar-x (XRD) dan analisis
perubahan mikrostuktur dengan temperatur sintering
900ºC, 1200ºC dan 1300ºC menggunakan Scanning
Electron Microscopy (SEM).

50

40
(%)
Porositas

30

20

10
900 1000 1100 1200 1300 1400
Suhu Sintering (°C)

Gambar 1. Porositas sampel abu dasar batubara Bukit Asam setelah disintering dengan variasi
suhu 900C, 1000C, 1200C, dan 1300C. Error bar menunjukkan deviasi rata-rata
(±).
130 Karakteristik Abu…………(Pulung Karo & Simon Sembiring)

2.5

Densi 2.0
tas
(g/cm
3)

1.5

1.0
900 1000 1100 1200 1300 1400
Suhu Sintering (°C)
Gambar 2. Densitas sampel abu dasar batubara Bukit Asam setelah disintering dengan variasi suhu
900C, 1000C, 1200C, dan 1300C. Error bar menunjukkan deviasi rata-rata ±).

2.1
1300°C
Densitas (gr/cm3)
1200°C
1.9

1.7 1000°C

900°C
1.5
18 25 32 39 46
Porositas (%)

Gambar 3. Hubungan porositas dan densitas sampel abu batubara.

Hasil ini menunjukkan bahwa abu batubara Kekerasan (Hardness)


yang berporositas besar mengindikasikan Gambar 4 menyajikan hubungan perubahan
butiran butiran partikel yang menyusun abu nilai kekerasan sampel abu batubara dengan
batu bara belum berdifusi dan berpadu antar suhu sintering. Perubahan tersebut,
partikel yang satu dengan yang lain sehingga menunjukkan bahwa nilai kekerasan abu
kerapatannya semakin kecil. Hasil tersebut batubara mengalami peningkatan secara
sesuai dengan hasil penelitian dari Bethanis et perlahan hingga suhu sintering 1200C akibat
al. (2003) yang menyimpulkan bahwa energi termal yang dimiliki masih rendah untuk
penyususun abu batu bara terdiri beragam fasa melakukan proses pembentukan dan
diantaranya CaMgSi2O6, MgSiO3 dan pendeposisian dari partikel penyusunnya
NaAlSi3O8. (Tabel 1).
Jurnal ILMU DASAR, Vol. 9 No. 2, Juli 2008 : 127-134 131

2,5

2
Kekerasan (GPa)

1,5

0,5
900 1000 1100 1200 1300 1400
Suhu Sintering (°C)

Gambar 4. Hubungan nilai kekerasan sampel abu dasar batubara Bukit Asam terhadap peningkatan
suhu sintering. Error bar menunjukkan deviasi rata-rata (±).

Sebaliknya diatas suhu sintering 1200C oleh SiO2 (Quartz) pada puncak tertinggi (2θ =
mengalami peningkatan yang tajam, karena 26,6º) sesuai dengan penelitian yang telah
energi termal cukup untuk proses pembentukan dilakukan sebelumnya (Sheng et al. 2003, Yang
dan pendeposisian butiran dari penyusunnya & Buenfeld 2001) dengan struktur
(Dorre & Hubner 1984). Menurut penelitian pendukung antara lain, CaSiO3
sebelumnya (Erol et al. 2003) menyimpulkan (Cyclowollstonite) (2θ = 27,9º), Ca12Al14O33
bahwa perubahan nilai kekerasan dapat terjadi (Mayenite) (2θ = 33,3º), Fe2SiO4 (Fayallite (2θ
akibat adanya perubahan struktur pada saat = 35,2º), dan MgSiO3 (Clinoenstatite) (2θ =
proses sintering, yang didukung hasil analisis 31º).
struktur pada Tabel 1. Hasil identifikasi phase (Tabel 1)
menunjukkan bahwa intensitas phase SiO2
Struktur dan mikro struktur menurun dengan meningkatnya temperatur
Analisis difraksi sinar-x (XRD) sampel pada sintering yang mengindikasikan bahwa
suhu sintering 900C, 1000C, 1100C pembentukan SiO2 semakin menurun.
ditunjukkan pada Gambar 5 dan analisis Penurunan pembentukan SiO2, akibat
mikrostruktur abu batubara yang disintering ketidakstabilan atom atom Si sehingga
pada temperatur 900ºC, 1200ºC dan 1300ºC memudahkan berinteraksi dengan atom lain
ditunjukkan pada Gambar 6 (a), (b) dan (c). (Achmad & Tupamahu 1992) dan
Hasil identifikasi perubahan struktur abu pembentukan struktur baru selain struktur
batubara pada suhu sintering 900C, 1000C pembentuknya (Bethanis et al. 2003) yang
dan 1100C ditunjukkan pada Tabel 1. ditunjukkan dengan teridentifikasinya struktur
Penentuan intensitas puncak diffraksi sampel lain yaitu CaSiO3, MgSiO3, Fe2SiO4, dan
dilakukan menggunakan metode pencocokan Ca12Al14O33.
atau search match analysis melalui program SEM analisis sampel abu batubara (Gambar
PCDFWIN 1997 dengan nomor file PDF 6 (a), (b), (c)) menunjukkan bahwa pada suhu
(Power Diffraction Files) setelah dikurangi sintering 900ºC, ukuran butir yang beragam
dengan puncak intensitas latar belakang dengan pori yang besar (tanda panah). Dengan
(Background). kenaikan temperatur sintering ukuran butir
Hasil search match analysis pada sampel mulai seragam (homogen) dengan pori semakin
abu batubara (Tabel 1) menunjukkan bahwa berkurang.
struktur pembentuk abu batubara didominasi
132 Karakteristik Abu…………(Pulung Karo & Simon Sembiring)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kekerasan. Meningkatnya densitas akan


perlakuan sintering mengakibatkan perubahan menurunkan porositas dan struktur mikro akan
densitas, porositas, dan struktur mikro, cenderung homogen(seragam) dan terorientasi
sekaligus mempengaruhi nilai kekerasan. serta terdifusi dengan baik, sehingga kekerasan
Perubahan akibat kenaikan suhu sintering sampel meningkat.
menunjukkan peningkatan densitas dan

1440

1320

1200 x

1080
intensitas relatif
(counts) 960

840

. .
720 +

600 x - o X
x
x x x o x o x 1100ºC
480 x * o o o

360 1000ºC

240

120 900ºC
0
20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80
2 angel (deg)

Gambar 5. Pola intensitas XRD sampel abu batubara bukit asam dengan suhu pemanasan 900ºC,
1000ºC, 1100ºC. Tanda: x = SiO2, o = Fe2SiO4, ■ = Ca12Al14O33, + = CaSiO3, - =
MgSiO3. Panjang gelombang = 1.54056 Å.

Tabel 1. Identifikasi Struktur Abu Batubara pada temperatur sintering 900C, 1000C, dan
1100C.

Suhu Phase Intensitas


Sintering (Struktur) (Puncak tertinggi)
900 oC SiO2(PDF File-46-1045) 575
1000 ºC SiO2 (PDF File-46-1045) 250
CaSiO3 (PDF File-10-0486) 16
MgSiO3 (PDF File-35-0610) 19
Fe2SiO4 (PDF File-31-0649) 10
Ca12Al14O33 (PDF-09-0413) 8
1100 ºC SiO2 (PDF File-46-1045) 102
CaSiO3 (PDF File-10-0486) 51
MgSiO3(PDF File-35-0610) 14
Fe2SiO4(PDF File-31-0649) 14
Ca12Al14O33(PDF-09-0413) 33
Jurnal ILMU DASAR, Vol. 9 No. 2, Juli 2008 : 127-134 133

(a) (b)

(c)

Gambar 6. Struktur mikro sampel abu batubara Bukit Asam dengan suhu sintering (a) 900ºC,
(b) 1200ºC dan (c) 1300ºC

KESIMPULAN DAN SARAN dari hasil search-match analisis struktur yang


dominan dalam sampel abu batubara Bukit
Kesimpulan Asam, Tarahan Lampung adalah SiO2 yang
Dari serangkaian percobaan dan karakterisasi cenderung menurun dengan kenaikan suhu
yang dilakukan pada penelitian ini sintering dan sebaliknya struktur pendukung
menunjukkan bahwa karakteristik fisis sampel CaSiO3, Ca12Al14O33, FeSiO4 dan MgSiO3
abu batubara yang diperoleh menunjukkan cenderung meningkat seiring dengan kenaikan
dengan kenaikan suhu sintering menghasilkan suhu sintering, diikuti dengan tingkat
peningkatan densitas dan kekerasan, diikuti homogenitas dengan distribusi ukuran butiran
dengan penurunan porositas. Disamping itu, dan pori-pori semakin kecil. Berdasarkan
134 Karakteristik Abu…………(Pulung Karo & Simon Sembiring)

komposisi struktur pembentuknya, abu


batubara Bukit Asam Tarahan Lampung layak
untuk dimanfaatkan sebagai bahan keramik. Ucapan terima kasih
Penelitian ini dapat dilakukan berkat bantuan
Saran dana Proyek Pengkajian dan Penelitian Ilmu
Pada penelitian selanjutnya disarankan agar Pengetahuan melalui Penelitian Dosen Muda,
dilakukan analisis XRD pada sampel abu dasar DIKTI Tahun anggaran 2005. Untuk itu,
batubara Bukit Asam diatas temperatur melalui tulisan ini, peneliti mengucapkan
sintering 1300C, namun di bawah titik lebur terima kasih kepada DIKTI.
bahan untuk mendapatkan sifat mekanik yaitu
kekerasan maximum.
Power Plant Flay Ash, Journal of Europen
Ceramic Society 23, p757-763.
DAFTAR PUSTAKA Ferriera, C., Ribeoro, A., and Ottesen, L., (2003),
Possible Application for Minicipal Solid Waste
Achmad, H., dan Tupahuma, M. S., (1992), Struktur Fly Ash, Journal of Hazardous Material B 96,
Atom, Struktur Molekul, dan Sistem Periodik, p201-216.
PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal:138-145. Lovell, C. W., Huang, and J. E. Lovell, (1991),
Bottom Ash Highway Material, Presented at the
American Electric Power, (2004), Concrete and th
Cement Reserch Laboratory, A Division of the 70 Annual Meeting of Transportation Reserch
U.S. Bureu of Standards, 35, p12-18 Board, Washington, D.C.
American Society for Testing Material, (1982), A S T Majizadeh, Kamran, Bokowski, G., and El-Mitiny,
M Book of Standards, Part 19, Philadelphia. R., (1979)., Material Characteristic of Power
Australian Standards, (1989), Refactories and Plant Bottom Ashers and Their Bituminus
Refactory Materials Physical Test Methode, 5: Mixtures: A Laboratory Investigation,
The Determination of Density, Porosity and Proceeding of Fifth International Ash Utilization
Water Adsorption: 1774.5, Standard Australian. Symposium U.S Department of Energy, West
Barbieri, L., Corradi, A., Lancellotti, I. (2002), Virginia.
“Thermal and Chemical Behaviour of Different Rahaman, M.N., (1995), “Ceramics pressing and
Glasses Containing steel Fly Ash and their sintering”, Department of Ceramics Engineering
Transformation inti Glass-Ceramics”, Journal of University of Missoury-Rolla Rolla. Isssouri,
European Ceramics society 22, p1759-1765. secodn addition.
Bethanis, S., Sollas, C .J., and Cheeseman, C.R., Sheng, J., Huang, B., and Zhang, J., (2003),
(20030, Properties and Microstructur of Sintered Production of Glass from Coal Fly Ash Fuel, 82,
Incinerator Bottom Ash, U K Engineering and p181-185.
Physical Sciences Reserch Council (ESPRC)
WMR 3 Programme. Sherwood, T. K., Pigford R. L., and Wilke C. R.,
Bouguerra, A., Ledhem, A., de Barquin, F., Dhilly, ( 1975), Mass Transfer, McGraw-Hill
R.M., Queneudec, M. (1998), Effect of Kogakusha, Ltd., Tokyo, p 39-40.
Microstructure on the Mechanical and thermal Valeria, Barbosa, L.L., Kenneth, Mackenzie, J.D.,
Properties of Lightweight Concrete Prepared Thaumaturgo, C. (2000), “Synthesis and
from Clay, Cement and wood Aggregates Characterisation of Materils Based on Inorganic
Cement and Concrete Research, 28, p1179-1190. Polymer of alumina and silica: Sodium
Dorre, E., and Hubner, H., (1984), Alumina, Library Polysialate Polymers”, 2, 309-317.
of Congress Cataloging inPublicatin Data, Yang, N and Buenfeld, N.R., (2001), “Binary
Cambridge. Segmentation of Aggregate in SEM Image
Erol, M., Demirle, U., and Kűcűkbayurk, S., (2003), Analysis of Concrete, Cement and Concrete
Characterization Investigation of Glass - Research, 32, 437-441).
Ceramic Developed from Syntomer Thermal

You might also like