You are on page 1of 17

MAKALAH

INFEKSI PAYUDARA DAN ABSES PAYUDARA


Dosen Pembimbing :
GALUH PRADIAN Y., SST., M.Kes

Oleh :
AMBAR TANJUNG
NIM. 16617628

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK (D.IV)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2017
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, atas petunjuk
dan kekuatan-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Makalah Infeksi Payudara dan Abses
Payudara dengan lancar tanpa kendala yang berarti.
Makalah ini kami susun dengan tujuan memenuhi kebutuhan kami sebagai
mahasiswa untuk menambah pengetahuan kami tentang mata kuliah ini. Dengan
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber yang relevan, yang nantinya dapat
bermanfaat bagi semua untuk mengatasi kesulitan belajar dalam mempelajari mata kuliah
ini.
Dalam penyelesaian makalah ini tentunya banyak melibatkan berbagai pihak.
Untuk itu ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini.
Tentunya dalam penyusunan makalah ini kami belumlah cukup sempurna. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk menjadikan isi makalah ini menjadi
lebih baik dan menjadi tolak ukur bagi kami untuk menyusun makalah yang sesuai
dengan harapan kita semua yang bermanfaat untuk sekarang dan masa depan. Semoga
segala ikhtiyar kita diridhoi Allah SWT, Amin.

Kediri, Desember 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Cover............................................................................................................. i
Kata Pengantar.............................................................................................................. ii
Daftar Isi....................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 2
1.3 Tujuan......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Infeksi Payudara/Mastitis........................................................... 3
1. Pengertian............................................................................. 3
2. Penyebab.............................................................................. 3
3. Jenis-Jenis Mastitis............................................................... 4
4. Tanda-Tanda Infeksi Payudara Atau Mastitis....................... 5
5. Diagnosa Infeksi Payudara................................................... 6
6. Pencegahan........................................................................... 6
7. Komplikasi Infeksi Payudara............................................... 7
8. Penanganan........................................................................... 7
2.2 Abses Payudara.......................................................................... 8
1. Definisi................................................................................. 8
2. Faktor Penyebab Dan Faktor Resiko.................................... 9
3. Tanda Gejala......................................................................... 10
4. Diagnosis.............................................................................. 10
5. Pencegahan........................................................................... 10
6. Penatalaksanaan................................................................... 11
BAB III PENUTUP................................................................................................ 13
A. Kesimpulan................................................................................ 13
B. Saran........................................................................................... 13
Daftar Pustaka .......................................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan yaitu setelah kelahiran plasenta selesai sampai alat-alat kandungan
kembali seperti pra-hamil, lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu.
Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap ibu yang baru
melahirkan sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Fungsi
perawatan masa nifas yakni memberikan fasilitas agar proses penyembuhan
fisik dan psikis berlangsung dengan normal, mengamati proses kembalinya
rahim ke ukuran normal, membantu ibu untuk dapat memberikan ASI dan
memberi petunjuk kepada ibu dalam merawat bayinya.
Perawatan masa nifas sebenarnya dimulai sejak plasenta lahir, dengan
menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan setelah
melahirkan dan infeksi. Bila ada luka robek pada jalan lahir atau luka bekas
guntingan episiotomi, dilakukan penjahitan dan perawatan luka dengan
sebaik-baiknya. Penolong persalinan harus tetap waspada sekurang-kurangnya
1 jam sesudah melahirkan, khususnya untuk mengatasi kemungkinan
terjadinya perdarahan. Sesudah bersalin, suhu badan ibu dapat naik 0,5 derajat
C, tapi tidak melebihi 38 derajat C. Sesudah 12 jam pertama, suhu badan akan
kembali normal. Bila suhu melebihi dari 38 derajat C, kemungkinan telah
terjadi infeksi.
Infeksi payudara atau disebut juga mastitis merupakan peradangan
pada payudara infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tapi mungkin juga
melalui peredarah darah (Prawirohadjo,2005:701) Penyebab infeksi biasanya
Staphylococcus aureus. Mastitis diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang
berlanjut. Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI dihisap atau dikeluarkan
secara tidak efektif. Dapat juga terjadi akibat tekanan BH atau baju. Para
wanita yang baru pertama kali menyusui cenderung lebih sering terkena
mastitis. Mastitis ini dapat terjadi kapan saja sepanjang periode menyusui, tapi
paling sering terjadi antara hari ke-10 dan hari ke-28 setelah kelahiran.

1
Menurut Sarwono (2005:482) tidak jarang mastitis dibarengi oleh
kanker payudara, yang menyebabkan jalannya penyakit menjadi lebih cepat.
Mastitis tidak akan membawa dampak negatif bagi bayi karena kuman yang
menyebabkan mastitis terdapat pada peredaran darah dan tidak mempengaruhi
saluran ASI, sehingga tidak mempengaruhi ASI.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Untuk memenuhi mastitis/infeksi payudara
b. Untuk mengetahui abses payudara
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang definisi, etiologi, penyebab, klasifikasi,
pencegahan dan penatalaksanaan infeksi payudara
b. Untuk mengetahui tentang definisi, etiologi, penyebab, klasifikasi,
pencegahan dan penatalaksanaan abses payudara

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. MASTITIS
1. Pengertian
Infeksi payudara atau disebut juga mastitis merupakan peradangan
pada payudara infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tapi mungkin
juga melalui peredarah darah (Prawirohadjo,2005:701) Penyebab infeksi
biasanya Staphylococcus aureus. Mastitis diakibatkan oleh sumbatan
saluran susu yang berlanjut. Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI
dihisap atau dikeluarkan secara tidak efektif. Dapat juga terjadi akibat
tekanan BH atau baju. Para wanita yang baru pertama kali menyusui
cenderung lebih sering terkena mastitis. Mastitis ini dapat terjadi kapan
saja sepanjang periode menyusui, tapi paling sering terjadi antara hari ke-
10 dan hari ke-28 setelah kelahiran.
Menurut Sarwono (2005:482) tidak jarang mastitis dibarengi oleh
kanker payudara, yang menyebabkan jalannya penyakit menjadi lebih
cepat. Mastitis tidak akan membawa dampak negatif bagi bayi karena
kuman yang menyebabkan mastitis terdapat pada peredaran darah dan
tidak mempengaruhi saluran ASI, sehingga tidak mempengaruhi ASI.
2. Penyebab
Penyebab terjadinya infeksi payudara yaitu:
a. Bayi tidak mau menyusu sehingga ASI tidak diberikan secara adekuat.
b. Lecet pada puting susu yang menyebabkan kuman staphylococcus
aureus masuk menyebabkan infeksi mastitis
c. Personal higiene ibu kurang, terutama pada puting susu
d. Bendungan air susu yang tidak adekuat di tangani sehingga
menyebabkan mastitis (Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal,
2001).

3
3. Jenis-Jenis Mastitis Atau Infeksi Payudara
Secara garis besar mastitis dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Non Infektif Mastitis
Non infektif mastitis terjadi karena saluran air susu yang tersumbat
atau juga karena posisi menyusui yang salah.
b. Infektif Mastitis
Yaitu yang telah terinfeksi bakteri yang diakibatkan oleh kuman yang
masuk ke saluran air susu di puting payudara melalui perantaraan
mulut atau hidung bayi. Pada mastitis infeksius, ASI dapat terasa asin
akibat kadar natrium dan klorida yang tinggi dan merangsang
penurunan aliran ASI. Ibu harus tetap menyusui.
Berdasarkan penyebabnya mastitis dapat dibedakan menjadi 3
yaitu:
a) Mastitis periductal
Biasanya muncul pada wanita di usia menjelang menopause (wanita di
atas 45 tahun), penyebab utamanya tidak jelas diketahui. Akibat
perubahan hormonal dan aktivitas menyusui di masa lalu. Pada saat
menjelang menopause terjadi penurunun hormon estrogen yang
menyebabkan adanya jaringan yang mati. Tumpukan jaringan mati dan
air susu menyebabkan penyumbatan pada saluran di payudara.
Penyumbatan menyebabkan buntunya saluran dan akhirnya
melebarkan saluran di belakangnya, yang biasanya terletak di belakang
puting payudara. Hasil akhirnya ialah reaksi peradangan yang disebut
mastitis periductal. Jenis mastitis ini jarang terjadi.
b) Mastitis puerperalis
Ini disebabkan karena infeksi pada jaringan payudara. Mastitis ini
terjadi pada wanita yang sedang menyusui karena adanya perpindahan
kuman dari mulut bayi atau mulut dari suaminya. Kuman yang paling
banyak menyebabkan mastitis puerperalis adalah Staphylococcus
aureus. Selain itu kuman dapat masuk ke payudara karena suntik
silikon atau injeksi kolagen sehingga menyebabkan peradangan. Pada

4
mastitis puerperalis kuman berasal dari luar yang masuk ke dalam
payudara.
c) Mastitis supurativa
Mastitis jenis ini ialah yang paling sering ditemui. Mirip dengan jenis
sebelumnya, mastitis jenis ini juga disebabkan kuman staphylococcus.
Selain itu bisa juga disebabkan oleh jamur, kuman TBC, bahkan sifilis.
Mastitis jenis ini harus mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat
agar tidak terjadi abses atau luka bernanah dalam jaringan payudara.
Kuman dari mastitis supurative berasal dari dalam tubuh yang masuk
ke dalam jaringan payudara lewat aliran darah.
4. Tanda-Tanda Infeksi Payudara Atau Mastitis
Ada beberapa tanda-tanda infeksi payudara yaitu:
a) Pembesaran payudara hanya pada satu sisi
b) Nyeri dan bengkak pada payudara yang terkena infeksi
c) Demam, mual dan muntah. Semua gejala infeksi payudara hampir
disertai dengan demam, adapun gejala mual dan muntah tidak selalu
muncul.
d) Keluar cairan dari puting payudara, dapat berupa bening hingga pus
(nanah).
e) Bengkak, nyeri, terasa panas dan kemerahan pada payudara yang
terkena infeksi
f) Pembesaran jaringan limfe ketiak jika infeksi telah menyebar keluar
dari payudara.
g) Rasa panas dingin disertai kenaikan suhu
h) Demam, sakit-sakit seperti flu, serta payudara terasa panas dan
lembek.
i) Penderita merasa lesu
j) Tidak ada nafsu makan
k) Mamma membesar/ bengkak dan nyeri
l) Mamma merah

5
m) Nyeri perabaan
n) Kadang terjadi abses
o) Nanah yang menyebar ke bagian tubuh lain dapat menyebabkan
meriang/demam tinggi dan menggigil, keringat banyak, turunnya daya
tahan tubuh, bahkan hingga menurunnya kesadaran.
5. Diagnosa Infeksi Payudara
Umumnya diagnosa infeksi payudara sangatlah mudah yaitu
dengan adanya gejala – gejala di atas disertai dengan pemeriksaan fisik
pada payudara yang mengalami infeksi, seorang dokter sudah bisa
mendiagnosa infeksi payudara. Adapun pemeriksaan pelengkap untuk
mendiagnosa infeksi payudara adalah dengan kultur bakteri untuk
mengetahui jenis bakterinya, dan biopsi untuk mengambil contoh jaringan
payudara yang mengalami infeksi dan sudah mengalami abses.
Pemeriksaan lainnya adalah mammografi.
6. Pencegahan
Mastitis atau infeksi payudara dapat dicegah dengan melakukan
beberapa hal sebagai berikut:
a. Perawatan puting susu atau perawatan payudara
Perawatan ini dilakukan dengan membersihkan puting susu sebelum
dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang
sudah mengering. Selain itu bayi juga harus terbebas dari infeksi
stafilokokus. Bila ada retak atau luka pada puting, sebaiknya bayi tidak
menyusu pada mamma yang bersangkutan sampai luka itu sembuh. Air
susu ibu dikeluarkan dengan pijatan. Pengurutan payudara sebelum
laktasi merupakan salah satu tindakan yang sangat efektif untuk
menghindari terjadinya sumbatan pada duktus.
b. Usahakan untuk selalu menyusui dengan posisi dan sikap yang benar.
Menggunakan penyangga bantal saat menyusui juga cukup membantu
menciptakan posisi menyusui yang lebih baik.
c. Menggunakan bra atau pakaian dalam yang memiliki penyangga yang
baik pada bagian payudaranya.

6
d. Susukan bayi setiap saat tanpa jadwal. Susui bayi sesering mungkin
dan jangan memperpanjang jarak antar tiap waktu menyusui.
e. Keluarkan kelebihan ASI dengan segera. ASI yang tidak dikeluarkan
akan menumpuk dan menimbulkan penyumbatan di dalam payudara
yang dapat berujung peradangan. Jika payudara sudah terasa penuh
ASI, bujuklah bayi untuk menyusui.
7. Komplikasi Infeksi Payudara
Jika infeksi payudara sangat berat maka kemungkinan dapat terjadi
abses. Jika telah terjadi abses maka pengobatannya adalah dengan
melakukan drainase yaitu pembersihan dan pengaliran cairan dan nanah
pada payudara yang mengalami abses.
8. Penanganan
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan pada infeksi payudara
yaitu :
a. Istirahat
Istirahat akan menghilangkan stres dan meningkatkan kekebalan
tubuh.
b. Kompres payudara.
Secara bergantian, kompres payudara dengan kompres hangat dan
dingin. Kompres dingin menghilangkan rasa nyeri, sedangkan kompres
panas membantu memerangi peradangan.
c. Pijat daerah yang sakit. Pemijatan akan meningkatkan sirkulasi,
mengurangi penyumbatan payudara serta membantu meningkatkan
faktor imunitas di payudara. Pijatlah payudara sambil mandi air hangat
atau berendam air hangat.
d. Jangan berhenti menyusui meskipun payudara meradang. Penghentian
ini dapat menyebabkan terjadinya infeksi kuman penyakit pada
payudara yang dapat berlanjut menjadi abses payudara (payudara
bernanah).
e. Susuilah lebih sering di payudara yang meradang.Susuilah payudara
yang meradang sampai kosong, karena apabila ada yang tersisa akan

7
lebih mudah terinfeksi lagi. Sebaiknya langsung susui bayi (jangan
dipompa), kecuali jika terpaksa karena bayi menolak menyusu,
keluarkan ASI dengan tangan atau dipompa. Mulailah menyusui
dengan payudara yang sehat, setelah itu baru ganti ke payudara yang
sakit. Cara ini akan mengurangi nyeri saat menyusu.
f. Apabila bayi menolak untuk menyusu pada payudara yang meradang,
ini dapat disebabkan karena peradangan kelenjar susu meningkatkan
kadar sodium (garam) pada ASI sehingga rasanya jadi asin.
Kebanyakan bayi tidak menyadari rasa asin ini, tetapi ada bayi yang
menolak untuk meminumnya. Apabila bayi menolak, mulailah
menyusui dari payudara yang sehat, baru selanjutnya tukar ke
payudara yang meradang.
g. Sangga payudara dengan menggunakan bra atau pakaian dalam yang
mampu menyangga payudara dengan baik
h. Apabila peradangan terus berlanjut atau sudah terjadi abses, sebaiknya
payudara yang sakit tidak boleh disusukan karena mungkin
memerlukan tindakan bedah dan segeralah periksa ke dokter.

B. ABSES PAYUDARA
1. Definisi
Breast abscess atau Abses payudara adalah akumulasi nanah pada
jaringan payudara. Hal ini biasanya disebabkan oleh infeksi pada
payudara. Cedera dan infeksi pada payudara dapat menghasilkan gejala
yang sama dengan di bagian tubuh lainnya, kecuali pada payudara, infeksi
cenderung memusat dan menghasilkan abses kecil. Hal ini dapat
menyerupai kista.
Abses Payudara adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan
kumpulan nanah yang terbentuk di bawah kulit payudara sebagai akibat
dari infeksi bakteri.

2. Faktor Penyebab Dan Faktor Resiko

8
Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang
umum ditemukan pada kulit normal (staphylococcus aureus). Infeksi
terjadi khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri masuk ke tubuh melalui
kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa awal
menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah.
Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus
dibedakan dengan kanker payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda
sampai usia pertengahan yang tidak menyusui mengalami subareolar
abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting susu). Kondisi
ini sebenarnya terjadi pada perokok.
Faktor risiko:
a. Diabetes mellitus
Selain diabetes dan obesitas yang merupakan faktor risiko utama,
beberapa faktor lain ternyata dapat meningkatkan risiko abses
payudara. Hal ini terungkap dalam sebuah penelitian di University of
Iowa, yang dipublikasikan dalam Journal of The American College of
Surgeons edisi Juli 2010.
b. Perokok berat
Salah satu faktor yang dimaksud adalah rokok, yang dapat
meningkatkan risiko abses payudara 6 kali lipat dibanding pada wanita
yang tidak merokok. Selain itu, rokok juga membuat peluang
kekambuhan melonjak hingga 15 kali lipat. Dari sejumlah pasien yang
mengalami kekambuhan, 60 persen di antaranya merupakan perokok
berat. Oleh karena itu, peneliti menyarankan para pendeita abses yang
merokok untuk menghentikan kebiasaanya agar risiko kambuh bisa
dikurangi.
Dalam penelitian ini, para ahli melibatkan 68 wanita yang
mengalami abses payudara, termasuk 43 wanita perokok dan 9 wanita
yang memiliki tindik di putingnya. Seluruh partisipan tidak memiliki
riwayat kanker payudara dan tidak sedang menjalani penyinaran
dengan radiasi maupun operasi payudara dalam 12 bulan terakhir.
c. Tindik di bagian puting susu (baru pertama kali diungkapkan)
Risiko untuk mengalami abses payudara pada wanita yang
putingnya ditindik cenderung meningkat pada kurun waktu hingga 7
tahun sejak tindik dibuat.
d. Infeksi setelah melahirkan

9
e. Anemia
f. Penggunaan obat steroid
g. Rendahnya sistem imun
h. Penanaman silicon
3. Tanda Gejala
a. Sakit pada payudara ibu tampak lebih parah.
b. Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah.
c. Benjolan terasa lunak karena berisi nanah. Kadang-kadang keluar
cairan nanah melalui puting susu. Bakteri terbanyak penyebab nanah
pada payudara adalah STAFILOKOKUS AUREUS DAN SPESIES
STREPTOKOKUS.
d. Pada lokasi payudara yang terkena akan tampak
membengkak.Bengkak dengan getah bening dibawah ketiak.
e. Nyeri dan teraba masa yang fluktuatif / ‘empuk
f. Sensasi rasa panas pada area yang terkena
g. Demam dan kedinginan, menggigil
h. Rasa sakit secara keseluruhan
i. Malaise, dan timbul limfadenopati pectoralis, axiller, parasternalis,
dan subclavia.
4. Diagnosis
Untuk memastikan diagnosisnya perlu dilakukan aspairasi nanahmya.
Differensial diagnosisnya galactoele, fibroadenoma dan carcinoma.
5. Pencegahan
a. Perawatan Putting Susu Rata
Beberapa ibu memiliki puting susu yang rata dan membuat menyusui
adalah hal yang sulit atau tidak mungkin. Untuk memperbaiki hal ini,
Hoffman’s exercises dapat dimulai sejak 38 minggu kehamilan. Oles
sedikit pelicin (contoh Vaseline) pada areola. Dua ruas jari atau satu
jari dan jempol diletakkan sepanjang sisi puting susu dan kulit dengan
lembut ditarik dengan arah horizontal. Kemudian, gerakan ini di ulang
dengan arah horizontal, lakukan pada keduanya beebrapa kali. Jika
latihan ini dilakukan beberapa kali per hari, akan membantu
mengeluarkan puting susu. Metode alternatif adalah penarikan puting
susu, digunakan pada lapisan khusus di dalam bra pada saat kehamilan.
b. Puting susu dan payudara harus dibersihkan sebelum dan setelah
menyusui.
c. Setelah menyusui, puting susu diolesi kembali dengan ASI dan biarkan
kering dengan sendirinya (dapat diberikan salep lanolin atau vitamin A
dan D)

10
d. Hindari pakaian yang menyebabkan iritasi pada payudara
e. Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan
f. Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran, kosongkan
payudara dengan cara memompanya
g. Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah
robekan/luka pada puting susu.
h. Minum banyak cairan
i. Menjaga kebersihan puting susu
j. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui.
6. Penatalaksanaan
a. Teknik menyusui yang benar.
b. Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian.
c. Meskipun dalam keadaan mastitis, harus sering menyusui bayinya.
d. Mulailah menyusui pada payudara yang sehat.
e. Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses, tetapi ASI
harus tetap dikeluarkan.
f. Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah, berikan
antibiotik.
g. Rujuk apabila keadaan tidak membaik.

Terapi : Evakuasi abses dengan cara dilakukan operasi (insisi


abses) dalam anestesi umum. Setelah diinsisi, diberikan drain untuk
mengalirkan sisa abses yang ‘mungkin’ masih tertinggal dalam payudara.
Abses / nanah kemudian diperiksa untuk kultur resistensi dan
pemeriksaan PA.
Jika abses diperkirakan masih banyak tertinggal dalam payudara,
selain dipasang drain juga dilakukan bebat payudara dengan elastic
bandage. Setelah 24 jam tindakan, pasien kontrol kembali untuk
mengganti kassa. Pasien diberikan obat antibiotika dan obat penghilang
rasa sakit.
Penanganan yang dapat dilakukan antara lain :
Pengeluaran susu terhambat dilakukan untuk mastitis adalah
pemanasan lokal, antipiretik dan analgesik ringan, pengosongan payudara
berkala dengan terus memberikan ASI atau memompa, dan terapi
antibiotika oral. Namun jika sudah terjadi abses, perlu diberikan antibiotik
intravena, aspirasi, atau insisi dan jika perlu drainase. Setiap cairan

11
aspirasi perlu dilakukan pemeriksaan histologik untuk menyingkirkan
keganasan.
Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15-20
menit, 4 kali/hari.
Diberikan antibiotik dan untuk mencegah pembengkakan,
sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada payudara
yang terkena.
Jika terjadi abses, biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan
nanah, serta dianjurkan untuk berhenti menyusui.
Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya
acetaminophen atau ibuprofen). Kedua obat tersebut aman untuk ibu
menyusui dan bayinya.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Breast abscess atau Abses payudara adalah akumulasi nanah pada
jaringan payudara. Hal ini biasanya disebabkan oleh infeksi pada payudara.
Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum
ditemukan pada kulit normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi
khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri masuk ke tubuh melalui kulit yang
rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa awal menyusui. Area
yang terinfeksi akan terisi dengan nanah.

B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah:
1. Tenaga Kesehatan terutama Bidan harus lebih memperhatikan keadan
umum ibu nifas.
2. Tenaga Kesehatan terutama Bidan harus lebih sering memperhatikan
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu nifas.
3. Tenaga Kesehatan terutama Bidan harus lebih intensif memberikan
pengertian masalah – masalah yang mungkin akan terjadi pada ibu nifas,
serta tidak lupa cara menyusui yang benar agar kejadian infeksi payudara
dapat dicegah.

13
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono,2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Prawirohardjo, Sarwono,2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Prawirohardjo, Sarwono,2010. Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Sulistyawati, Ari,2009. Buku ajar asuhan kebidanaan pada ibu nifas. Yogyakarta :
CV. Andi Offset.

Hyre, Anne.2001. Asuhan Kebidanan Care. jakarta : pusdinakes.

Syaipudin, Abdul Bari.2001. Paduan Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Yayasan


Bina Pustaka.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran (EGC).

Manuaba, Ida Ayu Chandranita dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan,
dan KB. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

14

You might also like