You are on page 1of 24

TINJAUAN PUSTAKA

AUTOIMMUNE HEPATITIS
Yusri Dianne Jurnalis, Yorva Sayoeti, Nelvirina

Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran


Universitas Andalas/RS Dr. M. Djamil Padang
E-mail : yusridianne@yahoo.com

Abstrak
Hepatitis autoimun merupakan penyakit inflamasi hati yang berat dengan
penyebab pasti yang tidak diketahui yang mengakibatkan morbiditas dan
mortalitas yang tinggi. Semua usia dan jenis kelamin dapat dikenai dengan insiden
tertinggi pada anak perempuan usia prepubertas, meskipun dapat didiagnosis pada
usia 6 bulan. Hepatitis autoimun dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian
berdasarkan adanya antibodi spesifik: Smooth Muscle Antibody (SMA) dengan
anti-actin specificity dan/atau Anti Nuclear Antibody (ANA) pada tipe 1 dan
Liver-Kidney Microsome antibody (LKM1) dan/atau anti-liver cytosol pada tipe 2.
Gambaran histologisnya berupa “interface hepatitis”, dengan infiltrasi sel
mononuklear pada saluran portal, berbagai tingkat nekrosis, dan fibrosis yang
progresf. Penyakit berjalan secara kronik tetapi keadaan yang berat biasanya
menjadi sirosis dan gagal hati.
Tipe onset yang paling sering sama dengan hepatitis virus akut dengan gagal hati
akut pada beberapa pasien; sekitar sepertiga pasien dengan onset tersembunyi
dengan kelemahan dan ikterik progresif ketika 10-15% asimptomatik dan
mendadak ditemukan hepatomegali dan/atau peningkatan kadar aminotransferase
serum. Adanya predominasi perempuan pada kedua tipe. Pasien LKM1 positif
menunjukkan keadaan lebih akut, pada usia yang lebih muda, dan biasanya
dengan defisiensi Immunoglobulin A (IgA), dengan durasi gejala sebelum
diagnosis, tanda klinis, riwayat penyakit autoimun pada keluarga, adanya kaitan
dengan gangguan autoimun, respon pengobatan dan prognosis jangka panjang
sama pada kedua tipe.
Kortikosteroid yang digunakan secara tunggal atau kombinasi azathioprine
merupakan terapi pilihan yang dapat menimbulkan remisi pada lebih dari 90%
kasus. Strategi terapi alternatif adalah cyclosporine. Penurunan imunosupresi
dikaitkan dengan tingginya relap. Transplantasi hati dianjurkan pada penyakit hati
dekom-pensata yang tidak respon dengan pengobatan medis lainnya.
Kata kunci : hepatitis Autoimmune; Aetiopathogenesis; Lymphocyte disease;
Cellular immune attack; Histocompatibility lymphocyte antigen,
Immunosuppressive therapy, Cyclosporine, transplantasi hati

Abstract
Autoimmune hepatitis is a severe and inflammatory disease of the liver of
unknown etiology carrying high morbidity and mortality. All ages and genders are
concerned with a peak of incidence in girls in prepubertal age, even if the disease

1
has been diagnosed as early as 6 months. Autoimmune hepatitis may be classified
in two major subgroups on a presence of a specific set of autoantibodies: smooth
muscle antibody (SMA) mostly with anti-actin specificity and/or by antinuclear
antibody (ANA) in type 1 and liver-kidney microsome antibody (LKM1) and/or
the anti-liver cytosol in type 2. The histological hallmark is “interface hepatitis”,
with a mononuclear cell infiltrate in the portal tracts, variable degrees of necrosis,
and progressive fibrosis. The disease follows a chronic but fluctuating course
usually progressing to cirrhosis and liver failure.
The most frequent type onset is similar to that of an acute viral hepatitis with
acute liver failure in some patients; about a third of patients have an insidious
onset with progressive fatigue and jaundice while 10-15% are asymptomatic and
are accidentally discovered by the finding of hepatomegaly and/or an increase of
serum aminotransferase activity. There is a female predominance in both. LKM1-
positive patients tend to present more acutely, at a younger age, and commonly
have immunoglobulin A (IgA) deficiency, while duration of symptoms before
diagnosis, clinical signs, family history of autoimmunity, presence of associated
autoimmune disorders, response to treatment and long-term prognosis are similar
in both groups.
Corticosteroids alone or in conjunction with azathioprine are the treatment of
choice inducing remission in over 90% of patients. An alternative therapeutic
strategy is cyclosporine. Withdrawal of immunosuppression is associated with
high risk of relapse. Liver transplantation manages patients with decompensated
liver disease unresponsive to “rescue” medical treatment.
Key words: Autoimmune hepatitis; Aetiopathogenesis; Lymphocyte disease;
Cellular immune attack; Histocompatibility lymphocyte antigen,
Immunosuppressive therapy, Cyclosporine, Liver transplantation.

2
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.34. Januari-Juni 2010 3

Pendahuluan Erythematosus (LE). Semenjak itu


Hepatitis autoimun (Auto telah dikenal berbagai istilah, antara
Immune Hepatitis = AIH) adalah salah lain: hepatitis kronis aktif, hepatitis
satu bentuk penyakit hati autoimun, aktif kronis atau hepatitis aktif kronis
yang mana terjadi inflamasi yang berat autoimun, AIH, hepatitis agresif kronis,
pada hati, dengan etiologi yang belum dan hepatitis sel plasma. Penelitian
diketahui, dan menyebabkan morbidi- terakhir diketahui bahwa sebenarnya
tas dan mortalitas yang tinggi.(1) tidak ada hubungan antara Sistemik
Penyakit hati autoimun dapat ditandai Lupus Eritematus (SLE) dengan AIH.
secara histologis dengan gambaran Jadi, lupoid hepatitis tidak ada
infiltrasi sel mononuk-lear pada saluran hubungannya dengan SLE. Pada tahun
portal, dan secara serologis dengan 1994, the International Autoimmune
meningkatnya kadar transaminase dan Hepatitis Group menyatakan istilah
imunoglobulin G (IgG), serta adanya ”AIH” sebagai istilah yang paling
autoantibodi terhadap antigen hati yang sesuai.(1-7)
spesifik dan yang tidak spesifik.
Kelainan ini menunjukkan respon EPIDEMIOLOGI
dengan pengobatan imuno-supresif, AIH termasuk penyakit yang
yang harus segera diberikan setelah jarang ditemukan. Di Amerika Serikat,
diagnosis ditegakkan. Ada 3 kelainan frekuensi AIH diantara penderita
hati pada anak yang mana terjadinya dengan penyakit hati kronis berkisar
keruskan hati berkaitan dengan faktor 11-23 %. Di Eropa Barat prevalensinya
autoimun, antara lain : AIH, kolangitis diperkirakan 0,1-1,2 kasus per 100.00
sklerosing autoimun, dan AIH de novo individu, dengan insiden 0,69 kasus per
setelah transplantasi hati.(2) 100.000 orang per tahun. Di Jepang
AIH pertama kali dilaporkan prevalensinya 0,08-0,015 kasus per
pada tahun 1950 oleh Waldenstrom 100.000 orang. Di Brunei Darussalam
sebagai bentuk hepatitis kronis pada prevalensinya lebih tinggi, yaitu 5,61
wanita muda, dengan gambaran kasus per 100.000 orang.(1-3,5,7-9)
inflamasi kronis pada hati yang Rasio antara insiden AIH tipe 1
ditandai dengan ikterik, peningkatan dan AIH tipe 2 adalah 1,5-2 : 1 di
gamma globulin dan amenorrhea, dan Eropa dan Kanada, serta 6-7 : 1 di
cepat berkembang menjadi sirosis. Amerika Utara dan Selatan serta
Kunkel pada tahun 1950 dan Bearn Jepang. Di Iran, AIH tipe 1 terjadi pada
tahun 1956, menggambarkan penyakit 73,3% anak, AIH tipe 2 terjadi pada
ini dengan hepatomegali, ikterik, 13,3% anak, dan 13,3% lainnya tidak
timbulnya jerawat, hirsutisme, wajah dapat diklasifikasikan. Di Brunei
cushingoid, pigmented abdominal Darussalam, semua penderita merupa-
striae, obesitas, arthritis dan kan AIH tipe 1.(1-3,5,7-10)
amenorrhea. Tahun 1955, Joske Penyakit ini paling sering
pertama kali melaporkan hubungan terjadi pada leluhur orang kulit putih di
antara fenomena sel lupus eritematus Eropa Utara yang memiliki frekuensi
pada kronik aktif hepatitis virus. Hal yang tinggi untuk petanda HLA-DR3
ini membuat Mackayet al pada tahun dan HLA-DR4. Pada orang Jepang
1956 memperkenalkan istilah lupoid petanda HLA-DR3 mempunyai fre-
hepatitis karena ditemukannya Anti kuensi yang rendah, dan AIH lebih
Nuclear Antibody (ANA) dan sel Lupus berhubungan dengan HLA-DR4. Di
Yusri Dianne Jurnalis, Yorva Sayoeti, Nelvirina, AUTOIMMUNE 4
HEPATITIS

Brunei Darussalam, HLA-DR3 Semua virus hepatotropik dapat


ditemukan pada 18,2% penderita dan dianggap sebagai pencetus, antara lain :
HLA-DR4 ditemukan pada 45,5% virus measles, hepatitis A, B, C, D,
penderita.(5,9) herpes simplek tipe 1 dan virus
Perempuan lebih sering terkena Epstein-Barr. Sekitar 15-20% kasus
daripada laki-laki (70-80% penderita dihubungkan dengan infeksi hepatitis
adalah perempuan). Perbandingan B. Pada anak yang terinfeksi hepatitis
antara perempuan dengan laki-laki di B pada tahun pertama kehidupan, lebih
Iran adalah 2,1 : 1, sedangkan di banyak yang berkembang menjadi
Brunei Darussalam adalah 3,75 : 1. kronis (lebih dari 90%), dibandingkan
Terjadi pada dewasa dan anak-anak dengan anak yang lebih besar atau
dengan puncak insiden pada usia 10-20 dewasa (hanya 5-10%). Pada infeksi
tahun dan pada usia 45-70 tahun. hepatitis C akut, 50% akan
Separuh dari individu yang terkena berkembang menjadi hepatitis kro-
lebih muda dari usia 20 tahun dengan nis.(3,11,12)
puncak insiden pada gadis yang belum Obat-obatan yang dapat mence-
menstruasi (premenstrual). AIH juga tuskan terjadinya AIH adalah Nitro-
dilaporkan terjadi pada bayi. Penderita furantoin, Methylphenidate,
dengan AIH tipe 2 cenderung lebih Atomoxetine, Propylthiouracil,
muda dan 80% diantaranya adalah Risperidone, Rifam-pisine,
anak-anak. (1-3,5,7-10) Pyrazinamide, Beta Interferon,
Sekarang AIH dikenal sebagai Doxycycline, Minocycline, Methyl-
kelainan multisistem yang dapat terjadi Dopa, Ranitidine, Oxyphenisatin,
pada perempuan atau laki-laki pada Diclofenac, Indomethacin, Statin, dan
semua umur. Kondisi ini dapat terjadi Ezetimibe. Imatinib yang merupakan
bersamaan dengan penyakit hati yang immunomo-dulatory antineoplastic
lain (misalnya : hepatitis virus kronik), agent juga dilaporkan dapat
juga bisa dicetuskan oleh virus menyebabkan AIH.(3,12)
hepatitis (misalnya : hepatitis A) dan Hubungan antara pemakaian
bahan kimia (misalnya : minosiklin).(5) obat-obatan herbal dengan AIH pernah
dilaporkan pada tahun 2008 oleh
ETIOLOGI Barski et al, di mana penderitanya
Penyebab pasti dari AIH belum mengkon-sumsi preparat herbal dalam
diketahui, tetapi diperkirakan adanya bentuk echinacea, combucha,
ketidakseimbangan aktifitas limfosit T campuran herbal dari Cina, dan kava
CD4 dan CD8. Faktor genetik merupa- kava. Pengobatan herbal merupakan
kan faktor predisposisi yang penting bentuk pengobatan tambahan yang
dalam patogenesis AIH.(11-15) Ada 2 sangat berkembang di pasaran akhir-
serotipe penting yang dikaitkan dengan akhir ini.(16) Jenis herbal lain yang
AIH tipe 1 yaitu HLA-DR3 dan HLA- dapat menjadi pencetus terjadinya AIH
DR4. Sedangkan AIH tipe 2 dikaitkan adalah Black cohosh, Ma Huang
dengan HLA-DR7 dan HLA-DQB. (Ephendra), Dai-saiko-to, Sho-saiko-to
Virus, bakteri, bahan kimia, obat dan dan melatonin.(3)
faktor genetik merupakan faktor Transplantasi hati juga dapat
pencetus terjadinya proses autoimun berkembang menjadi AIH sebagai
pada AIH.(3,12) komplikasi jangka panjangnya.
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.34. Januari-Juni 2010 5

Penelitian yang dilakukan pada tahun III, menggambarkan sejumlah


2000 oleh Hernandez et al menemukan haplotype karena ketidakseimbangan di
bahwa risiko berkembangnya AIH antara lokus HLA. Molekul HLA kelas
muncul lebih besar pada anak setelah II menggambarkan membran khusus
trnsplantasi hati tanpa riwayat AIH sel APC, tetapi juga mempengaruhi
sebelumnya dibandingkan populasi garis sel yang berbeda, yang hanya
anak secara umum. AIH timbul setelah melibatkan peptida pendek dari residu
1,5-9 tahun (rata-rata 3,5 tahun) 13-23 asam amino sebagai produk
transplantasi hati.(17) akhir proses internalisasi dan
pencernaan parsial oleh sel APC
PATOGENESIS protein ekstraseluler. Pengenalan
Mekanisme yang menjelaskan komplek “HLA kelas II-peptida
terjadinya proses autoimun pada sel eksogen” dihambat oleh reseptor sel T-
hepatosit belum diketahui secara pasti, helper yang spesifik sebagaimana
namun berdasarkan beberapa penelitian pengenalan kembali oleh CD4.
dapat diperkirakan bahwa AIH Molekul HLA kelas II tidak hanya
merupakan penyakit multifaktorial. berperan penting terhadap aktivitas T
Latar belakang genetik yang komplek helper, tetapi juga dalam mengaktivasi
mungkin berperan dalam menghadapi sel B.(1)
autoantigen hati dan untuk Sisi fungsional molekul HLA
meningkatkan respon imun terhadap II, alur perlekatan peptida, terutama
lingkungan dan antigen diri sendiri. dalam rantai polipeptida DRb yang
Beberapa penelitian menemukan menyusun, bersama dengan DRa, DR
bahwa terdapat peningkatan titer heterodi-merous. Alel lokus DRB
antibodi terhadap berbagai antigen bersifat sangat polimorf, seperti yang
mikroba pada pasien hepatitis kronis digambarkan oleh penelitian
aktif. Defek spesifik non-antigen ini, kristalografi X-ray, dan menunjukkan 3
juga terlihat pada beberapa hubungan hypervariable region (HVR) sebagai
tingkat pertama yang diperoleh secara tanda motif asam amino. DRB
in vivo dan in vitro dari dosis haplotypes termasuk, dalam ketidak-
farmakologis kortikosteroid serta seimbangan yang kuat, lokus kedua
secara umum dikait-kan dengan defek menandai rantai DRb yang berbeda.
”T-cell suppression”. Sistem imun Konsekuensi dari polimorfisme
terlibat secara menyeluruh dan semua komplek ini adalah bahwa tiap individu
langkah pengembangan respon imun membawa 2-4 molekul DR yang
terkait secara nyata.(1) (lihat gambar 1) berbeda dengan alat perlekatan dan
Langkah pertama yang afinitas yang berbeda. Sifat dan
mencetuskan reaksi imun adalah struktur rantai poli-peptida HLA kelas
aktivasi limfosit T oleh Antigen II, khususnya molekul DR, sangat
Presenting Cells (APC) pada mempengaruhi sifat dan struktur
permukaan sel, yang merupakan suatu peptida antigenik and the pertalian
peptida bersifat sebagai antigenik hubungan dan keinginan antara
dalam mengikat molekul Human komplek antigen-MHC II dan reseptor
Leukocytes Antigens (HLA) kelas II. sel T. Jika proses perlekatan ini tidak
Molekul HLA kelas II ini melibatkan efektif, sel T-helper sisa tidak terikat.
kromosom 6, pada 6p21.3 band, yang Autoantigen yang sesuai untuk memicu
mendekati gen bagi HLA kelas I dan respon imun sel CD4, efektivitas
Yusri Dianne Jurnalis, Yorva Sayoeti, Nelvirina, AUTOIMMUNE 6
HEPATITIS

aktivasi imunosit, secara genetik genotipe HLA kelas II.(1)


menunjukkan dan tergantung pada

Gambar 1. Model Hipotesis Patogenesis AIH(1)

Hep=hepatocytes; APC=Antigen Factor (TNF) alfa. Semua ini dihambat


presenting cell; Th=T helper oleh sel dengan ekspresi normal Major
lymphocyte; T CD8=T cytotoxic Histocompatibility Complex (MHC)
lymphocyte; B=B lymphocyte; dan oleh reseptor inhibisi yang
NK=Natural Killer lymphocyte; aT diaktivasi oleh glikolipid. Sel target
CD8=activated cytotoxic lymphocyte. dengan ekspresi MHC yang
Sel T-helper CD4+ merupakan menyimpang, akan mempertahankan
sel efektor yang penting, di mana diri menghadapi virus atau kanker,
aktivasi dan diferensiasinya merupakan serta mendukung terjadinya regenerasi
langkah awal jalur patogenik (lihat hepar.(8)
Gambar 2). Sel natural killer T (NKT) Sitokin imunoregulator
banyak ter-dapat pada hati dan berperan dalam diferensiasi imunosit
berperan pada patogenesis penyakit. melalui cross-regulatory action yang
Sel NKT lebih banyak diproduksi di mengaktifkan mekanisme seluler dan
sumsum tulang dibandingkan dengan humoral akibat perlukaan sel hati (lihat
di timus, mengurangi reseptor antigen gambar 2). Interleukin (IL)-2, IFN
spesifik dan memproduksi interferon gamma, dan TNF alfa menggambarkan
(IFN) gamma, dan Tumor Necrosis respon sitokin tipe 1 (Th1) yang
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.34. Januari-Juni 2010 7

mengatur mekanisme imun seluler autoantibodi. Respon imun tipe 2 mem-


dengan perantaraan ekspansi klonal perbaiki perlukaan sel hati dengan
limfosit T sitotoksik. Respon sitokin komplek imunoglobulin pada
tipe 1 memperbaiki perlukaan sel hati permukaan hepatosit sebagai target sel
dengan menambah infiltrasi jaringan NKT (sito-toksisitas yang diperantarai
yang tersensitisasi sel T sitotoksik sel yang tergantung antibodi). Respon
(sito-toksisitas seluler). IL-4, IL-5, IL- sitokin tipe 2 juga memiliki efek
6, IL-8, IL-10 dan IL-13 antiinflamasi yang mempengaruhi aksi
menggambarkan respon sitokin tipe 2 sitokin tipe 1.(8)
(Th2) yang mempengaruhi respon
imun humoral dengan mengaktivasi sel
B dan menstimulasi produksi

Gambar 2. Jalur Sitokin Diferensiasi Imunosit.(8)


Yusri Dianne Jurnalis, Yorva Sayoeti, Nelvirina, AUTOIMMUNE 8
HEPATITIS

Enam untaian asam amino untuk arginine (R) pada posisi DRß71.
antara posisi 67 dan 72 pada rantai DRB1*1501 yang melindungi terhadap
DRß molekul MHC kelas II merupakan AIH tipe 1 pada bangsa kulit putih di
untaian kritis oleh alel yang peka. Amerika Utara dan Eropa bagian utara,
DRB1*0301 dan DRB1*0401 menandai isoleucine (I) bagi leucine
menandai untaian identik LLEQKR (L) pada posisi DRß67 dan alanine (A)
(sisipan), di mana lysine (K) bagi lysine (K) pada posisi DRß71.
merupakan faktor penentu kritis pada DRB1*1301 yang dihubungkan dengan
posisi DRß71. DRB1*0404 dan AIH tipe 1 pada anak-anak di
DRB1*0405, sebagai alel yang peka Argentina dan Brazil, menandai
pada orang dewasa bangsa Meksiko, ILEDER pada posisi DRß67-72 di
Jepang, Cina dan Argentina, menandai mana asam glutamat (E), asam aspartat
untaian yang sama kecuali (D), dan asam glutamat (E) berada
pada posisi DRß69, 70 dan 71 secara
berurutan. Struktur dan peralatan
elektrostatik dari alur perleka-tan
antigen dapat menggambarkan ber-
bagai antigen.(8)

Gambar 3. Gambaran Untaian pada Alur Perlekatan Antigen Molekul MHC


Kelas II(8)
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.34. Januari-Juni 2010 9

KLASIFIKASI
Ada 3 klasifikasi AIH yang penderitanya di Eropa adalah orang
diperoleh berdasarkan marker dewasa dan hanya 4% di Amerika
serologis, tetapi hanya 2 tipe yang Serikat. Usia rata-rata saat diagnosis
memiliki feno-tipe klinis yang jelas, adalah 10 tahun, tetapi jenis ini juga
seperti yang dijelaskan pada tabel 1. ditemukan pada orang dewasa,
Tidak ada penye-bab yang khusus, terutama di Eropa. AIH tipe 2 ini dapat
gejala yang khas atau strategi dikaitkan dengan penyakit imunitas
penatalaksanaan tertentu.(8) lainnya, seperti thyroiditis, vitiligo,
AIH tipe 1 merupakan bentuk diabetes mellitus tipe 1, dan
yang paling sering ditemukan, terdapat Autoimmune Poly Endocrinopathy
pada 80% kasus, dan ditandai dengan Candidiasis Ectodermal Dystrophy
ditemukannya Anti Nukclear Antibody (APECED). Jenis ini cukup baik
(ANA) dan/atau Smooth Muscle dengan pemberian kortikosteroid. AIH
Antibody (SMA). 78% penderitanya tipe 2 ini berisiko tinggi untuk menjadi
adalah perempuan, dengan rasio antara sirosis dan fulminan.(4,8,18,19)
perempuan : laki-laki adalah 3,5 : 1. AIH tipe 3 merupakan jenis
AIH mempunyai gambaran bimodal yang paling sedikit, yang ditandai
age, karena sering terjadi pada usia 10 dengan ditemukannya antibodi
– 30 tahun dan usia 40 – 50 tahun. terhadap Soluble Liver Antigen / Liver -
Sekitar 48% pasien berusia < 40 tahun Pancreas (anti-SLA/LP). Jenis ini
dan penyakit ini dapat mengenai bayi. paling banyak dite-mukan pada
AIH tipe 1 dapat dikaitkan dengan perempuan (91%) dengan usia rata-rata
penyakit imunitas lainnya, seperti 37 tahun (antara 17-67 tahun).
thyroiditis, Grave’s disease, dan Autoantibodi lainnya, misalnya ANA,
ulcerative colitis. Jenis ini responnya SMA dan anti-LKM1 bisa terdapat
sangat baik dengan pemberian kortiko- bersamaan dengan anti-SLA/LP dan
steroid. Sekitar 25% penderitanya telah hanya 26% penderita yang memiliki
disertai dengan sirosis saat diag- anti-SLA/LP sebagai hasil serologis
nosis.(4,8,18,19) dasarnya. Penderita dengan anti-
AIH tipe 2 ditandai dengan SLA/LP tidak dapat dibedakan dari
dite-mukannya antibodi terhadap AIH tipe 1, baik secara klinis atau
microsome hati/ginjal (anti-LKM1). laboratorium, fenotipe HLA, ataupun
Jenis ini meru-pakan predominance respon terhadap kortiko-steroid.
pada perempuan. Jenis ini terutama Definisi AIH tipe 3 telah banyak
ditemukan pada anak, tetapi 20% ditinggalkan saat ini.(4,8,18,19)
Yusri Dianne Jurnalis, Yorva Sayoeti, Nelvirina, AUTOIMMUNE 10
HEPATITIS

Tabel 1. Klasifikasi AIH(8)


Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.34. Januari-Juni 2010 11

DIAGNOSIS
AIH pada anak terjadi pada usia proses autoimun pada anggota keluarga
rata-rata 10 tahun untuk tipe 1 dan 7 tidak ver-beda antara AIH tipe 1 dan
tahun untuk tipe 2. Gejala klinis pada 2.(1)
anak agak berbeda dibandingkan Di samping autoantibodi yang
dewasa. Gejala yang paling sering menggambarkan kedua tipe AIH, ter-
timbul sama dengan hepatitis virus dapat peningkatan kadar aminotransfe-
akut, antara lain ikterik, urine yang rase serum sampai 50x di atas nilai
pekat, feses yang pucat, malaise, serta normal pada penderita yang tidak
anorexia yang dikaitkan dengan diobati. Kadar gamma Glutamyl
mual/muntah dan nyeri perut. Transferase (gamma GT) bisa normal
Hepatomegali, splenomegali, dan atau sedikit meningkat. Peningkatan
tanda-tanda gangguan fungsi hati gamma GT yang signifikan
sering terjadi, sirosis dan fibrosis berat mengarahkan ke terjadinya kerusakan
sering ditemukan. Peningkatan duktus biliaris, dan dapat juga menjadi
aktivitas amino-transferase serum sindrom yang tumpang tindih atau
bersifat menetap. Pada beberapa kasus, autoimmune cholangitis. Imuno-
penderita dapat berkembang menjadi globulin G meningkat pada 80% pen-
gagal hati akut dengan ensefalopati. derita. Gambaran ini khas pada AIH
Pada keadaan ini, dengan hepatitis tipe 1, tetapi bisa tidak ditemukan pada
fulminan, terutama terjadi pada usia penderita yang lebih muda dengan AIH
lebih muda dan lebih sering tergolong tipe 2. Kadar albumin serum bisa
AIH tipe 2.(1) normal pada fase awal, tetapi bisa
Penderita dapat bersifat menurun pada kasus yang sudah
asimptomatik pada 10-15% kasus, disertai sirosis dengan insufisiensi hati
dimana tiba-tiba ditemukan atau disertai ascites. Penurunan kadar
hepatomegali atau peningkatan kadar protrombin menunjukkan beratnya
aminotransferase serum. AIH jarang gangguan fungsi hati. Defisiensi
disertai tanda-tanda hipertensi portal immunoglobulin A serum lebih sering
seperti perdarahan akibat pecahnya terjadi pada AIH tipe 2 dan dikaitkan
varises esofagus atau gejala yang dengan penurunan kadar C4 yang
berkaitan dengan gangguan autoimun diturunkan.(1)
ekstrahepatik.(1) Diagnosis AIH secara klinis
Penyakit autoimun ekstrahepa- telah ditetapkan berdasarkan diskusi
tik ditemukan pada 10-20% penderita secara internasional dan dapat
(8)
dan pada 20-40% hubungan digambarkan pada tabel 2.
kekerabatan tingkat pertama. Distribusi
Yusri Dianne Jurnalis, Yorva Sayoeti, Nelvirina, AUTOIMMUNE 12
HEPATITIS

Tabel 2. Kriteria Internasional untuk Diagnosis AIH(8)

Pada keadaan akut, termasuk dalam jaringan parenkim hati (lihat gambar
keadaan fulminan, AIH dapat dikenal 4). Gambar 5 menunjukkan gambaran
dan penting untuk didiagnosis secara hiperkromatik nukleus sel plasma yang
cepat dan diberikan pengobatan secara dikelilingi oleh daerah halo sitoplsma.
tepat. Gambaran histologis AIH dapat Gambaran histologis keadaan akut
berupa interface hepatitis dengan menunjukkan suatu pansinar hepatitis
gambaran infiltrasi sel inflamasi yang dapat disebabkan oleh infeksi
mononuklear melalui saluran portal ke virus akut atau drug-induced hepatitis,
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.34. Januari-Juni 2010 13

dengan gambaran infiltrasi sel


inflamasi mononuklear ke ruang
sinusoid hati yang berkaitan dengan
perubahan degeneratif dan regeneratif
sel hati (lihat gambar 6). Serta
gambaran sentrilo-bular atau
perivenular (Rappaport zone 3) yang
disebabkan oleh luka toksik yang akut,
dengan gambaran inflamasi dan
keluarnya hepatosit di sekitar muara
Gambar 6. Pancinar Hepatitis(8)
vena hepatika, inflamasi difus yang
Gambar 7. Perivenular Necrosis(8)
ringan, serta struktur hepatik yang
tidak bera-turan (lihat gambar 7).(8)
(Rappaport zone 3)
Perubahan dari bentuk perive-
nular (Rappaport zone 3) menjadi
Selama faktor pencetus/penyebab AIH
bentuk interface hepatitis telah
tidak diketahui, perlu ditentukan
diperoleh melalui biopsi spesimen dari
apakah AIH ini berupa suatu sindrom
pasien dengan penyakit onset akut,
yang terdiri dari berbagai etiologi atau
yang menunjukkan gambaran luka
suatu penyakit tunggal dengan
yang sulit dikenali pada spesimen.
perbedaan klinis yang progresif.
Bentuk eksaserbasi dari penyakit hati
Klasifikasi AIH berdasarkan atas profil
kronik yang tidak dikenal dapat
autoantibodi serologis ataupun marker
menunjukkan gambaran yang akut, dan
genetik. Diagnosis AIH tidak dapat
hal ini dapat menunjukkan keadaan
berdasarkan marker histologik tertentu.
hipoalbuminemia, trombositemia,
Penilaian histologis jaringan hati
ascites, varises esofagus, dan/atau
dibutuhkan untuk menilai derajat
fibrosis septal atau sirosis pada
penyakit untuk memonitor terapi.(4)
pemeriksaan secara histologis. Tidak
Hepatitis virus dieksklusi
ada pemeriksaan klinis atau histologis
dengan menggunakan tes yang sesuai
yang spesifik untuk penyakit ini.
dan sebaiknya paling sedikit
Diagnosis AIH membutuhkan
memasukkan virus hepatitis A, B, dan
pemeriksaan yang mengeksklusi
C. Eksklusi infeksi virus hepatitis E
kelainan lain.(8)
tidak direkomendasikan. Eksklusi
patogen virus hepatotropik lainnya
(misalnya: citomegalovirus, Epstein-
Barr virus, virus kelompok her-pes
lainnya) hanya direkomendasikan pada
kasus tersangka, tetapi mungkin sangat
membantu bila diagnosis AIH
berdasarkan kriteria tadi masih belum
jelas.(4)
Tes antibodi sebaiknya melibat-
Gambar 4. Interface Hepatitis(8) kan tes imunofluoresen terhadap Anti
Gambar 5. Plasma Cell(8) Mitochondrial Antibody (AMA). Bila
nilainya positif, tes reaktivitas dengan
autoantigen yang berkaitan dengan
primary biliary cirrhosis (PBC) dapat
Yusri Dianne Jurnalis, Yorva Sayoeti, Nelvirina, AUTOIMMUNE 14
HEPATITIS

dilakukan dengan pyruvate pada anak. Magnetic resonance


dehydrogenase subunit E2 (PDH-E2) cholangio-pancreaticography yang
dan Branched - Chain Ketoacid bersifat non-invasif merupakan
Dehydrogenase subunit E2 (BCKD- tambahan bagi endoscopic retrograde
E2), yang dapat membantu cholangio-pancreaticography yang
(4)
mengeksklusi PBC atau menilai adanya lebih invasif.
suatu sindrom yang tumpang-tindih.(4) Tes stándar untuk mengeksklusi
Bila terdapat profil biokimia penyebab genetik utama pada penyakit
kolestasis (peningkatan alkaline hati kronis mungkin perlu untuk
phosphatase) diperlukan menyempurnakan evaluasi diagnostik
cholangiography untuk mengeksklusi pada kasus Wilson’s disease,
PSC atau tumpang-tindih antara PSC hemochromatosis, dan alfa1-antitrypsin
dan AIH, yang lebih sering terdapat deficiency.(4)

Tabel 1. Differential Diagnosis AIH serta Tes yang Berkaitan(4)

Diagnosis AIH ditegakkan dengan menggunakan sistem skor yang telah direvisi
oleh International Autoimmune Hepatitis Group dan International Association for
the Study of the Liver, yang diuraikan pada tabel 2. (4,8)
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.34. Januari-Juni 2010 15

Tabel 2. Kriteria Diagnostik Internasional untuk AIH(4,8)

Validitas skor telah Spesifisitas untuk membedakan AIH


dikonfirmasi pada 6 penelitian besar dari sindrom yang tumpang-tindih
terhadap 983 pasien. Sensitifitas skor adalah rendah. Kriteria diagnostik
untuk menegakkan diagnosis definite untuk PSC, PBC, dan autoimmune
atau probable AIH adalah 89,8%. cholangitis (PBC dengan AMA
Yusri Dianne Jurnalis, Yorva Sayoeti, Nelvirina, AUTOIMMUNE 16
HEPATITIS

negatif), menunjukkan spesifisitas skor semua pasien dengan skor definite atau
37,1% untuk probable AIH, dan hanya probable AIH tetapi tidak respon
60,8% yang mengeksklusi AIH pada dengan terapi steroid standar.(4)
penyakit bilier. Pada skor yang telah Kriteria diagnostik yang telah
direvisi, pasien yang terbukti PBC atau direvisi diatas sangat komplek dan
PSC secara histologis dan ditujukan untuk ilmu pengetahuan.
kolangiografi digambarkan sebagai Pada tahun 2008 Hennes et al yang
varian penyakit kolestatik dan bukan tergabung dalam International
AIH. Secara khusus, granuloma yang Autoimmune Hepatitis Group
terdeteksi dengan baik, patologi PSC, menyusun kriteria diagnostik yang
PBC, dan proliferasi duktus biliaris sederhana yang dituju-kan untuk
marginal dengan cholangiolitis dan praktek klinis rutin, yang diuraikan
akumulasi copper mengeksklusi AIH. pada tabel 3.(3,20)
Kolangiografi direkomendasikan untuk

Tabel 3. Kriteria Diagnostik Sederhana untuk AIH(3,20)

Kriteria diagnostik sederhana probable AIH, serta memiliki


ini memiliki sensitifitas 88% dan sensitifitas 81% dan spesifisitas 98%
spesifisitas 97% dalam mendiagnosis dalam mendiagnosis definite AIH.(3,20)
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.34. Januari-Juni 2010 17

PENGOBATAN dapat dijamin pada kebanyakan


Pedoman pengobatan AIH telah anak pada waktu didiagnosis.
dikeluarkan oleh American Association Pasien yang lebih dewasa
for the Study of Liver Diseases biasanya masuk dengan
(AASLD) pada tahun 2002. Karena penyakit yang lanjut, tetapi
AIH merupakan penyakit yang bersifat memiliki respon baik terhadap
heterogen, maka pengobatannya pengobatan.(3)
bersifat individual.(3) B. Regimen Pengobatan Standar
A. Indikasi Pengobatan Regimen standar yang direko-
Ada 2 jenis indikasi pengobatan mendasikan AASLD pada
AIH yang dikeluarkan oleh tahun 2002 untuk pengobatan
AASLD pada tahun 2002, AIH adalah Prednison atau
antara lain : indikasi absolut Predni-solon, dengan atau
dan relatif. Keputusan untuk tanpa Azathioprine.
mengobati sebaiknya Kortikosteroid dan
berdasarkan gejala, gambaran Azathioprine, tunggal atau
histologis pada biopsi hati, dan kombinasi, memberikan hasil
kadar AST dan gamma yang baik saat digunakan
globulin.(3) sebagai maintenance regimen
pada anak dan dewasa, tetapi
Tabel 4. Indikasi Pengobatan(3) efek samping dan intolerabilitas
kedua obat ini harus
diperhatikan. Paling sedikit
terdapat 3 percobaan random
terkontrol yang membuktikan
efektifitas steroid dengan Aza-
thioprine dalam menurunkan
mortalitas dan morbiditas.(3)

Tabel 5. Regimen Pengobatan


Konvensional (8)

Indikasi absolut dikaitkan


dengan peningkatan mortalitas
bila tidak diobati dengan tepat,
sedangkan indikasi relatif
dikaitkan dengan peningkatan
morbiditas dan prognosis yang
jelek. Efek samping obat
sebaiknya dipertimbangkan Berdasarkan percobaan open-
secara kuat dalam pemilihan label pada anak yang menderita
strategi pengobatan inisial dan AIH yang dipublikasikan pada
jangka panjang. Pengobatan tahun 2006, Cyclosporine juga
Yusri Dianne Jurnalis, Yorva Sayoeti, Nelvirina, AUTOIMMUNE 18
HEPATITIS

memberikan hasil yang baik (MMF), tacrolimus, dan


sebagai obat lini pertama di budesonide untuk membatasi
sam-ping sebagai obat adjuvant penggunaan Pred-nison
terhadap Prednison dan Aza- sistemik pada penderita AIH
thioprine.(3) dan menghindari efek samping
C. Pengobatan lainnya jangka panjangnya. Penelitian
Penelitian terbaru, baik yang ini juga mencoba mencari terapi
bersifat open-label maupun ran- yang efektif bagi penderita
dom terkontrol, menguji yang intoleran ataupun resisten
Mycophenolate Mo Fetil terhadap regimen standar.(3)

Tabel 6. Obat Lini Kedua AIH dengan Mekanisme Kerjanya(8)


Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.34. Januari-Juni 2010 19

Tabel 7. Obat-obat yang Digunakan dalam Pengobatan AIH(12)


Yusri Dianne Jurnalis, Yorva Sayoeti, Nelvirina, AUTOIMMUNE 20
HEPATITIS

D. Pengobatan Pembedahan Transplantasi hati pada AIH


(Transplantasi Hati) memperlihatkan outcome
Transplantasi hati dipilih bila jangka panjang yang baik.(3)
penyakit berkembang menjadi Transplantasi dilakukan pada
penyakit hati stadium akhir, 4% penderita AIH di Eropa,
sirosis dekompensata, atau dengan angka harapan hidup 5
bentuk AIH fulminan atau tahun 92%, dan recurrence AIH
berat, penderita yang intoleran berkisar antara 11-35%.
ataupun resisten terhadap Persistennya autoanti-bodi tidak
semua jenis obat. Bila penderita berkaitan dengan recurrence
tidak mencapai remisi dalam 4 AIH. Pentingnya penyesuaian
tahun terapi secara terus- individu untuk terapi
menerus, yang beresiko tinggi imunosupresif setelah
untuk mengalami gagal hati transplantasi pada penderita
sebaiknya dievaluasi untuk AIH, yang bertujuan untuk
transplantasi hati. Tidak ada mencegah dan mengontrol
indikator tunggal untuk mela- recurrence AIH.(4)
kukan transplantasi hati pada E. Variasi Outcome Pengobatan
penderita AIH. Indikator IAHG mengeluarkan pedoman
peningkatan mortalitas yang definisi response dan relapse
dikaitkan dengan gagal hati pada tahun 1999. AASLD
adalah bukti histologis yang mengeluarkan pedoman rincian
berupa nekrosis multilobular respon pengobatan pada tahun
dan hiperbilirubinemia.(3,4) 2002.(3,19)
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.34. Januari-Juni 2010 21

Tabel 8. Hasil Akhir Pengobatan Awal dan Tindakan (3,19)


Yusri Dianne Jurnalis, Yorva Sayoeti, Nelvirina, AUTOIMMUNE 22
HEPATITIS

Menurut IAHG, complete marker bio-kimia yang normal secara


response didefinisikan dengan salah sempurna seiring dengan akhir proses
satu atau keduanya dari : peningkatan inflamasi secara histologis. Pengobatan
gejala dan hasil AST atau ALT serum, dapat masih diturunkan secara bertahap
nilai bilirubin dan imunoglobulin dan akhirnya dihentikan, pada
secara sempurna menjadi normal dalam penderita yang berlanjut menjadi
1 tahun yang didukung oleh paling hepatitis portal non-spesifik minimal
kurang >6 bulan terapi maintenance, atau sirosis yang tidak aktif secara
atau biopsi hati pada beberapa waktu histologis.(3)
selama periode ini menunjukkan Tidak ada durasi optimal dari
aktivitas yang paling minimal.(3) terapi maintenance. Minimal 6 bulan
Sama halnya dengan IAHG, terapi maintenance tampaknya sesuai
complete response juga didefinisikan bagi kebanyakan penderita dewasa.
dengan salah satu atau keduanya dari : Pada anak, biasanya dibutuhkan
peningkatan gejala secara bersamaan regimen maintenance dosis rendah
dengan minimal 50% peningkatan dalam jangka panjang, meskipun
semua hasil tes hati selama bulan respon awalnya cepat.(3)
pertama pengobatan, dengan kadar
AST atau ALT selanjutnya menurun PROGNOSIS
sampai kurang dari 2x ambang atas Berdasarkan penelitian proa-
normal dalam 6 bulan selama beberapa nostik sebelumnya, 40% penderita AIH
penurunan terapi maintenance, atau derajat berat yang tidak diobati akan
biopsi hati dalam 1 tahun hanya meninggal dalam 6 bulan setelah
menunjukkan aktivitas yang minimal.(3) diagnosis. Penyakit yang tidak diobati
IAHG mendefinisikan relapse juga sering berkembang menjadi sirosis
dengan salah satu atau keduanya dari : pada 40% kasus yang bertahan hidup.(3)
peningkatan kadar AST atau ALT Kebanyakan penderita yang
serum lebih besar dari 2x ambang atas diobati memiliki prognosis yang baik.
normal atau biopsi hati menunjukkan Penelitian menunjukkan bahwa pende-
penyakit yang aktif, dengan atau tanpa rita AIH, dengan atau tanpa sirosis
gejala yang kembali muncul, setelah menurut hasil biopsi, kebanyakan
complete res-ponse didefinisikan atau berespon terhadap pengobatan kortiko-
gejala kembali muncul atau menjadi steroid. Angka harapan hidup 20 tahun
cukup berat yang membutuhkan bagi semua penderita yang diobati
peningkatan (atau pengenalan kembali) adalah >80%, dengan hasil yang sama
imuno-supresif, yang disertai oleh pada variasi umur dan jenis kelamin
peningkatan kadar AST atau ALT yang sesuai dari daerah geografis yang
serum setelah complete response sama.(3)
didefinisikan sebelumnya.(3) Respon terhadap pengobatan
Sekarang terbukti bahwa terapi sangat baik pada anak yang
sebaiknya tidak ditarik mundur secara mendapatkan kortikosteroid dan
permanen pada beberapa penderita Azathioprine. Misalnya, marker
yang tidak mengalami perbaikan gejala biokimia akan normal hampir pada
secara sempurna secara signifikan, 90% anak setelah 6-9 bulan
pengobatan.(3)
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.34. Januari-Juni 2010 23

KEPUSTAKAAN 9. Jalihal A, Telisinghe PU,Chong


1. Maggiore G, Sciveres M. VH. Profiles of Autoimmune
Autoimmune Hepatitis: A Hepatitis in Brunei Darussalam.
Childhood Disease. Current Hepatobiliary Pancreat Dis Int,
Pediatric Reviews, 2005; 1(1): 2009 ; 8(6): p 602-7.
p 73-90.
10. Najafi M, et al. Autoimmune
2. Vergani GM, Vergani D. Hepatitis in Children, Clinical
Autoimmune Liver Disease. In : Features and Biochemical of
Kelly D, ed. Diseases of the Iranian Children. Govaresh,
Liver and Biliary System in 2005; 10(2): p 103-7.
Children. Edisi ke-3. Wiley-
Blackwell Publishing Ltd.; 11. Shneider BL, Suchy FJ.
2008: p 191-205. Autoimmune and Chronic
Hepetitis. In: Kliegman RM,
3. Malik TA, Saeed S. Behrman RE, Jenson HB,
Autoimmune Hepatitis: A Stanton BF, eds. Nelson
Rewiew. J Pak Med Assoc, Textbook of Pediatrics. Edisi
2010; 60(5): p 381-7. ke-18. Saunders Elsevier,
Philadelphia 2007: p 1698-
4. Manns MP, Strassburg CP. 1701.
Autoimmune Hepatitis: Clinical
Challenges. Gastroenterology, 12. Krawitt EL. Autoimmune
2001; 120(6): p 1502-17. Hepatitis. N Engl J Med, 2006;
354(1): p 54-66.
5. Wolf DC, Raghuraman UV.
Autoimmune Hepatitis. 13. Invernizzi P, Mackay IR.
eMedicine J, 2009. Diunduh Aetiopathogenesis of
dari: Autoimmune Hepatitis. World J
http://emedicine.medscape.com Gastroenterol, 2008; 14(21): p
/article/172356-overview. 3306-12.

6. Sherlock S. Diseases of the 14. Teufel A, Galle PR, Kanzler S.


Liver and Biliary System. 2002. Update on Autoimmune
Hepatitis. World J
7. Boyer JL, Reuben A. Chronic Gastroenterol, 2009; 15(9): p
Hepatitis. In : Schiff L, Schiff 1035-41.
ER, eds. Diseases of the Liver.
Edisi ke-7. JB Lippincott 15. Vergani D, Vergani GM.
Company, Philadelphia ; 1993: Autoimmune Disease. In:
p 586-622. Walker WA et al, eds. Pediatric
Gastrointestinal Disease:
8. Czaja AJ. Current Concepts in Pathophysiology, Diagnosis,
Autoimmune Hepatitis. Annals Management. Edisi ke-4. BC
of Hepatology, 2005; 4(1): p 6- Decker Inc., Canada ; 2004: p
24. 1208-16.
Yusri Dianne Jurnalis, Yorva Sayoeti, Nelvirina, AUTOIMMUNE 24
HEPATITIS

16. Barski L. Autoimmune 18. Vergani GM, Vergani D.


Hepatitis and Autoimmune Liver Disease in
Hypergammaglobulinemic Children. Annals Academy of
Purpura Associated with Herbal Medicine, 2003; 32(2): p 239-
Medicine Use. IMAJ, 2008; 10: 43.
p 390-1.
19. Manns MP, et al. Diagnosis and
17. Hernandez HM et al. Management of Autoimmune
Autoimmune Hepatitis as a Hepatitis. Hepatology: p 1-66.
Late Complication of Liver
Transplantation. J Pediatr 20. Hennes EM et al. Simplified
Gastroenterol Nutr, 2001; Criteria for the Diagnosis of
32(2): p 131-6. Autoimmune Hepatitis.
Hepatology, 2008; 48(1): p
169-76.

You might also like