Professional Documents
Culture Documents
A. Definisi
Mood dapat digambarkan dengan mood yang depresi, berputus asa, iritabel,
cemas, marah, ekspansif, euforia, kosong, bersalah, perasaan terpesona, sia-sia,
merendahkan diri, ketakutan, kebingungan. Mood dapat labil, ber-flukmasi,
atau berubah-ubah dengan cepat dan ekstrim (misalnya tertawa keras pada saat
tertentu kemudian berubah menangis dan berputus asa). Berikut uraian
beberapa mood yang dikenal:
1. Mood disforik: mood yang tidak menyenangkan
1
2. Mood eutimik: mood dalam rentang normal, menyatakan tidak adanya
mood yang tertekan atau melambung.
3. Mood yang meluap-luap (expansive mood): ekspresi perasaan seseorang
tanpa pembatasan, seringkali dengan penilaian yang berlebihan terhadap
kepentingan atau makna seseorang.
4. Mood yang iritabel (irritable mood): ekspresi perasaan akibat mudah
diganggu atau dibuat marah.
5. Pergeseran mood (labile mood): osilasi antara euforia dan depresi atau
dibuat marah.
6. Mood yang meninggi (elevated mood): suasana keyakinan dan kesenangan;
suatu mood yang lebih ceria dari biasanya.
7. Euforia: elasi yang kuat dengan perasaan kebesaran.
8. Kegembiraan yang luar biasa (ecstasy): perasaan kegairahan yang kuat.
9. Depresi: perasaan kesedihan yang psikopatologis.
10. Anhedonia: hilangnya minat terhadap dan menarik diri dari semua aktivitas
rutin dan menyenangkan, seringkali disertai dengan depresi.
11. Duka cita (berkabung): kesedihan yang sesuai dengan kehilangan yang
nyata.
12. Aleksitimia: ketidakmampuan atau kesulitan dalam menggambarkan atau
menyadari emosi atau mood seseorang.
2
penderitanya yang dapat berganti secara tiba-tiba antara dua kutub (bipolar)
yang berlawanan yaitu kebahagiaan (mania) dan kesedihan (depresi) yang
ekstrim.
Afek merupakan respons emosional saat sekarang, yang dapat dinilai lewat
ekspresi wajah, pembicaraan, sikap dan gerak gerik tubuh pasien (bahasa
tubuh). Afek mencerminkan situasi emosi sesaat, dapat bersesuaian dengan
mood maupun tidak. Penilaian terhadap afek dapat berupa afek normal, terbatas,
tumpul, atau mendatar.2 Gambaran afek normal dapat terlihat dari variasi
ekspresi wajah, intonasi suara, serta penggunaan tangan dan pergerakan tubuh.
Ketika afek menjadi terbatas, maka luas dan intensitas ekspresi pasien
berkurang. Pada gambaran afek vang menumpul, terlihal intensitas ekspresi
emosi berkurang lebih jauh. Afek mendatar ditandai dengan tidak adanya
ekspresi aktif, intonasi bicara monoton, dan ekspresi wajah datar. Tumpul,
datar, dan terbatas digunakan untuk menggambarkan kedalaman emosi,
sedangkan depresi, bangga, marah, ketakutan, cemas, rasa bersalah, euforia, dan
ekspansif digunakan untuk menunjukkan suatu gambaran afek tertentu. Berikut
uraian afek:
1. Afek yang sesuai (appropriate affect): kondisi irama emosional yang
harmonis (sesuai, sinkron) dengan gagasan, pikiran atau pembicaraan yang
menyertai; digambarkan lebih lanjut sebagai yang afek yang luas atau
penuh, di mana rentang emosional yang lengkap diekspresikan secara
sesuai.
2. Afek yang tidak sesuai (inappropriate affect): ketidakharmonisan antara
irama perasaan emosional dengan gagasan, pikiran atau pembicaraan.
3. Afek yang tumpul (blunted affect): gangguan pada afek yang
dimanifestasikan oleh penurunan yang berat pada intensitas irama perasaan
yang diungkapkan keluar.
4. Afek yang terbatas (restricted or constricted affect): penurunan intensitas
irama perasaan yang kurang parah dari pada efek yang tumpul tetapi jelas
menurun.
3
5. Afek yang datar (fIat affect): tidak adanya atau hampir tidak adanya tanda
ekspresi afek; suara yang monoton, wajah yang tidak bergerak.
6. Afek yang labil (labile affect): perubahan irama perasaan yang cepat dan
tiba-tiba, yang tidak berhubungan dengan stimulasi ekstemal.
B. Etiologi
1. Faktor Biologis
Beberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh memiliki peranan yang penting
dalam mengendalikan emosi kita. Dalam otak terdapat substansi biokimiawi
yaitu neurotransmitter yang berfungsi sebagai pembawa pesan komunikasi
antar neuron di otak. Jika neurotransmiter ini berada pada tingkat yang normal,
otak akan bekerja secara harmonis. Berdasarkan riset, kekurangan
neurotransmiter serotonin, norepinefrin dan dopamin dapat menyebabkan
depresi. Di satu sisi, jika neurotransmiter ini berlebih dapat menjadi penyebab
gangguan manik. Selain itu antidepresan trisiklik dapat memicu mania.4
4
Obat-obatan yang mempengaruhi sistem neurotransmiter seperti kokain akan
memperparah mania. Agen lain yang dapat memperburuk mania termasuk L-
dopa, yang berpengaruh pada reuptake dopamin dan serotonin. Calsium channel
blocker yang digunakan untuk mengobati mania dapat mengganggu regulasi
kalsium di neuron. Gangguan regulasi kalsium ini dapat menyebabkan transmisi
glutaminergik yang berlebihan dan iskemia pembuluh darah.5
5
kecil dan lobus frontalis yang lebih kecil. Banyak literatur menjelaskan
penurunan aliran darah pada korteks serebral dan area korteks frontalis pada
pasien depresi berat.1
2. Faktor Genetik
Seseorang yang memiliki keluarga dengan gangguan mood memiliki resiko
lebih besar menderita gangguan mood daripada masyarakat pada umumnya.
Tidak semua orang yang dalam keluarganya terdapat anggota keluarga yang
menderita depresi secara otomatis akan terkena depresi, namun diperlukan
suatu kejadian atau peristiwa yang dapat memicu terjadinya depresi. Pengaruh
gen lebih besar pada depresi berat dibandingkan depresi ringan dan lebih
berpengaruh pada individu muda dibanding individu yang lebih tua. Penelitian
oleh Kendler (1992) dari Departemen Psikiatri Virginia Commonwealth
University menunjukkan bahwa resiko depresi sebesar 70% karena faktor
genetik, 20% karena faktor lingkungan dan 10% karena akibat langsung dari
depresi berat.4
6
biasanya merupakan hasil dari kombinasi faktor keluarga, biologis, psikologis
dan faktor sosial.7
3. Faktor Psikososial
Dalam mengulas kontribusi genetik terhadap penyebab depresi dapat
dinyatakan bahwa 60%-80% penyebab depresi dapat diatribusikan pada
pengalaman-penagalaman psikologis. Selain itu pengalaman itu bersifat unik
untuk masing-masing individu.
a. Peristiwa Kehidupan yang Stressful
Peristiwa hidup yang penuh dengan tekanan seperti kehilangan orang-orang
yang dimintai, putusnuya hubungan romantic, lamanya hidup menganggur,
sakit fisik, masalah dalam pernikahan dan hubungan, kesulitan ekonomi, dan
lain sebagainya ini dapat meningkatkan resiko berkembangnya gangguan mood
atau kambuhnya sebuah gangguan mood, terutama depresi mayor. Dan pada
orang-orang dengan depresi mayor ini sering kali kurang memiliki
keterampilan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah interpersonal
dengan teman, teman kerja atau supervisor.
b. Teori Humanistic
Menurut teori ini, seseorang menjadi depresi saat mereka tidak dapat mengisi
keberadaan mereka dengan makna dan tidak dapat membuat pilihan-pilihan
autentik yang menghasilkan self-fulfillment. Kemudian dunia dianggap sebagai
tempat yang menjemukan (Nevid, 2003: 240-243).
c. Learned Helplessness
Learned helplessness merupakan kedaan diri yang selalu membuat atribusi
bahwa mereka tidak memiliki kontrol atas stress dalam kehidupannya (baik
sesuai kenyataan maupun tidak).
d. Negative Cognitive Styles
Negative cognitive styles adalah kesalahan berfikir yang difokuskan secara
negative pada tiga hal, yaitu dirinya sendiri, dunian terdekatnya, dan masa
depannya. Di mana menurut Beck, penderita depresi memandang yang terburuk
dari segala hal. Bagi mereka, kemunduran terkevil sekalipun merupakan
bencana besar.
7
C. Gangguan Suasana Perasaan
a. Episode Manik
• Definisi
Mania, sisi lain dari depresi, juga melibatkan gangguan mood yang disertai
dengan gejala tambahan. Episode mania merupakan suatu episode meningkatnya
afek seseorang yang jelas, abnormal, menetap, ekspansif, dan iritabel. Gejala mania
meliputi cara berbicara yang cepat, berpikir cepat, kebutuhan tidur berkurang,
perasaan senang atau bahagia , dan peningkatan minat pada suatu tujuan. Selain itu,
tampak sifat mudah marah, mengamuk, sensitive, hiperaktif, dan waham kebesaran.
Penderita biasanya merasa senang, tetapi juga bisa mudah tersinggung,
senang bertengkar atau memusuhi secara terang-terangan.Yang khas adalah bahwa
penderita yakin dirinya baik-baik saja. Kurangnya pengertian akan keadaannya
sendiri disertai dengan aktivitas yang sangat luar biasa, bisa menyebabkan penderita
tidak sabar, mengacau, suka mencampuri urusan orang lain dan jika kesal akan
lekas marah dan menyerang. Euphoria, atau suasana hati gembira, berlawanan
keadaan emosional dari suasana hati yang depresi. Hal ini ditandai dengan perasaan
berlebihan dari fisik dan kesejahteraan emosional.
Suasana hati meningkat secara klinis disebut sebagai mania atau, jika
ringan, hypomania . Individu yang mengalami episode manik juga sering
mengalami episode depresi, atau gejala, atau episode campuran dimana kedua fitur
mania dan depresi hadir pada waktu yang sama. Episode ini biasanya dipisahkan
oleh periode “normal” suasana hati (mood) , tetapi, dalam beberapa depresi,
individu dan mania mungkin berganti dengan sangat cepat, yang dikenal sebagai
“rapid-cycle”. Manic episode ekstrim kadang-kadang dapat menyebabkan gejala
psikotik seperti delusi dan halusinasi .
• Penyebab Mania
Kelainan fisik yang bisa menyebabkan mania :
1. Efek samping obat-obatan
- Amfetamin
- Obat anti depresi
- Bromokriptin
8
- Kokain
- Kortikoseroid
- Levodopa
- Metilfenidat
2. Infeksi
- Aids
- Ensefalitis
- Influenza
- Sifilis
3. Kelainan hormonal
- Hipertiroidisme
4. Penyakit jaringan ikat
- Lupus eritematosus
5. Kelainan neurologis
- Tumor otak
- Cedera kepala
- Korea huntington
- Sklerosis multiple
- Stroke
- Korea sydenham
- Epilepsi lobus temporalis
• Gejala
Gejala manis berkembang dengan cepat dalam waktu beberapa hari. Pada
stadiu awal mania, penderita merasa lebih baik dari biasanya dan seringkali tampak
lebih ceria, lebih muda dan lebih bersemangat.Penderita biasanya merasa senang,
tetapi juga bisa mudah tersinggung, senang bertengkar atau memusuhi secara
terang-terangan. Yang khas adalah bahwa penderita yakin dirinya baik-baik saja.
Kurangnya pengertian akan keadaan diri disertai dengan aktivitas yang
sangat luar biasa bisa menyebabkan penderita menjadi tidak sabar, suka mengacau,
mencampuri urusan orang lain dan jika kesal akan marah dan menyerang orang
lain.Aktivitas mental penderita menjadi semakin cepat. Perhatian penderita mudah
teralihkan dan selalu berpindah dari satu tema ke tema lainnya.Penderita memiliki
9
keyakinan yang salah mengenai kekayaan, kekuasaan, kehalidan dan kecerdasan
seseorang dan kadang menganggap dirinya adalah Tuhan. Penderita yakin bahwa
dirinya sedang dibantu atau dihukum oleh orang lain atau memiliki halusinasi yaitu
mendendar dan melihat benda-benda yang sesungguhnya tidak ada.
Kebutuhan tidurnya berkurang. Penderita tidak berhenti mengikuti
berbagai kegiatan tanpa memikirkan bahaya sosial yang dapat terjadi. Pada kasus
berat, aktivitas fisik dan mental penderita menjadi sangat tinggi sehingga setiap
kaitan yang jelas antara suasana haati dan perilaku hilang dalam suatu bentuk
agitasi yang tanpa perasaan. Pada keadaan ini diperlukan penanganan segera karena
penderita dapat meninggal akibat kelelahan fisik yang luar biasa.
b. Episode Depresif
• Definisi
Gejala lainnya :
▪ Konsentrasi dan perhatian berkurang
▪ Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
10
▪ Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
▪ Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
▪ Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
▪ Gangguan tidur
▪ Nafsu makan berkurang.4
Depresi pada kelompok usia dewasa dapat muncul dalam bentuk tiga gejala
khas yang disebutkan di atas, seperti hilang minat, rasa malas, dan perasaan sedih
yang berkepanjangan. Perasaan sedih dapat berkembang kepada rasa bersalah atau
berdosa. Gambaran ini disebut dengan istilah gejala psikologis sebagai bentuk
depresi eksternalisasi. Selain gejala utama tadi, depresi juga dapat menampilkan
gejala lain yang berbentuk somatik, vegetatif, dan kognitif. Gejala somatik dapat
berupa jantung berdebar, nyeri fisik pada bagian tubuh (nyeri dada, kepala seperti
terasa berat, nyeri otot belakang kepala, nyeri anggota gerak, dan ketegangan otot),
dan rasa mual. Gejala vegetatif dapat berupa gangguan pola tidur, pola makan dan
aktifitas seksual (disfungsi seksual atau gangguan dalam dorongan atau hasrat
seksual). Sedangkan gejala kognitif dapat berupa kehilangan konsentrasi dan
mudah lupa.
Apabila gejala yang tampak pada individu dewasa lebih bernuansa pada
gambaran somatik, vegetatif, atau kognitif maka dokter harus menyingkirkan
dahulu penyebab organik atau fisik yang mungkin mendasarinya seperti penyakit
pada organ dalam atau saraf. Apabila telah dinyatakan tidak terdapat gangguan
fisik, baru di pikirkan suatu gangguan suasana perasaan (mood). Kondisi yang
demikian dikenal dengan istilah depresi terselubung (masked depression) karena
tampilan gejalanya tidak khas tertuju pada tiga gejala utama depresi. Kondisi yang
seperti ini dapat dijumpai pula pada individu di usia kanak akhir dan remaja yang
muatan gejala psikologisnya hanya berupa mudah marah (tersinggung) atau sikap
menentang. Bentuk ini di kenal sebagai depresi internalisasi yang banyak dijumpai
pada usia kanak akhir dan remaja.
Depresi internalisasi pada individu dapat mempengaruhi organ di dalam
tubuh sehingga mencetuskan suatu penyakit yang sebelumnya pernah dialami oleh
individu dan kemudian menjadi kambuh. Beberapa penyakit yang dapat kembali
kambuh oleh cetusan depresi internalisasi adalah sakit maag (gangguan pada asam
11
lambung), dermatitis pada kulit, penyakit asma (gangguan pernafasan), vertigo
(nyeri kepala berputar), hipertensi (tekanan darah tinggi), stroke (penyakit serebro
vaskuler), gangguan irama jantung, dan sindrom metabolik (ketidakseimbangan
gula darah). Klinisi menyebutnya sebagai suatu gangguan psikosomatik.
Pada individu remaja, manifestasi depresinya dapat mengarah pada suatu
gangguan penyalahgunaan zat atau alkohol. Kondisi ini perlu dipertimbangkan,
mengingat kelompok remaja sedang berada pada usia krisis identitas dan lebih
melakukan indetifikasi kepada peer group (kelompok sebaya)-nya. Sedangkan
pada individu lanjut usia, depresi biasanya tampil dalam tampilan gejal seperti:
banyak diam, tidak konsentrasi, dan mudah lupa. Pada kelompok lanjut usia harus
dipastikan apakah depresi yang dialami berdiri sendiri atau merupakan bagian dari
suatu perkembangan dari penyakit kepikunan (demensia). Klinisi mengenalnya
dengan sebutan Behavioural and Psychological Symptoms of Dementia (BPSD).
Sebagai tambahan, depresi merupakan gangguan suasana perasaan (mood)
yang dapat berujung kepada suatu percobaan bunuh diri (tentament suicide).
Perilaku bunuh diri tersebut dapat dicetuskan oleh suatu halusinasi pendengaran
yang berupa suara bisikan yang sifatnya mengomentari atau menyuruh. Apabila
terdapat gejala tersebut, tentunya tidak hanya sekedar depresi semata melainkan
terdapat pula warna gejala kejiwaan lain yang dinamakan psikotik (mendengar
bisikan atau bicara sendiri). Tentunya hal tersebut memerlukan penanganan yang
cepat, sehingga apabila terdapat hal itu maka masyarakat yang mengetahui dapat
merujuk ke puskesmas terdekat untuk rujukan ke rumah sakit jiwa atau penanganan
awal terkait gejala kejiwaan. Risiko kemunculan bunuh diri pada individu depresi
di segala usia berdasarkan beberapa penelitian adalah sebagai berikut: anak &
remaja (20,8%), dewasa (46,4%), dan lanjut usia (14,6-25%). Hal ini tentu harus
menjadi suatu perhatian terkait dengan program promosi kesehatan jiwa, khususnya
upaya pencegahan depresi dan bunuh diri.
12
F30 Episode Manik
F30.0 Hipomania
F30.1 Mania tanpa gejala psikotik
F30.2 Mania dengan gejala psikotik
F30.8 Episode manik lainnya
F30.9 Episode Manik YTT
F31 Gangguan Afektif Bipolar
F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik
F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala
psikotik
F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala
psikotik
F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau
sedang
.30 Tanpa gejala somatik
.31 Dengan gejala somatik
F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa
gejala psikotik
F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan
gejala psikotik
F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran
F31.7 Gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi
F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya
F31.9 Gangguan afektif bipolar YTT
F32 Episode Depresif
F32.0 Episode depresif ringan
.00 Tanpa gejala somatik
.01 Dengan gejala somatik
F32.1 Episode depresif sedang
.10 Tanpa gejala somatik
.11 Dengan gejala somatik
F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik
13
F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik
F32.8 Episode depresif lainnya
F32.9 Episode depresif YTT
F33 Gangguan Depresif Berulang
F33.0 Gangguan depresif berulang, episode kini ringan
.00 Tanpa gejala somatik
.01 Dengan gejala somatik
F33.1 Gangguan depresif berulang, episode kini sedang
10 Tanpa gejala somatik
.11 Dengan gejala somatik
F33.2 Gangguan depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala
psikotik
F33.3 Gangguan depresif berulang, episode kini berat dengan
gejala psikotik
F33.4 Gangguan depresif berulang, kini dalam remisi
F33.8 Gangguan depresif berulang lainnya
F33.9 Gangguan depresif berulang YTT
F34 Gangguan Suasana Perasaan (Mood/Afektif) Menetap
F34.0 Siklotimia
F34.1 Distimia
F34.8 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) menetap
lainnya
F34.9 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) menetap YTT
F38 Gangguan Suasana Perasaan (Mood/Afektif) Lainnya
F38.0 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) tunggal
lainnya
.00 Episode afektif campuran
F38.1 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) berulang
lainnya
.10 Gangguan depresif singkat berulang
F38.8 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) lainnya YDT
F39 Gangguan Suasana Perasaan (Mood/Afektif) YTT
14
F. 30 Episode Manik
Kelainan yang terdapat dalam episode manik memiliki kesamaan karakteristik
dalam afek yang meningkat, disertai peningkatan dalam jumlah dan kecepatan
aktifitas fisik dan mental, dalam berbagai derajat keparahan.3 Paling sedikit satu
minggu pasien mengalami mood yang elasi, ekspansif, atau iritabel. Pasien
memiliki, secara menetap, tiga atau lebih gejala berikut (empat atau lebih bila
hanya mood iritabel) yaitu:7
• grandiositas atau percaya diri berlebihan
• berkurangnya kebutuhan tidur
• cepat dan banyaknya pembicaraan
• lompatan gagasan atau pikiran berlomba
• perhatian mudah teralih
• peningkatan energi dan hiperaktivitas psikomotor
• meningkatnya aktivitas bertujuan (sosial, seksual, pekerjaan dan sekolah)
• tindakan-tindakan sembrono (ngebut, boros, investasi tanpa perhitungan
yang matang).
F. 30.0 Hipomania
Hipomania adalah derajat yang lebih ringan daripada mania, yang kelainan
suasana perasaan (mood) dan perilakunya terlalu menetap dan menonjol
sehingga tidak dapat dimasukkan dalam siklotimia, namun tidak disertai
halusinasi atau waham. Yang ada ialah peningkatan ringan dari suasana
perasaan (mood) yang menetap (sekurang-kurangnya selama beberapa hari
berturut-turut), peningkatan enersi dan aktivitas, dan biasanya perasaan
sejahtera yang mencolok dan efisiensi baik fisik maupun mental. Sering ada
peningkatan kemampuan untuk bergaul, bercakap, keakraban yang
berlebihan, peningkatan enersi seksual, dan pengurangan kebutuhan tidur;
namun tidak sampai menjurus kepada kekacauan berat dalam pekerjaan atau
penolakan oleh masyarakat. Lebih sering ini bersifat pergaulan sosial
euforik, meskipun kadang-kadang lekas marah, sombong, dan perilaku yang
tidak sopan serta mengesalkan (bualan dan lawakan murah yang
15
berlebihan). Konsentrasi dan perhatiannya dapat mengalami hendaya,
sehingga kurang bisa duduk dengan tenang untuk bekerja, atau bersantai
dan menikmati hiburan; tetapi ini tidak dapat mencegah timbulnya minat
dalam usaha dan aktivitas baru, atau sifat agak suka menghamburkan uang.8
Pedoman Diagnostik :
• Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania, afek yang meninggi atau
berubah disertai peningkatan aktivitas, menetap selama sekurang-
kurangnya beberapa hari berturut-turut, pada suatu derajat intensitas dan
yang bertahan melebihi apa yang digambarkan bagi siklotimia, dan tidak
disertai halusinasi/ waham.
• Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas sosial memang
sesuai dengan diagnosis hipomania, akan tetapi bila kekacauan itu berat atau
menyeluruh, maka diagnosis mania (F30.1/ F30.2) harus ditegakkan.
Diagnosis banding :
– Hipertiroid, anoreksia nervosa
– Masa dini dari “depresi agitatif”
16
• Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari mania tanpa
gejala psikotik.
• Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang
menjadi waham kebesaran (delusion of grandeur), iritabilitas dan
kecurigaan menjadi waham kejar (delusion of persecution). Waham dan
halusinasi “sesuai” dengan keadaan afek tersebut (mood-congruent).
Diagnosis banding :
– Skizofrenia
– Skizoafektif tipe manik
17
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania
(F30.0); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik, depresif, atau campuran) di masa lampau.
18
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif
berat tanpa gejala psikotik (F32.2); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik,
atau campuran di masa lampau.
19
F32 Episode Depresif
• Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat) :
1. afek depresif,
2. kehilangan minat dan kegembiraan, dan
3. berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya
aktivitas
• Gejala lainnya :
(a) konsentrasi dan perhatian berkurang;
(b) harga diri dan kepercayaan diri berkurang;
(c) gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna;
(d) pandangan masa depan yang suram dan pesimistis;
(e) gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri;
(f) tidur terganggu;
(g) nafsu makan berkurang
• Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan, biasanya diperlukan
masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan
tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya
dan berlangsung cepat.
• Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1) dan
berat (F32.2) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang
pertama). Episode depresif berikutnya harus diklasifikasikan di bawah
salah satu diagnosis gangguan depresif berulang (F33.-).
20
• Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2
minggu.
• Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukannya.
Karakter kelima :
F32.00 = Tanpa gejala somatik
F32.01 = Dengan gejala somatik
Individu yang mengalami episode depresif ringan biasanya resah
tentang gejalanya dan agak sukar baginya untuk meneruskan pekerjaan
biasa dan kegiatan sosial, namun mungkin ia tidak akan berhenti berfungsi
sama sekali.
21
• Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurangnya 2 minggu, akan
tetapi jika gejala sangat berat dan beronset sangat cepat, maka masih
dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam waktu kurang dari 2
minggu.
• Sangat tidak mungkin bagi pasien meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan
atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
22
keletihan menetap yang bukan akibat penyebab organik (seperti yang
kadang-kadang terlihat pada pelayanan rumah sakit umum).
TATALAKSANA
Depresi
Indikasi Rawat Inap
- Kebutuhan prosedur diagnostic
- Resiko bunuh diri dan melakukan pembunuhan
- Berkurangnya kemampuan pasien secara menyeluruh untuk asupan
makanan dan tempat perlindungan
- Riwayat gejala berulang
- Tidak adanya dukungan terhadap pasien
Psikoterapi
Diberikan untuk membantu pasien mengatasi stressor kehidupan
sehari-hari. Jenis psikoterapi yang diberikan bergantung pada kondisi
pasien dan preferensi dokternya. Jenis psikoterapi yang diberikan :
psikoterapi suportif atau psikoterapi reedukatif, atau psikoterapi
rekonstruktif
Farmakoterapi
- Golongan Trisiklik : Amitriptiline, Imipramine, Clomipramine,
Tianeptine
- Golongan Tetrasiklik : Maprotiline, Mianserin, Amoxapine
- Golongan MAOI Reversible : Moclobemide
- Golongan SSRI : Sertraline, Paroxetine, Fluvoxamine, Fluoxetine,
Duloxetine, Citalopram
- Golongan Atipikal : Trazodone, Mirtazapine, Venlafaxine
Mania
Terapi mania akut : Haloperidol, Carbamazepine, Asam Valproat,
Divalproex Na.
23
Profilaksis Mania : Lithium carbonate
24
OBAT ANTI MANIA
25