Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Asyiah
Mengetahui,
Ketua Komisariat UBK Polban
Alhamdulillah, Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT
serta shalawat serta salam semoga tercurah limpah kepada tokoh dan teladan kita
Nabi Muhammad SAW, kepada para tabiin, kepada keluarga dan kita selaku
umatnya hingga akhir zaman. Diantara sekian banyak nikmat Allah SWT yang
diberikan pada waktu yang tepat kepada hambanya, atas karunia-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Telaah kontribusi KAMMI terhadap
Perkembangan Islam di Indonesia dengan tepat waktu.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai
salah satu syarat yang diajukan untuk memenuhi keikutsertaan Daurah Marhalah
II KAMMI Daerah Bandung.
Dalam proses penyusunan makalah ini saya menjumpai hambatan, namun
berkat dukungan moril dan materil dari berbagai pihak, akhirnya saya dapat
menyelesaikan tugas ini dengan cukup baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini,
penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Susanto Triyogo Adiputro, selaku suami yang dengan sabar
membimbing dan memberikan suntikan semangat dalam mengerjakan
makalah ini.
2. Septi Sri Rahmawati, selaku pembimbing makalah DM 2 yang banyak
memberi masukkan dan arahan dalam menulis makalah ini
3. Agan Sosiowidyowati, sahabat penulis yang menjadi teman
seperjuangan dalam mengikuti proses seleksi DM 2 ini.
Segala sesuatu yang salah datangnya hanya adri manusia dan seluruh hal
yang benar hanya bersumber dari Allah SWT, maka tentu makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun dari
semua pihak sangat saya harapkan demi perbaikan makalah ini selanjutnya.
Harapan saya semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami dan bagi
pembaca lain pada umumnya.
iii
DAFTAR ISI
iv
1. BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Menjelaskan tentang perkembangan sejarah Islam Indonesia
2. Menelaah kontribusi KAMMI dalam perkembangan Islam di Indonesia
3. Menjelaskan kontribusi yang seharusnya dilakukan KAMMI dalam upaya
mewujudkan bangsa dan negara Indonesia yang Islami
BAB II PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan tentang analis dan pembahasan dari apa yang menjadi
kontribusi KAMMI dalam perkembangan Islam di Indonesia,
2
BAB III PENUTUP
Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran dari analisis
pembahasan makalah serta saran untuk pengembangan makalah lebih
lanjut
3
2. BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Indonesia Pada Mulanya
Nusantara merupakan gugusan pulau yang terbentang dari sabang sampai
merauke. Nusantara sebagai kesatuan ruang mulai memberi potensi terbentuknya
Identitas. Sudah sejak lama warga nusantara melihat laut sebagai penghubung –
bukan pengehalang- bagi interaksi antara warga, khususnya dalam perdagangan
antar bangsa. Hal ini merupakan modal terbentuknya Identitas Indonesia di
kemudian hari.
Menurut buku Gelombang Ketiga Indonesia, Anis Matta menjelaskan
bahwa Nama Indonesia pertama kali muncul sebagai penamaan etnis bagi orang
yang menetap di nusantara oleh penjajahan Belanda. Nama Indonesia timbul
tenggelam, bergantian dengan nama “Insulinde” dalam wacana publik Belanda.
Pencarian identitas sebagai bangsa yang berdaulat atas nasibnya sendiri
merupakan reaksi dari penjajahan yang menempatkan bangsa Indonesia sebaga
dari identitas defensif “yang terjajah v.s penjajah”. Kesadaran ini pula yang
menggerakan perjuangan kemerdekaan yang lebih massif dari periode sebelumnya
orang yang ditentukan nasibnya oleh penjajah. Jika kita bedah Indonesia pada hari
kelahirannya, kita akan temukan bahwa nilai terdalamnya adalah solidaritas.
“Bangsa Indonesia” bukan berasal dari penghuni yang secara biologis lahir dan
turun-temurun berada di tanah ini. Bangsa Indonesia adalah mereka yang
mengakui bahwa Indonesia adala tanah air mereka. Indonesia adalah kesepakatan
yang lahir dari jiwa besar, yang lahir dari rasa silodaritas, hasil proses sejarah
yang panjang
4
Menurut Suryanegara bahwa ada beberapa teori yang membahas terkait
awal mula masuknya Islam di Indonesia. Teori-teori ini mencoba memberikan
jawaban atas permasalahan tentang masuknya agama Islam ke Nusantara dengan
perbedaan pendapatnya: Pertama, mengenai waktu masuknya agama Islam.
Kedua, tentang asal negara yang menjadi perantara atau sumber tempat
pengambilan ajaran agama Islam. Ketiga, tentang pelaku penyebar atau pembawa
agama Islam ke Nusantara.
Sebagian ahli sejarah menyebut jika sejarah masuknya Islam ke Indonesia
sudah dimulai sejak abad ke 7 Masehi. Pendapat ini didasarkan pada berita yang
diperoleh dari para pedagang Arab. Dari berita tersebut, diketahui bahwa para
pedagang Arab ternyata telah menjalin hubungan dagang dengan Indonesia pada
masa perkembangan Kerajaan Sriwijaya pada abad ke 7.
Sebagian ahli sejarah lainnya berpendapat bahwa sejarah masuknya Islam
ke Indonesia dimulai sejak abad ke 11 Masehi. Pendapat ini didasarkan pada bukti
adanya sebuah batu nisan Fatimah binti Maimun yang berada di dekat Gresik
Jawa Timur. Batu nisan ini berangka tahun 1082 Masehi.
Di samping kedua pendapat di atas, beberapa ahli lain justru meyakini jika
sejarah masuknya Islam ke Indonesia baru dimulai pada abad ke 13 Masehi.
Pendapat ini didasarkan pada beberapa bukti yang lebih kuat, di antaranya
dikaitkan dengan masa runtuhnya Dinasti Abassiah di Baghdad (1258), berita dari
Marocopolo (1292), batu nisan kubur Sultan Malik as Saleh di Samudra Pasai
(1297), dan berita dari Ibnu Battuta (1345). Pendapat tersebut juga diperkuat
dengan masa penyebaran ajaran tasawuf di Indonesia.
Kemudian menurut Anis Matta, agama ini dibawa oleh pedagang dari
Arab yang menetap di kota-kota pelabuhan nusantara. Pada abad ke-8 telah berdiri
perkampungan muslim di pesisir Sumatra. Pada awalnya, Sumatra (dan nusantara
pada umumnya) hanyalah persinggahan para pedagang Arab menuju Tiongkok
dan Jawa. Pada abad ke-13, Samudra Pasai menjadi kerjaan Islam pertama di
Nusantara, disusul berdirinya Kerajaan Demak pada abad ke-15. Awalnya, Raden
Patah adalah wakil kerajaan Majapahit di daerah itu yang kemudian dia
memutuskan masuk Islam dan mendirikan kerajaan sendiri.
5
Islam masuk ke Nusantara secara damai karena merupakan “by product”
dari interaksi perdagangan, bukan agenda utama penyebaran agama apalagi
ekspansi teritorial kerajaan Islam tertentu. Islam di Indonesia berkembang melalui
asimilasi dengan tradisi dan budaya setempat.
Sejak abad ke-13, Islam telah memberi warna dominan di bumi nusantara.
Kerajaan-kerajaan yang berjuang melawan kolonialisme Belanda hampir
semuanya bercorakkan keislaman. Mulai dari Cut Nyak Dien di Aceh, Pangeran
Diponegoro di Jawa, Sultan Hasanuddin di Makassar sampai Sultan Baabullah di
Ternate, semuanya adalah pemimpin komunitas Islam dalam melawan
pendudukan Belanda. Dalam kepercayan mereka, melawan penjajah itu mulia
seperti jihad. Bahkan perang di Aceh disebut sebagai “Perang Salib” oleh rakyat
Aceh untuk menggambarkan betapa perang t ersebut adalah perjuangan melawan
kekufuran yang batil. Perlawanan ini juga kemudian menjadi cikal-bakal
kesadaran nasionalisme di kalangan Islam.
Nurcholis Madjid menjelaskan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan di
masyarakat juga tidak terlepas dari peran lembaga pendidikan Islam. Pondok
pesantren berperan penting sebagai penyuplai semangat perlawanan terhadap
imperialisme, walaupun berujung pada terkucilkannya komunitas pesantren dari
pergaulan dan pendidikan modern pada awal abad ke-20 hingga setelah Indonesia
merdeka.
6
yang sudah masuk Islam dan para Mubaligh Indonesia juga ikut berperan dalam
penyebaran Islam di berbagai wilayah Indonesia. Akibatnya, pengaruh Islam di
Indonesia makin bertambah luas di kalangan masyarakat terutama di daerah
pantai. Pada akhir abad ke 12 Masehi, kekuasaan politik dan ekonomi Kerajaan
Sriwijaya mulai merosot. Seiring dengan kemunduran pengaruh Sriwijaya, para
pedagang Islam beserta para mubalighnya kian giat melakukan peran politik.
Misalnya, saaat mendukung daerah pantai yang ingin melepaskan diri dari
kekuasaan Sriwijaya. Menjelang berakhirnya abad ke 13 sekitar tahun 1285
berdiri kerajaan bercorak Islam yang bernama Samudra Pasai. Malaka yang
merupakan pusat perdagangan penting dan juga pusat penyebaran Islam
berkembang pula menjadi kerajaan baru dengan nama Kesultanan Malaka. Pada
awal abad ke 15, kerajaan Majapahit mengalami kemerosotan, bahkan pada tahun
1478 mengalami keruntuhan. Banyak daerah yang berusaha melepaskan diri dari
kerajaan Majapahit. Pada tahun 1500, Demak berdiri sebagai kerajaan Islam
pertama di Jawa. Berkembangnya kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam ini
kemudian disusul berdirinya Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon. Di luar
Jawa juga banyak berkembang kerajaan yang bercorak Islam seperti Kesultanan
Ternate, Kesultanan Gowa, dan kesultanan Banjar. Melalui kerajaan-kerajaan
bercorak Islam itulah, agama Islam makin berkembang pesat dan tersebar di
berbagai wilayah Indonesia. Agama Islam tidak hanya dianut oleh penduduk di
daerah pantai saja, tetapi sudah menyebar ke daerah-daerah pedalaman.
7
3. Perkawinan, yaitu perkawinan antara pedagang Muslim, mubaligh dengan
anak bangsawan Indonesia. Hal ini akan mempercepat terbentuknya inti
sosial, yaitu keluarga Muslim dan masyarakat Muslim. Dengan
perkawinan itu secara tidak langsung orang muslim tersebut status
sosialnya dipertinggi dengan sifat kharisma kebangsawanan. Lebih-lebih
apabila pedagang besar kawin dengan putri raja, maka keturunannya akan
menjadi pejabat birokrasi, putra mahkota kerajaan, syahbandar, qadi, dan
lain-lain.
4. Pendidikan, setelah kedudukan para pedagang mantap, mereka menguasai
kekuatan ekonomi di bandar-bandar seperti Gresik. Pusat-pusat
perekonomian itu berkembang menjadi pusat-pusat pendidikan dan
penyebaran Islam. Pusat-pusat pendidikan dan da’wah Islam di kerajaan
Samudera Pasai berperan sebagai pusat dakwah pertama yang didatangi
pelajar-pelajar dan mengirim mubaligh lokal, di antaranya mengirim
Maulana Malik Ibrahim ke Jawa. Selain menjadi pusat-pusat pendidikan,
yang disebut pesantren, di Jawa juga merupakan markas penggemblengan
kader-kader politik. Misalnya, Raden Fatah, Raja Islam pertama Demak,
adalah santri pesantren Ampel Denta; Sunan Gunung Jati, Sultan Cirebon
pertama adalah didikan pesantren Gunung Jati dengan Syaikh Dzatu
Kahfi; Maulana Hasanudiidn yang diasuh ayahnya Sunan Gunung Jati
yang kelak menjadi Sunan Banten pertama.
5. Tasawuf dan tarekat. Sudah diterangkan bahwa bersamaan dengan
pedagang, datang pula para ulama, da’i, dan sufi pengembara. Para ulama
atau sufi itu ada yang kemudian diangkat menjadi penasihat dan atau
pejabat agama di kerajaan. Di Aceh ada Syaikh Hamzah Fansuri,
Syamsuddin Sumatrani, Nuruddin ar-Raniri, Abdul Rauf Singkel.
Demikian juga kerajaan-kerajaan di Jawa mempunyai penasihat yang
bergelar wali, yang terkenal adalah Wali Songo.
6. Saluran yang banyak sekali dipakai untuk penyebaran Islam terutama di
Jawa adalah seni. Wali Songo, terutama Sunan Kali Jaga, mempergunakan
8
banyak cabang seni untuk Islamisasi, seni arsitektur, gamelan, wayang,
nyayian, dan seni busana.
Menurut Kuntowijoyo, sistem pendidikan Islam terus mengalami
perubahan sejak permulaan abad ke-20. Sistem pendidikan Islam yang paling
awal adalah pondok pesantren. Jenis pendidikan ini dianggap adaptasi Islam
terhadap lembaga sejenis yang sudah ada sejak periode pra-Islam pada masa
Hindu-Budha.
Dakwah di Indonesia mundur, salah satu indikatornya jumlah umat Islam
di Indonesia menurun terus, 350 tahun kita di jajah Belanda, ketika kita merdeka
jumlah penduduk di Indonesia tahun 1945 sebanyak 60 juta jiwa, 95,4% nya
beragama Islam. Sensus pertama di tahun 1960, jumlah penduduk Indonesia 90
juta, umat Islam di Indonesia masih 95%. Sensus kedua di zaman kemerdekaan
penduduk Indonesia 135 juta, umat Islam Indonesia menjadi 87%. Hasil Susenas
(Sensus Ekomoni Nasional) tahun 2009, umat Islam tinggal 83%. Jumlah
penduduk Indonesia menurun dikarenakan kita tidak melaksanakan dakwah, kita
baru melaksanakan Tabligh. Belum ada sebuah tim yang terstruktur dalam satu
komando untuk menggerakan.
Modal besar bagi Indonesia yang paling memungkinkan mengetahui Islam
secara sempurna, Islam masuk ke Indonesia bukan dengan cara perang, namun
dengan cara penyebaran yang sempurna oleh para wali songo. Berbeda dengan
bangsa lain yang masuk melalui kemiliteran atau peperangan, Fakta menunjukan
bahwa banyak peninggalan Islam di negara yang mayoritas bukan Islam, misal di
India dengan masjid Taj Mahalnya, Turki dengan masjid Cordobanya, dll.
Betapa banyak peranan ulama dalam penyebaran Islam di Indonesia.
Diantaranya adalah fakta bahwa nama Jayakarta diangkat dari Al-Quran Surat Al-
Fath 48 : 1. Inna Fathana laka Fathan Mubina. Makna Fathan Mubina adalah
Kemenangan Paripurna atau Jyakarta. Yang dikemudian dari disebut Jakarta.
Nama Jayakarta melambangkan rasa syukur kepada Allah SWT atas
kemenangannya dalam menggagalkan usaha penjajahan Kerajaan Katolik
Portugis di Pelabuhan Kalapa atau Sunda Kalapa. Ternyata nama Jayakarta
sebagai karya salah seorang wali dari Wali Songo dan bersumberkan Al-Quran
9
dan terjadi bertepatan dengan Bulan Ramadhan. Kisah heroik Wali Songo yang
terlupakan, sang peletak fondasi dasar nama Ibu Kota Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang pada kenyataannya pada buku-buku sejarah hanya mengkisahkan
tentang dongeng semata.
10
3 BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Analisis
Melalui sejarah, kita dapat melihat bagaimana perkembangan Islam di
Indonesia. Memahaminya merupakan suatu keharusan bagi kita sebagai warga
negara Indonesia. Dengan mengenal, kita menjadi paham apa yang menjadi
kewajiban kita sebagai anak bangsa dari negara ini. Lebih dalam dari itu, kita
dapat mengenal bagaimana perjuangan orang-orang terdahulu, bagaimana
tantangan-tantangan yang dihadapi dan siapa saja pahlawan yang memiliki peran
penting khususnya dalam membentuk peradaban Islam di Indonesia.
Berdasarkan apa yang penulis pelajari, melalui berbagai literatur seperti
buku dan internet. Dapat diambil garis besar bahwa ternyata banyak sekali peran
yang dilakukan tokoh-tokoh Islam atau para ulama dalam perkembangan
penyebaran agama Islam di Indonesia, tidak hanya tentang Islam, ternyata efek
dari perjuangan mereka pun memiliki kontribusi penting terhadap sejarah negara
Indonesia, yaitu Kemerdekaan Negara Indonesia yang pada awalnya, rakyat
Indonesia seperti tidak tahu bahwa negaranya sedang di jajah. Namun, setelah
beberapa dari anak bangsa ini mengenyam pendidikan di luar negeri, mereka
akhirnya tersadarkan bahwa negara ini sedang di jajah.
Faktanya, dari apa yang penulis pelajari di bangku sekolah (lihat : Sekolah
Dasar dan Sekolah Menengah Pertama) ada beberapa tokoh atau organisasi yang
tidak dimunculkan atau sengaja ditutupi dari konsumsi khalayak publik. Misalnya
tentang penamaan Ibukota Negara Jakarta, ternyata nama ini diambil Al-Quran
yang merupakan usulan dari para ulama. Nama Jakarta diambil dari QS. Al-Fath :
1 yang berbunyi “Inna Fathana laka Fathan Mubina”, artinya adalah
Kemenangan Paripurna atau Jyakarta. Dan masih banyak lagi peran ulama atau
para pejuang Islam yang memiliki andil besar terhadap sejarah di Indonesia.
Setelah memahami bagaimana perkembangan Islam di Indonesia, pada
era reformasi tahun 1998 lahirlah KAMMI (Kesatuan Mahasiswa Muslim
Indonesia) yang berhasil mengukir sejarah perkembangan Islam di Indonesia.
11
KAMMI lahir sebagai pelopor aksi damai dalam meruntuhkan kepemimpinan
rezim Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun. KAMMI hadir menghimpun
segenap mahasiswa muslim Indonesia yang bersedia bekerjasama membangun
negara dan bangsa Indonesia. KAMMI berperan sebagai wadah dan mitra bagi
mahasiswa Indonesia yang ingin menegakkan keadilan dan kebenaran dalam
wadah negara hukum Indonesia melalui tahapan pembangunan nasional yang
sehat dan bertanggung jawab.
Sesuai dengan Visi KAMMI yaitu sebagai wadah perjuangan permanen
yang melahirkan kader-kader pemimpin dalam upaya mewujudkan bangsa dan
negara Indonesia yang Islami. KAMMI mengambil peran sebagai mitra bagi
masyarakat dalam upaya-upaya pembangunan masyarakat sipil, demokratisasi dan
pembangunan kesatuan/persaudaraan ummat dan bangsa melalui
pendampingan/advokasi sosial, kritisi/konstruktif terhadap kebijakan negara yang
memarginalisasi masyarakat. KAMMI hadir sebagai wajihah-wajihah yang
fungsional sesuai dengan perannya sebagai salah satu organisasi keislaman yang
tersebar hampir ke seluruh perguruan tinggi yang terdapat di Indonesia. Hadirnya
KAMMI sebagai salah satu organsasi eks kampus yang saat ini menjadi organisasi
yang dibutuhkan oleh mahasiswa dalam membentuk karakter mereka yang Islami.
Banyak mahasiswa yang lahir dari KAMMI menjadi tokoh yang dipercaya
masyarakat luas, mulai dari anggota eksekutif, legislatif dan yudikatif di negeri
ini.
Ini membuktikan bahwa KAMMI memberikan manfaat yang luar biasa
besarnya dalam kehidupan bernegara. Membentukan karakter diri seorang
mahasiswa yang Islami hingga menjadi bagian penting kehidupan kenegaraan.
“Muslim Negarawan”, sangatlah pantas menghiasi organ jiwa dan raga dalam diri
kader KAMMI.
Berbicara masalah Muslim negarawan, berarti kita membahas
tentang seorang muslim yang peka terhadap segala kebijakan dan peraturan
pemerintah sebagai penguasa tertinggi Negara. Siapa yang akan mengoreksi
tugas-tugas pemerintah, kalau bukan kita sebagai rakyatnya. Seharusnya rakyatlah
12
yang menggenggam kekuasaan tertinggi di setiap negara-negara di seluruh
belahan bumi.
Pada saat ini, peran KAMMI tidak serta merta soal aksi, KAMMI
bukanlah gerakan mahasiswa yang hanya menyuarakan suara penderitaan rakyat
atau perlawanan terhadap para pengausa yang dirasa kurang bijak dalam
mengelola pemerintahan, namun kini KAMMI lahir sebagai gerakan dakwah,
gerakan intelektual, gerakan sosial dan gerakan politik ekstraparlementer. Berikut
akan dibahas lebih dalam mengenai peran atau kontribusi KAMMI :
13
dan berjuang melawan hawa nafsu. Hal ini merupakan konsep dari Manhaj yang
diterapkan oleh KAMMI atau bisa kita sebut sebagai 10 muwassofat muslim. Dan
KAMMI hari ini adalah tempat kita merajut cita-cita kemerdekaan dan peradaban
Islam. KAMMI menjadi kampus, laboratorium dan rumah bagi kita untuk terus
tumbuh dan berkembang menjadi orang-orang yang kuat dalam memikul beban
peradaban.
14
Ketika kita menganggap obrolan sesama kita adalah sesuatu yang ‘tidak
bermanfaat’, maka ini (menurut saya) suatu bentuk arogansi, karena menganggap
‘buruk’, lantas kita tinggalkan. Padahal bisa jadi kitalah yang tidak update
kondisi. Kader-kader harus mau membaur dengan sesamanya, lintas
gerakan.Obrolan-obrolan keseharian mahasiswa adalah sesuai naluri
kemanusiaan, kita saja yang kurang open mind, padahal bagaimana bisa
mendapatkan kader yang banyak jika kita tak mau membaur dengan umumnya
mahasiswa.Kita terbiasa dengan naluri langit, namun kesulitan
menerjemahkannya ke dalam bentuk naluri manusia.
Intelektual profetik berarti intelektual yang berupaya menuntun manusia
menuju fitrahnya. Fitrah manusia adalah mendekatkan dirinya pada
pencipta.KAMMI menuntun supaya nalar akal dan nalar wahyu dapat bertemu.
Mendukung tumbuhnya manusia apa adanya, tanpa paksaan harus seperti ini atau
seperti itu. Karena KAMMI mendidik kader menjadi pemimpin tanpa harus
disetir.Kader bertumbuh sesuai minat dan spesialisasinya, tidak ada plotting yang
sifatnya memaksa.Secara natural, yang tujuannya mencerahkan.
15
basis kebijakan (siyasiyah), menjadikan KAMMI sebagai leading sector atas
pengkritisan kebijakan dan menjadi problem solver atas kebuntuan politik dan
kebijakan sesuai situasi dan kondisi kontemporer.
KAMMI menggariskan pada pilihan paradigma gerakan ekstra
parlementer bukan tanpa sebab. Tentunya dengan paradigma elitis dan idealis,
karena status kaum muda dan ideologi yang disandangnya bukan karena anggapan
kegagahan gerakan, dan akan selalu menjadi oposisi permanen tetapi pilihan ini
adalah sikap KAMMI hari ini, melakukan langkah-langkah politik, sebagai
implementasi ‘gerakan politik nilai’. Langkah-langkah politik bersifat holistik dan
strategik, bukan taktis dan subordinat.
KAMMI melakukan komunikasi politik dengan semua pihak, menjaga
jarak yang sama dengan tokoh dan partai politik manapun dalam rangka
membangun sinergi dan kesepahaman, melakukan negosiasi politik jangka
panjang dengan calon pemimpin yang ada. Ini strategi ekstra parlementer yang
dilakukan oleh KAMMI.
16
Dari segi eksternal, seperti dalam buku Adiputro, membentuk tim perumus
platform gerakan KAMMI “menuju Bangsa dan Negara Indonesia yang Islami”
dimana selama ini indikator dan sasaran strategis belum dirumuskan secara
komprehensif dan terukur, yang dimana dalam platform tersebut juga bisa
dimasukkan ide/gagasan “Indonesia akan menguasai dunia” (seperti kongres
pemuda India yang menghasilkan India menguasai Dunia) selain ide-ide internal
Organisasi seperti gerakan sosial politik KAMMI, “Jihad Konstitusional
KAMMI” dan menuju 2 dekade reformasi (ide pemberantas korupsi, reformasi
birokrasi, dan otonomi daerah”.
17
4 BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada makalah yang berjudul “Telaah Kontribusi KAMMI
dalam Perkembangan Islam di Indonesia, dapat diambil kesimpulan :
1. Islam masuk ke Indonesia yaitu abad ke-7 dan ke-13 Masehi, agama ini
dibawa oleh pedagang dari Arab yang menetap di kota-kota pelabuhan
nusantara. Sejak awal abad ke-13 muncul kerajaan-kerajaan yang berjuang
melawan kolonialisme Belanda yang hampir semuanya bercorakkan
keislaman. Pada awal abad ke-20 Pondok Pesantren berperan penting
sebagai penyuplai semangat perlawanan terhadap imperialisme. Hingga
peran ulama atau para pejuang Islam yang memiliki andil besar terhadap
momen kemerdekaan Bangsa Indonesia.
2. Kontribusi KAMMI dalam perkembangan Islam di Indonesia terjadi pada
era reformasi tahun 1998. KAMMI lahir sebagai pelopor aksi damai dalam
meruntuhkan kepemimpinan rezim Soeharto yang berkuasa selama 32
tahun. KAMMI hadir menghimpun segenap mahasiswa muslim Indonesia
yang bersedia bekerjasama membangun negara dan bangsa Indonesia.
KAMMI berperan sebagai wadah dan mitra bagi mahasiswa Indonesia
yang ingin menegakkan keadilan dan kebenaran dalam wadah negara
hukum Indonesia melalui tahapan pembangunan nasional yang sehat dan
bertanggung jawab. Pada saat ini, peran KAMMI tidak serta merta soal
aksi. Namun kini KAMMI lahir sebagai gerakan dakwah, gerakan
intelektual, gerakan sosial dan gerakan politik ekstraparlementer.
3. KAMMI perlu memunculkan ide atau penekanan baru dalam mengukir
sejarah peradaban Islam. Dari segi Internal, meneguhkan dan mempertegas
posisi kaderisasi KAMMI. Dari segi eksternal membentuk tim perumus
platform gerakan KAMMI “menuju Bangsa dan Negara Indonesia yang
Islami”. Dan dari segi ke-organisasian, perlu adanya peran dan fungsi
KAMMI Luar Negeri (LN) dalam rangka menguatkan peran KAMMI
dalam berkontribusi pada pemecahan problematika umat dan bangsa
18
4.2 Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Matta, Anis. Gelombang Ketiga Indonesia. Bandung : The Futute Institute, 2014
Suryanegara, Ahmad Mansur. Api Sejarah : Buku yang akan mengubah Drastis
Pandangan Anda tentang Sejarah Indonesia. Bandung : Salamadi Pustaka Media,
2002
https://id.wikipedia.org/wiki/Kesatuan_Aksi_Mahasiswa_Muslim_Indonesia
diakses pada 16 Maret 2017
20