You are on page 1of 9

ANALISA PERLETAKAN PADA ABUTMENT B

JEMBATAN SATAK MANARUWI


1. POTONGAN MELINTANG JEMBATAN

2. PERUBAHAN PERLETAKAN GELAGAR PADA ABUTMENT B


P2
P1 P2 P1

ABUTMENT AWAL ABUTMENT PERUBAHAN

Pada abutment B terjadi perubahan pada pelaksanaan pekerjaan di lapangan sebagai


mana terlihat pada gambar diatas , perubahan yang dimaksud adalah penambahan balok
cantilever sebagai tumpuan atau perletakan gelagar memanjang BC dan penambahan
lebar dinding abutment

a. Dilihat dari distribusi beban beban yang terjadi ,perubahan tersebut menjadikan
struktur abutment lebih stabil , dan terjadi keseimbangan momen yang diakibatkan
oleh beban P1 dan beban P2

b. Ditinjau dari gayageser abutmen pada kedua bidang geser 1 dan 2 yang terjadi
akibat Beban P1 dan p2 ,dimensi Balok cantilever masih aman dengan perhitungan
sebagai berikut :

Analisa Perletakan Pada Abutmen | 1


 Tegangan Geser di titik 1
- Untuk L < 30, maka q = 2,2 t/m
Perhitungan Beban P2 yang di pikul Oleh balok cantilever

- Beban T = q x L/2 = 2,2 x 24/2 = 26,4 ton


- Beban D = q/n x L/2 = 10/8 x 4/2 = 2,5 ton
- Beban Plat =Lebar x Tinggi x L/2 x BV = 0,2 x 0,5 x 24/2 x 2,4 = 2,88 ton
- Beban baja = Berat Baja x L/2 = 49,6 x 24/2 = 0,595 ton ~ 0,6 ton
- Beban Utilitas = 30% x Qdead = 30% x (2,88 + 0,6 ) t = 1,044 ton
- DL = 2,88 + 0,6 + 1,05 = 4,53 ton
- LL = 26,4 + 2,5 = 14,6 = 28,9 ton
- PB = 1,2 DL + 1,6 LL = 1,2 x 4,53 + 1,6 x 14,6 = 51,68 ton
- Beban yang bekerja pada tiap tumpuan gelagar adalah sebesar 51,68 ton.,
sehingga tegangan geser yang terjadi pada tumpuan adalah sebesar, 10
,336 Kg/cm 2 , dengan perhitungan sebagai berikut

Tegangan Geser = P1 / A beton = 51,68/(0,5 x 1) = 103,36 ton/m2 = 10,336


kg/cm2

Tegangan ijin pada tumpuan gelagar menurut PBI’71, untuk beton K – 225
dengan beban tetap memiliki tegangan geser oleh lentur atau puntir dengan
tulangan geser memiliki tegangan ijin sebesar 16 kg / cm2

Syarat : Tegangan Real A< Tegangan Ijin

10,336 kg/cm2 < 16 kg/cm2 ......... AMAN!!

 Tegangan Geser di 2
- Untuk L < 30, maka q = 2,2 t/m
- Beban T = q x L/2 = 2,2 x 11/2 = 12,1 ton
- Beban D = q/n x L/2 = 10/8 x 4/2 = 2,5 ton
- Beban Plat =Lebar x Tinggi x L/2 x BV = 0,2 x 0,5 x 11/2 x 2,4 = 1,32 ton
- Beban baja = Berat Baja x L/2 = 49,6 x 11/2 = 0,273 ton
- Beban Utilitas = 30% x Qdead = 30% x 1,6 t = 0,48 ton
- DL = 1,32 + 0,5 + 0,48 = 2,3 ton
- LL = 12,1 + 2,5 = 14,6 = 16,97 ton
- PB = 1,2 DL + 1,6 LL = 1,2 x 2,37 + 1,6 x 16,97 = 29,912 ton ~ 30 ton

Analisa Perletakan Pada Abutmen | 2


Beban yang bekerja pada tiap tumpuan gelagar adalah sebesar 30 ton.,
sehingga tegangan geser yang terjadi pada tumpuan adalah sebesar, 6 kg/cm2
dengan perhitungan sebagai berikut :

Tegangan Geser = P2/ A beton = 30/(0,5 x 1) = 60 ton/m2 = 6 kg/cm2

Tegangan ijin pada tumpuan gelagar menurut PBI’71, untuk beton K – 225
dengan beban tetap memiliki tegangan geser oleh lentur atau puntir dengan
tulangan geser memiliki ijin sebesar 16 kg / cm2

Syarat : Tegangan Real B < Tegangan Ijin

6 kg/cm2 < 16 kg/cm2 ......... AMAN!!

3. ANALISA TUMPUAN DAN LENDUTAN


Pada jembatan Satak Manaruwi, sistem struktur sesuai dengan gambar perencanaan
menggunakan sistem SIMPLE BEAM.
 Pada sistem Simple beam gelagar hanya di dukung oleh 2 tumpuan sendi atau
rol, sehingga pada tumpuan atau perletakan tidak terjadi momen atau Momen =
0 sebagaimana terlihat pada gambar dibawah ini ,

 Pada pekerjaan Jembatan Manuwari Gelagar Memanjang menggunakan WF 500


dan WF 350 yang memiliki 3 abutment.
 Sebagaimana Gambar di atas, maka dengan sistem Simple Beam tidak
memerlukan adanya sambungan antara 2 gelagar tersebut. Sehingga Gelagar
memiliki sistem struktur yang terpisah.

 PERHITUNGAN LENDUTAN

Sistem Simple Beam 1, Batang A - B (asumsi tanpa bracing)


Pembebanan = 2,2 + 0,05 + 0,25 + 10 = 12,5 t/m = 0,125 t/cm
Panjang = 24 m = 2400 cm
Elastisitas = 200.000 Mpa
Ix = 47.800 cm4

Lendutan yang terjadi;


5 𝑞 𝐿4
𝑓=
384. 𝐸. 𝐼𝑥
24004
𝑓 = 5 . 0,125 .
384. 200.000 . 47.800

𝑓 = 5,64 𝑐𝑚

Analisa Perletakan Pada Abutmen | 3


Lendutan maksimum yang diijinkan (SNI 03-1729-2002);
𝐿
𝑓 𝑖𝑗𝑖𝑛 =
360
2400
𝑓 𝑖𝑗𝑖𝑛 =
360

𝑓 𝑖𝑗𝑖𝑛 = 6,67 𝑐𝑚

Cek Lendutan
𝑓 ≤ 𝑓 𝑖𝑗𝑖𝑛
5,64 𝑐𝑚 ≤ 6,67 𝑐𝑚 .......................................... OKE!

Sistem Simple Beam 1, Batang A - B (asumsi dengan bracing)


Pembebanan = 2,2 + 0,05 + 0,25 + 10 = 12,5 t/m = 0,125 t/cm
Panjang = 12 m = 1200 cm
Elastisitas = 200.000 Mpa
Ix = 47.800 cm4

Lendutan yang terjadi;


5 𝑞 𝐿4
𝑓=
384. 𝐸. 𝐼𝑥
12004
𝑓 = 5 . 0,125 .
384. 200.000 . 47.800

𝑓 = 0,353 𝑐𝑚

Lendutan maksimum yang diijinkan (SNI 03-1729-2002);


𝐿
𝑓 𝑖𝑗𝑖𝑛 =
360

1200
𝑓 𝑖𝑗𝑖𝑛 =
360

𝑓 𝑖𝑗𝑖𝑛 = 3,33 𝑐𝑚

Cek Lendutan
𝑓 ≤ 𝑓 𝑖𝑗𝑖𝑛
0,353 𝑐𝑚 ≤ 3,33 𝑐𝑚 .......................................... OKE!

Sistem Simple Beam 2, Batang B - C (asumsi dengan bracing)


Pembebanan = 2,2 + 0,05 + 0,25 + 10 = 12,5 t/m = 0,125 t/cm
Panjang = 12 m = 1200 cm
Elastisitas = 200.000 Mpa
Ix = 47.800 cm4

Lendutan yang terjadi;


5 𝑞 𝐿4
𝑓=
384. 𝐸. 𝐼𝑥
11004
𝑓 = 5 . 0,125 .
384. 200.000 . 47.800

𝑓 = 0,876 𝑐𝑚

Analisa Perletakan Pada Abutmen | 4


Lendutan maksimum yang diijinkan (SNI 03-1729-2002);
𝐿
𝑓 𝑖𝑗𝑖𝑛 =
360

1100
𝑓 𝑖𝑗𝑖𝑛 =
360

𝑓 𝑖𝑗𝑖𝑛 = 3,055 𝑐𝑚

Cek Lendutan
𝑓 ≤ 𝑓 𝑖𝑗𝑖𝑛
0,876 𝑐𝑚 ≤ 3,055 𝑐𝑚 .......................................... OKE!

4. Analisa Sambungan Gelagar WF 500.200.10.16


- Analisa Beban pada Sambungan
Berdasarkan perhitungan pembebanan seperti pada Analisa pembebanan di
pembahasan sebelumnya, beban-beban yang bekerja pada sistem disimulasikan
pada SAP 2000 sebagai alat bantu perhitungan. Adapun sistem pada jembatan
seperti gambar dibawah ini.

Sistem yang dimaksud diatas untuk titik A adalah jepit, B adalah Sendi, C adalah
sendi dan D adalah Jepit. Yang kemudian disimulasikan Bidang Geser dan Bidang
Momen gelagar setelah terbebani seperti gambar dibawah ini.

Bidang Geser

Bidang Momen

Analisa Perletakan Pada Abutmen | 5


Dari bidang Geser dan Momen tersebut didapat Nilai Geser Maksimum pada titik
sambungan sebesar 40,520 Ton dan Momen 68,32 Ton.m pada sistem tersebut.
Sehingga dapat dihitung Beban pada titik sambungan.

Nilai Geser dan Momen Maksimum (SAP 2000)

Sehingga :
Mu = 1/8 q L2
68,4 = 1/8 q (12)2
q = 3,8 t/m
P = 45,6 ton
Tu = 45,6 Ton............. (dipakai diperhitungan selanjutnya)

- Sambungan Plat dan Baut

Sambungan antar gelagar WF memiliki spesifikasi plat menggunakan plat tebal 19


mm dan lebar 400 mm dan panjang 800 mm, serta baut yang berdiameter 25,4mm
dan berjumlah 6 baut dalam satu baris, dengan pemasangan segaris sejumlah 4
baris.

Ag = 19 x 400 = 7600 mm2


Lubang baut = ( 25,4 + 2 ) = 27,4 mm
An = Ag – n.d.t = 7600 – 6 . 27,4 . 19 = 4476,5 mm2
An = 0,85 x Ag = 0,85 x 7600 = 6460 mm2

Untuk Kondisi Leleh


øTn = øAn . fy = 0,9 . 6460 . 240 = 139,53 ton

Untuk Kondisi Fraktur


Ae = U . An = 0,85 . 4476,5 = 3804,94 mm2
øTn = øAe . fu = 0,75 . 3804,94 . 370 = 105,5870 ton

Setelah terbebani maka baja mengalami fraktur terlebih dahulu, sehingga


maksimum beban adalah 105, 5 ton.

Analisa Perletakan Pada Abutmen | 6


Syarat : Tahanan Nominal Plat Baja harus Lebih Besar dari Beban yang terjadi
Ø Tn > Tu
0,85 . 105,5 > 45,6
89,675 > 45,6 ................................... memenuhi Syarat .... Plat Aman.

5. Cek Baja Perkuatan Pada Sistem


- Analisa Gaya dalam Pada Batang WF 300.175.7.11
Pada perkuatan ini, gaya dalam pada sambungan WF 500 diteruskan dan direduksi
oleh perkuatan yang menggunakan WF 300 yang bertumpu pada abutmen. Adapun
yang dimaksud seperti gambar di bawah ini.

Beban yang terjadi pada sambungan kemudian diresultankan menjadi gaya yang
searah batang WF 300. Adapun sudutnya adalah sebesar 63,76⁰ dan resultannya
menggunakan cosinus.

Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut.


Cos α = Beban sambungan / Gaya pada batang
Cos 63,76 = 45,6 ton / Gaya pada batang
Gaya pada batang = 45,6/cos 63,76
Gaya pada batang = 76,088 ton ~ 76,1 ton
Nu = 76,1 Ton

Analisa Perletakan Pada Abutmen | 7


- Cek Batang WF 300
Data WF 300.175.7.11
d = 350 mm
b = 175 mm
tw = 7 mm
tf = 11 mm
r0 = 14
h = d – 2 (tf + r0) = 300 mm
rx = 14,7 cm
ry = 3,95 cm
Ag = 63,14 cm2

Periksa Kelangsingan Penampang

Flens = b / 2. tf = 175 / 2 .11 = 7,875


λ = 250 / (√fy) = 250 / (√240) = 16,14

Syarat....... b / 2 tf < λ OK!!

Web = h / tw = 300 / 7 = 42,86


λ = 665 / (√240) = 42,92

Syarat....... h / tf < λ

Kondisi Tumpuan Jepit – Jepit, nilai k = 0,65

Arah sb x
𝜆𝑥 𝑓𝑦
𝜆𝑐𝑥 = 𝜋
∗ √( 𝐸 )
λcx = 0,31677

Apabila nilai λcx berada pada 0,25 < λcx < 1,2, maka digunakan rumus :
1,43
𝜔𝑥 = (1,6−0,67.λcx) maka nilai ωx = 1,0303

𝑓𝑦
𝑓𝑐𝑟 = 𝜔𝑥
, nilai fcr = 232,94
𝑁𝑛 = 𝐴𝑔 . 𝑓𝑐𝑟, nilai Nn = 147,0783 ton

𝑁𝑢
Syarat : ø𝑁𝑛 < 1 ; 0,609 < 1 ................... OK

Arah sb y
𝜆𝑦 𝑓𝑦
𝜆𝑐𝑦 = 𝜋
∗ √( 𝐸 )
λcy = 1,1789

Apabila nilai λcy berada pada 0,25 < λcx < 1,2, maka digunakan rumus :
1,43
𝜔𝑥 = (1,6−0,67.λcx) maka nilai ωy = 1,7651

𝑓𝑦
𝑓𝑐𝑟 = 𝜔𝑦
, nilai fcr = 135,96

Analisa Perletakan Pada Abutmen | 8


𝑁𝑛 = 𝐴𝑔 . 𝑓𝑐𝑟, nilai Nn = 85,84 ton

𝑁𝑢
Syarat : <1; 1,042 > 1 ................... Kurang Aman
ø𝑁𝑛

Oleh karena arah sb y kurang aman maka ditambah perkuatan menggunakan WF


250.125.6.9 yang disambung tegak lurus dengan gelagar. Adapun WF 250.125.6.9
memiliki :
d = 250 mm
b = 125 mm
tw = 6mm
tf = 9 mm
r0 = 12 mm
h = d – 2(tf+r0) = 208
rx = 10,4 cm
ry = 2,79 cm
Ag = 4,060

Cek Kelangsingan

Flens = b / 2. tf = 125 / 2 .9 = 3,472


λ = 250 / (√fy) = 250 / (√240) = 16,14

Syarat....... b / 2 tf < λ OK!!

Web = h / tw = 208 / 6 = 34,67


λ = 665 / (√240) = 42,92

Syarat....... h / tf < λ

Kondisi Tumpuan Jepit – Jepit, nilai k = 0,65

Arah sb x
𝜆𝑥 𝑓𝑦
𝜆𝑐𝑥 = ∗ √( )
𝜋 𝐸
λcx = 0,0082

Apabila nilai λcx berada pada λcx < 0,25, maka nilai ωx = 1
𝑓𝑦
𝑓𝑐𝑟 = , nilai fcr = 240
𝜔𝑥
𝑁𝑛 = 𝐴𝑔 . 𝑓𝑐𝑟, nilai Nn = 9,74 ton

Kombinasi Perkuatan WF 300 dan WF 250


Nn = 85,84 ton + 9,74 ton = 95,584

𝑁𝑢
Syarat : ø𝑁𝑛 < 1 ; 0,9367 > 1 ................... OK!!!

Analisa Perletakan Pada Abutmen | 9

You might also like