You are on page 1of 142

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PUASA SENIN DAN KAMIS TERHADAP KADAR

KOLESTEROL TOTAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

TIPE 2 DI DUKUH KASIHAN, BANTUL, YOGYAKARTA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh :

DIAN PUTRANTO

20120320087

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016

i
HALAMAN PENGESAHAN KTI

PENGARUH PUASA SENIN DAN KAMIS TERHADAP KADAR


KOLESTEROL TOTAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS
TIPE 2 DI DUKUH KASIHAN, BANTUL, YOGYAKARTA

Disusun oleh :
DIAN PUTRANTO
20120320087

Telah disetujui dan diseminarkan pada 06 Agustus 2016


Dosen pembimbing Dosen penguji

Yanuar Primanda S. Kep., NS., MNS., HNC Erfin Firmawati S. Kep., NS., MNS
NIK: 19850103201110173117 NIK : 19810708200710173080

Mengetahui
Ka.Prodi Ilmu Keperawatan FKIK UMY
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Ns. Sri Sumaryani, M. Kep., Sp., Mat., HNC


NIK: 19770313200104173046

ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Dian Putranto

NIM : 20120320087

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang

penulis tulis ini benar-benar merupakan hasil karya penulis sendiri dan belum

diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam

Daftar Pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah

ini hasil jiplakan, maka penulis bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, Agustus 2016

Yang membuat pernyataan,

Dian Putranto

iii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Bismillahirahmanirrahim

Perjalanan penelitian ini sangatlah berkesan dan penuh perjuangan

Alhamdulillah

Kupersembahkan Karya Tulis Ilmiah ini Kepada:

Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Nabi Muhammad Shallallahu`alaihi Wa Sallam

Bapak dan Ibu Tercinta

Adik Tersayang

Dosen PSIK FKIK UMY

Dosen Pembimbing

Guru Sekolah dan Guru Ngaji

Teman-teman dan sahabat saya:

Plankton, The Sundis Band, IKPM KOBAR YK, Tembalu

Teman dan Sahabat Seperjuangan PSIK UMY

Teman-teman semua

Terimakasih

MARUNTING BATU AJI

MANGAYU HAYUNING BAWONO

INDONESIA

iv
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan

berkah, rahmah dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis

ilmiah yang berjudul “Pengaruh Puasa Senin dan Kamis Terhadap Kadar

Kolesterol Total Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Dukuh Kasihan,

Bantul, Yogyakarta”. Melalui karya tulis ilmiah yang sederhana ini, penulis

berharap dapat menyumbangkan sesuatu hal yang dapat berperan dalam kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi serta dapat diambil manfaatnya untuk

meningkatkan kesejahteraan umat manusia.

Ucapan terima kasih ingin penulis haturkan kepada pihak-pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini, khususnya kepada:

1. Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya tulis ini dengan baik.

2. Bapak (Sumardiyana), Ibu (Umi Sholikah) tercinta, yang tak henti-

hentinya memberi dukungan baik moril berupa semangat serta motifasi

dan mendoakan atas kelancaran semuanya, maupun berupa materi.

3. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An.,M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Sri Sumaryani, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Mat.,HNC., selaku Ketua Program

Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

v
5. Yanuar Primanda S. Kep., NS., MNS., HNC selaku mentor atau dosen

pembimbing yang telah membimbing kami hingga menyelesaikan

penelitian ini.

6. Erfin Firmawati S. Kep., NS., MNS selaku dosen penguji yang telah

memberikan saran perbaikan demi kemajuan peneliti.

7. dr. Prasetio Kirmawanto Sp., Pd., M. Kes, Novita Kurnaia Sari, S. Kep.,

NS., M. Kep dan Salmah Orbayinah, M. Kes., Apt selaku penguji Content

Validity instrumen buku Puasa Senin dan Kamis.

8. Seluruh Tenaga Pengajar dan Administrasi di Program Studi Ilmu

Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

9. Kepala Dukuh Padukuhan Kasihan yang telah memberikan izin dan

dukungan dalam melakukan penelitian ini.

10. Responden Penderita diabetes melitus tipe 2 di Dukuh Kasihan yang sudah

meluangkan waktunya dan berkorban dalam menahan lapar dan dahaga

untuk membantu penelitian ini.

11. Teman Payungan penelitian Angga Bagus Widya Saputra yang telah

berjuang bersama serta saling memberikan dukungan semangat dan

bertukar pikiran.

12. Teman-teman satu bimbingan Bu Prima: Angga, Upik, Dina, Saadah, Vita,

Ratri, dan Denda.

13. Penerjemah dan teman Pembimbing skripsi : Agus Gunadi (PSIK UMY

12) dan Ina Noviana Meyanti (PBI USD DIY 12)

14. Teman-teman Skill Lab : Fajar Abrori, Agus Heri Stiawan, Azzam Farid,

vi
Hikmah Syahputri, Fitri Sari Yoisangadji, Risni Septia Utami, dan

Nurfajrin H. Akuba (Ledys).

15. IKPM KOBAR YK (Ikatan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa

Kotawaringin Barat Yogyakarta) selaku organisasi kedaerahan yang telah

memberikan pengalaman dan dukungan selama berkuliah.

16. Seluruh sahabat dan teman-teman saya Plankton: Dwi Sasmoko Adji,

Rizaludin Akbar, Aris Handoko, Ahmad Nugroho, Fery Ardani, Ahmad

Jumanto, Deby Listioning Pambudi, Yudan Harisandika dan Hafidz

Ardita. serta yang tidak saya sebutkan satu per satu namun selalu ada

dalam ingatan dan hati saya, yang telah memberikan dukungan berupa

semangat dan tempat bercurah keluh kesah.

17. Semua pihak yang telah membantu saya menyelesaikan karya tulis ilmiah

ini.

Penulis sadar masih banyaknya kekurangan dalam penulisan karya tulis

ilmiah ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan bimbingan, kritik dan

saran demi kemajuan bersama. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada

para pembaca semoga selalu dalam ridha Allah SWT.

Yogyakarta, 6 Agustus 2016

Penulis,

Dian Putranto

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN KTI ......................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ....................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xii
INTISARI............................................................................................................. xiii
ABSTRACT ......................................................................................................... xiv
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8
1. Tujuan Umum ........................................................................................... 8
2. Tujuan Khusus .......................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 9
E. Keaslian Penelitian.................................................................................. 10
BAB II ................................................................................................................... 15
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 15
A. Landasan Teori........................................................................................ 15
1. Diabetes Melitus ..................................................................................... 15
a. Definisi DM ........................................................................................ 15
b. Kriteria diagnosis DM ........................................................................ 16
c. Faktor Risiko....................................................................................... 16
d. Klasifiksi DM ..................................................................................... 17
e. Patofisiologi DM................................................................................. 21
f. Penatalaksanaan DM........................................................................... 23
g. Komplikasi DM .................................................................................. 26
2. Kolesterol ................................................................................................ 27
a. Definisi Kolesterol .............................................................................. 27

viii
b. Lipoprotein.......................................................................................... 28
c. Fungsi Kolesterol ................................................................................ 30
d. Faktor yang Mempengaruhi Kadar Kolesterol ................................... 30
e. Diabetes Melitus dan Kolesterol Total ............................................... 33
f. Target Kolesterol Total Penderita Diabetes ........................................ 34
3. Puasa Senin dan Kamis ........................................................................... 35
a. Definisi Puasa Senin dan Kamis ......................................................... 35
b. Dalil Anjuran untuk Berpuasa Senin dan Kamis ................................ 36
c. Manfaat Puasa untuk Kesehatan ......................................................... 37
d. Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Puasa ................................. 38
e. Penderita DM yang Aman untuk Berpuasa ........................................ 41
B. KerangkaKonsep ..................................................................................... 42
C. Hipotesis ................................................................................................. 42
BAB III ................................................................................................................. 43
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 43
A. Desain Penelitian .................................................................................... 43
B. Populasi dan Sampel ............................................................................... 44
1. Populasi ................................................................................................... 44
2. Sampel..................................................................................................... 44
C. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 45
D. Variabel Penelitian .................................................................................. 45
E. Definisi Operasional ............................................................................... 46
F. Instrumen Penelitian ............................................................................... 46
G. Cara Pengumpulan Data ......................................................................... 48
H. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ............................................................ 51
I. Pengolahan dan Metode Analisa Data .................................................... 53
1. Pengolahan Data ..................................................................................... 53
2. Analisa Data ............................................................................................ 54
J. Etika Penelitian ....................................................................................... 55
BAB IV ................................................................................................................. 57
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................................... 57
A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 57
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................................... 57
2. Karakteristik Demografi Responden....................................................... 58

ix
3. Perbedaan kadar kolesterol total sebelum (pre) dan setelah (post)
intervensi pada kelompok eksperimen. ................................................... 62
4. Perbedaan kadarkolesterol total antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen setelah intervensi ................................................................. 63
B. Pembahasan............................................................................................. 63
1. Karakteristik Responden ......................................................................... 63
a. Usia ..................................................................................................... 63
b. Lama Menderita DM .......................................................................... 64
c. Jenis Kelamin...................................................................................... 65
d. Pendidikan Terakhir ............................................................................ 65
e. Pekerjaan ............................................................................................. 66
f. Penghasilan ......................................................................................... 67
g. Konsumsi OHO (Obat Hipoglikemik Oral) ........................................ 68
h. Konsumsi Obat Kolesterol .................................................................. 69
2. Pengaruh Puasa Senin dan Kamis terhadap Kadar Kolesterol Total ...... 70
C. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian ...................................................... 82
BAB V................................................................................................................... 84
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 84
A. Kesimpulan ............................................................................................. 84
B. Saran ....................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 86
LAMPIRAN .......................................................................................................... 92
Lampiran I Lembar Permohonan Menjadi Responden ..................................... 93
Lampiran II Lembar Permohonan Menjadi Responden .................................... 94
Lampiran III Lembar Informasi Penelitian........................................................ 95
Lampiran IV Kuesioner Data Demografi Responden ....................................... 97
Lampiran V Materi Booklet Puasa Senin dan Kamis ........................................ 99
Lampiran VI Saran dan Revisi Uji Content Validity ....................................... 116
Lampiran VII Log Book Puasa Senin dan Kamis ............................................ 120
Lampiran VIII Format Telepon dan SMS Pendampingan. ............................. 124
Lampiran IX Hasil Analisis Data Penelitian ................................................... 125
Lampiran X Surat Kelayakan Etik Penelitian ................................................. 125
Lampiran XI Surat Pengantar Penelitian ......................................................... 126
Lampiran XII Surat Izin Penelitian dari BAPPEDA Kabupaten Bantul ......... 127

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kadar Lemak Darah Pada Penderita Diabetes 28


Tabel 2 Desain Penelitian 43
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas 55
Tabel 4 Uji Statistik untuk Menguji Hipotesis 55
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan 58
Karakteristik Demografi Usia dan Lama Menderita DM
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan 59
Karakteristik Demografi Jenis Kelamin, Pendidikan
Terakhir, Pekerjaan, dan Penghasilan
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan 61
Obat yang Konsumsi
Tabel 8 Hasil Analisa Perbedaan Kadar Kolesterol Total 62
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Sebelum dan Sebelum
dan Setelah Intervensi
Tabel 9 Hasil Analisa Perbedaan Kadar Kolesterol Total 63
Antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol Setelah Intervensi

xi
DAFTAR SINGKATAN

ADA : American Diabetes Association


AHA : American Heart Association
BB : Berat Badan
DI Yogyakarta : Daerah Istimewa Yogyakarta
DKI Jakarta : Daerah Khusus Ibukota Jakarta
DM : Diabetes Melitus
DNA : Deoxyribonucleic Acid
DINKES : Dinas Kesehatan
FRA : Faktor Risiko Aterosklerosis
GDM : Gestasional Diabetes Mellitus
GDP : Gula Darah Puasa
HDL : High Density Lipoprotein
HHNK : Hiperglikemik Hiperesmolar Non-Ketosis
HR : Hadist Riwayat
IDF : International Diabetes Federation
Kemenkes RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Kkal/kg : Kilokalori per kilogram
LDL : Low Density Lipoprotein
Mg/dl : Miligram per desiliter darah
Mmol/l : Milimol per liter
OHO : Obat Hipoglikemik Oral
PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
PJK : Penyakit Jantung Koroner
TDD : Tekanan Darah Diastolik
TDS : Tekanan Darah Sistolik
TG : Trigliserida (triglycerides)
VLDL : Very Low Density Lipoprotein
WHO : World Health Organiation

xii
INTISARI
Latar Belakang: Penderita DM tipe 2 yang tidak mengontrol kadar kolesterol total
dengan baikberesiko mengalami berbagai komplikasi. Perencanaan pola makan penting
untuk mencegah komplikasi akibat hiperkolesterolemia pada penderita DM tipe 2. Puasa
Senin Kamis sesuai sunah Nabi Muhammad SAW memiliki potensi menurunkan kadar
kolesterol total pada penderita DM tipe 2.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh puasa Senin Kamis
terhadap kadar kolesterol total pada penderita DM tipe 2
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan Quasy-Experimental with pre-test and
post-test control group design. Penelitian dilaksanakan pada April-Mei 2016 di Dukuh
Kasihan. Responden yang dipilih dengan teknik total sampling terdiri dari 15 orang
kelompok eksperimen yang diberikan intervensi puasa Senin Kamis selama 1 bulan dan
15 orang di dalam kelompok kontrol yang mendapatkan perawatan standar. Data
dianalisis menggunakan uji Wilcoxon dan Independent T-Test dengan signifikansi p<0,05
Hasil: Rata-rata kadar kolesterol sebelum intervensi adalah 207,00±32,70 dan
210,73±29,55 pada masing-masing kelompok eksperimen dan kontrol. Rata-rata kadar
kolesterol setelah intervensi adalah 189,87±21,52 pada kelompok eksperimen dan
223,33±45,77 pada kelompok kontrol. Terdapat perbedaan kolesterol total yang
signifikan antara kelompok kontrol dan eksperimen setelah puasa senin kamis dimana
kadar kolesterol total kelompok eksperimen lebih rendah daripada kelompok kontrol
(p=0,033)
Kesimpulan: Puasa senin kamis efektif menurunkan kadar kolesterol total penderita DM
tipe 2. Perawat dapat menyarankan penderita DM melakukan puasa senin kamis dengan
terlebih dahulu memberikan pedoman. Penelitian selanjutnya dapat meneliti pengaruh
puasa senin kamis terhadap parameter pengendalian DM lainnya seperti HbA1c, GD 2
jam PP, dan GD puasa.

Kata Kunci: Puasa Senin Kamis, Kadar Kolesterol Total, Diabetes Melitus Tipe 2

xiii
ABSTRACT
Background: The patients with type 2 Diabetes Mellitus who did not control their total
cholesterol level properly ran the risk of variouscomplications. Diet plan was important
to prevent complications ofthe patients with Type 2 Diabetes Mellitus caused by
hypercholesterolemia. Fasting on Mondays and Thursdays was appropriate with Sunnah
of Prophet Muhammad SAW and potential for reducingthe total cholesterol level of the
patients with Type 2 Diabetes Mellitus.
Research Objective: This study aimed to know the influence of fasting on Mondays and
Thursdays towards the total cholesterol levelof the patients with Type 2 Diabetes
Mellitus.
Methodology: This study used Quasy-Experimental with pre-test and post-test control
group design. This study was conducted on January-May 2016 in Kasihan, Bantul,
Yogyakarta. The respondents consisted of 15 people in experimental group who were
given intervention fasting every Monday and Thursday for one month with total sampling
technique and 15 people in control group with standard treatment. The data was
analyzed using Wilcoxon test and Independent T-Test with significance p<0.05.
Research Results: The average of cholesterol level after intervention was 189.87±21.52
in the experimental group and 223.33±45.77 in the control group. There were significant
differences in the total cholesterol level between experimental and control groups before
and after having fasting on Mondays and Thursdays and it showed that the total
cholesterol level of experimental group was lower than control group (p=0.033).
Conclusion: Fasting on Mondays and Thursdayseffectively reducedthe total cholesterol
level of the patients with Type 2 Diabetes Mellitus. Nurses could suggest the Diabetes
Mellitus patients having fasting on Mondays and Thursdays with guidance ahead. The
future study was suggested to find out the influence of fasting on Mondays and Thursdays
towards control parameter of Diabetes Mellitus such as HbA1c, 2-hour postprandial
blood glucose, and fasting blood glucose.

Keywords: Fasting on Mondays and Thursdays, Total Cholesterol Level, Type 2 Diabetes
Mellitus

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dalam gaya hidup modern menyebabkan permasalahan

terhadap kesehatan dan hidup yang cenderung kurang sehat. Gaya hidup yang

kurang sehat tersebut menjadi berkembang di semua kalangan masyarakat. Hal

tersebutdapat menimbulkan bertambahnya penyakit degeneratifseperti diabetes

melitus (DM) (Krisnatuti, 2008).

Pada tahun 2015 jumlah penderita DM dari data studi global telah

mencapai 415 juta orang dan diperkirakan akan semakin meningkatpada tahun

2040 yaitu sekitar 642 juta orang. Data dari International Diabetes Federation

(IDF) tahun 2015 tercatat sebanyak 193 juta orang pengidap DM tidak

menyadari bahwa dirinya menderita penyakit DM. Data IDF juga

menunjukkan bahwasekitar 77% penderita DM berada pada negara yang

berpenghasilan menengah dan rendah (IDF, 2015).

Prevalensi diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2 meningkat, meskipun fakta

bahwa banyak kasus diabetes tipe 2 dapat ditunda atau dicegah. Diabetes tipe 1

biasanya menyumbang hanya minoritas dari total beban diabetes pada populasi

yang meningkat 3% atau 86.000 setiap tahun dan pada tahun 2015 terdapat

7%-12% dari total populasi penderita diabetes atau 542.000 anak-anak

diseluruh dunia yang terdeteksi memiliki diabetes tipe 1. Pada diabetes melitus

tipe 2 telah menjadi mayoritas yaitu sekitar 87%-91% dari total populasi

penderita diabetes merupakan penderita diabetes melitus tipe 2 dengan usia 20-

1
2

79 tahun. Sedangkan pada diabetes jenis yang lain memiliki 1%-3% dari total

populasi penderita diabetes (IDF, 2015).

Di Indonesia pada tahun 2013, rasio penyakit DM tipe 2 adalah 6,9% untuk

penduduk Indonesia yang berusia ≥15 tahun. Berdasarkan diagnosis, prevalensi

DM tertinggi terdapat di DIY (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara

(2,4%), dan Kalimantan Timur (2,3%). Sedangkan prevalensi berdasarkan

gejala DM yang tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara

(3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur

(3,3%)(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia [Kemenkes RI], 2013).

Prevalensi penyakit diabetes melitus tipe 2 atau NIDDM (Non Insulin-

Dependent Diabetes Mellitus) di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014

menunjukkan bahwa penderita DM di Yogyakarta berjumlah 25.152 orang dan

menempati sepuluh besar penyakit di Kabupaten/Kota Yogyakarta. Sedangkan

data diabetes yang tertinggi terdapat di Puskesmas Kabupaten Bantul. Menurut

laporan Dinas Kesehatan Bantul pola kunjungan rawat jalan Puskesmas dari

tahun ke tahun menunjukkan pola peningkatan signifikan dalam beberapa

tahun terakhir. Sepuluh besar penyakit yang dilaporkan Puskesmas di

Kabupaten Bantul tahun 2013 dengan penderita sebanyak 5558 orang dan

diabetes melitus tipe 2 menduduki peringkat yang ke-5 setelah penyakit Asma

(Dinas Kesehatan Bantul, 2014).

Meningkatnya prevalensi penyakit DM tipe 2 disebabkan karena semakin

meluasnya gaya hidup di perkotaan yang pola makannya tidak teratur dan tidak

sehat yaitu seperti makan yang tinggi lemak, garam, dan gula. Seringnya
3

menghadiri pesta biasanya akan cenderung untuk mengkonsumsi makanan

dengan porsi yang berlebihan. Makanan yang serba instan juga menjadi salah

satu pilihan yang disukai oleh sebagian masyarakat. Gaya hidup yang tidak

sehat ditunjukkan lagi dengan makan-makanan gorengan yang murah serta

banyak di jual di pinggir jalan (Suiraoka, 2012).

DM merupakan penyakit yang memiliki karakteristik hiperglikemia yang

terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.

Hiperglikemia kronik pada DM dikaitkan dengan kerusakan jangka panjang,

disfungsi, dan kegagalan pada beberapa organ yang berbeda, terutama pada

mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah (American Diabetes

Association [ADA], 2014). Diabetes melitus (DM) merupakan kelainan

metabolik dengan etiologi multifaktorial. Penyakit ini ditandai oleh

hiperglikemia kronis dan mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein

serta lemak (Gibney & Michae, 2008).

Lemak sangat berperan penting dalam produksi beberapa hormon dan

bentukan kolesterol yang sebagian besar di bentuk oleh tubuh sendiri terutama

dalam hati. Kolesterol mempunyai beberapa fungsi untuk tubuh, diantaranya

adalah untuk pembentuk hormon seperti hormon estrogen dan progesteron

serta sebagai pembentuk asam empedu dan garam empedu. Walaupun

kolesterol ini penting untuk pembentuk hormon dan garam empedu, namun

jika kadarnya berlebihan di dalam tubuh akan disebut dengan kadar kolesterol

tinggi (hiperkolesterolemia) yang dapat menimbulkan penyakit-penyakit

kardiovaskuler dan penyakit metabolik lainnya (Murray, 2009).


4

Penderita DM biasanya memiliki kadar kolesterol yang tinggi dan/atau

kadar trigliserida yang tinggi. Kadar kolesterol tinggi yang buruk dan tak

terkendali akan berkumpul serta mengeras menjadi plak di dalam arteri yang

menghalangi aliran darah. Orang yang sudah lama menderita diabetes atau

penderita diabetes lanjut usia cenderung memiliki masalah sirkulasi yang lebih

serius karena aliran darah yang melalui arteri-arteri kecil juga terganggu

(D’Adamo & Whitney, 2009).

Farkouh (2011) menyatakan penderita penyakit DM harus dapat

mengontrol konsumsi kolesterolnya dengan baik. Apabila kolesterol tidak

dikontrol dengan penanganan yang baik, dikhawatirkan hiperkolesterolemia

pada penderita DM baik tipe-1 maupun tipe-2 akan mengakibatkan munculnya

berbagai komplikasi seperti penyakit jantung koroner (PJK), penyakit vaskular

perifer, dan stroke. Lebih lanjut Farkouh (2011) menjelaskan bahwa selain

penyakit-penyakit akibat komplikasi DM tersebut, aterosklerosis juga

merupakan salah satu komplikasi yang sangat berbahaya hingga dapat

mengakibatkan 80% kematian pada pasien DM. Perbandingan tersebut

merupakan perbandingan yang sangat signifikan bila dibandingkan dengan

pasien aterosklerosis non-diabetes yang memiliki persentase kematian 30%.

Komplikasi-komplikasi dari DM tersebut sangat berbahaya. Untuk

membantu penderita diabetes mengendalikan penyakitnya, konsensus

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) tahun 2011 mencanangkan

empat pilar penanganan diabetes melitus. Penatalaksanaan/pengelolaan dengan

empat pilar diabetes militus terdiri dari edukasi, latihan jasmani, intervensi
5

farmakologis menggunakan Obat Hipoglikemik Oral (OHO), dan terapi gizi

atau perencanaan makan (PERKENI, 2011).

Diantara empat pilar penatalaksanaan yang dibuat oleh Perkeni tersebut,

perencanaan pola makan atau terapi gizi merupakan salah satu pilar utama.

Allah SWT juga telah memberikan suatu anjuran bagi umatnya yaitu umat

muslim untuk melakukan perencanaan pola makan tersebut dengan cara

berpuasa. Puasa dalam kaidah bahasa dapat diartikan dengan menahan.

Menahan disini dapat diartikan juga dengan menahan dari hal-hal yang masuk

ke dalam mulut dalam bentuk makanan dan minuman, serta dapat diartikan

juga dengan menahan perbuatan yang buruk dan berbicara yang tidak baik

serta membicarakan orang lain (Musfah, 2004). Tujuan puasa sangatlah mulia,

seperti yang tercantum dalam QS Al-Baqarah 2:183:

َ‫ع َلى الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْب ِل ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬ ِ ‫علَ ْي ُك ُم‬


َ ِ‫الصيَا ُم َك َما ُكت‬
َ ‫ب‬ َ ِ‫يَاأَيُّهَا الَّ ِذينَ َءا َمنُوا ُكت‬
َ ‫ب‬

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana


diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa”(QS. Al-
Baqarah: 183)
QS. Al-Baqarah 183 tersebut menjelaskan bahwa berpuasa sangat

dianjurkan oleh Allah SWT untuk menambah ketakwaan kita kepada Alllah

SWT. Waktu puasa dalam Islam dimulai dari terbit fajar sampai tenggelam

matahari (maghrib) hal ini dijelaskan juga oleh Al-Qur’an yaitu:

“....dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang
hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai
malam....” (QS. Al-Baqarah 2:187).
Puasa dalam Islam dibagi menjadi 2 yaitu puasa wajib dan puasa

sunah.Puasa sunah Senin dan Kamis adalah puasa sunah yang rutin dilakukan

oleh nabi Muhammad SAW. Dalam hadist disebutkan :


6

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,

ِ ‫االثْنَي ِْن َو ْالخ َِم‬


.‫يس‬ ِ ‫ام‬ ِ ‫ َكانَ يَت َ َح َّرى‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫َّللا‬
َ َ‫صي‬ ُ ‫إِ َّن َر‬
َّ ‫سو َل‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menaruh pilihan berpuasa pada
hari Senin dan Kamis.” (HR. An Nasai no. 2362 dan Ibnu Majah no. 1739).

Puasa memiliki banyak sekali manfaat atau keuntungannya. Puasa dalam

Islam untuk kesehatan atau medis bisa digunakan untuk mengatasi beberapa

penyakit, di antaranya: asma, batu empedu, biduran, beri-beri, bronkhitis

kronis, DM, disentri,epilepsi (ayan), eksim, flek-flek hitam pada wajah, flu,

gangguan pencernaan, ginjal, kelebihan berat badan dan kolesterol tinggi

(Syarifuddin, 2003).

Secara umum puasa memiliki banyak manfaat bagi tubuh. Namun, pasien

dengan diabetes tipe 1 tidak direkomendasikan untuk berpuasa karena memiliki

resiko yang sangat tinggi dari komplikasi yang mengancam jiwa. Pasien

dengan diabetes tipe 1 yang memiliki riwayat hipoglikemia berulang atau

hipoglikemia ketidaksadaran atau yang kurang terkontrol beresiko sangat

tinggi untuk mengembangkan hipoglikemia berat. Di sisi lain, pengurangan

berlebihan dalam dosis insulin pada pasien ini (untuk mencegah hipoglikemia)

dapat menempatkan mereka pada risiko hiperglikemia dan ketoasidosis

diabetikum. Pasien dengan diabetes melitus tipe 2 lebih aman untuk berpuasa

meskipun hipoglikemia dan hiperglikemia juga dapat terjadi pada pasien

dengan diabetes melitus tipe 2, tetapi umumnya kurang sering dan memiliki

konsekuensi kurang parah dibandingkan pada pasien dengan diabetes tipe 1

(ADA, 2010).
7

Peran puasa dalam menangani penderita DM adalah dengan cara

mengurangi konsumsi kalori fisiologis yang dapat mengurangi sirkulasi

hormon insulin dan kadar gula darah. Sensitivitas hormon insulin kadar gula

darah akan meningkat dan suhu tubuh akan menurun.

Pencegahankomplikasipada penderita diabetes tipe 2 dapat berjalan dengan

baik apabila dilakukan pengontrolan gula darah yang baik pula (Dyayadi,

2007).

Berdasarkan penelitian yang dilkukan oleh Adam et al (2014)

menunjukkan bahwa kadar kolesterol total pada penderita diabetes melitus

yang melakukan puasa selama bulan Ramadhan (1 bulan) mengalami

penurunan setelah berpuasa Ramadhan. Kemudian pada penelitian sebelumnya

telah diteliti juga manfaat dari puasa Senin dan Kamis. Penelitian ini dilakukan

oleh Hudy, Palupi, dan Yati pada tahun 2011 yaitu tentang perbedaan profil

lipid kolesterol total, trigliserida, HDL & LDL pada populasi orang yang rutin

berpuasa Senin dan Kamis selama 1 bulan dengan yang tidak melakukan

puasa. Hudy, Palupi, dan Yati menggunakan metode observasional dan cross

sectional dengan subyek 30 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu yang

rutin dan tidak rutin puasa Senin dan Kamis. Dari hasil penelitian Hudy

didapatkan hasil bahwa puasa Senin dan Kamis berpengaruh secara signifikan

dalam menurunkan kadar kolesterol total,trigliserida, HDL & LDL dalam

darah.

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Desember 2015 di

Puskesmas Kasihan I, Bantul, Yogyakarta, didapatkan penderita diabetes


8

melitus yang terbanyak pada Januari 2014-Desember 2015 di wilayah kerja

Puskesmas Kasihan I berada di Dukuh Kasihan dengan jumlah penderita 30

orang. Data di Puskesmas juga menunjukkan 30 pederita diabetes tersebut

memiliki kadar kolesterol total > 155 mg/dl. Hasil wawancara dari 5 penderita

diabetes melitus di Dukuh Kasihan didapatkan bahwa kelima pasien belum

mengetahui tentang DM, Diet DM, serta tidak pernah melakukan puasa Senin

dan Kamis.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, peneliti tertarik untuk

meneliti pengaruh puasa Senin dan Kamis terhadap kadar kolesterol total pada

penderita diabetes di Dukuh Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakakan, maka

rumusan masalah yang dijadikan dasar penelitian ini adalah: “Adakah

pengaruh puasa Senin dan Kamis terhadap kadar kolesterol total pada penderita

diabetes melitus tipe 2?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalahuntuk mengetahui pengaruh puasa

Senin dan Kamis terhadap kadarkolesterol total pada penderita diabetes

melitus tipe 2.
9

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui data demografi populasi penderita diabetes melitustipe 2 di

Puskesmas Kasihan I.

b. Mengetahui perbedaan kadar kolesterol total pada kelompok kontrol

dan eksperimen sebelum intervensi.

c. Mengetahui kadar kolesterol pada kelompok kontrol dan eksperimen

setelah intervensi.

d. Membandingkan perbedaan kadar kolesterol total antara kelompok

kontrol dan eksperimen setelah intervensi.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berhasil sesuai dengan harapan

peneliti yaitu kadar kolesterol responden dapat berkurang dan stabil

sehingga intervensi ini juga dapat digunakan pada penderita diabetes

melitustipe 2yang lain untuk mengurangi risiko komplikasi diabetes

melitus yang menyebabkan hiperkolesterolemia atau tingginya kadar

kolesterol total.

2. Bagi Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berkontribusi

penting khususnya bagi ilmu keperawatan medikal bedah sebagai

tambahan ilmu kesehatan maupun medis untuk meningkatkan mutu


10

pelayanan dan dapat memberikan tindakan keperawatan yang lebih

optimal.

3. Bagi Perawat

Manfaat dari penelitian ini untuk perawat diharapkan dapat menjadi

salah satu intervensi yang dilakukan untuk menangani pasien dengan

DMtipe 2 sehingga mampu meningkatkan mutu pelayanan di Rumah

Sakit, Puskesmas, dan klinik pengobatan lain.

4. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam

melakukan penelitian lebih lanjut dalam bidang keperawatan medikal

bedah khususnya tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan

penyakit DM.

E. Keaslian Penelitian

1. Hudy (2011) menelitiperbedaan profil lipid (kolesterol total) pada populasi

orang yang rutin berpuasa Senin Kamis dengan yang tidak melakukan

puasa. Hudy menggunakan metode observasional dan cross sectional.

Populasi dalam penelitian ini adalah subyek yang rutin puasa Senin dan

Kamis selama satu bulan. Subyek dalam penelitian ini ada 30 orang

dengan kriteria pria dan wanita usia 40-60 tahun, Islam dan sehat yang

dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu yang rutin dan tidak rutin puasa Senin

dan Kamis. Dari hasil penelitian Hudy didapatkan adanya pengaruh secara

signifikan dalam menurunkan kadar kolesterol total dalam darah.


11

Persamaan Penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti adalah

sama-sama meneliti kadar kolesterol total pada orang yang berpuasa Senin

dan Kamis. Subyek dalam penelitian yang akan diteliti ada 30 orang yang

dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kontrol.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti terletak

pada jenis penelitian yang akan digunakan yaitu penelitian quasi

experimental dengan pendekatan pre-test and post-test with control group

design pada sampelorang yang terkena penyakit diabetes melitus.

Penelitian ini akan dilakukan di Dukuh Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

2. Palupi (2011) meneliti perbedaan profil lipid (trigliserida) pada populasi

yang rutin puasa senin-kamis dengan yang tidak melakukan puasa. Palupi

menggunakan metode observasional dan cross sectional. Penelitian ini

dilakukan di Kecamatan Gonjen. Populasi dalam penelitian ini adalah

subyek yang rutin puasa Senin dan Kamis selama satu bulan. Subyek

dalam penelitian ini ada 30 orang dengan kriteria pria dan wanita usia 40-

60 tahun, Islam dan sehat.Subyek dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu

kelompok yang rutin puasa Senin dan Kamis dengan kelompok yang tidak

puasa Senin dan Kamis. Hasil penelitian ini adalah puasa Senin dan Kamis

berpengaruh secara signifikan dalam menurunkan kadar trigliserid total

dalam darah.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti adalah

sama-sama meneliti orang yang berpuasa Senin dan Kamis. Subyek dalam
12

penelitian yang akan diteliti ada 30 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok

yaitu kelompok eksperimen dan kontrol.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti terletak

pada jenis penelitian yang akan digunakan yaitu penelitian quasi

experimental dengan pendekatan pre-test and post-test with control group

design terhadap kadar kolesterol total pada sampel orang yang terkena

penyakit diabetes melitus.Penelitian ini akan dilakukan di DukuhKasihan,

Bantul, Yogyakarta.

3. Yati (2011) meneliti perbedaan lipid (HDL & LDL) pada populasi orang

yang rutin puasa Senin-Kamis dengan yang tidak melakukan puasa. Yati

menggunakan metode cross sectional. Penelitian ini dilakukan di

Kecamatan Gonjen. Populasi dalam penelitian ini adalah subyek yang

rutin puasa Senin dan Kamis selama satu bulan. Subyek dalam penelitian

ini ada 30 orangdengan kriteria pria dan wanita usia 40-60 tahun, Islam

dan sehat. Subyek dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok yang rutin

puasa Senin dan Kamis dengan kelompok yang tidak puasa Senin dan

Kamis. Hasil penelitian ini adalah puasa Senin dan Kamis berpengaruh

secara signifikan dalam menurunkan kadar kolesterol LDL dan

meningkatkan kadar kolesterol HDL.

Persamaan Penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti adalah

sama-sama meneliti orang yang berpuasa Senin dan Kamis. Subyek dalam

penelitian yang akan diteliti ada 30 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok

yaitu kelompok eksperimen dan kontrol.


13

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti terletak

pada jenis penelitian yang akan digunakan yaitu penelitian quasi

experimental dengan pendekatan pre-test and post-test with control group

design terhadap kadar kolesterol total pada sampel orang yang terkena

penyakit diabetes melitus. Penelitian ini akan dilakukan di DukuhKasihan,

Bantul, Yogyakarta.

4. Adam et al (2014) meneliti effect of Ramadan fasting on blood glucose,

serum lipid profiles sudanese levels in patients with type 2 diabetes

mellitus. Adam et al menggunakan metode cross-sectional deskriptif

Penelitian ini dilaksanakan di Omdurman, di klinik kedokteran internal El

Inqaz Medical Center. Populasi dari penelitian ini adalah umat Islam

dewasa yang merupakan pasien tipe 2 diabetes, yang berpuasa Ramadhan

pada tahun 2008, pada periode (Agustus-October 2008). Puasa

dilaksanakan 14-15 jam dengan cuaca yang cukup hangat. Pasien yang

memenuhi syarat dan setuju berjumlah58 pasien dilibatkan dalam studi.

Hasil dari penelitian initerdapat peningkatan kadar glukosa selama

Ramadhan dibandingkan dengan pra Ramadhan nilai (170 ± 44 mg/dl

versus 208 ± 43 mg/dl). Setelah Ramadhan terjadi penurunan kadar

glukosa darah (165 ± 23 mg/dl). Kadar trigliserida dalam konsentrasi

dalam pra, selama dan setelah Ramadhan masing adalah (152 ± 23 mg/dl,

182 ± 31 mg/dl, 162 ± 19 mg/dl). Konsentrasi kolesterol total dalam pra,

selama dan setelah Ramadhan masing adalah (184 ± 29 mg/dl, 224 ± 35

mg/dl, 193 ± 19 mg/dl). Konsentrasi kolesterol HDL dalam pra, selama


14

dan setelah Ramadhan masing-masing adalah (44 ± 9 mg/dl, 62 ± 11 mg

/dl, 50 ± 7 mg/dl). Konsentrasi kolesterol LDL menunjukkan di pra,

selama dan setelah Ramadhan masing-masing adalah (143 ± 25 mg/dl, 163

± 19 mg/dl dan 50 ± 7 mg/dl). Terdapat perbedaan yang signifikan di

semua parameter yang diukur dalam penelitian ini. Studi penelitian Adam

et al menunjukkan sedikit peningkatan konsentrasi glukosa, trigliserida

dan kolesterol selama puasa Ramadhan.

Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adam et al Adalah

sama-sama meneliti penderita diabetes yang berpuasa dan kadar kolesterol

total. Sementara perbedaan penelitian terletak pada desain penelitian.

Penelitian Adam et al menggunakan desain cross-sectional deskriptif

Sedangkan desain penelitian yang akan diteliti menggunakan desain quasi

experimental terhadap kadar kolesterol total pada sampel penderita

diabetes melitus.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Diabetes Melitus

a. Definisi DM

Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan yang heterogen

(terdiri atas berbagai unsur yg berbeda sifat atau berlainan) yang

ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia).

Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam

darah. Glukosa dibentuk dihati dari makanan yang dikonsumsi.

Sedangkan insulin yaitu suatu hormon yang diproduksi di pankreas,

bertugas untuk mengendalikan kadar glukosa darah dengan mengatur

produksi dan penyimpanannya (Smeltzer & Bare, 2002).

Menurut Baradero, Dayrit, dan Siswandi (2009) DM merupakan

penyakit yang kronis dan multifaktoral yang dicirikan dengan

hiperglikemia dan hiperlipidemia. Gejala yang timbul adalah

kurangnya sekresi insulin atau ada insulin yang cukup, namun tidak

efektif.

DM merupakan penyakit yang memiliki karakteristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada DM dikaitkan

dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi, dan kegagalan pada

15
16

beberapa organ yang berbeda, terutama pada mata, ginjal, saraf,

jantung, dan pembuluh darah (ADA, 2014).

b. Kriteria diagnosis DM

PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) pada tahun

(2006) menyebutkan kriteria diagnosis DM yaitu kadar gula darah

puasa >126 mg/dl dan pada test sewaktu >200 mg/dl menunjukkan

bahwa seseorang tersebut telah menderita DM. Kadar gula darah

puasa <70-110 mg/dl adalah kadar gula darah yang bisa dikatakan

normal, puasa disini pada saat pagi hari setelah malam sebelumnya

tidak makan atau minum manis. Kadar glukosa darah puasa pada saat

2 jam setelah makan dan minum yang mengandung pemanis ataupun

karbohidrat ataupun yang lainnya akan menunjukkan kadar glukosa

darah biasanya <120-140 mg/dl. Pankreas dapat terangsang untuk

menghasilkan insulin ketika terjadi peningkatan kadar glukosa setelah

makan atau minum. Sehingga produksi insulin tersebut dapat

mencegah terjadinya kenaikan kadar glukosa darah yang terkontrol

dan akan menyebabkan kadar gula darah dapat menurun secara

perlahan (Soegondo, 2009).

c. Faktor Risiko

Menurut Suiraoka (2012) faktor risiko penyakit DM, dibedakan

menjadi dua, yang pertama adalah faktor risiko yang tidak dapat

berubah misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor genetik. Sedangkan


17

yang kedua adalah faktor risiko yang dapat diubah misalnya kebiasaan

merokok, pola makan yang salah, obesitas, aktifitas fisik, dan stress.

d. Klasifiksi DM

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 DM

terbagi menjadi 3 bagian yaitu diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, dan

diabetes gestasional. Namun, menurut American Diabetes Association

(ADA) pada tahun (2015), klasifikasi DM terbagi menjadi 4 bagian

ditambah lagi dengan sindrom diabetes monogenik.

1) Diabetes tipe 1

DM tipe 1 merupakan bentuk dari DM yang parah dan biasanya

terjadi pada remaja. Namun, kadang-kadang juga dapat terjadi pada

orang dewasa, khususnya seseorang yang memiliki kadar glukosa

darah yang tidak memiliki berat badan berlebih atau non-obesitas

dan terjadinya hiperglikemi pada sesorang yang telah berusia

lanjut. Keadaan itu merupakan suatu bentuk gangguan katabolisme

yang disebabkan sedikitnya atau bahkan tidak adanya insulin dalam

sirkulasi darah, glukagon plasma akan meningkat dan sel-sel β

pankreas juga akan mengalami kegagalan untuk merespon semua

stimulus dari insulinogenik. Untuk memperbaiki katabolisme,

menurunkan hiperglukagonemia dan peningkatan kadar glukosa

darah, maka diperlukan pemberian insulin dengan cara eksogen

(Karam, 2002).
18

Menurut ADA (2015) tingkat kerusakan pada sel-β cukup

bervariasi. Tingkat kerusakan yang cepat dapat terjadi pada

beberapa individu, terutama pada bayi dan anak-anak dan beberapa

juga terjadi pada orang dewasa. Anak-anak dan remaja seringkali

dapat didiagnosis dengan ketoasidosis sebagai manifestasi pertama

penyakit. Sedangkan yang lain memiliki hiperglikemia yang

ringan, namun hiperglikemia tersebut dapat dengan cepat berubah

menjadi hiperglikemia berat dan atau ketoasidosis dengan infeksi

atau stres. Pada kasus orang dewasa, fungsi sel-β akan

dipertahankan agar cukup untuk mencegah ketoasidosis dengan

jangka waktu selama bertahun-tahun. Kemudian individu tersebut

akhirnya menjadi tergantung pada insulin untuk bertahan hidup dan

beresiko untuk ketoasidosis. Pada tahap terakhir penyakit ini, akan

ada sedikit atau tidak ada sekresi insulin. Hal ini ditunjukkan

dengan tingkat rendah atau tidak terdeteksinya plasma C-peptida.

Immune-mediated diabetes umumnya terjadi pada masa kanak-

kanak dan remaja, tetapi bisa terjadi pada usia berapa pun, bahkan

dalam 8 dan 9 dekade kehidupan.

Gejala dari penderita DM tipe 1 yaitu terjadinya peningkatan

ekskresi urin (poliuria), rasa haus (polidipsia) lapar, berat badan

menurun, pandangan terganggu, lelah, dan gejala tersebut dapat

timbul secara tiba-tiba (WHO, 2008).


19

2) Diabetes tipe 2

DM tipe 2 merupakan bentuk DM yang lebih ringan dari tipe 1,

DM ini sangat sering terjadi pada orang dewasa. Sirkulasi insulin

endogen sering dalam keadaan kurang dari normal atau secara

relatif tidak mencukupi. Obesitas merupakan penyebab utama dari

gangguan kerja insulin, faktor risiko tersebut adalah yang biasa

terjadi pada DM tipe ini dan sebagian besar pasien dengan DM tipe

2 bertubuh gemuk. Selain terjadinya penurunan stimulasi jaringan

terhadap insulin, juga terjadi defisiensi respons sel ß pankreas

terhadap glukosa (Karam, 2002).

Diabetes melitus tipe 2 ini sebelumnya disebut dengan “non-

insulin-dependent diabetes” atau “diabetes yang terjadi pada usia

dewasa”, diabetes melitus tipe-2 memiliki jumlah persentase

sebesar 90-95% dari semua jenis diabetes. Seseorang yang di

diagnosis diabetes melitus tipe 2 memiliki resistensi insulin dan

biasanya relatif (bukan absolut) kekurangan insulin. Orang dengan

diabetes melitus tipe 2 mungkin tidak memerluknan pengobatan

insulin untuk bertahan hidup. Meningkatnya perkembangan resiko

penyakit DM dipengaruhi dengan berbagai faktor seperti usia,

obesitas, dan kurangnya aktivitas fisik. Diabetes melitus tipe 2 ini

lebih sering terjadi pada wanita sebelum didiagnosis dengan

diabetes melitus gestasional. Kemudian pada mereka yang

memiliki hipertensi atau dislipedemia, dan subkelompok tertentu


20

ras/etnis (Afrika Amerika, Indian Amerika, Hispanik/Latino, dan

Asia Amerika) (ADA, 2015).

Gejala mungkin mirip dengan diabetes tipe 1, tetapi sering

kurang diketahui gejalanya. Akibatnya, penyakit dapat didiagnosis

beberapa tahun setelah onset, setelah komplikasi muncul (WHO,

2015)

3) Diabetes Gestasional

Diabetes Gestasional terjadi akibat dari kenaikan kadar gula

darah pada waktu kehamilan (WHO, 2008). Wanita hamil yang

belum pernah mengalami DM sebelumnya namun memiliki kadar

gula yang tinggi ketika hamil dikatakan menderita DM gestasional.

DM gestasional biasanya terdeteksi pertama kali pada usia

kehamilan trimester II atau III (setelah usia kehamilan 3 atau 6

bulan) dan umumnya hilang dengan sendirinya setelah melahirkan.

Diabetes gestasional terjadi pada 3‐5% wanita hamil (Karam,

2002).

Selama bertahun-tahun, gestasional diabetes mellitus (GDM)

didefinisikan sebagai derajat ataupun intoleransi glukosa yang

pertama kali diakui selama kehamilan, terlepas dari apakah kondisi

mungkin telah mendahului kehamilan atau bertahan setelah

kehamilan. Definisi ini memfasilitasi strategi seragam untuk

deteksi dan klasifikasi GDM, tetapi dibatasi oleh

ketidaktepatan.Wanita dengan diabetes pada trimester pertama


21

akan diklasifikasikan memiliki diabetes tipe 2. GDM adalah

diabetes yang didiagnosis pada trimester kedua atau ketiga

kehamilan yang tidak jelas atau tidak dapat teridentifikasi secara

langsung (ADA, 2015)

Gestasional diabetes adalah hiperglikemia dengan nilai glukosa

darah di atas normal tetapi di bawah orang yang di diagnostik

diabetes, yang terjadi selama kehamilan. Wanita dengan diabetes

gestasional berada pada peningkatan risiko komplikasi selama

kehamilan dan saat melahirkan. Pada mereka juga akan mengalami

peningkatan risiko diabetes tipe 2 di kemudian hari (WHO, 2015)

4) Sindrom Diabetes Monogenik

Sindrom diabetes monogenik ini disebabkan oleh cacat

monogenik yang menyebabkan disfungsi sel β, seperti diabetes

neonatal dan Mody, mewakili sebagian kecil dari pasien dengan

diabetes (<5%). Bentuk-bentuk diabetes sering ditandai dengan

timbulnya hiperglikemia pada usia dini (umumnya sebelum usia 25

tahun) (ADA, 2015).

e. Patofisiologi DM

Menurut Smeltzer & Bare (2002) DM tipe 1 terdapat

ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta

pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa

terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Selain itu

glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati
22

walaupun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia

pospradial (setelah makan).

Pada DM tipe 2 terjadi dua defek fisiologi yaitu abnormalitas

sekresi insulin, dan resistensi kerjanya pada jaringan sasaran. Pada DM

tipe 2 terjadi 3 fase urutan klinis. Pertama, glukosa plasma tetap

normal meski pun terjadi resistensi insulin karena insulin meningkat.

Pada fase kedua, resistensi insulin cenderung memburuk sehingga

meski pun terjadi peningkatan konsentrasi insulin, tetap terjadi

intoleransi glukosa dalam bentuk hiperglikemia setelah makan. Pada

fase ketiga, resistensi insulin tidak berubah, tetapi sekresi insulin

menurun, sehingga menyebabkan hiperglikemia puasa dan DM yang

nyata (Foster, 2000; ADA 2014).

Hipotesis menjelaskan adanya keterlibatan sintesis lemak

terstimulasi insulin dalam hati dengan transpor lemak melalui VLDL

menyebabkan penyimpanan lemak sekunder dalam otot. Peningkatan

oksidasi lemak akan mengganggu ambilan glukosa dan sintesis

glikogen. Keterlambatan penurunan pelepasan insulin dapat

disebabkan oleh efek toksik glukosa terhadap pulau Langerhans atau

akibat defek genetik. Sebagian besar pasien DM tipe 2 mengalami

obesitas, dan hal itu sendiri yang menyebabkan resistensi insulin.

Namun penderita DM tipe 2 yang relatif tidak obesitas dapat

mengalami hiperinsulinemia dan pengurangan kepekaan insulin. Hal


23

ini membuktikan bahwa obesitas bukan penyebab resistensi

satu‐satunya DM tipe 2 (Foster, 2000 ; ADA, 2014).

f. Penatalaksanaan DM

Penatalaksanaan Penatalaksanaan Diabetes Melitus dapat

dilakukan dengan cara pengelolaan yang baik. Tujuan penatalaksanaan

secara umum menurut PERKENI (2006) adalah meningkatkan kualitas

hidup penderita Diabetes.

Penatalaksanaan dikenal dengan empat pilar penatalaksanaan

diabetes melitus, yang meliputi : edukasi, terapi gizi medis, latihan

jasmani dan pengelolaan farmakologis. Pengelolaan DM dimulai

dengan pengaturan makan dan latihan jasmani selama beberapa waktu

(2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran,

dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral

(OHO) dan atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat

segera diberikan secara tunggal atau langsung kombinasi, sesuai

indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya

ketoasidosis, stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat,

adanya ketonuria, insulin dapat segera diberikan. Pengetahuan tentang

pemantauan mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia dan cara

mengatasinya harus diberikan kepada pasien, sedangkan pemantauan

kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat

pelatihan khusus (PERKENI, 2006).


24

1) Edukasi

Diabetes Melitus umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup

dan perilaku telah terbentuk dengan kokoh. Keberhasilan

pengelolaan diabetes mandiri membutuhkan partisipasi aktif

penderita, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan harus

mendampingi penderita dalam menuju perubahan perilaku. Untuk

mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi

yang komprehensif pengembangan ketrampilan dan motivasi.

Edukasi secara individual dan pendekatan berdasarkan

penyelesaian masalah merupakan inti perubahan perilaku yang

berhasil. Perubahan perilaku hampir sama dengan proses edukasi

yang memerlukan penilaian, perencanaan, implementasi,

dokumentasi dan evaluasi (PERKENI, 2006).

2) Terapi Gizi Medis

Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi

yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein, lemak, sesuai

dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut (PERKENI, 2006):

a) Karbohidrat : 45 – 65% total asupan energi

b) Protein : 10 – 20% total asupan energi

c) Lemak : 20 – 25 % kebutuhan kalori

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi,

umur, stres akut, dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal. Jumlah kalori yang diperlukan


25

dihitung dari berat badan ideal dikali kebutuhan kalori basal (30

Kkal/kg BB untuk laki-laki dan 25 Kkal/kg BB untuk wanita).

Kemudian ditambah dengan kebutuhan kalori untuk aktifitas,

koreksi status gizi, dan kalori yang diperlukan untuk menghadapi

stres akut sesuai dengan kebutuhan. Pada dasarnya kebutuhan

kalori pada diabetes tidak berbeda dengan non diabetes yaitu harus

dapat memenuhi kebutuhan untuk aktifitas baik fisik maupun

psikis dan untuk mempertahankan berat badan supaya mendekati

ideal (PERKENI, 2006).

3) Latihan Jasmani

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur

(3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan

salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari

seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun

harus tetap dilakukan Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan

Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2006. Latihan jasmani selain

untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan

memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki

kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa

latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti : jalan kaki, bersepeda

santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya

disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Untuk

mereka yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani bisa


26

ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi DM

dapat dikurangi. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak

atau bermalas-malasan (PERKENI, 2006).

4) Pengelolaan Farmakologis

Menurut PERKENI (2006) Sarana pengelolaan farmakologis

diabetes melitus dapat berupa Obat Hipoglikemik Oral (OHO).

OHO merupakan obat penurun kadar glukosa darah yang dibagi

menjadi 4 golongan berdasarkan cara kerjanya, yaitu:

a) Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonilurea dan

glinid

b) Penambah sensitifitas terhadap insulin: Metformin,

tiazolidindion

c) Penghambat glukoneogenesis (Metformin)

d) Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa.

g. Komplikasi DM

Terjadinya komplikasi metabolik akut seperti ketoasidosis diabetik

dan sindrom hiperglikemik hiperesmolar non-ketosis (HHNK) dapat

terjadi apabila kondisi ini mengarah pada kelebihan glukosa darah atau

hiperglikemia. Diabetes juga merupakan suatu penyakit yang dapat

memberikan komplikasi berupa penyakit makrovaskular, termasuk

infrak miokard, stroke, dan penyakit vaskular perifer. Apabila

hiperglikemia terjadi dalam waktu yang cukup lama maka akan

menimbulkan beberapa komplikasi mikrovaskuler kronis juga seperti


27

(penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi pada neuropati (Smeltzer &

Bare, 2002).

Diabetes cenderung menurunkan kadar kolesterol "baik" dan

meningkatkan kadar kolesterol "buruk", yang meningkatkan risiko

penyakit jantung dan stroke. Kondisi umum ini disebut dislipidemia

diabetik. Dislipidemia diabetik berarti profil lipid (kolesterol total)

akan ke arah yang salah. Ini merupakan kombinasi mematikan yang

menempatkan pasien pada risiko penyakit jantung koroner dini dan

aterosklerosis. Dimana arteri menjadi tersumbat dengan akumulasi

lemak dan zat lainnya. Studi menunjukkan hubungan antara resistensi

insulin, yang merupakan prekursor diabetes tipe 2 dan dislipidemia

diabetes, aterosklerosis dan penyakit pembuluh darah. Kondisi ini

dapat berkembang bahkan sebelum diabetes didiagnosis (AHA, 2015).

2. Kolesterol

a. Definisi Kolesterol

Kolesterol adalah suatu zat lemak yang bentuknya seperti lilin. Zat

ini sangat penting peranya untuk fungsi tubuh normal. Kolesterol

digunakan untuk fungsi selular dan produksi hormon. Tubuh akan

menghasilkan kolesterol yang cukup untuk mempertahankan kebutuhan

tubuh normal. Hati adalah pabrik untuk memproduksi kolesterol yang

paling utama (sekitar 70%). Diet tinggi lemak jenuh, meningkatkan

secara signifikan jumlah kolesterol dalam aliran darah. Rekomendasi

untuk asupan lemak setiap harinya tidak boleh melebihi 30% dari
28

kalori, dengan maksimal 10% dari lemak jenuh. Penelitian

menunjukkan bahwa diet tinggi lemak jenuh dan total, sangat berperan

penting dalam proses aterosklerosis (plak build-up dinding arteri).

Kadar kolesterol tinggi merupakan indikator kuat orang-orang yang

rentan terhadap penyakit jantung koroner. Peningkatan kadar kolesterol

total adalah faktor resiko penyakit jantung koroner. Membangun plak di

arteri dapat menyebabkan penyempitan (tekanan darah tinggi) atau

penyumbatan lengkap (serangan jantung). Kadar kolesterol optimal ≤

200 mg/dl, borderline tinggi 200-239 mg/dl, tinggi ≥ 240 mg/dl (The

American Collage of Sports Medicine, 2008).

Selain kolesterol ada jenis lain lemak (lipids atau fat) dalam darah

kita yaitu trigliserida (triglycerides). Kolesterol dan trigliserida

ditemukan dalam makanan hewani dan dibentuk oleh tubuh.

Trigliserida digunakan didalam tubuh sebagai lemak yang ditimbun

untuk memberikan rasa hangat, melindungi organ-organ tubuh, dan

menjadi sumber energi (Tandra, 2007).

Tabel 1.Kadar Lemak Darah pada Penderita Diabetes


Kolesterol
Risiko Total (mg/dl) LDL HDL Trigliserida
(mg/dl) (mg/dl) (mg/dl)
Optimal < 200 < 100 > 60 < 150
Batas Tinggi 200-239 100-129 40-59 150-199
Tinggi > 240 > 130 > 40 > 200

b. Lipoprotein

Tandra (2007) mengatakan bahwa kolesterol dan trigliserida sukar

larut dalam air. Pengangkutan lemak di dalam aliran darah haruslah


29

membutuhkan bantuan, yaitu dengan cara berikatan dengan protein

sehingga disebut dengan lipoprotein, kombinasi antara lipid dan

protein. Terdapat dua jenis lipoprotein yaitu:

1) Kolesterol LDL

Kolesterol LDL (Low-Density Lipoprotein) adalah suatu lemak

yang merugikan tubuh “jahat” dan jumlahnya paling banyak dari

semua kolesterol di dalam tubuh. Kolesterol LDL yang berlebih

akan menumpuk dan menempel pada dinding arteri dan akan

membentuk plaque atau gumpalan yang akan mempersempit dan

berakibat terjadinya penyumbatan pada arteri. Keadaan ini

dinamakan dengan aterosklerosis. Komplikasi ini merupakan

faktor risiko utama penyakit kariovaskular yang berbahaya yang

akan muncul apabila penyumbatan terjadi di pembuluh darah

koroner jantung, kemudian akan terjadi serangan jantung atau

penyakit jantung koroner. Apabila penyumbatan tersebut terjadi

pada pembuluh darah kecil di dalam otak maka akan berakibat

stroke (Bull & Morrell, 2007; Tandra, 2007).

2) Kolesterol HDL

HDL (High-Density Lipoprotein) adalah lemak yang

menguntungkan tubuh sehingga disebut dengan lemak yang “baik”

karena membantu mengeluarkan kelebihan kolesterol dari tubuh

dengan cara membawa kolesterol total ke dalam hati untuk diolah

dan mengalami meteabolisme di dalam hati. Untuk itu apabila


30

ditemukan kadar kolesterol HDL yang tinggi dalam darah, maka

akan terhindar dari risiko serangan jantung atau stroke(Bull &

Morrell, 2007; Tandra, 2007).

c. Fungsi Kolesterol

Kolesterol memiliki beberapa fungsi diantaranya adalah sebagai

bagian penting dari membran (dinding) sel. Kolesterol juga ditimbun

dalam kelenjar buntu (kelenjar endokrin), seperti adrenal, testis, dan

ovarium, dan menjadi bahan pembentukan hormon-hormon, seperti

kortisol, testosteron, dan esterogen. Selain itu, kolesterol penting

untuk pembentukan asam empedu di dalam hati (Tandra, 2007).

d. Faktor yang Mempengaruhi Kadar Kolesterol

Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol di dalam darah

menurut Tandra (2007) adalah:

1) Keturunan

Riwayat keturunan adalah salah satu faktor yang berpengaruh

pada kadar kolesterol. Kolesterol yang tinggi seringkali menurun di

dalam keluarga. Meskipun penyebab genetik tertentu telah

diidentifikasi hanya pada sebagian kecil kasus, namun genetik tetap

memiliki peran dalam mempengaruhi kadar kolesterol total.

2) Pola makan

Pola makan yang kurang baik (terutama yang mengandung

banyak lemak jenuh) dan Kelebihan berat badan. Menurut Sudha et

al (2009) dan Hernawati (2013) hiperkolesterolemia dapat terjadi


31

karena gaya hidup (life style) yang tidak sehat seperti asupan

makanan yang tidak seimbang atau tidak sehat. Kadar kolesterol

yang tinggi dapat disebabkan oleh sintesis kolesterol dan

penyerapan kolesterol yang tinggi dan juga karena konsumsi

makanan tinggi lemak.

Menurut Yulianiet al (2013), mengatakan bahwa pola makan

tinggi kolesterol dan tinggi lemak jenuh dapat meningkatkan kadar

kolesterol darah. Lemak diuraikan menjadi kolesterol, trigliserida,

fosfolipid dan asam lemak bebas. Hasil uraian lemak diedarkan ke

seluruh tubuh. Jika berlebihan akan disimpan dalam lemak. Asupan

kolesterol yang tidak mencukupi akan di produksi oleh sel hati.

Kolesterol di hati akan diangkat oleh LDL, selanjutnya kolesterol

akan di bawa ke sel tubuh yang memerlukan, termasuk otot jantung

dan otak.

Lebih lanjut Yuliani et al (2013) menjelaskan bahwa kelebihan

kolesterol akan diangkat kembali oleh lipoprotein atau oleh HDL.

Kemudian diuraikan dan dibuang ke dalam kandung emepedu

sebagai asam cairan empedu. Disini LDL dan HDL sangat bertolak

belakang, HDL berfungsi sebagai pembawa kolesterol LDL ke

organ hati untuk diproses lebih lanjut, sedangkan LDL merupakan

kolesterol yang berbahaya karena dapat menempel dan

menyebabkan penyumbatan pada saluran darah. Selain LDL,

konsumsi tinggi karbohidrat cenderung meningkatkan kadar


32

trigliserida dan menurunkan kadar kolesterol HDL. Senyawa

trigliserida yakni jenis lemak yang biasanya dijumpai di dalam

darah yang mengandung glukosa lebih. Trigliserida akan

dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase. Selanjutnya, sisa hasil

hidrolisis tersebut dimetabolisasikan oleh hepar atau hati menjadi

LDL. Apabila kadar HDL dalam sirkulasi darah tidak mencukupi

untuk mengangkut LDL dan Trigliserida maka kadar kolesterol

total di dalam sirkulasi darah akan tinggi.

3) Berat Badan

Kelebihan berat badan cenderung meningkatkan kadar

kolesterol total. Jadi menurunkan berat badan dapat membantu

menurunkan kadar kolesterol total.

4) Aktivitas

Aktivitas fisik yang teratur tidak hanya dapat menurunkan

kolesterol LDL, tetapi juga dapat meningkatkan kadar kolesterol

HDL.

5) Usia tua dan jenis kelamin

Sebelum menopause, wanita cenderung memiliki kadar

kolesterol total yang lebih rendah dibandingkan pria pada usia

yang sama. Kadar kolesterol pada wanita dan pria, secara alami

meningkat seiring bertambahnya usia. Menopause sering dikaitkan

dengan peningkatan kolesterol LDL pada wanita.


33

6) Kekurangan insulin atau hormon tiroid

Kekurangan insulin atau hormon tiroid meningkatkan

konsentrasi kolesterol total, sedangkan kelebihan hormon tiroid

menurunkan konsentrasinya. Pengaruh ini kemungkinan

disebabkan terutama oleh perubahan derajat aktivitas enzim-enzim

khusus yang bertanggung jawab terhadap metabolisme zat lipid

(Guyton et al, 2007; Mayes PA, 2003; Sadoso S, 2009).

e. Diabetes Melitus dan Kolesterol Total

Diabetes melitus dengan kadar kolesterol tinggi memiliki

hubungan. Kolesterol yang tidak seimbang terjadikarena terganggunya

hormon insulin pada pankreas yang merupakan regulator penting pada

metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein. Maka, setiap gangguan

aksi insulin akan menimbulkan konsekuensi metebolik seperti tidak

seimbangnya kadar gula darah maupun kadar kolesterol di dalam

tubuh (Jalal et al, 2003).

Menurut Kumar dan Singh (2010) bahwa pasien dengan diabetes

melitus (DM) memiliki peningkatan risiko penyakit kardiovaskular

(CVD) 2-4 kali lebih besar dari non-diabetes. Dislipidemia merupakan

faktor utama yang mendasari peningkatan risiko CVD dan menjadi

lebih aterogenik dalam kondisi DM. Kondisi DM ditemui pada

resistensi insulin yang mendasari kelainan metabolisme lipoprotein,

yang ditandai dengan peningkatan kadar trigliserida (TG), penurunan

high density lipoprotein (HDL), meningkatkan partikel LDL yang


34

lebih kecil dan pekat dan kemudian diikuti dengan kenaikan kadar

kolesterol total.

Pada penderita diabetes biasanya memiliki kadar kolesterol yang

tinggi dan/atau kadar trigliserida yang tinggi. Kadar kolesterol tinggi

yang buruk dan tak terkendali akan berkumpul serta mengeras menjadi

plak di dalam arteri yang menghalangi aliran darah. Orang yang sudah

lama menderita diabetes atau penderita diabetes lanjut usia cenderung

memiliki masalah sirkulasi yang lebih serius karena aliran darah yang

melalui arteri-arteri kecil juga terganggu (D’Adamo & Whitney,

2009).

f. Target Kolesterol Total Penderita Diabetes

Kadar kolesterol total pada penderita diabetes dikatakan optimal

atau mendekati optimal apabila konsentrasi serumnya < 200 mg/dL

(AACE,2012). Namun, pada orang secara umum American Heart

Associaton(2015) memberikan target kolesterol total 180 mg/dL agar

jantung tetap sehat dan jauh dari penyakit jantung. Menurut Canadian

Diabetes Association (2006) target tersebut pada penderita diabetes

masih memiliki risiko untukterkena komplikasi coronary artery

disease (CAD) 10 tahun yang akan datang yaitu sebesar10%-19%

yangberada pada level moderate, sehingga untuk menurunkan risiko

tersebut penderita diabetes melitus sebaiknya memiliki target kadar

kolesterol total < 4.0 mmol/L (155 mg/dL), dengan risiko untuk
35

terkena komplikasi CAD 10 tahun yang akan datang lebih kecil

persentasenya yaitu < 10% berada pada level low.

Orang dengan risiko tinggi penyakit jantung seperti penderita

diabetes, kemungkinan untuk mencapai pengurangan terbesar dalam

risiko kardiovaskular mutlak menggunakan statin sampai kadar

kolesterol total < 4 mmol/L (The College of Family Physicians of

Canada, 2007). Evidence mendukung penggunaan statin pada dosis

yang lebih tinggi dapat digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol

total pada target 4 mmol/L. Namun, cara ini mungkin tidak efektif dari

segi biaya tapi sangat direkomendasikan untuk penderita diabetes yang

telah disertai dengan penyakit kardiovaskular, terutama pada sindrom

koroner akut (Barnet, 2012).

3. Puasa Senin dan Kamis

a. Definisi Puasa Senin dan Kamis

Mustafa (2009) menyampaikan bahwa puasa senin dan kamis

adalah puasa sunah yang merupakan amalan yang dicontohkan oleh

Rasulullah SAW. Puasa senin dan kamis memiliki banyak keutamaan,

salah satunya adalah ketika amal perbuatan para hamba diperiksa.

Puasa senin dan kamis tidak berbeda dengan puasa Ramadhan, hanya

saja harinya yang berbeda.

Puasa senin dan kamis juga berarti menahan dari makan, minum,

hubungan suami istri, dan semua hal yang membatalkan puasa sejak

terbit fajar hingga terbenam matahari (Al-Jazairi, 2001).


36

b. Dalil Anjuran untuk Berpuasa Senin dan Kamis

1) Dalil Pertama

Puasa hari Senin dan Kamis merupakan puasa sunnah yang

sangat rutin dilakukan oleh Nabi besar Shallallahu ‘Alaihi

Wasallam, hal itu dibuktikan dengan perkataan isteri beliau yaitu

‘Aisyah Radhiyallahu 'Anhu yang mengatakan,

‫صيَام ِاِلثْ َني ِْن َو ْالخ َِميس‬


ِ ‫َكانَ يَت َ َح َّرى‬

Artinya:
“Adalah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam memperbanyak puasa
pada hari Senin & Kamis.” (HR. Al-Tirmidzi, Al-Nasi dan Ibnu
Majah. Hadits ini dishahihkan Al-Albani)
2) Dalil Kedua

Ketika beliau ditanya tentang puasa hari Senin, beliau

menjawab,

َّ َ‫ذَاكَ يَ ْو ٌم ُو ِلدْتُ فِي ِه َويَ ْو ٌم بُ ِعثْتُ أ َ ْو أ ُ ْن ِز َل َعل‬


‫ي فِي ِه‬

Artinya:
“Itu adalah hari aku dilahirkan dan hari aku diutus atau (awal)
diturunkan Al-Qur'an kepadaku.” (HR. Muslim).
3) Dalil Ketiga

Ketika beliau ditanya tentang puasa hari Senin dan Kamis,

beliau menjawab:

‫ب ْال َعالَ ِمين‬


ِ ‫ض فِي ِه َما ْاْل َ ْع َما ُل َعلَى َر‬
ُ ‫ان ت ُ ْع َر‬ َ ‫َفأ ُ ِحبُّ أ َ ْن يُ ْع َر‬
ِ ‫ض ََذَانِكَ يَ ْو َم‬
َ ‫َع َم ِلي َوأَنَا‬
‫صائِ ٌم‬
Artinya:
“Keduanya adalah hari dihadapkannya amal-amal kepada Rabbul
‘Alamin (Allah). Karenanya aku suka saat amalku dibawa kepada-
37

Nya aku dalam keadaan berpuasa.” (HR. Al-Nasai dan dishahihkan


Syaikh Al-Albani).
c. Manfaat Puasa untuk Kesehatan

1) Dapat menurunkan Kadar Kolesterol

Hudy (2011) meneliti perbedaan profil lipid (kolesterol total)

pada orang yang rutin puasa Senin-Kamis menunjukkan bahwa

puasa tersebut dapat menurunkan kadar kolesterol total dalam

darah.

2) Dapat Menurunkan LDL dan Trigliserida, serta meningkatkan

HDL

Yati (2011) meneliti perbedaan lipid (HDL & LDL) pada

populasi orang yang rutin puasa Senin-Kamis menunjukkan bahwa

Kadar kolesterol LDL (kolesterol jahat) menurun dan pada kadar

kolesterol HDL (kolesterol baik) meningkat.

Palupi (2011) meneliti perbedaan profil lipid (trigliserida) pada

populasi orang yang rutin puasa Senin-Kamis menunjukkan bahwa

kadar trigliserid menurun.

3) Memberikan kesempatan istirahat alat pencernaan

Aktivitas puasa berarti mengistirahatkan saluran pencernaan.

Dalam skala makro, puasa akan berdampak pada sel-sel tubuh,

dimana reaksi-reaksi biokimiawi berlangsung. Sewaktu alat

pencernaan beristirahat, energi yang dibutuhkan diambil dari

cadangan karbohidrat dan timbunan lemak. Yang mana, dalam jiwa


38

yang seimbang, reaksi-reaksi biokimiawi berjalan lebih lancar,

terarah, dan tidak membahayakan (Hilda, 2014).

4) Detoksifikasi tubuh

Ketika orang berpuasa akan terjadi detoksifikasi (proses

pengeluaran zat-zat beracun dari dalam tubuh) secara total

(Dyayadi, 2007).

d. Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Puasa

Menurut Rakhmat dalam Mumbasitoh (2012) terdapat beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan puasa diantaranya:

1) Faktor internal

a) Faktor Biologis

Warisan biologis manusia menentukan perilakunya, dapat

diawali sampai struktur DNA yang menyimpan seluruh

memori warisan biologis yang diterima dari kedua orang

tuanya. Begitu besarnya pengaruh warisan biologis ini sampai

muncul aliran baru yang memandang segala kegiatan manusia

termasuk agama, kebudayaan, moral, berasal dari struktur

biologinya (Rahmat, 2000).

b) Faktor Sosio Psikologis

Komponen yang ada dalam sosio psikologis antara lain:

komponen afektif yaitu aspek yang terdiri dari motif

sosiogenis (motif skunder), sikap, dan emosi, komponen

kognitif yaitu aspek intelektual yangberkaitan dengan apa yang


39

diketahui manusia, dan komponen konatif adalah yang

berhubunngan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak

(Rahmat, 2000).

c) Kepribadian

Kepribadian sering disebut sebagai identitas (jati diri)

seseorang yang sedikit banyaknya menampilkan ciri-ciri

pembeda dari individu lain di luar dirinya. Dalam kondisi

normal, memang secara individu manusia memiliki perbedaan

dalam kepribadian. Perbedaan ini diperkirakan berpengaruh

terhadap perkembangan aspek-aspek kejiwaaan termasuk jiwa

keagamaan (Rahmat, 2000).

d) Keimanan

Keimanan atau kesadaran berpengaruh dalam pelaksanaan

ibadah. Seseorang yang memiliki kesadaran beragama yang

matang akan melaksanakan ibadahnya dengan konsisten,

stabil, mantap, dn penuh tanggung jawab serta dilandasi

pandangan yang luas (Muhaimin, 2012).

2) Faktor Eksternal

a) Faktor Keluarga

Menurut Darajat dalam Yasin(2007) keluarga merupakan

faktor pertama yang mempengaruhi ketaatan seseorang dalam

beribadah. Rumah merupakan tempat yang digunakan untuk

mendapatkan bimbingan keagamaan dan berkewajiban


40

mendidik, dan mengarahkannya secara bersungguh-sungguh

supaya seseorang taat dalam menjalankan ibadahnya baik

shalat, membaca Al-Quran, berdo’a, zakat, shodaqoh, dan

puasa.

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan

yang pertama dan utama. Dinamakan pertama karena dalam

keluargalah seorang anak pertama-tama menerima pendidikan

dan bimbingan. Begitu juga dikatakan utama, karena sebagian

besar kehidupan anak dilalui dalam keluarga (Hasbullah,

2005).

b) Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan lingkungan yang lebih besar

daripada lingkungan keluarga, masyarakat dalam hal ini adalah

teman pergaulan, media massa, tempat-tempat rekreasi dan

orang sekitar yang bergaul dengannya. Apabila seseorang

tinggal di masyarakat yang kehidupan agamanya masih kuat

dan selalu melaksanakan kegiatan-kegiatan agama, maka

seseorang tersebut akan melaksanakan kehidupannya dengan

cara islami. Namun sebaliknya, jika masyarakat hidup dalam

lingkungan yang acuh tak acuh dalam melaksanakan ajaran

agama maka seseorang tersebut juga akan menjalankan agama

secara acuh tak acuh (Rahmat, 2000).


41

e. Penderita DM yang Aman untuk Berpuasa

Menurut Hatono (2006) Penderita DM yang aman untuk

melakukan puasa yaitu:

1) Penderita diabetes yang kadar glukosa darahnya terkontrol dengan

perencanaan makanan dan olah raga diperbolehkan untuk puasa.

Tetapi, perlu dicermati jadwal, jumlah, dan komposisi asupan

makanan.

2) Penderita diabetes pada lansia diperbolehkan untuk puasa. Tetapi,

harus banyak minum karena pasien diabetes pada usia lanjut

mempunyai kecenderungan dehidrasi bila berpuasa.

3) Pasien diabetes yang untuk mengontrol gula darah, selain diet dan

berolahraga, juga memerlukan obat penurun gula darah dengan

dosis tunggal dan kecil.Kelompok ini dapat dibagi atas dua bagian,

yaitu penderita diabetes yang membutuhkan dosis tunggal dan

kecil, dan penderita diabetes yang membutuhkan dosis yang lebih

tinggi dan terbagi.

Bagi mereka yang termasuk pada kelompok kedua ini, pasien

dapat melakukan ibadah puasa dengan melakukan perubahan dalam

perencanaan makanan, aktivitas fisik dan pengobatan. Dalam hal

ini penderita diabetes perlu berkonsultasi dengan dokter.

4) Penderita diabetes yang membutuhkan suntikan insulin untuk

mengontrol kadar gula darahnya.Penderita diabetes dalam

kelompok ini tidak disarankan untuk melakukan puasa. Apalagi


42

penderita diabetes dengan komplikasi yang berat seperti gagal

ginjal dan gagal jantung, sama seperti kelompok ketiga ini tidak

disarankan untuk melakukan puasa, karena berpuasa dapat

memperberat komplikasi yang sudah terjadi.

B. KerangkaKonsep

Gambar 1 kerangka konsep penelitian

Puasa Senin Kadar Kolesterol Total


Kamis Pasien DM Tipe 2

Faktor-faktor yang
mempengaruhi kadar
kolesterol total:
1. Keturunan
2. Pola Makan
3. Berat Badan
Keterangan Gambar 4. Aktivitas

Di teliti 5. Usia

T Tidak di teliti 6. Jenis Kelamin


7. Kekurangan insulin
atau hormon tiroid

C. Hipotesis

Ada pengaruh puasa Senin dan Kamis terhadap kadar kolesterol total pada

penderita diabetes tipe 2.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah desain penelitian quantitatif menggunakan quasi

eksperimental dengan rancangan penelitian pre-test dan post-test with control

grup design. Kelompok eksperimen akan diberikan perlakuan puasa Senin dan

Kamis selama empat minggu dalam 1 bulan, sedangkan pada kelompok

kontrol tidak diberikan perlakuan. Pengukuran dilakukan dengan pre test

(sebelum perlakuan) dan post test (sesudah perlakuan) (Nursalam, 2008).

Tabel 2. Desain Penelitian


Sampel Pre-test Intervensi Post-test
S1 O X1 O1
S2 O X0 O2
Time 1 Time 2 Time 3

Keterangan :

S1 : Kelompok Intervensi

S2 : Kelompok Kontrol

O : Pemeriksaan Kolesterol total Sebelum Intervensi

X1 : Intervensi (Puasa Senin dan Kamis)

X0 : Tidak dilakukan Intervensi

O1 : Pemeriksaan Kolesterol total setelah diberikan Intervensi

pada Kelompok Intervensi

O2 : Pemeriksaan Kolesterol total pada Kelompok Kontrol

yang tidak diberikan Intervensi

Time 1: Waktu dilakukannya pre-test

Time 2: Waktu dilakukannya intervensi (1 bulan)

43
44

Time 3: Waktu dilakukannya post-test

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan subjek penelitian yang memenuhi kriteria yang

telah ditetapkan oleh peneliti (Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian

ini adalah penderita diabetes melitus tipe 2 dengan kadar kolesterol total >

155 mg/dl dan usia 20 - 65 tahun di Dukuh Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

Berdasarkan data dari Puskesmas Kasihan I didapatkan bahwa pada tahun

2014 penderita diabetes di Dukuh Kasihan sebanyak 30 orang.

2. Sampel

Sampel adalah subjek penelitian yang merupakan bagian dari populasi

yang didapatkan dengan proses menyeleksi populasi (Nursalam, 2008).

Sampel yang diambil harus bisa mewakili populasi yang ada. Pengambilan

sampel pada penelitian ini adalah menggunakan total sampling. Total

samplingyaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama

dengan populasi (Sugiyono, 2007) dengan kriteria:

a. Kriteria Inklusi

1) Usia 20 - 65 tahun

2) Kadar kolesterol total > 155 mg/dL

3) Bersedia menjadi responden dan bekerja sama selama proses

penelitian berlangsung

4) Responden yang tinggal di Dukuh Kasihan, Bantul

5) Respoden yang beragama Islam


45

6) Responden yang mampu membaca dan menulis

7) Responden yang tidak secara rutin melakukan puasa Senin dan Kamis

8) Responden tidak dirawat di Rumah Sakit dalam 3 bulan terakhir

9) Responden yang tidak mendapatkan terapi insulin

10) Responden yang mengkonsumsi obat jenis Biguanid atau lainnya dan

mendapatkan terapi gaya hidup.

b. Kriteria Eksklusi

1) Penderita diabetes yang mengundurkan diri pada saat penelitian

2) Penderita diabetes yang dirawat di Rumah Sakit

3) Penderita diabetes yang pindah rumah

4) Penderita diabetes yang meninggal

Dari 30 sampel yang terlibat dalam penelitian ini, 15 responden masuk

kelompok intervensi dan 15 responden masuk kelompok kontrol. Lima belas

orang pertama yang bersedia untuk melakukan puasa akan masuk menjadi

kelompok intervensi dan 15 orang berikutnya akan menjadi kelompok

kontrol.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Dukuh Kasihan, Kabupaten Bantul,

Yogyakarta. Waktu penelitian ini yaitu bulan April 2016 – Mei 2016.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian intervensi puasa

Senin dan Kamis


46

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar kolesterol total pada

penderita diabetes melitus tipe 2

E. Definisi Operasional

1. Puasa Senin dan Kamis

Puasa Senin dan Kamis dalam penelitian ini adalah menahan kebutuhan

dasar aspek biologis untuk tidak makan dan minum selama ± 14 jam yang

dimulai dari terbit fajar sampai tenggelamnya matahari (Maghrib). Puasa

dilakukan setiap hari Senin dan Kamis selama 1 bulan (4 minggu).

Pencatatan jadwal puasa Senin dan Kamis akan dilakukan di lembar

observasi atau logbook yang dibuat oleh peneliti.

2. Kadar Kolesterol Total pada Penderita DM

Kadar kolesterol total adalah hitungan total dari semua jenis kolesterol

dalam darah yang diambil melalui pembuluh darah kapiler dan diperiksa

denganmenggunakan alat pemeriksa kadar kolesterol total Easy Touch.

Skala pengukuran kadar kolesterol adalah rasio dengan satuan mg/dl.

F. Instrumen Penelitian

1. Kueisioner Data Demografi

Kuesioner data demografi berisi tentang data lengkap populasi atau

responden yang dibuat oleh peneliti sendiri. Format yang harus diisi dalam

data demografi yaitu nama, jenis kelamin, agama, usia, pendidikan terakhir,

pekerjaan, lama menderita diabetes melitus.


47

2. Alat dan BahanPemeriksaan Kolesterol total

Alat dan Bahan yang digunakan untuk memeriksa kadar kolesterol total

responden yaitu:

a. Alat pemeriksa kadar kolesterol total menggunakanEasy Touch GCU

b. Check strip

c. Puncturer (lancing device)

d. Strip tes kolesterol total

e. Kapas alkohol

f. Sarung tangan bersih

3. Log Book Puasa Senin dan Kamis

Responden intervensi mendapatkan log book puasa Senin dan Kamis

yang digunakan untuk mencatat perilaku puasa Senin dan Kamis selama 1

bulan tersebut yang berisi tentang puasa atau tidak, waktu sahur, menu

sahur, keluhan saat berpuasa, cara mengatasi keluhan, menu berbuka puasa,

waktu minum obat dan jenis obat dan olahraga. Kemudian setiap hari

Minggu, Senin, Rabu dan Kamis kelompok eksperimen akan menerima

SMS/telepon follow up untuk menanyakan terkait isi log book,

mengingatkan dan memantau puasa yang dijadwalkan oleh peneliti selama

penelitian berlangsung.

4. Booklet Panduan Puasa Senin dan Kamis

Panduan puasa Senin dan Kamis yang dibuat peneliti dalam bentuk

booklet yang berisi tentang syarat diperbolehkan dan tidak diperbolehkan

untuk berpuasa, dalil Al-Quran tentang anjuran untuk berpuasa, tips


48

berpuasa bagi penderita DM, apa saja yang harus dikonsumsi untuk

penderita DM ketika sahur, berbuka dan ketika tidak sedang berpuasa Senin

dan Kamis, kapan waktu yang baik untuk sahur, kapan waktu yang baik

untuk meminum obat ketika puasa, tanda-tanda hipoglikemia dan cara

mengatasi hipoglikemia. Booklet ini telah di uji validitas dengan 3 expert. 3

expert tersebut adalah Novita Kurnia Sari, S.Kep., Ns., M.Kep, Dra. Salmah

Orbayinah, M.Kes., Apt, dan dr. Prasetyo Kirmawanto, Sp.Pd., M.Kes.

Selama 3 bulan booklet panduan puasa Senin dan Kamis mengalami

perubahan dan revisi untuk melengkapi kesesuaian isi booklet. Ketiga

penguji tersebut menilai bahwa booklet telah memenuhi standar.

G. Cara Pengumpulan Data

1. Tahap Persiapan

Penelitian diawali dengan pembuatan proposal penelitian yang

dilakukan oleh peneliti. Kemudian peneliti melakukan studi pendahuluan di

Puskesmas Kasihan I untuk mengetahui populasi penderita diabetes melitus

terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I. Dari hasil studi

pendahuluan didapatkan populasi penderita diabetes melitus terbanyak di

wilayah kerja Puskesmas Kasihan I dari bulan Januari 2014-Desember 2014

berada di Dukuh Kasihan dengan penderita sebanyak 30 orang. Peneliti

kemudian membuat surat izin penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan mengajukan etik

penelitian ke Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas


49

Muhammadiyah Yogyakarta. Peneliti juga melakukan uji validitas booklet

panduan puasa Senin dan Kamis dengan 3 expert.

2. Tahap Pelaksanaan

Gambar 2 skema tahap pelaksanaan penelitian

Screening responden
(30 Sampel) Minggu
Ke 1-3
Total Sampling

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol


(15 Sampel) (15 Sampel)

Minggu
Pretest Pretest Ke 4
(Pengukuran Kolesterol) (Pengukuran Kolesterol)
+
Mendapatkan booklet
panduan Puasa Senin dan
Kamis

Puasa Senin dan Kamis


Minggu
Ke 4-8
Pemantauan Kolesterol Pemantauan Kolesterol

Posttest Posttest Minggu


(Pengukuran Kolesterol) (Pengukuran Kolesterol) Ke 8

Keterangan :

: Perlakuan Penelitian

: Waktu Perlakuan

: Garis Batas Waktu

: Urutan Perlakuan

: Garis Pembagian Responden Penelitian


50

Pada tahap pelaksanaan peneliti menggunakan teknik total sampling

dalam penentuan sampel dari data populasi penderita DM tipe 2 di Dukuh

Kasihan yang telah sesuai dengan kriteria inklusi. Teknik tersebut dilakukan

dengan cara mengambil jumlah sampel sama dengan jumlah populasi.

Sehingga dari populasi 30 orangdibagi menjadi 15 responden kelompok

intervensi dan 15 responden kelompok kontrol. Pertama, peneliti datang ke

Dukuh Kasihan untuk mengajak bekerja sama dengan kepala dukuh untuk

melakukan penelitian. Penelitiandilakukan dengan cara melakukan home

visit ke rumah penderita diabetes melitus di Dukuh Kasihan. Kemudian

peneliti melakukan Pra-Interaksi kepada pasien untuk melakukan kontrak

waktu dan menanyakan beberapa hal mengenai kriteria inklusi peneliti dan

selanjutnya memberikan kuesioner data demografi. Kemudian peneliti

menjelaskan seputar penelitian yang akan dilakukan (intervensi, manfaat,

pembagian kelompok, dan lain-lain).

Apabila pasien bersedia menjadi responden, peneliti

memberikan informed consent berupa tanda tangan. Setelah responden

menandatangani informed consent, peneliti menentukan kelompok

eksperimen terlebih dahulu sebanyak 15 orang kemudian kelompok kontrol

sebanyak 15 orang dengan cara 15 orang pertama yang bersedia untuk

melakukan puasa menjadi kelompok intervensi dan 15 orang berikutnya

yang tidak bersedia untuk melakukan puasa akan menjadi kelompok

kontrol.
51

Peneliti kemudian melakukan pre-test terhadap kelompok kontrol dan

eksperimen dengan cara mengukur kadar kolesterol total. Setelah mengukur

kadar kolesterol total, kelompok kontrol hanya diberitahu bahwa peneliti

akan menemui mereka 2 minggu kedepan untuk pemantauan dan saat

dilakukan posttest setelah 1 bulan kedepan dari waktu pretest. Sedangkan

untuk kelompok eksperimen akan diberikan booklet tentang panduan puasa

Senin dan Kamis dan log book atau catatan harian puasa Senin dan Kamis.

Selanjutnya peneliti melakukan intervensi kepada kelompok eksperimen

untuk melaksanakan puasa Senin dan Kamis selama 1 bulan dan akan selalu

dikontrol peneliti melalui via SMS/telepon sebelum puasa dan saat puasa

untuk menanyakan terkait isi log book, mengingatkan dan memantau puasa

yang dijadwalkan oleh peneliti selama penelitian berlangsung. Setelah 1

bulan, peneliti melakukan post-test kepada kelompok kontrol dan

eksperimen dengan mengukur kadar kolesterol total. Setelah itu, peneliti

membandingkan kadar kolesterol total antara kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen.

H. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

1. Uji Validitas

Booklet dilakukan uji validitas isi (content validity) dengan 3 expert,

yaitu Novita Kurnia Sari, S.Kep., Ns., M.Kep, Dra. Salmah Orbayinah,

M.Kes., Apt, dan dr. Prasetyo Kirmawanto, Sp.Pd., M.Kes. Selama 3

bulan booklet panduan puasa Senin dan Kamis mengalami perubahan dan
52

revisi untuk melengkapi kesesuaian isi booklet. Ketiga penguji tersebut

menilai bahwa booklet telah memenuhi standar.

Sub bahasan isi yang telah di uji content validity adalah niatan lil

alamin, pengertian diabetes melitus, cara mengetahui kadar gula darah,

kadar gula normal dan diabetes melitus, hal-hal yang mempengaruhi kadar

gula darah, cara mengendalikan kadar gula darah, pengertian puasa,

perubahan kadar gula darah orang puasa, penyandang yang tidak

diperbolehkan puasa, penyandang yang diperbolehkan puasa, cara

memodifikasi olahraga, cara memodifikasi diet atau pola makan, cara

memodifikasi obat, cara mengevaluasi puasa, manfaat puasa dalam

pengendalian DM, pengaruh lain puasa terhadap tubuh.

Karena booklet ini telah disesuaikan dengan keadaan penyakit DM

tipe 2, maka selain sebagai instrumen dalam penelitian ini booklet juga

dapat dipergunakan secara umum sebagai buku panduan puasa Senin dan

Kamis pada penderita DM tipe 2. Sehingga penderita DM tipe 2 dapat

melaksanakan puasa Senin dan Kamis secara aman.

2. Uji Reliabilitas

Alat pemeriksa kadar darah Easy touch GCU tidak dilakukan kalibrasi

di badan Metrologi. Karena satu set alat Easy Touch GCU telah memiliki

alat kalibrasi sendiri yaitu dalam bentuk chip, dimana chip tersebut

terdapat kode yang berbeda di setiap pengukuran (glukosa, kolesterol dan

asam urat).Chip tersebut berfungsi untuk mencocokkan kode yang mucul

di layar alat pemeriksa Easy Touch. Apabila kode yang muncul di layar
53

alat pemeriksa Easy Touch sesuai dengan kode yang ada di chip maka alat

tersebut bisa langsung digunakan.Chip tersebut berada di dalam masing-

masing tabung pengukuran (glukosa, kolesterol dan asam urat).

I. Pengolahan dan Metode Analisa Data

1. Pengolahan Data

Saat menganalisis data, terlebih dahulu diolah dengan tujuan mengubah

data menjadi informasi.Langkah yang harus ditempuh yaitu:

a. Editing

Editing adalah kegiatan untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul (Notoatmodjo, 2010).

b. Coding

Coding merupakan kegiatan mengubah data berbentuk kalimat atau

huruf menjadi data numerik (angka) atau bilangan dengan tujuan untuk

mempermudahkan dalam pengolahan dan analisa data (Notoatmodjo,

2010).

c. Memasukkan Data (Data Entry) atau Processing

Setelah semua data diberikan kode, langkah selanjutnya yaitu

memasukkan data. Data entry adalah memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam program atau software komputer (Notoatmodjo,

2010).
54

d. Pembersihan Data (Cleaning)

Setelah semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, data dicek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan

sebagainya, kemudian dilakukan koreksi atau pembetulan pada data

tersebut (Notoatmodjo, 2010).

2. Analisa Data

Analisa data penelitian ini menggunakan prosedur yang bertahap yaitu:

a. Deskriptif

Analisa deskriptif digunakan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisa data

deskriptif dalam penelitian ini menggunakan analisa data deskriptif

berupa distribusi frekuensi, persentase, mean, simpangan baku, modus,

dan nilai minimum dan nilai maksimum.

b. Inferensial

Analisa inferensial digunakan untuk menganalisa 2 data yang saling

berhubungan. Langkah awal dalam analisa data yaitu dengan melakukan

uji normalitas data menggunakan Saphiro-Wilk karena jumlah responden

<50. Apabila hasil uji normalitas didapatkan nilai signifikansi >0,05

(p>0,05) maka data berdistribusi normal. Sedangkan apabila hasil uji

normalitas didapatkan nilai signifikansi <0,05 (p<0,05) maka data tidak

berdistribusi normal. Hasil uji normalitas data pada penelitian ini

sebagai berikut:
55

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Kadar Kolesterol Total pada Kelompok


Kontrol dan Eksperimen (N=30)
Kelompok Variabel p value Interpretasi
Kontrol Kadar Kolesterol pretest 0,048 Tidak Normal
(n=15) Kadar Kolesterol posttest 0,763 Normal
Eksperimen Kadar Kolesterol pretest 0,011 Tidak Normal
(n=15) Kadar Kolesterol posttest 0,628 Normal

Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 3, diketahui bahwa data

pretest kelompok kontrol dan eksperimen tidak berdistribusi

normal,sedangkan data posttest terdistribusi normal. Sehingga pada

penelitian ini digunakan uji statistik sebagai berikut:

Tabel 4. Uji Statistik untuk Menguji Hipotesis Pengaruh Puasa Senin dan
Kamis Terhadap Kadar Kolesterol Total Pada Penderita Diabetes Melitus
Tipe 2 di Dukuh Kasihan, Bantul, Yogyakarta (N=30)
Uji Hipotesis Uji
Statistik
Uji Beda Kadar Kolesterol Total Kelompok Eksperimen dan Wilcoxon
Kelompok Kontrol Sebelum dan Setelah Intervensi
Uji Beda Kadar Kolesterol Total Kelompok Eksperimen dan Independent
Kelompok Kontrol Setelah Intervensi T-Test

Berdasarkan tabel 4,untuk mengetahui perbedaan kadar kolesterol total

pada kelompok kontrol dan eksperimen sebelum dan setelahintervensi

menggunakan uji Wilcoxon. Sedangkan, untuk mengetahui perbedaan

kadar kolesterol total pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

setelah intervensi menggunakan uji Independent T-Test.

J. Etika Penelitian

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).

Dalam hal ini peneliti memberikan informasi tentang tujuan peneliti

melakukan penelitian. Selain itu, peneliti memberikan kebebasan kepada


56

responden untuk memberikan informasi atau tidak memberikan informasi.

Peneliti memberikan formulir persetujuan untuk mengikuti penelitian.

2. Menghormati privasi dan kerahasian subjek penelitian (respect for privacy

and confidentiality).

Peneliti memberikan jaminan kerahasian hasil penelitian atau informasi

yang didapat dari responden. Setelah penelitian selesai dianalisis, data

dimusnahkan oleh peneliti dan tidak akan di publish ke umum.

3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an inclusiveness).

Peneliti menghormati dan bersikap adil kepada responden dalam

pengumpulan data.Penelitian tentang puasa Senin dan Kamis ini berhasil

menurunkan kadar kolesterol, sehingga peneliti telah menyarankan kepada

kelompok kontrol penelitianagar melaksanakan puasa Senin dan Kamis

sesuai dengan booklet panduan puasa Senin dan Kamis yang telah diberikan.

4. Memperhitungkan keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefits).

Keuntungan intervensi yang telah diberikan pada penelitian ini

adalahdapat menurunkan kadar kolesterol total darah, sehingga puasa Senin

dan Kamis telah menjadi salah satu intervensi yang dianjurkan pada

penderita diabetes melitus. Sehingga angka komplikasi dari diabetes melitus

dapat menurun.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dukuh Kasihan. Dukuh Kasihan merupakan

salah satu dukuh yang masuk dalam wilayah Padukuhan Kasihan. Selain

Dukuh Kasihan, Padukuhan Kasihan juga memiliki beberapa dukuh yang

lain yaitu Dukuh Gunung Sempu, dan Dukuh Bayaran. Padukuhan Kasihan

merupkan padukuhan yang ke IX dari Desa Tamantirto, Kecamatan

Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Padukuhan Kasihan memiliki luas wilayah 70,300 Ha. Padukuhan ini

dibagi menjadi 3 dukuh berdasarkan bentuk muka bumi daratan yaitu dukuh

di wilayah dataran tinggi adalah Dukuh Gunung Sempu yang terdiri dari 1-9

RT dan memiliki penduduk berjumlah 1203 jiwa. Sedangkan dukuh yang

berada pada wilayah dataran rendah adalah Dukuh Kasihan terdiri dari 1-7

RT dengan penduduk berjumlah 1959 jiwa dan Dukuh Bayaran dengan 1

RT yang digabung dengan Dukuh Kasihan yaitu RT 8 dengan jumlah

penduduk 31 jiwa. Dari rincian penjelasan tersebut maka total RT di

Padukuhan Kasihan adalah 17 RT dengan total penduduk 3202 jiwa.

Padukuhan kasihan termasuk dalam salah satu wilayah kerja Puskesmas

Kasihan I yang berjarak ±2,7 KM. Menurut data dari Puskesmas Kasihan I,

Padukuhan Kasihan merupakan wilayah yang 3 tahun berturut-turut

menduduki peringkat pertama untuk jumlah penderita DM terbanyak. Pada

57
58

tahun 2012 penderita DM berjumlah 29 orang, kemudian pada tahun 2013

jumlahnya bertambah 4 orang menjadi 34 penderita, dan meningkat lebih

dari dua kali lipat sebanyak 48 orang dengan total 82 orang pada tahun

2014.

Dari jumlah total 82 penderita DM, Dukuh Kasihan merupakan

penyumbang terbesar dengan 36,6 % atau 30 orang penderita. Fasilitas

kesehatan yang terdapat di Dukuh Kasihan adalah Posyandu Balita dan

Lansia. Posyandu Lansia dilaksanakan 1 bulan sekali, dengan adanya

Posyandu Lansia tersebut penderita DM dapat melakukan cek gula darah,

asam urat, dan pemeriksaan tekanan darah serta terkadang terdapat kegiatan

senam untuk penderita DM yang dipimpin oleh tenaga kesehatan dari

Puskesmas Kasihan I.

2. Karakteristik Demografi Responden

Data demografi yang digunakan oleh peneliti adalah Usia, jenis kelamin,

pendidikan terakhir, pekerjaan, penghasilan, dan lama menderita DM.

Karakteristik demografi responden dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik


Demografi Usia dan Lama Menderita DM di Dukuh Kasihan, Bantul,
Yogyakarta (N=30)
Min Max Mean SD Modus
Eksperimen
Usia 50 65 57,20 5,017 55
Lama Menderita 2 13 4,53 3,482 3
Kontrol
Usia 41 65 54,67 8,287 53
Lama Menderita 1 22 6,13 6,578 3
Sumber: Data Primer
Keterangan :
N : Jumlah Populasi
SD : Standar Deviasi
59

Berdasarkan tabel 5. diatas data karakteristik responden pada kategori

usia dapat dilihat bahwa kisaran usia responden pada kelompok eksperimen

yaitu antara 50-65 tahun dengan rata-rata usia 57,20 tahun. Sedangkan pada

kelompok kontrol kisaran usia responden antara 41-65 tahun dengan rata-

rata usia yaitu 54,67 tahun. Hasil distribusi pada tabel diatas menunjukkan

pada kelompok eksperimen dari kisaran 2-13 tahun rata-rata lama menderita

DM adalah 4,53 tahun dan lama menderita paling banyak adalah 3 tahun.

Sedangkan dari kisaran 1-22 tahun rata-rata lama menderita DM pada

kelompok kontrol adalah 6,13 tahun dan lama menderita paling banyak

adalah 3 tahun.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik


Demografi Jenis Kelamin, Agama, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan, dan
Penghasilan di Dukuh Kasihan, Bantul, Yogyakarta (N=30)
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Karakteristik Jumlah Persentase Jumlah Persentase
(n) (%) (n) (%)
Jenis Kelamin:
a. Laki-Laki 10 66,7 10 66,7
b. Perempuan 5 33,3 5 33,3
Pendidikan Terakhir:
a. SD 5 33,3 7 46,7
b. SMP 6 40,0 2 13,3
c. SMA 4 26,7 4 26,7
d. Perguruan Tinggi - - 2 13,3
Pekerjaan:
a. Ibu Rumah 2 13,3 1 6,7
Tangga
b. Supir 2 13,3 3 20,0
c. Wiraswasta 6 40,0 6 40,0
d. PNS 5 33,3 5 33,3
Penghasilan:
a. <1.200.000 10 66,7 10 66,7
b. 1.200.000- 5 33,3 5 33,3
2.400.000
c. >2.400.000 - - - -
Total 15 100 15 100
Sumber: Data Primer
60

Keterangan :
N : Jumlah Populasi

n : Jumlah Sampel

Berdasarkan tabel 6, dari jumlah total 30 responden diperoleh data hasil

distribusi jenis kelamin yang lebih mendominasi pada kelompok eksperimen

adalah laki-laki dengan jumlah 10 orang dengan persentase 66,7% dan pada

kelompok kontrol data hasil distribusi jenis kelamin yang mendominasi juga

dari jenis kelamin laki-laki dengan jumlah 10 orang atau 66,7% . Tingkat

pendidikan terakhir responden pada penelitian ini yang mendominasi adalah

responden dengan tingkat pendidikan SMP sebanyak 6 orang dengan

persentase 40,0% pada kelompok intervensi dan tingkat pendidikan SD

sebanyak 7 orang dengan persentase 46,7% pada kelompok kontrol. Data

hasil distribusi pekerjaan pada kelompok eksperimen sebagian besar adalah

wiraswasta 6 orang dengan persentase 40,0% dan pada kelompok kontrol

data hasil distribusi pekerjaan sebagian besar juga merupakan pekerja

wiraswasta dengan jumlah 6 orang atau 40,0%. Data hasil distribusi

menunjukkan bahwa pada kelompok eksperimen sebagian besar memiliki

penghasilan dengan rata-rata kurang dari Rp. 1.200.000,00 per bulannya

dengan persentase 66,7% sebanyak 10 orang dan pada kelompok kontrol

sebagian besar juga memiliki penghasilan rata-rata kurang dari Rp.

1.200.000,00 dengan persentase 66,7% atau 10 orang.


61

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Obat yang dikonsumsi


di Dukuh Kasihan, Bantul, Yogyakarta (N=30)
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Karakteristik Jumlah Persentase Jumlah Persentase
(n) (%) (n) (%)
Konsumsi OHO:
a. Glibenklamid 3 20 3 20
b. Metformin 8 53,3 9 60
c. Glibenklamid dan 1 6,7 - 0
Obat Herbal
d. Metformin dan 1 6,7 - 0
Glibenklamid
e. Metformin dan 1 6,7 1 6,7
Obat Herbal
f. Metformin dan 1 6,7 2 13,3
Glimepiride
Konsumsi Obat
Kolesterol:
a. Simvastatin 7 46,7 9 60
b. Herbal 2 13,3 1 6,7
c. Tidak Minum 6 40 5 33,3
Obat Kolesterol
Total 15 100 15 100
Sumber: Data Primer

Keterangan :

N : Jumlah Populasi

n : Jumlah Sampel

Berdasarkan tabel 7. dari jumlah total 30 responden OHO yang paling

banyak dikonsumsi oleh responden yaitu Metformin tunggal sebanyak 17

orang dengan persentase 56,7%. Rincian pada masing-masing kelompok

pengguna Metformin tunggal dengan persentase 53,3% sebanyak 8 orang

pada kelompok eksperimen dan dengan persentase 60% yaitu sebanyak 9

orang pada kelompok kontrol.

Berdasarkan tabel 7. dari jumlah total 30 responden obat kolesterol yang

dikonsumsi yaitu Simvastatin sebanyak 16 orang dengan persentase 53,3%.

Rincian pada masing-masing kelompok pengguna Simvastatin dengan


62

persentase 46,7% sebanyak 7 orang pada kelompok eksperimen dan dengan

persentase 60% atau sebanyak 9 orang pada kelompok kontrol. Serta

terdapat 3 responden yang mengkonsumsi obat herbal yang berasal dari

daun Sambiloto dan daun Salam.

3. Perbedaan kadar kolesterol total sebelum (pre) dan setelah (post)

intervensi pada kelompok eksperimen.

Tabel 8. Hasil Analisa Perbedaan Kadar Kolesterol Total Kelompok


Eksperimen dan Kelompok Kontrol Sebelum dan Setelah Intervensi dengan
Uji Wilcoxon (N=30)
N Median Rerata±s.b p
(minimum-
maksimum)
Eksperimen pre-test 15 205,00 207,00±32,696
(161-287)
0,033
post-test 15 190,00 189,87±21,524
(147-239)
Kontrol pre-test 15 198,00 210,73±29,548
(181-262)
0,460
post-test 15 215,00 223,33±45,772
(160-307)
Sumber: Data Primer

Keterangan :

N : Jumlah Populasi

s.b : Standar Baku

Berdasarkan tabel 8, dapat diketahui bahwa hasil analisa perbedaan

pretest dan posttest kelompok eksperimen dengan nilai p = 0,033

menunjukkan penurunan kadar kolesterol total, sedangkan pada analisa

pretest dan posttest untuk kelompok kontrol dengan nilai p = 0,460 tidak

memiliki perbedaan kadar kolesterol total.


63

4. Perbedaan kadar kolesterol total antara kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen setelah intervensi

Tabel 9. Hasil Analisa Perbedaan Kadar Kolesterol Total Antara Kelompok


Eksperimen dan Kelompok Kontrol Setelah Intervensi dengan Uji
Independent T-Test (N=30)
Kelompok N Median Min Max Mean S.D p
Eksperimen 15 190,00 147 239 189,87 21,524
0,016
Kontrol 15 215,00 160 307 223,33 45,772
Sumber: Data Primer

Keterangan :

N : Jumlah Populasi

S.D : Standar Deviasi

Berdasarkan tabel 9, dapat diketahui bahwa hasil analisa perbedaan

posttest kadar kolesterol total didapatkan nilai p = 0,016 menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan kadar kolesterol total yang signifikan antara

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah dilakukam intervensi

yang berupa puasa Senin dan Kamis pada kelompok eksperimen.

B. Pembahasan

1. Karakteristik Responden

a. Usia

Berdasarkan tabel 5, dari jumlah total 30 responden didapatkan rata-

rata usia responden adalah 55,93 tahun dengan kisaran usia secara

keseluruhan yaitu antara 41-65 tahun. Rata-rata usia pada kelompok

eksperimen adalah 57,20 tahun. Sedangkan rata-rata usia pada kelompok

kontrol adalah 54,67 tahun.


64

Menurut Suiraoka (2012) DM tipe 2 lebih banyak terdapat pada

orang yang berumur di atas 40 tahun daripada orang yang lebih muda,

alasannya karena selain berkurangnya produksi insulin oleh pankreas,

pada usia tersebut kemampuan jaringan untuk mengambil glukosa darah

juga semakin menurun. Hal ini juga didukung oleh penelitian

sebelumnya dari Adam et al (2014) bahwa data usia yang terbanyak

adalah responden dengan umur >40 tahun dengan rata-rata yaitu 53,8

tahun dari total 58 responden. Kemudian menurut Listiana dan Purbosari

(2006) bahwa semakin tua seseorang, aktifitas reseptor LDL mungkin

makin berkurang. Sehingga kolesterol meningkat dalam sirkulasi darah.

b. Lama Menderita DM

Berdasarkan tabel 5, dari jumlah total 30 responden didapatkan data

hasil distribusi lama menderita DM rata-rata adalah 5,33 tahun. Pada

kelompok eksperimen dapat diketahui bahwa rata-ratanya yaitu 4,53

tahun. Sedangkan rata-rata lama menderita DM pada kelompok kontrol

yaitu 6,13 tahun. Menurut Dewi (2013) diabetes melitus merupakan

penyakit kronis menahun akibat dari adanya gangguan produksi insulin

yang disertai timbulnya berbagai komplikasi pada organ tubuh terutama

pankreas yang diindikasi dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah

(hiperglikemia). Hal ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya dari

Khan et al (2012) yang menunjukkan bahwa dari total jumlah responden

sebanyak 75 orang, rata-rata lama menderita DM adalah 5,6 tahun dari

rentan 9 bulan – 18 tahun.


65

c. Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 6, dari jumlah total 30 responden didapatkan data

hasil distribusi jenis kelamin dengan data yang terbanyak adalah laki-laki

yaitu 66,7% atau sebanyak 20 orang. Hal ini tidak sesuai dengan data

dari KEMENKES RI (2013) yang menyebutkan bahwa prevalensi

penderita diabetes melitus di Indonensia paling banyak adalah

perempuan dibandingkan dengan laki-laki.

Namun, menurut Wicaksono (2011) bahwa perbedaan jenis kelamin

tidak ada data akurat yang dapat memastikan bahwa laki-laki atau

perempuan yang lebih rentan terserang diabetes. Karena, wilayah satu

dengan yang lain memiliki jumlah laki-laki atau perempuan yang

berbeda dan dianggap memiliki risiko sama besar terserang diabetes,

sehingga tidak dapat ditarik suatu kesimpulan. Namun ada catatan bahwa

pada wilayah yang angka penderita diabetesnya tinggi, pria lebih mudah

terserang diabetes, terutama pria berusia lanjut.Sedangkan pada wilayah

yang angka penderita diabetesnya rendah, wanita justru lebih mudah

terserang diabetes. Menurut Esha (2010) ada beberapa faktor selain jenis

kelamin yang turut serta mempengaruhi resiko terjadinya diabetes salah

satunya yaitu gaya hidup yang tidak sehat seperti makanan cepat saji

(junk food) dan olahraga tidak teratur atau kurangnya olahraga.

d. Pendidikan Terakhir

Berdasarkan tabel 6, dari jumlah total 30 responden diperoleh data

bahwa sebagian besar tingkat pendidikan responden yaitu SD sebanyak


66

12 orang dengan persentase 40%. Menurut KEMENKES RI (2014)

bahwa proporsi penderita diabetes melitus cenderung lebih tinggi pada

kelompok dengan pendidikan lebih rendah.

Hasil data demografi pendidikan terkhir ini didukung oleh Irawan

(2010) yang menyatakan bahwa Peningkatan kejadian diabetes juga

didorong oleh faktor tingkat pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap

kejadian DM. Orang dengan pendidikan tinggi biasanya akan memiliki

banyak pengetahuan tentang kesehatan, mempunyai kesadaran dalam

menjaga kesehatan dan mempengaruhi aktivitas fisik yang akan

dilakukan. Hal ini juga didukung oleh penelitian Purwanto (2011) bahwa

sebagian besar respondennya mempunyai latar belakang pendidikan

dasar yaitu sebanyak 52 responden (86,7%). Responden yang memiliki

latar belakang pendidikan yang kurang akan mengalami kesulitan untuk

menerima informasi baru karena proses berpikir yang telah tertanam

dalam dirinya hanyalah bersifat sementara karena tidak adanya proses

nalar yang cukup dari penderita diabetes melitus itu sendiri yang

dikarenakan latar belakang pendidikan yang dimiliki.

e. Pekerjaan

Berdasarkan tabel 6, dari jumlah total 30 responden diperoleh data

hasil distribusi pekerjaan paling banyak adalah wiraswasta yaitu

sebanyak 12 orang atau dengan persentase 60%. Pekerjaan yang

dikelompokkan dalam wiraswasta ini adalah pekerja swasta, membuka

toko dirumah, membuka warung makan, tukang pijat, dan juru masak.
67

Menurut Ikhtiyarotul (2015) bahwa alasan yang paling banyak

diberikan responden terkait dengan melakukan olahraga atau kurang

olahraga adalah karena sibuk bekerja dengan persentase 51,9%. Olahraga

dengan kategori kurang tersebutlah yang bayak mencetuskan kejadian

DM tipe 2. Hal ini juga didukung oleh penelitian dari Purwanto (2011)

bahwa lebih dari separuh respondennya bekerja sebagai wiraswasta yaitu

sebanyak 38 responden (63,3%).Responden yang bekerja akan cenderung

menghabiskan waktu yang dimiliki untuk aktivitas pekerjaannya

sehingga mengurangi waktu untuk dapat melakukan kunjungan ke pusat

layanan kesehatan untuk mendapatkan informasi seputar kesehatan yang

berguna bagi derajat kesehatannya. Menurut Nilawati et al (2010) bahwa

sedikitnya waktu olahraga akan menjadikan lemak menumpuk didalam

tubuh karena lemak tidak digunakan sebagai energi sehingga

berkurangnya enzim yang bertanggung jawab terhadap oksidasi lemak.

f. Penghasilan

Berdasarkan tabel 6, dari jumlah total 30 responden diperoleh data

hasil distribusi penghasilan responden paling banyak yaitu <1.200.000

sebanyak 20 orang dengan persentase 66,7% yang dapat dikatakan bahwa

gaji mereka dibawah UMR (Upah Minimum Regional). Menurut

Suiraoka (2012) bahwa seseorang dalam pemenuhan sehari-hari seperti

makan akan menyesuaikan dengan pendapatan yang dimilikinya oleh

karena penyesuaian pendapatan tersebut sehingga berakibat pada

perubahan pola makan yang tidak seimbang dan berdampak negatif pada
68

kesehatan seperti penyakit DM. Hal ini didukung dari data IDF (2015)

yang menunjukkan bahwa sekitar 77% penderita DM berada pada negara

yang berpenghasilan menengah dan rendah.

g. Konsumsi OHO (Obat Hipoglikemik Oral)

Berdasarkan tabel 7, dari jumlah total 30 responden OHO yang

paling banyak dikonsumsi oleh responden yaitu Metformin tunggal

sebanyak 17 orang dengan persentase 56,7%. Menurut Septiani et al

(2014) bahwa penggunaan obat golongan biguanid terutama Metformin

merupakan obat yang terbanyak digunakan dengan persentase 32,5% dari

beberapa obat golongan lainnya. Obat ini paling banyak dikonsumsi

karena Metformin bekerja langsung pada organ sasaran, sehingga efek

obat signifikan. Selain itu, obat ini memiliki efek samping yang rendah

dan harganya yang tidak terlalu mahal. Obat ini mampu menjaga kadar

gula dalam darah tanpa menyebabkan hipoglikemia dan juga aman

dikonsumsi oleh ibu hamil.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh ADA (2015) bahwa

Metformin merupakan obat yang optimal untuk monoterapi. Obat ini

banyak dipilih karena harganya murah, memiliki banyak bukti catatan

keamanan penggunaan, serta manfaatnya yang meringankan kerja

kardiovaskuler telah mengamankan peringkatnya sebagai pilihan obat

awal yang disukai untuk diresepkan para dokter kepada pasien. Pasien

diabetes melitus tipe 2 awalnya dianjurkan untuk mengubah gaya hidup

dan kemudian Metformin monoterapi ditambahkan segera setelah


69

didiagnosis kecuali pada saat didiagnosis pasien telah memiliki

komplikasi.

h. Konsumsi Obat Kolesterol

Berdasarkan tabel 7, dari jumlah total 30 responden obat kolesterol

yang dikonsumsi oleh responden yaitu Simvastatin sebanyak 16 orang

dengan persentase 53,3%. Menurut Genest (2007) bahwa keunggulan

Simvastatin adalah pertama simvastatin telah mempunyai sediaan

generik di Indonesia, yang berarti obat lebih murah dan sudah teruji di

masyarakat lebih dari 20 tahun. Kedua, simvastatin menurunkan 20%

kadar total kolesterol dan penurunan resiko penyakit pembuluh darah

sebanyak 24% dengan dosis 40mg/hari. Mekanisme kerja Simvastatin

Menurut Harvey dan Champe (2013) bahwa Simvastatin bekerja dengan

menghambat langkah enzimatik pertama dalam pembuatan kolesterol

yaitu penghambatan HMG KoA reduktase, sehingga pembentukan

kolesterol dihambat.

Menurut ADA (2009) semua penderita diabetes termasuk DM tipe 2

harus diobati dengan statin. Salah satu studi dari Cholesterol Trialists

Treatment (CTT) telah meneliti efek dari terapi statin pada 18.686

penderita DM. Dari percobaan acak diketahui durasi lama menderita DM

rata-rata adalah 4,3 tahun. Dengan pengobatan statin penderita DM

mengalami penurunan 9% dalam semua penyebab kematian per milimol

penurunan kolesterol LDL. Efek keseluruhan dari penggunaan statin

adalah pengurangan yang konsisten 21% pada kejadian penyakit vaskuler


70

(infark miokard, stroke atau revaskularisasi koroner) per milimol

penurunan LDL. Pengurangan ini adalah konsisten terlepas dari apakah

pasien memiliki penyakit sebelum kardiovaskuler, faktor risiko CVD

lainnya (hipertensi, merokok, BMI, fungsi ginjal, kadar HDL). Hasil ini

akibat dari efek pleotropic statin, sebagai mekanisme yang berbeda dari

pengurangan penyakit CVD, dari penurunan LDL mereka. Untuk dosis

dari simvastatin yang di rekomendasikan adalah 40 mg. Hal ini didukung

juga oleh penelitian dari Debra (2013) bahwa pemberian simvastatin

pada kelompok eksperimen ditemukan nilai p > 0,05 yang menunjukkan

kolesterol total mengalami penurunan yang tidak signifikan dengan rata-

rata pretest 193,27 mg/dL dan posttest menjadi 192,82 mg/dL sehingga

penderita DM tipe 2 disarankan untuk menjalankan terapi sampingan.

2. Pengaruh Puasa Senin dan Kamis terhadap Kadar Kolesterol Total

Berdasarkan tabel 8, hasil pretest posttest penelitian menunjukkan nilai

p = 0,460 yang berarti tidak terdapat perbedaan kadar kolesterol total pada

kelompok kontrol setelah dilakukan penelitian. Responden pada kelompok

kontrol hanya dilakukan pretest pengecekan kadar kolesterol total,

kemudian dilakukan posttest 1 bulan kedepan untuk melihat perubahannya.

Peneliti melihat adanya peningkatan kadar kolesterol total pada responden

saat pretest dan posttest, tetapi peningkatan tersebut tidak signifikan secara

statistik. Sedangkan kelompok eksperimen saat pretest posttest

menunjukkan penurunan kadar kolesterol total dengan nilai p = 0,033 yang


71

berarti terdapat perbedaan kadar kolesterol total yang signifikan pada

kelompok eksperimen yang diberikan intervensi puasa Senin dan Kamis.

Berdasarkan tabel 9, dapat diketahui bahwa hasil analisa perbedaan

posttest kadar kolesterol total pada kelompok eksperimen rata-rata yaitu

189,87 mg/dL dan pada kelompok kontrol rata-rata yaitu 223,33 mg/dL.

Hasil uji statistik penelitian didapatkan nilai p = 0,016 menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan kadar kolesterol total yang signifikan antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol setelah dilakukan intervensi yang berupa

puasa Senin dan Kamis. Perbedaan hasil posttest antar kedua kelompok

eksperimen tersebut menunjukkan bahwa puasa Senin dan Kamis dapat

untuk menurunkan kadar kolesterol total. Hasil ini dapat dipengaruhi oleh

beberapa foktor yaitu fisiologi puasa, pengaturan pola makan, pemberiaan

panduan puasa Senin dan Kamis, monitoring dengan logbook, follow up

dengan telepon/SMS, olahraga yang dilakukan responden, obat dan herbal.

Puasa Senin dan Kamis dalam penelitian ini dilakukan dengan menahan

makan dan minum selama ± 14 jam yang dimulai dari terbit fajar sampai

tenggelamnya matahari (Maghrib). Puasa dilakukan setiap hari Senin dan

Kamis sesuai dengan hadist berikut:

Ketika Nabi Muhammad SAW. ditanya tentang puasa hari Senin dan

Kamis, beliau menjawab:

َ ‫ب ْالعَالَ ِمينَ فَأ ُ ِحبُّ أَ ْن يُ ْع َر‬


‫ض‬ ِ ‫ض فِي ِه َما ْاْل َ ْع َما ُل َعلَى َر‬
ُ ‫ان ت ُ ْع َر‬ َ ‫َع َم ِلي َوأَنَا‬
ِ ‫صائِ ٌمذَانِكَ يَ ْو َم‬
Artinya:
“Keduanya adalah hari dihadapkannya amal-amal kepada Rabbul ‘Alamin
(Allah). Karenanya aku suka saat amalku dibawa kepada-Nya aku dalam
keadaan berpuasa.” (HR. Al-Nasai dan dishahihkan Syaikh Al-Albani).
72

Waktu intervensi puasa Senin dan Kamis pada penelitian ini dilakukan

selama 1 bulan (8 kali puasa). Sehingga dalam waktu selama 1 bulan

tersebut penderita DM tipe 2 pada kelompok eksperimen disamping dapat

menjalankan ibadah mendekatkan diri pada Allah juga dapat mengatur pola

makan dengan mengurangi asupan makanan yang berupa lemak dan kalori.

Menurut Tanzin (2015) terjadi perubahan pola makan yang rendah lemak

dan asupan diet yang rendah kalori selama berpuasa sehingga terjadi

peningkatan efisiensi pemanfaatan lemak dan penurunan tingkat Basal

Metabolic Rate (BMR) yang akan menurunkan kadar kolesterol total.

Kemudian rendahnya ketersediaan dari asetil-CoA dan gliserol bersama

dengan menurunnya aktivitas dehidrogenase dari jalur fosfat pentosa juga

akan mengurangi biosintesis lemak. Karena komponen dalam pembentukan

kolesterol berkurang maka jumlah kolesterol dalam sirkulasi darah juga

akan berkurang.

Intervensi yang berupa Puasa Senin dan Kamis pada penelitian ini

dilakukan selama ± 14 jam setiap berpuasa. Hal ini selaras dengan yang

disampaikan oleh Mayes (2003) bahwa dengan berpuasa lebih dari 8 jam

dapat menurunkan aktifitas enzim HMG KoA di hepar, sehingga dapat

menurunkan sintesis kolesterol. Selanjutnya puasa juga menghambat LDL

kolesterol yang diambil melalui reseptor LDL pada sintesis kolesterol. Hasil

penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan

puasa Senin dan Kamis yaitu dari Palupi (2011) bahwa puasa Senin dan

Kamis berpengaruh secara signifikan dalam menurunkan kadar trigliserida


73

dalam darah. Kemudian penelitian dari Yati (2011) bahwa puasa Senin dan

Kamis berpengaruh secara signifikan dalam menurunkan kadar kolesterol

LDL dan meningkatkan kadar kolesterol HDL. Selanjutnya penelitian dari

Hudy (2011) yang menyimpulkan hasil dari penelitiannya yaitu puasa Senin

dan Kamis berpengaruh signifikan dalam menurunkan kadar kolesterol total

dalam darah.

Puasa berpengaruh terhadap kadar kolesterol baik pada pria ataupun

wanita. Hasil penelitian dari Saada et al (2010) menunjukkan terjadi

penurunan kadar kolesterol total yang signifikan dari 210 mg/dL ke 183

mg/dL pada wanita penderita DM dengan umur 45-53 tahun. Lebih lanjut,

penelitian Begum (2015) menunjukkan penurunan kadar kolesterol total

yang signifikan pada pria dengan kadar kolesterol 173,57 mg/dL turun

menjadi 165,90 mg/dL. Dapat disimpulkan puasa Senin dan Kamis dapat

menurunkan kadar kolesterol total tanpa memperhatikan jenis kelamin.

Faktor kedua yang ikut serta dalam menurunkan kadar kolesterol total

pada penelitian ini adalah pengaturan pola makan pada responden kelompok

eksperimen, terutama dengan menghindari atau mengurangi makanan yang

mengandung kolesterol dan tinggi lemak. Berdasarkan hasil logbook puasa

Senin dan Kamis, pola makan pada kelompok eksperimen mengalami

perubahan dimana konsumsi makanan yang mengandung kolesterol

mengalami penurunan. Sebagai contoh konsumsi telur goreng diganti

menjadi telur rebus dan dikonsumsi tiga kali sehari. Selain itu terdapat 4

responden yang hanya mengkonsumsi gorengan sekali selama penelitian.


74

Menurut Akhtaruzzaman (2014) bahwa dengan tetap patuh mengontrol pola

makan yang rendah asupan lemak dan kolesterol saat berpuasa dapat

mengoptimalkan penurunan kadar kolesterol dalam tubuh.

Pola makan pada orang yang berpuasa haruslah tetap diatur. Penelitian

dari Azizi (2013) menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh puasa

terhadap kadar kolesterol total. Menurut Azizi (2013) hasil tersebut terjadi

karena responden hanya mematuhi pola makan yang sehat pada saat awal

puasa. Sementara, pada akhir puasa responden tidak mematuhi pola makan

sehat, sehingga perlu adanya pemantauan secara terus menerus baik dari

keluarga ataupun tenaga kesehatan selama berpuasa untuk mengontrol

responden agar tetap patuh dalam mematuhi pola makan yang sehat.

Faktor ketiga yang mungkin mempengaruhi penurunan kolesterol pada

kelompok eksperimen adalah pemberian panduan puasa Senin dan Kamis.

Responden pada kelompok eksperimen mendapatkan booklet panduan puasa

Senin dan Kamis sebelum melakukan puasa Senin dan Kamis. Booklet

tersebut digunakan untuk memandu penderita DM Tipe 2 pada kelompok

eksperimen agar mampu berpuasa Senin dan Kamis secara aman dan

penurunan kolesterol total dapat tercapai. Pokok bahasan pada booklet

panduan yang diedukasikan berisi tentang niatan lil alamin untuk berpuasa,

pengertian diabetes melitus, cara mengetahui kadar gula darah, kadar gula

normal dan diabetes melitus, hal-hal yang mempengaruhi kadar gula darah,

cara mengendalikan kadar gula darah, pengertian puasa, perubahan kadar

gula darah orang puasa, penyandang yang tidak diperbolehkan puasa,


75

penyandang yang diperbolehkan puasa, cara memodifikasi olahraga, cara

memodifikasi diet atau pola makan, cara memodifikasi obat, cara

mengevaluasi puasa, manfaat puasa dalam pengendalian DM, pengaruh lain

puasa terhadap tubuh.

Menurut Nilawati et al (2010) kadar kolesterol dalam tubuh seseorang

dapat dipengaruhi oleh banyaknya konsumsi lemak jenuh dan kolesterol

dari makanan sehari-hari yang akan meninggikan kadar kolesterol darah.

Nilawati menekankan perlunya edukasi dan informasi terkait diet sehat

untuk penderita diabetes melitus, sehingga dapat terjadi perubahan dari

kebiasaan konsumsi lemak jenuh dan makanan tinggi kolesterol menjadi

lebih banyak mengkonsumsi jenis bahan makanan yang dapat membantu

menurunkan kolesterol seperti serat dari sayuran, buah-buahan, dan

kacang kedelai yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah.

Panduan puasa Senin Kamis dan edukasi yang diberikan diharapkan

dapat meningkatkan perilaku diet pasien menjadi lebih baik. Menurut Putra

et al (2015) perilaku seseorang dapat diubah dengan adanya pemberian

pengetahuan berupa pendidikan kesehatan kepada seseorang. Peran serta

petugas kesehatan juga sangat penting dalam perubahan perilaku klien. Oleh

karena itu, perlu adanya pemberian informasi terkait diet DM yang

diberikan kepada klien yang bertujuan agar perilaku diet DM pada pasien

dapat berubah, sehingga kadar kolesterol total pada klien dapat terkontrol

dengan baik.
76

Pokok bahasan pada booklet panduan puasa Senin dan Kamis tersebut

menekankan pada cara memodifikasi diet atau pola makan salah satunya

berisi tentang penjelasan untuk menghindari makanan yang dapat

mempengaruhi kenaikan kadar kolesterol. Menurut LIPI (2009) kolesterol

dapat di kontrol dengan cara mengurangi asupan makanan yang tinggi

lemak jenuh, lemak trans dan kolesterol seperti gorengan, jeroan, makanan

bersantan, daging (terutama hati dan daging lemak), kuning telur, mentega,

saus, cokelat, keripik kentang yang dapat mempengaruhi kenaikan kadar

kolesterol serta menyarankan responden untuk banyak mengkonsumsi

sayur-sayuran dan buah-buahan.

Faktor keempat yang mempengaruhi penurunan kolesterol pada

kelompok eksperimen setelah dilakukan intervensi adalah monitoring.

Setelah diberikan edukasi tentang makanan yang dapat mempengaruhi

kenaikan kadar kolesterol, untuk mengetahui perilaku dari responden

kelompok eksperimen selama berpuasa Senin dan Kamis maka peneliti

melakukan monitoring. Pada penelitian ini monitoring dilakukan dengan log

book puasa Senin dan Kamis yang diisi oleh responden selama 1 bulan.

Lembar logbook tersebut berisi tentang puasa atau tidak, waktu sahur, menu

sahur, keluhan saat berpuasa, cara mengatasi keluhan, menu berbuka puasa,

waktu minum obat dan jenis obat dan olahraga.

Menurut Rahmani (2014) bahwa monitoring diabetes merupakan salah

satu dari penatalaksanaan penderita diabetes melitus disamping diet,

aktivitas, dan obat. Perawat memiliki peranan yang penting dalam


77

memberikan asuhan pada penderita DM. Dalam hal monitoring, peran

perawat adalah membantu klien dalam melakukan monitoring baik perilaku

dari penderita seperti pola diet atau olahraga yang dapat mempengaruhi

kontrol parameter penderita seperti kadar glukosa darah, kolaborasi dalam

penatalaksanaan jika hasil monitoring tidak normal, dan memberikan

pendidikan kesehatan untuk merubah perilaku tersebut. Penelitian Rahmani

menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh monitoring gula darah dan

kepatuhan minum obat terhadap kestabilan kadar gula darah.

Ditinjau dari hasil log book puasa Senin dan Kamis, semua responden

pada kelompok eksperimen mengurangi konsumsi pantangan untuk

memakan makanan yang tinggi lemak jenuh dan kolesterol. Makanan

mengandung kolesterol yang dikonsumsi dalam jumlah yang sedikit,

misalnya telur rebus yang dikonsumsi rata-rata 3 hari 1 butir. Terdapat 4

orang responden penelitian yang makan gorengan hanya 1 kali selama 1

bulan penelitian. Menurut LIPI (2009) bahwa untuk mengontrol kolesterol

tetap stabil konsumsi makanan berkolesterol sebaiknya tidak lebih dari 300

mg setiap hari.

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi hasil penelitian saat ini adalah

peran pendampingan dari peneliti dengan menggunakan komunikasi melalui

telepon/SMS. Pendampingan melalui telepon/SMS merupakan hal yang

penting dalam mempengaruhi konsistensi kelompok eksperimen untuk

melakukan puasa Senin dan Kamis. Hal tersebut dapat ditinjau dari logbook

puasa Senin dan Kamis bahwa hampir semua responden pada kelompok
78

eksperimen melakuakan puasa penuh dari 8 kali berpuasa yang dijadwalkan

dalam 1 bulan penelitian. Puasa Senin dan Kamis pada kelompok

eksperimen selalu dikontrol peneliti via telepon/SMS sehari sebelum puasa

dan saat puasa untuk menanyakan terkait isi log book, mengingatkan dan

memantau puasa yang dijadwalkan oleh peneliti selama penelitian

berlangsung.

Pendampingan dapat meningkatkan perilaku diet yang akan berpengaruh

pada kadar kolesterol pasien. Menurut Pranata (2015) perkembangan

teknologi berupa telepon selular yang menjadi salah satu kebutuhan

masyarakat indonesia dalam melakukan komunikasi seharusnya menjadi

peluang untuk tetap memberikan edukasi dan motivasi pada proses

pendampingan pasien. Pemberian edukasi dan motivasi ini dapat diberikan

melalui telepon/SMS dimana pengembangan program serta isi dari pesan

dapat dikembangkan dengan tetap melihat kebutuhan dari pasien. Penelitian

yang dilakukan Islam et al (2014) pada pasien DM menunjukkan bahwa

SMS mampu membangun kesadaran pasien DM tentang penyakitnya untuk

meningkatkan manajemen diri dan menghindari komplikasi seperti penyakit

vaskular perifer, aterosklerosis, penggumpalan darah di bagian-bagian tubuh

tertentu, stroke, dan serangan jantung akibat dari tingginya kadar kolesterol,

serta meningkatkan kepatuhan dan keaktifan pasien terhadap diet dan

pengobatan yang diberikan. Dengan demikian, pendampingan dalam

penelitian saat ini dapat mempengaruhi penurunan kadar kolesterol pada

kelompok eksperimen.
79

Faktor ke enam yang dapat mempengaruhi hasil penelitian ini adalah

olahraga yang dilakukan oleh responden. Berdasarkan hasil monitoring

dengan logbook puasa Senin dan Kamis menunjukkan bahwa 6 responden

kelompok eksperimen melakukan olahraga 1-2 kali seminggu. Menurut

PERKENI (2011), perubahan perilaku dengan pengurangan asupan

kolesterol dan penggunaan lemak jenuh serta peningkatan aktivitas fisik

terbukti dapat memperbaiki profil lemak dalam darah. Latihan sangat

penting dalam penatalaksanaan DM karena dapat menurunkan kadar

kolesterol darah dan dapat mengurangi faktor risiko kardiovaskular.

Pernyataan ini juga didukung oleh Tandra (2007) bahwa olahraga yang

dilakukan secara rutin dan benar akan dapat menurunkan kolesterol total,

LDL, trigliserida dalam darah, dan menaikkan kadar HDL dalam darah.

Hasil penelitian dari Karinda (2013) juga menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang bermakna pada profil lipid (kadar kolesterol total dan LDL)

klien DM tipe 2 sebelum dan sesudah dilakukan intervensi senam sehat

diabetes melitus.

Selain beberapa faktor yang telah disebutkan sebelumnya, turunnya

kadar kolesterol total responden pada penelitian ini juga dapat dipengaruhi

oleh konsumsi obat kolesterol yaitu obat Simvastatin dan obat herbal dari

responden. Menurut Harvey & Champe (2013) bahwa Simvastatin bekerja

dengan menghambat langkah enzimatik pertama dalam pembuatan

kolesterol yaitu penghambatan HMG KoA reduktase, sehingga

pembentukan kolesterol dihambat. Menurut Probosari (2011) bahwa bagi


80

mereka yang memiliki kadar kolesterol yang tinggi memerlukan kombinasi

terapi Farmakologi dan diet rendah lemak. Penderita harus melakukan diet

pengurangan kolesterol sebelum dan selama memulai pengobatan dengan

simvastatin dan harus melanjutkan diet selama pengobatan dengan

simvastatin agar hasil yang diperoleh dapat optimal.

Konsumsi obat kolesterol simvastatin pada penderita DM tipe 2 juga

direkomendasikan oleh ADA (2009) bahwa efek keseluruhan dari

penggunaan statin adalah pengurangan yang konsisten 21% pada kejadian

penyakit vaskuler (infark miokard, stroke atau revaskularisasi koroner) per

milimol penurunan LDL. Pengurangan ini adalah konsisten terlepas dari

apakah penderita DM memiliki penyakit sebelum kardiovaskuler atau faktor

risiko CVD lainnya (hipertensi, merokok, BMI, fungsi ginjal, kadar HDL).

Hasil ini akibat dari efek pleotropic statin, sebagai mekanisme yang berbeda

dari pengurangan penyakit CVD, dari penurunan LDL mereka. Untuk dosis

dari simvastatin yang di rekomendasikan adalah 5-40 mg disesuaikan

dengan keadaan dan kebutuhan penderita DM.

Selain obat medis simvastatin, beberapa responden lebih memilih

mengkonsumsi obat herbal untuk menurunkan kadar kolesterolnya. Obat

herbal yang digunakan oleh responden adalah tumbuhan yang berupa Daun

Sambiloto dan Daun Salam. Berkaitan dengan obat herbal menurut Isa

(2008) bahwa pemanfaatan tumbuhan sebagai sumber obat herbal perlu

dilakukan penelitian terhadap kandungan zat berkhasiat. Kandungan

senyawa kimia dalam berbagai tumbuhan dapat dijadikan sebagai sumber


81

obat herbal dalam bidang kesehatan untuk menurunkan kadar kolesterol

seperti kelompok sayur-sayuran, buah-buahan, bumbu dapur dan bunga-

bungaan serta tumbuhan liar.

Herbal yang digunakan responden dalam penelitian ini salah satunya

adalah daun Sambiloto. Menurut Patel (2011) bahwa pemberian ekstrak air

herba sambiloto 100 dan 200 mg/kg BB dapat mencegah kenaikan kadar

kolesterol total, LDL, dan trigliserida pada tikus yang diberi diet kolesterol.

Ekstrak air daun sambiloto dapat menghambat enzim HMG-KoA reduktase

yang diisolasi dari hati tikus Wistar yang diberi diet tinggi lemak.

Konstituen yang mungkin memiliki aktivitas sebagai penghambat enzim

HMG-KoA reduktase adalah andrografolid. Hal ini didukung oleh

penelitian dari Anggraeni (2013) bahwa pemberian ekstrak daun sambiloto

dapat menurunkan kadar kolesterol LDL darah tikus putih (Rattus

norvegicus) tetapi peningkatan dosis tidak mampu meningkatkan fungsinya

dalam menurunkan kadar kolesterol LDL darah.

Herbal lainnya yang digunakan responden adalah daun Salam. Menurut

Indah (2015) bahwa terdapat pengaruh ekstrak daun salam (Eugenia

polyantha) terhadap penurunan kadar LDL dalam darah karena kandungan

dari flavonoid nya, yaitu quercetin yang mampu menurunkan kadar LDL,

tannin dapat menghambat penyerapan lemak di usus dengan cara bereaksi

dengan protein mukosa dan sel epitel usus dan saponin yang akan berikatan

dengan ikatan kompleks yang berasal dari makanan dengan cara

meningkatkan pengikatan kolesterol oleh serat sehingga kolesterol tidak


82

dapat diserap oleh usus. Hal ini didukung oleh penelitian dari Rosyada

(2013) bahwa pemberian ekstrak dan rebusan daun salam berpengaruh

dalam menahan laju peningkatan kadar kolesterol total. Pengaruh tersebut

dapat dikarenakan adanya kandungan flavonoid pada daun salam.

Berdasarkan uraian pembahasan penelitian diatas dapat disimpulkan

bahwa Puasa Senin dan Kamis efektif menurunkan kadar kolesterol total.

Agar penurunan kadar kolesterol total pada penderita DM tipe 2 melalui

intervensi puasa Senin dan Kamis dapat tercapai ada beberapa hal yang

perlu diedukasikan meliputi panduan puasa yang aman bagi penderita DM

tipe 2 (resiko dan penanganan hipoglikemia), modifikasi pola makan/diet,

modifikasi olahraga, dan cara memodifikasi obat OHO yang berkaitan

dengan keselamatan penderita DM tipe 2 saat berpuasa. Selanjutnya, hal-hal

yang perlu diperhatikan adalah monitoring perilaku puasa Senin dan Kamis,

kepatuhan untuk melaksanakan puasa, pengaturan pola diet selama puasa,

pendampingan kepada penderita DM tipe 2 baik secara langsung atau

melalui telepon/SMS, serta konsumsi obat ataupun herbal.

C. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian

1. Kekuatan Penelitian

a. Rancangan pada penelitian ini menggunakan pendekatan pre-test and

post-test with control grup design

b. Penelitian ini tidak hanya berisi data deskriptif, tetapi juga berisi analisa

pengaruh antara dua variabel.

c. Penelitian ini menggunakan media edukasi booklet yang telah divalidasi


83

2. Kelemahan Penelitian

Kelemahan pada penelitian ini adalah variabel pengganggu seperti

obat, herbal, dan olahraga serta adanya responden berjenis kelamin wanita

yang masih produktif (menstruasi) yang tidak dapat sepenuhnya dikontrol

oleh peneliti.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian ini dapat

disimpulkan beberapa hal, yaitu :

1. Data demografi menunjukkan hasil dari kisaran 41-65 tahun rata-rata

responden berusia 55,93 tahun dengan lama menderita DM rata-rata 5,33

tahun. Mayoritas data demografi responden penelitian menunjukkan hasil:

jenis kelamin adalah laki-laki, pendidikan terakhir adalah SD dan SMP,

pekerjaan adalah wiraswasta, penghasilan adalah < Rp. 1.200.000,00. Obat

OHO yang dikonsumsi sebagian besar adalah Metformin dan obat

pengontrol kolesterol adalah Simvastatin.

2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan kadar kolesterol total pada

kelompok kontrol dan eksperimen sebelum intervensi.

3. Terdapat perbedaan kadar kolesterol total yang signifikan sebelum dan

sesudah dilakukan intervensi pada kelompok eksperimen.

4. Terdapat perbedaan kadar kolesterol total antara kelompok kontrol dan

eksperimen setelah intervensi. Puasa Senin dan Kamis efektif menurunkan

kadar kolesterol total penderita DM tipe 2.

84
85

B. Saran

1. Bagi Responden

Peneliti berharap dan menghimbau kepada seluruh responden untuk

melanjutkan puasa Senin dan Kamis bagi kelompok eksperimen dan mulai

melakukan puasa Senin dan Kamis pada kelompok kontrol selepas

penelitian ini selesai, mengingat manfaatnya yang baik untuk kesehatan dan

dapat mengurangi angka komplikasi pada penderita DM tipe 2 akibat tidak

mengontrol kadar kolesterol total sertauntuk mendapatkan keberkahan

ibadah kepada Allah SWT.

2. Bagi Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berkontribusi

penting khususnya bagi ilmu keperawatan medikal bedah sebagai tambahan

ilmu kesehatan maupun medis untuk meningkatkan mutu pelayanan dan

dapat memberikan tindakan keperawatan yang lebih optimal. Penelitian ini

juga diharapkan dapat mengembangkan ilmu keperawatan medikal bedah

khususnya pada sistem endokrin.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan penelitian ini

sebagai referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya dengan

memperdalam pembahasan penelitian yang dilakukan. Penelitian

selanjutnya diharapkan juga untuk dapat mengontrol variabel pengganggu

serta menambahkan atau mengganti variabel penelitian seperti pengaruh

puasa Senin dan Kamis terhadap HbA1c, GD 2 jam PP, dan GD puasa.
86

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an

Adam A. Nidaa, Mammoun.M. Elmanna, Award M.Ahmed et al., (2014). Effect of


Ramadan fasting on blood glucose, serum lipid profiles sudanese levels in
patients with type 2 diabetes mellitus. Sch. Acad. J Biosci., 2(12A): 849-853.
Diakses dari: http://saspublisher.com/wp-content/uploads/2014/12/SAJB-
212A849-853.pdf

Ait Saada, D. (2010). Effect of Ramadan fasting on glucose, glycosylated haemoglobin,


insulin, lipids and proteinous concentrations in women with non-insulin
dependent diabetes mellitus. African Journal of Biotechnology Vol. 9 (1) , 087-
094.

Akhtaruzzaman, M. et. al. (2014). Effect of Ramadan Fasting on Serum Lipid Profile of
Bangladeshi Female Volunteers. Bangladesh J Med Biochem , 7(2): 47-51.

Al-Jazairi, Abu bakar Jabir., (2004). Ensiklopedi Muslim, Minhajul Muslim. Jakarta:
Darul Falah.

American Association of Clinical Endocrinologists (AACE). 2012. Guidelines for


Management of Dyslipidemia and Prevention of Atherosclerosis. Diakses dari:
https://www.aace.com/files/lipid-guidelines.pdf

American Diabetes Association (ADA). (2010). Recommendations for Management of


Diabetes During Ramadan. Diakses dari:
http://care.diabetesjournals.org/content/33/8/1895.pdf

American Diabetes Association (ADA). (2014). Diagnosis and Classification of Diabetes


Mellitus. Diakses dari:
http://care.diabetesjournals.org/content/38/Supplement_1/S8.full#sec-8

American Diabetes Association (ADA). (2015). Classification and Diagnosis of


Diabetes. Diakses
dari:http://care.diabetesjournals.org/content/37/Supplement_1/S81.full?ijkey=73f
c60e4f63f9e2e85814b078e3f4446ac39f9d4&keytype2=tf_ipsecsha

American Heart Association (AHA). (2015). Cholesterol Abnormalities & Diabetes.


Diakses dari:
http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/Diabetes/WhyDiabetesMatters/Ch
olesterol-Abnormalities-Diabetes

Anggraeni, Y. T. (2013). Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sambiloto Terhadap Kadar


Kolesterol LDL Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus). Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.

Arofah, I. (2015). Hubungan Olahraga dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe II di


Wilayah Kerja Puskesmas Purwosari Surakarta. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Azizi. f, et. al. (2013). Islamic Fasting and Diabetes. Fasting and Health , 1(1):15.
87

Baraas.f, (2004), Mencegah Diabetes Melitus dengan Menekan Kolesterol, Jakarta:


Penerbit P.T. Utama Gramedia Pustaka.

Baradero, M., Dayrit, W. M. & Siswandi, Y.. (2009). Klien Gangguan Endokrin : Seri
Asuhan Keprawatan, Jakarta: EGC

Barnett. (2012). Type 2 Diabetes Oford Diabetes Library, England: OUP Oxford.

Begum. T. A et al. (2015, Desember). Effect of Ramadan Fasting on Total cholesterol


(TC) Low density lipoprotein cholesterol (LDL-C) and High density lipoprotein
cholesterol (HDL-C) in Healthy Adult Male. J Bangladesh Soc Physiol , 10(2):
46-50.

Boedhi-darmojo R. Bersama MONICA melaksanakan hidup sehat. (1994). Bunga


Rampai Karangan Ilmiah Prof. Dr. R Boedhi-Darmojo. Semarang : FK UNDIP;
433-50.

Bull E. dan Morrell J., (2007). Simple Guides Kolesterol. alih bahasa; Yasmine E.
Jakarta: Penerbit Erlangga. 68-70.

Canadian Diabetes Association (CDA). (2006). Canadian Lipid Guidelines Update.


Diakses dari: http://www.diabetesclinic.ca/en/pdf/canlipidguide_updt.pdf

D'Adamo Peter J. WhitneyCatherine. (2009). Diabetes: memerangi diabetes melalui diet


golongan darah & pola makan yang benar. Yogyakarta: Bentang Pustaka.

Dahlan S. (2013). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan.Edisi 5.Jakarta: Salemba


Medika

Daniel W Foster. (2000). Diabetes Mellitus. Dalam: Ahmad H Arsdie, editor: Harrison
Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13. Jakarta: EGC. Hal. 2210.

Dewi, R.P. 2013. Faktor Risiko Perilaku yang Berhubungan dengan Kadar Gula Darah
pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kabupaten Karanganyar.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol 2 (1) : 1-2

Dorotea, D. (2013). The Comparison Of Simvastatin and Atorvastatin Efficacy in


Lowering Lipid Profile and Apolipoprotein-B Diabetic Dyslipidemia Patient.
Surabaya: Universitas Airlangga.

Dyayadi, M.T., (2007) Puasa Sebagai Terapi. Bandung: PT. Mizan Pustaka

Ehsa. (2010). Diabetes Melitus (DM). Jurnal Ilmu Keperawatan. (Online). Dari
http://www.library.upnvj.ac.id. Diakses 11 Juni 2015

Eldor, R. (2009). American Diabetes Association Indications for Statins in Diabetes.


ADA (American Diabetes Association).

Elnasri, H. A., & Ahmed, A. M. (2006). Effects of Ramadan Fasting on Blood Levels of
Glucose, Triglyseride, and Cholesterol among Type II Diabetic Patients.
Sudanese Journal of Public Health , Vol.1 (3).
88

Genest J, Libby P. (2007).Clinical trials of drugs affecting lipid metabolism. In: Libby,
Bonow, Mann, Zipes. Braunwald’s heart disease. Saunders Elsevier.

Gibney, Michael J. (2008). Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

Guyton & Hall. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Alih bahasa
olehIrawati. Jakarta: EGC.

Haddad FH, Omari AA, Shamailah QM, Malkawi OM. (2002). Lipid profile in patients
with coronary artery disease. Saudi Med J

Harvey, Richard A. & Pamela C. Champe. (2013). Farmakologi ulasan bergambar.


Jakarta : EGC.

Hasbullah, (2005) Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Hernawati. (2013). Suplementasi Serat Pangan Karagenan dalam Diet untuk


Memperbaiki Parameter Lipid Darah Mencit Hiperkolesterolemia. Makara Seri
Kesehatan , 17(1): In Press.

Hudy, R.N., (2008). Perbedaan Profil Lipid (Kolesterol Total) pada Populasi Orang
yang Rutin Puasa Senin-Kamis dengan yang Tidak Melakukan Puasa.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

International Diabetes Federation. (2011). Diabetes Evidence Demands Real Action From
The Un Summit On Non-Communicable Diseases. http://www.idf.org/diabetes-
evidence-demands-realaction-un-summit-non-communicable-diseases

Irawan, Dedi. (2010). Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di
Daerah Urban Indonesia (Analisa Data Sekunder Riskesdas 2007). Thesis
Universitas Indonesia.

Isa, E.P. (2008). Ekstraksi dan identifikasi senyawa terpenoid pada tumbuhan meniran
(Phyllanthus niruri Linnn) dengan metode kromatografi lapis tipis. Skripsi
Jurusan Pendidikan Kimia. Gorontalo: UNG

Islam, S.M. et al. (2014). Mobile phone intervention for increasing adherence to
treatment for type 2 diabetes in an urban area of Bangladesh: protocol for a
randomized controlled trial. BMC Health Services Research 2014, 14:586.
http://www.bomedcentral.com/1472-6963/14/586

Hilda, L. (2014). Puasa dalam Kajian Islam dan Kesehatan. Hikmah , 53-62.

Inzucchi, S. E. (2015). Management of Hyperglycemia in Type 2 Diabetes, 2015: A


Patient-Centered Approach: Update to a Position Statement of the American
Diabetes Association and the European Association for the Study of Diabetes.
ADA (American Diabetes Association).

Jalal F, Liputo N, Susanti N, Oenzil F. (2003). Hubungan Lingkar Pinggang dengan


Kadar Gula Darah, Trigliserida, dan Tekanan Darah pada Etnis Minang di
Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Diakses dari:
https://repository.unand.ac.id
89

Jejen Musfah. (2004) Risalah Puasa, Menjadikan Bulan Ramadhan Sebagai Bulan Penuh
Pahala. Yoyakarta: Hijrah

Karam, J.H., Nolte, M.S. (2002). Pankreas dan obat anti diabetes. Dalam: B.G.
Katzung., editor: Farmakologi dasar dan klinik. Edisi 8. Jakarta: Salemba
Medika. hal. 671- 90.

Karamat MA, Syed A, Hanif W. Review of diabetes management and guidelines during
Ramadan. J R Soc Med. 2010:103:139-47

Karinda, R. A. (2013). Pengaruh Senam Sehat Diabetes Mellitus Terhadap Profil Lipid
Klien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah kerja Puskesmas Patrang Kabupaten
Jember. Jember: Universitas Jember.

Kasliwal RR, Kulshreshtha A, Agrawal S, Bansal M, dan Trehan N. (2006). Prevalence


of cardiovascular risk fator in Indian patient undergoing coronary artery bypass
surgery. Journal of the Association Phisicians India

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Diabetes Melitus. Profil Kesehatan


Indonesia Tahun 2012. Jakarta

Khan, N. et al. (2012). Effects of Ramadan fasting and physical activity on glucose levels
and serum lipid profile among Type 2 diabetic patients. Pak J Med Sci , January -
March 2012 Vol. 28 No. 1 91-96.

Krisnatuti & Yehrina. (2008). Diet Sehat Untuk Penderita Diabetes Melitus. Jakarta:
Penebar Swadaya

Kumar A. and Singh V. (2010). Atherogenic dyslipidemia and diabetes mellitus: what’s
new in the management area?.Vascular Health and Risk Management 6, 665-669

LIPI.(2009).Kolesterol.http://www.bit.lipi.go.id/pangankesehatan/documents/artikel_kole
sterol/kolesterol.pdf.

Listiani, L. Purbosari, T.Y. (2006). Kadar Kolesterol Total Pada Usia 25 – 26 Tahun.
Sidoarjo

Mayes, P.A., (2003). Biokimia Harper Edisi 5, ed., Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC. pp. 270-281

Mughni, A., (2007). Pengaruh Puasa Ramadhan terhadap Faktor-Faktor Risiko


Aterosklerosis: Studi pada Profil Lipid, Gula Darah, Tekanan Darah dan Berat
Badan. Universitas Diponegoro Semarang

Muhaimin, (2012). Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengektikan Pendidikan


Agama Islam di Sekolah), Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Murray RK. et.al. (2009). Harper’s Illustrated Biochemistry 28 th ed. New York : Lange
Medical Publications

Mustafa, Mahmud Ahmad. (2009). Puasa Senin Kamis (Bikin hidup lebih mudah).
Yogyakarta: Mutiara Medika.

Nilawati et.al. (2010). Care your self: Kolesterol.Jakarta:Penebar Plus


90

Notoatmodjo, (2010). Metodologi penelitian kesehatan . Jakarta: PT Rineka Cipta

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Nurrahmani. (2012). Stop Diabetes Mellitus. Yogyakarta: Familia

Purwanto, N. H. (2011). Hubungan Pengetahuan Tentang Diet Diabetes Mellitus dengan


Kepatuhan Pelaksanaan Diet pada Penderita Diabetes Mellitus. Jurnal
Keperawatan, Volume 01/Nomor 01/Januari 2011-Desember 2011.

Palupi, R.T., (2008). Perbedaan Profil Lipid (Trigliserida) pada Populasi Orang yang
Rutin Puasa Senin-Kamis dengan yang Tidak Melakukan Puasa. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta

Patel, D., et. al. (2011). Transdermal Drug Delivery System Review. Int. J. Biopharm &
Toxicol., 1:61-80.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. (2006).Konsensus Pengelolaan DM Tipe 2 Di


Indonesia. Jakarta: PB PERKENI

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. (2011). Konsensus pengelolaan dan


pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia. hlm.4-10, 15-29

Pranata, S. (2015). Pengaruh Pesan Singkat (SMS) Berbasis Pengingat, Cara


Pengobatan dan Motivasi Terhadap Kepatuhan Pengobatan pada Pasien
Tuberkulosis. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang.

Probosari & Puruhita. (2011). Pemberian Teh Rosela, Simvastatin dan Profil Lipid serta
Serum Apo B pada Tikus Hiperkolesterolemi. Media Medika Indonesia. FK
UNDIP dan IDI Jateng. Semarang.

Putra, G. P., Rondhianto, & D. W. (2015). Pengaruh Perencanaan Diet Diabetes Mellitus
dengan Model Self Care terhadap Diet Self Care Behavior dan Kolesterol Total
pada Klien dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas
Rambipuji Kabupaten Jember. e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.3 (no.2).

Rahmani, D. K. (2014). Monitoring Gula Darah dan Kepatuhan Minum Obat Dapat
Menstabilkan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di
Wilayah Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta. Yogyakarta: Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan 'Aisyiyah.

Rosyada, S. M. (2013). Perbedaan Pengaruh Antara Ekstrak dan Rebusan Daun Salam
(Eugenia polyantha) dalam Pencegahan Peningkatan Kadar Kolesterol Total
pada Tikus Sprague Dawley. Semarang: Universitas Diponegoro.

Sadoso S., 2009. Pengetahuan Praktis dalam Olahraga . PT. Gramedia, Jakarta.

Septiani, A. P. (2014). Karakteristik dan Pengobatan Pasien Diabetes Mellitus di Rumah


Sakit Panglima Sebaya Paser . J. Trop. Pharm. Chem. 2014. Vol 2. No. 5 , 283-
291.
91

Indah, R. N. (2015). The Effect Of Eugenia polyantha Extract On LDL Cholesterol . J


Majority , hal. Volume 4 Nomor 5.

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 2
Jakarta: EGC

Soegondo, et al (2009). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Edisi Ke 7 Jakarta :


Balai Penerbit FKUI

Sudha MR, Chauhan P, Dixit, Babu S, Jamil K. (2009). Probiotics as complementary


therapy for hypercholesterolemia. Biol. Med.; 1(4):Rev4:1-13.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualittif, dan


R&D. Bandung: ALFABETA

Suiraoka. (2012). Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuhamedika

Suyono, S. (2006). Diabetes Melitus di Indonesia. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. IV
ed. Jakarta: Pusat penerbitan Ilmu Penyakit dalam FK UI

Syarifuddin, A. (2003) .Puasa Menuju Sehat Fisik dan Psikis. Jakarta: Gema Insani

Tandra. (2007). Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

The College of Family Physicians of Canada. (2007). Cholesterol-What You Can Do to


Lower Your Level. Diakses dari:
http://www.cfpc.ca/ProjectAssets/Templates/Resource.aspx?id=1364

Trisnawati SK, Setyorogo S. (2013). Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II Di
Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah
Kesehatan. 2013;5(1):6-11

Wicaksono P., R. (2011).Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diabetes


Mellitus Tipe 2(Studi Kasus di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Dr.
Kariadi). Program Pendidikan Sarjana Kedokteran, Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro. Semarang.

World Health Organiation. (2015). Diabetes. Updated January 2015. Diakses dari:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs312/en/

Yati, R.I., (2008). Perbedaan Profil Lipid (HDL & LDL) pada Populasi Orang yang
Rutin Puasa Senin-Kamis dengan yang Tidak Melakukan Puasa. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta

Yuliani I. et. al., (2013). Sehat Holistik Secara Alami: Gaya Hidup Selaras Dengan Alam.
Bandung: Qanita
92

LAMPIRAN
93

Lampiran I Lembar Permohonan Menjadi Responden

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Responden yang terhormat, Perkenalkan saya adalah mahasiswa Program


Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas
MuhammadiyahYogyakarta. Saya akan melakukan penelitian dengan judul
“PENGARUH PUASA SENIN DAN KAMIS TERHADAP KADAR
KOLESTEROL TOTAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE
2 DI DUKUH KASIHAN, BANTUL YOGYAKARTA”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh puasa Senin dan Kamis
terhadap kadar kolesterol total pada penderita diabetes melitus tipe 2
bapak/ibu/saudara/(i). Untuk kegiatan ini, saya memohon kesediaan kepada
bapak/ibu/saudara/(i) untuk menjadi responden dalam penelitian ini dan mau
mengisi data serta memberikan tanggapan yang layak dengan sejujur-jujurnya
untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Penelitian ini tidak akan menimbulkan
akibat apapun bagi semua responden. Kerahasiaan semua informasi yang
diberikan akan dijaga dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.
Namun, apabila bapak/ibu/saudara/(i) menolak untuk menjadi responden, saya
tidak memaksa dan saya meghargai keputusan tersebut.
Apabila bapak/ibu/saudara/(i) bersedia untuk menjadi reponden, diharapkan
dapat mengisi lembar persetujuan yang telah terlampir dengan
menandatanganinya. Setelah itu bapak/ibu/saudara/(i) dapat mengisi jawaban pada
lembar kuisioner yang ada. Atas perhatian dan kesediaannya saya ucapkan
terimakasih.
Yogyakarta, 2016
Peneliti

Dian Putranto
94

Lampiran II Lembar Permohonan Menjadi Responden

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah membaca dan memahami penjelasan pada lembar pertama, saya


bersedia untuk berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang akan
dilakukan oleh Dian Putranto dari Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang
penelitiannya berjudul “Pengaruh Puasa Senin dan Kamis Terhadap Kadar
Kolesterol Total pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Dukuh Kasihan,
Bantul Yogyakarta”.
Saya memahami bahwa penelitian ini tidak memberikan dampak buruk pada
saya dan keluarga saya, sehingga saya setuju untuk menjadi reponden dalam
penelitian ini.
Yogyakarta, 2016
Responden

(..............................)
95

Lampiran III Lembar Informasi Penelitian

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN

Assalammu’laikum Wr Wb

Saya, Dian Putranto dari Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas


Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Saya
akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Puasa Senin dan Kamis
Terhadap Kadar Kolesterol Total pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di
Dukuh Kasihan, Bantul, Yogyakarta”.Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh puasa Senin dan Kamis terhadap kadar kolesterol total pada
penderita Diabetes Melitus tipe 2 yang akan menjadi responden.
Saya meminta dengan hormat kepada para responden yaitu penderita Diabetes
Melitus tipe 2 dengan kriteria penderita Diabetes Melitus tipe 2 dengan kadar
kolesterol total > 155 mg/dL, berusia 20-65 tahun, tercatat sebagai masyarakat
Dukuh Kasihan untuk bersedia ikut serta dalam penelitian ini. Jika anda sebagai
penderita Diabetes Melitus tipe 2 bersedia ikut serta dalam penelitian ini maka
saya akan menjelaskan mengenai penelitian ini sebaik-baiknya.
A. Kesukarelaan Untuk Ikut Penelitian
Anda bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada
paksaan. Apabila anda sudah memutuskan untuk ikut, anda juga dibebaskan
untuk mengundurkan diri atau berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai denda
atau sanksi apapun.
B. Prosedur Penelitian
Apabila anda bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, anda akan
diminta menandatangani lembar persetujuan, selanjutnya anda akan
diwawancarai oleh peneliti.
C. Kewajiban Subjek Penelitian
Anda sebagai subjek penelitian berkewajiban mengikuti aturan atau
petunjuk penelitian seperti yang tertulis di atas. Apabila ada yang belum jelas,
anda bisa bertanya lebih lanjut kepada peneliti.
96

D. Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas subjek penelitian akan
dirahasiakan dan hanya akan diketahui oleh peneliti saja. Hasil penelitian akan
dipublikasikan tanpa mencantumkan identitas subjek penelitian.
E. Pembiayaan
Semua pembiayaan yang berhubungan dengan penelitian akan ditanggung
oleh peneliti tanpa memberatkan ke subjek penelitian. Penelitian ini tidak
melibatkan adanya interaksi bahan, obat, atau sentuhan apapun terhadap tubuh
sehingga diharapkan tidak adanya kesalahpahaman terkait dengan adanya
risiko cidera dan adanya tuntutan biaya dalam penelitian dari subjek ke
peneliti.
F. Kompensasi
Setelah penelitian selesai, peneliti akan memberikan kompensasi kepada
responden sebagai ucapan terima kasih karena telah membantu jalannya
penelitian kami. Kompensasi tersebut berupa uang sebesar Rp 75.000 dan
sebuah gelas cantik untuk kelompok intervensi dan gelas cantik untuk
kelompok kontrol.
G. Informasi Tambahan
Anda diberi kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas
sehubungan dengan penelitian ini. Apabila anda membutuhkan penjelasan
lebih lanjut, anda dapat menghubungi saya pada nomor berikut 085751106630
(Dian Putranto) Terima kasih atas kerjasama anda dalam penelitian ini.
Wassalammu’alaikum Wr Wb

Salam Hormat,
Peneliti
97

Lampiran IV Kuesioner Data Demografi Responden

KUESIONER PENELITIAN
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI RESPONDEN

Petunjuk pengisian
1. Bacalah dengan cermat dan teliti setiap pertanyaan dalam kuesioner ini
2. Isilah titik-titik yang tersedia dengan jawaban yang benar
3. Pilihlah salah satu jawaban yang menurut Bapak/Ibu/Saudara (i) paling
sesuai dengan kondisi yang dialami oleh Bapak/Ibu/Saudara (i) dengan cara
memberikan tanda check list (x) pada pilihan jawaban yang dipilih
Karakteristik Demografi Responden
1. Nama :..........................................
2. Umur :..........................................
3. Jenis Kelamin :..........................................
4. Agama :..........................................
5. Pendidikan Terakhir
 SD/Sederajat
 SMP/Sederajat
 SMA/Sederajat
 Perguruan Tinggi
 Lain-lain..................
6. Pekerjaan
 Tidak Bekerja
 Buruh
 Petani
 Pedagang/Wiraswasta
 PNS
 TNI/POLRI
 Lain-lain...................
7. Lama Menderita Diabetes:
..........................................................................
98

8. Nomer telepon:
..........................................................................
9. Hasil pemeriksaan kolesterol total 1 bulan terakhir
..........................................................................
10. Pendapatan per bulan
..........................................................................
11. Komplikasi
..........................................................................
12. Obat dan Dosis
..........................................................................
13. Waktu minum obat

14. Makanan yang dikonsumsi


99

Lampiran V Materi Booklet Puasa Senin dan Kamis

Kata Pengantar

Puji syukur kepada Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah
menyempurnakan RisalahNya dan mengutus seorang Rasul dengan bekal
petunjuk al-Qur’an untuk dijelaskan kepada seluruh umat manusia. Shalawat serta
salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw yang telah berjuang dengan
segenap jiwa dan raganya, menyampaikan Risalah Ilahi dengan nasihat dan
keteladanan yang baik demi kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat nanti.
Puasa Senin dan Kamis merupakan puasa yang rutin dilaksanakan oleh
Rasulullah SAW, Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Bahwa
Rasulullah SAW. bersabda:
“Seluruh amal perbuatan dilaporkan pada hari Senin dan Kamis, maka aku
lebih menyukai saat amalku dilaporkan, dan aku dalam keadaan berpuasa”
(HR. At-Tirmidzi).
Rasulullah SAW. menganjurkan umatnya yang masih mampu secara fisik
untuk melakukan puasa sunah Senin dan Kamis agar diampuni amalan buruk atau
dosa yang telah diperbuat.
Orang dengan DM Tipe II sebenarnya tetap bisa untuk rutin melaksanakan
puasa Senin dan Kamis dengan melakukan modifikasi pada pola makan, aktivitas
fisik, dan obat. Buku ini bertujuan. Keberadaan buku ini sebenarnya merupakan
salah satu instrumen penelitian yang berjudul “Pengaruh Puasa Senin dan Kamis
terhadap Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Kadar Kolesterol Total pada
Penyandang Diabetes Melitus Tipe II di Dukuh Kasihan, Bantul, Yogyakarta yang
dilakukan oleh penyusun. Namun, diharapkan buku ini untuk memandu para
penyandang DM Tipe II agar mampu untuk berpuasa Senin dan Kamis sehingga
bisa berpuasa secara aman juga dapat digunakan pada masyarakat luas atau
penyandang DM Tipe II diluar dari lingkup penelitian.
Terimakasih tak lupa kami ucapkan kepada para pihak terkait terutama kepada
ibu Yanuar Primanda S. Kep., NS.,MNS.,HNC selaku pembimbing dan ketiga
expert dosen ahli yang telah menguji Content Validity buku ini, diantaranya:
Novita Kurnia Sari, S.Kep.,NS.,M.Kep; Dra. Salmah Orbayinah, M.Kes.,Apt, dan
dr. Prasetio Kirmawanto, M.Kes. Kami selaku penyusun sangat mengharapkan
kritikan dan saran dari Anda. Terimakasih.

Yogyakarta, 16 Maret 2016

Tim Penyusun
100

BAB I
Niatan Lil Alamin
Dalam mengawali setiap kegiatan hendaknya kita dapat menanamkan niat
yang tulus dan ikhlas kepada Allah agar kegiatan itu bernilai ibadah dan diterima
menjadi catatan perbuatan yang baik hanya untuk memuliakan dan mengharapkan
Ridho dari Allah sang Maha Pencipta. Termasuk dalam puasa Senin dan Kamis
ini, Karena untuk orang yang sehat saja masih banyak yang merasa berat dan sulit,
apalagi bagi para penyandang DM Tipe II. Apabila bisa dan mampu untuk
melaksanakannya merupakan hal yang sangat luar biasa. Insyallah akan
mendapatkan balasan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra., ia mengatakan: “Rasulullah saw. sangat
antusias dan bersungguh-sungguh dalam melakukan puasa pada hari Senin
dan Kamis,” (HR. Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Majah, Imam Ahmad). Suri tauladan
Rasulullah ini bisa menjadi penyemangat bagi para penyandang DM untuk bisa
menjalankan puasa Senin dan Kamis.

BAB II
Puasa Senin dan Kamis pada penyandang DM Tipe II bisa berjalan dengan
aman, jika penyandang mengetahui dan memahami karakteristik batasan
kemampuan dirinnya untuk melaksanakan puasa tersebut. Untuk itu akan kami
paparkan penjelasan tentang pengetahuan yang harus dipahami sebelum
melaksanakan puasa Senin dan kamis.
Apa itu Diabetes Melitus?
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme gula darah yang ditandai
dengan tingginya kadar glukosa darah (Kadar Gula Darah Sewaktu >200 mg/dL).
Bagaimana cara untuk mengetahui kadar gula darah?
Untuk mengetahui kadar gula darah secara akurat dibutuhkan pemeriksaan
laboratorium, sampel darah yang diperiksa diambil dari pembuluh darah vena.
Namun untuk keperluan yang praktis saat ini bisa gunakan alat yang bernama
glukometer. Sampel darah yang dipergunakan hanya di ambil dari pembuluh
101

kapiler. Penggunaan darah kapiler lebih memudahkan penyandang karena lebih


mudah diambil, rasa sakit lebih sedikit, dan darah yang dipergunakan jumlahnya
juga lebih sedikit. Sehingga alat ini bisa dipakai oleh orang awam, selain itu alat
ini lebih cepat, ringkas dan relatif lebih murah.

Apa perbedaan kadar gula darah normal dan Diabetes Melitus?


Bukan Belum Pasti DM
DM DM

Kadar Glukosa < 90 90-199 < 200 mg/dL


Darah mg/dL mg/dL
Sewaktu
(Kapiler)
Kadar Glukosa > 90 90-99 mg/dL < 100 mg/dL
Darah Puasa mg/dL
(Kapiler)
Referensi: Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe2 di Indonesia 2011

Kadar glukosa dalam darah yang tinggi ini merupakan dasar munculnya
komplikasi penyakit DM Sehingga para penyandang DM disarankan bisa menjaga
kadar glukosa darah mendekati nilai normal.
Apa yang paling mempengaruhi kadar gula darah??
 Insulin
Insulin disekresikan oleh sel-sel beta pankreas sebagai hasil dari stimulus
atau rangsangan dari glukosa darah yang tinggi, misalnya setelah seseorang
makan. Beberapa menit setelah makan kadar gula darah kita akan naik, lalu
102

pankreas akan mengeluarkan hormon insulin untuk menurunkan kadar gula


darah dengan cara memasukkannya ke dalam sel-sel tubuh, termasuk otot, sel
darah merah, dan sel-sel lemak. Sebagian glukosa darah akan langsung
digunakan sebagai sumber energi. Kurangnya produksi hormon insulin oleh
pankreas akan berakibat glukosa tetap berada dalam darah sehingga sel-sel
tubuh akan kekurangan energi.
 Diit
Asupan makanan dan minuman akan dicerna dan dimetabolisme oleh
tubuh. Setelah asupan makanan dan minuman ini diproses, kadar gula darah
akan meningkat dengan cepat. Sebaliknya pembatasan asupan makanan dan
minuman akan mengakibatkan penurunan kadar gula darah.
 Aktivitas fisik
Peningkatan penggunaan energi oleh sel pada saat aktivitas fisik akan
menurunkan kadar glukosa darah. selain itu aktivitas fisik yang rutin akan
meningkatkan jumlah reseptor insulin dipermukaan sel. Sehingga aktivitas
fisik yang cukup sangat dianjurkan pada penyandang DM.
 Penggunaan obat
Mengkonsumsi obat dapat meningkatkan kadar gula darah dan ada juga
yang dapat menurunkan kadar gula darah. Mekanisme kerja obat diabetes
dalam menurunkan kadar glukosa darah antara lain dengan merangsang
kelenjar pankreas untuk meningkatkan produksi insulin, menurunkan
produksi glukosa dalam hepar, menghambat pencernaan karbohidrat sehingga
dapat mengurangi absorpsi glukosa dan merangsang receptor insulin.
 Stress
Stress akan menstimulus organ endokrin untuk mengeluarkan ephinefrin,
ephinefrin mempunyai efek pemecahan cadangan gula. Sehingga kadar gula
di dalam tubuh akan tinggi. Penyandang DM sangat dianjurkan untuk mampu
mengelola stress. Sehingga kadar gula darahnya bisa terkontrol
 Usia
Bertambahnya usia menyebabkan penurunan fungsi organ tubuh, salah
satunya mengakibatkan penurunan fungsi endokrin pankreas dalam
103

memproduksi insulin. Inilah yang terjadi pada DM tipe I yang muncul pada
usia muda.

Bagaimana cara untuk mengendalikan kadar gula darah??


 Memahami Diabetes
Memahami penyakit diabetes merupakan salah satu cara untuk
mengendalikan kadar gula darah. Diharapkan penyandang diabetes yang telah
paham tentang DM akan mampu untuk melakukan:
1. Meningkatkan aktifitas fisik
2. Mengurangi asupan karbohidrat dan lemak
3. Berhenti dari kebiasaan yang tidak tepat
4. Taat dalam pengunaan obat-obatan
5. Memantau glukosa mandiri
Hal tersebut berguna bagi pengendalian kadar gula darah dan
meminimalisir komplikasi.
 Pengaturan Diet Sesuai Kebutuhan Kalori
Prinsip dari pengaturan pola makan pada penyandang diabetes adalah
makanan yang seimbang, sesuai dengan kebutuhan kalori masing-masing
individu, dengan memperhatikan pola makan sehat 3J yaitu Jumlah makanan,
Jenis makanan, dan keteraturan Jadwal makan.

Berikut ini adalah cara untuk menentukan Jumlah kalori yang


dibutuhkan penyandang diabetes. Diantaranya adalah dengan
memperhitungkan:

1. Menentukan Berat Badan Ideal (BBI)


Dalam menentukan status berat badan penyandang DM dapat
menentukannya dengan cara menghitung BBI. Perhitungan berat badan
Ideal (BBI) dengan rumus Brocca yang dimodifikasi adalah sbb:
BBI=0,9x(TBdalamcm-100)x1kg.

Bagi pria dengan tinggi badan dibawah 160 cm dan wanita dibawah 150
cm, rumus dimodifikasi menjadi:
104

BBI=(TBdalamcm-100)x1kg.

Contoh:
Seorang wanita berumur 50 tahun dengan tinggi badan 165 cm, maka
berat badan idealnya adalah:
BBI = 0,9 x (165-100) = 58,5 kg

2. Hitung Kebutuhan Energi Basal (KEB)


Kebutuhan energi basal (KEB) adalah kebutuhan minimal yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan saat tidur atau istirahat. Ini
merupakan kebutuhan energi dan kalori yang paling mendasar untuk
menggerakkan jantung, paru, usus dan pencernaan saja. Kebutuhan basal
laki-laki dan perempuan berbeda satu sama lain.
KEB wanita = BBI x 25 Kkal
KEB pria = BBI x 30 Kkal
Contoh:
Kebutuhan Energi Basal wanita dengan tinggi 165 cm adalah:
KEB wanita = 58,5 x 25 Kkal = 1462,5 Kkal

3. Tambahkan Aktifitas Fisik Harian (AF)


- Penambahan 10%darikebutuhan basal diberikanpada kedaaan paling
ringan seperti membaca, menyetir, kerja kantoran, dll.
- Penambahan 20%pada pasien dengan aktivitas ringan seperti mengajar,
berjalan, kerja rumah tangga, dll.
- Penambahan 30% dengan aktivitas sedang seperti berjalan cepat,
bersepeda, dll
- Penambahan 40%-50% dengan aktivitas berat seperti aerobik, bersepeda,
mendaki, joging, dll.
Contoh:
Jika sehari-hari aktivitas yang dilakukan adalah sebagai pekerja kantoran
maka, aktivitas fisiknya adalah ringan, sehingga tambahan kebutuhan
hariannya adalah:
AF = 10% x 1462,5 (kebutuhan energi basal) = 146,25 Kkal.
105

4. Koreksi Umur (KU)


- Kebutuhankalori dikurangi 5% untuk dekade antara 40 dan 59 tahun,
- Dikurangi 10% untuk dekade antara 60 dan 69 tahun,
- Dikurangi20%,diatasusia70tahun.
Contoh:
Untuk seseorang yang berusia 50 tahun, maka faktor koreksinya adalah
5%. Sehingga pengukuran kebutuhan energi hariannya adalah:
KU = 5% x 1462,5 (kebutuhan energi basal) = 73,125 Kkal.
5. Total Kalori harian yang dibutuhkan (TK)
TK dapat dihitung setelah mendapatkan komponen yang dibutuhkan.
Untuk menghitung TK menggunakan rumus:
TK = Kebutuhan Energi Basal (KEB) + Aktifitas Fisik Harian (AF) –
Koreksi Umur (KU)
Contoh:
Jadi, total kebutuhan kalori harian untuk contoh wanita berumur 50
tahun dengan tinggi badan 165 cm dan kesibukan sebagai pekerja kantoran
adalah:
TK = 1462,5 + 146,25 - 73,125 = 1535,125 Kkal/hari = 1535 = 1500
Kkal/hari.
Jadi, wanita tersebut membutuhkan 1500 Kkal/hari untuk mendapatkan
Jumlah makanan yang seimbang.
Pada saat tidak puasa makanan sejumlah kalori terhitung dengan
komposisi Jenis karbohidrat (45-65%), protein (10-20%), dan lemak (20-
25%).
Jadwal asupan kalori makanan dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan
pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%), serta 2-3 porsi makanan ringan
(10-15%) diantaranya.Untuk meningkatkan kepatuhan pasien, sejauh
mungkin perubahan dilakukan sesuai dengan kebiasaan.
 Latihan Jasmani
Dilakukan teratur 3-4 kali dalam seminggu, masing-masing selama kurang
lebih 30 menit.
106

Latihan jasmani yang dianjurkan adalah latihan aerobik seperti berjalan,


jogging, bersepeda, dan berenang. Latihan ini berguna untuk meningkatkan
penggunaan glukosa darah, menjaga kebugaran tubuh, menurunkan berat
badan, dan meningkatkan sensitifitas insulin.
 Penggunaan Obat
Terapi farmakologis diberikan bila dengan pengaturan asupan makanan dan
latihan jasmani kadar gula tetap tidak terkontrol. Terapi ini terdiri dari obat oral
dan suntikan.
Apakah puasa senin kamis itu??
Secara umum puasa adalah menahan makan, minum, berhubungan suami istri,
dan semua hal lain yang bisa membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga
terbenamnya matahari yang dilaksanakan pada 2 hari dalam seminggu yaitu pada
hari Senin dan Kamis.
Pada orang sehat, perubahan pola makan saat berpuasa tidak akan berakibat
banyak, berbeda dengan penyandang DM. Sehingga perlu dilakukan modifikasi
diit, aktivitas dan terapi. Supaya tetap bisa menjalankan puasa secara aman.
107

Bagaimana perubahan kadar gula darah yang terjadi


pada orang puasa?
Perubahan pola makan saat berpuasa akan berakibat:
1. Penurunan kadar gula darah
Pada saat awal puasa kadar gula darah masih cukup, bahkan mungkin
berlebihan karena asupan diit saat sahur. Kadar gula darah ini akan berangsur
turun karena terpakai untuk aktivitas.
Pada saat pertengahan puasa tubuh akan merespon rendahnya kadar gula
darah akibat tidak adanya asupan dengan pemecahan cadangan gula untuk
menghasilkan glukosa endogen yang meningkatkan kadarnya menuju batas
normal.
Pada saat akhir puasa cadangan glukosa hati sudah habis dipecah,
sedangkan asupan dari makanan belum ada (belum tiba saat buka puasa) pada
saat ini akan terjadi kondisi hipoglikemia.
Hipoglikemia adalah suatu kondisi kadar gula darah di bawah 60 mg/dL.
Gejala awal yang muncul adalah rasa lemas, gemetar, dan berkeringat dingin.
Tahapan munculnya gejala dari hipoglikemia adalah:
 Stadium parasimpatik : lapar,mual,tekanan darah turun.
 Stadium gangguan otak ringan : lemah lesu ,sulit bicara, kesulitan
menghitung sementara.
 Stadium simpatik : keringat dingin pada muka,bibir atau tangan gemetar.
 Stadium gangguan otak berat : tidak sadar,dengan atau tanpa kejang.
108

Bahaya pada saat hipoglikemi adalah glukosa ke otak akan berkurang dan
bahkan jika dalam 4 menit otak tidak segera mendapatkan suplai glukosa
maka akan terjadi kondisi mati otak. Hal tersebutlah yang membuat keadaan
hipoglikemia sangat ditakuti karena dapat mengancam nyawa.
Penyandang DM yang mengalami hipoglikemia harus segera mendapat
asupan, biasanya minuman manis untuk meningkatkan kadar gula darah
secara cepat. Jika sudah tidak bisa minum karena sudah tidak sadar maka
larutan gula pekat harus disuntikkan langsung ke dalam pembuluh darah.
semua tindakan diatas secara langsung akan membatalkan puasa.hipoglikemia
yang terjadi pada saat berpuasa merupakan petunjuk bahwa asupan kalori saat
sahur kurang atau dosis obat diabetes pagi yang terlalu tinggi.
2. Kenaikan kadar gula darah setelah sahur dan berbuka
Saat berbuka puasa kenaikan kadar gula darah di dalam tubuh mengalami
kenaikan karena glukosa hasil metabolisme nutrisi diserap oleh sistem
pencernaan. Kadar glukosa darah yang tinggi ini akan berisiko munculnya
komplikasi DM kronis.
Berpuasa memang baik untuk tubuh. Namun, tidak semua penyandang DM
boleh berpuasa. Terdapat pertimbangan khusus untuk berpuasa.

Penyandang DM yang tidak boleh berpuasa:


 Penyandang DM tipe I
 Penyandang DM tipe II dengan kadar gula darah yang belum terkontrol
dengan baik
 Penyandang DM tipe II yang disertai dengan komplikasi seperti gagal ginjal
dan gagal jantung
 Penyandang DM tipe II yang sedang hamil atau menyusui
 Penyandang DM tipe II dengan riwayat mengalami kegawat daruratan medis
terkait DM seperti koma hipoglikemia dan koma hiperglikemia
 Penyandang DM tipe II yang membutuhkan terapi insulin 2x sehari atau
lebih.
109

Penyandang DM yang boleh berpuasa:


 Penyandang DM tipe II yang kadar gula darahnya terkontrol dengan
pengaturan diet dan olah raga
 Penyandang DM tipe II yang kadar gula darahnya terkontrol dengan
pengaturan diet dan olah raga ditambah dengan obat diabetes oral.
 Penyandang DM tipe II yang kadar gula darahnya terkontrol dengan
pengaturan diet, olah raga dan obat diabetes oral ditambah pemberian insulin
satu kali sehari.

BAB III
Modifikasi saat Puasa
Bagaimana cara memodifikasi olahraga saat berpuasa??
 Olahraga sebaiknya tidak dilakukan saat sedang berpuasa untuk menghindari
gejala hipoglikemia. Olahraga dapat diganti pada hari selain hari Senin dan
Kamis. Misalnya hari minggu, selasa, dan jum’at.
 Apabila penyandang DM tetap ingin untuk melakukan olahraga maka waktu
yang paling tepat dilakukan adalah mendekati waktu berbuka puasa, yaitu 30
menit sebelum berbuka. .
 Sebelum melakukan olahraga, penyandang DM perlu memastikan bahwa
dirinya tidak memiliki resiko hipoglikemia. Seperti mengecek kadar gula
darahnya atau dengan merasakan gejala awal munculnya hipoglikemia. Bila
kadar gula darah < 70 mg/dl atau penyandang DM merasakan adanya gejala
awal dari hipoglikemia maka penyandang DM tidak diperkenankan untuk
berolahraga. Mengingat besarnya resiko hipoglikemia yang sangat berbahaya
dapat terjadi.
 Saat penyandang DM sedang berolahraga, pastikan olahraga tersebut telah
selesai sebelum waktu berbuka puasa.

Bagaimana cara memodifikasi diet atau pola makan saat


berpuasa??
 Komposisi diet yang seimbang dalam satu hari bagi penyandang DM yang
tidak berpuasa adalah karbohidrat 60%, protein hewani 25%, dan lemak 15%.
Asupan karbohidrat sebaiknya 25% buah, 35% makanan seperti roti, nasi,
110

kentang. Roti, nasi, atau kentang bisa dikonsumsi 10% setelah shalat magrib,
dan 25% pada saat sahur.
 Pada penyandang diabetes yang tidak berpuasa, pola makan mereka terbagi
menjadi 6 waktu, makan pagi (06.00-08.00) dilanjut makan selingan jam
10.00, makan siang (12.00-13.00) dilanjut makan selingan jam 16.00, makan
malam (18.00-19.00) dilanjut makan selingan jam 21.00
 Tetapi pada penyandang diabetes yang melakukan puasa Senin dan Kamis
jumlah asupan kalori yang mereka konsumsi tetap sama, tetapi pola makan
malam sebelum berpuasa berubah menjadi setelah selesai shalat magrib 40%
kalori yang dikonsumsi, setelah shalat isya’ atau jam 21.00 20% kalori yang
dikonsumsi, dan waktu sahur sebelum berpuasa 40% kalori yang dikonsumsi.
Kebutuhan kalori setiap orang berbeda, untuk itu penyandang DM dapat
menghitung jumlah kebutuhan kalori dan menyesuaikan perubahan ini.
 Saat berbuka, penyandang DM dapat kembali ke pola makan sehat 3J yang
telah dijelaskan sebelumnya.
Bagaimana cara memodifikasi obat DM saat berpuasa??

Saat berpuasa Senin dan Kamis penyandang DM perlu memodifikasi obat agar
dapat terhindar dari hipoglikemia akibat kelebihan dosis obat dan tidak adanya
asupan diit saat berpuasa.
Terdapat modifikasi waktu dalam pembagian minum obat saat akan berpuasa
yaitu:
Jenis obat Biguanid

 Penyandang DM yang mendapatkan obat Metformin dengan dosis 500 mg 3x


sehari, maka dapat di modifikasi menjadi 1000 mg saat berbuka dan 500 mg
111

saat sahur
 Penyandang DM yang mendapatkan obat Metformin dengan dosis 1000 mg 1x
sehari, maka dapat di modifikasi menjadi 1000 mg saat berbuka
 Penyandang DM yang mendapatkan obat Thiazolinedione atau Pioglitazone 1x
sehari maka tidak ada perubahan misalnya diminum saat berbuka
Jenis obat Sulfonilurea
 Penyandang DM yang mendapatkan obat Glimepiride dengan dosis 4 mg 1x
sehari maka Glimepirid 4 mg diberikan sebelum makan besar saat berbuka,
sesuaikan dosis dengan kadar glukosa dan risiko hipoglikemia.
 Penyandang DM yang mendapatkan obat Glimepiride dengan dosis 4 mg 2x
sehari maka Glimepiride digunakan setengah dosis harian pagi saat makan
sahur dan dosis paruh sore saat berbuka
 Penyandang DM yang mendapatkan obat Glimepiride dengan dosis 5 mg 2x
sehari maka Glibenclamid 2,5 mg saat sahur dan glibenclamid 5 mg saat
berbuka
 Penyandang DM yang mendapatkan obat Gliclazide 80 mg 2 x sehari maka
Glicazide 40 mg saat sahur dan gliclazide 80 mg saat berbuka
Jenis obat Glinid
 Penyandang DM yang mendapatkan obat Repaglinide 4 mg 2x sehari maka
diminum saat sahur dan berbuka.
Jenis obat DPP4-Inhibitor
 Penyandang DM yang mendapatkan obat Siltagliptin 100 mg 1x sehari maka
diminum saat sebelum makan sahur, kurangi dosis jika diberikan bersama
sulfonylurea.
Suntikan insulin
 Penyandang DM yang membutuhkan insulin 1x sehari. Misalnya NPH 20 unit
1x sehari maka suntikan insulin digeser ke saat berbuka.

Bagaimana cara mengevaluasi puasa pada penyandang DM??


Prinsip dari evaluasi kadar gula darah pada penyandang diabetes saat puasa
adalah jangan sampai terjadi hipoglikemia. Sangat dianjurkan bagi penyandang
112

diabetes memiliki alat ukur gula darah (Glukometer) sendiri. Pengecekan dengan
alat bisa dilakukan secara mandiri, dan waktu yang dianjurkan untuk pengecekan
kadar gula darah saat pukul 17.00.
Hasil pengecekan pada jam 17.00 dapat menunjukkan kecukupan asupan
kalori yang kita konsumsi saat sahur, apabila pada saat pukul 17.00 kadar gula
darah masih tinggi dapat diasumsikan bahwa makanan yang dikonsumsi ketika
sahur terlalu banyak.
Akan tetapi, pada saat pukul 17.00 kadar gula darah menjadi sangat rendah
dapat diasumsikan bahwa makanan yang dikonsumsi ketika sahur kurang
mencukupi.

Apa manfaat puasa terhadap pengendalian DM??

Puasa dapat memberikan manfaat menurunkan berat badan pada penyandang


diabetes melitus tipe 2.Wing, et al menemukan bahwa penyandang diabetes
melitus tipe 2 yang berat badannya turun > 5% dari berat badan awal ditemukan
juga penurunan pada HbA1c.
Semakin tinggi kadar HbA1C maka semakin tinggi pula resiko timbulnya
komplikasi, demikian pula sebaliknya. Diabetes Control and Complications Trial
(DCCT) dan United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS)
mengungkapkan bahwa penurunan HbA1C akan banyak sekali memberikan
manfaat. Setiap penurunan HbA1C sebesar 1% akan mengurangi risiko kematian
akibat diabetes sebesar 21%, serangan jantung 14%, komplikasi mikrovaskular
37% dan penyakit vaskuler perifer 43% (UKPDS 35. BMJ 2000:321:405-12).
113

Penyandang diabetes direkomendasikan untuk melakukan pemeriksaan


HbA1C setiap tiga bulan untuk menentukan apakah kadar gula darah telah
mencapai target yang diinginkan.
Apa pengaruh puasa terhadap status cairan tubuh??
Selain penurunan kadar gula darah, pengaruh puasa terhadap tubuh adalah
perubahan status cairan tubuh. Pada saat berpuasa apabila kebutuhan cairan saat
berbuka sampai sahur tidak terpenuhi sebanyak 2 liter atau 8 gelas, tentu pada saat
berpuasa penyandang DM akan mengalami dehidrasi.
Tanda-tanda awal dehidrasi antara lain:
 Merasa haus
 Kepala pening
 Air urine berwarna kuning gelap
 Frekuensi buang air kecil berkurang daripada biasanya
Indikator paling jelas untuk mengetahui tubuh yang dehidrasi adalah dengan
melihat warna air urine: jika berwarna terang dan jernih, maka tubuh terhidrasi
dengan baik, dan jika berwarna kuning-merah gelap maka itu hampir pasti
pertanda dehidrasi.
 Dehidrasi ringan - sedang bisa menyebabkan efek dan gejala sebagai berikut:
 Mulut kering dan lengket
 Lelah dan mengantuk
 Kehausan
 Kuantitas air seni yang berkurang
 Kulit kering
 Konstipasi
 Sakit kepala
 Dehidrasi parah
Jika terus dibiarkan, tubuh yang kekurangan cairan bisa menyebabkan
dehidrasi semakin parah. Dehidrasi parah merupakan kondisi medis yang
darurat, dan harus segera mendapat perawatan.
Gejala dehidrasi parah bisa berupa:
114

 Sangat kehausan
 Mulut, kulit, dan membran mukosa yang sangat kering
 Bingung dan lekas marah
 Tidak buang air kecil lebih dari 8 jam
 Air urine berwarna sangat gelap, dan jumlahnya sedikit
 Mata tampak cekung, terasa berat, kering, dan perih
 Detak jantung yang cepat
 Tekanan darah yang rendah
 Tingkat kesadaran yang rendah hingga demam

Oleh sebab itu penyandang diabetes dianjurkan Untuk memenuhi kebutuhan


cairan mereka dengan minum air putih. Penyandang DM yang akan berpuasa
Senin dan Kamis memiliki kesempatan pemenuhan kebutuhan cairan yang
terbatas pada malam hari. Penyandang DM dapat minum 8-10 gelas mulai dari
malam sampai sahur dengan panduan 3 gelas saat setelah magrib, 2 gelas sebelum
tidur , dan 3 gelas saat sahur. Dengan mengkonsumsi air, penyandang akan dapat
menghindarkan penyandang DM dari bahaya dehidrasi. Hal ini sesuai dengan
fungsi air itu sendiri yang merupakan zat pelarut dalam tubuh.
115

Cover Booklet
116

Lampiran VI Saran dan Revisi Uji Content Validity

Saran dan Revisi dari expert Novita Kurnia Sari, S.Kep., Ns.,M.Kep
117

Saran dan Revisi dari expert Dra. Salmah Orbayinah, M.Kes.,Apt


118

Saran dan Revisi dari expert dr. Prasetyo Kirmawanto, Sp.Pd.,M.Kes

 Apa itu DM?


 Bagaimana cara mengetahui kadar gula darah?
 Bagaimana cara untuk mengendalikan kadar gula darah?
 Apa itu Puasa?
 Perubahan yang terjadi pada penderita DM yang berpuasa adalah:
- Kenaikan kadar gula darah setelah sahur dan buka puasa (risiko
hiperglikemia)
- Penurunan kadar gula darah di pertengahan–akhir puasa (risiko
hipoglikemia)
 Apa itu hipoglikemia?
 Apa bahaya hipoglikemia?
 Apa itu hiperglikemia?
 Apa bahaya hiperglikemia?
 Siapa yang boleh berpuasa secara medis?
 Penderita DM yang bagaimana yang diperbolehkan puasa?
 Dikatakan DM terkontrol apabila?
 Bagaimana modifikasi olahraga saat berpuasa?
 Bagaimana memodifikasi diit saat berpuasa?
 Bagaiamana memodifikasi obat DM saat berpuasa?
 Bagaimana evaluasi bahwa cara berpuasa sudah tepat?
 Apa manfaat puasa terhadap pengendalian DM?
 Pengaruh lain puasa terhadap tubuh?
 Apa pengaruh status cairan tubuh terhadap kadar gula darah?
 Bagaimana cara memodifikasi asupan minum?
119
Lampiran VII Log Book Puasa Senin dan Kamis

Catatan Harian Puasa Senin dan Kamis

Bulan & Tahun

Hari Senin Kamis Senin Kamis Senin Kamis Senin Kamis

Puasakah hari 15 15 13 13 14 15 15 15
ini??
Waktu sahur 03.00-04.00 03.00- 03.00-04.00 03.00-04.00 03.00-04.00 03.00-04.00 03.00-04.00 03.00-04.00
WIB 04.00WIB WIB WIB WIB WIB WIB WIB
Menu sahur Karbohidrat: Karbohidrat: Karbohidrat: Karbohidrat: Karbohidrat: Karbohidrat: Karbohidrat: Karbohidrat:
- Nasi: 14 - Nasi: 14 - Nasi: 12 - Nasi: 12 - Nasi: 13 - Nasi: 14 - Nasi: 11 - Nasi: 14
- Nasi Aking: - Nasi Aking: - Nasi merah: - Nasi - Nasi Aking: - Nasi Aking: - Nasi merah: 1 - Nasi
1 1 1 merah: 1 1 1 - Mie:3 Aking: 1
Protein& Protein& Protein & - Mie: 2 Protein & Protein & Protein & Protein &
Lemak Lemak Lemak Protein Lemak Lemak Lemak Lemak
Hewani: Hewani: Hewani: Nabati: Hewani: Hewani: Hewani: Hewani:
- Ikan: 3 - Ikan: 3 - Ayam: 1 - Tempe: 9 - Ikan: 1 - Ikan: 3 - Telur: 2 - Ikan: 3
- Telur: 2 - Telur: 2 - Telur: 1 - Tahu: 5 - Ayam:1 Protein Protein Nabati: Protein
Protein Nabati: Protein Nabati: Protein Serat & Vit: Protein Nabati: - Tempe: 11 Nabati:
- Tempe: 13 - Tempe: 9 Nabati: - Sayur :9 Nabati: - Tempe: 10 Serat & Vit: - Tempe: 13
- Tahu: 14 - Tahu: 6 - Tempe: 4 - Buah: 1 - Tempe: 7 - Tahu: 11 - Sayur :7 - Tahu: 10
Serat & Vit: Serat & Vit: - Tahu: 7 - Tahu: 9 Serat & Vit: - Buah: 1 Serat & Vit:
- Sayur :7 - Sayur :9 Serat & Vit: Serat & Vit: - Sayur :10 - Sayur :6
- Buah: 1 - Buah: 1 - Sayur :6 - Sayur :8 - Buah: 1 - Buah: 1
- Buah: 1 - Buah: 1

120
121

Keluhan saat - Lemes: 3 - Lemes: 2 - Lemes: 2 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
berpuasa - Pusing: 2 - Pusing: 1 - Pusing: 1 keluhan keluhan keluhan keluhan keluhan
- Perut Pedih: 1 - Tidak ada - Tidak ada
- Tidak ada keluhan: 13 keluhan: 13
keluhan: 9

Cara mengatasi Istirahat : 3 Tidur: 2 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
keluhan Tidak ada : 12 Tidak ada: 13
Menu berbuka Karbohidrat: Karbohidrat: Karbohidrat: Karbohidrat: Karbohidrat: Karbohidrat: Karbohidrat: Karbohidrat:
puasa - Nasi: 14 - Nasi: 14 - Nasi: 12 - Nasi: 12 - Nasi: 12 - Nasi: 14 - Nasi: 14 - Nasi: 14
- Nasi merah:1 - Nasi merah: 1 - Nasi merah: - Ketela: 1 - Nasi merah: - Jagung: 1 - Nasi merah: 1 - Nasi merah:
- Kolak: 1 Protein & 1 - Kolak: 1 1 Protein & - Soto: 3 1
Protein Nabati: Lemak - Bubur - Mie: 3 - Bakso: 1 Lemak Protein & Protein &
- Tempe: 10 Hewani: sumsum: 1 Protein & Protein Hewani: Lemak Lemak
- Bacem: 2 - Telur: 2 Protein & Lemak Nabati: - Telur: 1 Hewani: Hewani:
Serat & Vit: Protein Nabati: Lemak Hewani: - Tempe: 8 - Ikan: 3 - Telur: 3 - Ikan: 5
- Sayur: 15 - Tempe: 6 Hewani: - Telur: 2 - Tahu: 10 Protein Protein Nabati: - Ayam: 3
- Mendoan: 1 - Telur: 1 - Ayam: 1 Serat & Vit: Nabati: - Tempe: 6 Serat & Vit:
- Tahu: 8 Protein Protein - Sayur: 12 - Tempe: 10 - Bacem: 2 - Sayur: 15
Serat & Vit: Nabati: Nabati: Serat & Vit: Serat & Vit:
- Sayur: 11 - Tempe: 4 - Tempe: 10 - Sayur: 10 - Sayur: 11
- Tahu: 5 Serat & Vit:
Serat & Vit: - Sayur: 12
- Sayur: 13
Makanan setelah - Puding: 1 - Rempeyek: - Pisang - Pisang Jagung: 1 Ketela: 1 Pisang goreng: Singkong: 1
berbuka - Biskuit: 1 1 goreng: 1 rebus: 1 Roti: 1 Buah: 2 1 Buah: 2
- Buah: 2 - Buah: 3 - Ketela - Ubi: 1 Krupuk: 1 Snack ringan: Martabak: 1 Tidak ada: 13
- Ubi: 1 - Telor asin: 1 goreng: 1 - Gorengan: 1 Buah: 1 1 Ubi: 1
- Snack ringan: - Singkong: 1 - Jagung: 1 - Tidak ada: 8 Tidak ada: 9 Tidak ada: 11 Roti: 1
1 - Gorengan: 1 - Buah: 1 Tidak ada: 11
- Tidak ada: 9 - Kue: 1 - Tidak ada:
- Tidak ada: 7 9
122

Waktu minum 04.00: 11 04.00: 15 03.30: 5 03.30: 5 04.00: 14 04.00: 9 04.00: 10 04.00: 15
obat 03.30: 4 18.30: 15 04.00: 8 04.00: 8 18.30: 14 03.30: 6 03.30: 5 18.30: 15
18.30: 15 18.00: 7 18.30: 13 18.00: 5 18.15: 3
18.30: 6 18.30: 10 18.30: 12

Jenis Obat OHO: OHO: OHO: OHO: OHO: OHO: OHO: OHO:
- Metformin - Metformin - Metformin - Metformin - Metformin - Metformin - Metformin - Metformin
- Glibenklamid - Glibenklamid - Glibenklami - Glibenklami - Glibenklami - Glibenklami - Glibenklamid - Glibenklami
- Glimipiride - Glimipiride d d d d - Glimipiride d
Kolesterol: Kolesterol: - Glimipiride - Glimipiride - Glimipiride - Glimipiride Kolesterol: - Glimipiride
- Simvastatin - Simvastatin Kolesterol: Kolesterol: Kolesterol: Kolesterol: - Simvastatin Kolesterol:
- Obat herbal - Obat herbal - Simvastatin - Simvastatin - Simvastatin - Simvastatin - Obat herbal - Simvastatin
- Obat herbal - Obat herbal - Obat herbal - Obat herbal - Obat herbal

Olahraga Jalan Santai: 3 Jalan Santai: 1 Jalan Santai: 3 Tidak ada Jalan Santai: 1 Jalan Santai: 3 Jalan Santai: 2 Jalan Santai: 3
Senam: 2 Senam: 2 Senam: 2 Senam: 1 Senam: 1 Senam: 2 Senam: 2
Tidak ada: 10 Tidak ada: 12 Tidak ada: 10 Tidak ada: 13 Tidak ada: 12 Tidak ada: 11 Tidak ada: 10
123

Catatan Harian Makanan yang Dikonsumsi Ketika Tidak Berpuasa

Waktu Pagi Siang Malam


Hari & Tanggal
Selasa,
Rabu,
Jumat,
Sabtu,
Minggu,
Selasa,
Rabu,
Jumat,
Sabtu,
Minggu,
Selasa,
Rabu,
Jumat,
Sabtu,
Minggu,
Selasa,
Rabu,
Jumat,
Sabtu,
Minggu,
Lampiran VIII Format Telepon dan SMS Pendampingan.

Format Telepon
- Assalamualaikum,
- Benar dengan (bapak/ibu) (nama responden)
- Maaf (bapak/ibu) mengganggu waktunya, (bapak/ibu) saya Dian Putranto
mahasiswa UMY yang melakukan penelitian tentang Puasa Senin dan Kamis
terhadap Kadar Kolesterol kepada bapak/ibu.
- Bagaimana kabar bapak/ibu?
- Apakah ada keluhan saat ini bapak/ibu?
- Baik (bapak/ibu) jika tidak ada keluhan. Saya mengingatkan bahwa besok
adalah hari (Senin/Kamis). Apakah (bapak/ibu) bersedia berpuasa besok?
- Jika (bapak/ibu) ingin berpuasa besok maka saya sarankan untuk melakukan
makan sahur sebelum melakukan puasa. Sehingga puasa (bapak/ibu) dapat
berjalan dengan nyaman dan aman.
- Ada yang ingin ditanyakan (bapak/ibu)?
- Baik mungkin itu saja yang saya sampaikan kepada (bapak/ibu) semoga
dalam berpuasa besok (bapak/ibu) diberikan kekuatan dan dapat beraktivitas
dengan lancar, serta puasa (ibu/bapak) dapat diterima Allah SWT, sehingga
mendapatkan berkah dan barokah, Amin ya rabbal Alamin.
- Wassalamualaikum.
Format SMS (Short Message Service)
Assalamualaikum, maaf (bapak/ibu) mengganggu waktunya, (bapak/ibu) saya
Dian Putranto mahasiswa UMY yang melakukan penelitian tentang Puasa Senin
dan Kamis terhadap Kadar Kolesterol kepada bapak/ibu. Saya mengingatkan
bahwa besok adalah hari (Senin/Kamis). Jika (bapak/ibu) ingin berpuasa besok
maka saya sarankan untuk melakukan makan sahur sebelum melakukan puasa.
Sehingga puasa (bapak/ibu) dapat berjalan dengan nyaman dan aman. Jika
bapak/ibu tidak dapat berpuasa besok mohon untuk membalas SMS ini. Semoga
puasa (ibu/bapak) pada hari esok dapat diterima Allah SWT. Sehingga
mendapatkan berkah dan barokah, Amin ya rabbal Alamin. Wassalamualaikum

124
Lampiran IX Hasil Analisis Data Penelitian

1. Deskriptif Statistik
Descriptives
2. Hasil Uji Normalitas
Statistic Std. Error
3. Uji Wilcoxon
Kol_Pretes Pada Kelompok
t_Eksperimen Mean Eksperimen
Tests of Normality
dan Kelompok Kontrol 207,00 8,442
95% Confi dence Lower Bound 188,89
4. Uji Mann-WhitneyTest Pretest Eksperimen
IntervalcDescriptive
Statistics
dibandingkan
for MeanStatistics
a
dengan Pretest Kontrol
Upper Bound Shapiro-Wilk
Kolmogorov-Smirnov 225,11
5. Uji IndependentTe T-Test
st S
Posttest
tati stics
Statistic b Eksperimen dibandingkan dengan Posttest
df Sig. Statistic df Sig.
Kol_Posttes
5% Tri mm t_ ed Mean
Kol_Posttes
Descriptive Statistics t_ Percentiles
205,11
Kontrol
Kol_Pretest_Eksperimen ,179
Median - 15Kontrol ,200*
Eksperimen - Kol_ ,880 15 205,00 ,048
N Mean Kol_P Std. Deviation
retes t_Minimum Maximum 25th 50th (Median) 75th
Kol_Posttest_
Kol_Pretest_Eksperimen Kol_Pretest_
Variance
Peneli tianPretest_ 1069,000
Percentiles
15 207,00
,144
Std. Deviation
32,696
Independent
15 Samples 161
Test
,200* 287,964 185,00 15 205,00 ,763 220,00
Eksperimen Eksperimen Kontrol 32,696
Mann-Whi tney
Kol_Pretest_Kontrol N15 U 210,73 Mean
Mi Std.Group
nimum
108,000
Deviation
29,548
a
Statistics
Minimum
181 Maximum
b 262 25th
187,00 50th (Median)
198,00
161 75th235,00
Z W ilcox on W -2,130 -,739
Kol_Pretest_Kontrol
Kol_Pretest_Penelitian
Kol_Posttest_ 30 ,254
Levene's Test for um 228,000
208,87
Maxim 15
30,678 ,010
161 287,835 186,50 15 198,50 287 ,011 226,00
As ymp.
Z Sig. (2-tailed) Kelompok_Postest_
15 ,03321,524 ,460 Std.202,00
Error
Kol_Posttest_Kontrol
Eksperimen
Kelompok_Pretest_ Equality of189,87
Variances
,138
Range 15-,187 147 ,200* t-test239
for,956 176,00
Equality of Means 15 190,00126 ,628
a.As ymp.on
Based Sipositive30 ranks.
g. Penelitian
(2-tai led) 1,50
Interquartil e ,509,852 N 1
Range 2
Mean 1,00
Std. Deviation 1,50
35 Mean2,00
Penelitian
*. This is a lower bound
Kol_Posttest_Kontrol 15of the223,33
true significance.
Skewness 45,772 a 160 307 185,00 215,0095% Confidence
267,00,580
b.Ex act Sig. [2*(1-tailed
Kol_Postest_Penelitian Eksperimen
Based on negative ranks . ,870 15 189,87 1,290
21,524 Interval5,557
of the
a. Lilliefors
Si g.)] Significance Correction Kurtos is 1,753 1,121
c. Wilcoxon Signed
Kol_Posttest_ Kontrol
RanksMean Test 15 223,33 Mean Std. 45,772
Error
189,87 Difference
11,818 5,557
a. Not correc ted for ti es.
Eksperimen 95%
F Sig. Confi tdence df Lower Bound
Sig. (2-tailed) Difference Difference Lower
177,95 Upper
b. Grouping V ariable: Kelfor
Interval ompok_Pret
Mean est_Peneliti
Upper Bound an
Kol_Postest_Penelitian Equal variances 201,79
10,690 ,003 -2,563 28 ,016 -33,467 13,060 -60,218 -6,715
assumed 5% Tri mm ed Mean 189,52
Equal variances Median 190,00
not assumed Variance -2,563 19,903 ,019 -33,467 13,060
463,267 -60,717 -6,216
Std. Deviation 21,524
Mi nimum 147
Lampiran X Surat Kelayakan Etik Penelitian Maxim um 239
Range 92
Interquartil e Range 26
Skewness ,305 ,580
Kurtos is 1,452 1,121
Kol_Pretes t_Kontrol Mean 210,73 7,629
95% Confi dence Lower Bound 194,37
Interval for Mean Upper Bound
227,10

5% Tri mm ed Mean 209,54


Median 198,00
Variance 873,067
Std. Deviation 29,548
Mi nimum 181
Maxim um 262
Range 81
Interquartil e Range 48
Skewness ,813 ,580
Kurtos is -,944 1,121
Kol_Posttest_Kontrol Mean 223,33 11,818
95% Confi dence Lower Bound 197,99
Interval for Mean Upper Bound
248,68

5% Tri mm ed Mean 222,20


Median 215,00
Variance 2095,095
Std. Deviation 45,772
Mi nimum 160
Maxim um 307
Range 147
Interquartil e Range 82
Skewness ,361 ,580
Kurtos is -,925 1,121

125
126

Lampiran XI Surat Pengantar Penelitian


127

Lampiran XII Surat Izin Penelitian dari BAPPEDA Kabupaten Bantul


128

You might also like