Professional Documents
Culture Documents
DEFINISI
Gangguan neurotik adalah gangguan di mana gejalanya membuat distres
yang tidak dapat diterima oleh penderitanya. Hubungan sosial mungkin akan
sangat terpengaruh tetapi biasanya tetap dalam batas yang dapat diterima.
Gangguan ini relatif bertahan lama atau berulang tanpa pengobatan.
Neurotik merupakan suatu penyakit mental yang lunak, dicirikan dengan
tanda-tanda: wawasan yang tidak lengkap mengenai sifat – sifat kesukarannya,
konflik-konflik batin, reaksi-reaksi kecemasan, kerusakan parsial atau sebagian pada
struktur kepribadiannya, seringkali, tetapi tidak selalu ada, disertai pobia, gangguan
pencernaan, dan tingkah laku obsesif kompulsif (Chaplin, 2002).
Cemas didefinisikan sebagai suatu sinyal yang menyadarkan; ia
memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang
mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman. Rasa tersebut ditandai dengan
gejala otonom seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, rasa sesak di dada, tidak
nyaman pada perut, dan gelisah.
Rasa cemas dapat datang dari eksternal atau internal. Masalah eksternal
umumnya terkait dengan hubungan antara seseorang dengan komunitas, teman,
atau keluarga. Masalah internal umumnya terkait dengan pikiran seseorang sendiri
3
Aspek yang penting pada rasa cemas, umumnya orang dengan rasa cemas
akan melakukan seleksi terhadap hal-hal disekitar mereka yang dapat
membenarkan persepsi mereka mengenai suatu hal yang menimbulkan rasa
cemas.
Teori Psikoanalitik
Sigmeun Freud menyatakan dalam bukunya “ 1926 Inhibitons, Symptoms,
Anxiety” bahwa kecemasan adalah suatu sinyal kepada ego bahwa suatu dorongan
yang tidak dapat diterima menekan untuk mendapatkan perwakilan dan pelepasan
sadar. Sebagai suatu sinyal, kecemasan menyadarkan ego untuk mengambil
tindakan defensif terhadap tekanan dari dalam. Jika kecemasan naik di atas
tingkatan rendah intensitas karakter fungsinya sebagai suatu sinyal, ia akan timbul
sebagai serangan panik.
Teori Perilaku
Rasa cemas dianggap timbul sebagai respon dari stimulus lingkungan yang
spesifik. Contohnya, seorang anak laki-laki yang dibesarkan oleh ibunya yang
memperlakukannya semena-mena, akan segera merasa cemas bila ia bertemu
ibunya. Melalui proses generalisasi, ia akan menjadi tidak percaya dengan wanita.
Bahkan seorang anak dapat meniru sifat orang tuanya yang cemas.
Teori Eksistensi
Pada gangguan cemas menyeluruh, tidak didapatkan stimulus rasa cemas
yang bersifat kronis. Inti dari teori eksistensi adalah seseorang merasa hidup di
dalam dunia yang tidak bertujuan. Rasa cemas adalah respon mereka terhadap
rasa kekosongan eksistensi dan arti.
4
Sistem saraf otonom
Neurotransmiter
Neurotransmiter
1. Norepinephrine
Gejala kronis yang ditunjukan oleh pasien dengan gangguan cemas berupa
serangan panik, insomnia, terkejut, dan autonomic hyperarousal, merupakan
karakteristik dari peningkatan fungsi noradrenergik. Teori umum dari keterlibatan
norepinephrine pada gangguan cemas, adalah pasien tersebut memiliki
kemampuan regulasi sistem noradrenergik yang buruk terkait dengan peningkatan
aktivitas yang mendadak. Sel-sel dari sistem noradrenergik terlokalisasi secara
primer pada locus ceruleus pada rostral pons, dan memiliki akson yang menjurus
pada korteks serebri, sistem limbik, medula oblongata, dan medula spinalis.
Percobaan pada primata menunjukan bila diberi stimulus pada daerah tersebut
menimbulkan rasa takut dan bila dilakukan inhibisi, primata tersebut tidak
menunjukan adanya rasa takut. Studi pada manusia, didapatkan pasien dengan
gangguan serangan panik, bila diberikan agonis reseptor β-adrenergik
( Isoproterenol ) dan antagonis reseptor α-2 adrenergik dapat mencetuskan
serangan panik secara lebih sering dan lebih berat. Kebalikannya, clonidine,
agonis reseptor α-2 menunjukan pengurangan gejala cemas.
2. Serotonin
5
reseptor serotonergik ditemukan dominan pada raphe nuclei pada rostral
brainstem dan menuju pada korteks serebri, sistem limbik, dan hipotalamus.
3. GABA
Peran GABA pada gangguan cemas sangat terlihat dari efektivitas obat-
obatan benzodiazepine, yang meningkatkan aktivitas GABA pada reseptor GABA
tipe A. Walaupun benzodiazepine potensi rendah paling efektif terhadap gejala
gangguan cemas menyeluruh, benzodiazepine potensi tinggi seperti alprazolam
dan clonazepam ditemukan efektif pada terapi gangguan serangan panik
Sistem saraf otonom pada pasien dengan gangguan cemas, terutama pada
pasien dengan gangguan serangan panik, mempertunjukan peningkatan tonus
6
simpatetik, yang beradaptasi lambat pada stimuli repetitif dan berlebih pada
stimuli yang sedang.
Korteks Serebri
Korteks serebri bagian frontal berhubungan dengan regio
parahippocampal, cingulate gyrus, dan hipotalamus, sehingga diduga berkaitan
dengan gangguan cemas. Korteks temporal juga dikaitkan dengan gangguan
cemas. Hal ini diduga karena adanya kemiripan antara presentasi klinis dan EEG
pada pasien dengan epilepsy lobus temporal dan gangguan obsesif kompulsif.
Sistem Limbik
Selain menerima inervasi dari noradrenergik dan serotonergik, sistem
limbik juga memiliki reseptor GABA dalam jumlah yang banyak. Ablasi dan
stimulasi pada primata juga menunjukan jikalau sistem limbik berpengaruh pada
respon cemas dan takut. Dua area pada sistem limbik menarik perhatian peneliti,
yakni peningkatan aktivitas pada septohippocampal, yang diduga berkaitan
dengan rasa cemas, dan cingulate gyrus, yang diduga berkaitan dengan gangguan
obsesif kompulsif.
7
F40.2 Fobia khas (terisolasi)
F40.8 Gangguan anxietas fobik lainnya
F40.9 Gangguan anxietas fobik YTT
GANGGUAN PANIK
8
Definisi Gangguan Panik
Serangan panik adalah periode kecemasan atau ketakutan yang kuat dan
relatif singkat dan disertai gejala somatik. Suatu serangan panik secara tiba-tiba
akan menyebabkan minimal 4 dari gejala-gejala somatik berikut:
1. Palpitasi
9
2. Berkeringat
3. Gemetar
4. Sesak napas
5. Perasaan tercekik
6. Nyeri dada atau perasaan tidak nyaman
7. Mual dan gangguan perut
8. Pusing, bergoyang, melayang atau pingsan
9. Derealisasi atau depersonalisasi
10. Ketakutan kehilangan kendali atau menjadi gila
11. Rasa takut mati
12. Parestesi atau mati rasa
13. Menggigil atau perasaan panas.
10
FOBIA
Definisi Fobia
Fobia berasal dari bahasa Yunani yaitu Fobos yang berarti ketakutan.
Fobia adalah suatu ketakutan yang tidak irasional yang menyebabkan
penghindaran yang disadari objek, aktifitas / situasi yang ditakuti. Reaksi fobia
menyebabkan gangguan pada kemampuan seseorang untuk berfungsi dalam
kehidupannya. Fobia dibedakan dalam tiga jenis menurut jenis objek atau situasi
ketakutan yaitu agorafobia, fobia spesifik, dan fobia sosial.
Fobia spesifik adalah suatu rasa takut yang kuat dan persisten pada suatu
objek atau situasi. Fobia sosial disebut juga gangguan kecemasan sosial adalah
rasa takut yang berlebihan terhadap penghinaan dan rasa malu dalam berbagai
lingkungan sosial.
Epidemiologi Fobia
11
situasional berkisar pada umur 20. Umumnya objek penyebab rasa takut adalah
hewan, badai, ketinggian, penyakit, cedera, dan kematian.
Fobia ditandai oleh kesadaran akan kecemasan yang berat ketika pasien
terpapar situasi atau objek spesifik. DSM-IV-TR menyatakan bila serangan panik
dapat terjadi pada pasien dengan fobia spesifik atau fobia sosial, namun mereka
sudah mengetahui kemungkinan terjadinya serangan panik tersebut. Paparan
terhadap stimulan tertentu dapat mencetuskan terjadinya serangan panik.
12
GANGGUAN CEMAS MENYELURUH
13
GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF
Suatu obsesi adalah pikiran, perasaan, ide, atau sensasi yang menganggu
(intrusif). Sedangkan kompulsi adalah pikiran atau perilaku yang disadari,
dibakukan, dan rekuren, seperti menghitung, memeriksa, atau menghindari.
14
Suatu gagasan atau impuls yang memaksa dirinya secara bertubi-tubi dan
terus menerus ke dalam kesadaran seseorang
Perasaan ketakutan yang mencemaskan yang menyertai manifestasi sentral
dan sering kali menyebabkan orang melakukan tindakan kegagalan
melawan gagasan atau impuls awal
Obsesi dan kompulsi adalah asing bagi ego (ego-alien); yaitu ia dialami
sebagai asing bagi pengalaman seseorang tentang dirinya sendiri sebagai
makhluk psikologis.
Pasien mengenali obsesi dan kompulsif merupakan sesuatu yang mustahil
dan tidak masuk akal
Individu yang tenderita obsesi kompulsif merasa adanya dorongan kuat
untuk menahannya
Ada 4 pola gejala utama gangguan obsesi kompulsif yaitu :
1. Kontaminasi; pola yang paling sering terjadi yang diikuti oleh perilaku
mencuci dan menghindari obyek yang dicurigai terkontaminasi
2. Sikap ragu-ragu yang patologik; obsesi tentang ragu-ragu yang ikuti
dengan perilaku mengecek/memeriksa. Tema obsesi tentang situasi
berbahaya atau kekerasan (seperti lupa mematikan kompor atau tidak
mengunci rumah).
3. Pikiran yang intrusif; pola yang jarang, pikiran yang intrusif tidak disertai
kompulsi, biasanya pikira berulang tentang seksual atau tindakan agresif.
4. Simetri; obsesi yang tema kebutuhan untuk simetri, ketepatan sehingga
bertindak lamban, misalnya makan memerlukan waktu berjam-jam, atau
mencukur kumis dan janggut.
15
TATALAKSANA
16
2. Gangguan Obsesif Kompulsif
Farmakoterapi
- Antidepresan trisiklik : Clomipramine : 3x25mg
- SSRI : Fluoxetin (2x20mg) atau Sertraline (2x50mg)
Psikoterapi
Psikoterapi suportif, terapi perilaku, terapi kognitif perilaku,
psikoterapi dinamik
17
OBAT ANTI PANIC
18
OBAT ANTI OBSESIF KOMPULSIF
19