You are on page 1of 26

GANGGUAN MENTAL ORGANIK

Gangguan otak organik didefinisikan sebagai gangguan dimana terdapat


suatu patologi yang dapat diidentifikasi (contohnya tumor otak. penyakit
cerebrovaskuler,intoksifikasi obat).1,2,3 Sedangkan gangguan fungsional adalah
gangguan otak dimana tidak ada dasar organik yang dapat diterima secara umum
(contohnya Skizofrenia. Depresi) Dari sejarahnya, bidang neurologi telah
dihubungkan dengan pengobatan gangguan yang disebut organik dan Psikiatri
dihubungkan dengan pengobatan gangguan yang disebut fungsional.1 Didalam
DSM IV diputusakan bahwa perbedaan lama antara gangguan organik dan
fungsional telah ketinggalan jaman dan dikeluarkan dari tata nama. Bagian yang
disebut “Gangguan Mental Organik” dalam DSM III-R sekarang disebut sebagai
Delirium, Demensia, Gangguan Amnestik Gangguan Kognitif lain, dan Gangguan
Mental karena suatu kondisi medis umum yang tidak dapat diklasifikasikan di
tempatlain.1
Menurut PPDGJ III gangguan mental organik meliputi berbagai gangguan
jiwa yang dikelompokkan atas dasar penyebab yang lama dan dapat dibuktikan
adanya penyakit, cedera atau ruda paksa otak, yang berakibat disfungsi otak,
disfungsi ini dapat primer seperti pada penyakit, cedera, dan ruda paksa yang
langsung atau diduga mengenai otak, atau sekunder, seperti pada gangguan dan
penyakit sistemik yang menyerang otak sebagai salah satu dari beberapa organ atau
sistem tubuh.4 PPDGJ II membedakan antara Sindroma Otak Organik dengan
Gangguan Mental Organik. Sindrom Otak Organik dipakai untuk menyatakan
sindrom (gejala) psikologik atau perilaku tanpa kaitan dengan etiologi. Gangguan
Mental Organik dipakai untuk Sindrom Otak Organik yang etiolognnya (diduga)
jelas Sindrom Otak Organik dikatakan akut atau menahun berdasarkan dapat atau
tidak dapat kembalinya (reversibilitas) gangguan jaringan otak atau Sindrom Otak
Organik itu dan akan berdasarkan penyebabnya, permulaan gejala atau lamanya
penyakit yang menyebabkannya. Gejala utama Sindrom Otak Organik akut ialah
kesadaran yang menurun (delirium )dan sesudahnya terdapat amnesia, pada
Sindrom Otak Organik menahun (kronik) ialah demensia.2,4

1
2
PERBANDINGAN PENGGOLONGAN DIAGNOSIS
GANGGUAN MENTAL ORGANIK

Menurut PPDGJ III, klasifikasi gangguan mental organik adalah sebagai berikut :
1. Demensia pada penyakit Alzheimer
1.1 Demensia pada penyakit Alzheimer dengan onset dini
1.2 Demensia pada penvakit Alzheimer dengan onset lambat.
1.3 Demensia pada penyakit Alzheimer, tipe tak khas atau tipe campuran.
1.4 Demensia pada penyakit Alzheimer Yang tidak tergolongkan ( YTT).
2. Demensia Vaskular
2.1 Demensia Vaskular onset akut.
2.2 Demensia multi-infark
2.3 Demensia Vaskular subkortikal.
2.4 Demensia Vaskular campuran kortikal dan subkortikal
2.5 Demensia Vaskular lainnya
2.6 Demensia Vaskular YTT
3. Demensia pada penyakit lain yang diklasifikasikan di tempat lain (YDK)
3.1 Demensia pada penyakit Pick.
3.2 Demensia pada penyakit Creutzfeldt – Jakob.
3.3 Demensia pada penyakit huntington.
3.4 Demensia pada penyakit Parkinson.
3.5 Demensia pada penyakit human immunodeciency virus (HIV).
3.6 Demensia pada penyakit lain yang ditentukan (YDT) dan YDK
4. Demensia YTT.

Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan demensia pada 1-4


sebagai berikut :
1. Tanpa gejala tambahan.
2. Gejala lain, terutama waham.
3. Gejala lain, terutama halusinasi
4. Gejala lain, terutama depresi
5. Gejala campuran lain.
5. Sindrom amnestik organik bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya

3
6. Delirium bukan akibat alkohol dan psikoaktif lain nya
6.1 Delirium, tak bertumpang tindih dengan demensia
6.2 Delirium, bertumpang tindih dengan demensia
6.3 Delirium lainya.
6.4 DeliriumYTT.
7. Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik.
7.1 Halusinosis organik.
7.2 Gangguan katatonik organik.
7.3 Gangguan waham organik (lir-skizofrenia)
7.4 Gangguan suasana perasaan (mood, afektif) organik.
7.4.1 Gangguan manik organik.
7.4.2 Gangguan bipolar organik.
7.4.3 Gangguan depresif organik.
7.4.4 Gangguan afektif organik campuran.
7.5 Gangguan anxietas organik
7.6 Gangguan disosiatif organik.
7.7 Gangguan astenik organik.
7.8 Gangguan kopnitif ringan.
7.9 Gangguan mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik lain YDT.
7.10 Gangguan mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik YTT.
8. Gangguan keperibadian dan prilaku akibat penyakit, kerusakan dan fungsi otak
8.1 Gangguan keperibadian organik
8.2 Sindrom pasca-ensefalitis
8.3 Sindrom pasca-kontusio
8.4 Gangguan kepribadian dan perilaku organik akibat penyakit, kerusakan dan
disfungsi otak lainnya.
8.5 Gangguan kepribadian dan perilaku organik akibat penyakit, kerusakan dan
disfungsi otak YTT.
9. Gangguan mental organik atau simtomatik YTT

4
DELIRIUM
Tanda utama dari delirium adalah suatu gangguan kesadaran, biasanya
terlihat bersamaan dengan gangguan fungsi kognitif secara global. Kelainan mood,
persepsi, dan perilaku adalah gejala psikiatrik yang umum. Tremor, asteriksis,
nistagmus, inkoordinasi dan inkontinensia urine merupakan gejala neurologis yang
umum. Biasanya, delirium mempunyai onset yang mendadak (bebrapa jam atau
hari), perjalanan yang singkat dan berfluktuasi, dan perbaikan yang cepat jika factor
penyebab diidentifikasi dan dihilangkan. Tetapi, masing-masing dari ciri
karakteristikk tersebut dapat bervariasi pada pasien individual. Delirium
merupakan suatu sindrom, bukan suatu penyakit. Delirium diketahui mempunyai
banyak sebab, semuanya menyebabkan pola gejala yang sama yang berhubungan
dengan tingkat kesadaran pasien dan gangguan kognitif. Sebagian besar penyebab
delirium terletak di luar system saraf pusat- sebagian contoh, gagal ginjal atau hati.
1,6

Delirium tetap merupakn gangguan klinis yang kurang dikenali dan kurang
didiagnosis. Bagian dari masalah adalah bahwa sindrom disebut dengan berbagai
nama lain- sebagai contoh, keadaan konfusional akut, sindrom otak akut,
ensefalopati metabolis, psikosis toksis, dan gagal otak akut. 1,6
Kepentingan untuk mengenali delirium adalah (1) kebutuhan klinis untuk
mengidentifiaksi dan mengobati penyebab dasar dan (2) kebutuhan untuk
mencegah perkembangan komplikasi yang berhubungan dengan delirium.
Komplikasi tersebut adalah cedera kecelakaan karena kesadaran pasien yang
berkabut atau gangguan koordinasi atau penggunaan pengekangan yang tidak di
perlukan. Kekacauan rutin bangsal adalah merupakan masalah yang terutama
mengganggu pada unit nonpsikiatrik, seperti pada unit perawatan intensif dan
bangsal medis dan bedah umum.
Epidemiologi
Delirium adalah gangguan yang umum. Usia lanjut adalah factor risiko
untuk perkembangan delirium. Kira-kira 30 sampai 40 persen pasien rawat di
rumah sakit yang berusia lebih dari 65 tahun mempunyai suatu episode delirium.
Faktor predisposisi lainnya untuk perkembangan delirium adalah usia muda, cedera
otak yang telah ada sebelumnya, riwayat delirium, ketergantungan alcohol,

5
diabetes, kanker, gangguan sensoris dan malnutrisi. Adanya delirium merupakan
tanda prognostic yang buruk. 1,6
Penyebab
Penyebab utama dari delirium adalah penyakit sitem saraf pusat dan
intoksikasi maupun putus dari agen farmakologis atau toksik. Neurotransmitter
utama yang dihipotesiskan berperan pada delirium adalah asetilkolin, dan daerah
neuroanatomis utama adalah formasio retikularis. Beberapa jenis penelitian telah
melaporkan bahwa berbagai factor yang menginduksi delirium menyebabkan
penurunan aktifitas asetilkolin di otak. Juga, satu penyebab delirium yang paling
sering adalah toksisitas dari banyak sekali medikasi yang diresepkan yang
mempunyai aktivitas kolinergik. Formasi retikularis batang otak adalah daerah
utama yang mengatur perhatian dan kesadaran, dan jalur utama yang berperan
dalam delirium adalah jalur tegmental dorsalis, yang keluar dari formasi retikularis
mesensefalik ke tektum dan thalamus. Mekanisme patologi lain telah diajukan
untuk delirium. Khususnya, delirium yang berhubungan dengan putus alcohol telah
dihubungkan dengan hiperaktivitas lokus sereleus dan neuron nonadrenergiknya.
Neurotransmiter lain yang berperan adalah serotonin dan glutamate. 1,6
Penyebab Delirium:
Penyakit intrakranial
1. Epilepsi atau keadaan pasca kejang
2. Trauma otak (terutama gegar otak)
3. Infeksi (meningitis.ensetalitis).
4. Neoplasma.
5. Gangguan vaskular
Penyebab ekstrakranial
1. Obat-obatan (di telan atau putus),
Obat antikolinergik, Antikonvulsan, Obat antihipertensi, Obat antiparkinson. Obat
antipsikotik, Cimetidine, Klonidine. Disulfiram, Insulin, Opiat, Fensiklidine,
Fenitoin, Ranitidin, Sedatif(termasuk alkohol) dan hipnotik, Steroid.
2. Racun
Karbon monoksida, Logam berat dan racun industri lain.
3. Disfungsi endokrin (hipofungsi atau hiperfungsi)
Hipofisis, Pankreas, Adrenal, Paratiroid, tiroid
4. Penyakit organ nonendokrin.
6
Hati (ensefalopati hepatik), Ginjal dan saluran kemih (ensefalopati uremik), Paru-
paru (narkosis karbon dioksida, hipoksia), Sistem kardiovaskular (gagal jantung,
aritmia, hipotensi).
5. Penyakit defisiensi (defisiensi tiamin, asam nikotinik, B12 atau asam folat)
6. Infeksi sistemik dengan demam dan sepsis.
7. Ketidakseimbangan elektrolit dengan penyebab apapun
8. Keadaan pasca operatif
9. Trauma (kepala atau seluruh tubuh)
10. Karbohidrat: hipoglikemi.1,3,4
Gambaran Klinis
Gambaran kunci dari delirium adalah suatu gangguan kesadaran, keadaan
delirium mungkin didahului selama beberapa hari oleh perkembangan kecemasan,
mengantuk, insomnia, halusinasi transien, mimpi menakutkan di malam hari, dan
kegelisahan. Selain itu. Pasien yang pernah mengalami episode rekuren di bawah
kondisi yang sama. 1,6
1. Kesadaran (Arousal)
Dua pola umum kelainan kesadaran telah ditemukan pada pasien dengan
delirium. Satu pola ditandai oleh hiperaktivitas yang berhubungan dengan
peningkatan kesiagaan. Pola lain ditandai oleh penurunan kesiagaan. Pasien dengan
delirium yang berhubungan dengan putus zat sering kali mempunyai delirium yang
hiperaktif, yang juga dapat disertai dengan tanda otonomik, seperti kemerahan,
kulit pucat, berkeringat, takikardia, pupil berdilatasi, mual muntah dan hipertermia.
Pasien dengan gejala hipoaktif kadang-kadang diklasifikasikan sebagai depresi,
katatonik, atau mengalami demensia. Pasien dengan pola gejala campuran
hipoaktivitas dan hiperaktivitas juga ditemukan dalam klinis. 1,6
2. Orientasi
Terhadap waktu, tempat, dan orang harus diuji pada pasien dengan delirium.
Orientasi terhadap waktu seringkali hilang, bahkan pada kasus delirium yang
ringan. Orientasi terhadap tempat dan kemampuan untuk mengenali orang lain
mungkin juga terganggu pada kasus yang berat. Pasein delirium jarang kehilangan
orientasi terhadap dirinya sendiri. 1,6
3. Bahasa dan kognisi

7
Pasien dengan delirium sering kali mempunyai kelainan dalam bahasa.
Kelainan dapat berupa bicara yang ngelantur, tidak relevan, atau membingungkan
(inkoheren) dan gangguan untuk mengerti pembicaraan. 1,6
Fungsi kognitif lainnya yang mungkin terganggu pada pasien delirium adah
fungsi ingatan dan kognitif umum. Kemampuan untuk menyusun,
mempertahankan, dan mengingat kenangan mungkin terganggu, walaupun ingatan
kenangan yang jauh mungkin dipertahankan. Di samping penurunan kognitif yang
dramatis, sebagai suatu gejala ipoaktif delirium yang karakteristik. Psien delirium
juga mempunyai gangguan kemampuan memecahkan masalah dan mungkin
mempunyai waham yang tidak sistematik, kadang paranoid. 1,6
4. Persepsi
Pasien dengan delirium seringkali mempunyai ketidakmampuan umum
untuk membedakan stimuli sensorik dan untuk mengintegrasikan persepsi sekarang
dengan pengalaman masa lalu mereka, akibatnya pasien sering kali tertarik oleh
stimuli yang yang tidak relevan atau menjadi teragitasi jika dihadapkan denga
informasi baru. Halusinasi juga relative sering pada pasen delirium. Halusinansi
yang paling sering adalah visual dan auditoris, walaupun halusinansi dapat juga
taktil atau olfaktoris. Halusinasi visual dapat terentang dari gambar geometric
sederhana atau pola berwarna orang yang berbentuk lengkap dengan pemandangan.
Ilusi visual dan auditoris adalah sering pada delirium. 1,6
5. Mood
Pasien dengan delirium juga mempunyai kelainan dalam pengaturan mood.
Gejala yang paling sering adalah kemarahan, kegusaran, dan rasa takut yang tidak
beralasan. Kelainan mood lain yang sering ditemukan pada pasien delirium adalah
apati, depresi, dan euphoria. Beberapa pasien dengan cepat berpindah di antara
emosi tersebut dalam perjalanan sehari. 1,6
Gejala Penyerta
Gangguan bangun tidur. Tidur pada pasien delirium secara karakteristik
adalah terganggu. Pasien sering kali mengantuk selama siang hari dan dapat
ditemukan tertidur sekejap. Tetapi tidur pada pasien delirium hampir selalu singkat
dan terputus-putus. Sering kali keseluruhan siklus tidur bangun pasien dengan
delirium semata-mata terbalik. Pasien sering kali mengalami eksaserbasi gejala
delirium tepat sebelum tidur situasi klinis yang dikenal luas sebagai sundowning.

8
Kadang pasien dengan delirium mendapat mimpi buruk yang terus berlangsung ke
keadaan terjaga sebagai pengalaman halusinasi. 1,6
Gejala neurologis. Pasien dengan delirium sering kali mempunyai gejala
neurologis yang menyertai, termasuk disfasia, tremor, asteriksis, inkoordinasi dan
inkontinensia urine. Tanda neurologis fokal juga ditemukan sebagai bagian pola
gejala pasien dengan delirium. 1,6

DEMENSIA
Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi
kognitif tanpa gangguan kesadaran. Fungsi kognitif yang dapat dipengaruhi pada
demensia adalah inteligensia umum, belajar, dan ingatan, bahasa, memecahkan
masalah, orientasi, persepsi, perhatian, dan konsentrasi, pertimbangan dan
kemampuan social. Kepribadian pasien juga terpengaruhi. Jika pasien memiliki
suatu gangguan kesadaran, maka pasien kemungkinan memenuhi kriteria
diagnostic untuk delirium. Butir klinis dari demensia adalah identifikasi sindrom
dan pemeriksaan klinis tentang penyebabnya. Gangguan mungkin progresif atau
statis, permanen atau reversible. Kemungkinan pemulihan demensia adalah
berhubungan dengan patologi dasar dan ketersediaan serta penerapan pengobatan
yang efektif. Diperkirakan 15 persen orang dengan demensia mempunyai penyakit-
penyakit yang reversible juka dokter memulai pengobatan tepat pada waktunya,
sebelum terjadi kerusakan yang irreversible. 1,6
Epidemiologi
Demensia sebebnarnya adalah penyakit penuaan. Kira-kira lima persen dari
semua orang yang mencapai usia 65 tahun menderita demensia tipe Alzheimer,
dibandingkan dengan 15 sampai 25% sari semua orang yang berusia 85 atau lebih.
Factor risiko untuk perkembangan demensia tipe Alzheime adalah wanita,
mempunyai sanak saudara tingkat pertama dengan gangguan tersebut. Dan
mempunyai riwayat cedera kepala. Sindrom down juga secara karakteristik
berhubungan dengan perkembangan demensia tipe Alzheimer. Tipe demensia yang
paling sering kedua adalah demensia vascular- yaitu demensia yang secara kausatif
berhubungan dengan penyakit serebrovakular. Demensia vascular berjumlah 15
sampai 30 persen dari semua kasus demensia. Demensia vaskuler paling sering
9
ditemukan pada orang berusia antara 60 sampai 70 tahun, dan lebih sering pada
laki-laki dibandingkan wanita. Hipertensi merupakan predisposisi seseorang
terhadap penyakit. Kira-kira 10 sampai 15 persen pasien menderita demensia
vascular dan demensia tipe Alzheimer yang terjadi bersama-sama. Penyebab
demensia lainnya yang sering masing-msing mencerminkan satu sampai 5 persen
kasus adalah trauma kepala, demensia yang berhubungan dengan gangguan
pergerakan. Contoh penyakit Huntington, dan penyakit Parkinson. 1,6
Penyebab
Demensia mempunyai banyak penyebab tetapi demensia tipe Alzheimer
dan demensia vascular secara bersama-sama berjumlah 75% dari semua kasus. 1,6
1. Demensia tipe Alzheimer
Diagnosis akhir penyakit alzheimer didasarkan pada pemeriksaan
neuropatologi otak, namun demikian, demensia tipe Alzheimer bisanya didiagnosis
dalam lingkungan klinis setelah penyebab demensia lainnya telah disingkirkan dari
pertimbangan diagnostic. Walaupun penyebab demensia tipe Alzheimer msih tidak
diketahui, beberapa penelitian menyatakan bahwa sebanyak 40% pasien
mempunyai riwayat keluarga menderita demensia tipe Alzheimer, jadi factor
genetic dianggap berperan sebagian dalam perkembangan gangguan dalam
sekurangnya beberapa kasus. Angka persesuaian untuk kembar monozigotikadalah
lebih tinggi dari angka untuk kembar dizigotik. Dan dalam beberapa kasus yang
telah tercatat baik, gangguan telah di transmisikan dalam keluarga melalui suatu
1,6
gen autosomal dominan, walaupun transimis tersebut adalah jarang.
Neuropatologi
Observasi makroskopis neuroanatomik klasik pada otak dari seorang psien
dengan penyakit Alzheimer adalah atrofi difus dengan pendataran sulkus kortikal
dan pembesaran ventrikel serebral. Temuan mikroskopis klasik dan patognomonik
adalah bercak-bercak senilis, kekusustan neurofibriler hilangnya neuronal dan
degenerasi granovaskular pada neuron. Kekusutan neurofibriler bercampur dengan
elemen sitoskletal lainnya juga ditemukan.1,6
Protein prekusor amiloid
Gen untuk protein prekusor amyloid adalah pada lengan panjang dari
kromosom 21.
Kelainan neurotransmitter

10
Neurotransmitter yang paling berperan yang paling berperan dalam
patologis adalah asetilkolin dan norepinephrine, keduanya dihipotesiskan menjadi
hipoaktif pada penyakit Alzheimer. Ditemukan juga penurunan konsentrasi
asetilkolin dan kolin asetil transferase di dalam otak. Kolin asetiltransferase adalah
enzim kunci untuk sintesis asetilkolin, dan penurunan konsentrasi kolin
asetiltransferase menyatakan penurunan jumlah neuron kolinergik yang ada.
Dukungan tambahan untuk hipotesis deficit kolinergik berasal dari observasi
bahwa antagonis kolinergik seperti physostigmine dan arecholine telah dilaporkan
meningkatkan kemampuan kognitif. Penurunan aktivitas norepinephrine pada
penyakit Alzheimer diperkirakan dari penurunan neuron yang mengandung
norepinephrine di dalam lokus sereleus yang telah ditemukan pada pemeriksaan
patologis otak dari pasien dengan penyakit Alzheimer. Dua neurotransmitter lain
yang berperan adalah dua peptide neuroaktif, somatostatisn da kortikotropin,
keduanya telah dilaporkan menurun pada penyakit Alzheimer. 1,6
Penyebab potensial lainnya
Teori kausatif lainnya adalah bahwa kelainan dalam pengaturan metabolism
fosfolipid membrane menyebabkan membrane yang kekurangan cairan yaitu lebih
kaku dibandingkan normal. Bebrapa peneliti telah menggunakan pencitraan
spektroskopik resonansi molecular untuk memeriksa hipotesis tersebut pada pasein
dengan demensia Alzheimer. Toksisitas alumunium juga telah dihipotesiskan
sebagai factor kausatif, karena kadar alumunium yang tinggi tlah ditemukan dalam
otak beberapa pasien dengan Alzheimer. Suatu gen E4 juga telah dihubungkan
dalam etiologi penyakit Alzheimer. 1,6
2. Demensia Vakular
Penyebab utama demensia vascular dianggap adalah penyakit vascular
serebral yang multiple, yang menyebabkan pola gejala demensia. Gangguan dulu
disebut sebagai demensia multi infark. Demensia vascular paling sering ditemui
pada laki-laki, khususnya pada mereka dengan hipertensi yang telah ada sebelunya
atau factor kardiovaskular lainnya. Gangguan terutama mengenai pembuluh darah
serebral berukuran kecil dansedang, yang mengalami infark dan menghasilkan lesi
parenkim multiple yang menyebabr pada daerah otak yang luas. Penyebab infark
mungkin termasuk oklusi pembuluh darah oleh plak arteriosklerotik atau
tromboemboli dari tempat asal yang jauh. Suatu pemeriksaan pasien dapat
menemukan bruit karotis, kelainan funduskopi atau pembesaran kamar jantung. 1,6
11
Penyakit Binswanger
Penyakit ini juga dikenal sebagai ensefalopati arteriosklerotik subkortikal.
Penyakit ini ditandai dengan adanya infark kecil pada substansia alba, jadi
menyerang daerah korikal. Walaupun penyakit ini sebelumnya dianggap sebagai
kondisi yang jarang, kemajuan teknik pencitraan telah menemukan bahwa kondisi
tersebut lebih sering terjadi.
3. Penyakit Pick
Penyakit ini ditandai dengan atrofi yang lebih banyak dalam daerah
frontotemporal. Daerah tersebut juga mengalami kehilangan neuronal, gliosis, dan
adanya badan pick neuronal, yang merupakan masa elemen sitoskletal. Penyakit
pick ini berjumlah kira-kira lima persen dari semua demensia yang irreversible.
Penyakit pick ini sulit dibedakan dengan demensia Alzheimer walaupun stadium
awal dari penyakit ini lebih sering ditandai oleh perubahan kepribadian dan
perilaku, dengan fungsi kognitif lain yang lebih bertahan. 1,6
4. Penyakit Creutzfeldt-Jakob
Penyakit ini adalah penyakit degenerative otak yang jarang disebabkan oleh
agen yang progresif secara lambat, dan dapat ditransmisikan, paling mungkin suatu
prion yagn merupakan agen proteinaseus yang tidak mengandung RNA dan DNA.
Penyakit ini secara cepat dan progresif menyebabkan demensia yang berat dan
kematiandalam usia 6 sampai 12 tahun. Penyakit ini ditandai oleh adanya pola
elektroensefalogram (EEG) yang tidak bisa, yang terdiri dari lonjakan gelombang
lambat dengan tegangan tinggi. 1,6
5. Penyakit Huntington
Penyakit ini bisanya disertai dengan perkembangan demensia. Demensia
yang terlihat pada penyakit ini adalah tipe demensia subkortikal yang ditandai
dengan kelainan motoric yang lebih banyak dan kelainan bicara yagn lebih sedikit
dibandingkan tipe demensia kortikal. Demensia padapenyakiti huntinton ditandai
oleh perlambatan psikomotor dan kesulitan melakukan tugas yang kompleks, tetapi
ingatan,bahasa, dan tilikan tetap relative utuh pada stadium awal dan menegah
penyakit. Tetapi saat penyakit berkembang demensia menjadi lengkap, can ciri
yang membedakan ini dengan demensia tipe Alzheimer adalah tingginya insidensi
depsresi dan psikosis, disamping gangguan pergerakan kortikosteroid yang klasik.
1,6

6. Penyakit Parkinson
12
Seperti penyait Huntington, parkinsonisme adalah suatu penyakit ganglia
basalis yang sering disertai dengan demensia dan depresi. Diperkirakan 20-30%
pasien dengan dengan penyakit perkinsin menderita demensia. Pergerakan yang
lambat pada penyakit Parkinson adalah disertai dengan berpikir yagn lambar pada
beberapa pasien yang terkena., hal ini disebut juga bradyphenia. 1,6
7. Demensia yang berhubungan dengan penyakit HIV
Infeksi virus HIV seingkali menyebabkan demensia dan gejala psikiatrik
lainnya. Perkembangan demensia pada pasien yang terinfeksi HIV seringkali
disertai oleh tampaknya kelainna parenkimal pada pemeriksaan MRI. 1,6
8. Demensia yang Berhubungan dengan Trauma Kepala
Demensia dapat merupakan suati sekuel dari trauma kepala, demikian juga
sindrom neuropsikitrik. 1,6

Gambaran klinis
Pada stadium awal demensia, pasein menunjukkan kesulitan untuk
kesulitan untuk mempertahankan kinerja mental, fatigue, dan kecendrungan untuk
gagal jika suatu tugas adalah baru atau kompleks atau memerlukan penggeseran
strategi pemecahan masalah. Ketidak mampuan mengerjakan tugas menjadi
semakin berat. Defek utama dalam demensia melibatkan orientasi, ingatan,
persepsi, fungsi intelektual, dan pemikiran. Dan semua fungsi tersebut menjadi
secara progresif terkena saat proses penyakit berlanjut . perubahan afektif dan
perilaku, seperti control impuls yang defektif dan labilitas emosional sering
ditemukan., seperti juga penonjolan dan perubahan sifat kepribadian premorbid. 1,6
1. Gangguan Daya Ingat
Gangguan daya ingat merupakan ciri yang awal dan menonjol pada
demensia yang mengenai korteks, sperti demensia tipe Alzheimer, pada awal
perjalanan demensia gangguan daya ingat adalah ringan dan biasanya paling jelas
untuk peristiwa yang baru terjadi. Saat perjalanan demensia berkembang gangguan
emosional menjadi parah dan hanya informasi yang dipelajari paling baik
dipertahankan. 1,6
2. Orientasi
Karena daya ingat adalah penting untuk orientasi terhadap orang, tempat,
dan waktu, orientasi dapat terganggu secara progresif, selama perjalanan penyakit
1,6
demensia.
13
3. Gangguan Bahasa
Proses demensia yang mengenai korteks, terutama demensia tipe Alzheimer
sdan demensia vascular dapat mempengaruhi kemampuan berbahasa pasien.
Kesulitan berbahasa mungkin ditandai oleh cara berkata yang samar, stereotipik,
tidak tepat atau berputar-putar. Psien jugakesulitan untuk menyebutkan nama suatu
benda. 1,6
4. Perubahan Kepribadian
Perubahan kepribadian ini merupakan hal yang paling mengganggu. Sifat
kepribadian sebelumnya mungkin diperkuat Selama perkembangan demensia.
Pssien dengan demenisa juga mungkin introvert dan tampaknya kurang
memperhatikan tentang efdek prilaku mereka terhadap orang lain. Pasien demensia
yang mempunyai waham paranoid biasanya bersikap bermusuhan terhadap anggota
keluarga dan orang lain. Pasein dengan gangguan frontal dan temporal kemunginan
mengalami perubahan kepribadian yangjelas dan mudah marah yang meledak-
ledak.1,6
5. Psikosis
Diperkirakan 20-30% pasien demensia terutama pasien dengan demensia
tipe Alzheimer memiliki halusinasi, dan 30 sampai 40% memiliki waham, terutama
dengan sifat paranoid atau presekutorik yang itdak sistematik, walaupunn waham
yang kompleks menetap, tersistematik dengan baik juga dilaporkan pada pasien
demensia. Agresi fisik dan bentuk kekerasan lainnya adalah seringpad pasien
demensia yang juga mempunyai gejala psikotik. 1,6
6. Gangguan lain
6.1.Psikiatrik.
Disamping psikosis dan perubahan kepribadian, depresi, kecemasan adalh gejala
utama pada kira-kira 40 sampai 50% pasien demensia. Walaupun sindrom
gangguan depresif yang mungin hanya ditemukan pada 10 sampai 20 % psien
demensia. Pasien dengan demensia juga menunjukkan tertawa atau menangis yang
patologis, yaitu emosi yang extreme tanpa provokasi yang terlihat. 1,6
6.2.Neurologis
Disamping afasia pada pasien demensia, apraksia dan agnosia sering juga terjadi.
Tanda neurologis lain adalah kejang dan presentasi neurologis yang atipikal seperti
sindrom lobus parietalis non dominan. Reflex primitive seperti reflex
menggenggam, moncong, mengisap, kaki tonik, dan palmomental mungkin
14
ditemukan pada pemeriksaan neurologis dan ditemukan juga jerks mioklonis.
Pasien dengan demensia vascular mungkin mempunyai gejala tambahan seperti
nyeri kepala, pusing, pingsan, kelemahan, tanda neurologis fokal dan ganggua tidur
yang mungkin menunjukkan lokasi penyakit serebrovaskular. Pasli serebrobulbar,
disatria dan disfagia jugalebih sering pada demnsia vaksular daripada demensia
lain. 1,6
6.3.Reaksi katastropik
Pasein demensia juga menunjukkan penurunan kemampuan dalam berprilaku
abstrak, kesulitan dalam menbentuk konsep, mengambil perbedaan dan
persamaandari konsep tersebut. Sulitmemecahkan masalah danalasan yang logis.
Ditemukan juga control impulse yang buruk, khususnya pad ademnsia yang
mempenaruhi lobus frontalis. 1,6
6.4.Syndrome Sundowner
Sindrom ini ditandai dengan mengantuk, konfusi, ataksia, dan terjatuh secara tidak
sengaja. Keadaan ini terjadi pada pasien lanjut usia dengan yang mengalami sedasi
berat da pada pasien demensia yang bereaksi secara menyimpang bahkan terhadap
dosis kecil obat psikoaktif. Sindrom ini juga terjadi pada pasien demensia jika
mendapatkan stimuli external. 1,6

GANGGUAN AMNESTIK
Gangguan amnestic ditandai terutama oleh gejala tunggal suatu gangguan
daya ingat yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi social atau
pekerjaan. Diagnosis dibuat apabila pasien mempunyai tanda lain dari gangguan
kognitif. Gangguan amnestic ini dibedakandari gangguan dissosiatif. 1,6
Epidemiologi
Tidak ada data pasti mengenai gangguan amnestic ini, bebrapa penelitian
melaporkan adanya insidensi atau prevelensi gangguan ingatan pada penggunaan
alcohol dan cedera kepala. 1,6
Etiologi
Struktur anatomi yang terlibat dalam daya ingat dan perkembangan
gangguann amnestic adalah terutama struktur diensefalik, dan struktur lobus
15
midtemporalis. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa hemisfer kiri lebih
kritikal dibanding hemisfer kanan dalam perkembangan gangguan daya ingat.
Gangguan amnestic memiliki bnayk penyebab. Berikut table penyebab gangguan
amnestic 1,6

Penyebab utama gangguan amnestic


a. Kondisi medis sistemik
Defisiensi tiamin, hipoglikemia
b. Kondisi otak primer
Kejang, trauma kepala, tumor serebral, penyakit serbrovaskular, prosedur
bedah pada otak, ensefalitis, hipoksia, amnesia global transien, trapi
elektrokonvulsif, sclerosis multiple.
c. Penyebab berhubungan dengan zat
Gangguan penggunaan alcohol, neurotoksin, benzodiazepine,

Gambaran Klinis dan Subtipe


Pusat gejala dari gangguan daya ingat yang diandai oleh gangguan pada
kemampuan untuk mempelajari informasi baru (amnesia anterograde) dan
ketidakmampuan untuk mengingat pengetahuan yang sebelumnya diingat
(amnesia retrograde) gejala harus menyebabkan masalah bermakna bagi pasien
dalam fungsi social dan pekerjaanya. Daya ingat jangka pendek dan daya ingat baru
saja biasanya terganggu. Daya ingat jauh untuk informasi atau yang dipelajari
secara mendalam adalah baik. Tetapi daya ingat untuk peristiwa yang kurang lama
adalah terganggu. 1,6
Onset gejala dapat mendadak seperti pada trauma, serangan serebrovaskuler
dan gangguan akibat zat kimia neurotoksik atau bertahap. Amnesia dapat terjadi
singkat atau lama. Berbagai gejala lain dapat menyertai gangguan amnestic. Tetapi
jika psien mempunyai gangguan kognitif lainnya, diagnose demensia atau delirium
adalah lebih tepat dibandingkan diagnosis gangguan amnestic. Pasein dengan
gangguan amnestic mungkin apatik, tidak memiliki inisiatif, mengalami episode
agitasi tanda provokasi, atau tampak sangat bersahabat dan mudah setuju. Pasien

16
dengan gangguan amnestic mungkin juga tampak kebingugan dan berusaha
menutupi konfusinya dengan jawaban konfabulasi terhadap pertanyaan. 1,6
1. Penyakit Serebrovaskular
Penyakit serebrovaskular yang mempengaruhi hipokampus mengenai artrei
serebralis posterior dan basilaris beserta cabang-cabangnya. Infark adalah jarang
terbatas pada hipokampus. Infark sering kali mengenai lobus oksipitalis dan
parietalis. Jadi gejala penyerta yang sering dari penyakit serebrovaskuler di daerah
tersebut adalah tanda neurologis fokal yang mengenai modalitas penglihatan atau
sensorik. Penyakati serebrovaskular yang mengenai thalamus medial secara
bilateral, khususnya pada bagian anterior, sering disertai gejala gangguan amnestic.
1,6

2. Sklerosis Multipel
Proses patologis dari sclerosis multiple adalah pembentukan plak yang
tampaknya terjadi secara acak di dalam parenkim otak. Jika plak terjadi di lobus
temporalis dan daerah diensefalik, gejala gangguan daya ingat dapat terjadi. 1,6
3. Sindrom Korsakof
Sindrom Korsakof adalah sindrom amnestic yang disebabkan oleh
defisiensi tiamin, yang paling sering berhubungan dengan kebiasaan nutrisional
yang buruk dari seseorang dengan penyalahgunaan alkohol kronis. Penyebab lain
nutrisi yagn bururk, karsinoma lambung, hemodialysis, hyperemesis gravidarum,
hiperalimentasi intravena berkepanjangan dan pelipatan lambung juga dapat
mengakibatkan defisiensi tiamin. Penyakit ini sering disertai denga ensefalopati
Wernicke yang merupakan sindrom penyerta berupa konfusi, ataksia, dan
oftalmoplegia. Temuan neurofisologi pada penyakit inimenggambarkan adanya
perubahan samar pada akson neuronal. Wlaupun delirium menghilang dalam dalam
sebulan atau lebih, sindrom amnestic menyertai ataumengikuti ensefalopati
Wernicke. 1,6
4. Blackout Alcoholic
Pada beberapa orang yang menyalahgunakan alcohol, keadaan ini dapat
terjadi dimana pasien akan terbangun dipagi hari dan tidak mampu mengingat
kejadian pada malam sebelumnya saat terintoksikasi. 1,6
5. Tetapi Elektrokonvulsif
Terapi elektrokonvulsif (ECT) biasanya disertai dengan amnesia retrogard
selama beberapa menit sebelum pengobatan dan suatu amnesia anterogard setelah
17
pengobatan. Deficit daya ingat ini menetap selama satu sampai dua bulan setelah
siklus pengobatan. 1,6
6. Cedera Kepala
Cedera kepala dapat menyebabkan berbagai gejala neuropsikiatrik
termasuk demensia, depresi, perubahan kepribadian, dan gangguan amnestic.
Gangguan amnestic yang disebabkan oleh cedera kepala seringkali berhubungan
dengan suatu periode amnesia retrogard sebelum kecelakaan traumatis dan amnesia
teerhadap kecelakaan traumatis sendiri. Beratnya cedera otak agak berhubungan
dengan lamanya danberatnya sindrom amnestic, tetapi yang berhubungan paling
baik dengan perbaikan akhir adalah derajat perbaikan klinis amnesia selama
minngu pertama setelah pasien mencapai kesadraran. 1,6

GANGGUAN MENTAL KARENA KONDISI MEDIS UMUM


1. Gangguan Degeneratif
Gangguan degenarif yang sering mengenai ganglia basalis sering disertai
dengan tidak saja gangguan pergerakan tetapi juga depresi, demensia, dan psikosis.
Beberapa contoh dari gangguan degneratif adalah Penyakit Parkinson
melibatkan suatu degenerasi terutama pada substansia nigra, dan biasanya tidak
mempunyai sebab yang diketahui. Penyakti Huntington, melibatkan suatu
degenerasi terutama di nucleus kaudatus, dan merupakan penyakit autosomal
dominan.
2. Epilepsi
Epilepsy adalah penyakit neurologis kronis yang paling umum. Msalah
utama adalah pertimbangan suatu diagnostic epilepso pada passion psikiatrik,
pembedaan psikosocial dari suatu diagnosis epilepsy untuk seorang pasien, dan
efek psikologis dan efek kognitif dari obat antiepileptic yang sering digunakan.
Gejala perilaku yang paling umum dari epilepsy adalah perubahan kepribadian;
psikosis, kekersan, dan depresi adalah gejala yang lebih jarang dari gangguan
epileptic.

Diagnosis
Diagnosis epilepsy yang tepat dapat sulit khususnya jika gejala iktal dan
interiktal dari epilepsy merupakan maifestasi berat dari gejala psikiatrik tanpa
18
adanya perubahan yang bermakna pada kesadaran dan kemampuan kognitif.
Diagnosis banding lain yang dipertimbangkan adalah kejang semu, dimana psien
mempunyai suatu control kesadaran atas gejala kejang yang mirip.
Pada pasien yang sebelumnya mendapatkan suatu diagnosis epilepsy,
timbulnya gejala psikiatrik harus dianggap sebagai kemungkinan mewakili suatu
evolusi dalam gejala epileptiknya. Jika gejala psikotik tampak pada seorang pasien
yang pernah mempunyai epilepsy yagn telah didiagnosis atau dipertimbangkan
sebagai diagnosis masa lalu, klinisi harus mendapatkan satu atau lebih pemeriksaan
EEG. Pada pasienyang sebelumnya pernah mendapatkan diagnosis epilepsy.
Empat karakteristik harus menyebabkan seorang klinisi mencurigai kemungkinan
tersebut, yaitu onset psikosis yan gtiba-tiba pada orang yang sebelumhya dianggap
sehat secara psikologis, onset delirium yang tiba-tiba tanpa penyebab yang
diketahui, riwayat episode yang serupa denga onset yagn mendadak dan pemulihan
spontant, dan riwayat terjatuh atau pingsan sebelumnya yang tidak dapat dijelaskan.
1,6

Pengobatan
Digunakan obat anti kejang, diantaranya phenobarbital, phenytoin, dll.
Carbamazepine dan asam valproate mungkin dapat membantu dalam
mengendalikan gejala iritabilitas dan meledaknya agresi, karena dua obat tersebut
adalah obat antipsikotik tipikal. 1,6

3. Tumor Otak
Gambaran Klinis, Perjalanan Penyakit, dan Prognosis
Kira-kira 50% pasien dengan tumor otak mengalami gejala mental, kira-
kira 80% pasien tumor otak degna gejala mental mempunyai tumor di daerah otak
frontalis atau limbic. Meningioma kemungkinan dapat menyebabkan gejala fokal
karena lesi menekan daerah korteks yang terbatas, sedangkan glioma kemungkinan
menyebabkan gejala yang difus. Delirium merupakan suatu komponen yang paling
sering dari tumor yang tumbuh dengan cepat, besar atau metastatic. Jika pada
pemeriksaan fisik ditemukan intoktinensia kandung kemih atau usus, suatu tumor
lobus frontalis harus dicurigai. Jika riwayat penyakit danpemeriksaan menemukan
kelainan pada daya ingat dan pembicaraan, suatu tumor lobus temporalis harus
dicurigai.
19
1. Kognisi
Gangguan fungsi intelektual sering menyertai adanya tumor otak, dan tidak
tergantung pada jenis dan lokasinya
2. Keterampilan berbahasa
Gangguan fungsi berbahasa dapat berat, terlebih jika pertumbuhan tumor dapat
cepat.
3. Daya ingat
Hilangnya daya ingat merupakan gejala yang paling sering dari tumor otak.
Peristiwa yang belum lama, bahkan peristiwa yang menyakitkan dapat hilang,
tetapi ingatan yang lama dapat dipertahankan, dan psien tidak menyadari
kehilangan ingatannya trhdap peristiwa yang beru saja terjadi.
4. Persepsi
Defek persepsi yang ebrat sering berhubungan dengan gangguan perilaku,
khususnya jika pasien perlu mengintegrasi persepsi taktil, auditoris, dan visual.
5. Kesiagaan
Perubahan kesadaran merupakan gajalayang lambat dan sering dari peningkatan
tekanan intracranial yang disebabkan oleh suatu tumor otak. Psien tidak dapat
bergerak dan menjadi bisu, wlaupun psien itu sadar.
Kista koloid
Walaupun bukan tumor otak, dalam pembicaraan yang jelas, kista koloid
yang berlokasi di ventrikel ketiga dapat menimbulkan tekanan fisik pada struktur
diendsefalon, yang menyebabkan gejala mental tertentu seperti depresi, labilitas
emosi, gejala psikotik, dan perubahan kepribadian.

4. Trauma Kepala
Trauma kepala dapat menyebabkan berbagai gejala mental. Trauma kepala
dapat mengarahkan ke diagnosis demensia oleh trauma kepala atau gangguan
mental karena kondisi medis umum yang tidak ditentukan. Sindrom pascagegar
tetap kontroversial, karena menyebabkan berbagai gejalapsikiatrik. 1,6
Patofifsiologi
Trauma kepala merupaka situasi klinis yang umum. Trauma kepala paling
sering terjadi pada usia 15 sampai 25 tahun, dan mempunyai perbandingan laki-laki
dan perempuan sebanyak 3 : 1. Trauma kepala secerakasar dibedakkanmenjadi
trauma kepala tembus, dan trauma tumpul. Juga dapat terjadi suatu kontusi fokal.
20
Peregangan parenkim otak menyebabkan kerusakan aksonal difus. Proses yang
timbul kemudian, seperti edema, dan perdarahan, dapat menyebabkan kerusakan
1,6
otak lebih lanjut.
Gejala
Dua petunjuk gejala utam yang berhubungan dengan trauma kepala adalah
gejala dari gangguan kognitif dan gejala dari sekuele prilaku. Setelah suatu periode
amnesia pasca traumatis, biasanya terjadiperiode pemulihan selama 6 sam[ai 12
bulan. Masalah kognitif yagn paling sering adalah menurunnya kecepatan
pemprosesan informasi, penurunan perhatian, meningkatnya distraktibilitas, deficit
dalam pemecahan masalah dan kemampuan terus berusaha, danmasalah dengan
daya ingat dan mempelajari informasi baru. Pada perilaku, gejala yang utama
adalah perubahan kepribadian, depresi, meingkatnya impulsivitas, dan
meningktanya agresi. 1,6
Pengobatan
Pengobatan gangguankognitif danperilaku pada pasien trauma kepala pada
dasarnya adalah sama dengan pendekatan pengobatan yang digunakan pada pasien
lain dengna gejala tersebut. Pasien trauma kepala mungkinrentan terhadp efek
samping yang berhubungan dengan obatnpsikotropik, sehingga obat harus
diberikan dalam dosis rendah. Antidepresan standar dapat digunakan untuk
mengobati depresi, baik antikonvulsan maupun antipsikotik dapat digunakan untuk
mengobati agresi dan impulsivitas.

5. Gangguan Demielinisasi
Gangguan demielinisasi yang utama adalah skelrosis multiple, gangguan lainnya
adalah skelrosis lateral amiotropik.
Skelrosis multiple
Skelrosis multiple ditandai dengan episode gejala yang multiple. Secara
patofisiologi berhubungan dengan lesi multifocal di subsansia alba di sistim saraf
pusat. Gejala neuropsikiatrik dibagi atas gejala kognitif dan gejala perilaku. Pasien
dengan sclerosis multiple menunjukkan adanya penurunan kecerdasa, dan daya
ingat. Gejala prilaku yang timbul adalah euphoria, depresi, dan perubahan
kepribadian. Psikosis adalah komplikasi yang jarang pada pasien dengan sclerosis
multiple. Namun, depresi sering terjadi. Factor risiko untuk bunuh diri adalah pasda

21
pasien jenis kelamin laki-laki, dengan onset sclerosis multiple sebelum usia 30
tahun. 1,6

6. Penyakit Infeksi
Ensefalitis Herpes Simpleks
Ensefalitis herpes simpleks adalahjenis ensefalitis fokal yang paling sering
terjadi, penyakit ini paling sering mengenai lobus fronalis dan temporalis. Gejala
sering berupa anosmia, halusinasi olfaktoris, dan gustatoris, perubahan kepribadian
dan dan juga prilaku yang aneh.
Ensefalitis Rabies
Pada pasien denga penyakit ini, dpat muncull gejala kegelisahan,
overaktivitas, dan agitasi. Hidrofobia dapat terjadi akibat spasme laryngeal da
diafgramatik yang dialami pasien.
Neurosifilis
Penyakit ini bisanya mengenai lobus frontalis, sehingga menyebabkan
perubahan kepribadian, perkembangan gangguan pertimbangan, irirtabilitas, dan
penurunan perawatan untuk diri sendiri. Dapat terjadi waham kebesaran, demensia
dan tremor.
Meningitis Kronis
Meningitis kronis juga sering ditemukan. Gejala yan gbaisanya timbul
adalah nyeri kepala, gangguan daya ingat, konfusi dan demam.

7. Gangguan Kekebalan
Gangguan kekeblan utama yang mengenai masyarakat pada umumnya
adalah Lupus Eritematosus Sistemik (LES)
Lupus eritematosus sistemik adalah suat penyakti autoimun yang
melibatkan peradanan pada berbagai system organ. Gejala neuropsikiatrik utama
adalah depresi, insomnia, labilitas emosional, kegelisahan, dan konfusi.

8. Gangguan Endokrin
Gangguan Tiroid
Hipertioridisme ditandai oleh konfuusi, kecemasan, dan sindrom depresif
teragitas. Pasien juga mengeluh mudah lelah, insomnia, penurunan berat badan,

22
gemetan, palpitasi. Gejalapsikiatrik yang serius adalah munculnya gangguan daya
ingat, orientasi, dan pertimbangan, kegembiraan manik, waham dan halusinasi. 1,6
Gangguan Paratiroid
Disfungsi kelenjar paratiroid menhasilkan regulasi abnormal pada
metabolism kalsium, sekresi hormone paratiroid yang berlebihan menyebabkan
hiperkalsemia, yang emnyebabkan delirium,, perubahan kepribadian, dan apati.
Eksitabilitas neuromuscular yang tergantung pada konsentrasi ion kalsium yang
tepat adalah menurun dan dapat terjadi kelemahan otot. Hipokalsemia dapat
menyebabkan gejala neuropsikiatrik berupa delirium dan perubahan kepribadian.
1,6

Gangguan Adrenal
Gangguan adrenal dpat menyebabkan perubahan sekresi normal hormone-
hormon dari korteks adrenal dan menyebabkan perubahan neurologis dan
psikologis yang bermakna. Pasien dengan insufisiensi adrenokortikal kronis sering
menunjukkan gejala mental ringan, seoerti apati, mudah lelah, iritabilitas, dan
depresi. Jumlah kortisol yang berlebihan yang diproduksi secera endogen oleh
suatu tumor menyebabkan ganggau mood sekunder, sindromdepresi teragitasi dan
kadang bunuh diri. Penurunan konsentrasi dan dan deficit daya ingat juga mungkin
ditemukan. Pemberian kortikosteroid eksogen dosis tinggi biasanya menyebabkan
ganggaun mood sekunder yang mirip dengan mania. Jika terapi steroid dihentikan
dapat muncul depresi berat. 1,6

9. Gangguan Metabolisme
Ensefalopati metabolic adalah penyebab disfungsi organic yang sering
dapat menyebabkan perubahan proses menal, perilaku, dan fungsi neurologis.
Diagnosis harus dipertimbangkan bila terjadi perubahan perilaku, pikiran dan
kesadaran yang baru saja dan cepat. Tanda yang paling awal kemungkinan adalah
gangguan daya ingat, dan gangguan orientasi. 1,6
Ensefalopati Hepatik
Gagal hati berat dapat menyebabkan ensefalopati hepatic, yang ditandai
dengan perubahan kesadaran, asteriksis, hiperventilasi dan kelainan EEG.
Perubahan kesdaran dapat terntang dari apati sampai mengantuk hingga koma.
Gejala psikiatrik yang berhubungan adalah perubahan daya ingat, keterampilan
intelektual umum dan pada kepribadian. 1,6
23
Ensefalopati Uremik
Gagal ginjal sering disertai dengn perubahan daya ingat, orientasi dan
kesadran. Gejala neuropsikiatrik cenrung reversible.
Ensefalopati hipoglikemik
Ensefalopati hipoglikemik dapat disebabkan oleh produksi insulin endogen
yang berlebihan maupun pemberian insulin eksogen yang berlebihan. Dengan
perkembangan gangguan, disorientasi, konfusi dan halusinsi dapat terjadi juga
gejala neurologis lainnya.
Ketoasidosis Metabolik
Pasien ini mempunyai peningktan kemungkinna terjadinya demensia kronis
dengan arteriosclerosis menyeluruh.

10. Gangguan Nutrisional


Defisiensi Niasin
Gejala neuropsikiatrik yang mungkin timbul adalah apati, iritabilitas, insomnia,
depresi, dan delirium.
Defisiensi Tiamin
Gejala neuropsikiatrik yang timbul berupa apati, depresi, iritabilitas, kegelisahan,
dan konsentrasi yang buruk.
Defisiensi kobalamin
Perubahan mental yang dapat muncul berupa apati, depresi, iritablitas dan
kemurungan sering ditemukan.

TATALAKSANA

Demensia
Farmakoterapi
Insomnia & Anxietas : Benzodiazepin
Depresi : Antidepresan
Halusinasi & Waham : Antipsikotik
Psikoterapi
Psikoterapi suportif dan edukasional
24
Delirium
Terapi delirium adalah mengobati penyebab yang mendasari. Dua gejala
delirium yang mungkin memerlukan pengobatan adalah psikosis dan
insomnia.
Psikosis: Diberikan Haloperidol
Insomnia: Diberikan golongan benzodiazepine yang memiliki
waktu paruh pendek

OBAT ANTI PSIKOSIS

25
OBAT ANTI INSOMNIA

26

You might also like