Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
This study was carried out to characterize coal ash obtained from Bukit Asam, Tarahan Lampung, after the
samples were sintered at various temperatures ranging from 900C - 1300C. The characteristics of the
investigated samples included density, porosity, hardness, structure and microstructure. The results indicated
that porosity decreased with increasing sintering temperature, while density and hardness increased with
increasing temperature. The x-ray diffraction (XRD) study revealed that the main crystalline phase was silicon
dioxide (SiO2), with the minor constituents of CaSiO2, MgSiO3, FeSiO4 and Ca12Al14O33. SEM investigations
clearly demonstrated the presence of a fine crystallised phase dispersed in the microstructure.
strength). Pertumbuhan butiran akibat proses mempengaruhi porositas bahan tersebut. Pada
sintering juga akan menunjukkan perubahan material berpori, temperatur merupakan salah
struktur dan mikrostruktur yang sangat satu faktor utama yang mempengaruhi proses
mempengaruhi kekerasan. Erol et al. (2003), difusi molekul. Molekul berpindah dengan
Valeria et al. (2000) dan Barbieri et al. (2002) kecepatan tinggi akan tetapi jangkauan
telah melakukan penelitian terhadap abu jaraknya sangat dekat, sebelum bersentuhan
batubara menunjukkan terbentuknya bahan dengan molekul yang lain dan berdefleksi
gelas-keramik dengan fasa kristalin diopside- dengan arah acak, sehingga densitas molekul
alumina [Ca (Mg,Al)(Si,Al)2O6], rendah (Sherwood et al. 1975). Batubara jenis
cyclowollstonite (CaSiO3) dengan ukuran lignit dan subbituminus lebih berpori dari pada
butiran 1.7 m dengan proses sintering pada bituminus (Majizadeh et al. 1979). Abu dasar
temperatur 980C menunjukkan bahwa abu batubara mempunyai tekstur permukaan sangat
batubara memiliki densitas 2.6 gr/cm3 dengan berpori dengan bulk specific gravity rendah
kekerasan maximum 5.5 Gpa. (Lovell 1991).
Sintering merupakan proses yang penting Selanjutnya, penelitian ini bertujuan untuk
dalam memodifikasi bahan keramik. mengetahui besar porositas dan densitas pada
Temperatur dan lamanya waktu sintering akan temperatur sintering berbeda, dan kaitannya
mempengaruhi proses pembentukan dan dengan struktur dan mikrostruktur terhadap
pendeposisian butiran dalam bahan agar dapat kekerasan (hardness) setelah proses sintering.
menghasilkan komposit dan struktur butiran
yang halus dengan densitas yang tinggi. METODE
Dengan pertambahan waktu sintering, densitas
akan semakin meningkat dan ukuran butiran Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika
Material Universitas Lampung untuk preparasi
(partikel) akan tersusun dengan teratur yang
sampel yang siap untuk di karakterisasi,
mengakibatkan jumlah pori-pori (porositas) Laboratorium P.T Tambang Bukit Asam sebagai
semakin kecil (Dorre & Hübner 1984). Pada tempat proses pembakaran batubara dan di Batan
temperatur sintering, butiran akan saling Serpong untuk karakterisasi struktur, mikrostruktur
bergabung hingga batas butiran sehingga dan uji kekerasan (hardness).
jumlah pori (porositas) bahan akan semakin
kecil. Proses penggabungan butiran terjadi Preparasi sampel
melalui diffusi yang menghasilkan penyusutan Abu batubara penelitian ini diperoleh dari hasil
volume bahan. Hasil penelitian yang dilakukan pembakaran batubara di PT. Batubara Bukit Asam
Lampung dengan komposisi kimia terdiri dari: SiO2
Rahaman (1995) menunjukkan proses diffusi
(21,92%), Al2O3 (16%), MgO (7,9%), CaO
akan memberikan efek terhadap perubahan fisis (22,98%), SO3 (11,85%) dan Fe2O3 16,47%).
bahan setelah sintering yaitu densitas, porositas Langkah awal sampel abu batubara dihaluskan
dan penyusutan volume dan pertumbuhan dengan menggunakan alat cross beater mill sehingga
butiran. Perubahan densitas bahan keramik diperoleh ukuran butiran (partikel) yang halus
setelah proses sintering tergantung komposisi, sekitar 0,2 mm. Kemudian bubuk halus yang telah
ukuran butiran dan tingkat kelarutannya diperoleh dimasukkan kedalam gelas ukur dan
(solubility). Abu batubara mempunyai densitas dicampur dengan larutan ethanol dan diaduk dengan
magnetik stirrer selama 24 jam. Campuran bubuk
bulk 2,96 gr/cm3 (Sheng et al. 2003 dan Erol et
dipanaskan pada temperatur 120C selama 24 jam
al. 2003), sesuai dengan densitas keramik yang untuk memadatkan dan menguapkan ethanol dan zat
digunakan pada aplikasi industri dan proses zat yang tidak dikehendaki. Langkah selanjutnya,
sintering pada abu batubara mengakibatkan serbuk dipress pada cetakan (die) berbentuk silinder
penurunan densitas terjadi karena terbakarnya dengan penekan hidraulik sebesar 4 ton sebanyak 15
carbon aktif yang ada pada abu batubara sampel untuk mendapatkan sampel diameter 1 cm
(Bethanis et al. 2003). dengan tebal 0,5 cm. Sebagai langkah terakhir
Porositas suatu bahan menggambarkan dilakukan proses sintering untuk temperatur 900C,
ruang-ruang kosong (pori) pada bahan. 1000C, 1100C, 1200C dan 1300C.
Porositas merupakan salah satu sifat fisik yang Pengukuran Densitas, Porositas dan Kekerasan
Metode yang digunakan dalam pengukuran densitas
didefinisikan sebagai perbandingan antara
dan porositas dilakukan dengan prinsip
volume pori dengan volume total bahan. Nilai
porositas dapat dinyatakan dalam persen atau Archimedes (Australian Standard, 1989)
desimal (ASTM 1982). Perlakuan panas dengan persamaan sebagai berikut:
seperti sintering pada suatu bahan
Jurnal ILMU DASAR, Vol. 9 No. 2, Juli 2008 : 127-134 129
50
40
(%)
Porositas
30
20
10
900 1000 1100 1200 1300 1400
Suhu Sintering (°C)
Gambar 1. Porositas sampel abu dasar batubara Bukit Asam setelah disintering dengan variasi
suhu 900C, 1000C, 1200C, dan 1300C. Error bar menunjukkan deviasi rata-rata
(±).
130 Karakteristik Abu…………(Pulung Karo & Simon Sembiring)
2.5
Densi 2.0
tas
(g/cm
3)
1.5
1.0
900 1000 1100 1200 1300 1400
Suhu Sintering (°C)
Gambar 2. Densitas sampel abu dasar batubara Bukit Asam setelah disintering dengan variasi suhu
900C, 1000C, 1200C, dan 1300C. Error bar menunjukkan deviasi rata-rata ±).
2.1
1300°C
Densitas (gr/cm3)
1200°C
1.9
1.7 1000°C
900°C
1.5
18 25 32 39 46
Porositas (%)
2,5
2
Kekerasan (GPa)
1,5
0,5
900 1000 1100 1200 1300 1400
Suhu Sintering (°C)
Gambar 4. Hubungan nilai kekerasan sampel abu dasar batubara Bukit Asam terhadap peningkatan
suhu sintering. Error bar menunjukkan deviasi rata-rata (±).
Sebaliknya diatas suhu sintering 1200C oleh SiO2 (Quartz) pada puncak tertinggi (2θ =
mengalami peningkatan yang tajam, karena 26,6º) sesuai dengan penelitian yang telah
energi termal cukup untuk proses pembentukan dilakukan sebelumnya (Sheng et al. 2003, Yang
dan pendeposisian butiran dari penyusunnya & Buenfeld 2001) dengan struktur
(Dorre & Hubner 1984). Menurut penelitian pendukung antara lain, CaSiO3
sebelumnya (Erol et al. 2003) menyimpulkan (Cyclowollstonite) (2θ = 27,9º), Ca12Al14O33
bahwa perubahan nilai kekerasan dapat terjadi (Mayenite) (2θ = 33,3º), Fe2SiO4 (Fayallite (2θ
akibat adanya perubahan struktur pada saat = 35,2º), dan MgSiO3 (Clinoenstatite) (2θ =
proses sintering, yang didukung hasil analisis 31º).
struktur pada Tabel 1. Hasil identifikasi phase (Tabel 1)
menunjukkan bahwa intensitas phase SiO2
Struktur dan mikro struktur menurun dengan meningkatnya temperatur
Analisis difraksi sinar-x (XRD) sampel pada sintering yang mengindikasikan bahwa
suhu sintering 900C, 1000C, 1100C pembentukan SiO2 semakin menurun.
ditunjukkan pada Gambar 5 dan analisis Penurunan pembentukan SiO2, akibat
mikrostruktur abu batubara yang disintering ketidakstabilan atom atom Si sehingga
pada temperatur 900ºC, 1200ºC dan 1300ºC memudahkan berinteraksi dengan atom lain
ditunjukkan pada Gambar 6 (a), (b) dan (c). (Achmad & Tupamahu 1992) dan
Hasil identifikasi perubahan struktur abu pembentukan struktur baru selain struktur
batubara pada suhu sintering 900C, 1000C pembentuknya (Bethanis et al. 2003) yang
dan 1100C ditunjukkan pada Tabel 1. ditunjukkan dengan teridentifikasinya struktur
Penentuan intensitas puncak diffraksi sampel lain yaitu CaSiO3, MgSiO3, Fe2SiO4, dan
dilakukan menggunakan metode pencocokan Ca12Al14O33.
atau search match analysis melalui program SEM analisis sampel abu batubara (Gambar
PCDFWIN 1997 dengan nomor file PDF 6 (a), (b), (c)) menunjukkan bahwa pada suhu
(Power Diffraction Files) setelah dikurangi sintering 900ºC, ukuran butir yang beragam
dengan puncak intensitas latar belakang dengan pori yang besar (tanda panah). Dengan
(Background). kenaikan temperatur sintering ukuran butir
Hasil search match analysis pada sampel mulai seragam (homogen) dengan pori semakin
abu batubara (Tabel 1) menunjukkan bahwa berkurang.
struktur pembentuk abu batubara didominasi
132 Karakteristik Abu…………(Pulung Karo & Simon Sembiring)
1440
1320
1200 x
1080
intensitas relatif
(counts) 960
840
. .
720 +
600 x - o X
x
x x x o x o x 1100ºC
480 x * o o o
360 1000ºC
240
120 900ºC
0
20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80
2 angel (deg)
Gambar 5. Pola intensitas XRD sampel abu batubara bukit asam dengan suhu pemanasan 900ºC,
1000ºC, 1100ºC. Tanda: x = SiO2, o = Fe2SiO4, ■ = Ca12Al14O33, + = CaSiO3, - =
MgSiO3. Panjang gelombang = 1.54056 Å.
Tabel 1. Identifikasi Struktur Abu Batubara pada temperatur sintering 900C, 1000C, dan
1100C.
(a) (b)
(c)
Gambar 6. Struktur mikro sampel abu batubara Bukit Asam dengan suhu sintering (a) 900ºC,
(b) 1200ºC dan (c) 1300ºC