You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana alam terbagi atas bencana yang disengaja maupun disengaja,
Bencana alam yang disengaja merupakan bencana yang terjadi atas perilaku
manusia yang mengganggu ekosistem alam seperti masyarakat yang berada pada
suatu daerah yang memiliki pola perilaku tidak disiplin dan bertanggung jawab
dengan membuang sampah sembarangan, serta bencana yang tidak disengaja
merupakan bencana yang disebabkan karena rusaknya ekosistem akibat
perubahan, pergesaran struktur bumi. Seperti gempa bumi, tanah longsor, tsunami,
hingga gunung meletus yang tercatat telah memberikan sumbangsih terhadap
penekanan angka mortalitas.
Terutama peristiwa gunung meletus yang telah terjadi di Indonesia seperi
peristiwa gunung kelud, merapi, galunggung hingga Krakatau yang telah
menyebabkan perubahan iklim global dan menyebabkan gelapnya dunia hingga
kurun waktu 2 setengah hari akibat tertutupnya atmosfir oleh debu vulkanis.
Berbagai ancaman bencana alam yang datang tanpa dapat direncanakan
tersebut, masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah rawan bencana seharusnya
mempersiapkan diri menghadapi musibah dan bencana alam sebagai upaya
meminimalisasi jumlah korban. Salah satu bentuk persiapan adalah mitigasi.
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Menejemen Gunung Meletus?
2. Bagaimana Penanganan Psikologis Pasca Gunung Meletus?

1
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Menejemen Gunung Meletus.
2. Untuk Mengetahui Penanganan Psikologis Pasca Gunung Meletus.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Bencana
Bencana adalah kejadian yang mendadak atau tidak diperkirakan yang
mengakibatkan rumah sakit dan/atau sarana masyarakat lainnya mengalami
kerusakan dan fungsinya terganggau. Bencana dapat disebabkan oleh kebakaran,
cuaca atau iklim, misalnya: gempa bumi, angin rebut, dan ternado, ledakan,
aktifitas teroris, radiasi atau tumpahan zat kimia.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Gunung merupakan bentuk muka bumi yang menonjol dari rupa bumi di
sekitar. Gunung biasanya lebih tinggi dan curam dibandingkan bukit. Gunung
dan pegunungan terbentuk karena pergerakan kerak bumi yang menjulang naik.
Jika kedua kerak bumi menjulang naik, pegunungan dihasilkan, sebaliknya jika
salah satu kerak bumi terlipat bawah kerak yang lain, gunung berapi terbentuk.
Gunung meletus adalah peristiwa alam dimana endapan magma yang
berada di dalam perut bumi didorong keluar oleh gas yang mempunyai tekanan
tinggi. Gunung meletus merupakan gejala alam vulkanik.
Gunung meletus adalah gunung yang memuntahkan materi-materi dari
dalam bumi seperti debu, awan panas, asap, kerikil, batu-batuan, lahar panas,
lahar dingin, magma, dan lain sebagainya. Gunung meletus biasanya bisa
diprediksi waktunya sehinggi korban jiwa dan harta benda bisa diminimalisir.

3
B. Katergori Bencana Dan Korbannya
Keadaan bencana dapat digolongkan berdasarkan jumlah korban yang
mencakup:
1. Mass patient incident (jumlah korban yang datang ke UGD kurang dari 10
orang).
2. Multiple cassuality incident (jumlah korban yang datang ke UGD antara 10
dan 100 orang).
3. Mass cassuality incident (jumlah korban yang datang ke UGD lebih dari
100 orang)

C. Prinsip-Prinsip Dalam Penatalaksanaan Bencana


Ada 8 prinsip penatalaksanaan bencana, yaitu:
1. Mencegah berulangnya kejadian.
2. Meminimalkan jumlah korban.
3. Mencegah korban selanjutnya.
4. Menyelamatkan korban yang cedera.
5. Memberikan pertolongan pertama.
6. Mengevakuasi korban yang cidera.
7. Memberikan perawatan definitive.
8. Memperlancar rekonstruksi atau pemulihan.

D. Pencegahan
Tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu
bagi setiap anggota masyarakat yang berada dalam keadaan gawat darurat. Upaya
pelayanan kesehatan pada penderita gawat darurat pada dasarnya mencakup
suatu rangkaian kegiatan yang harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga
mampu mencegah kematian atau cacat yang mungkin terjadi. Cakupan pelayanan
kesehatan yang perlu dikembangkan meliputi:
1. Penanggulangan penderita ditempat kejadian.

4
2. Transpotasi penderita gawat darurat dan tempat kejadian kesarana kesehatan
yang lebih memadai.
3. Upaya penyediaan sarana komunikasi untuk menunjang kegiatan
penanggulangan penderita gawat darurat.
4. Upaya rujukan ilmu pengetahuan, pasien dan tenaga ahli.
5. Upaya penanggulangan pendereita gawat darurat ditempat rujukan (Unit
Gawat Darurat dan ICU).
6. Upaya pembiayaan penderita gawat darurat

E. Peran Perawat Dalam Tanggap Bencana


1. Peran perawat pada pra-bencana:
a) Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan
dalam penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya.
b) Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintah, organisasi
lingkungan, palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga
kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan
menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat.
c) Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan
kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana yang meliputi hal-hal
berikut.
 Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut).
 Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong
anggota keluarga yang lain.
 Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan dan
membawa persediaan makanan dan penggunaan air yang aman.
 Perawat juga dapat memberikan beberapa alamat dan nomor telepon
darurat seperti dinas kebakaran, rumah sakit, dan ambulans.
 Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau
posko-posko bencana.

5
 Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa
seperti pakaian seperlunya, radio portable, senter beserta baterainya
dan lainnya.
 Bersama tim dokter, menyiapkan kebutuhan rumah sakit lapangan
dan tim ambulans.
 Berdiskusi bersama tim dokter tentang penyakit yang timbul akibat
bencana sehingga dapat mempersiapkan obat-obatan/alat kesehatan
yang sesuai.
2. Peran Perawat dalam intra bencana:
a) Bertindak cepat.
b) Melakukan pertolongan pertama.
c) Menentukan status korban berdasarkan triase.
d) Merujuk pasien segera yang memerlukan fasilitas kesehatan yang lebih
lengkap.
e) Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan
pasti, dengan maksud memberikan harapan yang besar pada para korban
selamat.
f) Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan.
g) Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan (coordination and create
leadership).
h) Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait dapat
mendiskusikan dan merancang master plan of revitalizing, biasanya
untuk jangka waktu 30 bulan pertama.
Peran perawat pada pasca bencana menurut Feri dan Makhfudli (2009)
adalah perawat berkerja sama dengan tenaga kesehatan lain dalam memberikan
bantuan kesehatan kepada korban seperti pemeriksaan fisik, wound care secara
menyeluruh dan merata pada daerah terjadi bencana. Saat terjadi stres psikologis
yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post-traumatic stress
disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan tiga kriteria utama yaitu

6
trauma pasti dapat dikenali, individu mengalami gejala ulang traumanya melalui
flashback, mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang memacu dan individu akan
menunjukkan gangguan fisik, perawat dapat berperan sebagai konseling. Tidak
hanya itu perawat bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama
dengan unsur lintas sektor menangani masalah kesehatan masyarakat pasca-
gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan menuju keadaan sehat dan
aman. Selain itu Perawat dapat melakukan pelatihan-pelatihan keterampilan yang
difasilitasi dan berkolaborasi dengan instansi ataupun LSM yang bergerak dalam
bidang itu. Sehinnga diharapkan masyarakat di sekitar daerah bencana akan
mampu membangun kehidupannya kedepan lewat kemampuan yang dimilikinya.

F. Triase Lapangan
Triase lapangan merupakan proses memilih atau mengkaji korban bencana
berdasarkan beratnya cidera dan besarnya kemungkinan korban untuk
diselamatkan dengan tindakan medis.

Dua Macam Kategori Triase Lapangan

Klasifikasi Triase Nato Konvensional Klasifikasi Triase dengan Kode Warna

T1.Pembedahan segera: untuk Merah/darurat: prioritas 1: pasien kritis


menyelamatkan jiwa atau anggota yang dapat hidup dengan intervensi, tidak
tubuh. Waktu operasi minimal. memerlukan personil dan sumber daya
Kualitas keberhasilan hidup dalam jumlah yang berarti.
diharapkan baik

T2.Ditunda: pembedahan memakan Kuning/urgen: prioritas 2: korban


banyak waktu. Jiwa korban tidak mempunnyai kemungkinan tetap hidup
terancam olen penundaan operasi dan kondisinya tetap stabil selama
stabilisasi keadaan korban, beberapa jam dengan dilakukannya
meminimalkan efek penundaan. tindakan stabilisasi.

T3. Minimal: cidera ringan ditangani Hijau/non urgensi: prioritas 3: cidera

7
oleh staf dengan pekatihan minimal. ringan yang dapat diatasi oleh petugas
dengan pelatihan minimal dan dapat
menunggu sampai korban cidera lainnya
selesai ditangani.

T4. Ekspektan: cidera serius dan Biru/urgensi bervariasi: prioritas 2/3:


multiple. Penanganan kompleks dan korban dengan cidera berat yang
memakan waktu. Penangan diperkirakan tidak akan bertahan hidup
memerlukan banyak personildan kecuali bila dilakukan tindakan dengan
sumber daya. segera.
Korban ini akan menuntut sumber daya
terlalu banyak yang seharusnya dapat
menyelamatkan pasien lain yang dapat
bertahan hidup dan mungkin menempati
prioritas terendah bila sumber daya yang
ada terbatas. Warna biru kadang-kadang
digunakan untuk menggantikan warna
hitam karena banyak petugas mengalami
kesulitan dalam menempati korban
kedalam kategori pasien yang
memerlukan terapi paliatif saja.
Hitam/ekspektan: tidak terdapat prioritas
yang nyata. Korban menderita cidera
hebat dengan kecil kemungkianan untuk
hidup atau koraban sudah meninggal.
Prioritas yang harus dilkaukan hanyalah
tindakan untuk memberikan kenyamanan
kepada orang yang sedang berada dalam
proses kematian.

1. Penderita gawat darurat dapat terbagi atas:


Prioritas utama atau prioritas tertinggi (warnah merah) ada gangguan A-B-
C. Contoh: Penderita sesak (gangguan airway), cervical-spine injury,
pneumothorax, perdarahan hebat, shock, hypotermi.
Tindakan gawat darurat :
a) Airway
Periksa apakah masih bernapas dengan membuka jalan napas head tilt,
chin lift dan jaw trust.

8
b) Breathing
Periksa frekuensi pernapasan , bila lebih dari 30 Kali permenit: Merah.
c) Circulation
Periksa dengan cepat adanya pengisihan kembali kapiler (capiilary
refill) Bila lebih dari 2 detik : Merah.
d) Prioritas tidak gawat, darurat warna kuning
Contoh cedera abdomen tanpa shok, cedera dada tanpa gangguan
respirasi, fraktura mayor tanpa shok, cedera kepala atau tulang belakang
leher tidak berat, serta luka bakar ringan). Tindakan kegawat daruratan
pada klien ini dengan menilai kesadaran klien (GCS) jika klien dapat
mengikuti perintah maka termasuk tidak gawat tapi darurat.
e) Prioritas rendah (warna hijau Contoh: Patah tulang paha, luka bakar
tanpa gangguan airway. Klien di tempatkan pada tempat yang aman dan
menangani cidera klien.
f) Bukan prioritas (warna hitam).
Contoh: Sudah meninggal. Pasien meninggal atau cedera fatal yang jelas
dan tidak mungkin diresusitasi.
2. Cara Melakukan Triase:
Pelaksanaan triase dengan cara menurut START (Simple Triage And Rapid
Treatment). Cara ini memilih penderita tetap menurut prinsip A-B-C. Pada
tahap ini jangan melakukan terapi, hanya memberikan tanda prioritas.
a) Airway
 Pergi ke penderita yang dekat, dan periksalah apakah masih bernafas.
 Bila sudah tidak bernapas, buka airway, dan lihatlah apakah tetap
tidak bernapas.
 Bila tetap tidak bernapas : Hitam
 Bila bernapas kembali : Merah
 Bila bernapas spontan pergi ketahap berikutnya (breathing)

9
b) Breathing
 Bila penderita dapat bernapas spontan, hitung kecepatan pernapasan.
 Bila lebih dari 30 Kali permenit: Merah.
 Bila kurang dari 30 kali permenit, pergi ke tahap berikutnya.
c) Circulation
 Periksa dengan cepat adanya pengisihan kembali kapiler (capiilary
refill).
 Bila lebih dari 2 detik : Merah.
 Bila kurang dari 2 detik : pergi ketahap berikutnya.
 Kesadaran penderita harus mengikuti perintah kita ( angkat
tanganya?)
 Tidak dapat mengikuti perintah : Merah.
 Dapat mengikuti perintah : Kuning.
G. Langkah-langkah dalam penanggulangan bencana
1. Pengkajian awal terhadap korban bencana,yang mencakup :
a) Keadaan jalan napas, apakah terdapat sumbatan napas. Sifat pernapasan
dengan cepat, lambat, tidak teratur.
b) Sistem Kardiovaskular, meliputi tekanan darah tinggi atau rendah,nadi
cepat atau lemah.
c) Sistem muskuloskletal, seperti luka, trauma, fraktur.
d) Tingkat kesedaran, composmentis - coma.
2. Pertolongan darurat
Evaluasi melalui sistem triaget sesuai dengan urutan Prioritas.
a) Atasi masalah jalan napas, atur posisi (semi fowler, fowler
tinggi),bebaskan jalan nafas dari sumbatan, berikan oksigen sesuai
kebutuhan, awasi pernapasan.
b) Atasi perdarahan,bersihkan luka dari kotoran dan benda
asing,desinfektan luka,biarkan darah yang membeku, balut luka.
c) Fraktur atau trauma, imobilisasi dengan memakai spalak,balut.

10
d) Kesadaran terganggu, bebaskan jalan napas, awasi tingkat kesadaran dan
tanda vital
3. Rujukan segera ke puskesmas/rumah sakit
Dengan menyiapkan ambulans dan melakukan komunikasi sentral ke
pusat rujukan.

H. Persiapan perlengkapan
1. Perlengkapan jalan napas.
a) Resusitasi (manual, otomatik, laringoskop, nasotrakeal, gudel )
b) Oksigen set lengkap
c) Suction
2. Alat-alat perlengkapan intravena
a) Infus set
b) Blood set
c) Cairan infuse (NaCl, glukosa, ringer laktat, plasma fusin)
d) Spuit 5-10 cc
e) Standar infuse
f) Gunting, plester, manset, venaseksi set
3. Bahan-bahan untuk keperluan trauma
a) Bidai dengan segala ukuran untuk kaki, tangan, leher, tulang,punggung.
b) Verban dengan segala ukuran.
c) Kain kasa.
d) Gips.
e) Benang,catgut dan jarum berbagai ukuran.
f) Larutan desinfektan (alcohol, betadin, obat merah)
4. Perlengkapan lain
a) Selimut
b) Pembalut
c) Kain segitiga

11
d) Tensimeter
e) Obat-obatan
f) Analgesic
g) Antikoagulan
h) Antiinflamasi
i) Vitamin

I. Peranan perawat
1. Melakukan asuhan keperawatan penderita gawat darurat.
2. Kolaborasi dalam pertolongan gawat darurat.
3. Pengelolaan pelayanan perawatan didaerah bencana dan ruang gawat
darurat.
J. Kemampuan yang diharapkan
1. Melakukan resusitasi dan dukungan hidup dasar.
2. Pertolongan pada syok.
3. Menghentikan perdarahan.
4. Perawatan luka dan patah tulang.
5. Memasang bidai dan balutan.
6. Rujukan.
7. Ambulan.

K. Manajemen Penanggulangan Pada Gunung Meletus


1. Penanggulangan pra bencana gunung meletus
Beberapa persiapan yang harus dilakukan dalam menghadapi letusan gunung
api antara lain :
a) Mengenali tanda-tanda bencana, karakter gunung api dan ancaman-
ancamannya.
b) Membuat peta ancaman, mengenali daerah ancaman, daerah aman.
c) Membuat sistem peringatan dini.

12
d) Mengembangkan Radio komunitas untuk penyebarluasan informasi
status gunung api.
e) Mencermati dan memahami Peta Kawasan Rawan gunung api yang
diterbitkan oleh instansi berwenang.
f) Membuat perencanaan penanganan bencana.
g) Mempersiapkan jalur dan tempat pengungsian yang sudah siap dengan
bahan kebutuhan dasar (air, jamban, makanan, pertolongan pertama) jika
diperlukan.
h) Mempersiapkan kebutuhan dasar dan dokumen penting.
i) Memantau informasi yang diberikan oleh Pos Pengamatan gunung api
(dikoordinasi oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi). Pos pengamatan gunung api biasanya mengkomunikasikan
perkembangan status gunung api lewat radio komunikasi.
2. Penanggulangan saat bencana gunung meletus
Penanganan yang harus di lakukan pada saat terjadi gunung meletus atau
becana.
a) Mengetahui lokasi bencana dari informasi yang di dapat, dan harus
memperhatikan hal-hal berikut.
b) Lengkapi semua informasi. Dan klasifikasi kebenaran berita
c) Bila benar berita di laporkan sesuai ketentuan (alur pelaporan).
d) Berita distribusikan untuk kordinasi dengan unit kerja terkait(persiapan
tim).
e) Puskodalmet di bentuk (aktifkan organisasi kerangka/ organisasi tugas
yang sudah ditetapkan saat preparednees.
f) Sistem Komunikasi memegang peran penting.
g) Tugas pengendalian fasilitas dan logistic seperti :
 Mampu mengetahui dan menyiapkan kebutuhan semua unit kerja
( fasilitas Puskodal, fasilitas dan logistik di lapangan).

13
 Menyiapkan dan berkoordinasi dgn sektor lain dalam penyiapan
kebutuhan korban (RS lapangan, shektering pengungsi, jamban, air
bersih, transportasi tim dan korban).
 Mempu mengelola semua bantuan logistik dari hasil koordinasi atau
bantuan.
 Lokasi bencana tindakan yang harus di lakukan
 Lakukan seleksi korban
 Untuk memberikan prioritas pelayanan
 Gunakan Label / Tag.
 Penyelamatan dan mengefaluasi korban maupun harta benda.
 Memenuhi kebutuhan dasar.
 Penyelamatan, serta pemulihan sarana dan prasarana.
 Perlindungan.
 Pengurusan pengungsi
Yang sebaiknya dilakukan oleh setiap orang jika terjadi letusan gunung
api antara lain :
 Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah, aliran
sungai kering dan daerah aliran lahar.
 Hindari tempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan.
 Masuk ruang lindung darurat.
 Siapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan.
 Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh, seperti baju lengan
panjang, celana panjang, topi dan lainnya.
 Melindungi mata dari debu, bila ada gunakan pelindung mata seperti
kacamata renang atau apapun yang bisa mencegah masuknya debu ke
dalam mata.
 Jangan memakai lensa kontak.
 Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung.

14
 Saat turunnya abu gunung api usahakan untuk menutup wajah
dengan kedua belah tangan.
3. Penanggulangan pasca bencana gunung meletus
Penyelenggaraan penanggulanagan bencana pada tahap pasca bencana
yaitu:
a) Rehabilitasi
 Perbaikan lingkungan daerah bencana.
 Perbaikan prasarana dan sarana umum.
 Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat.
 Pemulihan social psikologis.
 Pelayanan kesehatan.
 Rekonsiliasi dan resolusi konflik.
 Pemulihan social ekonomi budaya.
 Pemulihan keamanan dan ketertiban.
 Pemulihan fungsi pemerintahan, dan
 Pemulihan fungsi pelayanan publik.
b) Rekonstruksi
 Pembangunan kembali prasarana dan sarana.
 Pembangunan kembali sarana social masyarakat.
 Pembangkitan kembali kehidupan social budaya masyrakat.
 Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan
yang lebih baik.
 Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan
dunia usaha dan masyarakat.
 Peningkatan kondisi social, ekonomi, dan budaya.
 Peningkatan fungsi pelayanan publik.
 Peningkatam pelayanan utama dalam masyarakat.

15
L. Dampak Gunung Meletus
1. Dampak Negative Akibat Gunung Merapi
Dampak dari abu gunung merapi yaitu berbagai jenis gas seperti Sulfur
Dioksida (SO2), gas Hidrogen Sulfida (H2S), Nitrogen Dioksida (NO2),
serta debu dalam bentuk partikel debu (Total Suspended Particulate atau
Particulate Matter).
a) Kecelakaan lalu lintas akibat jalan berdebu licin, jatuh karena panik,
serta makanan yang terkontaminasi, dan lain-lain.
b) Banyak dari penduduk, terutama sekitar Gunung Merapi yang
kehilanganpekerjaan rutin kesehariannya.
c) Timbulnya penyakit pada korban seperti ISPA.
d) Hujan debu dari Merapi juga meluas dan membatasi jarak
pandang. Lalu lintas, baik darat maupun udara, mulai terganggu..
e) Dan terjadi pula kebakaran hutan karena terkena laharnya.
f) Banyak dalam sektor pertanian terganggu akibat bencana ini yang
menyebabkan pendapatan bisnis para petani menurun drastis.
g) Di sektor perikanan terjadi kerugian.
h) Di sektor pariwisata, kunjungan wisatawan berkurang sehingga
menyebabkan tingkat hunian hotel yang tadinya 70 persen turun menjadi
30 persen.
2. Dampak Positif Akibat Gunung Merapi.
Selain itu, gunung meletus juga menyebabkan dampak positif. Meskipun
untuk letusan Merapi ini dampak tersebut belum terlihat secara signifikan
tapi ada hal yang dapat dijadikan dampak positive dalam bencana ini yaitu :
a) Penambang pasir mendapat pekerjaan baru yaitu bekerja untuk
mendapat pasir di pinggiran aliran lahar dingin.
b) Hasil muntahan vulkanik bagi lahan pertanian dapat menyuburkan
tanah, namun dampak ini hanya dirasakan oleh penduduk sekitar
gunung.

16
c) Bahan material vulkanik berupa pasir dan batu dapat digunakan sebagai
bahan material yang berfungsi untuk bahan bangunan, dan lain-lain.

17
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma
dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Secara
geografis Indonesia terletak diantara dua samudra (pasifik dan hindia) dan dua
benua (Asia dan Australia). Selain itu Indonesia terletak diatas pertemuan tiga
lempeng bumi, yaitu lemper Eurasia, Indoaustralia dan lempeng pasifik.
Pertemuan dari tiga lempeng bumi di atas menyebabkan terjadinya aktivitas
magma di dalam bumi, hal ini menyebabkan di Indonesia terdapat banyak
gunung berapi.
Peran perawat pada penanganan dasar bencana gunung berapi adalah
bekerja sama dengan tim medis lain, antara lain penanganan yang harus
dilakukan adalah melakukan resusitasi dan dukungan hidup dasar, pertolongan
pada syok, menghentikan perdarahan, perawatan luka dan patah tulang,
memasang bidai dan balutan, rujukan, ambulan.

B. Saran
Sebaiknya di setiap gunung api yang masih aktif ada pos pengawasan
yang dilengkapi dengan alat-alat pemantauan yang akurat. Informasikan atau
komukasikan segala tanda bahaya yang diperoleh sedini mungkin kepada
masyarakat atau melalui kepala desa masing-masing. Buat sirene tanda bahaya
untuk mengingatkan penduduk untuk segera mengungsi bila keadaaan tambah
gawat. Pembuatan sungai yang khusus untuk aliran lahar dan membuat tanggul
yang kokoh untuk melindungi desa dari aliran lahar.

18

You might also like