You are on page 1of 28

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Daya

2.1.1 Pengertian Daya

Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam

sistem tenaga listrik, daya merupakan jumlah energi yang digunakan untuk

melakukan kerja atau usaha dari definisi ini, maka daya listrik (P) dapat

dirumuskan:

Daya =

..
P =

a. Daya Pada Hambatan (Resistor)

Ketika sebuah tegangan (V) dikenakan pada sebuah hambatan/ Resistor (R)

seperti terlihat gambar dibawah


I (Arus)

+
Beban/ Hambatan
͠ V
(resistor)
-
I (Arus)

Gambar 2.1. Daya Pada Hambatan (Resistor)

10
10
11

Maka besarnya arus yang mengalir adalah :

I =

Dan daya yang diberikan sebesar :

P = V.i

P = i² R

²
P = (dalam satuan volt-ampere, VA)

b. Satuan daya listrik

Watt (W) =

Kilowatt (kW) : 1 kW = 1000 W.

Dari satuan daya listrik maka muncul satuan energi lain yaitu satuan energi

yang menyatakan daya dalam kilowatt (kW) dan waktu dalam jam, maka

satuan energi adalah kilowatt jam atau kilowatt-hour (kWh) tsb :

1 kWh = 36 x 105 joule

Dalam satuan internasional (SI), satuan daya adalah watt (W) atau setara joule

per detik (J/sec). Daya listrik juga diekspresikan dalam watt (W) atau kilowatt

(kW). Konversi antara satuan HP dan watt, dinyatakan dengan formula

sebagai berikut

1 HP = 746 W = 0,746 kW

1kW = 1,34 HP
12

Sedangkan menurut standar Amerika (US standard), daya dinyatakan dalam

( ).( )
satuan Hourse Power (HP) atau atau

. 2.1.2 Daya Aktif (P, watt)

Daya aktif ( Active Power ) adalah daya yang terpakai untuk melakukan

energi yang sebenarnya. Satuan daya aktif adalah watt.

P = Vp . Ip . Cos φ (1 phasa )………………………….(2;1)

Untuk daya aktif/ daya kerja pada sistem tegangan tiga phasa, adalah :

P = √3 VL . IL . Cos φ ( 3 phasa )……………….……..(2;2)

Dimana :

P = Daya Aktif/ Daya Kerja ( watt)

VL = Tegangan Line (volt)

Vp = Tegangan phasa (volt)

IL = Arus Line (A)

IP = Arus phasa (A)

Cos φ = Faktor Daya

Daya ini digunakan secara umum oleh konsumen dan dikonversikan dalam

bentuk kerja.

2.1.3 Daya Reaktif / Daya Komplek

Daya Reaktif/ Daya Komplek adalah daya yang disebabkan karena

beda fase antara arus dan tegangan. Definisi yang umum lainnya dari Daya

reaktif adalah jumlah daya yang diperlukan untuk pembentukan medan


13

magnet. Dari pembentukan medan magnet akan terbentuk fluks medan

magnet. Contoh daya yang menimbulkan daya reaktif adalah ; Heater,

transformator, motor, lampu neon yang menggunakan ballast dll. Satuan daya

reaktif adalah VAR. Persamaan daya Reaktif pada sistem tegangan satu fase,

adalah :

Q = Vp . Ip . Sin φ ……………………………….…(2;3)

Untuk daya Reaktif pada sistem tegangan tiga fase, adalah :

Q = √3 VL . IL . Sin φ……………………………....…(2;4)

Atau

Q = P . Tan φ ………………………………………..(2;5)

Dimana :

Q = Daya Reaktif (VAR)

P = Daya Aktif (Watt)

Tan φ = Tangen sudut beda phasa antara arus dan tegangan

2.1.4 Daya Nyata

Daya Nyata (Apparent Power) adalah daya yang dihasilkan oleh perkalian

antara tegangan rms dan arus rms dalam suatu jaringan (penghantar) atau daya

yang merupakan hasil penjumlahan trigonometri daya aktif dan daya reaktif.

Dengan kata lain Daya Nyata (Apparent Power) adalah daya listrik yang

melalui suatu penghantar transmisi atau distribusi.

Satuan daya nyata adalah VA, untuk daya nyata pada sistem 1 phasa

S = Vp . Ip ……...........……………………..…......….(2;6)

Untuk Daya Nyata pada sistem tegangan tiga phasa, adalah :


14

S = √3 VL . IL (VA) ......................…………......…..(2;7)

Dimana :

S = Daya Nyata (VA)

VL = Tegangan Listrik (volt)

IL = Arus Listrik (ampere)

2.1.5 Segitiga Daya

Segitiga daya merupakan segitiga yang menggambarkan hubungan

matematis antara tipe daya yang berbeda (Apparent Power, Active Power, dan

Reaktive Power) berdasarkan prinsip Trigonometri.

Hubungan ketiga daya tersebut dapat dijelaskan melalui segitiga daya

seperti pada gambar 2.2 berikut :

S = V . I (kVA)

Q = V.I Sin φ (kVAR)

P = V . I Cos φ (kW)

Gambar 2.2. Penjumlahan Trigonometri daya aktif, daya reaktif dan daya semu

Dimana :
S = P + jQ mempunyai nilai/ besar dan sudut

S = S∠

S = ²+ ² ∠ ……......………………….......……….(2;8)
15

Untuk mendapatkan daya satu phasa, maka dapat diturunkan persamaannya

seperti dibawah ini :

S = P + JQ ……………………………….......……..(2;9)

Dari gambar 2.2 terlihat bahwa :

P = V. I . Cos φ………………………….......………(2;10)

Q = V .I. Sin φ…………………….......…………….(2;11)

P = ……………….…….......……….…….(2;12)

Q = .....……………..……………........…..(2;13)

Diagram daya dari hubungan antara ketiga daya tersebut digambarkan sebagai

berikut :

VAR ( Kapasitif )

S (VA)

Q (VAR)

φ
watt
P (watt)

VAR ( Induktif )

Gambar 2.3 Diagram Daya


16

2.2 Sifat Beban Listrik

Dalam suatu rangkaian listrik kita kenal sumber dan beban, bila sumber

listrik DC, maka sifat beban hanya bersifat resistif murni, karena frekuensi

sumber DC adalah nol. Reaktansi Induktansi (XL) akan menjadi nol yang

berarti bahwa induktor tersebut akan short circuit. Sedangkan Reaktansi

kapasitif (Xc) akan menjadi tak terhingga yang berarti bahwa kapasitif tersebut

akan open circuit. Jadi sumber DC akan mengakibatkan beban induktif dan

beban kapasitif tidak akan berpengaruh pada rangkaian.

Untuk sistem listrik menggunakan sumber tegangan berbentuk sinusoidal

murni (AC) dan beban linier, yaitu beban yang menghasilkan bentuk arus sama

dengan bentuk tegangan. Pada kasus sumber tegangan berbentuk sinusoidal

murni, beban linier mengakibatkan arus yang mengalir pada jaringan berbentuk

sinusoidal murni. Menurut BL Theraja, A Text Book Of Electrical Technology

hal 330-335 bab 12-28. ~ 12-32, beban linier dapat diklasifikasikan menjadi 3

macam sebagai berikut :

2.2.1 Beban Resistif

Beban resisitf yang merupakan suatu resistor murni, contoh : Lampu

pijar, pemanas, dinyatakan dengan tegangan dan arus yang sefasa. Disini

beban (resistor) ini hanya menyerap daya aktif dan tidak menyerap daya

reaktif sama sekali.


17

Sebuah rangkaian beban resistor murni digambarkan sebagai berikut

VR
i

VR

~
v = Vm sin ωt

Gambar 2.4 Beban Resistif Murni

Dari gambar terserbut diatas dapat dijelaskan bahwa ketika sebuah

tegangan ( V ) dinyatakan dengan :

V = Vm sin ωt

V = I. R

maka arus ( i ) yang melalui rangkaian tersebut diatas dinyatakan dengan :

i = Im sin ωt

Im =

Ketika beban resistif murni dinyatakan dalam Tegangan dan Arus yang

sefasa, maka karakteristik beban dan vektorial arus dan tegangan ditunjukkan

pada gambar 2.5 dibawah ini :


18

Tegangan (v)

i v

Arus (i)

a). Karakeristik beban Resistif b) Vektor arus (i) dan Tegangan (v)
pada beban resistif

Gambar 2.5 Arus dan Tegangan pada Beban Resistif

2.2.2 Beban Induktif

Beban Induktif, dinyatakan dengan arus yang tertinggal terhadap tegangan

sebesar 90° (Lagging). Dalam sebuah rangkaian dengan beban induktif

murni, jika diberikan tegangan sebesar v = Vm sin ωt maka arus ( i ) yang

melalui rangkaian :

i = Im sin ( ωt - π/2 )

dimana Im =

dan ωL = Reaktansi yang ditimbulkan oleh coil/ lilitan

Disini ωL adalah bagian dari resistansi yang disebut raktansi (Induktif) yang

dinyatakan dengan ‘Ohm’. Sedangkan ‘ L ‘ dinyatakan dengan Henry dan ω

dalam radian/detik. Untuk menghitung reaktansi induktif XL digunakan

persamaan sebagai berikut :

XL = ωL = 2 fL ……………………………(2;14)
19

Rangkaian sederhana beban induktif murni, ditunjukkan dalam gambar 2.6

berikut ini :

L
i

~
V = Vm sin ωt
Gambar 2.6. Rangkaian Beban Induktif

Ketika beban Induktif murni dinyatakan dalam Arus yang tertinggal dari

Tegangan sebesar 90 o, maka karakteristik beban ditunjukkan pada gambar 2.7

dibawah ini :

a). Karakeristik beban induktif b) Vektor arus (i) dan Tegangan (v)
pada beban Induktif

Gambar 2.7 Arus dan Tegangan pada Beban Induktif


20

2.2.3 Beban Kapasitif

Beban kapasitif adalah beban yang mengandung suatu rangkaian kapasitor,

dimana arus mendahului terhadap tegangan sebesar 90° (Leading).

Beban ini menyerap daya aktif (kW) dan mengeluarkan daya reaktif

(kVAR). Rangkaian sederhana beban Kapasitif murni,ditunjukkan dalam

gambar 2.8 berikut ini

~
V = Vm sin ωt

Gambar 2.8. Rangkaian Beban Kapasitif

Jika tegangan v = Vm sin ωt maka arus ( i ) dinyatakan

i = Im sin (ωt + π/2)

Dimana Im = dan = reaktansi


/

Disini ωC adalah bagian dari resistansi yang disebut raktansi (Kapasitif)

yang dinyatakan dengan ‘Ohm’. Sedangkan ‘ C ‘ dinyatakan dengan Farad dan

ω dalam radian/detik.
21

Karakterisitik beban Kapasitif, dimana Arus mendahului tegangan

(Leading) digambarkan sebagai berikut :

a). Karakeristik beban Kapsitif b) Vektor arus (i) dan Tegangan (v)
pada beban Kapasitif

Gambar 2.9 Arus Tegangan pada beban kapasitif

2.3 Faktor Daya

2.3.1. Pengertian Faktor Daya

Faktor daya (Cos φ) dapat didefiniskan sebagai rasio/ perbandingan antara

daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam circuit AC atau

beda sudut fasa antara V dan I yang biasanya dinyatakan dalam Cos φ

( )
Faktor Daya =
( )

=
.

= Cos φ
22

Faktor daya bisa dikatakan sebagai besaran yang menunjukkan seberapa

efisien jaringan yang kita miliki dalam menyalurkan daya yang bisa kita

manfaatkan. Faktor daya yang bagus apabila bernilai mendekati 1, sebaliknya

semakin rendah faktor daya ( mendekati 0) maka semakin sedikit daya yang

bisa kita manfaatkan dari sejumlah daya nyata yang sama.

( )
Tan φ =
( )

Karena komponen daya aktif umumnya konstan , komponen kVA dan kVAR

berubah sesuai dengan faktor daya), maka dapat ditulis seperti berikut :

Daya Reaktif (Q) = Daya Aktif (P) x Tan φ ............................(2;15)

Untuk memperbaiki faktor daya sebagai berikut :

Daya Reaktif pada pf awal = Daya Aktif (P) x Tan φ1

Daya Reaktif pada pf diperbaiki = Daya Aktif (P) x Tan φ2

Sehingga rating kapasitor yang diperlukan :

Daya Reaktif (kVAR) = Daya Aktif (kW) x (Tan φ1 – Tan φ2)

Qc = P . [ Tan 1 - Tan 2 ]…………….....……….(2;16)

Faktor daya juga menunjukkan besar pemanfaatan dari peralatan listrik di

jaringan terhadap investasi yang dibayarkan. Sebagaimana kita tahu semua

peralatan listrik memiliki kapasitas maksimum penyaluran arus, apabila faktor

daya rendah maka walaupun arus yang mengalir di jaringan sudah maksimum
23

namun kenyataannya hanya porsi kecil saja yang bermanfaat bagi pemilik

jaringan

Baik penyedia layanan maupun konsumen berupaya untuk membuat

jaringannya memiliki faktor daya yang bagus. Bagi penyedia layanan, jaringan

dengan faktor daya yang jelek mengakibatkan dia harus menghasilkan daya

yang lebih besar untuk memenuhi daya aktif yang diminta oleh para

konsumen. Pada konsumen skala besar atau industri, faktor daya yang baik

menjadi keharusan karena beberapa penyedia layanan kadang membebankan

pemakaian daya aktif dan daya reaktif, tentu saja konsumen merasa berat

untuk membayar mahal untuk daya yang “tidak bermanfaat” bagi mereka.

2.3.2. Faktor Daya Terdahulu ( Leading )

Faktor daya leading atau lagging akan tergantung kepada macam

bebannya. Dimana tegangan diambil sebagai referensi untuk menentukan

keadaan leading atau lagging,

Faktor daya dikatakan leading jika arus mendahului tegangan sebesar φ°.

Faktor daya menyerap daya reaktif (kW) dan memberikan daya reaktif

(kVAR).

S = Daya Nyata Q = Daya Reaktif

P = Daya Aktif

Gambar 2.10 Vektor Arus dan Tegangan Pada Faktor daya leading
24

2.3.3. Faktor Daya Terbelakang ( Lagging )

Keadaan lagging adalah keadaan dimana arus tertinggal terhadap tegangan

Gambar 2.11. Menggambarkan diagram vektor arus dan tegangan pada faktor

daya lagging. Faktor daya terbelakang (Lagging) terjadi bila beban

memerlukan atau menyerap daya reaktif dari jaringan. Motor induksi juga

mempunyai faktor daya terbelakang karena memerlukan arus reaktif dari

jaringan atau sumber

P = Daya Aktif
φ

S = Daya Nyata Q = Daya Reaktif

Gambar 2.11 Vektor arus dan tegangan pada beban Induktif (lagging)

2.3.4. Penyebab Rendahnya Faktor Daya

Faktor daya yang rendah dihasilkan oleh peralatan seperti motor induksi,

terutama pada beban rendah, unit-unit balas lampu yang memerlukan arus

magnetisasi reaktif. Alat-alat las busur listrik juga mempunyai faktor daya

yang rendah. Medan magnet dari peralatan seperti ini memerlukan arus yang

melakukan kerja yang bermanfaat dan tidak mengakibatkan panas atau daya

mekanis, tetapi yang diperlukan hanyalah untuk membangkitkan medan.

Faktor daya sangat mempengaruhi besar kecilnya komponen arus reaktif,

sehingga daya tersebut tentu akan mempengaruhi jatuh tegangan. Dengan


25

faktor daya rendah, maka akan sulit untuk mendapatkan kestabilan tegangan

sisi beban, dengan kata lain akan menyebabkan jatuh tegangan pada sisi

penerima. Sedangkan faktor daya yang tinggi akan memperbaiki nlai

komponen reaktif sehingga jatuh tegangan dapat diminimalisir.

Ada beberapa penyebab rendahnya faktor daya, diantaranya penggunaan

beban induktif berupa :

1) Pemakaian motor induksi

Faktor daya pada motor induksi bervariasi, terantung pada

pembebanannya. Untuk motor induksi tana beban atau dengan beban

ringan menunjukkan faktor daya yang rendah

2) Transformator

Faktor daya pada transformator sangat bervariasi sebagai fungsi dari

beban. Transformator tanpa beban akan sangat induktif dan

menunjukan faktor daya yang rendah

3) Peralatan lain, yang memerlukan daya reaktif seperti generator induksi

2.3.5. Akibat rendahnya faktor daya

1. Arus yang mengalir akan lebih besar, pada daya yang sama sehingga

memerlukan penghantar (kabel) yang lebih besar. Dengan demikian

biaya/ investasi yang dikeluarkan akan lebih besar

2. Pada busbar dan switching, bertambahnya arus akan membutuhkan

penampang busbar serta kapasitas switch yang lebih besar


26

3. Arus yang besar mengakibatkan umur pemakaian peralatan semakin

pendek

4. Menurunnya kapasitas daya nyata (kVA) transformer

5. Arus yang mengalir pada saluran semakin besar sehingga terjadi jatuh

tegangan (drop voltage, ΔV) yang besar. Hal ini menyebabkan beban

serta peralatan lainnya bekerja dibawah tegangan nominal

6. Daya yang terpakai (daya aktif) yang dipergunakan semakin kecil,

dengan demikian efisiensi sistem semakin rendah.

7. Untuk menghindari kerugian-kerugian tersebut diatas, menjadi sangat

penting untuk memperbaiki/ menaikkan faktor daya

2.3.6 Keuntungan Perbaikan Faktor daya

Seperti pada bahasan terdahulu Faktor Daya/ faktor kerja

menggambarkan sudut phasa antara daya aktif dan daya reaktif. Beberapa

keuntungan dilakukan perbaikan faktor daya adalah :

1. Untuk mengurangi arus beban yang tinggi karena adanya faktor daya

yang rendah , sehingga penampang dan pengaman yang dipasang relatif

lebih kecil dan lebih ekonomis

2. Untuk memaksimalkan pemakaian daya yang terpasang dari PLN (VA)

3. Pada skala besar (Industri) dapat mengurangi cost akibat denda dari

kVRH yang digunakan


27

4. Memperbaiki daya yang disalurkan oleh PLN karena daya reaktifnya

kecil

5. Mengurangi besarnya tegangan jatuh yang biasa disebabkan pada saat

transmisi daya

Jika power factor lebih kecil dari 0.85 maka kapasitas daya aktif (kW)

yang digunakan akan berkurang. Kapasitas ini akan terus menurun seiring

dengan menurunnya power factor sistem kelistrikan. Denda atau biaya

kelebihan daya reaktif dikenakan apabila jumlah pemakaian kVARH yang

tercatat dalam sebulan.

2.4 Kapasitor

2.4.1 Teori dasar

Kapasitor adalah komponen listrik pasif yang bersifat menyimpan muatan

listrik dan dilambangkan dengan huruf ‘C ‘. Ditemukan oleh Michael Faraday

pada tahun (1791 – 1867 ). Satuan kapasitor disebut farad ( F ) atau 1 farad setara

dengan 9 x 1011 cm², yang artinya luas permukaan kepingan tersebut.

Dielektrik

Electroda Electroda

Gambar 2.12 Prinsip Dasar kapasitor


28

Seperti terlihat pada gambar diatas, struktur dasar sebuah kapasitor terdiri dari

dua pelat yang dipisahkan oleh bahan isolasi/ dielektrik, biasanya digunakan kertas

diimpregnasi dengan minyak sedangkan konduktornya digunakan aluminium atau

semprotan logam.

2.4.2. Kapasitansi

Kapasitansi didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor untuk

dapat menampung muatan electron. coulomb pada abad ke-18 menghitung bahwa

1 coulombs = 6.25 x 1018. Kemudian Michael Faraday menyatakan bahwa sebuah

kapasitor akan memiliki kapasitansi sebesar 1 farad jika dengan tegangan 1 volt

dapat memuat elektron sebanyak 1 coulombs, besar kapasitansinya dinyatakan

dengan besarnya muatan yang disimpan dibagi tegangan yang diterapkan pada

kapasitor tersebut

Dengan rumus dapat ditulis :

C=

V = E.d

Dimana :

C = Kapsitansi kapasitor (farad)

Q = Muatan yang tersimpan pada kapasitor ( coulomb )

E = Kuat Medan listrik (Volt/meter)

V = Tegangan pada terminal kapasitor (volt)

d = adalah jarak antar pelat kapasitor


29

2.4.3 Proses Kerja Kapasitor

Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan

oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal

misalnya udara vakum, keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal

diberi tegangan arus searah, maka muatan-muatan positif akan mengumpul

pada salah satu kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang sama muatan-

muatan negatif terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak

dapat mengalir menuju ujung kutub negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak

bisa menuju ke ujung kutub positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang

non-konduktif. Muatan elektrik ini tersimpan selama tidak ada konduksi pada

ujung-ujung kakinya.

Namun bila kapasitor diberi tegangan arus bolak-balik/ AC, maka elektron

akan mengalir masuk ke kapasitor. Muatan elektron yang terkumpul diantara

konduktornya tidak akan pernah mencapai keseimbangan. Artinya belum

sampai terisi penuh muatannya harus dilepaskan kembali sehingga arus akan

selalu mengalir dalam rangkaian yang memerlukannya dengan demikian pada

saat itu kapasitor membangkitkan daya reaktif. Semakin tinggi frekuensinya

makin sedikit muatan yang terisi dalam kapasitor sehingga maki kecil pula

hambatan terhadap arus yang mengalir.

2.4.4 Reaktansi kapasitif (Tahanan Kapasitif)

Reaktansi merupakan tahanan yang bersifat reaksi terhadap perubahan

tegangan atau perubahan arus. Dimana nilai tahanannya berubah sehubungan

dengan perbedaan fase dari tegangan dan arus.


30

Reaktansi kapasitif dinotasikan dengan XC didefinisikan sebagai sebuah

tahanan yang bersifat reaksi pada sebuah kapasitor jika dihubungkan dengan

arus bolak-balik/ AC seperti pada gambar berikut

Xc

C
Ic
E

Gambar 2.13 Rangkaian kapasitor sederhana

Reaktansi kapasitif (XC ), secara matematis dinyatakan :

XC = ……………………………(2;17)

Dimana :

Xc = reaktansi kapasitif (Ohm)

f = frekuensi system (Hz)

C = Nilai kapasitasni (farad)

Besarnya nilai raktansi kapasitif tersebut tergantung dari besarnya nilai

kapasitansi sebuah kapasitor ( F ) dan frekuensi (Hz) arus bolak-balik. Gambar

2.14 berikut memperlihatkan hubungan antara reaktansi kapasitif terhadap

frekuensi ( Hz) :
31

XC

C = Konstan

HZ

Gambar 2.14 Hubungan reaktansi kapasitif terhadap frekuensi

Besarnya raktansi kapasitif berbanding terbalik dengan perubahan

frekuensi dan kapasitansi suatu kapasitor, semakin kecil frekuensi dan nilai

kapasitansi sebuah kapasitor, maka semakin besar nilai reaktansi kapasitif (XC)

pada sebuah kapasitor.

2.4.4 Energi pada kapasitor

Muatan listrik menimbulkan potensial listrik dan untuk memindahkannya

diperlukan usaha. Untuk memberi muatan pada suatu kapasitor diperlukan

usaha listrik, dan usaha listrik ini disimpan di dalam kapasitor sebagai energi.

Pemberian muatan dimulai dari nol sampai dengan q coulomb.

Persamaan Energi pada kapasitor dapat ditulis :

W cap = ½CV² ( joule )


32

2.5 Arus dan Daya Kapasitor

2.5.1 Arus Pada kapasitor

Arus pada kapasitor selalu bersifat mendahului/ leading sebesar 90 °.

Perbedaan sudut phasa antara arus ( I ) dan tegangan ( V ) pada kapasitor

sebesar - 90° berada pada kuadran 4. Gambar 2.15 memperlihatkan hubungan

antara arus dan tegangan pada kapasitor

= 90°
v

Gambar 2.15 Hubungan arus dan tegangan pada kapasitor

Untuk sistem tiga Phasa persamaannya :

²
Xc = (ohm) .........................................................(2;18)

C = (farad) ..................................................(2;19)

Ic = ( A) ...........................................................(2;20)
√ .
33

Dimana :

Xc = reaktansi kapasitif kapasitor bank (ohm)

Qc = Daya reaktif kapasitif kapasitor bank (kVAr)

Ic Arus pada kapasitor bank (A)

C = kapasitansi kapasitor bank (farad)

2.5.2 Daya pada kapasitor

Daya pada kapasitor bersifat reaktif kapasitif ( Qc )

Qc = Vc . Ic ( VAR )

S = ² + ² ( VA )

Tan φ =

Sifat ini akan berlawanan dengan reaktif induktif dan akan

menghilangkan/ mengkompenisir jika terpasang secara seri atau paralel.

P = S Cos φ ( watt )

Q = S Sin φ ( VAR )

S = P + jQ = ² + ² ( VA )

Cos φ = Sin φ = Tan φ =


34

2.6 Jenis Rangkaian Kapasitor

Fungsi utama dari pemakaian kapasitor seri maupun kapasitor shunt adalah

untuk mengatur tegangan dan aliran daya reaktif dimana kapasitor tersebut

dipasang. Berikut jenis pemasangan kapasitor shunt :

2.6.1 Kapasitor Hubung Delta

Kapasitor hubung delta pada jaringan digambarkan berikut :

R
S V
T

I1

IC IC

IC
Gambar 2.16 Kapasitor hubung delta

Impedansi dan kapasitansi dari kapasitor shunt dapat dihitung dengan

rumus sebagai berikut :

Z =

I1 = √3 . IC

Ic = 2πfC.V
35

Atau I1 = √3. 2πfC.V .............................................(2;21)

Qc = √3. √3. πfC.V.V.2

Qc = 6πfcV²

CΔ = ...............................................( 2;22 )
²

Dimana :

Z = Impedansi Kapasitor

Ic = Arus kapasitor

Qc = Daya reaktif kapasitor

CΔ = Kapasitansi kapasitor hubung delta

2.6.2 Kapasitor Hubung Bintang

Kapasitor dihubung bintang pada jaringan seperti gambar berikut :

R
S V
T

I1 = IC

IC

IC IC

Gambar 2.17 Kapasitor Hubung bintang


36

Jika kapasitor tersebut dihubung bintang, maka tegangan dari kapasitor


tersebut adalah :

Tegangan jala-jala =

V = √3 . Vph

Maka kapasitansi kapasitor tersebut dapat ditientukan malaui persamaan :

QC = √3 . IC. V

( )

IC = dimana XC =

( )

Ic = =
( ) √

. . .√
Qc =

Qc = 2πfCyV² ......................................................(2;23 )

Sehingga :

CY =
²

Dimana : Vph = Tegangan tiap phasa

Cy = Kapasitansi kapasitor hubung bintang

2.7 Capacitor Bank

Capasitor bank disebut juga kapasitor daya karena digunakan untuk daya yang

besar, pemasangan kapasitor bank dimaksudkan untuk memperbaiki faktor daya.

Kebutuhan kompensasi daya reaktif (Qc) yang dibutuhkan untuk mencapai power

factor/ factor daya dapat dihitung berdasarkan formula ( 2;16) :


37

Qc (kVAR) = P. ( tan φ1 - tan φ2)


Dimana :
Qc = Kompensasi reactive power yang dibutuhkan (kVAR)

P = Active Power (kW)

φ1 = Daya reaktif pada Power Factor (pf ) awal

φ2 = Daya reaktif pada Power Factor (pf) diperbaiki

kVAR kVAR

P P
kW kW
φ1 φ2
φ1
φ Total = φ2 - φ1

Q Q

φ1 = Daya reaktif pf awal φ2 = daya reaktif pf diperbaiki

a. Sebelum Pemasangan Kapasitor Bank b. Sesudah Pemasangan Kapasitor Bank


Gambar 2.18. Segitiga Daya Kompensasi kVAR

You might also like