Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Sedangkan kegiatan produksi pada suatu daerah tidak hanya ditentukan oleh
potensi daerah bersangkutan, tetapi juga ditentukan pula oleh mobilitas tenaga
domestik maupun asing. Jumlah penduduk Indonesia 220 juta jiwa merupakan
potensi pasar yang sangat menjanjikan. Di tunjang dengan stabilitas ekonomi dan
kondisi infrastruktur yang memadai merupakan modal utama bagi para investor
untuk masuk ke Indonesia. Berikut laju pertumbuhan PMA dan PMDN Indonesia
1
Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan PMA dan PMDN di Indonesia Tahun 2010-
2015
Tahun PMA PMDN
Investasi Pertumbuhan Investasi Pertumbuhan
(triliun) investasi (%) (triliun) investasi (%)
2011 19.474,5 - 76.000,70 -
2012 24.564,7 26,13% 92.182,00 21,29%
2013 28.617,5 16,49% 128.150,60 39,01%
2014 28.529,7 -0,30% 156.126.30 21,83%
2015 29.275,9 2,62% 179.465,90 14,95
Rata-rata - 10,73% - 23,96%
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia
Dari tabel diatas dapat dilihat laju pertumbuhan PMA dan PMDN 5 Tahun
dan PMDN di Indonesia. tetapi laju pertumbuhan dari ke-dua investasi tersebut
menunjukkan PMDN lebih tinggi dari pada PMA dengan rata-rata PMDN 23,96%
dan PMA 10,73%. Hal ini membuktikan bahwa peran PMDN dalam
yang luas. Investasi di barang modal tidak hanya meningkatkan produksi tetapi
wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam
2
negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Penanaman modal dalam negeri
2009:95).
Indonesia dengan 34 provinsinya kaya akan sumber daya alam yang sangat
melimpah, dan ini juga menjadi sasaran empuk bagi para invesrtor untuk
berinvestasi di Negara Indonesia. Salah satu provinsi yang kaya akan SDA nya
Provinsi di Sumatera :
Tabel 1.2 Nilai Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) menurut
Provinisi di Sumatera Tahun 2011-2015 (Triliun rupiah).
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
Provinsi
Aceh 259,40 60,20 3.636,40 5.110,30 4.192,41 2.651,76
S. Utara 1.673,00 2.550,30 5.068,90 4.223,90 4.287,42 3.560,76
S. Barat 1.026,20 885,30 677,80 421,10 1.552,49 912,59
Riau 7.462,60 5.450,40 4.874,30 7.707,60 9.943,04 7.087,59
Kep. Riau 1.370,40 43,50 417,70 28,50 612,05 494,43
Jambi 2.134,9 1.445,70 2.799,60 908,00 3.540,24 2.165,69
S. Selatan 1.068,90 2.930,60 3.396,00 7.042,80 10.944,09 5.076,48
Bangka 514,40 533,50 608,20 615,50 1.944,09 843,13
Belitung
Bengkulu - 52,60 109,60 7,80 553,92 144,78
Lampung 824,4 304,20 1.325,30 3.495,70 1.102,29 1.410,38
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia
tempat kedua diduduki oleh Sumatera Selatan dengan rata-rata Rp5.076,48 triliun.
Tempat ke-tiga diduduki oleh Sumatera Utara dengan rata-rata Rp3.560,76 triliun.
3
Kep.Riau, yang terakhir adalah provinsi Bengkulu dengan rata-rata terendah di
Sumatera.
Riau salah satu provinsi yang dimanjakan dengan sumber daya alam
berlimpah ruah, secara detail dapat dikatakan hampir semua sektor yang
kepemilikian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kepada non pemerintah dalam
yang akan terjadi di semua Negara di dunia. Kinerja yang baik akan membuat
dan juga nasional mengalami stagnasi dan cenderung menurun. Salah satunya
gonjang ganjing politik dalam negeri dan penerapan otonomi daerah yang
4
tercapainya pembangunan yang berkualitas yaitu investasi, tetapi otonomi daerah
tingkat pusat dalam pemberian izin ini melahirkan keraguan kalangan investor
kondusif.
a. Suku bunga
b. Tingkat depresiasi
c. Tingkat pendapatan nasional
d. Barang modal yang sekarang tersedia
e. Kebijakan pemerintahan.
5
Dari tabel diatas, bahwa PMDN di Riau sangat berfluktuatif periode
2011-2015. Nilai investasi PMDN di riau pada tahun 2011 berjumlah Rp7.462,60
triliun . Pada Tahun 2012 mengalami penurunan yaitu sebesar Rp5.450,43 triliun.
Kemudiap Pada Tahun 2015 nilai investasi di Riau mengalami kenaikan menjadi
karena tingkat suku bunga yang juga yang berfluktasi. Pada Tahun 2011 suku
bunga kredit mencapai 12,50%. Kemudian pada Tahun 2012 sedikit mengalami
penurunan menjadi 12,21%. Pada Tahun 2013 hingga 2015 suku bunga kredit
Teori Klasik juga menyatakan bahwa semakin tinggi suku bunga maka
dapat mempengaruhi faktor ekonomi yang lainnya salah satu nya yaitu semakin
tingginya laju inflasi yang terjadi di Indonesia. Investasi dan inflasi mempunyai
penawaran uang atau money supply meningkat yang diikuti tingginya tingkat suku
bunga. Sesuai dengan teori ekspansi permintaan agregat kasus klasik (Dornbusch,
6
2008) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang negatif antara inflasi
Dari tabel diatas terlihat fluktasi laju inflasi yang relatif tidak stabil hal ini
juga yang menyebabkan PMDN di Riau juga mengalami fluktasi. Pada Tahun
2011 dapat dilihat bahwa nilai inflasi di Riau adalah sebesar 5,09 %. Kemudian
pada Tahun 2012 kembali mengalami penurunan menjadi 3,35 %. Pada Tahun
2013 kembali mengalami kenaikan menjadi 8,83 %. Kemudian pada Tahun 2014
Tahun 1996-2015”.
maka tujuan yang hendak dicapai sehubungan dengan penelitian ini adalah :
7
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Penanaman Modal
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka manfaat yang dapat
provinsi Riau.
8
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1.1 INVESTASI
dapat berjalan, maka perlu diciptakan iklim yang kondusif bagi para investor
menunjukkan slop yang negatif, ini diakibatkan krisis ekonomi dan moneter yang
PMDN di Riau adalah tingkat suku bunga dan inflasi yang tinggi. Sesuai dengan
9
Kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus
masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investsi
agregat dan pendapatan nasional. Peningkatan seperti ini akan selalu diikuti
stok kapital yang ada. Istilah lain dari investasi adalah pemupukan modal atau
arti yang lebih sempit, yang secara teknis berarti arus pengeluaran yang
menambah stok modal fisik. Dengan kata lain, investasi adalah jumlah yang
dibelanjakan sektor bisnis untuk menambah stok modal dalam periode tertentu.
Sedangkan modal merupakan stok ketika nilai uang dari gedung-gedung, mesin-
mesin, dan investasi lainya adalah tetap pada suatu waktu (Nanga, 2005:123-124).
wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam
10
Negeri (PMDN) pertamakalinya dituangkan dalam UU no. 6 Tahun 1968
(Yuliadi, 2009:95). Didalam UU No.6/ 1968 tentang PMDN itu dijelaskan bahwa
Pasal 1 :
benda baik yang dimiliki oleh Negara maupun oleh swsta nasional atau
- Pihak swasta yang memiliki modal dalam negeri tersebut pasal 1 dapat
Pasal 2 :
badan hukum.
11
Selanjutnya dalam penjelasan pasal 2 diterangkan bahwa yang dimaksud
umumnya. Penanaman modal tersebut dilakukan dengan cara langsung yakni oleh
67).
dilakukan dalam bentuk badan usaha yang berbentuk badan hukum, atau usaha
(3) UUPM lebih lajut menjelaskan, penanaman modal dalam negeri dan asing
2. Membeli saham
undangan.
1. Teori Klasik
Menurut klasik, bunga adalah harga dari penggunaan pinjaman atau harga
yang terjadi dipasar dana investasi dalam suatu periode tertentu. Dalam
teori klasik juga berlaku apa yang disebut diminishing marginal produk.
12
mempunyai slope negatif. Tingkat bunga keseimbangan tercipta di pasar
dana investasi atau pasar barang dengan bertemunya antara penawaran dan
aliran perolehan yang diharapkan dimasa yang akan datang dengan biaya
3. Teori Neo-klasik
1. Suku Bunga
Dalam analisis neo-klasik yang lebih dipentingkan adalah suku bunga rill,
bukan suku bunga nominal. Apabila berlaku inflasi, suku bunga rill akan
semakin rendah. Pada ketika inflasi harga barang yang dijual perusahaan
murah. Oleh sebab itulah suku bunga yang perlu dipertimbangkan adalah
13
2. Tingkat Depresiasi
melakukan investai yang tinggi dan lebih banyak modal perlu dipinjam.
5. Kebijakan Pemerintahan.
pinjaman atau devisa untuk mengimpor barang modal dari luar negeri akan
4. Teori Investasi
1. Tingkat bunga
2. Inflasi
3. Kebijakan perpajakan
14
2.1.1.3. Kompenen-Kompenen Pengeluaran Investasi
2012:366-367) :
bentuk perumahan.
15
3. Perubahan dalam inventaris (inventory) perusahaan
meliputi bahan mentah yang belum diproses, barang setengah jadi yang
bendungan.
oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk
wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam
16
Penanam modal dalam negeri adalah perseorangan warga Negara
Indonesia, badan usaha Indonesia, Negara Republik Indonesia, atau daerah yang
modal dalam negeri adalah modal yang dimiliki oleh Negara Republik Indonesia,
perseorangan warga Negara Indonesia, atau badan usaha yang berbentuk badan
hukum atau tidak berbadan hukum. Penanaman modal dalam negeri dapat
dilakukan dalam bentuk badan usaha yang berbentuk badan hukum, tidak
perundang-undangan.
Indonesia (Pasal 1:1 UU No. 6/1968) baik langsung maupun tidak langsung
2. Pelaku Investasi : Negara dan swasta. Pihak swasta dapat terdiri dari orang
3. Bidang usaha : semua bidang yang terbuka bagi swasta, yang dibina,
masing daerah
17
Indonesia. Mematuhi ketentuan UU ketenagakerjaan (merupakan hak dari
karyawan).
menggunakan dana yang berasal baik dari dalam negeri maupun dari luar
negeri.
tertentu.
2. Pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin, atau
negeri.
18
3. Pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan penolong
tertentu.
modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat
2.1.2.1. Pengertian
Menurut klasik, bunga adalah harga dari penggunaan pinjaman atau harga
yang terjadi di pasar dana investasi dalam suatu periode tertentu. Jadi tingkat
bunga adalah harga yang harus dibayar bila terjadi pertukaran antara satu rupiah
sekarang dan satu rupiah dimasa yang akan datang (Widayatsari dan Mayes,
2012:64).
Pembayaran keatas modal yang dipinjam dari pihak lain dinamakan bunga.
misalnya 10%, 12% atau 15%. Bunga yang dinyatakan sebagai persentasi dari
menunjukkan suku bunga dari sejumlah modal di dalam satu tahun (Sukirno,
2009:375).
19
Suku bunga adalah ukuran keuntungan investasi yang dapat diperoleh
pemilik modal dan juga merupakan ukuran biaya modal yang harus dikeluaran
oleh perusahaan atas penggunaan dana dari pemilik modal. Bagi investor, bunga
dibandingkan bentuk simpanan lain, selain itu bunga deposito relatif kecil
tingkat suku bunga akan menyebabkan masyarakat akan lebih senang menabung
Menurut Hubbard (2005), bunga adalah biaya yang harus dibayar borrower
atas pinjaman yang diterima dan imbalan bagi lender atas investasinya.
harga dan sebagaiman harga lainnya maka tingkat suku bunga ditentukan oleh
Suku bunga kredit adalah harga tertentu yang harus dibayar oleh nasabah
kepada bank atas pinjaman yang diperolehnya. Bagi bank, bunga pinjaman
nasabah. Penetapan suku bunga kredit dilakukan berdasarkan risk based pricing
unsur, diantaranya unsur biaya dana masyarakat, biaya premi resiko, biaya
regulasi Giro Wajib Minimum (GWM), dan biaya over head baik untuk
penghimpunan dana dan proses kredit, biaya modal dan margin keuntungan bank.
20
2.1.2.2. Teori Suku Bunga
Menurut klasik, bunga adalah harga dari penggunaan pinjaman atau harga
Teori klasik ini biasa disebut sebagai suatu real theory of interest. Oleh
moneter tingkat bunga ditentukan oleh tabungan riil dan investasi. Dalam
teori klasik juga berlaku apa yang disebut deminishing marginal produk.
a. Motif transaksi
b. Motif berjaga-jaga
c. Motif spekulasi
Teori ini dikembangkan oleh John Hicks. John Hicks menekankan tentang
bunga murni. Alat analisa yang dipergunakan untuk menjelaskan teori ini
21
keseimbangan antara tingkat bunga dan pendapatan di pasar barang (pasar
4. Teori Fisher
panjang, tingkat bunga riil tidak dipengaruhi oleh laju inflasi. Namun perlu
diingat bahwa tabungan ini berlaku untuk jangka panjang (Widayatsari dan
Mayes, 2012:70)
melalui saluran suku bunga, tingkat bunga SBI merupakan salah satu
Bank sentral ingin meredam laju inflasi, maka bisa menaikan tingkat suku
beredar akan turun dan inflasi akan juga turun (Widayatsari dan Mayes,
2012:147).
1. Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk
diinvestasikan.
22
tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari industri tersebut akan meminjam
beredar. Ini berarti pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu
perekonomian.
balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan
2. Bunga Pinjaman merupakan bunga yang diberikan kepada para peminjam atau
harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Sebagai cotoh
bunga kredit.
Suku bunga kredit sangat bergantung pada jenis kredit itu sendiri. Menurut
tujuan penggunaannya, suku bunga kredit dibedakan menjadi tiga yaitu kredit
1. Suku bunga kredit modal kerja (working capital loan) adalah kredit yang
fasilitas kredit modal kerja yang diberikan baik dalam rupiah maupun valuta
23
asing untuk memenuhi modal kerja yang habis dalam satu siklus usaha dengan
pabrik, yang pelunasannya dari hasil usaha dengan barang-barang modal yang
dibiayai. Jangka waktu kredit ini umumnya lebih dari satu tahun.
3. Suku bunga kredit kosumsi ( consumer loan ) adalah kredit yang diberikan
bank untuk membiayai pembelian barang, yang tujuannya tidak untuk usaha
tetapi untuk pemakaian pribadi. Jangka waktu kredit ini dapat berjangka waktu
a. Bunga tetap (fixed rate) : suku bunga kredit ditentukan tetap sampai
suku bunga, apabila selama masa kredit tingkat bunga pasar naik, maka
rate, maka otomatis pihak bank sudah mengambil alih perubahan resiko
suku bunga pasar. Hal inilah yang menyebabkan kenapa suku bunga
secara fixed rate lebih tinggi dibandingkan dengan bunga kredit floating
rete.
besaran suku bunga kredit bergantung pada besaran bunga deposito dan
24
tabungan. Pinjaman dengan suku bunga fluktuatif secara otomatis akan
debitur, namun justru hal ini dapat menaikkan resiko kredit pada
akhirnya juga dapat menaikkan resiko kredit yang pada akhirnya juga
2.1.3. INFLASI
2.1.3.1. Pengertian
lainnya salah satunya yaitu semakin tingginya laju inflasi yang terjadi di
pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi
ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses
menurunnya nilai mata uang secara kontiniu. Inflasi adalah proses dari suatu
dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk
25
melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga
dapat mengambil alih, secara diam-diam dan sulit dilacak, sebagian besar jumlah
yaitu harga beras, bahan bakar, mobil naik, tingkat upah, harga tanah, sewa
barang-barang modal juga naik. Sedangkan deflasi terjadi apabila apabila harga-
dijumpai hampir pada semua Negara di dunia. Inflasi dapat didefenisikan sebagai
kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus- menerus.
Dengan kata lain inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan harga-
harga barang dan jasa secara umum. Kenaikan harga-harga tersebut menyebabkan
26
a. Inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation).
D1
D S
P1
Q Q1 Q
Keterangan :
P : harga
Cost push inflation adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat dari
27
Gambar 2.2 Cost Push Inflation
D S1
P1
Q Q1 Q
Keterangan :
P : harga
S : supply (penawaran)
2012:56) :
28
a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation)
bila terpaksa negara lain harus mengimpor barang tersebut maka harga
2. Teori Keyness
terjadi untuk suatu jangka waktu yang panjang atau bahkan untuk
29
jangka waktu yang tidak terbatas. Dengan adanya pengangguran, maka
(Nanga, 2005:241).
2005:242).
4. Teori strukturalis
amerika latin, dimana mereka , melihat inflasi itu sebagai sesuatu yang
30
negara-negara yang sedang berkembang tersebut. Kaum strukturalis
1. Inflasi moderat
angkanya masih dibawah 10 persen per tahun, atau inflasi satu angka/
satu digit. Dalam situasi inflasi moderat dan stabil, haraga-harga relatif
2. Inflasi ganas
Bentuk inflasi ini terjadi jika harga-harga mulai melonjak 20, 100, atau
200 persen per tahun, yang sering disebut dengan inflasi dua atau tiga
angka/digit.
31
3. Hiperinflasi
hiperinflasi. Tak ada sesuatu yang baik yang bisa dkatakan mengenai
Selama masa inflasi, semua harga dan upah tidaklah bergerak dengan
kecepatan sama, dengan perkataan lain terjadilah apa yang disebut perubahan
harga relatif. Dengan adanya harga-harga relatif berbeda ini, maka dua akibat
berlainan.
variabel tidak bebas yaitu variabel yang terikat / dipengaruhi oleh variabel
32
kredit dan inflasi sedangkan variabel dependennya investasi dalam negeri di
Provinsi Riau.
menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara suku bunga dengan jumlah
investasi. “suku bunga yang tinggi mengurangi investasi dan sebaliknya semakin
penentu dari stok capital yang diinginkan. Jadi, kebijakan moneter, melalui efek
atau pengaruhnya atas tingkat bunga dapat mempengaruhi stok capital dan
apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga
yang harus dibayar untuk dana investasi tersebut yang merupakan ongkos untuk
penggunaan dana atau cost of capital. Makin rendah tingkat bunga maka
33
menyebabkan penawaran dana untuk investasi akan menurun, sebagai akibatnya
disebabkan oleh terbatasnya penawaran dana yang dipinjamkan. Oleh karena itu,
selama inflasi menuntun kearah tingkat bunga riil yang rendah dan
inflasi disuatu Negara itu stabil. Hal ini dikarenakan dengan adanya kestabilan
dalam tingkat inflasi, maka tingkat harga barang-barang secara umum tidak akan
mengalami kenaikan dalam jumlah yang signifikan. Oleh karena itu, investor akan
merasa lebih terjamin untuk berinvestasi pada saat tingkat inflasi disuatu Negara
cenderung stabil atau rendah, dengan kata lain kenaikan inflasi akan menurun kan
minat investor untuk melakukan investasi, sebaliknya jika inflasi turun maka
yang telah dipublikasikan. Meskipun ruang lingkup hampir sama tetapi karena
objek dan periode waktu yang digunakan berbeda maka terdapat banyak hal yang
tidak sama sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk saling melengkapi.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Eni Setyowati dan Siti Fatimah NH (2007)
34
Negeri di Jawa Tengah Tahun 1980-2002”. Dengan variabel dependent
Investasi Dalam Negeri dan variabel indpendennya Suku Bunga, Inflasi, PDRB
dan Tenaga Kerja. Model yang dipakai dalam penelitian ini adalah model
estimasi OLS (Ordinary Least Square) dengan model koreksi kesalahan E-G
signifikan secara statistik dalam jangka waktu pendek adalah investasi dalam
dalam negeri, hasil estimasi jangka panjang menunjukkan bahwa variabel yang
inflasi, infrastruktur. Model yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis
inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan, dan variabel panjang jalan
35
tingkat suku bunga, inflasi, dan pengeluaran pemerintah. Penelitian ini
Least Square (OLS). Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan, tingkat suku
Jawa Tengah.
Tenaga Kerja, ekspor non migas dan krisis ekonomi terhadap penanaman
Sumatera Utara, varabel ekspor non migas mempunyai pengaruh positif dan
36
parameter positif dan signifikan terhadap PMDN di Jawa Tengah, variabel
Jawa Tengah.
6. Vio Acfhuda Putra (2010) dengan jurnal “Analisis Pengaruh Suku Bunga
analisis regresi kuadrat terkecil atau OLS. Menyimpulkan bahwa variabel suku
bunga dan inflasi mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
7. Cok Istri Sinta Regina Trisnu dan Ida Bagus Putu Purbadharmaja (2014)
dengan jurnal “Pengaruh PMDN dan PMA terhadap PDRB di Provinsi Bali”.
Dengan variabel dependent PDRB dan variable independent PMDN dan PMA.
signifikan terhadap PDRB di provinsi Bali. PMDN dan PMA secara parsial
37
Gambar 2.3
Suku Bunga
Kredit (%)
PMDN
(Triliun)
Inflasi (%)
atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Hipotesa merupakan
penelitian ini adalah diduga suku bunga kredit dan inflasi mempunyai hubungan
38
BAB III
METODE PENELITIAN
yang akurat agar dapat menghasilkan interpretasi dan kesimpulan yang akurat.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, yaitu
data yang dapat diukur dalam suatu skala numeric (angka). Data kuantitatif disini
berupa data runtun waktu (time series) yaitu data yang disusun menurut waktu
masyarakat pengguna data. Sumber data berasal dari berbagai sumber, antara lain
website Bank Indoesia, Badan Penanaman Modal dan Promosi Daerah Provinsi
Riau, Badan Pusat Statistik (BPS), meliputi data PMDN Riau, Suku bunga kredit,
39
studi. Teknik dokumentasi dilakukan dengan menelusuri dan
a. Variable Dependen
menggunakan model dalam negeri. Data yang digunakan yaitu data realisasi
PMDN Provinsi Riau tahun 1996 sampai tahun 2015, dinyatakan dalam
b. Variable Independen
Suku bunga kredit adalah harga dari suatu penggunaan uang atau
biasa juga dipandang sebagai sewa atas penggunaan uang untuk jangka
waktu tertentu. Atau harga dari meminjam uang untuk menggunakan daya
belinya dan biasanya dinyatakan dalam persen (%). Data tingkat suku
bunga Kredit yang digunakan adalah data tahunan dari tahun 1996 sampai
40
2. Inflasi
tingkat inflasi yang diperoleh dari Indeks Harga Konsumen (IHK). Data
yang diguakan adalah data inflasi tahun 1996 sampai tahun 2015, yang
3.5.Metode Analisis
Least Square/OLS). Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan alat bantu
yaitu dengan perhitungan pogram SPSS 17.0 (Statistical Product and Service
Solution). Analisis regresi ini adalah studi ketergantungan dari variable dependen
pada satu atau lebih variable lain, yaitu variable independen . Atau OLS ini juga
jumlah dari kuadrat kesalahan setiap observasi terhadap garis tersebut (Kuncoro,
2013:242)
41
Dari persamaan diatas ditransformasikan kedalam bentuk persamaan semi-
log, untuk menormalkan distribusi data yang ada, sehingga model persamaan
regresi menjadi :
Dimana:
β0 dan α0 = konstanta
β1…… β2 = koefisien regresi masing-masig variabel penjelas terhadap
PMDN
α1 …. α2 =koefisien regresi masing-masing variabel penjelas
terhadap PMDN
µ = error sampling
PMDN = realisasi investasi dalam negeri
Pengujian Hipotesis akan dilakukan beberapa uji yaitu Uji Asumsi Klasik
(simultan/ uji-F, uji koefisien regresi secara individual/ uji-t, koefisien korelasi/R,
terhadap asumsi klasik model regresi. Pelanggaran terhadap asumsi klasik akan
hasil statistik tidak akurat. Model regresi yang baik adalah tidak akan
42
1. Normalitas
Apabila pancaran titik atau data residual berada disekitar garis lurus
2. Multikolinieritas
melihat nilai Variance Inflated Factor atau VIF , dimana jika nilai VIF
lebih besar dari 10, maka dikatakan terdapat gejala Multikolinieritas. Dan
sebaliknya apabila VIF lebih kecil dari 10, dan maka tidak terdapat gejala
3. Heteroskedastisitas
bentuk varian gangguan estimasi yang dihasilkan oleh estimasi OLS tidak
dilihat dari scatter plot antara data residu yang telah distandarkan (sdresid)
43
dengan hasil prediksi variable dependen yang telah distandarkan (Zpred).
titik atau data tersebar tidak membentuk suatu pola tertentu (gujarati,
2006:91).
besar
besar
4. Autokolerasi
44
b) Jika nilai DW mendekati empat ( 4 ), maka tedapat adanya
adanya autokorelasi .
metode Two Stage Least Square (TSLS). Prinsip metode ini adalah dengan
(Yowono, 2005:146).
1. F-Statistik (Uji F)
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas yaitu suku bunga
kredit dan inflasi bersama-sama berpengaruh terhadap bvariabel tidak bebas yaitu
- Jika F hitung > F table, maka Ho ditolak, variabel bebas secara bersama-
- Jika F hitung < F table, maka Ho diterima, tidak adanya pengaruh antara
45
2. T-Statistik (uji-t)
(Kuncoro, 2013:244).
- Jika t hitung > t table, maka Ho ditolak, variabel bebas tertentu berpengaruh
- Jika t hitung < t table, maka Ho diterima, tidak adanya pengaruh antara
3. Koefisien Korelasi (R )
dengan variable dependen. Semakin besar nilai koefisien korelasi maka semakin
erat hubungan antara variable independen dan variable dependen atau sebaliknya
(Gujarati, 2007:53).
merupakan besaran yang paling lazim digunakan untuk mengukur kecocokan dari
46
Koefisien determinasi berganda digunakan untuk mengukur tingkat
ketepatan atau kecocokan (goodness of fit) dari regresi linier berganda yaitu
variable Y secara bersama-sama. Makin dekat R2 dengan satu, makin cocok garis
regresi untuk meramalkan Y. oleh karena itu R2 digunakan sebagai suatu criteria
untuk meramalkan variable tak bebas Y (goodness of fit criteria) dengan criteria
47
BAB IV
bahwa, Provinsi Riau memiliki luas area sebesar 8.915.016 hektar. 12 ibukota
ibukota provinsi dan berada pada ketinggian sekitar 2 hingga 91 meter dari
Bujur Timur.
mempunyai arti penting sebagai prasarana perhubungan seperti Sungai Siak (300
kilometer) dengan kedalaman 8-12 meter, Sungai Rokan (400 kilometer) dengan
kedalaman 6-8 meter, Sungai Kampar (400 kilometer) dengan kedalaman lebih
kurang 6 meter dan Sungai Indragiri (500 kilometer) dengan kedalaman 6-8
meter.
48
4.2. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Provinsi Riau tahun 2015 sebanyak 6.344.402 jiwa yang
terdiri dari penduduk laki-laki 3.257.561 jiwa dan 3.086.841 jiwa penduduk
perempuan dengan jumlah rumah tangga 1.522.673 dan rata-rata penduduk per
penduduk 1.038.118 jiwa atau sekitar 16,36 persen dari seluruh penduduk Riau.
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Provinsi Riau Menurut Jenis Kelamin Tahun
1996-2015
Jenis Kelamin
Jumlah
Tahun Laki-laki Perempuan
(Jiwa)
(Jiwa) (Jiwa)
1996 1.918.687 2.018.687 3.937.374
1997 2.043.820 2.023.820 4.067.640
1998 2.076.073 2.046.073 4.122.146
1999 2.106.796 2.106.000 4.212.796
2000 2.405.283 2.328.665 4.733.948
2001 2.339.592 2.386.617 4.726.209
2002 2.670.175 2.637.688 5.307.863
2003 2.847.636 2.710.244 5.557.880
2004 2.314.182 2.177.211 4.491.393
2005 2.363.669 2.251.261 4.614.930
2006 2.437.733 2.326.472 4.764.205
2007 2.678.084 2.392.868 5.070.952
2008 2.735.828 2.453.326 5.189.154
2009 2.794.617 2.511.916 5.306.533
2010 2.854.989 2.688.042 5.543.031
2011 2.943.836 2.782.405 5.726.241
2012 3.021.494 2.857.615 5.879.109
2013 3.099.760 2.933.508 6.033.268
2014 3.178.486 3.009.956 6.188.442
2015 3.257.561 3.086.841 6.344.402
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Riau, 2016
49
Tebel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota tahun 2011-2015
Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015
Kuantan Singingi 302.674 310.06 317.265 310.619 314.276
Indragiri Hulu 376.578 388.916 401.201 400.901 409.431
Indragiri Hilir 685.698 689.938 697.814 694.614 703.734
Pelalawan 312.738 332.075 352.207 377.221 369.990
Siak 390.359 405.85 421.477 428.499 440.841
Kampar 713.078 739.655 766.351 773.171 793.005
Rokan Hulu 492.006 517.577 543.857 568.576 592.278
Bengkalis 516.348 530.191 543.786 536.138 543.987
Rokan Hilir 573.211 595.695 618.355 627.233 644.680
Kepulauan Meranti 182.662 183.135 183.912 179.894 181.095
Riau sebagai daerah yang kaya dengan potensi dan kekayaan alam yang
melimpah, baik daratan dan bahari, menjadikan provinsi ini sebagai salah satu
daerah dengan perkembangan investasi baik di tanah air. Salah satu kelebihan lain
adalah suasana kondusif yang selalu terjaga, sehingga investor melirik daerah ini
dalam memanamkan modal usaha baik dari luar negeri ataupun domestik.
Potensi Riau dalam investasi sangat tinggi, bisa dilihat dari pertumbuhan
ekonomi yang selalu di atas rata-rata nasional. Sangat baik, karena geliat ekonomi
Riau akan terus meningkat. Di samping itu, kondisi kondusif di Riau merupakan
memang besar. Implikasi dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut juga
dilihat dari PSB Riau yang mengalami pertumbuhan yang cukup pesat dari tahun
ke tahun. Untuk tingkat inflasi di Provinsi Riau sedikit banyak dipengaruhi oleh
50
tingkat inflasi secara nasional yang kondisinua relatif cukup tinggi sebesar 17,11
persen pada tahun 2005. Angka inflasi naik dari 8,92 persen pada tahun 2004
menjadi 17,11 persen. Tatapi pada tahun 2006 inflasi dapat ditekan menjadi 6,32
persen dan terus mengalami fluktasi hingga akhir 2015 inflasi Riau sebesar 4,80
persen.
Sebagai daerah yang memiliki potensi kekayaan alam yang sangat besar
Tercatat saat ini beberapa industri yang sangat menonjol diantaranya adalah
Dalam Negeri (PMDN) secara kumulatif, investasi PMDN tahun 2011 sampai
tahun 2015 secara berturut-turut adalah Rp.7.462,6 trliun, Rp.5.450,43 triliun, Rp.
investasi Penanaman Modal Asing (PMA) berturut-turut dari tahun 2011 sampai
2015 adalah 212,34 juta US Dollar, 1.152,85 juta US Dollar, 1.304.95 juta US
51
BAB V
ekonomi, salah satunya dengan adanya penanaman modal dalam negeri (PMDN).
modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Penanaman modal
Oleh karena itu PMDN merupakan peranan penting sebagai alternative sember
52
Tabel 5.1. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Riau tahun
1996-2015
Pada tabel 5.1 dapat dilihat Penanaman Modal Dalam Negeri setiap
tahunnya mengalami fluktasi. Pada tahun 2015 merupakan nilai investasi tertinggi
di Riau yaitu sebesar Rp. 9.943,04 triliun dengan perkembangan sebesar 29,00%.
Tertinggi kedua terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar Rp.7.707,55 triliun dengan
perkembangan sebesar 58,12%. Selanjutnya tertinggi tiga terjadi pada tahun 2011
tahun 2003 merupakan investasi terendah 20 Tahun terakhir yaitu sebesar 251,69
53
5.2. Perkembangan Suku Bunga Kredit di Provinsi Riau
segala sesuatu yang telah disepakati yaitu dapat berupa barang, uang, atau jasa.
Suku bunga merupakan imbalan jasa untuk penggunaan uang atau modal yang
dibayar pada waktu yang disetujui, umumnya dinyatakan sebagai persentase dari
modal pokok atau bisa juga sebagai pendapatan atas setiap investasi modal. Pada
perekonomian suatu negara, tingkat suku bunga mempunyai peranan penting baik
pada tingkat mikro maupun pada tingkat makro. Dalam tingkat mikro, tingkat
suku bunga merupakan harga yang mempunyai peran dalam alokasi sumber untuk
penggunaan alternatif. Pada tingkat makro, tingkat suku bunga merupakan faktor
yang dapat berpengaruh tingkat harga umum, pendapatan dan kesempatan kerja.
dengan barang dan jasa dapat juga mendorong masyarakat menukarkan uangnya
tersebut yang berarti pula terjadinya penurunan suku bunga dari asset keuangan
tersebut. Penurunan suku bunga tersebut akan mengurangi biaya modal (cost of
capital) dan pada gilirannya akan mendorong kegiatan produksi dan investasi
kerja. Namun disisi lain penurunan suku bunga sebagai akibat ekspansi moneter
dapat mendorong perpindahan capital ke luar negeri atau capital flight, khususnya
54
ke Negara dimana tingkat bunga dinegara tersebut lebih menguntungkan. Capital
flight pada gilirannya akan merugikan neraca pembayaran (Aulia Pohan, 2008:6).
Tabel 5.2. Perkembangan Suku Bunga Kredit di Provinsi Riau tahun 1996-
2015
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa Suku Bunga Kredit cenderung
mengalami penurunan setiap tahun nya, ini juga dapat dilihat dari perkembangan
suku bunga setiap tahunnya. Pada tahu 2002 merupakan suku bunga tertinggi
dimana mencapai angka 18,00% dengan perkembangan 1,12%. Hal ini merupakan
55
sebagai akibat dari terjadi nya kerusahan di beberapa daerah, munculnya isu
penurunan investasi pada tahun 2001 sampai 2003. Pada tahun 2003 sampai tahun
2012 suku bunga terus mengalami penurunan dengan perkembangan yang negatif
setiap tahunnya. Kemudian suku bunga terendah terjadi pada tahun 2012 yaitu
inflasi. Angka inflasi merupakan salah satu stabilitas ekonomi yang mencerinkan
perubahan harga suatu Negara . laju inflasi biasanya disebabkan oleh naik turunya
produksi barang dan jasa, distribusinya, dan juga disebabkan oleh peredaran uang
disuatu wilayah.
Di bidang moneter, laju inflasi yang tinggi dan tidak terkendali dapat
dikarenakan tingkat inflasi yang tinggi menyebabkan tingkat suku bunga riil
masyarakat akan menurun. Di samping itu, suku bunga riil yang relative rendah
dibandingkan dengan suku bunga riil di luar negeri dapat menimbulkan pengaliran
56
Adapun perkembangan inflasi di Riau dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa inflasi diriau mengalami fluktasi
Inflasi di provinsi Riau mengalami titik tertinggginya terjadi pada tahun 1998
terjadi sebagai dampak dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada waktu
itu. Pada tahun 1999 inflasi mengalami penurunan yang signifiakan berada pada
titik terendahnya yaitu sebesar 4,35% dengan perkembangan -94,26%. Hal ini
57
mengindikasikan adanya perbaikan dalam perekonomi Indonesia pasca krisis
pada tahun 2005 inflasi kembali mengalami kenaikan mencapai 17,10% dengan
perkembangan 91,70%. Hal ini disebabkan oleh adanya kenaikan BBM yang
Pada bab ini akan disajikan hasil pengolahan data termasuk pembahasan
atas data hasil olahan tersebut. Selain itu, secara berurutan pada bab ini akan
dibahas gambaran umum hasil penelitian yang meliputi analisis regresi, pengujian
variabel secara parsial (uji t) sehingga pada akhirnya diperoleh hasil yang
merupakan tujuan dari penelitian ini. Berikut ini dapat dilihat ringkasan hasil
58
Berdasarkan tabel ringkasan diatas didapatkan persamaan regresi linear
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas dan variabel
terikat mempunyai distribusi normal. Maksud data distribusi normal adalah data
akan mengikuti arah garis diagonal dan menyebar disekitar garis diagonal. Uji
normalitas dilakukan untuk menguji apakah nilai residual yang telah distandarisasi
pada model regresi berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual dikatakan
59
1) Analisa Grafik Histogram
Gambar 5.1
kurva lonceng maka nilai residual tersebut dinyatakan normal atau data
berdistribusi normal.
Gambar 5.2
60
Berdasarkan hasil olahan data penelitian pada Gambar 5.2 dapat dilihat
bahwa titik-titik yang berada pada gambar tersebut menyebar mengikuti garis
diagonal. Sehingga grafik P-Plot ini membuktikan bahwa data yang digunakan
Unstandardized
Residual
N 20
Normal Mean .0000000
Parametersa,,b Std. Deviation .36095423
Most Extreme Absolute .078
Differences Positive .073
Negative -.078
Kolmogorov-Smirnov Z .347
Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000
Sumber: Hasil SPSS 17.0 (diolah), 201
Berdasarkan hasil olahan data penelitian pada tabel 5.5 dapat dilihat bahwa
probabilitas signifikan > 5% dan data dikatakan tidak berdistribusi normal jika
nilai probabilitas signifikan < 5%. Dari hasil olahan terdapat asymp. Sig (2-tailed)
sebesar 1,000 berarti data dapat dikatakan berdistribusi normal karena nilai
2. Uji Multikolinearitas
dependent.
61
Berdasarkan tabel 5.3 hasil perhitungan nilai tolerance value pada hasil
analisis data, diperoleh nilai VIF (Variance inflation factor) untuk suku bunga
sebesar 2,988 (<10), dengan nilai tolerance 0,335 (>0,1), selanjutnya VIF
(Variance inflation factor) inflasi sebesar 4,147 (<10), dan nilai tolerance 0,241
(>0,1). Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut bebas dari
multikolinearitas.
3. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas berarti ada varian variabel pada model regresi yang tidak sama
homoskedastisitas, yaitu asumsi bahwa residu atau deviasi dari garis yang paling
62
Gambar 5.3
tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas. Dapat disimpulkan bahwa model
4. Uji Autokerelasi
Dari hasil perhitungan ditabel 5.3 diperoleh nilai D-W sebesar 1,348
sehingga D-W berada diantara -2 sampai +2 dan dapat disimpulkan bahwa model
63
5.4.2. Uji Statistik
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS 17.0 for windows maka
Dari hasil persamaan regresi linier berganda tersebut diatas, maka dapat dianalisis
a) Nilai Konstanta
suku bunga kredit dan inflasi bernilai nol, maka penanaman modal dalam negeri
arti bahwa disaat variabel lain dianggap tetap, maka kenaikan suku bunga kredit
disaat variabel lain dianggap tetap, maka kenaikan inflasi sebesar 1% akan
8. Uji F-Simultan
< α (0,000 < 0,05) maka Ho ditolak dan H1 diterima. Ini berarti bahwa jumlah
uang beredar dan suku bunga berpengaruh secara simultan terhadap Penanaman
64
9. Uji Parsial (uji t)
Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan uji parsial (uji t) maka
untuk menentukan nilai t statistik tabel digunakan tingkat signifikan α yaitu 5%.
yang dibuat diawal riset akan diterima atau ditolak. Atau suatu tingkat keyakinan
Hal ini juga dapat dilihat dari nilai t-statistiknya yaitu sebesar 2,288
lebih besar dari t-tabel yaitu 1,74, sehingga Ho ditolak dan H1 diterima.
Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan suku bunga keredit
sebesar 0,413 > α (0,05). Hal ini juga dapat dilihat dari nilai t-
statistiknya yaitu 0,842 lebih kecil dari t-tabel yaitu 1,74, yang artinya
65
3. Koefisien Determinasi (Adjusted R-Square)
diperoleh nilai Adjusted R-Square 0,855. Hal ini berarti sekitar 85% Penanaman
modal dalam negeri dapat dijelaskan oleh variable, suku bunga kredit dan inflasi.
Sementara sekitar 15% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
5.2. Pembahasan
Arah tanda koefisien regresi dari variabel suku bunga, mempunyai arah
yang negatif. Hal ini menunjukkan kesesuaian antara teori dan hipotesis yang
Riau maka tingkat suku bunga yang stabil dan rendah sangat diperlukan dan harus
diusahakan oleh bank sentral. Karena kanaikan tingkat suku bunga sebesar 1
tingat suku bunga maka harapan untuk mendaptkan keuntungan akan meningkat.
66
Membesarnya tingkat keuntungan yang diharapkan akan mendorong pengusaha
meningkatkan/melakukan investasi.
Arah tanda variabel tingkat suku bunga bertanda negative dan signifikan
pada derajat kepercayaan 95 persen, hal ini mengandung arti bahwa dalam jangka
bunga, yang berarti dengan meningkatnya suku bunga maka investasi akan
menurun.
Trisno pada tahun 2003 dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh
Terhadap PMA dan PMDN di Provinsi Jawa Tengah tahun 1970-2000, yang
menyatakan bahwa suku bunga kredit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
di Provinsi Riau.
(2010) juga menemukan hasil yang sama, yaitu tingkat inflasi mempunyai
67
pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap PMDN di Jawa Tengah. Dengan
68
BAB VI
6.1. Kesimpulan
Suku Bunga Kredit berpengaruh negatif dan sigifikan dengan tingkat signifikan
sebesar 0,037 dan koefisien -0,1895 yang artinya setiap kenaikan kenaikan suku
bunga kredit 1 persen akan mengurangi PMDN sebesar 0,1895%. Variabel inflasi
berpengaruh negatif dan tidak signifikan dengan tingkat siginifikan sebesar 0,413
dan koefisien -0,0102 yang artinya setiap kenaikan inflasi sebesar 1 persen akan
6.2. Saran
lebih stabil untuk menjaga suku bunga tetap berada pada angka yang tidak
roda perekonomian.
69
2. Pemerintah harus lebih lihai dalam menarik investor baik dalam maupun
investasi.
pemilik modal asing dan pemilik modal dalam negeri tetapi juga kepada
70
DAFTAR PUSTAKA
71
Samuelson, Paul A. dan William D.Nhurdhaus. 1997. Ekonomi (terjemahaan).
Jakarta: Erlangga.
Sasana, Hadi. 2008. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi Swasta
di Jawa Tengah. FE-UNDIP. Vol-1(No.1).
Setyowati, Eni dan Siti Fatimah. 2007. Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Investasi Dalam Negeri di Jawa Tengah tahun 1980-2002.
Surakarta. Vol-8 (no.1).
Siahaan, Djames. 2010. Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Ekspor Non Migas dan
Krisis Ekonomi terhadap Penanaman Modal Dalam Negri (PMDN)
Propinsi Sumatera Utara Tahun 1985-2008. Staff Pengajar Jurusan
Administrasi Niaga Politeknik Negri Medan. Vol-1(No.2).
Sjafrizal.2012. Ekonomi Wilayah dan Perkotaan. Jakarta: Rajawali Pers.
Sukirno, Sadono. 2009. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sukirno, Sadono. 2012. Makro Ekonomi Modren. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Supranto. 1990. Ekonometrika. Jakarta :FE-UI.
Trisno, Prambudi Traju. 2000. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh
Terhadap PMA dan PMDN di Provinsi Jawa Tengah Tahun 1970-2000.
Semarang.
Trisnu, Cok Istri Sinta Regina dan Ida Bagus Putu Purbadharmaja.2014.
Pengaruh PMDN dan PMA terhadap PDRB di Provinsi Bali.Bali.Vol-3
(no.3).
72
http//www.academia.edu/4556500/investasi_riau_kebijakan_pemerintah_pemilik_
modal/
http//www.perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/blob/f16792/riau
%20manfaatkan%20otonomi.htm/
LAMPIRAN
73
Lampiran 2 : Hasil Olahan Data SPSS 17.0
Regression
Descriptive Statistics
Model Summaryb
Model Summaryb
Change Statistics
R Square
Model Change F Change df1 df2 Sig. F Change Durbin-Watson
74
ANOVAb
Total 21.613 19
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Coefficientsa
Collinearity Statistics
75
Residuals Statisticsa
76
Charts
77
78
79
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 20
Positive .073
Negative -.078
Kolmogorov-Smirnov Z .347
NPar Test
Runs Test
Unstandardized
Residual
Total Cases 20
Number of Runs 7
Z -1.608
a. Median
80