You are on page 1of 6

TUGAS MAKALAH AGAMA

“PERBANDINGAN 3 IDEOLOGI DI DUNIA”

oleh :
MUH. ACHIDA

R1D115062

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

UNIVERSITAS HALU OLEO


Lagi-lagi konsep tentang agama perlu dipertanyakan kembali karena dalam konstalasi
zaman, ideologi bertabrakan, dengan jahatnya ideologi terselubung lewat agama yang sulit
dikendalikan karena sangat akut, konflik tidak hanya terjadi dalam polemik/kontroversi wacana
yang terjadi dalam teks melainkan juga secara riil telah nampak diermukaan bumi dan sangat
telanjang. Karena masing-masing paham memiliki sudut pandang yang berbeda dan juga
relevansinya dengan ideologi masing-masing. Konsekuensi logisnya suatu penyampaian
terdistorsi, yang seharusnya berada di wilayah agama kini ditempatkan pada wilayah teks, karena
setiap tokoh paham mempunyai hak provieles dan sebagai masyarakat yang awam tidak dapat
memberikan negasi mutlak. Indikasinya masyarakat selalu terpatologi bahkan menjadi panismen
ideologi paham.
Ideologi Kapitalis
Kapitalisme dibangun dengan Sekularisme. Pemahaman yang mengajarkan pemisahan agama
dari kehidupan. Dalam hal ini, Kapitalisme telah
mengkotak agama hanya sebagai Ritualisme dan Spiritualisme. Sehingga, untuk menjawab
tentang ritual ini, termasuk dari mana asal kehidupan dan
bagaimana akhirnya, mereka menyerahkan kepada agama masing-masing. Sedangkan dalam
masalah kehidupan, manusialah yang mempunyai
otoritas untuk mengaturnya. Mengenai solusi atas seluruh problem kehidupan manusia, Kapitalis
telah memiliki banyak hukum, yang semuanya
dicetuskan berdasarkan asas manfaat. Agar asas manfaat ini dicapai secara maksimal, harus ada
Liberalisme. Demokrasi misalnya, adalah salah satu
bentuk solusi dalam masalah pemeritahan. Demokrasi merupakan kebebasan rakyat dalam
menyatakan pandangannya, yang lahir akibat praktik
eksploitasi Teokrasi. Karena Teokrasi tidak menguntungkan, maka ia dihujat, dihancurkan dan
dikubur hidup-hidup. Liberalisasi kepemilikan, misalnya,
adalah salah satu bentuk solusi dalam masalah ekonomi, yang melahirkan individualisme.
Dengan kebebasan tanpa batas, dan berorientasi pada
perolehan kemanfaatan yang sebesar-besarnya, terjadilah eksploitasi orang kaya atas orang
miskin. Yang tidak jarang menimbulkan class stuggle.
Untuk menutupi kebocoran ini, maka dicetuskannya walfer state, dimana negara yang semula
hanya menjadi polisi lalu lintas untuk melindungi
kebebasan mutlak individu, akhirnya turun tangan. Dalam masalah tingkah laku, kebebasan
merupakan atribut yang essensial bagi mereka. Free sex,
free love adalah model yang dikembangkan dalam memecahkan problem sexual instink. Dalam
beragama, tampak dengan berkembangnya
murtadisasi, dengan toleransi tinggi.
Ideologi Sosialis
Sosialisme sebagai sebuah Ideologi dalam konteks ini, konteks asas, dibangun dengan
materialisme atau Dialektika Materialisme. Pemahaman yang
mengajarkan, bahwa seluruh yang maujud, manusia, alam dan kehidupan yang nota bene
semuanya merupakan materi adalah berasal dari materi.
Yang semuanya berproses secara dialektik, dari satu materi dengan adanya antithesis, akan
menghasilkan sintesis baru, yang berupa materi lain. Inilah
kerangka Dialektika Materialisme. Tuhan, diklaimnya tidak ada, bahkan Nietze mengatakannya
sebagai telah mati. Sosialisme terbukti tidak
memberikan tempat bagi agama. Sehingga problem-problem keagamaan dipecahkannya secara
material, dimana dalam filsafatnya menolak
samasekali aspek metafisik. Dalam menjawab kebutuhan spiritualnya, tentang dari mana muasal
hidup mereka, maka sebisa mungkin mereka akan
menjelaskan secara materi. Sebagai contoh teori evolusi Darwin, yang secara tidak langsung
menafikan bahwa manusia diciptakan oleh Al-Khalik.
Dalam konteks futuristik, keakhiratan, kehidupan pasca dunia, mereka menjelaskan sebagai tidak
ada. Sebab, jasad manusia telah berevolusi menjadi
sintesis yang lain. Akan tetapi, sebagai ganti kekosongan spiritualitasnya mereka akhirnya
mengkultuskan individu, pahlawan dan lain sebagainya.
Mengenai solusi atas semua problem hidupnya, Sosialisme telah membangun hukum
berdasarkan antithesis (tanaqhudhat). The iro law of oligarchi
(Hukum Tangan Besi) adalah hukum yang dipraktekkan dalam sistem Sosialis. Maka,
Diktatorisme adalah bentuk pemeritahannya. Mengapa harus
pemerintahan diktator? Sebab pemeritahan ini merupakan sistem yang dipaksakan untuk
mewujudkan antithesis. Sebagai contoh, Sosialisme,
memberangus private property agar tidak terjadi monopoli faktor produksi, dan terciptalah
pemerataan. Tanpa adanya The Iron Law of Oligarchi,
menurut mereka mustahil memberantas monopoli. Bahkan, menurut mereka class stuggle adalah
sebuah keharusan untuk menciptakan perubahan.
Dengan cara semacam itu, akan terwujudlah keadilan sosial. Sedangkan dalam aspek kehidupan
yang lain, karena tidak ada standar baku, hukum
mereka amat rentan dan mengikuti selera masyarakat.

Ideologi Islam
Pada tataran individu, etika berfungsi sebagai proses awal pembentukan indentitas.
Konstruksi identitas akan memberikan kesadaran untuk mempercayai segala kebenaran yang
disampaikan oleh suatu agama. Jika seorang penganut agama sudah punya kesadaran tentang
identitasnya dalam suatu agama, maka komitmennya pada agama tidak akan diragukan lagi.
Dapat dikatakan bahwa militansi seorang penganut agama berawal dari pembentukan identitas
pada dirinya.
Adanya identifikasi spesifik di antara anggota kelompok. Termasuk masalah komitmen di antara
mereka dapat kita lihat pada cerita kepahlawanan ataupun perilaku yang menidentikan
perlawanan antara yang baik dan jahat. Tradisi keagamaan selalu menunjukkan bahwa Tuhan
tidak suka pada beberapa perilaku yang dianggap salah dan juga memberikan restu pada perilaku
yang dianggap benar. Konsep ini juga memberikan pemahaman untuk memberikan reward pada
pelaku agama, yang benar diberikan pahala sedangkan yang salah diberikan dosa.
Identitas kelompok (agama) inilah yang menjadikan awal ideologisasi agama bagi pemeluknya.
Ideologi sendiri berfungsi untuk mempengaruhi kehidupan suatu kelompok agar sesuai dengan
apa yang telah digariskan sejak awal oleh agama tersebut. Di sisi lain pada tingkat lebih lanjut
identitas agama memberikan harapan besar bagi masyarakat untuk maju, karena membentuk
moral personal dan juga solidaritas bagi masing-masing pemeluk agama. Namun demikian,
sebagaimana ideologi, agama tidak akan serta-merta dipercaya oleh para penganutnya, dalam
keadaan ini konstruksi identitas memberikan pengamanan akan keraguan tersebut. Hingga
penerimaan akan sebuah kepercayaan mutlak dan mesti dilakukan. Pada dataran inilah
kebanyakan pemerhati keagamaan memetakan asal-mula tindakan kekerasan atas nama agama
muncul.
Menurut penulis sendiri agama sebagai Ideologi tidaklah menjadi pokok persoalan, ketika
ideologisasi ini mampu memberikan kenyamanan dan keamanan bagi hidup di dunia dan akhir
nanti. Karena memang setiap agama menawarkan rasa aman kepada pengikutnya. Tentunya
perasaan seperti inilah yang dicari oleh setiap pengikut agama. Rasa aman memberikan
ketenangan kepada manusia akan kehidupan setelah mati, seperti apa yang selalu di informasikan
oleh setiap agama di dunia ini. Permasalahannya adalah pembenaran tindak kekerasan terhadap
kelompok lain. Apakah memang rasa aman mampu diperoleh dengan tindak kekerasan dan
menghilangkan rasa aman dan nyaman orang lain? Tindak kekerasan bukanlah sebuah solusi!
Dalam konteks akidah (asas)-nya, mengajarkan asal muasal seluruh yang maujud, alam,
manusia dan kehidupan beasal dari sang Khalik. Dan hidup
manusia diciptakan untuk beribadah sebagai wujud keterikatan manusia dengan ALLAH dalam
bentuk melaksanakan perintah dan meninggalkan
seluruh laranganNya. Juga karena manusia, kelak, setelah hidup di dunia, akan hidup untuk yang
kesekian kalinya, untuk mempertanggungjawabkan
seluruh aktivitas duniawinya. Maka, ALLAH menurunkan Rasul untuk membimbing manusia
untuk menemukan bentuk kehidupan dunia dan akherat
yang ideal. Inilah asas Ideologi Islam. Intinya, terangkum dalam keenam rukun iman. Mengenai
solusi atas seluruh problem kehidupan manusia, Islam
mendasarkan solusinya pada keterikatan kepada hukum syara’. Dalam konteks pemerintahan,
Islam mensyari’atkan sistem khilafah, dengan bentuk,
sistem dan mekanisme yang unik. Dalam konteks ekonomi, Islam mensyari’atkan hukum-hukum
mengenai masalah kepemilikan, pengelolaan, dan
distribusi, serta, hukum-hukum yang menyangkut mekanisme memiliki dan mengembangkan
harta. Dalam konteks politik dalam negeri, Islam telah
mewajibkan diberlakukannya seluruh hukum Islam kepada rakyat. Sedangkan dalam konteks
politik luar negri, Islam telah memberlakukan hukum-
hukum jihad. Dalam masalah sangsi hukum, Islam memiliki sangsi yang tegas. Dengan demikian
seluruh problem kehidupan manusia, semuanya bisa
dipecahkan oleh Islam.
Macam-macam Ideologi dunia
Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri diciptakan oleh Destutt de
Tracy pada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan "sains
tentang ide". Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang
segala sesuatu (bandingkan Weltanschauung), secara
umum (lihat Ideologi dalam kehidupan sehari hari) dan beberapa arah filosofis (lihat Ideologi
politis), atau sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang
dominan pada seluruh anggota masyarakat.
Tujuan untama dibalik ideologi adalah untuk menawarkan perubahan melalui proses pemikiran
normatif. Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak (tidak
hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah publik sehingga membuat
konsep ini menjadi inti politik. Secara implisit setiap
pemikiran politik mengikuti sebuah ideologi walaupun tidak diletakkan sebagai sistem berpikir
yang eksplisit.

You might also like