Professional Documents
Culture Documents
Allocation of expenses
Salah satu pendekatan pengukuran beban adalah dengan mengalokasikannya pada
periode akuntansi yang terkait. Paragraf 95 IASB/AASB menyatakan “Beban diakui atas basis
keterkaitan langsung antara biaya yang terjadi dan pendapatan suatu penghasilan yang
spesifik”. Mengaitkan antara pengorbanan (beban) dan keberhasilan (pendapatan) dalam
suatu periode tertentu merupakan fungsi utama akuntansi, namun dalam praktiknya, hal ini
sulit, dan melibatkan banyak keputusan subyektif para akuntan. Para akuntan harus
mengidentifikasi aset mana yang telah habis dipakai dan nilai yang harus dihapus terkait
pendapatan pada periode tersebut.
Matching concept merupakan titik kritis dalam historical cost accounting. Hal
tersebut memberikan tuntunan bagi akuntan dalam menentukan biaya mana yang harus
dibebankan dan dapat dipasangkan dengan pendapatan pada periode tersebut, serta biaya
mana yang belum habis masa gunanya, untuk dicatat sebagai aset dalam neraca. Untuk
mengatasi masalah tersebut terdapat 3 metode dasar pencocokan yaitu :
1. Menghubungkan sebab dan akibat
Cara yang paling ideal dalam memasangkan beban dengan pendapatan adalah dengan
menghubungkan sebab dan akibatnya. Meskipun sulit, berdasarkan observasi akuntan dapat
memutuskan barang dan jasa tertentu yang terpakai habis seharusnya membantu dalam
proses memperoleh pendapatan pada periode tersebut. Contohnya: komisi penjualan, biaya
penjualan, dan penggajian.
Menghubungkan sebab dan akibat sulit diterapkan dalam praktiknya. Salah satu
alasannya adalah, dalam praktik, konsep “cost-attach” (keterlekatan biaya) merupakan basis
dari pengaturan sebab – akibat. Menurut Paton dan Littleton:
“Ideally, all costs should be viewed as ultimately clinging to definite items of goods
sold or services rendered. If this conceptioil could be effectively realised in practice,
the net accomplishment of the enterprise could be measured in terms of units of
output rather than of intervals of time . . . In the more typical situation the degree
of continuity of activity tends to prevent the finding of a basis of affinity which will
permit convincing assignments, of all classes of costs incurred, to particular
operations, departments, and - finally - items of product. Not all costs attach in a
discernible manner, and this fact forces the accountant to fall back upon a time-
period as the unit for associating certain expenses with certain revenue”
Dalam situasi tipikal, basis dari keterlekatan biaya tidak dapat ditemukan. Sebagai
dampaknya, akuntan tidak menghubungkan secara langsung biaya dengan pendapatan,
namun memasangkan biaya pada suatu interval waktu tertentu. Asumsinya, biaya yang
digunakan dalam periode waktu tertentu sebagai beban pasti membantu untuk
menghasilkan pendapatan pada periode tersebut. Kritik lainnya juga menunjukkan bahwa
konsep sebab – akibat mengimplikasikan bahwa jumlah pendapatan tertentu dapat
dikaitkan pada suatu jumlah beban.
2. Alokasi secara sistematis dan rasional
Metode sebab akibat tidak dapat digunakan untuk semua biaya. Ketika tidak dapat
dilakukan, alternatif adalah dengan menggunakan alokasi yang rasional dan sistematis.
Tujuannya adalah untuk mengakui beban dalam periode akuntansi di mana manfaat
ekonomi yang dihubungkan dengan barang-barang yang dikonsumsi atau berakhir.
Alokasi Biaya adalah sebuah konsep pencocokan yang mengarah ke berbagai prosedur.
Sebagai contoh, untuk penyusutan dengan metode garis lurus, unit produksi, jumlah angka
tahun, saldo berkurang, dan metode lainnya. Idenya adalah untuk menemukan metode
tertentu yang kurang lebih bertepatan dengan pola jasa atau manfaat yang diberikan oleh
aset untuk masa mendatang. Karena kesulitan yang melekat dalam menerapkan prinsip,
banyak perusahaan memilih metode alokasi berdasarkan alasan-alasan yang tak ada
hubungannya dengan pola manfaat.
Salah satu kelemahan dari alokasi biaya adalah hal tersebut bergantung pada estimasi
dan asumsi, yang mungkin sewenang-wenang. Contoh alokasi sewenang-wenang dari biaya
berdasarkan waktu adalah amortisasi goodwill.
Di area di mana alokasi yang saat ini digunakan dikaitkan dengan pembayaran berbasis
saham. IFRS 2/AASB 2 berbasis setoran saham mewajibkan perusahaan mencatat beban
sehubungan dengan penghasilan yang diberikan kepada karyawan, baik dalam bentuk uang
tunai, aset lain atau instrumen ekuitas entitas. Tiga bentuk pembayaran berbasis saham:
a) Equity settled shared based payments (entitas menerima barang dan jasa sebagai
pertimbangan untuk instrumen ekuitasnya sendiri)
b) Cash settled shared based payments (entitas mengakuisisi barang dan jasa melalui
kewajiban yang terjadi berdasarkan jumlahnya untuk instrumen ekuitasnya sendiri)
c) Transaksi lain (entitas menerima atau memperoleh dan pelayanan yang baik dan entitas,
atau pemasok, memiliki pilihan apakah transaksi tersebut dengan instrumen ekuitas
atau secara tunai).
3. Pengakuan langsung
Prinsip terakhir ini terkait pengakuan dan pengukuran biaya dapat dilihat sebagai
salah satu yang bertanggung jawab atas kemungkinan lain yang tidak tercakup dalam
dua prinsip pertama. Sebagai contoh penggunaan pengakuan langsung adalah
pencatatan biaya iklan. Pengaruh iklan dapat memiliki manfaat jangka panjang, namun
mereka sering sulit untuk ditentukan. Sebagai contoh, pelanggan dapat membeli produk
karena mereka dipengaruhi oleh iklan mereka melihat dua tahun sebelumnya. Karena
manfaat tidak dapat ditentukan secara kredibel, biaya iklan biasanya diakui langsung
sebagai beban sesuai IAS 138 38/AASB tentang Aset Berwujud. Standard setter 9 IASB
dalam kasus ini) memiliki pandangan bahwa pengeluaran untuk penelitian tidak
memenuhi kriteria pengakuan untuk sebuah aset, yaitu, manfaat ekonomi masa depan
yang tidak mungkin, atau tidak dapat diukur dengan andal.
Criticisms of allocations
Paton dan Littleton Furnished membuat kerangka logis untuk akuntansi
konvensional. Konsep matching adalah kunci utama dalam kerangka alokasi. Mereka
menghubungkan beban dengan pendapatan dan usaha dengan pencapaian serta
memandang proses bisnis layaknya aliran biaya, yang berujung pada laporan laba rugi saat
biaya expired. Penentuan seberapa besar biaya yang expired menjadi hal yang penting yang
perlu diperhatikan akuntan. Sprouse berpendapat bahwa ini mengakibatkan neraca menjadi
kalah penting dibandingkan laporan laba rugi. Pendekatan ini mengakibatkan menurunnya
kegunaan neraca dalam pengambilan keputusan.
Praktek alokasi juga dikritik oleh Thomas yang menyebutkan bahwa laporan akuntan
adalah sampah karena informasi keuangan yang disajikan hanya berdasar alokasi semata.
Thomas berpendapat bahwa alokasi saat ini secara teoritis tidak tepat, alokasi yang tepat
harus memenuhi tiga kriteria berikut:
1. Additivity
Nilai total harus sama dengan total nilai per bagian. Jika alokasi dibuat dari nilai total,
pembagian harus nantinya habis sama dengan nilai total. Intinya adalah bila jumlah yang
dialokasikan ditotalkan, jumlahnya sama seperti sebelum dialokasikan.
2. Unambiguity
Metode alokasi harus menghasilkan alokasi unik. Pemilihan metode dan penerapan
harus jelas.
3. Defensibility
Setelah dipilihnya suatu metode alokasi, maka argumen atas pengambilan keputusan
tersebut harus dapat dipertahankan.
Defense of allocations
Tujuan alokasi pada akuntansi konvensional adalah untuk menentukan laba dengan
proses matching, atau lebih detailnya dalam hubungan sebab akibat. Efektivitas konsep ini
ada pada hubungan sebab-akibat yang unik dan jelas antara beban dan pendapatan
walaupun ini tidak dapat didemonstrasikan seperti kritrik Thomas. Namun, tujuan alokasi
tersebut dapat juga diubah seperti pada menentukan kembali proses mendapatkan profit
yang awalnya hubungan sebab akibat menjadi hubungan istimewa yakni straight line.
Zimmerman menunjukkan alokasi biaya untuk tujuan internal berguna sebagai alat
kontrol dan motivasi manajer, dan itu dianggap tepat. Dengan alokasi beban dan skema
insentif akan membuat manajer memperhatikan beban yang dilaporkan dan berupaya untuk
mengontrolnya sehingga menurunkan pengawasan terhadap menajer dan mengatasi
masalah koordinasi yang dihadapi manajer saat mengambil keputusan. Dia menyimpulkan
bahwa selama keuntungan teori alokasi melebihi biaya untuk mengalokasikannya seperti
pencatatan, maka penggunaannya masuk akal dapat diterima. Zimmerman berpendapat
bahwa alokasi biaya tetap dapat membantu mengukur opportunity cost yang selama ini sulit
dihitung.