You are on page 1of 7

EXPENSES

Kegiatan entitas bisnis untuk memperoleh pendapatan menyebabkan terjadinya


beban. Oleh karena itu penentuan jumlah beban secara tepat merupakan hal yang sangat
penting karena akan mempengaruhi laporan keuangan. Pada chapter ini akan dibahas
mengenai definisi dari beban, hubungan antara beban (expense) dan kerugian (losses),
pengakuan, dan pengukuran beban serta masalah bagi pembuat standar dan auditor.

LO.1 REVENUE DEFINED


Dalam framework paragraf 70 beban didefinisikan sebagai "penurunan manfaat
ekonomis selama periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau habisnya aset atau
terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas, selain yang berkaitan dengan
distribusi kepada peserta ekuitas."
FASB memberikan pengertian yang berbeda antara beban dengan kerugian. Kerugian
adalah penurunan aktiva bersih dari transaksi di sekitar dan transaksi tidak disengaja dari
peristiwa lain yang sebagian besar di luar kendali perusahaan, sedangkan beban berkaitan
dengan operasi besar atau utama yang sedang berlangsung.
Namun menurut Henderson, Peirson, dan Brown, perbedaan yang dinyatakan FASB
terkait biaya dan kerugian tidaklah begitu tampak berguna. Perbedaan ini menjadikan
adanya kebutuhan untuk menilai apakah transaksi yang terjadi adalah bagian dari operasi
besar atau utama entitas atau bukan.

Changes in assets and liabilities


Secara alami, pendapatan dan beban terjadi karena peristiwa dalam operasi bisnis.
Pada kenyataannya, peristiwa yang mengakibatkan peningkatan aset dan penurunan
kewajiban sukar untuk dilihat. Apa yang memberikan definisi biaya operasional adalah
konsep arus fisik yang melibatkan entitas, sehingga definisi framework mengacu pada arus
keluar atau habisnya aset atau terjadinya kewajiban.
Definisi dari framework tidak menyebutkan hubungan antara biaya dengan
pendapatan, meskipun keduanya didefinisikan pada manfaat ekonomi masa depan.
Meskipun pendapatan dan beban terjadi karena perusahaan melakukan kegiatan yang akan
menghasilkan keuntungan, sebaiknya pendapatan dihubungkan dengan kejadian aktual dari
produksi dan penjualan, dan biaya dihubungkan dengan peggunaan barang atau jasa untuk
mendukung peristiwa-peristiwa tersebut, bukan dengan peristiwa-peristiwa itu sendiri.

Expenses and ‘costs’


Framework menyatakan bahwa penggunaan aset mengakibatkan biaya pada entitas.
Hal ini sesuai dengan argumen sebelumnya bahwa beban merupakan perubahan nilai.
Perubahan nilai mengacu pada pengorbanan yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh
layanan tersebut. Jika tidak ada biaya untuk perusahaan, maka tidak ada beban. Terkadang
beban disebut sebagai 'expired cost'.
LO.2 EXPENSE RECOGNITION
Di dalam framework paragraf 83 disebutkan bahwa terdapat dua kriteria yang harus
dipenuhi dalam expense recognition yaitu:
1. Adanya kemungkinan arus keluar manfaat ekonomi di masa depan
Expense dikatakan probable karena pada umumnya kita berada di lingkungan yang
penuh dengan uncertainty. Untuk memastikan probabilitas tersebut maka kita harus
membuat degree of uncertainty. Degree of uncertainty ini juga harus memenuhi
karakteristik prudence (kehati-hatian dalam menetapkan degree probabilitas dalam
melakukan judgement yang dibutuhkan dalam mengestimasi keadaan yang kondisinya
uncertain dan neutrality (free from bias).
2. Memiliki cost atau value yang dapat diukur secara andal. Pengukuran yang reliable
maksudnya adalah ketika pengukuran membutuhkan estimasi, maka harus ada bukti
yang cukup untuk mendukung validitas dari estimasi tersebut. Misalnya untuk mengakui
suatu item sebagai expense maka bukti yang valid adalah adanya penurunan pada nilai
suatu aset atau kenaikan nilai liabilitas.

LO.3 EXPENSE MEASUREMENT


Dalam mengukur beban dalam periode berjalan, beberapa keputusan diperlukan
untuk membuat bagaimana beban seharusnya dialokasikan di masa depan yang dihasilkan
dari pendapatan. Terdapat beberapa standar akuntansi yang memberikan panduan
mengenai hal-hal seperti itu, tapi menawarkan pilihan dalam model biaya dan pembagian
pendapatan.
Sebagai contoh, IAS 16/AASB 116 aset, dan tetap memungkinkan untuk nilai aset
tetap diukur dalam beberapa cara setelah pengakuan (misalnya model biaya atau model
penilaian) dan beberapa pilihan penyusutan alternatif. Kriteria keputusan yang dimaksud
harus didukung oleh konsep akuntansi akrual dan biaya yang sesuai terhadap pendapatan
pada periode yang bersangkutan.

Allocation of expenses
Salah satu pendekatan pengukuran beban adalah dengan mengalokasikannya pada
periode akuntansi yang terkait. Paragraf 95 IASB/AASB menyatakan “Beban diakui atas basis
keterkaitan langsung antara biaya yang terjadi dan pendapatan suatu penghasilan yang
spesifik”. Mengaitkan antara pengorbanan (beban) dan keberhasilan (pendapatan) dalam
suatu periode tertentu merupakan fungsi utama akuntansi, namun dalam praktiknya, hal ini
sulit, dan melibatkan banyak keputusan subyektif para akuntan. Para akuntan harus
mengidentifikasi aset mana yang telah habis dipakai dan nilai yang harus dihapus terkait
pendapatan pada periode tersebut.
Matching concept merupakan titik kritis dalam historical cost accounting. Hal
tersebut memberikan tuntunan bagi akuntan dalam menentukan biaya mana yang harus
dibebankan dan dapat dipasangkan dengan pendapatan pada periode tersebut, serta biaya
mana yang belum habis masa gunanya, untuk dicatat sebagai aset dalam neraca. Untuk
mengatasi masalah tersebut terdapat 3 metode dasar pencocokan yaitu :
1. Menghubungkan sebab dan akibat
Cara yang paling ideal dalam memasangkan beban dengan pendapatan adalah dengan
menghubungkan sebab dan akibatnya. Meskipun sulit, berdasarkan observasi akuntan dapat
memutuskan barang dan jasa tertentu yang terpakai habis seharusnya membantu dalam
proses memperoleh pendapatan pada periode tersebut. Contohnya: komisi penjualan, biaya
penjualan, dan penggajian.
Menghubungkan sebab dan akibat sulit diterapkan dalam praktiknya. Salah satu
alasannya adalah, dalam praktik, konsep “cost-attach” (keterlekatan biaya) merupakan basis
dari pengaturan sebab – akibat. Menurut Paton dan Littleton:
“Ideally, all costs should be viewed as ultimately clinging to definite items of goods
sold or services rendered. If this conceptioil could be effectively realised in practice,
the net accomplishment of the enterprise could be measured in terms of units of
output rather than of intervals of time . . . In the more typical situation the degree
of continuity of activity tends to prevent the finding of a basis of affinity which will
permit convincing assignments, of all classes of costs incurred, to particular
operations, departments, and - finally - items of product. Not all costs attach in a
discernible manner, and this fact forces the accountant to fall back upon a time-
period as the unit for associating certain expenses with certain revenue”
Dalam situasi tipikal, basis dari keterlekatan biaya tidak dapat ditemukan. Sebagai
dampaknya, akuntan tidak menghubungkan secara langsung biaya dengan pendapatan,
namun memasangkan biaya pada suatu interval waktu tertentu. Asumsinya, biaya yang
digunakan dalam periode waktu tertentu sebagai beban pasti membantu untuk
menghasilkan pendapatan pada periode tersebut. Kritik lainnya juga menunjukkan bahwa
konsep sebab – akibat mengimplikasikan bahwa jumlah pendapatan tertentu dapat
dikaitkan pada suatu jumlah beban.
2. Alokasi secara sistematis dan rasional
Metode sebab akibat tidak dapat digunakan untuk semua biaya. Ketika tidak dapat
dilakukan, alternatif adalah dengan menggunakan alokasi yang rasional dan sistematis.
Tujuannya adalah untuk mengakui beban dalam periode akuntansi di mana manfaat
ekonomi yang dihubungkan dengan barang-barang yang dikonsumsi atau berakhir.
Alokasi Biaya adalah sebuah konsep pencocokan yang mengarah ke berbagai prosedur.
Sebagai contoh, untuk penyusutan dengan metode garis lurus, unit produksi, jumlah angka
tahun, saldo berkurang, dan metode lainnya. Idenya adalah untuk menemukan metode
tertentu yang kurang lebih bertepatan dengan pola jasa atau manfaat yang diberikan oleh
aset untuk masa mendatang. Karena kesulitan yang melekat dalam menerapkan prinsip,
banyak perusahaan memilih metode alokasi berdasarkan alasan-alasan yang tak ada
hubungannya dengan pola manfaat.
Salah satu kelemahan dari alokasi biaya adalah hal tersebut bergantung pada estimasi
dan asumsi, yang mungkin sewenang-wenang. Contoh alokasi sewenang-wenang dari biaya
berdasarkan waktu adalah amortisasi goodwill.
Di area di mana alokasi yang saat ini digunakan dikaitkan dengan pembayaran berbasis
saham. IFRS 2/AASB 2 berbasis setoran saham mewajibkan perusahaan mencatat beban
sehubungan dengan penghasilan yang diberikan kepada karyawan, baik dalam bentuk uang
tunai, aset lain atau instrumen ekuitas entitas. Tiga bentuk pembayaran berbasis saham:
a) Equity settled shared based payments (entitas menerima barang dan jasa sebagai
pertimbangan untuk instrumen ekuitasnya sendiri)
b) Cash settled shared based payments (entitas mengakuisisi barang dan jasa melalui
kewajiban yang terjadi berdasarkan jumlahnya untuk instrumen ekuitasnya sendiri)
c) Transaksi lain (entitas menerima atau memperoleh dan pelayanan yang baik dan entitas,
atau pemasok, memiliki pilihan apakah transaksi tersebut dengan instrumen ekuitas
atau secara tunai).
3. Pengakuan langsung
Prinsip terakhir ini terkait pengakuan dan pengukuran biaya dapat dilihat sebagai
salah satu yang bertanggung jawab atas kemungkinan lain yang tidak tercakup dalam
dua prinsip pertama. Sebagai contoh penggunaan pengakuan langsung adalah
pencatatan biaya iklan. Pengaruh iklan dapat memiliki manfaat jangka panjang, namun
mereka sering sulit untuk ditentukan. Sebagai contoh, pelanggan dapat membeli produk
karena mereka dipengaruhi oleh iklan mereka melihat dua tahun sebelumnya. Karena
manfaat tidak dapat ditentukan secara kredibel, biaya iklan biasanya diakui langsung
sebagai beban sesuai IAS 138 38/AASB tentang Aset Berwujud. Standard setter 9 IASB
dalam kasus ini) memiliki pandangan bahwa pengeluaran untuk penelitian tidak
memenuhi kriteria pengakuan untuk sebuah aset, yaitu, manfaat ekonomi masa depan
yang tidak mungkin, atau tidak dapat diukur dengan andal.

Criticisms of allocations
Paton dan Littleton Furnished membuat kerangka logis untuk akuntansi
konvensional. Konsep matching adalah kunci utama dalam kerangka alokasi. Mereka
menghubungkan beban dengan pendapatan dan usaha dengan pencapaian serta
memandang proses bisnis layaknya aliran biaya, yang berujung pada laporan laba rugi saat
biaya expired. Penentuan seberapa besar biaya yang expired menjadi hal yang penting yang
perlu diperhatikan akuntan. Sprouse berpendapat bahwa ini mengakibatkan neraca menjadi
kalah penting dibandingkan laporan laba rugi. Pendekatan ini mengakibatkan menurunnya
kegunaan neraca dalam pengambilan keputusan.
Praktek alokasi juga dikritik oleh Thomas yang menyebutkan bahwa laporan akuntan
adalah sampah karena informasi keuangan yang disajikan hanya berdasar alokasi semata.
Thomas berpendapat bahwa alokasi saat ini secara teoritis tidak tepat, alokasi yang tepat
harus memenuhi tiga kriteria berikut:
1. Additivity
Nilai total harus sama dengan total nilai per bagian. Jika alokasi dibuat dari nilai total,
pembagian harus nantinya habis sama dengan nilai total. Intinya adalah bila jumlah yang
dialokasikan ditotalkan, jumlahnya sama seperti sebelum dialokasikan.
2. Unambiguity
Metode alokasi harus menghasilkan alokasi unik. Pemilihan metode dan penerapan
harus jelas.
3. Defensibility
Setelah dipilihnya suatu metode alokasi, maka argumen atas pengambilan keputusan
tersebut harus dapat dipertahankan.

Defense of allocations
Tujuan alokasi pada akuntansi konvensional adalah untuk menentukan laba dengan
proses matching, atau lebih detailnya dalam hubungan sebab akibat. Efektivitas konsep ini
ada pada hubungan sebab-akibat yang unik dan jelas antara beban dan pendapatan
walaupun ini tidak dapat didemonstrasikan seperti kritrik Thomas. Namun, tujuan alokasi
tersebut dapat juga diubah seperti pada menentukan kembali proses mendapatkan profit
yang awalnya hubungan sebab akibat menjadi hubungan istimewa yakni straight line.
Zimmerman menunjukkan alokasi biaya untuk tujuan internal berguna sebagai alat
kontrol dan motivasi manajer, dan itu dianggap tepat. Dengan alokasi beban dan skema
insentif akan membuat manajer memperhatikan beban yang dilaporkan dan berupaya untuk
mengontrolnya sehingga menurunkan pengawasan terhadap menajer dan mengatasi
masalah koordinasi yang dihadapi manajer saat mengambil keputusan. Dia menyimpulkan
bahwa selama keuntungan teori alokasi melebihi biaya untuk mengalokasikannya seperti
pencatatan, maka penggunaannya masuk akal dapat diterima. Zimmerman berpendapat
bahwa alokasi biaya tetap dapat membantu mengukur opportunity cost yang selama ini sulit
dihitung.

LO.4 CHALLENGES FOR ACCOUNTING STANDARD SETTERS


Matching
Kerangka teoritis untuk laporan keuangan mempunyai makna bahwa baik neraca
(laporan posisi keuangan) dan laporan laba rugi menyajikan informasi dengan karakteristik
relevansi dan kedapatdipercayaan (faithfulness) yang representasional (IASB, 2008).
Standar IASB telah ditulis dan direvisi selama lebih dari 30 tahun. Framework kini
bertujuan untuk memberikan definisi umum dan kriteria pengakuan, untuk meningkatkan
konsistensi antara standar. Framework secara khusus juga menyatakan bahwa konsep
pencocokan tidak boleh diterapkan sedemikian rupa untuk memungkinkan pengakuan item
dalam neraca yang tidak memenuhi definisi aktiva atau kewajiban (paragraf 95).
Conservatism
Konsep kesesuaian (matching concept) membutuhkan banyak pertimbangan dalam
menentukan apakah suatu jumlah biaya yang ditentukan berlaku untuk masa depan atau
periode berjalan.
Salah satu alasan untuk kebutuhan yang lebih sedikit atas bukti obyektif dalam
pengakuan beban dibandingkan dengan pendapatan adalah konvensi konservatisme.
Konvensi ini menyatakan agar pencatatan atas beban, kerugian dan kewajiban sesegera
mungkin, meskipun bukti mungkin lemah; namun, dalam hal pendapatan, keuntungan dan
aset harus didukung dengan bukti yang lebih substansial sebelum dicatat. Menurut IAS
11/AASB 111, Construction Contract (para. 22), pendapatan kontrak dan kontrak biaya yang
berkaitan dengan kontrak konstruksi harus diakui sebagai pendapatan dan beban dengan
mengacu pada tingkat penyelesaian aktivitas kontrak pada tanggal pelaporan. Kerugian yang
diharapkan pada kontrak konstruksi harus diakui sebagai beban dengan segera.
Beberapa berpendapat bahwa konservatisme mendasari kriteria probabilitas dan
keandalan yang dianut dalam framework. Istilah probable berarti bahwa peristiwa di masa
depan kemungkinan akan terjadi untuk mengonfirmasi kerugian atau biaya. Dengan
demikian, beban piutang tak tertagih dicatat karena kemungkinan pada tanggal laporan
keuangan bahwa entitas akan dapat mengumpulkan jumlah tertentu untuk yang berhak.
Berdasarkan australian guidelines (SAC 4), konservatisme dianggap bias yang harus
dihindari. Framework saat ini tidak begitu eksplisit, meskipun menominasikan netralitas
sebagai karakteristik kualitatif informasi keuangan. Informasi dengan bias konservatif
bukanlah erupakan informasi netral. Sejauh mana konservatisme dipraktekkan melalui
pengakuan provisi telah dibatasi dalam introduction IAS 37/AASB 137 Provision, Contingent
Liabilities, and Contingent Assets. Sebagai tambahan atas kriteria pengakuan dalam
framework yang berkaitan dengan 'probibality' dan 'reliability', standar ini mensyaratkan
sebuah entitas agar memiliki present obligation (legal atau konstruktif) sebelum mengakui
penyisihan (para. 95).
Dengan demikian, provisi tidak dapat diakui kecuali entitas tidak dapat menghindari
adanya kewajiban; yaitu, tidak memiliki alternatif realistis untuk menyelesaikan kewajiban
(pasal. 17)

LO.5 ISSUES FOR AUDITORS


Auditor menghadapi isu seputar perbedaan antara beban dan aset, dalam periode di
mana beban diakui, dan pengukuran beban yang tepat. Definisi beban dalam Framework
paragraf 70, sebagai penurunan manfaat ekonomi dalam bentuk arus keluar atau deplesi
aset, memfokuskan perhatian pada pilihan antara pendebetan beban atau aset pada saat
mencatat arus keluar aset (atau timbulnya kewajiban). Salah satu kesalahan akuntansi yang
terungkap setelah runtuhnya World Com adalah kapitalisasi beban usaha sebagai aset yang
tidak tepat.
Memperlakukan beban sebagai aset adalah cara yang relatif sederhana untuk melebih-
lebihkan laba pada periode berjalan, dan auditor biasanya memerlukan bukti kuat untuk
mendukung kapitalisasi pengeluaran. Namun, upaya manajer untuk melebih-lebihkan beban
(dan mengecilkan aset) juga dapat menyebabkan masalah bagi auditor.
Praktik akuntansi “bigbath” dan “cookiejar” melanggar prinsip-prinsip alokasi beban
yang asistematis dan rasional untuk periode akuntansi yang tepat. Auditor biasanya
cenderung kurang memberikan perhatian pada kemungkinan terjadinya “overstated”
dibandingkan “understated” karena keyakinan bahwa pendekatan konservatif atas
pengukuran keuntungan lebih diperlukan.
Area terkait beban yang akan menyulitkan auditor adalah akuntansi terkait estimasi,
seperti ketentuan untuk persediaan usang, garansi, kerugian terhadap tuntutan hukum, dan
konstruksi yang masih berjalan. Auditor harus menguji asumsi dan proses yang digunakan
oleh manajemen dalam mengestimasi beban dan mempertimbangkan bukti-bukti untuk
mendukung nilai dari beban yang diakui tersebut.

You might also like