You are on page 1of 6

EJAAN Dan HURUF

Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa (kata, kalimat, dsb) dengan kaidah
tulisan (huruf) yang distandardisasikan dan mempunyai makna. Ejaan biasanya
memiliki tiga aspek yaitu

1. aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan


penyusunan abjad

2. aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis

3. aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.

Ejaan yang disempurnakan atau EYD terdiri dari 26 grafem tunggal dan fonem
sebagai berikut:[1]

 Aa (a) /a/

 Bb (be) /b/

 Cc (ce) /c/

 Dd (de) /d/

 Ee (e) /e/ , /ə/ ,/ε/

 Ff (ef) /f/

 Gg (ge) /g/

 Hh (ha) /ha/

 Ii (i) /i/

 Jj (je) /j/
 Kk (ka)/k/,/?/

 Ll (el) /l/

 Mm (em) /m/

 Nn (en) /n/

 Oo (o) /o/, /ɔ/

 Pp (pe) /p/

 Qq (ki) /k/

 Rr (er) /r/

 Ss (es) /s/

 Tt (te) /t/

 Uu (u) /u/

 Vv (fe) /te/

 Ww (we) /w/, /W/

 Xx (eks) /k/+/s/

 Yy (ye) /y/

 Zz (zet) /z/
Huruf Vokal

Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i,
o,dan u.[2] Contoh pemakaian dalam kata vokal di awal di tengah di akhir pada
huruf a seperti api, padi, lusa.[3] Dalam vokal e seperti enak, petak, sore, sedangkan
dalam vokal i contohnya itu, simpan, murni.[4] Serta dalam vokal o seperti oleh,
kota, radio, dan terakhir pada vokal u contohnya ulang, bumi, ibu.[5] Dalam
pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan
keraguan.[6]

Huruf Konsonan

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-
huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.[7][8] Huruf k di sini
melambangkan bunyi hamzah khusus untuk nama dan keperluan ilmu.[9]

Huruf Diftong

Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan
oi.[10] Contoh penggunaan diftong ai pada awal, tengah dan akhir adalah sebagai
berikut ain, malaikat, pandai.[11] Sedangkan pada diftong au seperti aula, saudara,
harimau.[12] Serta pada diftong oi di awal kata tidak ditemui, sedangkan untuk di
tengah dan akhir seperti boikot dan amboi.[13]

Gabungan Huruf Konsonan


Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan
konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy.[14] Masing-masing melambangkan satu bunyi
konsonan.[15] Sama seperti kata yang lain, gabungan huruf konsonan bisa terdapat
pada awal, tengah, dan akhir kata.[16]

Prinsip-prinsip Penulisan Ejaan Bahasa Indonesia

Prinsip morfologis merupakan dua kaidah yang mengkhususkan penulisan sebuah


fonem yang memiliki posisi tertentu dalam morfem atau kata jadian.[17]Dua kaidah
tersebut adalah:

 Fonem /ɲ/ di muka fonem /c/ atau /j/ ditulis n, bukan ny.[18]

 Fonem /w/ dan /y/ yang menjadi bagian diftong ditulis u dan i.[19]

'Prinsip historis/tradisional berlaku bagi beberapa kata serapan, antara lain:[20]

 Grafem yang melambangkan konsonan bersuara dipakai untuk konsonan tak


bersuara pada akhir suku kata. Penggunaan ini digunakan untuk fonem /p/,
dan d untuk /t/ serta penulisan g untuk /k/ dan j untuk /c/.[21]

 Grafem i di muka vokal mencerminkan lafal bervarian /i/ atau /y/.[22]

 Penggambaran bunyi /f/ dipakai baik pada huruf v mau pun v.[23]

 Bunyi Hamzah atau bahasa Arab dituliskan menggunakan tanda petik


tunggal walaupun tanda petik juga dapat digunakn untuk kata yang lain,
misalnya penulisan Jum'at. [24]
 Huruf e digunakan untuk menggambarkan /ə/ di antara konsonan serapan
lama, misalnya pengucapan Inggeris dan Sastera.[25]

 Nama diri orang-orang terdahulu diperbolehkan menggunakan Ejaan


Soewandi bahkan Ejaan Van Ophuijsen, misalnya Soekarno dan Soeharto.[26]

 Nama diri orang asing dan nama tempat asing dipertahankan keasliannya,
misalnya Michael dan New York.

Sumber : Prinsip-prinsip Penulisan Ejaan Bahasa Indonesia

Prinsip morfologis merupakan dua kaidah yang mengkhususkan penulisan sebuah


fonem yang memiliki posisi tertentu dalam morfem atau kata jadian.[17]Dua kaidah
tersebut adalah:

 Fonem /ɲ/ di muka fonem /c/ atau /j/ ditulis n, bukan ny.[18]

 Fonem /w/ dan /y/ yang menjadi bagian diftong ditulis u dan i.[19]

'Prinsip historis/tradisional berlaku bagi beberapa kata serapan, antara lain:[20]

 Grafem yang melambangkan konsonan bersuara dipakai untuk konsonan tak


bersuara pada akhir suku kata. Penggunaan ini digunakan untuk fonem /p/,
dan d untuk /t/ serta penulisan g untuk /k/ dan j untuk /c/.[21]

 Grafem i di muka vokal mencerminkan lafal bervarian /i/ atau /y/.[22]

 Penggambaran bunyi /f/ dipakai baik pada huruf v mau pun v.[23]
 Bunyi Hamzah atau bahasa Arab dituliskan menggunakan tanda petik
tunggal walaupun tanda petik juga dapat digunakn untuk kata yang lain,
misalnya penulisan Jum'at. [24]

 Huruf e digunakan untuk menggambarkan /ə/ di antara konsonan serapan


lama, misalnya pengucapan Inggeris dan Sastera.[25]

 Nama diri orang-orang terdahulu diperbolehkan menggunakan Ejaan


Soewandi bahkan Ejaan Van Ophuijsen, misalnya Soekarno dan Soeharto.[26]

 Nama diri orang asing dan nama tempat asing dipertahankan keasliannya,
misalnya Michael dan New York.

You might also like