You are on page 1of 19

ANALGETIKA

Adalah obat yg dalam dosis terapi dapat meringankan atau menekan rasa nyeri ,
tanpa mempunyai kerja anestesi umum

Berdasarkan potensi kerja, mekanisme dan efek sampingnya , dibedakan menjadi :


1. Analgetika yg berkhasiat kuat, bekerja pd pusat ( hipnoanalgetika , kel.
Opiat )
2. berkhasiat lemah – sedang , terutama bekerja pd perifer dg sifat antipiretik,
dan umumnya mempunyai sifat antiinflamasi

Mekanisme kerja obat dalam mempengaruhi nyeri :


1. mencegah sensibilisasi reseptor nyeri dg cara menghambat sintesa
prostaglandin
2. mencegah pembentukan rangsangan dl reseptor
3. menghambat penerusan rangsangan dl serabut saraf sensorik
4. meringankan atau menghambat nyeri melalui SSP
5. mempengaruhi pengalaman nyeri

ANALGESIK OPIOID DAN ANTAGONIS

Merupakan kel obat yg mempunyai sifat seperti opium atau morfin 


menimbulkan adiksi

Termasuk :
1. obat yg berasal dr opium – morfin
2. senyawa semi sintetik morfin
3. senyawa sintetik yg mempunyai efek seperti morfin

Obat yg mempunyai sifat antagonis efek opioid  antagonis opioid


Reseptor di sel otak  reseptor opioid , ada 3 reseptor opioid : mu, sigma dan
kappa , yg masing-2 menyebabkan timbulnya efek yg spesifik

Berdasarkan kerjanya pd reseptor opioid, dibagi menjadi :


1. agonis opioid menyerupai morfin  bekerja agonis terutama pd reseptor mu
( morfin )
2. antagonis opioid  tidak mempunyai aktifitas agonis pd semua reseptor
( nalokson )
3. opioid dg kerja campur :
a. dg kerja utama antagonis
b. dg kerja utama agonis
Morfin Dan Alkaloid Opium
- opium atau candu : getah Papaver somniferum L
- alkaloidnya dibagi 2 gol :
1. gol fenantren : morfin, kodein
2. gol benzilisokinolin : noskapin, papaverin

Farmakodinamika :
1. Terhadap SSP
- mempunyai efek narkosis
 pd penderita nyeri, sedih, gelisah  euforia
 pd orang normal  disforia : perasaan kuatir / takut + mual, muntah
 mengantuk, tidak konsentrasi, sukar berfikir, apatis.
- mempunyai efek analgesia
 tidak disertai hilangnya fungsi sensorik lain
 efek timbul dg 3 cara :
a. meninggikan ambang rangsang nyeri  berperan bila morfin diberikan
sebelum terjadi stimulasi nyeri
b. mempengaruhi emosi
c. memudahkan tidur , waktu tidur ambang rangsang nyeri meningkat
- miosis
- depresi napas dan menghambat refleks batuk
- mual dan muntah

3. Terhadap Sal Cerna


 merupakan efek langsung bukan melalui SSP
- terhadap lambung : motilitas berkurang dan sfingter pilorus berkontraksi 
pergerakan isi lambung ke duodenum diperlambat
- terhadap usus halus : sekresi empedu dan pankreas berkurang, pencernaan diusus
lambat, meninggikan tonus dan spasme periodik usus, kontraksi meningkat
 penerusan isi usus lambat dan abs air lebih sempurna  isi usus lebih
padat
- terhadap usus besar : meninggikan tonus dan menyebabkan spasme  penerusan
isi kolon lambat dan tinja lebih keras.

3. Terhadap Sistem Kardiovaskuler


- vasodilatasi perifer karena efek lgs thd pembuluh darah kecil  hipotensi
ortostatik

4. Terhadap Otot Polos Lain


- ureter dan kandung kemih : peningkatan tonus, kontraksi dan amplitudo dan
kontraksi pd sfingter  miksi sukar
- bronkokonstriksi , pd dosis terapi jarang
- memperlambat berlangsungnya partus
5. Terhadap Kulit
- pelebaran pembuluh darah kulit  kulit panas dan merah terutama di flush area
( muka, leher )
- pruritus kadang-2 krn pelepasan histamin atau pengaruh langsung pd saraf

6. Terhadap Metabolisme
- morfin menyebabkan suhu badan turun karena : aktifitas otot turun, vasodilatasi
perifer.
- Kecepatan metabolisme turun
- Penglepasan adrenalin  glikogenolisis  hiperglikemia
- Laju filtrasi glomerulus dan aliran darah ginjal berkurang dan pelepasan ADH
 volume urin berkurang

Farmakokinetika

- Tidak dapat melalui kulit utuh , dpt melalui luka dan dpt menembus mukosa 
absorpsi dg cara ini kecil
- Dpt diabs diusus dan dpt diberikan secara parenteral
- Biotransformasi : konjugasi dg asam glukuronat
- Dapat melalui sawar uri  mempengaruhi janin
- Ekskresi : terutama ginjal, sedikit feses dan keringat , empedu dan getah lambung

Efek Samping
- Idiosinkrasi
 mual dan muntah  terutama wanita
 eksitasi, tremor, delirium, konvulsi dan insomnia  jarang
- Alergi : urtikaria, eksantema, dermatitis, pruritus
- Intoksikasi akut :
 koma, frekuensi nafas lambat, sianosis, miosis ( pin point pupils ) kmd
midriasis ( bila sdh terjadi anoksia )
 suhu badan rendah
 tonus otot rangka rendah, mandibula relaksasi dan lidah dpt menyumbat
jalan nafas
 kematian : karena depresi napas

Toleransi, adiksi dan abuse


- Toleransi dan ketergantungan fisik merupakan gambaran spesifik penggunaan
obat-2 opioid  dibatasi
- Adiksi menyangkut fenomena :
a. habituasi : perubahan psikik emosional
b. ketergantungan fisik : faal dan biokimia tubuh tidak berfungsi tanpa morfin
c. adanya toleransi
- Toleransi :
 timbul thd efek depresi , tidak pd efek eksitasi, miosis dan efek pd usus
 dapat timbul toleransi silang antara morfin, heroin, kodein
 timbul setelah 2-3 mgg
- Menimbulkan gejala putus obat atau gejala abstinensia, manifestasi :
 penderita merasa sakit, gelisah dan iritabel  tidur nyenyak
 setelah bangun : lebih gelisah, tremor, lakrimasi, berkeringat, mual,
midriasis, demam, nafas cepat
 gejala makin hebat disertai muntah, kolik dan diare
 frekuensi denyut jantung dan tekanan darah meningkat
 dehidrasi, ketosis, asidosis
- Addiction liability : daya untuk menimbulkan adiksi , untuk masing-2 obat
berbeda , paling besar : heroin dan kodein paling jarang menimbulkan adiksi

Interaksi Obat
- Efek depresi SSP dapat diperpanjang dan diperhebat oleh fenotiazin, MAO
inhibitor dan antidepresi trisiklik
- Terdapat sinergisme analgetik antara opioid dg obat sejenis aspirin

Indikasi
1. Terhadap nyeri
- utk nyeri hebat yg tidak dpt diatasi oleh analgesik non-narkotik
- sering dipergunakan utk : infark miokard, neoplasma, kolik renal/empedu,
nyeri trauma ( luka bakar, fraktur )

2. Terhadap batuk
- untuk batuk iritatif

3. Efek antidiare
- karena efek lgs thd otot polos usus
- diare karena intoksikasi makanan / obat  didahului dg pemberian garam
katartik

Sediaan
- Dalam bentuk campuran :
 Pulvis Doveri 150mg  mgd pulvis opii 10% ( pulv opii mgd morfin 10% )
- Dl bentuk alkaloid murni :
 Morfin : dl bentuk garam , pemberian oral / parenteral.
 Kodein : dl bentuk garam atau basa bebas , kadar 10, 15 dan 30mg/tablet,
 utk analgetik dosis 15 – 60mg, dikombinasi dg analgetik non-
narkotik ( asetosal / parasetamol  potensiasi )
 antitusif : dosis dws 10mg
Meperidin Dan Derivat FenilPiperidin lain
- Dikenal sbg : Petidin
- Farmakodinamik
 Terhadap SSP
 efek analgetik setara morfin
 pd dosis analgetik menimbulkan sedasi, euforia dan eksitasi, depresi resp.
 efek neural lain : menimbulkan anestesi kornea, meningkatkan kepekaan
alat keseimbangan ( mual , muntah , pusing )
 Kardiovaskuler
 vasodilatasi perifer dan penglepasan histamin  penurunan TD
 Otot polos :
 thd usus dan lambung : efek spasmogenik < morfin , konstipasi <  tidak
utk pengobatan simtomatik diare
 thd bronkus : dl dosis besar dpt menimbulkan bronkokonstriksi
 thd ureter : peristaltik ureter berkurang
 thd uterus :
 Tidak memperlambat kelangsungan partus dan tidak mengubah
kontraksi uterus
 Tidak mgg kontraksi uterus pasca persalinan
 Tidak menambah frekuensi perdarahan pasca persalinan

- Farmakokinetik
 absorpsi : baik dg semua cara pemberian
 per oral : 50% mengalami metabolisme lintas pertama
 pd penderita sirosis : bioavailabilitas meningkat sp 80%
 metabolisme : hati

- Efek samping : pusing, berkeringat, mulut kering, mual, muntah, perasaan lemah,
ggn penglihatan, palpitasi, sedasi.
- Kontraindikasi : seperti pd morfin.
- Intoksikasi : tremor, konvulsi, depresi resp, koma dan kematian
- Indikasi :
 analgesia , analgesia obstetrik ( krn kurang menimbulkan depresi pernfasan
pd janin ), medikasi preanestetik

- Sediaan :
 Meperidin HCl
 Alfaprodin HCl
 Difenoksilat : antidiare , mempunyai efek opioid, dosis dws : 20mg / hari dl
dosis terbagi
 Loperamid :
 Pengobatan diare kronik
 Tidak menimbulkan euforia
 Dosis dws : 4-8 mg / hari
 Fentanil : opioid sintetik, potensi 80x morfin, indikasi : analgetik pasca
operasi dan anestetik
Metadon dan opioid lain
1. Metadon
- Farmakodinamik :
 Thd SSP : sbg analgetik setara morfin, mempunyai efek antitusif,
menimbulkan hiperglikemi dan penglepasan ADH
 Thd otot polos : relaksasi usus, spasme sal empedu, relaksasi uterus, miosis
 Thd sistem kardiovaskuler : vasodilatasi perifer

- Farmakokinetik :
 abs : baik dg cara per oral dan parenteral
 cepat keluar dr darah dan menumpuk di paru, hati, ginjal, limpa
 biotransformasi : hati
 eks : empedu
- Efek samping : perasaan ringan, pusing, mengantuk, berkeringat, mual, muntah,
pruritus.
- Indikasi :
 Analgesia , dan dipergunakan sbg pengganti morfin atau petidin utk
mencegah gejala putus obat oleh obat-2 tsb
- Sediaan oral atau injeksi

2. Propoksifen
- Farmakodinamik :
 mempunyai efek analgesik setara kodein
 kombinasi dengan asetosal efek lebih baik
 tidak mempunyai efek antitusif

- Farmakokinetik
 abs p.o dan parenteral : baik , efek lebih baik secara parenteral
 metabolisme : hati

- Indikasi :
 nyeri sedang – ringan yg tidak dapat diatasi dg asetosal
 sering dl kombinasi dg asetosal
 dosis dws : 65mg, 4 kalli sehari, dengan atau tanpa asetosal

- Adiksi :
 lebih kecil daripada kodein
 gejala putus obat ringan
 iritatif secara subkutan  tidak dipergunakan secara parenteral

- Efek Nonterapi :
 mual, anoreksia, sembelit, nyeri perut, mengantuk
 dosis toksik : depresi SSP, depresi nafas
 dosis besar : konvulsi
Antagonis Opioid
- Protipe : Nalokson
- Obat lain : naltrekson ( masa kerja lebih menurunkan ambang nyeri lama ),
nalorfin, levalorfan dan siklazosin

- Farmakodinamik :
 Antagonis efek opioid
- Farmakokinetik :
 Nalokson : p.o. semua mengalami metabolisme lintas pertama  tidak
diberikan per oral, metabolisme : hati  glukuronidasi
 Naltrekson : efektif per oral, potensi >
- Toleransi dan adiksi :
 Toleransi hanya terjadi pada efek subyektif, sedatif dan psikomimetik
 gejala putus obat < morfin
 penyalahgunaan kecil, karena :
1. tidak menyebabkan ketergantungan fisik
2. tidak menyokong ketergantungan fisik morfin
3. bagi pecandu dianggap sbg obat yg kurang menyenangkan

- Indikasi :
Nalokson :
 mengatasi depresi nafas akibat takar lajak opioid, pd neonatus yg waktu
persalinan ibunya mendapat opioid, upaya bunuh diri dg opioid
 diagnose dan mengobati ketergantungan fisik thd opioid

- Sediaan :
 Nalorfin, Levalorfan dan Nalokson

Agonis Parsial

1. Pentazosin
- Farmakodinamik :
 thd SSP : analgesia, sedasi, depresi nafas
 pada sal cerna : mirip opioid , pd uterus mirip meperidin
 toleransi timbul pd efek analgesia
 adiksi kecil, gejala putus obat
 penyuntikan berulang pd tempat yg sama  abses, ulserasi, jaringan parut
- Farmakokinetik :
 abs baik, mengalami metabolisme lintas pertama  bioavailabilitas
bervariasi
 metabolisme di hati , ekskresi : urin
- Indikasi : mengatasi nyeri sedang dan medikasi preanestetik
2. Butorfanol
- Efektif mengatasi nyeri akut pasca operasi setara morfin
- Sbg premedikasi anestesi setara meperidin, efek sedasi lebih kuat
- Tidak dianjurkan utk nyeri yg menyertai infark miokard akut
- Efek samping utama : mengantuk, rasa lemah, berkeringat, mual

Analgetik non-narkotik yg bekerja pd reseptor opioid


Tramadol
- Analgesik sedang – kuat, kekuatan setara 1/10 – 1/5 morfin
- Tidak menyebabkan depresi respirasi, daya adiksi rendah
- Absorpsi p.o. sp 90% , lama kerja obat 4-6 jam
- Dosis dws : 50 – 100 mg , p.o.

Antitusif non – opioid


1. Dekstrometorfan
- Meningkatkan ambang rangsang refleks batuk , kekuatan setara kodein
- Jarang menimbulkan mengantuk dan ggn sal cerna
- Tidak mempunyai efek analgetik , tidak bersifat adiktif
- Dl dosis terapi tidak menghambat aktifitas silia bronkus
- Toksisitas rendah, dosis sangat tinggi  depresi respirasi
- Dosis dws 10-30 mg , 3-4 kali sehari

2. Noskapin
- Tdp dl opium , gol benzilisokinolin
- Potensial melepas histamin  bronkokonstriksi dan hipotensi sementara
- Tidak menimbulkan habituasi dan adiksi
- Abs oleh usus : baik
- Dosis : 15 – 30 mg, 3-4 kali sehari
ANALGETIK – ANTIPIRETIK
ANALGETIK ANTI-INFLAMASI NONSTEROID DAN OBAT PIRAI

- Merupakan kelompok obat yg heterogen tetapi mempunyai banyak persamaan dl


efek terapi dan efek samping
- Prototipe : aspirin  disebut sbg “ Obat mirip aspirin “ ( aspirin-like drugs )
- Efek terapi dan efek samping berdasarkan atas penghambatan sintesa
prostaglandin
- Semua bersifat antipiretik, analgesik dan antiinflamasi  ada perbedaan aktifitas

- Efek Farmakodinamik :
1. Efek analgetik
 hanya efektif utk nyeri rendah – sedang : sakit kepala, mialgia, artralgia
 tidak menimbulkan adiksi

2. Efek antipiretik
 hanya menurunkan panas badan dl keadaan demam
 tidak semua digunakan sbg antipiretik, krn toksik bila digunakan secara rutin
atau terlalu lama

3. Efek anti-inflamasi
 sbg anti-inflamasi pd kelainan muskuloskeletal ( osteoartritis, artritis
reumatoid )
 hanya meringankan gejala nyeri dan inflamasi, tidak mencegah /
memperbaiki kerusakan jaringan

- Efek samping
1. Thd sal cerna
 paling sering ; tukak lambung/ tukak peptik, kadang disertai anemia
sekunder
 Berat efek samping masing-2 obat berbeda
 Mekanisme iritasi :
a. iritasi lokal
b. iritasi yg bersifat sistemik melalui hbt sintesa protaglandin, krn PG
hbt sekresi asam lambung dan merangsang sekresi mukus

2. Gangguan fungsi trombosit


 perpanjangan waktu perdarahan  Dimanfaatkan utk terapi profilaksis
trombo-emboli

3. Gangguan homoestasis ginjal  krn hbt sintesa prostaglandin


 pd orang normal : tidak menimbulkan masalah
 pd penderita hipovolemia, ggn fungsi jantung  aliran darah ke ginjal
dan filtrasi glomerulus berkurang  bisa terjadi gagal ginjal

4. hipersensitivitas : urtikaria, asma bronkiale, hipotensi dan dapat terjadi


hipersensitivitas silang
TURUNAN ASAM SALISILAT

1. Salisilat
Asam Asetil Salisilat = Asetosal = Aspirin  merupakan prototip dan
standar utk menilai efek obat sejenis
- Farmakodinamika :
Mempunyai efek analgesik, antipiretik dan antiinflamasi dan pd dosis toksik
justru mempunyai efek piretik  terjadi demam
 Efek pd pernafasan : peningkatan ventilasi  pernafasan lebih dalam dan
cepat
 Efek urikosurik :
 tergantung pd dosis
 dosis kecil ( 1-2 g / hari )  hbt eksresi asam urat  asam urat darah >>
 dosis 2-3 g/hari  tidak mempengaruhi ekskresi asam urat
 dosis > 5g/hari  meningkatkan ekskresi asam urat melalui urin ,
kelarutan asam urat diperbesar bila urin basa hgg tdk terbentuk kristal asam
urat dl ginjal

 Efek analgetik
Mekanisme :
 sentral : pd hipotalamus
 perifer : hbt sintesa prostaglandin

 Efek antipiretik
 sentral : mengembalikan fungsi termostat
 perifer : hbt sintesa prostaglandin

 Efek anti-inflamasi
 menjaga keutuhan jar dr kerusakan oleh enzim lisozom
 hbt sintesa prostaglandin
 mengurangi gejala klinik pd demam rematik akut

 Efek thd darah :


 menghambat agregasi trombosit  perpanjangan waktu perdarahan
 tidak boleh diberikan kepada penderita dg kerusakan hati berat,
hipoprotrombinemia, defisiensi vit K dan hemofilia

 Efek thd hati dan ginjal


 hepatotoksik berkaitan dg dosis
 menurunkan fungsi ginjal pd penderita hipovolemia atau gagal jantung

 Efek thd sal cerna : pemberian kronik  perdarahan lambung yg berat

- Farmakokinetika :
 abs p.o. cepat terjadi di lambung dan sebag besar di usus halus bag atas
 distribusi :
 luas : sampai saliva, ASI, cairan sinovial
 melalui sawar uri dan BBB
 80-90% terikat dg albumin
 Biotransformasi : terutama di hati
 Ekskresi : dl bentuk metabolit, terutama melalui ginjal, sebag kecil mel
keringat dan empedu
 Asam salisilat dpt diabs mel kulit sehat, terutama bila dl bentuk salap dan
obat gosok  keracunan
 Metil salisilat juga diabs dg cepat melalui kulit yg utuh
- Indikasi :
 antipiretik : dosis dws 325-650mg , per oral , setiap 3 atau 4 jam.
Dosis anak : 15-20mg/kgBB, tidak lebih dr 3,6 g / hari
 analgesik : utk nyeri yg tidak spesifik, dosis sama dg antipiresis
 demam reumatik akut :
 artritis reumatoid
 mencegah trombosis koroner dan trombus vena-dalam

- Sediaan :
 Aspirin dan natrium salisilat
 Metil salisilat ( wintergreen oil ) : counter irritant
 Asam salisilat : keratolitik

- Intoksikasi :
 keracunan ringan salisilat  salisilismus, gejala pd SSP, pendengaran,
penglihatan, gejala pd pencernaan, keringat dan haus.
 Pd keracunan berat ggn pd SSP lebih berat, sp konvulsi dan koma, dapat
menyebabkan kematian.

2. Salisilamid

- efek analgetik dan antipiretik < asetosal , krn dl mukosa usus mengalami
metabolisme lintas pertama
- abs mudah dan disribusi ke jar cepat
- menghambat proses glukuronidasi Na-salisilat dan asetaminofen  efek
terapi dan toksisitas >>
- dosis dws : 300-600mg, 3-4 kali sehari , anak : 65mg/kgBB/hari maksimal 6
kali sehari.

3. Diflunisal

- efek analgesik dan anti-inflamasi, hampir tidak mempunyai efek antipiretik


- 90% terikat pd protein plasma, waktu paruh 8-12 jam
- Indikasi :
 analgesik ringan sp sedang , dosis awal 500 mg, dosis penunjang 250 –
500mg setiap 8-12 jam
 osteoartritis , dosis awal 250-500mg , 2 x sehari, dosis penunjang tidak
melampaui 1,5gram sehari
 efek samping lebih ringan dp salisilat dan tidak menyebabkan ggn
pendengaran
PARA AMINO FENOL

Asetaminofen ( parasetamol ) dan fenasetin

- Farmakodinamika :
 efek analgetik serupa salisilat
 menurunkan suhu tubuh krn efek sentral, penghambat sintesa prostaglandin
lemah
 efek anti-inflamasi sangat lemah
 tidak terlihat adanya iritasi dan perdarahan lambung , ggn pernafasan dan
keseimbangan asam – basa.

- Farmakokinetika :
 abs melalui sal cerna cepat dan sempurna
 distribusi ke sel cairan tubuh, ikatan dg protein plasma : 25-30%
 metabolisme :
 80% konjugasi dg asam glukuronat sebag dg asam sulfat, sebag
mengalami hidroksilasi
 metabolit : dpt menyebabkan methemoglobulinemia dan hemolisis
eritrosit
 ekskresi : ginjal, sebag 3% dl btk bebas, sebag besar dl btk terkonjugasi

- Indikasi :
 analgesik-antipiretik
 sebaiknya tidak digunakan terlalu lama  nefropati
 jika dosis terapi tidak memberi manfaat , dosis besar tidak menolong

- Sediaan :
 dl bentuk sediaan tunggal ;
 tablet 500mg , sirup 120mg/5ml
 dosis : dws : 300mg – 1 g / kali, maksimal 4 g / hari
Anak 6-12 th :150-300mg/kali , maks 1,2 g/hari
Anak 1-6 th : 60-120mg/kali, bayi (< 1th) 60mg/kali  maks 6 x
 dl campuran

- Efek samping
 alergi ( jarang ) : eritema, urtikaria, demam dan lesi pd mukosa
 methemoglobinemia dan sulfhemoglobinemia baru merupakan masalah pd
over dose
 toksisitas akut :
 yg paling serius : nekrois hati , pd pemberian dosis tunggal 200-
250mg/kgBB
 nekrosis tubulus renalis dan hipoglikemik juga dpt terjadi
 diobati dg pemberian sulfhidril yg memperbaiki cadangan glutation hati
( N-asetilsistein )
PIRAZOLON

Antipirin, Aminopirin dan Dipiron

- Antipirin dan aminopirin tidak digunakan lagi krn toksis


- Indikasi :
 analgesik-antipiretik , efek anti-inflamasi lemah
 krn keamanannya diragukan, sebaiknya hanya diberikan bila dibutuhkan
analgesik-antipiretik injeksi, atau bila penderita tidak tahan thd analgesik
lain yg lebih aman.
 Sediaan tablet 500mg dan injeksi 500mg/ml
 Dosis : 300mg-1g/ kali , 3 kali sehari

- Efek samping :
 agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia  pemakaian jangka
panjang harus diperhatikan
 hemolisis, udem, tremor, mual, muntah, perdarahan lambung, anuria

Fenilbutazon dan Oksifenbutazon

Dipergunakan sbg artritis sejak th 1949, kmd ditemukan turunannya :


oksifenbutazon, sulfinpirazon dan ketofenilbutazon
- Farmakodinamik :
 efek anti-inflamasi setara dg salisilat
 mempunyai efek analgesik-antipiretik , tapi tidak dipergunakan krn toksik
 retensi natrium dan klorida  pengurangan diuresis dan udem
- Farmakokinetik :
 per oral abs cepat dan sempurna
 98% terikat pd protein plasma, waktu paruh 50-65 jam
 Biotransformasi : menghasilkan oksifenbutazon ( mempunyai efek
antireumatik, retensi air dan garam dan afinitas dg protein plasma sama dg
fenilbutazon ) dan gamma – hidroksi fenilbutazon
 Ekskresi : ginjal dan lambat
- Interaksi :
 ikatan dg protein plasma >>  menggeser obat-2 : antikoagulan oral,
hipoglikemik oral, sulfonamid  perlu diawasi

- Indikasi :
Karena toksisitasnya, fenilbutazon dan oksifenbutazon hanya digunakan bila
obat lain yg lebih aman tidak efektif lagi.
 pirai akut : - 800mg/hariselama 2 hari atau atau
- hari pertama 800mg/hari, disusul 300mg/hr selama 3 hr
- dosis awal 400mg, disusul 100mg setiap 4 jam sp gejala
inflamasi berkurang
- hari I : 3-4 kali sehari 200mg, disusul dosis lebih kecil 2-3hr
- pengobatan tidak lebih dr 7 hari
 artritis reumatoid : 3-4 kali 100mg / hari, selama 1 minggu
 ggn sendi lain : spondilitis ankilosa, osteoartritis
- Efek non-terapi :
 alergi : urtikaria, eritema, sindrom Stevens-Johnson, dermatitis eksfoliatif
 kelainan darah : anemia aplastik, leukopenia, trombositopenia
 hepatitis , nefritis dan stomatitis ulseratif
 iritasi lambung  nyeri epigastrium, korosi lambung, tukak lambung akut
atau kronik, perdarahan lambung
 vertigo, insomnia, hematuria, penglihatan kabur
 intoksikasi : koma, kejang, syok, asidosis metabolik, depresi sumsum tulang,
proteinuria, hematuria, oliguria, gagal ginjal dan ikterus hepatoseluler.
- Kontraindikasi :
 penderita hipertensi, penyakit jantung, ginjal dan ggn fungsi hati  krn
retensi air dan natrium
 riwayat tukak peptik dan alergi
- Sediaan :
 Fenilbutazon : tablet 100 dan 200mg, injeksi
 Oksifenbutazon : tablet 100mg

AINS LAIN

- Umumnya mempunyai sifat anti-inflamasi, analgesik dan antipiretik


- Efek antipiretik baru terllihat pd dosis besar
- Efek toksik > antipiretik klasik , hanya digunakan utk inflamasi sendi ( artritis
reumatoid, osteoartritis, pirai, spondilitis ankilosa )
- Iritan pd mukosa lambung , efek toksik pd ginjal dan hati  perlu diperhatikan

Asam mefenamat, asam flufenamat dan meklofenamat

- Mempunyai efek anti-inflamasi, analgesik dan antipiretik


- Terikat kuat dg protein plasma  penggunaan bersama antikoagulan hrs
diperhatikan
- Efek samping :
 thd sal cerna sering timbul : dispepsia, gejala iritasi lain thd lambung
 pd orang tua sering terjadi diare hebat
 hipersensitif : eritema dan bronkokonstriksi
 anemia hemolitik

- Indikasi :
 Asam mefenamat : anti-analgesik , sbg anti-inflamasi kurang efektif
Dosis : 250-500mg , 2-3 kali sehari
 Meklofenamat : anti-inflamasi pd artritis reumatoid dan osteoartritis
Dosis : 200-400 mg / hari
 Asam flufenamat : analgesik sbg anti-inflamasi kurang efektif
Dosis : 400-600mg/hari, dosis terbagi
- Karena toksisitasnya, di tidak dianjurkan diberikan pd :
 anak < 14 th dan wanita hamil
 pemberian tidak boleh > 7 hari

Diklofenak

- abs per oral cepat dan lengkap


- 99% terikat pd albumin, mengalami lintas pertama 40-50%
- Diakumulasi pd cairan sinovia
- Efek samping :
 sering : mual, gastritis, eritema kulit, sakit kepala.
- Penggunaan hati-2 pd penderita tukak
- Tidak dianjurkan digunakan pd kehamilan
- Dosis : 100-150mg/hari, dosis terbagi 2-3

Ibuprofen

- Derivat asam propionat


- Mempunyai efek analgesik, antipiretik dan anti-inflamasi
- Abs melalui lambung cepat, 90% terikat pd protein plasma,
- Ekskresi cepat dan lengkap
- Efek samping :
 efek pd sal cerna lebih ringan dp aspirin dan indometasin
 eritema kulit, sakit kepala, trombositopenia, ggn penglihatan
- tidak dianjurkan pd wanita hamil dan menyusui

Ketoprofen
- derivat asam propionat
- aktifitas seperti ibuprofen
- efek samping sama dg AINS lain terutama pd sal cerna dan alergi

Naproksen

- derivat asam propionat


- aktifitas sama dg yg lain, efek samping <
- abs baik melalui lambung , 98-99 % terikat pd albumin, waktu paruh 14 jam
- ekskresi : terutama melalui urin, dl bentuk utuh dan konjugat
- efek samping :
 sal cerna : dispepsia ringan sp perdarahan lambung
 pd SSP : sakit kepala , pusing, rasa lelah
 ggn hepar dan ginjal
- indikasi : penyakis sendi dan reumatik, dosis 250-375 mg, 2 kali sehari
Indometasin

- merupakan derivat indol- asam asetat


- mempunyai efek anti-inflamasi, analgesik dan antipiretik setara dg asetosal , tapi
karena toksik penggunaan dibatasi sbg anti-inflamasi saja.
- Abs oral baik, 92-99% terikat pd protein plasma
- Metabolisme : hati, ekskresi : urin dan empedu dl asal dan metabolit
- Efek samping :
 insidens cukup tinggi, tergantung pd dosis
 pd sal cerna : nyeri abdomen, diare, perdarahan lambung, pankreatitis
 sakit kepala hebat sering disertai pusing, depresi dan rasa bingung
 halusinasi dan psikosis
 agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia
 hiperkalemia, vasokonstriksi
 alergi : urtikaria, gatal dan serangan asma
- karena toksik, tidak dianjurkan diberikan kepada : anak, wanita hamil, penderita
ggn psikiatris, ggn lambung
- penggunaan hanya bila AINS lain kurang berhasil
- tidak efektif utk pirai kronik , krn tidak berefek urikosurik
- dosis : 2-4 kali 25 mg sehari

Piroksikam

- merupakan derivat oksikam


- abs oral cepat di lambung, 99% terikat pd protein plasma
- waktu paruh > 45 jam
- mengalami siklus enterohepatik
- efek samping :
 angka kejadian 11-46 % , dan sebagian menghentikan terapi
 sering : ggn sal cerna , yg berat : tukak lambung
 pusing, tinitus, sakit kepala dan eritema
- tidak dianjurkan diberikan pd : wanita hamil, penderita tukak lambung dan
penderita yg sedang minum antikoagulan
- indikasi : hanya utk inflamasi sendi : artritis reumatoid, osteoartritis, spondilitis
ankilosa , dosis 10-20 mg/ hari
OBAT PIRAI

Ada 2 kel :
1. obat yg menghentikan proses inflamasinya : kolkisin, fenilbutazon,
oksifenbutazon dan indometasin
2. obat yg mempengaruhi kadar asam urat : probenesid , alopurinol dan
sulfinpirazon

Obat yg mempengaruhi kadar asam urat tidak berguna utk mengatasi serangan
klinis, malah kadang-2 meningkatkan serangan pd awal terapi.

KOLKISIN

- Alkaloid tanaman Colchicum autumnale


- Farmakodinamik :
 sifat anti-inflamasi spesifik thd pirai dan artritis lain, utk radang umum
tidak efektif
 tidak mempunyai efek analgetik
 tidak meningkatkan ekskresi, sintesa atau kadar asam urat dl darah.
- Farmakokinetik :
 abs melalui sal cerna baik, distribusi luas.
 Kadar tinggi ditemukan di ginjal, hati, limpa dan sal cerna dan tidak terdapat
di otak, otot rangka dan jantung
 Eksresi : sebagian besar melalui tinja dl bentuk utuh, sebagian mel urin ( 10-
20% )
- Efek non-terapi :
 yg paling sering : mual, muntah kadang2 diare terutama dg dosis maks 
terapi hrs dihentikan
 depresi sumsum tulang, neuritis perifer, purpura, miopati, alopesia, anuria,
ggn hati, alergi dan kolitis hemoragik  jarang
 hati-2 pemberian pd : usia lanjut, lemah, ggn fgs ginjal, kardiovaskuler dan
sal cerna
- Indikasi :
 obat terpilih utk pirai
 pemberian harus secepatnya pd awal serangan dan diteruskan sp gejala
hilang atau timbul efek samping yg mengganggu
 profilaksis serangan pirai
 mengurangi beratnya serangan
ALOPURINOL

- Menurunkan kadar asam urat dg cara : menghambat enzim xantin oksidase


- Penggunaan jangka panjang :
 mengurangi frekuensi serangan
 menghambat pembentukan tofi
 memobilisasi asam urat, diperbesar dg pemberian urikosurik
 mengurangi besarnya tofi
- Indikasi :
 terutama utk mengobat pirai kronik dg insufisiensi ginjal dan batu urat dl
ginjal
 pirai sekunder akibat penyakit lain : leukemia, limfomahiperurisemia akibat
obat, radiasi dll
- Metabolisme : oleh enzim xantin oksidase , dirubah menjadi aloxantin yg
mempunyai efek sama dan waktu paruh lebih >  pemberian 1x sehari
- Efek samping :
 yg sering terjadi adalah pd kulit : kemerahan  terapi hrs dihentikan
 alergi : demam, menggigil, leukopenia, artralgia, pruritus, eosinofilia.
 Gangguan sal cerna dpt terjadi
- Alopurinol dapat meningkatkan frekuensi serangan  sebaiknya pd awal terapi
diberikan juga kolkisin
- Interaksi : dg merkatopurin  menghambat metabolisme merkaptopurin  dosis
merkaptopurin dikurangi sp 25-35%
- Dosis :
 pirai ringan : 200-400mg / hari
 berat : 400-600mg/hari
 ggn fungsi ginjal : 100-200/hari
 hiperurisemia sekunder : 100-200mg/hari

PROBENESID
- Efek :
 mencegah dan mengurangi kerusakan sendi
 mencegah dan mengurangi pembentukan tofi
 tidak efektif utk mengatasi serangan akut
- Indikasi : pirai dan hiperurisemia sekunder
- Tidak berguna bila laju filtrasi glomerulus < 30 ml/menit
- Efek samping :
 yg paling sering : ggn sal cerna, nyeri kepala dan alergi
 hati-2 pd penderita dg riwayat ulkus peptik.
- Interaksi :
 salisilat mengurangi efek probenesid
 probenesid menghambat sekresi renal dr sulfinpirazon, indometasin,
penisilin, PAS, sulfonamid dan asam-2 organik  bila diberikan bersama-2
dosis obat-2 tsb harus disesuaikan
- Dosis :
 2x250mg/hari selama 1 minggu, diikuti dg 2x500mg/hari
SULFINPIRAZON

- Efek :
 mencegah dan mengurangi kelainan sendi
 mencegah dan mengurangi pembentukan tofi
 kurang efektif dari pada alopurinol
 tidak efektif utk mengatasi serangan akut , meningkatkan frekuensi serangan
pd awal terapi
- Mekanisme : menghambat reabs tubuler asam urat
- Efek samping :
 ggn sal cerna ( sp 15% )  hentikan terapi, tidak boleh dipergunakan pd
penderit dg riwayat ulkus peptik
 anemia, leukopenia, agranulositosis
- Interaksi :
 meningkatkan efek insulin dan hipoglikemik oral
 menyebabkan alergi silang dg fenilbutazon dan oksifenbutazon krn struktur
mirip
- Dosis :
 2x 100-200mg , sehari, kmd ditingkatkan sp 400-800mg, kmd dikurangi sp
dosis efektif minimal

You might also like