You are on page 1of 25

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA

REAKSI UJI PROTEIN

NAMA : RR.DYAH RORO ARIWULAN

NIM : H 411 10 272

KELOMPOK : IV (EMPAT)

ASISTEN : ASMAN KUMIK

HARI/TANGGAL : RABU/26 OKTOBER 2011

LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Protein merupakan salah satu unsur terpenting penyusun makhluk hidup.

Seperti halnya unsur lainnya seperti karbohidrat, protein juga memiliki sifat dan

fungsi. Sifat-sifat dan fungsi protein ditentukan oleh jenis dan urutan asam amino.

Beberapa fungsi utama protein dalam organisme kehidupan antara lain; sebagai

bahan penyusun selaput sel dan dinding sel, jaringan pengikat, pembentuk

membran sel, mengangkut molekul-molekul lain (hemoglobin) dan sebagai zat

antibodi.

Di dalam kehidupan, protein memegang peranan yang penting pula. Proses

kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu

protein yang berfungsi sebagai biokatalisator.

Kita dapat memperoleh protein dari bahan makanan yang banyak

mengandung protein, misalnya pada hewan terkandung protein hewani, sedangkan

pada tumbuhan terkandung protein nabati.

Protein merupakan polipeptida berbobot molekul tinggi yang terdapat

secara alami. Polipeptida yang memiliki hanya asam amino saja digolongkan

sebagai protein sederhana. Protein terkonjugasi mengandung komponen bukan

asam amino yang dikenal sebagai gugus prostetik di samping kerangka utama

asam amino.

Dalam ilmu Kimia, pencampuran atau penambahan suatu senyawa

dengan senyawa yang lain dikatakan bereaksi bila menunjukkan adanya tanda
terjadinya reaksi, yaitu: adanya perubahan warna, timbul gas, bau, perubahan

suhu, dan adanya endapan. Pencampuran yang tidak disertai dengan tanda

demikian, dikatakan tidak terjadi reaksi kimia. Ada beberapa reaksi khas dari

protein yang menunjukkan efek/tanda terjadinya reaksi kimia, yang berbeda-beda

antara pereaksi yang satu dengan pereaksi yang lainnya. Semisal reaksi uji

protein (albumin) dengan Biuret test yang menunjukkan perubahan warna, belum

tentu sama dengan pereaksi uji lainnya.

Untuk membuktikan kebenaran teori tersebut maka dianggap penting

melakukan percobaan ini

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Untuk mengetahui dan menguji kandungan protein dalam senyawa

sampel.

1.2.2 Tujuan Percobaan

1. Untuk mengidentifikasi adanya protein dengan tes biuret.

2. Untuk mengidentifikasi adanya protein dengan tes pengendapan logam.

3. Untuk mengidentiikasi adanya protein dengan tes pengendapan dengan

alkohol.

1.3 Prinsip Percobaan

Reaksi Biuret Ikatan peptida yang menyusun protein dalam suasana basa

akan berwarna ungu dengan Cu. Pengendapan dengan Logam Reaksi ion logam

dengan protein mengakibatkan terjadinya endapan. Pengendapan dengan Alkohol

menyebabkan penurunan kelarutan protein akibat penambahan pelarut organik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Protein adalah molekul raksasa yang terdiri dari satuan-satuan kecil

penyusunnya yang disebut asam amino yang tersusun dalam urutan tertentu,

dengan jumlah dan struktur tertentu. Molekul-molekul ini merupakan bahan

pembangun sel hidup. Protein yang paling sederhana terdiri atas 50 asam amino,

tetapi ada beberapa protein yang memiliki ribuan asam amino. Hal yang

terpenting adalah ketidakhadiran, penambahan, atau penggantian satu saja asam

amino pada sebuah struktur protein dapat menyebabkan protein tersebut menjadi

gumpalan molekul yang tidak berguna. Setiap asam amino harus terletak pada

urutan yang benar dan struktur yang tepat (Poedjiadi, 1994).

Protein yang terdapat dalam makanan kita dicernakan dalam lambung dan

usus menjadi asam-asam amino, yang diabsorsi dan dibawa oleh darah ke hati.

Sebagian asam amino diambil oleh hati, sebagian lagi diedarkan ke dalam

jaringan-jaringan di luar hati. Protein dalam sel-sel tubuh dibentuk dari asam

amino. Bila ada kelebihan asam amino dari jumlah yang digunakan untuk

biosintesis protein, kelebihan asam amino akan diubah menjadi asam keto yang

dapat masuk kedalam siklus asam sitrat atau diubah menjadi urea. Hati merupakan

organ tubuh dimana terjadi reaksi katabolisme maupun anabolisme. Asam amino

yang dibuat dalam hati, maupun yang dihasilkan dari proses katabolisme protein

dibawa oleh darah ke dalam jaringan untuk digunakan. Asam amino yang terdapat

dalam darah berasal dari tiga sumber, yaitu absorpsi melalui dinding usus, hasil
penguraian protein dalam sel dan hasil sintesis asam amino dalam sel (Poedjiadi,

1994).

Asam amino adalah monomer protein yang mempunyai dua gugus fungsi

yaitu gugus amino dan gugus hidroksil. Jumlah asam amino yang terdapat di alam

ada beratus – ratus jumlahnya, namun yang diketahui ikut membangun protein

hanya sekitar 20 macam. Sifat asam amino antara lain memiliki titik leleh di atas

200 °C, larut dalam senyawa polar dan tidak larut dalam senyawa nonpolar serta

memiliki momen dipol yang besar (Anonim a, 2011).

Beberapa Reaksi Uji Protein (Page, 1989) :

A. Percobaan berdasarkan reaksi warna:

1) Percobaan kadar-N

Kapur natron, yaitu campuran NaOH dan Ca(OH)2 dalam tabung reaksi

dengan larutan protein dipanaskan. Keluarlah Amoniak dan

Amina.Lakmus merah yang dibasahi menjadi biru.

2) Reaksi Xantoprotein

Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati ke dalam larutan

protein. Setelah dicampur terjadi pengendapan putih yang dapat berubah

menjadikuning apabila dipanaskan.. reaksi yang terjadi ialah nitrasi pada

inti Benzen yang terdapata pada molekul protein. Jadi, reaksi ini positif

untuk protein, fenilalanin dan triptofan. Kulit kita bila kena asam nitrat

berwarna kuning, itu juga karena terjadi reaksi xantoprotein ini.

3) Reaksi Millon

Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam

nitrat, apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan


menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh

pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena

terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna.

Protein yang mengandung tirosin akan memberikan reaksi positif.

4) Reaksi Biuret

Larutan Protein + NaOH + CuSO4 lembayung

Berlaku untuk senyawaan yang mempunyai jumlah ikatan peptida > 1. Reaksi ini

dapat dipakai untuk penentuan protein secara kualitatif dan kuantitatif.

Beberapa reaksi uji terhadap protein, tes biuret merupakan salah satu cara

untuk mengidentifikasi adanya protein, dalam larutan basa biuret memberikan

warna violet dengan CuSO4 karena akan terbentuk kompleks Cu2+ dengan gugus

CO dan gugus NH dari rantai peptida dalam suasana basa. Pengendapan dengan

logam diketahui bahwa protein mempunyai daya untuk menawarkan racun.

Salting out, apabila terdapat garam-garam anorganik alam presentase tinggi dalam

larutan protein, maka kelarutan protein akan berkurang, sehingga mengakibatkan

pengendapan. Pengendapan dengan alkohol, penambahan pelarut organik seperti

aseton atau alkohol akan menurunkan kelarutan protein pada kedudukan dan

distribusi dari gugus hidrofil polar dan hidrofob polar di dalam molekul hingga

menghasilkan protein yang dipol (Tim Dosen Kimia, 2011).

Fungsi protein di dalam tubuh kita sangat banyak, bahkan banyak dari

proses pertumbuhan tubuh manusia dipengaruhi oleh protein yang terkandung di

dalam tubuh kita. Di bawah ini beberapa fungsi protein yaitu (Anonim b, 2011):

a. Sebagai enzim
Hampir semua reaksi biologis dipercepat atau dibantu oleh suatu senyawa

makromolekul spesifik yang disebut enzim, dari reaksi yang

sangat sederhana seperti reaksi transportasi karbon dioksida sampai yang sangat

rumit seperti replikasi kromosom. Protein besar peranannya terhadap perubahan-

perubahan kimia dalam sistem biologis.

b. Alat pengangkut dan penyimpan

Banyak molekul dengan MB kecil serta beberapa ion dapat diangkut atau

dipindahkan oleh protein-protein tertentu. Misalnya hemoglobin mengangkut

oksigen dalam eritrosit, sedangkan mioglobin mengangkut oksigen dalam otot.

Pengatur pergerakan Protein merupakan komponen utama daging, gerakan otot

terjadi karena adanya dua molekul protein yang saling bergeseran.

c. Penunjang mekanis

Kekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang disebabkan adanya kolagen,

suatu protein berbentuk bulat panjang dan mudah membentuk serabut. Pertahanan

tubuh atau imunisasi Pertahanan tubuh biasanya dalam bentuk antibodi, yaitu

suatu protein khusus yang dapat mengenal dan menempel atau mengikat benda-

benda asing yang masuk ke dalam tubuh seperti virus, bakteri, dan sel- sel asing

lain.

d. Media perambatan impuls syaraf

Protein yang mempunyai fungsi ini biasanya berbentuk reseptor, misalnya

rodopsin, suatu protein yang bertindak sebagai reseptor

penerima warna atau cahaya pada sel-sel mata.

e. Pengendalian pertumbuhan
Protein ini bekerja sebagai reseptor (dalam bakteri) yang dapat

mempengaruhi fungsi bagian-bagian DNA yang mengatur sifat dan karakter

bahan

Struktur asam amino secara umum adalah satu atom C yang mengikat

empat gugus: gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH), atom hidrogen (H),

dan satu gugus sisa (R, dari residue) atau disebut juga gugus atau rantai samping

yang membedakan satu asam amino dengan asam amino lainnya. Atom C pusat

tersebut dinamai atom Cα ("C-alfa") sesuai dengan penamaan senyawa bergugus

karboksil, yaitu atom C yang berikatan langsung dengan gugus karboksil. Oleh

karena gugus amina juga terikat pada atom Cα ini, senyawa tersebut merupakan

asam α-amino. Asam amino biasanya diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia

rantai samping tersebut menjadi empat kelompok. Rantai samping dapat membuat

asam amino bersifat asam lemah, basa lemah, hidrofilik jika polar, dan hidrofobik

jika nonpolar (Anonim a, 2010).

Dari struktur umumnya, asam amino mempunyai dua gugus pada tiap

molekulnya, yaitu gugus amino dan gugus karboksil, yang digambarkan sebagai

struktur ion dipolar. Gugus amino dan gugus karboksil pada asam amino

menunjukkan sifat-sifat spesifiknya. Karena asam amino mengandung kedua

gugus tersebut, senyawa ini akan memberikan reaksi kimia yang yang mencirikan

gugus-gugusnya. Sebagai contoh adalah reaksi asetilasi dan esterifikasi. Asam

amino juga bersifat amfoter, yaitu dapat bersifat sebagai asam dan memberikan

proton kepada basa kuat, atau dapat bersifat sebagai basa dan menerima proton

dari basa kuat (Girindra, 1986).


Semua asam amino yang ditemukan pada protein mempunyai ciri yang

sama, gugus karboksil dan amino diikat pada atom karbon yang sama. Masing-

masing berbeda satu dengan yang lain pada gugus R-nya, yang bervariasi dalam

struktur, ukuran, muatan listrik, dan kelarutan dalam air. Beberapa asam amino

mempunyai reaksi yang spesifik yang melibatkan gugus R-nya (Girindra, 1986).

Melalui reaksi hidrolisis protein telah didapatkan 20 macam asam amino

yang dibagi berdasarkan gugus R-nya, berikut dijabarkan penggolongan tersebut :

asam amino non-polar dengan gugus R yang hidrofobik, antara lain Alanin, Valin,

Leusin, Isoleusin, Prolin, Fenilalanin, Triptofan dan Metionin. Golongan kedua

yaitu asam amino polar tanpa muatan pada gugus R yang beranggotakan Lisin,

Serin, Treonin, Sistein, Tirosin, Asparagin dan Glutamin. Golongan ketiga yaitu

asam amino yang bermuatan positif pada gugus R dan golongan keempat yaitu

asam amino yang bermuatan negatif pada gugus R. Dari ke-20 asam amino yang

ada, dijumpai delapan macam asam amino esensial yaitu valin, leusin, Isoleusin,

metionin, Fenilalanin, Triptofan, Treonin, dan Lisin. Asam amino essensial ini

tidak bisa disintesis sendiri oleh tubuh manusia sehingga harus didapatkan dari

luar seperti makanan dan zat nutrisi lainnya (Girindra, 1986).


BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah NaOH 2,5 M, CuSO4

0,01 M, HgCL2 0,2 M, (CH3COO)2Pb 0,2 M, Larutan albumin, HCl 0,1 M,

NaOH 0,1 M, Etanol 95 % dan buffer pH 4,7, larutan asam amino (glisin, asam

aspartat, alanin, albumin).

3.2 Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak

tabung, pipet tetes, pipet skala, sikat tabung.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Tes Biuret

3 ml larutan protein ditambah dengan 1 ml NaOH 2,5 M, dicampurkan

dengan baik, ditambahkan dengan setetes CuSO4 0,01 M kemudian dicampurkan,

jika timbul warna, ditambahkan lagi setetes atau lebih CuSO4, diulangi percobaan

ini dengan menggunakan larutan asam amino.

3.3.2 Pengendapan dengan Logam

3 ml larutan protein ditambahkan dengan 5 tetes HgCl2 0,2 M. Ulangi

percobaan dengan menggunakan (CH3COO)2Pb.

3.3.3 Pengendapan dengan Alkohol

Tabung I diisi dengan 2,5 ml larutan albumin lalu ditambahkan dengan 0,5

ml HCl 0,1 M dan3 ml etanol 95 %. Tabung II diisi dengan 2,5 ml larutan albumin
lalu ditambahkan dengan 0,5 ml NaOH 0,1 M kemudian ditambahkan dengan 3

ml Etanol 95 %. Tabung III diisi dengan 2,5 ml larutan albumin lalu ditambahkan

dengan 0,5 ml buffer asetat pH 4,7 kemudian ditambahkan dengan 3 ml etanol 95

%.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Pada reaksi uji protein dengan tes Biuret bereaksi positif dengan

menghasilkan larutan yang berwarna violet/ungu.

2. Pada reaksi uji protein dengan penambahan logam berat seperti logam Hg

dan Pb bereaksi positif dengan adanya pengendapan.

3. Pada reaksi uji protein dengan pengendapan alkohol bereaksi positif pada

suasana asam dan basa serta tergantung pada pH reaksi.

5.2 Saran

Untuk asisten dan laboratorium sudah baik, sedang untuk percobaan

mungkin bisa ditambahkan asam amino lain sebagai pembanding.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim a, 2011, Asam Amino. http://id.wikipedia.org/wiki/asam_amino, diakses


tanggal 21 oktober 2011,pukul 18.00 WITA.

Anonim b, 2011, Fingsi protein. http://chem-is-try.org/fungsi_protein , diakses


tanggal 28 oktober 2011,pukul 20.15 WITA.

Fessenden, Ralph J., Joan S. Fessenden, 1997, Dasar-dasar Kimia Organik,


Binarupa Aksara, Jakarta.

Girindra, A., 1986, Biokimia I, Gramedia, Jakarta.

Page, D., S., 1998, Prinsip-prinsip Biokimia, Erlangga, Jakarta.

Poedjiadi, A., 1994, Dasar-dasar Biokimia, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Tim Dosen Kimia., 2011, Penuntun Praktikum Biokimia Umum, Laboratorium


Biokimia, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Winarno, F., G., 1991, Kimia Pangan dan Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 26 Oktober 2011

Asisten Praktikan

ASMAN KUMIK RR.DYAH RORO ARIWULAN


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Tes Biuret

CuSO4 0,01 M
Larutan contoh NaOH 2,5 M CuSO4 0,01 M
berlebih
Glisin Bening Biru Biru

Alanin Bening Biru Biru tua

Asam aspartat Bening Bening bening

Albumin Bening Bening Ungu muda(violet)


keunguan

4.1.2 Pengendapan dengan Logam

No Larutan contoh HgCl2 0,2 M (CH3COO)2Pb


1. Glisin Bening Bening

2. Alanin Bening Bening

3. Albumin Putih pekat + endapan Putih kekuningan, pekat,

putih endapan

4. Asam Aspartat Bening Bening

4.1.3 Pengendapan dengan Alkohol

Larutan Contoh Tabung I Tabung II Tabung III

Putih keruh Terbentuk 2 Terbentuk 2

lapisan Lapisan, endapan

4.2 Reaksi
4.2.1 Tes Biuret

 Albumin

O O

ll ll

2 H2N - CH-C - NH-CH - C - OH + 2 NaOH + CuSO4

R R n

CH - C NH - CH

Cu2+

CH - NH C - Cu

 Serin

2 CH - CH-COOH + 2 NaOH + CuSO4

l l

OH NH2

 Glisin

O O

H-CH-C-OH + NaOH H-CH-C-ONa + H2O + CuSO4

NH2 NH2

 Alanin

H3C - CH-COOH + 2 NaOH + CuSO4


l

NH2

4.2.2 Pengendapan dengan Logam

 HgCl2

O O O

2H2N-CH-C - NH-CH-C - NH-CH- C -OH + HgCl2

R R n R

O O O

2H2N-CH-C - NH-CH-C - NH-CH- C- O

R R n R

Hg2+ + 2 HCl

O O O

2H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C - O

R R n R

 Serin

CH2 – CH - COOH + HgCl2

l l

OH NH2

 Glisin

H - CH-COOH + HgCl2
l

NH2

 Alanin

H3C-CH – COOH + HgCl2

NH2

(CH3COO)2 Pb

O O

ll ll

2 H2N - CH-C - NH-CH - C - OH + (CH3COO)2 Pb

R R n

O O

ll ll

H2N - CH-C – NH–CH - C - O

R n

Pb6+ + H+ + CH3COO -

O O

ll ll

H2N - CH-C – N – CH - C - O
R R n

 Glisin

H - CH-COOH + (CH3COO)2 Pb

NH2

 Alanin

H3C-CH – COOH + (CH3COO)2 Pb

NH2

4.2.3 Pengendapan dengan Alkohol

 NaOH

O O O

H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –OH + OH-

R R n R

O O O

H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –O- + C2H5OH

R R n R

O O O

H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –OC2H5 + OH- + H2O

R R n R
 HCl

O O O

H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –OH + H+

R R n R

O O O

H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –+OH2 + C2H5OH

R R n R

O O O

H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –OC2H5 + H+ + H2O

R R n R

 Buffer pH 4,7

O O O

H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –OH + C2H5 OH

R R n R

O O O

H2N-CH-C - NH-CH-C - NH- CH- C –OC2H5 + H2O

R R n R

4.3 Pembahasan

4.3.1 Tes Biuret


Tes biuret merupakan salah satu tes uji protein, bekerja pada suasana basa,

dan akan memberikan perubahan warna pada larutan yang diuji menjadi berwarna

violet dengan CuSO4 , karena terbentuk kimpleks Cu2+ dengan gugus CO dan

gugus NH dari rantai peptida dalam suasana basa.

Pada tes biuret ini, penambahan NaOH 2,5 M akan mengendapkan protein

pada larutan Albumin, hal ini ditandai dengan bertambah jernihnya larutan

albumin yang keruh. Pada larutan asam amino, penambahan NaOH 2,5 M tidak

menyebabkan perubahan yang berarti. Pada penambahan CuSO4 0,01 M sebanyak

1 tetes menyebabkan larutan albumin mengalami perubahan yaitu larutan ini tidak

tercampur dengan baik dan perubahan warna menjadi ungu muda atau violet

hanya pada permukaan saja, sedangkan pada larutan asam amino glisin dan alanin

terjadi perubahan warna pada permukaanya yaitu berwarna biru, sedangkan pada

serin tidak terjadi perubahan warna. Hal ini disebabkan karena glisin dan alanin

mengandung gugus hidroksil yang dapat membentuk kompleks dengan Cu 2+.

Warna biru makin pekat dengan penambahan CuSO4 berlebih. Setelah dilakukan

penambahan CuSO4 0,01 M berlebih, terjadi perubahan pada semua larutan, baik

pada larutan albumin maupun larutan asam amino. Larutan albumin berwarna

ungu muda, dan asam amino yang lain (Serin, Glisin, Alanin,) berwarna biru

muda.

4.3.2 Pengendapan dengan Logam

Diketahui bahwa protein mampu menawarkan racun karena asam amino

yang merupakan penyusun suatu protein dapat mengikat logam seperti Hg

(merkuri klorida) dan Pb (timbal asetat), racun atau logam yang terikat dalam

reaksi ini ditandai dengan adanya endapan putih.


Pada reaksi ini, albumin ditambahkan dengan HgCl2 . Pada penambahan

ini larutan berubah dari bening menjadi putih pekat. Hal ini disebabkan karena

adanya kemampuan protein atau asam amino untuk berikatan dengan ion logam di

atas titik isoelektriknya. Kemampuan ini disebabkan karena pada saat pH berada

di atas titik isoelektrik protein atau asam amino, maka ia akan bermuatan negatif

sehingga mampu mengikat ion logam yang bermuatan positif. Berdasarkan teori,

titik isoelktrik albumin adalah : 4,55-4,90, alanin 6,00 , glisin 5,97 dan serin 5,68

(titik isoelektrik adalah keadaan pH dimana protein /asam amino memiliki jumlah

muatan positif dan negatif yang sama). Adanya pertambahan ion logam

menyebabkan putusnya jembatan disulfida dan ikatan kovalen S-S pada protein

yang mengandung gugus sulfuhidril.

Dengan adanya endapan saat penambahan albumin dan glisin dengan

(CH3COO)2 Pb menunjukkan bahwa protein dan asam amino dapat bertindak

sebagai antidotum/penawar racun pada keracunan logam berat seperti Hg dan Pb.

Sedangkan untuk asam amino seperti asam aspartat, serin, dan alanin tidak

membentuk endapan karena suasana larutan masih berada di bawah titik

isoelektrik kedua asam amino tersebut, sehingga asam amino yang bermuatan

positif tidak mampu berikatan dengan ion logam yang bermuatan positif pula.

Selain itu, ketiga jenis asam amino tersebut tidak mengandung gugus sulfuhidril.

4.3.3 Pengendapan dengan Alkohol

Penambahan alkohol yang merupakan pelarut organik akan menurunkan

kelarutan protein, karena kelarutaan suatu protein tergantung dari kedudukan dan

distribusi dari gugus hidrofil polar dan hidrofob polar pada molekul. Mampu
mengendapkan logam dalam suasan asam dan pada pH 4,7 yang merupakan titik

isoelektrik.

Pada reaksi pengendapan dengan alkohol, larutan albumin akan

membentuk endapan yang disebabkan karena adanya gugus hidrofobik polar

(yang menarik gugus non-polar) didalam molekul protein dan menghasilkan

protein dipol. Menurut teori, albumin + HCl dan albumin + NaOH membentuk

larutan bening sedangkan albumin + buffer asetat pH 4,7 agak keruh. Hal ini

disebabkan karena pada pH 4,7 merupakan titik isoelektrik albumin. Titik

isoelektrik merupakan pH dimana kelarutn protein minimum karena jumlah ion

positif dan ion negatif sama sehingga penambahan senyawa organik seperti aseton

dan alkohol yang bersifat nonpolar (muatan = 0) cenderung menurunkan kelarutan

protein. Sedangkan dengan penambahan asam atau basa menyebabkan larutan

albumin kelihatan agak bening, hal ini menandakan naiknya kelarutan albumin.

Hal ini berdasarkan sifat protein yang amfoter (protein dalam suasana pelarut

yang bersifat asam akan bertindak sebagai basa dan dalam suasana pelarut yang

bersifat basa akan bertindak sebagai asam).

LAMPIRAN
Bagan Kerja

 Tes Biuret

3 ml larutan
albumin 1 ml NaOH 2,5 M

Catat perubahan pada larutan

Setetes CuSO4 0,01 M

Catat perubahan pada larutan

Setetes atau labih CuSO4


0.01 M

Catat perubahan yang terjadi

ulangi percobaan di atas dengan menggunakan larutan asam amino.

 Pengendapan Dengan Logam


5 tetes HgCl2 0,2 M
3 ml larutan albumin ditambahkan

Catat perubahan yang


terjadi pada larutan
Ulangi percobaan diatas dengan menggunakan (CH3COO)2Pb dan

mengganti larutan albumin dengan larutan asam amino.

 Pengendapan Dengan Alkohol

Tabung
I II III
Larutan
Albumin 2,5 ml 2,5 ml 2,5 ml

HCL 0,1 M 0,5 ml - -

NaOH 0,1 M - 0,5 ml -

Buffer asetat pH 4,7 - - 0,5 ml

Etanol 95% 3 ml 3 ml 3 ml

You might also like