You are on page 1of 14

Jurnal POROS TEKNIK, Volume 6, No.

1, Juni 2014 : 1 - 54

PENENTUAN BEBAN BATAS TIANG GALAM


DENGAN LOADING TEST
Abdul Khaliq (1)
(1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Poiteknik Negeri Banjarmasin

Ringkasan
Keadaan tanah di Banjarmasin mempunyai struktur jenis tanah yang sangat lunak, oleh
karena itu perlu dilakukan penelitian dan pengkajian yang mendalam terhadap stabilisasi
tanah. Dalam menentukan daya dukung batas, dilakukan penelitian tanah berupa uji
pembebanan tiang (loading test).
Dalam penelitian ini hanya difokuskan pada tiang galam tunggal dengan diameter 12 cm
dan 14 cm dengan panjang 3,5 meter dengan Sampel uji masing-masing 4 Sampel
pembebanan yang diberikan hanya berupa beban mati dari sejumlah material bata press.
Kegiatan ini dilaksanakan di kampus Politeknik Negeri Banjarmasin pada tanggal 17
November sampai 1 Desember 2004.
Dalam pemberian beban awal mengacu pada hasil pengujian sondir di lokasi penelitian.
Pembebanan diberikan dilakukan secara bertahap dan pembebanan dihentikan apabila
penurunan yang terjadi telah mencapai 10 % diameter tiang. Dalam analisa data kami
menggunakan 3 metode yaitu : P-S, marzurkiewich dan chin.
Dari hasil analisa data ternyata didapat interpretasi Beban Ultimit dengan menggunakan
Metode P-S menghasilkan beban yang lebih kecil dibandingkan dengan Metode Chin dan
marzurkiewich.
Kata kunci: kayu galam, loading test, pembebanan, pondasi, tiang pancang

1. PENDAHULUAN terjadi penurunan tiap sudut rumah dan


bahkan terjadi keruntuhan total.
Latar Belakang Negara Indonesia menpunyai kawasan
Pada umumnya keadaan tanah di kota rawa yang cukup luas yang tersebar
Banjarmasin mempunyai struktur lapisan dibeberapa pulau di seluruh nusantara.
tanah yang berkategori sangat lunak, oleh Diperkirakan luas wilayah rawa keseluruhan
karena itu untuk merancang suatu pondasi yang berada di Indonesia adalah 30 juta Ha.
bangunan, perlu dilakukan penelitian dan Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh
pengkajian teknis yang mendalam terhadap Deperteman Pemukiman dan Prasarana
jenis bahan stabilitasi pondasi. Sebagian Wilayah diperoleh informasi bahwa sekitar 5.5
daratannya digenangi oleh air atau dipenga- juta Ha berfungsi sebagai area pemukiman
ruhi oleh pasang surut air sungai Barito. dan persawahan.
Untuk mengatahui daya dukung batas, Di Banjarmasin sejak zaman Pangeran
perlu dilakukan penyelidikan tanah di lapa- Samudera memang merupakan kota yang
ngan. Penyelidikan / uji lapangan misal-nya bagunan-bangunan rumahnya sebagian
sondir dan loading test. Dalam hal ini penulis berada di tepi sungai, hal ini terkait dengan
ingin mengetahui besarnya beban batas tiang kehidupan dan penghidupan penduduknya
pancang dengan menggunakan metode yang tidak lepas dari air, baik mata
loading test pada jenis pondasi tiang galam. pencaharian maupun kegiatan sehari-hari
Karena galam mudah didapatkan, harga- seperti mandi, dan mencuci. Dan untuk
nya terjangkau dan tahan lama maka membuat rumah di pinggir sungai, harus
masyarakat yang berada di wilayah Banjar- membuat rumah panggung yang berguna
masin banyak yang menggunakan tiang galam untuk menghindari pasang surut sungai yang
yang biasanya digunkan oleh masyarakat menggunakan pondasi tiang galam. Selain
sebagai pondasi untuk membngun mudah di dapat, harganyapun murah dan
rumah / ruko. Akan tetapi tiang galam yang tahan lama. Pondasi tiang adalah elemen
biasanya yang digunakan masyarakat sebagai struktur yang berfungsi meneruskan beban
tpondasi ternyata hanya sebagai stabilisasi pada tanah, baik beban dalam arah vertikal,
tanah, jadi pembangunan rumah atau ruko maupun horizontal. Pondasi tiang juga
yang salah perhitungan, mengakibatkan digunakan untuk menahan beban miring,

8
Jurnal POROS TEKNIK, Volume 6, No. 1, Juni 2014 : 1 - 54

beban lateral, atau gaya angkat (up-lift) dan diameternya kecil sehingga lebih tepat untuk
momen. beban ringan dan kontruksi sementara.
Lebih jauh lagi fungsi pondasi tiang lebih Kualitas dari tiang memiliki 2 aspek, yaitu:
luas penggunaannya/penerapannya, dianta- 1. Integritas struktural dari tiang
ranya : 2. Kemampuan untuk mendukung beban
1. Untuk memikul beban-beban dari struktur yang biasanya berupa kekuatan elemen
atas. struktur dan hubungan penurunan beban
2. Untuk menahan gaya angkat pada pondasi antara tiang dengan tanah yang
di bawah muka air. mendukungnya
3. Untuk memadatkan tanah pasiran dengan Uji pembebanan dapat digunakan untuk
cara penggetaran. mengkonfirmasikan asumsi-asumsi yang telah
4. Untuk mengurangi penurunan. ditentukan sebelumnya pada saat peran-
Selanjutnya, faktor keamanan biasanya cangan, dewasa ini telah dapat diterima dua
sudah harus diperhitungkan untuk menghin- cara pengujian yaitu:
dari kegagalan perencanaan kontruksi pon- 1. Uji pembebanan statik/ bertahap yaitu:
dasi yang dapat membahayakan struktur di pembebanan yang dilakukan secara
atasnya. Pondasi tiang mendapat daya bertahap dengan variasi beban sebesar
dukungnya dari gesekan antara selimut tiang 20, 40, 60, 80, dan 100 % dari beban
dengan tanah dan dari tahanan ujungnya, maksimum yang direncanakan. Pada
kedua komponen tersebut dapat bekerja setiap tahap, beban dibiarkan bekerja
bersama maupun terpisah, namun demikian sampa mencapai penurunan maksimum.
pada pondasi tiang umumnya salah satu dari 2. Uji pembebanan dinamik/ berulang yaitu:
komponen tersebut dapat lebih dominan. pembebanan dilakukan secara bertahap
Tiang yang memiliki tahanan yang lebih tinggi dengan variasi beban sebesaar 20, 40, 60,
dari tahanan selimutnya disebut tiang tahanan 80 dan 100 % dari beban maksimun yang
ujung (end bearing piles). (sumber: Sardjono direncanakan. Pada akhir setiap tahap
HS. 1991) pembebanan, sebelum pemberian beban
Berdasarkan metode instalasi, pondasi dilakukan. Beban dihilangkan dahulu agar
tiang pada umumnya dapat klasifikasikan atas
dapat diukur besarnya penurunan tetap.
1. Tiang Pancang
Bila jumlah tiang yang cukup banyak,
Sebuah tiang yang dipancang kedalam
kombinasi kedua cara tersebut dapat
tanah sampai kedalaman yang cukup
menghemat biaya dan waktu pengujian
untuk menimbulkan tahanan gesek pada
dengan masih tetap mempertahankan
selimutnya atau tahanan ujungnya di sebut
keandalan hasilnya. (Sumber: Sardjono HS.
pondasi tiang pancang. Pemancangan
1991).
tiang dapat dilakukan dengan memukul
kepala tiang dengan palu atau getaran atau
Tujuan
dengan penekan secara hidrolis. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah :
2. Tiang Bor 1. Untuk mengetahui beban batas tiang
Sebuah tiang bor dikonstruksikan dengan pancang galam (P ultimit) dengan menggu-
cara penggalian sebuah lubang bor yang nakan metode loading test pada galam
kemudian diisi material beton dengan berdiameter 12 cm da 14 cm dengan
dengan memberikan penulangan terlebih panjang 3 meter.
dahulu. 2. Sebagai bahan informasi untuk perenca-
Klasifikasi tiang berdasarkan jenis bahan tiang naan pondasi tiang galam baik untuk
dan pembuatannya terdiri atas 5 kategori poliban maupun masyarakat
yakni
1. Pondasi tiang kayu Batasan Masalah
2. Pondasi tiang baja Dalam penentuan beban batas itu, dila-
3. Pondasi tiang beton pracetak kukan melalui uji pembebanan ( loading test).
4. Pondasi tiang beton pratekan Dan untuk analisa pengujian, penulis hanya
5. Pondasi tiang komposit menggunakan 3 metode interprestasi hasil
Dari kelima macam pondasi tersebut diatas pengujian yaitu :
atau diantaranya mempunyai faktor kelema- 1. Metode Mazurkiewich
han yaitu: kelemahan dari pondasi tiang kayu 2. Metode P-S
adalah dapat lapuk akibat serangga/ binatang, 3. Metode Chin
jamur, dan zat-zat kimia. Kelemahan lain Pembacaan hasil loading test, hanya pada
adalah karena panjangnya terbatas dan beban maksimum.

9
Jurnal POROS TEKNIK, Volume 6, No. 1, Juni 2014 : 1 - 54

Untuk variasi diameter galam mulai 12 cm rekayasa pondasi dapat menggambarkan


dan 14 cm panjang 3 meter masing-masing 4 mekanisme yang terjadi misalnya dengan
Sampel uji. melihat bentuk kurva, besarnya deformasi
Pembebanan yang diberikan hanya berupa plastis tiang atau kemungkinan terjadinya
beban mati dari sejumlah material bata press. kegagalan bahan tiang.
Penelitian ini berlokasi di politeknik negeri Pengujian beban statik melibatkan pemberian
Banjarmasin seperti denah tepat di halaman beban statik dan pengukuran setiap 25 % dari
lab. Teknik mekanik yang terlampir di dalam beban rencana, dan untuk tiap tahap beban,
kampus. pembacaan di teruskan hingga penurunan/
(settlement) tidak lebih dari 2.45 mm/jam
Manfaat Penelitian tetapi tidak dari 2 jam.
Manfaat diadakannya penelitian tugas Penambahan beban dilakukan sampai 2
akhir ini adalah : kali beban rencana, kemudian di tahan,
1. Agar penulis bisa mengetahui beban batas setelah itu beban diturunkan secara bertahap
tiang pancang galam (Pultimit) dengan untuk pengukuran reboound
menggunakan metode loading test pada
galam berdiameter 12 cm dan 14 cm Metode Pembebanan
dengan panjang 3 meter. Sehingga test (1) Prosedur Pembebanan Standar–SML
pembebanan ini dapat memberikan hasil Siklik
yang cukup teliti dan deformasi dari beban Metode pembebanan sama dengan Slow
beberapa lapisan tanah pendukung yang maintained load test (SML) tetapi setiap
akan mengalami keruntuhan total. tahapan beban dilakukan pelepasan
2. Dapat digunakan sebagai data informasi beban kemudian dibebani kembali hingga
pengaruh daya dukung tanah di poliban tahap beban berikutnya (unloading-
reloading). Dengan cara ini, rebound
Pengolahan Data pergerakan tiang, beban-beban biasanya
Dari percobaan besarnya deformasi verti- di berikan secara bertahap. Umumnya
kal (penurunan) di ukur dengan menggu- definisi keruntuhan yang diterima dicatat
nakan alat ukur (arloji ukur/ dial gauge) yang untuk interpretasi lebih lanjut adalah
dipasang pada tiang. apabila di bawah suatu beban, tiang terus
Deformasi ini terdiri dari deformasi elastis menerus mengalami penurunan. Oleh
dan deformasi plastis. karena itu daya dukung ultimit dari tiang
Deformasi elastis adalah: deformasi yang hanya merupakan suatu estimasi.
di akibatkan oleh pemendekan elastis dari (Sumber: L. H Sirley, 1987).
tanah dan tiang. (2) Quick load test (Quick ML)
Deformasi plastis adalah: deformasi di Karena prosedur standar membutuhkan
akibatkan oleh runtuhnya tanah pendukung waktu cukup lama, kami para peneliti
pada ujung atau sekitar tiang. (sumber: membuat modifikasi untuk mempercepat
Sardjono HS. 1991) pengujian. Metode ini dikontrol oleh
Dengan demikian test pembebanan tiang waktu dan settlement dimana setiap 8
ini dapat diketahui sampai beban berupa tahapan beban ditahan selama waktu
lapisan tanah pendukung akan mengalami yang pendek tanpa memperhatikan
keruntukan total, yang pada kondisi ini akan kecepatan pergerakan tiang. Pengujian
mengalami penurunan terus-menerus, dilakukan runtuh atau hingga mencapai
meskipun bebannya tetap (konstan). beban tetentu, waktu total yang
dibutuhkan 3 sampai 6 jam
(3) Prosedur pembebanan dengan kecepa-
2. TINJAUAN PUSTAKA tan konstan (Constant Rate of Penetra-
sion Method = CRP)
Uji Pembebanan Statik Metode Constant rate of penetrasion
Cara yang paling dapat diandalkan utuk method (CRP) merupakan salah satu
menguji daya dukung pondasi tiang adalah alternatif untuk pengujian tiang secara
dengan uji pembebanan statik, interpretasi statis. Prosedurnya adalah tiang dibebani
dari hasil uji pembebanan statik merupakan terus menerus sampai kecepatan
bagian yang cukup penting untuk mengetahui penetrasi ke dalam tanah secara
respon tiang pada selimut dan ujungnya serta konstan. Biasanya patokan yang diambil
besarnya daya dukung ultimitnya. adalah 0,254 cm/menit atau lebih rendah
Yang terpenting adalah agar dari hasil uji lagi bila jenis tanahnya lempung. Hasil
pembebanan statik, seorang praktisi dalam penelitian dengan metode constant rate

10
Jurnal POROS TEKNIK, Volume 6, No. 1, Juni 2014 : 1 - 54

of penetrasion method (CRP) menunju- d. Menghubungkan titik-titik yang


kan bahwa beban runtuh relatif tidak terbentuk ini hingga menghasilkan
tergantung oleh kecepatan penetrasi bila sebuah garis lurus. Perpotongan garis
digunakan kecepatan kurang dari 0,125 lurus ini dengan sumbu beban
cm/ menit. Kecepatan yang lebih tinggi merupakan beban ultimitnya
dapat menghasilkan daya dukung yang
sedikit lebih tinggi. Beban dan pemba- 3) Metode Chin
caan defleksi diambil setiap menit. Perhitungan Beban Ultimit dari pondasi
Pengujian dihentikan bila pergerakan tiang dengan menggunakan Metode Chin
total kepala tiang mencapai 10 % dari adalah sebagai berikut :
diameter tiang atau bila pergerakan a. Diplot kurva antara rasio beban dan
(displacement) sudah cukup besar. penurunan (s/Q) dengan penurunan
Pengujian dengan metode constant rate b. Diperoleh persamaan garis tersebuut
of penetrasion method (CRP) ini umum- adalah s/ Q = C1. S + C2
nya membutuhkan waktu 1 jam. (tergan- c. C1 dihitung dari persamaan garis,
tung ukuran dan daya dukung tiang) atau dari gradien / kemiringan
constant rate of penetrasion method d. Beban Ultimit adalah 1/C1
(CRP) memberikan hasil yang serupa Metode ini biasanya menghasilkan
dengan metode Quick ML, dan sebagai- Beban Ultimit yang terlalu tinggi,
mana metode Quick ML, metode ini juga sehingga harus dikoreksi yaitu dengan
dapat diselesaikan satu hari. (Sumber: L. cara di bagi 1,2 s/d 1,4. (Sumber: Paulus
H Sirley, 1987). P, 1989.).

Interpretasi Hasil Uji Pembebanan Statik 3. METODE PENELITIAN


Dari hasil pengujian pembebanan, dapat
dilakukan interpretasi untuk menetukan Dalam proses ini pelaksanaan uji pembe-
besarnya beban ultimit. Ada 3 metode yang banan mengacu kepada hasil pengujian sondir
penulis ketahui yaitu : di lingkungan kampus Politeknik Negeri
1) Metode P-S Banjarmasin. Hasil sondir akan dipakai seba-
2) Metode Mazurkiewich gai patokan dalam pemberian beban awal
3) Metode Chin pada loading test
Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis
hanya menggunakan Metode P-S, Mazur- Bahan dan Alat
kiewich dan Chin 1) Bahan
Bahan-bahan yang dipakai dalam
1) Metode P-S penelitian ini adalah :
Cara memperoleh Beban Ultimit adalah a. Kayu galam dengan diameter
dengan menarik garis lurus dari kedua b. 12 cm ( 4 batang)
kengkung kurva. Perpotongan kedua garis c. 14 cm ( 4 batang)
lurus itulah yang diperkirakan sebagai d. Papan ukuran 2/15 untuk lantai beban
interpretasi beban ultimit e. Kayu ukuran 5/7 untuk gelagar dan suai
f. Paku
2) Metode Mazurkiewich g. Bata press sebagai beban
Prosedur penentuan Beban Ultimit dari
pondasi tiang dengan menggunakan 2) Alat
Metode Mazurkiewich adalah sebagai Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
berikut : ini adalah :
a. Diplot kurva benda uji yang diberikan a. Dial gauge/ arloji beban untuk
terhadap penurunan. mengukur besarnya penurunan yang
b. Menarik garis dari beberapa titik terjadi akibat suatu beban.
penurunan yang dipilih hingga b. Stopwach/ jam adalah untuk mengukur
memotong kurva, kemudian ditarik waktu pembacaan pada dial gauge
garis vertikal hingga memotong c. Perlengkapan tulis terdiri dari lembaran
sumbu beban. kertas berupa format bacaan Beban
c. Dari setiap pemotongan beban Ultimit Tiang Tunggal (3 meter) dan
tersebut, dibuat garis bersudut 45° pulpen atau pensil.
terhadap garis perpotongan d. Perlengkapan pancang dan perleng-
barikutnya dan seterusnya. kapan tukang berdiri dari gergaji

11
Jurnal POROS TEKNIK, Volume 6, No. 1, Juni 2014 : 1 - 54

potong, palu besi, dan alat pancang atas tanah  50 cm untuk memasang
(ulin 15/15) yang digunakan untuk lantai beban
memancang galam kedalam tanah (6) Memasang papan lantai beban di atas
sedalam 3 meter. tiap tiang yang telah dipancang. Lantai
e. Baut untuk memasang dial gauge pada beban yang dibuat berdimensi 80 cm x
tiang beban. 80 cm.
(7) Dial gauge dipasang pada tiang galam
3) Tenaga dengan menggunakan kayu 5/7
a. Buruh : 2 orang sebagai penghubungnya. Uji batang
b. Pencatat data : penulis dial gauge harus menyentuh dan
c. Penganalisa data : penulis berada di atas kayu 5/7 yang telah
ditancapkan kedalam tanah (berada 
15 cm dari tiap galam yang dibebani).
Pelaksanaan Penelitian (8) Setelah siap, kemudian dilakukan
1) Lokasi dan Waktu Penelitian percobaan pembebanan. Dimana
Penelitian ini dilakukan di kampus sebelumnya telah dilakukan
Politeknik Negeri Banjarmasin dari tanggal pengukuran berat masing-masing bata
17 November sampai 1 Desember 2004 press. Berat bata press yang diambil
adalah berat rata-ratanya. Meletakkan
2) Prosedur Penelitian beban pada lantai beban dengan
Persiapan pemasangan dimulai dari tengah
Pengumpulan data tanah lokasi penelitian kemudian ketepi agar pembebanan
yang menunjang dalam penentuan beban merata.
awal pada uji pembebanan tiang. Dalam (9) Pembacaan beban dilakukan tiap 10
hal ini penulis hanya berpatokan pada hasil menit hingga 1 jam, jika penurunan
pengujian sondir. Dari pengujian yang masih terlalu kecil tambahkan beban.
dilakukan dilingkungan kampus poliban, Pembacaan dihentikan pada penuru-
didapatkan besarnya tahanan ujung dan nan sebesar 10 % dari diameter tiang.
jumlah hambatan lekat. Dalam pemberian (sumber: L.H Shirley, 1987).
beban awal pada uji pembebanan tiang,
penulis akan memakai rumus sebagai
berikut :
= .A
Dimana :
= tahanan ujung (kg/ )
= luas penampang tiang ( )
(Sumber: L. H Sirley, 1987

Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian mengacu pada
metode constant rate of penetrasion
method (CRP). Pelaksanaan penelitian
adalah sebagai berikut :
(1) Pembersihan lokasi penelitian untuk
menghilangkan akar tumbuhan atau
rumput yang dapat menggangu
jalannya penelitian.
(2) Persiapan bahan dan peralatan yang
dipakai.
(3) Permukaan tanah digali hingga
mencapai tanah asli.
(4) Mengukur diameter tiang.
(5) Memancang tiang (galam) sedalam 3
meter dengan mengunakan alat pan-
cang. Dalam hal ini pemancangan
dilakukan secara manual. Peman-
cangan kedudukan tiang harus benar-
benar tegak lurus. Tiang disisakan di

12
Jurnal POROS TEKNIK, Volume 6, No. 1, Juni 2014 : 1 - 54

D = diameter tiang pancang (Cm)


Tiang kayu galam diameter 12 cm panjang
3 meter
Dari tabel 4.1 di dapat bahwa :
= 2 kg/
A = . .
= . .
= 113,097
=A.
= 113,097 . 2

Dari hasil penelitian uji pembebanan ada 4


Sampel uji dan variasi beban sebesar 150 kg,
300 kg, 450 kg, 600 kg dan 750 kgn dengan
waktu pembebanan selama 1 jam yang
hasilnya seperti terdapat pada lampiran
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN A1, A2, A3, dan A4. Dimana hubungan
antara beban dan penurunan adalah sebagai
Dalam penelitian ini, pemberian awal berikut. (sumber: Josep, 1988).
mengacu pada hasil sondir di lokasi (poliban).
Hasil sondir diperlihatkan pada tabel 4.1 Tabel 2. Hubungan Beban dan Penurunan
rincian tabel 4.1 terdapat pada lampiran I. Diameter 12
Tabel 4.1 data sondir (lokasi di kampus
Poliban) tanggal

Tabel 1 data sondir

Dari lampiran C ( daftar nilai kd dan kk) didapat


bahwa :
a. Untuk diameter 12 cm Sampel 1,
koefisien determinasi (kd) = 0,9908.
Artinya 99,08 % dari variasi tingkat
penurunan dipengaruhi oleh besarnya
beban yang diberikan. Sedangkan
koefisien kolerasi (kk) adalah 0,9954. Ini
menunjukan bahwa antara besarnya
beban dinaikan nilainya, maka penu-
runan yang terjadi akan mengalami
peningkatan. Kk =  kd, sehingga nilai kk
bernilai positif atau negatif. Untuk
menentukan positif atau negatif nilai kk,
dapat dilihat koefisien regrasinya dari
lampiran C.1 diketahui persamaan
Dari tabel 4.1 di dapat bahwa : regresinya adalah
= 2 kg/ y =
A= . . = . . = 50,265 In y = In a + bx
Jadi, =A. = In 65,272 + 0,0039 x
= 50,265 . 2 b. Jika koefisien regresi adalah 0,0039
= 100,53 kg (positif). Ini merupakan nilai koefisien
korelasi yang diambil adalah + 0,9954
Dimana : (hubungan antara beban dan penurunan
= nilai konus dari hasil sondir (kg/ ) sangat kuat).
A = luas penampang tiang pancang c. Untuk diameter 12 cm Sampel 2,
= daya dukumh keseimbangan tiang koefisien determinasi (kd) = 0,9358.
(kg/ ) Artinya 93,58 % dari variasi penurunan
dipengaruhi oleh besarnya beban yang

13
Jurnal POROS TEKNIK, Volume 6, No. 1, Juni 2014 : 1 - 54

diberikan. Sedangkan nilai koefisien negatif. Untuk menentukan positif atau


kolerasi (kk) adalah 0,9674. Ini negatif nilai kk, dapat dilihat koefisien
menunjukan bahwa antara besarnya regresinya. Dari lampiran C.3 diketahui
beban yang diberikan terhadap tiang regresinya adalah :
terdapat hubungan positif, artinya jika y = e
besarnya beban dinaikan nilainya, maka In y = In a + bx
penurunan yang terjadi akan menjadi = In 21,363 + 0,0054 x
peningkatan, kk =  kd, sehingga nilai kk h. Jadi koefisien regresi adalah 0,0054
bernilai positif atau negatif, untuk (positif). Ini menunjukan nilai koefisien
menentukan positif atau negatif nilai kk, kolerasi yang diambil adalah + 21,363
dapat dilihat koefisien regresinya. Dari (hubungan antara beban dan
lampiran C.2 diketahui persamaan penurunan sangat kuat).
regresinya adalah :
y = (Menurut, Paulus P, 1989) berdasarkan
In y = In a + bx data tersebut dicoba dibuat analisa untuk
= In 1,9904 +0,0079 x membuat Beban Ultimit dengan
d. Jadi koefisien regresi adalah 0,0079 ( menggunakan 3 metode yaitu :
positif ). Ini menunjukan niai koefisien a. Metode P-S
koleasi yang diambil adalah + 0,9674 ( b. Metode Mazurkiewich
hubungan antara beban dan penurunan c. Metode Chin
sangat kuat). Dari tabel 4.1 dicari nilai beban batas
e. Untuk diameter 12 cm Sampel 3, (beban ultimit), metode yang dipakai
koefisien determinasi (kd) = 0,9420. adalah :
Artinya 94,20 % dari variasi tingkat
penurunan di pengaruhi oleh besarnya
beban yang diberikan. Sedangkan nilai a. Metode P-S
koefisien kolerasi (kk) adalah 0,9706. Ini Hasil interpretasi Beban Ultimit untuk uji
menunjukan bahwa antara besarnya pembebanan tiang diameter 10 cm
beban yang diberikan tehadap tiang dengan menggunakan metode P-S
terdapat hubungan positif, artinya jika diperlihatkan pada gambar 4.1.1, 4.1.2,
besarnya beban dinaikkan nilainya, 4.1.3, 4.1.4.
maka penurunan yang terjadi akan Penjelasan : dari gambar tersebut di
mengalami peningkatan. Kk =  kd, bawah ini, maka terjadi penurunan
sehingga nilai kk bernilai positif atau maksimum yang dapat di tunjukan dalam
negatif. Untuk menentukan positif atau grafik adalah: 600 kg
negatif nilai kk, dapat dilihat koefisien
regresinya. Dari lampiran C.3 diketahui
regresinya adalah:
y =
In y = In a + bx
= In 12,532 + 0,005 x
f. Jadi koefisien regresi adalah 0,005
(positif). Ini menunjukan nilai koefisien
kolerasi yang diambil adalah + 0,9706
(hubungan antara beban dan
penurunan sangat kuat).
g. Untuk diameter 12 cm Sampel 4,
koefisien determinasi (kd) = 0,9187.
Atrinya 91,87 % dari variasi tingkat
penurunan dipengaruhi oleh besarnya
beban yang dibeikan. Sedangkan nilai
koefisien kolerasi (kk) adalah 0,9585. Ini
menunjukan bahwa antara besarnya
beban yang diberikan tehadap tiang
terdapat hubungan positif, artinya jika
besarnya beban dinaikkan nilainya,
maka penurunan yang terjadi akan
mengalami peningkatan. Kk =  kd,
sehingga nilai kk bernilai positif atau

14
Jurnal POROS TEKNIK, Volume 6, No. 1, Juni 2014 : 1 - 54

b. Metode Mazurkiewich
Prosedur metode maurkiewich adalah
sebagai berikut :
1) Diplot kurva benda uji yang diberikan
terhadap penurunan.
2) Menarik garis dari beberapa titik
penurunan yang dipilih hingga memo-
tong kurva, kemudian ditarik garis
vertikal hingga memotong sumbu
beban.
3) Dari perpotongan setiap beban terse-
but, dibuat garis bersudut 45° terha-
dap garis perpotongan berikut-nya
dan seterusnya.
4) Menghubungkan titik-titik yang
terbentuk ini hingga menghasilkan
sebuah garis lurus. Perpotongan garis
lurus ini dengan sumbu beban meru-
pakan beban ultimitnya.
Hasil interpretasi Beban Ultimit untuk uji
pembebanan tiang diameter 12 cm
dengan menggunakan Metode Mazur-
kiewich diperlihatkan pada gambar
4.2.1, 4.2.2, 4.2.3, 4.2.4. (sumber:
Rahardjo Paulus P, 1989)

Penjelasan : dari gambar tersebut di


bawah ini, maka terjadi penurunan
maksimum yang dapat ditunjukkan
dalam grafik adalah: 700 Kg

15
Jurnal POROS TEKNIK, Volume 6, No. 1, Juni 2014 : 1 - 54

c. Metode Chin s/Q = c1 . s + c 2


Perhitungan Beban Ultimit dari pondasi c1 = 0,22/200 = 0,0011
tiang dengan menggunakan Metode Chin 1/c1 =1/0,0011 = 909,0909 kg
adalah sebagai berikut : c2 = 0,372
a. Diplot kurva antara rasio beban dan Qu = 909,0909/1,2
penurunan (s/Q) dengan penurunan = 757,58 kg
b. Diperoleh persamaan garis tersebuut
adalah s/ Q = .S+ Tabel 4.2.3 interpretasi Beban Ultimit Sampel
c. C1 dihitung dari persamaan garis, atau 3 diameter 12 cm (Metode Chin)
dari gradien / kemiringan
d. Beban Ultimit adalah 1/
Metode ini biasanya menghasilkan Beban
Ultimit yang terlalu tinggi, sehingga harus
dikoreksi (dibagi1,2 s/d 1,4)
Hasil interpretasi Beban Ultimit untuk uji
pembebanan tiang diameter 12 cm dengan
menggunakan Metode Chin diperlihatkan
pada gambar 4.3.1, 4.3.2, 4.3.3, 4.3.4.
(sumber: Rahardjo Paulus P, 1989).

Tabel 4.2.1 Interpretasi Beban Ultimit Sampel


1 diameter 12 cm (Metode Chin)

Tabel 4.2.2 Interpretasi Beban Ultimit Sampel


s/Q = c1 . s + c 2
2 diameter 12 cm (Metode Chin)
c1 = 0,34 / 300 = 0,001133
1/c1 = 1/0,001133 = 882, 3529 kg
c2 = 0,072
Qu = 882,3529 / 1,2
= 735,29 kg

Tabel 4.2.2 Interpretasi Beban Ultimit Sampel


2 diameter 12 cm (Metode Chin)

Tabel 4.2.3 Interpretasi Beban Ultimit Sampel


3 diameter 12 cm (Metode Chin)

16
Jurnal POROS TEKNIK, Volume 6, No. 1, Juni 2014 : 1 - 54

s/Q = c1 . s + c 2 penurunan yang terjadi akan mengalami


c1 = 0,2 / 200 = 0,001 peningkatan. Kk =  kd, sehingga nilai kk
1/c1 = 1/0,001 = 1000 kg bernilai positif atau negatif. Untuk me-
c2 = 0,011 nentukan positif atau negatif nilai kk,
Qu = 1000 / 1,2 dapat dilihat koefisien regrasinya dari
= 833,33 kg lampiran C.5 diketahui persamaan
regresinya adalah
s/Q = c1 . s + c 2 y =
c1 = 0,24 / 200 = 0,0012 In y = In a + bx
1/c1 = 1/0,0012 = 833,3333 kg = In 10,141 + 0,0057 x
c2 = 0,02 Jika koefisien regresi adalah 0,0057
Qu = 833,3333 / 1,2 (positif). Ini merupakan nilai koefisien
= 694,44 kg korelasi yang diambil adalah + 0,9871
(hubungan antara beban dan penurunan
Tiang Kayu Galam Diameter 14 cm Panjang sangat kuat).
3 Meter. 2. Untuk diameter 14 cm Sampel 2,
Dari tabel 4.1 di dapat bahwa : koefisien determinasi (kd) = 0,9905.
= 2 kg/ Artinya 99,05 % dari variasi penurunan
A= . . dipengaruhi oleh besarnya beban yang
diberikan. Sedangkan nilai koefisien
= . .
kolerasi (kk) adalah 0,9952. Ini menun-
= 113,097 jukan bahwa antara besarnya beban
=A. yang diberikan terhadap tiang terdapat
= 113,097 . 2 hubungan positif, artinya jika besarnya
Dimana : beban dinaikan nilainya, maka penu-
= nilai konus dari hasil sondir runan yang terjadi akan menjadi
(kg/ ) peningkatan, kk =  kd, sehingga nilai kk
A = luas penampang tiang pancang bernilai positif atau negatif, untuk
= daya dukumh keseimbangan tiang menentukan positif atau negatif nilai kk,
(kg/ ) dapat dilihat koefisien regresinya. Dari
D = diameter tiang pancang (Cm lampiran C.6 diketahui persamaan
regresinya adalah :
Dari hasil penelitian uji pembebanan ada 4 y = e
Sampel uji dan variasi beban sebesar 200 kg, In y = In a + bx
400 kg, 600 kg, 800 kg dan 850 kg dengan = In 30,344 +0,0045 x
waktu pembebanan selama 1 jam yan hasilny Jadi koefisien regresi adalah 0,0045
aseperti tedapat pada lampiran A5, A6, A7, (positif). Ini menunjukan niai koefisien
dan A8. Dimana hubungan antara beban dan koleasi yang diambil adalah +0,9952
penurunan adalah sebagai berikut. (sumber: (hubungan antara beban dan penurunan
Josep, 1988) sangat kuat).
3. Untuk diameter 14 cm Sampel 3,
Tabel 4.2. hubungan beban dan penurunan koefisien determinasi (kd) = 0,9851.
diameter 14 cm Artinya 98,51 % dari variasi tingkat
penurunan di pengaruhi oleh besarnya
beban yang diberikan. Sedangkan nilai
koefisien kolerasi (kk) adalah 0,9925. Ini
menunjukan bahwa antara besarnya
beban yang diberikan tehadap tiang
terdapat hubungan positif, artinya jika
1. Untuk diameter 14 cm Sampel 1, besarnya beban dinaikkan nilainya, maka
koefisien determinasi (kd) = 0,9744. penurunan yang terjadi akan mengalami
Artinya 97,44 % dari variasi tingkat peningkatan. Kk =  kd, sehingga nilai kk
penurunan dipengaruhi oleh besarnya bernilai positif atau negatif. Untuk
beban yang diberikan. Sedangkan menentukan positif atau negatif nilai kk,
koefisien kolerasi (kk) adalah 0,9871. Ini dapat dilihat koefisien regresinya. Dari
menunjukan bahwa antara besarnya lampiran C.7 diketahui regresinya adalah:
beban yang diberikan terhadap tiang y =
terdapat hubungan positif, artinya jika In y = In a + bx
besarnya beban dinaikan nilainya, maka = In 16,755 + 0,005 x

17
Jurnal POROS TEKNIK, Volume 6, No. 1, Juni 2014 : 1 - 54

Jadi koefisien regresi adalah 0,005


(positif). Ini menunjukan nilai koefisien
kolerasi yang diambil adalah + 0,9925
(hubungan antara beban dan penurunan
sangat kuat).
4. Untuk diameter 14 cm Sampel 4,
koefisien determinasi (kd)=0,9721. Arti-
nya 97,21% dari variasi tingkat penu-
runan dipengaruhi oleh besarnya beban
yang dibeikan. Sedangkan nilai koefisien
kolerasi (kk) adalah 0,9860. Ini menu-
njukan bahwa antara besarnya beban
yang diberikan tehadap tiang terdapat
hubungan positif, artinya jika besarnya
beban dinaikkan nilainya, maka penu-
runan yang terjadi akan mengalami
peningkatan. Kk =  kd, sehingga nilai kk
bernilai positif atau negatif. Untuk
menentukan positif atau negatif nilai kk,
dapat dilihat koefisien regresinya. Dari
lampiran C.8 diketahui regresinya adalah
y =
In y = In a + bx
= In 33,772 + 0,0045 x
Jadi koefisien regresi adalah 0,0045
(positif). Ini menunjukan nilai koefisien
kolerasi yang diambil adalah + 33,772
(hubungan antara beban dan penurunan
sangat kuat).
(Menurut, Paulus P, 1989) berdasarkan data
tersebut dicoba dibuat analisa untuk membuat
Beban Ultimit dengan menggunakan 3 metode
yaitu :
1. Metode P-S
2. Metode Mazurkiewich 1. Metode Mazurkiewich
3. Metode Chin Prosedur metode maurkiewich adalah
Dari tabel 4.2 dicari nilai beban batas (beban sebagai berikut :
ultimit), metode yang dipakai adalah: a. Diplot kurva benda uji yang diberikan
1. Metode P-S terhadap penurunan.
Hasil interpretasi Beban Ultimit untuk uji b. Menarik garis dari beberapa titik
pembebanan tiang diameter 14 cm dengan penurunan yang dipilih hingga memo-
menggunakan Metode P-S diperlihatkan tong kurva, kemudian ditarik garis
pada gambar 4.4.1, 4.4.2, 4.4.3, 4.4.4, vertikal hingga memotong sumbu be-
Penjelasan dari gambar tersebut dibawah ban.
ini,maka terjadi penurunan maksimum c. Dari perpotongan setiap beban
yang dapat ditunjukan dalam grafik adalah: tersebut, dibuat garis bersudut 45°
631 kg terhadap garis perpotongan berikutnya
dan seterusnya.
d. Menghubungkan titik-titik yang terben-
tuk ini hingga menghasilkan sebuah
garis lurus. Perpotongan garis lurus ini
dengan sumbu beban merupakan
beban ultimitnya
Hasil interpretasi Beban Ultimit untuk uji
pembebanan tiang diameter 14 cm dengan
menggunakan Metode Mazurkiewich
diperlihatkan pada gambar 4.5.1, 4.5.2,
4.5.3, 4.5.4. (sumber: Rahardjo Paulus P,
1989)

18
Jurnal POROS TEKNIK, Volume 6, No. 1, Juni 2014 : 1 - 54

Penjelasan dari gambar tersebut dibawah 3. Metode Chin


ini,maka terjadi penurunan maksimum Perhitungan Beban Ultimit dari pondasi
yang dapat ditunjukan dalam grafik adalah: tiang dengan menggunakan Metode Chin
640 kg adalah sebagai berikut :
a. Diplot kurva antara rasio beban dan
penurunan (s/Q) dengan penurunan
b. Diperoleh persamaan garis tersebuut
adalah s/ Q = .S+
c. dihitung dari persamaan garis, atau
dari gradien / kemiringan
d. Beban Ultimit adalah 1/
e. Metode ini biasanya menghasilkan
Beban Ultimit yang terlalu tinggi,
sehingga harus dikoreksi (dibagi1,2 s/d
1,4)
Hasil interpretasi Beban Ultimit untuk uji
pembebanan tiang diameter 12 cm dengan
menggunakan Metode Chin diperlihatkan
pada gambar 4.6.1, 4.6.2, 4.6.3, 4.6.4.
(sumber: Rahardjo Paulus P, 1989

Tabel 4.3.1 Interpretasi Beban Ultimit


Sampel 1 diameter 14 cm (Metode Chin)

Tabel 4.3.2 interpretasi Beban Ultimit


Sampel 2 diameter 14 cm (Metode Chin)

Tabel 4.3.3 interpretasi Beban Ultimit


Sampel 3 diameter 14 cm (Metode Chin)

Tabel 4.3.4 interpretasi Beban Ultimit


Sampel 4 diameter 14 cm (Metode Chin)

19
Jurnal POROS TEKNIK, Volume 6, No. 1, Juni 2014 : 1 - 54

Tabel 4.4 Interpretasi Beban Ultimit


Untuk seluruh Sampel ( Metode P-S,
Metode Mazurkiewich, Metode Chin )

Sumber: Hasil perhitungan


Rumus :
X= /n

S= ( -x)  n  30

KV = x 100 %
Yang dimaksud dengan simpangan baku
adalah menyatakan besarnya simpangan dari
nilai-nilai rata-ratanya, misalnya data-data
pada diameter 12 cm, Metode P-S ; nilai rata-
rata dan simpangan baku adalah 667,75 kg
dan 77,48 kg. Maka artinya penyimpangan
dari rata-rata adalah sebesar 77,48 kg (667.75
77.48 ). Sedangkan yang dimaksud koefisien
variasi yang menunjukan keseragaman data-
datanya. Misalnya :
Sampel diameter 12 cm, Metode P-S : KV=
11,6%
Sampel diameter 12 cm, Metode
Mazurkiewich : KV = 10,37%
Maka data-data Metode P-S lebih seragam
dibandingkan dengan data-data untuk
Metode Mazurkiewich (diameter 12 cm).
Makin rendah nilai koefisien variasi. Makin
seragam data-datanya (dalam hal ini atau
).

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Dari hasil uraian analisa terhadap
penelitian pembebanan batas tiang galam
dengan loading test dapat dibuat kesimpulan
sebagai berikut :
1. Tanah dilokasi penelitian (kampus
poliban) merupakan tanak lunak yang
memiliki kadar air cukup tinggi dan
memiliki nilai plastisitas, yang didominasi
oleh tanah gambut.
2. Jenis pondasi yang cocok untuk tanah
lunak seperti dilokasi penelitian (kampus

20
Jurnal POROS TEKNIK, Volume 6, No. 1, Juni 2014 : 1 - 54

poliban) adalah pondasi tiang galam, 2. Sarjono.HS ; (1991), Pondasi Tiang


sebab pondasi ini mampu menyalurkan Pancang Jilid I, Sinar Wijaya, Surabaya.
beban melalui pelekatan tiangnya 3. Sarjono.HS ; (1991), Pondasi Tiang
dengan tanah. Pancang Jilid II, Sinar Wijaya, Surabaya.
3. Bahan yang paling tepat digunakan untuk 4. Sungono.KH ; (1984), Mekanika Tanah ,
pondasi kayu galam sebab sifatnya tahan Nova , Bandung.
terhadap rendaman air dan harganya 5. Shirley.LH ; (1987), Penuntut Praktis
ekonomis. Geoteknik dan Mekanika Tanah.
4. Dari hasil penelitian didapat dari 6. Sudjana.M.A ; (1992) , Metode Statistika,
pengujian loadingtest adalah sebagai Edisi Kelima, Tarsito, Bandung.
berikut: 7. Rahardjo Paulus.P ; (1989), Manual
Pondasi Tiang, Universitas Katolik
Data hasil penelitian Parahyangan, Bandung.
8. Smit M.J ; (1984) , Mekanika Tanah Edisi
Keempat, Erlangga , Jakarta.
9. Wesley L.D ; (1997) , Mekanika Tanah,
Badan Penerbit Pekerjaan Umum.

5. Dari hasil analisa terhadap uji @Portek 2014@


pembebanan tiang tunggal, didapat 1. SNI03-1971-1990 Pengujian Kadar Air.
bahwa dengan menggunakan Metode P- Pustran-Balitbang PU
S menghasilkan daya dukung ultimit lebih 2. SNI 03-4142-1996 Pengujian Kadar
kecil dari mazurkiewich dan Chin. Lumpur. Pustran-Balitbang PU
a. Untuk diameter 14 cm dapat dilihat: 3. SNI 03-4141-1996 Pemeriksaan Gumpa-
  lan Lempung dan Butir-butir Mudah Pecah
b. Untuk diameter 12 cm didapat hasil: Dalam Agregat. Pustran-Balitbang PU
  4. SNI 2417 : 2008Pengujian Abrasi Dengan
Mesin Los Angeles. BSN.S. Jakarta
5. SNI 03-2816-1992 Pengujian Kandungan
Saran
Organik. Pustran-Balitbang PU
Adapun saran yang ingin kami sampaikan
6. SNI 1973 : 2008 Pengujian Berat Isi Beton.
adalah sebagai berikut:
BSN.Senayan Jakarta
1. Sebaiknya Sampel uji untuk tiap diameter
7. SNI 1972 : 2008 Pengujian Slump Test.
dapat lebih dari 4 buah, sehingga hasilnya
BSN.Senayan Jakarta
bisa lebih akurat.
8. SNI 1974 : 2011 Pengujian Kuat Tekan
2. Dial Gauge yang dipasang pada tiap tiang
Beton. BSN.Senayan Jakarta
uji ada 4 (kiri, kanan, muka, an belakang
9. SNI 03-2834-1993 Tata Cara Pembuatan
tiang), sehingga hasil pembacaan
rencana Campuran Beton Normal.
penurunan akibat beban dapat lebih
Pustran-Balitbang PU
akurat.
10. Tdjokrodimulyono, Kardiyono.1994.
3. Pada saat pemancangan tiang harus
Teknologi Beton. Yogyakarkta
diperhatikan ketegakkannya agar
penurunan dapat terbaca lebih akurat. @Portek 2014@
4. Dalam pemberian beban, harus simetris
sehingga pembagian beban terhadap tiang
dapat merata.
5. Diharapkan dapat dilakukan penelitian
yang lebih variatif seperti panjang tiang,
tiang miring, bahan lain selain kayu galam.
6. Sebaiknya penelitian dilakukan dengan
metode yang sama tapi dilokasi yang
berbeda seperti tanah yang berpasir

5. DAFTAR PUSTAKA

1. Bowles Josep.E ; (1988) , Analisa Dan


Desain Pondasi , Edisi Keempat Jilid 2,
Erlangga , Jakarta.

21

You might also like