You are on page 1of 224

290

SINDROM METABOLIK
Sidartawan Soegondo, Dyah Purnamasari

PENDAHULUAN Di US, peningkatan kejadianobesitas mengiringi


peningkatan prevalensi sindrom metabolik. Prevalensi
Pada tahun 1988, Reaven menunjukkan konstelasi faktor sindrom metabolik pada populasi usia > 20 tahun sebesar
risiko pada pasien-pasien dengan resistensi insulin yang 25Yo dan pada usia > 50 tahun sebesar 45%o. Pandemi
dihubungkan dengan peningkatan penyakit kardiovaskular sindrom metabolik juga berkembang seiring dengan
yang disebutnya sebagai sindrom X. Selanjutnya, sindrom peningkatan prevalensi obesitas yang terjadi pada populasi
X ini dikenal sebagai sindrom resistensi insulin dan Asia, termasuk Indonesia. Studi yang dilakukan di Depok
akhirnya sindrom metabolik. (2001) menunjukkan prevalensi sindrom metabolik
Resistensi insulin adalah suatu kondisi di mana terjadi menggunakan kriteria National Cholesterol Education
penurunan sensitivitas jaringan terhadap kerja insulin Program Adult Treatment Panel III (NCEP-ATP III)
sehingga terjadi peningkatan sekresi insulin sebagai dengan modifikasi Asia Pasifik, terdapat
bentuk kompensasi sel beta pankreas. Resistensi insulin pada 25.7Yo pria dan 25Yo wanita. Penelitian Soegondo
terjadi beberapa dekade sebelum timbulnya penyakit (2004) melaporkan prevalensi sindrom metabolik
diabetes mellitus dan kardiovaskular lainnya. Sedangkan sebesar 13,l3oh dan menunjukkan bahwa kriteria
sindrom resistensi insulin atau sindrom metabolik adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) obesitas >25 kglm2
kumpulan gejala yang menunjukkan risiko kejadian lebih cocok untuk diterapkan pada orang Indonesia.
kardiovaskular lebih tinggi pada individu tersebut. Penelitian di DKI Jakarta pada tahun 2006 melaporkan
Resistensi insulin juga berhubungan dengan beberapa prevalensi sindrom metabolik yang tidak jauh berbeda
keadaan seperti hiperurisemia, sindrom ovarium polikistik dengan Depok yaitu 26,3Yo dengan obesitas sentral
dan perlemakan hati non alkoholik. merupakan komponen terbanyak (59,4%). Laporan

Peneliti Tahun Daerah N (usia) Prevalensi (%) Komponen sindrom


(ATP lll Asia) metabolic Terbanyak (%)

Budhiarta 2004 Bali 888 20,3 J Kolesterol HDL (39,1)


Denpasar 354 24,8
D. Sangsit 443 19,2
D. Sembiran 90 (30-60) 7,8
Arifin 2003 Bandung 497 22,94
Medical check up C) (bukan modifikasi)
'16,6 Hipertensi (89,7)
Suhartono 2005 Semarang 1 190 (> 50)
(poli RS)
Pekajangan 1230 (> 30) 20,3
Pranoto 2005 Surabaya 100 34 Obesitas sentral
(general check up) (-) Hipertrigliseridemia (85,29)
Adam 2002-2004 Makasar 12't9 33,4 Obesitas sentral (58,2)
(general check up) (21-82)
Dikutip dari Purnamasari. Gambaran Resistensi lnsulin Subyek dengan Saudara Kandung DM tipe 2. Tesis 2006.

186
1866 MEf,ABOLIKENDOIRIN

prevalensi sindrom metabolik di beberapa daerah di istilah sindrom resistensi insulin tidak digunakan lagi. Dua
Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. tahun kemudian, pada tahun 2005, International Diabetes
Dibandingkan dengan komponen-komponen pada Federation (IDF) kembali memodifikasi laiteriaATP III. IDF
sindrom metabolik, obesitas sentral paling dekat untuk menganggap obesitas sentral sangat berkorelasi dengan
memprediksi ada tidaknya sindrom metabolik. Beberapa resistensi insulin, sehingga memakai obesitas sentral
studi di wilayah Indonesia termasuk Jakarta menunjukkan sebagai kriteria utama. Nilai cut-offyang digunakan juga
obesitas sentral merupakan komponen yang paling banyak dipengaruhi oleh etnik. UntukAsia dipakai cut-offlingkar
ditemukan pada individu dengan sindrom metabolik. perut > 90 cm untuk pria dan > 80 cm untuk wanita.
Meski mendapat sebutan sindrom, namun secara r[num Beberapa kriteria sindrom metabolik dapat dilihat pada
penatalaksanaan sindrom metabolik sejauh ini Tabel2.
masih merupakan penatalaksanaan masing-masing Kriteria yang diajukan oleh NCEP-ATP III lebih banyak
komponennya. Masih menjadi perdebatan apakah sebutan digunakan, karena lebih memudahkan seorang klinisi untuk
sindrom ini masih memiliki arti klinis mengingat tidak ada mengidentifikasi seseorang dengan sindrom metabolik.
perbedaan penatalaksanaan pada tiap komponennya. Sindrom metabolik ditegakkan apabila seseorang memiliki
Pada akhirnya tampilan klinis sindrom metabolik ini sedikitnya 3 (tiga) kriteria.
sangat dipengaruhi oleh faktor etnik dan herediter,
sehingga pola klinis di setiap populasi berbeda.
PATOFISIOLOGI

KRITERIA Pengetahuan mengenai patofisiologi masing-masing


komponen sindrom metabolik sebaiknya diketahui untuk
Sejak munculnya sindrom resistensi insulin, beberapa dapat memprediksi pengaruh perubahan gaya hidup dan
organisasi berusaha membuat kriteria sindrom metabolik medikamentosa dalam penatalaksanaan sindrom metabolik.
supaya dapat diterapkan secara praktis klinis sehari-hari.
Secara umum, semua kriteria yang diajukan memerlukan
minimal 3 kriteria untuk mendiagnosis sondrom metabolik
Obesitas sentral
Obesitas yang digambarkan dengan indeks massa tubuh
atau sindrom resistensi insulin. World Health Organiza-
tion (WHO) merupakan organisasi pertama yang tidak begitu sensitif dalam menggambarkan risiko
kardiovaskular dan gangguan metabolik yang terjadi. Studi
mengusulkan kriteria sindrom metabolik pada tahun 1998.
menunjukkan bahwa obesitas sentral yang digambarkan
Menurut WHO pula, istilah sindrom metabolik dapat
oleh lingkar perut (dengan cut-off yang berbeda antara
dipakai pada penyandangi DM mengingat penyandang
jenis kelamin) lebih sensitif dalam memprediksi gangguan
DM juga dapat memenuhi kriteria tersebut dan
menunjukkan besarnya risiko terhadap kejadian metabolik dan risiko kardiovaskular. Lingkar perut
menggambarkan baik jaringan adiposa subkutan dan vis-
kardiovaskular. Setahun kemudian pada tahun 1999, the
European Group for Study of Insulin Resistance (EGIR)
ceral. Meski dikatakan bahwa lemak viseral lebih
melakukan modifikasi pada kriteria WHO. EGIR cenderung
berhubungan dengan komplikasi metabolik dan
kardiovaskular, hal ini masih kontroversial. Peningkatan
menggunakan istilah sindrom resistensi insulin. Berbeda
dengan WHO, EGIR lebih memlih qbesitas sentral obesitas berisiko pada peningkatan kejadian
dibandingkan IMT dan istilah sindrom resistensi insulin kardiovaskular. Variasi faktor genetik membuat perbedaan
tidak dapat dipakai pada penyandang DM karena resistensi dampak metabolik maupun kardiovaskular dari suatu
insulin merupakan faktor risiko timbulnya DM. Pada tahr.rn obesitas. Seorang dengan obesitas dapat tidak
2001, National Cholesterol Education Program (NCEP) berkembang menjadi resistensi insulin, dan sebaliknya
Adult Treatment Panel III (ATP III) mengajukan kriteria resistensi insulin dapat ditemukan pada individu tanpa
baru yang tidak mengharuskan adanya komponen obes (lean subjects). Interaksi faktor genetik dan
resistensi insulin. Meski tidak pula mewajibkan adanya lingkungan akan memodifikasi tampilan metabolik dari
komponen obesitas sentral, kriteria ini menganggap bahwa suatu resistensi insulin maupun obesitas.
obesitas sentral merupakan faktor utama yang mendasari Jaringan adiposa merupaka sebuah organ endokrin
sindrom metabolik. Nilai cut-offlingkar perut diambil dari yang aktif mensekresi berbagai faktor pro dan anti inflamasi
National Institute of Health Obesity Clinical Guidelines; seperti leptin, adiponektin, Tumor nekrosis factor d (TNF-
> 102 cmuntukpriadan > 88 cmuntukwanita. Untuketnik a), Interleukin-6 (IL-6) dan resistin. Konsentrasi
tertentu seperti Asia, dengan cut-off lingkar perut lebih adiponektin plasma menurun pada kondisi DM tipe 2 dan
rendah dari AIP III, sudah berisiko terkena sindrom obesitas. Senyawa ini diprcaya memiliki efek antiaterogenik
metabolik. Pada tahun 2003, American Association o/ pada hewan coba dan manusia. Sebaliknya, konsentrasi
Clinical Endocrinologrsls (AACE) memodifikasi definisi leptin meningkat pada kondisi resistensi insulin dan
dari AIP III. Sama seperti EGIR, bila sudah ada DM, maka obesitas dan berhubungan dengan risiko kejadian
SINDROMMEIABOUK 1867

Kriteria Klinis wHo (1e98) EGIR ATP il (2001) AACE (2003) !DF (2005)
Resistensi TGT, GDPT, DMT2, lnsulin plasma > Tidak ada, tetapi TGT atau GDPT Tidak ada
insulin atau sensitivitas persentil ke-75 mempunyai 3 dari Ditambah salah
insulin menurun* Ditambah dua dari 5 kriteria berikut satu dari kriteria
Ditambah 2 dari kriteria berikut berikut
kriteria berikut berdasarkan
penilaian klinis-
Berat badan Pria: rasio pinggang LP > 94 cm pada pria LP > 1 02 cm pada IMT > 25 kg/m' LP yang
panggul > 0,90 atau > 80 cm pada pria atau > 88 cm meningkat
Wanita: rasio wanita pada wanitaf (spesifik
pinggang panggul > tergantung
0,85 populasi) ditambah
dan/atau IMT > 30 dua dari kriteria
kg/m2 berikut
Lipid TG > 150 mg/dL TG > 150 mg/dl TG 2150 mg/dl TG > 150 mg/dL TG > 150 mg/dl
dan/atau HDL-C < 35 dan/atau HDL-C < 39 dan HDL-C < 40 atau dalam
mg/dL pada pria atau mg/dl pada pria atau mg/dl pada pria pengobatan TG
< 39 mg/dl pada wanita HDL-C < 40 mg/dl atau < 50 mg/dL HDL-C < 40 mg/dL
wanita pada pria atau < 50 pada wanita pada pria atau <
mg/dL pada wanita 50 mg/dL pada
wanita atau dalam
pengobatan HDL-
c
Tekanan darah > 140/90 mm Hg > 140/90 mmHg atau > 130i85 mmHg > 130/85 mmHg > '130 mm Hg
dalam pengobatan sistolik atau > 85
hipertensi mm Hg diastolik
atau dalam
pengobatan
hipertensi
Glukosa TGT, GDPT atau TGT atau GDPT 2 110 mg/dl TGT atau GDPT > 100 mg/dL
DMT2 (tetapi bukan (termasuk (tetapi bukan (termasuk
diabetes) penderita diabetes) diabetes)
diabetes)f
Lainnya Mikroalbuminuria Kriteria resistensi
insulin lainnya$
DMT2 menunjukkan diabetes melitus tipe 2; LP, lingkar pinggang; lMT, indeks massa tubuh; dan TG, trigliserida, semua singkatan lainnya terdapat
dalam teks.
* Sensitivitas insulin diukur pada kondisi euglikemia hiperinsulinemia, ambilan glukosa di bawah kuartil terendah sebagai latar belakang populasi yang
diteliti
ng
in.

04

ovarium polikistik, gaya hidup yang kurang banyak gerak, usia lanjut dan
etnis tertentu yang rentan terhadap diabetes melitus tipe 2.
Dikutip dari Grundy et al. Diagnosis and management of metabolic syndrome. circulation 2005

kardiovaskular tidak tergantung dari faktor risiko berkorelasi erat dengan pemeriksaan standar, sehingga
tradisional kardiovaskular, IMT dan konsentrasi CRP. dapat disarankan untuk mengukur resistensi insulin. Bila
Sejauh ini belum diketahui apakah pengukuran pengukuran melihat dari patofisiologi resistensi insulin yang melibatkan
marker hormonal dari jaringan adiposa lebih baik daripada jaringan adiposa dan sistem kekebalan tubuh, maka
pengukuran secara anatomi dala memprediksi risiko pengukuran resistensi insulin hanya dari pengukuran
kejadian kardiovaskular dan kelainan metabolik yang terkait. glukosa dan insulin (seperti rumus HOMA dan QUICKI)
perlu ditinjau ulang. Oleh karenanya, penggunaan nrmus
Resistensi lnsulin ini secara rutin di klinis belum disarankan maupun
disepakati.
Resistensi insulin mendasari kelompok kelainan pada
sindrom metabolik. Sejauh ini belum disepakati pengukuran
yang ideal dan praktis untuk resistensi insulin. Teknik clamp Dislipidemia
merupakan teknik yang ideal namun tidak praktis untuk Dislipidemia yang khas pada sindrom metabolik ditandai
klinis sehari-hari. Pemeriksaan glukosa plaama puasa juga dengan peningkatan trigliserida dan penurunan kolesterol
tidak ideal mengingat gangguan toleransi glukosa puasa HDL. Kolesterol LDL biasanya nornal, namun mengalami
hanya dijumpai pada 1 0% sindrom metabolik. Pengukuran perubahan struktur berupa peningkatan small dense LDL -
Homeostasis Model Asessment (HOMA) dan Quantita- Peningkatan konsentrasi trigliserida plasma dipikirkan
tive Insulin Sensitivity Checklndex (QUICKI) dibuktikan akibat peningkatan masukan asam lemak bebas ke hati
1868 METABOLIKENT'OI(RIN

sehingga terjadi peningkatan produksi trigliserida. Namun yang telah memiliki sindrom metabolik, diperlukan
studi pada manusia dan hewan menunjukkan bahwa pemantauan yang terus menerus dengan modifikasi
peningkatan trigliserida tersebut bersifat multifaktorial dan komponen sindrom metabolik yang ada. Penatalaksanaan
tidak hanya diakibatkan oleh peningkatan masukan asam sindrom metabolik masih merupakan penatalaksanaan dari
lemakbebas ke hati. masing-masing komponennya (Tabet 3)
Penurunan kolesterol HDL disebabkan peningkatan Penatalaksanaan sindrom metabolik terutama bertujuan
trigliserida sehingga terjadi transfer trigliserida ke HDL. untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular
Namun, pada subyek dengan resistensi insulin dan aterosklerosis dan risiko diabetes melitus tipe 2 pada
konsentrasi trigliserida normal dapat ditemukan pemrmnan pasien yang belum diabetes. Penatalaksanaan sindrom
kolesterol HDL. Sehingga dipikirkan terdapat mekanisme metabolik terdiri atas 2 pilar, yaitu tatalaksana penyebab
lain yang menyebabkan penurunan kolesterol HDL (berat badan lebih/obesitas dan inaktifitas fisik) serta
disamping peningkatan trigliserida. Mekanisme yang tatalaksana faktor risiko lipid dan non lipid.
dipikirkan berkaitan dengan gangguan masukan lipid post
prandial pada kondisi resistensi insulin sehingga terjadi
Obesitas dan Obesitas Sentral
gangguan produksi Apolipoprotein A-I (Apo A-1) oleh
Pemahaman tentang hubungan antara obesitas dan
hati yang selanjutnya mengakibatkan penurunan sindrom metabolik serta peranan otak dalam pengaturan
kolesterol HDL. Peran sistem imunitas pada resistensi in-
energi, merupakan titik tolak yang penting dalam
sulin juga berpengaruh pada perubahan profil leipid pada
penatalaksanaan klinik. Pengaturan berat badan
subyek dengan resistensi insulin. Studi pada hewan
merupakan dasar tidak hanya bagi obesitas tapi juga
menunjukkan bahwa aktivasi sistem imun akan sindrom metabolik. Mempertahankan berat badan yang
menyebabkan gangguan pada lipoprotein, protein trans-
lebih rendah dikombinasi dengan pengurangan asupan
port, reseptor dan enzim yang berkaitan sehingga terjadi
kalori dan peningkatan aktifitas fisik merupakan prioritas
perubahanprofil lipid.
utama pada penyandang sindrom metabolik. Target
penurunan berat badan 5-10% dalam tempo 6-12 btlan,
Peran sistem imunitas pada resistensi insulin dapat dicapai dengan mengurangi asupan kalori sebesar
Inflamasi subklinis kronik juga merupakan bagian dari 500-1000 kalori per hari ditunjang dengan aktifitas fisik
sindrom metabolik. Marker inflamasi berperan pada yang sesuai. Aktifitas fisik yang disarankan adalah selama
progresifitas DM dan komplikasi kardiovaskular. C reac- 30 menit atau lebih setiap hari. Untuk subyek dengan
tive protein (CRP) dilaporkan menjadi data prognosis komorbid penyakit jantung koroner, perlu dilakukan
tambahan tentang keparahan inflamasi pada subyek evaluasi kebugaran sebelum diberikan anjuran jenis-jenis
wanita sehat dengan sindrom metabolik. Namun, belum olah raga yang sesuai.
didapatkan kesepakatan alur diagnosis yang mampu Pemakaian obat-obatan dapat berguna sehingga
menggabungkan peningkatan CRP, koagulasi, dan dipertimbangkan pada beberapa pasien. Dua obat yang
gangguan fibrinolisis dalam memprediksi risiko dapat digunakan dalam menurunkan berat badan adalah
kardiovaskular. sibutramin dan orlistat. Dengan mempertimbangkan
peranan otak sebagai regulator berat badan, sibutramin

Hipertensi dapat menjadi pertimbangan walaupun tanpa


mengesampingkan kemungkinan efek samping yang
Resistensi insulin juga berperan pada pathogenesis
mungkin timbul. Cara ke{anya di sentral memberikan efek
hipertensi. Insulin merangsang sistem saraf simpatis
mengurangi asupan energi melalui efek mempercepat rasa
meningkatkan reabsorpsi natrium ginjal, mempengaruhi
kenyang dan mempertahankan pengeluaran energi setelah
transport kation dan mengakibatkan hipertrofi sel otot
berat badan turun dapat memberikan efek tidak hanya
polos pembuluh darah. Pemberian infus insulin akut dapat
menyebabkan hipotensi akibat vasodilatasi. Sehingga
untuk penurunan berat badan namun juga
mempertahankan berat badan yang sudah turun. Demikian
disimpulkan bahwa hipertensi akibat resistensi insulin
pula dengan efek metabolik, sebagai efek dari penurunan
terjadi akibat ketidakseimbangan antara efek pressor dan
beratbadanpemberian sibutramin setelah 24 minggu yang
depressor. The Insulin Resistance Atherosclerosis Study
disertai dengan diet dan aktifitas fisik, memperbaiki
melaporkan hubungan antara resistensi insulin dengan
konsentrasi trigliserida dan kolesterol HDL.Terapi
hipertensi pada subyek normal namun tidak pada subyek
pembedahan dapat dipertimbangkan pada pasien-pasien
dengan DM tipe 2
yang berisiko serius akibat obesitasnya.

TERAPI Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular.
Untr.rk mencegah komplikasi kardiovaskular pada individu Hipertensi juga mengakibatkan mikroalbuminuria yang
SINDROMMETABOUK
1869

Target dan tujuan terapi Rekomendasi terapi


Faktor risiko gaya hidup Pencegahan jangka panjang penyakit KVR dan pencegahan (terapi) diabetes
melitus tipe 2
Obesitas abdomen
Mengurangi berat badan sebanyak 77o Secara konsisten memberikan semangat agar berat badan terjaga / berkurang
hingga 10% selama satu tahun pertama
terapi. Sesudah itu, teruskan penurunan
berat badan sebisa mungkin dengan
tujuan akhir mencapai berat badan yang
diinginkan
(lMT<25 kg/m') kesehatan yang signifikan.

lnaktivitas fisik
Aktivitas fisik intensitas sedang secara
teratur; setidaknya 30 menit secara
kontinu maupun intermiten (dan lebih
baik bila > 60 menit), 5 hari/minggu,
tetapi lebih baik lagi bila setiap hari.

akut atau revaskularisasi, GJK)


Diet aterogenik
Mengurangi asupan lemak jenuh, lemak e lori total; kurangi lemak trans
trans dan kolesterol O 25% hingga 35% kalori total'
k emak tidak jenuh; gula seder
dibatasi.
Faktor risiko metabolik Pencegahan jangka pendek terhadap penyakit KVR atau terapi diabetes melitus
tige 2
Dislipidemia aterogenik
Target primer:
LDL-C meningkat (lihat Tabel 4 untuk LDL-C meningkat (lihat Tabel 4 untuk rinciannya)
rinciannya)
Target sekunder: non-HDL-C meningkat
non-HDL-C meningkat
Pasien risiko tinggi': Mengikuti strategi di Tabel 4 untuk mencapai target LDL-C
< 130 mg/dl (3,4 mmol/L) {Pilihan: < Pilihin pertama untuk mencapai target non-HDL-C: Perkuat terapi penurunan
100 mg/dl) [2,6 mmoUL] untuk Pasien LDL
yang berisiko sangat tinggif) Pilihan kedua untuk mencapai target non-HDL-C: Tambahkan fibrat [lebih
disukai fenofibratl atau asam nikotinat bila kadar non-HDL-C tetap relatif tinggi
setelah terapi dengan obat penurun LDL diberikan

Pasien berisiko tinggi-sedangt: <1 60 Beri saran untuk menambah fibrat atau asam nikotinat pada pasien berisiko
mg/dl (4,1 mmol/L) tinggi

Beri saran untuk menghindari penambahan fibrat atau asam nikotinat pada
Pilihan terapi: <130 mg/dl (3,4 mmol/L)
pasien berisiko tinggi sedang atau pasien berisiko sedang
Pasien berisiko sedang$: < 160 mg/dl
Semua pasien: Bila TG:500 mg/dl, mulai dengan fibrat atau asam nikotinat
(4,1 mmol/L) tujuan setelah
{sebelum terapi penurun LDL; terapi non-HDL-C untuk mencapai
memberikan terapi menurunkan TG)
Pasien berisiko rendahll: <190 mg/dL
(4,9 mmol/L)
Target tersier: HDL-C berkurang
HDL-C berkurang Maksimalkan terapi gaya hidup: penurunan berat badan dan peningkatan
Tidak ada target spesifik: tingkatkan aktivitas fisik
HDL-C sebisa mungkin disertai terapi Pertimbangkan menambahkan fibrat atau asam nikotinat setelah terapi obat
standar dislipidemia aterogenik penurun LDL-C sebagaimana telah disebutkan untuk non-HDL-C yang
ia r-J 1c meningkat
1870 MMABOIJKENDOIRIN

TD meningkat
Turunkan TD serendah mungkin hingga Untuk TD > 120180 mmHg: awali atau jaga modifikasi gaya hidup pada semua
setidaknya mencapai TD
<140/90 pasien dengan sindrom metabolik: pengendalian berat badan, meningkatkan
mmHg (atau < 130i80 mmHg bila aktivitas fisik, meredam kebiasaan alkohol, pengurangan kadar garam dan
terdapat diabetes). Kurangi TD lebih menekankan banyak makan buah dan sayuran segar, dan produk-produk susu
lanjut sebisa mungkin melalui rendah lemak
perubahan gaya hidup
Untuk TD > 140/90 mmHg (atau > 1 30/80 mmHg untuk individu dengan penyakit
ginjal kronik atau diabetes); Bila dapat ditoleransi, tambahkan pengobatan
tekanan darah sebagaimana diperlukan untuk mencapai TD target
Kadar glukosa meningkat
Untuk GDPT, tunda perkembangan ke arah Untuk GDPT, dorong semangat untuk menurunkan berat badan dan
diabetes melitus tipe 2. Untuk diabetes, meningkatkan aktivitas fisik
hemoglobin A1.<7,0o/o
Untuk diabetes melitus tipe 2, bila perlu, terapi gaya hidup dan farmakoterapi
perlu dipakai agar HbAIC mendekati normal (< 7%).

Modifikasi faktor{aktor risiko lainnya dan modifikasi perilaku (yakni obesitas


abdominal, inaktivitas fisik, TD meningkat, abnormalitas lipid)
Kondisi Protrombotik
Kurangi faktor-faktor risiko trombotik dan Pasien-pasien berisiko tinggi: mulai dan teruskan terapi aspirin dosis rendah;
fibrinolitik pada pasien dengan KVRAS, pertimbangkan klopidogrel bila aspirin merupakan
kontraindikasi.

Pasien berisiko tinggi sedang: pertimbangkan profilaksis aspirin dosis rendah


Kondisi proinflamasi Rekomendasi: tidak ada terapi spesifik yang melebihi terapi gaya hidup
TG menunjukkan trigliserida; TD, tekanan darah, KVR, penyakit kardiovaskular; GJK, gagal jantung kongestif; lMT, indeks massa tubuh, GDPT,
glukosa darah puasa terganggu dan KVRAS, penyakit kardiovaskular aterosklerotik
* Pasien berisiko tinggi
adalah pasien dengan diagnosis KVRAS, diabetes, atau risiko 10 tahun terhadap penyakitjantung koroner > 20%. Untuk
penyakit serebrovaskular, kondisi berisiko tinggi meliputi TIA atau stroke yang berasal dari karotid atau stenosis karotid > 5b%
tPasien berisiko sangat tinggi adalah pasien yang cenderung menderita kejadian KVR dalam beberapa tahun mendatang, dan diagnosis
bergantung pada penilaian klinis. Faktor-faktor yang dapat turut berkontribusi pada risiko sangat tinggi ini meliputi sindrom koroner akut yang baru
saja terjadi, dan diagnosis penyakitjantung koroner + salah satu dari hal berikut ini: faktor-faKor risiko mayor multipel (terutama diabetes), f;ktor-
faktor risiko berat dan terkontrol buruk (terutama kebiasaan r,nerokok sigaret yang terus berlanjut) dan sindroma metabolik
+Pasien berisiko tinggi-sedang adalah pasien dengan risiko 10 tahun terhadap penyakit jantung koroner sebesar 10% hingga 20% FaKor-faktor
yang mendukung pilihan terapi non-HDL-C < 100 mg/dl adalah faktor-faktor yang dapat meningkatkan individu hingga masuk ke kisaran atas
risiko tinggi sedang meliputi: faktor-faKor risiko mayor multipel, faktor-faktor risiko berat dan terkontrol buruk (terutama liebiasaan merokok sigaret
yang terus berlanjut), sindroma metabolik dan penyakit aterosklerotik subklinis yang nyata (yaitu ketebalan kalsium koroner atau lapisan media
tunika intima karotid > persentil ke-75 yang sesuai dengan usia dan jenis kelamin).
$ Pasien berisiko sedang adalah pasien dengan 2 atau lebih faktor risiko mayor dan risiko 10 tahun < '10%
ll Pasien berisiko rendah adalah pasien dengan faktor risiko mayor 0 atau 1 dan risiko 10 tahun < 10%
Dikutip dari Grundy et al. Diagnosis and management of metabolic syndrome. Circulation 2005

dipakai sebagai indikator independen morbiditas penghambat beta adrenergik, diuretik dan antagonis
kardiovaskular Fada pasien tanpa diabetes atau hipertensi. kalsium. Valsartan, suatu penghambat reseptor
Target tekanan crbrah berbeda antara subyek dengan DM angiotensin, dapat mengurangi mikroalbuminuria yang
dan tanpa DM. Pada subyek dengan DM dan penyakit diketahui sebagai faktor risiko independen kardiovaskular.
ginjal, target tekanan darah adalah < 130/80 mmHg, Beberapa studi menyarankan pemakaian ACE inhibitor
sedangkan pada bukan, targetnya < 140/90 mmHg. Untuk sebagai lini pertama pada penyandang hipertensi dengan
mencapai target tekanan darah, penatalaksanaan tetap sindrom metabolik terutama bila ada DM. Angiotensin re-
diawali dengan pengaturan diet dan aktifitas fisik. ceptor blocker (ARB) dapat digunakan apabila tidak
Peningkatan tekanan darah ringan dapat diatasi dulu toleran terhadap ACE inhibltor. Meski pemakaian diuretik
dengan upaya penurunan berat badan, berolah raga, tidak dianjurkan pada subyek dengan gangguan toleransi
menghentikan rokok dan konsumsi alkohol serta banyak glukosa, namun pemakaian diuretik dosis rendah yang
mengkonsurnsi serat. Namun apabila modifikasi gaya hidup dikombinasi dengan regimen lain dapat lebih bermanfaat
sendiri tidak mampu mengendalikan tekanan darah maka dibandingkan efek sampingnya.
dibutuhken pendekatan medikamentosa untuk mencegah
komplikasi seperti infark miokard, gagal ginjal kronik dan Gangguan Toleransi Glukosa .ir--.
sffoke. Intoleransi glukosa merupakan safdh satu manifestasi
Dalam suatu penelitian meta-analisis didapatkan bahwa sindrom metabolik yang dapat menjadi awal suatu
enzim pengkonversi angiotensin dan penghambat reseptor diabetes melitus. Penelitian-penelitian yang ada
angiotensin mempunyai manfaat yang bermakna dalam menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara toleransi
meregresi hipertrofr ventrikel kiri dibandingkan dengan glukosa terganggu (TGT) dan risiko kardiovaskular pada
SINDROMMEIABOIJK 1871

Tujuan Terapi Rekomendasi Terapi


Pasien berisiko tinggi*: < 100 mg/dl (2,6 mmol/L) (untuk Pasien berisiko tinggi: terapi gaya hidupf ditambah obat penurun
pasien berisiko sangat tinggif dalam kategori ini, target LDL-C untuk mencapai target yang direkomendasikan.
lainnya < 70 mg/dl)
Bila kadar LDL-C dasar > 100 mg/dl, mulailah terapi obat
penurun LDL.

Bila dalam pengobatan kadar LDL-C > 100 mg/dL, tingkatkan


terapi obat penurun LDL (mungkin memerlukan kombinasi obat
penurun LDL)

Bila kadar LDL-C dasar < 100 mg/dl, mulai terapi penurun
kadar LDL berdasarkan penilaian klinis (yakni penilaian yang
menunjukkan bahwa pasien termasuk yang berisiko sangat
tinggi)
Pasien berisiko tinggi-sedang$: < 130 mg/dl (3,4 mmol/L) Pasien berisiko tinggi-sedang: terapi gaya hidup + terapi obat
(untuk pasien berisiko lebih tinggi)ll dalam kategori ini, target penurun LDL bila dibutuhkan untuk mencapai target yang
lainnya adalah < 100 mg/dL (2,6 mmol/L) > 130 mg/dL (3,4 mmol/L)
direkomendasikan bila kadar LDL-C
setelah terapi gaya hidup
Bila kadar LDL-C adalah 100 hingga 129 mg/dl, terapi penurun
LDL dapat dimulai saat risiko pasien dinilai berada di kisaran atas
dari kategori risiko tersebut
Pasien berisiko sedang: terapi gaya hidup + obat penurun LDL-C
Pasien berisiko sedangtl: < 130 mg/dl (3,4 mmol/L)
bila dibutuhkan untuk mencapai target yang direkomendasikan
ketika kadar LDL-C: 160 mg/dl (4,1 mmol/L) setelah terapi gaya
hidup diberikan
Pasien berisiko rendah#: < 160 mg/dL (4,9 mmol/L) Pasien berisiko rendah: terapi gaya hidup + obat penurun LpL-C
bila dibutuhkan untuk mencapai target yang direkomendasikan
ketika kadar LDL-C > 190 mg/dl setelah terapi gaya hidup (untuk
kadar LDL-C 160 hingga 189 mgidL, obat penurun LDL bersifat
opsional)
*Pasien berisiko tinggi adalah pasien dengan diagnosis ASCVD, diabetes atau risiko '10 tahun penyakit iantung koroner > 20%. Untuk penyakit
serebrovaskular, t<onJisi risito tinggi melipuii trans6nt ischemic attack alau stroke yang berasal dari karotid atau stenosis karotid 50%
rinciannya).
tTerapi gaya hidup meliputi penuiinrn berat badan, peningkatan aktivitas fisik, dan diet antiaterogenik (lihat Tabel 3 untuk
+ pasien berisiko sangat tinggi adalah pasien yang cenderung menderita kejadian KVR mayor dalam beberapa tahun mendatang, dan yang
diagnosis
pada peniliian klinis. F
'dan uru usi pada risiko sangat tinggi ini termasuk sindrom koroner akut baru
diagnosis penyak hs berikut ini: faktor-faktor risiko mayor multipel (terutama diabetes), faktor-
berat dan terKontrol bu me t yang terus berlanjut) dan faktor risiko multipel dari sindroma metabolik.
$Pasien berisiko tinggi-seda
jl Faktor-faktor yaig Oapat mayor multipel, faktor-
flktor risiko berat danterko penyakit aterosklerotik
subklinis yang nyata (yaitu dengan usia dan jenis
kelamin)
<
flPasien berisiko sedang adalah pasien dengan 2 atau lebih faktor risiko mayor dan risiko 10 tahun 10%
#Pasien berisiko rendah adalah pasien dengan faktor risiko mayor 0 atau 1 dan risiko 10 tahun < 10%

sindrom metabolik dan diabetes. Perubahan gaya hidup hidup yang diikuti dengan medikamentosa. Namun
dan aktifitas fisik yang teratur terbukti efektif dapat demikian, perubahan diet dan latihan jasmani saja tidak
menurunkan berat badan dan TGT. Modifikasi diet secara cukup berhasil mencapai target. Oleh karena itu disarankan
bermakna memperbaiki glukosa 2 jampascaprandial dan untuk memberikan obat berbarengan dengan perubahan
gaya hidup. Menurut AIP III, setelah kolesterol LDL sudah
konsentrasi insulin.
mencapai target, sasaran berikutnya adalah dislipidemia
Tiazolidindion memiliki pengaruh yang ringan tetapi
aterogenik. Pada konsentrasi trigliserida + 200 m! dl,maka
persisten dalam menurunkan tekanan darah sistolik dan
target terapi adalah non kolesterol HDL setelah kolesterol
diastolik. Tiazolidindion dan metformin juga dapat
LDL terkoreksi. Terapi dengan gemfibrozil tidak hanya
menurunkan konsentrasi asam lemak bebas. Pada
memperbaiki profil lipid tetapi juga secara bermakna dapat
Di ab etes P rev ention Pro gram, penggunaan metformin
menurunkan risiko kardiovaskular. Fenofibrat secara
dapat mengurangi progresi diabetes sebesar 3lo/o dan
khusus digunakan untuk menurunkan trigliserida dan
efektifpada pasien muda dengan obesitas. meningkatkan kolesterol HDL, telah menunjukkan
perbaikan profil lipid yang sangat efektif dan mengurangi
risiko kardiovaskular. Fenohbrat juga dapat menunrnkan
DISLIPIDEMIA konsentrasi frbrinogen. Kombinasi fenofibrat dan statin
memperbaiki konsentrasi trigliserida, kolesterol HDL dan
Pilihan terapi untuk dislipidemia adalah perubahan gaya LDL.
1872 MEDABOIJKENDOKRIN

Target terapi berikutriya adalah peningkatan apoB. Hughes K, Aw T, Kuperan P, Choo M. Central obesity, insulin
Beberapa studi menunjukkan apoB lebih baik dalam resistance, sindrom X, ipoprotein (a), and cardiovascular risk in
menggambarkan dislipidemia aterogenik yang terjadi Indians, Malays, and Chinese in Singapore. J Epidemol
dibandingkan dengan konlesterol non HDL sehingga Community Health 1997 ;5 I :39 4-9.
Indriyanti R, Harijanto T. Optimal cut-off value for obesity: using
menyarankan apoB sebagai target terapi. Meskipun
anthropometric indices to predict atherogenic dyslipidemia in
demikian, AIP III tetap menyarankan pemakaian kolesterol
Indonesian population. In: Tjokroprawiro A, Soegih R, Soegondo
non HDL sebagai target terapi mengingat di beberapa S, WijayaA, Sutardo B, Tridjkaja B, et a1., editors. 3rd National
tempat, sarana pemeriksaan apoB belum tersedia. Obesity Symposium (NOS IID 2004 Jakafta: Himpunan Studi
Apabila konsentrasi trigliserida + 500 mg/dl, maka Obesitas Indonesia (HISOBI); 2004. p. l-13.
target terapi pertama adalah pemrrunan trigliserida untuk Kahn R, Buse J, Ferrannini E, Stern M. The metabolik sindrom:
mencegah timbulnya pancreatitis akut. Pada konsentrasi time for a critical appraisal Joint statement from the American
Diabetes Association and the European Association for the Study
trigliserida < 500 mgldL, terapi kombinasi untuk of Diabetes. Diabetologia 2005.
menurunkan trigliserida dan kolesterol LDL dapat National Cholesterol Education Program-ATP III. Executive
digunakan. Berbeda dengan trigliserida dan kolesterol LDL, summary of the third report of the National Cholesterol
untuk kolesterol HDL tidak adatargetterapi tertentu, hanya Education Program (NCEP) Expert Panel on detection, evalu-
dinaikkan saja. Panduan terapi untuk dislipidemia dapat ation, and treatment of high blood cholesterol in adults (adult
dilihat pada Tabel3. treatment panel III). JAMA 2002;285:2846-97.
National Institute of Health. Clinical guidelines on the identifrcation,
evaluation, and treatment of overweighty and obesity in adults:
the evidence report. Obes Res 1998;6(suppl 2):51S-209S.
KESIMPULAN Nestel P. Nutritional aspect in the causation and management of
the metabolik sindrom. Endocrinol Metab Clin N Am
Sindrom metabolik merupakan kumpulan gejala yang 2004;33:483-92.
keberadaannya menunjukkan peningkatan risiko kejadian Pan W. Metabolik sindrom-an important but complex disease
penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus. Obesitas entity for Asians. Acta Cardiol 2002;18:24-6.
Reaven GM. The metabolik sindrom: requiescat in pace. Clin Chem
sentral memiliki korelasi paling erat dengan sindrom
2005;51(6):931-8.
metabolik dibandingkan dengan komponen yang lain. Sy R, Punzalan F. The prevalence of dyslipidemia, diabetes,
Penatalaksanaan sindrom metabolik masih mengacu pada h,?ertension, stroke and angina pectoris in the Philipines. Phil
tiap komponen, sejauh ini belum ada penatalaksanaan yang J Intern Med 2003;163:427-36.
berbeda bila dibandingkan dengan komponen secara Soegondo S. Hubungan leptin dengan dislipidemia atherogenik pada
individual. obesitas sentral: kajian terhadap sma1l dense low density
lipoprotein. Disertasi 2004.
Tan C, Tai E. Genes, diet and serum lipid concentrations: lessons
from ethnically diverse populations and their relevance to their
REFERENSI relevance to the coronary hjeart disease in Asia. Curr Opinion
Lipidol 2004;15:5-12.
Dekker JM, Girman C, Rhodes ! Nijpels Q Stehouwer CD, Bouter World Health Organization. Definition, diagnosis, and
LM, et al. Metabolik sindrom and 10-year cardiovascular dis- classification of diabetes mellitus and its complications:report
ease risk in the Hoom Study. Circulation 2005;112(5):666-73, of a WHO consultation. In: Part 1: diagnosis and classification
Eckel R, Krauss R. American Heart Association call to action: obe- of diabetes mellitus: WHO; 1999.
sity as a major risk factor for coronary heart disease. AHA Soewondo P, Pumamasari D, Oemardi M, Waspadji S, Soegondo S.
nutrition committee. Circulation 1998;97 (21):2099- 1 00. Prevalence of Metabolik Sindrom Using NCEP/ATP III Kriteria
Einhom D, Reaven G, Cobin R, Ford E, Ganda O, Handelsman Y, et in Jakarta, Indonesia. The Jakarta Primary Non-Communicable
al. American college of endocrinology position statement on Disease Risk Factor Surveillance 2006. Unpublished.
the insulin resistance sindrom. Endocr Prac 2003;9(3):237-52. Purnamasari. Gambaran Resistensi Insulin Subyek dengan Saudara
Ford E, Giles W, Dietz W. Presence of the metabolik sindrom among Kandung DM tipe 2. Tesis. 2006.
US adults: findings from the Third National Health and Nutri- Reilly MP, Rader DJ. The metabolic syndrome: more tlan the sum
tion Examination Survey. JAMA 2002;287 :356-9. of its part? Circulation 2003;108:1546-51.
Grundy S, Cleeman J, Daniels S, Donato K, Eckel R, Franklin B. Park YW, Zhu S, Palaniappan L, Heshka S, Carnethon MR,
Diagnosis and management of the metabolik sindrom. an Ameri- Heymsfield SB. The metabolic syndrome. Prevalence and
can Heart Association/ National Heart, Lung, and Blood Insti- associated risk factor findings in the US population from the
tute scientific statement. Circulation 2005;112. Third National Helth and Nutrition Examination Survey 1988-
Grundy SM, Hansen B, Smith SC, Jr., Cleeman JI, Kahn RA. Clinical 1994. Arch Intern Med. 2003',163:427-36.
management of metabolik sindrom: report of the American
Heart Association,il.{ational Heart, Lung, and Blood Institute/
American Diabetes Association conference on scientific issues
relatedto management. Arterioscler Thromb Vasc Biol
2004;24(2):el9-24.
29t
DIABETES MELITUS DI INDONESIA
Slamet Suyono

EPIDEMIOLOGI DIABETES MELITUS Melanesia dan Eskimo. Di samudera Pasifik, diabetes


melitus sangatjarang terdapat pada orang Polinesia yang
Pola penyakit saat ini dapat dipahami dalam rangka transisi masih melakukan gaya hidup tradisional, beda dengan
epidemiologis, suatu konsep mengenai perubahan pola daerah urban seperti Mikronesia, Guam, Nauru dan negara-
kesehatan dan penyakit. Konsep tersebut hendak mencoba negara Polinesia seperti Tonga, Hawai, Tahiti, di mana
menghubungkan hal-hal tersebut dengan morbiditas dan jumlah pasien diabetes sangat tinggi. Begitu pula banyak
mortalitas pada beberapa golongan penduduk dan penelitian yang menunjukkan adanya kenaikan prevalensi
menghubungkannya dengan faktor sosioekonomi serta diabetes pada penduduk emigran seperti pada orang
demografi masyarakat masing-masing. Yahudi yang berasal dari Yaman dan pindah ke Israel,
Dikenal 3 periode dalam transisi epidemiologis. Hal masyarakat India di Afrika Selatan, orang Indian di Amerika
tersebut te{adi tidak saja di Indonesia tetapijuga di negara- Serikat dan penduduk asli di Australia yang ber"migrasi"
rregara lain yang sedang berkembang. ke daerah perkotaan.
Sebagai dampak positif pembangunan yang
Periode I. Era pestilence datkelaparan. Dengan kedatangan
dilaksanakan olehpemerintah dalam kurunwaktu 60 tahun
orang-orang barat ke Asia pada akhir abad ke 15, datang
merdeka, polapenyakit di Indonesia mengalami pergeseren
pula penyakit-penyakit menular s.eperti pes, kolera, influ-
yang cukup meyakinkan. Penyakit infeksi dan kekurangan
enza, ttberkulosis dan penyakit kelamin, yang gizi berangsur turun, meskipun diakui bahwa angka
meningkatkan angka kematian. Harapan hidup bayi-bayi
penyakit infeksi ini masih dipertanyakan dengan timbulnya
rendah dan pertambahan penduduk juga sangat rendah
penyakit baru seperti Hepatitis B dan AIDS, juga angka
pada waktu itu.
kesakitan TBC yang tampaknya masih tinggi'dan akhir-
Periode II. Pandemi berkurang pada akhir abad ke 19. akhir ini flu burung, demam berdarah dengue (DBD),
Dengan"perbglkan gizi, higiene serta sanitasi, penyakit antraks dan polio melanda negara kita yang kita cintai ini.
menular berkurang dan mortalitas menurun. Rata-rata Di lain pihak penyakit menahun yang disebabkan oleh
harapan hidup pada waktu lahir meningkat dan jumlah penyakit degeneratif, di antatanya diabetes meningkat
penduduk seperti di pulau Jawa nampak bertambah. dengan tajam. Perubahan pola penyakit itu diduga ada
hubungannya dengan cara hidup yang berubah. Pola
PeriodeIII. Periode ini merupakan erapenyakit degeneratif
makan di kota-kota telah bergeser dari pola makan
dan pencemaran. Karena komunikasi yang lebih baik
tradisional yang mengandung banyak karbohidrat dan
dengan masyarakat barat serta adopsi cara kehidupan barat,
serat dari sa) ran, ke pola makan ke barat-baratan, dengan
penyakit-penyakit degeneratif, seperti hipertensi, penyakit
komposisi makanan yang terlalu banyak mengandung
kardiovaskular dan diabetes melitus meningkat. Tetapi
protein, lemak, gula, garam dan mengandung sedikit serat.
apabila kontak dengan barat kurang dan masih terdapat .
Komposisi makanan seperti ini terutama terdapat pada
kehidupan tradisional, seperti di daerah pedesaan penyakit-
makanan siap santap yang akhir-akhir ini sangat digemari
penyakit tersebut umumnya jarang ditemukan.
terutama oleh anak-anak muda.
Dari penelitian Zimmet (1978) dapat dilihat bahwa
beberapa golongan etnik mempunyai semacam proteksi
Di samping itu cara hidup yang sangat sibuk dengan
pekerjaan dari pagi sampai sore bahkan kadang-kadang
terhadap efek buruk pengaruh barat, antata lain bangsa

187
1874 METABOIJKENDOIGIN

sampai malam hari duduk di belakang meja menyebabkan DIABETES MELITUS DI MASA DATANG
tidak adanya kesempatan untuk berekreasi atau berolah
raga, apalagi bagi para eksekutif hampir tiap hari harus Di antarapenyakit degeneratif, diabetes adalah salah satu
lunch atau dinner dengan para relasinya dengan menu di antara penyakit tidak menular yang akan meningkat
makananbaratyang 'aduhai'. Pola hidup berisiko seperti jumlahnya di masa datang. Diabetes sudah merupakan
inilah yang menyebabkan tinggiiiya kekerapan penyakit salah sau ancaman utama bagi kesehatan umat manusia
jantung koroner (PJK), hipertensi, diabetes, hiperlipidemia. pada abad 21. Perserikatan Bangsa-Bangsa (WHO)
Menarik sekali apa yang dimu at dalam majalah Fortune membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah
edisi bulan Juni 1991 yang menganalisis perkembangan pengidap diabetes di atas umur 20 tahun berjumlah 150
ekonomi di Asia. Dikatakan bahwa perkembangan ekonomi juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian,
di kawasan ini sangat menggembirakan. Yang aneh tetapi pada tahun 2025, jumlah itu akan membengkak menjadi
nyata adalah di antaraparameter untuk mengukur kemajuan 300juta orang.
ekonomi itu adalah j umlah re stor at Mc D o nal d. Di Thalland Masalah diabetes melitus di negara-negara berkembang
ada 6 buah, di Malaysia 23buah, di Singapura 37 buah, di tidak pernah mendapat perhatian para ahli diabetes di
Filippina 34btnhdan di Jepang 809 buah dan dua rregara negara-negara barat sampai dengan Kongres Interna-
yang mempunyai hanya 1 buah restoran McDonald yaitu tional Diabetes Federation (IDF) ke IX tahun 1973 di
Indonesia dan Cina. Pada tahun 1996hanya dalam waktu Brussel. Baru pada tahun 1976, ketika kongres IDF di New
5 tahun saja di Indonesia sudah ada 40 gerai. 33 di Delhi India, diadakan acara khusus yang membahas dia-
antaranya berada di Jakarta. Data terakhir tahun 2006 betes melitus di daerah tropis. Setelah itu banyak sekali
jumlah restoran McDoanld di Indonesia sudah mencapai penelitian yang dilakukan di negara berkembang dan data
120 gerai. Akibat lain dari cara hidup berisiko'ini adalah terakhir dari WHO menunjukkan justru peningkatan
biaya kesehatan menjadi sangat mahal. Sebagai contoh, tertinggi jumlah pasien diabetes malah di negara Asia
dapat dikemukakan angka-angka di bawah inil. Di Tenggara tennasuk Indonesia (Gambarl).
Massachussetts AS, seorang laki-Iaki berumur 80 tahun Meningkatnya prevalensi diabetes melitus di beberapa
dirawat karena sakit jantung. Biaya perawatannya negara berkembang, akibat peningkatan kemakmuran di
mencapai 800.000 dollar. Masyarakat AS memang mulai flegara bersangkutan, akhir-akhir ini banyak disoroti.
gelisah menghadapi biaya kesehatan yang makin Peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan gaya
membengkak ini. Anggaran biaya kesehatan tahun I 991 di hidup terutama di kota-kota besar, menyebabkan
negara ini mencapai 671 miliar dollar (12 % GNP AS). peningkatan prevalensi penyakit degeneratif, seperti
Anehnya adalah, meskipun sudah sedemikian besarnya penyakit jantung koroner (PJK), hipertensi, hiperlipidemia,
biaya yang dikeluarkan, tarafkesehatan mereka tetap tidak diabetes dan lain-lain. Data epidemiologis di negara
lebih baik daripada negara maju lain, seperti Kanada, berkembang memang masih belum banyak. Oleh karena
Inggris, Jerman, Swedia dan Jepang. Keadaan ini dapat itu angka prevalensi yang dapat ditelusuri terutama berasal
dilihat pada angka kematian bayi (tiap 1000 kelahiran) dari negara maju.
misalnya diAS 10,4, jauh lebih tinggi daripada di Kanada
7,3, Inggris 7,3, Jermat 5,6, Swedia 5,9 dan Jepang 4,5.
Begitu juga dengan usia harapan hidup di AS baru DIABETES MELITUS TIPE2
mencapai 75,6 tahun, sedangkan di Kanada 79,2 tahw,
Inggris 76,3 tahun, Jerman 77,2tahln, Swedia 77,7 tahw Prevalensi DM Tipe 2 pada bangsa kulit putih berkisar
dan Jepang 79,3 tahun. Ironisnya adalah bahwa biaya antara3-6Yo dari orang dewasanya. Angka ini merupakan
kesehatan di negara-negara itu jauh lebih murah. baku emas untuk membandingkan kekerapan diabetes
Diakui bahwa perkembangan ilmu dan teknologi antar berbagai kelompok etnik di seluruh dunia, hingga
kedokteran telah banyak menyelamatkan nyawa manusia. dengan demikian kita dapat membandingkan prevalensi di
Penyakit-penyakit yang selama ini tidak terdiagnosis dan suatu negara atau suatu kelompok etnik tertentu dengan
terobati sekarang sudah banyak yang teratasi. Tetapi kelompok etnik kulit putih pada umrunnya. Misalnya di
untuk memperbaiki taraf kesehatan secara global tidak negara-negara berkembang yang laju pertumbuhan
dapat mengandalkan hanya pada tindakan kuratif, karena ekonominya sangat menonjol, seperti di Singapura,
penyakit-penyakit yang memerlukan biaya mahal itu kekerapan diabetes sangat meningkat dibanding dengan
sebagian besar dapat dicegah dengan pola hidup sehat l0 tahun yang lalu. Demikian pula pada beberapa kelompok
dan menjauhi pola hidup berisiko. Artinya para ehik di beberaparregaruyar,g mengalami perubahan gaya
pengambil kebij akan harus mempertimbangkan untuk hidup yang sangat berbeda dengan cara hidup sebelumnya
mengalokasikan dana kesehatan yang lebih menekankan karena memang mereka lebih makrnur, kekerapan diabetes
kepada segi preventif daripada kuratif. Rupanya inilah bisa mencapai 35% seperti misalnya di beberapa bangsa
keunggulan negara-negara maju di luar AS yang tadi Mikronesia dan Polinesia di Pasifik, Indian Pima di AS,
disebut. orang Meksiko yang ada diAS, bangsa Creole di Mauritius
DIABETES MELITUS DI INDONESIA
1875

1 995 f 2ooo I zoos

Afrika Amerika Mediteranian Eropa Asia tenggara Pasifik barat


timur
Sumber: World Health Organization The World Health Report'1997

Gambar 1. Prediksi perkembangan rata-rata pasien DM di dunia

dan Suriname, penduduk asli Australia dan imigran India kesehatan di negaranya, masalah ini harus
di Asia. Prevalensi tinggi juga ditemukan di Malta, Arab dipertimbangkan.
Saudi, Indian Canada dan Cina di Mauritius, Singapura
dan Taiwan.
Tentang baku emas yang tadi dibicarakan, sebenarnya DM TIPE 2 DI INDONESIA
juga ada kekecualiannya, misalnya suatu penelitian di
Wadena AS2, mendapatkan bahwa prevalensi pada orang Menurut penelitian epidemiologi yang sampai saat ini
kulit putih sangat tinggi dibandingkan dengan baku emas dilaksanakan di Indonesia, kekerapan diabetes di
tadi (Eropa) yaitu sebesar 23,2yo untuk semua gangguan Indonesia berkisar antara 1,4 dengart l,6%0, kecuali di dua
toleransi, terdiri dari 15,lo/o TGT (Toleransi Glukosa tempat yaitu di Pekajangan, suatu desa dekat Semarang,
Terganggu) danS,lYo DM Tipe 2.Dengan kenyataan ini 2,3Yo dandiManado 6%o (Gambar 2).
dapat diambil kesimpulan bahwa faktor lingkungan sangat Di Pekajangan prevalensi ini agak tinggi disebabkan di
berperan. Hal ini dapat dilihat pada studi Wadena tadi daerah itu banyak perkawinan antara kerabat. Sedangkan
bahwa secara genetik mereka sama-sama kulit putih, tetapi di Manado, Waspadji menyimpulkan mungkin angka itu
di Eropa prevalensinya lebih rendah. Di sinijelas karena tinggi karena pada studi itu populasinya terdiri dari orang-
orang-orang- di Wadena lebih gemuk dan hidupnya lebih orang yang datang dengan sukarela, jadi agaklebih selektif.
santai. Hal ini akan berlaku bagi bangsa-bangsa lain, Tetapi kalau dilihat dari segi geograf,r dan budayanya yang
terutama di negara yang tergolong sangat berkembang dekat dengan Filipina, ada kemungkinan bahwa prevalensi
seperti Singapura, Korea dan barangkali Indonesia. di Manado memang tinggi, karena prevalensi diabetes di
Contoh lain yang baikbahwa faktor lingkungan sangat Filipinajuga tinggi yaitu sekitat 8,4Yo sampai l2oh di daerah
berpengaruh adalah di Mauritius, suatu negara kepulauan, urban dan 3,85 sampai 9,7% didaerah rural.
yang penduduknya terdiri dari berbagai kelompok etnik. Suatu penelitian yang dilakukan di Jakarta tahun I 993,
Pada suatu penelitian epidemiologi yang dilakukan di sana kekerapan DM di daerah urban yaitu di kelurahan
dengan jumlah responden sebanyak 5080 orang, Kayuputih adalah 5,69yo, sedangkan di daerah rural yang
didapatkan prevalensi TGT dan DMTTI seperti tertera dilakukan oleh Augusta Arifin6 di suatu daerah di Jawa
pada tabel 3. Dari tabel tersebut tampak bahwa pada Barat tahun 199 5, angka itu hanya l,lyo. Di sini j elas ada
bangsa-bangsa India, Cina dan Creole (campuran Afrika, perbedaan antara prevalensi di daerah urban dengan
Eropa dan India) prevalensi DM jauh lebih tinggi daribaku daerah rural. Hal ini menunjukkan bahwa gaya hidup
emas, padahal di negara asalnya prevalensi DM sangat mempengaruhi kejadian diabetes. Tetapi di Jawa Timur
rendah. Perlu diketahui bahwa keadaan ekonomi di angka itu tidak berbeda yait:u 1,43 %o di daetah urban dan
Mauritius untuk golongan etnik tadi jauh lebih baik 1,47o/o di daerah rural. Hal ini mungkin disebabkan
dibanding dengan di negara asalnya. Dari data ini semua tingginya prevalensi Diabetes Melitus Terkait Malnutrisi
dapatlah disimpulkan bahwa faktor lingkungan terutama (DMTM) atau yang sekarang disebut diabetes tipe lain di
peningkatan kemakmuran suatu bangsa merupakan faktor daerah rural di Jawa Timur, yaitu sebesar 21 ,2% dari seluruh
kuat yang akan meningkatkan kekerapan diabetes. diabetes di daerah itu.
Keadaan ini tentu saja harus diantisipasi oleh pembuat Penelitian antara tahun 200 I dan 2005 di daerah Depok
kebijaksanaan di tiap negara berkembang supaya dalam didapatkan pevalensi DM Tipe 2 sebesar l4.7Yo, sua1ut
menentukan rencana j angka panj ang kebij akan.pelayanan angka yang sangat mengejutkan. Demikianjuga di Makasar
1876 METABOLIKENT'OKRIN

Gambar 2. Prevalens DM di lndonesia

prevalensi diabetes terakhir tahun 2005 yang mencapai bayi menurun dan usia harapan hidup orang Indonesia
125%. Pada tahun 2006, Departemen IlmuPenyakitDalam makin panjang. Piramida penduduk akan mengalami
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bekerja sama perubahan dari yang berbentuk kerucut (ekspansif) menjadi
dengan Bidang Penelitian dan Pengembangan Departemen lebih berbentuk panjang, mendekati stasioner di mana
Kesehatan melakukan Surveilans Faktor Risiko Penyakit penduduk usia dewasa dan lanjut usia lebih banyak dari
Tidak Menular di Jakarta yang melibatkan 1591 subyek, pada keadaan tahun 1990. Dari segi diabetes hal ini sangat
terdiri dari 640laki-laki dan 951 wanita. Survei tersebut menarik karena seperti tadi sudah dikatakan bahwa
melaporkan prevalensi DM (unadjusted) dilima wilayah umumnya DM Tipe 2 timbul setelah dekade 4. Ini berarti bila
DKI Jakarta sebesar l2,lo/o detgan DM yang terdeteksi nanti pada tahun 2020 menjadikenyataan jumlah pengidap
sebesar 3,8olo dan DM yang tidak terdeteksi sebesar ll,2%. diabetes akan mengalami ledakan yang luar biasa besarnya.
Berdasarkan data ini diketahui bahwa kejadian DM yang Kenaikan ini sungguh sangat besar dibandingkan
belum terdiagnosis masih cukup tinggi, hamper 3x lipat kenaikan seluuh penduduk dari I 80,3 8 3,697 orang meniadi
dari jumlah kasus DM yang sudah terdeteksi. 253,667,565 orang atau kenaikan hanya sebesar 40,6oh.
Melihat tendensi kenaikan kekerapan diabetes secara Selain itu penduduk perkotaan yang pada tahun 1990
global yang tadi dibicarakan terutama disebabkan oleh berjumlah 51,932,467 orang atau 28,79yo dari penduduk,
karena peningkatan kemakmuran suafu populasi, maka pada tahnn 2020 akan meningkat menjadi 132,465,221 oratg
dengan demikian dapat dimengerti bila suatu saat atau
lebih tepat lagi dalam kurun waktu I atau 2 dekade yang
akan datang kekerapan DM di Indonesia akan meningkat
dengan drastis.
Ini sesuai dengan perkiraan yang dikemukakan oleh Negara {995 Urutan Negara 2025
(Juta) (Juta)
WHO seperti tampak pada tabel 2, Indonesia akan 1 lndia 19.4 lndia
1 57 2
menempati peringkat nomor 5 sedunia dengan jumlah 2 Cina 16.0 2 Cina 37 6
pengidap diabetes sebanyak 12,4 jtrta orang pada tahun J Amerika 13.9 3 Amerika 21 I
Serikat
2025, nak 2 tingkat dibanding tahun I 995. 4 Federasi 8.9 4 Pakistan 14 5
Untuk dapat meramal keadaan diabetes di masa datang Russia
5 Jepang 6.3 5 lndonesia 12.4
ada baiknya kita menyimak sedikit apa yang dilakukan oleh
ahli-ahli demografi di Indonesia. 6 Brazil 4.9 6 Federasi 12.2
Russia
Ananta menyatakan bahwa revolusi demografi di 7 lndonesia 4.5 7 Meksiko 11.7
Indonesia adalah salah safu contoh di mana perubahan o Pakistan 4.3 8 Brazil 11 6

demografik tidak perlu menunggu perubahan


o Meksiko 3.8 I Mesir 8.8
10 Ukraine 3.6 10 Jepang 8.5
sosioekonomi. Intervensi pemerintah secara langsung Semua 49.7 103.6
dalam memperbaiki angka fertilitas dan mortalitas jelas
135.3
mempercepat proses transisi demografi. Angka kematian
DIABETES MELITUS DI INDONESIA
t877

atau 52,2%o dari semua penduduk. Hal lain yang menarik Langkah-langkah yang Dapat Dikerjakan
adalah jumlah usia lanjut. Penduduk 65 tahun akan Mengingat jumlah pasien yang akan membengkak dan
bertambah daiT ,ljuta pada tahun 1990 menjadi 18,5 juta besarnya biaya perawatan pasien diabetes yang terutama
pada tahun 2020. Jadi selama 30 tahun itu jumlah penduduk disebabkan oleh karena komplikasinya, maka upaya yang
dengan usia lanjut akan bertambah sebanyak ll,4 jutayang paling baik adalah pencegahan.
menurut Ananta jumlah itu sama dengan jumlah penduduk Menurut WHO tahun 1994, tpaya pencegahan pada
Jakarta ditambah penduduk Yogya,saat ini. Kekerapan diabetes adatigajenis atau tahap yaitu:
diabetes pada usia lanjut jauh lebih tinggi lagi bisa 4 kali Pencegahan primer.' Semua aktivitas yang ditujukan untuk
lipat darirata-rdta. pencegah timbulnya hiperglikemia pada individu yang
Dari angka-angka tadi dapat diambil kesimpulan bahwa berisiko untuk jadi diabetes ata.upadapopulasi umum.
dalam jangka waktu 30 tahun penduduk Indonesia akan
naik sebesar 40o/, dengan peningkatan jumlah pasien Pencegahan sekunder.' Menemukan pengidap DM sedini
diabetes yang jauh lebih besar yaitu 86-138o/o, yang mungkin, misalnya dengan tes penyaringan terutama pada
disebabkan oleh karena: populasi risiko tinggi, Dengan demikian pasien diabetes
. faktor demografi: 1). Jumlah penduduk meningkat; 2). yang sebelumnya tidak terdiagnosis dapat terjaring, hingga
Pendudukusia lanjut bertambah banya( 3). Urbanisasi dengan demikian dapat dilakukan upaya untuk mencegah
makin takterkendali komplikasi atau kalaupun sudah ada komplikasi masih
. gaya hidup yang ke barat-baratan: 1)'Penghasilanper reversibel,
capita tinggi; 2). Restoran siap santap; 3). Teknologi Pencegahan tersier. Semua upaya untuk mencegah
canggih menimbulkan sedentary life, ktttang getak komplikasi atau kecacatan akibat komplikasi itu' Usaha ini
badan meliputi:
. berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi . mencegahtimbulnyakomPlikasi
. meningkafirya pelayanan kesehatan hingga umur pasien . mencegah progresi dari padakomplikasi itu suptiyatidak
diabetes menjadi lebih panjang. menj adi ke gagalan organ
. mencegah kecacatan tubuh

Dalam hal ini Indonesia cukup beruntung karena sejak


DM TIPE LAIN
tahun 1993 PERKENI telah menyusun dan memberlakukan
konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia yang
Salah satu jenis ini adalah Diabetes Melitus Tipe Lain.
ditandatangani oleh seluruh ahli dibidang diabetes. Di dalam
Jenis ini sering ditemukan di daerah tropis dan rrcgara
buku konsensus itu sudah dicanangkan bahwa pencegahan
berkembang. Bentuk ini biasanya disebabkan oleh adanya
adalah upaya yang harus dilaksanakan sejak dini. Mengenai
malnutirisi disertai kekurangan protein yang nyata. Diduga
pencegahanini ada sedikit perbedaan mengenai definisi
zat sia:nidayang terdapat pada cassava atau singkong yang
pencegahan yang tidak terlalu mengganggu. Dalam
menjadi sumber karbohidrat di beberapa kawasan di Asia
konsensus yang mengacu ke pada WHO 1985, pencegahan
dan Afrika berperan dalam patogenesisnya. Di Jawa Timur
ada 3 jenis yaitu pencegahan primer berarti mencegah
sudah dilakukan survei dan didapatkan bahwa prevalensi
timbulnya hiperglikemia, pencegahan sekunder mencegah
diabetes di pedesaan adalah l,47yo sama dengan di
komplikasi sedangkan pencegahan tersier mencegah
perkotaan (1,43%). Sebesar 2l,2yo dari kasus diabetes di
kecacatan akibat komplikasi. Menurut laporan WHO 1994
pedesaan adalah jenis ini. Diabetes jenis ini di masa datang
pada pencegahan sekunder termasuk deteksi dini diabetes
masih akan banyak, mengingat jumlah penduduk yang
dengan skrining, sedangkan mencegah komplikasi
masih berada di bawah kemiskinan yang masih tinggi. Dulu
dimasukkan ke dalam pencegahan tersier.
jenis ini disebut Diabetes Terkait Malnutrisi (MRDM), teapi
oleh karena patogenesis jenis ini tidak jelas maka jenis ini
pada klasifikasi terakhir (1999) tidak lagi disebut sebagai Strategi Pencegahan
MRDM tetapi disebut Diabetes Tipe Lain. Dalam menyelenggarakan rtpaya pencegahan ini
diperlukan suatu strategi yang efisien dan efektif untuk
mendapatkan hasil yang maksimal' Seperti juga pada
Diabetes Gestasional pencegahan penyakit menul al ada2macam strategi untuk
Diabetes gestasional adalah diabetes yang timbul selama
dij alankan, antara lain :
kehamilan. Ini meliputi 2-5o/o dalrr seluruh diabetes. Jenis
ini sangat penting diketahui karena dampaknya padajanin Pendekatan opulasi/masy ar akat (p op ulatio n/c omm unily
p

kurang baik bila tidak ditangani dengan benar. Adam approach). Semua upaya yang bertujuan untuk mengubah
mendapatkan prevalensi diabetes gestasi sebesar 2-2,6'h perilaku masyarakat umum. Yang dimaksud adalah mendidik
dari wanita hamil. Karena pentingnya. masalah ini akan masyarakat agar menjalankart cata hidup sehat dan
dibicarakan lebih lanjut dalam bab tersendiri. menghindari cara hidup berisiko. Upaya ini ditujukan tidak
1878 METABOLIKENI'OKRIN

hanya untuk mencegah diabetes tetapi juga untuk selalu terkendali mendekati angka normal sepanjang hari
mencegah penyakit lain sekaligus.IJpaya ini sangat berat sepanjang tahun. Di samping itu seperti tadi sudah
karena target populasinya sangat luas, oleh karena itu harus. dibicarakan, tekanan darah dan kadar lipid juga harus nor-
dilakukan tidak saja oleh profesi tetapi harus oleh segaia mal. Dan supaya tidak ada resistensi insulin, dalam upaya
lapisan masyarakat termasuk pemerintah dan swasta (LSM, pengendalian kadar glukosa darah dan lipid itu harus
pemuka masy arakat dan agama) diutamakan cara-cara nonfarmakologis dulu secara
Pedekatan individu berisiko tinggi. Semua upaya maksimal, misalnya dengan diet dan olah raga, tidak
pencegahan yang ditakukan pada individu-individu yang merokok dan lain-lain. Bila tidbk berhasil baru
menggunakan obat baik oral maupun insulin.
berisiko untuk menderita diabetes pada suatu saat kelak.
Pada pencegahan sekunder pun, penyuluhan tentang
Pada golongan ini termasuk individu yang: berumur >40
tahun, gemuk, hipertensi, riwayat keluarga DM, riwayat
perilaku sehat seperti pada pencegahan primer harus
melahirkan bayi>4kg, riwayat DM pada saat kehamilan, dilaksanakan, ditambah dengan peningkatan pelayanan
dislipidemia.
kesehatan primer di pusat-pusat pelayanan kesehatan
mulai dari rumah sakit kelas A sampai ke unit paling depan
yaitu puskesmas. Di samping itu juga diperlukan
Pencegahan Primer penyuluhan kepada pasien dan keluarganya tentang
Pencegahan primer adalah caru yatg paling sulit karena berbagai hal mengenai penatalaksanaan dan pencegahan
yang menjadi sasaran adalah orang-orang yang belum sakit komplikasi. Penyuluhan ini dilakukan oleh tenaga yang
artinyamereka masih sehat. Cakupannya menjadi sangat terampil baik oleh dokter atau tenaga kesehatan lain yang
luas. Yang bertanggungjawab bukan hanya profesi tetapi sudah dapat pelatihan untuk itu (diabetes educator).
seluruh masyarakat termasuk pemerintah. Semua pihak Usaha ini akan"lebih berhasil bila cakupan pasien
harus mempropagandakan pola hidup sehat dan diabetesnya juga luas, artinya selain pasien yang selama
menghindari pola hidup berisiko. Menjelaskan kepada ini sudah berobat juga harus dapat mencakup pasien
masyarakat bahwa mencegah penyakit jauh lebih baik diabetes yang belum berobat atau terdiagnosis, misalnya
daripada mengobatinya. Kampanye makanan sehat dengan kelompok penduduk dengan risiko tinggi. Kelompok yang
pola tradisional yang mengandung lemak rendah atau pola tidak terdiagnosis ini rupanya tidak sedikit. Di AS saja
makanan seimbang adalah alternatif terbaik dan harus kelompok ini sama besar dengan yang terdiagnosis, bisa
sudah mulai ditanamkan pada anak-anak sekolah sejak dibayangkan keadaan di Indonesia.
taman kanak-kanak. Tempe misalnya adalah makanan Oleh karena itu pada tahun 1994 WHO menyatakan
tradisional kita yang selain sangat bergizi, temyata juga bahwa pendeteksian pasien baru dengan cara skrining
banyak khasiatnya misalnya sifat anti bakteri dan dimasukkan ke dalam upaya pencegahan sekunder agar
menurunkan kadar kolesterol. supaya bila diketahui lebih dini komplikasi dapat dicegah
Caranya bisa lewat guru-guru atau lewat acara radio karena masih reversibel. Untuk r,egara berkembang
atau televisi. Selain makanan juga cara hidup berisiko termasuk Indonesia upaya ini termasuk mahal.
lainnya harus dihindari. Jaga berat badan agar tidak gemuk, Peran profesi sangat ditantang untuk menekan angka
dengan olah ragateraix. Dengan menganjurkan olah raga pasien yang tidak terdiagnosis ini, supaya pasien jangan
kepada kelompok risiko tinggi, misalnya anak-anak pasien datang minta pertolongan kalau sudah sangat terlambat
diabetes, merupakan salah satu upaya pencegahan primer dengan berbagai komplikasi yang dapat mengakibatkan
yang sangat efektif dan murah. kematian yang sangat tinggi. Dari sekarang harus sudah
Motto memasyarakatkan olah raga dan mengolah- dilalcnkan upaya bagaimana carartya menjaring pasien
ragakan masyarakat sangat menunjang upaya pencegahan yang tidak terdiagnosis itu agar mereka dapat melakukan
primer. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konsekuensi, upaya pencegahan baik primer maupun sekunder
yaitu penyediaan sarana olah raga yang merata sampai ke
pelosok, misalnya di tiap sekolahan harus ada sarana olah
raga yang memadai.
Pencegahan Tersier
Upaya mencegah komplikasi dan kecacatan yang
diakibatkannya termasuk ke dalam pencegahan tersier.
Pencegahan Sekunder Upaya ini terdiri dari 3 tahap:
Mencegah timbulnya komplikasi, menurut logika lebih . pencegahan komplikasi diabetes, yang pada konsensus
mudah karena populasinya lebih kecil, yaitu pasien dimasukkan sebagai pencegahan sekunder
diabetes yang sudah diketahui dan sudah beroSat, tetapi . mencegah berlanjutnya (progresi) komplikasi untuk
kenyataannya tidak demikian. Tidak gampang memotivasi tidak menjurus kepada penyakit organ
pasien untuk berobat teratur, dan menerima kenyataan . tfrencegah terjadinya kecacatan disebabkan oleh karena
bahwa penyakitnya tidak bisa sembuh. Syarat untuk kegagalan organ atau jaringan
mencegah komplikasi adalah kadar glukosa darah harus Dalamupayaini diperlukanke{a sama y4ng baik sekali
DIABETES MELITUS DI INDONESIA
1879

baik antara pasien dengan dokter maupun antara dokter KESIMPULAN


ahli diabetes dengan dokter-dokter yalg terkait dengan
komplikasinya. Dalam hal peran penyuluhan sangat Jumlah pasien diabetes dalam kurun waktu 25-30 tahun
dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi pasien untuk yang akan datang akan sangat meningkat akibat
mengendalikan diabetesnya. Peran ini tentu saja akan peningkatan kemakmuran, perubahan pola demografi dan
merepotkan dokter yang jumlahnya terbatas. Oleh karena urbanisasi. Di samping itu juga karena pola hidup yang
itu dia harus dibantu oleh orang yang sudah dididik untuk akan berubah menjadi pola hidup berisiko. Pencegahan
keperluan itu yaitu penyuluh diabetes (diabetes baik primer, sekunder maupun tersier merupakan upaya
educator). yang paling tepat dalam mengantisipasi ledakan jumlah
ini, dengan melibatkan berbagai pihak yang terkait seperti
pemerintah, LSM, guru-guru dan lain-lain. Dari segi teknis,
PENYULUH DIABETES karena cakupannya sangat luas dalam pelaksanaannya
perlu dibantu oleh para penyrluh diabetes yang trampil
Dalam rangka mengantisipasi ledakan jumlah pasien
diabetes dan meningkatnya komplikasi terutama PJK, tadi
sudah diuraikan upaya pencegahan, baik primer, sekunder REFERENSI
maupun tersier adalah yang paling baik. Karena upaya itu
sangat berat, adalah tidak mungkin dilakukan hanya oleh Adam JMF. Diabetes melitus gestasi. Cara skrining dan
penatalaksanaan. Acta Med Indones, 1991; XXIII: 87-94'
dokter ahli diabetes atau endokrinologis. Oleh karena itu
Agusta A YL. Deskripsi pasien Diabetes di suatu masyarakat di Jawa
diperlukan tenaga trampil yang dapat berperan sebagai Barat. Buku Program dan Kumpulan Ringkasan Simposium
perpanjangan tangan dokter endokrinologis itu. Di luar Nasional Endokrinologi II Bandung 1995; 3.
negeri tenaga itu sudah lama ada disebut diabetes Ananta A, Adioetomo SM. Perkembangan Penduduk Indonesia
educator yang terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi atau Menuju tahun 2005. Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi
pekerja sosial dan lainJain yang berminat. Di Indonesia UI. Jakarta, 1990.
Cheah JS, Yeo PPB, Thai AC, Lui KF, Wang KW, Lee KO, Tan YT,
atau tepatnya di Jakarta oleh Pusat Diabetes dan Lipid
Ng YK Tan BY. Epidemiology of diabetes melitus in Singapore:
FKUV RSCM melalui SIDL-nya (Sentral lnformasi Diabetes
comparison with other ASEAN countries. J AFES 1982; 2: 39-
dan Lipid) sejak tahun 1993 telah diselenggarakan kursus 47.
penyuluh diabetes yang sampai saat ini masih berlangsung Dowse GK, Gareeboo H, Zimmet P. et a1. The high prevalence of
secara teratur. Kursus ifu ternyata mendapat sambutan glucose intolerance in Indian, Creole, and Chinese Mauritians'
luar biasa dari rumah sakit seluruh Indonesia, bahkan di Diabetes 1990; 39: 390-6.
beberapa kota misalnya di Bandung, Surabaya, Bali, Ujung French LA, Boen JR, Martirrcz AM et al .Population-based study of

Pandang, Manado dan lain-lain. Mereka sudah impaired glucose tolerance and type II diabetes in Wadena, Min-
nesota. Diabetes 1990; 39: 1131-7'
melaksanakan sendiri kursus itu. Unfuk sementara kursus
Konsensus Pengelolaan diabetes melitus di In- donesia PERKENI
itu dibatasi hanya unhrk dokter, perawat dan ahli giziyang t993.
merupakan satu-kesatuan kerja di rumah sakit masing- Samsuridjal. Catatan dari Salzburg. Dari orientasi penyakit ke perilaku
masing. Sampai tahun 2006 sudah dididik sebanyak 1000 sehat. Anikel opini pada harian Pelita tgl 11 Oktober 1991.
orang penyuluh, tersebar di 80 rumah sakit di seluruh Soegondo S, Pumamasari D, Waspadji S, Saksono D. Prevalence of
' diabetes mellitus in Jakarta. The Jakarta Primary Non-Commu-
Indonesia. Karena kegiatan ini sudah dianggap mapan,
nicable Disease Risk Factors Surveillance 2006. Unpublished'
mulai tahun 1996 kursus ini dilaksanakan oleh Diklat RSCM
Sugijarto, Suyono S, Waspadji S, Budisantoso A, Soegondo S. Pengaruh
bersama dengan SIDL, hingga dengan demikian secara
tempe kedelai terhadap profrl lipid pasienhiperkolesterolemia
formal keberadaan penyuluh diabetes tidak diragukan lagi. yang berobat di Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM
Ini penting untuk yang bersangkutan dalam Jakarta. Kumpulan makalah KOPAPDI VIII Yoyakarta,(1990),
pengembangan kariernya. Bila tenaga penyuluh diabetes Jilid I,551-61.
sudah banyak, maka penyuluhan akan lebih banyak Tjokroprawiro A. Prevalensi dan profil klinik diabetes melitus di
ditalarkan oleh mereka dari pada oleh dokter spesialis yang pedesaan Jawa Timur. Naskah Lengkap Simposium Nasional
jumlah dan waktunya terbatas. Perkembangan Mutakhir Endokinologi Metabolisme. 1991 ; 33-
47.
Dalam pelaksanaannya para penyuluh diabetes itu
Waspadji S. Penelitian diabetes melitus suatu tinjauan tentang hasil
sebaiknya memberikan pelayanan secara terpadu dalam penelitian dan kebutuhan penelitian masa yang akan datang.
suatu instansi misalnya dalam bentuk sentral informasi Acta Med Indonesiana 1988; XX: 87-98'
yang bekerja 24 jamsehari dan akan melayani pasien atau WHO Technical Report Series No 844: Prevention of Diabetes
siapapun yang ingin menanyakan seluk-beluk tentang Melitus 1994,
diabetes terutama sekali tentang penatalaks arraanly a
termasuk diet dan komplikasnya.
292
DIAGNOSIS DAN KLASIFIKASI
DIABETES MELITUS
Dyah Purnamasari

PENDAHULUAN lemak tubuh, kurangnya aktifitas jasmani dan


hiperinsulinemia. Semua falctor ini berinteraksi derrgan
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok
beberapa faktor genetik yang berhubungan dengan
penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadinya DM tipe 2.
terl'adi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
Selain itu karena diabetes sudah merupakan suatu
kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes
penyakit global dan malahan menurut P. Zimmet sudah
berhubungan dengan kerusakan jangka p anjang, disfungsi
merupakan suatu epidemi, banyak penelitian dilakukan
atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata,
untuk mencoba mengatasinya. Saat irri lsldapat berbagai
ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. World Health
penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki kehidupan
Organization (WHO) sebelumnya telah merumuskan
orang dengan diabetes, adayangberusaha untuk mencari
bahwa DM merupakan sesuatu yang tidak dapat
obat untuk menyembuhkannya dan ada pula yang
dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat
mempelajari dampak diabetes pada beberapa populasi di
tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu
dunia.
kumpulan problema anatomik dan kimiawi akibat dari
sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut
atau relatif dan gangguan fungsi insulin. PENAPISAN DAN DIAGNOSIS
Perubahan dalam diagnosis dan klasifikasi DM terus
menerus terjadi baik oleh WHO maupw American Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan
Diabetes Association (ADA). Parapakar di Indonesiapun konsentrasi glukosa darah. Dalam menentukan diagnosis
bersepakat melalui PERKENI @erkumpulan Endokrinologi DM harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan
Indonesia) pada tahun 1993 untuk membicarakan standar cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosis,
pengelolaan diabetes melitus, yang kemudian juga pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa
melakukan revisi konsensus tersebut pada tahun I 998 dan dengan cara enzimatik dengan bahan darah plasma vena.
2002 yang menyesuaikan dengan perkembangan baru. Untuk memastikan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa
Secara epidemiologik diabetes seringkali tidak darah seyogyanya dilakukan di laboratorium klinik yang
terdeteksi dan dikatakan onset atau mulai terjadinya terpercaya (yang melakukan program pemantauan kendali
diabetes adalah 7 tahun sebelum diagnosis ditegakkan, mutu secara teratur). Walaupun demikian sesuai dengan
sehingga morbiditas dan mortalitas dini terjadi pada kasus kondisi setempat dapat juga dipakai bahan darah utuh
yang tidak terdeteksi ini. Penelitan lain menyatakan bahwa (whole blood), vena ataupun kapiler dengan
dengan adanya urbanisasi, populasi diabetes tipe2 akan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang
meningkat 5- 10 kali lipat karena terjadi perubahan perilaku berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Untukpemantauan
rural-tradisional menjadi urban. Faktor risiko yang berubah hasil pengobatan dapat diperiksa glukosa darah kapiler.
secara epidemiologi diperkirakan adalah: bertambahnya Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan
usia, lebih banyak dan lebih lamanya obesitas, distribusi pemeriksaan penyaring. Uji diagnostik DM dilakukan pada

1880
DIAGNOSIS DAT{ KI.AITIFII(AIII DTABETES MELITUS
1881

mereka yang menunjukkan gejala/tanda DM, sedangkan < 140mg/dl ) normal


pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi 140-<200mgldL ) toleransi glukosa terganggu
mereka yang tidak bergejala, yang mempunyai risiko DM. >200mgldL ) diabetes
(Serangkaian uji diagnostik akan dilakukan kemudian pada
mereka yang hasil pemeriksaan penyaringnya positif, untuk
memastikan diagnosis definitif.)
PERKENI membagi alur diagnosis DM menjadi dua
bagian besar berdasarkan ada tidaknya gejala khas DM.
Gejala khas DM terdiri dari poliuria, polidipsia, polifagia GD 2 jam pasca pem
dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas,
sedangkan gejala tidak khas DM diantaranya lemas,
kesemutan, luka yang sulit sembuh, gatal, mata kabur,
disfungsi ereksi (pria) dan pruritus rulva (wanita). Apabila
ditemukan gejala khas DM, pemeriksaan glukosa darah
abnormal satu kali saja sudah cukup untuk menegakkan
diagnosis, namun apabilatidak ditemukan gejalakhas DM,
maka diperlukan dua kali pemeriksaan glukosa darah
abnormal. Diagnosis DM juga dapat ditegakkan melalui
Gambar 1. : Langkah diagnostik DM dan TGT dari TTGO
cara pada Tabel 1.

Pemeriksaan penyaring dikelakan pada semua individu

Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl


dewasa dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) > 25 kglm2
(11,1 mmol/L) dengan faktor risiko lain sebagai berikut: 1) aktivitas fisik
Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan kurang, 2) riwayat keluarga mengidap DM pada turunan
sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu
makan terakhir
pertama (first degree relative),3) masuk kelompok etnik
2 Atau
risiko tinggi (AfricanAmerican, Latino, Native American,
Gejala klasik DIV + glukosa plasma puasa > 126 mg/dl
Asian American, Pacific Islander),4). Wanita dengan
(7,0 mmol/L) riwayat melahirkan bayi dengan berat > 4000 gram atau
Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan riwayat Diabetes Melitus Gestasional (DMG), 5). Hipertensi
sedikitnya 8 jam
(tekanan darah > l4}lg0 mmHg atau sedang dalam terapi
:
Glukosa plasma 2 jam pada TTGO 200 mg/dL (11,1
obat anti hipertensi), 6) Kolesterol HDL < 35 mg/dl dan
mmol/L)
TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan atau trigliserida> 250 mgdL,7) wanita dengan sindrom
beban glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa polikistik ovarium, 8) riwayat Toleransi glukosa terganggu
anhidrus yang dilarutkan ke dalam air
(TGT) atau Glukosa darah puasa terganggu (GDPT), 9)
keadaan lain yang berhubungan dengan resistansi insulin
(obesitas, akantosis nigrikans) dan 10) riwayat penyakit
Cara pelaksanaan TTGO (WHO 1 994): kardiovaskular.
3 (tiga) hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti Pada penapisan dapat dilakukan pemeriksaan glukosa
kebiasaan sehari-hari (dengan karbohidrat yang cukup) darah puasa atau sewaktu atau TTGO. Untuk kelompok
dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa risiko tinggi yang hasil pemeriksaan penyaringnya negatif,
8 j am (mulai malam hari) sebelum
berpuasa paling sedikit pemeriksaan penyaring ulangan dilakukan tiap tahun;
pemeriksaan, minum air putih tanpa gula tetap sedangkan bagi mereka yang berusia > 45 tahun tanpa
diperbolehkan faktor risiko, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap
diperiksa konsentrasi glukosa darah puasa 3 tahun atau lebih cepat tergantung dari klinis masing-
diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa) atau 1,75 masing pasien.
grarnlkgtsB (anak-anak), dilarutkan dalam air 250 mL dan Pemeriksaan penyaring yang khusus ditujukan untuk
diminum dalam waktu 5 menit DM pada penduduk umumnya (mass screening) tidak
berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah dianjurkan karena di samping biaya yang mahal, rencana
untuk pemeriksaan 2 jam setelah minum larutan glukosa tindak lanjut bagi mereka yang positif belum ada. Bagi
selesai mereka yang mendapat kesempatan untuk pemeriksaan
diperiksa glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa penyaring bersama penyakit lain (general check-up)
selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap adanya pemeriksaan penyaring untuk DM dalam rangkaian
istirahat dan tidak merokok pemeriksaan tersebut sangat dianjurkan.
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca Pemeriksaan penyaring berguna untuk menjaring
pembebanan dibagi menjadi 3 yaitu: pasien DM, toleransi glukosa terganggu (TGT) dan
1882 METABOLIKENDOKRIN

glukosa darah puasa terganggu (GDPT), sehingga dapat


ditentukan langkah yang tepat untuk mereka. Pasien
dengan TGT dan GDPT merupakan tahapan sementara
menuju DM. Setelah 5-10 tahun kemudian 1/3 kelompok
TGT akan berkembang menjadi DM, ll3 tetap TGT dan l/
3 lainnya kembali normal. Adanya TGT sering berkaitan
dengan resistensi insulin. Pada kelompok TGT ini risiko
terjadinya aterosklerosis lebih tinggi dibandingkan
kelompok normal. TGT sering berkaitan dengan penyakit
kardiovaskular, hiperlensi dan dislipidemia. Peran aktif para
pengelola kesehatan sangat diperlukan agar deteksi DM
dapat ditegakkan sedini mungkin dan pencegahan primer
dan sekunder dapat segera diterapkan.
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui
pemeriksaan konsentrasi glukosa darah sewaktu atau
konsentrasi glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti
dengan tes tolerasi glukosa orat (TTGO) standar. - Nasihat Umum
- Evaluasi Penyulit Dl\,4 - Perencanaan makan
- Evaluasi dan Perencanaan [,,lakan - latihan iasmani
sesuai Kebutuhan - Beral ldaman
- belum Pedu Obat Penurun clukosa
GDP = Glukosa Darah Puasa
GDS = Glukosa Darah Sewaktu
Bukan Belum DM GDPT = Glukosa Darah Puasa Terganggu
DM pasti DM TGT = Toleransi Glukosa Terganggu

Konsentrasi glukosa Plasma vena < 100 100 - 199 ?-200


Darah sewaktu (mg/dL) Darah kapiler <9 90-'199 :200 Gambar 2. Langkah-langkah diagnostik DM dan toleransi glukosa
terganggu
Konsentrasi glukosa Plasma vena < 100 100 - 125 > 126
darah puasa (mg/dL) Darah kapiler <90 90-99 :100

Nilai atau Indeks Diagnostik Lainnya 1 Konsentrasi glukosa darah sewaktu (plasma vena) > 200
mg/dl
Definisi keadaan diabetes atau gangguan toleransi glukosa atau
tergantung pada pemeriksaan konsentrasi glukosa darah. 2 Konsentrasi glukosa darah puasa > 126 mg/dl atau
3. Konsentrasi glukosadarah > 200 mg/dl pada2jam
Beberapa tes tertentu yang non glikemik dapat berguna sesudah beban glukosa 75 gram pada TTGO..
dalam memnentukan subklas, penelitian epidenmiologi, t Kriteria diagnostik tersebut harus dikonfirmasi ulang pada hari yang
dalam menentukan mekanisme dan perjalanan alamiah lain, kecuali untuk keadaan khas hiperglikemia dengan dengan
dekompensasi metabolik berat, seperti ketoasidosis, gejala klasik :
diabetes. poliuri, polidipsi, polifagi dan berat badan menurun cepat
** Cara diagnosis dengan kriteria ini tidak dipakai rutin di klinik Untuk
Untuk diagnosis dan klasifikasi ada indeks tambahan
penelitian epidemiologis pada penduduk dianjurkan memakai
yang dapat dibagi atas 2bagian : kriteria diagnostik kadar glukosa darah puasa dan 2 jam pasca
pembebanan Untuk DM Gestasional juga dianjurkan kriteria
Indeks penentuan derajat kerusakan selbeta. Hal ini dapat diagnostik yang sama
dinilai dengan pemeriksaan konsentrasi insulin,
pro-insulin, dan sekresi peptida penghubung (C-peptide).
Nilai-nilai "Glycosilated hemoglobin" (WHO memakai
Perkembangan Klasifikasi Diabetes Melitus
istilah " G ly c I at e d h e m o gl o b in "), nllai deraj at gliko silasi
Dalam beberapa dekade akhir ini hasil penelitian baik klinik
dari protein lain dan tingkat gangguan toleransi glukosa
maupun laboratorik menunjukkan bahwa diabetes melitus
juga bermanfaat untuk penilaian kerusakan ini.
merupakan suatu keadaat yatg heterogen baik sebab
Indeks proses diabetogenik. Untuk penilaian proses maupun macamnya. Selama bertahun-tahun hal ini telah
diabetogenik pada saat ini telah dapat dilakukan penentuan digumuli oleh banyak ahli temama dengan tujuan mencapai
tipe dan sub-tipe HLA; adanya tipe dan titer antibodi dalam persejutuan internasional tentang prosedur diagnostik,
sirkulasi yang ditujukan pada pulau-pulau Langerhans kiteria dan terminologi. Dahulu terdapat banyak perbedaan
(islet cell antibodies), Anti GAD (Glutamic Acid dalam masing-masing bidang walaupun telah diusahakan
Decarboxylase) dan. sel endokrin lainnya adanya untuk mendapat suatu konsensus
cell-mediated immunity terhadap pankreas; ditemukannya Walaupun secara klinis terdapat 2 macam diabetes
susunan DNA spesifik pada genoma manusia dan tetapi sebenamya ada yang berpendapat diabetes hanya
ditemukannya penyakit lain pada pankreas dan penyakit merupakan suatu spektrum defisiensi insulin. Individu
endokrin lainnya. yang kekurangan insulin secara total atau hampir total
DIAGNOSIS DAN KI.ASIFIKAITI DIABETES MELITUS
1883

dikatakan sebagai diabetes "Juvenile onset" atalu


"insulin dependenl" atat "ketosis prone", karena tanpa
l. Diabetes Melitus Tipe 1
insulin dapat terjadi kematian dalam beberapa hari yang (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi
disebabkan ketoasidosis. Pada ekstrem yang lain terdapat insulin absolut)
individu yang "stable" atan "maturity onset" ata,u "non-
A. Melalui proses imunologik
B. ldiopatik
insulin dependent". Orang-orang ini hanya menunjukkan
ll. Diabetes Melitus Tipe 2
defisiensi insulin yang relatif dan walapun banyak diantara (Bervariasi mulai yang pedominan resistensi insulin
mereka mungkin memerlukan suplementasi insulin (1nsa- disertai diefisiensi insulin relative sampai yang
predominan gangguan sekresi insulin bersama
lin requiring), tidak akan terjadi kematian karena
resistensi insulin)
ketoasidosis walapun insulin eksogen dihentikan. Bahkan
Diabetes Melitus Tipe Lain
diantara mereka mungkin terdapat kenaikan jumlah insulin A. Defek genetik fungsi sel beta
secara absolut bila dibandingkan dengan orang normal, - kromosom 12, HNF- o (dahulu MODY 3)
tetapi ini biasanya berhubungan dengan obesitas dan/ - kromosom 7, glukokinase (dahulu MODY 2)
- kromosom 20, HNF o (dahulu MODY 1)
atau inaktifitas fisik. - kromosom 13, insulin promoier factor (lPF dahulu
Sesuai dengan konsep mutakhir, kedua kelompok besar MODY 4)
diabetes dapat dibagi lagi atas kelompok kecil. Pada satu - kromosom 17, HNF-18 (dahulu MODY 5)
kelompok besar "IDDM" atau Diabetes tipe 1, terdapat
- kromosom2, Neuro D1(dahulu MODY 6) DNA
Mitokondria
hubungan dengan HLA tertentu pada kromosom 6 dan - lainnya
beberapa auto-imunitas serologik dan cell -mediated. B. Defek genetik kerja insulin : resistensi insulin tipe
Infeksi virus pada atau dekat sebelum onset juga disebut- A,l eprechaunrsm, sinrdom Rabson Mendenhall
diabetes lipoatrofik, lainnYa
sebut berhubungan dengan patogenesis diabetes. Pada
C. Penyakit Eksokrin Pankreas : pankreatitis,
percobaan binatang, virus dan toksin diduga berpengaruh
trauma/pankreatektomi, neoplasma, fibrosis kistik
pada kerentanan proses auto-imunitas ini. hemokromatosis, pankreatopati fibro kalkulus, ldinnya
Kelompokbesar lainnya (NIDDM atau diabetes tipe 2) D. Endokrinopati : akromegali, sindrom cushing,
tidak mempunyai hubungan dengan HLA, virus atau feokromositoma, hipertiroidisme somatostatinoma,
aldosteronoma, lainnYa
autoimunitas dan biasanya mem-punyai sel beta yang
E. Karena Obat I Zal kimia : vacor, pentamidin, asam
masih berfungsi, sering memerlukan insulin tetapi tidak
nikotinat, glukokortikoid, hormon tiroid, diazoxid,
bergantung kepada insulin seumur hidup. aldosteronoma, lainnya
Dalam terminologi juga terdapat perubahan dimana F. lnfeksi : rubella congenital, CMV, lainnya
pada klasifikasi WHO 1985 tidak lagi terdapat istilah tipe I G. lmunologi (jarang) : sindrom "Stiffman", antibodi anti
dan tipe 2. Tetapi karena istilah ini sudah mulai dikenal reseptor insulin, lainnya
umum maka untuk tidak membingungkan maka kedua istilah H. Sindroma genetik lain : sindrom Down, sindrom
Klinefelter, sindrom Turner, sindrom Wolfram's,
ini masih dapat dipakai tetapi tanpa mempunyai arti khusus ataksia Friedreich's, chorea Huntington, sindrom
seperti implikasi etiopatogenik. Istilah ini pun kemudian Laurence Moon Biedl distrofl miotonik, porfiria'
kembali digunakan olehADApada tahun 1997 sampai2005, sindrom Prader Willi, lainnYa
sehingga DM tipe 1 dan tipe 2 merupakan istilah yang Diabetes Kehamilan
saat ini dipakai ketimbang NIDDM (DMTTD dan IDDM
(DMTD.
REFERENSI

Stadtes dan Lipid RSUPN Dr. Cipto MangunkusumoiFakultas


Kedokteran Universitas Indonesia. Balai Penerbit FKUI, Jakarta
2005 : hal 17-28
WHO. Definition, Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus
and its
Complications. World Health Organization Department of Non-
communicable Disease Surveil;lance. Geneva 1999.
293
FARMAKOTERAPI PADA PENGENDALIAN
GLIKEMIA DIABETES MELITUS TIPE 2
Sidaftawan Soegondo

PENDAHULUAN dikompensasi oleh peningkatan sekresi insulin oleh sel


beta pankreas. Seiring dengan progresifitas penyakitgnaka
Kegagalan pengendalian glikemia pada diabetes mellitus produksi insulin ini berangsur menurun meninmbulkan
(DM) setelah melakukan perubahan gaya hidup klinis hiperglikemia yar,9 Lyata. Hiperglikemia awalnya
memerlukan intervensi farmakoterapi agar dapat mencegah terjadipada fase setelah makan saat otot gagal melakukan
terjadinya komplikasi diabetes atau paling sedikit dapat ambilan glukosa dengan optimal. Pada fase berikutnya
menghambatnya. Untuk mencapai tujuan tersebut sangat dimana produksi insulin semakin menurun, maka terjadi
diperlukan peran serta para pengelola kesehatan di tingkat produksi glukosa hati yang berlebihan dan mengakibatkan
pelayanan kesehatan primer. Pedoman pengelolaan diabe- meningkatnya glukosa darah pada saat puasa.
tes sudah ada dan disepakati bersama oleh para pakar dia- Hiperglikemia yang terjadi memperberat gangguan sekresi
betes di Indonesia dan dituangkan d6lam suatu Konsensus insulin yang sudah ada dan disebut dengan fenomena
Pengelolaan Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia yang glukotoksisitas.
mulai disebarluaskan seiak tahun 1994 danbeberapa kali Selain pada otot, resistensi insulin juga terjadi pada
mengalami revisi dan yang terakhir pada tahun 2006. jaringan adiposa sehingga merangsang proses lipolisis
Kasus diabetes yang terbanyak dijumpai adalah dia- dan meningkatkan asam lemak bebas. Hal ini juga
betes melitus tipe 2, yang ditandai adanya gangguan mengakibatkan gangguan proses ambilan glukosa oleh sel
sekresi insulin ataupun gangguan kerja insulin (resistensi otot dan mengganggu sekresi insulin oleh sel beta
insulin) pada organ target terutama hati dan otot. Awalnya pankreas. Fenomena ini 'yang disebut dengan
resistensi insulin masih belum menyebabkan diabetes lipotoksisitas.
secara klinis. Pada saat tersebut sel beta pankreas masih Dengan dasar pengetahuan ini maka dapatlah
dapat mengkompensasi keadaan ini dan terjadi suatu diperkirakan bahwa dalam mengelola diabetes tipe 2,
hiperinsulinemia dan glukosa darahmasih normal ataubaru pemilihan penggunaan intervensi farmakologik sangat
sedikit meningkat. Kemudian setelah terjadi ketidak tergantung pada fase mana diagnosis diabetes ditegakkan
sanggupan sel beta pankreas, baru akan terjadi diabetes yaitu sesuai dengan kelainan dasar yang terjadi pada saat
melitus secara klinis, yang ditandai dengan terjadinya tersebut seperti (Gambar 1) :
peningkatan kadar glukosa darah yang memenuhi kriteria . Resistensi insulin pada jaringan lemak, otot dan hati
diagnosis diabetes melitus. Otot adalah pengguna glukosa . Kenaikan produksi glukosa oleh hati.
yang paling banyak sehingga resistensi insulin . Kekurangan sekresi insulin oleh pankreas.
mengakibatkan kegagalan ambilan glukosa oleh otot. Pilar penatalaksanaan DM dimulai dengan pendekatan
Fenomena resistensi insulin ini terjadi beberapa dekade non farmakologi, yaitu berupa pemberian edukasi,
sebelum onset DM dan telah dibuktikan pada saudara perencanaan makan/terapi nutrisi medik, kegiirtan j asmani
kandung DM tipe 2yangnormoglikemik. Selain genetik, dan penurunan berat badan bila didapat berat badan lebih
faktor lingkungan juga mempengaruhi kondisi resistensi atau obesitas. Bila dengan langkah-langkah pendekatan
insulin. Pada awalnya, kondisi resistensi insulin ini non farmakologi tersebut belum mampu mencapai sasaran

1884
FARMAKOTERAPI PAT'A PENGENDALIAN GLIKEMIA DIABETES MELITUS TIPE 2
1885

menghambat absorpsi glukosa di usus sesudah asupan


makan.
Penelitian terakhir melaporkan bahwa efek metformin
diatas diduga terjadi melalui peningkatan penggunaan
glukosa oleh jaringan perifer yang dipengaruhi AMP
acticated protein kinase (AMPK), yang merupakan
regulator selular utama bagi metabolisme lipid dan glukosa.
Aktifasi AMPK pada hepatosit akan mengurangi aktifitas
Acetyl Co-A karboksilase (ACC) dengan induksi oksidasi
asam lemak dan menekan ekspresi ensim lipogenik.
Metformin jnga dapat menstimulasi produksi
Gambar 1. Sebab hiperglikemia pada DM
Glucagon like Peptide-I (GLP-1) dari gastrointestinal yang
dapat menekan fungsi sel alfa pankreas sehingga
pengendalian DMbelum tercapai, maka dilanjutkan dengan menurunkan glukagon serum dan mengurangi
penggunaan perlu penambahan terapi medikamentosa atau hiperglikemia saat puasa.
intervensi farmakologi disamping tetap melakukan Di samping berpengaruh pada glukosa darah, metformin
pengaturan makan dan aktif,rtas fisik yang sesuai. Dalam juga berpengaruh pada komponen lain resistensi insulin
melakukan pemilihan intervensi farmakologis perlu yaitu pada lipid, tekanan darah dan juga pada plasmino-
diperhatikan titik kerja obat sesuai dengan macam-macam gen activator inhibitor (PAI-1).
penyebab terjadinya hiperglikemia sesuai dengan Penggunaan Dalam Klinik dan EfekHipoglikemia
Gambar2. Metformin tidak memeiliki efek stimulasi pada sel beta
Pada beberapa kondisi saat kebuflthan insulin sangat pankreas sehingga tidak mengakibatkan hipoglikemia dan
meningkat akibat adanya infeksi, stres akut (gagaljantung, penambahan berat badan. Pemberian metformin dapat
iskemi jantung akut), tanda-tanda defisiensi insulin yang menurunkan berat badan ringan hingga sedang akibat
berat (penurunan berat badan yang cepat, ketosis, penekanan nafsu makan dan menurunkan hiperinsulinemia
ketoasidosis) atau pada kehamilan yang kendali akibat resistensi insulin. sehingga tidak dianggap sebagai
glikemiknya tidak terkontrol dengan perencanaan makan, obat hipoglikemik, tetapi obat antihiperglikemik.
maka pengelolaan farmakologis umumnya memerlukan Metformin dapat digunakan sebagai monoterapi dan
terapi insulin. Keadaan seperti ini memerlukan perawatan sebagai terapi kombinasi dengan sulfonylurea (SU),
di rumah sakit. repaglinid, nateglinid, penghambat alfa glikosidase dan
gTitazone. Pada pemakaian tunggal metformin dapat
menurunkan glukosa darah sampai 20o/o dan konsentrasi
MACAM{/IACAM OBATANTI HIPERGLIKEMIK ORAL inqulin plasma pada keadaan basal juga turun. Penelitian
klinikmemberikan hasil monoterapi yang bermakna dalam
penurunan glukosa darah puasa (60-70 mg/dl) dan IIbAl c
Golongan lnsulin Sensitizing
(l-2%) dibandingkan dengan plasebo pada pasien yang
Biguanid tidak dapat terkendali hanya dengan diet. Pada pemakaian
Farmakokinetik dan Farmakodinamik kombinasi dengan SU, hipoglikemia dapat terjadi akibat
Saat ini golongan biguanid yang banyak dipakai adalah pengaruh SUnya. Pengobatan terapi kombinasi dengan obat
metformin. Metformin terdapat dalam konsentrasi yang anti diabetes yang lain dapat menurunkan llbAlc 3-4Yo.
tinggi didalam usus dan hati, tidak dimetabolisme tetapi Efektivitas meiformin menurunkan glukosa darah pada
secara cepat dikeluarkan melalui ginjal. Proses tersebut orang gemuk sebanding dengan kekuatan SU. Mengingat
berjalan dengan cepat sehingga metformin bisanya keunggulan metformin dalam mengurangi resistensi
diberikan dua sampai tiga kali sehari kecuali dalam bentuk insulin, mencegah penambahan berat badan dan
extended release. Setelah diberikan secara oral, metformin memperbaiki profil lipid maka metformin sebagai
akan mencapai kadar tertinggi dalam darah setelah 2 jam monoterapi pilihan utama pada awal pengelolaan diabetes
dan diekskresi lewat urin dalam keadaan utuh dengan pada orang gemuk dengan dislipidemia dan resistensi in-
waktuparuh2 5 jam. sulin berat. Bila dengan monoterapi tidak berhasil maka
Mekanisme kerja dapat dilakukan kombinasi dengan SU atau obat anti
Metformin menurunkan glukosa darah melalui diabetik lain.
pengaruhnya terhadap kerja insulin pada tingkat selular, Kombinasi sulfonilurea dengan metformin saat ini
distal reseptor insulin dan menurunkan produksi glukosa merupakan kombinasi yang rasional karena mempunyai
hati. Metformin meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel cara kerja sinergis sehingga kombinasi ini dapat
usus sehingga menurunkan glukosa darah dan juga diduga menurunkan glukosa darah lebih banyak daripada
1886 METABOLIKENDOIRIN

pengobatan tunggal masing-masing, baik pada dosis sudah berkurang. Pada pasien yang akan menggunakan
maksimal keduanya maupun pada kombinasi dosis rendah. radiokontras disarankan untuk menghentikan metformin
Kombinasi dengan dosis maksimal dapat menurunkan 24 jam sebelum dan 48 jam sesudah tindakan.
glukosa darahyang lebih banyak. Metforminjuga dapat menganggu absorbsi vitamin B 12
Pemakaian kombinasi dengan SU sudah dapat dan dapat menurunkan konsentrasi vitamin Bl2 serum
dianjurkan sejak awal pengelolaan diabetes, berdasarkan dengan mekanisme yang belum diketahui sepenuhnya.
hasil penelitian United Kingdom Prospective Diabetes Pada suatuuji klinik didapatkan anemiapada7% pengguna
Study (UKPDS) dan hanya 50Yo pasien DM tipe 2 yang metformin dan kondisi ini membaik dengan cepat dengan
kemudian dapat dikendalikan dengan pengobatan tunggal penghentian obat. Oleh karena itu disarankan untuk
metformin atau SU sampai dosis maksimal. melakukan monitor hematologi.
Kombinasi metformin dan insulin juga dapat
dipertimbangkan pada pasien gemuk dengan glikemia yang
Glitazone
sukar dikendalikan. Kombinasi insulin dengan SU lebih
baik daripada kombinasi insulin dengan metformin. Peneliti Farmakokinetik dan Farmakodinamik
lain ada yang mendapatkan kombinasi metformin dan Glitazone diabsorbsi dengan cepat dan mencapai
insulin lebih baik dibanding dengan insulin saja. konsentrasi tertinggi terjadi setelah l-2 jam. Makanan tidak
mempengaruhi farmakokinetik obat ini. Waktu paruh
Efek Samping dan Kontraindikasi
berkisar antara3-4 jambagi rosiglitazone dart 3-7 jambagi
Efek samping gastrointestinal tidak jarang (-50%) pioglitazon.
didapatkan pada pemakaian awal metformin dan ini dapat
dikurangi dengan memberikan obat dimulai dengan dosis MekanismeKerja.
rendah dan diberikan bersamaan dengan makanan. Glitazon (Thiazolidinediones), merupakan agonist
Efek samping lain yang dapat terjadi adalah asidosis peroxisome proliferator-activated receptor gamma
laktat, meski kejadiannya cukup jarang (0,03 per 1000 (PPAR6) yang sangat selektif dan poten. Reseptor PPARa
pasien) namun dapat berakibat fatal pada 30-50% kasus. terdapat di jaringan target kerja insulin seperti jaringan
Pada gangguan fungsi ginjal yang berat, metformin dosis adiposa, otot skelet dan hati. Glitazon merupakan
tinggi akan berakumulasi di mitokondria dan menghambat regulator homeostasis lipid, diferensiasi adiposit, dan kerja
proses fosforilasi oksidatif sehingga mengakibatkan insulin. Sama seperti metfomin, glitazon tidak menstimulasi
asidosis laktat (yang dapat diperberat dengan alkohol). produksi insulin oleh sel beta pankreas bahkan
Untuk menghindarinya sebaiknya tidak diberikan pada menurunkan konsentrasi insulin lebih besar daripada
pasien dengan gangguan fungsi ginjal (kreatinin > 1,3 mgl metformin. Mengingat efeknya dalam metabolisme glukosa
dL pada perempuan dan > 1,5 mg/dl pada laki-laki). dan lipid, glitazon dapat meningkatkan efisiensi dan
Metformin juga dikontraindikasikan pada gangguan fungsi respons sel beta pankreas dengan menurunkan
hati, infeksi berat, penggunaan alkohol berlebihan serta glukotoksisitas dan lipotoksisitas.'
penyandang gagal jantung yang memerlukan terapi. Glitazon dapat merangsang ekspresi beberapa protein
Pemberian metformin perlu pemantauan ketat pada usia yang dapat memperbaiki sensitivitas insulin dan
lanjut (> 80 tahun) dimana masaa otot bebas lemaknya memperbaiki glikemia, seperti gluco s e transp orter-1 (GLUT-
l), GLUT 4, p856PI-3K dan uncouplingprotein-2 (UCP-2).
Selain itu juga dapat mempengaruhi ekspresi dan pelepasan
mediator resistensi insulin, seperti TNF-6 dan leptin.
Glitazon dapat meningkatkan berat badan dan edema
p ada 3 - 5o/o pasien akibat beberapa mekanisme antara lain :

. penumpukan lemak subkutan di perifer dengan


pengurangan lemak viseral
. meningkatnya volume plasma akibat aktivasi reseptor
PPARadiginjal
. edema dapat disebabkan penurunan ekskresi natrium
di ginjal sehingga terjadi peningkatan natrium dan
retensi cakat.
Rosiglitazon dan pioglitazon memiliki efek pada profrl
..- Troglitazone lipid pasien. Rosiglitazon meningkatkan kolesterol LDL dan
HDL namun tidak pada trigliserida. Sedangkan pioglitazon
memiliki efek netral pada kolesterol LDL, menurunkan
Gambar 2. Sarana farmakologis dan titik kerja obat untuk trigliserida dan meningkatkan HDL. Baik rosi maupun
pengendalian kadar glukosa darah pioglitazon dapat menurunkan small dense LDL.
FARMAKOTERAPI PADA PENGENDAIJAN GLIKEMIA DIABETES MELITUS TIPE 2 1887

Glitazon dapat sedikit menurunkan tekanan darah, relatifmurah. Berbagai macam obat golongan ini umumnya
meningkatkan fibrinolisis dan memperbaiki fungsi endotel. mempunyai sifat farmakologis yang serupa, demikian juga
efek klinis dan mekanisme kerjanya.
Penggunaan Dalam Klinik dan EefekHipoglikemia
Rosiglitazon dan pioglitazon saat ini dapat digunakan Farmakokinetik dan Farmakodinamik
sebagai monoterapi dan juga sebagai kombinasi dengan Efek akut obat golongan sulfonilureaberbeda dengan efek
metformin dan sekretagok insulin. Kemasan rosiglitazon pada pemakaian jangka lama. Glibenklamid misalnya
terdiri dari 4 dan 8 mg sedangkan pioglitazon 15 dan 30 mempunyai masa paruh 4 jam pada pemakaian akut, tetapi
mg. Pemakaian bersama dengan insulin tidak disarankan pada pemakaian jangka lama > 12 minggu, masa paruhnya
karena dapat mengakibatkan peningkatan berat badan yang memanj ang sampai 12 jam. @ahkan sampai >20 j am pada
berlebih dan retensi cairan. Secara klinik rosiglitazon pemakaian kronik dengan dosis maksimal). Karena itu
dengan dosis 4 dan 8 mg/hari (dosis tunggal atau dosis dianjurkan unflrk memakai glibenklamid sehari sekali.
terbagi 2 kali sehari) memperbaiki konsentrasi glukosa
MekanismeKerja
puasa sampai 55 mg/dl dan HbAlc sampai l,5oh Golongan obat ini bekerja dengan merangsang sel beta
dibandingkan dengan plasebo. Sedang pioglitazon juga
pankreas untuk melepaskan insulin yang tersimpan ,
mempunyai kemampuan menurunkan glukosa darah bila
sehingga hanya bermanfaat pada pasien yang masih
digunakan sebagai monoterapi atau sebagai terapi
mampu mensekresi insulin. Golongan obat ini tidak dapat
kombinasi dengan dosis maksimal45 mgldl dosis tunggal.
dipakai pada diabetes melitus tipe 1.
Monoterapi dengan glitazon dapat memperbaiki
Efek hipoglikemia sulfonilurea adalah dengan
konsentrasi glukosa darah puasa hingga 59-80 mgldL dan
merangsang channel K yang tergantung pada AIP dari
IIbAlc 1,4-2,6oh drbandingkan dengan plasebo (ekuivalen
sel beta pankreas. Bila sulfonilurea terikat pada reseptor
dengan metformin dan SU).
(SUR) channel tersebut maka akan terjadi penutupan.
Efek Samping dan Kontraindikasi Keadaan ini akan menyebabkan terjadinya penurunan
Glitazon dapat menyebabkan penambahan berat badan permeabilitas K pada membran sel beta, terjadi depolarisasi
yang bermakna sama atau bahkan lebih dari SU serta edema. membran dan membuka channel Ca tergantung voltase,
Keluhan infeksi saluran nafas atas (16%), sakit kepala dan menyebabkan peningkatan Ca intrasel. Ion Ca akan
(7,1%) dan anemia dilusional (penurunan hemoglobin (Hb) terikat pada Calmodulin, dan menyebabkan eksositosis
sekitar I grldl) juga dilaporkan. Insiden fraktur eksftemitas granul yang mengandung insulin.
distal pada wanita pasca menopause dilaporkan meningkat.
Penggunaan Dalam Klinik
Pemakaian glitazon dihentikan bila terdapat kenaikan
Beberapa obat golongan SU yang ada di Indonesia dapat
enzim hati (ALT dan AST) lebih dari tiga kali batas atas
dilihat pada tabel l. Semuanya mempunyai cara kerja yang
normal. Pemakaiannya harus hati-hati pada pasien dengan
serupa, berbeda dalam hal masa kerja, degradasi dan
riwayat penyakit hati. sebelumnya, gagaljantung kelas 3
aktivitas metabolitnya. Berdasarkan lama kerjanya, SU
dan 4 (klasifrkasi New york Heart Association,I.IYHA)
dibagi menjadi tiga golongan yaitu generasi pertama
dan pada edema. Meski pada hasil meta analisis dilaporkan
generasi kedua dan ketiga. SU generasi pertama adalah
risiko kematian akibat kardiovaskular meningkat 43o/o dan
acetohexamide, tolbutamide dan chlorpropamide. SU
infark miokard 43Yo, belum ada simpulan yang jelas
generasi kedua adalah glibenclamide, glipizide dan
mengenai hal tersebut.
gliclazide. SU generasi ketiga adalah glimepiride.
Glibenklamid menurunkan glukosa darah puasa lebih
Golongan Sekretagok lnsulin besar daripada glukosa sesudah makan, masing-masing
Sekretagok insulin mempunyai efek hipoglikemik dengan sampai 36%dan2l%. Bila diperlukan, dosis terbagi dapat
cara stimulasi sekresi insulin oleh sel beta pankreas. diberikan dengan dosis sore yang lebih rendah. Pada
Golongan ini meliputi SU dan non SU (glinid). pemakaian jangka lama, efektivitas obat golongan ini dapat
berkurang. Pemberian SU sebagai terapi tunggal dapat
Sulfonilurea menurunkan [Ib Alc 1,5-2o/o.
Sulfonilurea telah digunakan untuk pengobatan DM tipe Pada pernakaian sulfonilureaSU, umumtya selalu dimulai
2 sejak tahun 1950-an. Obat ini digunakan sebagai terapi dengan dosis rendah, untuk menghindari kemungkinan
farmakologis pada awal pengobatan diabetes dimulai, hipoglikemia. Pada keadaan tertentu di mana kadar glukosa
terutama bila konsentrasi glukosa tinggi dan sudah terjadi darah sangat tinggi, dapat diberikan SU dengan dosis yang
gangguan pada sekresi insulin. Sulfonilurea sering lebih besar dengan perhatian khusus bahwa dalam beberapa
digunakan sebagai terapi kombinasi karena kemampuannya hari sudah dapat diperoleh efekklinis yangjelas dan dalam
untuk meningkatkan atau mempertahankan sekresi I minggu sudah te{adi penurunan kadar glukosa darah yang
insulin. Mempunyai sejarah penggunaan yang panjang cukup bermakna. Segeralah periksa kadar glukosa darah
dengan sedikit efek samping (termasukhipoglikemia) dan dan sesuaikan dosisnya.
1888 MEI]ABOLIKENDOKRIN

Dosis permulaan sunfonilurea tergantung pada Efek Samping dan Kontraindikasi


beratnya hiperglikemia. Bila konsentrasi glukosa puasa < Hipoglikemi merupakan efek samping terpenting dari SU
200mgldL, SU sebaiknya dimulai denganpemberian dosis terutama bila asupan pasien tidak adekuat. Untuk
kecil dan titrasi secara bertahap setelah l-2 minggt mengurangi kemungkinan hipoglikem ia, apalagi pada
sehinggatercapai glukosa darahpuasa 90-130 mg/dl Bila orang tua dipilih obat yang masa kerjanya paling singkat.
glukosa darah puasa > 200 mgldL dapat diberikan dosis Obat SU dengan masa kerja panjang sebaiknya tidak
awal yang lebih besar. Obat sebaiknya diberikan setengah dipakai pada usia lanjut. Selain pada orang tua,
jam sebelum makan karena diserap dengan lebih baik. Pada hipoglikemia juga lebih sering terjadi pada pasien dengan
obat yang diberikan satu kali sehari, sebaiknya diberikan gagal ginjal, ganguan fungsi hati berat dan pasien dengan
pada waktu makan pagi atau pada makan makanan porsi masukan makan yang kurang danjika dipakai bersama obat
terbesar. sulfa. Obat yang mempunyai metabolit aktif tentu akan
Kombinasi'SU dengan insulin diberikan berdasarkan lebih mungkin menyebabkan hipoglikemia yang
rerata kadar glukosa darah sepanjang hari terutama berkepanjangan jika diberikan pada pasien dengan gagal
ditentukan oleh kadar glukosa darah puasanya. Umumnya ginjal atau gagalhati.
kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan kurang lebih Selain itu terjadi kenaikan berat badan sekitar 4-6 kg,
sama, tidak tergantung dari kadar glukosa darah pada gangguan pencernaan, fotosensitifitas, gangguan enzim
keadaan puasa. Dengan memberikan dosis insulin kerja hati danflushing.
sedang atau insulin glargin pada malam hari, produksi Pemakaiannya dikontraindikasikan pada DM tipe l,
glukosa hati malam hari dapat dikurangi sehingga kadar hipersensitif terhadap sulfa, hamil dan menyusui.
glukosa darah puasa dapat turun. Selanjutnya kadar
glukosa darah siang hari dapat diatur dengan pemberian
Glinid
SU seperti biasanya.
Kombinasi sulfonilurea dan insulin ini temyata lebih Farmakokinetik dan Farmakodinamik
baik daripada insulin sendiri, dosis insulin yang diperlukan Mekanisme kerja glinid juga melalui reseptor sulfonilurea
pun temyata lebih rendah dan cara kombinasi ini lebih dapat (SUR) dan mempunyai struktur yar,g mirip dengan
diterima pasien daripada penggunaan insulin multi injeksi. sulfonilurea, perbedaannya dengan SU adalah pada masa

Nama dagang mg/tab Dosis arian Lama Kerja FreU hari


Biguanid Metformin Glucophage 500-850 250-3000 6-8 1-3
Glumin 500 500-3000 6-8 2-3
Metformin XR Glucophage-XR 500-750 I
Glumin-XR 500 500-2000 24 1

Tiazolidindion/ Rosiglitazon Avandia 4 4-8 24 1


glitazone
Pioglitazon Actos 15,30 1 5-30 24 1

Deculin 15,30 15-45 24 I


Sulfonilurea Klorpropamid Diabenese 100-250 1 00-500 24-36 1

Glibenklamid Daonil Euglukon 2,5-5 2,5-15 12-24 1-2


Glipizid Minidiab 5-1 0 5-20 10-16 1-2
Glucotrol-XL 5-1 0 5-20 12-16* 1

Gliklazid Diamicron 80 80-240 10-20 1-2


Diamicron-MR 30 30-120
Glikuidon Glurenorm 30 30-120
Glimepirid Amaryl 1,2,3,4 0,5-6 24
Gluvas 1,2,3,4 1-6 24
Amadiab 1,2,3,4 1-6 24
Metrix 1,2,3,4 1-6 24
Glinid Repaglinid NovoNorm 0.5, 1,2 1,5-6 3
Nateglinid Starlix 120 360 3
Penghambat Acarbose Glucobay 50-1 00 1 00-300 3
Glukosidase q
Obat Metformin + Glucovance 25011,25 1-2
Kombinasi Glibenklamid 500t2,5
Tetap 500/5
Metformin + Avandamet 2mgl500 mg 4mg/1000 mg 12
Rosiglitazon 4mg/500 mg 8mg/1000 mg
FARMAKOTERAPI PATTA PENGENDALIAI{ GLIKEMIA DIABETES MELITUS TIPE 2 1889

kerjanya yang lebih pendek. Mengingat lama ke{anya yang mengurangi dampak pengobatan terhadap glukosa posl
pendek maka glinid digunakan sebagai obat prandial. prandial.
Repaglinid dan nateglinid kedua-duanya diabsorbsi Monoterapi dengan acarbose dapat menurunk an tala-
dengan cepat setelah pemberian secara oral dan cepat rata glukosa post prandial sebesar 40-60 mgldl- dan
dikeluarkan melalui metabolisme dalam hati sehingga glukosa puasarata-rata10-20 mgldL dan IIbAlc 0.5-l %.
diberikan dua sampai tiga kali sehari. Repaglinid dapat Dengan terapi kombinasi bersama SU, metformin dan
menurunkan glukosa darah puasa walaupun mempunyai insulin maka acarbose dapat menurunkan lebih banyak
masa paruh yang singkat karena lama menempel pada terhadap A I C sebesar 0,3 -0,5Yo dan rata'rata glukosaposl
kompleks SUR sehingga dapat menurunkan ekuivalen prandial sebesar 20-30 mgldL dari keadaan sebelumnya.
HbAlc pada SU.
Efek Samping dan Kontraindikasi
Sedang Nateglinid mempunyai masa tinggal lebih
Efek samping akibat maldigesti karbohidrat akan berupa
singkat dan tidak menurunkan glukosa darah puasa.
gejala gastrointestinal seperti; meteorismus, flatulence dan
Sehinga keduanya merupakan sekretagok yang khusus
diare. Flatulence merupakan efek yang tersering terjadi
menurunkan glukosa postprandial dengan efek
pada hampir 50% pengguna obat ini. Penghambat alfa
hipoglikemik yang minimal. Mengingat efeknya terhadap
glukosidase dapat menghambat bioavailabilitas metformin
glukosa puasa tidak begitu baik maka glinid tidak begitu
jika diberikan bersamaan pada orang normal.
kuat menurunkan IIbAlc.
Acarbose dikontraindikasikan pada kondisi irritable
bowel syndrone, obstruksi saluran cerna, sirosis hati dan
Penghambat Alfa Glukosidase gangguan fungsi ginjal.

Farmakokinetik dan Farmakodinamik


Acarbose hampir tidak diabsorbsi dan bekerja lokal pada Golongan lncretin
saluran pencernaan. Acarbose mengalami metabolisme Terdapat 2 hormon incretin yang dikeluarkan oleh'saluran
didalam saluran pencernaan, metabolisme terutama oleh cerna yaitu glucose dependent insulinotropic polyeptide
flora mikrobiologis, hidrolisis intestinal dan aktifitas ensim (GIP) dan glucagon-like peptide- 1 (GLP -l) . Kedua hormon
pencemaan. Waktu paruh eliminasi plasma kira -kira 2 jam ini dikeluarkan sebagai respon terhadap asupan makanan
pada orang sehat dan sebagian besar diekskresi melalui sehingga meningkatkan sekresi insulin. GIP diekspresikan
feses. Obat ini bekerja secara kompetitifmenghambat kerja oleh sel K yang banyak terdapat diduodenum dan mukosa
enzim alfa glukosidase di dalam saluran cema sehingga usus halus. GLP- 1 diekspresikan di sel L mukosa usus dan
dengan demikian dapat menurunkan penyerapan glukosa juga di sel alfa pancreas. Selain membantu meningkatkan
dan menurunkan hiperglikemia postprandial. Obat ini respon sekresi insulin oleh makanan, GLP-1 juga menekan
beke{a di lumen usus dan tidak menyebabkan hipoglikemia sel alfa pankreas dalam mensekresi glukagon,
dan juga tidak berpengaruh pada kadar insulin. memperlambat pengosongan lambung dan memiliki efek
MekanismeKerja anoreksia sentral sehingga menurunkan hiperglikemia.
Obat ini memperlambat dan pemecahan dan penyerapan Studi melaporkan penurunan GLP-I dan respons GLP-I
karbohirat kompleks dengan menghambat enzim alpha sebagai respons terhadap makanan.
glukosidase yang terdapat pada dinding enterosit yang lY (Penghambat DPP-
Penghambat Dipeptidyl peptidase
terletak pada bagian proksimal usus halus. Secara klinis
1[)
akan te{adi hambatan pembentukan monosakarida intralu-
GLP- I endogen memiliki waktu paruh yang sangat pendek
minal, menghambat dan memperpanjang peningkatan (< I menit) akibat proses inaktivasi oleh enzim DPP-IV.
glukosa darah postprandial, dan mempengaruhi respons
Penghambatan enzim DPP-IV diharapkan dapat
insulin plasma. Hasil akhimya adalah penurunan glukosa
memperpanjang masa kerja GLP-I sehingga membantu
darah post prandial. Sebagai monoterapi tidak akan
menurunkan hiperglikemia. Terdapat dua macam
merangsang sekresi insulin sehingga tidak dapat penghambatDPP-IV yang ada saat ini yaitu sitagliptin dan
menyebabkan hipoglikemia.
vitdagliptin.
Penggunaan dalam klinik Pada terapi tunggal, penghambat DPP-IV dapat
Acarbose dapat digunakan sebagai monoterapi atau menurunakn llbAl c sebesar 0 ,79-0,94Yo danmemiliki efek
sebagai kombinasi dengan insulin, metformin, glitazone pada glukosa puasadanpost prandial. Penghambat DPP-
atau sulfonilurea. Unhrk mendapat efek maksimal, obat ini IV dapat digunakan sebagai terapi alternatifbila terdapat
harus diberikan segera pada saat makanan utama. Hal ini intoleransi pada pemakaian metformin atau pada usia
perlu karena merupakan penghambat kompetitif dan sudah lanjut.
harus ada pada saat kerja enzimatik pada saat yang sama DPP-N tidak mengakibatkan hipoglikemia maupun
karbohidrat berada di usus halus. Dengan memberikannya kenaikan berat badan. Efek samping yang dapat ditemukan
15 menit sebelum atau sesudahnya makan akan adalah nasofaringitis, peningkatan risiko infeksi saluran
1890 MEIABOLIKENDOIRIN

kemih dan sakit kepala. Rbaksi alergi yang berat jarang Dengan berbagai macam usaha tersebut, diharapkan
ditemukan. sasaran pengendalian glikemia pada diabetes melitus
GLP-I Mimetik dan Analog seperti yang dianjurkan oleh pakar diabetes di Indonesia
Mengingat waktu paruh GLP-I yang pendek, penggunaan dapat dicapai, sehingga pada gilirannyananti komplikasi
GLP-I alamiah tidak banyak membantu, namun begitu kronik diabetes melitus iuga dapat dicegah dan pasien
diabetes melitus dapat hidup berbahagia bersama diabetes
terdapat GLP-I mimetik dan analog yang memiliki
ketahanan terhadap degradasi oleh enzim DPP-IV. Berbeda
yang disandangnya.
dengan penghambat DPP-IY GLP-I mimetik diberikan
dalam bentuk injeksi subkutan satu atau dua kali sehari.
Obat golongan ini masih belum beredar di Indonesia. REFERENSI

American Diabetes Association: Clinical Practice


Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Memllih Recommendations, 2006
Obat Hipoglikemik Oral American Diabetes Association: Medical Management of Type 2
a. Terapi dimulai dengan dosis rendah yang kemudian Diabetes, fifth edition, 2004
dinaikkan secara beriahap. Bailey CJ. Biguanide in the treatment of type II diabetes. Current
Opinion in Endocrinology and Diabetes 1995;2:348-54.
b. Harus diketahui betul bagaimana c arukeqa,lama kerja
Edelman SY White D, Henry RR. Intensive insulin therapy for
dan efek samping obat-obat tersebut. (misalnya patients with type II diabetes. Current Opinion in
klorpropamid jangan diberikan 3 kali I tablet, karena Endocrinology and Diabetes 1995;2: 333-40.
lamaket'anya24 jam) Holst JJ, Orskov C. The incretin approach for diabetes treatment.
c. Bila memberikannya bersama obat lain, pikirkan Modulation of islet hormone release by GLP-1 agonism.
kemungkinan adanya interaksi obat. Diabetes2O04: 53 (3): Sl97-204
d. Pada kegagalan sekunder terhadap obat hipoglikemik Inzucchi SE. Oral antihyperglycemic therapy for type 2
diabetes:scientific review. JAMA 2002; 287 (3): 360-72
oral, usahakanlah menggunakan obat oral golongan
Joshi. Oral hypoglycaemic drugs and newer agents use in type 2
lain, bila gagal, baru beralih kepada insulin. diabetes mellitus. SA Fam Practice 2009; 51(1): 10-6.
e. Usahakan agar harga obat teq'angkau oleh pasien. Lebovitz HE. Stepwise and combination drug therapy for the
treatment of NIDDM. Diabetes Care 1994;17:1542-44.
Olefsky JM. Insulin resistance in NIDDM. Curent Opinion in
Endocrinology and Diabetes 1995; 2:290-9.
Pengurus Besar PERKENL Konsensus Pencegahan dan Pengeloaan
Sedang
Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia, 2006
Glukosa darah
(ms/dL) Peters AL, Davidson MB. Sulfonylurea in the ffeatment of type II
- puasa 80 - 100 100 - 125 > 126 Diabetes. Curent Opinion in Endocrinology and Diabetes
-2jam 80 - 144 145 - 179 > 180 1995;2:325-32.
postprandial Saltiel A, Horikoshi H. Thiazolidinediones are novel insulin
A1c (%) < 6.5 6.5-8 :8 sensitizing agents. Current Opinion in Endocrinolgy and
Kol.total (mg/dL) < 200 200 - 239 > 240
< 100 Diabetes 1995;2:341-7.
Kol LDL (mg/dl) 100 - 129 > 130
Kol.HDL (mg/dL) >45 Soegondo S. Prinsip pengobatan diabetes, obat hipoglikemik oral
Trigliserida < 150 > 200 dan insulin. Dalam. Soegondo S, Soewondo P, Subekti I Eds.
150 - 199
(mg/dL) Diabetes Melitus: Penatalaksanaan Terpadu. Balai Penerbit
IMT(kg/m'z) 18.5 - 23 23 -25 >25 FKUI 2005, ttt-29.
Tekanandarah < 130/80 30-
1
UK Prospective Diabetes Study (UKPDS) Group, Intensive blood-
(mmHg) 140/80-90 140t90
glucose control with sulphonylureas or insulin compared with
Sumber: Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus conventional treatment and risk of complications in patients
tipe 2, Perkeni 2006
with type 2 diabetes (UKPDS 33).Lancet 1998: 352:837.
Widen E, Groop L. Biguanide: metabolic effects and potensial use
Sasaran pengelolaan diabetes melitus bukan hanya in the treatment of insulin resistance syndrome. The Diabetes
Annual 8. Eds. Marshall SM and Home PD. Amsterdam, Elsevier
glukosa darah saja, tetapijuga termasuk faktor-faktor lain
Publication 994; 227 -241
yaitu berat badan, tekanan darah, dan prof,rl lipid, seperti
tampak pada sasaran pengendalian diabetes melitus yang
dianjurkan dalam Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan
DM Tipe 2 di Indonesia tahun 2006 (Perkumpulan
Endokrinolo gi Indonesia).
294
TERAPI NON FARMAKOLOGIS
PADA DIABETES MELITUS
Em Yunir, Suharko Soebardi

PENDAHULUAN Tujuan Terapi Gizi Medis


Adapun tujuan dari terapi gizi medis ini adalah untuk
Modalitas yang ada pada penatalaksanaan diabetes mencapai dan mempertahankan :
melitus terdiri dari; pertama terapi non farmakologis yang 1. kadar glukosa darah mendekati normal,
meliputi perubahan gaya hidup dengan melakukan
. glukosa puasa berkisar 90-130 mg/dl
pengaturan pola makan yang dikenal sebagai terapi gizi
. glukosadarah2jamsetelahmakan< l80mg/dl
medis, meningkatkan aktivitas jasmani dan edukasi
. kadarAlc <7 %o

berbagai masalah yang berkaitan dengan penyakit 2. tekanandarah < 130/80mmHg


diabetes yang dilakukan secara terus menerus, kedua 3. profil lipid:
terapi farmakologis, yang meliputi pemberian obat anti
. kolesterolLDL < l00mg/dl
diabetes oral dan injeksi insulin. Terapi farmakologis ini
. kolesterol IIDL > 40 mg/dl
pada prinsipnya diberikan jika penerapan terapi non
. Trigliserida < 150 mgldl
farmakologis yang telah dilakukan tidak dapat 4. berat badan senormal mungkin
mengendalikan kadar glukosa darah sebagaimana yang Pada tingkatindividu target pencapaian terapi gizi medis
diharapkan. Pemberian terapi farmakologis tetap tidak ini lebih difokuskan pada perubahan pola makan yang
meninggalkan terapi non farmakologis yang telah didasarkan pada gaya hidup dan pola kebiasaan makan,
diterapkan sebelumnya. status nutrisi dan faktor khusus lain yang perlu diberikan
prioritas. Pencapaian target perlu dibicarakan bersama
dengan diabetisi, sehingga perubahan pola makan yang
TERAPIGIZIMEDIS
dianjurkan dapat dengan mudah dilaksanakan, realistik dan
sederhana.
Terapi gizi medis merupakan salah satu terapi non
farmakologi yang sangat direkomendasikan bagi Beberapa faktor yang harus diperhatikan sebelum
penyandang diabetes (diabetisi). Terapi gizi medis ini melalcrkan perubahan pola makan diabetisi antara lain,
pada prinsipnya adalah melakukan pengaturan tinggi badan, berat badan, status gizi, status kesehatan,
pola makan yang didasarkanpada status gizi diabetisi aktivitas fisik, dan faktor usia. Selain itu juga terdapat
dan melakukan modifikasi diet berdasarkan kebutuhan beberapa faktor fisiologi seperti masa kehamilan, masa
individual. pertumbuhan, gangguan pencemaan pada usia tua, dan
Beberapa manfaat yang telah terbukti dai terapi gizi lain lain. Pada keadaan infeksi berat dimana tet'adi proses
medis ini antara lain: 1). Menurunkan berat badan; katabolisme yang tinggi perlu dipertimbangkan pemberian
2). Menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik; nutrisi khusus. Masalah lain yang juga tidak kalah
3). Menurunkan kadar glukosa darah; 4). Memperbaiki pentingnya adalah masalah status ekonomi, lingkungan,
profil lipid; 5). Meningkatkan sensitivitas reseptor kebiasaan atau tradisi di dalam lingkungan yang
insulin; 6). Memperbaiki sistem koagulasi darah. bersangkutan serta kemampuan petugas kesehatan yang ada.

189
1892 MEIABOLIKENDOIRIN

Petugas kesehatan harus dapat menentukan jumlah, 3. Ppada keadaan kadar glukosa darah tidak terkontrol,
komposisi dari makanan yang akan dimakan oleh diabetisi. pemberian protein sekitar 0, 8- 1,0 mglkg berut badan/
Diabetisi harus dapat melakukan perubahan pola makan hari
ini secara konsisten baik dalam jadwal, jumlah dan jenis 4. pada gangguan fungsi ginjal, jumlah asupan protein
makanan sehari-hari diturunkan sampai 0,85 gram/kg berat badanlhari dan
Komposisi bahan makanan terdiri dari makronutrien tidak kurang dari 40 gram
yang meliputi karbohidrat, protein, dan lemak, serta 5. jika terdapat komplikasi kardiovaskular, maka sumber
mikronutrien yang meliputi vitamin dan mineral, harus protein nabati lebih dianjurkan dari protein hewani.
diatur sedemikian rupa sehing ga dapat memenuhi
Lemak. Lemak mempunyai kandungan energi sebesar 9
kebutuhan diabetisi secara tepat.
kilokalori per gramnya. Bahan makanan ini sangat
penting untuk membawa vitamin yang larut dalam
lemak seperti vitamin A, D, E, dan K. Berdasarkan ikatan
JENIS BAHAN MAKANAN
rantai karbomya, lemak dikelompokkan menjadi lemak
jenuh dan lemak tidak jenuh. Pembatasan asupan
Karbohidrat. Sebagai sumber energi, karbohidrat yang
lemak jenuh dan kolesterol sangat disarankan bagi
diberikan pada diabetisi tidak boleh lebih dai 55-65 % dari
diabetisi karena terbukti dapat memperbaiki profil lipid
total kebuhrhan energi sehari, atau tidak boleh lebih dari
tidak normal yang sering dijumpai pada diabetes.
7 0 % jka dkombinasi dengan pemberian asam lemak tidak
Asam lemak tidak jenuh rantai tunggal (monounsaturated
jenuh rantai tunggal (MUFA : monounsaturated fatty
acids). Pada setiap gram karbohidrat terdapat kandungan
fatty acid : MUFA), merupakan salah satu asam
lemak yang dapat memperbaiki kadar glukosa darah dan
energi sebesar 4 kilokalori.
profil lipid. Pemberian MUFA pada diet diabetisi
Rekomendasi pemberian karbohidrat :
dapat menurunkan kadar trigliserida, kolesterol total,
1. kandungan total kalori pada makanan yang kolesterol VLDL dan meningkatkan kadar kolesterol HDL.
mengandung karbohidrat, lebih ditentukan oleh
Sedangkan asam lemak tidak jenuh rantai panjang
jumlahnya dibandingkan dengan jenis karbohidrat itu
(ltolyunsaturated fatty qcid : PUFA) dapat melindungi
sendiri jantung, menurunkan kadar trigliserida, memperbaiki
2. dari total kebutuhankaloriperhai, 60 - 70yo diantaranya agregasi trombosit. PUFA mengandung asam lemak
berasal dari sumber karbohidrat.
omega 3 yang dapat menurunkan sintesis VLDL di
3. jika ditambah MUFA sebagai sumber energi, maka
dalam hati dan meningkatkan aktivitas enzim lipoprotein
jumlah karbohidrat maksimal 7 0%o dai total kebutuhan
lipase yang dapat menurunkan kadar VLDL di jaringan
kaloriperhari
perifer, sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol LDL.
4. jumlah serat25-50 gramper hari Rekomendasi pemberian lemak :
5. jumlah sukrosa sebagai sumber energi tidak perlu 1. batasi konsumsi makanan yang mengandung lemak
dibatasi, namun jangan sampai lebih dari total kalori j enuh, jumlah maksimal lUyo dat', total kebutuhan kalori
per hari
perhari.
6. sebagai pemanis dapat digunakan pemanis non kalori
2. jika kadar kolesterol LDL > 100 mgldl, asupan asam
seperti sakarin, aspartame, acesulfam dan sukralosa
lemak jenuh diturunkan sampai maksimal 7%o dai1rrral
7. penggunaan alkohol harus dibatasi tidak boleh lebih
kaloriperhari
dari 10 gram/hari
3. konsumsi kolesterol maksimal 300 mglhari, jika kadar
8. fruktosa tidak boleh lebih,dari 60 gram/hari kolesterol LDL > 100 mgldl, maka maksimal kolesterol
9. makanan yang banyak mengandung sukrosa tidak perlu yang dapat dikomsumsi 200 mg per hari
dibatasi.
4. batasi asupan asam lemak bentuk trans
Protein. Jumlah kebutuhan protein yang direkomendasikan 5. konsumsi ikan seminggu 2-3 kali untuk mencukupi
sekitar 10-15 % dari total kalori per hari. Pada penderita kebutuhan asam lemak tidak jenuh rantai panjang
dengan kelainan ginjal, dimana diperlukan pembatasan 6. asupan asam lemak tidakjenuh rantaipanjangmaksimal
asupan protein sampai 40 gram per hari, maka perlu l0%o dari asupan kalori per hari.
ditambahkan pemberian suplementasi asam amino esensial.
Protein mengandung energi sebesar 4 kilokalori/gram.
Rekomendasi pemberian protein : PERHITUNGAN JUMLAH KALORI
1. kebutuhanprotein 15 -20% dari total kebutuhan energi
per hari Perhitungan jumlah kalori ditentukan oleh status gizi, umur,
2. pada keadaan kadar glukosa darah yang terkontrol, ada tidaknya stres akut, dan kegiatan jasmani. Penentuan
asupan protein tidak akan mempengaruhi konsentrasi status gizi dapat dipakai indeks massa tubuh (IMT) atau
glukosa darah. rumus Brocca.
TERAPI NON FARMAKOLOGIS PADA DIABETES MELITUS 1893

Penentuan Status Gizi Berdasarkan IMT Pasien seorang lakilakiberusia48 tahun, mempunyai tinggi
IMT dihitung berdasarkan pembagian berat badan (dalam 160 cm dan berat badan 63 kg, mempunyai pekerjaan
kilogram) dibagi dengan tinggi badan (dalam meter) sebagai penjaga toko.
kuadrat. Perhitungan kebutuhan kalori :

Klasifikasi status gizi berdasarkan IMT :


. Beratbadanideal: (TB cm - 100) kg - l0%
. Berat badan kurang < 18,5 :(160cm- 100)kg- l0%
. BBnormal 18,5-22,9 :60kg-6kg
. BBlebih >23,0 : 54kg.
dengan risiko 23 - 24,9 . Status gizi : (BBaktual: BBideal)x 100%
obes I 25 - 29,9 (63kg:54kg)x100%
obes II >30 116 % ( termasuk berat badan
lebih)
. Jumlah kebutuhan kalori perhari :
Penentuan Status Gizi Berdasarkan Rumus Brocca
Pertama-tama dilakukan perhitungan berat badan idaman
- kebutuhan kalori basal : BB ideal x 30 kalori
: 54 x 30 kalori: 1620 kalori
berdasarkan rumus : beratbadan idaman ( BBI kg ): ( TB
cm- 100)- 10%.
- kebutuhan unirk aktivitas ditambah 20%: 20oh x
1620 kalori : 324kaloi
Untuk laki-laki < 160 cm, wanita < 150 cm, perhitungan
BB idaman tidak dikurangi l0 %.
- koreksi karena kelebihan berat badan dikuran gi l0%
: llo/ox1620: l62kaloi
Penentuan status gizi dihitung dari : (BB aktual : BB
idaman)x 100% Jadi total kebutuhan kalori perhari untuk penderita 1 620
. Berat badan kurang BB <90%BBI kalori + 324 kalori - 162 kalori: 1782 kalori. Untuk
. Berat badan normal BB 90- 110% BBI mempermudah perhitungan dalam konsultasi gizi
. Berat badan lebih BB 110 -120%BBt digenapkan menj adi 1 700 kalori.
. Gemtk BB >I2O%BBI Distribusi makanan :
Untuk kepentingan praktis dalam praktek di lapangan, l. Karbohidrat 60%o : 60Yo x I 700 kalori : 1 020 kalori dari
digunakan rumus Brocca. karbohidrat yang setara dengan 255 gramkarbohidrat
Penentuan kebutuhan kalori per hari : (1 020 kalori : 4 kalorilgram karbohidrat)
1. kebutuhan basal : 2. Protern2}Yo:2}%ox 1700 kalori : 340 kalori dari protein
. Irki-laki : BB idaman (kg) X 30 kalor yang setara dengan 85 gram protein (340 kalori : 4 kalori/
. Wanita : BB idaman (kg) X 25 kalori gramprotein)
2. koreksi ataupenyesuaian : 3. Lemak 20Yo : 20o/, x 1 700 kalori : 340 kalori dari lemak
. IJmur diatas 40 tahun :-5Yo yuang setara dengan 37,7 gram lemak (340 kalori : 9
. Aktivitas ringan :+ lUYo kalorilgramlemak)
(duduk-duduk, nonton televisi dll)
. Aktivitas sedang :+20o/o
(ke{a kantoran, ibu rumah tang ga, peraw at, dokter) LATIHAN JASMAN!
. Aktivitas berat :+30Yo
(olahragawan, tukang becak dll) Pengelolaan diabetes melitus (DM) yang meliputi 4pllar,
. Berat badan gemuk : -20%o
aktivitas fisik merupakan salah satu dari keempat pilar
. Berat badan lebih : - l0%o tersebut. Aktivitas minimal otot skeletal lebih dari sekedar
. Berat badan kurus :+20%o yang diperlukan untuk ventilasi basal paru, dibutuhkan
3. Stres metabolik :+ 10-30o/o
oleh semua orang termasuk diabetisi sebagai kegiatan
(infeksi, operasi, stroke, dll) sehari-hari, seperti misalnya: bangun tidur, memasak,
4. kehamilan trimester I dan II : +300Kalori berpakaian, mencuci, makan bahkan tersenyum. Berangkat
5. kehamilan trimester III dan menyusui : + 500 Kalori kerj a, bekerj a, berbicara, berfikir, tertawa, merencanakan
Makanan tersebut dibagi dalam 3 porsi besar untuk kegiatan esok, kemudian tidur. Semua kegiatan tadi tanpa
makanpagi (20%), makan siang (30%), makan malanQ5o/o) disadari oleh diabetisi, telah sekaligus menjalankan
serta 2-3 porsi ringan (10-15%) di antara makan besar. pengelolaan terhadap DM sehari-hari.
Pengaturan makan ini tidak berbeda dengan orang normal, Diabetes merupakan penyakit sehari-hari. Penyakit
kecuali dalam pengaturanjadwal makan dan jumlah kalori. yang akan berlangsung seumur hidup. Kadang, diabetes
Usahakan untuk merubah pola makan ini secara bertahap dipandang sebagai tanlatgan, diwaktu lain dianggap
sesuai dengan kondisi dan kebiasaan penderita. sebagai beban. Tanggung jawab terhadap pengelolaan
Contoh: diabetes sehari-hari, merupakan milik masing-masing
1894 MEIABOLIKENDOIRII{

diabetisi. Mereka yang telah memutuskan untuk hidup Ambilan glukosa oleh jaringan otot pada keadaan
dengan diabetes dalam keadaan sehat mempunyai satu istirahat membutuhkan insulin, hingga disebut sebagai
persamaan, bahwa mereka harus melakukankegiatan fisik. jaringan insulin-dependent. Sedatgpada otot aktif, walau
Aajuran untuk melakukan kegiatan fisik bagi diabetisi terjadi peningkatan kebutuhan glukosa, tapi kadar insulin
telah dilakukan sejak seabad yang lalu oleh seorang dokter tak meningkat. Mungkin hal ini disebabkan karena
dari dinasti Sui di China, dan manfaat kegiatan ini masih peningkatan kepekaan reseptor insulin otot dan
terus diteliti oleh para ahli hingga kini. Kesimpulan pertambahan reseptor insulin otot pada saat melakukan
sementara dari penelitian itu ialah bahwa kegiatan fisik latihan jasmani.Hingga, jaringan otot aktif disebut juga
diabetisi (ipe I maupun 2), akan mengurangi risiko kejadian sebagai jaringan non-insulin dependent. Kepekaan ini
kardiovaskular dan meningkatkan harapan hidup. Kegiatan akan berlangsung lama, bahkan hingga latihan telah
fisik akan meningkatkan rasa nyaman, baik secara fisik, berakhir. Pada latihan jasmani akan terjadi peningkatan
psikis maupun sosial dan tampak sehat. Kemajuan teknologi aliran darah, menyebabkan lebih banyak jala-jala kapiler
agak berseberatgan dengan anjuran untuk melakukan terbuka hingga lebih banyak tersedia reseptor insulin dan
kegiatan fisik, karena akan membuat seseorang kurang reseptor menjadi lebih aktif.
bergiat. Mengingat hal ini, maka harus dibuat suatu kegiatan
fisik yang ter-rencana dengan baik dan teratur bagi diabetisi.
MANFAAT, RISIKO DAN HAL.HAL YANG HARUS
DIPERHATIKAN BERKAITAN DENGAN LATIHAN
FISIOLOGI KEGIATAN FISIK JASMANI SEORANG DIABETISI

Bila seseorang sehat melakukan kegiatan fisik dinamik yang Pada diabetes lipe 2, latihan jasmani dapat memperbaiki
berat dengan melibatkan kelompok otot-otot utamanya, kendali glukosa secara menyeluruh, terbukti dengan
maka akan terjadi peningkatan ambilan oksigen sebesar penurunan konsentrasi HbAlc, yang cukup menjadi
15-20 kali lipat, karena peningkatan laju metabolik pada pedoman untuk penurunan risiko komplikasi diabetes dan
otot yang aktif. Kemudian akan terjadi dilatasi pada arteriol kematian.
maupun kapiler dan juga terjadi pengumpulan cairan, baik Selain mengurangi risiko, latihan jasmani akan
intra maupun ekstra selular. Ventilasi pulmoner dapat memberikan pengaruh yang baik pada lemak tubuh,
melewati angka 100 Vmenit dan keluaran janhurg meningkat tekanan darah arteriil, sensitivitas barorefleks, vasodilatasi
hingga 20-30 Vmenit, untuk memenuhi kebutuhan otot pembuluh yan g endoth elium-dependent, aliran darah pada
yang aktif. Bersamaan dengan itu, akan terjadi penurunan kulit, hasil perbandingan artara denyut jantung dan
aliran darah ke otot yang tak aktif, daerah splangnik dan tekanan darah (baik saat istirahat maupun aktif),
ginjal. Panas yang ditimbulkan akan terkumpul pada tubuh hiperhigliseridemi dan fibrinolisis. Angka kesakitan dan
dan sebagian besar akan terbuang lewat proses evaporasi. kematian pada diabetisi yang aktil 50 % lebih rendah
Pada kegiatan fisik dalam keadaan panas dan lembab, dapat dibanding mereka yang santai.
dihasilkar <eringat sebany ak 2 ll jam. Pada DM tipe l, latihan jasmani akan menyulitkan
Kegiatan fisik pada keadaan post absorbsi makanan, pengaturan metabolik, hingga kendali gula darah bukan
maka kebutuhan energi otot yang bekerja akan dipenuhi merupakan tujuan latihan. Tetapi latihan endurance
oleh proses pemecahan glikogen intramuskular, ternyata terbukti akan memperbaiki fungsi endotel
cadangan trigliserida dan juga peningkatan sediaan vaskular. Dari penelitian epidemiologi retro dan prospektif,
glukosa hati dan asam lemak bebas dari cadangan juga terbukti bahwa latihan jasmani yang teratur akan
trigliserida ekstramuskular. mencegah komplikasi makro maupun mikrovaskular serta
Latihan jasmani pada diabetisi akan menimbulkan meningkatkan harapan hidup.
perubahan metabolik, yang dipengaruhi selain oleh lama, Pada kedua tipe diabetes, manfaat latihan jasmani
berat latihan dan tingkat kebugaran, juga oleh kadar secara teratur akan memperbaiki kapasitas latihan aerobik,
insulin plasma, kadar glukosa darah, kadar benda keton kekuatan otot dan mencegah osteoporosis.
dan imbangan cairan tubuh.
Pada diabetisi dengan gula darah tak terkontrol, latihan
jasmani akan menyebabkan terjadi peningkatan kadar RISIKO LATIHAN JASMANI
glukosa darah dan benda keton yang dapat berakibat
fatal. Satu penelitian mendapati bahwa pada kadar glukosa Diabetisi yang mendapat terapi insulin, hipoglikemia
darah sekitar 332 mgldl, bila tetap melakukan latihan disertai kadar insulin yang berlebihan merupakan hal yang
jasmani, akan berbahayabagi yang bersangkutan. Jadi perlu mendapat perhatian, terutama pada saat pemulihan.
sebaiknya, bila ingin melakukan latihan jasmani, seorang Bila insulin disuntikkan pada lengan atau paha, akan
diabetisi harus mempunyai kadar glukosa darah tak lebih memperbesar kemungkinan terjadi hipoglikemia karena
dari 250 mg/dl. peningkatan hantaran insulin melalui darah akibat
TERAPI NON FARMAKOLOGIS PADA DIABETES MELITUS 1895

pemompaan oleh otot pada saat berkontraksi. Sehingga latihan.Bila THR tak tercapai, maka diabetisi tak akan
dianjurkan penyuntikan di daerah abdomen sebelum mendapat manfaat latihan.Sedang bila lebih dari THR,
latihan jasmani. Juga dianjurkan agar latihan jasmani mungkin malah bisa mendapatkan risiko yang tak diinginkan.
dilakukan setelah makan, yaitu pada saat kadar gula darah
Pendinginan (cooling-down). Setelah selesai melakukan
berada pada puncaknya. Latihanjasmani yang dikerjakan
latihan j asmani, sebaiknya dilakukan pendinginan.Tahap
dalam waktu lama dan dalam keadaan metabolik yang tak
ini dilakukan untuk mencegah penimbunan asam laktat yang
terkendali, akan menyebabkan peningkatan pelepasan
dapat menimbulkan rasa nyeri pada otot setelah melalcukan
glukosa darah dari hati, disertai peningkatan produksi
latihan jasmani, atau pusing akibat masih terkumpulnya
benda-benda keton.
darah pada otot yang aktif. Bila latihan bentpa iogging,
maka pendinginan sebaiknya dilakukan dengan tetap
berjalan untuk beberapa menit. Bila bersepeda, tetap
PRINSIP LATIHAN JASMANI BAGI DIABETISI
mengayuh sepeda,tetapi tanpa beban.Pendinginan
dilakukan selama kurang-lebih 5-10 menit, hingga deryut
Prinsip latihan jasmani bagi diabetisi, persis sama dengan
jantung mendekati denyrt nadi saat istirahat.
prinsip latihan jasmani secara umum, yaitu memenuhi
beberapa hal, seperti : frekuensi, intensitas, durasi dan Peregangan (stretching). Tahap ini dilakukan dengan
jenis. tujuan untuk melemaskan dan melenturkan otot-otot yang
. Frekuensi : jumlah olahraga perminggu sebaiknya masih teregang dan menjadikan lebih elastis. Tahapan ini
dilakukan dengan teratur 3-5 kali per lebih bermanfaat terutama bagi mereka yang berusia lanjut.
mmggu
. Latihan jasmani teratur, penting bagi kesehatan setiap or-
Intensitas : ringan dan sedang (60-70% Maximum
ang, karena akan:
Heart Rate) . memberikan lebih banyak tenaga
. Durasi ; 30-60menit . membuat jantung lebih kuat
. Jenis : latihan jasmani endurans (aerobik) untuk . meningkatkansirkulasi
meningkatkan kemampuan kardiorespirasi . memperkuat otot
seperti jalan, jogging, berenang dan . meningkatkankelenturan
bersepeda. . meningkatkankemampuanbemafas
Latihan jasmani yang dipilih sebaiknya yang disenangi . membanfu mengatur berat badan
serta memungkinkan untuk dilakukan dan hendaknya . memperlambat proses penuiuul
melibatkan otot-otot besar. . memperbaikitekanandarah
Latihan jasmani bagi diabetisi tipe l, sebaiknya . memperbaiki kolesterol dan lemak tubuh yang lain
dilakukan pada pagi hari. . mengurangi stress
Untuk menentukan intensitas latihan, dapat digunakan . melawanakibat-akibatkekuranganaktivitas
Maximum Heart Rate (MHR) yaifil.220 -umur. Setelah
MHR didapatkan, dapat ditentukan Target Heart Rate
(THR). Sebagai contoh : suatu latihan bagi seorang REFERENSI
diabetisi berumur 50 tahun disasarkan sebesar 7 5o/o,maka
THR:75% X (220-60):120. Dengan demikian, diabetisi American Diabetes Association. Diagnosis and classification of
tersebut dalam melakukan latihan jasmani, sasaran denyut diabetes mellitus. Clinical practice recommendation 2004.
nadinya adalah sekitar l20lmenit. Diabetes carc2004;27 (Suppl. 1): S5-S10.
American Diabetes Association. Screning for type 2 diabetes. Clini-
Untuk melakukan latihan jasmani, perlu diperhatkan hal- cal practice recommendation 2004. Diabetes care 2004;27
hal sebagai berikut: (suppl. 1): S11-S14.
American Diabetes Association. Nutrition principles and recom-
Pemanasan (warm-up). Bagian kegiatan ini dilakukan mendations in diabetes.Clinical practice recommendation 2004'
sebelum memasuki latihan yang sebenarnya, dengan tujuan Diabetes care. 2004; 27 (Suppl.l) : 536-546.
untuk mempersiapkan berbagai sistem tubuh seperti Flores JVPG, Tan KM, Palanca A, Salvador MVC, Roman JA,Bongo
menaikkan suhu tubuh, meningkatkan denyut nadi hingga SSJ. An evidance approach to type 2 diabetes management for

mendekati intensitas latihan.Pemanasan juga perlu untuk health care professionals (a learning module series). Jonhson
and jonhson Pte. Ltd. 2003.
menghindari cedera akibat latihan.Pemanasan cukup
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus pengelolaan
dilakukan selama 5-10 menit. diabetes melitus tipe 2 di Indonesia 2002. Jakana2003.
Latihan inti (conditioning). Pada tahap ini, diusahakan
denyut nadi mencapai THR,agar mendapatkan manfaat
295
INSULIN: MEI(ANISME SEKRESI
DAN ASPEK METABOLISME
Asman Manaf

PROSES PEMBENTUKAN DAN SEKRESI INSULIN Diketahui ada beberapa tahapan dalam proses sekresi
insulin, setelah adanya rangsangan oleh molekul glukosa.
Insulin merupakan hormon yang terdili dari rangkaian asam Tahap pertama adalah proses glukosa melewati membrane
amino, dihasilkan oleh sel beta kelenjar pankreas. sel. Untuk dapat melewati membran sel beta dibutuhkan
Dalam keadaan normal, bila ada rangsangan pada sel beta, bantuan senyawa lain. Glucose transporter (GLUT) adalah
insulin disintesis dan kemudian disekresikan kedalam senyawa asam amino yang terdapat di dalam berbagai sel
darah sesuai kebutuhan tubuh untuk keperluan yang berperan dalam proses metabolisme glukosa.
regulasi glukosa darah. Secara fisiologis, regulasi Fungsinya sebagai "kendaraan" pengangkut glukosa
glukosa darah yang baik diatur bersama dengan hormon masuk dari luar kedalam sel jaringan tubuh. Glucose
glukagon yang disekresikan oleh sel alfa kelenjar transporter 2 (GLUT 2) yang terdapat dalam sel beta
pankreas. misalnya, diperlukan dalam proses masuknya glukosa dari
dalam darah, melewati membran, ke dalam sel. Proses ini
Sintesis insulin dimulai dalam bentuk preproinsulin
penting bagi tahapan selanjutnya yakni molekul glukosa
Qrecursor hormon insulin) pada retikulum endoplasma
akan mengalami proses glikolisis dan fosforilasi didalam
sel beta. Dengan bantuan enzim peptidase, preproinsulin
sel dan kemudian membebaskan molekul ATP. Molekul
mengalami pemecahan sehingga terbentuk proinsulin,
yang kemudian dihimpun dalam gelembung-gelembung
AIP yang terbentuk, dibutuhkan untuk tahap selanjutnya
yakni proses mengaktifkan penutupan K channel pada
(secretory vesicles) dalam sel tersebut. Di sini, sekali lagi
membran sel. Penutupan ini berakibat terhambatnya
dengan bantuan enzim peptidase, proinsulin diurai menjadi
pengeluaran ion K dari dalam sel yang menyebabkan
insulin dan peptida-C (C-peptide) yang keduanya sudah
terjadinya tahap depolarisasi membran sel, yang diikuti
siap untuk disekresikan secara bersamaan melalui
kemudian oleh tahap pembukaan Ca channel. Keadaan
membran sel.
inilah yang memungkinkan masuknya ion Ca sehingga
Mekanism diatas diperlukan bagi berlangsungnya
menyebabkan peningkatan kadar ion Ca intrasel. Suasana
proses metabolisme secara normal, karena fungsi insulin
ini dibutuhkan bagi proses sekresi insulin melalui
memang sangat dibutuhkan dalam proses utilisasi glukosa
mekanisme yang cukup rumit dan belum seutuhnya dapat
yang ada dalam darah. Kadar glukosa darah yang
dijelaskan. (Gambar 1)
meningkat, merupakan komponen utama yang memberi
Seperti disinggung di atas, terjadinya aktivasi
rangsangan terhadap sel beta dalam memproduksi penutupan K channel tidak hanya disebabkan oleh
insulin. Disamping glukosa, beberapa jenis asam amino rangsangan ATP hasil proses fosforilasi glukosa intrasel,
memiliki efek yang sama dalam
dan obat-obatan, dapat pula
tapi juga dapat oleh pengaruh beberapa faktor lain
rangsangan terhadap sel beta. Mengenai bagaimana termasuk obat-obatan. Namun senyawa obat-obatan
mekanisme sesungguhnya dari sintesis dan sekresi tersebut, misalnya obat anti diabetes sulfonil urea, bekerja
insulin setelah adanya rangsangan tersebut, merupakan pada reseptor tersendiri, tidak pada reseptor yang sama
hal yang cukup rumit dan belum sepenuhnya dapat dengan glukosa, yang disebut sulphonylurea receptor
dipahami secarajelas. (SUR) pada membran sel beta.

1896
INSULIN: MEKAI\ISME SEKRESI DAII ASPEK METABOLISME
1897

K+ channe lnsulin berlangsung relatif lebih lama, seberapa tinggi puncaknya


shut Release
(secara kuantitatif) akan ditentukan oleh seberapa besar
GLUT-24
L,J ,r lr kadar glukosa darah di akhir fase 1, disamping faktor
resistensi insulin. Jadi, terjadi semacam mekanisme
+
O,ri* \ @
penyesuaian dari sekresi fase 2 terhadap kinerja fase 1
@
sebelumnya. Apabila sekresi fase I tidak adekuat, terjadi
Glucose-6-phosphate I mekanisme kompensasi dalam bentuk peningkatan sekresi
I
ATP
Depolarization
of membrane
+ C peptide
insulin pada fase 2. Peningkatan produksi insulin tersebut
Glucose signaling l.I ct""r.g.
enzymes pada hakikatnya dimaksudkan memenuhi kebutuhan tubuh
Proinsulin agar kadar glukosa darah (postprandial) tetap dalam batas
t batas normal. Dalam prospektif perjalanan penyakit, fase
Preproinsulin 2 sekresi insulin akan banyak dipengaruhi oleh fase I . Pada
lnsulin Synthesis
gambar dibawah ini ( Gambar 2 ) diperlihatkan dinamika
Gambar 1. Mekanisme sekresi insulin pada sel beta akibat sekresi insulin pada keadaan normal, Toleransi Glukosa
stimulasi Glukosa ( Kramer,95 ) Terganggu ( Impaired Glucose Tolerance : IGT ), dan
Diabetes Mellitus Tipe 2.
DINAMIKA SEKRESI INSULIN

Dalam keadaan fisiologis, insulin disekresikan sesuai


dengan kebutuhan tubuh normal oleh sel beta dalam dua
fase, sehingga sekresinya berbentuk biphasic. Seperti
dikemukakan, sekresi insulin normal yan g biphasic ini akan
terjadi setelah adanya rangsangan seperti glukosa yang
berasal dari makanan atau minuman. Insulin yang
dihasilkan ini, berfungsi mengatur regulasi glukosa darah
agar selalu dalam batas-batas fisiologis, baik saat puasa
maupun setelah mendapat beban. Dengan demikian, kedua
fase sekresi insulin yang berlangsung secara sinkron
tersebut, menjaga kadar glukosa darah selalu dalam batas-
batas normal, sebagai cerminan metabolisme glukosa yang
fisiologis. Gambar 2, Dinamika sekresi lnsulin setelah beban glukosa
intravena pada keadaan normal dan keadaan disfungsi sel beta
Sekresi fasel (acute insulin secretion responce: AIR)
(Ward, 84)
adalah sekresi insulin yang terjadi segera setelah ada
rangsangan terhadap sel beta, muncul cepat dan berakhir
juga cepat. Sekresi fase I (AIR) biasanya mempunyai Biasanya, dengan kinerja fase I yang normal, disertai
puncak yang relatif tinggi, karena hal itu memang pula oleh aksi insulin yang juga normal di jaringan ( tanpa
diperlukan untuk mengantisipasi kadar glukosa darah yang resistensi insulin ), sekresi fase 2 juga akan berlangsung
biasanya meningkat tajam, segera setelah makan. Kinerja normal. Dengan demikian tidak dibutuhkan tambahan
AIR yang cepat dan adekuat ini sangat penting bagi ( ekstra ) sintesis maupun sekresi insulin pada fase 2 diatas
regulasi glukosa yang normal karena pasa gilirannya normal untuk dapat mempertahankan keadaan
berkontribusi besar dalam pengendalian kadar glukosa normoglikemia. Ini adalah keadaan f,rsiologis yang memang
darah postprandial. Dengan demikian, kehadiran AIR yang ideal karena tanpa peninggian kadar glukosa darah yang
normal diperlukan untuk mempertahankan berlangsungnya dapat memberikan dampak glucotoxicity, juga tanpa
proses metabolisme glukosa secara fisiologis. AIR yang hiperinsulinemia dengan berbagai dampak negatifnya.
berlangsung normal, bermanfaat dalam mencegah
terjadinya hiperglikemia akut setelah makan atau lonjakan
glukosa darah postprandial (postprandial spike) dengan AKSIINSULIN
segala akibat yang ditimbulkannya termasuk
hiperinsulinemia kompensatif. Insulin mempunyai fungsi pentingpada berbagai proses
Selanjutnya, setelah sekresi fase I berakhir, muncul metabolisme dalam tubuh terutama metabolisme
sekresi fase 2 (sustained phase, latent phase), dimana karbohidrat. Hormon ini sangat krusial perannya dalam
sekresi insulin kembali meningkat secara perlahan dan proses utilisasi glukosa oleh hampir seluruh jaringan
bertahan dalam waktu relatif lebih lama. Setelah berakhimya tubuh, terutamapada otot, lemak, dan hepar.
fase 1, tugas pengaturan glukosa darah selanjutnya diambil Pada j aringan perifer seperti j aringan otot dan lemak,

atih oleh sekresi fase 2. Sekresi insulin fase 2 yang insulin berikatan dengan sejenis reseptor (insulin recep-
1898 MEf,ABOIJKENDOIRIN

tor substrate : IRS) yairg terdapat pada membran sel EFEK METABOLISME DAR! INSULIN
tersebut. Ikatan attara insulin dan reseptor akan
menghasilkan semacam sinyal yang berguna bagi proses Gangguan, baik dari produksi maupun aksi insulin,
regulasi atau metabolisme glukosa didalam sel otot dan menyebabkan gangguan pada metabolisme glukosa,
lemak, meskipun mekanisme kerja yang sesungguhnya dengan berbagai dampak yang ditimbulkannya. Pada
belum begitu jelas. Setelah berikatan, transduksi sinyal dasarnya ini bermula dari hambatan dalam utilisasi glukosa
berperan dalam meningkatkan kuantitas GLUT-4 (glucose yang kemudian diikuti oleh peningkatan kadar glukosa
transporter-4) dan selanjutnya juga pada mendorong darah. Secara klinis, gangguan tersebut dikenal sebagai
penempatannya pada membran sel. Proses sintesis dan gejala diabetes melitus. Pada diabetes melitus tipe 2
translokasi GLUT-4 inilah yang bekerja memasukkan (DMT2), yakni jenis diabetes yang paling sering
glukosa dari ekstra ke intrasel untuk selanjutnya mengalami ditemukan, gangguan metabolisme glukosa disebabkan
metabolism (Gambar 3). Untuk mendapatkan proses oleh dua faktor utama yakni tidak adekuatnya sekresi
metabolisme glukosa normal, selain diperlukan mekanisme insulin (def,rsiensi insulin) dan kurang sensitifnya j aringan
serta dinamika sekresi yang normal, dibutuhkan pula aksi tubuh terhadap insulin (resistensi insulin), disertai oleh
insulin yang berlangsung normal. Rendahnya sensitivitas faktor lingkungan (environmenr). Sedangkan pada
atau tingginya resistensi jaringan tubuh terhadap insulin diabetes tipe I (DMTI), gangguan tersebut murni
merupakan salah satu faktor etiologi terjadinya diabetes, disebabkan defisiensi insulin secara absolut.
khususnya diabetes tipe 2. Gangguan metabolisme glukosa yang terjadi, diawali
Baik atau buruknya regulasi glukosa darah tidak hanya oleh kelainan pada dinamika sekresi insulin berupa
berkaitan dengan metabolisme glukosa di jaringan perifer, gangguan pada fase I sekresi insulin yang tidak sesuai
tapi juga di jaringan hepar dimana GLrJT-2 berfungsi kebutuhan (inadekuat). Defisiensi insulin ini secara
sebagai kendaraan pengangkut glukosa melewati langsung menimbulkan dampak buruk terhadap homeo-
membrana sel kedalam sel. Dalam hal inilah jaringan hepar stasis glukosa darah. Yang pertama terjadi adalah
ikut berperan dalam mengatur homeostasis glukosa tubuh. hiperglikemia akut pascaprandial (IIAP) yakni peningkatan
Peninggian kadar glukosa darah puasa, lebih ditentukan kadar glukosa darah segera (10-30 menit) setelah beban
glukosa (makan atau minum).
oleh peningkatan produksi glukosa secara endogen yang
berasal dari proses glukoneogenesis dan glikogenolisis
Kelainan berupa disfungsi sel beta dan resistensi
insulin merupakan faktor etiologi yang bersifat bawaan
di jaringan hepar. Kedua proses ini berlangsung secara
(genetik). Secara klinis, peqalanan penyakit ini bersifat
normal pada orang sehat karena dikontrol oleh hormon
progressif dan cenderung melibatkan pula gangguan
insulin. Manakala jaringan ( hepar ) resisten terhadap
metabolisme lemak ataupun protein. Peningkatan kadar
insulin, maka efek inhibisi hormon tersebut terhadap
glukosa darah oleh karena utilisasi yang tidak berlangsung
mekanisme produksi glukosa endogen secara berlebihan
menjadi tidak lagi optimal. Semakin tinggi tingkat resistensi
sempurna pada gilirannya secara klinis sering
memunculkan abnormalitas dari kadar lipid darah. Untuk
insulin, semakin rendah kemampuan inhibisinya terhadap
mendapatkan kadar glukosa yaflg noflnal dalam darah
proses glikogenolisis dan glukoneogenesis, dan semakin
diperlukan obat-obatan yang dapat merangsang sel beta
tinggi tingkat produksi glukosa dari hepar. untuk peningkatan sekresi insulin (i ns u I in s e cr e t a go gu e)

L
+
GLUCOSE
INSULIN

?? o o c Obo INSULIN

RECEPTOR 3 RECEPTOR
:1,
(-)O
.C
+
LUT.4 \.J
O-q
GLUCoSE

Gambar 3. Mekanisme normal dari aksi insulin dalam transport glukosa jaringan perifer (Girard, 1995)
INSULIN: MEKAMSME SEKRESI DAN ASPEK METABOLISME 1899

atau bila diperlukan secara substitusi insulin, disamping respons jaringan tubuh terhadap insulin (resistensi
obat-obatan yang berkhasiat menurunkan resistensi insulin). Gangguan atau pengaruh lingkungan seperti
insulin (insulin sensitizer). gaya hidup atau obesitas akan mempercepat progresivitas
Tidak adekuatnya fase l, yang kemudian diikuti perjalanan penyakit. Gangguan metabolisme glukosa akan
peningkatan kinerja fase 2 sekresi insulin, pada tahap awal berlanjut pada gangguan metabolisme lemak dan protein
belum akan menimbulkan gangguan terhadap kadar serta proses kerusakan berbagai jaringan tubuh. Rangkaian
glukosa darah. Secara klinis, barulah pada tahap kelainan yang dilatarbelakangi oleh resistensi insulin,
dekompensas i, dapatterdeteksi keadaan yang dinamakan selain daripada intoleransi terhadap glukosa beserta
Toleransi Glukosa Terganggu yang disebut juga sebagai berbagai akibatnya, sering menimbulkan kumpulan gejala
prediabetic state. Pada tahap ini mekanisme kompensasi yang dinamakan sindroma metabolik.
sudah mulai tidak adekuat lagi, tubuh mengalami defisiensi
yang mungkin secara relatif, terjadi peningkatan kadar
glukosa darah postprandial. Pada toleransi glukosa REFERENSI
terganggu (TGT) didapatkan kadar glukosa darah
postprandial, atau setelah diberi beban larutan 75 g glukosa Ashcroft FM, Gribble FM, 1999. AlP-sensitive K-l- channels and
dengan Test Toleransi Glukosa Oral ( TTGO ), berkisar insulin secretion: Their roie in health and disease. Diabetologia
42:903-19.
diantara 140-200 mg/dl. Juga dinamakan sebagai pre-
Ashcroft FM, Gribble FM, 1999. Differential sensitivity of
diabetes, bila kadar glukosa darah puasa antara 100-26 m! beta-cell and extrapancreatic K ATP channeis to gliclazide.
dl, yang disebut juga sebagai Glukosa Darah Puasa Diabetologia 42: 845-8.
Terganggu ( GDPT ). Cerasi E,2001.The islet in type 2 diabetes: Back to center stage.
Keadaan hiperglikemia yang terjadi, baik secara kronis Diabetes 50: S1-S3.
pada tahap diabetes, atau hiperglikemia akut postprandial Ceriello A,2002. The possible role of postprandial hyperglycemia
yang terjadi ber-ulangkali setiap hari sejak tahap TGT, in the pathogenesis of diabetic complications' Dialetologia
42:117 -22.
memberi dampak buruk terhadap jaringan yang secara '14,
Kramer 1995. Ttrc molecular interaction of sulphonylureas. DRCP
jangka panjang menimbulkan komplikasi kronis dari
28: 67 - 80
diabetes.Tingginya kadar glukosa darah (glucotoxicity) Ferrannini E, 1998. Insulin resistance versus insulin defrciency in
yang diikuti pula oleh dislipidemia (lipotoxicity) non insulin dependent diabetes mellitus: Problems and
bertanggung jawab terhadap kerusakan jaringan baik prospects. Endocrine Reviews 19: 47'7 -90.
secara langsung melalui stres oksidatif, dan proses Gerich JE, 1998. The genetic basis of type 2 diabetes me[litus:
glikosilasi yang meluas. impaired insulin secretion versus impaired insulin sensitivity.
Endocrine Reviews 19: 491-503.
Resistensi insulin mulai menonjol peranannya semenjak
Girard J, 1995. NIDDM and glucose transport in cells. In ( Assan,
perubahan atau konversi fase TGT menjadi DMT2.
R, ed ) NIDDM and glucose transport in cells. Molecular
Dikatakan bahwa pada saat tersebut faktor resistensi Endocrinology and Development CNRS Meudon, France: 6-16.
insulin mulai dominan sebagai penyebab hiperglikemia Kramer W, 1995 Ttrc molecular interaction of sulphonylureas. DRCP
maupun berbagai kerusakan jaringan. Ini terlihat dari 28: 67 - 80
kenyataan bahwa pada tahap awal DMT2, meskipun Nielsen MF, Nyholm B, Caumo A, Chandramouli V, Schumann WC,
dengan kadar insulin serum yang cukup tinggi, namun Cobelli C, el a\,2000. Prandial glucose effectiveness and
hiperglikemia masih dapat te{adi. Kerusakanjaringan yang fasting gluconeogenesis in insulin-resistant first-degree relatives
of patients with type 2 diabetes. Diabetes 49: 2135-41.
terjadi, terutama mikrovaskular, meningkat secara tajam
Prato 5D,2002. Loss of early insulin secretion leads to postpran-
pada tahap diabetes, sedangkan gqngguan makrovaskular
dial hyperglycaemia. Diabetolo gia 29'. 47 -53.
telah muncul semenjak prediabetes. Semakin tingginya Suryohudoyo P, 2000. Ilmu kedokteran molekuler. Ed I, Jakarta:
tingkat resistensi insulin dapat terlihat pula dari Perpustakaan Nasionai, hlm 48-58'
peningkatan kadar glukosa darah puasa maupun pos@ran- Suzuki H, Fukushima M, Ussmi M, Ikeda M, Taniguchi A, Nakai \
dial. Sejalan dengan itu, pada hepar semakin tinggi tingkat et al,2003.Factors responsible for development from normal
resistensi insulin, semakin rendah kemampuan inhibisinya glocose tolerance to isolated postchallenge hyperglycemia.
Diabetes Care 26: l2ll-5.
terhadap proses glikogenolisis dan glukoneogenesis,
Tjokroprawiro A, 1999. Diabetes mellitus and syndrome 32 (A step
menyebabkan semakin tinggi pula tingkat produksi
forward to era of globalisation-2003). JSPS-DNC symposium,
glukosa dari hepar. Surabaya: 1-6.
Jadi, dapat disimpulkan perjalanan penyakit DMT2, Ward WD, 1984. Pathophysiology of insulin secretion in non
pada awalnya ditentukan oleh kine{a fase 1 yang kemudian insulin dependent diabetes mellitus. Diabetes Carc 7 : 491 - 502
memberi dampak negatif terhadap kinerja fase 2, dan Weyer C, Bogardus C, Mort DM, Tataranni PA, Pralley RE,2000.
berakibat langsung terhadap peningkatan kadar glukosa Insulin resistance and insulin secretory dysfunction are inde-
pendent predictors of worsening of glucose tolerance during
darah (hiperglikemia). Hiperglikemia terj adi tidak hanya
each stage of type 2 diabetes development. Diabetes Cate 24:
disebabkan oleh gangguan sekresi insulin (defisiensi
89-94.
insulin), tapi pada saat bersamaan juga oleh rendahnya
296
HIPOGLIKEMIA IATROGENIK
Djoko Wahono Soemadji

Hipoglikemia pada pasien diabetes tipe I (DMT l) dan hipoglikemia timbul karena pada diabetes dan akibat terapi
diabetes tipe 2 (DMT 2) merupakan faktor penghambat mekanisme homeostasis endogen tersebut terganggu.
utama dalam mencapai sasaran kendali glukosa darah
normal atau mendekati normal. Tidak ada definisi kendali
glukosa darah yang baik dan lengkap tanpa menyebutkan DEFINISI, DIAGNOSTS DAN KLASIFIKAS!
bebas dari hipoglikemia. Dokter dan tenaga kesehatan yang
lain harus memahami benar tentang hal ini dan pasien Definisi dan diagnosis. Hipoglikemia secara harfi ah berarti
diabetes serta keluarganya harus diberi informasi tentang kadar glukosa darah di bawah harga normal. Walaupun
masalah hipoglikemia. Risiko hipoglikemia timbul akibat kadar glukosa plasma puasa pada orang normal jarang
ketidaksempurnaan terapi saat ini, di mana kadar insulin di melampaui 99 mg% (5,5 mmoVL),tetzpikadar<108 mgolo (6
antara dua makan dan pada malam hari meningkat secara mmol/L) masih dianggap normal. Kadar glukosa plasma
tidak proporsional dan kemampuan fisiologis tubuh gagal kira-kira l0% lebih tinggi dibandingkan dengan kadar
melindungi batas penurunan glukosa darah yang aman. glukosa darah keseluruh an (whole bloo d) karena eritrosit
Faktor paling utama yang menyebabkan hipoglikemia mengandung kadar glukosa yang relatif lebih rendah.
sangat penting dalam pengelolaan diabetes adalah Kadar glukosa arteri lebih tinggi dibandingkan dengan
keterganfungan jaringan sarafpada asupan glukosa yang vena, sedang kadar glukosadarahkapiler di antarakadar
berkelanjutan. Glukosa merupakan bahan bakar metabolisme arteri dan vena.
yang utama untuk otak. Oleh karena otak hanya menyimpan Pada individu normal, sesudah puasa semalam kadar
glukosa (dalam bentuk glikogen) dalam jumlah yang sangat glukosa darah jarang lebih rendah dari 4 mmoVL, tetapi
sedikit, fungsi otak yang normal sangat tergantung asupan kadar kurang dari 50 mg% (2,8 mmoUl) pemah dilaporkan
glukosa dari sirkulasi. Gangguan pasokan glukosa yang dijumpai sesudah puasa yang berlangsung lebih lama.
berlangsung lebih dari beberapa menit dapat menimbulkan Hipoglikemia spontan yang patologis mungkin terjadi
disfungsi sistem saraf pusat, gangguan kognisi dan koma. pada tumor yang mensekresi insulin atat insulin-like
Dalam keadaan puasa dan makan, istirahat dan aktivitas growthfactor (IGF). Dalamhal ini diagnosis hipoglikemia
jasmani, masuknya glukosa ke sirkulasi serta ambilan dari ditegakkan bila kadar gukosa <50 mg% (2.8 mmol/L) atau
sirkulasi sangat bervariasi. Untuk mempertahankan kadar bahkan <40 mgYo (2,2 mmollL). Walaupun demikian
glukosa plasma dalam rentang batas yang sempit terdapat berbagai studi fisiologis menunjulkan bahwa gangguan
mekanisme yang sangat peka dan terelaborasi. Kadar fungsi otak sudah dapat terjadi pada kadar glukosa darah
55 mgYo (3 mmol/L). Lebih lanjut diketahui bahwa kadar
glukosa plasma yang tinggi mengganggu keseimbangan
glukosa darah 55 mgo/o (3 mmol/L) yang te{adi berulangkali
air di jaringan, menimbulkan glukosuria dan meningkatkan
merusak mekanisme proteksi endogen terhadap
glikosilasi j aringan, sebaliknya kadar yang terlalu rendah
hipoglikemia yang lebih berat.
menyebabkan disfungsi otak, koma dan kematian.
Respon regulasi non-pankreas terhadap hipoglikemia
Pada individu normal yang sehat, hipoglikemia yang sampai dimulaipada kadar glukosa daratr 63-65 m{/o Q,5-3,6 mmol/L).
menimbulkan gangguan kognitif yang bermakna tidak Oleh sebab itu, dalam konteks terapi diabetes,
tet'adi karena mekanisme homeostasis glukosa endogen diagnosis hipoglikemia ditegakkan bila kadar glukosa
berfungsi dengan efektif. Secara klinis masalah plasma< 63 mg% (3,5 mmol/L).

1900
HIPIOGIJIGMIA IITTROGENIK 1901

Klasifikasi Pada diabetes, hipoglikemia jluga sering PENYEBAB HIPOGLIKEMIA


didefinisikan sesuai dengan gambaran klinisnya.
Hipoglikemia akut menunjukkan gejala dan Triad Wipple Pada pasien diabetes hipoglikemia timbul akibat
merupakan panduan klasifikasi klinis hipoglikemia yang peningkatan kadar insulin yang kurang tepat, baik sesudah
bermanfaat. Triad tersebut meliputi: a). keluhan yang penyuntikan insulin subkutan atau karena obat yang
menunjukkan adarrya kadar glukosa darah plasma yang meningkatkan sekresi insulin seperti sulfonilurea. Oleh
rendah, b). kadar glukosa darah yang rendah (<3 mmoVl sebab itu dijumpai saat-saat dan keadaan tertentu di mana
hipoglikemia pada diabetes), dan c). hilangnya secara pasien diabetes mungkin akan mengalami kejadian
cepat keluhan-keluhan sesudah kelainan biokimiawi hipoglikemia. Sampai saat ini pemberian insulin masih
dikorekasi. b elum s epenuhnya dap at menirukan(m i m i cki n g) p ola

Akan tetapi pasien diabetes (dan insulinoma) dapat sekresi insulin yang fisiologis. Makan akan meningkatkan
kehilangan kemampuannya untuk menunjukkan atau kadar glukosadaghdalam beberapa menit dan mencapai
mendeteksi keluhan dini hipoglikemia. Dengan menambah puncak sesudah I jam. Bahkan insulin yang bekerjanya
kriteria klinis pada pasien diabetes yang mendapat terapi, paling cepat (insulin analog rapid-acting) bila diberikan
hipoglikemia akut dibagi menjadi hipoglikemia ringan, subkutan belum mampu menirukan kecepatan peningkatan
sedang danberat (Tabel 1). kadar puncak tersebut dan berakibat menghasilkan puncak
konsentrasi insulin l-2 jam sesudah disuntikkan. Oleh
sebab itu pasien rentan terhadap hipoglikemia sekitar 2
jam sesudah makan sampai waktumakanyang berikutnya.
Ringan Simtomatik, dapat diatasi sendiri, tidak ada
Oleh sebab itu waktu dimana risiko hipoglikemia paling
gangguan aktivitas sehari-hari yang nyata
Sedang Simtomatik, dapat diatasi sendiri, menimbulkan tinggi adalah saat menjelang makanberikutnya dan malam
gangguan aktivitas sehari-hari yang nyata hari.
Berat Sering (tidak selalu) tidak simtomatik, karena Hampir setiap pasien yang mendapat terapt,insulin,
gangguan kognitif pasien tidak mampu
mengatasi sendiri dan sebagian besar pasien yang mendapat sulfonilurea,
1. Membutuhkan pihak ketiga tetapi tidak pernah mengalami keadaan di mana kadar insulin di
memerlukan terapi parenteral sirkulasi tetap tinggi sementarakadar glukosa darah sudah
2. Membutuhkan terapi parenteral (glukagon
intramuskular atau glukosa intravena) di bawah normal. Untuk menghindari timbulnya
3. Disertai dengan koma atau kejang hipoglikemia pada pasien perlu diajarkan bagaimana
menyesuaikan penyuntikan insulin dengan waktu dan
jumlah makanan (karbohidrat), pengaruh aktivitas jasmani
EPIDEMIOLOG! terhadap kadar glukosa darah, tanda-tanda dini
hipoglikemia dan cara penanggulangannya. Risiko
Karena definisi yang digunakan berbeda perbandingan hipoglikemia terkait dengan penggunaan sulfonilurea dan
kekerapan kejadian hipoglikemia dari berbagai studi harus insulin dapat dilihat dalam Gambar 1.
dilakukan dengan hati-hati. Sangat bermanfaat untuk Pada pasien diabetes tipe 2 kejadian hipoglikemia berat
mencatat kekerapan kejadian hipoglikemia agar pengaruh jauh tebih sedikit. Dari the United Kingdom Prospective
berbagai regimen terapi terhadap timbulnya hipoglikemia Diabetes Study (UWDS), pada kadar HbAlc yang setara
dan ciri-ciri klinik yang menyebabkan pasien berisiko dapat dengan DCCT, dalam 10 tahun pertama kejadian
dibandingkan. Dalam the Diabetes Control and hipoglikemia berat dengan terapi klorpropamid timbul pada
Complication Trial (DCCT) yang dilaksanankan pada 0,4%o, gllbenklamid0,6Yo dan insulin 2,3o/o (Gamb* l).
pasien diabetes tipe 1, kejadian hipoglikemia berat tercatat Kejadian hipoglikemia berat juga meningkat dengan
pada 60 pasien/tahun pada kelompok yang mendapat terapi penggunaan insulin yang makin lama.
insulin intensif dibandingkan dengan 20 pasien/tahun
pada pasien yang mendapat terapi konvensional.
Sebaliknya, dengan kriteria yang berbeda kelompok PROTEKSI FISIOLOGIS MEI-ATTVANHI POGLIKEMIA
the Dusseldorf mendapat kejadian hipoglikemia
berat didapatkan pada 28 dengan terapi insulin intensif Mekanisme kontra regulator. Glukagon dan epinefrin
dan 17 dengan terapi konvensional. merupakan dua hormon yang disekresi pada kejadian
Walaupun tidak menyenangkan, hipoglikemia hipoglikemia akut. Glukagon hanya bekerja di hati'
yang ringan seringkali hanya dianggap sebagai Glukagon mula-mula meningkatkan glikogenolisis dan
konsekuensi terapi menurunkan glukosa yang tidak kemudian glukoneogenesis. Epinefrin selain meningkatkan
dapat dihindari.Walaupun demikian, hipoglikemia ringan glikogenolisis dan glukoneogenesis di hati juga
tidak boleh diabaikan, karena potensial dapat diikuti menyebabkan lipolisis di jaringan lemak serta
kejadian hipoglikemia yang lebih berat. glikogenolisis danproteolisis di otot. Gliserol, hasil lipolisis,
1902 METABOLIKENDOKRIN

o
E40
-o
d
.s 30
o

-q .^
;zv

310
L

0
DM tipe2 DN4 tipe 2 DM tipe 1 DM tipe 1 yang
diterapi yang dlerapr
yang yang diterapi
dengansulfonilurea denganinsulin dengani".,in riii![iitcir
ig1" insulin
standar
diterapi secara
intensif (DCCT) i
i

Gambar 1. Risiko hipoglikemia berat terkait dengan berbagai


terapi diabetes (Heler, 2003)

Gambar 2. Pgngaruh metabolik respons kontra regulator terhadap


hipoglikemia akut. Glukagon yang bekerja di hati dan epinefrin
yang bekerja di hati, jaringan lemak dan otot merupakan dua hormon
utama yang berperan dalam mekanisme kontra regulator pada
Berbagai faktor yang merupakan predisposisi atau
mempresipitasi hipoglikemia adalah:
hipoglikemia akul. Growth hormone dan kortisol berperan pada
1. Kadar insulin berlebihan hipoglikemia yang berlangsung lama (Heller, 2003)
o Dosis berlebihan: kesalahan dokter, farmasi, pasien;
ketidak sesuaian dengan kebutuhan pasien atau gaya
hidup; deliberate overdose (factitious hipoglikemia) Bila sekresi glukagon dihambat secara farmakologis,
.
Peningkatan bioavailibilitas insulin: absorbsi yang lebih pemulihan kadar glukosa setelah hipoglikemia yang
cepat (aktivitas jasmani, diinduksi insulin (insulin-induced hipoglikemia)
suntik di perut, perubahan ke human insulin; antibodi
insulin; gagal ginjal (clearance insulin berkurang); berkurang sekitar 40%. Bila sekresi glukagon dan epinefrin
'honeymoon' periode dihambat sekaligus pemulihan glukosa tidak terjadi.
2 Peningkatan sensitivitas insulin Sel b pankreas terhadap hipoglikemia adalah dengan
.
Defisiensi hormon counter-regulatory : penyakit Addison;
h ipop itu ita ris me; menghambat sekresi insulin dan turunnya kadar insulin di
. Penurunan berat badan daam sel b berperan dalam sekresi glukagon oleh sel a
o Latihan jasmani, postpartum; variasi siklus menstruasi Studi eksperimental pada hewan menunjukkan bahwa
3 Asupan karbohidrat kurang
o Makan tertunda atau lupa, porsi makan kurang respons fisiologi utama terhadap hipoglikemia terletak di
. Diet slimming, anorexia nervosa neuron hipotalamus ventromedial (VMH). Neuron-neuron
o Muntah, gastroparesis di VMH responsif terhadap glukosa, sebagian menjadi aktif
. Menyusui bila kadar glukosa meningkat, sebagian responsif terhadap
4 Lain-lain
. Absorbsi yang cepat, pemulihan glikogen otot hipoglikemia.
o Alkohol, obat (salisilat, sulfonamid meningkatkan kerja Neuron-neuron tersebut diproyeksikan ke area yang
sulfonilurea; penyekat p non-selektif; pentamidin) bekaitan dengan aktivasi pituitari-adrenal dan sistim
simpatis. Tampaknya respons fisiologi utama terhadap
hipoglikemia terjadi sesudah neuron-neuron di VMH yang
serta asam amino (alanin dan aspartat) merupakan bahan sensitif terhadap glukosa teraktivasi dan kemudian
baku (p r e cur sor) glukoneo genesis hati (Gamb ar 2 ). mengaktifkan sistem saraf otonomik dan melepaskan
Epinefrin juga meningkatkan glukoneogenesis di ginjal, hormon-hormon kontra regulator (Gambar 3).
yang pada keadaan tertentu mempakan 25% produksi
glukosa tubuh. Pada keadaan hipoglikemia yang berat,
walupun kecil hati juga menunjukkan kemampuan KELUHAN DAN GEJALA HIPOGLIKEMIA
otoregulasi.
Kortisol
dan growth hormon berperan pada keadaan Faktor utama mengapa hipoglikemia menjadi penting dalam
hipoglikemia yang berlangsung lama, dengan cara melawan pengelolaan diabetes adalah ketergantunganjaringan saraf
kerja insulin di jarigan perifer (lemak dan otot) serta terhadap asupan glukosa yang terus-menerus. Gangguan
meningkatkan glukoneogenesis. Defisien si growth hor- (interruptior) asupan glukosa yang berlangsung
mone (panhipopituitarisme) dan kortisol (penyakit beberapa menit menyebabkan gangguan fungsi sistim
Addison) pada individu menimbulkan hipoglikemia yang saraf pusat (SSP), dengan gejala gangguan kognisi,
umumnyanngan bingung (coffision),dan koma. Seperti jaringan yang lain,
HIFOGI.IKEMIA IAIROGEMK
1903

Pada pasien diabetes yang masih relatif


baru, keluhan darr' gejalayatg terkait dengan
gangguan sistim saraf otonomik seperti
palpitasi, tremor, atau berkeringat lebih
menonjol dan biasanya mendahului keluhan
dan gejala disfungsi serebral yang
disebabkan oleh neroglikopeni, seperti
gangguan konsentrasi atau koma. Sakit
kepala dan mual mungkin bukan merupakan
keluhan malaise yang khas. Pada pasien dia-
betes yang lama intensitas keluhan otonomik
cenderung berkurang atau menghilag. Hal
tersebut menunjukkan kegagalan yang
progresif aktivasi sistem saraf otonomik.
Pengenalan hipoglikemia. Respons pertama
pada saat kadar glukosa darah turun di
bawah normal adalah peningkatan akut
Gambar 3. Komponen utama respons simpatis dan counter-regulatory terhadap sekresi hormon caunter-regulatory
hipoglikemia (Heller, 2003)
(glukagon dan epinefrin); batas kadar
glukosa terseb ut adalah 65 -68 mgo/o (3,6-3, 8
jaringan saraf dapat memanfaatkan sumber energi mmoVl). Lepasnya epinefrin menunjukkan aktivasi sistem
altematif, yaitu keton dan laktat. Pada hipoglikemia yang simpatoadrenal. Bila glukosa darah tetap turun sampai 3,2
disebabkan insulin, konsentrasi keton di plasma tefiekan mmol/L, gejala aktivasi otonomik mulai tampak. Fungsi
dan mungkin tidak mencapai kadar yang cukup di SSR kognisi, yang diukur dengan kecepatan reaksi dan b etbagai
sehingga tidak dapat dipakai sebagai sumber energi fungsi psikomotor yang lain, mulai terganggu pada kadar
alternatif. glukosa 3 mmol/L. Pada individu yang masih memiliki
Pada individu yang mengalami hipoglikemia, respon kesiagaan (awareness) hipoglikemia, aktivasi sistem
hsiologis terhadap penurunan glukosa darah tidak hanya simpatoadrenal terjadi sebelum disfungsi serebral yang
membatasi makin parahnya perubahan metabolisme bermakna timbul. Pasien-pasien tersebut tetap sadar dan
glukosa, tetapi juga menghasilkan berbagai keluhan dan mempunyai kemampuan kognitif yang cukup untuk
gejala yang khas. Petugas kesehatan, pasien dan melakukan tindakan koreksi yang diperlukan.
keluarganya belajar mengenal keluhan dan gejala tersebut
sebagai episode hipogLkemia dan dapat segera melakukan
HIPOGLIKEMIA YANG TIDAK DISADARI (UN-
tindakan-tindakan koreksi dengan memberikan glukosa
AWARENESS)
oral atau bentuk karbohidrat 'refined' yang lain.
Kemampuan mengenal gejala awal sangat penting bagi Kegagalan respons proteksi lisiologis dan timbulnya
pasien diabetes yang mendapat terapi insulin yang ingin hipoglikemia yang tidak disadari. Walaupun dengan
mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah nor- derajat yang berbeda-beda, hampir semua pasien diabe-
mal atau mendekati normal. Terdapat keragaman keluhan tes yang mendapat terapi insulin mengalami gangguan
yang menonjol diantara pasien maupun pada pasien itu pada mekanisme proteksi terhadap hipoglikemia yang berat.
sendiri pada waktu yang berbeda. Walaupun demikian Pada pasienDMT 2 gangguan tersebut umumnya ringan.
pada umumnya keluhan biasanya timbul dalam pola Pada saat diagnosis DM dibuat, respons glukagon
tertentu, sesuai dengan komponen fisiologis dan respon terhadap hipoglikemia umumnya normal. Pada pasien DMT
fisiologis yang berbeda (Tabel 3). 1 mulai turun sesudah menderita diabetes 1-2 tahun, dan
sesudah 5 tahun hampir semua pasien mengalami
gangguan atau kehilangan respon. Penyebabnya sampai
saat ini belum diketahui dengan pasti, tetapi tampaknya
Otonomik Neuroglikopenik Malaise tidak berkaitan dengan neuropati otonomik atau kendali
Berkeringat Bingung (confusion) Mual glukosa darah yang ketat. Sel a secara selektif gagal
Jantung berdebar Mengantuk Sakit kepala mendeteksi adanya hipoglikemia dan tidak dapat
Tremor Sulit berbicara
menggunakan hipoglikemia sebagai rangsangan untuk
Lapar lnkoordinasi
Perilaku yang berbeda mensekresi glukagon, walaupun sekresi yang glukagon
Gangguan visual masih dapat dirangsang oleh perangsang lain seperti
Parestesi
alanin. Hipotesis yang paling meyakinkan adalah
1904 MEIABOIJKENDOKRIN

gangguan tersebut timbul akibat terputusnya paracrine-


insulin cross-talk di dalam islet cell, akibat produksi
insulin endogen yang turun. Keadaan klinis Kemungkinan mekanisme
Pada diabetes yang sudah lama sering dijumpai respon
Diabetes yang Tidak diketahui
simpatoadrenal yangberkurang walaupun dengan tingkat lama Hipoglikemia yang berulang merusak
gangguan yang bervariasi. Respons epinefrin terhadap neuron yang glukosensitif (?)
rangsang yang lain, seperti latihan jasmani tampaknya Kendali Regulasi transpor glukosa neuronal yang
metabolik yang meningkat
normal. Seperti pada gangguan respons glukagon, kelainan ketat Peningkatan kortisol dengan akibat
tersebut merupakan kegagalan mengenal hipoglikemia gangguan jalur utama transmisi neuron
yang selektif. Alkohol Penekanan respons otonomi perifer
Gangguan kognisi
Pasien diabetes dengan respon glukagon dan epinefrin
Episode Tidur menyebabkan gejala awal
yang berkurang paling rentan terhadaf hipoglikemia. Hal nokturnal hipoglikemia tidak diketahui
tersebut terkait dengan hipoglikemia yang tidak disadari Posisi berbaring mengurangi respons
karena hilangnya glucose counter regulation dan simpatoadrenal
Kemampuan abstrak belum cukup
gangguan respons simpatoadrenal. Usia muda Perubahan perilaku
(anak) Gangguan kognisi
Hipoglikemia yang tidak disadari Hipoglikemiayang tidak Usia lanjut Respons otonomik berkurang
disadari merupakan masalah yang sering te{adi pada pasien Sensitivitas adrenergik berkurang
diabetes yang mendapat terapi insulin. Sigi epidemiologis
melaporkan sekitar sekitar 25%opasienDMT I mengalami
kesulitan mengenal hipoglikemia yang menetap atau Keluhan hipoglikemia pada usia lanjut sering tidak
b ese lang- sel ing (in t erm i t t e nt). Kemampuan mengenal diketahui, dan mungkin dianggap sebagai keluhan-keluhan
hipoglikemia mungkin tidak absolute, dan keadaan pusing (dizzy spelt) atau serangan iskemiayang sementara
hipoglikemia unowareness yang parsial juga dijumpai. Dari (transient ischemic attact). Hipoglikemia akibat
sekitar 25o/o pasien yang sebelumnya menyatakan dirinya sulfonilurea tidak jarang, terutama sulfonilurea yang
tidak mengalami hipoglikemia unawareness temyata wakhr bekerja lama seperti glibenklamid. Pada usia lanjut respons
menjalani tes gagal mengenal hipoglikemia. Bila didapatkan otonomik cenderung turun dan sensitifitas perifer epinefrin
hipoglikemia yang tidak disadari kemungkinan pasien juga berkurang. Pada otak yang menua gangguan kognitif
mengalami episode hipoglikemia yang berat 6-7 kali lipat; mungkin terjadi pada hipoglikemia yang ringan.
peningkatan tersebutjuga terjadi pada terapi standar. Pada Pada anak dan usia lanjut sasaran kendali glikemia
pasien-pasien tersebut selayaknya tidak diberi terapi sebaiknya tidak terlalu ketat dan oleh sebab itu dosis
intensif, tidak diijinkan untuk memiliki ijin mengemudi, dan insulin perlu disesuaikan. Lebih lanjut disarankan agar
mungkin juga tidak diperkenankan untuk menjalankan sulfonilurea yang bekerja lama tidak digunakah pada pasien
pekerjaan-pekerjaan tertentu. Keluarga pasien selayaknya DMT 2 yang berusia lanjut.
juga diberitahu tentang kemungkinan terjadinya Obat penghambat B (p-blocking agents) yang tidak
hipoglikemia berat dan cara penanggulan ganny a. Berbagai selektif sebaiknya tidak digunakan karena menghambat
keadaan klinis yang terkait dengan hipoglikemia yang tidak lepasnya glukosa hati yang dimediasi oleh reseptor B2,
disadari dapat dilihat dalam Tabel 4. penghambat F yung selektif dapat digunakan dengan
Alkohol. Pasien dan kerabatnya harus diberi informasi aman.
tentang potensi bahaya alkohol. Alkohol meningkatkan
kerentanan terhadap hipoglikemia dengan cara menghambat
glukoneogenesis dan mengurangi hipoglikemi a awareness. TERAPI HIPOGLIKEMIA PADA DIABETES
Episode hipoglikemia sesudah minum alkohol mungkin lebih
lama dan berat, dan mungkin karena dianggap mabuk Glukosa oral. Sesudah diagnosis hipoglikemia ditegakkan
hipoglikemia tidak dikenali oleh pasien atau kerabatnya, dengan pemeriksaan glukosa darah kapiler, 10-20 g glukosa
Usia muda dan usia lanjut. Pasien diabetes anak, remaja oral harus segera diberikan. Idialnya dalam bentuk tablet,
dan usia lanjut rentan terhadap hipoglikemia. Anak jelly, atau 150-200 ml minuman yang mengandung glukosa
umumnya tidak dapat mengenal atau melaporkan keluhan sepertijus buah segar dan nondiet cola. Sebaiknya coklat
hipoglikemia dan kebiasaan makanyang kurang teratur serta manis tidak diberikan karena lemak dalam coklat dapat
aktivitas jasmani yang sulit diramalkan menyebabkan menghambat abSorbsi glukosa. Bila belum ada jadwal
hipoglikemia menjadi masalah yang besarbagi anak. Otak makan dalam l-2jam perlu diberikan tambahan 10-20 g
yang sedang tumbuh sangat rentan terhadap hipoglikemia. karbohidrat kompleks.
Episode hipoglikemia yang berulang, terutama yang disertai Bila pasienmengalami kesulitan menelan dan keadaan
kejang dapat mengganggu kemampuan intelektual anak di tidakterlalu gawat, pemberianmadu atau gel glukosa lewat
kemudianhari. mukosa rongga mulut (buccal) mungkin dapat dicoba.
HIPOGLIIGMIA IATROGENIK 1905

Glukagon intramuskular. Glukagon I mg intramuskular sekresi glukagon yang sering didapatkan pada pasien
dapat diberikan oleh tenaga nonprofesional yang terlatih diabetes yang mendapat terapi insulin. Hipoglikemia akut
dan hasilnya akan tampak dalam I 0 menit. Kecepatan kerj a harus segera diterapi dengan pemberian glukosa oral
glukagon tersebut sama dengan pemberian glukosa 10-20 g dalam bentuk larutan. Bila glukosa oral tidak dapat
intravena. Bila pasien sudah sadar pemborian glukagon diberikan, pemberian glukagon I mg i.m atau 75-100 ml
harus diikuti dengan pemberian glukosa oral 20 g dan larutan glukosa intravena 20oh mentpakan terapi yang
dilanjutkan dengan pemberian 40 g karbohidrat dalam efektif.
bentuk tepung untuk mempertahankan pemulihan. Pada
keadaan puasa yang panjang atau hipoglikemia yang
diinduksi alkohol, pemberian glukagon mungkin tidak REFERENSI
efektif. Efelctifrtas glukagon tergantung dari stimulasi
glikogenolisis yang terjadi. Amiel SA. 'Iatrogenic Hipoglikemia. In: Joslin's Diabetes Mellitus,
Kahn CR, Wear GC, King GL, Jacobson AM, Moses AC, Smith
Glukosa intravena. Glukosa intravena harus diberikan RJ (Eds.), Lippincot Williams & Wilkinson, p. 671-86, 2005
dengan berhati-hati. Pemberian glukosa dengan konsentrasi Clement SC, Braithwaite SS, Magee MR Ahmann A, Smith EP et al.
50% terlalu toksik untuk jaringan dan 75-100 ml glukosa Management of Diabetes and Hyperglycemia in Hospitals.
20Yo atau 150-200 ml glukosa l)Yo dianggap lebih aman. Diabetes Care 2004; 27 :553-91.
Ekstravasasi glukosa 50%o dapat menimbulkan nekrosis Cryer PE, Davis SN, Shamoon H. Hypoglycemia in Diabetes.
yang memerlukan amputasi. Diabetes:Care 2003 ; 26:19O2-12
Heller SR. Hipoglikemia and diabetes. In:Textbook of Medicine,
Pickup GC and Williams G (Eds.), Blackwell Publishing, 33"1-
33.19,2003
KESIMPULAN Peacey SR, Rostami-hodjegan A, George E, Tuoker GT, Hellor SR.
The use of tolbutamid-indrrced hypoglycemia to examine the
intra islet role of insulin in mediating glucagon release n normal
Untuk mencegah timbulnya komplikasi menahun, ancaman
humans. J Clin eudocrinol Metab 1997; 82: 1458-61
timbulnya hipoglikemia merupakan faktor limitasi utama
The Diabetes Control and Complication Trials Researoh Group.
tlalam kendali glikemi pada pasien DMT I dan DMT 2 The Effect of intensive treatrnent of diabetes on the
yang mendapat ter4p.i insulin. Dengon mengenal gejala development and progression of long-term complications in
awal hipoglikemia pasien.dan keluarga dapat mencegah insulin-dependent diabetes mellitus. N Engl J Med 1993; 329:
kejadian hipoglikernia yang lebih berat. Ketidakmampuan 683 -9
pasien mengenal gejala dini hipoglikemia (hipoglikemia UK Prospective Diabetos Study (UKPDS) Group. Intgnsive
un aw ar eness) menyebabkan pasien rentan terhadap blood-glucose controi with sulfonyluqea or insulin cor4pared
with conventional treatment and risk of complications in
kejadian hipoglikemia. Hipoglycemia unawan4eness timbul
patient with type 2 diabetes. Lancet 1998;152: 857-3.
akibat gangguan respon fisiologis simpatoadrenal dan
297
KETOASIDOSIS DIABETIK
Pradana Soewondo

Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan pasien KAD usia muda, umumnya dapat dihindari dengan
dekompensasi-kekacauan metabolik yang ditandai oleh diagnosis cepat, pengob atan y ang tepat dan rasional, serta
trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama memadai sesuai dengan dasar patofisiologinya. Pada
disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif. pasien kelompok usia lanjut, penyebab kematian lebih
KAD dan hipoglikemia merupakan komplikasi akut sering dipicu oleh faktor penyakit dasarnya.
diabetes melitus (DM) yang serius dan membutuhkan
pengelolaan gawat darurat. Akibat diuresis osmotik, KAD
biasanya mengalami dehidrasi berat dan bahkan dapat
sampai menyebabkan syok.
Tahun Jumlah Kasus Angka
Kematian %
'1983
EPIDEMIOLOGI - 84 ( 9 bulan) 14 31,4
1984 - 88 (48 bulan) 55 40
1995 ( 12 bulan) 17
Data komunitas diAmerika Serikaq Rochester menunjukkan 1997 ( 6 bulan) 23 18,7
1998 - 99 ( 12 bulan) 37 51
bahwa insidens KAD sebesar 8 per 1000 pasien DM per
tahun untuk semua kelompok umur, sedangkan untuk
kelompok usia di bawah 30 tahun sebesar 13,4 per 1000 Dari data yang ada tampak bahwa jumlah pasien KAD
pasien DM per tahun. Walaupun data komunitas di dari tahun ke tahun relatiftetap/tidakberkurang dan angka
Indonesia belum ada, agaknya insidens KAD di kematiannyajuga belum menggembirakan. Mengingat 80%
Indonesia tidak sebanyak di negara Barat, mengingat pasien KAD telah diketahui menderita DM sebelumnya,
prevalensi DM tipe-1 yang rendah. Laporan insiden KAD upaya pencegahan sangat berperan dalam mencegah KAD
di Indonesia umumnya berasal dari data rumah sakit, dan dan diagnosis dini KAD.
terutama pada pasien DM tipe-2.
Di negara maju dengan sarana yang lengkap, angka
kematian KAD berkisar antarag-l}Yo,sedangkan di klinik FAKTOR PENCETUS
dengan sarana sederhana dan pasien usia lanjut angka
kematian dapat mencapai25-50%. Angka kematian KAD Ada sekitar 20o/o pasien KAD yang baru diketahui
di RS Dr. Cipto Mangunkusumo dari tahun ke tahun menderita DM untuk pertama kali. Pada pasien KAD yang
tampaknya belum ada perbaikan (Tabel 1). Selama periode sudah diketahui DM sebelumnya, 80%o dapat dikenali
5 bulan (January-May 2002) terdapat 39 episode KAD adanya faktor pencetus. Mengatasi faktor pencetus ini
dengan angka kematian l5oh. penting dalam pengobatan dan pencegahan ketoasidosis
Angka kematian menjadi lebih tinggi pada beberapa berulang. Faktor pencetus yang berperan untuk terjadinya
keadaan yang menyertai KAD seperti sepsis, syok yang KAD adalah infeksi, infark miokard akut, pankreatitis akut,
berat, infark miokard akut yang luas, pasien usia lanjut, penggunaan obat golongan steroid, menghentikan atau
konsentrasi glukosa darah awal yang tinggi, uremia dan mengurangi dosis insulin. Sementara itu 20% pasien KAD
konsentrasi keasaman darah yang rendah. Kematian pada tidak didapatkan faktor pencetus.

906
reTOASIDOSISDIABETIK
1907

Menghentikat alau mengurangi dosis insulin dihasilkan adenin trifosfat (ATP) yang merupakan sumber
merupakan salah satu pencetus terjadinya KAD. Data seri energi utama sel.
kasus KAD tahun 1998-99 di RS Dr. Cipto Mangunkusumo Resistensi insulin juga berperan dalam memperberat
menunjukkan 5olo kasus menyuntik dosis insulin kurang. keadaan defisiensi insulin relatif. Meningkatnya hormon
Musey et al melaporkan 56 kasus KAD negro Amerika kontra regulator insulin, meningkatnya asam lemak bebas,
yang tinggal di daerah perkotaan. Di antara 56 kasus hiperglikemia, gangguan keseimbangan elektrolit dan
tersebut, 75%o telah diketahui DM sebelumnya dan 67oh asam-basa dapat mengganggu sensitivitas insulin
faktor pencetusnya adalah menghentikan dosis insulin.
Adapun alasannya adalah sebagai berikut: 50% tidak
mempunyai uang untuk membeli, 2lYo nafsu makan PERANAN INSULIN
menurun, l4o/o masalah psikologis, 14% tidak paham
mengatasi masa-masa sakit akut. Pada seri kasus di atas Pada KAD terjadi defisiensi insulin absolut atau relatif
55% menyadai adanya gejala hiperglikemia, walaupun terhadap hormon kontra regulasi yang berlebihan
demikian hanya 5o/o yang menghubungi klinik diabetes (glukagon, epinefrin, kortisol, dan hormon pertumbuhan).
untuk mengatasi masalah tersebut. Defisiensi insulin dapat disebabkan oleh resistensi
insulin atau suplai insulin endogen atau eksogen yang
berkurang. Defisiensi aktivitas insulin tersebut,
PATOFISIOLOGI menyebabkan 3 proses patofrsiologi yang nyata pada 3
organ, yaitu sel-sel lemak, hati, dan otot. Perubahan yang
KAD adalah suatu keadaan di mana terdapat defrsiensi terjadi terutama melibatkan metabolisme lemak dan
insulin absolut atau relatif dan peningkatan hormon kontra karbohidrat (Gambar 1).
regulator (glukagon, katekolamin, kortisol dan hormon
pertumbuhan) ; keadaan tersebut menyebabkan produksi
glukosa hati meningkat dan utilisasi glukosa oleh sel tubuh
menurun, dengan hasil akhir hiperglikemia. Keadaan
hiperglikemia sangat bervariasi dan tidak menentukan
berat-ringannya KAD. Adapun gejala dan tanda klinis
KAD dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu
(Gambarl):
. akibathiperglikemia
. akibat ketosis
Walaupun sel tubuh tidak dapat menggunakan glukosa,
sistem homeostasis tubuh terus teraktivasi untuk
memproduksi glukosa dalam jumlah banyak sehingga
terjadi hiperglikemia. Kombinasi defisiensi insulin dan
peningkatan konsentrasi hormon kontra regulator terutama Gambar 1. Patofisiologi KAD
epinefriq mengaktivasi hormon lipase sensitif pada j aringan
lemak. Akibatrya lipolisis meningkat, sehingga terjadi
peningkatan produksi benda keton dan asam lemak bebas
Peranan Glukagon
secara berlebihan. Akumulasi produksi benda keton oleh
sel hati dapat menyebabkan metabolik asidosis. Benda Di antara hormon-hormon kontraregulator, glukagon yang
keton utama ialah asam asetoasetat (AcAc) dan 3 beta paling berperan dalam patogenesis KAD. Glukagon
hidoksi butirat.(3HB); dalam keadaan normal konsentrasi menghambat proses glikolisis dan menghambat
3HB meliputiT 5-85% dan aseton darah merupakan benda pembentukan malonyl CoA. Malonyl CoA adalah s;rlat:.t
keton yang tidak begitu penting. Meskipun sudah tersedia penghambat c arnitine acyl transferases (CPT I dan 2) yang
bahan bakar tersebut sel-sel tubuh masih tetap lapar dan bekerja pada transfer asam lemak bebas ke dalam
terus memproduksi glukosa. mitokondria. Dengan demikian peningkatan glukagon akan
Hanya insulin yang dapat menginduksi transpor merangsang oksidasi beta asam lemak dan ketogenesis
glukosa ke dalam sel, memberi signal untuk proses (Gambar2).
perubahan glukosa menjadi glikogen, menghambat Pada pasien DM tipe l, konsentrasi glukagon darah
lipolisis pada sel lemak (menekan pembentukan asam lemak tidak teregulasi dengan baik. Bila konsentrasi insulin
bebas), menghambat glukoneogenesis pada sel hati serta rendah maka konsentrasi glukagon darah sangat
mendorong proses oksidasi melalui siklus Krebs dalam meningkat serta mengakibatkan reaksi kebalikan respons
mitokondria sel. Melalui proses oksidasi tersebut akan insulin pada sel-sel lemak dan hati.
1908 ,MplAEOrilSUr*D9I(REr

kebanlaakan,pasienr tak m€ng4lami. denram. rBila drjumpai


adanya,nyeri abdomen, perlu dipikirkan,ksmungkiqan
kolesistitis, iskemia, usus, apendisi[is, divertikulitis,, atau
Glikogen
perforasi usr.r.s. Bila, ternyata pasien tidak menunjukkan
I respons yang"baik terhadap pengobatan,KAD, maka perlu
+
Glukosa-6:POa dicari, kemungkinan infeksi tersembunyi (sinusitis, ab ses
gigi, absesperirektal).

DIAGNOSIS

Ketoasidosis diabetik perlu dibedakan dengan ketosis


Gambar 2. Proses ketogenesis di rhati
diab.etik ata.upun hiperglikemia hiperosmolar nonketotik.
Beratnya hiperglikemia,.ketonemia, dan asidosis dapat
Hormon .Kontra Regulator tlnsu lin rLai.n dipakai dengan kriteria diagnosis fAD (.Tabel 2).
Konsentr.asi epinefrin dan kortisol.darah meningkat pada Walaupun demikian penilaian kasrls per kasus selalu
KAD. Hormon perturribuhan (GH)"pada;awa1 terapi K,AiD diperlukan untuk menegakkan diagnosis.
konsentrasinya kadang=kadang meningkat dan lebih Langkah pertama yang harus diambil pada pasien
meningkat lagi dengan pemberian insulin. dengan KAD terdiri dari anamnesis dan perneriksaan fisik
,Keadaan stres sendiri meningkatkan honnon kontra yang cepatrdan teliti dengan terutama memperhatikan
regulasi yatg pada akhirnya akan menstimulasi patensi jalan napas, status mental, status ginjal dan
pembenfukan benda,benda keton, glukoneogenesis serta kardiovaskular, dan status hidrasi. I.augkah-langkah ini
potensial sebagai'pencetus KAD. Sekali proses KAD harus dapat meuentukarr jenis. pemeriksaan laboratorium
terjadi maka akan terjadi stres yang berkepanjangan. yang harus sqgera dilakukan, sehingga penatalaksanaan
dapat sggerar dimulai tanpa 4lanya penunda.an.
Pemeriksaan laboratorium yang paling penting dan
GEJALA KLINIS mudah uutuk segera dilakukan setelah dilakukannya
anamnesis dan pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan
Sekitar 80% pasien KAD adalah pasien DM yang sudah konsentrasi glukosa darah dengan glucose sticks dalt
dikenal. Kenyataan ini tentunya sangat membantu untuk pemeriksaan urine dengan menggunakan urine strip wfiuk
mengenali KAD akan lebih cepatsebagdikomplikasi akut melihat secara kualitatifjumlah glukosa, keton, nitrat, dan
DM dan segera mengatasinya. leukosit dalam urine. Pemeriksaan labor.atonum leqgkap
Sesuai dengan patofisiologi KAD, maka pada pasien untrrk dapat menilai.karakteristik dan tingkat keparahan
KAD dijumpai pemapasan.cepat dan dalam (Kussmaul), KAD meliputi konsentrasi HCOy anion gap, pH darah dan
berbagai derajat dehidrasi (turgor kulit berkurang, lidah juga idealpya dilakukan pemeriksaan konsentrasi AcAc
dan bibir kering), kadang-kadang disertai hipovolemia dan laktat serta 3HB.
sampai syok. Bau aseton dari hawa napas tidak terlalu
mudahtercium.
Areataeus menjelaskan gambaran klinis,KAD sebagai Kadarglukosa >25Omg%
berikut keluhan poliuri dan polidipsi sering kali mendahului pH<7,35
.HC03 rendah
KAD serta didapatkan riwayat berhenti menyuntik
:Anion gap yang,ti4ggi
insulin, demam, atau infeksi. Muntah-muntah merupakan Keton serum positif
gejala yang sering dijumpai terutama pada,KliD anak.
Dapatpula dijumpai nyeriperut yangmenonjol dan hal itu
berhubungan dengan gastroparesis-dilatasi lambung.
Derajat kesadaran pasien dapat dijumpai mulai kompos FRINSIPPENGOBATAN
mentis, delirium, atau depresi sampai dengan koma. Bila
dijumpai kesadaran koma perlu dipikirkan penyebab Begitu mas.alah diagnosis KAD ditegakkan, segera
penurunan kesadaran lain (misalnya uremia, trauma, pengelolaan dimulai. Pengelolaan KAD tentunya
infeksi, minum alkohol). berdasarkan patofisiologi dan patogenesis penyakit,
Infeksi merupakan faktor pencetus yang paling sering, merupakan terapi titerasi, sehingga qebaiknya dirawat di
Di RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, faktor ruaqg perawatan intensif. Prinsip:prinsip pengelolaan
pencetus infeksi didapatkan sekitar 80%. Infeksi yang KAD ialah : l). penggantian cairan dan garam yang
sering ditemukan ialah infeksi saluran kemih dan hilaqg; 2). menekan lipolisis sol lemak d.an menekan
pneumonia.Walaupun faktor pencetusnya adalah infeksi, glukoneogenesis .sel hati dengan pemb€rian insulin;
1909
I(EIIOASIDO$SI'IABE-TIK

3). mengatasi stres sebagai pencetus KAD; 4)' glukosa untuk mencegah hipoglikemia. Kesalahar yattg
mengembalikan ksadaan, fisiologi norma'L dan menyadari iering terjadi ialah penghentian drip insulin lebih awal
pentingnya pemantauan serta penyesuaian pengobatan' sebelum klirens benda keton darah cukup adekuat tanpa
Pengobatan K-AD tidak terlalu'mmit. dda 6 hat yang konversi ke insulin kerja panjang.
harus diberikan; 5 dil antaranya ialah: cailan', gararll., Tujuan
insulin, kalium, dan glukosa. Sedangkan yang terakhir mencapai
tetapi sangat rnenenflrl<afl. adalah asuhan keperawatarr' Di mengatasi
sini diperlukari kecermatan dalarn evaluasi sampai keadaan konsentra
KAD teratasi dan stabil. diteruskan dan untuk mencegah hipoglikemia diberi cairan
mengandung glukosa sampai asupan kalori oral pulih
kernbali.
Cairan
Di RS Dr. Cipto Mangunkusumo cara pengobatan KAD
Untuk rnengatasi dehidrasi digunakan larutan garam
fi siologis. Berilasarkafl perkiraan hilangnya cairan pada
KAD mencapai 1'00 mI per kg berat badan, maka pada jam
pertama diborikan I sampai 2 liter, jam kedua diberikan I
liter dan'selanjutnya sesuai protokol. Ada dua keuntungan
kejadian hipoglikemia 3,6-7,1o/o dankejadian hipokalemia
rehidrasi pada KAD: memperbaiki perfusi jaringan dan
menurunkan horrnon kontraregulator insulin' Bila
7,LYo.

konsentrasi glukosa kurang dari 200 mgolo maka perlu


diberiltntr larutan rrengandung glukosa (dekstrosa 5olo atau
Kalium
rcra Pada awal KAD biasanya konsentrasi ion K serum
meningkat. Hiperkalemia yang fatalsangat jarang dan bila
lnsulin terjadi harus segera diatasi dengan pemberian bikarbonat'
Terapi Insulin harus segera dimulai sesaat setelah Bilapada eleklrokardiogram ditemukan gelombang T yang
diagnosis KAD dan rehidrasi yang memadai. Pemberian tinggi, pemberian cairan dan insulin dapat segera
insulin akan menurunkari konsentrasi hormon glukagon,
sehingga dapat menekan produksi benda keton di hati,
pelepasan asain leniak bebas dari jaringan lemak, pelepasan
asam arnino dari jaringan otot dan meningkatkan utilisasi
glukosa oleh jaringan. KAD, ionKbergerakke luar sel dan selanjutrryadfteluarkan
Sampai tahun 1970-an penggunaan insulin umumnya melalui urin. Total defrsit K yang terjadi selama KAD
secara bolus melalui intravena, intramuskular, ataupun diperkirakanmencapai 3-5 mEq/kg BB. Selamaterapi KAD
subkutan. Sejak pertengahn tahun 1970-an protokol ion f
kembali ke dalam sel. Untuk mengantisipasi
pengelolaan KAD dengan drip insulin intravena dosis masuknya ion K ke dalam sel serta mempertahankan
rendah mulai digunakan dart menjadi popular. (Soken et al, konsentrasi K serum dalambatas normal, perlu pemberian
lg72). Cara irti dianjurkan oleh karena lebih mudah kalium. Pada pasien tanpa gagal ginjal serta tidak
ntengontrol dosis insulirl, menurunkan konsentrasi ditemukarmya gelombang T yang lancip dan tinggi pada
glukosa darah lebih lambat, efek insulin cepat menghilang, elektrokardiogram, pemberian kalium segera dimulai setelah
masuknya kalium ke intrasel lebih lambat, komplikasi jumlah urin cukuP adekuat.
hipoglikemia dan hipokalemia lebih sedikit. Butkeiwicz e/
al menSanalisis data pengobatan KAD sebelum dan Glukosa
sesudah tahun 1970 dan melaporkan bahwa pemberian
Setelah rehidrasi awal 2 jampertama, biasanya konsentrasi
insulin kontinu secara irltravena lebih jarang menyebabkan
glukosa darah akan turun. Selanjutnya dengan pemberian
hipoglikemia dibandingkan cara bolus. Sedangkan untuk
insulin diharapkan terjadi pemrrunan konsentrasi glukosa
hipokalemia tldak berbeda.
sekitar 60 mgYoljam. Bila konsenhasi glukosa mencapai
Efek kerja insulin terjadi dalam beberapa menit setelah
<200mg%omaka dapat dimulai infus mengandung glukosa'
insulin berikatan dengan reseptot. Kemudian reseptor yang
Perlu ditekankan di sini bahwa tujuan terapi KAD bukan
telah berikatan akan mengalami intemalisasi dan insulin
untuk menormalkan konsentrasi glukosa tetapi untuk
akan mengalami destruksi. Dalarn keadaan hormon
menekan ketogenesis.
kontraregulator masih tinggi dalam darah, dan untuk
mencegah terj adinya lipolisis dan ketogenesis, permberian
insulin tidak boleh dihentikan tiba-tiba dan perlu dilanjutkan Bikarbonat
beberapa jam setelah koreksi hiperglikemia Iercapai Terapi bikarbonat pada KAD menjadi topik perdebatan
bersamaan dengan pemberian larutan menganndung selama beberapa tahun. Pemberian bikarbonat'hanya
1910 MEXABOIJI(ENT'OIRIN

dianjurkan pada KAD yang berat. Adapun alasan keberatan pada saatpenyandang DM mengalami sakit akut (misalnya
pemberian bikarbonat adalah: l. menurunkan pH batukpilek, diare, demam, luka).
intraselular akibat difusi CO2yangdilepas bikarbonat, 2. Upaya pencegahan merupakan hal yang penting pada
efek negatif pada dissosiasi oksigen di jaringan, 3. penatalaksanaan DM secara komprehensif. Upaya
hipertonis dan kelebihan natrium, 4. meningkatkan insidens pencegahan sekunder untuk mencegah terjadinya
hipokalemia, 5. gangguan fungsi serebral, dan 6. terjadi komplikasi DM kronik dan akut, melalui edukasi sangat
alkaliemia bila bikarbonat terbentuk dari asam keto penting untuk mendapatkan ketaatan berobat pasien yang
Saat ini bikarbonat hanya diberikan bila pH kurang dari baik.
7,1 walaupun demii<ian komplikasi asidosis laktat dan Khusus mengenai pencegahan KAD dan hipoglikemia,
hiperkalemi yang mengancam tetap merupakan indikasi program edukasi perlu menekankan pada cara-cara
pemberian bikarbonat. mengatasi saat sakit akut, meliputi informasi mengenai
pemberian insulin kerja cepat, target konsentrasi glukosa
darah pada saat sakit, mengatasi demam dan infeksi,
PENGOBATAN UMUM memulai pemberian makanan cair mengandung karbohidrat
dan garam yang mudah dicema, Yang paling penting ialah
Di samping hal tersebut di atas pengobatan umum tak kalah agar tidak menghentikan pemberian insulin atau obat
penting. Pengobatan umum KAD terdiri atas : l). antibiotik hipoglikemia oral dan sebaiknya segera mencari
yang adekuat, 2). oksigenbllapO2< 80 mmHg,3). heparin pertolongan atau nasihat terraga kesehatan yang
bila ada DIC atau bila hiperosmolar (>380 mOsm/l) profesional.
Pasien DM harus didorong untuk perawatan mandiri
terutama saat mengalami masa-masa sakit, dengan
PEMANTAUAN melakukan pemantauan konsentrasi glukosa darah dan
keton urin sendiri. Di sinilah pentingnya edukator diabe-
Pemantauan merupakan bagian yang terpenting dalam tes yang dapat membantu pasien dan keluarga, terutama
pengobatan KAD mengingat penyesuaian terapi perlu pada keadaan sulit.
dilakukan selama terapi berlangsung. Untuk itu perlu
dilaksanakan pemeriksaan : l). konsentrasi glukosa darah
tiap jam dengan alat glukometer;2). elektrolit setiap 6 jam PENUTUP
selama24 jam selanjutnya tergantung keadaan; 3). analisis
gas darah; bila pH< 7 waktu masuk periksa setiap 6 jam Telah dibicarakan mengenai insidens, patofisiolo gi, gej ala
sampai pH >7,1 selanjubrya setiap hari sampai stabil; 4). klinis, dan diagnosis KAD. Prinsip pengobatan KAD ialah
tekanan darah, nadi, frekuensi pernapasan dan temperatur pemberian cairan,menekan lipolisis dan glukoneogenesis
setiap jam; 5). keadaan hidrasi, balans cairan;6). waspada dengan pemberian insulin, mengatasi stres, serta
terhadap kemungkinan DIC. pemantauan yang ketat. Komplikasi iatrogenik dapat
Agar hasil pemantauan efektif dapat digunakan lembar dicegah dengan pemantauan cermat dengan menggunakan
evaluasi penatalaksanaan ketoasidosis yang baku. lembar penatalaksanaan ketoasidosis diabetik yang baku.
Program edukasi DM, khususnya bagaimana penyandang
DM menghadapi sakit akut, dapat mencegah KAD ataupun
KOMPLIKASI KAD berulang.

Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi selama


pengobatan KAD ialah sebagai berikut edema paru, REFERENSI
hipertrigliseridemia, infark miokard akut dan komplikasi
iatrogenik. Komplikasi iatrogenik tersebut ialah
Batubara M. Faktor-faktor yatg mempengaruhi hasil
hipoglikemia, hipokalemia, hiperkloremia, edema otak dan penatalaksanaan ketoasidosis diabetik di UPF Penyakit Dalam
hipokalsemia. RSCM tahun 1984-88. Makalah akhir FKUI 1989.
Butkeiwicz EK, Leibson CL, O'Brien PC, Palumbo PJ, Rizza RA.
Insulin therapi for diabetecs ketoacidosis: bolus insulin injec-
PENCEGAHAN tion continuos insulin infusion. Diabetes Caare 1995;188: 1187-
1 190.
Delaney MF, Zisman A and Kettyle WM. Diabetic ketoacidosis and
Faktor pencetus utama KAD ialah pemberian dosis insu-
hyperglycemic hyperosmolar nonketotic syndrome. Endocri-
lin yang kurang memadai dan kejadian infeksi. Pada nology and Metab Clin of North Am 2000; 29: 683-705.
beberapa kasus, kejadian tersebut dapat dicegah dengan Fleckman AM. Diabetic Ketoacidosis. Endokrinol and Metab
akses pada sistem pelayanan kesehatan lebih baik Cin of North Am 1993; 232: 183-205.
(termasuk edukasi DM) dan komunikasi efektif terutama Fulop M, Muthy V, Michilli A, Nalamati J, Qian Q and Saitowitz A.
1911
IGTOASIDOSISDIABETIK

Serum b-hydroxybutyrate measurement in patients with uncon- 74 di RSCM. Naskah Lengkap KOPAPDI III Bandung,
trolled diabetes mellitus. Arch Intern Med 1999; 159: 381-4' 197 5 .p.128-35 .

Kitabchi AE, Umpierrez GE, Murphy MB, Barrett EJ, Kreisberg Soewondo P. Ketoasidosis Diabetik. In: Penatalaksanaan Kedaruratan
RA, Malone JI et al. Management of hyperglycemic crises in di Biclang Ilmu Penyakit Dalam. Prosiding Simposium, April
2 000.
patients with diabetes. Diabetes Care 2001; 24(l):131-53'
K:uzuya T. Diabetic Ketoacidosis and Non-ketotic Hyperglycemia' Supartondo. Ketoasidosis. Dalam: Sjaifoellah Noer MH et al' ed'
Dalam: Turtle JR, Kaneko T dan Osato S ed. Diabetes in the Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I, edisi ketiga lakarta,
new millennium. The endocrinology and Diabetes Research Balai penerbit FKUI, 1996: 622-626.
Foundation of The University of Sydney. Sydney 1999: 297- Suyono S, Waspa ji S, Soegondo S' Ranakusuma AB, Supartondo,
305. Sukaton U. Pengalaman pengobatan ketoasidosis Diabetik dengan
Musey VC, lee JK, Crowford R, Klatika MA, Adam DM, Philips LS' Infus Insulin Dosis Rendah. Dalam: Markum MS et al' ed, Naskah
Diabetes in Urban African-Americans. Cessation of Insulin lengkap KOPAPDI VI. 1984: 1004-14.
Therapy is the Major precipitating Cause of Diabetic Ketoaci- Thompson CJ, Cumming F, Chalmers J, Newton RW' Abnormal
dosis. Diabetes Cate 19995;184: 483-89' Insulin Treatment Behaviour: a Major Cause of Ketoasidosis in
Noor R. Makalah akhir FKUI 2000 the Young Adult. Diabetic Medicine 1995;12: 429-432 Ameri-
PERKENL Konsesus pengeloaan Diabetes Melitus di Indonesia' can Diabetes Association. Hyperglycemia crises in patients with
Denpasar 1998. diabetes mellitus. Diabetes Care 2001; 24(l): 154-60'
Protokol ketoasidosis Diabetik. Prosedur pelayanan baku lnstalasi Wiggam MI, O'Kane MJ, Harper R, Atkinson AB, Hadden DR'
Gawat Darurat RSUP Nasional Cipto Mangunkusumo-Jakarta, Trimble ER et al. Treatment of diabetic ketoacidosis using
1997 .
normalization of blood b-hydroxybutyrate concentration as the
Ranakusuma AB, Suyono S, Supartondo. Pengobatan Ketoasidosis endpoint of emergency management. Diabetes Cere 1997;,20(9):
Diabetikum dengan skema sederhana pada periode tahun 1971- 1347 -52.
298
KOMA HIPEROSMOLAR HIPERGTIKEMIK
NON KETOTIK
Pradana Soewondo

Keto asidosis diabetik (KAD) dan koma hiperosmolar EPIDEMIOLOGI


hiperg{ikemik non ketotik (HHNK) merupakan komplikasi
akut/ emergensi Diebetes Melitus (DM). Sindrom HHNK Data di Amerika menunjukkan bahwa insidens HHNK
ditandai oleh hiperglikemia, hiperosmolar tanpa disertai sebesm 17 ,5 per 100.000 parduduk. Insiden ini sedikit lebih
adanya ketosis. Gejala klinis utama adalah dehidrasi berat, tinggi dibanding insiden KAD. HHNK lebih sering
hiperglikemia berut dan seringkali disertai gangguan ditemukan pada perempuan dibandingkan dengan lakiJaki.
neurologis dengan atau tanpa adanya ketosis. HHNK lebih sering ditemukan pada orang lanjut usia,
Perjalanan klinis HHNK biasanya berlangsung dalam dengan rala-rala usia onset pada dekade ketujuh. Angka
jangka waktu tertentu (beberapa hari sampai beberapa mortalitas pada kasus HHNK cukup tinggi, sekitar lO-20%.
minggu), dengan gejala khas meningkatnya rasa haus
disertai poliuri, polidipsi dan penurunan berat badan. Koma
hanya ditemukan kurang dari I 0% kasus. FAKTORPENCETUS
Ditinjau dari sudut patofisiologi, HHNK dan KAD
merupakan suatu spektrum dekompensasi metabolik pada HHNK biasanya te{adi pada orang tua dengan DM, yang
pasien diabetes; yang berbed a adalahawitan (onset),derajat mempunyai penyakit penyerta yang mengakibatkan
dehidrasi, dan berabrya ketosis. (Tabel l) menurunnya asupan makanan.r Faktor pencetus dapat
dibagi menjadi enam kategori: infeksi, pengobatan,
noncompliance, DM tidak terdiagnosis, penyalahgunaan
obat, dan penyakit penyerta (Tabel 2). Infeksi merupakan
penyebab tersering (57.1%). Compliance yang buruk
Kadar clukosa >250 >250 >250
terhadap pengobatan DM juga sering menyebabkan
> 600
Plasma (mri/dL) HHNK(21%).
Kadai pH arteri 7,25-7,30 7,O0-7,24 <7,00 > 7,30
Kadar Bikarbonat 15-18 10-<15 <10 > 15
Serum (mEq/L)
Keton peda Urlrle Positif Positif positif SedikiU PATOF!SIOLOGI
atau Serum negatif
Osmolaritas Serum Beruariasi Bervariasi Beruari > 320
Efektif (mosrh/ko) a3t
Faktor yang memulai timbulnya HHNK adalah diwesis
Anion gap > 10 12
> >'12 Beruariasi glukosuria. Glukosuria mengakibatk an kegagalan pada
Kesaderan Sadar Sadar, Stupor, Stupor, kemampuan ginjal dalam mengkonsentrasikan urin, yang
drowsy koma koma
akan semakin memperberat derajat kehilangan air. pada
Dikutip dari Kitabchi AE, Umpierrez GE, Murphy MB, Barrett EJ, Kreisberg
RA, i,{alone Jl, et al. Hyperglycemic crises in diabetes. Diabetes Care keadaan normal, ginjal berfirngsi mengeliminasi glukosa
2004;27(suppl 1 ):S95.
di atas ambang batas tertentu. Namun demikian, penurunan
volume intravaskular atau penyakit ginjal yang telah ada

9
KOMA HIPEROSMOIAR HIPERGLIKEMIK NON I(ETOTIK 1913

hilangnya cairan intravaskular menyebabkan keadaan


hiperosmolar. Keadaan hiperosmolar ini memicu sekresi
Penyakit Penyerta Pengobatan
lnfark miokard akut Antagonis kalsium hormone anti diuretik. Keadaa hiperosmolar ini juga akan
Tumor yang Obat kemoterapi memicu tirnbulnya rasa haus.
menghasilkan hormon Klorpromazin (thorazine) Adanya keadaan hiperglikemia dan hiperosmolar ini
adrenokortikotropin Simetidin (tagamet)
j ika kehilangan cairan tidak dikornpensasi dengan masukan
Kejadian Diazoxid (hyperstat)
serebrovaskular Glukokortikoid cairan oral maka akan timbul dehidrasi dan kemudain
Sindrom cushing Loop diuretics hipovolemia. Hipovolemia akan mengakibatkan hipotensi
Hipertermia Olanzapin (zyprexa)
dan nantinya akan menyebabkan gangguan pada perfusi
Hipotermia Fenitoin (dilantin)
Trombosis mesenterika Propranolol (inderal) jaringan. Keadaan koma merupakan suatu stadium terakhir
Pankreatitis Diuretik tiazid dari proses hiperglikemik ini, dimana telah timbul gangguan
Emboli paru Nutrisi parenteral total elektrolit berat dalam kaitannya dengan hipotensi.
Gagal ginjal Noncompliance
Luka bakar berat Penyalahgunaan obat
Tirotoksikosis Alkohol
lnfeksi Kokain
GEJALA KLINIS
Selulitis DM tidak terdiagnosis
lnfeksi gigi
Pneumonia Pasien dengan HFINK, umumnya berusia lanjut, belum
Sepsis diketahui mempunyai DM, dan pasien DM tipe-2 yang
lnfeksi saluran kemih
mendapat pengaturan diet dan atau obat hipoglikemik oral.
Dikutip dari Stoner, Hyperglycemic hyperosmolar state, American
Academy of Family Physician, http://www.aafp.org/afpl20050501
Seringkali dijumpai penggunaan obat yang semakin
11723 html memperberat masalah, misalnya diuretik.
Keluhan pasien IIHNK ialah: rasa lemah, gangguan
sebelumnya akan menurunkan laju filtrasi glomerular, penglihatan, atau kaki kejang. Dapat pula ditemukan keluhan
menyebabkan konsentrasi glukosa meningkat. Hilangnya rmral dan muntah, namun lebih jarang jika dibandingkan
air yang lebih banyak dibanding natrium menyebabkan dengan KAD. Kadang, pasien datang dengan disertai keluhan
keadaan hiperosmolar. Insulin yang ada tidak cukup untuk saraf seperti letargi, disorientasi, hemiparesis, kejang atau
menurunkan konsentrasi glukosa darah, terutama jika koma-
terdapat resistensi insulin. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda
Tidak seperti pasein dengan KAD, pasien HHNKtidak dehidrasi berat seperti hrgor yang buruk, mukosa pipi
mengalami ketoasidosis, namun tidak diketahui dengan yang kering, mata cekung, perabaan ekstremitas yang
jelas alasannya. Faktor yang diduga ikut berpengaruh dingin dan denyut nadi yang cepat dan lemah. Dapat pula
adalah keterbatasan ketogenesis karena keadaan ditemukan peningkatan suhutubuhyang tak terlalu tinggi.
hiperosmolar, konsentrasi asam lemak bebas yang rendah Akibat gastroparesis dapat pula dijumpai distensi abdo-
untuk ketogenesis, ketersediaan insulin yang cukup untuk men, yang membaik setelah rehidrasi adekuat.
menghambat ketogenesis namun tidak cukup untuk Perubahan pada stafus m€ntal dapat berkisar dari
mencegah hiperglikemia, dan resistensi hati terhadap disorientasi sampai koma. Derajat gangguan neurologis
glukagon. yang timbul berhubungan secara langsung dengan
Tidak tercukupinya kebutuhan insulin menyebabkan osmolaritas efektif serum. Koma terjadi saat osmolaritas
timbulnya hiperglikemia. Penurunan pemakaian glukosa semmmencapai lebih dari 350 mOsmperkg (350 mmolper
oleh jaringan perifer termasuk oleh sel otot dan sel lemak, kg). Kejang ditemukan pada25%opasien, dan dapat berupa
ketidakmampuan menyimpan glukosa sebagai glikogen kejang umum, lokal, maupun miokJonik. Dapat juga terjadi
pada otot dan hati, dan stimulasi glukagon pada sel hati hemiparesis yang bersifat reversibel dengan koreksi defisit
untuk glukoneo gsnesis mengakibatkan semakin naiknya calran.
konsentrasi glukosa darah. Pada keadaan dimana insulin Secaraklinis HHNK akan sulit dibedakan denganKAD
tidak mencukupi, maka besarnya kenaikan konsenffasi terutama bila hasil laboratorium seperti konsentrasi glukosa
glukosa darah juga tergantung dari status hidrasi dan darah, keton dan analisis gas darah belum ada hasilnya.
masukan karbohidrat oral. Berikut di bawah ini adalah beberapa gejala dan tanda
Hiperglikemia mengakibatkan timbulnya diuresis sebagai pegangan :
osmotik, dan rnengakibatkan menurunnya cairan tubuh . Sering ditemukan pada usia lanjut yaitu usia lebih dari
total. Dalam ruang vaskular, dimana glukoneogenesis dan 60 tahun, semakin muda semakin berkutang, dan pada
masukan makanan terus menambah glukosa, kehilangan anak belum pemah ditemukan.
cairan akan semakin mengakibatkan hiperglikemia dan . Hampir separuh pasien tidak mempunyai riwayat DM
hilangnya volume sirkulasi. Hiperglikemia dan atau DM tanpa insulin.
peningkatan konsentrasi protein plasma yang mengikuti . Mempunyai penyakit dasar lain, ditemukan 85% pasien
1914 MEf,ABOUKENDOKRIN

mengidap penyakit ginjal atau kardiovaskular, pernah mEq per L (145 mmol per L) dan konsentrasi glukosa darah
ditemukan penyakit akromegali, tirotoksikosis, dan I . I 00 mg per dL (61 . 1 mmol per L) maka konsentrasi natrium
penyakit Cushing.
Sering disebabkan oleh obat-obatan, antara lain tiazid, (2xsodium(mEqperL)-l-
furosemid, manitol, digitalis, reserpin, steroid, W
klorpromazin, hidralazin, dilantin, simetidin dan halo- koreksi:
peridol (neuroleptik). Untuk menghitung osmolaritas serum efektif dapat
Mempunyai faktor pencetus misalnya infeksi, penyakit digunakan rumus:
kardi ovaskular, aritmia, p endarahan, gang guan
keseimbangan cairan, pankreatitis, koma hepatik dan
(2 x 150) * t.lP = 300 + 61 :361 mOsm/kg
operasi. 18

PEM ERI KSAAN LABORATORIUM Misalkan, konsentrasi natrium 150 mEqperL (150 mmol
per L), dan konsentrasi glukosa darah 1,100 mg per dL.
Temuan laboratorium awal pada pasien dengan HHNK Maka osmolaritas serum efektifnya :
adalah konsentrasi glukosa darah yang sangat tinggi
(> 600 mg per dL) dan osmolaritas serum yang tinggi
(> 320 mOsm per kg air [normal :290 + 5]), dengan pH PENATALAKSANAAN
lebih besar dari 7.30 dan disertai ketonemia ringan atau
tidak. Separuh pasien akan menunjukkan asidosis Penatalaksanaannya serupa dengan KAD, hanya cairan
metabolik dengan anion gap yang ringan (10 - 12). Jika yang diberikan adalah cairan hipotonis (l/2N, 2A).
anion gap nya berat (>12), harus dipikirkan diagnosis Pemantauan konsentrasi glukosa darah harus lebih ketat,
diferensial asidosis laktat ataupenyebab lain. Muntah dan dan pemberian insulin harus lebih cermat dan hati-hati.
penggnnaan diuretik tiazid dapat menyebabkan alkalosis Respons penurunan konsentrasi glukosa darah lebih baik.
metabolik yang dapat menutupi tingkat keparahan Walaupun demikian, angka kematian lebih tinggi, karena
asidosis. Konsentrasi kalium dapat meningkat atau nor- lebih banyak terjadi pada usia lanjut, yang tentu saja lebih
mal. Konsentrasi kreatinin, blood urea nitrogen (BUN), banyak disertai kelainan organ-organ lainnya.
dan hematokrit hampir selalu meningkat. HHNK Penatalaksanaan HHNK memerlukan monitoring ketat
menyebabkan tubuh banyak kehilangan berbagai macam terhadap kondisi pasien dan responsnya terhadap terapi
elektrolit. yang diberikan. Pasien-pasien tersebut harus dirawat, dan
Konsentrasi natrium harus dikoreksi jika konsentrasi sebagian besar dari pasien-pasien tersebut sebaiknya
glukosa darah pasein sangat meningkat. Jenis cairan yang dirawat di ruang rawat intensif atau intermediate.
Penatalaksanaan HHNK meliputi lima pendekatan: I ).
Sodium + 165 x (Glukosa darah (mg per dL) - 100) Rehidrasi intravena agresif; 2). Penggantian elektrolit; 3).
(mEqlL) 100 Pemberian insulin intravena; 4). Diagnosis dan manajemen
faktor pencetus dan penyakit penyerta; 5). Pencegahan.
diberikan tergantung dari konsentrasi natrium yang sudah
dikoreksi, yang dapat dihitung dengan rumus : Cairan
Misalkan, konsentrasi natrium hasil pemeriksaan 145 Langkah pertama dan terpenting dalam penatalaksaan
HHNK adalah penggantian cairan yang agresif, dimana
14t * 165 x (1.1_09- 100) : A5 + 16,5: 161,5 mEq/L sebaiknya dimulai dengan mempertimbangkan perkiraan
100 defisit cairan (biasanya 100 sampai 200 mL per kg, atau
totalrata-rata 9 L). Penggunaan cairan isotonik akan dapat
menyebabkan overload cairan dan cairan hipotonik
Elektrolit Hilang mungkin dapat mengkoreksi defisit cairan terlalu cepat dan
Natrium 7 - 13 mEq per kg potensial menyebabkan kematian dan lisis mielin difus.
Klorida 3-7mEqperkg Sehingga pada awalnya sebaiknya diberikan lL normal
Kalium - 15 mEq per kg
5
saline per j am. Jika pasiennya mengalami syok hipovolemilg
Fosfat 70 - 140 mmol per kg
Kalsium 50 - 100 mEq per kg mungkin dibutuhkan plasma expanders. Jika pasien dalam
Magnesium 50 - 100 mEq per kg
keadaan syok kardiogenik, maka diperlukan monitor
Air 100 - 200 mL per kg
hemodinamik.
Dikutip dari Stoner, Hyperglycemic hyperosmolar state, American
Academy of Family Physician, Pada orang dewasa, risiko edema serebri rendah
html
sedangkan konsekuensi dari terapi yang tidak memadai
meliputi oklusi vaskular dan peningkatan mortalitas.
KOMAHIPEROSMOI.AR HIPERGLIKEMIKNON KETOTIK 1915

Pada awal terapi, konsentrasi glukosa darah akan pasien dengan hipotensi. Berdasarkan penelitian terkini,
menurun, bahkan sebelum insulin diberikan, dan hal ini peningkatan konsentrasi C-reactive protein dan
dapat menjadi indikator yang baik akan cukupnyaterapi interleukin-6 merupakan indikator awal sepsis pada pasien
cairanyang diberikan. Jika konsentrasi glukosa darah tidak denganHHNK.
bisa diturunkan sebesar 75-100 mg per dL per jam, hal ini
biasanya menunjukkan penggantian cairan yang kurang
atau gangguan ginjal. KOMPLIKASITERAPI

Komplikasi dari terapi yang tidak adekuat meliputi oklusi


Elektrolit
vaskular, infark miokard, low-flow syndrome, disseminated
Kehilangan kalium tubuh total seringkali tidak diketahui
pasti, karena konsentrasi kalium dalam tubuh dapat nor-
intravascular coagulopathy dan rabdomiolisis.
Overhidrasi dapat menyeb abkan adult respiratory distress
mal atau tinggi. Konsentrasi kalium yang sebenarnya akan
syndrome datedema serebri, yangjarang ditemukan namun
terlihat ketika diberikan insulin, karena ini akan
fatal pada anak-anak dan dewasa muda. Edema serebri
mengakibatkan kalium serum masuk ke dalam sel.
ditatalaksana dengan infus mnitol dengan dosis 1-2glkgBB
Konsentrasi elektrolit harus dipantau terus-menerus dan
selama 30 menit dan pemberian deksametason intravena.
irama jantung pasien juga harus dimonitor.
Memperlambat koreksi hiperosmolar pada anak-anak,
Jika konsentrasi kalium awal <3 3 mEq per L (3 3 mmol
. .

dapat mencegah edema serebri.


per L), pemberian insulin ditunda dan diberikan kalium (2/
3 kalium klorida dan l/3 kalium fosfat sampai tercapai
konsentrasi kalium setidaknya 3.3 mEq per L). Jika
konsentasi kalium lebihbesar dari 5.0 mEqper L (5.0 mmol PENCEGAHAN
per L), konsentrasi kalium harus diturunkan sampai di
bawah 5.0 mEq per L, namun sebaiknya konsentrasi ka- Hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan adalah
perlu jam. konsentrasi awal perlunya penyuluhan mengenai pentingnya pemantauan
lium ini dimonitor tiap dua Jika
kalium antara 3.3-5.0 mEqperL, maka20-30mEq kalium konsentrasi glukosa darah dan compliance yang tinggi
terhadap pengobatan yang diberikan. Hal lain yang juga
harus diberikan dalam tiap liter cairan intravena yang
diberikan (2/3 kaliumkloridadanl/3 kalium fosfat) untuk
perlu diperhatikan adalah adanya akses terhadap
L persediaan air. Jika pasein tinggal sendiri, teman atau
mempertahankan konsentrasi kalium antaru 4.0 mEq per
(4.0 mmol per L) dan 5.0 mEqper L. anggota keluarga terdekar sebaiknya secara rutin
menengok pasien untuk memperhatikan adanya perubahan
status mental dan kemudian menghubungi dokterjika hal
lnsulin tersebut ditemui.
Hal yang penting dalam pemberian insulin adalah perlunya Pada tempat perawatan, petugas yang terlibat dalam
pemberian cairan yang adekuat terlebih dahulu. Jika perawatan harus diberikan edukasi yang memadai
insulin diberikan sebelum pemberian cairan, maka cairan mengenai tanda dan gejala HHNK dan juga edukasi
akan berpindah ke intrasel dan berpotensi menyebabkan mengenai pentingnya asupan cairan yang memadai dan
perburukan hipotensi, kolaps vaskular, atau kematian. pemantauan yang ketat.
Insulin sebaiknya diberikan dengan bolus awal 0,1su/kgtsB
secara intravena, dan diikuti dengan drip 0,lU/kgBB per
jam sampai konsentrasi glukosa darah turun antara 250
PROGNOSIS
mg per dL (13.9 mmol per L) sampai3OO mg per dL. Jika
konsentrasi glukosa dalam darah tidak turun 50-70 mgldL Biasanya buruk, tetapi sebenarnya kematian pasien bukan
per jam, dosis yang diberikan dapat ditingkatkan. Ketika
disebabkan oleh sindrom hiperosmolar sendiri tetapi oleh
konsentrasi glukosa darah sudah mencapai di bawah 300 penyakit yang mendasari atau menyertainya. Angka
mgldL, sebaiknya diberikan dekstrosa secara intravena kematian berkisar antara 30-50%o.Dircgaru maju dapat
dan dosis insulin dititrasi secara sliding scale sampai dikatakan penyebab utama lematian adalah infeksi, usia
pulihnya kesadaran dan keadaan hiperosmolar. lanjut dan osmolaritas darah yang sangat tinggi. Di negara
maju, angka kematian dapat ditekan menjadisel<rtar l2o/o.

IDENTIFIKASI DAN MENGATASI FAKTOR PENYEBAB


REFERENSI
Walaupun tidak direkomendasikan untuk memberikan
antibiotik kepada semua pasien yang dicurigai mengalami Boedisantoso Asman. Koma Hiperosmolar Hiperglikemik Non
infeksi, namun terapi antibiotik dianjurkan sambil Ketotik. Dalam : Sjaifullah Noer Mh et al Buku Ajar Ilmu
menunggu hasil kultur pada pasien usia lanjut dan pada Penyakit Dalam Jilid I. Edisi Ketiga. Jakarta. Balai Penerbit
1916

FKUI, 1996. 62'.t-30. Stoner, Hyperglycemic hyperosmolar state. American Academy of


Delaney MF, Zisman A and Kettyle WM. Diabetic ketoacidosis and Fami ly Physician, Accessed from : http //www.aafp. org/afpl
:

hyperglycemic hyperosmolar nonketotic syndrome. Endoctinol 2005050111723.htm1. Accessed at : 20rh Januari 2006.
and Metab Clin North Am 2000 ; 29 : 683-705. Trachtenbarg D. Diabetic ketoacidosis. Am Fam Physician. 2005 ;
Kitabchi AE, Umpierrez GE, Murphy MB, Barrett EJ, Kreisberg 71 (9) : 1705-14.
RA, Malone JI, et al. Hyperglycemic crises in diabetes. Diabetes Osama Hamdy. Diabetic ketoacidosiij. Accessed from:
Carc 2004;27 (suppl 1):595. www.emediCirte.com. Accessed at : 2oth November 2005. Last
Sagarin M. Hyperosmolar Hyperglycemic nonketotic coma. updated : June 13, 2004.
Accessed from: www.emedicine.com. Accessed at : November Waspadji Sarwono Kegawatan pada diabetes melitus Dalam:
20,2005. Last updated : January 13, 2005. Penatalaksanaan Kedaruratan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam.
Soewondo P. Ketoasidosis diabetik. Dalam : Penatalaksanaan Jakarta: Pusat Infotmasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penydkit
Kedaruratan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Dalam Fakultas Kedokteran UniVer'sitas Indonesia; 2000.p. 83-8.
Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia ; 2000.p. 89-96
299
A$IDOSIS LAKTAT
Pradana Sogwgndo, l.lari l-,lendafto

PENEAHT LTJAN sebesar 10-30%. Stabilitas konsentrasi asam laktat dalam


kead4a4 hasal merupakan garnbqp.n kqseimbangau antara
Asam laktat Eerupalcan zat perantara rnetabolik yang tidak produksi flan penggunaaq asam laktat.
toksik dan dapat diproduks!.oleh semua sel. Banyaknya Meskipun hampir semua jaringan dapat nrernproduksi
asam laktat yang terdapat di'berbagaijaringan dan organ asarn l{<fat; oritrosit, otot skelet, otak, dan medulla ginjal
bervariasi tergantung pada keadaan hernodinamik maupun merupakan supberutama asam laktat. Asam laktat dibentuk
metabolik seseorang. Asam laltat darah jpga telah lama dari piruvat dalam sitosol oleh enzim dehidrogenase (LDH)
dikenal sebagai ind-ikator-beratnya penyakit dan sebagai yang teldapat di semua sel dalarn konsentrasi yang tinggi.
prediktor prqglqsis. Sintqsiq asam laktat mqningka! iika laju pembentukkan
'Peningkatan konsentrasi asarn laktat dalarn darah piruvat dalarn qitosol mplebihi laju penggunaan oleh
seriug dilhubungk4n dg'ngan de,tek pada rngta,lolisrne mitokondria. Asam laktat merupakan sq4tu bentuk end prod-
aerob, akibat hipoksia atau iskemia yang terjadi pada uct sehingga sebelum dapat memasuki suatu jalur reaksi
pasiensyok, atau sebagai petunjuk pasien berada dalam metabolisme tertentu harus diubah dahulu menjadi piruvat
keadaan gawat.Untuk kebutuhan energi, eritrosit dan sel kembali.
anaerob mempro duks 1 a de n o s in e t r ip h o sp h at e (ATP)
melalui jalur glikolisis non oksidatif dengan melepas asam
laktat. Melalui proses daur ulang, hati mensintesis glukosa Laklpt dehidrogenase
dari asam laktat, dengan menggunakanATP hasil oksidasi Piruvat Laktat
beta asam lemakbqbas.
Hipoksia yang terjadi pada keadaan sepsis
NADI-I+ H- NADI
menyebabkan gangguan pada sistem metabolisme,
konsentrasi asam laktat darah akan meningkat dan ini Gambar 1. Metabolisme laktat dan piruvat
dianggap sebag produksi asam
laktat perifer dan am laktat di hati.
Reaksi ini akan qenyelabk41p{oses oksidasi NADH
mgnjadi NAD* yang dibutuhkan untuk proses glikolisis.
METAB O-L! 9UE ASAM LAKTAT Pada keadaan anae.rob misal pada aktivitas fisik berat,
dimana oksiggn tidak mencukupr' untuk mengoksidasi
Asam laktat rnerupakan produk samp'ingan dari proses pimvat untuk membqntuk AIP- NADH yang dihasilkan
akhir glikolisis, oleh karena itu asam laktat dapat dari proses glikolisis tidak dapat direoksidasi karena
diprodrlksi oleh,s.enlua spl. Produksi asa4 laktat kurang kul4ngnyg oksigen untuk membqntuk NAD* sehingga
lebih ,1400 rnmol per harinya d4n konsentrasinya dalam pngkaian proges glikglisis akan berhenti. Pada keadaan
darah nolrqal .berkisar an-tara 0,4-1,2 rn'mol/L. Hati tersebut oksidasi glukosa oleh. sel otot tidak dapat
rner,upakan orgar,r:utama t€mp.at nretabolismp asam laktat, berlangsung sempurna, tapi lahkan dalam keadaan
yaitusekitar40Tpd-ariasam-laktatyan€diproduksidalam demikianpun sejumlah kecil eneryi tetap dapa{ dikeluarkan
keadaan basal, sedangkan penggunaan lainnya oleh ginjal ke sel melalui proses awal glikolisis karena reaksi kimia

1917
1918 METABOLIKENDOIRIN

pada pemecahan glukosa menjadi asam piruvat tidak dengan cepat dioksidasi sehingga konsentrasi zat tersebut
memerlukan oksigen. Dalam keadaan darurat seperti ini, berkurang. Sebagai akibatnya reaksi kimia untuk
sel akan tergantung sepenuhnya pada reaksi pembentukkan asam laktat berbalik, asam laktat kini diubah
pembentukkan asam laktat untuk memperoleh NAD * yang kembali menjadi glukosa melalui proses glukoneogenesis
harus dibentuk melalui reaksi lain yaitu dengan meminjam di hati.
elektron dari NADH melalui perubahan piruvat menjadi Keseluruhan rangkaian proses mulai perubahan
asam laktat sesuai reaksi di atas. glukosa menjadi asam laktat dijaringan perifer dan asam
Jadi pada keadaan anaerob, proses pembentukkan laktat kembali diubah menjadi glukosa di hati dikenal
energi melalui metabolisme piruvat terhambat, oksidasi sebagai siklus Cori. Pada keadaan normoksia (Gambar 2),
aerobik pada siklus asam sitrat terblokade dan piruvat konsentrasi laktat yang dilepas oleh eritrosit biasanya
akhirnya terkonversi menjadi asam laktat. Perubahan tidak tinggi dan laktat terutama didaur ulang di hati melalui
NADH menjadi NAD* selama konversi piruvat menjadi proses glukoneogenesis. Pada organ lain seperi otot atau
asam laktat tadi menyebabkan proses glikolisis dapat jantung, dalam keadaan normoksia substrat utama adalah
berlangsung tanpa harus melalui oksidasi NADH oleh glukosa yang akan dioksidasi menjadi CO, dan hanya
oksigen. Pada keadaan di atas jika kemudian oksigen sebagian kecil akan dilepas sebagai laktat.
perlahan kembali normal setelah otot diistirahatkan, NADH Pada keadaan hipoksia (Gambar 3), akan menyebabkan
dan H* serta asam piruvat ekstra yang telah dibentuk konsentrasi laktat menjadi lebih tinggi akibat inhibisi laktat

GLUKOSA

GLUKOSA

PIRUVAT ---}

Gambar 2. Jalur laktat saat normoksia. Hampir semua laktat yang diproduksi akan dioksidasi di hati menjadi
glukosa kemudian dipakai oleh organ-organ

PIRUVAT ---}

Gambar 3. Jalur laktat saat hipoksia. Akibat inhibisi phosphoenol pyruvate karboksikinase (PEPK), di hati laktat
meningkat sehingga dapat digunakan oleh otot. Glukosa tetap digunakan oleh jantung dan organ vital lain.
ASTIDOSIS II\I(TAT 1919

di hati. Di banyak tempat seperti di otot, kompetisi antara yang dilaknkan oleh Mehta dkJr.. Nilai pH serum juga kurang
laktat dengan glukosa sebagai sumber karbohidrat untuk sensitifunhrk menilai keadaan asidosis laktat karena dalam
oksidasi akan didominasi oleh laktat. Keadaan ini beberapa kasus bisa didapatkan pH serum normal pada
memungkinkan glukosa dicadangkan untuk organ--organ pasiensakit berat, kemungkinan akibat kompensasi dari
yang penting seperti jantung. pernapasan atau pada saat bersamaan terjadi alkalosis
Pada manusia telah dibuktikan bahwa hipoksia kronis metabolik.
akan menyebabkan peningkatan oksidasi glukosa di Peningkatan asam laktat sering dihubungkan dengan
jantung, sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa defek pada metabolisme aerob akibat hipoperfusi dan
peningkatan asam laktat adalah suatu kejadian yang hipoksia atau sebagai petunjuk terapi pasien dalam keadaan
memungkinkan oksidasi asam laktat atau glukosa sebagai gawat. Walaupun demikian tidak semua asidosis laktat
substrat aerob sesuai dengan prioritas metabolisme pada disertai hipoksia. Cohen dan Wood kemudian
pasien - pasien yang kritis. mengklasifikan asidosis laktat menj adi 2 kelas, yaitu tipe A
Dari pembahasan di atas dapat dilihat bahwa sulit yang umumnya disebabkan hipoksia dan tipe B yang
untuk menentukan mekanisme peningkatan konsentrasi bukan disebabkan hipoksia dan masih dibagi lagi menjadi
asam laktat darah hanya dari pemeriksaan biokimiawi ru- tipe Bl yang disebabkan adanya penyakit dasar tertentu,
tin. Konsentrasi asam laktat yang tinggi dapat disebabkan B2 jika penyebabnya obat-obatan atau intoksikasi dan
peningkatan produksi asam laktat atau penurununan 83 jika penyebabnya gangguan metabolisme sejak lahir.
pemakaian asam laktat atau kedua-duanya sekaligus.
Pemeriksaan asam laktat dan piruvat dapat memberikan
estimasi defisit metabolisme oksidatif oleh karena rasio PENGUKURAN ASAM LAKTAT DARAH
laktat piruvat menggambarkan akumulasi ekuivalen reduksi
(NADH) dalam sel. Normal ratio L/P adalah 10 : I . Meskipun Asam laktat darah telah lama diketahui sebagai indikator
merupakan estimasi yang kasar, peningkatan rasio L/P beratnya penyakit dan sebagai faktor prediktor progno-
menunjukkan gangguan oksidasi meskipun mungkin sis. Asam laktat darah juga dapat digunakan sebagai
hanya terjadi pada gangguan oksidasi yang berat monitor pengelolaan syok dan sebagai variabel
(kapasitas metabolisme tubuh terutama hati sangat tinggi prognosis pada berbagai keadaan akut dan kritis. Misalnya
unhrk mempertahankan keadaan aerob). dengan memantau laktat darah pada pasien infark miokard
akut dapat diprediksi pasien yang akan jatuh ke dalam
syok kardiogenik. Pada sebagian besar pasien yang masuk
DIAGNOSIS ke ruang darurat, nilai laktat sangat sensitif dan prediktif
untuk menilai angka mortalitas di rumah sakit.
Asidosis laktat adalah suatu keadaan asidosis metabolik Peretz dkk mendapatkan peningkatan angka kematian
dengan peningkatan asam laktat dan nilai anion gap. Pada dari I 8 Yohingga73 %opadapasiensakit berat dengan nilai
pasiensakit berat, nilai asam laktat masih dianggap normal asam laktat > 4,4 mmoL. I b ert i d kk melaktkan penelitian
sampai < 2 mmoW. Batasan peningkatan konsenfrasi asam terhadap 56 pasien dewasa yang dirawat di ICU dengan
laktat yang digrurakan bervariasi drantara masing-masing konsentrasi asam laktat > 2,5 mmol/L. Dari penelitian itu
peneliti antara 1,3-9,0 mmol/L sedangkan nilai pH bervariasi didapatkan bahwa peningkatan konsentrasi asam laktat
ar:dara7,37 -7,20 namunkriteria manapun yang digunakan dalam darah tanpa memandang berat ringannya asidosis
temyata tetap didapatkan hubungan bermakna antara semakin yang terjadi, berhubungan dengan prognosis pasien yang
tingginya konsentrasi asam laktat dalam darah dengan dirawat di ICU. Broder & Weil mendapatkan 89 % dai
angka mortalitas pada pasien yang dirawat di rumah sakit. pasiensyok dengan konsentrasi laktat > 4 mmol/L
Anion gap menggambarkan selisih antara nilai anion meninggal dunia. Pengukuran laktat untuk memprediksi
dan kation serum tak terukur dan bisa dihitung dengan kemungkinan timbulnya syok sepsis maupun gagal organ
rumus: Anion gap: Na - (Cl + HCO3). Peningkatan nilai multipel juga dinilai lebih baik dibanding dengan
anion gap sering terjadi akibat peningkatan anion tak pengukuran variabel - variabel transpor oksigen.
terukur, misal akibat peningkatan anion organik sepedi pada Beberapa penulis mengatakan bahwa pemeriksaan
kasus asidosis laktat atau ketoasidosis dan nilai normalnya konsentrasi asam laktat secara serial selama pengobatan
adalatr sekitar 8 mM. Nilai az ion gapyargmeningkat disertai merupakan parameter yang lebih bermakna untuk menilai
denganpenurunanpH serum lazim digunakan sebagai dasar prognosis penyakit dibanding pemeriksaan konsentrasi
diagnosis asidosis laktat meskipun pada prakteknya sering laktat non serial. Denganmemantaunilai laktat serial dapat
dijumpai keadaan dimana konsentrasi asam laktat meningkat dibedakan antara pasien yang prognosisnya baik atau
dalam serum namun tidak disertai dengan peningkatan nilai buruk. Dari sebuah penelitian didapatkan bahwa pasien
anion gap. Ibefii dhk menunjukkan bahwa temyata anion yang menderita syok temyata pro gnosisnya lebih baik j ika
gap b*an merupakan parameter yang sensitif untuk menilai didapatkan penurunan konsentrasi laktat (5 -10 %) dalam 1

tef adinya asidosis laktat. Hasil ini sesuai dengan penelitian jam setelah mulainya pengobatan.
1920 METABOIJKENDOI(RIN

pada sepsis karena endotoksin menghambat enzim


tersebut. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa
Tipe A : peningkatan metabolisme aerob mungkin lebih
- Syok (kardiogenik, sepsis, hipovolemi) penting daripada defek metabolisme atau metabolisme
- Hipoperfusi setempat (hipoksia mesentrika)
anaerob. Produksi serta oksidasi glukosa dan piruvat
- Hipoksemia berat
- Peningkatan karbon monoksida justru meningkat pada keadaan sepsis. Jika piruvat
- Asma berat dehidrogenase distimulasi oleh dikloroasetat, konsumsi
Tipe B, terdiri dari :
- Tipe 81:
oksigen akan meningkat tetapi produksi glukosa dan
- Diabetes melitus piruvat akan menurun. Hal ini menunjukkan bahwa
- Gangguan fungsi hati hiperlaktatemia pada sepsis terjadi akibat peningkatan
- Keganasan
metabolisme aerob.
- Sepsis
- Feokromasitoma
- Defisiensi tiamin
- Tipe 82 :
ASI DOSIS LAKTAT KARE NA OBAT
- Biguanid
- Etanol
- Metanol Biguanid
- Stilene glikol
Metformin sudah digunakan lebih dari 40 tahun dalam
- Fruktosa
- Sorbitol pengobatan DM tipe II. Walaupun demikian, terdapat
- Xilitol kekhawatiran akan efek samping dari metforminyang dapat
- Salisilat
menyebabkan timbulnya asidosis laktat, dimana angka
- Asetaminofen
- Epinefrin mortalitasnya dapat mencap ai 50o/o.
- Ritodrin Penyakit hati dan ginjal, alkoholisme, dan kondisi yang
- Terbutalin
berkaitan dengan hipoksia (misalnyapenyakit jantung dan
- Sianida
- Nitroprusid paru, pembedahan) merupakan kontraindikasi penggunaan
- lsoniazid metformin. Faktor risiko lain asidosis laktatyang diinduksi
- Propilen glikol
oleh metformin adalah sepsis, dehidrasi, dosis tinggi dan
- Tipe 83 :
- Defisiensi glukosa-6-fosfatase usia tua. Asidosis laktat itu mungkin disebabkan oleh
- Defisiensi fruktosa-1,6.difosfatase pengaruh biguanid menyebabkan naiknya produksi dan
- Defisiensi piruvaf karboksilase
penumnan klirens dari asam laktat yang mengakibatkan
- Defisiensi pir:uvat dehidrogenase
- Gangguan fosforilasi oksidatif naiknya konsentrasi laktat seluler. Potensial redo.ks
intraseluler akan beralih dari metabolisme aerobik ke
anaerobik. Penurunan aktivitas piruvat karboksilase yang
merupakan rate limiting enzyme pada pembentukan
ASIDOSIS LAKTATPADA PASIEN SEPSIS glukosa dari laktat dapat juga menurunkim metabolisme
laktat di hati.
Hubungan ar,tara perfusi jaringan dengan pH darah Pada tahun 1998 Brown dkk membandingkan angka
pertama kali dilaporkan oleh Cannon pada tahun 1918. insidens dari asidosis laktat sebelum dan sesudah
Metabolisme oksidatif akan tertekan sebagai respon dari beredarnya Metformin di Amerika Serikat, mereka
efek sitotoksik yang disebabkan oleh gangguan lintasan menemukan tidak ada perbedaan insidens. Sebelum
H* di mitokondria-sitoplasma. Hal ini akan.menyebabkan ad,atya metformin, insidensnya sebesar 9,7-16,9 per
kebutuhan ATP tidak dapat dipenuhi melalui proses 100,000. Pada suatu meta analisis oleh Salpeteq insidens
glikolisis dan menyebabkan terjadinya asidosis laktat. asidosis laktat pada pasien DM tipe II yang menggunakan
Berdasarkan logika di atas, sehar,usnya peningkatan metformin sebesar 9;9 per 100.000, sedangkan yang tidak
konsentrasi laktat akan berkurang sebanding dengan menggunakan metformin sebesar 8,1 per 100.000.
perbaikan oksigenasi selular. Namun dalam banyak Sepertinya memang tidak terdapat perbedaan yang
kasus seringkali didapatkan konsentrasi laktat yang benrrakna antara insindens asidosis laktat pada pengguna
tetap meningkat meskipun oksigenasi selular membaik. Metform-in dengan insidens pada pasien dengan DM tipe
Defek produksi energi oksidatif memang menyebabkan II. Hal ini rnenunjukkan bahwa DM rnerupakan fakor risiko
peningkatan laktat namun hal sebaliknya belum tentu untuk terjadinya asidosis laktat, bukan penggunaan
benar, yaitu peningkatan laktat tidak harus merupakan metformin.
akibat dari defek proses energi oksidatif. Sementara itu pada penelitian lain diternukan
Saat ini asidosis laktat pada pasiensepsis diduga bahwa konsentrasi plasma metforrnin tidak berhubungan
lebih banyak disebabkan oleh perubahan pada regulasi dengan konsentrasi, asam, laktat dalam darah. Temuan ini
metabolisme dibanding akibat hipoksia jaringan. tentunya semakin mempertanyakan hubungan kausal
Gangguan pada enzim piruvat dehidrogenase dapat terjadi antara penggunaan mefformin dan asidosis laktat.
ASIDOSISLAKTITT
t92l

Etanol Guyton AC. Human physiology and mechanisms of disease. 3'd ed.
W.B. Saunders Company, Philadelphia 1982.
Penyebab penting dari asidosis laktat tipe B adalah
Huckabee W. Relationships of pyruvate and lactate during anaero-
intoksikasi etanol. Metabolisme etanol akan mengasilkan bic metaboiism: Effects of infusion of pymvate or glucose and
NADH dan akan mengakibatkan konversi dari piruvat of hyperventilation. J Clin Invest 1958; 37:244-54
menjadi laktat (Gambar 4).Keadaan ini biasanya ringan Iberti TJ, Leibowitz AB, Papadakps PJ, Fischer EP. Low sensitivity
dan tidak membutuhkan pengobatan. of the anion gap as a screen to detect hyperlactatemia in criticaly
ilI patients. Crit Care Med 1990; 18: 275-6-
James JH, Luchette FA, Mc CarterFD, Fischer JE. Lactate is an unre-
liable indicator of tissue hypoxia in injury or sepsis. Lancet 1999;
Etanol 354:505-8.
-Asetildehid Kitabchi AE, Fisher N, Murphy MB, Rumbak MJ. Diabetic ketoaci-
NA DH +H- dosis and the hyperglycemic, hlperosmolar nonketotic state. In:
Kahn CR & Weir GC, eds. Joslin's Diabetes, 2'd ed. A Waverly
Company 1994:738-770.
Laktat {- Piruvat Luft Friedrich. Lactic Acidosis Update for Critical Care Clinicians J
I
Glukosa
Am Soc Nephrol 12:S15-S19, 2001. Disitasi dar\ : http:ll
jasn.asnjournals.org/cgilcontent/full/12lsuppl-1/Sl 5 Disitasi
tanggal 20 Januari 2006.
Luft FC. Lactic acidosis update for critical care clinicians. J Am Soc
Gambar 4. Etanol menyebabkan asidosis laktat Nephrol 2A0l; 12: S15-S19.
Luft D, Deichsel G, Schmulling RM, Stein W, Eggstein M. Defini-
tion of clinically relevant lactic acidosis in patients with inter-
KESIMPULAN nal diseases. Am J Clin Pathol 1983; 80: 484-9.
McCormacUames, Kevin Johns, Hugh Tildesley. Metformin's
Asidosis laktat terjadi akibat peningkatan konsentrasi asam contra indications should be contraindicated. Canadian Medical
laktat darah, yang disebabkan gangguan perfusi dan Association. Journal. Ottawa: Aug 30, 2005. Vol.173, Iss.5;
pg. 5o2,3 pgs. Disitasi dari : http://proquest.umi.com/
hipoksemia. Dalam keadaan normoksemia, asidosis laktat
pqdweb?did: 893593471 &sid:1&Fmt= 3&clientld:
dapat disebabkan oleh beberapa keadaan seperti biguanid
45625&RQT:309&VName:PQD Disitasi tanggal 15 Septem-
dan etanol. Tingginya konsentrasi asam laktat dapat dipakai ber 2005.
sebagai prediktor kegagalan metabolisme karbohidrat dan Mizock BA, Falk JL. Lactic acidosis in critical illness. Crit care med
berat penyakit/kematian. 1992;20:80-93.
Mizock BA. Controversies in lactic acidosis: Implications in criti-
cally ill patients. Jama 1987;258(4): 497-501.
REFERENSI Mustafa I. Pintas jantung paru pada bedah jantung menyebabkan
gangguan metabolisme laktat di hati. Disertasi. Jakarta: Bagian
Ilmu Penyakit Dalam FKUI 2000.
Bakker J, Coffemils M, Leon M, Gris B Vincent J-L. Blood lactate
Oh MS, Canoll HJ. Current concepts: The anion gap. N Engl J Med
levels are superior to oxygen-derived variables in predicting
197'1 ; 29'l(15): 814-7.
outcome in human septic shock. Chest 1991; 99(4):956-62.
Pillans. Metformin and fatal lactic acidosis. Centre for Adverse
Bakker J, Gris P, Coffernils M, Kahn RJ, Vincent J-L. Serial blood
Reactions Monitoring (CARM), Dunedin. Disitasi dari http://
lactate levels can predict te development of multiple organ
www.medsafe.govt.nzlProfs/Puarticles/5.Jrtm. Disitasi tanggal
failure following septic shock. Am J Surg 1996; l7l(2):221-6.
20 Januari 2006.
Broder G, Weil MH. Excess lactate : An index of reversibility of
The peripheral circulation during septic shock. In: Dhainaut JF,
shock in human patients. Science, Match 7964; 143: 1457-9.
Thijs LG, Park G, eds. Septic shock, l"ted. WB Saunders 2000:
Glycolysis and the catabolism of hexoses. In: Lehninger AL, Nelson
149-94.
DL, Cox M, eds. Principies of Biochrmistry, 2"d ed, Worth
Publishers Inc 1993: 400-39.
300
KOMPLIKASI KRONIK DIABETES:
MEKANISME TERIADINYA, DIAGNOSIS
DAN STRATEGI PENGELOL L\N
Sanryono Waspadji

PENDAHULUAN primer sebagai mini klinik diabetes. Demikian pula beibagai


rumah sakit dengan saranapengelolaan yang lebih canggih
Dari berbagai penelitian epidemiologis sudah jelas terbukti akan disibukkan dengan rujukan untuk kasus yang lebih
bahwa insidensi diabetes melitus (DM) meningkat kompleks. Baik apabilapara penyandang diabetes melitus
menyeluruh di semua tempat di bumi kita ini. penelitian tersebut di kelola pada tingkat pelayanan kesehatan primer
epidemiologis yang dikerjakan di Indonesia dan terutama maupun kemudian di tingkat pelayanan kesehatan yang
di Jakarta dan berbagai kota besar di Indonesiajugajelas lebih lengkap peralatannya, jelas tidak diragukan lagi
menunjukkan kecenderungan serupa. Peningkatan perlunya identilftasi dini orang yang mempunyai risiko
insidensi diabetes melitus yang eksponesial ini tentu akan tinggi untuk terjadinya komplikasi dan kemudian perlunya
diikuti oleh meningkatnya kemungkinan terjadinya ditegakkan diagnosis dini komplikasi kronik DM. Semua
komplikasi kronik diabetes melitus. Berbagai penelitian hal tersebut diharapkan akan dapat mengurangi beban
prospektif j elas menunjukkan meningkatnya penyakit biaya yang harus dipikul masyarakat dibandingkan dengan
akibat penyumbatan pembuluh darah, baik mikrovaskular mengelola komplikasi yang sudah terjadi.
seperti retinopati, nefropati maupun makrovaskular seperti Walaupun jelas akan terjadinya beban komplikasi
penyakit pembuluh darah koroner dan juga pembuluh kronik DM yang semakin menggunung di depan kita, saat
darah tungkai bawah. Retinopati merupakan sebab ini agaknya nasib para penyandang DM mungkin akan
kebutaan yang paling mencolok pada penyandang lebih cerah. Dari berbagai penelitian berskala besar sudah
diabetes melitus. Penyandang diabetes melitus semakin dapat dibuktikan bahwa dengan cara pengelolaan yang
banyak memenuhi ruang dialisis dibanding dengan modern, disertai dengan pemantauan yang juga lebih baik
beberapa dekade sebelumnya. Demikian pula halnya akan dapat dicapai pengendalian keadaan metabolik yang
dengan penyakit jantung koroner. Tentu saja pengaruh lebih baik lagi. Demikian pula halnya dengan pengaruh
terhadap kesehatan masyarakat terutama jika ditinjau dari yangjelas nyata dan baik dari pendidikan dan penyuluhan,
sudut biaya yang perlu dikeluarkan untuk mengelola semuanya bersama secara bermakna akan dapat mencegah
komplikasi kronik tersebut akan sangat membengkak. kemungkinan terjadinya komplikasi kronik DM, setidaknya
Berbagai penelitian baik di negara maju maupun negara mengurangi laju perburukan komplikasi DM yang sudah
berkembang seperti di Republik Rakyat Cina jelas terjadi.
menunjukkan peningkatan biaya yang harus dikeluarkan Mengingat adanya berbagai kemajuan dalam bidang
jika komplikasi kronik diabetes sudah terjadi. ilmu biologi kedokteran dan juga teknologi informasi, para
Mengelola penyandang diabetes merupakan tugas klinisi dan para peneliti ditantang untuk selalu menambah
yang akan menjadi semakin penting pada pelayanan khasanah pengetahuannya dan menerapkan apa yalg
kesehatan saat ini. Pengelolaan diabetes melitus akan diketahuinya sedemikian rupa sehingga bermanfaat untuk
banyak dilaksanakan pada tingkat pelayanan kesehatan efisiensi dan keberhasilan pengelolaan kesehatan terutama

1922
KOMPLIKAITI KRONIK DIABETES
t923

untuk penyandang diabetes. Diabetes memberikan darah maupun sel mesangial keduanya distimulasi oleh
pengaruh terhadap terjadinya komplikasi kronik melalui sitokin. Kedua macam sel tersebut juga berespons terhadap
adanya perubahan pada sistem vaskular. Pada berbagai susbtansi vasoaktif dalam darah, terutama
penyandang diabetes melitus terjadi berbagai macam angiotensin II. Di pihak lain adanya hiperinsulinemia
perubahan biologis vaskular dan perubahan-perubahan seperti yang tanpak pada DM tipe 2 alao pun juga
tersebut meningkatkan kemungkinan terj adinya komplikasi pemberian insulin eksogen tetuyata akan memberikan
kronik diabetes melitus. Dengan demikian, pengetahuan stimulus mitogenik yang akan menambah perubahan yang
mengenai diabetes dan komplikasi vaskularnya baik terjadi akibat pengaruh angiotensin pada sel otot polos
mengenai mekanisme terjadinya, metoda deteksi dini pembuluh darah maupun pada sel mesangial. Jelas baik
maupun strategi pengelolaannya menjadi penting unhrk faktor hormonal maupun faktor metabolikberperan dalam
dimengerti dan diketahui. patogenesis terjadinya kelainan vaskular diabetes.
Jaringan kardiovaskular, demikian juga jaringan lain
yang rentan terhadap terjadinya komplikasi kronik
MEKANISME TERJADINYA KOMPLIKASI KRONIK diabetes (aringan syaraf, sel endotel pembuluh darah dan
DIABETES MELITUS sel retina serta lensa) mempunyai kemampuan untuk
memasukkan glukosa dari lingkungan sekitarke dalam sel
tanpa harus memerlukan ins dtn (in s ul in i n d ep en d ent), agar
Jika dibiarkan tidak dikelola dengan baik, diabetes melitus
dengan demikian jaringan yang sangat penting tersebut
akan menyebabkan terjadinya berbagai komplikasi kronik,
akan diyakinkan mendapat cukup pasokan glukosa sebelum
baik mikroangiopati maupun makroangiopati. Adanya
glukosa tersebut dipakai untuk energi di otot maupun untuk
pertumbuhan sel dan juga kematian sel yang tidak normal
kemudian disimpan sebagai cadangan lemak. Tetapi pada
merupakan dasar terjadinya komplikasi kronik
keadaan hiperglikemia kronik, tidak cukup teqadi down
diabetes melitus. Kelainan dasar tersebut sudah dibuktikan
regulation dari sistem transportasi glukosa yP+g non-
terjadi pada para penyandang diabetes melitus maupun
juga pada berbagai binatang percobaan. Perubahan dasar/
insulin dependen ini, sehingga sel akan kebanjiran
masuknya glukosa; suatu keadaan yang disebut sebagai
disfungsi tersebut terutama terjadi pada endotel pembuluh
hiperglisolia.
darah, sel otot polos pembuluh darah maupun pada sel
Hiperglisolia kronik akan mengubah homeostasis
mesangial ginjal, semuanya menyebabkan perubahan pada
biokimiawi sel tersebut yang kemudian berpotensi unflrk
pertumbuhan dan kesintasan sel, yang kemudian pada
terjadinya perubahan dasar terbentuknya komplikasi kronik
gilirannya akan menyebabkan terjadinya komplikasi
diabetes, yang meliputi beberapa jalur biokimiawi seperti
vaskular diabetes. Pada retinopati diabetik proliferatif, jalur reduktase aldosa, jalur stres oksidatif sitoplasmik,
didapatkan hilangnya sel perisit dan terjadi pembentukan
jalur pleiotropik protein kinase C dan terbenfliknya spesies
mikroaneurisma. Di samping itu juga terjadi hambatan pada
glikosilasi lanjut intraselular.
aliran pembuluh darah dan kemudian terjadi penlumbatan
kapiler. Semua kelainan tersebut akan meyebabkan kelainan
mikrovaskular berupa lokus iskemik dan hipoksia lokal. Jalur Reduktase Aldosa
Sel retina kemudian merespons dengan meningkatnya Padajalur reduktase aldosa ini, oleh enzim reduktase aldosa,
ekspresi faktor pertumbuhan endotel vaskular (Vascular dengan adarrya coenzim NADPH, glukosa akan diubah
Endothetial Gr ow th F actor : VE GF) dan selanjutnya menjadi sorbitol. Kemudian oleh sorbitol dehidrogenase
memacu terjadinya neovaskularisasi pembuluh darah- Pada dengan memanfaatkan nikotiamid adenin dinukleotida
nefropati diabetik, terjadi peningkatan tekanan glomeru- teroksidasi (NAD*), sorbitol akan dioksidasi menjadi
lar, dan disertai meningkatnya matriks ekstraselular akan fruktosa. Sorbitol dan fruktosa keduanya tidak
menyebabkan terjadinya penebalan membran basal, terfosforilisasi, tetapi bersifat sangat hidrofi lik, sehing ga
ekspansi mesangial dan hipertrofi glomerular. Semua itu lamban penetrasinya melalui membran lipid bilayer.
akan menyebabkan berkurangnya area filtrasi dan Akibatnya te{adi akumulasi poliol intraselular, dan sel akan
kemudian terjadi perubahan selanjutny a yang mengarah kembang, bengkak akibat masuknya air ke dalam sel karena
ke terj adinya glomerulosklerosis. proses osmotik. Sebagai akibat lain keadaan tersebut, akan
Terjadinya plak aterosklerosis pada daerah subintimal terjadi pula imbalans ionik dan imbalans metabolit yang
pembuluh darah yang kemudian berlanjut pada secara keseluruhan akan mengakibatkan terjadinya
terbentuknya penyrmbatan pembuluh darah dan kemudian kerusakan sel terkait.
sindrom koroner akut semuanya sudah dibicarakan dengan Aktivasi jalur poliol akan menyebabkan meningkatnya
lebih rinci pada berbagai kesempatan lain. turn over NADPH, diikuti dengan menurunnya raslo
Patogenesis terjadinya kelainan vaskular pada NADPH sitosol bebas terhadap NADP*. Rasio sitosol
diabetes melitus meliputi terjadinya imbalans metabolik NADPH terhadap NADP* ini sangat penting dan laitikal
maupun hormonal. Pertumbuhan sel otot polos pembuluh untuk fungsi pembuluh darah. Menurunnya rasio NADPH
1924 MEIABOLIKENDOI(RIN

sitosol terhadap NADP* ini dikenal sebagai keadaan Jalur Stres Oksidatif
pseudohipoksia. Hal lain yang penting pula adalah bahwa Stres oksidatif terjadi jika ada peningkatan pembentukan
sitosolik NADPH juga sangat penting dan diperlukan radikal bebas dan menurunnya sistem penetralan dan
untuk proses defens antioksidans. Glutation reduktase pembuangan radikal bebas tersebut. Adanya peningkatan
juga memerlukan sitosolik NADPH untuk menetralisasikan stres oksidatif pada penyandang diabetes akan
berbagai oksidans intraselular. Menurunnya rasio NADpH menyebabkan terjadinya proses autooksidasi glukosa dan
terhadap NADPT dengan demikian menyebabkan berbagai substrat lain seperti asam amino dan lipid.
terjadinya stres oksidatif yang lebih besar. Terjadinya Peningkatan stres oksidatif juga akan menyebabkan
hipergliksolia melalui jalur sorbitol ini juga memberikan terjadinya peningkatan proses glikasi protein yang
pengaruh pada beberapa jalur metabolik lain seperti kemudian berlanjut dengan meningkatnya produk glikasi
terj adinya glikasi nonenzimatik intraselular dan aktivasi lanjut. Peningkatan stres oksidatif pada gilirannya akan
protein kinase C. menyebabkan pengaruh langsung maupun tidak langsung
terhadap sel endotel pembuluh darah yaitu dengan
Jalur Pembentukan Produk Akhir Glikasi Lanjut terjadinya peroksidasi membran lipid, aktivasi faktor
Proses glikasi protein non-enzimatik terjadi baik intra
transkripsi (NF-rB), peningkatan oksidasi LDL dan
kemudian juga pembentukan produk glikasi tanjut.
maupun ekstraselular. Proses glikasi ini dipercepat oleh
adanya stres oksidatif yang meningkat akibat berbagai
Memang didapatkan saling pengaruh antara produk
glikasi lanjut dan spesies oksigen reaktif (reactive oxygen
keadaan dan juga oleh peningkatan aldosa. Modifrkasi
spesies : ROS). Produk glikasi lanjut akan memfasilitasi
protein oleh karena proses glikasi ini akan menyebabkan
pembentukan spesies oksigen reaktif, sebaliknya spesies
terjadinya perubahan pada jaringan dan perubahan pada
oksigen reaktif akan memfasilitasi pembentukan produk
sifat sel melalui terjadinya cross linking protein yang
glikasi lanjut. Spesies okigen reaktif akan merusak lipid
terglikosilasi tersebut. Perubahan ini akan menyebabkan
dan protein melalui proses oksidasi, cross linking dan
perubahan {hngsi sel secara langsung, dapatjuga secara
fragmentasi yang kemudian memfasilitasi meningkatnya
tidak langsung melalui perubahan pengenalan oleh
produksi AGE. Sebaliknya produksi AGE juga akan
reseptornya atau perubahan pada tempat pengenalannya
memfasilitasi pembentukan ROS, melalui perubahan
sendiri.
struktural dan perubahan fungsi protein (pembuluh darah,
Pengenalan produk glikasi lanjut yang berubah oleh
membran sel dsb)
reseptorAGE (RAGE : Receplorfor Advanced Glycation
Seperti telah dikemukakan, proses selanjutnya setelah
End Product) mungkinmerupakan hal yangpenting untuk
berbagai jalur biokimiawi yang mungkin berperan pada
kemudian terjadinya komplikasi kronik diabetes. Segera
pembentukan komplikasi kronik DM melibatkan berbagai
setelah perikatan antara RAGE dan ligandnya, akan terjadi
proses patobiologik seperti proses inflamasi, prokoagulasi
aktivasi mitogen aclivated protein kinase (MAPK)
dan sistem renin angiotensin. PPAR juga dikatakan
dan transformasi inti dari faktor traskripsi NF-kB, sehingga
mungkin terlibat pada proses patobiologik terjadinya
terjadi perubahan transkripsi gen target terkait komplikasikronikDM.
dengan mekanisme proinflamatori dan molekul perusak
jaringan.
lnflamasi
Dari pembicaraan di atas tampak bahwa berbagai
Jalur Protein Kinase mekanisme dasar mungkin berperan dalam terbentuknya
Hiperglikemia intraselutar (hiperglisolia) akan komplikasi kronik DM yaitu antaru lain aktivasi jalur
menyebabkan meningkatnya diasilgliserol (DAG) reduktase aldosa, stres oksidatif, terbentuknya produk
intraselular, dan kemudian selanjutnya peningkatan akhir glikasi lanjut atau prekursornya serta aktivasi PKC,
protein Kinase C, terutama PKC Beta. Perubahan tersebut yang semuanya itu akan menyebabkan te{adinya disfungsi
kemudian akan berpengaruh pada sel endotel, endotel, mengganggu dan mengubah sifat berbagai
menyebabkan terjadinya perubahan vasoreaktivitas protein penting dan kemudian akan memacu terbentuknya
melalui keadaan meningkatnya endotelin I dan sitokin proinflamasi serta faktor pertumbuhan seperti
menunmnya e-NOS. Peningkatan PKC akan menyebabkan TGF-B danVEGF. Berbagai macam sitokin seperti molekul
proliferasi sel otot polos dan juga menyebabkan adhesi (ICAM, VICAM, E-selectin, P-selectin dsb.)
terbentuknya sitokin serta berbagai faktor pertumbuhan dengan jelas sudah terbukti meningkat jumlahnya pada
seperti TGF Beta dan VEGF. Protein kinase C juga akan penyandang DM. Prototipe petanda adanya proses
berpengaruh menurunkan aktivitas fibrinolisis. Semua inflamasi yaitu CRP danNF-rB padapenyandang DMjuga
keadaan tersebut akan menyebabkan perubahan- jelas meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi
perubahan yang selanjutnya akan mengarah kepada Alc. Jelas bahwa proses inflamasi penting pada terjadinya
proses angiopati diabetik. komplikasikronikDM.
KOMPLII(AIII KRONIK DIABETES
1925

Peptida Vasoaktif Setelah melihat berbagai kemungkinan j alur mekanisme


Berbagai peptida berpengaruh pada pengaturan pembuluh terjadinya komplikasi kronik DM serta selanjutnya
darah, dan disangka mungkin berperan pada terjadinya keterlibatan berbagai proses patobiologik lain, tampak
komplikasi kronik DM. Insulin merupakari peptida pengatur bahwa yang terpenting pada pembentukan dan kemudian
yang terutama mengatur konsentrasi glukosa darah. lebih lanjut progresi komplikasi vaskular diabetes adalah
Insulin juga mempunyai peran pengatur mitogenik. Pada hiperglikemia, resistensi insulin, sitokin dan substrat
konsentrasi yang biasa didapatkan pada penyandang DM vasoaktif. Tampak pula bahwa apa pun jalur mekanisme
dan hipertensi, insulin dapat memfasilitasi terjadinya yang terjadi dan proses lain yang terlibat yang terpenting
proliferasi sel seperti sel otot polos pembuluh darah. adalah adanya hiperglikemia kronik dan selanjutnya
Insulin juga mempunyai pengaruh lain yaitu sebagai peningkatan glukosa sitosolik (hiperglisolia)' Apakah
hormon vasoaktif. Insulin secara fisiologis melalui NO dari dengan menurunkan dan memperbaiki keadaan
endotel, mempunyai pengaruh terhadap terjadinya hiperglikemia ini kemudian dapat terbukti akan menwunkan
vasodilatasi pembuluh darah. Pengaruh ini bergantung komplikasi kronik DM?
pada banyaknya insulin dalam darah (dose dependent). Beberapa penelitian epidemiologis dalam skala besar
Pada keadaan resistensi insulin dengan adanya dan jangka lama seperti UKPDS telah dapat membuktikan
hiperinsulinemia pengaruh insulin untuk terjadinya dengan sangat baik bahwa dengan memperbaiki
vasodilatasi akan menurun. hiperglikemia melalui berbagai cara dapat secara bermakna
Peptida vasoaktifyang lain adalah angiotensin II, yang menurunldn komplikasi kronik DM, terutama komplikasi
dikenal berperan pada patogenesis terjadinya mikrovaskul ar, yatgmerupakan komplikasi kronik khas
pertumbuhan abnormal pada jaringan kardiovaskular dan DM akibat hiperglikemia. Sedangkan untuk komplikasi
jaringan ginjal. Pengaruh angiotensin II dapat terjadi makrovaskular walaupun jelas didapatkan penurunan
melalui 2 macam reseptor yaitu reseptor AI I dan reseptor tetapi penurunan tersebut tidak bermakna. Kemungkinan
AT2. Sebagian besar respons fisiologis terhadap besar karena untuk terjadinya komplikasi makr.ovakular
angiotensin berjalan melalui reseptor AI1. Penghambatan banyak sekali faktor lain selain hiperglikemia yang juga
terhadap kerja angiotensin II memakai Ace berpengaruh, seperti faktor tekanan darah danjuga faktor
inhibitor terbukti dapat mengurangi kemungkinan lipid. Pada UKPDS jelas didapatkan bahwa menurunkan
terjadinya penyakit kardiovaskular. tekanan darah tinggi dapat memberikan pengaruh yang
nyata bermakna terhadap penurunan komplikasi
makrovaskular DM. Berbagai faktor lain terkait komplikasi
Prokoagulan
Segera setelah terjadi aktivasi PKC akan terjadi penurunan
kronik DM, termasuk merokok tentu saja harus
fungsi fibrinolisis dan kemudian akan menyebabkan diperhatikan dalam usaha menurunkan tingkat kejadian
meningkatnya keadaan prokoagulasi yang kemudian pada berbagai komplikasi laonik DM. Pada pembicaraan berikut
gilirannya akan menyebabkan kemungkinan penyumbatan akan dikemukakan hal-hal yang perlu dikerjakan untuk
pembuluh darah. Pada penyandang DM denganadanya berbagai faktor terkait komplikasi DM tersebut, yaitu
Liperglikemia melalui UerUagai mekanisnG akan untuk diagnosis dini dan strategi pengelolaannya.
menyebabkan terjadinya gangguan terhadap pengaturan
berbagai macam fungsi trombosit, yang kemudian juga
akan menambah kemungkinan terjadinya keadaan CARADIAGNOSIS DINI
prokoagulasi pada penyandang DM. Dengan demikian
jelas adanya peran faktor prokoagulasi pada kemungkinan
Mencegah jauh lebih baik dari mengobati. Pemeo ini juga
terjadinya komplikasi kronik DM.
sangat tepat untuk diterapkan pada komplikasi kronik
DM. Biaya yang diperlukan akan sangat membengkak
PPAR sekiranya sudah terjadi komplikasi kronik DM. Oleh
Ekspresi PPAR didapatkan pada berbagai jaringan vaskular karena itu mengenal berbagai faktor risiko terjadinya
dan berbagai kelainan vaskular, terutama pada sel otot komplikasi vaskular kronik DM dan kemudian usaha
polos, endotel dan monosit. Ligand terhadap PPAR alpha menegakkan diagnosis dini menjadi sangat penting
terbukti mempunyai efek inflamasi. Pada tikus percobaan maknanya.
yang tidak mempunyai PPAR alpha didapatkan respons
inflamasi yang memanjang jika tikus tersebut distimulasi
dengan berbagai stimulus. Pada sel otot polos pembuluh Retinopati
darah, asam fibrat, (suatu ligand PPAR) terbukti dapat Berbagai kelainan akibat DM dapat terjadi pada retina, mulai
menghambat signal proinflamatori akibat rangsangan dari retinopati diabetik non-proliferatif sampai perdarahan
sitokin dari NF-kB dan APl. Dari beberapakenyataan retina, kemudian juga ablasio retina dan lebih lanjut lagi
tersebut, dapat disimpulkan bahwa PPAR terkait juga dapat mengakibatkan kebutaan. Diagnosis dini retinopati
dengan terjadinya komplikasi kronik DM. dapat diketahui melalui pemeriksaan retina secara rutin.
1926 MEf,ABOIII(ENDOKRIN

Pada praktik pengeloaan DM sehari-hari, dianjurkan untuk Penyakit Jantung Koroner


memeriksa retina mata pada kesempatan pertama Kewaspadaan untuk kemungkinan terj adinya penyakit
pertemuan dengan penyandang DM dan kemudian setiap pembuluh darah koroner harus ditingkatkan terutama
tahun atau lebih cepat lagi kalau diperlukan sesuai dengan untuk mereka yatgmempunyai risiko tinggi terjadinya
keadaan kelainan retinanya kelainan aterosklerosis seperti mereka yang
Ada beberapa cara untuk memeriksa retina: mempunyai riwayat keluarga penyakit pembuluh darah
. Cara Langsung dengan memanfaatkan oftalmoskop koroner atau pun riwayat keluarga DM yang kuat. Jika
standard ada kecurigaan seperti misalnya ketidak-nyamanan
. Oftalmoskopi Indirek dengan slit lamp bio-microscope pada daerah dada, harus segera dilanjutkan dengan
. Fotografi Retina (cara penjaringan yang paling pemeriksaan penjaring yang teliti untuk mencari dan
dianjurkan) menangkap kemungkinan adany a penyakit pembuluh
. Kelainan yang ada pada retina sangat bervariasi. darah koroner,paling sedikit dengan pemeriksaan EKG
Beberapa keadaaan memerlukan rujukan pada ahli saat istirahat, kemudian dilanjutkan dengan
penyakitmata. pemeriksaan EKG dengan beban, serta sarana
. Rujukanharus sesegeramungkin: retinopatiproliveratif konfirmasi diagnosis lain untuk deteksi dini CAD. Pada
rubeosis iridis/glaukoma neovaskular, perdarahan penyandang DM, rasa nyeri mungkin tidak nyata akibat
vitreous, retinopati lanjut adanya neruopati yang sering sekali terjadi pada
. Rujukan sedini mungkin: Perubahan-perubahan penyandang DM.
pre-proliveratii Makulopati, Menurunnya tajam
penglihatan lebih dari 2barispada karhr Snellen
. Rujukan Rutin: katarak, retinopati diabetik non
Penyakit Pembuluh Darah Perifer
Mengenali dan mengelola berbagai faktor risiko terkait
proliferatif yang tidak mengancam makula./ fovea
terjadinya kaki diabetes dan ulkus diabetes merupakan
hal yang paling penting dalam usaha pencegahan
Nefropati terjadinya masalah kaki diabetes. Adanya perubahan
Kelainan yang terjadipada ginjalpenyandang DM dimulai bentuk kaki (callus, kapalan, dll.), neurupati dan adanya
dengan adanya mikroalbuminuria, dan kemudian penurunan suplai darah ke kaki merupakan hal yang
berkembang menjadi proteinuria secara klinis, berlanjut harus selalu dicari dan diperhatikan pada praktik
dengan penurunan fungsi laju filtrasi glomerular dan pengelolaan DM sehari-hari. Penyuluhan pada para
berakhir dengan keadaan gagal ginjal yang memerlukan penyandang DM mengenai diabetes melitus pada
pengelolSan dengan pengobatan substitusi. Pemeriksaan umumnya serta perawatan kaki pada khususnya harus
untuk mencari mikroalbuminuria seyogyanya selalu digalakkan. Memberdayakan penyandang diabetes agar
dilakukan pada saat diagnosis DM ditegakkan dan setelah dapat mandiri mencegah dan mengelola berbagai hal
itu diulang setiap tahun. Penilaian terhadap adanya sederhana terkait terbentuknya ulkus kaki diabetes
mikroalbuminuria harus dilakukan dengan cermat maupun berbagai komplikasi kronik DM lain merupakan
dan perlu diulang beberapa kali untuk memberikan hal yang sangat penting untuk dilewatkan begitu saja.
keyakinan yang lebih besar. Beberapa keadaan dapat Penggunaan monofilamen SemmesWeinstein yang
memberikan hasil positif palsu, seperti misalnya latihan sangat mudah dan sangat sederhana perlu digalakkan
jasmani, infeksi saluran kemih, hematuria, minum untuk mendeteksi insensitivitas pada kaki yang
berlebihan, cara penampungan yang tidak tepat danjuga potensial rentan untuk menyebabkan terjadinya
semen. masalah kaki diabetes dan ulkus diabetes. Demikian juga
Ditemukannya mikroalbuminuria mendorong pengukuran rutin indeks ankle-brachial merupakan hal
dan mengharuskan agar dilakukan pengelolaan DM yang yang harus dilakukan pada setiap pengunjung poliklinik
lebih intensif termasuk pengelolaan berbagai faktor DM.
risiko lain untuk terjadinya komplikasi kronik DM seperti Pendekatan multidisipliner dengan mengaktifkan tim
tekanan darah, lipid dan kegemukan serta merokok. multidisiplin pengelola kaki sangat penting dikembang-
Penyandang DM dengan mikroalbuminuria seyogyanya kan di setiap sarana pengelola DM. Setiap penyandang
dikelola oleh dokter yang berpengalaman dan DM seyogyanya mendapatkan pencerahan dan
mumpuni dalam memodifikasi berbagai faktor risiko terkait kemudahan untuk mendap at lay anan tim multidisipliner
terjadinya komplikasi kronik DM. Penyandang DM dengan tersebut. Pemeriksaan kaki lengkap berkala setiap tahun
laju filtrasi glomerulus atau bersihan kreatinin < 30 mLl merupakan hal yang perlu dikerjakan untuk mencegah
menit seyogyanya sudah dirujuk ke ahli penyakit ginjal terjadinya kaki diabetes/ulkus-gangren diabetes yang
untuk menjajagi kemungkinan dan untuk persiapan terapi merupakan salah satu kompliksai kronik DM yang paling
pengganti bagi kelainan ginjalnya, baik nantinya berupa ditakuti para penyandang DM maupun para pengelola
dialisis maupun transplantasi ginjal. DM.
KOMPT,IKAIII KRONIK DIABETES
t927

STRATEGI PENGELOI.AAN BERBAGAI KOMPLIKASI konsentrasi kolesterol LDL sampai 70 mgldLpada pasien
KRONIKDM dengan penyakit pembuluh darah koroner yang disertai
DM atau dengan berbagai komponen sindrom metabolik
Dengan mengetahui berbagai faktor risiko terkait terjadinya lain seperti konsentrasi kolesterol HDL yang rendah, dan
komplikasi kronik diabetes melitus secara umum maupun konsentrasi trigliserida yang tinggi. Demikian juga dengan
faktorrisiko khusus kompikasi kronik diabetes melitus yang adanya faktor risiko lain yang kuat, seperti misalnya pada
tertentu seperti mikroalbuminuria untuk nefropati atau pun perokok berat.
deformitas kaki untuk penyakit pembuluh darah perifer,
kemudian dapat segera dilakukan berbagai usaha umum Faktor Lain
untuk pencegahan kemungkinan terjadinya komplikasi
kronik diabetes melitus. Pola hidup sehat: Pengubahan pola hidup ke arah pola
hidup yang lebih sehat merupakan dasar penting utama
usaha pencegahan dan pengelolaan komplikasi kronik DM.
Pengendalian Konsentrasi Glukosa Pola hidup sehat harus selalu diterapkan dan dibudayakan
Saatini pilar utama pengelolaan DM meliputi penyuluhan,
sepanjang hidup.
pengaturan makan, kegiatan jasmani dan pemakaian obat
Walaupun belum ada bukti yang meyakinkan, merokok
hipoglikemiak oral maupun insulin, baik sendiri maupun
dikatakan dapat mempercepat timbulnya mikroalbuminuria
dengan cara kombinasi berbagai obat hipoglikemiak. Usaha
dan kemudian perkembangan lebih lanjut ke arah
menggabungkan berbagai sarana pengelolaan tersebut
makroproteinuria. Merokok juga sudah dengan sangat
sudah terbukti dapat dengan bermakna menurunkan jelas berperan penting pada terjadinya kelainan
insidensi komplikasi kronik DM, seperti yang sudah makrovaskular pada penyandang DM. Oleh karena itu
dibuktikanpada studi UKPDS, dan studi Kumamoto pada
berhenti merokok merupakan satu anjuran yang harus
DM tipe 2 serta studi DCCT pada penyandang DM tipe
digalakkan bagi semua penyandang DM dalam. rangka
l.Banyak sekali ditemui berbagai algoritma dan petunjuk pencegahan terjadinya komplikasi kronik DM secara
praktis pengelolaan DM, termasuk yang diajukan oleh
umum.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia pada tahwr 2002.
Mengenai sasaran pengelolaan konsentrasi glukosa darah Perencanaan makan: Perencanaan makan yang sesuai
untuk dapat menghasilkan pencegahan komplikasi kronik dengan anjuran pelaksanaan pola hidup meliputi anjuran
yang maksimal juga banyak didapatkan pada berbagai buku mengenai jumlah masukan kalori secara keseluruhan
dan sumber/ bacaan lain. maupun persentase masing komponen diet baik
makronutrien maupun mikronutrienny a, y ang tercakup
secara keseluruhan dalam anjuran gizi seimbang bagi
Tekanan Darah penyandang DM.
Untuk mendapatkan tekanan darah yang sebaik-baiknya
Walaupun hubungan antara masukan protein tinggi
guna mencegah komplikasi kronik DM, sudah banyak buku
dengan risiko terjadinya mikroalbuminuria maupun
petunjuk dan algoritma yarrg dikemukakan, juga oleh
perburukan lebih lanjut mikroalbumiuria belum secara
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Obat penghambat
konklusif terbukti, pada metanalisis sudah dapat ditunjukkan
sistem renin angiotensin (Inhibitor ACE, ARB atau pun
bahwa paling sedikit pada penyandang DM tipe 1 yang
kombinasi keduanya) dapat dipergunakan untuk mencegah
disertai nefropati, restriksi masukan protein terbukti dapat
kemungkinan terjadinya dan kemungkinan semakin
memperlambat perburukan laju frltrasi glomerular. Saat ini
bertambah beratnya mikroalbuminuria. Cara menurunkan
dianjurkan untuk memberikan masukan protein sebanyak
tekanan darah dan sasaran tekanan darah yang harus
0,8 g /kg berat badan idaman bagi penyandang DM dengan
dicapai pada penyandang DM juga sudah dibicarakan
nefropati. Dianjurkan untuk memberikan protein dengan nilai
dengan lebih rinci pada bagian lain buku ini.
biologis yang tinggi.
Sebagai pencegahan primer terjadinya komplikasi
Pengendalian Lipid konik DM, Aspirin sebanyak 75-162 mg terbukti bermanfaat
Mengenai pengelolaan lipid pada penyandang diabetes dan dianjurkan pada semua penyandang DM di atas umur
melitus juga sudah dibicarakan secara ekstensif. Pada 40 tahun yang mempunyai risiko tambahan untuk
pengelolaan dislipidemia, DM dianggap sebagai faktor terjadinya komplikasi seperti riwayat keluarga yang
risiko yang setara dengan penyakit jantung koroner, kuat, adanya hipertensi, dislipemia, merokok dan
sehingga adanya DM pada dislipidemia harus dikelola mikroalbuniuria.
secara lebih agresif dan sasaran pengelolaan lipid untuk Alfa tokoferol, asam alfa lipoik, dan asam askorbat
penyandang DM seyogyanya lebih rendah daripada merupakan zat yang dikatakan dapat mengurangi efek
orang yang normal, non-DM, yaitu konsentrasi kolesterol negatif stres oksidatif dan inflamasi pada penyandang
LDL kurang dari 100 mg/dl. Dianjurkan unflrk menurunkan DM.
1928 MEIABOLIKENT'OKRIN

CARA KHUSUS PENCEGAHAN DAN PENGELOI.AAN diperhatikan bahwa berbagai aspek pengelolaan harus
BERBAGAI KOMPLIKASI KRONIK DM dicermati dengan baik: kendali metabolik, kendali infeksi,
kendali vaskular, keharusan untuk mengistirahatkan kaki
Di samping usaha pencegahan primer komplikasi kronik untuk tidak mendapat beban, penyuluhar, agar
DM secaraumum seperti yang sudah dikemukakan di atas, penyandang DM dengan ulkus dan gangren DM dapat
berbagai usaha khusus dapat dikerjakan untuk masing- bekerja sama mencapai tujuan untuk menyelamatkan kaki,
masing komplikasi kronik DM, baik berupa pencegahan semua harus dikerjakan secara menyeluruh.
primer komplikasi kronik maupun usaha memperlambat Pendekatan pengelolaan dengan memanfaatkan kerja
progresi komplikasi kronik yang sudah terjadi. sama tim akan sangat membantu tercapainya keberhasilan
usaha penyelamatan kaki diabetes ini.
Retinopati
Pengobatan koagulasi dengan sinar laser terbukti dapat Neuropati
bermanfaat mencegah perburukan retina lebih lanjut yang Adanya keluhan dan kemudian ditegakkannya diagnosis
kemudian mungkin akan mengancam mata. Fotokoagulasi neuropati diabetik mengharuskan kita untuk berusaha
dapat dikerjakan secara pan-retinal. Tindakan lain yang mengendalikan konsentrasi glukosa darah sebaik mungkin.
mungkin dilakukan adalah vitrektomi dengan berbagai Pengelolaan keluhan neuropati umumnya bersifat
macam cara. Demikian pula tindakan operatif lain seperti simtomatik, dan sering pula hasilnya kurang memuaskan.
perbaikan ablasio retinanya dapat dilakukan untuk Pada keadaan neuropati perifer yang disertai rasa sakit,
menolong mencegah perburukan fungsi mata. berbagai usaha untuk pencegahan dan pengelolaan DM
serta berbagai faktor risikonya harus juga dikerjakan.
Nefropati Berbagai obat simtomatik untuk nyerinya dapat pula
Setelah berbagai cara pencegahan konservatif tidak diberikan, namun umumnya tidak banyak menj anjikan hasil
berhasil menghambat laju perburukan filtrasi glomerular, yang baik. Saat ini didapatkan berbagai sarana yangdapat
dan kemudian sudah mencapai tahap gagal ginjal-penyakit diberikan untuk mengatasi keluhan rasa nyeri yang hebat
ginjal tahap terminal, dapat dilakukan pengelolaan pada penyandang neuropati DM dengan nyeri ini. Berbagai

pengganti untuk membantu fungsi ginjal, baik berupa obat untuk mengurangi rasa nyeri dapat diberikan,
hemodialisis maupun dialisis peritoneal. Di samping kedua Demikian pula obat berupa obat gosok seperti krim
modalitas tersebut di atas, transplantasi ginjal merupakan Capsaicin (Capzactn) dapat dipakai pada penyandang DM
pilihan lain terapi pengganti fungsi ginjal yang dapat dengan neuropati yang menyakitkan.
dilakukan pada penyandang DM dengan gagal ginjal. Dengan adanya pengetahuan baru mengenai terjadinya
komplikasi kronik DM, dan berbagai cara baru untuk
mendeteksi dan kemudian mengelola komplikasi kronik DM
Penyakit Pembuluh Darah Koroner dapat dimungkinkan keberhasilan usaha untuk mencegah,
Pengelolaan konservatif untuk penyakit pembuluh darah memperbaiki, atau paling sedikit mengurangi berbagai
koroner dapat diberikan kepada penyandang DM. Berbagai akibat komplikasi kronik DM ini. Nasib penyandang DM
obat tersedia untuk keperluan ini. Saat ini banyak cara diharapkan akan lebih cerah.
baik semi-invasif maupun invasif yang dapat dipakai untuk
menolong penyandang DM dengan penyakit pembuluh
darah koroner. Tindakan melebarkan pembuluh darah
KESIMPULAN DAN SARAN
koroner secara peniupan dengan balon dan pemasangan
gorong-gorotg (stent) merupakan cara yang banyak . Insidensi DM dan komplikasi kronik akibat DM
dimanfaatkan untuk memperbaiki fungsi pembuluh darah
meningkat dengan pesat di seluruh dunia, termasuk di
koronerjantung. Beberapa kasus lain memerlukan tindakan
Indonesia
operatif bedah pintas koroner untuk memperbaiki fungsi . Mekanisme terjadinya komplikasi kronik DM sangat
jantungnya.
kompleks, mencakup beberapa jalur mekanisme
biokimiawi dan beberapa proses patobiologik
Penyakit Pembuluh Darah Perifer . Deteksi dini berbagai komplikasi laonik DM seyogyanya
Usaha mencegah terjadinya ulkus dan gangren kaki merupakanbagianrutin praktik pengelolaan DM
diabetik sering gagal dan penyandang DM jatuh ke sehari-hari
keadaan terjadinya ulkus bahkan kemudian disertai . Usaha pencegahan terjadinya komplikasi kronik DM
gangren yang dapat merenggut nyawa. Usaha untuk seyogyanya dilakukan dengan cermat dan sedini
menyelamatkan kaki dengan meng-optimalisasikan mungkin, yaitu dengan melakukan pengelolaan DM
pengelolaan kaki menjadi sangat penting untuk dikerjakan. sedemikian rupa sehingga tercapai sasaran
Pada pengelolaan ulkus/gangren kaki diabetik harus selalu pengendalian metabolik DM secara komprehensif d a n
KOMPLIKASI KRONIK DIABETES 1929

holistik (mencakup bukan hanya mengenai konsentrasi LaRosa JC et al. N Engl J Med 2005;352:e-pages.
Maclsaac RJ, Watts GF. Diabetes and the Kidney. In: Shaw KM and
glukosa darah, tetapijuga mengenai tekanan darah,
Cummings MH, Eds. Diabetes Chronic Complications. Second
lipid, kegemukan dan mencegah merokok serta berbagai
Edition. John Wiley & Sons Ltd. 2005.p. 21-41.
faktor risiko terjadinya komplikasi DM yang lain) Marrero MB, Stem DM. Structure and Function of the Vessel Wall.
. Kemungkian terjadinya komplikasi kronik DM harus In: Marso SP, Stern DM, Eds. Diabetes and Cardiovascular
diantisipasi sedini mungkin dengan usaha deteksi Disease: Integrating Science and Clinical Medicine.
dini, dan kemudian komplikasi yang sudah timbul Philadelphia:Lipincot Williams & Wilkins; 2004.p. 3-18.
segera dikelola sebaik-baiknya dengan memanfaatkan Meeking D, Holland E, Land D. Diabetes and Foot Disease. In: Shaw
berbagai sarana dan cara yang mungkin dilakukan baik KM and Cummings MH, Eds. Diabetes Chronic Complications.
Second Edition. John Wiley & Sons Ltd; 2005.p. 2l-41.
cara yang non invasif maupun kemudian jugaberbagai
Shotliff K, Duncan G. Diabetes and the Eye. In : Shaw KM and
carayang invasif . Cummings MH, Eds. Diabetes Chronic Complications Second
Edition. John Wiley & Sons Ltd. 2005.p. l-21.
The Indonesian Society of Endocrinology. Guidelines for the Man-
REFERENSI agement of Diabetes in Indonesia. Jakarta 2002.
The American Diabetes Association. Standard of Medical Care in
Devaraj S, Vega-Lopez S, Jialal I. Antioxidants, oxidative stress and Diabetes. Diabetes Care. 2004; 27(1); S15-35.
inflammation in diabetes. In: Marso SP, Stern DM, Eds. Diabe- The American Diabetes Association. Nutrition Principles and
tes and Cardiovascular Disease: Integrating Science and Clinical Recommendation in Diabetes. Diabetes Care. 2004;27(1); 536-
Medicine. Philadelphia: Lipincot Williams & Wilkins; 2004.p. 46.
t9-29. The American Diabetes Association Preventive foot care in
Fisher M, Shaw KM. Diabetes and the heart. In: Shaw KM and diabetes 2004; 27(l); S$'4.
Cummings MH, Eds Diabetes Chronic complications, Second The American Diabetes Association. Dyslipidemia danagement in
Edition. John Wiley & Sons Ltd; 2005.p. l2l-41. adults with diabetes. Diabetes Care. 2004;27(l); 568-71.
Grant PJ, Lucinda K, Summers M. Diabetes, impaired fibrinolysis and The American Diabetes Association. Smoking and,diabetes.
thrombosis. In: Marso SP, Stern DM, Eds. Diabetes and Cardio- Diabetes Carc. 20O4;27(1); 574-5.
vascular Disease: Integrating Science and Clinical Medicine. Phila- The American Diabetes Association. Aspirin in diabetes. Diabetes
delphia: Liphcot Williams & Wilkins; 2004.p.269-85. Carc. 2004; 27(1); 572-3.
Grundy SM, et al. Circulation 2004;110:227 -39. The American Diabetes Association Nephropathy in diabetes
He Zhiheng, Ma RCW, King GL. Role of Protein Kinase C Isoforms Diabetes Care 2004;27(1); 579-83.
in Diabetic Vascular Dysfunction. In: Marso SR Stem DM, Eds. The American Diabetes Association. Retinopathy in Diabetes.
Diabetes and Cardiovascular Disease: Integrating Science and Diabetes Carc 2004; 27(1); 584-87.
Clinical Medicine. Philadelphia: Lipincot Williams & Wilkins; The American diabetes association. Hypertension Management in
2004.p. 37 -48. Adults with Diabetes Mellitus. Diabetes Care 2004; 27(l): 565-7.
Kelly R, Steinhubl SR. Platelet Dysfunction. In: Marso SR Stem DM, West IC. Radicals and oxidative stress in diabetes Diabetic
Eds. Diabetes and Cardiovascular Disease: Integrating Science Medicine. 2000; 17: 171-80.
and Clinical Medicine. Philadelphia: Lipincot Williams& Wikins;
2004.p.251-61.
301
RETINOPATI DIABETIK
KarelPandelaki

PENDAHULUAN Jalur Poliol


Hiperglikemia yang berlangsung lama akan menyebabkan
Retinopati diabetik merupakan penyebab kebutaan paling
produksi berlebihan serta akumulasi dari poliol yaitu suatu
sering ditemukan pada usia dewasa antara 20 sampai 74
senyawa gula dan alkohol, dalam jaringan termasuk di
tahun. Pasien diabetes memiliki risiko 25 kati lebihmudah
lensa dan sarafoptik. Salah satu sifat dari senyawa poliol
mengalami kebutaan dibanding nondiabetes. Risiko
ialah tidak dapat melewati membrana basalis sehingga akan
mengalami retinopati pada pasien diabetes meningkat
tertimbun dalam jumlah yang banyak di dalam sel. Senyawa
sejalan dengan lamanya diabetes. Pada wal:tu diagnosis
poliol menyebabkan peningkatan tekanan osmotik sel dan
diabetes tipe I ditegakkan, retinopati diabetik hanya
menimbulkan gangguan morfologi maupun fungsional sel.
ditemukan pada kurang dari 5Yo pasien. Setelah 1 0 tahun,
Percobaan pada binatang menunjukkan inhibitor enzim
prevalensi meningkat medadi 40-50% dan sesudah 20
aldose reduktase (sorbinil) yang bekerja menghambat
tahun lebih dari 90%o pasien sudah menderita retinopati
pembentukan poliol, dapat mengurangi atau memperlambat
diabetik. Pada diabetes tipe 2 ketika diagnosis diabetes
terjadinya retinopati diabetik. Namun, uji klinik pada
ditegakkan, sekitar 25Yo sudah menderita retinopati manusia belum menunjukkan perlambatan dari progresifitas
diabetik nonp roliferatif (b ackground retinop athy). Setelah
retinopati. Penggunaan sorbinil dalam penelitian Sorbinil
20 tahun, prevalensi retinopati diabetik meningkat menjadi
Retinopathy Trialterhadap 497 pasien diabetes tipe I yang
lebih dari 60Yo dalamberbagai derajat. DiAmerika Utara,
diamati selama 3-4 tahun tidak memberi pengaruh terhadap
3,6ohpasiendiabetes tipe I dan 1,60lo pasien diabetes tipe
timbulnya retinopati dan neuropati. Sampai saat ini masih
2 mengalami kebutaan total. Di Inggris dan Wales, sekitar
terus diupayakan penelitian dengan menggunakan
1000 pasien diabetes tercatat mengalami kebutaan sebagian
penghambat enzim aldose reduktase yang lebih kuat.
atau total setiap tahun. Metode pengobatan retinopati
diabetik dewasa ini telah mengalami perkembangan yang
sangat pesat sehingga risiko kebutaan banyak berkurang. Glikasi Nonenzimatik
Namun demikian, karenaangkakejadian diabetes di seluruh
Glikasi nonenzimatik terhadap protein dan asam
dunia cenderung makin meningkat maka retinopati diabetik
deoksiribonukleat @NA) yang te{adi selama hiperglikemia
masih tetap menjadi masalah penting.
dapat menghambat aktivitas enzim dan keutuhan DNA.
Protein yang terglikosilasi membentuk radikal bebas dan
akan menyebabkan perubahan fungsi sel. Penggunaan
ETIO.PATOGENESIS
aminoguanidin, yaitu suatu bahan yang menghambat
Meskipun penyebab retinopati diabetik sampai saat ini pembentukan advanced glycation end product (AGE),
belum diketahui secara pasti, namun keadaaan pada tikus diabetes dilapurkan dapat mengurangi pengaruh
hiperglikemia yarrg berlangsung lama dianggap sebagai diabetes terhadap aliran darah di retina, permeabilitas dan
faktor risiko utama. Ada tiga proses biokimiawi yang terjadi parameter mikrovaskular yang lain. Juga dilapurkan bahwa
pada hiperglikemia yang diduga berkaitan dengan aminoguanidin dapat menghambat produksi senyawa
timbulnya retinopati diabetik yaitu jalur poliol, glikasi vasoaktif oksida nitrat. Beberapa efek lain dari
nonenzimatik dan pembentukan protein kinase C. aminoguanidin kemungkinan bukan hanya disebabkan oleh

1930
RETINOPAIIDIABETIK
1931

penghambatan terhadap pembentukan AGE. Penelitian


dengan menggunakan penghambat pembentukan AGE
saat ini juga masih terus dilakukan. Mekanisme Cara kerja Terapi
Aldose Meningkatkan produksi Aldose
reduktase sorbitol, menyebabkan reduktase
Protein Kinase C kerusakan sel inhibitor
Protein kinase C (PKC) diketahui memiliki pengaruh lnflamasi Meningkatkan perlekatan Aspirin
leukosit pada endotel
terhadap permeabilitas vaskular, kontraktilitas, sintesis kapiler, hipoksia,
membrana basalis dan proliferasi sel vaskular. Dalam kebocoran, edema
kondisi hiperglikemia, aktivitas PKC di retina dan sel makula
Protein Mengaktifkan VEGF, lnhibitor
endotel meningkat akibat peningkatan sintesis de novo kinase C diaktifkan oleh DAG Pada terhadap
dari diasilgliserol, yaitu suatu regulator PKC, dari glukosa. hiperglikemia PKC B-
Diasilgliserol terbukti diproduksi dalam jumlah yang isoform
ROS Menyebabkan kerusakan Antioksidan
banyak di retina mata dari anjing dengan galaktosemia enzim dan komponen sel
yang disertai retinopati. Saat ini sedang dilakukan uji klinik yang penting
penggunaan ruboxistaurin, suatu penghambat PKCa- AGE Mengaktifkan enzim-enzim Aminoguanidi
yang merusak n
isoform, pada pasien retinopati diabetik. Frank RN,
Nitrit oxide Meningkatkan produksi Amioguanidin
mengemukakan beberapa hipotesis mengenai mekanisme synthase radikal bebas,
patogenesis retinopati diabetik dan kemungkinan terapi meningkatkan VEGF
yang dapat dilakukan (Tabel 1). Selain pengaruh Menghambat Menyebabkan hambatan Belum ada
ekspresi gen terhadap jalur
hiperglikemia melalui berbagai jalur metabolisme, sejumlah metabolisme sel
faktor lain yang terkait dengan diabetes melitus seperti Apoptosis sel Penurunan aliran darah ke Belum ada
peningkatan agregasi trombosit, peningkatan agregasi perisit dan retina, meningkatkan
sel endotel hipoksia
eritrosit, viskositas darah, hipertensi, peningkatan lemak kapiler retina
darah dan faktor pertumbuhan, diduga turut juga berperan VEGF Meningkat pada hiPoksia Fotokoagulasi
dalam timbulnya retinopati diabetik. retina, nenimbulkan pan-retinal
kebocoran, edema
makula, neovaskular
PEDF Menghambat lnduksi
PATOFISIOLOGI neovasku larisesi, produksi
menurun pada PEDF oleh
hiperglikemia gen PEDF
Retina merupakan suatu struktur berlapis ganda dari GH dan IGF-l Merangsang Hipofisektomi,
fotoreseptor dan sel saraf. Kesehatan dan aktivitas neovaskularisasi GH- receptor
metabolisme retina sangat tergantung pada jaringan kapiler blocker,
octreotide.
retina. Kapiler retina membentuk jaringan yang menyebar
p116= protein kinase C; VEGF= vascular endothel grovtth
ke seluruh permukaan retina kecuali suatu daerah yang
factor; DAG= diacylglycerol; ROS= reactive oxygen species;
disebut fovea. Kelainan dasar dari berbagai bentuk AGE= advanced glycation end-product; PEDF= pigment-
retinopati diabetik terletak pada kapiler retina tersebut. epithetium-derived factor; 651= grovih factor; IGF-l= isulin-
Dinding kapiler retina terdiri dari tiga lapisan dari luar ke like grovtth factor l.

dalam yaitu sel perisit, membrana basalis dan sel endotel.


Sel perisit dan sel endotel dihubungkan oleh pori yang
terdapat pada membran sel yang terletak diantara kapiler retina. Perubahan histopatologis kapiler retina pada
keduanya. Dalam keadaan normal, perbandingan jumlah retinopati diabetik dimulai dari penebalan membran basa-
sel perisit dan sel endotel kapiler retina adalah l:1 lis, hilangnya perisit dan proliferasi endotel dimana pada
sedangkan pada kapiler perifer yang lain perbandingan keadaan lanjut perbandingan antara sel endotel dan sel
tersebut mencapai 20:1. Sel perisit berfungsi perisit dapat mencapai 10: I . Patofisiologi retinopati diabetik
mempertahankan struktur kapiler, mengatur kontraktilitas, melibatkan lima proses dasar yang terjadi di tingkat kapiler
membantu mempertahankan fungsi barrier dan transportasi yaitu: l) pembentukan mikroaneurisma, 2) peningkatan
kapiler serta mengendalikan proliferasi endotel. Membran permeabilitas pembuluh darah, 3) penyumbatan pembuluh
basalis berfungsi sebagai barrier dengan mempertahankan daruh,4) proliferasi pembuluh darah baru (neovascular)
permeabilitas kapiler agar tidak terjadi kebocoran. Sel dan jaringan fibrosa di retina, 5) kontraksi dari jaringan
endotel saling berikatar, erat satu sama lain dan bersama- fibrosis kapiler dan jaringan vitreus. Penyrmbatan dan
sama dengan matriks ekstasel dari membran basalis hilangnya perfusi (nonperfusion) menyebabkan iskemia
membentuk barrier yang bersifat selektif terhadap beberapa retina sedangkan kebocoran dapat terjadi pada semua
jenis protein dan molekul kecil termasuk bahan kontras komponen darah. Kebutaan akibat retinopati diabetik dapat
fluoresensi yang digunakan untuk diagnosis penyakit terjadi melalui beberapa mekanisme berikut: 1). edema
1932 METABOLIKENDOKRIN

makula atau nonperfusi kapileq 2). pembentukan pembuluh diameter antara 15-60 im dan sering kelihatan pada bagian
darah baru pada retinopati diabetik proliferatif dan posterior. Meskipun belum jelas penyebabnya, namun
kontraksi jaringan fibrosis menyebabkan ablasio retina terjadinya mikroaneurisma diduga berhubungan dengan
(retinal detachment), 3). pembuluh darah baru yang faktor vasoproliferatif yang dihasilkan endotel, kelemahan
terbentuk menimbulkan perdarahan preretina dan vitreus, dinding kapiler akibat berkurangnya sel perisit, serta
4). pembentukan pembuluh darah baru dapat menimbulkan meningkatnya tekanan intra luminal kapiler. Kelainan
glaukoma. morfologi lain ialah penebalan membran basalis,
Perdarahan adalah bagian dari stadium retinopati perdarahan ringan, eksudat keras yang tampak sebagai
diabetik proliferatif dan merupakan penyebab utama dari bercak berwarna kuning dan eksudat lunak yang tampak
kebutaan pernanen. Selain itu, kontraksi dari jaringan sebagai cotton wool spot. Perdarahan terjadi akibat
fibrovaskular yang menyebabkan ablasio retina kebocoran eritrosit, eksudat terj adi akibat keboco ran dan
(terlepasnya lapisan retina) juga merupakan salah satu deposisi lipoprotein plasma, sedangkan edema terjadi
penyebab kebutaan pada retinopati diabetik proliferatif. akibat kebocoran cairan plasma. Retinopati diabetik
nonproliferatif berat sering disebut juga sebagai retinopati
diabetik iskemik, obstruktif atau preproliferatif. Gambaran
DIAGNOSIS DAN KLASIFIKASI yang dapat ditemukan yaitu bentuk kapiler yang berkelok
tidak teratur akibat dilatasi yang tidak beraturan dan
Diagnosis retinopati diabetik didasarkan atas hasil cotton wool spot, yaiit daerah retina dengan gambaran
pemeriksaan funduskopi. Pemeriksaan dengan fundal bercak berwarna putih pucat dimana kapiler mengalami
fluorescein angiography (FFA) merupakan metode sumbatan. Dalamwaktu 1-3 tahun, RDNP berat (retinopati
diagnosis yang paling dipercaya. Namun dalam klinik preproliferatif) sering berkembang menjadi retinopati
pemeriksaan dengan oftalmoskopi masih dapat digunakan diabetik proliferatif sehingga merupakan calon untuk
unhrk skrining. Ada banyak klasifftasi retinopati diabetik mendapat terapi fotokoagulasi, baik disertai maupun tidak
yang dibuat oleh para ahli. Pada umumnya klasifikasi disertai edemamakula.
didasarkan atas beratnya perubahan mikrovaskular retina
dan ada atau tidakadanya pembentukan pembuluh darah
Retinopati Diabetik Proliferatif
baru di retina. Early Treatment Diabetic Retinopathy
Retinopati diabetik proliferatif ditandai dengan
Study Research Group (ETDRS) membagi retinopati
pembentukan pembuluh darah baru. Pembuluh darah baru
diabetik atas nonproliferatif dan proliferatif. pertemuan
tersebut hanya terdiri dari satu lapisan sel endotel tanpa
Airlie House membagi retinopati diabetik atas 3 stadium
sel perisit dan membrana basalis sehingga bersifat sangat
yaitu stadium nonproliferatif, preproliferatif dan proliferatif.
rapuh dan mudah mengalami perdarahan. Pembuluh darah
Retinopati diabetik digolongkan sebagai retinopati diabetik
baru tersebut yatgat berbahaya karena bertumbuh secara
nonproliferatif (RDNP) apabila hanya ditemukan
abnormal keluar dari retina dan meluas sampai ke vitreus,
perubahan mikrovaskular dalam retina. Kelainan fundus
menyebabkanperdarahan di sana dan dapat menimbulkan
pada RDNP dapat berupa mikroaneurisma atau kelainan
kebutaan. Perdarahan kedalam vitreus akan menghalangi
intraretina yang disebut intraretinal microvascular
transmisi cahaya ke dalam mata dan memberi penampakan
abnormalities (IRMA) akibat peningkatan permeabilitas
berupa bercak warna merah, abu-abu atau hitam pada
kapiler. Penyumbatan kapiler retina akan menimbulkan
lapangan penglihatan. Apabila perdarahan terus berulang,
hambatan perfusi yang secara klinik ditandai dengan
dapat terjadi jaringan fibrosis atau sikatriks pada retina.
perdarahan, kelainan vena dan IRMA. Iskemia retina akibat
Oleh karena retina hanya berupa lapisan tipis yang terdiri
hambatan perfusi akan merangsang proliferasi pembuluh
dari beberapa lapis sel saja, maka sikatriks dan jaringan
darah baru (neovaskular). Neovaskular merupakan tanda
fibrosis yang terjadi dapat menarik retina sampai terlepas
khas retinopati diabetik proliferatif (RDP).
sehingga terjadi ablasio retina (retinal detachment).
Pembuluh darahbaru dapatjuga terbentuk di dalam stroma
Retinopati Diabetik Nonproliferatif dari iris dan bersama dengan jaringan fibrosis yang terjadi
Retinopati diabetik nonproliferatif merupakan bentuk yang dapat meluas sampai ke sudut dari chamber antrior.
paling ringan dan sering tidak memperlihatkan gejala. Keadaan tersebut dapat menghambat aliran keluar dari
qqueous humor dan menimbulkan glaukoma neovaskular
Stadium ini sulit dideteksi hanya dengan pemeriksaan
yang ditandai dengan meningkatnya tekanan intraokular.
oftalmoskopi langsung maupun tidak langsung. Cara yang
Kebutaan dapat terjadi apabila ditemukan pembuluh darah
paling baik ialah dengan menggunakan foto fundus dan
baru yang meliputi Y+ daerah diskus, adanya perdarahan
FFA. Mikroaneurisma yang terjadi pada kapiler retina pre-retina, pembuluh darah baru yang terjadi di mana saja
merupakan tanda paling awal yang dapat dilihat pada (neovas cul arization els auhere) yang disertai perdarahan,
RDNP. Dengan oftalmoskopi atau foto warna fundus, atau perdarahan di lebih dari separuh daerah diskus atau
mikroaneurisma tampak berupa bintik merah dengan vitreus.
RETINOPAIIDABETIK 1933

PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN


Retinopati diabetik nonproliferatif
1. Retinopati nonproliferatif minimal: terdapat > 1 tanda
Pencegahan dan pengobatan retinopati diabetik
berupa dilatasi vena, mikoroaneurisma, perdarahan merupakan upaya yang harus dilakukan secara bersama
intraretina yang kecil atau eksudat keras untuk mencegah atau menunda timbulnya retinopati dan
2. Retinopati nonproliferatif rin$an sampai sedang: juga untuk memperlambat perburukan retinopati. Tujuan
terdapat > 1 tanda berupa dilatasi vena derajat ringan,
perdarahan, eksudat keras, eksudat lunak atau IRMA utama pengobatan retinopati diabetik ialah untuk
3. Retinopati nonproliferatif berat: terdapat > 1 tanda mencegah terjadinya kebutaan permanen. Pendekatan
berupa perdarahan dan mikroaneurisma pada 4 multidisiplin dengan melibatkan ahli diabetes, perawat
kuadran retina, dilatasi vena pada 2 kuadran, atau
IRMA pada 1 kuadran edukator, ahli gizi, spesialis mata, optometris dan dokter
4. Retinopati nonproliferatif sangat berat: ditemukan > 2 umum, akan memberi harapan bagi pasien untuk
tanda pada retinopati non-proliferatif berat. mendapatkan pengobatan yang optimal sehingga kebutaan
Retinopati diabetik proliferatif
dapat dicegah. Kontrol glukosa darah yang baik
1 Retinopati proliferatif ringan (tanpa risiko tinggi): bila merupakan dasar dalam mencegah timbulnya retinopati
ditemukan minimal adanya neovaskular pada diskus diabetik atau memburuknya retinopati diabetik yang sudah
(NVD) yang mencakup < lo dari daerah diskus tanpa
disertai perdarahan preretina atau vitreus; atau
ada. Metode pencegahan dan pengobatan retinopati
neovaskular di mana saja di retina (NVE) tanpa disertai diabetik saat ini meliputi:
perdarahan preretina atau vitreus . kontrol glukosa darah
2. Retinopati proliferatif risiko tinggi: apabila ditemukan 3 . kontrol tekanan darah
atau 4 dari faktor risiko sebagai berikut, a) ditemukan
pembuluh darah baru di mana saja di retina, b)
. ablasikelenjarhipofisismelaluipembedahanatauradiasi
ditemukan pembuluh darah baru pada atau dekat (jarang dilakukan)
diskus optikus, c) pembuluh darah baru yang tergolong . fotokoagulasi dengan sinar laser:
sedang atau berat yang mencakup > % daerah diskus,
d) perdarahan vitreus - fotokoagulasi panretinal untuk RDP atau gfuukoma
Adanya pembuluh darah baru yang jelas pada diskus neovaskular
optikus atau setiap adanya pembuluh darah baru yang - fotokoagulasi fokal untuk edema makula
disertai perdarahan, merupakan dua gambaran yang .
paling sering ditemukan pada retinopati proliferatif vitrektomi untuk perdarahan vitreus atau ablasio retina.
dengan risiko tinggi.
Pasien dengan retina normal atau RDNP minimal perlu
EIDRS= Early Treatment Diabetic Retinopathy Study; NVD= diperiksa setiap tahun karena pasien yang sebelumnya
new vesse/s on disc; NVE= new vesse/s elsewhere
tanpa retinopati pada waktu diagnosis diabetes ditegakkan,
5%- lo%akan mengalami retinopati setelah 1 tahun. Pasien
RDNP derajat sedang dengan mikroaneurisma, perdarahan
Makulopati Diabetik yalng jarang, atat ada eksudat keras tetapi tidak disertai
Makulopati diabetik merupakan penyebab kebutaan edema makula perlu pemeriksaan ulang setiap 6-l2buJatt
paling sering pada retinopati diabetik. Makulopati diabetik karena sering progresif. Suatu penelitian terhadap pasien
cenderung berhubungan dengan diabetes tipe 2 usia diabetes tipe I ditemukan 16%o dari RDNP derajat sedang
lanjut, sedangkan retinopati proliferatif cenderung yang hanya ditandai eksudat keras dan mikroaneurisma,
ditemukan pada usia muda. Tergantung perubahan utama berkembang kearah stadium proliferatifhanya dalam waktu
yang terjadi pada kapiler retina, makulopati diabetik dapat 4 tahun.
dibedakan dalam beberapa bentuk yaitu makulopati
iskemik, makulopati eksudatif dan edema makula. KontrolGlukosa Darah
Makulopati iskemik terjadi akibat penyumbatan yang luas Untuk mengetahui pengaruh kontrol glukosa darah
dari kapiler di daerah sentral retina. Makulopati eksudatif terhadap retinopati diabetik, Diabetes Control and
terjadi karena kebocoran setempat sehingga terbentuk Complication Trial (DCCT) melakukan penelitian pada
eksudat keras seperti pada RDNP. Makulopati akesudatif 1441 pasien diabetes tipe I yang belum disertai retinopati
perlu segera dilakukan terapi fotokoagulasi untuk dan yang sudah menderita RDNP. Kelompok pasien yang
mencegah hilangnya visus secara permanen. Edema belum disertai retinopati dan mendapat terapi intensif
makula terjadi akibat kebocoran yang difus. Apabila dengan insulin selama 36 bulan mengalami penurunan risiko
keadaan tersebut menetap, maka akan terbentuk kista berisi tejadi retinopati sebesar 76%. Demikian juga pada kelompok
cairan yang dikenal sebagai edema makula kistoid. yang sudah menderita retinopati, terapi intensif dapat
Bila keadaan ini terjadi maka gangguan visus akan mencegah risiko perburukan retinopati sebesar 54%. Efek
menetap dan sukar diperbaiki. Dibanding dengan metode perlindungan melalui mengendalikan glukosa darah juga
diagnostik yan glain, optical coherence tomography (OCT) terlihat dari hasil penelitian United Kingdom Prospective
merupakan metode yang paling baik untuk mendiagnosis Diabetes Study (UI(JDS) terhadap diabetes tipe 2. Pasien
makulopati diabetik. diabetes yang diterapi secara intensif, setiap penurunan
1934 MEIABOLIKENDOKRIN

lo/o HbAlc akan diikuti dengan penurunan risiko Fotokoagulasi


komplikasi mikrovaskular sebesar 35%. Hasil penelitian dari Suatu uji klinik berskala besar yang dilakukan National
DCCT dan UKPDS tersebut memperlihatkan bahwa Institutes of Health diAmerika Serikatjelas menunjukkan
meskipun kontrol glukosa darah secara intensif tidak dapat bahwa pengobatan fotokoagulasi dengan sinar laser
mencegah terjadinya retinopati secara sempurna, namun apabila dilakukan tepat pada waktunya, sangat efektif
dapat mengurangi risiko timbulnya retinopati diabetik dan untuk pasien dengan retinopati diabetik proliferatif dan
memburuknya retinopati diabetik yang sudah ada. Secara edema makula. Indikasi terapi fotokoagulasi ialah
klinik, kontrol glukosa darah yang baik dapat melindungi retinopati diabetik proliferatif, edema makula dan
visus dan mengurangi risiko kemungkinan menjalani terapi neovaskular yang terletak pada sudut chamber anterior.
fotokoagulasi dengan sinar laser. Ada tiga metode terapi fotokoagulasi dengan laser, yaitu:
l). s catter (p anretinal) p hoto co agulation, dilakukan pada
Kontrol Hipertensi kasus dengan kemunduran visus yang cepat dan untuk
Untuk mengetahui pengaruh hipertensi terhadap menghilangkan neovaskular pada saraf optikus dan
permukaan retina atau pada sudut chamber anteioq 2).
retinopati diabetik, UKPDS menganalisis pasien diabetes
tipe 2 yang dilakukan konhol tekanan darah secara ketat fo c al p h o to c o agu I ati on, ditujukan pada mikroaneurisma
dibanding dengan konhol tekanan darah sedang melalui di fundus posterior yang mengalami kebocoran untuk
pengamatan selama 8 tahun. Kelompok pasien dengan mengurangi atau menghilangkan edema makula; 3). grid
kontrol tekanan darah secara ketat mengalami penurunan
photocoagulation, suatt teknik penggunaan sinar laser
dimana pembakaran dengan bentuk kisi-kisi diarahkan pada
resiko progresifitas retinopati sebanyak 3 4Yo. Ap r opr i at e
daerah edema.
Blood Control in Diabetes (ABCD) Study melakttkan
penelitian terhadap kelompok pasien diabetes yang Terapi edema makula sering dilakukan dengan
menggunakan kombinasi/oc al dan grid photocoagulation.
mendapat terapi hipertensi dengan target tekanan diastolik
<75 mmHg dibanding dengan kelompok dengan target
tekanan darah diastol antara 80-89 mmHg. Sebanyak 470 Vitrektomi
pasien diberi terapi nisoldipin atau enalapril secara acak Vitrektomi dini perlu dilakukan pada pasien yang
kemudian dilakukanpengamatan selama 5 tahun. Tekanan mengalami kekeruhan (opacity) vitreus dan yang
darahrata-rata yang dicapai pada kelompokpertama adalah mengalami neovaskularisasi aktif. Vitrektomi dapat juga
132178 mmHg sedangkan kelompok kedua mencapai membantu bagi pasien dengan neovaskularisasi yang
tekanan darah rata-rata 138/86 mmHg. Hasil analisis ekstensif atau yang mengalami proliferasi fibrovaskular.
statistik menunjukkar arfiara kedua kelompok tidak Selain itu, vitrektomi juga diindikasikan bagi pasien yang
ditemukan perbedaan bermakna dalam mencegah mengalami ablasio retina, perdarahan vitreus setelah
progresifitas retinopati. fotokoagulasi, RDP berat, dan perdarahan vitreus yang
tidak mengalami perbaikan.
Ablasi Kelenjar Hipofisis
Dugaan adanya hubungan antara growth hormone dan
retinopati diabetik didasarkan laporan dari sarjana PERJALANAN KLINIS DAN PROGNOSIS
Poulsen mengenai kasus retinopati diabetik pada pasien
diabetes wanita yang mengalami infark hipofisis sewaktu Pasien RDNP minimal dengan hanya ditandai
melahirkan. Setelah dilakukan hipofisektomi ternyata mikroaneurisma yar.g jarang, memiliki prognosis baik
retinopati diabetik yang sudah ada mengalami perbaikan. sehingga cukup dilakukan pemeriksaan ulang setiap I
Sejak itu tindakan hipofisektomi sering dilakukan pada tahun. Pasien yang tergolong ItDI.tP sedang tanpa disertai
pasien diabetes yang sudah disertai retinopati diabetik edema makula, perlu dilakukan pemeriksaan ulang setiap
proliferatif dan memberikan hasil yang baik . P erun growth 6-12 bulan oleh karena sering bersifat progresif. Pasien
hormone terhadap timbulnya retinopati diabetik RDNP derajat ringan sampai sedang dengan disertai edema
didasarkan atas fakta bahwa retinopati diabetik makula yang secara klinik tidak signifikan, perlu diperiksa
berkembang cepat selama usia pubertas. Pada masa kembali dalamwaktu 4-6 bulan oleh karenamemiliki risiko
tersebut kepekaan jaringan terhadap growth hormone besar untuk berkembang menjadi edema makula yang
sangat tinggi. Bukti lain yang memperkuat hipotesis secara klinik signifikan (CSME). Untuk pasien RDNP
tersebut ialah pasien kerdil akibat defisiensi growth dengan CSME harus dilakukan terapi fotokoagulasi. Risiko
hormone yang juga menderita diabetes tidak pernah kebutaan pada stadium ini akan berkurang sampai 50%
mengalami retinopati diabetik dan penyakit mikrovaskular apabila dilakukan terapi fotokoagulasi. Pasien RDNP berat
yang lain. Meskipun demikian, hipofisektomi pada pasien memiliki risiko tinggi menjadi RDP. Separuh dari pasien
diabetes dengan retinopati diabetik saat ini sudah sangat RDNP berat akan berkembang menjadi RDP dalam I tahun
jarang dilakukan. di mana l5Yo diantaranya tergolong RDP dengan risiko
RETINOPAIIDIABETIK
193s

tinggi. PasienRDNP sangatberat, risko menjadi RDP dalam


1 tahun adalah 75o/o dimata 45o/o diarrtaranya tergolong
RDP risiko tinggi. Oleh sebab itu pasien RDNP sangat
berat perlu dilakukan pemeriksaan ulang setiap 3-4 bulan.
Pasien dengan RDP risiko tinggi harus segera diterapi
dengan fotokoagulasi. Teknik yang dilakukan ialah
dengan scatter photocoagulation. Pasien RDP risiko
tinggi yang disertai dengan CSME, terapi fotokoagulasi
mula-mula dengan menggunakan metode focal dan
panretinal (scatter). Oleh karena metode fotokoagulasi
panretinal dapat menimbulkan eksaserbasi dari edema
makula, maka untuk terapi dengan metode panretinal Gambar 4. Advanced background retinOpathy with clinically
(scatter) perlu dibagi dalam2 tahap atau lebih. significant macular edema

Gambar 1. BDR with the white fluffy lesions called cotton wool Gambar 5. Preproliferative retinopathy with venous beading'
spots (CWS), microaneurysms (red dots), and macular edema cotton wool spot, and some hard exudate

Gambar 2. Background diabetic retinopathy Gambar 6. Advanced background retinopathy

Gambar 7. Proliferative diabetic retinopathy neovascularization


Gambar 3. Exudative maculopathy
1936 MEIABOLIKENDOIRIN

REFERENSI

Aiello LM and Cavallerano JD. Ocular complication. In: Lebovitz


HE (Ed.). Therapy for Diabetes and Related Disease. Alexan-
dria, American Diabetes Associalion, 1991.p. 226-240.
Brownlee M. The pathobiology of diabetic compliations a unifliing
mechanism Diabetes 2005, 54 1615-25
Chalam KV, Lin S, Mostafa S. Management of diabetic retinopathy
in the twenty-frrst century. Northeast Florida Medicine, Spring,
2005, p. 8-15
Chew EY Pathophysiology of diabetic retinopathy. In: LeRoith D
et al (Eds.). Diabetes Mellitus a Fundamental and Clinical Text.
2'd edition, Philadelphia: Lippincott William & Wilkins; 2000.
Gambar 8. Proliferative diabetic retinopathy with optic disc
subhyaloid and haemorrhage p. 890-98
Constable IJ. Diabetic retinopathy: pathogenesis, clinical feature
and treatment. In: Turtle JR et al (Eds.). Diabetes in the New
Millennium. Sydney: University of Sydney; 1999.p.365-76
Fing SD, Aiello L, Gardner TW, King GL, Blankenship Q Cavallerano
JD, Fenis FL, Klein R. Retinopathy in diabetes. Diabetes Care
2004,27: suppl. 64-87
Frank RN. Diabetic retinopathy. N Engl J Med. 2004; 35): 48-58
Heaven CJ and Boase DL. Diabetic retinopathy. In: Shaw KN (Ed.).
Diabetic Complications. Baffins Lane, John Wiley & Son, 1996.
p. 1-26.
Oishi N, Kubo E, Takamura Y, Maekawa K, Tanimoto T, Akai Y.
Correlation between erythrocyte aldose reductase level and
human diabetic retinopathy. Br J Ophthalmol 2002;86: 136l-6
The Diabetes Control and Complications Trial Rechearch Group.
The effect of intensive treatment of diabetes on the develop-
Gambar 9. FFA of the left eye in patient with pDR ment and progression of long-term complications in insulin-
dependent diabetes mellitus. N Eng J Med. 1993; 329:977'86
UK Prospective Diabetes Srudy (UIGDS) Group. Intensive blood-
glucose control with sulphonylureas or insulin compared with
conventional treatment and risk of complications in patient
with type 2 diabetes (UKPDS 33). Lancet 7998; 352:837-53
Watkins PJ. ABC of diabetic retinopathy. BMJ 2003, 326:924-26

Gambar 10. PDR with fibrovascular causing a localized traction


retinal detachment

Gambar 11. Panretinal photocoagulation in pDR with vitreous


bleeding
302
KOMPLIKASI KRONIK DM
PENYAKIT JANTUNG KORONER
Alwi Shahab

PENDAHULUAN Dari hasil penelitian didapatkan kenyataan bahwa: 1).


Angka kejadian aterosklerosis lebih tinggi pada pasien
Penyebab kematian dan kesakitan utama pada pasien DM DM dibanding populasi non DM; 2). Pasien DM
(baik DM tipe I maupun DM tipe 2) adalah Penyakit Janrung mempunyai risiko tinggi untuk mengalami trombosis,
Koroner, yang merupakan salah satu penyulit penurunan fibrinolisis dan peningkatan respons inflamasi;
makrovaskular pada diabetes melitus. Penyulit 3). Pada pasien DM terjadi glikosilasi protein yang akan
makrovaskular ini bermanifbstasi sebagai aterosklerosis mempengaruhi integritas dinding pembuluh darah.
dini yang dapat mengenai organ-organ vital (antung dan Haffner dan kawan-kawan, membuktikan bahwa
otak). Penyebab aterosklerosis pada pasien DM tipe 2 aterosklerosis pada pasien DM mulai terjadi sebelum
bersifat multifaktorial, melibatkan interaksi kompleks timbul onsef klinis DM. Studi epidemiologi juga
dari berbagai keadaan seperti hiperglikemia, hiperlipidemia, menunjukkan terjadinya peningkatan risiko payah jantung
stres oksidatif, penuaan dini, hiperinsulinemia dat/atau pada pasien DM dibandingkan populasi non DM, yang
hiperproinsulinemia serta perubahan-perubahan ternyata disebabkan karena kontrol glukosa darah yang
dalam proses koagulasi dan frbrinolisis. Pada pasien DM, buruk dalam waktu yang lama. Disarnping itu berbagai
risiko payah jantung kongestif meningkat 4 sampai 8 kali. faktor turut pula memperberat risiko terjadinya payah
Peningkatan risiko ini tidak hanya disebabkan jantung dan strok pada pasien DM, antara lain hipertensi,
karena penyakit jantung iskemik. Dalam beberapa tahun resistensi insulin, hiperinsulinemia, hiperamilinemia,
terakhir ini diketahui bahwa pasien DM dapat dislipidemia, dan gangguan sistem koagulasi serta
pula mempengaruhi otot jantung secara independen. hiperhomosisteinemia.
Selain melalui keterlibatan aterosklerosis dini arteri kororter Semua faktor risiko ini kadang-kadang dapat terjadi
yang menyebabkan penyakit jantung iskemik juga pada satu individu dan merupakan suatu kumpulan gejala
dapat terjadi perubahan-perubahan berupa fibrosis yang dikenal dengan istilah s indrom resistensi insulin atau
interstisial, pembentukan kolagen dan hipertrofi sel-sel otot sindrom metabolik. Lesi aterosklerosis pada pasien DM
jantung. Pada tingkat seluler terjadi gangguan pengeluaran dapat terjadi akibat :

kalsium dari sitoplasma, perubahan struktur troponin T


dan peningkatan aktivitas piruvat kinase. Perubahan- Hiperglikemia
perubahan ini akan menyebabkan gangguan kontraksi dan Hiperglikemia kronik menyebabkan disfungsi endotel
relaksasi otot jantung dan peningkatan tekanan md4fustalic melalui berbagai mekanisme antara lain :
sehingga dapat menimbulkan kardiomiopati restriktif. . hiperglikemia kronik menyebabkan glikosilasi non
enzimatik dari protein dan makromolekul sepedi DNA,
yang akan mengakibatkan perubahan sifat antigenik
PATOFISIOLOGI dari protein dan DNA. Keadaan ini akan menyebabkan
Dasar terjadinya peningkatan risiko penyakit jantung perubahan tekanan intravaskular akibat gangguan
koroner pada pasien DM belum diketahui secara pasti. keseimbangan Nihat Oksida (NO) dan prostaglandin'

1937
1938
METABOLIKENT'OKRtr{

. hiperglikemia meningkatkan aktivasi pKC intraselular endotel. Peneliti ini menyimpulkan bahwa insulin tidak
sehingga akan menyebabkan gangguat NADpH pool hanya memiliki efek vasodilatasi akut melainkan juga
yang akan menghambat produksi NO. memodulasi tonus pembuluh darah. Toksisitas insulin
. overekspresi growth foclors meningkatkan proliferasi (hiperinsulinemi/hiperproinsulinemi) dapat menyertai
sel endotel dan otot polos pembuluh darah sehingga keadaan resistensi insulin/ sindrom metabolik dan stadium
akan terjadi neovaskularisasi. awal dari DM tipe 2. Insulin meningkatkan jumlah reseptor
. hiperglikemi akan meningkatkan sintesis diacylglyerol AT-l dan mengaktifkan Renin Angiotensin Aldosterone
(DAG) melalui jalur glikolitik. peningkatan konsentrasi System (RAAS). Akhir-akhir ini telah dapat diidentifikasi
DAG akan meningkatkan aktivitas pKC. Baik DAG adanya reseptor AT-l di dalam sel-sel beta pankreas dan
maupun PKC belperan dalam memodulasi terjadinya didalam sel-sel endotel kapiler pulau-pulau Langerhans
vasokonstriksi. pankreas. Jadi, hiperinsulinemi mempunyai hubungan
. sel endotel sangat peka terhadap pengaruh stres denganAng-Il dengan akibat akan terjadi peningkatan stres
oksidatif. Keadaan hiperglikemia akan meningkatkan oksidatif didalam pulau-pulau Langerhans pankreas akibat
tendensi untuk terjadinya stres oksidatif dan peningkatan konsentoasi insulin, proinsulin dan amilin.
peningkatan oxidized lipoprotein, terutam a small dense
LDL-cholesterol (oxidized LDL) yang lebih bersifat
Hiperamilinemi
aterogenik. Disamping itu peningkatan konsentrasi
Amilin jugals/e/ Amyloid Polpeptide (IApp)
atau disebut
asam lemak bebas dan keadaan hiperglikemia dapat
merupakan polipeptida yang mempurtyai 37 gugus asam
meningkatkan oksidasi fosfolipid dan protein.
amino, disintesis dan disekresi oleh sel-sel beta pankreas
. hiperglikemia akan disertai dengan tendensi
protrombotik dan agregasi platelet. Keadaan ini
bersama-sama dengan insulin. Jadi keadaan
hiperinsulinemi akan disertai dengan hiperamilinemi dan
berhubungan dengan beberapa faktor antara lain
sebaliknya bila terjadi penurunan konsentrasi insulin akan
penumnan produksi NO dan penumnan aktivitas
disertai pula dengan hipoamilinemi. Hiperinsulinemi dan
fibrinolitik akibat peningkatan konsentrasi pAI-1. hiperamilinemi dapat menyertai keadaan resistensi insu-
Disamping itu pada DM tipe 2 terjadi peningkatan
lin/ sindrom metabolik dan DM tipe 2. Terjadinya
aktivitas koagulasi akibat pengaruh berbagai faktor
amiloidosis (penumpukan endapan amilin) didalam islet
seperti pembentukan advanced glycosylation end
diduga berhubungan dengan lama dan beratnya resistensi
products (AGEs) dan penurunan sintesis heparan sulfat.
insulin dan DM tipe 2. Sebaliknya, penumpukan endapan
. walaupun tidak ada hubungan langsung antara aktivasi
amilin didalam sel-sel beta pankreas akan menurunkan
koagulasi dengan disfungsi endotel, namun aktivasi
fungsinya dalam mensekresi insulin. Sakuraba dan kawan-
koagulasi yang berulang dapat menyebabkan stimulasi
kawan dalam penelitiannya mendapatkan bahwa pada
yang berlebihan dari sel-sel endotel sehingga akan
pasienDM tip e 2,pednglatan stres oksidatif berhubungan
tef adi disfungsi endotel.
dengan peningkatan pembentukan IAPP di dalam sel-sel
beta pankreas. Dalam keadaan ini terjadi penurunan
Resistensi lnsulin dan Hiperinsulinemia ekspresi enzim Super Oxide Dismutase (SOD) yang
Jialal dan kawan-kawan menemukan adanya reseptor menyertai pembentukan IAPP dan pemrrunan massa sel
terhadap insulin yaitu IGF-I dan IGF-II pada sel-sel beta. Temuan ini menunjukkan adanya hubungan antara
pembuluh darah besar dan kecil dengan karakteristik ikatan terjadinya stres oksidatif dan pembentukan IApp serta
yang sama dengan yang ada pada sel-sel lain. peneliti ini penurunan massa dan densitas sel-sel beta pankreas.
menyatakan bahwa reseptor IGF-I dan IGF-II pada sel Amilinjuga dapat merangsang lipolisis dan merupakan salah
endotel terbukti berperan secara fisiologik dalam proses satu mediator terjadinya resistensi insulin. Baru-baru ini
terjadinya komplikasi vaskular pada pasienDM. Defisiensi ditemukan pula amylin binding site didalam korteks ginjal,
insulin dan hiperglikemi kronik dapat meningkatkan dimana amilin dapat mengaktivasi RAAS dengan akibat
konsentrasi total protein kinase C (pKC) dandiacylglycerol terjadinya peningkatan konsentrasi renin dan aldosteron.
(DAG). Insulin juga mempunyai e ap
Janson dan kawan-kawan mendapatkan adanya partikel-
jaringanpembuluhdarah. Padapene an
partikel amiloid (intermediate sized loxic amyloid particles
pembuluh darah dari obese Zucker rat didapalkanadanya : ISTAPs) yang bersifat sitotoksik terhadap sel-sel beta
resistensi terhadap sinyal PI3-kinase. Temuan ini pankreas, dapat mengakibatkan apoptosis dengan cara
membuktikan bahwa resistensi insulin akan menimbulkan merusak membran sel beta pankreas.
gangguan langsung pada fungsi pembuluh darah. King
dan kawan-kawan dalam penelitiannya menggunakan lnflamasi
konsentrasi insulin fisiologis mendapatkan bahwa hormon Dalam beberapa tahun terakhir, terbukti bahwa inflamasi
ini dapat meningkatkan konsentrasi dan aktivitas mRNA tidak hanya menimbulkan komplikasi sindrom koroner akut,
dari eNOS sebesar 2 kali lipat setelah 2-8 jam inkubasi sel tetapi juga merupakan penyebab utama dalam proses
1939
KOMPI,IKASI KRONIK DM PEITYAKIT JANTUNG KORONER

terj adinya dan progresivitas aterosklerosis. Berbagai Sindrom KoronerAkut.


pertanda inflamasi telah ditemukan didalam lesi Sampai sekarang masih terdapat kontroversi tentang
aterosklerosis, antara lain sitokin dan growthfactors yar.g mengapa pada pemeriksaan patologi anatomi, plak pada
dilepaskan oleh makrofag dan T cel/s. Sitokin akan DM tipe 1 bersifat lebihfibrous dan calcified, sedangkan
meningkatkan sintesis Platelet Activating Factor (PAF), pada DM tipe 2 lebih seluler dan lebih banyak mengandung
merangsang lipolisis, ekspresi molekul-molekul adhesi dan lipid. Dalam suatu seri pemeriksaan arteri koroner pada
upregulasi sintesis serta ekspresi aktivitas prokoagulan pasienDM tipe 2 setelah sudden death, didapatkat area
di dalam sel-sel endotel. Jadi sitokin memainkan peran nekrosis, kalsifrkasi dan ruptur plak yang luas. S edangkan
penting tidak hanya dalam proses awal terbentuknya lesi pada pasienDM tipe I ditemukan peningkatan kandungan
aterosklerosis, melainkan juga progresivitasnya. Pelepasan jaringan ikat dengan sedikitfoam cells didalamplakyang
sitokin lebih banyak terjadi pada pasienDM, karena memungkinkan lesi aterosklerosisnya relatif lebih stabil'
peningkatan dari berbagai proses yang mengaktivasi
makrofag (dan pelepasan sitokin), antara lain oksidasi dan Trombosis/Fibrinol isis
glikoksidasi protein dan lipid. Pelepasan sitokin yang Diabetes Melitus akan disertai dengan keadaan
dipicu oleh terbentuknya Advanced Glycosylation protrombotik yaitu perubahan-perubahan proses
Endproducts (AGEs) akan disertai dengan over produksi trombosis dan frbrinolisis. Kelainan ini disebabkan karena
berbagai growthfactors seperti : adanya resistensi insulin terutama yang terjadi pada
. PDGF (Platelet Derived Growth Factor) pasienDM tipe 2. Walaupun demikian dapat pula
. IGF I (Insulin Like Growth Factor I) ditemukan pada pasienDM tipe 1. Peningkatan fibrinogen
. GMCSF (Granulocyte/Monocyte Colony Stimulating serta aktivitas faktor VII dan PAI-I baik di dalam plasma
Faclor) maupun didalam plak aterosklerotik akan menyebabkan
. TGF-a(Transforming Growth Factor-a) penurunan urokinase dan meningkatkan agregasi
platelet. Penyebab peningkatan fibrinogen diduga karena
Semua faktor ini mempunyai pengaruh besar terhadap
meningkatnya aktivitas faktor VII yang berhubungan
fungsi sel-sel pembuluh darah. Di samping itu terjadi pula
dengan terjadinya hiperlipidemi post prandial'
peningkatan pembentukan kompleks imun yang
Over ekspresi PAI-1 diduga terjadi akibat pengaruh
mengandung modifted tipoprolein. Tingginya konsentrasi
langsung dari insulin dan pro insulin. Penelitian terbaru
kompleks imun yang mengandung modihed LDL, akan
menunjukkan bahwa penurunan konsentrasi PAI- I setelah
meningkatkan risiko komplikasi makrovaskulat pada
pengobatan DM tipe 2 dengan tiazolidinedione menyokong
pasienDM baik DM tipe I maupun DM tipe 2. Kompleks
hipotesis adanya peranan resistensi insulin dalam proses
imun ini tidak hanya merangsang pelepasan sejumlah besar
terjadinya over ekspresi PAI-I. Peningkatan PAI-I baik
sitokin tetapi juga merangsang ekspresi dan pelepasan
did alam plasma maupun di dalam plak aterosklerotik tidak
matrix metal loproteinas e- I (NfivIP- I ) tanpa merangsang
hanya menghambat migrasi sel otot polos pembuluh darah,
sintesis inhibitomya. Aktivasi makrofag oleh kompleks imun
melainkan juga disertai penurunan ekspresi urokinase
tersebut akan merangsang pelepasan Tumor Necrosis
didalam dinding pembuluh darah dan plak aterosklerotik'
Factor-a (TNF-cr) , yang menyebabkan up regulasi sintesis
Terjadinya proteolisis pada daerahfibrous cap dari plak
C-reactive protein. Baru-baru ini telah ditemukan C-
yang menunjukkan peningkatan aktivasi sel T dan makrofag
reactive protein dengan konsentrasi yang cukup tinggi
akan memicu terjadinya ruptur plak dengan akibat terjadinya
pada pasiendengan resistensi insulin. Peningkatan
sindrom koroner akut. Mekanisme yang mendasari
konsentrasi kompleks imun pada pasien DM tidak
terjadinya keadaan hiperkoagulasi pada pasienDM dan
hanya menyebabkan timbulnya aterosklerosis dan
resistensi insulin, masih dalam penelitian lebih lanjut.
progresivitasnya, melainkan juga berperan dalam proses
rupturnya plak aterosklerotik dan komplikasi Jantung
Koroner selanjutnya. Kandungan makrofag didalam lesi Dislipidemia
aterosklerosis pada pasienDM mengalami peningkatan, Dislipidemia yang akan menimbulkan stres oksidatifumum
sebagai akibat dari peningkatan rekrutmen makrofag terjadi pada keadaan resistensi insulin/sindrom metabolik
kedalam dinding pembuluh darah karena pengaruh dan DM tipe 2. Keadaan ini terjadi akibat gangguan
tingginya konsentrasi sitokin. Peningkatan oxidized LDL metabolisme lipoprotein yang sering disebut sebagai lipid
pada pasien DM akan meningkatkan aktivasi sel T triad, melipnli : 1. peningkatan konsentrasi VLDL atau
yang akan meningkatkan pelepasan interferon-1. trigliserida, 2. penurunan konsentrasi kolesterol HDL , 3'
Pelepasaninterferon g akan menyebabkan gangguan terbentukny a small dense LDL yang lebih bersifat
homeostasis sel-sel pembuluh darah. Aktivasi sel T juga aterogenik.
akan menghambat proliferasi sel-sel otot polos pembuluh Peningkatan konsentrasi VLDL, trigliserida dan small
darah dan biosintesis kolagen, yang akan menimbulkan dense LDL kolesterol serta penurunan konsentrasi HDL
vulnerable plaque,sehingga menimbulkan komplikasi kolesterol yang bersifat anti-aterogenik, anti oksidan dan
1940

anti inflamasi akan mengurangi cadangan anti oksidan Angina pektoris. Rasa nyeri dada dan sesak napas yang
alamiah. disebabkan karena gangguan suplai oksigen yang tidak
Lipoprotein mempunyai fungsi mengangkut lipid mencukupi kebutuhan otot jantung. Keadaan ini terutama
keseluruh tubuh, dimana LDL terutama berperan dalam terjadi pada saat latihan fisik atau adanya stres.
transport apolipoprotein (Apo) B 100; VLDL berperan
Angina pektroris tidak stabil. Dikatakan Angina Pektoris
dalam transpor trigliserida yalg mengandung Apo E,
tidak stabil bila nyeri timbul untuk pertama kali, atau bila
sedangkan.HDL berperan dalam mengangkut kembali
Angina Pektoris sudah ada sebelumnya namun menjadi
kolesterol yang mengandung anti inflamasi dan anti
lebih berat. Dan biasanya dicetuskan oleh faktor yang lebih
oksidan alamiah yaitu Apo A. Molekul protein dari
ringan dibanding sebelumnya. Keadaan ini harus
lipoprotein ini akan mengalami modifftasi karena proses
diwaspadai karena kelainan bisa berlanjut menjadi berat,
oksidasi, glikosilasi dan glikoksidasi dengan hasil akhir
bahkan menj adi infark miokard.
akan terj adi peningkatan stres oksidatif dan terbentuknya
Spesies Oksigen Radikal. Di samping ifi modijied Infark miokard. 1). Kerusakan ototjantung akibat blokade
lipoprotein akan mengalami retensi didalam tunica intima arteri koroner yang terjadi secara total dan mendadak.
yang memicu terjadinya aterogenesis. Biasanya terjadi akibat ruptur plak aterosklerosis didalam
arteri koroner. 2). Secara klinis infark miokard ditandai
dengan nyeri dada seperti pada Angina Pektoris, namun
Hipertensi
lebih berat dan berlangsung lebih lama sampai beberapa
Hipertensi merupakan salah satu faktor dalam resistensi
jam. Tidak seperti pada AP yang dicetuskan oleh latihan
insulin/ sindrom metabolik dan sering menyertai DM
dan dapat hilang dengan pemakaian obat nitrat di bawah
tipe 2. Sedangkan pada pasienDM tipe l, hipertensi
lidah, pada infark miokard biasanya te{adi tanpa dicetuskan
dapat terjadi bila sudah ditemukan tanda-tanda gangguan
oleh latihan dan tidak hilang dengan pemakaian nitrat.
fungsi ginjal yang ditandai dengan mikroalbuminuri.
3).Kadang-kadang gejala bisa berupa sesak napas, atau
Adanya hipertensi akan memperberat disfungsi endotel
sinkop (kehilangan kesadaran). 4). Biasanya disertai
dan meningkatkan risiko Penyakit Jantung Koroner.
komplikasi seperti; gangguan irama jantung, renjatan
Hipertensi disertai dengan peningkatan stres oksidatif
jantung (shock cardiogenic), gagal jantung kiri, bahkan
dan aktivitas spesies oksigen radikal, yang selanjutnya
kematian mendadak (sudden death).
akan memediasi terjadinya kerusakan pembuluh darah
akibat aktivasi Ang II dan penurunan aktivitas enzim Sindrom koroner akut : Spekrum klinis yang terjadi mulai
SOD. Sebaliknya glukotoksisitas akan menyebabkan dari angina pektoris tidak stabil sampai terjadi infark
peningkatan aktivitas RAAS sehingga akan meningkatkan miokard akut.
risiko te{adinya hipertensi. Penelitian tertaru mendapatkan
Pada pasienDM, te{adinya iskemi atau infark miokard
adanya peningkatan konsentrasi amilin (hiperamilinemia)
kadang-kadang tidak disertai dengan nyeri dada yang khas
pada individu yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi
(angina pektoris). Keadaan ini dikenal dengan Silent
dan dengan resistensi insulin.
Myocardial Ischaemia atau Silent Myocardial
Infarction (SMI). Terjadinya SMI pada pasienDM diduga
Hiperhomosisteinemia disebabkan karena:
PadapasienDMbaikDMtipe I maupunDMtipe 2 ditemukan . Gangguan sensitivitas sentral terhadap rasa nyeri
polimorfisme gen dari enzim methylene tetrahydrofolate . Penurunan konsentrasi b endorphin
reductase yang dapat menyebabkan hiperhomosisteinemi. . Neuropatiperiferyangmenyebabkan denervasi sensorik.
Polimorfisme gen ini terutama terjadi pada pasien yang
kekurangan asam folat di dalam dietnya. Hiperhomo-
sisteinemi dapat diperbaiki dengan suplementasi asam folat. DIAGNOSIS
Homosistein terutama mengalami peningkatan bila terjadi
gangguan fungsi ginjal. Peningkatan konsentrasi Diagnosis Penyakit Jantung Koroner pada pasien
homosistein biasanya menyertai penurunan laju filtrasi Diabetes Melitus ditegakkan berdasarkan:
glomerulus. Hiperhomosisteinemi dapat menyebabkan . Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
inaktivasi nitrat oksida melalui hambatannya terhadap Pada pasienDM tipe l, yang umunnya datang tartpa
ekspresi glutathione peroxidas e (GPx). disertai faktor-faktor risiko tradisional, lamany a
menderita DM dapat dijadikan sebagai prediktor
penting terhadap timbulnya Penyakit Jantung Koroner.
MANIFESTASI KLINIS Karena DM tipe I sering terjadi pada usia muda,
Penyakit Jantung Koroner dapat te{adi pada usia antara
Pada individu nonDM, Penyakit Jantung Koroner dapat 30 sampai 40 tahun. Sebaliknya pada pasienDM tipe 2,
memberikan manifestasi klinis berupa : sering disertai dengan berbagai faktor risiko, dan PJK
KOMPLIKASI KRONIK DM PENYAKIT JAI{TUNG KORONER
t94l

biasanya terjadi pada usia 50 tahun keatas. Seringkali,


DM baru terdiagnosis pada saat pasien datang dengan Kontrol glikemik :
keluhan angina, infark miokard atau payah jantung' <7 o/o
. A1C
Sedangkan pada pasienDM dengan SMI, gejala yang Kadar glukosa darah 90 - 7.2
-'130 mgidl (5.0
preprandial mmol/l)
timbul biasanya tidak khas seperti mudah capek, Kadar glukosa darah < 180 mg/dl (< 10 0 mmol/l)
dyspnoe d'effort atau disPePsia. postprandial
< 130/80 mmHg
. PemeriksaanLaboratorium. Terdiriatas : l. darahrutin, 2 Tekanan darah
3 Lipid :
2. konsentasi gula darah puasa, 3. profil lipid : kolesterol LDL < 100 mg/dl (< 2.6 mmol/l)
total, kolesterol HDL, kolesterol LDL , Trigliseida 4' Trigliserida < 150 mg/dl (< 1.7 mmol/l)
HDL > 40 mg/dl (>1.1 mmol/l)
Enzim-enzimjantung, 5. C-reactive protein (CRP), 6'
Mikroalbuminuri atau Proteinuri
. Elektrokardiografi
. Uji latih(treadmill test)
. Pemeriksaan ffoto dada REFERENSI
. Ekokardiografi
. Pemeriksaan baku emas adalah angiografi koroner American Diabetes Association. Standards of Medical Care for
(kateterisasi) Patients with Diabetes Mellitus (Position Statement)' Diabetes
Care 2003; 26 (S1): 33-50.
The Americ an D iab etes As s o ciation (AD A)merekomendasi- Aronow WS. Silent MI. Prevalence and prognosis in older patients
kan pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut: diagnosed by routine electrocardiograms' Geriatrics 2003 ;58:24'
. Elektrokardiografi (EKG) sebagai pemeriksaan awal 40.
terhadap setiap Pasien DM Calles-Escandon J,Mtrza SA, Garcia-Rubi E, Mortensen A'Type2
. rJ jilatth (Treadmill test) dilaicukan terhadap pasien DM DM: one disease, multiple cardiovascular risk factors' Coron
Artery Dis 1999; 10'.23-30
dengan:
Giugliano D, Ceriello A, Paolisso G' Oxidative stress and diabetic
- Gejala-gejalaanginaPelctoris vascular complications. DM Care 1996; 19:257-67 '
- Dyspnoe d'effort Haffner SM, Lehto S, Ronnemaa T, Pydr?il[ K, Laakso M'
- Gejalagastrointestinal Mortality from coronary heart disease in subjects with Type 2
- EKG istirahat menunjukkan tanda-tanda iskemi atau diabetes and in nondiabetic subjects wiih and without prior myo-
infarkmiokard cardial infarction. N Engl J Med 1998;339:229-34'
Hayden MR, Tyagi SC. "A" is for amylin and amyloid in type 2 DM
- Disertai penyakit arteri perifer atau oklusi arteri karotis
mellitus. JOP. J Pancreas (Online) 2001;2:124-39'
- Disertai adanya 2 atat lebih faktor-faktor risiko Hogikyan RV Gal SuPiano
kardiovaskular sebagai berikut : kolesterol total MA. SPecifi ndent v
> 240 mgldl,kolesterol LDL Z I 60 mgldl, kolesterol asodilation in f obesitY'
HDL < 35 mg/dl, tekanan darah > 140190 mmHg, J Clin Endocrinol Metab 1998;83:1946-1952'
merokok, riwayat keluarga menderita PJK, Jialal l, Crettaz M, Hachiya HL, Kahn CR, Moses AC, Buzney SM'
mikroalbuminuria atau proteinuria King GL. Charucteization of the receptors for insulin and the
insulin-like growth factors on micro-and macrovascular tissues'
EndocrinologY 1985;ll7 :1222-9'
Krauss RM. Lipids and Lipoproteins in Patients With Type 2
PENATAI-AKSANAAN Diabetes Diabetes Care 2004.27 :1496-504'
Lauer MS. Coronary artery disease in diabetes: Which (if any) test
Berdasarkan rekomendasi ADA, penatalaksanaan terhadap is best? Cleveland Clin J Med 2005;72 (1):6-9'
semua pasieh DM terutama ditujukan terhadap penurunan Pinkney HoPton M, Bolton CH'
Endo tion in TYPo relationshiP
risiko kardiovaskular secara komprehensif , yaitu meliputi
. Pengobatan hiperglikemia dengan diet, obat-obat with and the effec Diabet Med
1999;16:993-999.
hipoglikemiak oral atau insulin and disease: new
Quyyumi AA. Endothelial function in health
. Pengobatanterhadapdislipidemia insights into the genesis of cardiovascular disease' Am J Med
. Pemberianaspirin 1 998;1 05:32S-39S.

. Pengobatan terhadap hipertensi untuk mencapai Steinberg HO, Chaker H, Leaming R, Johnson A, Brechtel G Baron
tekanan darah < 130/80 mmHg denganACE inhibitor, AD. Obesity/insulin resistance is associated with endothelial
angiotensin receptor blockers (ARB) atau penyekat p dysfunction. Implications for the syndromo of insulin
resistance. J CIin Invest 1996;9'l :2601-2610'
dan diuretik
Tabrbiazar R, Edelman S. Silent Ischemia in People With Diabetes:
. Menasihati pasien untuk berhenti merokok' A Condition That Must Be Heard. Clin Diab 2003;'21(l):5-9'
Rekomendasi ADA tentang target yang harus dicapai Zellweger MJ,Pfisterer ME. Silent coronary artery disease in pa-
tients with diabetes mellitus- Swiss Med Wkly 2001;13l:421-
dalam penatalaksanaan Diabetes Melitus dalam upaya
432.
menurunkan risiko kardiovaskular :
303
NEFROPATI DIABETIK
Hendromartono

PENDAHULUAN melitus lebih banyak dipelajari pada diabetes melitus tipe


1 dari pada tipe 2, dan oleh Mogensen dibagi menjadi 5
Pada umumnya, nefropati diabetik didefinisikan sebagai tahapan (Tabel 1).
sindrom klinis pada pasien diabetes melitus yang ditandai
dengan albuminuria menetap (>300 mgl24 jam atau>200 Tahap 1. Terjadi hiperkofi dan hiperfiltrasi pada saat
ig/menit) pada minimal duakali pemeriksaan dalamkurun diagnosis ditegakkan. Laju filtrasi glomerulus dan laju
waktu3sampai6bulan. ekskresi albumin dalam urin meningkat.
Di Amerika dan Eropa, nefropati diabetik merupakan Tahap 2. Secara klinis belum tampak kelainan yang berarti,
penyebab utama gagal ginjal terminal. Angka kejadian laju filtrasi glomerulus tetap meningkat, ekskresi albumin
nefropati diabetik pada diabetes melitus tipe I dan 2 dalam urin dan tekanan darah normal. Terdapat perubahan
sebanding, tetapi insidens pada tipe 2 sering lebih besar histologis awal berupa penebalan membrana basalis yang
daripada tipe I karena jumlah pasien diabetes melitus tipe 2 tidak spesifik. Terdapat pula peningkatan volume
lebih banyak daripada tipe I . Di Amerika, nefropati diabetik mesangium fraksional (dengan peningkatan matriks
merupakan salah satupenyebab kematiantertinggi di antara mesangium).
semua komplikasi diabetes melitus, dan penyebab kematian
tersering adalah karena komplikasi kardiovaskular.
Tahap 3. Pada tahap ini ditemukan mikroalbuminuria atau
nefropati insipien. Laju frltrasi glomerulus meningkat atau
Secara epidemiologis, ditemukan perbedaan terhadap
kerentanan untuk timbulnya nefropati daibetik, yang dapat menurun sampai derajat normal. Laju ekskresi
albumin dalam urin adalah 20 - 200 ig/menit (30-300 mgl24
antara lain dipengaruhi oleh etnis, jenis kelamin serta
jam). Tekanan darah mulai meningkat. Secara histologis,
umur saat diabetes timbul.
didapatkan peningkatan ketebalan membrana basalis dan
volume mesangium fraksional dalam glomerulus.
KLASIFIKASI Tahap 4. Merupakan tahap nefropati yang sudah lanjut.
Perubahan histologis lebih jelas, juga timbul hipertensi
Perjalanan penyakit serta kelainan ginjal pada diabetes pada sebagian besar pasien. Sindroma nefrotik sering

Tahap Kondisi Ginjal Prognosis


1 Hipertrofi N Reversibel
Hiperfungsi
2 Kelainan struktur N,lt {./N Mungkinreversibel
3 Mikroalbuminuria 20- 200mg/menit ,1. / N 6 Mungkin reverdbel
persisten
4 Makroalbuminuria > 200 mg/menit Rendah Hipertensi Mungkinbisastabilisasi
Proteinuria
5 Uremia Tinggi/ Rendah < 10 ml/ menit Hipertensi Kesintasan 2 tahun + 50%
AER = Albumin Excretion Rate , LFG = Laju Filtrasi Glomerulus (GFR), N = normal, TD = Tekanan Darah

42
NEFROPATIDIABETIK
1943

ditemukan pada tahap ini. Laju filtrasi glomerulus menurun'


sekitar l0 ml/menit/tahun dan kecepatan penurunan ini
berhubungan dengan tingginya tekanan darah.

Tahap 5. Timbulnya gagal ginjal terminal.

Disamping klasifikasi dari Mogensen, ada beberapa


pembagian-pembagian lain seperti oleh National Kidney
Foundation (NKF) (dalam kelompok Diabetic Kidney
Disease),kementerian kesehatan Jepang dan lainJain yang
umumnya bertujuan untuk menyeragamkan serta
mempermudah diagnosis dan tatalaksana.

MIKROALBUMINURIA

Mikroalbumimria umumnya didefinisikan sebagai ekskresi


albumin lebih dari 30 mg per hari dan dianggap sebagai Gambar 1. Penapisan untuk mikroalbuminuria. (Disadur dari
DeFronzo Diabetic Nephropathy, ADA, 2004)
prediktor penting untuk timbulnya nefropati diabetik
(Thbel2).

Laju Ekskresi Perbandingan


Albumin Urin Albumin Urin

Mikroalbuminuria 30 - 3OO 20 -2OO 30 - 300 (299)


Makroalbuminuia >300 >200 >300

Gambar 2. Pemeriksaan lanjutan mikroalbuminuria. (Disadur dari


Internalional Society of Nephrolog,t (ISN) menganjurkan Vora JP & lbrahim M: Clinical Manifestations and Natural History
penggunaan perbandingan albumin - kreatinine (albumin- of Diabetic Nephropathy, 2003)
creatinine ratlo -ACR) untuk kuantifikasi proteinuria serta
sebagai sarara follow-up.
Perlu diingat bahwa banyak penyebab mikroalbuminuria di dari mekanisme patogenik dalam laju kerusakan ginjal.
samping diabetes. Beberapa penyebab proteinuria lain yang
Penelitian Brenner dkk pada hewan menunjukkan bahwa
juga sering ditemukan adalah tekanan darah tinggi, serta saat jumlah nefron mengalami pengurangan yang
umur lanjut. Selain itu, kehamilan, asupan protein yang berkelanjutan, filtrasi glomerulus dari nefron yang masih
sangat tinggi, stress, infeksi sistemik atau saluran kemih, sehat akan meningkat sebagai bentuk kompensasi'
dekompensasi metabolik akut, demam, latihan berat dan Hiperfiltrasi yang terjadi pada sisa nefron yang sehat
gagal jantung dapat meningkatkan laju ekskresi albumin urin. lambat laun akan menyebabkan sklerosis dari nefron
Diagnosis ditegakkan jrka 2 dari 3 pemeriksaan tersebut.
berturut-turut dalam 3 bulan menunjukkan adanya Mekanisme terjadinya peningkatan laju filtrasi
milaoalbuminuria (Gambar 1). glomerulus pada nefropati diabetik ini masih belum jelas
Ada beberapa kondisi yang berhubungan dengan benal tetapi kemungkinan disebabkan oleh dilatasi arteriol
mikroalbuminuri a, antaralain: 1). milaoangiopati diabetik; aferen oleh efek yang tergafltung glukosa, yar,g
2). penyakit kardiovaskular; 3). hipertensi, 4). hiperlipidemia diperantarai hormon vasoaktif, IGF-1, Nitric Oxide,
karena itu jika ditemukan mikroalbuminuria, maka perlu prostaglandin dan glukagon. Efek langsung dari
dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan lanjutan lain hiperglikemi a adalah rangsangan hipertrofi sel, sintesis
(Gambar2). matriks ekstraseluler, serta produksi TGF-p yang
diperantarai oleh aktivasi protein kinase-C (PKC) yang
termasuk dalam serine-threonin kinase yang memiliki fungsi
PATOFISIOLOGI pada vaskular seperti kontraktilitas, aliran darah, proliferasi
sel dan permeabilitas kapiler. Hiperglikemia kronik dapat
Sampai saat ini, hiperfiltrasi masih dianggap sebagai awal menyebabkan terjadinya glikasi nonenzimatik asam amino
1944
METABOIIKENDOIRIN

dan protein (reaksi Mallard dan Browning). pada awalnya, . pelepasan growth factors
glukosa akan mengikat residu amino secara non-enzimatik . kelainan metabolisme karbohidrat / lemak/protein
menjadi basa Schiff glikasi, lalu tery'adi penyusunan ulang . kelainan struktural (hipertrofi glomerulus, ekspansi
untuk mencapai bentuk yang lebih stabil tetapi masih mesangium, penebalan membrana basalis glomerulus)
reversibel dan disebut sebagai produk amadori. Jika proses . gangguan ion pumps (peningkatan Na*-H* pump dan
ini berlanjut terus, akan terbentuk Advanced Glycation penumnan Ca2*-ATPase pump)
End-Products (AGEs) yang ireversibel. AGEs diperkirakan . hiperlipidemia(hiperkolester:rclemiadanhipertrlgliseridemia)
menjadi perantara bagi beberapa kegiatan seluler seperti . aktivasi protein kinase C
ekspresi adhesion molecules yang berperan dalam
penarikan sel-sel mononuklear, juga pada terjadinya
hipertrofi sel, sintesa matriks ekstraseluler serta inhibisi PATOLOGI
sintesis Nitric Oxide. Proses ini akan terus berlanjut
sampai terjadi ekspansi mesangium dan pembentukan Secara histologis, gambaran utama yang tampak adalah
nodul serta fibrosis tubulointerstisialis sesuai dengan penebalan membran basalis, ekspansi mesangium (berupa
tahap-tahap dari Mogensen. Hipertensi yang timbul akumulasi matriks ekstra seluler; penimbunan kolagen tipe
bersama dengan bertambahnya kerusakan ginjal, juga akan IV, laminin dan fibronektin) yang kemudian akan
mendorong sklerosis pada ginjal pasien diabetes. menimbulkan glomerulosklerosis noduler dan/atau difu s
Penelitian pada hewan diabetes menunjukkan adanya (Kimmelstiel-Wilson), hyalinosis arteriolar aferen dan
vasokonstriksi arteriol sebagai akibat kelainan renin/ eferen, serta fibrosis tubulo-interstisial (Tabel 3).
angiotensin sistem. Diperkirakan bahwa hipertensi pada
diabetes terutama disebabkan oleh spasme arteriol eferen
intrarenal atau intraglomerulus. . Peningkatan material matriks mesangium
Secara ringkas, faktor-faktor etiologis timbulnya . Penebalan membrantasalis glomerulus
penyakit ginjal diabetik adalah : o Hialinosis arteriol aferen dan eferen
. kurang terkendalinya kadar gula darah (gula darah . Penebalan membran basalis tubulus
o Atrofi tubulus
puasa > 1 4G- I 60 mgl dl [7,7 -8, 8 mmot/l] A I C >7 -8yo o Fibrosis interstisial
);
. faktor-faktorgenetis
. kelainan hemodinamik (peningkatan aliran darah ginjal
dan laju filtrasi glomerulus, peningkatan tekanan
TATA!.AKSANA
inhaglomerulus)
. hipertensi sistemik
. Evaluasi. Pada saat diagnosa diabetes melitus ditegakkan,
sindrom resistensi insulin (sindroma metabolik)
. kemungkinan adanya pemrrunan fungsi ginjal juga harus
keradangan
. diperiksa, demikian pula saat pasien sudah menjalani
perubahan permeabilitas pembuluh darah
. pengobatan rutin. Pemantauan yang dianjurkan oleh
asupan protein berlebih
. American Diabetes Association (ADA) adalah
gangguan metabolik (kelainan metabolisme polyol,
pemeriksaan terhadap adanya mikroalbuminuria serta
pembentukan advanced glycation end products,
penentuan kreatinin serum dan klirens kreatinin (Tabel 4).
peningkatan produksi sitokin)

Evaluasi awal Follow-up*


Penentuan Sesudah Diabetestipel:tiap
mikroalbuminuria pengendalian tahun setelah 5
gula darah tahun
awal (dalam 3 Diabetes tipe 2; tiap
bulan tahun setelah
diagnosis diagnosis
ditegakkan) ditegakkan
Klirens kreatinin Saat awal Tiapl-2tahun
diagnosis sampai laju filtrasi
ditegakkan glomerulus <100
mllmenl1.73m2,
kemudian tiap
tahun atau lebih
sering*
Kreatinin serum Saat awal Tiap tahun atau lebih
Gambar 3. Patogenesis nefropati diabetik. (Disadur dari Cooper diagnosis sering tergantung
ME, Gilbert RE: Pathogenesis, Prevention, and Treatment of ditegakkan dari laju penurunan
fungsi ginjal
Diabetic Nephropathy, 2003)
NEFROPAIIDIABTITIK 1945

Untuk mempermudah evaluasi, NKI menganjurkan tekanan darah (diet rendah garam, obat antihipertensi);
perhitungan laju frltrasi glomerulus dengan menggunakan 3 ). perbaikan fungsi ginj al (diet rendah protein, pemberian

rumus dari Cockroft -Gault yaitu: Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor IACE-II danl
atatt Angiotensin Receptor Blocker [ARB]); a).
(140 - umur) x Berat Badan pengendalian faktor-faktor ko-morbiditas lain
Klirens x (0,85untukwanita) (pengendalian kadar lemak, mengurangi obesitas dll).
Kreatinin* 72 x Kreatinin Serum Terapi non farmakologis nefropati diabetikberupa gaya
*Glomerular Filtration Rate I laju filtrasi glomerulus hidup yang sehat meliputi olah raga rutin, diet,
menghentikan merokok serta membatasi konsumsi alkohol.
(GFR) dalam mU merntl 1,7 3 rfi Olah raga rutin yang dianjurkanADA adalah berjalan 3-5
Sebagian besar kasus proteinuria yang timbul pada km/hari dengan kecepatan sekitar 10- 12 menit/km, 4 sampai
pasien diabetes adalah diabetik nefropati. Tetapi harus 5 kali seminggu. Pembatasan asupan garamadalah4-5 gl
tetap disadari bahwa ada kasus-kasus tertentu yang hari (atau 68-85 meq/hari) serta asupan protein hingga 0,8
memerlukan evaluasi lebih lanjut, terutama jika ada glkglberat badan ideal/hari.
gambaran klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium yang Target tekanan darah pada nefropati diabetik adalah
mengarah kepada penyakit-penyakit glomerulus non- <130/80 mmHg (Tabel 5). Obat antihipertensi yang
diabetik (hemahria makroskopik, casl sel darah merah dll), dianjurkan adalahACE-I atauARB, sedangkan pilihan lain
atau kalau timbul azotemia bermakna dengan proteinuria adalah diuretika, kemudian beta-blocker atau,
derajat sangat rendah, tidak ditemukannya retinopati calcium-channel blocker.
(terutama pada diabetes melitus tipe 1), atau pada kasus Walaupun pasien nefropati diabetik memiliki tekanan
proteinuria yang timbul sangat mendadak serta tidak darah normal, penelitian mutakhir menunjukkan bahwa
melalui tahapan perkembangan nefropati. Pada kasus- pemberian ACE-I dan ARB dapat mencegah laju
kasus seperti ini, dianjurkan pemeriksaan melalui biopsi penurunan fungsi ginjal. Diperkirakan bahwa 6fek ini
ginjal (Gambar 4). dicapai akibat penurunan tekanan darah, penurunan
Terapi. Tatalaksana nefropati diabetik tergantung pada tekanan intraglomerulus, peningkatan aliran darah ginjal,
tahapantahapan apakah masih normoalbuminuria, sudah penurunan proteinuria, efek natriuretik serta pengurangan
terjadi mikroalbuminuria atau makroalbuminuria, tetapi proliferasi sel, hipertrofi, ekspansi matriks, sitokin dan
pada prinsipnya, pendekatan utama tatalaksana nefropati sintesa growth factor, disamping hambatan aktivasi,
diabetik adalah melalui : 1). pengendalian gula darah proliferasi dan migrasi makrofag, serta perbaikan
(olahraga, diet, obat anti diabetes); 2). pengendalian sensitivitas terhadap insulin.

Gambar 4. Evaluasi klinis nefropati diabetik. (Disadur dari Vora JP & lbrahim M'. Clinical manifestations and natural history
of diabetic nephropathy, 2003)
1946 MEIABOLIKENDOI(RIN

Tanpa Mikro- Albuminuria


Mikroalbuminuria albuminuria klinis/lnsufisiensi ginjal
41C <6-7o/o <6-7o/o <7-8o/o
Tekanan Darah*
Sistolik / Diastolik (mmHg) 1 20-1 30/80 '120-1 30/80 120-130t80
Mean Afteial Pressure (mmHg) 90-95 90-95 90-95
Asupan protein (g/kg/hari) >1,0-1 ,2 0,8-1,0 0,6-{,81
'jika tekanan darah pasien diabetes diketahui sebelumnya dan <120-'130/80- 85 mmHg, nilai ini dipakai sebagai end-
_ pointlercpi
I jika
pasien mendapat ACE-I, asupan diet bisa tebih tinggi (0,8-1,0 g/kg/hari)
[ADA]

Pada pasien-pasien yang peilrrunan fungsi ginjalnya DeFronzo RA: Diabetic nephropathy, in Lebovitz HE (ed): Therapy
be{alan terus, maka saat laju filtrasi glomerulus mencapai for diabetes mellitus and related disorders, 4ft ed, American Dia-
l0 - 12 ml/menit (setara dengan klirens kreatinin < 15 ml/ betes Associatiot, 2004, p. 369.
menit atau serum kreatinin > 6 mg/dl) dianjurkan untuk Haneda M, Koya D, Kikkawa: Mesangial cell dysfunction as a patho-
memulai dialisis (hemodialisis atau peritoneal dialisis), genesis of diabetic nephropathy, in Tomino Y (ed): Diabetic
walaupun masih ada perbedaan pendapat mengenai kapan nephropathy in Japan. From bench to bedside. Tokyo; Karger:
2001. p.16.
sebaiknya terapi pengganti ginjal ini dimulai. Pilihan The Heart Outcomes Prevention Evaluation (HOPE) Study Inves-
pengobatan gagal ginjalterminal yang lain adalah cangkok
tigators: Effects of ramipril on cardiovascular and microvascu-
ginjal, dan pada kasus nefropati diabetik di negara maju lar outcomes in people with diabetes mellitus: Results of the
sudah sering dilakukan cangkok ginjal dan pankreas HOPE study and MICRO-HOPE study. Lancet 2000;355: 253.
sekaligus. Lubis HR: Penanganan dini untuk memperlambat progresi penyakit
ginjal diabetik. The 5th Jakarta Nephrology and Hypertension
Rujukan. BaikADAmaupun ISN dan NKI menganjurkan Course and Symposium on Hypertension. Jakarta: 2005.
rujukan kepada seorang dokter yang ahli dalam perawatan Mogensen CE: Nephropathy and hypertension in diabetic patient,
nefropati diabetikjika laju frltrasi glomerulus mencapai < 60 in: Belfrore F, Mogensem CE (eds): New concept in diabetes and
mllmen/1,73m2, atau jika ada kesulitan dalam mengatasi its treatment. Bazel, Karger,2000. p.52.
hipertensi atau hiperkalemia, serta rujukan kepada National Kidney Foundation: K.TDOQI Clinical Practice Guidelines
for Chronic Kidney Disease: Evaluation, Classification and
konsultan nefrologijika laju filtrasi glomerulus mencapai <
Stratification. Am J Kidney Dis 2002;39:S1.
30 mVmen/l,73m2, atau lebih awal jika pasien berisiko National Kidney Foundation: IUDOQI Clinical Practice Guidelines
mengalami penurunan fungsi ginjal yang cepat atau on Hypertension and Antihypertensive Agents in Chronic
diagnosis dan prognosis pasien difagukan. Kidney Disease. Am J Kidney Dis 2004;43:S1.
Powers AC: Diabetes Mellitus, in Kasper DL et.al (eds): Harrison's
Principles of Internal Medicine, 16ti ed. New York: McGraw
Hill;2005. p.2ls2.
REFERENSI
Roesli RMA: Peran faktor risiko pada progresivitas penyakit ginjal
diabetik. The 5u Jakarta Nephrology and Hypertension Course
American Diabetes Association: Standards of medical care in diabe-
and Symposium on Hypertension. Jakarta: 2005.
tes (Position statement). Diabetes Carc, 2004; 27(Suppl. l):S 1 5.
Schrier et a1 (eds): The role of hypertension in progression of chronic
American Diabetes Association: Nephropathy in diabetes (Position
renal disease, in: Essential atlas of nephrology. Philadelphia:
statement). Diabetes Care, 2004; 27(Supp1. l):S79.
Lippincott Williams & Wilkins; 2001.p.153.
Brownlee M: Mechanisms of hyperglycemic damage in diabetes, in:
Situmorang TD: Perjalanan klinik penyakit ginjal diabetik. The 5th
Kahn CR (ed): Atlas of diabetes. Science Press Ltn;2000, p.l2l.
Jakarta Nephrology and Hypertension Course and Symposium
Car SJ: Management of end-stage renal disease in diabetes, in Johnson
on Hypertension. Jakarta: 2005.
RJ et al (eds): Comprehensive Clinical Nephrol, 2"d ed. St
Skyler JS: Microvascular complications, retinopathy and
Louis:Mosby; 2001. p.451.
nephropathy. Endocrinol. Metab. Clin. North. Am 2001;30:833.
Chobanian AV et al: The Seventh report of the Joint National
The UK Prospective Diabetes Study Group: Tight blood pressure
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treat-
control and risk of macrovaScular and microvascular
ment of High Blood Pressure: the JNC 7 report. JAMA 2003;
complications in type 2 diabetes: UKPDS 38. BMJ
289:2560,
1998;317:703 .
Cooper ME, Gilobert RE: Pathogenesis, prevention, and treatment
Vora JP, Ibrahim AAH: Clinical Manifestation and natural history
of diabetic nephropathy, in Johnson RJ et al (eds): Comprehen-
of diabetic nephropathy, in Johnson RJ et al (eds): Comprehen-
sive Clinical Nephrology, 2"d ed. St Louis: Mosby; 2001,p.439.
sive Clinical Nephrology, 2"d ed. St Louis: Mosby; 2001. p.425.
The DCCT / EDIC Research Group: Retinopathy and nephropathy
Wolf G Ritz E: Diabetic nephropathy in type 2 diabetes.
in patients with type 1 diabetes four years after a trial of inten-
Prevention and patient management. J. Am. Soc. Nephrot
sive therapy. N Eng J Med 2000; 342:381.
2003;14:2.
304
NEUROPATI DIABETIK
Imam SubeKi

PENDAHULUAN tidak mengurangi keluhan, sehingga kualitas hidup dapat


diperbaiki.
Neuropati diabetik (ND) merupakan salah satu komplikasi Dengan demikian, memahami mekanisme terjadinya ND
kronis paling sering ditemukanpada diabetes melitus @M). dan faktor-faktor yang berperan, merupakan landasan
Risiko yang dihadapi pasien DM dengan ND antara lain penting dalam pengelolaan dan pencegahan ND yang lebih
ialah infeksi berulang, ulkus yang tidak sembuh-sembuh rasional.
dan amputasi jari/kaki. Kondisi inilah yang menyebabkan
bertambahnya angka kesakitan dan kematian, yang
berakibat pada meningkatnya beaya pengobatan pasien DEFINISI
DM denganND.
Hingga saat ini patogenesis ND belum seluruhnya Dalam konferensi neuropati perifer pada bulan Februari
diketahui denganjelas. Namun demikian dianggap bahwa 1988 di SanAntonio, disebutkanbahwaND adalah istilah
hiperglikemia persisten merupakan faktor primer. Faktor deskriptif yang menunjukkan adanya gangguan, baik klinis
metabolik ini bukan satu-satunyayang bertanggung jawab maupun subklinis, yang terjadi pada diabetes melitus tanpa
terhadap terjadinya ND, tetapi beberapa teori lain yang penyebab neuropati perifer yang lain. Gangguan neuropati
diterima ialah teori vaskular, autoimun dannerve growth ini termasuk manifestasi somatik dan atau autonom dari
factor. Studi prospektif oleh Solomon dkk, menyebutkan sistem sarafperifer.
bahwa selain peran kendali glikemik, kejadian neuropati
juga berhubungan dengan risiko kardiovaskular yang
potensial masih dapat dimodifikasi. PREVALENSI
Manifestasi ND bisa sangat bervariasi, mulai dari tanpa
keluhan dan hanya bisa terdeteksi dengan pemeriksaan Berbagai studi melaporkan prevalensi ND yang bervariasi.
elektrofisiologis, hingga keluhan nyeri yang hebat. Bisa Bergantung pada batasan definisi yang digunakan, kriteria
juga keluhannya dalam bentuk neuropati lokal atau diagnostik, metode seleksi pasien dan populasi yang
sistemik, yang semua itu bergantung pada lokasi dan jenis diteliti, prevalensi ND berkisar dari 12-50%. Andkakejadian
saraf yang terkena lesi. dan derajat keparahan ND juga bervariasi sesuai dengan
Mengingat terj adinya ND merupakan rangkaian proses usia, lama menderita DM, kendali glikemik, juga fluktuasi
yang dinamis dan bergantung pada banyak faktor, maka kadar glukosa darah sejak diketahui DM. Pada suatu
pengelolaan atau pencegahan ND pada dasarnya penelitian besar, neuropati simtomatis ditemukan pada
merupakan bagian dari pengelolaan diabetes secara 28,syo dari 6.500 pasien DM. Pada studi Rochester,
keseluruhan. Untuk mencegah agar ND tidak berkembang walaupun neuropati simtomatis ditemukan hanyapada l3o/o
menjadi ulkus diabetik seperti ulkus atau gangren pada pasien DM, ternyata lebih dari setengahnya ditemukan
kaki, diperlukan berbagai upaya khususnya pemahaman neuropati dengan pemeriksaan klinis. Studi lain
pentingnya perawatan kaki. Bila ND disertai dengan nyeri, melaporkan kelainan kecepatan hantar saraf sudah didapati
dapat diberikan berbagai jenis obat-obatan sesuai tipe pada 15,2%o pasien DM baru, sementara tanda klinis
nyerinya, dengan harapan menghilangkan atau paling neuropati hanya dijump ai pada 2,3Yo.

1947
1948 MEIABOIJI(ENDOKRIN

PATOGENESIS Kelainan Vaskular


Penelitian membuktikan bahwa hiperglikemia juga
Proses kejadian ND berawal dari hiperglikemia mempunyai hubungan dengan kerusakan mikrovaskular.
berkepanj angan yang berakibat terjadinya peningkatan Hiperglikemia persisten merangsang produksi radikal
aktivitas jalur poliol, sintesis adyance glycosilation end bebas oksidatif yang disebut reactive oxygen species
products (AGEs), pembentukan radikal bebas dan aktivasi (ROS). Radikal bebas ini membuat kerusakan endotel
protein kinase C (PKC). Aktivasi berbagai jalur tersebut vaskular dan menetralisasi NO, yang berefek menghalangi
berujung pada kurangnya vasodilatasi, sehingga aliran vasodilatasi mikrovaskular. Mekanisme kelainan
darah ke saraf menurun dan bersama rendahnya mikrovaskular tersebut dapat melalui penebalan membrana
mioinositol dalam sel terjadilah ND. Berbagai penelitian basalis ; trombosis pada arteriol intraneural; peningkatan
membuktikan bahwa kejadian ND berhubungan sangat agregasi trombosit dan berkurangnya deformabilitas
kuat dengan lama dan beratnya DM. eritrosit; berkurangnya aliran darah saraf dan peningkatan
resistensi vaskular; stasis aksonal, pembengkakan dan
Faktor Metabolik demielinisasi pada saraf akibat iskemia akut. Kejadian
Proses terjadinya ND berawal dari hiperglikemia yang neuropati yang didasari oleh kelainan vaskular masih bisa
berkepanjangan. Hiperglikemia persisten menyebabkan dicegah dengan modifikasi faktor risiko kardiovaskular,
aktivitas j alur poliol meningkat, yaitu te{'adi aktivasi enzim yaitu kadar trigliserida yang tinggi, indeks massa tubuh,
aldose-reduktase, yang merubah glukosa menjadi sorbi- merokok dan hipertensi.
tol, yang kemudian dimetabolisasi oleh sorbitol
dehidrogenase menjadi fruktosa. Akumulasi sorbitol dan Mekanisme lmun
fruktosa dalam sel saraf merusak sel saraf melalui Suatu penelitian menunjukkan bahwa 22o/o dari 120
mekanisme yang belum jelas. Salah satu kemungkinannya penyandang DM tipe 1 memiliki complement fi.xing
ialah akibat akumulasi sorbitol dalam sel saraf antisciatic nerve antibodies dan 25% DM tipe 2
menyebabkan keadaan hipertonik intraselular sehingga memperlihatkan hasil yang positip. Hal ini menunjukkan
mengakibatkan edem saraf. Peningkatan sintesis sorbitol bahwa antibodi tersebut berperan pada patogenesis ND.
berakibat terhambatnya mioinositol masuk ke dalam sel Bukti lain yang menyokong peran antibodi dalam
saraf. Penurunan mioinositol dan akumulasi sorbitol secara mekanisme patogenik ND adalah adanya antineurql anti-
langsung menimbulkan stres osmotik yang akan merusak bodies pada serum sebagian penyandang DM.
mitokondria dan akan menstimulasi protein kinase C Autoantibodi yang beredar ini secara langsung dapat
(PKC). Aktivasi PKC ini akan menekan fungsi Na- merusak struktur saraf motorik dan sensorik yang bisa
K-ATP-ase, sehingga kadar Na intraselular menjadi dideteksi dengan imunofloresens indirek. Disamping itu
berlebihan, yang berakibat terhambatnya mioinositol adanya penumpukan antibodi dan komplemen pada
masuk ke dalam sel saraf sehingga terjadi gangguan berbagai komponen saraf suralis memperlihatkan
transduksi sinyal pada saraf. kemungkinan peran proses imun pada patogenesis ND.
Reaksi jalur poliol ini juga menyebabkan turunnya
persediaan NADPH saraf yang merupakan kofaktor
Peran Nerve Growth Factor(NGFI
penting dalam metabolisme oksidatif. Karena NADPH
NGF diperlukan unruk mempercepat dan mempertahankan
merupakan kofaktor penting wtok glutathion dan nitric
pertumbuhan saraf. Pada penyandang diabetes, kadar NGF
oxide synthase (NOS), pengurangan kofaktor tersebut
serum cenderung turun dan berhubungan dengan derajat
membatasi kemampuan saraf untuk mengurangi radikal
bebas dan pennnman produksi nitric oxide Q\O). neuropati. NGF juga berperan dalam regulasi gen
Disamping meningkatkan aktivitas jalur poliol, substance P dan calcitonin-gen-regulated peptide
hiperglikemia berkepanjangan akan menyebabkan (CGRP). Peptida ini mempunyai efek terhadap vasodilatasi,
terbentuknya adyance glycosilation end products motilitas intestinal dan nosiseptif, yang kesemuanya itu
(AGEs). AGEs ini sangat toksik dan merusak semua mengalami gangguan pada ND.
protein tubuh, termasuk sel saraf. Dengan terbentuknya
AGEs dan sorbitol, maka sintesis dan fungsi NO akan
menurun, yang berakibat vasodilatasi berkurang, aliran KLASIFIKAS!
darah ke saraf menurun, dan bersama rendahnya
mioinositol dalam sel saraf, terjadilah ND. Kerusakan Neuropati diabetik merupakan kelainan yang heterogen,
aksonal metabolik awal masih dapat kembalipulih dengan sehingga ditemukan berbagai ragam klasifikasi. Secara
kendali glikemik yang optimal. Tetapi bila kerusakan umum ND yang dikemukakan bergantung pada 2 hal,
metabolik ini berlanjut menjadi kerusakan iskemik, maka pertama, menurut perjalanan penyakitnya (lama menderita
kerusakan struktural akson tersebut tidak dapat diperbaiki DM) dan kedua, menurut jenis serabut saraf yang terkena
lagt. lesi.
NEI.JROPAIIDIABETIK
1949

. Menurut perjalanan penyakitnya, ND dibagi menjadi: dengan jawaban tidak ada keluhan neuropati saja tidak
- neuropati fungsionaVsubklinis, yaitu gejala yang cukup untuk mengeluarkan kemungkinan adanya
muncul sebagai akibat perubahan biokimiawi. Pada neuropati.
fase ini belum ada kelainan patologik sehingga masih Pada evaluasi tahunan, perlu dilakukan pengkajian
reversibel. terhadap: 1). refleks motoik;2). fungsi serabut sarafbesar
- neuropati struktural/klinis, yaitu gejala timbul dengan tes kuantifikasi sensasi kulit seperti tes rasa getar
sebagai akibat kerusakan struktural serabut saraf. (biotesiometer) dan rasa tekan (estesiometer dengan filamen
Pada fase ini masih ada komponen yan greversible. mono Semmes-Weinstein); 3). fungsi serabut saraf kecil
- kematian neuron/tingkat lanjut, yaitu terjadi dengan tes sensasi suhu; 4). unhrk mengetahui dengan
penurunan ke padatan serabut saraf akibat kematian lebih awal adanya gangguan hantar sarafdapat dikerjakan
neuron. Pada fase ini sudah irueversible. Kerusakan elektromiografi.
serabut saraf pada umumnya dimulai dari distal Benhrk lain ND yang juga sering ditemukan ialah neuropati
menuju ke proksimal, sedangkan proses perbaikan otonom (parasimpatis dan simpatis) atat diabetic
mulai dari proksimal ke distal. Oleh karena itu lesi autonomic neuropathy (DAN).
distal paling banyak ditemukan, seperti . Uji komponen parasimpatis DAN dilakukan dengan :
polineuropati simetris distal. 1). Tes respons denyut jantung terhadap maneuver
. Menurut jenis serabut saraf yang terkena lesi: valsava; 2). Variasi denyut jantung (interval RR) selama
napas dalam(denyutjantung maksimum-minimum
NeuropatiDifus . Uji komponen simpatis DAN dilakukan dengan : 1).
. Polineuropatisensori-motorsimetrisdistal, Respons tekanan darah terhadap berdiri (penurunan
. Neuropati otonom : Neuropati sudomotor, Neuropati sistolik); 2). Respons tekanan darah terhadap
otonom kardiovaskular, Neuropati gastrointestinal, genggaman (peningkatan diastolik).
Neuropati genitourinaria
. Neuropati lower limb motor simetris proksimal
(amiotopi) PENGELOI-AAN

Strategi pengelolaan pasien DM dengan keluhan neuropati


Neuropati Fokal
. Neuropatikranial
diabetik dibagi ke dalam 3 bagian. Strategi pertama adalah

. diagnosis ND sedini mungkin, diikuti strategi kedua


Radikulopati/pleksopati
. dengan kendali glikemik dan perawatan kaki sebaik-
Entrapmentneuropathy
baiknya, dan strategi ketiga ditujukan pada pengendalian
Klasifikasi ND di atas berdasarkan anatomi serabut saraf keluhan neuropati/ nyeri neuropati diabetik setelah strategi
periferyang secaraumum dibagi atas 3 sistemyaitu sistem kedua dike{akan.
motorik, sensorik dan sistem autonom. Manifestasi klinis Mengingat ND merupakan komplikasi kronik dengan
ND bergantung dari jenis serabut saraf yang mengalami berbagai faktor risiko yang terlibat, maka pada pengelolaan
lesi. Mengingat jenis serabut saraf yang terkena lesi bisa ND perlu melibatkan banyak aspek, seperti perawatan
yang kecil atau besar, lokasi proksimal atau distal, fokal umum, pengendalian glukosa darah dan parameter
atau difus, motorik atau sensorik atau autonom, maka metabolik lain sebagai komponen tak terpisahkan secara
manifestasi klinis ND menjadi bervariasi, mulai kesemutan; terus menerus.
kebas; tebal; mati rasa; rasa terbakar; seperti ditusuk;
disobeh ditikam.
Perawatan Umum/Kaki
kulit, hindari trauma kaki seperti sepatu
Jaga kebersihan
yang sempit. Cegah trauma berulang pada neuropati
DIAGNOSIS
kompresi.

Polineuropati sensori-motor simetris distal atau distal


symmetrical sensorymotor polyneuropathy (DPN) Pengendalian Glukosa Darah
merupakan jenis kelainan ND yang paling sering terjadi. Berdasarkan patogenesisnya, maka langkah pertama yang
DPN ditandai denganberkurangnya fungsi sensorik secara harus dilakukan ialah pengedalian glukosa darah dan
progresif dan fungsi motorik (lebih jarang) yang monitor HbAlc secara berkala. Disamping itu
berlangsung pada bagian distal yang berkembang ke arah pengendalian faktor metabolik lain seperti hemoglobin,
proksimal. Diagnosis neuropati perifer diabetik dalam albumin, dan lipid sebagai komponen tak terpisahkan juga
praktek sehari-hari, sangat bergantung pada ketelitian perlu dilakukan.
pengambilan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Hanya Tiga studi epidemiologi besar, Diabetes Control and
1950 MEIABOLIKENDOIGIN

Complications Trial (DCCT), Kumamoto Study danlJ nited Pedoman pengelolaan ND dengan nyeri, yang dianjurkan
Kingdom Prospective Diabetes .S/adl (UKPDS) ialah:
membuktikan bahwa dengan mengendalikan glukosa darah, . NSAID (ibuprofen 600mg4xlhai, sulindac 200mg 2xl
komplikasi kronik diabetes termasuk neuropati dapat ha.i)
dikurangi. Pada DCCI kelompok pasien dengan terapi . antidepresan trisiklik (amitriptilin 50- l50mg malam hari,
intensif yang berhasil menurunkan HbAlc dair 9 ke 7%o, l0OngAari, nortriptilin 50- I 50mg malam hari,
telah menurunkan risiko timbul dan berkembangnya paroxetine 4Omg/hari)
komplikasi mikrovaskular, termasuk menurunkan risiko . antikonvulsan (gabapentin 900mg 3xhar\ karbamazepin
timbulnya neuropati sebesar 60Yo dalaml tahun. Pada studi 2}fimg4x/harl)
Kumamoto, suatu penelitian mirip DCCT tetapi pada DM . antiaritrnia(mexilletin 150450m9/hari)
tipe 2,juga membuktikan bahwa dengan terapi intensif . topikal: capsaicin 0,075Yo4x/hai,fliryhenazine lmg 3xl
mampu menurunkan risiko komplikasi, termasuk perbaikan hati, lranscutaneous electrical nerve stimulation.
kecepatan konduksi sarafdan ambang rangsang vibrasi.
Dalam praktek sehari-hari, jarang ada obat tunggal
Demikian juga dengan UKPDS yang memberikan hasil
mampu mengatasi nyeri neuropati diabetes. Meskipun
sempa dengan 2 studi sebelumnya.
demikian, pengobatan nyeri umumnya dimulai dengan obat
anti-depresan atau anti-konvulsan tergantung ada tidaknya
Terapi Medikamentosa efek samping. Dosis obat dapat ditingkatkan hingga dosis
Sejauh ini, selain kendali glikemik yangketat,belum ada maksimum atau sampai efek samping muncul. Kadang-
bukti kuat suatu terapi dapat memperbaiki atau mencegah kadang kombinasi anti-depresan dan anti-konvulsan cukup
neuropati diabetik.a Namun demikian, untuk mencegah efektif. Bila dengan regimen ini belum atau kurang ada
timbulnya atau berlanjutnya komplikasi kronik DM perbaikan nyeri, dapat ditambahkan obat topikal. Bila tetap
ini sedang diteliti penggunaan
termasuk neuropati, saat tidak atau kurang berhasil, kombinasi obat yang lain dapat
obat-obat yang berperan pada proses timbulnya dilalokan.
komplikasi kronik diabetes, yaitu:
. golongan aldose reductase inhibitor, yang berfungsi
Edukasi
menghambat penimbunan sorbitol dan fruktosa
. Disadari bahwa perbaikan total sangat jarang terjadi,
penghambat ACE
. sehingga dengan kenyataan seperti itu, edukasi pasien
neurotropin
menjadi sangat penting dalam pengelolaan nyeri ND.
- Nerve growth factor Target pengobatan dibuat serealistik mungkin sejak awal,
- Brain-derived neurotrophic factor
. alpha Lipoic Acid, xratu antioksidan kuat yang dapat
dan hindari memberi pengharapan yang berlebihan. Perlu
penjelasan tentang bahaya kurang atau hilangnya sensasi
membersihkan radikal hidroksil, superoksida dan
rasa di kaki, perlunya pemeriksaan kaki pada setiap
peroksil serta membentuk kembali glutation.
. penghatrhat protein kinase C
pertemuan dengan dokter, dan pentingnya evaluasi secara
. Gangiiosides, merupakan komponen utama membran
teratur terhadap kemungkinan timbulnya ND pada pasien
DM.
sel
. Gamma linoleic acid (GLA), suatu prekursor membran
fosfolipid
. Aminoguanidin, bertrrngsi menghambat pembentukan KES!MPULAN
AGEs
. Human intravenous immunoglobulin, memperbaiki Neuropati diabetik merupakan salah satu komplikasi kronik
gangguan neurologik maupun non neurologik akibat
DM dengan prevalensi dan manifestasi klinis amat
bervariasi. Dari 4 faktor (metabolilg vaskular, imrn danNGF)
penyakit autoimun.
yang berperan pada mekanisme patogenik ND,
Sedangkan untuk mengatasi berbagai keluhan nyeri, hiperglikemia berkepanjangan sebagai komponen faktor
sangat dianjurkan untuk memahami mekanisme yang metabolik- merupakan dasar utama patogenesis ND.
mendasari keluhan nyeri tersebut, antara lain aktivasi Oleh karena itu, dalam pencegahan dan pengelolaan
reseptor N-methyl-D-aspartate (NMDA) yang berlokasi ND pada pasien DM, yang penting ialah diagnosis diikuti
di membran post sinaptik spinal cord dan pengeluaran pengendalian glukosa darah dan perawatan kaki sebaik-
substance P dari serabut saraf besar A yang berfungsi baiknya. Usaha mengatasi keluhan nyeri pada dasarnya
sebagai neuromodulator nyeri. Manifestasi nyeri dapat bersifat simtomatis, dilakukan dengan memberikan obat
berupa rasa terbakar; hiperalgesia; alodinia, nyeri menjalar yang bekerja sesuai mekanisme yang mendasari keluhan
dll. Pemahaman terhadap mekanisme nyeri penting agar nyeri tersebut. Pendekatan nonfarmakologis termasuk
dapat memberi terapi yang lebih rasional, meskipun terapi edukasi sangat diperlukan, mengingat perbaikan total sulit
nyeri neuropati diabetik pada dasamya bersifat simtomatis. bisa dicapai.
NEUROPATIDIABTITIK 19s1

REFERENSI neuropathy in newly diagnosed NIDDM and non diabetic


control subjects. Diabetes 1989;38:1307-1313.
American Diabetes Association Position Statement: Implications Malik RA. Curent and future strategies for the management of
of the United Kingdom Prospective Diabetes Study. Diabetes diabetic neuropathy. Treat Endocrinol 2003;2(6):389-400.
Care 2003 ;26(Suppl 1):S28-S32. Report and Recommendation of the San Antonio Conference on
Boulton AJM. Management of diabetic peripheral neuropathy. Diabetic Neuropathy. Diabetes 1 98 8;37 : 1 000-4.
Prescribers' Journal 2000;40:107 -12. Shichiri M., Kishikawa H., Ohkubo Y., dkk. Long-term results of
DCCT Research Group. N Eng J Med 1993;329:977-86. the Kumamoto study on optimal diabetes control in type 2
Duby JJ., Campbell RK., Setter SM., dkk. Diabetic neuropathy: an diabetic patients. Diabetes Care 2000 ;23 (Suppl 2):B2l -829.
intensive review. Am J Health-Syst Pharm 2004;61(2):160- Tesfaye S., Chaturvedi N., Eaton SEM., dkk. Vascular risk factors
t7 6. and diabetic neuropathy. N Engl J Med 2005;352:341-50.
Feldman EL., Stevens MJ., Greene DA. Diabetic neuropathy. Dalam Thomas PK. Classification, differential diagnosis and staging of
Diabetes ir the New Millennium. John R Turtle, Toshio Kaneko diabetic peripheral neuropathy. Diabetes 1997;46(suppl 2):554-
and Shuichi Osato (ed). The Endocrinology and Diabetes s57.
Research Foundation of the University of Sidney, Sidney, NSW Vinik AI., Park TS., Stansberry KB., dkk. Diabetic neuropathies.
2006, Australia 1999:387 -402. Diabetologia 2000;43 :9 57 -7 3.
Jude EB., Boulton AJM. The diabetic foot. Dalam Diabetes Current Vinik AI. Diabetic neuropathy: pathogenesis and therapy. Am J Med
Perspective. Betteridge DJ (ed). Martin Dunitz Ltd, United 1999; 107(2B):17S-265.
Kingdom 2000:179-196. Vinik AI. Neuropathy: new concepts in evaluation and treatment.
Lehtinen JM., UUsitupa M., Siitonen O., dkk. Prevalence of Shouth Med J 2002;95(l):21-3.
305
DIABETES MELITUS GESTASIONAL
lohn M.F. Adam, Dyah Purnamasari

PENDAHULUAN sebelumnya dan kemudian menjadi hamil (Diabetes


Mellitus HamiV DMH/ DM pragestasional) dan 2) DM
Publikasi pertama mengenai diabetes melitus dan yang baru ditemukan saat hamil (Diabetes Mellitus
kehamilan dilaporkan oleh Duncan pada tahun 1982 yang Gestasional/ DMG). Diabetes melitus gestasional
melaporkan sebanyak 22 wanita diabetes melitus hamil. didehnisikan sebagai suatu intoleransi glukosa yang te{adi
Peel dkkpada tahun 1909 mengumpulkan 66 kasus diabe- atau pertama kali ditemukan pada saat hamil. Definisi ini
tes melitus hamil, dimana22o/o di antaranya meninggal saat berlaku dengan tidak memandang apakah pasien diabetes
hamil atau l-2 minggu setelah persalinan. Seperdelapan melitus hamil yang mendapat terapi insulin atau diet saja,
dari kehamilan berakhir dengan abortus, sedang sepertiga juga apabila pada pasca persalinan keadaan intoleransi
dari kehamilan aterm melahirkan bayi yang mati. glukosa masih menetap. Demikian pula ada kemungkinan
Kecenderungan kematian ibu dan janin yang tinggi pasien tersebut sebelum hamil sudah terjadi intoleransi
berkurang setelah ditemukan insulin pada tahun 1922. glukosa. Meskipun memiliki perbedaan pada awal
Setelah era insulin angka kematian ibu menurun dengan perjalanan penyakitnya, baik penyandang DM tipe I dan
mencolok, dari 45% menurun sampai hanya 2%(garrrbarl). 2 yang hamil maupun DMG memiliki penatalaks ar:aar.yang
Namun demikian angka kematian perinatal menurun sangat kurang lebih sama.
lambat, dari angka kematian sekitar 80o/o menurun sampai Prevalensi diabetes melitus gestasional sangat bervariasi
mencapai sekitar 3-5% di sentra yang maju. dari I- l4Yo, tergantung dari subyek yang diteliti dan
Menurunnya angka kematian perinatal disebabkan terutama dari kriteria diagnosis yang digunakan. Dengan
karena penatalaksanaan diabetes melitus yang semakin menggunakan kriteria yang sama yaitu yang digunakan oleh
baik, antara lain melalui penatalaksanaan terpadu, adanya American Diabetes Association prevalensi berkisar antara
insulin jenis baru, dan diperkenalkannya cara memantau 2-3%o.Perclitian di Makassar menggunakan kriteria yang
glukosa darah sendiri oleh pasien untuk mencapai kendali sedikit berbeda melaporkan angka prevalensi sebesar 2,0%.
glikemik yang ketat. Pada saat ini di sentra yang maju pasien Ksanti melakukan studi retrospektif pada37 wanita hamil
diabetes melitus hamil diperlakukan sebagai kehamilan yang dikelola sebagai DMG di RSUPN Dr. Cipto
dengan risiko tinggi, karena itu perlu pentalaksanaan Mangunkusumo dalam rentang tahun 2000-2003. DMG lebih
terpadu antara ahli penyakit dalam/endokrinologis, ahli banyak didapatkan pada usia di atas 32 tahun dan lebih dari
obstetri-ginekologi, dan ahli gizi. Dengan penatalaksanaan 50% memiliki riwayat keluarga DM. Pada kelompok DMG
diabetes melitus yang semakin baik, komplikasi perinatal dengan hasil pemeriksaan TTGO menunjukkan TGT (3 dari
akan lebih ditentukan oleh keadaan normoglikemi sebelum 37 subyek), semuanya dapat terkendali dengan pengaturan
dan selama hamil. diet saja. Sedangkan pada kelompok yang memenuhi kriteria
DM pada pemeriksaan awal (18 dai37 subyek), sebanyak
70%o mendapat terapi insulin. Sedangkan pada kelompok
DEFINISI DAN PREVALENSI DMG yang meragukan (tidak memenuhi kriteria diagnosis
ADA I 9 9 7 maupun Perke ni 2002 untuk DMG), sebanyak
Secara urnurn, DM pada kehamilan dibagi menjadi dua 80% dikelola dengan pengaturan diet saja. Tidak ada
kelompok yaitu 1) DM yang memang sudah diketahui pemakaian insulin analog pada periode tersebut.

1952
DIABETES MELITUS GESTASIOII,AL
1953

s
e
: s
E
G
3
E .g
E G
o E
Y o
Y

05 10 15 20 '25 '30 ',35 40 ',45 '50 ',55 ',60 '65 ',70 ',75 '80 85 05 10 15 20 25 30 35 40',45'50',55 60 65 70 75 80 85

Tahun Tahun

Gambar 1. GambarA memperlihatkan penurunan kematian ibu yang tajam setelah era insulin, dan gambar B tampak
penurunan kematian perinatal yang lebih lambat setelah era insulin dibandingkan dengan kematian ibu

PATOFISIOLOGI banyak dipakai diperkenalkan oleh American Diabetes


Association dan umumnya digunakan di negara Amerika
Pada kehamilan terjadi resistensi insulin fisiologis akibat Utara, dan kriteria diagnosis dari WHO yang banyak
peningkatan hofinone-hormon kehamilan (human placen- digunakan di luarAmerika Utara.
tal lactogen/ HPL, progesterone, kortisol, prolaktin) yang
mencapai puncaknya pada trimester ketiga kehamilan. Kriteria American Drabefes As sociation
Tidak berbeda pada patofisiologi DM tipe 2, pada DMG Americ an D iab etes As s ociation menggunakan skrining
juga terjadi gangguan sekresi sel beta pancreas. Kegagalan diabetes melitus gestasional melalui pemeriksaan glukosa
sel beta ini dipikirkan karena beberapa hal diantaranya: 1) darah dua tahap. Tahap pertama dikenal dengan nama tes
autoimun, 2) kelainan genetic dan 3) resistensi insulin tantangan glukosa yang merupakan tes skrining. Pada
kronik. Studi oleh Xiang melaporkan bahwa pada wanita semua wanita hamil yang datang di klinik diberikan minum
dengan DMG mengalami gangguan kompensasi produksi glukosa sebanyak 50 gramkemudian diambil contoh darah
insulin oleh sel beta sebesar 67%o dlbandingkan kehamilan satu jam kemudian. Hasil glukosa darah (umumnya contoh
normal. Ada sebagian kecil populasi wanita ini yang anti- darah adalah plasma vena) > 140 mg/dl disebut tes
body isclet cell (1,6-3,8%). Sedangkan sekitar 5o/o dari tantangan positif dan harus dilanjutkan dengan tahap
populasi DMG diketahuimemiliki gangguan selbeta akibat kedua yaitu tes toleransi glukosa oral. Untuk tes toleransi
defek pada sel beta seperti mutasi pada glukokinase. glukosa oral harus dipersiapkan sama dengan pada
Resistensi insulin selama kehamilan merupakan pemeriksaan bukan pada wanita hamil. Perlu diin gat apabila
mekanisme adaptif tubuh untuk menjaga asupan nutrisi pada pemeriksaan awal ditemukan konsentrasi glukosa
ke janin. Resistensi insulin kronik sudah terjadi sebelum plasma puasa > 126 mgldl atau glukosa plasma sewaktu
kehamilan pada ibu-ibu dengan obesitas. Kebanyakan > 200 mg/dl, maka mereka hanya dilakukan pengulangan
wanita dengan DMG memiliki kedua jenis resistensi insu- tes darah, apabila hasilnya sama maka diagnosis diabetes
lin ini yaitu kronik dan fisiologis sehingga resistensi melitus sudah dapat ditegakkan dan tidak diperlukan lagi
insulinnya biasanya lebih berat dibandingkan kehamilan pemeriksaan tes toleransi glukosa oral.
normal. Kondisi ini akan membaik segera setelah partus Unhrk tes toleransi glukosa oral American Diabetes
dan akan kembali ke kondisi awal setelah selesai masa Associationmengusulkan dua jenis tes yaitu yang disebut
nifas, dimana kotrsentrasi HPL sudah kembali seperti awal tes toleransi glukosa oral tiga jam, dan tes toleransi glukosa
oral duajam. Perbedaan utama ialah jumlah beban glukosa,
yaifi pada yang tiga jam menggunakan beban glukosa
PENJARINGAN DAN DIAGNOSIS 100 gram sedang yang pada dua jam hanya 75 gram
(Gambar2)
Berbeda dengan diabetes melitus yang sudah mempunyai Penilaian hasil tes toleransi glukosa oral untuk
keseragaman kriteria diagnosis, diabetes melitus menyatakan diabetes melitus gestasional, baik untuk tes
gestasional sampai saat ini belum ada kesepakatan toleransi glukosa tiga jam maupun yang hanya dua jam
mengenai kriteria diagnosis mana yang harus digunakan. berlaku sama yaitu ditemukannya dua atau lebih angka
Pada saat ini terdapat dua kriteria diagnosis yaitu yang yang abnormal (Tabel 1).
1954 METABOLIKENDOKRIN

Dinyatakan diabetes melitus gestasional bila glukosa


plasma puasa > 126 mg/dl danJatau 2 jam setelah beban
glukosa > 200 mg. atau toleransi glukosa terganggu.
Hasil tes toleransi glukosa Hasil tes toleransi glukosa
oral 3 jam dengan beban
Definition, Diagnosis and classification of diabetes
oral2jam dengan beban
glukosa 100 gr (mg/dl) glukosa 100 gr (mg/dl) mellitus and its complications. Report of a WHO Consul-
Puasa OE
Puasa
tation. WorldHealth Organization, Geneva 1999 (TechRep
95
'l jam '180 1-jam Ser 894).
- 180
2- jam 155 2- jam 155
3-jam 140
Siapa yang Harus Diskrining dan Kapan Harus
Diagnosis diabetes melitus gestasional ditegakkan apabila
ditemukan dua atau lebih angka yang abnormal
Diskrining

Wanita dengan diabetes melitus gestasional hampir tidak


pernah memberikan keluhan, sehingga perlu dilakukan
Wanita hamil skrining. Oleh karena hanya sekitar 3 -4% daiwanta hamil
I
Glukosa 50 gr
yang menjadi diabetes melitus gestasional, menjadi
pertanyaan apakah semua wanita hamil harus dilakukan
skrining untuk diabetes melitus gestasional atau hanya
< 140 mgo/o > 140 mg% pada mereka yang dikelompokkan sebagai risiko tinggi.

IJ
Normat
- TTGO-2jam
Penelitian di Makassar olehAdamdari20T4 wanita hamil
yang diskrining ditemukan prevalensi 3,0o/o pada mereka
yang berisiko tinggi dan hanya 1,2%o pada mereka yang
100 (75) gr glukosa
tanpa risiko. Sebaiknya semua wanita hamil harus
dilakukan skrining untuk diabetes melitus gestasiohal.
Beberapa klinik menganjurkan skrining diabetes melitus
Gambar 2. Tes toleransi glukosa oral 2 jam
gestasional hanya dilakukan pada mereka dengan risiko
dengan beban glukosa 75 g
tinggi diabetes melitus gestasional. Pada mereka dengan
risiko tinggi, skrining sebaiknya sudah dimulai pada saat
pertama kali datang ke klinik tanpa memandang umur
KRITERIA DIAGNOSIS MENURUT WHO kehamilan. Apabila hasil tes normal, maka perlu dilakukan
tes ulangan pada minggu kehamilan antara24-28 minggu.
WHO dalam buku Diagnosis and classification of Sedang pada mereka yang tidak berisiko tinggi tidak perlu
Diabetes mellitus tahun 1999 menganjurkan untuk dilakukan skrining.
diagnosis diabetes melitus gestasional harus dilakukan
Faktor risiko DMG yang dikenal adalah:
tes toleransi glukosa oral dengan beban glukos a 7 5 gram.
a. Faktor risiko obstetri
Kriteria diagnosis sama dengan yang bukan wanita hamil
Riwayat keguguran beberapa kali
yaitu puasa > 126 mgldl dan dua jam pasca beban > 200
Riwayat melahirkan bayi meninggal tanpa sebab jelas
mg/dl, dengan tambahan mereka yang tergolong toleransi
Riwayat melahirkan bayi dengan cacat bawaan
glukosa terganggu didiagnosis juga sebagai diabetes
Riwayat melahirkan bayi > 4000 gram
melitus gestasional. (Tabel 2)
Riwayatpre eklamsia
Polihidramnion
b. Riwayatumum
Usia saat hamil > 30 tahun
Glukosa plasma puasa
Normal <110 mgidl Riwayat DM dalam keluarga
Glukosa puasa terganggu > 110 mg/dl - < 126 mg/dl Riwayat DMG pada kehamilan sebelumnya
Diabetes melitus > 126 mg/dl Infeksi saluran kemih berulang saat hamil
Glukosa plasma 2 jam setelah pemberian 75 gram glukosa
oral Di Indonesia, untuk dapat meningkatkan diagnosis lebih
Normal < 140 mg/dl baik, Perkeni menyarankan untuk melakukan penapisan
Toleransi glukosa terganggu > 140 mg/dl - < 200 mg/dl pada semua ibu hamil pada pertemuan pertama dan
sedang puasa < 126 mg/dl
mengulanginya pada usia kehamllan26-28 minggu apabila
Diabetes melitus 2 200 mg/dl
hasilnya negatif.
Dinyatakan diabetes melitus gestasional bila glukosa plasma puasa 2
126 mgldl dan/atau 2 jam setelah beban glukosa > 200 mg. atau Perkeni memodifikasi cara yang dianjurkan WHO
toleransi glukosa terganggu Definition, Daagnosls and classification of dengan menganjurkan pemeriksaan TTGO menggunakan
diabetes mellitus and its complications. Repoft of a WHO Consultation.
World Health Organization, Geneva 1999 (Tech Rep Ser 894) 75 gram glukosa dan penegakan diagnosis cukup melihat
1955
DIABETES MELXTUS GESTASIOI,TAL

hasil pemeriksaan glukosa d arah 2 jam pasca pembebanan berolah ruEa agar dapat mendeteksi kontraksi subklinis
glukosa. Seperti yang tercantum pada consensus Perkeni dan bila ada segera menghentikan olah raganya. Namun,
2006, persiapan TTGO adalah sebagai berikut: mengingat dampak positif yang didapat dengan berolah
- Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti raga (penurunan Alc, glukosa puasadan I jam post pran-
kebiasaan sehari-hari (dengan karbohidrat yang cukup) dial), ADA menyarankan untuk melanjutkan aktifits fisik
dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa. sedang pada ibuhamil tanpa kontraindikasi medis maupun
- Berpuasapaling sedikit delapanjam (mulai malamhari) obstetric.
sebelum pemeriksaan, minum air putih tanpa gula tetap Sasaran glukosa darah yang ingin dicapai adalah
diperbolehkan. konsentrasi glukosa plasma puasa puasa < 105 mg/dl dan
- Diberikan glukosa 75 gramyatgdilarutkan dalam250 dua jam setelah makan < 120 mgldL Apabila sasaran
ml air dan diminum dalam waktu lima menit. tersebut tidak tercapai maka perlu ditambahkan insulin.
- Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah Beberapa klinik menganjurkan apabila konsentrasi glukosa
untuk pemeriksaan dua jam setelah minum larutan plasma puasa > 130 mg/dl dapat segera dimulai dengan
glukosa selesai insulin (Gambar 3).
- Diperiksa konsentrasi glukosa darah 2 jam sesudah
beban glukosa
- Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap
. cDP < 130 mg/dl GDP > 130 mg/dl
beristirahat dan tidak merokok.

Hasil pemeriksan TTGO dibagi menjadi 3 yaitu: I


- Glukosadarah2jam<l4}mglil- ) normal Perencanaan
Makan 1 minggu
- Glukosadarah2jaml40-<200me/dl- ) TGT
- Glukosadarah2jam>2}}mgldL ) DM
GDP > 105 dan GD 2 jam
"'
GDP < 105 dan GD 2 jam
Pada kehamilan, subyek dengan hasil pemeriksaan setelah makan < 130 setelah makan > '130
TTGO memrnjukkan TGT akan dikelola sebagai DMG
II
Teruskan Perencanaan makan
perencanaan makan + insulin
PENATALMSANMN DAN TARGET PENGENDALIAN
Gambar 3. Bagan penatalaksanaan diabetes melitus gestasional
Penatalaksanaan DMG sebaiknya dilaksanakan secara
terpadu oleh spesialis penyakit dalam, spesialis obstetric
ginekologi, ahli gizi dan spesialis anak. Tujuan Jenis insulin yang dipakai adalah insulin human.
penatalaksa naan adalah untuk menurunkan angka Insulin analog belum dianjurkan untuk wanita hamil
kesakitan dan kematian ibu, kesakitan dan kematian mengingat struktur asam aminonya berbeda dengan
perinatal. Penggunaan obat hipoglikemi oral sejauh ini tidak insulin human. Perbedaan struktur ini menimbulkan
direkomendasikan. Beberapa ahli tidak mutlak melarang perbedaan afinitas ar,tara insulin analog dan insulin
penggunaan OHO pada kehamilan untuk daerah-daerah human terhadap reseptor insulin dan reseptor IGF-I.
terpencil dengan fasilitas kurang dan belum ada insulin. Mengingat ke qa Human Placental Lactogez (HPL) melalui
Penatalaksanaan harus dimulai dengan terapi nutrisi reseptor IGF- 1, maka perubahan afinitas ini dikhawatirkan
medik yang diatur oleh ahli gizi. Secara umum, pada dapat mempengaruhi janin atau kehamilan. Beberapa studi
trimester pertama tidak diperlukan penambahan asupan tentang pemakaian insulin lispro menunjukkan dapat
kalori. Sedangkan pada ibu hamil dengan berat badan memperbaiki profil glikemia dengan episode hipoglikemia
normal secaraumum memerlukan tambahan 300 kcal pada yang lebih sedikit, pada usia kehamilan 14-32 minggt.
trimester kedua dan ketiga. Jumlah kalori yang dianjurkan Namun dirasa masih perlu penelitian jangka penjang untuk
adalah 30 kcal/berat badan saat hamil' Pada mereka yang menilai keamanannya pada kehamilan dan FDA
obes dengan indeks massa tubuh > 30 kglm2 maka mengkategorikan keamanannya di tingkat B.
pembatasan kalori perlu dilalarkan yaitujumlah kalori hanya Dosis dan frekuensi pemberian insulin sangat
25 kcall kg berat badan. Asupan karbohidrat sebaiknya tergantung dari karakteristik rerata konsentrasi glukosa
terbagi sepanjang hari untuk mencegah ketonemia yang darah setiap pasien. Berbeda dengan diabetes hamil
berdampak pada perkembangan kognitif bayi' pragestasional, pemberian insulin pada diabetes melitus
Aktifitas fisik selama kehamilan sempat menjadi topik gestasional selain dosis yang lebih rendahjuga frekuensi
yang kontroversial karena beberapa tipe olah raga seperti pemberian lebih sederhana. Pemberian insulin kombinasi
sepeda ergometer, senam erobik dan treadmill dapat memicu kerja singkat dan kerja sedang seperti Mixtard
kontraksi uterus. Para ahli menyarankan pada setiap ibu (Novo-Nordik) atau Humulin 30-70 (Eli Lilly) dilaporkan
hamil yang sedang berolah raga untuk meraba perut selama sangat berhasil.
1956 METABOLIKENT'OKRIN

Kendali glikemik ketat sangat dibutuhkan pada semua toleransi glukosa pasca melahirkan pada kelompok wanita
wanita diabetes melitus dengan kehamilan. penting sekali hamil dengan gangguan toleransi glukosa selama
memantau glukosa darah sendiri oleh pasien di rumah, kehamilan. Hasil studi tersebut menyarankan untuk
terutama pada mereka yang mendapat suntikan insulin. mengulang pemeriksaan skrining TTGO pada 6 minggu
Pasien perlu dibekali dengan alat meter (Reflectance meter) post parhrm dan setiap tahun setelahnya. Studi di Ujung
untuk memantau glukosa darah sendiri di rumah. Pandang dengan lama pemantauan selama 6 tahun pada
Penggunaan HbAlc sebagai pemantauan belum 46 wanita pasca DMG melaporkan angka kejadian DM tipe
menunjukkan dampak yang signifikan dalam kendali 2 dan toleransi glukosa terganggu sebesar 56,6%.
glukosa darah. Mengingat diabetes melitus gestasional mempunyai
risiko tinggi untuk mendapat diabetes melitus di kemudian
hari, maka disepakati agar enam minggu pasca persalinan
KOMPLIKASI PADA IBU DAN ANAK harus dilakukan tes toleransi glukosa oral untuk
mendeteksi adanya diabetes melitus, glukosa puasa
Dibandingkan dengan diabetes melitus pragestasional, terganggu, atau toleransi glukosa terganggu. Apabila hasil
komplikasi pada ibu hamil diabetes melitus gestasional tes toleransi glukosa oral normal, maka dianjurkan untuk
sangat kurang. Komplikasi dapat mengenai baik ibu tes ulangan setiap tiga tahun. Bagi mereka dengan glukosa
maupun bayinya. Komplikasi yang dapat ditemukan pada puasa terganggu dan toleransi glukosa terganggu harus
ibu antara lain preeklamsi, infeksi saluran kemih, persalinan dilakukan tes ulangan setiap tahun. Perlu dilakukan studi
seksio sesaria, dan trauma persalinan akibat bayi besar. epidemiologis untuk menghitung kekerapan kejadian TGT
Hasil penelitiain di Ujung Pandang dari 40 pasien diabetes dan DM tipe 2 pada subyek DMG dan faktor-faktor yang
melitus gestasional yang dipantau selama3,5 tahun, seksio dapat dijadikan prediktornya, mengingat ras Asia memiliki
sesaria dilakukan sebanyak 17,5yo. risiko kejadian DMG lebih tinggi dibandingkan ras kaukasia
Komplikasi pada bayi antara lain makrosomia, hambatan dan perubahat gaya hidup yang mengarah ke sedenter
pertumbuhan janin, cacat bawaan, hipoglikemia, pada dekade terakhir.
hipokalsemia dan hipomagnesemia, hiperbilirubinemia,
polisitemia hiperviskositas, sindrom gawat napas neona-
tal. Komplikasi yang paling sering adalah terjadinya REFERENS!
makrosomia, hal ini mungkin karena pada umumnya
diabetes melitus gestasional didiagnosis agak terlambat Adam JMF. Diabetes melitus gestasional: inseidens, karakteristik ibu
terutama di negara kita. dan hasil perinatal. Penelitian Universitas Hasanuddin, 1989
Selain komplikasi jangka pendek, juga teradapat American Diabetes Association. Clinical practice recommendations.
komplikasi jangka panjang. Pada anak. dapat terjadi Diagnosis and classifrcation of diabetes me1litus. Diabetes Care
2004;27 (suppl 1): Ss - S10.
gangguan toleransi glukosa, diabetes dan obesitas,
Buchanan T. Gestational diabetes mellitus. Therapy for diabetes
sedangkan pada ibu adalah gangguan toleransi glukosa mellitus and related disorders 4th ed. Lebovitz HE (ed), 1992:
sampaiDM. 20-8.
Konsensus diagnosis dan penatalaksanaan diabetes melitus
gestasional. Persatuan Endokrinologi Indonesia, 1997.
Metzger BE, Coustan DR (Eds): Proceedings of the fourth interna-
PEMANTAUAN PASCA PERSALINAN tional workshop - conference on gestational diabetes mellitus.
Daibetes Care 1998; 21 (suppl 2):Bl -8167.
Mestman et al (1972)meneliti kekerapankejadian gangguan Reece EA. The history of diabetes mellitus. Diabetes mellitus in
toleransi glukosa pasca persalinan sampai dengan lima pregnancy 2nd ed. Reece EA, Coustan DR, 1995; 1 - 10.
Report of a WHO Consultation. World Health Organization, Geneva
tahun kemudian pada 360 wanita hamil. Pada masa
1999 (Tech Rep Ser 894)
kehamilan, sebanyak 51 subyek (14,2%) memiliki Weiss PAM. Gestational diabetes: a survey and the graz approach to
peningkatan glukosa darah puasa, l8l subyek (50,3%) diagnosis and therapy. Weiss PAM, Coustan DR (eds). Gesta-
memiliki hasil pemeriksaan TTGO abnormal, 90 subyek tional Diabetes 1988; I - 55.
(25%) memiliki hasil positif pada Prednisolone Glucose Mestman JH, Aaderson GV, Guadalupe V. Follow up study of 360
Tblerance ksl (PGTT) dan 38 subyek (10,5%) sisanya subjects with abnormal carbohydrate metabolism during preg-
normal. Pada kelompok dengan GDP menrns<at,hanya2%o nancy. Obstetric Gynecology 1972;39 (3): 421-5.
Retnakaran R, Hanley AJG, Connely PW, Sermer M, Zinman B.
yang menunjukkan pemeriksaan GDP, TTGO dan PGTT
Ethnicity modifies the effect of obesity on insulin resistance in
normal selama pemantauan post partum hingga 5 tahun pregnancy: A comparison ofAsian, South Asian and Caucasian
kemudian. Sedangkan pada kelompok TTGO abnormal, women. J Clin Endocrinol Metab 2006; 9l:93-7.
PGTT positif dan normal, pada periode pemantauan, Setji TL, Brown AJ, Feinglos MN. Gestational Diabetes Mellitus.
sebany ak 22,6Yo; 47,7 Yo dan 89%o tetap menunjukkan hasil Clinical diabetes 2005; 23l.17-24
normal. Ini menunjukkan tingginya kekerapan gangguan
307
DIABETES MELITUS DALAM PEMBEDAHAN
Supaftondo

PENDAHULUAN TINDAKAN BEDAH MAYORDAN MINOR

Dengan bertambahnya jumlah penduduk berusia lanjut di Tindakan bedah mayor menimbulkan reaksi stres yang
seluruh dunia, jumlah pengidap diabetes melitus tipe 2 besar, mengakibatkan penghentian makan dan biasanya
yang terutama ditemukan pada usia dewasa tua juga berarti membuka rongga perut, dada dan tengkorbk.
bertambah. Tindakan bedah minor biasanya menggunakan bius
Hal ini terungkap pada survei diAmerika Serikat yang setempat atau endoskopi dan biasanya kesempatan makan
menghasilkan kenaikan prevalensi DM tipe 2 dai 8,9o/o tidak terlalu lama mundumya. Sekarang tindakan dengan
( 1 976-
1 980) ke 12,3% (1988-1990). rawat siang kurang dari 14 jam juga termasukjenis minor.
Walaupun menggunakan batas umur yang berbeda, Penggolongan tindakan seperti ini berakibat cara kerja
survei epidemiologi di Jakarta juga menemukan peningkatan yang kurang ketat tentang penilaian pra bedah.
dai 1,7 Yoke 5,7 o/o dalamktrrnwaktu 1 0 tahun (1992 - 1993 Sebaiknya tindakan dianggap "berisiko tinggi" dan
dal200l-2002). "rendah", bergantung pada tingkat pengendalian glukosa
Peran pengetahuan tentang patofisiologi yang makin darah, jenis komplikasi yang ada dan sifat tindakan.
lengkap serta penggunaan obat antidiabetes yang
baru seperti analog insulin (insulin lispro, insulin
glargine) dan repaglinid, troglitason di samping PENILAIAN PRA BEDAH
obat lama, telah berhasil memperpanjang. umur
pengidap diabetes. Di antaranya mungkin bertambah Jenis Diabetes dan Tingkat Pengendalian Glukosa
jumlah pasien yang pada suatu saat perlu mengalami DM tipe I perlu insulin. Pada DM tipe 2 insulin kadang-
pembedahan. kadang dapat ditangguhkan sesudah tindakan singkat
Tanpa maksud mengecilkan segi persiapan mental pada selesai.
seseorang yang akan mengalami pembedahan, tulisan ini Periksalah catatarr konsentrasi glukosa darah,
mendahulukan aspek klinis operasi. konsentrasi glukosa sewaktu, fruktosamin (pengendalian
Tetap perlu diingatkan bahwa petunjuk yang 2-3 minggu sebelumnya), Hb^. (Pengendalian 2-3bulan
diterima oleh pasien yang akan menjalani tindakan di klinik sebelumnya). Catatan glukosa darah sebaiknya berupa
siang seperti endoskopi usus (tumor ganas?), konsentrasi puasa, postprandial dan sebelum makan'
angiografi koroner, pemasangan stent, umumnya Bila pengendalian tidak baik, pembedahan mungkin
menyebutkan supaya pasien datang dalam keadaan perlu diundur untuk menetapkan dosis baru insulin atau
puasa, menghentikan semua obat (termasuk insulin !). dosis insulin sesudah beralih dari obat hipoglikemiaa oral
Dengan sendirinya timbul hiperglikemia sesudah (oHo).
tindakan yang disebut tadi, suatu akibat yang tidak OHO kerja panjang seperti klorpropamid dan
perlu. glibenklamid harus diganti dengan OHO kerja pendek
Segi persiapan mental akan membahas perlunya tanpa metabolit yang bersifat hipoglikemiaa seperti
menghubungi dokter primer yang biasa menangani pasien gtipizia, gliklazid,atau OHO kerja sangat singkat seperti
diabetes ini. repaglinid.

1957
1958 MEf,ABOI.JKENT'OKRIN

Komplikasi Diabetes Cara Pemberian lnsulin


Pada tindakan ringan harus dipastikan penyakit jantung Para ahli mencatat4 carapemberian insulinpada anestesia
iskemia, hipertensi, nefropati, infeksi saluran kemih dan dan pembedahan.
neuropati. Pemeriksaan klinis rutin dilengkapi pemeriksaan . Infus insulin dan glukosa terpisah.
laboratorium sederhana termasuk EKCI tes fungsi ginjal . Infus glukosa - insulin - kalium kombinasi.
dan elektrolit. . Secara intermiten bolus insulin kerja pendek i.v. atau
Perlu diingat kemungkinan iskemia otak dan hipotensi subkutan.
posturnal serta gangguan sirkulasi kaki. Pada tindakan . Kombinasi insulin kerja pendek dan intermediet
bedah mayor seperti cangkok ginjal dan bedah vaskular, subkutan dengan dosis 30-50 % di bawah dosis sehari-
pemeriksaan jantung harus lebih lengkap seperti isotope hari bila pasien makan.
exercise lesl untuk menyingkirkan penyakit jantung
Cara dengan infus lebih sering dipakai dan terutama
iskemia dan gated isotope heart scan atau USG jantung
cara infus terpisah lebih luwes.
(ECHO) untuk menilai firngsi miokard.
Pada bedah pintasjantung atau bedah vaskular dengan
risiko hipotensi pemeriksaan Doppler Ultrasound
lnsulin regular 25 U dalam 250 ml NaCl 0,9 % (lV / 10 ml)
pembuluh darah leher juga perlu.
lnsulin diberikan dalam infus i.v
50 ml diguyurkan ke dalam tabung infus sebelum disambungkan
pada pasien. lnfus insulin ini bermuara di infus cairan
pefloperasr
lnfus cairan perioperasi harus berisi glukosa 5 % (laju 100 ml/jam).
PENGENDALIAN METABOLISME SELAMA Glukosa darah (GD) ditetapkan tiap jam selama operasi
PEMBEDAHAN

Pengobatan
. Yangmemerlukaninsulin.
- Semua pasien yang menggunakan insulin sebelum
pembedahan perlu meneruskan insulin selama
tindakan.
- Pasien DM tipe 2 dengan diit dan OHO dan glukosa
darah puasa > 180 mg/dl, HbArc > 10olo. . GD < 80 mg/dl: hentikan insulin, bolus glukosa 50 % i.v. (25 ml).
. Yang kadang-kadang perlu insulin. Pasien DM tipe 2 Sesudah GD > 80 mg, infus insulin mulai lagi. Mungkin perlu
penyesuaian pedoman ini selanjutnya.
dengan diit dan OHO, glukosadarahpuasa < 180 mgl . Kebutuhan insulin berkurang: pasien dengan diit saja, OHO atau
dL HbAIC < 10% lamapembedahar<2 jamruangtubuh insulin
50 U sehari, penyakit endokrin lain.
tidak dibuka boleh makan sesudah operasi . Kebutuhan insulin naik: obesitas, sepsis, terapi steroid, cangkok
. Metformin harus dihentikan 2-3 hari sebelum ginjal, pintas koroner jantung.
pembedahan untuk mencegah asidosis laktat dan dapat
diganti dengan sulfonilurea sementara.
PEMBEDAHAN RAWATJALAN
Pemantauan Glukosa
Cara ini dapat menguntungkan pasien, karena ia dapat
Selama pembedahan konsentrasi glukosa harus ditetapkan
pulang sesudah tindakan bedah selesai. Walaupun
: 1). Sebelum induksi anestesia; 2). 30 menit sesudah
induksi; 3). Setiap 45 menit selama tindakan; 4). Pada akhir
tindakan termasuk bedah minor, ada kemungkinan
diperlukan anestesia umum. Dalam hal ini insulin perlu
tindakan; 5). 30 menit sesudah sadar; 6). Setiap jam selama
digunakan dan cara infus insulin sebaiknya dipakai. Jika
6 jam atau sampai boleh makan.
anestesia umum tidak diperlukan, pasien sebaiknya
Pemeriksaan glukosa lebih sering (iap 30 menit) bila
mendapat giliran sepagi mungkin, jadi sebelum atau
glukosa > 200 mg/dl dan tiap 1 5 muritjika < 80 mg/dl selama
sesudah makan pagi. Kalau ia harus menunggu lama,
anestesia.
penggunaan insulin lalu memakai cara infus insulin.
Pedoman untuktindakan bedahminortertera di bawah ini.
lnfus Glukosa
Tujuannya ialah pengendalian konsentrasi glukosa dan
pencegahan hipoglikemiaa. Juga sebagai pemasok energi ASUHAN PASCA.BEDAH
unhrkmenekanpembentukan gliserol dan asam lemak serta
mengurangi katabolisme protein, yang dapat menghambat Infus glukosa dan insulin dilanjutkan sampai pasien dapat
pemulihan. Laju infus 0,07 - 0,1 g glukosa/kg/jam temyata makan lagi dan kemudian kembali ke cara pengobatan
memadai. sebelumnya.
DIABETES MELITUS DAI.AM PEMBEDAHAN 1959

Bila infus insulin akan dihentikan, insulin subkutan emosional menghadapi "serangan" terhadap tubuhnya.
harus segera disuntikkan, karena insulin i.v. tidakberperan . pengetahuan tentang kejadian pasca bedah yang dapat
lagi sejak 30 menitpenghentian infus. Bagaimanakitamulai diperkirakan, menambah rasa mampu kendali pasien.
dengan terapi insulin pasca bedah ? . penjelasan tentang tugas dokter dan karyawan rumah
G avin memakai cara berikut : sakit selama masa pasca bedah dapat memberikan
. Hitung jumlah insulin selama24 jam(:dosis lama) gambaran tentang pertolongan yang dapat diharapkan.
. Dosis baru ialah 80- 100 % jumlah ini, diberikan sebagai
insulin reguler sebelum makan pagi (25 o/o), sebelum
makan siang (25 %) sebelum makan malam (25 %), PROSES PENJAJAGAN PERSETUJUAN
o/o)
s eb elum tidur (2 5 seb agai NPH.
. Tujuan : GD 120 -220 mg / dl. Diabetes melitus sudah sering ditemukan di Indonesia
. Diteruskan untuk mendapat dosis insulin tepat, atau seperti dijelaskan sebelum ini. Pasien tanpa komplikasi
dosis sebelum pembedahan. biasanya dikelola oleh dokter umum atau spesialis penyakit
dalam.
Bila timbul komplikasi akut dokter umum merujuk pasien
ke spesialis penyakit dalam. Jika masalahnya perlu
Pasien dengan insulin Pasien dengan OHO pembedahan rujukan diteruskan ke spesialis bedah
sesudah penjelasan awal disampaikan. Kerja sama antara
DM tipe 1 dan DM tipe 2 Hentikan OHO pagi
lnfus insulin Periksa GD sebelum dan dokter primer (dokter umum atau
ke tiga unsur : pasien -
GD diperiksa tiap 2-4 jam sesudah tindakan
Berikan OHO petang
- dokter konsulen (spesialis
spesialis penyakit dalam)
DM tipe 2 (< 50 U /hari) bedah) akan mempermudah tercapainya persetujuan.
Hentikan insulin intermediet Jarang perlu insulin
pagi, ganti dengan insulin Bila perlu berikan sesuai
requler pedoman ini :
GD lnsulin reguler (U)
(mg / dl) (subkutan tiap 6 jam) 1. Arti dan tujuan tindakan akan ditentukan dan dijelaskan
dalam bahasa awam.
<'120 0 2. Risiko, kendala, budaya dan masalah masa pemulihan
't20 - 160 4 akan dibeberkan sehingga semua keterangan yang
161 -200 6 diperlukan untuk penetapan keputusan oleh orang wajar,
201 -
240 8
disampaikan.
> 240 10
3. Kemungkinan cara pengobatan lain akan dijelaskan.
4. Semua pertanyaan pasien dijawab.
5. Barulah, persetujuan tanpa tekanan dapat diberikan.
Rockwell, 1979

GD sebelum makan Dosis baru


(mg / dl) (insulin reguler)
<80 Kurangi 4 U PENUTUP
81 - 120 Kurangi 3 U
121 - 180 Dosis lama
Prevalensi diabetes melitus tipe 2 (DM tipe 2) meningkat
181 - 240 Ditambah 2 U
241 -300 Ditambah 3 U di seluruh dunia, juga di Indonesia.
> 300 Ditambah 4 U Penggunaan obat baru a.l. generasi ke 2 dan ke 3
sulfonilurea, repaglinid, troglitazon berhasil mengatur
konsentrasi glukosa darah. Penambahan umur pasien dia-
betes menambah kemungkinan perlunya tindakan bedah
PERSIAPAN PASIEN SECARA PSIKOLOGIS karena suafu sebab suatu saat.
Cara pengelolaan diabetes pdda tahap pra bedah,
Keadaan sakit merupakan sesuatu yang memberatkan selama pembedahan dan pasca bedah dijelaskan.
pasien apalagi jika ia perlu menjalani pembedahan. Kerja sama antara pasien, dokter primer (dokter umum,
Warga masyarakat yang sudah maju dengan mudah spesialis penyakit dalam) dan dokter korlsulen (spesialis
mendapat pengetahuan berbagai bidang dan akan meminta bedah, anestetis) sangat penting.
penjelasan tentang perlunya pembedahan. Pengetahuan
akan menambah kekuatan ke arah positif, kata Maslow,
seorang psikolog dan mengurangi kemungkinan REFERENSI
perjalanan pasca bedah yang buruk. Informed Consent
(izin berdasarkan pemahaman) dari pasien membuka 3j alan :
Colagiuri S. Diabetes and surgery theory and practice. In Baba S et
. pembahasan risiko dan manfaat tindakan bedah al (eds) Diabetes 1994. Proceedings l5ti IDF Congress, Kobe
menolong pasien mempersiapkan dirinya secara 1994. A 'dam : Elsevier, 1995,p,649 - 52.
1960 METABOLIKENDOICtr{

Diabetes towards the new Millennium (abstract), 3'd IDF Western


Pacific reg. Congress 1996 Hongkong; 1996. p.9O - 4.
Gavin LA.Perioperative management of the diabetic
patient.Endocrin Metab Clin North An 1992; 2l : 457- 471.
Kidson W. Surgery, Anesthesia and Diagnostic Procedures in
Diabetes. In Diabetes in the New Millennium, Endocrin Diab
Res Found, Univ Sydney 1999.p.495-504.
NHANES II, Diabetes 1987 ; 36 : 523-534. b. NHANES III,
Diabetes Care 1998; 2l :518 -24.
Rockwell DA and Papitone - Rockwell F. The emotional impact of
surgery and the value of informed consent. Med Clin North Am
1979:63 : L34l-52.
307
KAKI DIABETES
Sarwono Waspadji

PENDAHULUAN usaha menormalkan konsentrasi glukosa darah unfuk


mencegah terjadinya berbagai komplikasi DM tipe 2 sudah
Diabetes melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis terbukti pada berbagai penelitian epidemiologis skala besar
kelainan metabolik, ditandai oleh adanya hiperglikemia dan lama seperti misalnya pada UKPDS.
yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja Hiperglikemia pada DM dapat terjadi karena hiasukan
insulin atau keduanya. Dari berbagai penelitian karbohidrat yang berlebih, pemakaian glukosa dijaringan
epidemiologis, seiring dengan perubahan pola hidup tepi berkurang, akibat produksi glukosa hati yang
didapatkan bahwa prevalensi DM meningkat terutama di bertambah, serta akibat insulin berkurang jumlah maupun
kota besar. Jika tidak ditangani dengan baik tentu saja kerjanya. Dengan memperhatikan mekanisme asal
angka kejadian komplikasi kronik DM juga akan meningkat, terjadinya hiperglikemia ini, dapat ditempuh berbagai
termasuk komplikasi kaki diabetes, yang akan menj adi topik langkah yang tepat dalam usaha untuk menurunkan
bahasan utama kali ini. konsentrasi glukosa darah sampai batas yang aman untuk
Pada penyandang DM dapat terjadi komplikasi pada menghindari terjadinya komplikasi kronik DM.
semua tingkat sel dan semua tingkatan anatomik. Pilar pengelolaan diabetes terdiri dari penyuluhan,
Manifestasi komplikasi kronik dapat terjadi pada tingkat perencanaan makan yang baik, kegiatan jasmani yang
pembuluh darah kecil (mikrovaskular) berupa kelainan memadai dan penggunaan obat berkhasiat menurunkan
pada retina mata, glomerulus ginjal, syaraf dan pada otot konsentrasi glukosa darah seperti golongan sekretagog
jantung (kardiomiopati). Pada pembuluh darah besar, insulin (sulfonilurea, repaglinid dan nateglinid), golongan
manifestasi komplikasi kronik DM dapat terjadi pada metformin, golongan inhibitor alfa glukosidase, golongan
pembuluh darah serebral, jantung (penyakit jantung tiazolidindion dan insulin. Dengan mengkombinasikan
koroner) dan pembuluh darah perifer (tungkai bawah). berbagai macam obat berkhasiat menurunkan konsentrasi
Komplikasi lain DM dapat berupa kerentanan berlebih glukosa darah, akan dapat dicapai sasaran pengendalian
terhadap infeksi dengan akibat mudahnya terjadi infeksi konsentrasi glukosa darah yang optimal untuk mencegah
saluran kemih, tuberkulosis paru dan infeksi kaki, yang terjadinya komplikasi kronik DM.
kemudian dapat berkembang menjadi ulkus/gangren
diabetes.
Berbagai teori dikemukakan untuk menjelaskan KAKIDIABETES
patogenesis terj adinya komplikasi DM. Di antaranya yang
terkenal adalah teori jalur poliol, teori glikosilasi dan terakhir Kaki diabetes merupakan salah satukomplikasi laonikDM
adalah teori stress oksidatif, yang dikatakan dapat yang paling ditakuti. Hasil pengelolaan kaki diabetes sering
menj elaskan secara keseluruhan berbagai teori sebelumnya mengecewakan baik bagi dokter pengelola maupun
(unifying mechanism). Apapun teori yang dianut, penyandang DM dan keluarganya. Sering kaki diabetes
semuanya masih berpangkal pada kejadian hiperglikemia, berakhir dengan kecacatan dan kematian. Sampai saat ini,
sehingga usaha untuk menurunkan terjadinya komplikasi di Indonesia kaki diabetes masihmerupakan masalah yang
DM harus dilakukan dengan memperbaiki, mengendalikan rumit dan tidak terkelola dengan maksimal, karena sedikit
dan menormalkan konsentrasi glukosa darah. Manfaat sekali orang berminat menggeluti kaki diabetes. Juga belum

t96r
1962 MEIABOIJKENDOICIN

ada pendidikan khusus untuk mengelola kaki diabetes klasifikasi mutakhir dianjurkan oleh International
(podiatrist, chiropodistbelum ada). Di samping itu, ketidak- Working Group on Diabetic Fool (Klasifikasi PEDIS
tahuan masyarakat mengenai kaki diabetes masih sangat 2003-lihat lampiran). Adanya klasifrkasi kaki diabetes
mencolok, lagi pula adanya permasalahan biaya yang dapat diterima semua pihak akan mempermudahpara
pengelolaan yang besar yang tidak terjangkau oleh peneliti dalam membandingkan hasil penelitian dari
masyarakat pada umumnya, semua menambah peliknya berbagai tempat di muka bumi. Dengan klasifikasi PEDIS
masalah kaki diabetes. akan dapat ditentukan kelainan apayang lebih dominan,
Di negara maju kaki diabetes memang juga masih vaskular, infeksi atau neuropatik, sehingga arah
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar, pengelolaan pun dapat terhrju dengan lebih baik. Misalnya
tetapi dengan kemajuan cara pengelolaan, dan adanya suatu ulkus gangren dengan critical limb ischemia (P3)
klinik kaki diabetes yang aktif mengelola sejak pencegahan tentu lebih memerlukan tindakan untuk mengevaluasi dan
primer, nasib penyandang kaki diabetes menjadi lebih memperbaiki keadaan vaskularnya dahulu. Sebaliknya
cerah. Angka kematian dan angka amputasi dapat ditekan kalau faktor infeksi menonjol (I4), tentu pemberian
sampai sangat rendah, menurun sebanyak 49-85o/o dari antibiotik harus adekuat. Demikian juga kalau faktor
sebelumnya. Tahun 2005 International Diabetes Federa- mekanik yang dominan (insensitivefoot, S2), tentu koreksi
tion mengambil tema Tahun Kaki Diabetes mengingat untuk mengurangi tekanan plantar harus diutamakan.
pentingnya pengelolaan kaki diabetes untuk Suatu klasifikasi lain yang juga sangat praktis dan
dikembangkan. sangat erat dengan dengan pengelolaan adalah klasifikasi
Di RSUPN dr CiptoMangunkusumo, masalah kaki dia- yang berdasar pada perjalanan alamiah kaki diabetes
betes masih merupakan masalah besar. Sebagian besar @dmonds 2004-2005):
perawatan penyandang DM selalu menyangkut kaki dia- . Stagel:NormalFoot
betes. Angka kematian dan angka amputasi masih tinggi, . Stage 2: High Risk Foot
masing-masing sebesar 16 %o dat25 %o (dataRSUPNCM . Stage 3 : Ucerated Fool
tahun 2003). Nasib para penyandang DM pasca amputasi . Stage 4: Infected Foot
pun masih sangat buruk. Sebanyak 14,3 Yo akan meninggal . Stage 5 : Necrotic Fool
dalam setahun pasca amputasi,dan sebanyak 37 o/o akan . Stage 6 : Unsalvable Foot
meninggal 3 tahun pasca amputasi.
Unhtk stage I dan2, peran pencegahan primer sangat
penting, dan semuanya dapat dikefakan pada pelayanan
kesehatan primer, baik olehpo diatrist/chiropodlst maupun
PATOFISIOLOGI KAKI DIABETES
oleh dokter umum/dokter keluarga.
UnJl.k stage 3 dan 4 kebanyakan sudah memerlukan
Terjadinya masalah kaki diawali adanya hiperglikemia pada
di tingkat pelayanan kesehatan yang lebih
perawatan
penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati
memadai umumnya sudah memerlukan pelayanan
dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati, baik
spesialistik.
neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik akan
Unitk stage 5, apalagi stage 6, jelas merupakan kasus
mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot,
rawat inap, dan jelas sekali memerlukan suatu kerja sama
yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan
tim yang sangat erat, di mana harus ada dokter bedah,
distribusi tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan
utamanya dokter ahli bedah vaskularlahli bedah plastik
mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan
dan rekonstruksi.
terhadap infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak
Untuk optimalisasi pengelolaan kaki diabetes, pada
menjadi infeksi yang luas. Faktor aliran darah yang kurang
setiap tahap harus diingat b erbagai faktor yang yang harus
juga akan lebih lanjut menambah rumitnya pengelolaan
dikendalikan, yaitu:
kaki diabetes (gambar patofisiologi terjadinya kaki
diabetes-lampiran).
' mechanical Control-Pressure Control
. metabolic Control
. vascular Control
. educational Control
KLASIFIKASI KAKI DIABETES . wound Control
. microbiological Control-Infection Control
Ada berbagai macam klasifrkasi kaki diabetes, mulai dari
yang sederhana seperti klasifikasi Edmonds dari Kingb Pada tahap yang berbeda diperlukan optimalisasi hal
College Hospital London, Klasifikasi Liverpool yang yang berbeda pula. Misalnya pada stadium I dan 2 tentu
sedikit lebih ruwet, sampai klasifikasi Wagner yang lebih saja faktor wound control dan infection control behtm
terkait dengan pengelolaan kaki diabetes, dan juga diperlukan, sedangkan untuk untuk stadium 3 dan
klasihkasi Texas yang lebih kompleks tetapi juga lebih selanjutnya tentu semua faktor tersebut harus dikendalikan,
mengacu kepada pengelolaan kaki diabetes. Suatu disertai keharusan adanya kerjasama multidisipliner yalg
KAKIDIABETES
1963

baik. Sebaliknya, untuk stadium I dan 2, peran usaha terj adinya ulkus karena faktor mekanik akan dapat dicegah.
pencegahan untuk tidak terjadi ulkus sangat mencolok. Penyuluhan diperlukan untuk semua kategori risiko
Peran rehabilitasi medis dalam usaha mencegah te{adinya tersebut: Untuk kaki yang kurang merasa/insensitif
ulkus dengan usaha mendistribusikan tekanan plantar kaki (kategori 3 dan 5), alas kaki perlu diperhatikan benar, untuk
memakai alas kaki khusus, serta berbagai usaha unhrk zon - melindungi kaki yang insensitif tersebut.
weight bearing lain merupakan contoh usaha yang yang Kalau sudah ada deformitas (kategori risiko 2 dan 5),
sangat bermanfaat untuk mengurangi kecacatan akibat perlu perhatian khusus meng€nai sepatu/alas kaki yang
deformitas yang terjadi pada kaki diabetes. dipakai, untuk meratakan penyebaran tekanan pada
kaki.
Untuk kasus dengan kategori risiko 4 (permasalahan
PENGELOLAAN KAKI DIABETES vaskular), latihan kaki perlu diperhatikan benar untuk
memperbaiki vaskularisasi kaki.
Pengelolaankaki diabetes dapat dibagimenjadi kelompok
2 Untuk ulkus y ang complicated, tenlt saja semua usaha
besar, yaitu pencegahan terjadinya kaki diabetes dan dan dana seyogyanya perlu dikerahkan untuk mencoba
terjadinya ulkus (pencegahan primer sebelum terjadi menyelamatkan kaki dan usaha ini masuk ke usaha
perlukaan pada kulit) dan pencegahat agar tidak terjadi pencegahan sekunder yang akan dibahas lebih lanjut di
kecacatan yang lebih parah (pencegahan sekunder dan bawah ini.
pengelolaan ulkus/gangren diabetik yang sudah terjadi).

PENCEGAHAN SEKUNDER
PENCEGAHAN PRIMER
Pengelolaan HolistikUlkus/Gangren Diabetik
Kiat-kiat Pencegahan Teriadinya Kaki Diabetes Dalam pengelolaan kaki diabetes, kerja sama'multi-
Penyuluhan mengenai terjadinya kaki diabetes sangat disipliner sangat diperlukan. Berbagai hal yang harus
penting untuk pencegahan kaki diabetes. Penyuluhan ini ditangani dengan baik agar diperoleh hasil pengelolaan
harus selalu dilakukan pada setiap kesempatan pertemuan yang maksimal dapat digolongkan sebagai berikut, dan
dengan penyandang DM, dan harus selalu diingatkan semuanya harus dikelola bersama:
kembali tanpa bosan. Anjuran ini berlaku untuk semua . mechanical Control-Pressttre Control
pihak terkait pengelolaan DM, baik para ners, ahli gizi, ahli . wound Control
perawatan kaki, maupun dokter sebagai dirigen . microbiological Control-Infection Control
pengelolaan. Khusus untuk dokter, sempatkan selalu . vascular Control
melihat dan memeriksa kaki penyandang DM sambil . metabolic Control
mengingatkan kembali mengenai cara pencegahan dan cara . educational Control
perawatan kaki yang baik. Berb agaikejadran/tindakan kecil
yang tampak sepele dapat mengakibatkan kejadian yang Untuk pengelolaan ulkus/gangren diabetik yang
mungkin fatal. Demikian pula pemeriksaan yang tampaknya
optimal, berbagai hal di bawah ini merupakan penjabaran
sepele dapat memberikan manfaat yang sangat besar.
lebih rinci dari keenam aspek tersebut pada tingkat
pencegahan sekunder dan tersier,yaitu pengelolaan
Periksalah selalu kaki pasien setelah mereka melepaskan
optimal ulkus/gangren diabetik
sepatu dan kausnya.
Keadaan kaki penyandang diabetes digolongkan Kontrol metabolik. Keadaan umum pasien harus
berdasar risiko terjadinya dan risiko besamya masalah yang diperhatikan dan diperbaiki. Konsentrasi glukosa darah
mungkin timbul. Penggolongan kaki diabetes berdasar diusahakan agar selalu senormal mungkin, untuk
risiko terjadinya masalah (Frykberg): 1). sensasi normal memperbaiki berbagai faktor terkait hiperglikemia yang
tanpa deformitas; 2). sensasi normal dengan deformitas dapat menghambat penyembuhan luka. Umumnya
atau tekanan plantar tinggi; 3). insensitivitas tanpa diperlukan insulin untuk menormalisasi konsentasi glukosa
deformitas; 4). iskemia tanpa deformitas; 5). kombinasi/ darah. Status nutrisi harus diperhatikan dan diperbaiki.
complicated: (a) kombinasi insensitivitas, iskemia danlatau Nutrisi yang baik jelas membantu kesembuhan luka.
deformitas, (b) riwayat adanya tukak, deformitas Charcot. Berbagai hal lain harus juga diperhatikan dan diperbaiki ,
Pengelolaan kaki diabetes terutama ditujukan untuk seperti konsentrasi albumin serum, konsentrasi Hb dan
pencegahan terjadinya tukak, disesuaikan dengan keadaan
derajat oksigenisasi jaringan. Demikian juga fungsi
risiko kaki. Berbagai usaha pencegahan dilakukan sesuai ginjalnya. Semua faktor tersebut tentu akan dapat
dengan tingkat besarnya risiko tersebut. Peran ahli menghambat kesembuhan luka sekiranya tidak diperhatikan
rehabilitasi medis terutama dari segi ortotik sangat besar
dan tidak diperbaiki.
pada usaha pencegahan terjadinya ulkus. Dengan
memberikan alas kaki yang baik, berbagai hal terkait Kontrol vaskular. Keadaan vaskular yang buruk tentu akan
1964 MEIABOLIKENDOIGIN

menghambat kesembuhan luka. Berbagai langkah bergantung pada berbagai faktor lain yang juga masih
diagnostik dan terapi dapat dikerjakan sesuai keadaan banyak jumlahnya.
pasien dan juga sesuai kondisi pasien. Umumnya kelainan Terapi hiperbarik dilaporkan juga bermanfaat untuk
pembuluh darah perifer dapat dikenali melalui berbagai cara memperbaiki vaskularisasi dan oksigenisasi jaringan luka
sederhana seperti: warna dan suhu kulit, perabaan arteri pada kaki diabetes sebagai terapi ajuvan. Walaupun
Dorsalis Pedis dan arteri Tibialis Posterior serta ditambah demikian masih banyak kendala untuk menerapkan terapi
pengukuran tekanan darah; Di samping itu saat ini juga hiperbarik secara rutin pada pengelolaan umum kaki
tersedia berbagai fasilitas mutakhir untuk mengevaluasi diabetes.
keadaan pembuluh darah dengan cara non-invasifmaupun
Wound control. Perawatan luka sejak pertama kali pasien
yang invasif dan semiinvasif, seperti pemeriksaan ankle
datang merupakan hal yang harus dikerjakan dengan baik
brachial index, ankle pressure, toe pressure,T:PO2, dart
dan teliti. Evaluasi luka harus dike{akan secermat mungkin.
pemeriksaan ekhodopler dan kemudian pemeriksaan
Klasifikasi ulkus PEDIS dilakukan setelah debridemen yang
arteriografi.
adekuat. Saat ini terdapat banyak sekali macam dressing
Setelah dilakukan diagnosis keadaan vaskularnya,
(pembalut) yang masing-masing tentu dapat dimanfaatkan
dapat dilakukan pengelolaan untuk kelainan pembuluh
sesuai dengan keadaan luka, danjuga letak luka tersebut.
darah perifer dari sudut vakular, yaitu berupa:
Dressingyarrg mengandung komponen zat penyerap seperti
carbonated dressing, alginate dressing akan bermanfaat
Modifikasi Faktor Risiko pada keadaan luka yang masih produktif. Demikian pula
. Stop merokok hydrophilic silver impregnated
. fiber dressing atau
Memperbaiki berbagai faktor risiko terkait aterosklerosis dressing akan dapat bermanfaat unhk luka produktif dan
. Hiperglikemia terinfeksi. Tetapi jangan lupa bahwa tindakan debridemen
. Hipertensi yang adekuat merupakan syarat mutlak yang harus
. Dislipidemia dikerjakan dahulu sebelum menilai dan mengklasikasikan
Walking Program - Latihan kaki merupakan domain htka. Debridementyangbaik dan adekuattentu akan sangat
usaha yang dapat diisi oleh jajaran rehabilitasi medik. membantu mengurangi jaringan nekrotik yang harus
dikeluarkan tubuh, dengan demikian tentu akan sangat
mengurangi produksi pus/cairan dari ulkus/gangren.
Terapi Farmakologis Berbagai terapi topikal dapat dimanfaatkan untuk
Kalau mengacu pada berbagai penelitian yang sudah
mengurangi mikroba pada luka, sqlerti cairan salin sebagai
dikerjakan pada kelainan akibat aterosklerosis di tempat
pembersih luka, atau yodine encer, senyawa silver sebagai
lain fiantung, otak), mungkin obat seperti aspirin dan lain
bagian dari dressing, dll. Demikian pula berbagai cara
sebagainya yang jelas dikatakan bermanfaat, akan debridemen non surgikal dapat dimanfaatkan untuk
bermanfaat pula untuk pembuluh darah kaki penyandang
mempercepat pembersihan jaringan nekrotik luka, seperti
DM. Tetapi sampai saat ini belum ada bukti yang cukup preparat enzim.
kuat untuk menganjurkan pemakaian obat secara rutin guna
Jika luka sudah lebih baik dan tidak terinfeksi lagi,
memperbaiki patensi pada penyakit pembuluh darah kaki
dressing seperti hydrocolloid dressing yang dapat
penyandang DM.
dipertahankan beberapa hari dapat digunakan. Tentu saja
untuk kesembuhan luka kronik seperti pada luka kaki
Revaskularisasi diabetes, suasana sekitar luka yang kondusif untuk
Jika kemungkinan kesembuhan luka rendah atau jikalau penyembuhan harus dipertahankan. Yakinkan bahwa luka
ada klaudikasio intermiten yang hebat, tindakan selalu dalam keadaan optimal, dengan demikian penyem-
revaskularisasi dapat dianjurkan. Sebelum tindakan buhan luka akan terjadi sesuai dengan tahapan yang harus
revaskularisasi diperlukan pemeriksaan arteriografi untuk selalu dilewati dalam rangka proses penyembuhan.
mendapatkan gambaran pembuluh darah yang lebih jelas, Selama proses inflamasi masih ada, proses
sehingga dokter ahli bedah vaskular dapat lebih mudah penyembuhan luka tidak akan beranj ak pada proses selan-
melakukan rencana tindakan dan mengerjakannya. jutnya yaitu proses granulasi dan kemudian epitelialisasi.
Untuk oklusi yang panjang dianjurkan operasi bedah Unhrk menjaga suasana kondusif bagi kesembuhan
pintas terbuka. Untuk oklusi yang pendek dapat dipikirkan luka dapat pula dipakai kasa yang dibasahi dengan salin.
untuk prosedur endovascular - PTCA. Pada keadaan Cara tersebut saat ini dipakai di banyak sekali tempat
sumbatan akut dapat pula dilakukan tromboarterektomi. perawatan kaki diabetes.
Dengan berbagai teknik bedah tersebut, vaskularisasi Berbagai sarana dan penemuan baru dapat
daerah distal dapat diperbaiki, sehingga hasil pengelolaan dimanfaatkan untvk wound control seperti: dermagraft,
ulkus diharapkan lebih baik. Paling tidak faktor vaskular apligraft, growth factor, protease inhibitor dsb, untuk
sudah lebih memadai, sehingga kesembuhan luka tinggal mempercepat kesembuhan luka, Bahkan ada dilaporkan
KAKIDIABETES 1965

terapi gen nntuk mendapatkan bakteri E coli yang dapat keluarganya diharapkan akan dapat membantu dan
menghasilkan berbagai faktor pertumbuhan. Ada pula mendukung berbagai tindakan yang diperlukan untuk
dilaporkan pemakaian maggot (belatung) lalat (lalat hijau) kesembuhan luk a y ang optimal.
untuk membantu membersihkan luka. Berbagai laporan Rehabilitasi merupakan program yang sangat penting
tersebut umumnya belum berdasar penelitian besar dan yang harus dilaksanakan untuk pengelolaan kaki diabe-
belum cukup terbukti secara luas untuk dapat diterapkan tes. Bahkan sejak pencegahan terjadinya ulkus diabetik
dalam pengelolaan rutin kaki diabetes. dan kemudian segera setelah perawatan, keterlibatan ahli
rehabilitasi medis sangat diperlukan untuk mengurangi
Microbiologicul control Data mengenai pola kuman perlu
k6cacatan yang mugkin timbul pada pasien. Keterlibatan
diperbaiki secara berkala untuk setiap daerah yang berbeda.
ahli rehabilitasi medis berlanjut sampai jauh sesudah
Di RS. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta data terakhir amputasi, untuk memberikan bantuan bagipara amputee
memrnjukkan bahwa pada pasien yang datang dari luar,
menghindari terjadinya ulkus baru. Pemakaian alas kaki/
umumnya didapatkan infeksi bakteri yang multipel, anaeob
sepatu khusus untuk mengurangi tekanan plantar akan
dan anerob. Antibiotik yang dianjurkan harus selalu
sangat membantu mencegah terjadinya ulkus baru. Ulkus
disesuaikan dengan hasil biakan kuman dan resistensinya.
yang terjadi berikut memberikan prognosis yang jauh lebih
Sebagai acuan, dari penelitian tahun 2004 di RS. Dr.Cipto
buruk daripada ulkus yang pertama.
Mangunkusumo Jakarla, umumnya didapatkan pola kuman
yang polimikrobial, campuran gram positif dan gram negatif
serta kuman anaerob untuk luka yang dalam dan berbau. REFERENSI
Karena itu untuk lini pertama pemberian antibiotik harus
diberikan antibiotik dengan spektrum luas, mencakup American Diabetes Association Expert Committee. Report of the
Expert Committee on the Diagnosis and Classification of
kuman gram positif dan negatif (seperti misalnya golongan
Diabetes Mellitus. Diabetes Carc 1997 :20-1783-
sefalosporin), dikombinasikan dengan obat yang American Diabetes Association. Peripheral Arterial Diseas.e,.in People
bermanfaat terhadap kuman anaerob (seperti misalnya with Diabetes. Diabetes Carc 2003;26(12): 3333-41.
metqnidazsl). Boulton AJM. The Diabetic Foot. Medicine International
2002;2(1):36-40.
Pressure controL Jkatetap dipakai untuk be{alan (berarti Edmonds ME, Foster AVM, Sanders LJ. A Practical Manual of
kaki dipakai untuk menahan berat badan-weight bearing), Diabetic Footcare. Blackwell Publishing Ltd. 2004.
luka yang selalu mendapat tekanan tidak akan sempat Edmonds ME, Foster AVM. Managing the Diabetic Foot. Second
menyembuh, apalagi kalau luka tersebut terletak di bagian edition. Blackwell Pubiishing Ltd. 2005.
plantar seperti luka pada kaki Charcot. Peran jajatan Flakol PJ, Carlson M, Cherington A. Physiologic action of insulin.
rehabilitasi medis pada tsaha pressure control ini juga Dalam: Diabetes Mellltus. A Fundamental and Clinical Text.
LeRoith D, Taylor SI, Olefsky JM (eds)' Edisi ke-2. Philadel-
sangat mencolok.
phia: Lippincot- Williams & Wilkins; 2000. p.148-61
Berbagai cara untuk mencapai keadaan non weight- Giugliano D, Ceriello A. Paulisso G Oxidative stress and diabetic
bearing dapat dilakukan antara lain dengan: vascular complications. Diabetes Care 1996;19(3):257 -61.
. Removable cast walker International Working Group on the Diabetic Foot. International
. Total contact casting Consensus on the Diabetic Foot. Noordwijkerhout, the
. Temporary shoes Netherland 2003.
. Felt padding Kusmardi Suma{o. Hubungan gambaran klinis pasiendan jenis kuman
. Crutches
penyebab infeksi kaki diabetes. Tesis PPDS Ilrnu Penyakit Dalam
FKUI 2005.
. Wheelchair Levin ME. Pathogenesis and general management of foot lesions in
. Electric carts the diabetic patients. Dalam: Levin ME, O'Neal LW, Bowker
. Craddled insoles JH, Pfeifer MA, editors. The Diabetic Foot, Edisi 6, St Louis.
The CV Mosby CompanY 2001.
Berbagai cara surgikal dapat dipakai untuk mengurangi Perkeni. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus di
tekanan pada luka seperti: l). Dekompresi ulkus/abses Indonesia. Jakarta:PB Perkeni; 2002.
dengan insisi abses, 2). Prosedur koreksi bedah seperti Retno Gustaviani. Data Perawatan Kaki Diabetes di Ruang Rawat
operasi untuk hammer toe, metatarsal head Inap Kelas 2 dan 3 RSUPN dr. CiptoMangunkusumo 2003'
resection, Achilles tendon lengthening, partial Sarwono Waspadji. Pengelolaan Kaki Diabetes Sebagai Suatu Model
Pengelolaan Holistik, Terpadu dan Komprehensif di Bidang Ilmu
calcanectomy.
Penyakit Dalam. Pidato pada Upacara Pengukuhan sebagai Guru
Education control. Edukasi sangat penting untuk semua Besar Tetap IPD FKUI 2004
tahap pengelolaan kaki diabetes. Dengan penyuluhan yang Sarwono Waspadji. Antibiotic choices in the infected diabetic foot/
ulcer. Acta Medica Indonesiam 2005;37(2): 94-101'
baik, penyandang DM dan ulkus/gangren diabetik maupun
1966 MEIABOLIKENT'OKRIN

LAMPIRAN

Tingkat
Stadium Klasifikasi PEDIS ,nfernational Consensus on the
Diabetic Foot20O3
Tanpa tukak Luka Luka Luka lmpaired 1 = None
.
sampar sampar Perfusion
i tendon atau tulang/
2 PAD + but not critical
kapsul sendi
i sendi 3 Critical limb ischemia
Size/Extent in
Dengan lnfeksl.... mm2
Tissue l= Superficial fullthickness, not deepdr
Loss/Depth than dermis
: ..Dengan lskemia... 2= Deep ulcer, below dermis, involving
subcutaneous structures, fascia,
D Dengan infeksi dan iskemia
muscle or tendon
!= All subsequent layers of the foot
involved including bone and or joint
lnfection 'l= No symptoms or signs of infection
l= lnfection of skin and subcutaneous
tissue only
o- Erythema > 2 cm or infection
involving subcutaneous structure(s)
No systemic sign(s) of inflammatory
response
4 = lnfection with systemic
manifestation:
Fever, leucocytosis, shift to the left
Metabolic instability
Hypotension,azotemia
lmpaired 1 = Absent
Sensation
2 = Present
Klasifikasi Wagner (Klasifikasi yang saat ini masih
j banyak dipakai)
nfeks

0. Kulit intak / utuh


1. Tukak superfisial
Lampiran 2. Patofisiologi terjadinya ulkus pada kaki diabetik 2. Tukak Dalam (sampai tendo, tulang)
(Sumber: Boulton AJM. Diabetic Med. 1996:3;(Suppl.1) 3. Tukak Dalam dengan lnfeksi
4. Tukak dengan gangren pada 1-2 jari kaki
5. Tukak dengan gangren luas seluruh kaki
Klasifikasi Liverpool
Klasifikasi primer - Vaskular
- Neuropati
- Neuroiskemik
Klasifikasi sekunder : - Tukak sederhana, tanpa
komplikasi
- Tukak dengan komplikasi
309
DIABETES MELITUS PADA USIA LANJUT
Wasilah Rochmah

PENDAHULUAN cepat pula. Yang menjadi pefianyaan sekarang: Apakah


pengelolaan diabetes yang timbul pada usia lanjut sama
Umur merupakan salah faktor yang sangat penting dalam dengan diabetes yang telah diderita sejak usia muda? Hal
pengaruhnya terhadap prevalensi diabetes maupun ini perlu difrkirkan dan dicermati mengingat bahwa populasi
gangguan toleransi glukosa. Dalam studi epidemiologi, ini umumnya telah disertai dengan berbagai penumnan
baik yang dilakukan secara cross-sectional matpun lon- baik fisis, psikis maupun finansial dengan segala akibat-
gitudinal, menunjukkan bahwa prevalensi diabetes akibatnya.
maupun gangguan toleransi glukosa naik bersama
bertambahan umur, dan membentuk slntu plateau dan
kemudian menurun. Waktu terjadinya kenaikan dan TUADAN PROSES MENUA
kecepatan kenaikan prevalensi tersebut serta pencapaian
puncak dan pemrrunannya sangat bervariasi diantara studi Menjadi tua atau menua (aging) adalah suatu keadaan
yang pemah dilakukan. Namun demikian tampaknya para yang terjadi karena suatu proses yang disebut proses
peneliti mensepakati bahwa kenaikan prevalensi menua. Proses menua merupakan fenomena universal,
didapatkan mulai sejak awal masa dewasa. WHO yang kecepatannya atau laju prosesnya bervariasi dari satu
menyebutkan bahwa setelah seseorang mencapal umur ke lain individu. Perbedaan ini dipengaruhi oleh faktor-
30 tahun, maka konsentrasi glukosa darah akan r.a;ik l-2 faktor endogen (genetis dan biologis) serta faktor- faktor
mg%oltahw pada saat puasa dan akan naik sekitar eksogen (lingkungan, gizi, pola dan gaya hidup, sosial,
5,6-13 mgYopada2jam setelah makan. Berdasarkan hal budaya, ekonomi dan penyakit). Menua adalah proses
tersebut tidaklah mengherankan apabila umur merupakan sepanjang hidup, yang dimulai sejak permulaan kehidupan
faktor utama te{adinya kenaikan prevalensi diabetes serta itu sendiri, tidak dimulai dari umur 55 tahun, atau umur 60
gangguan toleransi glukosa. Dalam dua dekade terakhir tahun, atau dari umur 65 tahun sebagai batas umur usia
ini dari pengamatan berbagai peneliti tentang lanjut menurut WHO. Oleh karena itu proses menua
perkembangan penduduk dunia, jumlah usia lanjut merupakan suatu proses sepanjang hidup, yang dimulai
semakin bertambah, dari sejak kehidupan janin, berkembang ke kehidupan bayi,
Pada saat ini statistik penduduk dunia menunjukkan balita, anak-anak, remaja, dewasa muda, dewasa tua, dan
bahwa jumlah usia lanjut umur 65 tahun atau lebih, akhirnya proses menua ini akan sampai pada segmen akhir
berjumlah sekitar 450 juta jiwa (7% dari jumlah total kehidupan. Segmen akhir kehidupan menurut Krammer dan
penduduk dunia). Diperkirakan bahwa jumlah tersebut Schrier dibagi menjadi tiga subkelas, yaitu kelas young
pada tahun 2025 dapatmencapai dua kali lipat jumlah saat old,mwantaru65-T4tahw,kelasaged(old)mwantata
ini. Dari beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan, 75-84 tahun, dan yang terakhir oldest old atau extreme
usia lanjut yang mengalami gangguan toleransi glukosa agedialahmereka yang berumur lebih dari 84 tahun.
mencapai sekitar 50 - 92%. Dapat dibayangkan bahwa Proses menua yang berlangsung sebelum umur 30
dengan laju kenaikan jumlah penduduk usia lanjut yang tahun, akan berjalan bersama dengan proses-tumbuh
semakin cepat, maka prevalensi pasienganguan toleransi kembang yang bersifat lebih dominan. Kedua proses yang
glukosa dan diabetes usia lanjut akan meningkat lebih berjalan bersama ini akan mengakibatkan perubahap

1967
1968 METABOLIKENDOKRIN

anatomis, fisiologis, dan biokimiawi menuju suatu titik mutasi DNA mitokondria (mtDNA), mengatakan bahwa
kehidupan maksimal sebagai seorang manusia pada telah lama diduga kalau metabolisme energi dan nutrisi
puncak kehidupan produktif. proses menua yang yang berlangsung dalam mitokondria berperan penting
berlangsung sesudah umur 30 tahun akan mengakibatkan dalam proses menua.
perubahan-perubahan anatomis, fi siologis dan biokimiawi Manusia dapat dipandang sebagai suatu mesin dengan
juga, tetapi menuju jalan penurunan kualitas hidup sebesar kehebatan susunan dan ketahanannya. Namun suatu
l%o tiap tahun. Selanjutnya Miller mengatakan bahwa mesin yang tanpa henti-hentinya menunaikan tugas yang
proses menua ini mengubah seorang dewasa sehat menjadi menjadi bebannya, cepat atau lambat akhirnya akan
seorang tua yangrapvh (frall), yang mengalami penurunan mengalami penyusutan, dan akhirnya cacat. Tingkat
dari hampir seluruh sistem fisiologis tubuh. penurunan ini kecacatan atau kerusakal yalg terjadi pada suatu mesin
akan meningkatkan kerentanan tubuh terhadap penyakit, tergantung kompleksitas komposisi mesin tersebut. Derajat
dan akhirnya meninggal dunia. Pada usia 60 tahun, proses paling rendah adalahkerusakan yang tidak dapat dielakkan
menua berjalan lebih cepat; sehingga memperlihatkan karena umur suatu bahan dasar dari salah safu komponen,
penurunan fisik yang tarnpak progresif. Menua, sedangkan tingkat tertinggi adalah kerusakan dari
karakteristis ditandai oleh kegagalan tubuh dalam beberapa komponen mesin yang mengampu satu fungsi.
mempertahankan homeostasis terhadap suatu stres Demikian pula yang terjadi pada proses menua, ada tiga
walaupun stres tersebut masih dalam batas-batas tingkatan sampai terjadinya kecacatan atau kerusakan.
fisiologis. Kegagalan mempertahankan homeostasis akan Kerusakan yang pertama pada tingkat sel, kedua pada
menurunkan ketahanan tubuh untuk hidup dan tingkat jaringan, dan akhimya pada tingkaf organ. Tingkat
mengakibatkan meningkatnya kemudahan kerusakan pada kerusakan tertinggi pada apabila terjadi pada berbagai
diri individu tersebut. Tiga fakta yang penting dalam organ yang mengampu satu fungsi. Salah satu contoh yang
biologi menua yaitu: pertama sifatnya yang universal dapat diibaratkan fungsi pada suatu mesin adalah firngsi
(semua yang hidup dimanapun juga akan mengalaminya), homeostasis glukosa.
kedta deteriorative (makinlama akan makin memburuk), Toleransi tubuh terhadap glukosa merupakan
dan yang ketiga walaupun memburuk tidakmenyebabkan manifestasi dari tanggung jawab beberapa komponen
berhentinya fungsi suaru sistem secara total. tubuh yang mengampu satu fungsi, yaitu fungsi ambilan
Tua adalah suatu keadaan yang dapat dipandang dari glukosa. Komponen yang dimaksud di atas adalah sel-sel
tiga sisi, yaitu sisi kronologis, biologis, dan psikologis. beta pankreas yang menghasilkan hormon insulin, sel-sel
Sesuatu dianggap atau dipandang tua apabila dinyatakan jaringan target yang menggunakan glukosa, sistem lain
telah berumur lama. Hal tersebut pertama kali dilontarkan seperti sistem saraf dan peran hormon-hormon lain yang
oleh Weismanir pada tahun 1882, kemudian dipelajari oleh diproduksi oleh berbagai organ seperti glukagon,
Pearl tahun 1928 dan Wartin tah:on 1929, dan muncul kortikosteroid, epinefrin dan lain sebagainya. Walaupun
kemudian theories related to wear and tear. WHO demikian kompleksnya fungsi homeostasis glukosa
memberikan definisi bahwa seseorang disebut tua atau tersebut, tetapi tubuh selalu berusaha untuk
usia lanjut apabrla orang tersebut secara kronologis telah mempertahankannya. Namun demikian, seperti halnya
berumur 65 tahun atau lebih. Seseorang yang belum mesin, akhirnya terjadi kecacatanyang dapat kita amati
berumur 65 tahun, tetapi secara frsik sudah tampak setua dengan timbulnya apa yarrg disebut gangguan toleransi
usia 65 tahun karena suafu stres emosional, maka orang glukosa (GTG). Dikatakan bahwa 50-92% usia lanjut
tersebut masuk dalam definisi tua psikologis; lain halnya menderita GTG. Gangguan toleransi glukosa yang timbul
apabila seseorang tampak tua karena menderita suatu pada usia lanjut tersebut, ada yang masuk kriteria toleransi
penyakit kronik, maka orang tersebut termasuk tua fisik. glukosa terganggu, ada yang masuk kriteria diabetes
Cox mengatakan bahwa tua kronologis disebut menua melitus. Hal tersebut menggambarkan adanyapenurunan
kemampuan ambilan glukosa oleh sel-sel jaringan sasaran,
primer dan yang lainnya disebut menua sekunder. Seperti
khususnya otot rangka. Seperti disebutkan dalam teori-
telah disebutkan sebelumnya, Miller mengatakan bahwa
teori proses menua sebelumnya, kemampuan ambilan
proses menua adalah suatu proses yang mengubah
glukosa ini tidak lepas dari peran mitokondria, yang
seorang dewasa sehat menjadi seorang tuayang bersifat
merupakan pusat metabolisme energi. Dampak yang
rapuh. Apa yang terjadi dan apa yang bisa menyebabkan
ditimbulkan oleh penurunan kemampuan ambilan glukosa
keadaan seperti itu, sampai saat ini belum ada satu teori
tersebut adalah terjadinya kelambatan pembentukan
ataupun pembuktian yang dapat menerangkan dengan
molekul AIP (adenosintrifosfat) sebagai energi siap pakai.
jelas. Lebih dari 200 teori menua yang pemah diajukan,
Hal ini akan mengakibatkan kelambatan aktivitas dalam
namun sekarang tinggal beberapa saja yang masih banyak sel,jaringan dan akhirnya organ dan manifestasinya dapat
pendukungnya,antara lain adalah: l. Teori radikal bebas terlihat dari penampilan seorang usia lanjut, karena
Harmon, 2. Teori glikosilasi Monnier, 3. Teori laju reparasi penurunan fungsi sistem muskuloskeletal, neuro-
DNAHart dan Setlow, merupakan hasil penelitian Hartdan muskuler, dan berbagai penurunan fungsi sistem lain,
Setlow, 4. Teori pemendekan telomer Hastie dkk, 5. Teori . seperti sistem kardiovaskular dan respirasi.
1969
DIABETES MEIJTUS PADA USIA LANJUT

Proses menua yang berjalan setelah seseorang berusia diketemukan pada otopsi dari mereka yang meninggal
30 tahun, secara fisik memberikan akibat terhadap susunan dunia pada usia lanjut. Sedangkan ahli-ahli lain menemukan
komposisi tubuh. Pada saat umur di bawah 30 tahun, tubuh konsentrasi insulin plasma yang cukup tinggipada2 jam
sel solid, 14% lemak, 6oh tulang
terdiri atas 6loh air, lgYo setelah pembebanan glukosa 75 gram dengan konsentrasi
lebih dai 65 tahun, komposisi tubuh
dan mineral. Pada usia glukosa yang tinggi pula, oleh karena itu kenaikan
tersebut berubah menjadi ait 53oh, sel solid l2%o,lemak konsentrasi glukosa darah 2 j am setelah makan atau setelah
30o2, sedangkan tulang dan mineral memrrun I % sehingga pembebanan glukosa pada usia lanjut diduga disebabkan
tinggal 5%. Perubahan fisik karena perubahan komposisi oleh karena adanyaresistensi insulin. Kedua pendapat di
tubuh yang menyertai pertambahan umur umumnya bersifat atas merupakan pendapat yang bersifat kontroversial.
fisiologis, seperti kulit yang keriput, turunnya tinggi badan; Goldberg dan Coon menyebutkan bahwa umur memang
berat badan, kekuatan otot, daya llhat, daya dengar, sangat erat kaitannya dengan terjadinya kenaikan
kemampuan berbagai rasa (senses), dan penurunan frrngsi konsentrasi glukosa darah, sehing ga pada golongan umur
berbagai organ termasuk apa yang terjadi terhadap fungsi yang makin tua prevalensi gangguan toleransi glukosa
homeostasis glukosa. akan meningkat dan demikian pula prevalensi diabetes
melitus berdasarkan kriteria yang telah disetujui.
Timbulnya resistensi insulin pada usia lanjut
disebabkan oleh 4 faktor yaitu pertama adanya perubahan
TUA DAN PERUBAHAN HOMEOSTASIS GLUKOSA
komposisi tubuh sepeti telah diterangkan sebelumnya.
Secara garis besar konsentrasi glukosa darah pada orang Penurunan jumlah masa otot dari l9Yo menjadi l2Yo,
dewasa normal merupakan manifestasi dari kemampuan disamping peningkatan jumlah jaringan lemak dai l4Vo
menjadi 300/o,mengakibatkan menurunnya jumlah serta
sekresi insulin oleh pankreas dan kemampuan ambilan
glukosa oleh sel-seljaringan sasaran. Pada situasi tertentu sensitivitas reseptor insulin. Faktor yang kedua adalah
konsentrasi glukosa darah dipengaruhi oleh berbagai hal, turunnya aktivitas fisik yang akan mengakibatkan
seperti proses glukogenolisis pada saat puasa, penurunan jumlah reseptor insulin yang siap"berikatan
glukoneogenesis apabila diperlukan sumber tenaga dengan insulin sehingga kecepatan translokasi GLUT-4
juga menurun. Kedua hal tersebut akan menurunkan baik
tambahan karena sumber tenaga dari karbohidrat tidak
dapat memenuhi kebutuhan.. kecepatan maupun jumlah ambilan glukosa. Ketiga
Gangguan toleransi glukosa (GTG) adalah suatu perubahan pola makan pada usia lanjut yang disebabkan
keadaan perubahan homeostasis glukosa sehingga oleh berkurangnya gigi geligi sehingga prosentase bahan
didapatkan konsentrasi glukosa darah am sesudah makan
2j makanan karbohidrat akan meningkat. Faktor keempat
lebih tinggi dari 140 mg/dl. Apabila konsentrasi tersebut adalah perubahan neuro-hormonal, khususny a insulin-
lebih tinggi atau sama den gan200 mgldl keadaan tersebut like growth factor'l (IGF'L) dan dehydroepandrosteron
dimasukkan dalam kriteria diabetes melitus (DM)' WHO'?
(DHEAS) plasma. Konsentras IGF-I serum turun sampar
menyebutkan bahwa tiap kenaikan satu dekade umur, 50o/o pada usia lanjut. Penurunan hormon ini akan
konsentrasi glukosa darahpuasa akannaik sekitar l-2mgl mengakibatkan penurunan ambilan glukosa karena
dl dan 5,6-13 mg/dl pada 2 jam sesudah makan' Morrow menurunnya sensitivitas reseptor insulin serta
dan Halter, mengatakan bahwa KGD 2 jam sesudah menunxlnya aksi insulin. Hal ini didasarkan atas percobaan
pembebanan glukosa 5mgl in vitro serta in vivo bahwa IGF-I meningkatkan baik
dltiappenambahan 1 telah ambilan glukosa maupun kecepatan oksidasi. Demikian
melampaui umur 30 hasil pula konsentrasi DHEAS plasma mentrun pada usia lanjut'
penelitian terhadap 3 kelompok umur, yaitu kelompok umur Tampaknya penurunan DHEAS tersebut ada kaitannya
dekade 4,5 dan 6. Sampai saat ini, belum ada laporan dengan kenaikan lemak tubuh serta turunnya aktivitas fisik.
bagaimana KGD usia di atas 30 tahun pada 3 jam setelah Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian yang menunjukkan
makan atau setelahpembebanan glukosa. Namun demikian bahwa penurunan DHEAS mempunyai hubungan terbalik
Morrow & Halter selanjutnya mengatakan bahwa dengan tingginya konsentrasi insulin plasma puasa'
patofisiologi gangguan toleransi glukosa pada usia lanjut Keempat faktor di atas menunjukkan bahwa kenaikan
sampai saat ini belum jelas atau dapat dikatakan belum konsentrasi glukosa darah pada usia lanjut karena
seluruhnya diketahui. Selain faktor intrinsik, faktor resistensi insulin.
ekstrinsik seperti memrrunnya ukuran masa tubuh dan Barb\ei et almenemukan adanya penurunan resistensi
naiknya lemak tubuh mengakibatkan kecenderungan insulin pada usia lanjut umur 90-100. Dari penemuan ini
timbulnya penurunan aksi insulin pada jaringan sasaran' Barbieri et al.metgajukan suatu hipotesis yang isinya
Timbulnya gangguan toleransi glukosa pada usia lanjut bahwa selama proses menua berjalan, tetjadi metabolic
semula oleh sementara ahli diduga karena menurunnya age remodeling yang menumbuhkan age related meta-
sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Hal ini didasarkan bolic adaptallon sehingga pada usia lanjfi terdapat age
atas adanya perubahan gambaran histologis pankreas yang related insulin action dar. preserved insulin action de-
1970
MEIABOIII(ENDOKRIN

spite age. Wasilah pada studi tes toleransi glukosa Selain terjadi gangguan metabolisme gula pada
terhadap usia lanjut sehat tanpa kelainan fungsi hati dan pasiendiabetes mengalami juga gangguan metabolisme
ginjal dengan bebanT5 gram yang diikuti sampai jam ke 3, lipid, sering disertai kenaikan berat badan samp aite4adinya
menemukan bahwa konsentrasi glukosa darah rerata usia obesitas dan tidak sedikit pula timbul gejala hipertensi.
lanjut sehat tersebut lebih rendah dari konsentrasi glukosa Kalau keadaan tersebut didapatkan pada seorang diabe-
darah puasanya, dengan konsentrasi insulin plasma dalam tes maka yang kita hadapi adalah seorang pasiensindroma
batas normal puasa. Sedangkan pada saat 2 jam setelah metabolik. Patofisiologi diabetes tipe 2 secaragaris besar
pembebanan masih didapatkan konsentrasi glukosa darah disebabkan oleh kegagalan kelenjar pankreas dalam
yang lebih tinggi dari l4}mg%o dengan konsentrasi insu- memproduksi insulin danJ atau terj adinya resistensi insu-
lin rerata yang tinggi pula. Hasil tes klem euglikemik lin baik pada hati maupun pada jaringan sasaran. Kedua
menunjukkan bahwa kecepatan ambilan glukosa oleh sel hal tersebut mengakibatkan kegagalan hati dalam
jaringan sasaran pada usia lanjut memang lebih rendah meregulasi pelepasan glukosa dan menyebabkan
kecepatannya dibanding pada usia muda. Hasil studi ketidakmampuan jaringan otot serta jaringan lemak dalam
tersebut memberikan kesan adanya suatu inefisiensi tugas ambilan glukosa. Sampai saat ini masih merupakan
insulin. bukan resistensi insulin, karena fungsi homeosta- pendapat yang bersifat kontroversi antara kemungkinan
sis glukosa pada usia lanjut tersebut akhimya selesai penyebab diabetes usia lanjut. Apakah suatu resistensi
walaupun diselesaikan sampai 3 jam. insulin, inefisiensi insulin atau penurunan produksi insu-
Berdasarkan teori proses menua baik teori radikal bebas lin? Penyebab tersebut memang akan memberikan
yang menimbulkan stres oksidatif atau teori mutasi DNA penanganan yang agak berbeda modelnya, walaupun dasar
mitokhondria serta hasil penelitian di atas, dapat dik atakan dan tujuannya sama. Perlu ditentukan dahulu apakah dia-
terjadinya perubahan toleransi tubuh terhadap glukosa betes yang dideritausia lanjutmemang dimulai sejakwaktu
pada usia lanjut cenderung karena proses pasca reseptor. dewasa, atau Qaru diderita pada saat menjelang/sudah tua
Penelitian dasar tentang mitokhondria sehubungan dengan (usia lanjut)?
metabolisme karbohirdat pada usia lanjut sangat Untuk menentukan apakah diabetes usia lanjut baru
diperlukan. Sedangkan di bidang klinis tampaknya perlu timbul pada saat tua, pendekatan selalu dimulai dengan
difikirkan apakah diagnosis diabetes pada usia lanjut anamnesis, yaitu tidak adanya gejala klasik seperti poliuri
memerlukan hasil konsentrasi glukosa darah 3 jam sesudah polidipsi dan polivagi. Demikian pula gejala komplikasi
makan atau akan tetap seperti konsensus, mengingat seperti newopati, retinopati dan lain sebagainya, umumnya
bahwa proses menua memang berperan dalam terjadinya bias dengan perubahan fisik karena proses menua, oleh
perubahan homeostasis glukosa. Hal ini sangat berkaitan karena itu memerlukan konfirmasi pemeriksaan fisik, kalau
dengan pengelolaan yang akan dilakukan, khususnya perlu dengan pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksaan
pada pemberian terapi medikamentosa yang sangat fisis, pasien diabetes yang timbul pada usia lanjut dikatakan
berisiko terjadinya hipoglikemiaa. Di bidang Geriatric kebanyakan tidak diketemukan adanya kelainan-kelainan
Medicine dapat diambil manfaat bahwa pada diabetes usia yang sehubungan dengan diabetes seperti misalnya kaki
lanjut tidak harus diketemukan adanya resisitensi insulin, diabetes serta tumbuhnya jamur pada tempat-tempat
dan dari fakta bahwa pada diabetes usia lanjut terjadi tertentu. Konsentrasi glukosa darah, sampai saat ini baik
preserved insulin action despite age atau ineficienfy diabetes usia lanjut yang diderita sejak muda atau timbul
insulin despite age menggambarkan suatu model gaya setelah tua, kriteria yang dipakai adalah konsentrasi
hidup yang baik yang merup akanciri successful metabolic glukosa darah puasa > 126 mg%o mentrutAmerican Diabe-
agtng. tes Association. Sedangkan menurut WHO konsentrasi
glukosa darah puasa > 140 mgo/o dan/atart 2 jam sesudah
makan >200 mg%. Oleh karena itu pemeriksaan konsentrasi
TUA DAN DIABETES MELITUS insulin plasma baik pada saat puasa dan 2 jam sesudah
makan sangat membantu untuk menentukan penyebab
Umur ternyata merupakan salah satu faktor yang bersifat diagnosis tersebut, apakah produksi insulin yang menurun
mandiri dalam pengaruhnya terhadap perubahan toleransi atau resistensi insulin. Namun di Indonesia pemeriksaan
tubuh terhadap glukosa. Hampir setiap studi epidemiologi insulin atau peptida-C belum lazim dilakukan untuk
baik yang bersifat cross-sectional maupun longitudinal pendukung diagnosis. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa prevalensi gangguan toleransi Wasilah, bahwa konsentrasi glukosa darah rerata usia
glukosa dan diabetes meningkat bersama pertambahan lanjut pada 3 jam setelah pembebanan glukosa, tanpa
umur. Umumnya diabetes orang dewasahampir 90% masuk perlakuan apapun menurun sendiri sampai setinggi
diabetes tipe 2. Dari jumlah tersebut dikatakan bahwa50%o sebelum pembebanan glukosa, walaupun pada 2 jam
adalah pasienberumur lebih dari 60 tahun. Kita menyadari sesudah pembebanan masuk kriteria gangguan toleransi
bahwa penyakit diabetes tidak hanya sekedar adanya glukosa. Hai ini memberikan kesan bahwa pada usia lanjut
kenaikan konsentrasi glukosa darah atau hiperglikemia. tet'adi inefisiensi insulin.Oleh karena itu apakah prosedur
DIABETES MELITUS PADA USA LANJI.TT
t97t

pemeriksaan 3 jam sesudah makan dapat dipertimbangkan mengingat protein binding drug pada usia lanjut sangat
guna menentukan apakah diabetes pada usia lanjut menurun, agar tidak sampai terjadi hipoglikemiaa. Dari
tersebut disebabkan oleh resistensi insulin atau karena pembicaraan di atas tampaknya perlu dipertimbangkan
inefisiensi insulin. Hal ini akan lebih mendasar lagi apabila sudtu konsensus khusus dalam menangani pasiendiabetes
dilakukan pemeriksaan insulin basal guna mendukung usia lanjut.
penilaian adanya resistensi insulin. Semua itu sangat
penting untuk mempertimbangkan pemberian terapi
farmakologis, agar kemungkinan terjadinya hipoglikemiaa RINGKASAN
dapat dihindari.
Mengingat pola makan dan pola hidup usia lanjut Diabetes melitus usia lanjut, prevalensinya semakin
sudah berbeda dengan usia muda, maka terapi diit dan meningkat. Hal ini disebabkan oleh karena jumlah usia
latihan tidak dapat diharapkan sebagaimana mestinya. Ianjut yang makin meningkat pula. Jumlah pasiendiabetes
Namun demikian, bagaimanapun juga konsentrasi glukosa usia lanjut terdiri atas pasiendiabetes yang telah dimulai
darah kapan saja lebih dari 165 mg%obaik akut maupun sejak muda, karena umur harapan hidup yang makin tinggi
kronis akan memudahkan timbulnya berbagai Eauggluan, sebagai dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
antara lain hemoreologi, vaskular atau neuropati. Oleh dan pasiendiabetes yang timbul karena pertambahan usia.
karena itu apabila konsentrasi glukosa darah seorang usia Patofisiologi diabetes yang timbul pada usia lanjut belum
lanjut sewaktu atatt2 jampasca makan melampaui kriteria dapat diterangkan seluruhnya, namun dapat didasarkan
konsensus diagnosis diabetes, tentu saja hal ini akan atas faktor-faktor yang muncul oleh perubahan proses
membawa konsekuensi pemberian terapi. Menurut Orimo menuanya sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain
indikasi pengobatan diabetes usia lanjut apabila perubahan komposisi tubuh, menurunnya aktivitas fisik,
konsentrasi glukosa darahpuasa sama atau lebih dari 140 perubahan life- s tyle,faktor perubahan neuro-hormonal
mg%o, atau HbAIC sama atau lebih dari lYo, alau khususnya penurunan konsentrasi DHES dal'IGF-1
konsentrasi glukosa darah 2 jam pasca makan setinggi 250 plasma, serta meningkatnya stres oksidatif. Pada usia lanjut
mgolo dan pasienmemperlihatkan adanya retinopati diabetik diduga terjadi age related.metabolic adaptation, oleh
atau mikroalbuminuria. Lain halnya dengan pendapat dari karena itu munculnya diabetes pada usia lanjut
Edelman & Chau indikasi pengobatan diabetes pada usia kemungkinan karena age related insulin resistance atat
lanjut memakai dasar kriteria ADA (American Diabetes age related insulin inefficiency sebagai hasil dari
Association) Mengingat farmakokinetik dan preserved insulin action despite age. Berdasarkan hal
farmakodinamik obat pada usia lanjut mengalami tersebut maka pada diabetes usia lanjut tidak harus
perubahan, serta terjadinya perubahan komposisi tubuh, diketemukan adanya resistensi insulin, sehingga seorang
maka dianjurkan dosis obat yang diberikan dimulai dengan usia lanjut sehat merupakan contoh model gaya hidup dari
dosis rendah dan kenaikannya dilakukan secara lambat su c c es sful met ab ol i c a gin g. D asat diagnosis diabetes usia

baik mengenai dosis maupun wakit (start low go slow). lanjut perlu dikembangkan, serta perlu modifikasi terapi
Pemilihan obat didasarkan atas kasus perkasus, bisa dari konsensus-konsensus yang telah ada.
dengan guar gum (belumberedar di Indonesia), alpha glu-
cosidase inhibitor (acarbose), bisa dengan biguanide
(metformin) dan dapat juga dengan sulfonilurea. Acarbose REFERENSI
dan metformin umumnya diberikan bersama dengan waktu
makan, sedangkan usia lanjut pola makan sering mengalami Aguilar-Salinas CA,Garcia-Garcia E, Lerman-Garber I, Perez FJG,
perubahan, baik waktu, jumlah maupun frekuensi. Mana Rull JA. Making Things Easier Is Not So Easy' The 1997
American Diabetes Association Criteria and Glucose Tolerance'
yang makan pokok dan mana yang makan tambahan sulit
Diabetes Carc 1998;21:1027 -8.
dibedakan. Oleh karena itu pemberian acarbose alau
Askandar Tjokropawiro, Diabetes Mellitus: Kapita Selekta-l999A
metformin masih memerlukan pertimbangan pula' Untuk (DM-Praktis dan OHO dalam Menyongsong Milenium Baru)'
sulfonilurea perlu dipilih yang mempunyai sifat menaikkan Kumpulan Naskah Lengkap Simposium Diabetes Mellitus
sensitifitas insulin di perifir, efek hipogliglikemik yang 1999;1-45
rendah, meningkatkan glikogen sintase dan menurunkan Barbieri M, Rizzo MR, Manzella D, Paulisso G. Age-related insulin
pembentukan glukosa hepatik. Saat ini telah banyak resistance: is it an obligatory finding? The lesson from healthy
sulfonilurea generasi kedua yang dibuat sedemikian rupa centerians. Diabetes Metab Res Rev 2001;17: 19-26'
Brocklehurst JC & Allen SC. Theory on the nature of aging' Dalam
sehingga dapat mengatur konsentrasi insulin yang alami.
Geriatric Medicine for Student, 3'd ed. London New York:
Obat-obat tersebut diharapkan lebih aman bagi kedua jenis Churchill Livingstone; 198'7 : 3-12.
diabetes pada usia lanjut. Kliusus diabetes usia lanjut yang Broughton DL, Taylor R. Deterioration of Glucose Tolerance with
dimulai sejak umur lebih muda prinsipnya sama dengan Age: The Role of Insulin Resistance. Age and Ageing,
diabetes tipe 2, obat yang telah dipakai dan cocok dapat 199l:20:221-225.
dilanjutkan, hanya dosis mungkin perlu diturunkan Carter RJM. Energy metabolism, nutrition and ageing' Congress of
1972
MEDABOLIKENT'OKRIN

Gerontology. Austr J Agoirig (Suppt), 1997;t7 (1):56-9. colorectal carcinoma and with ageing . Nature, 1990;346:g66.
Chechade JM and Mooradian AD. Drug therapy: Current and Emerg- Katz P; Dube D. and Calkins E. Aging and Disease. Dalam Calkin E,
ing Agents, in Sinclair AJ & Finucane p (Eds.) Diabetes in Old Davis PJ, and Ford AB (Eds.) The Practice of Geriatrics. phila-
Age, 2"d ed. John Wiley & Son LTD Chichester New york delphia Londoir Toronto: WB Saunders Company; 19g6.p.1-2.
Singapore, 2001: 199-214. Kramer AM & Schrier RW. Demographic, Social, and Economic
Cox HG. Later Life. The Reality of aging. 2,d ed. New yersey: Issues. Dalam R. W. Schrier (Ed.) Geriatric Medicine. philadel-
Prentice-Hall, Englewood Cliffs; 1 988.p. 1 -2 1. phia London Toronto: W. B. Saunders Company; 1990.p.1-10.
Cox GH, Cortright RN, Dohm GL, et al. Effect of aging on response Meneilly GS. Pathophysiology of Diabetes in the Elderly in Sinclair
to exercise training in humans: Skeletal muscle GLUT-4 and AJ & Finucane P (Eds.) Diabetes in Old Age, 2"d ed. New york
insulin sensitivity. J Appl physiol 1999;86:2019-25. Singapore: John Wiley & Son LTD Chichester; 2001.p.17-23.
Cusi K, De Fronzo RA. Treatment of NIDDM, IDDM and other Merriman A. Handbook of International Geriatric Medicine_
insulin resistant state with IGF-1. physiological and clinical Singapore Hongkong New Delhi Boston Auckland: pG publish-
considerations. Diabetes Rev 1995;3: 206-36. ing; 1989.p.117-123.
Davidson, MB. The effect of aging on carbohydrate metabolism. A. Morrow LA and Halter JB. Treatment of the Elderly with Diabetes
review of the English literatue and a practical approach to the Mellitus dalam CR Kahn &CG Weir (Eds.) Joslin's Diabetes
diagnosis of diabetes mellitus in elderly. Metabolism 1979;28 Mellitus 13tl ed. Philadelphia London Tokyo: Lea & Febriger,
68 8-705. A Waverly Company; 1994.p.552-559-
Davidson, MB. Diabetes Mellitus Diagnosis and Treatment. New Miller RA. The biology of aging and longevity. In: Hazard WR, Bieman
York Brisbane Toronto: A Wiley Medical publication John & EL, Blass JP, Ettinger Jr. WH, Halter JB (eds.) Principle of Geriar
Sons; 1 98 1 .p. 3-24. ric Medicine and Gerontology, 3'd ed. New York: McGraw-Hill Inc;
deFronzo RA. Glucose intolerance and aging: evidence for tissue in- 1994.p.3- 18.
sensitivity to insulin. Diabetes, 1979; 2g:1095-101. O'Sullivan, J.B. & Mahan, C. Relationship of age to diagnostic
Dimitriadis Q Parry-Billing M, Bevan S, et al. Effect of insulin like blood glucose level. Diabetes 7969;28:1039' 1042.
growth factor I on the rates of glucose transport and utilisation Orimo H. Management of diabetes mellitus in the elderly. Asian
in rat skeletal muscle in vitro. Biochem J 1992,285:269-74. Med. J. 1997:40(6):310-315.
Ebeling B Kolvisto PA. Physiological importance of PERKINI, Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia,
dehydroepiandrosterone. Latcet 1994;343:1479-81. 1 998.
Edelman SV and Chau D. Clinical Management of Diabetes in the Ramachandran A, Snehalatha C, Syiamak B Vrjay V & Viswanathan
Elderly. Clinical Diabetes 2001 ;t9(4):t72-7 5. M. High prevalence of NIDDM & IGT in an Elderly South lndian
Fink R.I. Mechanism of insulin resistance on aging. J. Clin. Invest. population with low rates of Obesity. Diabetes Care, l994,Oct.;
1983:71:1523-1535 17(10):1190-2.
Finucane P & Popplewell P. Diabetes Mellitus and Impaired Glucose Razay G & Wilcock GK. Hyperinsulinemia and Alzheimer Disease.
Regulation in Old Age: The Scale of the problem. In Sinclair AJ, Age and Ageing, 1994;Sep.23(5):396-9.
Finucane P @ds.) Diabetes in Old Age, 2,d ed. New york Singapoe Sell DR, Monnier VM. End-stage renal disease and diabetes catalyze
Toronto: John Wiley & Sons, tTD Chichester; 2001.p. 3-14. the formation of a pentose-derived cross-link from aging hu-
Goldberg, AP & Coon PJ. Diabetes Mellitus and Glucose Metabolism man collagen. J Clin Invest 1990;85:380.
in the Elderly dalam W. R. Hazzard, E. L. Bierman, J. p. Blass, Sinha B and Nattras SS. EfEcacy of New Drug Therapies for Diabe-
W. H. Ettinger Jr., J. B. Halter (Eds.), R. Andres (Ed.Em.) prin- tes in Elderly. Annals of Long-Term Care 2001;9(6):23-9.
ciple of Geriatric Medicine and Gerontology, 3.d ed. Interna- Troll LE. Continuations: Adult Development and Aging. Brooks
tional Ed. New York Paris Sydney Tokyo: McGraw-HiI, Inc; Publishing Company Monterey, California 1982.
1994.p.82s-43. Walker M. Obesity, Insulin Resistance and its link to Non Insulin
Haffner SM, Valdez RA, Mykkanen I, et al. Decreased testosteron Dependent Diabetes Mellitus. Metabolism, 1995:Sep. 44 (9
and dehydroepiandrosterone sulfate cocentrations are associ- Suppl.3): I 8-20.
ated with Wasilah-Rochmah. Hubungan antara KoDsentrasi Insulin dan Kadar
increased insulin and glucose concentrations in nondiabetic men. Glukosa Plasma Darah pada Golongan Lanjut usia, Laporan
Metabolism 1994;43: 599-603. penelitian DPP UGM. 1994.
Haffner SM, Valdez RA,. Endogenous sex hormones: impact on Wasilah-Rochmah. Gangguan toleransi glukosa pada usia lanjut laki-
lipids, lipoproteins and insulin. Am J Med 1995;98 (Suppl. lA): laki: Kajian pengaruh pembebanan glukosa terhadap sekresi in-
40s-47S. sulin dan peran insulin dalam ambilan glukosa oleh sel jaringan
Hall DA. Theory of Ageing, The Biomedical Basic of Gerontology, sasaran (in vivo). Desertasi Universitas Gadjah Mada, 2002:
1984: 18-47 Feb. 25.
Harmon D. Aging: A theory based on free radical and radiation WHO Diabetes Mellitus. Report of a WHO Study Group. WHO
chemistry. J Gerontol, 1956;ll:298. Technical Report Series 727.1985.
Hart RW, and Setlow RB. Correlation between deoxyribonucleic Williams DP, Boyden TW, Pamenter RW, et al. Relationship of
acid excision repair and lifespan in a number of mammalian body fat percentage and fat distribution with
species. Proc Natl Acad Sci USA, 1974;71:2169. dehydroepiandrosterone sulfat in premenopausal women. J Clin
Hastie ND, Dempster M, Dunlop MG. Telomere reduction in human Endocrinol Metab 1993;77: 80-5.
310
OBESITAS
Sidartawan Sugondo

PENDAHULUAN orang-orang dengan obesitas masif dengan berat badan


berkisar antara 280 hingga 485 kg.
Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial, yang Sauvages dan Cullen pertama kali mencoba melalcukan
terjadi akibat akumulasi jaringan lemak berlebihan, klasifikasi obesitas. Istilah yang dipakai pada saat itu
sehingga dapat mengganggu kesehatan. Obesitas terjadi adalahpolysarcie. Padaabad ke lg kata "obesitds'" mulai
bila besar dan jumlah sel lemak bertambah pada tubuh menggantikan nama-nama sebelurnnya sep er'ti, polysarcie,
seseorang. Bila seseorang bertambah berat badannya maka embonpoint dan corpulence.
ukuran sel lemak akan bertambah besar dan kemudian Penelitian untuk mempelajari berbagai hormon dan
jumlahnya bertambah banyak. sistem neuroendokrin, yang mengatur keseimbangan
Di daerah antara Perancis dan Rusia (sekitar laut Hitam) energi dan lemak tubuh merupakan tantangan lama dalam
diketemukan artefak mengenai obesitas dari zaman batu bidang biologi, dengan obesitas sebagai fokus kesehatan
(era paleolitik, 23.000-25.000 tahun yang lalu), yang masyarakat yang penting.
umumnya terbuat dari gading, granit, atau terakota,. Saat ini kita hidup pada masadimanaberatbadan lebih
Venus dari Willendorf adalah artefakyang paling terkenal. (indeks massa tubuh (IMT) 23-24.9 kglm2) dan obesitas
Artefak tersebut berupa sebuah patung kecil setinggi 12 (IMT 25-30 kg/m2) sudah menjadi suatu epidemi, dengan
cm dengan gambaran obesitas abdominal dan buah dada dugaan bahwa peningkatan prevalensi obesitas akan
yang besar. Desain serupa juga terdapat di seluruh daratan mencapai 50 % pada tahun 2025baginegara-negaramaju'
eropa yang diperkirakan berasal dari periode glasiasi. Dokter dan tenaga kesehatan yang berhubungan dari
Berbagai artefak tersebut menggambarkan bahwa pada semua subspesialisasi, saat ini menghadapi dampak dari
zamatt itu obesitassudah merupakan suatu fakta, peningkatan epidemi obesitas baik diklinik maupun rumah
setidaknya dialami oleh wanita Paleolitik. Selain itu, juga sakit. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan
ditemukan artefak terbuat dari terakota, granit atau yang sukar diatasi. Kegagalan para dokter dan spesialis
alabaster, dengan gambaran dada yang besar dan daerah untuk secara sistematis dan efektif mengatasi peningkatan
abdominogluteal yang besar yang berasal dari era Neolitik problem abad keduapuluh satu ini, telah membuat
(8000-5500 SM), dimana manusia mulai menetap dan masyarakat berpaling pada banyak program yang
bercocok tanam. diiklankan, yang menjanjikan keadaan yang kurang pada
Ketika kedokteran tradisional berkembang pada semua tempatnya, karena mengklaim mempunyai efek yang cepat
kultur di dunia, ditemukan pula bukti mengenai obesitas. dan menyembuhkan bagi masalah "kosmetik" yang
Kedokteran Mesop0tamia, Mesir, India, Cina-Tibet, Meso- menakutkan ini. Belum lagi, mass media didominasi oleh
amerika, Greco-Roman danArab semua mempunyai cara- iklan pengobat an overweighl atau obesitas yang tidakjelas
cara mengobati obesitas. dan kurang memiliki bukti-bukti ilmiah. Saat ini sebenamya
Pada masa kedokteran ilmiah (1500 hingga sekarang) tenaga kesehatan harus bersama-sama lebih tampil dan
obesitas dipelajari dengan menggunakan ilmu anatomi, lebih tahu mengenai regulasi berat badan, mekanisme
hiStologi, fisiologi, kimia danbiokimia, genetika dan biologi perkembangn berat badan dan obesitas, dan banyaknya
molekular, farmakologi, ilmu syaraf, dan kedokteran klinik. komorbiditas yang berhubungan dengan hampir semua
Sebelum era ilmiah (awal 1500 M) dilaporkan adanya subspesialisasi. Karena hanya dengan mendalami ini kita

L97
1974
MEIABOLIKENIDIRIN

dapat melakukan pendekatan komprehensif pengobatan Komposisi selular. Komposisi selular terdiri dari 3
yang efektif bagi obesitas. komponen: sel, cairan ekstrasel dan bagian padat ekstrasel.
Massa sel dibagi lagi atas lemak (komponen molekular)
dan bagian yang aktif secara metabolik yaitu massa sel
SEL LEMAK DAN JARINGAN LEMAK tubuh. Sehing ga pada akhirnya akan terdiri dai- bo dy cell
mass, cairan ekstrasel dan solld ekshasel.
Jaringan lemak merupakan depot penyimpanan energi yang
Komposisi jaringan dan organ. Sel akan membentuk
paling besar bagi mamalia. Tugas utamanya adalah untuk jaringan dan organ tubuh, seperti jaringan adiposa, otot
menyimpan energi daiam bentuk trigliserida melalui proses
skelet, tulang, kulit, jantung, dan organ viseral lainnya.
lipogenesis yang terjadi sebagai respons terhadap
Jaringan dan organ tubuh akan membentuk tubuh manusia
kelebihan energi dan memobilisasi energi melalui proses
yang merupakan perpaduan 5 komponen tubuh, yaitu
lipolisis sebagai respons terhadap kekurangan energi. pada
atomik, molekular, selular, jaringan, dan organ serta fubuh
keadaan normal, kedua proses ini diregulasi dengan ketat.
secara keseluruhan.
Jaringan lemak merupakan jaringan ikat yang
mempunyai fungsi sebagai tempat penyimpanan lemak
dalam bentuk trigliserida. pada mamalia, jaringan lemak Morfologi dan Perkembangan Jaringan Lemak
terdapat dalam 2 bentuk jaringan lemak putih dan jaringan Droplet lemak dalam jaringan lemak dapat berbentuk
lemak coklat. Keberadaannya, jumlah dan distribusi unilokular dar/atau multilokular. Sel unilokular merupakan
tergantung pada spesies. Jaringan lemak putih mempunyai suatu droplet lipid yang besar, yang akan mendorong inti
3 fungsi, yaitu isolasi panas, bantalan mekanik, dan yang sel ke arah membran plasma sehingga sel akan menyerupai
paling penting sebagai sumber energi. Jaringan lemak sebuah cincin. Sel unilokular merupakan karakteristik
subkutan yang terletak langsung di bawah kulit, merupakan jaringan lemak putih dan mempunyai berbagai ukuran yang
penahan panas bagi tubuh, karena ia mempunyai daya berkisar antara 20-200 mikron. Mitokondriany a terulama
konduksi sebesar l/3 dibandingkan denganjaringan lain. ditemukan pada daerah pinggir sel yang lebih tebal
Kemampuan menahan panas tergantung pada tebal lapisan sitoplasmanya di dekat inti sel. Sel droplet lemak besar
lemak. Jaringan lemak juga melapisi organ tubuh bagian tidak mempunyai organel kecil intrasel. Sel multilokular
dalam dan bertindak sebagai pelindung organ tersebut. yang umunnya didapat di sel lemak coklat mengandung
Jaringan lemak coklat berfirngsl ,rotut mempertahankan banyak droplet yang lebih kecil.
panas tubuh (termogenesis). Fungsi utamajaringan lemak
adalah untuk tempat penyimpanan energi dalam bentuk Distribusi Jaringan Lemak
trigliserida dan melepaskannya sebagai asam lemak bebas Akumulasi lemak ditentukan oleh keseimbangan antara
dan gliserol yang merupakan sumber energi yang berasal sintesis lemak (lipogenesis) dan pemecahan lemak (lipolisis
dari lemak. - oksidasi asam lemak). Di samping kedua faktor tersebut,
Tubuh manusia dibagi menja di 2 bagian yang saling faktor lain yang juga berpengaruh adalah gender.
berhubungan, yaitu bahan yang diperlukan untuk energi Faktor yang berhubungan dengan peningkatan risiko
(lemak dan glikogen) dan air. Sebenarnya komposisi tubuh penyakit adalah kelebihan lemak viseral dan bukan lemak
manusia jauh le5ih kompleks dan terdiri dari 4 macam subkutan pada tubuh.
komposisi:

Komposisi atomik. Dari sudut pandang komposisi atomik, Metabolisme Lemak


berat badan merupakan akumulasi sepanjang hidup dari 6 Pemahaman mengenai nutrisi, hormonal, dan terutama
elemenutama, yaifu: oksigen, karbon, hidrogen, nitrogen, regulasi transkripsional lipogenesis telah berkembang
kalsium, dan fosfor. Kurang dari 2yoberatbadanterdiri dari pesat. Lipogenesis dirangsang oleh diet tinggi karbohidrat,
sulfur, kalium, natrium, klorida, magnesium dan40 elemen namun juga dapat dihambat oleh adanya asam lemak tak
lain yang secara normal terdapat dalam jumlah kurang dari jenuh ganda dan dengan berpuasa. Efek tersebut sebagian
10gram. diperantarai oleh hormon yang dapat menghambat (seperti
hormon pertumbuhan, leptin) atau merangsang (seperti
Komposisi molekular. Elemen terbagi dalam komponen insulin) lipogenesis. Sterol regulatory element binding
molekular yang dapat dikelompokkan dalam 5 kategori protein- I adalah mediator penting pada kerja proJipogenik
besar, yaitu: lemak, protein, glikogen, air, dan mineral. atau anti-lipogenik beberapa hormon dan nutrisi. Faktor
Tingkat molekular ini secara praktis seringkali dibagi atas: transkripsi lain yang berhubungan dengan lipogenesis
lemak dan massa bebas lemak. Model yang lain adalah adalah peroxisome proliferator activated receptor-f.
pembagian menurut lemak, lean soft tissue, dan mineral Kedua faktor transkripsi tersebut merupakan target menarik
tulang. Komposisi molekular menyusun dasar untuk sel untuk intervensi farmakologi pada kelainan seperti
yang fungsional. hipertrigliseridemia dan obesitas.
OBESIIIPTS
t975

Lipogenesis. Lipogenesis harus dibedakan dengan adipo- baik dari yang masuk maupun yang akan keluar (Gambar 1).
genesis yang merupakan proses diferensiasi pra-adiposit Insulinmungkin merupakan faktor hormonal terpenting
menjadi sel lemak dewasa. Lipogenesis adalah proses yang mempengaruhi lipogenesis. Insulin menstimulasi
deposisi lemak dan meliputi proses sintesis asam lemak lipogenesis dengan cara meningkatkan pengambilan
dan kemudian sintesis kigliserida yang terjadi di hati pada glukosa di jaringan adiposa melalui transporter glukosa
daerah sitoplasma dan mitokondria dan jaringan adiposa. menuju membran plasma. Insulin juga mengaktivasi enzim
Energi yang berasal dari lemak dan melebihi kebutuhan lipogenik dan glikolitik nielalui modifikasi kovalen
tubuh akan disimpan dalam jaringan lemak. Demikian pula (Gambar 2). Efek tersebut dicapai dengan mengikat
dengan energi yang berasal dari karbohidrat dan protein insulin pada reseptor insulin di permukaan sel sehingga
yang berasal dari makanan dapat disimpan dalam jaringan mengaktivasi kerja tirosin kinasenya dan meningkatkan
lemak(Gambarl). efek downstream melalui fosforilasi tirosin. Insulin juga
Asam lemak, dalam bentuk trigliserida dan asam lemak mempunyai efek jangka panjang pada gen lipogenik,
yang terikat pada albumin didapat dari asupan makanan mungkin melalui faktor transkripsi Sterol Regulatory Ele-
atau hasil sintesis lemak di hati. Trigliserida yang dibentuk mmt Binding Protein-l (SREBP-I) (Gambar 2). Selain itu,
dari kilomikron atau lipoprotein akan dihidrolisis menjadi insulin menyebabkan SREBP-I meningkatkan ekspresi dan
gliserol dan asam lemak bebas oleh enzim lipoprotein kerja enzim glukokinase, dan sebagai akibatnya,
lipase (LPL) yang dibentuk oleh adiposit dan disekresi ke meningkatkan konsentrasi metabolit glukosa yang
dalam sel endotelial yang berdekatan dengannya dianggap menjadi perantara dari efek glukosa pada
(adjacent). Aktivasi LPL dilakukan oleh apoprotein C-II ekspresi gen lipogenik.
yang dikandung oleh kilomikron dan lipoprotein (VLDL). Hormon pertumbuhan (growth hormonelGH)
Kemudian asam lemakbebas akan diambil oleh sel adiposit menurunkan lipogenesis di jaringan adiposa secara
sesuai dengan derajat konsentrasinya oleh suatu protein dramatis, sehingga terjadi penurunan lemak yang
transpor transmembran. Bila asam lemak bebas sudah bermakna, dan berhubungan dengan penambahpu massa
masuk ke dalam adiposit maka akan membentuk pool asam otot. Efektersebut diperantarai melalui dua jalur:
lemak. Pool imakan mengandung asam lemak yang berasal
. Hormon pertumbuhan menurunkan sensitivitas

Pool
Asam Lemak
bebas

Glukosa

Ruang
Ekstra
selular

Sirkulasi Pool Substrat

Gambar 1. Mekanisme keseimbangan lipolisis dan lipogenesis


1976
METABOLIKENDOKRIN

Asam Lemak Tidak


jenuh rantai Ganda

Glukosa
Asam
+ lemak
Asetil KoA
Enzim I Sitrat
I Lias"
+
Malonil KoA

Asam Lemak

o*J",,0
KoA

I
TG

Gambar 2. Regulasi lipogenesis pada hepatosit dan adiposit

insulin sehingga terjadi down-regulatior ekspresi Beberapa studi in vitro menunjukkan bahwa ASp
enzim sintetase asam lemak di jaringan adiposa. menstimulasi akumulasi trigliserida di sel adiposa.
Mekanisme tersebut masih belum jelas, namun GII Akumulasi tersebut terjadi karena terdapat peningkatan
mungkin mempengaruhi sinyal insulin di thgkat po st- sintesis trigliserida dan penurunan lipolisis jaringan adiposa
reseptor. pada saat yang bersamaan.
. GH dapat menurunkan lipogenesis dengan cara
memfosforilasi faktor transkripsi Stat5a dan 5b. Lipolisis. Lipolisis merupakan suatu proses di mana terjadi
Hilangnya Stat5a dan 5b pada model knock-out dekomposisi kimiawi danpenglepasan lemak dari janngan
lemak. Bilamana diperlukan energi tambahan maka lipolisis
memperlihatkan penurunan akumulasi lemak di jaringan
adiposa. Mekanisme bagaimana protein Stat5 merupakan proses yang predominan terhadap proses lipo-
meningkatkan penyimpanan lemak, masih belum genesis. Enzim Hormone Sensitive Lipase (I1SZ) akan
menyebabkan teq adinya hidrolisis trigliserida menjadi asam
diketahui.
lemak bebas dan gliserol.
Leptin adalah hormon yang berhubungan dengan Asam lemak yang dihasilkan akan masuk k e dalamp o o I
lipogenesis. Leptin membatasi penyimpanan lemak tidak asam lemak, di mana akan terjadi proses re-esterifikasi,
hanya dengan mengurangi masukan makanan, tetapi juga beta oksidasi atau asam lemak tersebut akan dilepas masuk
dengan mempengamhi jalur metabolik yang spesifik di ke dalam sirkulasi darah untuk menjadi substrat bagi otot
adiposa dan jaringan lainnya. Leptin merangsang skelet, otot jantung, dan hati. Asam lemak akan dibentuk
pengeluaran gliserol dari adiposit, dengan menstimulasi menjadi AIP melalui proses beta oksidasi dan asam lemak
oksidasi asam lemak dan menghambat lipogenesis. Efek akan dibawa ke luar jaringan lemak melalui sirkulasi darah
yang terakhir tercapai dengan down-regulatloz ekspresi untuk kemudian menjadi sumber energi bagi jaringan yang
gen yang berhubungan dengan asam lemak dan sintesis membutuhkan.
trigliserida, sebagaimana digambarkan pada oligonucle- Hormon insulin akanmengurangi mobilisasi asam lemak
otide micro-array analysis. Target negatif leptin yang lain dari jaringan lemak dengan cara menghambat enzim
mungkin SREBP-1, karena faktor transkripsi ini mungkin trigliserid lipase. Mekanisme penghambatan ini terjadi
ikut berperan dalam mediasi efek inhibisi leptin dalam melalui proses pengurangan siklik AMP yang pada
ekspresi gen lipogenik. waktunya akan menghambat siklik ANIP dependent pro-
Faktor endokrin atau autokrin yang berhubungan tein kinase. Supresi lipolisis ini akan mengurangi jumlah
dengan sintesis trigliserida setelah insulin, GH dan leptin asam lemak ke hati dan jaringan perifer. Dengan
adalah Acylation Stimulating Protein (ASP). ASP adalah berkurangnya asam lemak ke hati maka pembentukan asam
peptida kecil yang sama dengan C3adesArg, suatu produk keto berkurang. Insulinjuga akan merangsang penggunaan
dari faktor komplemen q ASP diproduksi oleh jaringan asam keto ini oleh jaringan perifer sehingga tidak akan
adiposa dan kemungkinan bekerja secara autokrin. terjadi akumulasi asam ini di darah.
OBESII|PTS
1977

Jaringan Lemak sebagai Keleniar Endokrin gemuk, akan lebih berat dari orang yang lebih kecil.
Karena IMT menggunakan ukuran tinggi badan, maka
Adiposit yang sebelumnya dikenal hanya sebagai tempat pengukurannya harus dilakukan dengan teliti. IMT dapat
penyimpanan trigliserida, sekarang diketahui dapat
memperkirakan jumlah lemak tubuh yang dapat dinilai
mensekresi beberapa peptida dengan berbagai efek kerja
dengan menimbang di bawah air (r2: 79Yo) dengan
yang sebagian mempunyai sifat sebagai kelenjar endokrin.
kemudian melakukan koreksi terhadap umur dan jenis
Sel endokrin akan mensekresi hormon untuk suatu efek
kelamin. Bila melakukan penilaian IMI perlu diperhatikan
yang terletak jauh (efek endokrin) dan juga mempunyai
akan adanya perbedaan individu dan etnik.
efek lokal (parakrin). Selain itu, dapatjuga mempunyai efek
Hubungan antara lemak tubuh dan IMT ditentukan
terhadap dirinya sendiri (autokrin). Penetitian eksperimental
oleh bentuk tubuh dan proporsi tubuh, sehingga dengan
pada hewan menunjukkan bahwa hormon dan sitokin yang
demikian IMT belum tentu memberikan kegemukan yang
dihasilkan adiposit mempunyai efek terhadap susunan sama bagi semua populasi. IMT dapat memberikan kesan
syarafpusat, hati, otot, dan fulang serta beberapa orgau- yang umum mengenai derajat kegemukan (kelebihan jumlah
jaringan lain.
lemak) pada populasi, terutama pada kelompok usia lanjut
Penemuan baru yang menggunakan pendekatan
dan pada atlit dengan banyak otot. IMT dapat memberikan
genomik dan proteomik telah mengidentifikasi berbagai
gambaran yang tidak sesuai mengenai keadaan obesitas
faktor sekresi adiposit baru yang fungsinya belum jelas. karena variasi lean body mass.
Jaringan adiposa yang terlalu sedikit maupun terlalu Tabel 1, merupakan klasifikasi yan g ditetapkan World
banyak menyebabkan gangguan metabolik seperti Health Organization (WHO), nilai IMT3 30 kglm2
resistensi insulin. Obesitas sentral sangat berkorelasi
dikatakan sebagai obesitas dan nilai lilldT 25-29,9 kglm2,
dengan timbulnya diabetes, hipertensi, dan penyakit
sebagai "Pra Obese".
kardiovaskular.
Meta-analisis beberapa kelompok etnik yang berbeda,
dengan konsentrasi lemak tubuh, usia, dan gender yang
sama, menunjukkan etnikAmerika berkulit hitam memiliki
OBESITAS
IMT lebih tinggi 1,3 kglm2 danetnik Polinesia m6miliki
IMT lebih tinggi 4,5 kg/nf dibandingkan dengan etnik
Definisi dan Klasifikasi Obesitas Kaukasia. Sebaliknya, nilai IMT pada bangsa Cina, Ethio-
Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan pia, Indonesia, dan Thailand adalah 1,9, 4,6, 3,2 dan2,9 kgl
nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan m2 lebih rendah daripada etnik Kaukasia. Hal itu
oleh beberapa faktor biologik spesifik. Faktor genetik memperlihatkat adanya nilai cutoffIMT untuk obesitas
diketahui sangat berpengaruh bagi perkembangan yang spesifik untuk populasi tertentu.
penyakit ini. Secara fisiologis, obesitas didefinisikan WilayahAsia Pasifft pada saat ini telah mengusulkan
sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak kriteria dan klasifikasi obesitas sendiri (Tabel 2).
normal atauberlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat Penelitian lainnya melaporkan bahwa orang Indonesia
mengganggu kesehatan. dengan berat badan, tinggi badan, umur, dan jenis kelamin
Keadaan obesitas ini, terutama obesitas sentral, yang samaumumnyamemiliki 4,8 + 0,5 (SEM)
o/olemak
meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular karena tubuh lebih tinggi daripada otang Belanda. Dengan
keterkaitannya dengan sindrom metabolik atau sindrom persentase lemak tubuh, umur, dan jenis kelamin yang
resistensi insulin yang terdiri dari resistensi insulin/ sama, IMT antara orang Indonesia dan Belanda (etnik
hiperinsulinemia, intoleransi glukosa/diabetes melitus, Kaukasia) berbeda sekitar 3 vilt(2,9 + 0,3 (SEM) kglm2.
dislipidemia, hiperuresemia, gangguan f,tbrinolisis, hiper- Mengacu pada angka-angka ini, maka titik cutoff IMT
fibrinogenemia dan hipertensi.
Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit
dan sebagai pengukur pengganti dipakai body mass in-
dex (BMI) atau indeks massa tubuh (IMT) untuk
menentukan berat badan lebih dan obesitas pada orang Klasifikasi
dewasa. <'18,5
Berat Badan Kurang
IMT merupakan indikator yang paling sering Kisaran Normal 18,5 - 24,9
digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat populasi
Berat Badan Lebih >25
berat badan lebih dan obes pada orang dewasa. Untuk
penelitian epidemiologi digunakan IMT atau indeks Pra-Obes 25,O - 29,9

Quetelet, yaitu berat badan dalam kilogram (kg) dibagi Obes Tingkat I 30,0 - 34,9

tinggi dalam meter kuadrat (nf). Saat ini IMT merupakan Obes Tingkat ll 35,0 - 39,9
Obes Tingkat lll >40
indikator yang paling bermanfaat untuk menentukan berat
badan lebih atau obes. Orang yang lebih besar-tinggi dan Sumber : WHO fechnlcal serles, 2000
1978 MEIABOLIKENT'OKRIN

Risiko Ko-Morbiditas

Klasifikasi IMT (kg/m2)


Lingkar Perut
< 90 cm (Laki.Laki) > 90 cm (Laki-Laki)
< 80 cm (Perempuan) > 80cm (Perempuan)
Berat Badan Kurang <19,5 rendah (risiko meningkat Sedang
pada masalah klinis lain)
Kisaran Normal 18,5 -22p sedang meningkat
Berat Badan Lebih >_23,0
. Berisiko 23,0 - 24,9 meningkat moderat
Obes I 25,0 - 29,9 moderat berat
Obes ll > 30,0 berat sangat berat
Sumber : WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia-Pacffic Perspective: Redefining Obesity and its Treatment (2OOO\

orang Indonesia seharusnya2T danbukan 30 kg/mr. berkembang berdampak pada peningkatan prevalensi
Sebenarnya sangat sulit untuk mendapatkan angka obesitas pada populasi di negara-negara ini, termasuk di
obesitas secara global dengan tepat karena sulit Indonesia. Walaupun belum ada penelitian epidemiologi
didapatkannya angka-angka yang akurat dan yang dapat yang baku mengenai obesitas, datayangada saat ini sudah
saling dibandingkan. Pada obesitas, jumlah lemak tubuh menunjukkan terjadinya pertambahan jumlah penduduk
lebih banyak. Pada dewasa muda laki-laki lemak tubuh > dengan obesitas, khususnya di kota-kota besar. Penelitian
25o/o dan perempuan > 35%o. Keadaan ini sesuai dengan epidemiologi yang dilakukan di daerah sub urban di daerah
indeks masa tubuh (IMT) : 30 kglrfi pada orang Kaukasia Koja, Jakarta Utara, pada tahun 1982, mendapatkan
muda. prevalensi obesitas sebesar 4,2%o; di daerah Kayu Putih,
Jumlah lemak tubuh dapat ditentukan in vivo dengan Jakarta Pusat, sepuluh tahun kemudian, yaitu pada tahun
cara menimbang di bawah permukaan air, Dual Energt X- 1992, prevalensi obesitas sudah mencap ai ll,lYo,di mana
Ray Absorptiometry (DEXA) atau dengan mengukur tebal ditemukan prevalensi obesitas pada laki-laki dan
lipatankulit. perempuan masing-masing, 10,9%o dan 24,lYo. Pada
Obesitas dapat disebabkan oleh banyak hal. Kembar populasi obesitas ini, dislipidemia terdapat pada 19% laki-
identik yang hidup terpisah akan mempunyai berat badan laki dan I 0, 8 o/o perempuan, dan hipertrigliseridem ia pada
yang tidakjauh berbeda. Berat badan seseorang 40-70% 16,60/o laki-laki. Pada penelitian epidemiologi di daerah
ditentukan secara genetik. Berat badan dipengaruhi Abadijaya, Depokpada tahun 2001 didapatkan 48,6o/o,pada
lingkungan, kebiasaan makan, kurangnya kegiatan fisik, tahtn 2002 didapat 45Yo dan 2003 didapat 44oh orang
dan kemiskinan/ kemakmuran. Obesitas pada perempuan dengan berat badan lebih dan obes; sedang IMT pada
berakar pada obesitas pada masa kecil, obesitas pada laki- tahun 2 00 I adalah 2 5,1 kd m', tahttr, 2002 ; 24,8 kg rfi dan
laki terjadi setelah umur 30 tahun. tahun 2003; 24,3kg1m2.
Pada tahun 1997 d,an 1998 dilakukan penelitian
Epidemiologi Obesitas komposisi tubuh di beberapa daerah di Indonesia dan
Saat ini diperkirakanjumlah orang di seluruh dunia dengan didapatkan bahwa pada umur, gender dan IMT yang sama
IMT 3 30 kg/m? melebihi 250 juta orang, yaitu sekitar 7%o dibandingkan dengan Kaukasia (Belanda), lemak tubuh
dari populasi orang dewasa di dunia. Bila kita orang Indonesia 5o/o lebih tinggi, sehingga seharusnya
mempertimbangkan masing-masing negara, kisaran IMT juga 3 kglm2 lebih rendah. Dalam penelitian pada 6.3 I 8
prevalensi obesitas meliputi hampir semua spektrum, dari orang pada tahun 2003-2004 HISOBI (Himpunan Studi
< 5% di China, Jepang, dan negara-negaraAfrika tertentu Obesitas Indonesia) mendapatkan nilai IMT dan lingkar
sampai lebih dari 75% di daerah urban Samoa. Angka perut yang tidak berbeda jauh dari yang diusulkan oleh
obesitas tertinggi di dunia berada di Kepulauan Pasifik WHO/IOTF/IDF Westem Pacific (Asia Paci/ic Criteria),
pada populasi Melanesia, Polinesia and Mikronesia. yaitu nilai batas (cutffi IMT: 24,9 kg/nf untuk perempuan
Misalnya pada tahun 1991, di daerah urban Samoa dan laki-laki dengan lingkarperut 82,5 cm untukperempuan
diperkirakan 75Yo perempuan dan 60%o laki-laki dan 88,7 cm untuk laki-laki.23 Penelitian-penelitian mengenai
diklasifikasikan sebagai obes. obesitas di Indonesia tidak melaporkan konsentrasi leptin,
Prevalensi obesitas berhubungan dengan urbanisasi kecuali penelitian pada populasi obes di Minahasa di mana
dan mudahnya mendapatkan makanan serta banyaknya dilaporkan bahwa hiperleptinemia didapatkan pada 63,4o/o
jumlah makanan yang tersedia. Urbanisasi dan perubahan dari populasi obes.
status ekonomi yang terjadi di negara-negara yang sedang Pada subyek obes, konsentrasi asam lemak bebas,
OBESIIiPTS
1979

trigliserida, kolesterol LDL dan apoB lebih tinggi Obesitas Sentral


dibandingkan orang non-obes dan terdapat morbiditas Pada obesitas yang moderat, distribusi lemak regional
dan mortalitas yang lebih tinggi akibat PJK dan stroke tampaknya dapat merupakan indikator yang cukup penting
dibandingkan dengan orang non-obes. Pada laki-laki terhadap terjadinya perubahan metabolik dan kelainan
yang berumur 30-59 tahun didapatkan perbedaan yang kardiovaskular, walaupun hubungan afltara IMT dan
kuat antara jenis pekerjaan dan insidensi Infark Miokard komplikasi-komplikasi tersebut belum terlalu meyakinkan.
Akut (IMA), kejadian koroner dan angka kematian. Lemak daerah abdomen terdiri dari lemak subkutan dan
Di Indonesia saat ini penyakit kardiovaskular masih lemak intra-abdominal yang dapat dinilai dengan cara CT
merupakan penyebab kematian utama. Menurut survei dan MRI. Jaringan lemak intra abdominal terdiri dari lemak
kesehatan rumah tatgga, prevalensi penyakit jantung viseral atau intraperitoneal yang terutama terdiri dari lemak
dan pembuluh darah menduduki urutan ke-3 pada tahun omental dan mesenterial serta massa lemak retroperito-
1980 dengan prevalensi sebesar 9,902, meningkat menjadi neal (sepanjang perbatasan dorsal usus dan bagian
9,7yo di urutan ke-2 pada tahun 1986, dan menduduki permukaan ventral ginj al).
peringkat I pada tahun 1990 dengan prevalensi sebesar Pada laki-laki, massa retroperitoneal hanya merupakan
16,5Yo. sebagian kecil dari lemak intra abdominal. Kira-kira
Mortalitas yang berkaitan dengan obesitas, terutama seperempafilya terdiri dari lemak viseral. Lemak subkutan
obesitas sentral, sangat erat hubungannya dengan daerah abdomen sebagai komponen obesitas sentral
sindrom metabolik. Sindrom metabolik merupakan satu mempunyai korelasi yang kuat dengan resistensi insulin
kelompok kelainan metabolik yang, selain obesitas, seperti lemak viseral. Keadaan ini tetap berbeda bermakna
meliputi, resistensi insulin, gangguan toleransi glukosa, setelah disesuaikan lemak viseralnya.
abnormalitas trigliserida dan hemostasis, disfungsi endotel Vena porta merupakan saluran pembuluh darah tunggal
dan hipertensi yang kesemuanya secara sendiri-sendiri bagi jaringan adiposa dan berhubungan langsung dengan
atau bersama-sama menrpakan faktor risiko utama untuk hati. Mobilisasi asam lemak bebas akan lebih oepat dari
terjadinya aterosklerosis dengan manifestasi penyakit daerah viseral dibandingkan lemak daerah subkutan.
jantung koroner danlatau strok. Mekanisme dasar Aktivitas lipolitik yang lebih besar dari lemak viseral, baik
bagaimana komponen-komponen sindrom metabolik ini pada obes maupun non-obes merupakan kontributor
dapat terjadi pada seorang dengan obesitas sentral dan terbesar asam lemak bebas dalam sirkulasi.
bagaimanakomponen-komponen ini dapat menyebabkan
terjadinya gangguan vaskular, hingga saat ini masih dalam Lingkar Perut pada Obesitas Sentral
penelitian. Obesitas sentral dapat dinilai memakai beberapa cara. Cata
Meskipun struktur, fungsi dan metabolisme lipopro- yang paling baik adalah memakai computed tomography
tein telah diteliti selama lebih dari tiga dasawarsa, namun (CT)atatmagneticresonanceimagingQvlRl),tetapikedua
hubungan fungsi heterogenitas lipoprotein ini dengan cara ini mahal harganya dan jarang digunakan untuk menilai
peningkatan maupun penghambatan terhadap proses keadaan ini. Lingkar perut atau rasio antara lingkar perut
aterogenesis masih belum diketahui dengan j elas. Sebagai dan lingkar pinggul (WHR, Waist-Hip ratio) metupakan
contoh, partikel LDL. Ukuran partikel LDL berkorelasi altematif klinis yang lebih praktis' Lingkar perut dan rasio
positif dengan konsentrasi trigliserida dan apoB, tetapi lingkarperut dengan lingkar pinggul berhubungan dengan
berkorelasi negatif dengan konsentrasi HDL. Di samping besarnya risiko untuk terjadinya gangg:uan kesehatan.
itu tidak kalah pentingnya adalah interaksi faktor-faktor WHO menganjurkan agar lingkar perut sebaiknya
yang berperan dalam metabolisme lipoprotein. Misalnya, diukur pada pertengahan antara batas bawah iga dan krista
ekspresi LDL subklas fenotipe B (small dense LDl)tidak iliaka, dengan menggunakan ukuran pita secara horisontal
hanya ditentukan oleh faktor genetik, tetapi juga oleh pada saat akhir ekspirasi dengan kedua tungkai dilebarkan
faktor-faktor lain, seperti obesitas, hiperinsulinemia dan 20-30 cm. Subyek diminta untuk tidak menahan perutnya
hiperlipidemia. dan diukur memakai pita dengan tegangan pegas yang
Insidensi obesitas di negara-negara berkembang makin konstan.
meningkat, sehingga saat ini banyaknya orang dengan Lingkar perut menggambarkan lemak tubuh dan di
obesitas di dunia hampir sama jumlahnya dengan mereka antaranya tidak termasuk sebagian besar berat tulang
yang menderita karena kelaparan. Beban finansial, risiko (kecuali tulang belakang) atau massa otot yang besar yang
kesehatan dan dampak pada kualitas hidup berhubungan mungkih akan bervariasi dan mempengaruhi hasil
dengan epidemi tersebut sehingga memerlukan pengukuran. Ukuran lingkar perut ini berkorelasi baik
pemahaman mendalam tentang mekanisme molekular yang dengan rasio lingkar perut dan pinggul (WHR) baik pada
mengatur berat badan untuk kemudian dapat laki-laki maupun perempuan serta dapat memperkirakan
mengidentifikasi cara-cara pengobatan baru untuk luasnya obesitas abdominal yang tampaknya sudah
mengatasinya. mendekati deposisi lemak abdominal bagian viseral' Lingkar
1980 MEIABOIJKENDOIRIN

perut juga berkorelasi baik dengan IMT (laki-laki dan penunrnan berat badan sebesar 5 sampai l0 persen dari
perempuan: r : 0,89, P<0,00 I ). berat awal dapat mengakibatkan perbaikan kesehatan
Pada tahun 1995 penelitian di Belanda mendapatkan secara signifikan.
bahwa lingkar perut > 102 cm pada laki-laki dan > 88 cm Walaupun belum ada penelitian retrospektif yang
pada perempuan, berhubungan dengan peningkatan menunjukkan perubahan pada atgka kematian dengan
substansial risiko obesitas dan komplikasi metabolik. penurunan berat badan pada pasien obese, dengan
Sedangkan Asia Pasifik memakai ukuran lingkar pinggang penurunan berat badan, pengurangan pada faktor risiko
laki-laki: 90 cm dan perempuan 80 cm sebagai batasan. ini dianggap akan menurunkan perkembangan diabetes
Walaupun IMT < 25kglm2, obesitas sentral dapat saja tipe 2 serta kardiovaskular
terjadi, sehingga penyesuaian IMT pada keadaan obesitas Terdapat bukti kuat bahwa penurunan berat badan pada
sentral perlu diperhatikan, terutama bila IMT di antara individu obesitas dan overweight mengtrangi faktor risiko
22-29 kfl m2. Lingkar perut dikatakan mempunyai korelasi diabetes dan penyakit kardiovaskular. Bukti kuat lainnya
yang tinggi denganjumlah lemakintra abdominal dan lemak juga menunjukkan bahwa penurunan berat badan dapat
total dan telah digrrnakan baik secara mandiri atau bersama- menurunkan tekanan darah pada individu overweight
sama tebal kulit subkutan untuk mengembangkan suatu normotensi dan hipertensi; mengurangi serum trigliserida
korelasi regresi untuk mengoreksi massa lemak intra dan meningkatkan kolesterol-HDl; dan secara umum
abdominal. Ekuasi ini telah divalidasi dalam sebuah mengakibatkan beberapa pengurangan pada kolesterol
penelitian yang besarjumlahnya di negeri Belanda. Ekuasi serum total dan kolesterol-LDl. Penurunan berat badan
dengan menggunakan lingkar perut saja disesuaikan untuk juga dapat mengurangi konsentrasi glukosa darah pada
umur, memrnjukkan prediksi lemak tubuh yang baik pada individu overweight dan obesitas tanpa diabetes; danjuga
spesimen subyek orang Belanda (r2:78%o) dengan mengurangi konsentrasi glukosa darah serta HbA," pada
kesalahan yang sama dalam prediksi seperti penelitian lainnya. beberapa pasien dengan diabetes tipe 2.
Tidak ada terapi tunggal yang efektif untuk or4ng
dengan kelebihan berat badan dan obesitas, dan masalah
Hubungan Obesitas Sentral dengan Resistensi cenderung muncul setelah penurunan berat badan
lnsulin dan Dislipidemia Harapan penurunan berat badan dari seseorang seringkali
Resistensi insulinpada obesitas sentral diduga merupakan melebihi kemampuan dari program yang ada sehingga
penyebab sindrom metabolik. Insulin mempunyai peran untuk mencapai keberhasilan semakin sulit.
penting karena berpengaruh baik pada penyimpanan lemak Terapi penurunan berat badan yang sukses meliputi
maupnn sintesis lemak dalam j aringan adiposa. Resistensi empat pilar, yaitu diet rendah kalori, aktivitas fisik,
insulin dapat menyebabkan terganggunya proses perubahan perilaku dan obat-obatan/bedah.
penyimpanan lemak maupun sintesis lemak.
Hubungan sebab-akibat (kausatif) antara resistensi
Tujuan Penurunan Berat Badan
insulin dan penyakit jantung koroner dan stroke dapat
Penurunan berat badan harus SMARI Spestfic, Measur-
diterangkan dengan adanya efek anabolik insulin. Insulin
able, Achievable, Realistic and Time limited. Tujuan awal
merangsang lipogenesis pada jaingan arterial dan jaringan
dari terapi penurunan berat badan adalah untuk
adiposa melalui peningkatan produksi acetyl-CoA,
l0 persen dari
mengurangi berat badan sebesar sekitar
meningkatkan asupan trigliserida dan glukosa. berat awal.
Dislipidemia yang ditandai dengan peningkatan Batas waktu yang masuk akal unhrk penurunan berat
konsentrasi trigliserida dan penurunan kolesterol HDL
badan sebesar 1 0 persen adalah 6 bulan terapi. Untuk pasien
merupakan akibat dari pengaruh insulin terhadap Choles-
overweight dengan rentang BMI sebesar 27 sampai 35,
terol Ester Transfer Proteln (CETP) yang memperlancar pemrnrnan kalori sebesar 300 hingga 500 kcal,/hari akan
transfer Cholesteryl Ester (CE) dari HDL ke VLDL menyebabkan penunrnan berat badan sebesar Yz sampai 7
(trigliserida) dan mengakibatkan terj adinya katabolisme
kglminggu dan penunman sebesar l0 persen dalam 6 bulan.
dari apoA, komponen protein HDL. Resistensi insulin dapat
Setelah 6 bulan, kecepatan pemrrunan berat badan
disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan. Jenis lazimnya akanmelambat dan berat badan menetap karena
kelamin mempengaruhi sensitivitas insulin dan otot rangka
seiring dengan berat badan yang berkurang terjadi
laki-laki lebih resisten dibandingkan perempuan. penumnan energi ekspenditure.
Oleh karena itu, setelah terapi penurunan berat badan
selama 6 bulan, program penurunan berat badan harus
MANAJEMEN BERAT BADAN PADAPASIEN OYER. terus dilakukan. Jika dibutuhkan penurunan berat badan
WEIGHTDAN OBESITAS lebih banyak, dapat dilakukan penyesuaian lebih lanjut
terhadap anjuran diet dan aktivitas fisik.
Penurunan berat badan mempunyai efek yang Untuk pasien yang tidak mampu untuk mencapai
menguntungkan terhadap komorbid obesitas. Bahkan, penurunan berat badan yang signifikan, pencegahan
OBESTTAS
1981

kenaikan berat badan lebih lanjut merupakan tujuan yang selama 30 menit dengan jangka waktu 3 kali seminggu dan
paling penting. Pasien seperti ini tetap diikutsertakan dalam dapat ditingkatkan intensitasnya selama 45 menit dengan
program manajemen berat badan. jangka waktu 5 kali seminggu. Dengan regimen ini,
pengeluaran energi tambahan sebanyak 100 sampai 200
Strategi Penurunan dan Pemeliharaan Berat kalori per hari dapat dicapai.
Badan Regimen ini dapatdiadaptasi ke dalam berbagai bentuk
aktivitas fisik lain, tetapi jalan kaki lebih menarik karena
Terapi Diet. Pada program manajemen berat badan, terapi keamanannya dan kemudahannya. Pasien harus dimotivasi
diet direncanakan berdasarkan individu. Terapi diet ini harus untuk meningkatkan aktivitas sehari-hari seperti naik
dimasukkan ke dalam status pasien overweight. Hal ini tangga dari pada rarik lift. Seiring waktu, pasien dapat
bertujuan untuk membuat defisit 500 hingga 1000 kcal/hari melakukan aktivitas yang lebih berat.
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari program Strategi lain untuk meningkatkan aktivitas fi sik adalah
penunrnan berat badan apapun. mengurangi waktu santai (sedentary) dengan cara
Sebelum menganjurkan defisit kalori sebesar 500 melakukan aktivitas fisik rutin lain dengan risiko cedera
hingga 100 kcal/hari sebaiknya diukur kebutuhan energi rendah.
basal pasien terlebih dahulu. Pengukuran kebutuhan energi
basal dapat menggunakan rumus dari Harris-Benedict : Terapi perilaku. Untuk mencapai penurunan berat badan
dan mempertahankannya, diperlukan suatu strategi untuk
Laki-laki: mengatasi hambatan yang muncul pada saat terapi diet
dan aktivitas fisik. Strategi yang spesifik meliputi
B.E.E:66.5 + (13.75 xkg) + (5.003 x cm) - (6.775xage) pengawasan mandiri terhadap kebiasaan makan dan
Wanita: aktivitas fisik, manajemen stress, stimulus control,
pemecahan masalah, contigency management, cognitive
B.E.E : 655. I + (9.563 x kg) + (1. 850 x cm) - (4.67 6 x age)
restructuring dan dukungan sosial.
Kebutuhan kalori total sama dengan BEE dikali dengan Farmakoterapi. Farmakoterapi merupakan salah satu
jumlah faktor stress dan aktMtas. Faktor stress ditambah
komponen penting dalam program manajemen berat badan.
aktivitas berkisar dari 1,2 sampai leblhdai2.
Disamping pengurangan lemak jenuh, total lemak Sibutramine dan orlistat merupakan obat-obatan penurun
seharusnya kurang dan sama dengan 30 persen dari total berat badan yang telah disetujui oleh FDA di Amerika
kalori. Pengurangan persentase lemak dalam menu sehari- Serikat, untuk penggunaan jangka panjang. Pada pasien
hari saja tidak dapat menyebabkan penurunan berat badan, dengan indikasi obesitas, sibutramine dan orlistat sangat
kecuali total kalori jugaberkurang. Ketikan asupan lemak berguna.
dikurangi, prioritas harus diberikan untuk mengurangi Sibutramine ditambah diet rendah kalori dan aktivitas
lemak jenuh. Hal tersebut bermaksud untuk menurunkan fisik terbukti efektif menurunkan berat badan dan
konsentrasi kolesterol-LDl. mempertahankannya. Dengan pemberian sibutramine
dapat muncul peningkatan tekanan darah dan denyut
Aktivitas fisik. Peningkatan aktivitas fisik merupakan j antung.Sibutramine sebaiknya tidak diberikan pada pasien
komponen penting dari program penurunan berat badan;
dengan riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner, gagal
walaupun aktivitas fisik tidak menyebabkan pemrrunan jantung kongestif, at'rtmia atau riwayat strok.
berat badan lebihbanyak dalamjangka waktu enam bulan.
Orlistat menghambat absorpsi lemak sebanyak 30
Kebanyakan penurunan berat badan terjadi karena persen. Dengan pemberian orlitas, dibutuhkan penggantian
pemmnan asupan kalori. Aktivitas fisik yang lama sangat
vitamin larut lemak karena terjadi malabsorpsi parsial.
membantu pada pencegahan peningkatan berat badan.
Semua pasien harus dipantau untuk efek samping yang
Keuntungan tambahan aktivitas fisik adalah terjadi timbul. Pengawasan secara berkelanjutan oleh dokter
pengurangan risiko kardiovaskular dan diabetes lebih
dibutuhkan untuk mengawasi tingkat efikasi dan
banyak dibandingkan dengan pengurangan berat badan
keamanan.
tanpa aktivitas frsik saja.
Aktivitas fisik yang berdasarkan gaya hidup cenderung Terapi bedah. Terapi bedah merupakan salah satu pilihan
lebih berhasil menurunkan berat badan dalam jangka untuk menurunkan berat badan. Terapi ini hanya diberikan
panjang dibandingkan dengan program latihan yang kepada pasien obesitas berat secara klinis dengan BMI
terstruktur. > 40 atau > 35 dengan kondisi komorbid. Terapi Bedah ini
Untuk pasien obese, terapi harus dimulai secara harus dilakukan sebagai altematif terakhir untuk pasien
perlahan, dan intensitas sebaiknya ditingkatkan secara yang gagal dengan farmakoterapi dan menderita komplikasi
bertahap. Latihan dapat dilakukan seluruhnya pada satu obesitas yang ekstrem.
saat atau secara bertahap sepanjang hari. Bedah Gastrointestinal (restriksi gastrik lbanding
Pasien dapat memulai aktivitas fisik dengan berjalan vertical gastricf atau bypass gastric (Roux-en Y) adalah
1982 METABOLIKEIYDOKRIN

suatu intervensi penurunan berat badan pada subyek yang and Dutch Caucasians. Eur J Clin Nutr 1998;52:779.
bermotivasi dengan risiko operasi yang rendah. Han I Richmond P, Avenell A, et al: Waist circumference reduction
Suatu program yang terintegrasi harus dilakukan baik and cardiovascular benefits during weight loss in women. Int J
Obes Relat Metab Disord 1997;21:127.
sebelum maupun sesudah untuk memberikan panduan diet,
Han T, Seidell J, Cunall J, et a1: The influences of height and age on
aktivitas fisik, dan perubahan perilaku serta dukungan waist circumference as an index of adiposity in adults. Int J Obes
sosial. Relat Metab Disord 1997;21:83.
Heo Y, Claycombe K, Jones B, et al: Effects of fatty (fa) allele and
high-fat diet on adipose tissue leptin and lipid metabolism. Horm
REFERENSI Metab Res 2002;34:686.
Heymsfield S, Hoffman D, Testolin C, et al: Evaluation of human
adiposity. 1n Bjorntorp P (ed): International textbook of
Assimacopoulos-Jeannet F, Brichard S, Rencurel F, et al: In vivo
obesity. New York: John Wiley & Sons, Ltd; 2001. p. 85
effects of hyperinsulinemia on lipogenic enzymes and glucose
Indriyanti R, Harijanto T: Optimal cut-off value for obesity: using
transporter expression in rat liver and adipose tissues. Metabo-
anthropometdc indices to predict atherogenic dyslipidemia in
lism 44:228, 1995
Indonesian population. : ljokroprawiro A, Soegih R, Soegondo
BaiY, Zhatg S, Kim K, et al: Obese gene expression altbrs the
S, et al (eds): 3rd National Obesity Symposium (NOS III) 2004.
ability of 30A5 preadipocytes to respond to lipogenic hor-
Jakarta: Himpunan Studi Obesitas Indonbsia (HISOBI), 2004,
mones. J Biol Chem 1996;271:13939,
Boden G, Chen X, Capulong E, et al: Effects of free fatty acids on Vol 3, p. I
gluconeogenesis and autoregulation of glucose production in Inoue S, Zimmet P: The Asia-Pacifik perspective, redefining
type 2 diabetes. Diabetes 2001;50:810, obesity and its treatment. Australia: Health communications
Bray G: Contemporary diagnosis and management of obesity. Health Australia Pty limited on behalf of the steering commitee, 2000
Care CO 1998; I:6,
Kakuma T, Lee Y, Higa M, et al: Leptin, lroglitazone, and the
expression of sterol regulatory .l"msff [inding proteins in liver
Bray G: Historical framework for the development of Ideas about
and pancreatic islets. Proc Natl Acad Sci U S A 2000;97:8536.
obesity. 1n Bray GA, Bouchard C (eds): Handbook of Obesity,
Etiology and Pathophysiology. New York: Marcel Dekker Inc; Kopelman P: Obesity bs a medical problem. Nature 404:635,.2,000
2004, p. I Lane M, Flores-Riveros J, Hresko R, et al: Insulin-receptor tyrosine
Carey D: Abdominal obesity. Curr Opin Lipidol 1998;9;35. kinase and glucose transport. Diabetes Care 1990;13:565.
Carpentier A, Mittelman S, Bergman R, et al: Prolonged elevation Lang T, Ducimetiere P, Arveiler D, et al: Incidence, case fatality,
of plasma free fatty acids impairs pancreatic beta-cell function risk factors of acute coronary heart disease and occupational
in obese nondiabetic humans but not in individuals with type 2 categories in men aged 30-59 in France. Int J Epidemiol
diabetes. Diabetes 2000 ;49 :399. ,1997;26:47 .

Corry D, Tuck M: Selective aspects of the insulin resistance syn- Laws A: Free fatty acids, insulin resistance, and lipoprotein metabo-
drome. Curr Opin Nephrol Hypertens 2001;10:507. lism. Curr Opin Lipidol 1996;7:172.
Despres J, Prud'homme D, Pouliot M, et al: Estimation of deep Lean M, Han ! Morrison C: Waist circumference as a measure for
abdominal adipose-tissue accumulation from simple anthropo- indicating need for weight management. Bmj 1995;311:158.
metric measurements in men. Am J Clin Nutr 199I;'54l.471. Leyva F, Godsland I, Ghatei M, et al: Hyperleptinemia as a compo-
Deurenberg P, Yap M, van Staveren W: Body mass index and per- nent of a metabolic syndrome of cardiovascular risk. Arterioscler
cent trcrl. f'at: a meta analysis among different ethnic groups. Thromb Vasc Biol 1998;18:928,
Int J Obes Relat Metab Disord 1998;22:1164, Lonnqvist F, Thome A, Large V, et al: Sex differences in visceral fat
Etherton T: The biology of somatotropin in adipose tissue growth lipolysis and metabolic complications of obesity. Arterioscler
and nutrient partitioning. J Nutr 2000;130:2623. Thromb Vasc Biol 1997;17:1472.
Executive summary of the third report of the national cholesterol Lukito B, Sumual A, Pandelaki K: Konsentrasi leptin serum pada
education program (NCEP) expert panel on detection, evalua- suku Minahasa yang obes dan hubungannya dengan resistensi
tion, and treatment of high blood cholesterol in adults (adult insulin. In: Buku abstrak KONAS VI Perkeni. Medan: PERKENI
treatment panel III). lama 2001;285:2486. MEDAN, 2OO3
Faraj M, Havel P, Phelis S, et al: Plasma acylation-stimulating pro- Marin P, Andersson B, Ottosson M, et al: The morphology and
tein, adiponectin, leptin, and ghrelin before and after weight metabolism of intraabdominal adipose tissue in men. Metabo-
loss induced by gastric bypass surgery in morbidly obese sub- lism 1992;41:1242.
jects. J Clin Endocrinol Metab 2003;88:1594. McGarvey S, Forrest W, Weeks D, et al: Human leptin locus (LEP)
Foretz M, Guichard C, Ferre P, et al: Sterol regulatory element alleles and BMI in Samoans. Int J Obes Relat Metab Disord
binding protein-lc is a major mediator of insulin action on the 2002:26:783.
hepatic expression of glucokinase and lipogenesis-related genes. Obesity: preventing and managing the global epidemic. Report of a
Proc Natl Acad Sci U S A 1999;96:12737. WHO consultation. World health organ tech rep ser 2000;894:i.
Fruhbeck G, Aguado M, Martinez J: In viho lipolytic effect of leptin Rosen E, Spiegelman B: Molecular regulation of adipogenesis. Annu
on mouse adipocytes: evidence for a possible autocrine/paracrine Rev Cell Dev Biol 2000;16:145.
role of leptin. Biochem Biophys Res Commun 1997;240:590. Seidell J, Oosterlee A, Deurenberg P, et al: Abdominal fat depots
Goodpaster B, Thaete F, Simoneau J, et al: Subcutaneous abdominal measured with computed tomography: effects of degree of obe-
fat and thigh muscle composition predict insulin sensitivity sity, sex, and age. Eur J Clin Nutr 1988;42:805.
independently of visceral fat. Diabetes 1997;46:1579. Siegrist-Kaiser C, Pauli V, Juge-Aubry C, et al: Direct effects of
Gurrici S, Hartriyanti Y, Hautvast J, et al: Relationship between leptin on brown and white adipose tissue. J Clin Invest
body fat and body mass index: differences between Indonesians 1997;100:2858.
oBESTXAS 1983

Sniderman A, Cianflone K, Amer P, et al: The adipocyte, fatty acid Waspadji S: Kegemukan: risiko untuk berbagai penyakit dan
trapping, and atherogenesis. Arterioscler Thromb Vasc Biol pengelolaannya, in Pusat Diabetes dan Lipid, Sub-bag Metab-
1998;18:147. Endo, Bag IPD FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo. Jakarta.
Sniderman A, Maslowska M, Cianflone K: Of mice and men (and 1982, p. I
women) and the acylation-stimulating protein pathway. Curr Waspadji S, Soewondo P, Suyono S, et a1: Obesitas berdasarkan tebal
Opin Lipidol 2000;ll:291. lemak bawah kulit pada pasienhiperlipidemia. In: Waspadji S,
Soukas A, Cohen P, Socci N, et al: Leptin-specific pattems of gene Suyono S, Sukardji K (eds): Pengkajian status gizi. Studi
expression in white adipose tissue. Genes Dev 2000;14:963. epidemiologi. Jakarta: Balai penerbit FKUI; 1993
Subekti I, Yunir E, Soebardi S, et al: Studi prevalensi DM dan faktor Waspadji S, Suyono S, Soewondo P, et al: Pengkajian diet pada
risiko yang berhubungan di desa Abadi Jaya Depok. In Buku pasienpenyakit jantung koroner. In: Waspadji S, Suyono S,
abstrak KONAS VI Perkeni. Medan: PERKENI MEDAN; 2003 Sukardji K (eds): Pengkajian status gizi. studi epidemiologi.
Teglund S, McKay C, Schuetz E, et al: Stat5a and Stat5b proteins Jakarta: Balai penerbit FKUI; 2003
have essential and nonessential, or redundant, roles in cy'tokine Wijaya A: Leptin, TNF-cx, dan reseptor adrenergik-b3, peranannya
responses. Cell 1998;93:841. pada obesitas dan resistensi insulin. Forum Diagnosticum 1997;
van Baak M: The peripheral sympathetic nervous system in human Suppl 2:1,
obesity. Obes Rev 2001;2:3.
Wang M, Lee Y, Unger R: Novel form of lipolysis induced by leptin.
J Biol Chem 1999;274:l'7541.
310
DISLIPIDEMIA
lohn MF. Adam

LIPID DAN LIPOPROTEIN protein berbentuk sferik dan mempunyai inti trigliserid dan
kolesterol ester dan dikelilingi oleh fosfolipid dan sedikit
Di dalam darah kita ditemukan tiga jenis lipid yaitu kolesterol bebas. Apoprotein ditemukan pada permukaan
kolesterol, trigliserid, dan fosolipid. Oleh karena sifat lipid lipoprotein (Gambar 1)
yang susah larut dalam lemak, maka perlu dibuat bentuk Setiap lipoprotein berbeda dalam ukutan, derlsitas,
yang terlarut. Untuk itu dibutuhkan suatu zat pelarut yaitu komposisi lemak, dan komposisi apoprotein. Dengan
suatu protein yang dikenal dengan nama apolipoprotein menggunakan ultrasentrifusi, pada manusia dapat
atau apoprotein. Pada saat ini dikenal sembilan jenis dibedakan enam jenis lipoproteisn yaifi l-high-density
apoprotein yang diberi nama secara alfabetis yaitu Apo lipoprotein (HDL), low-density lipoprotein (LDL),
A, Apo B, Apo C, dan Apo E. Senyawa lipid dengan intermediate-density lipoprotein (IDL), very low density
apoprotein ini dikenal dengan nama lipoprotein. Setiap lipoprotein (VLDL), kilomikron, dan lipoprotein a kecil
jenis lipoprotein mempunyai Apo tersendiri. Sebagai (Lp(a) (Tabel 2).
contohuntukVlDl, IDL, dan LDL mengandungApo 8100,
sedang Apo B48 ditemukan pada kilomikron. Apo A I , Apo
42, danApo ditemukan terutama pada lipoprotein HDL
,A.3 METABOLISME LIPOPROTEIN
dan kilomikron (Tabel 1)
Setiap lipoprotein akan terdiri atas kolesterol (bebas Metabolisme lipoprotein dapat dibagi atas tiga jalur yaitu
atau ester), trigliserid, fosfolipid, dan apoprotein. Lipo- jalur metabolisme eksogen, jalur metabolisme endogen, dan

Apolipoprotein Massa Lipoprotein Fungsi Metabolik


Molekul
Apo Al 28.016 HDL, Kilomikron Komponen struktural HDL; aktivator LCAT
Apo All 17.414 HDL, Kilomikron Belum diketahui
Apo AIV 46.465 HDL, Kilomikron Belum diketahui: mungkin sebagai fasilitator transfer Apo lain antara HDL
dan kilomikron
Apo B48 264.000 Kilomikron Dibutuhkan for assembly dan sekresi kilomikron dari usus halus
Apo 8100 540.000 VLDL, lDL, LDL Dibutuhkan for assembly dan sekresi VLDL dari hati, struktur protein dari
VLDL, lDL, LDL; ligand untuk reseptor LDL
Apo Cl 6630 Kilomikron, Dapat menghambat ambilan hati terhadap LDL lDL, LDL, kilomikron dan
VLDL, IDL, LDL remnant VLDL
Apo Cll 8900 Kilomikron, Aktifator enzim lipoprotein lipase
VLDL, IDL, HDL
Apo Clll 8800 Kilomikron, LDL, lnhibitor enzim lipoprotein lipase; dapat menghambat ambilan
kilomikron,VlDl, lDL, HDL, dan VLDL di hati
Apo E 34.145 Kilomikron, LDL, Ligand untuk beberapa lipoprotein dari reseptor LDL, LRP, dan kemungkinan
VLDL, lDL, HDL terhadap apo E reseDtor hati lain
Dikutipdari.GinsbergHN,GoldberglJ.Disordersof lipoproteinmetabolism Principlesof internal medicinel4th. lnternational edition Harrison's1998; 2:
2138 -2152

1984
DISLIPIDEMIA 1985

asam lemak bebas (free fatty acid (FFA) : non-esterified


fatty acid (NEFA). Asam lemak bebas dapat disimpan
sebagai trigliserid kembali di jaringan lemak (adiposa),
tetapi bila terdapat dalam jumlah yang banyak sebagian
akan diambil oleh hati menjadi bahan untuk pembentukkan
trigliserid hati. Kilomikron yang sudah kehilangan sebagian
besar trigliserid akan menjadi kilomikron remnant yang
mengandung kolesterol ester dan akan dibawa ke hati.

JALUR METABOLISME ENDOGEN

Trigliserid dan kolesterol yang disintesis di hati dan


disekresi ke dalam sirkulasi sebagai lipoprotein VLDL.
Apolipoprotein + Lipid = Lipoprotein Apolipoprotein yang terkandung dalam VLDL adalah
apolipoprotein B 100. Dalam sirkulasi, trigliserid di VLDL
Gambar 1. Bentuk Suatu Lipoprotein. (Feher MD, Richmond W. akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase
Lipoproteins: structure and function. ln: Lipids and Lipid Disorders
(LPL), dan VLDL berubah menjadi IDL yang juga akan
2nd ed. Bayer. 1996, 6 - 13)
mengalami hidrolisis dan berubah menjadi LDL. Sebagian
jalur reverse cholesterol transport. Kedua jalur pertama dari VLDL, IDL, dan LDL akan mengangkut kolesterol
berhubungan dengan metabolisme kolesterol-LDl dan ester kembali ke hati. LDL adalah lipoprotein yang paling
trigliserid, sedang jalur reverse chlesterol transport banyak mengandung kolesterol. Sebagian dari kolesterol
khusus mengenai metabolisme kolesterol-HDl. di LDL akan dibawa ke hati dan jaringan steroidogenik
lainnya seperti kelenjar adrenal, testis, dan ovarium yang
mempunyai reseptor untuk kolesterol-LDl. Sebagian lagi
Jalur Metabolisme Eksogen dari kolesterol-LDl akan mengalami oksidasi dan ditangkap
Makanan berlemak yang kita makan terdiri atas trigliserid oleh reseptor scavenger-A (SR-A) di makrofag dan akan
dan kolesterol. Selain kolesterol yang berasal dari makanan, menjadi sel busa (foam cell). Makin banyak kadar
dalam ususjuga terdapat kolesterol dari hati yang diekskresi kolesterol-LDl dalam plasma makin banyak yang akan
bersama empedu ke usus halus. Baik lemak di usus halus mengalami oksidasi dan ditangkap oleh sel makrofag.
yang berasal dari makanan maupun yang berasal dari hati Jumlah kolesterol yang akan teroksidasi tergantung dari
disebut lemak eksogen. Trigliserid dan kolesterol dalam kadar kolesterol yang terkandung di LDL. Beberapa
usus halus akan diserap ke dalam enterosit mukosa usus keadaan mempengamhi tingkat oksidasi seperti:
halus. Trigliserid akan diserap sebagai asam lemak bebas . Meningkatnya jumlah LDL kecil padat (small dense
sedang kolesterol sebagai kolesterol. Di dalam usus halus LDL) seperti pada sindrom metabolik dan diabetes
asam lemak bebas akan diubah lagi menjadi trigliserid, melitus
sedang kolesterol akan mengalami esterifikasi menjadi . Kadar kolesterol-HDl, makin tinggi kadar kolesterol-
kolesterol ester dan keduanya bersama dengan fosfolipid HDL akan bersifat protektif terhadap oksidasi LDL.
dan apolipoprotein akan membentuk lipoprotein yang
dikenal dengan kilomikron.
Kilomikron ini akan masuk ke saluran limfe dan akhimya Jalu r Revers e C holesterol Tra n spott

melalui duktus torasikus akan masuk ke dalam aliran darah. HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolesterol
Trigliserid dalam kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh yang mengandung apolipoprotein (apo) A, C dan E; dan
er:zim lipoprotein lipase yang berasal dari endotel menjadi disebut HDL r ascent. HDL nascent berasal dari usus halus

Apolipoprotein menurut
Densitas Lipid utama Diameter
urutan yang terpenting
HDL 1.21-1.063 Kolesterol ester 7.5-'10.5 A-1, A-il, C, E
LDL 1.063-'1.019 Kolesterol ester 21.5 B-1 00
IDL 1 .019-1 .006 Kolesterol ester, trigliserid 25-3 B-100, C dan E
VLDL < 1.006 Trigliserid 39-1 00 B-100, c, E
Kilomikron < 1,006 Trigliserid 60-500 B-48, C, E, A-1, A-ll, A-lV
Lp (a) 1.04-1.08 Kolesterol ester 21-30 B-100, Lp (a)
Dikutip dari: l/alloy MJ, Kane JP. Disorder of lipoprotein metabolism. Greenspan FS, Gardner DG (eds). Basic and
clinical endocrinology. 7th ed., 2004; 766-793
1986 METABOUKENDOKRIN

fungsi HDL sebagai "penyerap" kolesterol dari makrofag


mempunyai dua jalur yaitu langsung ke hati dan jalur tidak
langsung melalui VLDL dan IDL untuk membawa
kolesterol kembali ke hati.
Pada gambar 4 diperlihatkan keseluruhan jalur

- Reseptor LDL
Scavenger reptor-A / CD 36
i.,
t: ABC-1
( SRB-1

-+Tinja
Gambar 2. Jalur metabolisme eksogen. (Dikutip dari: Shepherd
J. Eur Heart J Supplements 2001;3(Suppl E):E2-E5)
Gambar 4. Jalur reverse cholesterol transpoti. (Dikutip dari,
Kwiterovich PO, Jr.. Am J Cardiol 2000; 86: 5L - 101)
ReseptorLDL
-
.. Adenosine triphosphate - binding
i i Cassette transporter-1(ABC-1)

Gambar 3. Jalur metabolisme endogen. (Dikutip dari: Kwiterovich


PO, Jr. Am J Cardiol 2000: 86; 5L - 10 L)

Gambar 5. Jalur metabolisme lipoprotein. (Dikutip dari: Shep-


dan hati, mempunyai bentuk gepeng dan mengandung herd J Eur Heart J Supplements 2001;3(suppl E):E2-E5)
apolipoprotein A1 .T{DL nascent akanmendekati grakrofag
untuk mengambil kolesterol yang tersimpan di makrofag.
Setelah mengambil kolesterol dari makro fag, HDL nas cent metabolisme lipoprotein baik yang berasal dari eksogen,
berubah menjadi HDL dewasa yang berbentukbulat. Agar endogen, dan jalur reyerse cholesterol lransport.
dapat diambil oleh HDL nascent, kolesterol (kolesterol
bebas) di bagian dalam dari makrofag harus dibawa ke
permukaan membran sel makrofag oleh suatu transporter KLASIFIKASI DISLIPIDEMIA, DAN KADAR LIPID
yang disebut adenosine triphosphate-binding cassette NORMAL
transporter- I atau disingkat ABC- I .
Setelah mengambil kolesterol bebas dari sel makrofag, Klasif,rkasi dislipidemia dapat berdasarkan atas primer yang
kolesterol bebas akan diesterifikasi menjadi kolesterol tidak jelas sebabnya dan sekunder yang mempunyai
ester oleh enzim lecithin cholesterol acyltransferase penyakit dasar seperti pada sindroma nefrotik, diabetes
(LCAT). Selanjutnya sebagian kolesterol ester yang melitus, hipotiroidisme. Selain itu dislipidemi dapat juga
dibawa oleh HDL akan mengambil dua jalur. Jalurpertama dibagi berdasarkan profil lipid yang menonjol, seperti
ialah ke hati dan ditangkap oleh scavenger receptor class hiperkolesterolemi, hipertrigliseridemi, isolated low HDL-
B type I dikenal dengan SR-BI. Jalur kedua adalah cholestrol,dan dislipidemi campuran. Bentuk yang terakhir
kolesterol ester dalam HDL akan dipertukarkan dengan ini yang paling banyak ditemukan. Dilihat dari pemilihan
trigliserid dari VLDL dan IDL dengan bantuan choles- obat penurun lipid mungkin klasifikasi yang terakhir yang
terol ester transfer protein (CETP). Dengan demikian lebih tepat.
1987
DISIJPIDEMIA

Kapan disebut lipid normal, sebenamya sulit dipatok


pada satu angka, oleh karena normal untuk seseorang
belum tentu normal untuk orang lain yang disertai faktor Umur pria > 45 tahun dan wanita > 55 tahun
risiko koroner multiple (lihat bawah)' Walaupun demikian Riwayat keluarga PAK dini yaitu ayah usia < 55 tahun dan ibu
< 65 tahun
National Cholesterol Education Program Adult Panel III Kebiasaan merokok
(NCEP-ATP III) telah membuat satu batasan yang dapat Hipertensi (> 140/90 mmHg atau sedang mendapat obat
antihipertensi) Kolesterol HDL rendah (< 40 mg/dl)-
dipakai secara umum tanpa melihat faktor risiko koroner
seseorang (Tabel 3). i: Executive summary of the of the National
Education Program (NCEP) el on Detection,
and Treatment of High blood in Adults (Adult
Treatment Panel lll). JAMA 2001; 285:2486-2497
* Kolesterol HDL > 60 mg/dl, mengurangi satu faktor risiko

Klasifikasi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL,


dan trigliserid menurut NCEP ATP lll 2001 mg/dl
Kolesterol total
< 200 Optimal
200 -239 Diinginkan Sasaran Kolesterol
> 240 Tinggi Kategori Risiko LDL (ms/dl)
Kolesterol LDL < 100
< 100 Optimal Risiko tinggi
Mendekati optimal a) Mempunyai riwaYat PAK dan
-
100 129
b) Mereka yang disamakan
-
130 159 Diinginkan
Tinggi dengan PAK
-
160 189
- Diabetes melitus
> 190 Sangat tinggi
Kolesterol HDL
- Bentuk lain PenYakit
aterosklerotik Yaitu strok,
<40 Rendah penyakit arteri Perifer,
>60 Tinggi
aneurisma aorta
Trigliserid abdominalis
< 150 Optimal - Faktor risiko multipel (> 2 < 130
Diinginkan < 160
150 - 199 risiko) yang diPerkirakan
200-499 Tinggi dalam kurun waktu 10
> 500 Sangat tinggi tahun memPunYai risiko

' lH[:l'JliJ.
in Adults (Adult
PAK> 20%
Risiko multipel (> 2 faktor risiko)
Risiko rendah (0 't faktor risiko)
-
Treatment Panel lll). JAMA 2001; 285'.2486-2497 :
D the National
6 I on Detection,
5 in Adults (Adult
FAKTORRISIKO KORONER Treatment Panel lll). JAMA 2001; 285:2486-2497
PAK = Penyakit arteri koroner
DAN MENENTUKAN RISIKO SESEORANG

Langkah pertama untuk pencegahan penyakit arteri


OBAT UNTUK DISLIPIDEMIA
koroner ialah menentukan seberapa banyak faktor risiko
yang dimiliki seseorang (selain kadar kolesterol LDL) untuk
Pada saat ini dikenal sedikitnya 6 jenis obat yang dapat
menentukan sasaran kadar kolesterol LDL yang akan
memperbaiki profil lipid serum yaittt b ile acid s equestran,
dicapai. National Cholesterol Education Programme, Adult
HMG-CoA reductase inhibitor (statin), deivat asam fibrat,
Panel Treatment III (NCEP-ATP III) telah menetapkan
asam nikotinik, ezetimibe, dan asam lemak omega-3. Selain
faktor risiko selain kolesterol LDL yang digunakan untuk
obat tersebut; pada saat ini telah dipasarkan obat kombinasi
menenhrkan sasaran kadarkolesterol LDL yang diinginkan
dua jenis penunrn lipid dalam satu tablet seperti Advicor
pada orang dewasa > 20 tahun (Tabel 4)'
(lofastatin dan niaspan), Vytorin (simvastatin dan
ezetimibe).
Tiga Kelompok Risiko Penyakit Arteri Koroner
Berdasarkan banyaknya faktor risiko di atas yang
ditemukan pada seorang pasien, maka NCEP - ATP III BileAcid Sequestrants
membagi tiga kelompok risiko penyakit arteri koroner yaitu Terdapat tiga jenis bile acid sequestrans yaittt
mereka dengan risiko tinggi, risiko sedang, dan risiko cholestyramin, colestipol, dan colesevelam' Obat ini tidak
rendah. Berbeda dengan NCEP-ATP II' mereka yang diserap diusus, danbekerja mengikat asam empedu di usus
tergolong risiko tinggi dimasukkan juga kelompok yang halus dan akan dikeluarkan dengan tinja. Dengan demikian
disamakan dengan penyakit arteri koroner yaitu diabetes asam empedu yang kembali ke hati akan menurun, hal ini
melitus, mereka dengan risiko multiple yang diperkirakan akan memacu hati memecahkan kolesterol lebih banyak
dalam l0 tahun mempunyai risiko PAK > 20 yo (Tabel 5). untuk menghasilkan asam empedu yang dikeluarkan ke
1988 MEIABOLIKENDOKRIN

usus. Akibatnya kolesterol darah akan lebih banyak ditarik


ke hati sehingga kolesterol serum menurun.
Dosis untukkolestiramin adalah 8 16 g,/hari, kolestipol
-
10-20 grhari (keduanya dalam bentuk granul), dan6,5 gl
hari kolesevelam. Obat golongan resin ini dapat
menurunkan kadar kolesterol-LDl sebesar 15
-30%o1 . Obat
ini digunakan untuk pasiendengan hiperkoleterolemi saja
(isolated high hypercholesterolaemia). Sejak
diperkenalkannya obat HMG-CoA reductase inhibitor,
obat bile acid sequestrarets semakin jarang digunakan.

HM G -CoA Reducfase In h ib ito r


Pada saat ini telah dipasarkan enam jenis yaitu lofastatin,
simvastatin, pravastatin, fluvastatin, atrovastatin, dan
rosuvastatin. Obat ini bekerj a mencegah k erja err;im HMG- Gambar 7. Mekanisme kerja HMG-CoA reductase inhibitor.
(Betterridge DJ and Morretl JM. Lipid lowering drugs. In
CoA reductase yaittt suatu enzim di hati yang berperan
Clinician's Guide to lipid and coronary Heaft Disease. 2nd ed,
pada sintesis kolesterol. Dengan menurunnya sintesis 2003; 208 - 235)
kolesterol di hati akan menurunkan sintesis Apo 8100,
disamping itu meningkatkan reseptorLDL pada permukaan kerjanya memecahkan trigliserid. Selain menurunkan kadar
hati. Dengan demikian kadar kolesterol-LDl darah akan trigliserid, obat ini juga meningkatkan kadar kolesterol-
ditarik ke hati, hal mana akan menurunkan kadar kolesterol- HDL yang diduga melalui peningkatan apoprotein A-I,
LDL, danjuga\ILDL. danA-II. Pada saat ini yang banyak dipasarkan di Indo-
Efek samping yang sering terjadi ialah adanya miositis nesia adalah gemfibrozil dan fenofibrat.
yang ditandai dengan nyeri otot dan meningkatrryakadar
creatin phophokinase. Efek samping yang paling Asam Nikotinik
ditakutkan adalah terjadinya rhabdomyolisis yang dapat Asam nikotinik merupakan obat penurun lipid yang
mematikan. Efek samping tainnya ialah te{adinya gangguan pertama kali dipekenalkan. Oleh karena bentuk yang lama
fungis hati. OIeh karena itu penting sekali untuk memantau yaitu asam nikotinik serap cepat mempunyai efek samping
fungsi hati. Tampaknya ada korelasi antara efek samping cukup banyak, maka obat ini tidak banyak dipakai. Dengan
dengan dosis obat, makin tinggi dosis makin besar diperkenalkannya asam nikotinik yang lepas lambat
kemungkinan terjadinya efek samping obat. (Niaspan) sehingga absorpsi di usus berjalan lambat, maka
efek samping menjadi lebih kurang.
Derivat Asam Fibrat Obat ini diduga bekerja menghambat enzim hormone
Terdapat empat jenis yaitu gemfibrozil, bezafrbrat, sensitive lipase di jainean adiposa, dengan demikian akan
ciprohbrat, dan fenofibrat. Obat ini menurunkan trigliserid mengurangi jumlah asam lemak bebas. Diketahui bahwa
plasma, selain menurunkan sintesis trigliserid di hati. Obat asam lemak bebas ada dalam darah sebagian akan
ini bekerja mengaktifkan enzim lipoprotein lipase yang ditangkap oleh hati dan akan menjadi sumber
pembentukkan VLD. Dengan menurumya sintesis VLDL
di hati, akan mengakibatkan penunrnan kadar trigliserid,
Tanpa obat Asam empedu berkurang dan juga kolesterol-LDl di plasma. Pemberian asam
nikotinik temyata juga meningkatkan kadar kolesterol-
HDL bahkan merupakan obat yang terbaik untuk
meningkatkan kolesterol-HDl. Oeh karena menurunkan
trigliserid, menurunkan kolesterol-HDl, dan meningkatkan
kolesterol-HDl maka disebut juga sebagai broad
spectrum lipid lowering agent.
Efek samping yang paling sering terjadi adalahflush-
ing yaitu perasaan panas pada muka bahkan di badan.
Unfuk mencegah hal tersebut, pada penggunaan asam
nikotinik sebaiknya dimulai dengan dosis rendah kemudian
ditingkatkan, misalnya selama satu minggu 375 mglhari
kemudian dtingkatkan secara bertahap sampai mencapai
Gambar 6. Mekanisme kerja resin. (Betterridge DJ and Morrelt
JM. Lipid lowering drugs. ln Clinician's Guide to lipid and dosis maksiak sekitar 1500-2000 mg,4rari. Dengan asam
coronary Heart Disease. 2nd ed, 2003; 208 - 235\ nikotikin yang baru yaitu lepas lambat Q.{iaspan) efek
DISLIPIDEMIA
1989

samping sangat berkuiang. Hasil yang sangat baik PENAf,ALAKSANAAN


didapatkan bila dikombinasikan dengan golongan HMG-
CoA reductase inhibitor. Sudah disebut di atas, langkah awal penatalaksanaan
dislipidemi harus dimulai dengan penilaian jumlah faktor
risiko koroner yang ditemukan pada pasientersebut (rlst
Ezetimib assesment) untuk menenfukan sasaran kolesterol - LDL
Ezetimib tergolong obat penurun lipid yang terbaru dan yang harus dicapai. Penatalaksanaan dislipidemi terdiri atas
bekerj a sebagai penghambat selektif penyerapan kolesterol penatalaksanaan non-farmakologis dan penggunaan obat
baik yag berasal dari makanan maupun dari asam empedu penurun lipid. Pada Gambar 8 diperlihatkan langkah-
di usus halus. Pada umumnya obat ini tidak digunakan langkah yang harus dilakukan dalam mengambil keputusan
secara tunggal, tetapi dikombinasikan dengan obat apakah seseorang harus mendapat obat atau tidak.
penurun lipid lain misalnya HMG-CoA reductase Dianjurkan agar pada semua pasiendislipidemi harus
inhibitor. dimulai dengan pengobatan non-farmakologis terlebih
dahulu, baru dilanjutkan dengan pemberian obat penurun
lipid. Pada umumnya pengobatan non-farmakologis
Asam Lemak Omega -3 dilakukan selama tiga bulan sebelum memutuskan untuk
Minyak ikan, kaya akan asam lemak omega -3 yaitu asam menambahkan obat penurun lipid. Pada keadaan tertentu
eicosapentaenoic (EPA) dan asam docasahexaenoic pengobatan non-farmakologis dapat bersamaan dengan
(DHA). Minyak ikan menurunkan sintesiss VLDL. pemberian obat (Tabel 7).
Dengan demikian dapat juga menurunkan kadal.kolesterol.
Obat ini dipasarkan dalam bentuk kapsul dengan dosis
yang tergantung dari jenis asam lemak omega - 3. PENATALAKSANAAN NON - FARMOKOLOGI
Dosis obat tergantung dari jenis kombinasi asam lemak.
Sebagai contoh Maxepa yang terdiri atas 18olo asam Penatalaksanaan non farmokologis dikenal juga dengan
-
eicosapentaenoic dan l2%o asam docasahexaenoic namaperubahan gayahidup, meliputi terapi nutrisi medis,
diberikan dengan dosis 10 kapsul sehari. aktivitas fisik, serta beberapa upaya lain seperti hentikan

Jenis Cara kerja Lipoprotein Dosis Efek samping

Bile acid- Menghambat sirkUlasi J LDL-C 2O-3OYO Kolestiramin 8-12 g Obstipasi, mual, perut tidak
sequestran enterohepatik asam t ttoL-c, and Dua atau tiga kali enak,
t
empedu; Sintesis TG Pemberian
asam empedu dan Kolestipol 10-15 g
resptor LDL Dua atau tiga kali
pemberian
HMG-CoA J Sintesis kolesterol J lol-c zs-+o Lovastatin 10-80mg/dl Gangguan fungsi hati, miositis
reductase t Reseptor LDL Yo Pravastatin 10-40mg/dl
inhibitors J vlol Simvastatin 5-40m9/dl
Fluvastatin 20-40mg/dl
Atorvastatin 10-80m9/dl
Rosuyastatin 10-20 mg
Derivat asam t t
LPL dan hidrolisis Itc 2s-40 Yo Gemfibrozil 600 '1200 mg
- Mual, gangguan fungsi hati,
fibrat TG t or J Lot-c Fenofibrat 160 mg miositis
J Sintesis VLDL t Hol
t Katabolisme LDL
Asam nikotinik J Sintesis VLDL J Trigliserida Niasin 50-100 mg tiga kali Flushing, takikardia, gatal,
dan LDL 25-85 o/o pemberian,kemudian mual, diare, hiperurisemia, ulkus
J vlol-c zs- tingkatkan 1.0-2.5 g tiga kali peptik, intoleransi glukosa,
35 Yo pemberian gangguan fungsi hati
J LDL-c 2s-4o\o
HDL mungkin t
Ezetimibe J Absorpsi kolesterol J lol-c to- 10 mg / hari
Sakit kepala, Nyeri perut, dan
di usus halus 1lYo diare
Asam lemak J 50 -60% pada Mua
omega 3
J Sintesis VLDL hiper TG berat
Dikutip dari Ginsberg HN, Goldberg lJ. Disorders of lipoprotein metabolism. Harrison's Principles of internal medicine 14th

lnternational edition. 1998; 2: 2138 - 2152. (dengan modifikasi)


1990 MEDABOLIKENDOIRIN

Kelompok Sasaran Kadar kolesterol LDL Kadar kolesterol LDL dimana perlu
risiko kolesterol dimana harus mulai dipertimbangkan pemberian obat
LDL (mg/dl) perubahan gaya hidup
PAK atau yang Kadar kolesterol LDL di mana perlu
< 100 > 100
disamakan PAK dipertimbangkan pemberian obat
> 2 faktor risiko 10 tahun risiko 10 - 20 o/o '. > 130
< 130 > 130
10 tahun risiko < 10 %o: > 160
0-lfaktorrisiko < 160 > 160 > 190 ('160-189 pemberian obat opsional)
Dikutip dari: Penatalaksanaan dislipidemia. Buku petunjuk praktis penatalaksanaan dislipidemia. Perkumpulan Endokrinologi
lndonesia. 2OO5;5 - 14

Makanan Asupan yang dianjurkan


Total lemak 20 - 25 % dari kalori total
- lemakjenuh < 7 o/o dari kalori total
- lemak PUFA sampai 10 % dari kalori total
- lemak MUFA sampai 10 7o dari kalori total
Karbohidrat 60 % dari kalori total (terutama
karbohidrat kompleks)
menentukan sasaran
Serat 30 gr per hari
Protein sekitar 15 % dari kalori total
Kolesterol < 200 mg / hari
Dikutip dari: Penatalaksanaan dislipidemia. Buku petunjuk praktis
penatalaksanaan dislipidemia. Perkumpulan Endokrinologi lndonesia
sasaran kolesterol -LDL 2005i 5 - 14

0-1 raga disesuaikan dengan kemampuan dan kesenangan


Faktor risiko pasien, selain itu agar berlangsung terus menerus.

Gambar 8. Urutan penatalaksanaan dislipidemia (PAK = Penyakit


arteri koroner)
PENATALAKSANAAN FARMAKOLOGI

merokok, menurunkan berat badan bagi mereka yang Apabila gagal dengan pengobatan non-farmakologis maka
gemuk, dan mengurangi asupan alkohol. harus dimulai dengan pemberian obat penurun lipid. NCEP-
AIP III menganjurkan sebagai obat pilihan pertama adalah
golongan HMG-CoA reductase inhibitor, oleh karena
Terapi Nutrisi Medis
sesuai dengan kesepakatan kadar kolesterol-LDL
Selalu merupakan tahap awal penatalaksanaan seseorang
merupakan sasaran utama pencegahan penyakit arteri
dengan dislipidemi, oleh karena itu disarankan untuk
koroner. Pada keadaan dimana kadar trigliserid tinggi
berkonsulatsi dengan ahli gizi. Pada dasarnya adalah misalnya > 400 mgldl makaperlu dimulai dengan golongan
pembatasan jumlah kalori dan jumlah lemak. Pasiendengan
derivat asam fibrat untuk menurunkan kadar trigliserid,
kadar kolesterol LDL atau kolesterol total tinggi dianjurkan
oleh karena kadar trigliserid yang tinggi dapat
unhrk mengurangi asupan lemak jenuh, dan meningkatkan
mengakibatkan pankreatitis akut. Apabila kadar trigliserid
asupan lemak tidak jenuh rantai tunggal dan ganda (mono
sudah turun dan kadar kolesterol-LDl belum mencapai
unsaturated fatty acid: MUFA dan poly unsaturated
sasaran maka dapat diberikan pengobatan kombinasi
fatQ acid : PUFA). Pada pasiendengan kadar trigliserid
dengan HMG CoA reductase inhibitor. Kombinasi
yang tinggi perlu dikurangi asupan karbohidrat, alkohol
tersebut sebaiknya dipilih asam fibrat fenofibrat jangan
dan lemak (Tabel8).
gemfibrozil.
Dengan dikembangkannya obat kombinasi dalam satu
Aktivitas Fisik tablet(fixed dose combinatioz), makapilihan obat mungkin
Pada prinsipnya pasiendianjurkan untuk meningkatkan akan mengalami perubahan. Sebagai contoh kombinasi
aktivitas fisik sesuai dengan kondisi dan kemampuannya. lovastatin dan asam nikotinik lepas lambat (Niaspan)
Semua jenis aktivitas fisikbermanfaat, seperti jalan kaki, dikenal dengan nama Advicor telah dibuktikan jauh lebih
naik sepeda, berenang, dll. Penting sekali agarjenis olah efektifdibandingkan dengan lovastatin sendiri atau asam
DISLIPIDEIT,IIA
t99l

A 2
Jumlah faktor risiko U

Cari dan obati


Gaya hldup sehat
periksa ulang setiap 1-2 tahun atau
- periksa ulang setiap 1-2 tahun
3-5 tahun bila kol-LDL<130 mg/dl

- Teruskan di'et, olah raga


- Mulai statin
- Pertimbangkan statin

- periksa ulang setiaP 6- 12 tahun

Gambar 9. Bagan penatalaksanaan dislipidemia: A. Faktor risikoO - 1 , B. Fasktor risiko multiple > 2, dan C Faktor risiko tinggi. (Dikutip dari:

Penatalaksanaan dislipidemia. Buku petunjuk praktis penatalaksanaan dislipidemia. Perkumpulan Endokrinologi lndonesia. 2005; 5 - 14).

nikotinik sendiri dalam dosis yang tinggi. Kombinasi sensitive lipase dijaringan adipose akan menjadi aktif
simvastatin dengan ezetimibe yaitu Vytorin, ternyata sehingga lipolisis trigliserid di jaringan adiposa semakin
mempunyai efek lebih baik dibandingkan dengan meningkat. Keadaan ini akan menghasilkan asam lemak
simvastatin dosis tinggi tunggal. Obat kombinasi dalam bebas (:FFA:NEFA) yang berlebihan. Asam lemak bebas
satu tablet mungkin akan lebih banyak digunakan bagi akan memasuki aliran darah, sebagian akan digunakan
mereka dimana kadar kolesterol-LDl harus sangat rendah sebagai sumber energi dan sebagian akan dibawa ke hati
atau kadar kolesterol-HDl perlu ditingkatkan. sebagai bahan baku pembentukan trigliserid. Di hati asam
lemak bebas akan menjadi trigliserid kembali dan menjadi
bagian dari VLDL. Oleh karena itu VLDL yang dihasilkan
DISLIP!DEMIA PADA DIABETES MELITUS TIPE pada keadaan resistensi insulin akan sangat kaya akan
2 DAN SINDROMA METABOLIK trigliserid, disebut VLDL kaya trigliserid atau VLDL besar
(enriched triglyceride \rLDL : large VLDL).
Metabolisme Lipoprotein pada Resistensi Dalam sirkulasi trigliserid yang banyak di VLDL akan
lnsulin bertukar dengan kolesterol ester dari kolesterol-LDl. Hal
Diabetes melitus dan sindroma metabolik mempunyii mana akan menghasilkan LDL yang kaya akan trigliserid
kelainan dasar yang sama yaitu adanya resistensi insulin. tetapi kurang kolesterol ester (cholesterol ester depleted
Pada mereka ini, metabolisme lipoprotein sedikit berbeda LDL). Trigliserid yang dikandung oleh LDL akan
dengan mereka yang bukan resistensi insulin. Dalam dihidrolisis oleh enzim hepatic lipase (yang biasanya
keadaan normal tubuh menggunakan glukosa sebagai meningkat pada resistensi insulin) sehingga menghasilkan
sumber energi. Pada keadaan resistensi insulin, hormone LDL yang kecil tetapi padat,yang dikenal dengan LDL
1992 METABOLIKENDOKRIN

kecil padat (sz all denseLDL). Partikel LDL kecil padat ini Mengingat pada pasiendiabetes melitus dislipidemi
sifatnya mudah teroksidasi, oleh karena itu sangat disifati oleh adanya peningkatan trigliserid, menurunnya
aterogenik. Trigliserid VLDL besar juga dipertukarkan kolesterol-HDl, dan bertambahnya subfraksi kolesterol -
dengan kolesterol ester dari HDL dan menghasilkan HDL LDL kecil padat maka beberapa penelitian telah
miskin kolesterol ester tapi kaya trigliserid. Kolesterol HDL membuktikan keberhasilan asam nikotinik. Walaupun
bentuk demikian lebih mudah dikatabolisme oleh ginjal demikian perlu diingat bahwa sampai saat ini sasaran yang
sehingga jumlah HDL serum menurun. Oleh karena itu ingin dicapai untuk pencegahan penyakit kardiovaskular
pada resistensi insulin terjadi kelainan profil lipid serum adalah kadar kolesterol-LDL. Mungkin kombinasi
yang khas yaitu kadar trigliserid tinggi, kolesterol-HDl golongan asam nikotinik dengan HMG-CoA reductase
rendah dan meningkatnya subfraksi LDL kecil padat, inhibitor merupakan pilihan yang perlu dipertimbangkan.
dikenal dengan nama fenotipe lipoprotein aterogenik atau
lipid triad (Gambar 10).
REFERENSI

Colhoun HM, Betteridge DJ, Durrington PN, Hitman GA, Neil HAW,
Livingtone SJ, Thomasan MJ, Mackness M, Menys VC, Fuller
JH, on behalf of the CARDS investigators. Primary prevention
of cardiovascular disease with atorvastatin in type 2 diabetes in
the Collaborative Atorvastatin Diabetes Study (CARDS):
multicenter randomized placebo controlled trial. Lancet 2004;
364: 685 - 96.
D.J. Betterridge and Monel1 JM. Lipid lowering drugs. In: Clinician's
Guide to lipid and coronary Heart Disease. 2"d ed,2O03;2O8 - 35.
Executive summary of the third report of the National Cholesterol
Education Program (NCEP) Expert Panel on Detection, Evalu-
Gambar 10. Metabolisme lipoprotein pada resistensi insulin. ation, and Treatment of High blood Cholesterol in Adults (Adult
(Kwiterovich PO, Jr The metabolic pathways of high-density Treatment Panel III). JAMA 2001; 285: 2486-97.
lipoprotein, low-density lipoprotein, and triglycerides: A current Feher MD, Richmond W. Lipoproteins: structure and function. In:
review. Am J Cardiol 2000; 86: 5L-101) Lipids and Lipid Disorders 2"d ed. Bayer. 1996,6 - 13.
Ginsberg HN, Goldberg IJ Disorders of lipoprotein metabolism. In:
Fauci AS, Braunwald E, Isselbacher KJ, Wilson JD, Martin JB,
Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, editors. Harrison's
PENATALAKSANAAN Principles of internal medicine 14th. International edition
McGraw-Hil, Health Professions division, 1998, 2: 2138 - 52.
Penatalaksanaan tidak banyak berbeda dengan dislipidemi Kwiterovich PO, Jr. The metabolic pathways of high-density
lipoprotein, low-density lipoprotein, and triglycerides: A cur-
yaitu terdiri atas pentalaksanaan non-farmakologis dan
rent review. Am J Cardiol 2000; 86: 5L-10L.
penggunaan obat penurun lipid. Perbedaal]utama adalah Malloy MJ, Kane JP. Disorders of lipoprotein metabolism.
pada semua pasiendiabetes melitus kadar kolesterol-LDl In; Greenspan FS, Gardner DG (eds), Basic and clinical endocri-
harus < 100 mg/dl. Penelititian Heart Protection Study, nology 7'h ed, 2004, p. 766-93.
dan Collaborative Atorvastatin Diabetes Study (CARDS) MRC/ BHF Heart Protection Study of cholesterol-lowering with
telah membuktikan bahwa dengan menurunkan kadar simvastatin in 5963 people with diabetes: a randomized
kolesterol - LDL sampai mencapai 70 mgldl akan lebih placebo-controlled trial. Lancet 2003; 36I : 2005-16.
Penatalaksanaan dislipidemia. Buku petunjuk praktis
bermanfaat. Oleh karena itu untuk pencegahan penyakit
penatalaksanaan dislipidemia. Perkumpulan Endokrinologi
kardiovaskular pada pasiendiabetes melitus ada Indonesia.2005;5-14.
kecenderungan untuk mencapai sasaran kadar kolesterol- Shepherd J. The role of the exogenous pathway in
LDL sampai 70 mgldl. hypercholesterolaemia. Europ Heart J Supplements 2001; 3
(Suppl E): E2 - 85.
311
KELENJAR TIROID, HIPOTIROIDISME,
DAN HIPERTIROIDISME
R. Djokomoeljanto

ANATOM!, FAAL KELENJAR TIROID DAN HORMON terangkatnya kelenjar kearah kranial, yang merupakan ciri
TIROID khas kelenjar tiroid. Sifat inilah yang digunakan di klinik
untuk menentukan apakah suatu bentukan $i leher
berhubungan dengan kelenjar tiroid atau tidak. Setiap
PENDAHULUAN
lobus tiroid yang berbentuk lonjong berukuran panjang
cm. Berat kelenjar
Kelenjar tiroid mulai terbentuk pada janin berukuran 2.5-4 cm,lebar 1.5-2 cm dan tebal I - 1,5

3,4-4 cm, yaitu pada akhir bulan pertama kehamilan. tiroid dipengaruhi oleh berat badan dan masukan yodium.
Kelenjar tiroid berasal dari lehrkan farin g antata branchial Pada orang dewasa beratnya berkisar antara 10-20 gram'
pouch pertama dan kedua. Dari bagian tersebut timbul Vaskularisasi kelenj ar tiroid termasuk amat baik. A. tiroidea
divertikulum, yang kemudian membesar, tumbuh ke arah superior berasal dari a. karotis komunis ata:u a- karotis
bawah mengalami migrasi ke bawah yang akhirnya eskterna, a. tiroidea inferior dari a' subklavia, dan a. tiroid
melepaskan diri dari faring. Sebelum lepas, ia berbentuk ima berasal dari a. brakiosefalik salah satu cabang arkus
sebagai duktus tiroglosus, yang berawal dari foramen aorta. Ternyata setiap folikel tiroid diselubungi olehjala-
sekum di basis lidah. Pada umumnya duktus ini akan jala kapiler dan limfatik, sedangkan sistem venanya berasal
menghilang pada usia dewasa, tetapi pada beberapa dari pleksus perifolikular yang menyatu di permukaan
keadaan masih menetap, sehingga dapat terjadi kelenjar di membentuk vena tiroidea superior, lateral dan inferior'
sepanjang jalan tersebut, yaitu antara kartilago tiroid Aliran darah ke kelenjar tiroid diperkirakan 5 ml lgtam
dengan basis lidah. Dengan demikian, kegagalan kelenj arlmenit; dalam keadaan hipertiroidisme aliran ini
menutupnya duktus akan mengakibatkan terbentuknya akan meningkat sehingga dengan stetoskop terdengar
kelenjar tiroid yang letaknya abnormal yang disebut bising aliran darah dengan jelas di ujung bawah
persistensi duktus tiroglosus. Persistensi duktus kelenjar.
tiroglosus dapat berupa kista duktus tiroglosus, tiroid Secara anatomis dari dua pasang kelenjar paratiroid,
lingual atau tiroid servikal. Sedangkan desensus yang sepasang kelenjar paratiroid menempel di belakang lobus
terlalu jauh akan menghasilkan tiroid substernal. Sisa ujung superior tiroid dan sepasang lagi di lobus medius,
kaudal duktus tiroglosus ditemukan pada lobus piramidalis sedangkan nenus laringeus rekuren berjalan di sepanjang
yang menempel di ismus tiriod. Branchial pouch trakea dibelakang tiroid.
keempatpun ikut membentuk bagian kelenjar tiroid, dan Pembuluh getah bening kelenjar tiroid berhubungan
merupakan asal mula sel-sel parafolikular atau sel C, yang secara bebas dengan pleksus trakealis. Selanjutnya dari
memproduksi kalsitonin. pleksus ini ke arah nodus pralaring yang tepat berada di
Kelenjar tiroid terletak di bagian bawah leher, terdiri atas ismus menuju ke kelenjar getah bening brakiosefalik
atas dua lobus, yang dihubungkan oleh ismus yang dan sebagian ada yang langsung ke duktus torasikus'
menutupi cincin trakea 2 dan 3. Kapsul fibrosa Hubungan getah bening ini penting untuk menduga
menggantungkan kelenjar ini pada fasiaprahakea sehingga penyebaran keganasan yang berasal dari kelenjar tiroid'
pada setiap gerakanmenelan selalu diikuti dengan gerakan (Gambarl)

199
1994 METABOLIKENDOKRIN

setempat yang lahannya mempunyai kandungan yodium


rendah.
Yodium diserap oleh usus halus bagian atas dan lambung,
dan 713 hingga lz ditangkap kelenjar tiroid. sisanya
dikeluarkan lewat air kemih. Ditaksir 95% yodium rubuh
tersimpan dalam kelenjar tiroid, sisanya dalarnsirkulasi ( 0.04
- 0,57%) dan jaringan. Dalam gambar 2 terlihat bahw4 dalam
keadaan keseimbangan (homoeostasis) masukan yodium
sehari dapat diperkirakan dengan mengukurjumlah yodium
Gambar 1 yang dikeluarkan dalam air kemih per hari.
Hormon kalsitonin, yang juga dihasilkan oleh kelenjar
. Potongan horizontal faring fetus manusia menunjukkan tiroid, berasal dari sel parafoli-kular (sel CO). Hormon ini
asal kelenjar tiroid dan paratiroid berperan aktif dalam metabolisme kalsium dan tidak berperan
. Variasi letakkelenjartiroid sehubungan denganproses sama sekali dalam metabolisme yodium. Mengingat asal
migrasinya ke kaudal hormon ini, kalsitonin seringkali digunakan sebagai penanda
. Sistem limfatik tiroid dengan arah penyalurarrnya. unfuk mendeteksi adanya carcinoma medullare thvroid.
Dengan mikroskop terlihat kelenjar tiroid terdiri atas
folikel dalam berbagai ukurarraltaras0-500 mm. Dinding
folikel terdiri dari selapis sel epitel tunggal dengan puncak BIOSINTESIS HORMON TIROID
menghadap ke dalam lumen, sedangkan basisnya
menghadap kearah membran basalis. Folikel ini Hormon tiroid amat istimewakarena mengandung 59-65%
berkelompok-kelompok sebanyak kira-kira 40 buah untuk elemen yodium. Hormon To dan T, berasal dari yodinasi
membentuk lobulus yang mendapat darah dari end artery. cincin fenol residu tirosin yang ada di tiroglobulin.
Folikel mengandung bahan yang jika diwarnai dengan Awalnya terbentuk mono dan diiodotirosin, yang kemudian
hematoksilin-eosin berwarna merah muda yang disebut mengalami proses penggandengan (coupling) menjadi T,
koloid dan dikelilingi selapis epitel tiroid. Temyata tiap folikel dan To.
merupakan kumpulan dari klon sel tersendiri. Sel ini Proses biosintesis hormon tiroid secara skematis dapat
berbentuk kolumnar apabila dirangsang oleh TSH dan pipih dilihat dalam beberapa tahap, sebagian besar distimulir
apabila dalam keadaan tidak terangsang/istirahat. Sel folikel oleh TSH, yaitu tahap a). tahap trapping; b). tahap
mensintesis tiroglobulin (Tg) yang disekresikan ke dalam oksidasi; c). tahap coupling; d). tahap penimbunan atau
lumen folikel. Tg adalah glikoprotein berukuran 660kDa, storage; e). tahap deiyodinasi; f. tahap proteolisis dan
dibuat di retikulum endoplasmik, dan mengalami glikosilasi g). tahap pengeluaran hormon dari kelenjar tiroid.
secara sempurna di aparat golgi. Protein lain yang amat Yodida (I-) bersama dengan Na* diserap oleh transporter
penting disini ialah tiroperoksidase (TPO). Enzim ini yang terletak di membran plasma basal sel folikel. Protein
berukuran dengan 103kDa yang 44o/o-nya berhomologi tranporter ini disebut sodium iodide symporter (lt{IS), berada
dengan mieloperoksidase. Baik TPO maupun Tg bersifat di membran basal, dan kegiatannya tergantung adatya
antigenik seperti halnya pada penyakit tiroid autoimun, energi, membutuhkan Oryan1didapat dariATP. Proses ini
sehingga dapat digunakan sebagai penanda penyakit. distimulir oleh TSH sehingga mampu meningkatkan
Biosintesis hormon To dan T, terjadi di dalam tiroglobulin konsentrasi yodium intrasel 100-500X lebih tinggi dibanding
pada batas antara apeks sel - koloid. Di sana terlihat tonjol kadar ekstrasel. Hal ini dipengaruhi juga oleh tersedianya
tonjol mikrovili folikel ke lumen; dan tonjol ini terlibat juga yodium dan aktivitas tiroid Beberapa bahan seperti tiosianat
dalam proses endositosis tiroglobulin. Hormon utama yaitu (SCN) dan perklorat (ClOo ) justru menghambat proses ini.
tiroksin (T,,) dan triiodotironin (T,) tersimpan dalam koloid Beberapa ion lain dapat menghambat pompa yodida ini
sebagai bagian dari molekul tiroglobulin. Hormon ini hanya dengan urutan kekuatan sebagai berikut: T"Oo.SeCN,NOr.
akan dibebaskan apabila ikatan dengan tiroglobulin ini Br. Baik T"Q maupun perklorat secara klinis dapat digunakan
dipecah oleh enzim khusus. dalam memblok uptake yodida dengan cara inhibisi
Mengingat yodium merupakan unsur pokok dalam kompetitifpada pompa yodium. Meskipun kalah kuat, tetapi
pembentukan hormon tiroid, maka harus selalu tersedia nitrit Q.{Or) dan Br juga dapat menghambat, asal kadarnya
yodium yang cukup dan berkesinambungan.Yodium dalam cukup tinggi. Berdasarkan hal ini maka 'perchlorate dis-
makanan berasal dari makanan laut, susu, daging, telur, air charge /esl' dilakukan untuk mendiagnosis adanya defek
minum, garam beryodium dan sebagainya. Faktor proses yodinasi yang bersifat kongenital. Pertechnetat
kandungan yodium dalam lahan setempat sangat penting, lTcOo ) juga mampu lewat pompa yang sama, dan dalam
khususnya bagi daerah terpencil di mana penduduknya Hink p ert echnet at radroaktrf
dimanfaatkan untuk memindai
hanya khusus makan makanan yang berasal dari produksi kelenjar tiroid. (Gambar 3 dan 4)
KELENJAR TIROID, HIPIOTIROIDISME, DAI\ HIPERTIROIDISME 1995

Makanan
Tahap yodinasi tiroglobulin dalam pembentukan tiroksin
I NADPH oksidase

C] NADPH +

H2O,

lo +
+;

Tg-Tyr
OZ + CA**
TPO
-)
-----------------)
TPO

TPO
)
H2O2+ NADP

lo

Tg-DlT

Tg-DlT ---------) Tg-T4

PTU menghambat
yodinasi tiroglobulin

Gambar 2.

Organtifikasi :
sintesis T3+ T $erta
Na' disimpan di tiroglobulin
interstitium
K-

Sel Thyroid
,-&^o..- \
tc)
*";D.$,ft
todt=/obuL; Mtl t
tt Apikal mikrovili
(Pendrin l,Cl tEnspoteo

Gambar 4. Peran NIS dalam transportasi yodium masuk sel folikel.


Bulatan terbuka adalah Na-K.ATPase pendorong reaksi ini,
sedang transpor l- lewat membran apeks oleh pendrin Sintesis
(rsakresl (g)Prcteotists hormon terjadi di koloid tepatnya di 'colloid-apical membrane'yang
dikatalirsir oleh TPO)

Sesudah pembentukan hormon selesai, Tg disimpan


ekstrasel yaitu di lumen folikel tiroid. Umumnya sepertiga
yodium disimpan sebagai T, dan To dan sisanya dalam
MIT dan DIT. Bahan koloid yang ada dalam lumen
sebagian besar terdiri dari Tg. Koloid merupakan tempat
Gambar 3. Gambar skema proses biosintesis hormon tiroid
untuk menyimpan hormon maupun yodium, yang akan
dikeluarkan apabila dibutuhkan. Bagaimana ini terjadi ?
Tiroglobulin satu glikoprotein 660kDa disintesis di Pengeluaran hormon dimulai dengan terbentuknya
retikulum endoplasmik tiroid dan glikosilasinya vesikel endositotik di ujung vili (atas pengaruh TSH
diselesaikan di aparat Golgi. Hanya molekul Tg tertentu berubah menjadi tetes koloid) dan digesti Tg oleh enzim
(folded molecule) mencapai membran apikal, dimana endosom dan lisosom. Enzim proteolitik utama adaiah
peristiwa selanjutnya terjadi. Adapun protein kunci lain endopeptidase katepsin C, B dan L, dan beberapa
yang akan berperan adalah tiroperoksidase (TPO). Proses eksopeptidase. Hasil akhirnya ialah dilepaskan To dan T,
di apeks melibatkan iodide, Tg, TPO dan hidrogen (yodotironin) bebas ke sirkulasi, sedangkan Tg-MIT dan
peroksida (HrOr). Produksi HrO, membutuhkan kalsium, Tg-DIT (yodotirosin) tidak dikeluarkan tetapi mengalami
NADPH dan NADPH oksidase. Yodida dioksidasi oleh deiodinasi oleh yodotirosin deyodinase, dan iodidanya
HrO, dan TPO yang selanjutnya menempel pada residu masuk kembali ke simpanan yodium intratiroid
tirosil yang ada dalam rantai peptida Tg , membentuk (intrathyroidal pool) sebagai upaya untuk konservasi
3-monoiodotirosin (MIT) atau 3,5-diiodotirosin (DIT). yodium.
Kemudian , dua molekul DIT (masih berada dan merupakan Proses katalisasi yodinasi tiroglobulin ini terjadi secara
bagian dari Tg) menggabung menjadi T, dengan cara maksimal pada tiroglobulin yang belum diyodinasi sama
menggabungkan grup diiodofenil DIT, donor, dengan DIT sekali dan mengurang pada yang telah diyodinasi. Proses
akseptor dengan perantaraan diphenyl ether link. Dengan yodinasi ini dipengaruhi berbagai obat seperti : tiourea,
cara yar'g sama dibentuk T, dari donor MIT dengan propil-tiourasil (PTO), metiltiourasil (MTU), yang
aseptor DIT. (Tabel l) semuanya mengandung grup N C SH. Dengan demikian
1996 METABOLIKENDOKRIN

obat ini amat berguna untuk mengham-bat pekerjaan


kelenjar yang hiperaktif dan digunakan di klinik.
Metilmerkaptoimidazol (MMD adalah obat yang populer Lokasi pada Fungsi
di Amerika sedangkan karb imazol (CBZ) populer di Inggris Tiroid transkripsi Gen Transkripsi gen
Secara klinis antara keduanya tak banyak berbeda, sebab faktor (TTF) Tg,TPO,TSHT
karbimazol akan segera dihidrolisis men-j adi metilmerkapto- reseptor TSH Membran Mediasi efek TSH
(TSHr) basal
imidazol (MMI) dalam tubuh. Proses tangkapan yodium, Nallsympofter Membran Transpor l- masuk sel
sintesis Tg, proses yodinasi di
apeks serta proses (Nts) basal
endositosis dipengaruhi oleh jenuhnya yodium intrasel. Tiroglobulin (tg) Sel, lumen Matriks untuk formasi
folikel hormon
Dalam hal ini akan dibentuk yodolipids atau yodolakton Tiroperoksidase Membran Katalisis oksidasi I- dan
yang berpengaruh atas generasi I!O2 yang mempengaruhi (rPo) apikal couplrng yodotirosin
keempat proses tersebut. Hal ini dikenal
sebagai Hzoz Membran Substrat TPO
apikal
autoregulasi kelenjar tiroid. Pemberian yodium dalam Pendrin Membran Cl- / l- transporter
jumlah banyak dan akut menyebabkan terbentuknya apikal
yodolipid banyak yang berakibat uptake yodium dan Katepsin C,D,L Lisosom Digesti Tg
Tiroid Sitoplasma Deyodinasi DIT dan MIT
sintesis hormon berkurang, dikenal sebagai efek Wolff- yodotirosin
Chaikoff. Namun, proses akan berkurang dengan deyodinase
sendirinya karena yodolipid yang dibentuk akan juga 5'-yodotironin Membran Deyodinasi Ta menjadi T3
deyodinase basal
berkurang atau hilang, dan terjadi escape. Apabila tiroid
tidak dapat mengadakan adaptasi - misalnyapada tiroiditis
autoimun atau pasien dengan dishormonogenesis, maka
akan terjadi hipotiroidisme yang iodine induced. Transportasi Hormon
Beberapa goitrogen alamiah berefek di tahap ini juga, Baik T, maupun To diikat oleh protein peng-ikat dalam se-
sehingga produksi hormon berkurang dan sebagai rum (binding protein). Hanya O,35yo To total dan 0,25o/o
akibatnya memberi reaksi umpan balik berupa gondok. T, total berada dalam keadaan bebas. Ikatan T, dengan
Dalam sebaran tertentu yodinasi tiroglobulin ini protein tersebut kurang kuat dibandingkan dengan To,
dipengaruhi kadar yodium plasma, sehingga makin tinggi tetapi karena efek hormonnya lebih kuat dan turnover rrya
kadar yodium intrasel akan makin banyak yodium terikat,
lebih cepat, maka T, ini sangat penting. Ikatan hormon
terhadap protein ini makin melemah berhrrut ntrvt TBG
dan sebaliknyapada defsiensi yodium, yodiumyang terikat
(thyroxin binding globulin), TBPA (thyroxin binding
menjadi kurang (dengan akibatnya T, dibuat lebih banyak
prealbumin, disebut pula transtiretin), serum albumin.
daripada l) (Apabila hormon ini disekresikan akan terlihat
Dalam keadaan normal, kadar yodotironin total
kadar T, di darah meningkat, satu fenomen yang lazim
menggambarkan kadar hormon bebas, namun pada keadaan
ditemukan di daerah GAKI berat, dikenal sebagaiprefer-
tertentu jumlahprotein binding dapat berubah. Meninggi
ential secretion of hormone).
pada neonatus, penggunaan estrogen termasuk
Kelenjar tiroid manusia mempunyai kemampuan untuk
kontrasepsi oral, penyakit hati kronik dan akut, naiknya
menyerap serta mengkonsentrasikan yodida dari sirkulasi.
sintesis di hati karena pemakaian kortikosteroid dan
Kemampuan ini dipunyai juga oleh sel-sel kelenjar ludah,
kehamilan, dan menurun pada penyakit ginjal dan hati
mukosa lambung, kelenjar susu, meskipun tidak satupun kronik, penggunaan androgen dan steroid anabolik,
mempunyai kapasitas untuk mengubahnya menjadi hormon sindrom nefrotik, dan dalam keadaan sakit berat.
tiroid. Demikian pula ditemukan NIS di sel payudara. Sifat Penggunaan obat tertentu misalnya salisilat, hidantoin dan
ini sekarang sedang diteliti bagaimana meningkatkan obat anti inflamasi seperti fenklofenak menyebabkan kadar
eskpresi NIS hingga yodium radioaktif dapat masuk ke sel hormon total menurun karena obat tersebut mengikat prg-
sel kanker payudara dalam rangka pengobatannya. tein secara kompetitif, akibatnya kadar hormon bebas
Cara keluarnya hormon tiroid dari tempat meningkat. Arti klinis kadar hormon perlu diinterpretasikan
penyimpanannya di sel belum diketahui secara sempurna, dengan memperhatian faktor faktor tersebut
tetapi jelas dipengaruhi TSH. Hormon ini melewati
membran basal, fenestra sel kapiler, kemudian ditangkap Metabolisme T, dan To
oleh pembawanya dalam sistem sirkulasi yaitu thyroid 'Waktu paruh T, di plasma ialah 6 hari sedangkan T
binding protein. Yodium kadar tinggi menghambat tahap 324 30
jam, Sebagian T, endogen (5 l7%) mengalami konversi
ini. Sifat ini digunakan dokter untuk mengelola krisis tiroid, lewat proses monodeyodinasi menjadi T' Jaringan yang
di mana harus diusahakan penurunan kadar hormon secara mempunyai kapasitas mengadakan perubahan (konversi)
cepat di sirkulasi. Produksi sehari To kira kira 80 100 mg ini ialah jaringan hati, ginjal, jantung dan hipofisis. Dalam
sedangkan Tr 26 39 mg. Akhir akhir ini dibukti-kan bahwa proses konversi ini terben-tuk jugarT
r(reversed 73, 3,3,5'
30 40% T, endogen berasal dari konversi ekstratiroid To triiodotironin) yang secara metabolik tidak aktif. Agaknya
menjadiT,. (Tabel2) deyodinasi To menjadi rT, ini digunakan untuk mengatur
KELENJAR TIROID, HIPOTIROIDISME, DAt{ HIPERTIROIDISME
1997

metabolisme pada tingkat selular. Karena hormon aktif ialah dan T, bergerak ke arah inti dan berikatan dengan TR-LBD
T,bukan T, maka harus terjadi dulu konversi menjadi T, dari monomer TR. Ikatan ini menyebabkan lepasnya TR
dahulu supaya mampu berfungsi dengan baik. Dengan homodimer dan heterodimerisasi dengan RXR pada TRE
adanya deiodinases, hormon aktif dapat dipertahankan dan dilepasnya korepresor. Sebaliknya terjadi ikatan dengan
guna mendukung kebutuhan manusia Dikenal 3 macam koaktivator. Dengan adanya kompleks TR-koaktivator ini
deyodinase utama: DI, DII and DIII masing masing dengan terjadi transkripsi gen yang menyebabkan sintesis protein
fungsi khusus. Deyodinasi tipe I : konversi T4 a T3 di perifer khas sel tersebut.
dan tidak berubah pada waktu hamil. Deyodinasi tipe II
mengubah T4 A T3 secara lokal (di plasenta, otak serta
susunan saraf pusat, dan mekanisme ini penting untuk EFEK METABOLIK HORMON TIROID
mempertahankan kadar T, lokal. Deyodinasi tipe III:
mengubah To menjadi rT, dan T3 a T2 , khususnya di Hormon tiroid memang satu hormon yang dibutuhkan oleh
plasenta dan dimaksud mengurangi masuknya hormon hampir semua proses tubuh termasuk proses metabolisme,
berlebihan dari ibu ke fetus. sehingga perubahan hiper atau hipotiroidisme
Keadaan di mana konversi To atau T, berkurang terjafi berpengaruh atas berbagai peristiwa. Efek metaboliknya
pada : kehidupan fetal, restriksi kalori, penyakit hati, antara lain seperti texrsebut di bawah ini.
penyakit sistemik berat, defisiensi selenium dan pengaruh . Termoregulasi (elas pada miksedema atau koma
berbagai obat (propiltiourasil, glukokortikoid, propanolol, miksedema dengan temperatur sub-optimal) dan
amiodaron, beberapa bahan kontras seperti asam kalorigenik
yopanoat, natrium ipodas). . Metabolisme protein. Dalam dosis fisiologis kerjanya
bersifat anabolik, tetapi dalam dosis besar bersifat
katabolik.
MEKANISME KERJA HORMON TIROID DITINGKAT . Metabolisme karbohidrat Bersifat diabeto-genil,r,.karena
SEL resorpsi intestinal meningkat, cadangan glikogen hati
menipis, demikian pula glikogen otot menipis dan
Kerja hormon di perifer dapat dilihat pada Gambar 5 dalam degradasi insulin meningkat.
Panel A dan Panel B. Keduanya menggambarkan sel dalam . Metabolisme lipid. Meski To mempercepat sintesis
keadaan pasif , sebelum dimasuki hormon tiroid, dan fase kolesterol, tetapi proses degradasi kolesterol dan
aktif, dimana hormon T, baik langsung dari sirkulasi ekskresinya lewat empedu temyatajauh lebih cepat,
maupun T, yang masih harus dikonversi dari Trmenjadi
sehingga pada hiperfungsi tiroid kolesterol rendah.
T, mempengaruhi transkripsi gen, sehingga terjadi efek Sebaliknya pada hipotiroidisme kolesterol total,
khusus sel. kolesterol ester dan fosfolipid meningkat.
Panel A. Fase inaktif: ikatan TR dimer pada TRE bersama . VitaminA. KonversiprovitaminAmenjadi vitaminAdi
co-represor menghambat hanskripsi gen.Panel B. Fase aktif hati memerlukan hormon tiroid. Sehingga pada
Hormon bebas masuk ke sel dengan sisitem transpor hipotiroidisme dapat dijumpai karotenemia, kulit
khusus. Di sel terjadi konversi T4 Ar T3 oleh 5'-deyodinasi kekuningan.

'/' Nucleus

ffi
TI
"olt".,

Gambar 5. Keterangan : TR-LBD = T" receptor ligand-binding domain, TR-DBD f , receptor ?ryjildllS
domain, RXR-LBD ietinoid X receptoi tigand-binding domain; RXR-DBD retinoid X receptor DNA-binding
domain; fRE thyroid hormone responsive element; fBPs thyroxine-binding proteins',5'Dl = 5'=deiodinase.
1998 MEIABOLIKENDOKRIN

. Lain-lain : gangguan metabolisme kreatin fosfat tulang lebih terpengaruh dari pada pembentukannya.
menyebabkan miopati, tonus traktus gastrointestinal Hipertiroidisme dapat menyebabkan osteopenia. Dalam
meninggi, hiperperistaltik, sehingga sering terjadi diare; keadaan berat mampu menghasilkan hiperkalsemia,
gangguan faal hati; anemia defisiensi Fe dan hiperkalsiuria dan penanda hidroksiproli n dar- cros s -link
hipertiroidisme. piridium

Efek neuromuskular. Turn-over yang meningkat juga


menyebabkan miopati disamping hilangnya otot. Dapat
EFEK FISIOLOGIK HORMON TIRO!D
terjadi kreatinuria spontan. Kontraksi serta relaksasi otot
meningkat (hiperrefl eksia).
Efeknya membutuhkan waktu beberapa jam sampai hari.
Efek genomnya menghasilkan panas dan konsumsi Efek endokrin. Sekali lagi, hormon tiroid meningkatkan
oksigen meningkat, pertumbuhan, maturasi otak dan metabolic turn-over banyak hormon serta bahan
susunan saraf yang melibatkan Na*K*AIPase sebagian farmakologik. Contoh: waktu paruh kortisol adalah 100
lagi karena reseptor beta adrenergik yang bertambah. menit pada orang normal tetapi menurun jadi 50 menit
Tetapi ada jluga efek yang nongenomik misalnya pada hipertroidisme dan 150 menit pada hipotiroidisme.
meningkatpya transpor asam amino dan glukosa, Untuk ini perlu diingat bahwa hipertiroidisme dapat
mennnrnnya enzimtipe-2 5'-deyodinasi di hipofi sis. menutupi (masking) atau memudahkan unmasking
kelainan adrenal.
Pertumbuhan fetus. Sebelum mi 1l tiroid fetus belum
beke{a, juga TS}Inya. Dalam keadaan ini karena DIII tinggi
di plasenta hormon tiroid bebas yang masuk fetus amat
sedikit, karena di inaktivasi di plasenta. Meski amat sedikit PENGATU RAN FAAL KELENJAR TTROID
krusial, tidak adanya hormon yang cukup menyebabkan
lahimya bayi kretin (retardasi mental dan cebol).
Ada 3 dasar pengaturan faal tiroid yaitu oleh:
a). autoregulasi , b). TSH dan c). TRH.
Efekpada konsumsi oksigen, panas dan pembentukan
radikal bebas. Kedua peristiwa di atas dirangsang oleh T,,
lewatNa*K*AIPase di semuajaringan kecuali otak, testii Autoregulasi
dan limpa. Metabolisme basal meningkat. Hormon tiroid Seperti disebutkan di atas, hal ini lewat terbentuknya
memrrunkan kadar superoksida dismutase hingga radikal yodolipid pada pemberian yodium banyak dan akut,
bebas anion superoksida meningkat. dikenal sebagai efek WolffChaikoff. Efek ini bersifat
seffiimiting. Dalam beberapa keadaan mekanisme
Efek kardiovaskular, Tr menstimulasi a). ffanskripsi miosin escape ini dapat gagal dan terjadilah hipotiroidisme
hc-p dan menghambat miosin hc-p, akibatnya kontraksi
otot miokard menguat. b). transkripsi Ca2 *ATPase di
TSH
retikulum sarkoplasma meningkatkan tonus diastolik , c).
TSH disintesis oleh sel tirohop hipofisis anterior. Banyak
mengubah konsentrasi protein G, reseptor adrenergik,
sehingga akhimya hormon tiroid ini punya efek yonotropik
homologi dengan LH dan FSH. Ketiganya terdiri dari
positif. Secara klinis terlihat sebagai naiknya curahjantung subunit cx- dan p dan ketiganya mempunyai subunit o,-
dan takikardia. yang sama, namun berbeda subunit B- Efek pada tiroid
akan terjadi dengan ikatan TSH dengan reseptor TSH
Efek simpatik. Karena bertambahnya reseptor (TSIk) di membran folikel. Sinyal selanjutnya te{adi lewat
adrenergik-beta miokard, otot skelet, lemak dan limfosit, protein G (khusus G.a). Dari sinilah terjadi perangsangan
efek pasca reseptor dan menurunnya reseptor adrenergik protein kinase A oleh cAMP untuk ekspresi gen yang
alfa miokard, maka sensitivitas terhadap katekolamin amat
penting untuk fungsi tiroid seperti pompa yodium, Tg,
tinggi pada hipertiroidisme dan sebaliknya pada pertumbuhan sel tiroid dan TPO , serta faktor transkripsi
hipotiroidisme.
TTFI, TTF2 dan PAX8. Efek klinisnya terlihat sebagai
Efek hematopoetik. Kebutuhan akan oksigen pada perubahan morfologi sel, naiknya produksi hormon , folikel
hipertiroidisme menyebabkan eritropoiesis dan produksi dan vaskularitasnya bertambah oleh pembentukan
eritropoetin meningkat. Volume darah tet ap narrr.n red cell gondok, dan peningkatan metabolisme.
turn over meningkat. T, intratirotrop mengendalikan sintesis dan keluarnya
Efek Gastrointestinal. Pada hipertiroidisme motilitas usus
(mekanisme umpan balik) sedang TRH mengontrol
meningkat. Kadang ada diare. Pada hipotiroidisme terjadi glikosilasi , aktivasi dan keluarnya TSH. Beberapa obat
obstipasi dan transit lambung.melambat. Hal ini dapat bersifat menghambat sekresi TSH : somatostatin,
menyebabkan bertambah kurusnya seseorang. glukokortikoid, dopamin, agonis dopamin (misalnya
bromokriptin), juga berbagai penyakit kronik dan akut.
Efek pada skelet. Turn-over tulang meningkat resorsbi Pada morbus Graves, salah satu penyakit autoimun,
KELENJAR TIROID, HIPOTIROIDISME; DAN HIPERTIROIDISME
1999

TSHr ditempati dan dirangsang oleh imunoglobulin, HUBUNGAN KELENJAR TIROID DENGAN
antibodi-anti-TsH (TSAb : thyroid stimulating antibody, BEBERAPA KELENJAR ENDOKRIN LAIN
TSI: thyroid stimulat-ing immunoglobulin), yartg
secara fungsional tidak dapat dibedakan oleh TSHr
dengan TSH endogen. Rentetan peristiwa selanjutnya Korteks adrenal
juga tidak dapat dibedakan dengan rangsangan akibat Kortikosteroi d dan adrenocorticotropin hormon (ACTH)
TSH endogen. menghambat tiroid dengan cara meningkatkan klirens
yodium dan meng-hambat TSH hipofisis. Pada
hipertiroidisme waktu paruh l7 OHCS memendek.
TRH ( Ihyro trophin Releasi ng Hormonel Seringkali memang pada krisis tiroid terlihat insufisiensi
Hormon ini satu tripeptida, dapat disintesis neuron yang adrenal karena diss appearance rate dipercepat.
korpusnya berada di nukleus paraventrikularis
hipotalamus (P\lN).TRH ini melewati median eminence,
tempat ia disimpan dan dikeluarkan lewat sistem Medula adrenal
hipotalamohipofi seal ke sel tirotrop hipofisis. Akibatnya Banyak gejala klinis hipertiroidisme yang dihubungkan
TSH meningkat. Meskipun tidak ikut menstimulasi dengan peningkatan sensitisasi jaringan terhadap efek
keluarnya growth hormone dan ACTH, tetapi TRH katekolamin dan bukan-nya dengan produksi katekolamin
men-stimulasi keluarnya prolaktin, kadang- FSH dan LH. yang tinggi. Dalam bidang ini banyak yang masih perlu
Apabila TSH naik dengan sendirinya kelenjar tiroid dikaji. Lihat bahasan dalam efek hornon di atas.
mengalami hiperplasi dan hiperfrrngsi.
Sekresi hormon hipotalamus dihambat oleh hormon Gonad
tiroid (mekanisme umpan balik), TSH, dopamin, hormon Kadar tiroid normal diperlukan sekali untuk pengeluaran
korteks adrenal dan somatostatin, serta stres dan sakit LH hipofi sis, menstruasi ovulatoar, fertilitas, dan kehidupan
berat (non thyroidal illness). fetus. Kebanyakan hormon tiroid akan menihambat
Kompensasi penyesuaian terhadap proses umpan balik menarche, meningkatkan infertilitas dan kematian fetus.
ini banyak memberi informasi klinis. Sebagai contoh, Pada hipotiroidisme terjadi menstruasi anovulatoar dengan
naiknya TSH serum sering menggambarkan produksi menoragia, sedangkan pada hipertiroidisme terjadi
hormon tiroid oleh kelenjar tiroid yang kurang memadai, hipomenorea dan ovulatoar.
sebaliknya respon yang rata (blunted response) TSH
terhadap sti-mulasi TRH eksogen menggambarkan supresi
Tiroid dan Kehamilan
kronik di tingkat TSH karena kebanyakan hormon, dan
Ada beberapa hal yang perlu diketahui sehubungan
sering merupakan tan-da dini bagi hipertiroidisme ringan
dengan kehamilan ini. Pertama TBG (thyroxin binding
atau sub-klihis. (Gambar 6)
globulin) meningkat sehingga sebagai hasilnya terjadi
penurunan turn over rateT odan juga kadar T, bebas. Hal
ini menimbulkan stimulasi TSH sehingga terjadi
keseimbangan baru dengan hiperplasia kelenjar. Oleh
karena itu perlu waspada dalam menilai angka laboratorik
kadar To total dan T, total seorang pasien yang diperkirakan
mempunyai perubahan TBG. Pada keadaan hamil atau
pengguna kontrasepsi oral sebaiknya diperiksa kadar
hormon bebas.
Pada kehamilan normal PBI akan naik, tetapi apabila
terjadi defisiensi yodium sedang, maka kenaikan ini tidak
terjadi atau terganggu. TSH (thyroxin stimulating
hormon) ibu tidak melewati plasenta, sehingga bayi ini
sama sekali bergantung pada TSHnya sendiri. Tiroid
fetus mulai menangkap radioaktif yodium pada minggu 12
14 danmulai memproduksi hormon sendiri pada minggu
19 22. Aksis hipofisis tiroid pada fetus mulai berfungsi
Ginjal,Hati, Otot, Otak dsb (intact) pada bulan ke-5. Dengan demikian kita perlu hati
hati untuk menggunakan obat antitiroid sejak minggu 19
22, stpaya tidak terjadi supresi TSH endogen dengan
Gambar 6. Jalur umpan balik positip maupun negatif pada aksis akibat timbulnya hipotiroidisme fetal. Umumnya dikatakan
hipotalamus - hipofisis - tiroid. TSHr-Ab = antibodi terhadap bahwa hormon T, dan To hampir tak melewati plasenta,
TSHr.
tetapi akhir-akhir ini ditunjukkan sebaliknya meskipun fT4 turun. Manifestasi klinis hipotiroidisme tidak
dalam jumlah yang amat kecil. T3 lebih banyak jika tergantung pada sebabnya.
dibandingkan dengan Tr. Perhitunganyaflg agak cermat Hipotiroidisme lebih dominan pada wanita. Dibedakan
menunjukkan bahwa klirens plasenta To ibu dalam sirkulasi hipotiroidisme klinis dan hipotiroidisme subklinik.
fetus hampir sama dengan jumlah yang dibutuhkan fetus Hipotiroidisme klinik ditandai dengan kadar TSH tinggi
ini. Dengan demikian apabila ada gangguan dalam dan kadar fT4 rendah, sedangkan pada hipotiroidisme
kecepatan transpor ini, akan terjadi gangguan subklinis ditandai dengan TSH tinggi dan kadar fT4
perkembangan fetus, baik somatik maupun mental. Hal ini normal, tanpa gejala atau ada gejala sangat minimal.
terbukti bahwa sepertiga kasus dengan kretin atirotik Hipotiroidisme merupakan kumpulan tanda dan gejala yang
menderita hipotiroidisme. manifestasinya tergantung dari: a). Usia pasien b). Cepat
tidaknya hipotiroidisme terjadi c). Ada tidaknya kelainan
H!POTIROIDISME lain. Hipotiroidisme intrauterin dan neonatal
mengakibatkan retardasi mental dan fisik yang ireversibel
Pendahriluan apabila tidak diberi pengobatan segera setelah lahir.
Status tiroid seorang ditentukan oleh kecukupan sel atas Sedangkan apabila terjadi pada anak dan dewasa, meskipun
hormon tiroid dan bukan kadar normal hormon tiroid dalam berat tetapi reversibel Pada usia lanjut, klinisnya
darah. Ada beberapa prinsip faali dasar yang perlu diingat cenderung kurangjelas dan spesifik, sebab banyak yang
kembali. Pertama bahwa hormon yang aktif ialah free- menyerupai gejala usia lanjut. Makin cepat hipotiroidisme
hormon, kedua bahwa metabolisme sel didasarkan adanya tet'adi makin jelas gejala dan tanda klinisnya. Pada tiroiditis
autoimun kronik mengalami fase subklinis terjadi selama
free-T rbukan free-To, ketiga bahwa distribusi ensim
deyodinasi I, II dan III (DI, DII, DIII) di berbagai organ bertahun-tahun sebelum te{ adi manifestasi klinis.
tubuh berbeda, di mana DI banyak ditemukan di hepar,
ginjal dan tiroid, DII utamanya di otak, hipofisis dan DIII
SEBAB TERJADINYA HIPOTIROIDTSME
hampir seluruhnya ditemukan di jaringan fetal (otak,
plasenta). Hanya DI yang direm oleh PTU. Hipotiroidisme dibedakan atas hipotiroidisme sentral dan
primer. Berbagai penyebab terjadinya hipotiroidisme dapat
Hipotiroidisme dilihat di Tabel3.
Defrnisi lama bahwa hipotiroidisme disebabkan oleh faal
tiroid berkurang sudah tidak tepat lagi. Kini dianut keadaan Hipotiroidisme Sentral (HS)
di mana efek hormon tiroid di jaringan k.**g. (contoh Apabila gangguan faal tiroid terjadi karena ada kegagalan
pada defisiensi yodium tiroid justru bekerja keras). Secara hipofisis, maka disebut hipotiroidisme sekunder (HS),
klinis dikenal 1. Hipotiroidisme senffal, karenakerusakan sedangkan apabila kegagalan terletak di hipotalamus
hipofisis/hipotalamus; 2. Hipotiroidisme primer apabila disebut hipotiroidisme tertier. 50% HS terjadi karena
yang rusak kelenj ar tiroid dan 3. Karena sebab lain: sebab tumor hipofisis. Keluhan klinis tidak hanya karena desakan
farmakologis, defisiensi yodium, kelebihan yodium dan tumor, gangguan visus, sakit kepala, tetapi juga karena
resistensi perifer. Yang paling banyak ditemukan ialah produksi hormon yang berlebih (ACTH ) penyakit
hipotiroidisme primer. Oleh karena itu, umumnya Cushing, hormon pertumbuhan ) akromegali, prolaktin
diagnosis ditegakkan berdasar atas TSH meningkat dan ) galaktorea pada wanita dan impotensi pada pria). Urutan

Penyebab Penyebab Hipotiroidisme Hipotiroidisme


Hipotiroidisme Sentral Primer (HP) Sepintas ('transient')
(Hs)
Lokalisasi hipofisis atau 1. hipo- atau agenesis 1.Tiroiditis de
hipotalamus kelenjar tiroid Quervain
1. tumor, infiltrasi 2. destruksi kelenjar tiroid 2. Silent thyroiditis
tumor, a. pasca radiasi 3. Tiroiditis postpartum
2. nekrosis iskemik b. tiroiditisautoimun, 4. Hipotiroidisme
(sindrom Sheehan Hashimoto neonatal sepintas
pada hipofisis) c. tiroiditis De Quervain
3. iatrogen (radiasi, d. postpartum tiroiditis
operasi) 3. atrofi (berdasar autoimun)
4. infeksi (sarcoidosis, 4. dishormonogenesis
histiosis sintesis hormon
5. hipotiroidisme transien
(sepintas)
KELEMAR TIROID, HIFOTIROIDISME, DAT{ HIPERTIROIDISME
2001

kegagalan hormon akibat desakan tumor hipofisis lobus Prevalensi PNID (Postpartum Autoimmune Thyroid
anterior adalah: gonadotrophin, ACTH, hormon hipofisis D i s e as e) didap at 5 . 5Yo.

laindanTSH. Tiroiditis subakut @e Quervain) Nyeri dikelenjar/sekitar,


demam, menggigil Etiologi: virus. Akibat nekrosis jaringan,
Hipotiroidisme Primer (HP) hormon merembes masuk sirkulasi dan terjadi tirotoksikosis
Hipogenesis atau agenesis kelenjar tiroid. Hormon (bukan hipertiroidisme) Penyembuhan didahului dengan
berkurang akibat anatomi kelenjar. Jarang ditemukan, tetapi hipotiroidisme sepintas
merupakan etiologi terbanyak dari hipotiroidisme
Dishormonogenesis. Ada defek pada enzim yang berperan
kongenital di negara barat. Umumnya ditemukan pada pro-
pada langkah-langkah proses hormonogensis. Keadaan ini
gram skriningmassal.
diturunkan, bersifat resesif. Apabila defek berat maka kasus
Kerusakan tiroid dapat terjadi karena : 1). Operasi; 2)' sudah dapat ditemukan pada skrining hipotiroidisme
Radiasi; 3). Tiroiditis autoimun; 4). karsinoma; 5). Tiroiditis neonatal, namun pada defek ringan baru pada usia lebih
subakut; 6). Dishormonogenesis dan 7). Atrofi. lanjfi. Defective organification adalah salah satu sebab
hipotiroidisme kongenital. Meskipun terdeteksi mutasi titik
Pascaoperasi. Strumektomi dapat parsial (hemistrumektomi
tunggal dari GoC pada 1265 pasang basa gen TPO, tetapi
atau lebih kecil), subtotal atau total. Tanpa kelainan lain,
ekspresi asam aminonya tidak berubah. Diduga ada
strumektomi parsial jarang menyebabkan hipotiroidisme.
perubahan struktur tersier molekul TPO. Satu kasus usia
Strumektomi subtotal M. Graves sering menjadi
16 th dengan dishomonogenesis dari RS Dr. Kariadi telah
hipotiroidisme dar- 40o/o mengalaminya dalam I 0 tahun, baik
dilaporkan di Medika tahun2001.
karena jumlah jaringan dibuang tetapi juga akibat proses
autoimun yang mendasarinya. Karsinoma. Kerusakan tiroid karena karsinoma primer/
sekunder, amatjarang.
Pascaradiasi. Pemberian R'A.I (radioactive iodine) pada
"S'epintas
hipertiroidisme menyebabkan lebih dan 400-50% pasien Hipotiroidisme sepintas. Hipotiroidisme
menjadi hipotiroidisme dalam 10 tahun. Tetapi pemberian (transient) adalah keadaan hipotiroidisme yang cepat
RAI pada nodus toksik hanya menyebabkan hipotiroidisme menghilang. Kasus ini sering dijumpai. Misalnya
sebesar < 5Yo. hrya dapat terjadi pada radiasi ekstemal di pascapengobatan RAI, pascatiroidektomi subtotalis. Pada
usia<20th:52Yo20tahutdan67Yo26tah'tnpascaradiasi, tahun pertama pasca operasi morbus Graves, 40% kasus
namun tergantung juga dari dosis radiasi. mengalami hipotiroidisme ringan dengan TSH naik sedikit.
Sesudah setahun banyak kasus pulih kembali, sehingga
Tiroiditis autoimun. Disini terjadi inflamasi akibat proses
jangan tergesa memberi substitusi' Pada neonatus di daerah
autoimun, di mana berperan antibodi antitiroid, yaitu Ab
dengan defisiensi yodium keadaan ini banyak ditemukan,
terhadap fraksi tiroglobulin (antibodi-antitiroglobulin, AIg-
dan mereka berisiko mengalami gangguan perkembangan
Ab) darVatau fraksi mikrosomal (antibodi-antimikrosomal
saraf.
AM-Ab). Kerusakan yang luas dapat menyebabkan
hipotiroidisme. Faktor predisposisi meliputi: toksin, yodium,
hormon (estrogen meningkatkan respon imun, androgen
dan supresi kortikosteroid), stres mengubah interaksi PENGARUH OBAT FARMAKOLOGIS
sistem imun dengan neuroendokrin. Pada kasus tiroiditis-
Dosis OAT (Obat anti tiroid) berlebihan menyebabkan
atrofis gejala klinisnya mencolok. Hipotiroidisme yang hipotiroidisme. Dapat juga terjadi pada pemberian litium
terjadi akibat tiroiditis Hashimoto tidak pernanen. Dengan
karbonat pada pasien psikosis, terlebih kalau AIWAI-
obat To selama setahun, 20o% kasus memburuk, 40% kasus
antibodi pasien (+). Hati-hatilah menggunakan fenitoin dan
tetap, dan ada perbaikan pad a l9%o sedatgkan 1 I .4olo kasus
fenobarbital sebab meningkatkan metabolisme tiroksin di
sembuh.
hepar. Kelompok kolestiramin dan kolestipol dapat
Tiroiditis pascapartum. Merupakan peristiwa autoimun mengikat hormon tiroid di usus. Defisiensi yodium berat
yang terjadi pada wanita postpartum, dengan silih berganti serta kelebihan yodium kronis menyebabkan
antara hipotiroidisme dan hipertiroidisme Dapat sebagai hipotiroidisme dan gondok, tetapi sebaliknya kelebihan
penyakit sendiri atau eksaserbasi Graves. Ada fase toksis akut menyebabkan IIT (iodine induced thyrotoxcisos).
dan fase hipotiroidisme dengan depresi. Apabila ditemukan Penyebab lain: sitokin (IF-cr, IL-2), aminoglutamid,
antibodi tiroid di trimester pertama kehamilan, maka peluang etioamida, sulfonamid, sigaret, lingual tiroid. Unttk ini
menderita tiroiditis di fase postpartum sebesar 33-50%. kasus dengan hepatitis virus C yang diobati dengan IF-cr
Monitoring jangka panjang penting sebab 23%o akan perlu diperiksa status tiroidnya. (Tabel 2)
menjadi hipotiroidisme menetap, dan selebihnya eutiroid Bahan farmakologis yang menghambat sintesis
dalam tempo setahun. Antibodi-anti TPO dan antibodi-anti hormon tiroid yaitu tionamid (MTU, PTU, karbimazol),
Tg merupakan penanda untuk AIT pada kehamilan. perklorat, sulfonamid, yodida (obat batuk, amiodaron,
2002 METABOIJKENDOI(RIN

media kontras Ro, garam litium) dan yang meningkatkan normal. Pada wanita hamil (termasuk pengguna kontrasepsi
katabolisme/penghancuran hormon tiroid: fenitoin, oral) karena perubahan pada TBG, memeriksa TSH, fT4
fenobarbital , yang menghambat jalur enterohepatik dan fT3 merupakan langkah tepat. Kadang fT4 wanita hamil
hormon tiroid: kolestipol dan kolestiramin). agak naik sehingga memeriksa fT3 masih relevan. Apabila
memungkinkan wanita hamil dengan hipotiroidisme
diperiksa juga antibodi (anti-Tg-Ab, anti-AM-Ab) Indeks
GEJALA SERTA TANDA TANDA HIPOTIROIDISME diagnostik Billewicz, analog dengan indeks Wayne dan
New Castle pada hipertiroidisrire, juga tersedia untuk
Gejala hipotirodisme dapat dibedakan menjadi 2 kelompok: memisahkan antara eutiroidisme dan hipotiroidisme.
l). Yang bersifat umumkarena kekurangan hormon tiroid Interpretasi skor : bukan hipotiroidisme kalau skor < -30 ,
di jaringan 2). Spesifik, disebabkan karena penyakit diagnostik apablla skor >25 dan meragukan apabila skor
dasamya. (Tabel4 ) anlara - 29 dan + 24 dan dibutuhkan pemeriksaan
Keluhan utama yaitu kurang energi, manifestasinya konfirmasi.
sebagai lesu, lamban bicara, mudah lupa, obstipasi.
Metabolisme rendah menyebabkan bradikardia, tak tahan
dingin, berat badan naik dan anoreksia. Psikologis: depresi, Pengobatan Hipotiroidisme
meskipun nervositas dan agitasi dapat terjadi. Reproduksi: Yang perlu diperhatikan ialah a). Dosis awal b). Cara
oligomenorea, infertil, aterosklerosis meningkat. Semua menaikkan dosis tiroksin. Tujuan pengobatan
tanda di atas akan hilang dengan pengobatan. Ada hipotiroidisme ialah: 1). Meringankan keluhan dan gejala;
tambahan keluhan spesifik, terutama pada tipe sentral. 2). Menormalkanmetabolisme; 3). Menormalkan TSH (bukan
Pada tumor hipofisis mungkin ada gangguan visus, sakit mensupresi); 4). Membuat T, (dan T) normal; 5).
kepala, muntah. Sedangkan dari gagalnya fungsi hormon Menghindarkan komplikasi den risiko. Beberapa prinsip
tropiknya, misalnya karena ACTH kurang, dapat terjadi dapat digrrnakan dalam melaksanakan subsitusi : (a) Makin
kegagalan faal korteks adrenal dan sebagainya. berat hipotiroidisme, makin rendah dosis awal dan makin
landai peningkatan dosis, (b) Geriatri dengan angina
pektoris, CHF, gangguaniama, dosis harus hati hati.
MENEGAKKAN DIAGNOSIS Prinsip substitusi ialah mengganti kekurangan produksi
hormon tiroid endogen pasien. Indikator kecukupan
Sebaiknya diagnosis ditegakkan selengkap mungkin : optimal sel ialah kadar TSH normal. Dosis supresi tidak
diagnosis klinis-subklinis, primer-sentral, kalau mungkin dianjurkan, sebab ada risiko gangguan jantung dan
etiologinya. Karena sebagian besar etiologi hipotiroidisme densitas mineral. Tersedia L-tiroksin (TJ, L-triodotironin
adalah HP, kemungkinan HP kecil apabila dijumpai TSH (T,), maupun puhus tiroid. Pulvus tak digunakan lagi

Keluhan Rel % Keluhan Rel %


Rasa capek 99 Obstipasi 58
lntoleransi terhadap dingin 92 Edema ekstremitas 56
Kulit terasa kering 88 Kesemutan 56
Lamban 88 Rambut rontok 49
Muka seperti bengkak 88 Pendengaran kurang 45
Rambut alis mata lateral rontok 81 Anoreksia 43
Rambut rapuh 76 Nervositas 43
Bicara lamban 74 Kuku mudah patah 41
Berat meningkat 68 Nyeri otot 36
Mudah lupa 68 Menorrhagia 33
Dispnea 64 Nyeri sendi 29
Suara serak 64 Angina pectoris 21
Otot lembek 61 Dysmenorrhoea 18
Depresi 60 Eksoftalmos 11

Tanda klinik Rel % Tanda klinik Rel %

Kulit kering 88 Suara serak 64


Gerak lamban 88 Kulit pucat bJ
Edema wajah 88 Otot lembek, kurang kuat 61
Kulit dingin 82 Obesitas 59
Alis lateral rontok 81 Edema perifer 56
Rambut rapuh 76 Eksoftalmos 11
Fase relaksasi refleks achll/es menurun 76 Bradikadikardia ?
Bicaranya lamban 7 Suhu rendah ?
Lidah tebal
KELENJAR TIROID, HIPOTIROIDISME, DAT{ HIPERTIROIDISME
2003

TSH
Gambaran Serum Thyroid Thyroid Serum Serum
response to
klinis TSH reserue antibodies thyroxin cholesterol TRH

Oveft ++ ++ ++ +or0 ++ ++ Supranormal ++

Mitd ++ + +or0 +or0 + Supranormal +

Subclinical 0+ + +or0 0 +or0 Supranormal +or0


Presubclinical 00 0 0 0 0or+ Supranormal +or0
Key : 0 = normal, ++ = definite abnormalu' + = slight abnormality

karena efeknya sulit diramalkan. T, tidak digunakan sebagai hipertiroidisme. Tirotoksikosis ialah manifestasi klinis
substitusi karena waktu paruhnya pendek hingga perlu kelebihan hormon tiroid yang beredar dalam sirkulasi.
diberikan beberapa kali sehari. Obat oral terbaik ialahT o. Hipertiroidisme adalah tirotoksikosis yang diakibatkan oleh
Akhir-akhir ini dilaporkan bahwa kombinasi pengobatan kelenjar tiroid yang hiperaktif. Apapun sebabnya
To dengan T, (50 uS T, diganti 12.5 trg T3) memperbaiki manifestasi kliniknya sama, karena efek ini disebabkan
mood dan faal neuropsikologis ikatan T3 dengan reseptor T3-inti yang makin penuh.
Tiroksin dianjurkan diminum pagi hari dalam keadaan Rangsang oleh TSH atau TSH-/lke substances (TSI,
perut kosong dan tidak bersama bahan lain yang TSAb), autonomi instrinsik kelenjar menyebabkan tiroid
mengganggu serapan dari usus. Contohnya pada penyakit meningkat, terlihat dari radioactive neck-uptake taik.
sindrom malabsorbsi, short bowel syndrome, sirosis, obat Sebaliknya pada destruksi kelenjar misalnya karena radang,
(sukralfat, aluminium hidroksida, kolestiramin, formula inflamasi, radiasi, akan terjadi kerusakan sel hingga hormon
kedele, sulfas ferosus, kalsium karbonat. Dilantin, yang tersimpan dalam folikel keluar masuk dalam darah.
rifampisin, fenobarbital dan tegretol meningkatkan ekskresi Dapat pula karena pasien mengkonsumsi hormp,n tiroid
empedu Dosis rerata substitusi L-T, ialahll2 ug/hari atau berlebihan. Dalam hal ini justru radioactive neck-uptake
1.6 ug,&g BB atau 100-125 mg sehari. Untuk L-T, 25-50 ug. turun. Membedakan ini perlu, sebab umumnya peristiwa
Kadar TSH awal seringkali dapat digunakan patokan dosis ke dua ini, toksikosis tanpa hipertiroidisme, biasanya sely'
pengganti: TSH 20 uU/ml butuh 50-75 ug tiroksin sehari, limiting disease.
TSH 44 -75 uU/ml butuh I 00- I 50 ug. Sebagian besar kasus Dalam setiap diagnosis penyakit tiroid dibutuhkan
buhrhkan I 00-200 ug L-To sehari. deskripsi mengenai (sehingga diagnosis hendaknya
mampu menerangkan) kelainan faalnya (status tiroid),
gambaran anatominya (difus, uni/multinodul dan
Hipotiroidisme Subklinis (HSK) sebagainya) dan etiologinya (autoimun, tumor, radang)
Disebut demikian kalau TSH naik, kadar hormon tiroid
dalam batas normal. Umumnya gejala dan tanda tidak ada
atau minimal. Banyak ditemukan pada wanita usia lanjut.
Penyebab Tirotoksikosis.
Penggolongan sebab tirotoksikosis dengan atau tanpa
Akibat jangka panjangnya yaitu hiperkolesterolemia dan
hipertiroidisme amat penting, di samping pembagian
memrnrnnya faal jantung. Masih ada kontroversi tentang
berdasarkan etiologi, primer maupun sekunder. Kira kira
diobati atau tidak diobati kasus hipotiroidisme subklinis
70% tirotoksikosis karena penyakit Graves, sisanya karena
ini. Pengalaman menunjukkan substitusi tiroksin pada
gondok multinoduler toksik dan adenoma toksik. Etiologi
kasus dengan TSH > 10 mU/ml memperbaiki keluhan dan
ketainan obj ektifj antung. Dosis harus disesuaikan apabila
lainnya baru dipikirkan setelah sebab tiga di atas
disingkirkan. (Tabel 6)
pasien hamil. Untuk mencegah krisis adrenal pada pasien
dengan insufisiensi adrenal, glukokortikoid harus
diberikan terlebih dahulu sebelum terapi tiroksin.
Penyebab Tirotoksikosis
Pemberian substitusi tiroksin pada usia lanjut harus
berhati hati, mulai dengan dosis kecil, misalnya 25 mg sehari Hipertiroidisme Tirotoksikosistanpa Hipertiroidisme
Primer Hipertiroidisme Sekunder
dan ditingkatkan perlahan-lahan untuk menghindari TSH-secrefrng
Penyakit Graves Hormon tiroid berlebih
terjadinya fibrilasi maupun gagal jantung. Harus lebih hati Gondok multinodula (Tirotoksikosis faktisia) fumor chGH
hati pada mereka dengan hipotiroidisme berat dan toksik Tiroiditis subakut (viral secreting
Adenoma toksik atau De Quervain tumor
lama. Silent thyroiditis Tirotoksikosis
Obat: yodium lebih,
litium Destruksi kelenjar: gestasi
Karsinoma tiroid amiodaron, (trimester
yang berfungsi l-131 , radiasi, pertama)
TIROTOKSIKOSIS DAN HIPERTIROIDISME Struma ovarii adenoma, infark Resistensi
(ektopik) hormon tiroid
Mutasi TSH-r, G""
Perlu dibedakan antara pengertian tirotoksikosis dengan
2004 MEIABOLIKENIX)IRIN

Gejala dan tanda Gejala dan tanda


Umum Tak tahan hawa panas Psikis dan Labil, iritabel, tremor, psikosis,
hiperkinesis, capek, BB turun, tumbuh cepat, saraf nervosita's, paralisis periodik dispneu,
toleransi obat, youthful I ne ss ipertensi,aritmia, palpitasi, gagal jantung
Hiperdefekasi, lapar, Limfositosis, anemia, splenomegali,
Gastrointestinal makan banyak, haus, Jantung leher membesar
muntah, disfagia, splenomegali
Rasa lemah
Oligomenorea, amenorea. Libido turun, Osteoporosis, epifisis cepat menutup dan
Muskular lnfertil, ginekomasti Darah dan nyeri tulang
Rambut rontok, berkeringat, kulit basah, sr'/ky limfatik
Genitourinaria hair dan onikolisis Skelet
Kulit
Spesifik untuk penyakit Graves ditambah dengan:
Optalmopati (50%) edema pretibial, kemosis, proptosis, diplopia, visus menurun, ulkus kornea
Dermopati (0.5 - 4%)
Akropaki (1Y.)

Dari daftar di atas tirotoksikosis didominasi oleh takiaritmia; d) . Lebih j arang dijumpai takikar dia (40%); e) .
morbus Graves, struma multinoduler toksik (morbus Eye signs tidak nyata atau tidak ada; f). Bukannya gelisah
Plummer) dan adenoma toksik (morbus Goetsch). Sebab justru apatis (memberi gambaran masked hyperthyroid-
lain amat jarang ditemukan dalam praktik dokter sehari- ism dan apathetic form).
hari. Ciri Morbus Graves ialah hipertiroidisme, optalmopati
dan struma difus. Rokok temyata merupakan faktor risiko
Graves pada wanita tetapi tidak pada pria (DenganOR2%). PENGOBATAN

Prinsip pengobatan: tergantung dari etiologi tirotoksikosis,


Diagnosis Tirotoksikosis usia pasien, riwayat alamiah penyakit, tersedianya
Diagnosis suatu penyakit hampir pasti diawali oleh modalitas pengobatan, situasi pasien (misalnya: apakah
kecurigaan klinis. Untuk ini telah dikenal indeks klinis ia ingin punya anak dalam waktu singkat ?), risiko
Wayne dan New Castle yang didasarkan anamnesis dan pengobatan dsb. Perlu diskusi mendalam dengan pasien
pemeriksaan fisik teliti. Kemudian diteruskan dengan tentang cara pengobatan yang dianjurkan. Pengobatan
pemeriksaan penunj ang untuk konfirmasi diagnosis tirotoksikosis dapat dikelompokan dalam a. Tirostatika b.
anatomis, status tiroid dan etiologi. Tiroidektomi c. Yodium radioaktif.
Untuk fungsi tiroid diperiksa kadar hormon beredar Tirostatika. (OAT-obat anti tiroid). Terpenting adalah
TT4, TT3 G.' total) (dalam keadaan tertentu sebaiknya fT4 kelompok derivat tioimidazol (CBZ,larbimazol 5 mg,NIlZ,
dan fT3) dan TSH, ekskresi yodium urin, kadar tiroglobulin, metimazol atau tiamazol 5 , I 0, 3 0mg) dan derivat tiourasil
uji tangkap Ir3r, sintigrafi dan kadang dibutuhkan pula (PTU propiltiourasil 50, 100mg) menghambat proses
FNA (fine needle aspiration biopsy), antibodi tiroid organifikasi dan reaksi autoimun, tetapi PTU masih ada
(ATPO-Ab, ATg-Ab), TSI. Tidak semua diperlukan. efek tambahan yaitu menghambat konversi To A T, di perifer.
Untuk fase awal penentuan diagnosis, perlu T, (Tr) CBZ dalam tubuh cepat diubah menjadi MTZ. Waktu
dan TSH, namun pada pemantauan cukup diperiksa T, panthMTZ4-6 jamdanPTUl-2 jam.MTZberadadifolikel
saja, sebab sering TSH tetap tersupresi padahal keadaan + 20 jam, PTU lebih pendek. Tirostatika dapat lewat sawar
membaik. Hal ini karena supresi terlalu lama pada sel plasenta dan air susu ibu. Dibanding MTZ, kadar PTU lOx
tirotrop oleh hormon tiroid sehingga lamban puJih (lazy lebih rendah dalam air susu. Dengan propanolol dan
pituitary). Untuk memeriksa mata disamping klinis tiamazol aktivasi endotel pulih menjadi normal, OAT juga
digunakan alat eksoftalmometer Herthl. Karena hormon menghambat ekspresi HLA-DR di sel folikel sehingga
tiroid berpengaruh terhadap semua sevorgan maka tanda imunologis membaik (lihat penggunaannya dalam metoda
kliniknya ditemukan pada semua organ kita. blok-suplemen di bawah ini). Pemakaian teratur dan lama
Pada kelompokusia lanjut gejala dan tandatanda tidak dosis besar tionamid berefek imunosupresif intratiroidal.
sejelas pada usia muda, malahan dalam beberapa hal sangat Dosis dimulai dengan 30 mgCMZ,30 mg MTZ atau 400
berbeda. Perbedaan ini antara lain dalam hal: a). Berat mg PTU sehari dalam dosis terbagi. Biasanya dalam 4-6
badan menurun mencolok (usia muda 20% justru naik); minggu tercapai eutiroidisme. Kemudian dosis dititrasi
b). Nafsu makan menurun, mual, muntah dan sakit perut; sesuai respons klinis. Lama pengobatan 1-1,5 tahun,
c). Fibrilasi atrium, payah jantung, blok jantung sering kemudian dihentikan untuk melihat apakah terj adi remisi.
merupakan gejala awal dari occult hyperthyroidism, (Tabel8).
KELENJAR TIROID. HIPOTIROIDISME, DAN HIPERTIROIDISME
2005

Kelompok obat Efeknya


Obat Anti Tiroid Menghambat sintesis hormon Pengobatan lini pertama Pada
Propiltiourasil (PTU) tiroid dan berefek imu nosupresif Graves. Obat jangka pendek
Metimazol (MMl) (PTU juga menghambat konversi prabedah/pra-RAl
Karbimazol (CMZ) MMI) T4)T3
Antagonis adrenergik-P
B-adrenergic-antagonis
Propranolol Mengurangi dampak hormon Obattambahan, kadang sebagai
Metoprolol tiroid pada jaringan obat tunggal pada tiroiditis
Atenolol
Nadolol
Bahan mengandung lodine
Kalium iodida Menghambat keluarnYa T+ dan Ts Pesiapan tiroidektomi. Pada krisis
Solusi Lugol Menghambat T+ and Ts serta tiroid, Bukan untuk Penggunaan
Natrium lpodat produksi Ts ekstratiroidal rutin
Asam lopanoat
Obat lainnya
Kalium perklorat Menghambat transpor yodium, Bukan indikasi rutin
Litium karbonat sintesis dan keluarnya hormon Pada subakut tiroiditis berat, dan
Glukokortikoids Memperbaiki efek hormon di krisis tiroid
jaringan dan sifat imunologis

Ada dua metoda yang dapat digunakan dalam residif. Operasi yang tidak dipersiapkan dengan baik
penggunaan OAI ini. Pertama berdasarkan titrasi: mulai membawa risiko te{adinya krisis tiroid dengan mortalitas
dengan dosis besar dan kemudian berdasarkan klinis/ amattinggi. Di Swedia dari 308 kasus operasi, 9l% mengalami
laboratoris dosis diturunkan sampai mencapai dosis tiroidektomi subtotal dan disisakan 2 gram jaingan,9%o
terendah di mana pasien masih dalam keadaan tiroidektomi total, hipokalsemia berkepanjangan 3,lo/o dan
eutiroidisme. Kedua disebut sebagai blok-substitusi, dalam hipoparatiroid peflnanen 10lo, serta morialitas 0 %.
metoda ini pasien diberi dosis besar terus menerus dan Yodium radioaktif (radio active iodium-RAl). Untuk
apabila mencapai keadaan hipotiroidisme, maka ditambah menghindari krisis tiroid lebih baik pasien disiapkan dengan
hormon tiroksin hingga menjadi eutiroidisme pulih kembali. OAT menjadi eutiroid, meskipun pengobatan tidak
Rasional cara kedua ini yaitu bahwa dosis tinggi dan lama mempengaruhi hasil akhir pengobatan RAI. Dosis RAI
memberi kemungkinan perbaikan proses imunologik yang berbeda: ada yangbertahap untuk membuat eutiroid tanpa
mendasari proses penyakit Graves. hipotiroidisme, ada yang langsung dengan dosis besar
Efek samping yang sering rash,trtkat\a, demam dan untuk mencapai hipotiroidisme kemudian ditambah tiroksin
malaise, alergi, eksantem, nyeri otot dan artralgia, yang
sebagai substitusi. Kekhawatiran bahwa radiasi
jarang keluhan gastrointestinal, perubahan rasa dankecap,
menyebabkan karsinoma, leukemia, tidakterbukti. Dan satu-
artritis dan yang paling ditakuti yaitu agranulositosis. Yang
satunya kontra indikasi ialah graviditas. Komplikasi ringan,
terakhir ini kalau teq'adi hampir selalu pada 3 bulan pertama
kadang terjadi tiroiditis sepintas. Di USA usia bukan
penggunaan obat. Yang amal jarang trombositopenia,
merupakan mas alah lagi, m alahan cu t off-ny a 17 -20 tahxl
anemia aplastik, hepatitis, vaskulitis, hipoglikemiaa
80% Graves diberi radioaktif,T\yo sebagai pilihan pertama
(insulin autoimmune syndrome). Untuk evaluasi gunakan
dar. l\Yo karena gagal dengan cara lain. Mengenai efek
gambaran klinis, dengan misalnya indeks Wayne atau
terhadap optalmopati dikatakan masih kontroversial.
indeks New Castle (termasuk lingkar leher) dan kadang
Meskipun radioterapi berhasil tugas kita belum selesai,
kadang diperlukan pemeriksaan T /tr u
sebab kita masih harus memantau efek jangka panjangnya
Tiroidektomi. Prinsip umum : operasi baru dike{akan kalau yaitu hipotiroidisme. Dalam observasi selama 3 tahunpasca-
keadaan pasien eutiroid, klinis maupun biokimiawi. RAI, tidak ditemukan perburukan optalmopati {berdasarkan
Plumerisasi diberikan3 kali.5 tetes solusio lugol fortiorT-10 skor Herthel, OI,MR[, total muscle volumes (TMV)] .
jam preoperatif dengan maksud menginduksi involusi dan Namun disarankan sebaiknya jangan hamil selama 6
mengurangi vaskularitas tiroid. Operasi dilakukan dengan bulan pascaradiasi. Setiap kasus RAI perlu dipantau kapan
tiroidektomi subtotal dupleks mensisakan jaringan szujung terjadinya hipotiroidisme (dengan TSH dan klinis).
ibu j ari, atau lobektomi total termasuk ismus dan tiroidetomi Titik tangkap berbagai obat yang digunakan dalam
subtotal lobus lain. Komplikasi masih terjadi di tangan ahli pengobatan hipertiro-idisme dapat dilihat dalam skema ini.
sekalipun, meskipun mortalitas rendah. Hipoparatiroidisme Jelas bahwa untuk menurunkan secara cepat, maka kran
dapat permanen atau sepintas. Setiap pasien pascaoperasi pelepasan hormon perlu ditutup segera dengan yodium
perlu dipantau apakah terjadi remisi, hipotiroidisme atau dosis tinggi atau litium. Untung rugi dari masing masing
2006 METABOLIKENDOI(RIN

modus pengobatan dapat dilihat dalam Tabel. 9 dan titik Untuk memudahkan pemantauan maupun diagnosis
tangkap dari masing masing pengobatan ini ditunjukkan dibuat klasifikasi beberapa klas dengan singkatan NO
dalamGambarT. ,SPEC^S, dimana:

Klas 0 N o physical signs or symptoms

Gara
Klas 1 o nly signs, no symptom (hanya stare, lidlag,
Pengobatan
Keuntungan Kerugian upper eyelid retraction)
Tirostatika kemungkinan . angka residif cukup
Klas 2 oft tissue involvement (palpebra bengkak,
(oAT) remisi jangka tinggi kemosis etc) 90o/o
Tiroidektomi panjang tanpa . pengobatan jangka Klas 3 roptosis ( > 3mm dari batas atas normal)
hipotiroidisme panjang dengan
o cukup banyak kontrol yang sering 3U/n
menjadi eutiroid . dibutuhkan Klas 4 xtraocular muscle inyolyement (sering dgn
ketrampilan bedah
Yodium o relatif cepat . masih ada morbiditas
diplopia) 60%
radioaktif . relatifjarang . 40% hipotiroid dalam Klas 5 C orneal involvement 9/o
(1"') residif 10 tahun Klas 6 S ight loss (karena saraf optikus terllbat) 34oh
. sederhana . daya kerja obat
o jarang residif lambat Oftalmopati Graves disebut juga sebagai TAO
(tergantung . 50% hipotiroid pasca
i d a s s o c i a t e d o p t h al m o p a t hy), nllai propto sis
(t hyr o
dosis) radiasi
normal ialah 22 mm pada Kaukasus dan kulit hitam, I 8 mm
untuk Asia. Oft almopati ditemukan pa da 7 7 %. Grav es, 2o/o
pada hipotiroidisme dan 20Yo pada kasus eutiroidisme.
Pengobatan terhadap TAO hanya akan berhasil apabila
diberikan pada puncak aktivitas penyakitnya. Oftalmopati
dapat terjadi secara unilatqal, namun hendaknya juga di
TPO
l+l +T,+T,+T:+Tr pikirkan akan kemungkinan masa retroorbital.

L__l
lttt
Rantai peptida tkoglobulin
Pada waktu ini dikenal pengobatan bagi yang OG berat.
Cara yang sudah diakui yaitu glukokortikoid (oral,
Yodinasi
oksidatif intravena, lokal), radioterapi supravoltase, operasi
rehabilitatif (dekompresi mata, operasi otot mata
ekstraokuler, operasi kelopak mata). Cara yang masih dalam
*:].* tahap pengembangan : analo g somatostatin (oktreotid,
Penghambat beta
lanreotid), imunoglobulin.
Gambar 7. skema titik tangkap kerja obalobat yang digunakan Dari berbagai studi l0l kasus OG, hanya l5o/oyang
pada pengelolaan hipertiroidisme memburuk dalam 5 tahun, sisanya membaik dengan
sendirinya. Dari 120 kasus, 74Yo tidak membutuhkan
pengobatan atau hanya obat ringan saja.
Oftalmopati Graves Prinsip umum OG: a). Keduanya mempunyai kes€lmaan
Dalam mengobati morbus Graves sering kita melupakan dasar imunologik, namun bukanlah sebab-akibat b).
optalmopati Graves (OG) OG mengganggu kualitas hidup Perbaikan status tiroid tidak menj amin perbaikan oftalmopati;
pasien. Meskipun patogenesis sudah sedikit terungkap, c). Sering terlihat oftalmopati mendahului, bersama atau
pengobatan belum memadai. OG ringan cukup diberi mengikuti terjadinya gejala dan tanda klinis penyakit Graves;
pengobatan lokal (air mata artifisial dan salep, tetes mata d). Tidak semuakasus Graves disertai oftalmopati Graves.
obat penghambat beta, kacamata hitam, prisma, mata waktu
malam ditutup dan hindari rokok). Pada-OG yang lebih
berat (3-5%) dibutuhkan pengobatan agresif. Kalau OG KRISIS TIROID
aktif modus pengobatan ialah : glukokortikoid dosis besar,
radioterapi orbital atau dekompresi orbital. Apabila keadaan Krisis tiroid adalah tirotoksikosis yang amat
berat namun inaktif, dianjurkan dekompresi. Di luar membahayakan, meskipun jarang terjadi. Hampir semua
pengobatan optalmologis koreksi terhadap adanya kasus diawali oleh faktor pencetus. Tidak satu indikator
hipotiroidism e maupunhipertiroidisme mutlak perlu. Kalau biokimiawipun mampu meramalkan terjadinya krisis tiroid,
operasi dan OAI tidak berpengaruh pada perjalanan OG, sehingga tindakan kita didasarkan pada kecurigaan atas
radioterapi pada perokok berpengaruh terhadap progresi tanda-tanda krisis tiroid membakat, dengan kelainan yang
OG. Sesuai dengan model hipotesis yang menghubungkan khas maupun yang tidak khas. Pada keadaan ini dijumpai
OG dengan otoimunitas dua organ ini, maka ablasi tiroid dekompensasi satu atau lebih sistem organ. Karena
dianggap berpengaruh baik. mortalitas amat tinggi, kecurigaan lcisis saja cukup menjadi
KELENJAR TIROID, HIPOTIROIDISME, DAN HIPERTIROIDISME
2007

dasar mengadakan tindakan agresif. Hingga kini yodida jenuh, 5 tetes setiap 6 jam). Apabila ada, berikan
patogenesisnya belum jelas: free-hormon meningkat, endoyodin (NaI) IV, kalau tidak solusio lugoVSSKI tidak
rait'ny a fr e e-hormon mendadak, efek T3 pasca transkripsi, memadai; c). Menghambat konversi perifer dari T4 )
meningkatnya kepekaan sel sasaran dan sebagainya. T3 dengan propranolol, ipodat, penghambat beta danJ
Faktor risiko krisis tiroid: surgical crisis (persiapan operasi atau kortikosteroid.
yang kurang baik, belum eutiroid), medical crrsis (stres . Pemberian hidrokortison dosis stres (100 mg tiap 8 jam
apapun, fisik serta psikologik, infeksi dan sebagainya) atau deksametason 2 mg tiap 6 jam). Rasional
Kecurigaan akan terj adi krisis apabila ter dapat triad l) . pemberiannya ialah karena defisiensi steroid relatif akibat
Menghebatnya tanda tirotoksikosis 2). kesadaran menurun hipermetabolisme dan menghambat konversi perifer T4.
dan 3). Hipertermia. Apabila terdapat triad maka kita dapat
. Untuk antipiretik digunakan asetaminofen jangan
meneruskan dengan menggunakan skor hdeks klinis krisis aspirin (aspirin akan melepas ikatan protein-hormon
tiroid dari Burch-Wartosky. Skor menekankan 3 gejala pokok: tiroid, hingga free-hormon meningkat).
hipertermi4 takikardia dan disfungsi susunan saraf. . Apabila dibutuhkan , propranolol dapat digunakan,
Pada kasus toksikosis pilih angka tertinggi, >45 highly sebab di samping mengurangi takikardi juga mengharnbat
suggestive,25-44 suggestive of impending storm, di bawah konversiTo ) T, diperifer. Dosis20-40mgtiap 6jam.
25 kemungkinankecil. . Mengobati faktor pencetus (misalnya infeksi)' Respons
Pengobatan harus segera diberikan, kalau mungkin pasien (klinis dan membaiknya kesadaran) umumnya
dirawat di bangsal dengan kontrol baik terlihat dalam24 jam, meskipun adayang berlanjut
. IJmum. Diberikan cairan untuk rehidrasi dan koreksi hingga seminggu.
elektrolit (NaCl dan cairan lain) dan kalori (glukosa),
vitamin, oksigen, kalau perlu obat sedasi, kompres es.
. Mengoreksi hipertiroidisme dengan cepat: a). PENYAKIT GRAVES PADA WANITA HAMIL
Memblok sintesis hormonbaru : PTU dosisbesat (load'
ing dose 600-1000 mg) diikuti dosis 200 mg PTU tiap 4 Secara klinis mende teksi Gravespada wanita hamil tidak
jam dengan dosis sehari total 1000-1500 mg); b). selalu mudah, sebab banyak keluhan yang mirip dengan
Memblok keluarnya cikal bakal hormon dengan solusio hipertiroidisme (keringat banyak, berdebar dan sebagainya).
lugol (l0tetes setiap 6-8jam) atau SSKI (arutankalium Diagrrosis biokimiawi ditegakkan dengan memeriksa hormon

Kriteria diagnostik untuk Krisis Tiroid


Disfungsi pengaturan panas Disfungsi
Suhu 99- 99 0 5 Kardiovaskular
1 00-1 00.9 10 Takikardi 99 - 109 5
'1 01-10 1 .9 15 110-119 10
102-102.9 20 120 - 129 15
103-1 03.9 25 130 - 139 20
>104.0 30 >140 25
Efek pada susunan saraf Pusat Gagal jantung
Tidak ada 0 Tidak ada 0
Ringan (agitasi) 10 Ringan (edema kaki) 5
Sedang (ronki basal) '10
Sedang (delirium,psikosis,letargi berat) 20
30 Berat (edema paru) '15
Berat (koma,kejang)
Disf ungsi gastrointestinal-hepar Fibrilasi atrium
Tidak ada U Tidak ada 0
Ringan (diare, nausea/muntah/nyeri perut) 10 Ada 10
Berat (ikterus tanpa sebab yang jelas) 20 Riwayat pencetus
Negatif 0
Positif '10

Pada kasus toksikosis pilih angka tertinggi, > 45 highly suggestive,25-44 suggestlve of impending
storm, di bawah 25 kemungkinan kecil.

Hipotiroidisme Subklinis Hipertiroidisme Subklinis


Prevalensi ! 60/o ! 1o/o

wanita > pria (2-3x) wanita > pria ( '1,5 x)


usia lanjut > muda usia lanjut > muda
Riwayat TSH pulih dalam 5% TSH pulih normal pada t55%
alamiah Hipoitiroidisme pd 5% kasus per tahun (risiko: Hipertiroidisme dalam t 10% (struma noduler
wanita dengan Ab) berisiko)
Pengelolaan 25-30% membaik dengan T4
Terapi dengan 1131 pada AF atau pada struma
nodosa
2008 METABOLIKENDOXRIN

macam, AIT tipe I dan AIT tipe II, yang dibedakan karena
AIT tipe
sebelumnya ada atatt tidak ada kelainan dasar tiroid.
I AIT tipe ll
Penggunaan I tablet amiodaron 200mg mengekskresikan
Ada penyakit tiroid Ada Tidak ada
sebelumnya I 50.000 ug/yodium/24 jamatau I 00x kebutuhan manusia.
Struma Sering, difus Jarang Efek pada tiroid disebabkan karena amiodaron sendiri dan
atau noduler metabolitnya (desethyylamiodaron) yang jauh lebih kuat,
Ml-upfake Normal atau Struma kecil dan
tinggi difus
mampu mengakibatkan tiroiditis destruktif.
tL-6 Agak naik Rendah - tertekan
Patogenesis Sintesis hormon Banyak hormon
tiroid karena sebab Tiroiditis
yod berlebihan destruktif REFERENSI
Terapi Kalium perklorat, Prednison
MMZ Bartalena L, Pinchera A, Marcocci C. Management of Graves'
Opthalmopathy: reality and perspectives. Endocrine Reviews,
troid, bebas (fl odan TSII), bukan hormon total. Sehubungan 2000;21:168-199.
Billewicz WZ, Chapman RS, Crooks J, Day ME, Cossage J, Sir
dengan pengelolaan pada wanita hamil perlu diingat hal
Edward Wayne and JA Young. Statistical methods applied to the
sbb: l). Pengobatan radioaktif adalah kontaindikasi 2). kalau
diagnosis of hlpothyroidism. Quarterly J Med 1969; 150 :255.
diperlukan operasi dapat dilakukan pada trimester kedua, 3. Braverman LE, Roti E. Iodine excess and thyroid firnction. In: 'The
OAI dapat diberikan dengan dosis minimal yang masih Thyroid and Iodine'. Eds. J Naumann, D Glinoer, LE Braverman,
efektif (meski semua OAI sama efektifnya, PTU lebih U Hostalek. Merck European Thyroid Sympsoium, Warsaw
dianjurkan). Karena aksis tiroid-hipofisis baru mulai 1996. Schattauer, Stuttgartd new York, 1996
berfungsi setelah 12 minggu gestasi, maka penggunaan Burggraaf J, Lalezai S, Emeis JJ et al. Endothelial function in pa-
tients with hyperthyroidism before and after treatment with
OAT penuh di trimesterpertama masih aman.
propanolol and thiamazol. THYROID 2001;11 : 153.
Dianjurkan untuk memberi dosis OAI sedemikian Djokomoeljanto R, Davis JRF. Endocrine diseases. In: Drug benefits
hingga kadar tiroksin ibu berada dalam tingkat normal and riks. International Textbook of Clinical Pharmacology.
tinggi atau mildly thyrotoxic range. Jangan gunakan Eds: CJ van Boxtel, Budiono Santosa and IR Edwards. Chichester
metoda blok-suplemen pada wanita hamil. Toronto: John Wiley and ons, Ltd; 2001.p 659.
Dunn JT, Dunn AD. Thyroid physiology. In: Comprehensive Clini-
cal Endocrinology. 3d edition. Editors: GM Besser, MO Thomer.
Hipertiroidisme Subklinis (HSK) Section 2 Chapter 10. Mosby 2002
HSKialahkeadaan dimana kadar TSH rendah danhormon Greenspan FS. The Thyroid Gland. In. Basic & Clinical Endocrinol-
tiroid bebas normal, 'tanpa' atau sedikit disertai tanda atau ogy. 7h edition. Editors FS Greenpan, DG Gardner, Lange Medi-
gejala tirotoksikosis. Penyebabnya: endogen (struma MN, cal Books? New York-Toronto: mcGraw-Hill Medical Publish-
nodul otonom, morbus Graves, tiroiditispostpartum) atau ing Division;2004
Pinchera A, Vitti P, Chiovato L, Tonacchera M, Giachetti M. Stategy
eksogen (kelebihan tiroksin). Dalam kurun waktu tertentu
in the evaluation of the hypothyroidism and thyrotoxicosis in
55% TSH rendah akan naik, 3 5%o menetap. pregnant women. In: The Thyroid and pregnancy. Eds: Beckers
Kira kira l0% HSK berubah menjadi klinis. Wanita C, Reinein D. Int'l Merck Symposium in Brussels, 1991.
> 60th denganTSH< mU/nrlber- RR 3.gxmengalami fibrilasi
0. I Schattauer, 1991. p. 95.
atrium dalam 10 tahun. Keluhan hipertiroidisme memang Ross DS. Subclinical thyrotoxicosis. In: Werner & Ingbar's The
ku.ang klas @MD menuruq nadi lebih cepat, kadang AF, Thyroid. A fundamental and clinical text. 86 ed. LE Braverman
and RD tiger. philadelphia, Tokyo: Lippincott Williams Wilkins.
kontraksi jantung meningkat, biokimiawi : LDL menwun,
A Woler Kliwer Co; 2000.p 1007
osteokalsinmeningkag CPKmeningkat, enzim hati meningkat).
Stevenson JC, Chalal P. Aids to Endocrinology, Edinburg London
Meskipun studi pengobatan secara sistematis belum banyak, Melbourne New York, Chur-chill Livingstone, 1986.
namun banyak kasus denganAF dan HSK membaik dengan Weetman AP. Chronic autoimmune thyroiditis . In: In: Werner &
Ir3r atau karbimazol. Hingga sekarang memang belum ada Ingbar's The Thyroid. A fundamental and clinical text. 8t ed.
konsensus tentang pemberian obat pada HSK ini. Perlu LE Braverman and RD Utiger. Philadelphia, Tokyo: Lippincott
diperhatikan bahwa keadaan serupa (fT4 dan fT3 normal Williams Wilkins. A Woler Kluwer Co; 2000. p. 721.
Werner & Ingbar's The THYROID, a fundamentral and clinical
sedang TSH rendah) dapat terlihat akibat pengob atanatau
text. 9tl edition. In: L.E.Braverman, R. D Unger, editors.
resolusi spontan ov er t thyr o t oxi c o s is, karena supresi T SH
Lippincott Williams & Wilkins; 2005.
yang persisten, dikenal sebagai lazy pituitary. Wiersinga WM, Krenning EP. Thyreotoxicosis. In
Schildklierziekten. 2e druk. Bohn Stafleu Van Loghum. Houten/
Diegem 1998 (a) , pagina 95
Am i od aro ne I nd u ced Thyrotoxicosrs (AlT)
Wiersinga WM, Krening EP Schildklierziektan. Tweede dnrk. Bohn
Karena sekarang banyak digunakan amiodaron dalam
Stafleu Van Loghum, Houten / Diegem 1998.
pengobatan gangguan kardiovaskul ar, maka di bawah ini Zantut-Wittman DE, Tambascia MA, da Silva Trevisan MA et al.
disajikan keluhan, gejala serta pengelolaan Amiodarone Antithyroid drugs inhibit in vivo HLA-DR expression in thy-
Induced Tbxicosis (AIT). Gambaran klinik AIT ada dua roid follicular cells in Graves' disease. THYROID 11: 575, 2001.
313
GANGGUAN AKIBAT KURANG IODIUM
R. Djokomoeljanto

PENDAHULUAN laut. Hal ini terlihat jelas bahwa banyak daerah gondok
endemik terjadi pada daerah berkapur dan daerah yang
Sampai tahun 1960-an defisiensi yodium (DY) selalu banyak mengalami erosi. Sumber yodium antara lain: a)'
dihubungkan dengan gondok, sehingga muncullah kata air lanah, tergantung sumber air berasal dari batuan
gondok endemik. Memang benar bahwa etiologi terpenting tertentu (kadar paling tinggi apabila air ini bersumber dari
dari gondok endemik ialah defisiensi yodium. Adapun igneous rock,900 uglkg bahan); b)' air laut mengandung
kgadaan lain yang sering dihubungkan dengan gondok sedikit yodium, sehingga kandungan yodium gararn
endemik ialah: faktor goitrogen, kelebihan unsur yodium, rendah; c). plankton, garlggalg laut dan organisme laut
faktor nutrisi, faktor 'trace element' lain dan faktor genetik' lain berkadar yodium tinggi sebab organisme ini
Namun kemudian terungkap bahwa bagi manusia dampak mengkonsentrasikan yodium dari lingkungan sekitarnya;
defisiensi yodium terbesar adalah adatya gangguan d). sumber bahan organik yang berada dalarn oksidan,
perkembangan susunan saraf pusat termasuk intelegensi' desinfektan, yodofor (iodophor), zat wama makanan dan
DY dengan mengganggu perkembangan otak manusia kosmetik, dan vitamin yang beredar di pasaran menambah
telahmenyebabkanberjuta juta orang menjadi kurang maju' yodium juga; e). ikan laut, cumi-cumi yang dikeringkan
WHO menyebutkan bahwa secara global "'iodine
ang langkaini
deJiciency is the single most important preventable cause
laut. Unsur ini
of brain damage...Dai berbagai deklarasi internasional
dibawa oleh angin dan hujan ke daratan kembali melewati
dimana Indonesia juga ikut menandatangani, muncullah
semboyan sebagai berikut: siklus laut udara daratan. Pada umumnya air minum
merupakan sumber yodium yang sangat terbatas'
Every child has the right to an adequate supply of Kebanyakan unsur yodium didapat lewat makanan'
iodine to ensure his (or her) normal developments.... "' "' Tumbuhan memperoleh yodium dari lahan di mana tanaman
......fo, the unborn child... tumbuh, sehingga makin tinggi kadar yodium lahan, makin
Every mother has the right to an adequate iodine nutri' tinggi pula kadar yodium tanaman yang tumbuh disitu'
tion to ensure her unborn child experiences normal men' felirangan yodium berakibat jelek, tidak hanya untuk
tal development ............ manusia tetapi juga untuk hewan.
Declarations from 1989, 1990' 1991' 1992

FAKTOR DEFISIENSI YODIUM


YODIUM DIALAM
Defisiensi yodium merupakan sebab utama terjadinya
lah cara
Yodium termasuk unsur kelumit (trace elements). Meskipun
yodium
kadar yodiurn dalam air laut dan udara sedikit, tetapi
ditimbun
merupakan sumber utama yodium alam. Karena yodium
larut dalam air, maka erosi karena sebab apapun akan dalam kelenjar tiroid atau diekskresikan lewat urin,
mengikisnya dari permukaan tanah dan membawanya ke Mengingat bahwa dalam keadaan seimbang, kecepatan
2010 METABOLIKENDOKRIN

clearance yodium konstan dan ekskresi bergantung pada apablla setelah yodium secara adekuat dibenkan tetapi tak
kadar yodium plasma (dan ini bergantung pada resopsi di terlihat penurunan prevalensi gondok seperti yang
usus) maka secara praktis jumlah yang keluar dalam urin diharapkan. Bagaimanapun juga, seperti di Zaire dan
sepadan dengan yang masuk tubuh lewat resorpsi usus. Columbia, defisiensi yodium tetap merupakan faktorpokok
Klinis terbukti juga bahwa ada korelasi negatif antara dan permissive terhadap timbulnya gondok dan bukan
ambilanyodium radioaktif dengan ekskresi yodium urin di faktor tiosianat.
berbagai daerah endemik. Meskipun sayur kol bersifat goitrogen pada binatang,
Belum ada kesepakatan akan kebutuhan tubuh atas pada manusiahanya akan bersifat membesarkan gondok
yodium. Dengan dasar perhitungan P 1 I (plasma inorganic apabila orang tersebut makan dalam jumlah yatg amat
iodide) kebutuhan sehari diduga antaral00200 mg I untuk besar (sampai 10 kg kol sehari). Terhadap kenyataan di
dewasa dan 200 ug I untuk usia akil baliq. Sebaliknya dari atas, dapat disimpulkan bahwa makanan atau zat yang
studi epidemiologis membuktikan bahwa 100 mg sudah pada binatang berpotensi bersifat goitrogen, belum
dianggap cukup untuk menanggulangi gondok masyarakat konklusif sebagai penyebab gondok pada manusia.
dengan segala akibatnya. Korelasi negatif terlih at arfiara Periksalah Tabel I dan Gambar 1.
prevalensi gondok dengan masukan yodium serta ekskresi
yodium urin, lagipula pemberian yodium menurunkan
prevalensi gondok endemik secara drastis. Kadang kadang
kelainan ini ditemukan di tempat di mana nilai ekskresi Mekanisme
yang Kelompok
yodium urin44lmg sehari seperti di Sri Langka, namun goitrogen Keterangan
dipengaruhi
juga di Hokkaido di mana yodium amat lebih tinggi.
Transportasi Tiosianat Dampak kelompok ini
Sedangkan di liatlaya,di
Lembah Mulia, dengan ekskresi yodium cyanogentc dapat dicegah dengan
yodium urin 13,6 ug sehari, PBI normal, tak ditemukan Glycosides pemberian yodium
gondok maupun kretin endemik. cukup Banyak
terdapat di alam:
W'HO, Unicef dan ICCIDD menganjurkan kebutuhan crucifera, cassava,
yodium sehari sebagai berikut: rebung, ubi jalar, lima
. 90 mg untuk anakprasekolah (0 - 59 bulan) Oksidasi, Tioglikosid,
beans
Efeknya tak dapat
. 120 mg untuk anak sekolah dasar (6 - l2 tahun) organifikasi isotiosianat, dihambat
. l50mguntukdewasa(di atas 12 tahun) dan; disulfid dan Hanya dengan yodium
. 200 mg untuk wanita hamil dan wanita menyrsui
water borne
goitrogens
saja. Contoh:
brambang, bawang,
Brassica, yellow
Masukan yodium diperiksa dengan cara langsung turnips
maupun tidak langsung. Pemeriksaan langsung deng al cara Proteolisis, Yodida Yodium lebih dari 2
menganalisis makanan duplikat yang terdapat dalam penglepasan (ganggang laut gram sehari akan
hormon dan dan menghambat sintesis
makanan seseorang. Sedang untuk pemeriksaan tidak dehalogenasi sebagainya) dan penglepasan
langsung dipakai berbagai cara : antara lain dengan hormon
memeriksa kadar yodium dalam urin, dan dengan studi
kinetikyodium. Hasil observasi di atas jelas menunjukkan
bahwa defisiensi yodium memang merupakan penyebab Tioglikosid
'Goitrin'
utama endemi ini, namun pada beberapa keadaan defisiensi Tiosianat
lsotiosianat Yodida
(Glikosid (Rumput Laut)
yodium merupakan faktor yang mempermudah (per-missive Disulfid
Sianogenik) 'Coast Goiter'
'Water - borne'
factor) bagi terjadinya gondok. Goitrogen

FAKTORGOITROGEN

Goitrogen adalah zatlbahan yang dapat mengganggu


hormonogenesis tiroid sehingga akibatnya tiroid dapat
membesar. Sebagian besar efek goitrogen dibuktikan secara
pasti pada binatang percobaan, tetapi pada manusia
perannya kecil. Secara epiderniologis hanya ada dua daerah
endemis di mana goihogen penting. Pertama di pulau Idjwi,
Zaire, karena cyano genicglucoside (liosianat) berasal dari
ketela; dan di Candelaria, Columbia, karena sulphurated
hydrocarbon dalam airminum yang bersumber dari karang
Gambar 1. beberapa goitrogen dan letak titik tangkapnya dalam
sedimen tertentu. Peran klinis goitrogen baru dipikirkan, proses hormonogenesis
GANGGUAN AKIBITT KI'RANG IODIUM
20tt

YODIUM BERLEBIHAN (lODlDE EXCESS) Dengan demikian kepentingan klinisnya tidak saja
didasarkan atas akibat desakan mekanis yang ditimbulkan
Yodium disebut berlebih apabila masukan melebihi jumlah oleh gondok, tetapi justru gangguan fungsi lainyang dapat
yang diperlukan untuk sintesis hormon secara fisiologis' dan sering menyertainya seperti gangguan perkembangan
Syarat mutlak terjadinya iodide excess ialah masukan mental dan rendahnya IQ, hipotiroidisme dan kretin
yodium dosis besar dan terus menerus, seperti halnya yang endemik.
terjadi di Hok-kaido, Jepang. Mereka sangat suka akan GangguanAkibat Kurang Iodium (GAKI) ata:u lodine
ga;n1gang laut yang kaya yodium (mengandung I 4,5 g Deficiency Disorders (IDD) adalah satu spektrum
yodium/kg bahan kering). Dengan dosis besar yodium gangguan yang luas sebagai akibat defisiensi yodium
terjadi inhibisi hormono-genesis khusus yodinisasi tironin dalam makanan yang berakibat atas menurunnya kapasitas
dan proses coupling nya. Pada pemberian secara kronik, intelektual dan fisik pada mereka yang kurang yodium ;
dapat terjadi escape atau adaptasi terhadap hambatan serta dapat bermanifestasi sebagai gondok, retardasi
tersebut.(vide Wolff-Chaifoff effect) Bila tidak mampu mental, defek mental serta frsik dan kretin endemik' Semua
melaksanakan escape terhadap hambatani, maka ia akan gangguan pada populasi tersebut akan tercegah dengan
mengalami inhibisi hormoge-nesis dan terjadilah masukan yodium cukup pada penduduknya.
hipotiroidisme. TSH meninggi dan muncul gondok.

Epidemiologi GAKI
KONSEPGAKI Telah banyak diterbitkan buku dan publi-kasi yang
melaporkan prevalensi serta penye-baran gondok endemik
Gondok endemik hingga kini masih merupakan masalah
di dunia. Terakhir dila-porkan dalam MDIS Working Pa-
kesehatan masyarakat yang penting, di Indonesia maupun
per, 1993. Gondok memang sering ditemukan di daerah
di negara berkembang. Akhir ini masalah mulai mencuat
pegunungan seperti pegunungan Alpen, Hima-laya,
kembali di Eropa. Seperti disebutkan di atas kalau dahulu
Andes, Bukit Barisan dan sebagainya. Meskipun'demikian
kita selalu ter-pancang pada gondok endemik saja,
terlihatjuga di dataran ren-dah seperti Finlandia, Belanda
sekarang kita lebih memfokuskan pada masalah gangguan
dan malahan ditepi pantai seperti di Junani, Jepang, pantai
yang iebih luas yang digabung dalam GAKI atau IDD
Ke-bumen di Jawa Tengah dan kepulauan Maluku'
(GangguanAkibat Kekurangan lodinm, Iodine Deficiency
Disorders), di mana akibat defrsiensi yodium merupakan
satu spektrum luas dan mengenai semua segmen usia, dad Survei Epidemiologis Gondok Endemik
fetus hingga dewasa. Dengan demikian jelaslah bahwa Survei epidemiologis untuk gondok en-demik biasanya
gondok tidak identik dengan GAKI. Dari tabel terlihat didasarkan atas besamya kelenjar tiroid , dilakukan dengan
gondok hanya merupakan sebagian kecil saja dari spektrum metoda palpasi, menurut klasifikasi Perez atau
GAKI(Tabel2). modifikasinya (1960):
(A)
Abortus Grade0 :tidakteraba
Lahir mati (stillbirth) GradeI : teraba dan terlihat hanya dengan kepala
Anomali kongenital ditengadahkan
Meningkatnya kematian perinatal (PMR)
Meningkatnya kematian anak (lMR)
Grade II: mudah dilihat, kepala posisi biasa
Kretin endemik tiPe neurologik Grade III : terlihat dari j arak tertentu
Retardasi mental
Bisu tuli
Diplegia spastik
Mata juling
Kretin miksudematosa
Cebol
Defisit mental . Grade la : tidak teraba atau jika teraba tidak lebih besar
Hipotiroidisme
Defek psikomotor
dari kelenjar tiroid normal.
Neonatus Gondok neonatal . Grade lb : jelas teraba dan membesar, tetapi umumnya
Hipotiroidisme neonatal tidak terlihat meskipun kepala posisi tengadah. Ukuran
Gondok
Hipotiroidisme juvenil
tiroid disebut normal apabila sama atau lebih besar dari
Anak dan
remaJa Retardasi mental falangs akhir ibu jari tangan pasien
Gangguan perkembangan fisik
lodine induced hyperthyroidism (llT) (c)
Gondok dengan segala akibatnYa Akhir ini kriteria palpasi disederhanakan untuk mencegah
Dewasa Hipotiroidisme
Gangguan fungsi mental kesulitan membedakan grade Ia dan Grade Ib di atas
Kepekaan thd radiasi nuklir meningkat dengan modifikasi sebagai berikut (2001)
. Grade O : tidak terlihat maupun teraba gondok
2012
METABOLIKENDOXRIN

. Grade I : Gondok teraba tetapi tidak terlihat apabila Oleh sebab itu dianjurkan mulai dengan survei anak
leher dalam posisi normal (tiroid tak terlihat membesar). sekolah dahulu dan jika angka melebihi lO% maka dapat
Meskipun tidak membesar adany a n o dut mes?,tptm lidak diteruskan dengan survei pada masyarakat seluruhnya.
membesar dimasukkan dalam grade ini. Penulis sendiri menganjurkan untuk mulai melakukan studi
. Grade 2 : Pembengkakan di leher yang jelas terlihat masyarakat apabila angka ini sama atau lebih dari 30%
pada leher dalam posisi normal dan pada palpasi (termasuk grade I nya).
memaflg memb es ar (kelenlar tiroid dianggap membes ar Di samping untuk menilai berat ringannya defisiensi
apabila besar setiap lobus lateral lebih dall- yodium, survei epidemiologis digunakan untuk mengikuti
volume falangs terminal ibu jari pasienyang diperiksa. dampak pengobatan dan profilaksis. Di th 1974 k;riteira
(D) WHO untuk satu daerah sebagai endemi yaitu
Untuk masa depan besarnya tiroid dianjurkan diperiksa ditemukannya 5%o gondokatau lebih pada penduduk usia
dengan ultrasonografi, sebab cara ini mudah, peka, reliabel, remaja atau lebih muda, berderajat Ib atau apabila > 3Oy"
objektif dibanding palpasi. Nilai normatif volum tiroid populasi dengan gondok Iaatau >. Gondok dapat terjadi
berbeda dari satu populasi ke populasi lain. Di Indonesia, secara fisiologis pada wanita meskipun yodium cukup.
berdasarkan pemeriksaan 7447 anak sekolah usia 6-12 Gondok dapat terjadi pada 4 5% penduduk normal. Untuk
tahun dari propinsi Sumatra Barat, Jawa Barat, Jawa mudahnya endemi perlu mendapat perhatian apabila TGR
Tengah, DIY dan Bali telah dibuat nilai normatif volume (total goiter rate) > 5%o dan perlu mendapat pencegahan
tiroid sebagai berikut (bandingkan nilai Eropa) Tabel 3. apabila >l\yo. Batas ini dipitih berdasarkan kenyataan
bahwa prevalensi yang > l0o/oternyatadisebabkan akibat
pengaruh faktor lingkungan, sedang di bawah l\Yo ifi
dapat terladi meskipun tampaknya "semua" faktor telah
disingkirkan. Namun akhir akhir ini para ahli sepakat untuk
Usia lndonesia tetap menggunakan nilai 5%o sebagaibatas, sebab banyak
(tahun) ditemukan kelainan metabolik (T* yang rendah serta
kenaikan TSH pada penduduk ketika prevalensi gondoknya
6 5.4 5.0 2.4 4.0
7 5.7 5.9 3.9 4.1
ditemukan ant ara 5 l0o/o).
8 6.'1 6.9 4.6 6.1 Dalam memilih segmen penduduk yang dipantau secara
I 6.8 8.0 5.9 6.7 epidemiologis perlu dipikirkan faktor kerawan an yulner-
10 78 9.2 6.8 7.5
ability segmen (sejauh mana mudah terkena gangguan,
11 9.0 10.4 7.8 8.0
12 10.4 11 .7 8.1 9.9 danrespons biokimiawi maupunklinis yang terlihat akibat
Djokomoeljant et al. 2001 . Angka berdasar 97 persentil kekurangan maupun intervensi), terwakil inya repres enta-
tiveness penduduk secara menyeluruh, dan mudahnya
Dalam survei epidemiologi dapat digunakan duateknik diperoleh datanya accessibility. Untuk ini yang diajurkan
deteksi a. memeriksa seluruh penduduk atau b. memeriksa adalah segmen anak sekolah dan wanita hamil atau
satu kelompok terbatas (anak sekolah calon perwira, calon menyusui yang ada di KIA atau puskesmas.
pegawai negeri, dan sebagainya). Dengan memakai cara Berat ringannya endemi di samping dapat dinilai
pertama diperoleh angkapasti, menemukan gondok dengan dengan prevalensi, dapat juga dengan memeriksa ekskresi
berbagai variasi besar, menemukan kasus kretin endemik yodium urin (EYLI). Dalam keadaan seimbang yodium yang
yang biasanya tak diperoleh pada survei terbatas, tetapi masuk tubuh dianggap sama dengan yang diekskresikan
cara mengorganisasinya lebih sulit, butuh waktu, tenaga lewat urin. Jadi pemeriksaan urin dianggap
dan dana banyak. Dengan memakai cara kedua, cepat menggambarkan masukan yodium. Data yang dimaksud
diperoleh kesan pada populasi tertentu, tetapi jelas akan dinyatakan sebagai jumlah mikrogram ekskresi yodium
sulit menjumpai komplikasi yang sering menyertai sehari (ug I-124 jam:urin) atau (karena sulit mendapatkan
defisiensi yodium berat, yaitu kretin endemik dan berbagai sampel win 24 jam di lapangan), dinyatakan dalam
kelainan lainnya. Juga gondok yang besar tidak akan mikrogram yodiumper gramlreatinin urin sewaktu (ug Vg
dijumpai pada anak sekolah. kreatinin trin) atau ug I/dl urin.

Tanpa Endemi Endemi


lndikator Endemi sedang
Endemi ringan berat
Prevalensi gondok 0.0- 4.9 o/o 5-19,9 % 20-29,90/o > 30o/o
Kretin dan hipotiroidi Tidak ada Tidak ada Kretin tidak terlihat jelas, namun 1 - 10o/o
risiko hipotiroidisme ada
UEI pg l/dl median > 10 50-9.9 2.0 - 4.9 <2
pg l/gr creat > 100 >50 25-50 <25
(N.8. UEI 5 pg l/dl=50 pg l/L)
GANGGUAN AKIBAiT KURANG IODIUM
2013

Endemi grade I (endemi ringan) : Endemi dengan nilai Segi epidemiologis. Kretin endemik selalu berhubungan
median ekskresi yodium urin lebih dari 50 ug Vg kreatinin, dengan defisiensi yodium berat.
atau median urin antara 5,0-9,9 ug/dl. Dalam keadaan ini
, Segi klinis. Yang penting dari segi ini ialah adanya
kebutuhan hormon tiroid untuk pertumbuhan fisis maupun def,rsiensi mental yang disertai dengan salah satu gejala
mental terpenuhi, Prevalensi gondok anak sekolah 5'20%. dibawahini:
- gejalaneurologis yang mencolok yang terdiri atas
Endemi grade II (endemi sedang) Endemi di mananilai
:
gangguan pendengaran (bilateral dan nada tinggi)
median ekskresi yodium urin arfiata25 50 ug Vg kreatinin, danwicara, gangguan caraberjalan (gait) dan sikap
atau median anlara2,O 4,9 :ugldl. Hormon tiroid mungkin badan waktu berdiri yang khas atau
tidak mencukupi. Ada risiko terjadi hipotiroidisme tetapi - gejala yang mencolok adalah gangguan
tidak terlihat kretin endemik yang jelas. Prevalensi gondok pertumbuhan (cebol) dan hipotiroidisme. Meskipun
anak sekolah s ampai 30%o, di beberapa endemi tipe satu atau tipe dua lebih
Endemi grade III (endemi berat) : Endemi dengan nilai predominan, tetapi gabungan dua sindrom tadi
median ekskresi yodium urin kurang dari 25 ug 1/g kreatinin, banyak terjadi juga.
atau median <2mgldl. Terjadi risiko sangat tinggi untulk
. Segi pencegahan. Terjadinya kretin endemik akan
lahimya laetin endemik dengan segala akibatlya. Prevalensi dicegah dengan pemberian unsur yodium yang adekuat.
gondok anak sekolah lebih dari 30%o, prevalensi kretin Kriteria WHO tahun 1980 di atas berlaku untuk
endemik dapat mencapai I 1 0o%.
kelompok, tetapi untuk diagnosis kretin endemik secara
Status nutrisi yodium (berdasarkan UEI anak usia individu perlu juga ditegakkan. Kriteria yang digunakan di
sekolah) memberikan indikasi untuk berbagai kelainan dan Indonesia, berdasarkan studi cohort/populasi adalah
diharapkan mampu memberi ramalan, serta interpretasinya sebagai berikut.'kretin endemik adalah seorang yang lahir
(Tabel5) di suatu daerah dengan defisiensi yodium berat yang
menunjukkan dua atau lebih kombinasi gejala ireversibel
ini : retardasi mental, kelainan neuromotorik (gangguan
Median Masukan
Yodium
Status Nutrisi Yodium bicara,cara berj alan yang khas, refleks patologis dan refleks
UEI pg/L
fisiologis meninggi, mata juling, gangguan akibat kerusakan
<20 Tak mencukuPi Defisiensi yodium berat
batang otak serta late walker) dan gangguan pendengaran
20 - 49 Tak mencukuPi Defisiensi yodium sedang
50 - 99 Tak mencukuPi Defisiensi yodium ringan (bilateral, tipe perseptif dan pada nada tinggi). Keadaan
100 - Cukup Optimal tersebut dapat disertai atau tidak disertai hipotiroidisme.
199 Lebih dari cukuP Ada risiko iodine-induced
Definisi ini ditujukan untuk membuat satu unifuing
200 - hyperthyroidism (llH) dalam
299 kurun waktu 5-1 0 th diagnosis dan hipotesis alaskelompok yang dalam literatur
sesudah pemberian garam disebut kretin endemik tipe miksedematosa, kretin tipe
beryodium pada kelomPok
yang rawan. nervosa dan tipe campuran (mixedematous, neryous dan
> 300 Berlebihan Ada risiko kesehatan Yang mixed type endemic cretinism).
tidak menguntungkan (llH, Karena laetin endemikhanya terdapat di daerah endemi
autoimmune thyroid
berat, maka ditemukannya kretin endemik mengisyaratkan
dlseases)
diluncurkannya program crash-ptogrampenanggulangan
Meskipun semuakeadaan di atas perlu ditangani, tetapi serta pencegahan segera.
prioritas program penanganan masalah harus diberikan
pada gradeyang sedang dan berat (II dan III) dengan cara
crash program dan segera, sebab kita tidak boleh ETIOLOGI KRETIN ENDEMIK
membiarkan adanya risiko lahirnya bayi kretin dengan
cacat baik fisis dan mental yang ireversibel. Etiologi kretin endemik hingga kini belum diketahui dengan
tepat. Umumnya disepakati bahwa pada tipe nervosa
penyebabnya ialah kekurangan hormon tiroid intrauterin;
Survei Epidemiolgik Kretin Endemik
Kretin endemik merupakan akilbat GAKI terparah pada sedangkan kasus hipotiroidisme atalJ kretin
miksedematosa seperti di Zaire, disebabkan kekurangan
manusia. Umumnya dianggap merupakan dampak
hormon tiroid intrauterin ditambah kerusakan kelenjar tiroid
kekurangan unsur yodium selama kehidupan fetal sampai
karena atrofi kelenjar tiroid karena bermacam macam sebab
3 tahun pertama kehidupan bayi. Hingga kini masih
(antara lain bahan goitrogen, defisiensi zinc, efek defisiensi
terdapat kesimpangsiuran mengenai definisi operasional,
khususnya tentang kretin endemik ini, lebih lebih apabila
per se dsb). Terjadinya gangguan kretin endemik
tergantung dari: berat ringan defisiensi yodium in utero
diingat segi patofisiologinya. Kretin endemik dapat ditinjau
dan post parhrm, kapan insult hipotiroidisme ini terjadi,
dari 3 segi, yaitu segi epidemiologis, segi klinis dan segi
pada waktu itu bagian saraf mana yang sedang tumbuh,
pencegahan.
2014 METABOUKENDOKRIN

Likely timing of maior tnsutb to the CNS


in iodine- definiciency edemic cretinism v€rsus congenibt hyporhyroidism
menunjukkan prevalensi karsinoma tiroid anaplastik dan
Mixed: neuroloqical and hvooth folikular lebihbanyak dijumpai di daerah endemik gondok.
Kanker ini jauh lebih ganas dari pada kanker tiroid
papiliferum yang memang sering dijumpai di klinik.
Congenilal hypothyroidism

.J Defisiensi yodium dan kesuburan, menstrvasi dan


sebagainya. Umumnya diakui bahwa pada hipotiroidisme
terdapat gangguan kesuburan dan kehamilan. Wanita hamil
dengan PBI rendah lebih banyak mengalami abortus.
Intelligence quotient (IQ) anak yang lahir dari ibu dengan
hormon tiroid rendah namun bila diberi terapi substitusi
akan lebih tinggi di-bandingkan dengan IQ anakyang lahir
dari ibu yang tidak diberikan substitusi. Stillbirth ibu
dengan gondok, di Brasil, lebih tinggi dibandingkan
23456
dengan yang tanpa gondok. Observasi ini terlihat juga di
dataran tinggi Irian Barat.
Gambar 2.fahap pembentukan susunan saraf pusat dijajarkan
dengan tersedianya hormon tiroid bagi fetus. Gambar dikutip
dari G.Moreale de Escobar, F Escobar del Rey. Consequences Hipotiroidisme
of iodine deficiency for brain development ln The Thyroid and Hipotiroidisme terdapat di daerah dengan defisiensi
Brain Merck Thyroid Symposium. Eds Moreale de Escobarm de yodium sedang dan berat. Hipotiroidisme yang terjadi
Vijldel Butz and Hostalek,Seville, June 2002,Schattauer, Stuttgart,
New York, 2003. sebelum 3 tahun akan menganggu perkembangan somatik,
sedangkan di atas usia tersebut hanya akan menganggu
lama defisiensi dsb, Beberapa data perkembangan perkembangan biokimiawi maupun klinik. Hipotiroidisme
intrauterin yang penting sehubungan dengan masalah tadi sentral pada orang dewasa mengganggu konsentrasi'dan
adalah: a). produksi To fetus baru mulai minggu 12-13 dan menyebabkan rasa lesu 'malaise'
sebelumnya disuplai oleh ibu; b). perkembarrgar. Kretin endemik dan berbagai kelainan susunan saraf
pusat, merupakan akibat paling berat defisiensi yodium.
mielinisasi fetus mulai bulan 5, cerebelum dan hipocampus
bulan 8 dan diteruskan postpartum, sedangkan Di samping itu gangguannya berat, juga karena gangguan
pertumbuhan mata (mi 3-8), corpus callosum (4-l 4), jalur
ini bersifat ireversibel. Pemberian unsur yodium atau
substitusi tiroid hanya akan memperbaiki somatik tetapi
subrachnoid (6- I 6), cochlea (9 -l 4), cortex cerebri (l 0 - 44).
tidak akan mempengaruhi gejala kretinnya. Di beberapa
Dengan demikian insult waktu intrauterin daerah di Indonesia jumlah kretin endemik ini dapat
menyebabkan kretin neurologik dengan gambaran
mencapai I 0% dari penduduk.
gangguan pada SSP yang terganggu selama perioda
intrauterin; insult gestasi akhir yang diteruskan postpar-
tum menyebabkan kretin miksudematosa, sedangkan tipe
PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN
campuran (mixed type) terjadi karena insult intrauterin dan
post partum.
Pemberian yodium atau hormon tiroid jangka larna
mengecilkan kelenjar. Pada kasus dengan gondok besar
Dampak Defisiensi Yodium yang disertai gejala tekanan, perlu tindakan operasi. Tetapi
Pada berbagai obseryasi lapangan dan klinis terlihat tindakan secara perorangan ini sulit dijalankan secara luas,
bahwa defisiensi yodium memberikan dampak negatif, apalagi bila mengingat jumlah penduduk yang terkena.
antara lain (Tabel 2). Prevensi dengan yodium merupakan satu satunya jalan.
Gondok. Gondok merupakan reaksi adaptasi terhadap Hampir 60 tahun cara pencegahan dengan garam
kekurangan yodium. Apabila ukurannya masih terbatas, beryodium dilakukan. Cara ini pertama kali dilakukan di
bukan merupakan masalah kecuali mungkin masalah Amerika Serikat oleh Marine dan Kimball, tahun l9l7 . Caru
kosmetik. Gondok ukuran besar memang dapat ini dinilai sangat berhasil dan digunakan juga ditempat
-tempat lain di dunia, temyata gondok menurun dan kretin
mengganggu pernapasan karena tekanan pada trakea.
endemilk tidak muncul lagi. Ketidakberhasilan program ini
Makin lama pembesaran ini makin bersifat lebih multin-
biasanya karena faktor lain, seperti faktor sosioekonomi,
odular, Makin meningkat usia makin tinggi prevalensinya.
cuaca ata's keadaan geografi sehingga penyebaran garam
Pada pria prevalensi ini mulai menurun lebih banyak
secara sistematis sukar dijalankan atau tidak dimungkinkan.
sesudah usia dewasa daripada penurunan pada wanita,
Penyebab ini justru sering terjadi di negara yang sedang
berkembang. Biasanya digunakan kalium yodida tetapi di
Gondok Endemik dan Kanker Tiroid tempat yang agak lembab, KJ0, lebih banyak digunakan
Angka pasti belum ada, tetapi kesan epidemiologis karena lebih stabil.
GAI{GGUAN AKIBITT KI.'RANG IODIUM
2015

Berbagai cara telah ditempuh untuk meyampaikan Zimbabwee dan Brasil dan daerah endemi lain menguatkan
unsur yodium ini pada penduduk yang membutuhkannya. adanya IIH sesudah dimulainya profilaksis. Prevalensinya
Misatnya dalam bentuk pil, dimasukkan dalam coklat untuk rendah. Faktor risiko ada pada orang tua dengan gondok
anak sekolah, dalam air minum seperti pernah dicoba di noduler lama yang hidup di daerah endemi (meskipun
Belanda, disebarkan lewat saluran air minum (PAM), terdapat juga pada usia muda). Kejadian ini dihubungkan
dimasukkan dalam roti, dan dalam garam beryodium serta dengan naiknya median UEI pada populasi. Adapun
suntilkan minyak yang mengandung yodium. Di Indone- sebabnya karena perubahan mutasi sel tiroid yang
sia digunakan garam beryodium dengan kadag yodium 40 menjadikannya bersifat otonom. Dengan bekal otonomi
ppm. Dengan anggapan konsumsi garam 10 g sehari maka bertambahnya yodium akan meningkatkan produksi
di makan 400 mg potasiurn iodide dan ini sesuai dengan hormon tiroid. Teoretis dapat terjadi juga pada kasus
237 mg iodide. Dengan demikian jumlah ini sudah Graves' yang tidakmanifes karena defisiensi yodium. Studi
mencukupi baik untuk pengobatan maupun pencegahan. di Afrika menunjukkan bahwa IIH hanya terjadi apabila
Cara ini merupalkan cara terpilih dan menjadi cara profilaksis terjadi belum lama berselang (< 2 tahun) dan
pencegahan jangka lama bagi Indonesia (longterm dengan dosis yodium tinggi.
prevention programme).
Meskipun penanggulangan dengan garam beryodium
ini secara teroritis sangat baik, namun ternyata banyak REFERENSI
hambatan dalam segi pelaksanaannya arfiara. lain harga
yang agak lebih tinggi, penyebaran yang harus kontinu, Bambang-Hartono. The influence of iodine deficiency during preg-
daerah dengan letak geografis yang sulit dicapai (di mana nancy on neurodevelopment from birth to two years. PhD
dissertation. Vrije Universiteit Amsterdam, Sept 5, 2001.
pada umumnya justru banyak didapatkan kasus gondok
Benny Kodyat, Djokomoeljanto, Darwin Karyadi, Tarwotjo,
endemik), hambatan masalah perdagangan antar pulau dan Muhilal, Husaini andAsmira Sukaton. Micronutrient
sebagainya. Dalam perkembangan selanjutnya dikembang- Malnutrition. Intervention progmm. An Indonesian oxperience.
kan penggunaan kapsul larutan yodium dalam minyak Min of Health, Dir Gen Community Health, Dilectorate of
yang diberikan setiap setahun sekali, sebelum ini suntikan Community Nutrition 1991. p. 26
larutan sama diberikan 4-5 tahun sekali, namun lebih Delange F, de Benoist B, Alnwick D. Risks of iodine induced
banyak hambatannya. hyperthyroidism aftet correction of iodine deficiency by io-
dized salt. THYROID, 1999;9: 545.
Dalam setiap program pencegahan selalu harus
Djokomoeljanto R. The effect of severe iodine deficiency (a study
dilakukan pemantauan terhadap dampak program, antara on a population in Central Java, Indonesia). PhD dissertation,
lain : menurunnya prevalensi total goiter rate sekolah, Diponegoro University Semarang Indonesia, Oct, l9'74.
sebab kelompok usia ini paling peka terhadap nutrisi yang Djokomoeljanto R, Setyawan H, Dramaix M, Hadisaputro S,
sedang berjalan. Pantauan terhadap angka demografik Soehartono ! Delange F. The Thyromobil model for standard-
(abortus, lahir mati, IMR, PMR dsb diperlukan. Apabila ized evaluation of Iodine DefrcGncy Disorder Control in Indo-
dengan cara penanggulangan yang baik dan adekuat nesia. THYROID 2001; 11: 365'
Djokomoeljanto R, Satoto, Rachmi Untoro. Iodine deficiency
prevalensi tidak turun seperti diharapkan, barulah kita
disorders in Indonesia. In: Towards the global elimination of
memikirkan adanya pengaruh faktor lingkungan, seperti brain damage due to iodine deficiency : Basil Hetzel, Delange F,
faktor zat goitrogen alami. Kelainan biokimiawi pada John Dunn, Jack Ling, V Mannar, C Pandav, editors. new Delhi:
defisiensi yodium yaifu : Oxford University Press YMCA Library building; 2001. p. 422
. Ekskresi yodiumurin rendah G.Moreale de Escobar, F Escobar del Rey. Consequences of iodine
. Ambilan yodium radioaktifyang meningkat (uptake) deficiency for brain development. In The Thyroid and Brain.
. Kadar PBI dan T4 normal atau rendah, sedangkan T3 Merck Thyroid Syrnposium. Eds. Moreale de Escobarm de Vijlder,
Butz and ostalek,seville, June 2002, Schattauer, Stuttgart, New
dapat normal, rendah atau tinggi (adanya sekresi
York,2003.
preferensial)
Stanbury JB, Hetzel BS. Endemic goiter and endemic cretinism. New
. Reaksi yang berlebihan terhadap thyroid releasing York Toronto: B A Wiley Medical Publication John Wiley &
hormone (TRH) Sons;1980.
Stanbury JB, Ermans AE, Bourdoux P et al. Iodine - induced hyperthy-
roidism: occurrence and epidemiology. THYROID 1998; 8 : 83'
lodi ne-l n d u ced Hy pefthyro i d i s m ( llH I WHOA{HD/01.1. Assessment of iodine deficiency disorders and
Pemberian yodium dalam bentuk apapun dapat menyulut monitoring their elimination. 2"d edition' 2001.
episode tirotoksikosis. Laporan dari Tasmania, Zaire,
313
TIROIDITIS
Paulus Wiyono

PENGANTAR . Tiroiditis Akut dan disertai rasa sakit : 1). Tiroiditis


infeksiosa akut = tiroiditis supurativa, 2). Tiroiditis oleh
Istilah tiroiditis mencakup segolongan kelainan yang karena radiasi, 3). Tiroiditis traumatika
ditandai dengan adanya inflamasi tiroid. Termasuk di . Tiroiditis Subakut
dalamnya keadaan yang timbul mendadak dengan disertai A. Yang disertai rasa sakit : Tiroiditis granulomatosa:
rasa sakit yang hebat pada tiroid (misalnya subacute tiroiditis non supruativa: tiroiditis de Quervain
granulomatous thyroiditis darr infectious thyroiditis), dal B. Yang tidak disertai rasa sakit : 1). Tiroiditis limfositik
keadaan dimana secara klinis tidak ada inflamasi dan subakuq 2). Tiroiditis postpartum; 3). Tiroiditis oleh
manifestasi penyakitnya terutama dengan adanya karena obat-obatan
disfungsi tiroid atau pembesaran kelenjar tiroid (misalnya . Tiroiditis Kronis: 1). Tiroiditis Hashimoto;2). Tiroiditis
subacute lymphocytic painless thyroiditis) dan tiroiditis Riedel; 3). Tiroiditis infeksiosa kronis oleh karena
fibrosa (Riedels thyroiditis). mikobacteri, j amur, dan seb againy a.
Pada golongan tiroiditis subakut pola perubahan fungsi
tiroid biasanya dimulai dengan hipertiroid, diikuti dengan
hipotiroid dan akhirnya kembali eutiroid. Hipertiroid terjadi
Tiroiditis Akut yang Disertai Rasa Sakit
Tiroiditis pada golongan ini di antaranya adalah tiroiditis
karena kerusakan sel-sel folikel tiroid dan pemecahan
infeksiosa akut baik karena bakteri gram (+) maupun gram
timbunan tiroglobulin, menimbulkan pelepasan yang tidak
(-), tiroiditis karena radiasi dan tiroiditis karena trauma.
terkendali dari hormon T3 dan T4. Hipertiroid ini
berlangsung sampai timbunan T3 dan T4 habis. Sintesis Tirolditis infeksiosa akut : Tiroiditis Supurativa. Terjadi
hormon yang baru terhenti tidak hanya karena kerusakan melalui penyebaran hematogen atau lewat fistula dari
sel-sel folikel tiroid tetapi juga karena penurunan TSH sinus piriformis yang berdekatan dengan laring, yang
akibat kenaikan T3 dan T4. Hipotiroid yang teq'adi biasanya merupakan anomali kongenital yang sering terjadi pada
sementara. Bila inflamasinya mereda, sel-sel folikel tiroid anak-anak. Sebetulnya kelenjar tiroid sendiri resisten
akan regenerasi, sintesis dan sekresi hormon akan pulih terhadap infeksi karena beberapa hal di arrtarar,ya
kernbali. berkapsul, mengandung iodium tinggi, kaya suplai darah
dan saluran limfe untuk drainase. Karenanya tiroiditis
infeksiosa ini jarang terjadi, kecuali pada keadaan-keadaan
KLASIFIKASI TIROIDITIS tertentu seperti pada mereka yang sebelumnya mempunyai
penyakit tiroid (Ca tiroid, tiroiditis Hashimoto, struma
Tiroiditis dapat dibagi berdasar atas etiologi, patologi atau multinoduler), atau adanya supresi sistem imun, seperti
penampilan klinisnya. Penampilan klinis dapat berupa pada orang tua, debilated, dan lebihJebih padapasienAlDS.
peq'alanan penyakit dan ada tidaknya rasa sakitpada tiroid. Pasientiroiditis supurativa bakterial ini biasanya mengeluh
Ada tidaknya rasa sakit ini penting karena merupakan rasa sakit yang hebat pada kelenjar tiroid, panas, menggigil,
pertimbangan utama untuk menegakkan diagrrosis. disfagia, disfonia, sakit leher depan, nyeri tekan, ada
Berdasarkan perj alanan penyakit dan ada tidaknya rasa fluktuasi dan eritema. Fungsi tiroidnya umumnya
sakit tiroiditis dapat dibagi atas: normal, sangatjarang terjadi tirotoksikosis atau hipotiroid.

2016
TIROIDITIS
20t7

Jumlah leukosit dan laju endap darah meningkat. Pada virus. Kompleks antigen-HlA-B 3 5 mengakti flr.an cy t o t ox i c
skintigrafi didapatkan pada daerah supuratif tidak menyerap T lymphocytesyang akanmerusaksel folikel tiroid. Berbeda
iodium radioktif (dingrn). Pasien harus segera dilalcukan dengan penyakit tiroid autoimun, pada TGS reaksi imun
aspirasi dan drainase dari daerah supuratifdan diberikan tersebut tidak berlangsung terus, proses ini hanya
antibiotik yang sesuai. Umumnya diperlukan penanganan sementara.
yang segera, penanganan yang terlambat dapat berakibat Inflamasi pada TGS akan menyebabkan kerusakan
fatal. folikel tiroid dan mengaktifkan proteolisis dari timbunan
Pada pasienAlDS beberapa kuman patogen tiroglobulin. Akibatnya terjadi pelepasan hormon T3 dan
oportunistik dapat menyerang kelenjar tiroid. Pada T4 yangtidak terkendali ke dalam sirkulasi dan terjadilah
pemeriksaan postmortem terbanyak adalah kuman CMV hipertiroid. Hipertiroid ini akan berakhir kalau timbunan
walaupun demikian laporan tiroiditis oleh karena CMV tidak hormon telah habis, karena sintesis hormon yang baru
diketemukan. Tiroidmerupakan organ di luarpulmo yang tidak terjadi karena kerusakan folikel tiroid maupun
rentan terhadap Pneumonitis carinii yang sering pemrmnan TSH akibat hipertiroid tersebut. Pada keadaan
menyerang pulmo pada pasienAlDs. Pada autopsi ini dapat diikuti terjadinya hipotiroid. Bila radangnya
didapatkan leb th dallr 20o/o didapatkan adany a Pneumonitis sembuh, terjadi perbaikan folikel tiroid, sintesis hormon
carinii pada tiroid walaupun tanpa gejala. kembalinormal.
Gambaran patologi anatomi yang karakteristik dari
Tiroiditis akut karena radiasi. Pasien penyakit Graves folikel tiroid adalah adanya inti tengah koloid yang
yang diterapi dengan iodium radioaktif sering mengalami
dikelilingi oleh sel raksasa yang berinti banyak, lesi ini
kesakitan dan nyeri tekan pada tiroid 5-10 hari kemudian. kemudian berkembang menjadi granuloma. Di samping itu
Keadaan ini disebabkan terjadinya kerusakan dan nekrosis didapatkan infiltrasi neutrofil, limfosit dan histiosit,
akibat radiasi tersebut. Rasa sakitnya biasanya tidak hebat
disruptiondan kolaps folikel tiroid, nekrosis sel-sel folikel.
dan membaik dalam beberapa hari. Awitan dari TGS biasanya pelan-pelan tetap,i kadang-
Tiroiditis akut karena trauma. Manipulasi kelenjar tiroid kadang dapat mendadak. Rasa sakit merupakan keluhan
dengan memijat-mijat yang terlalu keras pada pemeriksaan yang selalu didapatkan dan mendorong pasienberobat.
dokter atau olehpasien sendiri dapat menimbulkan tiroiditis Rasa sakit dapat terbatas pada kelenjar tiroid atau menjalar
akut yang disertai rasa sakit dan mungkin dapat timbul sampai leher depan, telinga, rahang dan tenggorokan yang
tirotoksikosis. Trauma ini dapat juga terjadi akibat kadang-kadang menyebabkan pasienperiksa ke THT.
penggunaan sabuk pengaman mobil yang terlalu kencang. Biasanya terjadi demam, malaise, anoreksi dan myalgia.
Kelenjar tiroid membesar difus dan sakit pada palpasi.
Separo dari pasienmenunjukkan gejala klinis hipertiroid,
Tiroiditis Subakut
tetapi gejala rasa sakit lebih mendominasi. Inflamasi dan
Tiroiditis subakut dapat dibagi atas ada tidaknya rasa sakit.
hipertiroiditis bersifat sementara, berlangsung sekitar 2-6
Tiroiditis subakut yang disertai rasa sakit (Subacute minggu, kemungkinan diikuti oleh terjadinya hipotiroid
painful thyroitlitis). Tiroiditis ini dikenal dengan beberapa yang asimptomatik yang berlangsung 2-8 minggu dan
nama di antaranya : tiroiditis granulomatosa subakut, diikuti penyembuhan. Pada 20Yo pasiendapat terjadi
tiroiditis nonsupurativa subakut, Tiroiditis de Quervain, kekambuhan dalam beberapa bulan kemudian.
tiroiditis sel raksasa, subacute painful thyroiditis. Walaupun gejala klinis hipertiroid hanya terjadi pada
Tiroiditis granulomatosa subakut (TGS) penyebab yang separo pasienTGS, tetapi pemeriksaan laboratorium hampir
pasti belum jelas, diduga penyebabnya adalah infeksi selalu didapatkan peningkatan T3 dan T4 serta penurunan
virus atau proses inflamasi post viral infection. TSH. Uptake iodium radioaktif rendah, kadar tiroglobulin
Kebanyakan pasienmempunyai riwayat infeksi saluran serum tinggi, anemia ringan, leukositosis dan LED yang
pemapasan bagian atas beberapa saat sebelum terjadinya meningkat. Biasanya tidak didapatkan peningkatan
tiroiditis. Kejadian tiroiditis ini juga berkaitan dengan antibodi terhadap tiroid peroksidase (TPO) maupun
musim, tertinggi pada musim panas dan juga berkaitan tiroglobulin.
dengan adanya infeksi virus Coxsackie, parotitis epidemika, Pada dasarnya diagnosis dari TGS cukup diagnosis
campak, adenovirus. Antibodi terhadap virus juga sering klinis. Adanya pembesaran kelenjar tiroid yang difus
didapatkan, tetapi keadaan ini dapat merupakan nonspe- disertai rasa sakit dan nyeri pada palpasi yang menjalar ke
cific anamnestic response. Tidak didapatkan adanya in- leher depan cukup untuk menduga adanya TGS. Gejala
clusion bodies pada jaringan tiroid. hipertiroid belum tentu ada,tetapiT4 selalu naik dan TSH
Tampaknya proses autoimun tidak berperan pada turun. Meningkatnya LED memperkuat diagnosis TGS.
terjadinya TGS ini, walaupun demikian TGS berkaitan Ultrasonografi, RAIU, dan AJH dapat membantu
dengan HLA-B35. Kemungkinan bahwa sebelumnya te{adi memastikan diagnosis. Diferensial diagnosis adalah
infeksi virus subklinis yang akan menyebabkan tiroditis infeksiosa akut dan perdarahan pada nodul. Kedua
terbentuknya antigen dari jaringan tiroid yang rusak akibat keadaan tersebut menimbulkan rasa sakit pada tiroid dan
2018
METABOLIKENDOIGIN

nyeri tekan, tetapi kelenjar tiroid yang sakit biasanya oleh karena tidak terjadi pembentukan hormon baru.
unilateral dan fungsi tiroid normal. Keadaan ini akan diikuti oleh terjadinya hipotiroid yang
Terapi TGS bersifat simtomatis. Rasa sakit dan inflamasi diperberat oleh adanya penurunan TSH pada saat
diberikan NSAID atau aspirin. pada keadaan yang berat hipertiroid. Bila inflamasi mereda sel-sel folikel mengalami
dapat diberikan kortikosteroid, misalnya prednison 40 mg regenerasi maka pembuatan hormon tiroid akan pulih
perhari. Tirotoksikosis yang timbul biasanya tidak berat, kembali.
bila berat dapat diberikan obat 6 bloker misalnya Pada biopsi kelenjar tiroid didapatkan adanya infiltrasi
propranolol 40- I 20 mg/hari atau atenolol 25 -50 mg per hari. limfosit, kadang-kadang didapatkan ggrminal centre da'n
Pemberian PTU atau metimasol tidak diperlukan karena sedikit fibrosis. Dibandingkan dengan tiroiditis autoimun
tidak terjadi peningkatan sintesis atau sekresi hormon. kronis gambaran PAtersebut jauh lebih ringan.
Pada perjalanan penyakitnya kadang-kadang dapat timbul Manifestasi klinis TLSTRS adalah terjadinya
hipotiroid yang ringan yang berlangsung tidak lama, hipertiroid yang timbul 1-2 minggu dan berakhir 2-8
karenanya tidak memerlukan pengobatan. Bila minggu. Gejala hipertiroidnya biasanya ringan. Kelenjar
hipotiroidnya berat dapat diberikan L-tiroksin 50- 100 mcg tiroid membesar ringan, difus dan biasanya tidak disertai
per hari selama 6-8 minggu dan tiroksin kemudian rasa sakit. Gejala hipertiroid ini akan diikuti oleh adanya
dihentikan. perbaikan atau terjadinya hipotiroid selama 2-8 minggu
TiroiditiS subakut yang tidak disertai rasa sakit. Ada 3 yang biasanya juga ringan atau malahan asimtomatik dan
penyakit pada golongan ini yaitu : l).Tiroiditis limfositik diikuti perbaikan. Kadang-kadang dapat diikuti terjadinya
subakut; 2). Tiroiditis postparhrm; 3). Tiroiditis karena obat. tiroiditis autoimun kronis dengan h-ipotiroid yang
permanent (20-50%).
Tiroiditis limfositiklubakut lanpa rasa sakit (Subacute Pada saat terjadi hipertiroid terjadi peningkatan kadar
lymphocytic painless thyroiditis). Banyak istilah yang T3 dan T4, dan penurunan TSH. Kadang-kadang hanya
digunakan untuk tiroiditis limfositik subakut tanpa rasa didapatkan penurunan TSH saja yang menunjukkan
sakit (TLSTRS) ini di antarinya : painless thyroiditis, adanya hipertiroid subklinis. Pada pasienyang mengalami
silent thyroiditis, lymphocytic thyroiditis with spontane- hipotiroid kadar T3 dan T4 turun disertai peningkatan kadar
ously resolving hyperthyroidism, painless sporadic TSH. Kadang-kadang hanya didapatkan peningkatan TSH
thyroidilis, sporadic silent thyroiditis. TLSTRS sebaiknya saja (hipotiroid subklinis). Antibodi terhadap tiroid (anti-
dipertimbangkan sebagai penyebab hipertiroid pada setiap TPO antibodi dan antitiroglobulin antibodi) meningkat
wanita atau laki-laki yang mempunyai gejala hipertiroid pada 50% pasiensaat terdiagnosis TLSTRS. Titer antibodi
ringan kurang dari 2 bulan, tanpa pembesaran tiroid atau ini akan menurun (berbeda pada tiroiditis post partum yang
membesar ringan dan tidak ada oftalmopati. persisten). Jumlah leukosit biasanya normal dan laju endap
TLSTRS merupakan varian dari tiroiditis autoimun darah hanya sedikit meningkat.
lcronis (Hashimoto thyroiditis), diduga merupakan bagian Biasanya pasienTLSTRS tidak memerlukan
dari spektrum penyakit tiroid autoimun. Banyak pengobatan baikpada fase hipertiroid maupun hipotiroid,
pasienTLSTRS mempunyai konsentrasi antibodi yang karena gejalanya ringan. bila gejala hipertiroid berat perlu
tinggi baikterhadap TPO maupun tiroglobulin. Di samping diberikan beta bloker propranolol (40-120 mglharl) ata:u
itu banyak didapatkan riwayat keluarga yang menderita atenolol (25-50 mglhari). Pemberian PTU dan metimasol
penyakit tiroid autoimun. Beberapa pasienberkembang tidak perlu karena tidak ada peningkatan sintesis hormon.
menjadi tiroiditis autoimun kronis beberapa tahun Pemberian prednison dapat memperpendek fase
kemudiair. TLSTRS berkaitan dengan HLA haplotipe yang hipertiroid. Kadan!-kadan g gejala hipotiroid cukup berat
spesifik yaitu HLA-DR3 yang menunjukkan adanya danperlu diberikan L tiroksin 50-100 mcg/hari selama 8-12
inherited susceptibility walaupun asosiasinya lemah. minggu, yang penting pada pasienini perlu dipantau atas
Faktor yang diduga sebagai pencetus TLSTRS antara kemungkinan terjadinya tiroiditis autoimun kronis.
lain intake iodium yang berlebihan dan sitokin. Suatu
sindrom yang menyerupai TLSTRS dapat terjadi pada Postpartum thyroiditis @PD. Tiroiditis ini terjadi dalam
pasienyang mendapat terapi amiodaron (yang kaya kurun waktu setahun sesudah persalinan. Dapat juga terjadi
iodium), interferon alfa, interleukin-2 dan litium. Keadaan sesudah abortus spontan atau yang dibuat. Gambarannya
ini menunjukkan bahwa pelepasan sitokin sebagai akibat menyerupai subacute lymphocyte painless thyroiditis,
dari kerusakan jaringan atau inflamasi mungkin sebagai perbedaannya pada PPT lebih bervariasi dan selalu terjadi
awal dari proses terjadinya TLSTRS. sesudah persalinan.
Inflamasi yang terjadi pada TLSTRS akan Seperti halnya TLSTRS,po s t partum thyroiditis drduga
menyebabkan kerusakan folikel tiroid dan mengaktifkan merupakan varian dari penyakit tiroid autoimun kronis
proteolisis tiroglobulin yang berakibat pelepasan hormon (tiroiditis Hashimoto). Lima puluh persen wanita yang
T3 dan T4 ke dalam sirkulasi dan terjadilah hipertiroid. titer antibodi terhadap peroksidase meningkat akan
Hipertiroid ini terjadi sampai timbunan T3 dan T4 habis, berkembang menjadi PPT sesudah persalinan. Antibodi
TIROIDITIS
2019

ini meningkat pada awal kehamilan, menurun selama Pasienhepatitis B atau C yang mendapat interferon alfa 1-
kehamilan (oleh karena adanya toleransi imunologik selama 5%o dapatmengalami disfungsi tiroid, baik berupa hipotiroid
kehamilan) dan meningkat lagi setelah persalinan. maupun hipertiroid. Terjadinya disfungsi tiroid berkaitan
Seperti halnya pada TLSTRS pada awalnya terjadi dengan adanya titer antibodi tiroid yang tinggi. Pada mereka
peningkatan hormon tiroid. Peningkatan ini terjadi karena yang antibodinya tinggi kejadian disfungsi tiroid dapat
proses inflamasi menyebabkan kerusakan sel folikel tiroid mencapai 36,50/o dengandemikian pemberian interFeron ini
dan timbunan hormon dalam tiroglobulin akan terhrmpah dapat menyebabkan eksaserbasi tiroid autoimrur yang sudah
dalam sirkulasi. Bila timbunan hormon telah habis, maka ada.
Amiodaron obat antiaritmia mengandung % iodium.
akan terjadi penurunan hormon tiroid. Hipotiroid ini terjadi
35

karena sintesis hormon yang baru tidak terbentuk danjuga Amiodaron dapat menimbulkan hipertiroid maupun
TSH yang menurun waktu terjadi hipertiroid. Bila hipotiroid. Hipertiroid yang terjadi dapat karena terjadinya
peradangan telah membaik, sel-sel folikel telah pulih, tiroiditis (tiroidnya normal), atau meningkatnya sintesis
pembuatan hormon kembali normal. Gambaran hipertiroid- hormon yang biasanya terjadi pada pasien struma nodosa
hipotiroid dan eutiroid ini terjadi pada ll3 pasienPPT. atau penyakit Graves yang laten. Bagaimana mekanisme
Gambaran patologi PPT yaitu adanya infrltrasi limfosit, terjadinya hipertiroid belum diketahui. Tiroiditis yang
kerusakan sel-sel folikel dan kadang-kadang didapatkan terjadi menyerupai subacut lymphocytic painless
adanya germinal centers. tiroiditis. Hipotiroid yang terjadi merupakan efek dari
Tiga puluh persen pasienPPT menunjukkan gambaran kelebihan iodium.
klinis yang berurutan yaitu hipertiroid yang timbul l-4
bulan sesudah persalinan yang berlangsung 2-8 minggu,
diikuti hipotiroid yang juga berlangsung 2-8 minggu dan TIROIDITIS KRONIS
akhirnya eutiroid. Kadang-ka dang pada 20-40Yo gejala y ang
muncul hanya hipertiroid dan 40-50% hanya muncul Tiroiditis kronis meliputi tiroiditis Hashimoto, tiroiditis
hipotiroid saja. Hipertiroid dan hipotiroid yang terjadi Riedel dan tiroiditis infeksiosa kronis.
biasanya ringan. Pada 20-50% PPT dapat terjadi hipotiroid
yang permanen, keadaan ini berkaitan dengan tingginya Tiroiditis Hashimoto
titer antibodi terhadap peroksidase. Tujuh puluh persen Penyakit ini sering disebut sebagai tiroiditis autoimun
pas'ienPPT dapat kambuh pada kehamilan berikutnya. kronis, merupakan penyebab utama hipotiroid di daerah
Kelenjar tiroid pada PPT biasanya sedikit membesar difus yang iodiumnya cukup. Karakter klinisnya berupa
dan tidak terasa sakit pada saat hipertiroid. kegagalan tiroid yang terjadi pelan-pelan, adanya struma
PPT harus dibedakan dengan penyakit Graves yang atau kedua-duanya yarrg terjadi akibat kerusakan tiroid
bisa juga terjadi sesudah persalinan,baik penyakit Graves yang diperantarai autoimun. Hampir semua pasien
yang baru atauyang rekuren. Bedanya pada PPT gejala mempunyai titer antibodi tiroid yang tinggi, infiltrasi
hipertiroidnya ringan dan tidak ada oftalmopati, limfositik termasuk sel B dan I dan apoptosis sel folikel
pembesaran tiroidnya juga minimal. Bila sulit dibedakan tiroid.
dapat ditunggu 3-4 minggu, biasanya pada penyakit Penyebab tiroiditis Hashimoto diduga kombinasi dari
Graves gejalanya akan memberut. Dapatjuga dilakukan faktor genetik dan lingkungan. Suseptibilitas gene yang
RAIU dimana pada penyakit Graves akan meningkat dikenal adalah HLA dan CTLA- . Mekanisme
sedangkan pada PPT rendah. imunopatogenetik terjadi karena adanya ekspresi HLA
Pengobatan pada PPT tidak berbeda dengan TLSTRS. antigen sel tiroid yang menyebabkan presentasi langsung
Pengobatan didasarkan atas gejala klinik dan bukan hasil dari antigen tiroid pada sistem imun. Adanya hubungan
laboratorium, Pemberian PTU dan metimasol tidak familial dengan penyakit Graves dan penyakit Graves sering
dianjurkan karena tidak terjadi peningkatan sintesis terlibat pada tiroiditis Hashimoto atau sebaliknya
hormon. Bila gejala hipertiroid nyata dapat diberikan menunjukkan bahwa kedua penyakit tersebut patofisio-
propranolol 40-120 mglhari atau atenolol 25'50 mglhai loginya sangat erat, walaupun manifestasi klinis
sampai gejala klinis membaik. Bila gejala hipotiroid nyata berbeda.
dapat diberikan tiroksin 50-100 mcg/trari selama 8-12 minggu.
Ada 2 bentuk tiroiditis Hashimoto yaitu bentuk
PasienPPT perlu diberitahu atas kemungkinan terjadi goitrous (90%) dimana terjadi pembesaran kelenjar tiroid
hipotiroid atau struma di kemudian hari, karenanya dan bentuk atrofi (10%) dimana kelenjar tiroidnya mengecil.
pasiendiberitahu gej ala-gej ala awal hipotiroid. Pasienjuga
Tiroiditis Hashimoto umumnya terdapat pada wanita
diberitahubila hamil lagi PPT ini dapat kambuh. dengan rasio wanita : laki-laki 7:1. bentuk varian tiroiditis
Tiroiditis Karena Obat. Beberapa obat dapat menimbulkan Hashimoto termasuk subacute lymphocytic painless
tiroiditis yang tidak disertai rasa sakit di antaranya thyroiditis dan postpartum tiroiditis.
interferon alfa, interleukin 2, amiodaron dan litium. Pe{alanan penyakit TH ini pada awalnya mungkin dapat
2020 MEIABOLIKENT'OKRIITI

Hashimoto's Painless Painless Painful


Characteristic postpartum sporadic subacute
Suppurative Riedel's
thyroiditis thyroiditis thyroiditis
thyroiditis thyroiditis thyroiditis
Age at onset (yr) All ages, peak 30-50 Childbearing All ages, peak 20-60 Children, 20- 30-60
age 30-40 40
Sex ratio (F:M) 8-9:1 2:1 5:1 1:1 3-4:1
Cause Autoimmune Autoimmune Autoimmune Unknown lnfectious Unknown
Pathological Lymphocytic Lymphocytic Lymphocytic Giant cells, Abscess Dense
findings infaltration, germinal infiltration infiltration granulomas formation fibrosis
centers, fibrosis
Thyroid function Hypothroidism Thyrotaxicosi, Thyrotaxicosi, Thyrotaxicosis, Usually Usually
hypothyroidis, hypothyroidi, hypothyroidi, euthyroidis euthyroidis
or both or both or both m m
TPO antibodies High titer, persistent High titer, High titer, Low titer, or Absent Usually
persistent persistent absent, present
transient
ESR Normal Normal Normal High High
1231
Normal
24 hour Variable < 5o/o < 5o/" < 5o/o Norma Low or
uptake normal
TPO denotes thyroid peroxidase, ESR eMhrocyte sedimentation rate, and 1231
iodine_123 (Pearce etal N Engl J Med,2003)

terjadi hipertiroid oleh karena adanya proses inflamasi, Tiroiditis Riedel


tetapi kemudian akan diikuti terjadinya penurunan fungsi
Tiroiditis Riedel dapat merupakan penyakit yang terbatas
tiroid yang terjadi pelan-pelan. Sekali mulai timbul pada kelenjar tiroid saja atau dapat merupakan bagian dari
hipotiroid maka gejala ini akan menetap.
penyakit infi ltratif umum suatu multifokal fibrosklerosis
Gambaran PA-nya berupa inhltrasi limfosit yang profus,
yang dapat mengenai ruang retroperitoneal, mediastinum,
lymphoid germinal centers dan destruksi sel-sel folikel
ruang retroorbital dan traktus billiaris. Kelenjar tiroid
tiroid. Fibrosis dan area hiperplasi sel follikuler (oleh karena
membesar secara progresif yang tidak disertai rasa sakit,
TSH yang meningkat) terlihat pada TH yang berat.
keras dan bilateral. Proses frbrotik ini berkaitan dengan
Ada 4 antigen yang berpetan pad,a TH yaitu adanya inflamasi sel mononuklear yang menjorok melewati
tiroglobulin, tiroid peroksidase, reseptor TSH dan so- tiroid sampai ke jaringan lunak peritiroid. Fibrosis
dium iodine symporter. Hampir semua pasienTH peritiroidal ini dapat mengenai kelenjar paratiroid yang
mempunyai antibodi terhadap tiroglobulin dan TpO
menyebabkan hipoparatiroid, n. la4mgeus rekuren yang
dengan konsentrasi yang tinggi. Pada penyakit tiroid
menyebabkan suara serak, ke trakea menyebabkan
yang lain dan pada orang normal kadang-kadang
kompresi, juga ke mediastinum dan dinding depan dada.
didapatkan juga antibodi ini tetapi dengan kadar yang
Penyebab PR belum jelas, diduga proses autoimun
lebih rendah. Antibodi terhadap reseptor TSH dapat mengingat adanya infiltrasi mononuklear dan vaskulitis
bersifat stimulasi atau memblok reseptor TSH. pada disertai adanya peningkatan titer antibodi terhadap tiroid.
penyakit Graves antibodi yang bersifat memacu lebih kuat
Walaupun demikian, kemungkinan peningkatan antibodi
dan karenanya menimbulkan hipertiroid, sedangkan pada
tersebut karena terlepasnya antigen yang terjadi akibat
TH antibodi yang bersifat memblok lebih kuat dan kerusakan jaringan tiroid. Tampaknya fibrosklerosis
karenanya menimbulkan hipotiroid. Antibodi terhadap
multifokal yang terjadi adalah kelainan fibrotik primer
reseptor TSH ini bersifat spesifik pada penyakit Graves
dimana proliferasi fibroblas terpacu oleh sitokin yang
dan TH. Antibodi terhadap sodium iodide symporter
berasal dari sel limfosit B dan T,
terdapat pada 0-20%o pasienTH, Antibodi ini dapat TR jarang dijumpai kira-kira hanya 0,05% dari seluruh
menghambat RAIU yang dipacu TSH. operasi tiroid. Wanita lebih sering daripada laki-laki (4: l),
Pengobatan TH ditujukan terhadap hipotiroid dan dengan umur 30-50 tahun. Pembesaran tiroid yang terjadi
pembesaran tiroid. Levotiroksin diberikan sampai kadar pelan-pelan dan tanpa rasa sakit. Pembesaran ini menekan
TSH normal. Pada pasiendengan struma baik hipotiroid leher depan menimbulkan disfagia, suara serak, sesak
maupun eutiroid pemberian levotiroksin selama 6 bulan napas dan kadang-kadang hipoparatiroid. Hipotiroid
dapat mengecilkan struma 30%. sendiri terjadi 30-40olo pasien, walaupun tidak hipotiroid
PasienTH yang di;ertai adanya nodul perlu dilakukan pasiensering mengeluh malaise umum dan kelelahan.
AJH untuk memastikan ada tidaknya limfoma atau Kelenjar tiroid yang membesar bisa kecil atau besar,
karsinoma. Walaupun jarang risiko limfoma tiroid ini biasanya kedua lobus walaupn tidak simetris. Kelenjar ini
meningkat pada TH. teraba seperti batu dan melekat pada jaringan otot
TIROIDMS 2021

sekitarnya dan keadaan ini yang menyebabkan TR tidak Tiroiditls lnfeksiosa Kronis
bergerak waktu menelan. Kadang-kadang didapatkan Penyakit ini jarang terdapat. Penyebabnya di antaranya
pembesaran kelenjar limfe sekitarnya. Semua kedaan jamur, mikobakteri, parasit atau sifilis. Tiroiditis oleh karena
tersebut menyebabkan kesan suatu karsinoma. mikobakteri tuberkulosis hanya sekitar l9 kasus yang
Kebanyakan pasienTR kadar T3 ,T4 dan TSH normal, pernah dilaporkan. Tiroiditis TBC biasanya berkaitan
sekitar 30-40% didapatkan hipotiroid subklinis atau dengan TBC millier dan gejala berlangsung selama
hipotiroid nyata. P ada 2/3 pasiendidapatkan peningkatan beberapa bulan. Rasa sakit dan demam jarang didapatkan.
antibodi terhadap tiroid. Perlujuga diperiksa kadar kalsium
dan fosfor untuk mengetahui kemungkinan adanya
hipoparatiroid. Skintigrafi tiroid menunjukkan gambaran REFERENS!
yang heterogen atau adanya uptake yang rendah.
Secara makroskopis gambaran TR adalah keras, putih, Bartalena L et al. Treatment of amiodaron-induced thyrotoxicosis,
avaskular. Secara histologi didapatkan hyalinized fibrosis a difficult challenge: Result of a propective study. J Clin
Endocrinol Metab 1996; 8l:2930-2933,
tissue dengan sedikit sel limfosit, plasma dan eosinofil,
Burman KD. Overview of thyroiditis, in UpToDate ver' 13.1, 2005.
disertai tidak adanya folikel tiroid. Jaringan hbrosis tersebut
Burman KD. Subacute granulomatous thyroiditis, it UpToDate ver
menembus ke jaringan sekitarnya. Fibrosis tiroid ini juga 13.1,2005.
terdapat pada TH atau Ca papilare tetapi tidak menembus Burman KD. Subacute lymphocytic (painless) thyroiditis, in
jaringan sekitarnya. UpToDate ver. 13.1, 2005.
TR yang tidak diobati biasanya pelan-pelan progresif Burman KD. Postpartum thyroiditis, in UpToDate ver. 13'1, 2005.
kadang-kadang stabil atau malahan regresi. Pengobatan Davies TF : Pathogenesis of Hashimoto's thyroiditis (chronic
autoimmune thyroiditis), in UpToDate ver. 13.1, 2005.
ditujukan terhadap hipotiroid yang terjadi dan penekanan
Farwell AP : Infectious thyroiditis, in Werner & Ingbarb The T
yang terjadi karena fibrosklerosis terutama pada ltakea
hyroid,LE Braverman, RD Utiger (eds). Philadelphia, Lippincott
dan esofagus. Operasi terbatas pada obstruksi saja karena Williams & Wilkins, 2000, pp 1044-1050.
reseksi yang luas sulit karena medan yang sulit dan risiko Fatourechi V et al: Clinical Features and outcome of subacute
merusak struktur sekitamya. Pemberian glukokortikoid dan thyroiditis in an incidence cohort: Olmsted County, Minnesota,
tamoksifen dapat diberikan walaupun belum banyak Study. J Clin Endocrinol Metab 88:2100-2105, 2003.
dilakukan karena kasusnya j arang. Lee SL: Infrltrative thyroid disease, in UpToDate ver. 13.1, 2005.
Pearce EN et al: Current concept thyroiditis N Engl J Med
2003;348 :2646-2655.
3t4
NODUL TIROID
Johan S. Masjhur

PENDAHULUAN Secara klinik, nodul dibagi menjadi nodul tunggal


(soliter) atau multipel, sedangkan berdasarkan fungsinya
Nodul tiroid merupakan neoplasia endokrin yang paling bisa didapatkan nodul hiperfungsi, hipofungsi, atau
sering ditemukan di klinik. Karena lokasi anatomikkelenjar berfungsi normal. Klasifftasi etiologi nodul tiroid dapat
tiroid yang unik, yaitu berada di superfisial, maka nodul dilihatpada Tabel 1.
tiroid dengan mudah dapat dideteksi baik melalui
pemeriksaan fisik maupun dengan menggunakan berbagai
moda diagnostik seperti ultrasonografi, sidik tiroid Adenoma Karsinoma
(sintigrafi), atal CT scan. Yang menjadi kepedulian klinik
Adenoma makrofolikuler (koloid Papiler (75 persen)
adalah kemungkinan nodul tersebut ganas, di samping sederhana) Folikuler (10 persen)
keluhan pasien seperti perasaan tidak nyaman karena Adenoma mikrofolikuler (fetal) Meduler (5 - 10 persen)
Adenoma embrional (trabekular) Anaplastik (5 persen)
tekanan mekanik nodul terhadap organ sekitarnya serta
Adenoma sel Htlrthle (oksifilik, Lain-lain : Limfoma tiroid
masalah kosmetik. Diperlukan uji saring yang cukup onkositik) (5 persen)
spesifik untuk mendeteksi keganasan mengingat Adenoma atipik
kemungkinannya hanya sekitar 5%o dari nodul yang Adenoma dengan papila
Signet-ring adenoma
ditemukan di klinik.
Kista Lain-lain
Dasar pemikiran pengelolaan nodul tiroid adalah
Kista sederhana (simple cyst) lnflamasi tiroid
bagaimana mendeteksi karsinoma yang mungkin Tumor kistik/padat (perdarahan, Tiroiditis subakut
ditemukan hanya pada sebagian kecil pasien, serta nekrotik) Tiroiditis limfositik
menghindarkan pembedahan atau tindakan lain yang khronik
Nodul kolloid Penjakit granulomatosa
sebenarnya tidak perlu pada sebagian besar pasien Nodul dominan pada struma Gangguan pertumbuhan
lainnya. Untuk itu perlu dipahami patogenesis, karakteristik multinodosa Dermoid
nodul serta penilaian risiko, manfaat spesifik dan Agenesis lobus tiroid
unilateral 0arang)
keterbatasan alat uji diagnostik sertajenis tindakan atau
Sumber: Welker JO and Orlov D.
pengobatan yang akan dilakukan.

PREVALENSI
DEFINISI DAN KLASIFIKASI
Prevalensi nodul tiroid berkisar antara 5%o sampai 50%
Di kepustakaan, selain istilah nodul tiroid sering digunakan bergantung pada populasi tertentu dan sensitivitas dari
pula istilah adenoma tiroid. Istitah adenoma mempunyai teknik deteksi; prevalensi nodul tiroid meningkat sesuai
arti yang lebih spesifrk yaitu suatu pertumbuhan jinak dengan umur, keterpajanan terhadap radiasi pengion dan
jaringan baru dari struktur kelenjar sedangkan istilah nodul ,defisiensi iodium. Di Amerika Serikat prevalensi nodul
tidak spesifik karena dapat berupa kista, karsinoma, lobul tiroid soliter sekitar 4-7Yo dari penduduk dewasa, 3-4kali
darijaringan normal, atau lesi fokal lain yang berbeda dari lebih sering pada wanita dibandingkan pria. Nodul akan
jaringan normal. ditemukan lebih banyak lagi pada waktu operasi, autopsi,

2022
NODULTIROID 2023

dan dari hasil pemeriksadn ultrasonografi yang luput atau


tidak terdeteksi secara klinik. Pada autopsi nodularitas
ditemukan pada sekitar 37o/o dari populasi, 12% di l. Adenoma
altararrya dari kelompok yang tadinya dianggap sebagai A. Folikuler
1. Varian koloid
nodul soliter. Untungnya hanya sebagian kecil yaitu hanya 2. Embrional
kurang dari 5%o nodul tiroid soliter ganas. Belum ada data 3. Fetal
epidemiologi mengenai prevalensi nodul tiroid di berbagai 4. Varian sel Hurthle
B Papiler (kemungkinan ganas)
daerah di Indonesia yang dikenal memiliki tipologi C. Teratoma
geografis dan konsumsi iodium yang bervariasi.
ll. Tumor Ganas
A. Berdiferensiasi
1. Adenokarsinoma papiler
a. Murni adenokarsinoma paPiler
PATOGENESIS DAN PERJALANAN PENYAKIT b. Campuran papiler dan follikuler (varian termasuk
tall cell, Iolikular, oksifil, padat)
Lingkungan, genetik dan proses autoimun dianggap 2. Adenokarsihoma follikuler (varian :malignant
adenoma, karsinoma sel Hurthle atau oksifil, lear cell
merupakan faktor-faktor penting dalam patogenesis nodul ca rci nom a, i n sul ar carcinoma)
tiroid. Namun masih belum dimengerti sepenuhnya proses B. Karsinoma medular (bukan berasal dari sel folikel)
perubahan atau pertumbuhan sel-sel folikel tiroid menjadi C. Tidak berdiferensiasi
1. Small cel/ (perlu dibedakan dari limfoma)
nodul. Konsep yang selama ini dianut bahwa(hormon
2. Giant cell
perangsang tiroid) TSH secara sinergistik bekerja dengan 3. Karsinosarkoma
insulin danlatau insulin-like growth factor I dan D. Lain-lain
memegang peranan penting dalam pengaturan 1. Limfoma, sarkoma
pertumbuhan sel-sel tiroid perlu ditinjau kembali. Berbagai
2 Karsinoma sel skuamosa epidermoid
3. Fibrosarkoma
temuan akhir-akhir ini menunjukkan TSH mungkin hanya 4. Karsinoma mukoepitelial
merupakan salah satu dari mata rantai di dalam suatu 5. Metastasis tumor
jej*i"g sinyal-sinyal yang kompleks yang memodulasi dan * Direvisi oleh Pacini & De Groot (6)
mengontrol stimulasi perlumbuhan dan fungsi sel tiroid.
Penelitian yang mendalam berikut implikasi klinik dari
jejaring sinyal tersebut sangat diperlukan untukmemahami Yang masih diperdebatkan apakah tumor tiroid papiler
patogenesis nodul tiroid. merupakan suatu karsinoma atau tidak ? Ada yang
Adenoma tiroid merupakan pertumbuhan baru berpendapat bahwa tumor papiler harus dianggap sebagai
monoklonal yang terbentuk sebagai respons terhadap karsinoma, sedangkan yang lainnya menyatakan sebagian
suatu rangsangan. Faktor herediter tampaknya tidak tumor papiler adalah adenoma jinak. Tumor tiroid papiler
memegang peranan penting. Nodul tiroid ditemukan 4 kali seyogyanya dianggap sebagai karsinoma, walaupun
lebih sering pada wanita dibandingkan pria, walaupun tidak tingkat invasifnya berbeda-beda. Sama halnya dengan
ada bukti kuat keterkaitan antara estrogen dengan adenoma sel Hurthle, banyak ahli patologi yang
pertumbuhan sel. Adenoma tiroid tumbuh perlahan dan menganggapnya sebagai karsinoma dengan derajat rendah
menetap selama bertahuntahun; hal ini mungkin terkait (l ow - gr a d e c ar c inom a).
dengan kenyataan bahwa sel tiroid dewasa biasanya
Sekitar 100/o adenoma folikuler merupakan nodul yang
membelah setiap delapan tahun. Kehamilan cenderung
hiperfungsi tampak sebagai nodul panas (hot nodule)pada
menyebabkan nodul bertambah besar dan menimbulkan
sidik tiroid yang menekan fungsi jaringan tiroid normal di
pertumbuhan nodul baru. Kadang-kadang dapat terjadi
sekitarnya dan disebut sebagai nodul tiroid autonom
perdarahan ke dalam nodul menyebabkan pembesaran
(Autonomously Functioning Thyroid Nodule : AFTI$.
mendadak serta keluhan nyeri. Pada waktu terjadi
perdarahan ke dalam adenoma, bisa timbul tirotoksikosis
Nodul tersebut dapat menetap selama bertahun-tahun,
selintas dengan peningkatan kadar T4 dan penurunan beberapa di antarany a menyebabkan hipertiroidisme
penangkapan iodium (radioiodine uptake). Regresi subklinik (kadar T4 masih dalambatas normal tetapi kadar
spontan adenoma dapat terjadi. TSH tersupresi) atau berubah menjadi nodul autonom
Apakah suatu adenoma dapat berubah menjadi toksik terutama bila diametemya lebih dari 3 cm. Sebagian
karsinoma ? Adenoma dari awalnya adalah jinak seperti lagi akan mengalami nekrosis spontan. Sekitar 2Yo dari
halnya karsinoma yang dari awalnya juga ganas; walaupun seluruh kasus tirotoksikosis disebabkan oleh nodul tiroid
demikian pada beberapa kasus (yang jarang terjadi) autonomtoksik. ,
adenoma dapat bertransformasi menjadi ganas. Di daerah endemik sekitar sepertiga dari pasien
WHO menyusun klasifikasi histologi neoplasma tiroid tirotoksikosis disebabkan adenoma hiperfungsi umumnya
dengan membaginya atas dua kelompok besar yaitu berupa struma multinodosa toksik seperti yang banyak
adenoma dan tumor ganas yang perlu dipertimbangkan ditemukan di beberapa daerah di Swiss.
dalam menghadapi nodul tiroid (Tabel2). Bagaimana nasib suatu nodul tiroid jinak ? Perjalanan
2024 MEf,AU.IKET{TMIN

klinik dari suatu nodul belum dipahami sepenuhnya.


Penelitian dari Kuma dkk. (1994) melaporkan dari I 34 pasien
dengan nodul jinak (dibuktikan secara sitologis) yang Sangat Mencurigakan
diamati secara fisik dan ultrasonografi selama 9 sampai I I Riwayat keluarga karsinoma tiroid medulare atau MEN
tahun tanpa diberi pengobatan apapun: 43%o nodul akan Cepat membesar, terutama sewaktu terapi levotiroksin
Nodul padat atau keras
mengalami regresi spontan,23Yobertambah besar dan 33% Sukar digerakkan/melekat pada jaringan sekitar
menetap. Yang menarik sebagian besar nodul jinak tidak Paralisis pita suara
bertambah besar, dan kista dapat menghilang atau Limfadenopati regional
Metastasis jauh
mengecil tanpa pengobatan. Bila pasien-pasien tersebut
Kecurigaan Sedang
sebelumnya diobati dengan l-tiroksin, tentu tiroksinlah Umur di bawah 20 tahun atau di atas 70 tahun
yang dianggap berperan dalam mengecilkan nodul Pria
tersebut. Riwayat iradiasi pada leher dan kepala
Nodul > 4 cm atau sebagian kistik
Keluhan penekanan, termasuk dusfagia, disfonia, serak,
dyspnea dan batuk
KARAKTERISTIK NODUL DAN PENILAIAN RISIKO Nodul jinak
Riwayat keluarga : nodul jinak
Struma difusa atau multinodosa
Di klinikperlu dibedakan nodul tiroidjinak dari nodul ganas Besarnya tetap
yang memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut : BAJAH :jinak
. Konsistensi keras dan sukar digerakkan, walaupun
Kista simpleks
Nodul hangat atau panas
nodul ganas dapat mengalami degenerasi kistik dan Mengecil dengan terapi supresi levotiroksin
kemudian menjadi lunak; Sumber: Hegedus, 2004 (dimodifikasi oleh penulis)
. Sebaliknya nodul dengan konsistensi lunak lebih sering
jinak, walaupun nodul yang mengalami kalsifikasi dapat
ditemukan pada hiperplasia adenomatosa yang sudah
berlangsung lama; Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH)
. Infiltrasi nodul ke jaringan sekitarnya merupakan Uji diagnostik in vivo'.
petanda keganasan, walaupun nodul ganas tidak selalu Ultrasonografi
Sidik tiroid
mengadakan infilhasi;
Cf scan / MRI
. 20yo nodul soliter bersifat ganas sedangkan nodul Uji diagnostik in vitro:
multipel jarang yang ganas, tetapi nodul multipel dapat Hormon tiroid dan TSHs
ditemukan pada 40Yo keganasan tiroid; Kalsitonin
. Nodul yang muncul tiba-tiba atau cepat membesar perlu
dicurigai ganas.
. Nodul dicurigai ganas bila diseriai dengan pembesaran
kelenjar getah bening regional atau perubahan suara Jinak (negatif)
menjadi serak. Tiroid normal
Nodul kolloid
Kista
Pada Tabel3 ditampilkan gambaran klinik dari nodul Tiroiditis subakut
tiroid jinak dan ganas pada pasien dengan nodul tiroid Tiroiditis Hashimoto
soliter; umunnya pasien dengan keganasan tiroid berada Curiga li n d ete rm in atel
Neoplasma sel folikular
dalam keadaan eutiroid.
Neoplasma sel Hurthle
Temuan kecurigaan keganasan tapi tidak pasti
Ganas (positif)
Karsinoma tiroid papiler
DIAGNOSTJK Karsinoma tiroid medular
Karsinoma tiroid anaplpstik
Dewasa ini tersedia berbagai modalitas diagnostik untuk Sumber: Castro and Gharib
mengevaluasi nodul tiroid seperti biopsi aspirasi jarum
halus (BAJAH; Fine Needle Aspiration Biopsy : FNAB),
ultrasonografi, sidik tiroid (sintigrafi; thyroid scan), dan Gambaran ultrasonogram atau CT scan dari suafu nodul
CT (Computed Tbmography) scan atalu}dRl (Magnetic dapat diklasifikasikan menjadi nodul padat, kistik atau
Resonance Imaging), serta penentuan status fungsi campuran padat-kistik. Sedangkan dari penyidikan
melalui pemeriksaan kadar TSHs dan hormon tiroid. isotopik, berdasarkan kemampuannya menangkap (upt ake)
Langkah-langkah diagnostik yang akan diambil dalam radiofarmaka, suatu nodul dapat berupa nodul hangat
pengelolaan nodul tiroid tergantung pada fasilitas yang (warm nodule), panas (hot nodule), atau dingin (cold
tersedia dan pengalaman klinik (Tabel5). nodule).
2025
NODULTIROID

Walaupun ada upaya untuk mencirikan proses


keganasan dari suatu nodul, namun sampai sekaraflg
belum ada teknik pencitraan yang secara spesifik dan
akurat dapat memastikan adanya proses keganasan
tersebut.

Biopsi Aspirasi Jarum Halus


Sebagian besar ahli endokrin sepakat menggunakan
biopsi aspirasi jarum halus sebagai langkah diagnostik
awal dalam pengelolaan nodul tiroid' dengan catatan harus
dilakukan oleh operator dan dinilai oleh ahli sitologi yang
berpengalaman. Di tangan yang ahli, ketepatan diagnosis
BAJAH berkisar antara 70-80%, dengan hasil negatif palsu C. KaEinoma tiroid

keganasan antara l-6oh. Sekitar 10% hasil sitologi positif B


Gambar 1. Gambar ultrasonografi: A. Adenoma tiroid ; Kista
ganas da tiroid; C. Karsinoma tiroid
seringkali
20ohhasil
kira dari jumlah tersebut berasal dari nodul ganas'
20o/o
Hal ini disebabkan kesukaran dalam membedakan lesi
ganas dari tumor sel Hurthle yang jinak atautumor folikuler
yarg kaya sel. Sebagian besar (80%) nodul demikian
memberikan gambaran nodul dingin pada sidik tiroid'
Ketepatan diagnostik BAJAH akan meningkat bila
sebelum biopsi dilakukan penyidikan isotopik atau
ultrasonografi. Sidik tiroid diperlukan untuk menyingkirkan
A. Nodul panas di lobus kiri bawah
nodul tiroid otonom dan nodul fungsional hiperplastik,
sedangkan ultrasonografi selain untuk membedakan nodul
kistik dari padat dan menentukan ukuran nodul, juga
berguna untuk menuntun bioPsi.
TeknikBAJAH aman, murah, dan dapat dipercaya,serta

C. Nodul dingin di lobus kiri


tiroidektomi. Hasil sitologi BAJAH dapat dikelompokkan
menjadi jinak (negatif), cwiga (indeterminate) atau ganas Gambar 2. Sidik Tiroid :A Nodul Panas; B Nodul Dingin Multipel;
C. Nodul Dingin
(positif) seperti dapat dilihatpada tabel 5.
Ultrasonografi. Ultrasonografi memberikan informasi i kistik
tentang as ebagian
yangan af emukan
tiroid s ut bahkan
bersifat kistik, padat atau campuran kistik-padat'
Ultrasonografi juga digunakan sebagai penuntun biopsi'
Sekitar 20-40% nodul yang secara klinis soliter, ternyata
multipel pada gambatan ultrasonogram. Namun demikian
belum diketahui pasti apakah multinodularitas tersebut

i"T:
istik
dan risiko kemungkinan ganas adalah apabila ditemukan tidak sempurna (incomplete halo) temyata ganas'
nodul yang hip ifikasi, batas ireguler,
peningkatan da nodul (melalui Sidik tiroid. Sidik tiroid (sintigrafi tttoid thyroid scan)
pemeriksaan d , serta bila ditemukan merupakan pencitraan isotopik yang akan memberikan
gu iurun morfologi fungsional, yang berarti hasil
invasi atau limfadenopati regional
2026 MEIABOLIKENI'OI(RIN

pencitraan merupakan refleksi dari fungsi jaringan tiroid.


Radiofarmaka yarrg digunakan adalah I- I 3 l, Tc-99m
1. terapi supresi dengan hormon levotiroksin
pertechnetate, Tc-99mMIBI, Tl-201 atau F-l8 FDG. I-l3l ;
2 bedah;
memiliki perilaku sama dengan iodium stabil yaitu ikut 3. iodium radioaktif
dalam proses trapping danorganifikasi untuk membentuk 4. suntikan ethanol (percufa neous ethanol injection) ;
5. terapi laser dengan tuntunan ultrasonografi
hormon tiroid, sedangkan Tc-99m hanya ikut dalam proses
(US guided laser therapy) ;
trapping. Oleh karena itu ada kemungkinan terdapat 6. observasi, bila yakin nodul tidak ganas
diskrepansi antara sidik tiroid menggunakan I-131 dengan
Tc-99m pertechnetate (hot ata\ warm area dengan
Tc-99m pertechnetate bisajadi cold area dengan I-131). Studi in-vitro. Penentuan kadar hormon tiroid dan TSHs
Pencitraan dengan Tc-99m MIBI, Tl-201 atau F-18 FDG diperlukan untuk mengetahui fungsi tiroid. Nodul yang
digunakan untuk mendeteksi sisa jaringan residif karsinoma fungsional (nodul autonom) dengan kadar TSHs tersupresi
tiroid pasca-tiroidektomi atau radiotiroablasi. Berdasarkan dan hormon tiroid normal dapat menyingkirkan keganasan.
distribusi radioaktivitas pada sidik tiroid dapat dilihat : Kadar kalsitonin perlu diperiksa bila ada riwayat keluarga
. Distribusi difus-rata di kedua lobi (normal); dengan karsinoma tiroid me dllare atau Multiple Endocrine
. Distribusi kurang/tidak menangkap radioaktivitas pada Neoplasia (MEN) tipe 2.
suatu area./nodul, disebut sebagai nodd dngin (cold
nodule); Algoritme diagnostik. Dalam kepustakaan dapat
. Penangkapan radioaktivitas pada suatu arealnodul ditemukan berbagai algoritma pengelolaan nodul tiroid,
lebih tinggi dari jaringan sekitarnya, disebut sebagai yang disusun berdasarkan pengalaman serta fasilitas
nodul panas (hot nodule); diagnostik yang tersedia. Beberapa senter menyusun
. Penangkapan radioaktivitas di suatu daerah/nodul algoritma diagnostik dengan menggunakan BAJAH
sedikit meninggi/hampir sama dengan daerah sebagai alat uji diagnostik awal, diikuti dengan
sekitarnya disebut sebagai nodul hangat (warm nod- ultrasonografi
dan/ atau penyidikan isotopik (kalau fasilitas

ule/area); nodul hangat disebabkan oleh hiperplasia kedokteran nuklir tersedia). Sebagai contoh di bawah ini
jaringan tiroid firngsional di daerah tersebut. (Gambar'3) dicantumkan algoritma yang cukup sederhana
dan praktis berdasarkan hasil BAJAH dan penyidikan
Nodul tiroid autonom (Autonomously Functioning isotopik seperti diajukan olehMazzaferi.
Thyroid Nodule:AFTI,{) adalah nodul tiroid fungsional Algoritma di atas memerlukan fasilitas kedokteran
yg tampak sebagai nodul panas dan menekan fungsi nuklir dan dapat dimodifikasi dengan melakukan BAJAH
jaringan tiroid normal sekitamya. Jaringan tiroid normal
dengan funfunan ultrasonografi.
akan terlihat berfungsi kembali pada sidik tiroid setelah
nodul tiroid otonom tersebut diablasi dengan iodium Berikutnya pada Gambar 4 disajikan algoritrna lain yang
radioaktif atau pembedahan. disusun oleh Hegedus (2004) dengan catatan sebagai
Pencitraan isotopik (sidik tiroid) dilakukan untuk berikut:
mengetahui apakah suatu nodul tiroid menangkap
. bila secara klinis curiga ganas, dianjurkan pembedahan
radioaktivitas atau tidak, mendeteksi tiroid aberan tanpa melihat hasil BAJAH;
(misalnya tiroid lingual atau substernal), mendeteksi
. bila kadar TSHs tersupresi, lakukan sidik tiroid; nodul
jaringan tiroid sisa pasca-tiroidektomi atau jaringan yg berfungsi bukan kanker;
metastase fungsional dari karsinoma tiroid berdiferensiasi. . bila BAJAH non-diagnostik, biopsi ulangan akan
Dewasa ini dikembangkan teknik lain yaitu SPECT /CT atau berhasil pada 50olo kasus
PET/CT yang merupakan penggabungan antara pencitraan . bila pada USG ditemukan nodul lain dgn ukuran >10
dengan Single Photon Emmision Computed Tomogra- mm, BAJAH diulangi pada nodul.
phy ata:.r Positron Emilted Tomography dengan CT Scan . pilhan pengobatan tsb berlaku untuk nodul padat dan
(PET/CT). Dengan teknik tersebut sekaligus dapat kistik
dideteksi lokasi anatomik dan fungsi dari massa di leher . bila ada nodul kistik rekuren, pilihannya : ulangi BAJAH,
atau tempat lain yang dicurigai. bedah atau etanol
Arti klinik dari hasil pencitraan isotopik (sidik tiroid) . hegedus tidak menganjurkan terapi supresi dengan l-
dari nodul tiroid dapat dilihat pada Tabel 6. tiroksin pada nodul tiroid.
CT scqn atau MRI. Seperti halnya ultrasonografi, CT scan
atau MRI merupakan pencitraan anatomi dan tidak
digunakan secara rutin untuk evaluasi nodul tiroid. PENGELOLAAN NODUL TIROID
Penggunaannya lebih diutamakan untuk mengetahui posisi
anatomi dari nodul atau jaringan tiroid terhadap organ Tindakan atau pilihan terapi apayangdapatdilakukan pada
sekitarnya seperti diagnosis struma sub-sternal dan nodul tiroid? Pilihannya dapat dilihat pada Tabel 6. Kapan
kompresi trakhea karena nodul. nodul tiroid diamati saja perkembangannya (tanpa
NODULTIROID
2027

Ganas # Bedah
Dingin/Hangat --) Bedah

BAJAH

1
Ulangi Panas lkuti/pantau
-+

Gambar 3. Evaluasi Nodul Tiroid Berdasarkan Hasil BAJAH dan Sidik Tiroid. (Sumben Mazafuni EL)

l-131 ; altematif;
observasi, bedah,
suntikan ethanol, laser

Gambar4. Algoritme Pengelolaan Nodul'l'iroid soliter. (sumber: Hegedus. Dimodifikasi)

pengobatan), atau diberikan terapi supresi hormonal, kosmetik tindakan bedah dapat dilakukan pada suatu nodul
sklerosing, laser, iodium radioaktif, serta kapan pula jinak. Sebaliknya bila hasil BAJAH positif ganas, maka
dilakukan tindakan bedah ? Jawabamya tergantung dari perlu segera dilakukan tindakan pembedahan.
hasil uji diagnostik dan kebijakan masing-masing senter. Perlu dicatat bahwa belum ada data yang
Bila risiko keganasan rendah atau hasil BAJAH negatif membandingkan hasil dan c os t- effe ct iv en es s berbagai
piliharurya adalah diamati saj a perkembangannya, diberikan strategi evaluasi nodul (misalnya sidik tiroid dan
terapi supresi hormonal, terapi sklerosing dengan suntikan ultrasonografi sebagai penuntun BAJAH). Demikian juga
ethanol, atat terapi laser dengan tuntunan ultrasonogralt belum cukup data untuk membandingkan hasil (termasuk
(masih dalam taraf eksperimental). Atas pertimbangan kualitas hidup) dari berbagai cara pengelolaan noduljinak.
2028 METABOLIKENDOXRIN

Terapi supresi dengan l-tiroksin. Terapi supresi dengan mengelilingi jaringan nekrotik. Nodul akan dikelilingi oleh
hormon tiroid (levotiroksin) merupakan pilihan yang reaksi granulomatosa dengan multinucleated giant cells,
paling sering dan mudah dilakukan. Terapi supresi dapat dan kemudian secara bertahapjaringan tiroid diganti dengan
menghambat pertumbuhan nodul serta mungkin bermanfaat jaringan parut granulomatosa.
pada nodul yang kecil. Tetapi tidak semua ahli setuju Terapi sklerosing dengan etanol dilakukan pada nodul
melakukan terapi supresi secara rutin, karena hanya sekitar jinakpadat atau kistik dengan menyuntikkan larutan etanol
20o/onodulyang responsif. Oleh karena itu perlu diseleksi (alkohol); tidak banyak senter yang melakukan hal ini secara
pasien yang akan diberikan terapi supresi, berapa lama, rutin karena tingkat keberhasilannya tidak begitu tinggi,
dan sampai berapa kadar TSH yang ingin dicapai. Bila kadar dalam 6 bulan ukuran nodul bisa berkurang sebesar 45%. Di
TSH sudah dalam keadaan tersupresi, terapi dengan l- samping itu dapatte{adi efek samping yang serius terutama
tiroksin tidak diberikan. Terapi supresi dilakukan dengan bila dilakukan oleh operator yang tidak berpengalaman.
memberikan l-tiroksin dalam dosis supresi dengan sasaran Efek samping yang mungkin terjadi adalah rasa nyeri yang
kadar TSH sekitar 0.1 - 0.3 mlU/ml. Biasanya diberikan hebat, rembesan (leakage) alkohol ke jaringan
selama 6-12 bulan, dan bila dalam waktu tersebut nodul ekstratiroid, juga ada risiko tirotoksikosis dan paralisis pita
tidak mengecil atau bertambah besar perlu dilakukan biopsi suara.
ulang atau disarankan operasi. Bila setelah satu tahun nodul
Terapi Iodium Radioaktif(I-131). Terapi dengan Iodium
mengecil, terapi supresi dapat dilanjutkan. Pada pasien
radioaktif(I- 1 3 I ) dilakukan pada nodul tiroid autonom atau
tertentu terapi supresi hormonal dapat diberikan seumur
nodul panas (fungsional) baik yang dalam keadaan eutiroid
hidup, walaupun belum diketahui pasti manfaat terapi
maupun hipertiroid. Terapi iodium radioaktif juga dapat
supresi jangka panjang tersebut. Banyak penelitian telah
diberikan pada struma multinodosa non-toksik terutama
dilakukan tentang matfaat terapi supresi ini dengan hasil
bagi pasien yang tidak bersedia dioperasi atau mempunyai
yang tidak konsisten satu sama lain.
risiko tinggi untuk operasi. Iodium radioaktif dapat
Yang perlu diwaspadai adalah terapi supresi hormonal
mengurangi volume nodul tiroid dan memperbaiki keluhan
jangka panjang yang dapat menimbulkan keadaan
dan gejala penekanan pada sebagian besar pasien. Yang
hipertiroidisme subklinik dengan efek samping berupa perlu diperhatikan adalah kemungkinan terjadinya tiroiditis
osteopeni atau gangguan pada jantung. Terapi supresi
radiasi fiarang) dan disfungsi tiroid pasca-radiasi seperti
hormonal tidak akan menimbulkan osteopenia pada pria
hipertiroidisme selintas dan hipotiroidisme.
atau wanita yang masih dalam usia produktif, namun dapat
memicu terjadinya osteoporosis pada wanita pasca- Pembedahan. Melalui tindakan bedah dapat dilakukan
menopause walaupun ternyata tidak selalu disertai dengan dekompresi terhadap jaringan vital di sekitar nodul, di
peningkatan kej adian fraktur. samping dapat diperoleh spesimen untuk pemeriksaan
patologi. Hemitiroidektomi dapat dilakukan pada nodul
Suntikan etanol perkutan (Percutaneous Ethanol Inj ec- jinak, sedangkan berapa luas tiroidektomi yang akan
tion). Penytntikan etanol pada jaringan tiroid akan dilakukan pada nodul ganas tergantung padajenis histologi
menyebabkan dehidrasi seluler, denaturasi protein dan dan tingkat risiko prognostik. Hal yang perlu diperhatikan
nekrosis koagulatifpada j aringan tiroid dan infark hemoragik adalah penyulit seperti perdarahan pasca-pembedahan,
akibat trombosis vaskular; akan terjadi juga penurunan obstruksi trakea pasca-pembedahan, gangguan pada n.
aktivitas enzim pada sel-sel yang masih viable yang rekurens laringeus, hipoparatiroidi, hipotiroidi atau nodul

Jenis Kekurangan/
Pengobatan Keuntungan
Kerugian
Bedah Ablasi nodul, menghilangkan keluhan, Perlu perawatan di RS, mahal, risiko bedah: paralisis pita suara,
spesimen utk diagnostik histologi hipoparatiroidis, hipotiroidisme.
Levotiroksin Tidak perlu dirawat di RS, murah, dapat Efikasi rendah, pengobatan jangka panjang, nodul tumbuih
memperlambat pertumbuhan nodul dan kembali setelah dihentikan, takiaritmia jantung, penurunan
menghambat pem-bentukan nodul baru densitas tulang, tidak berguna bila TSH tersupresi
lodium Tidak perlu dirawat di RS, murah, efek Kontraindikasi pada wanita hamil, pengecilan nodul bertahap,
radioaktif samping rendah, nodul mengecil hipotiroidisme dalam 5 tahun (10% pasien), risiko tiroiditis dan
sampai 40% dalam satu tahun tirotoksikosis
Suntikan Tidak perlu dirawat di RS, relatif murah, Pengalaman masih terbatas, efikasi rendah pada nodul besar,
etanol tidak ada hipotiroidisme, nodul keberhasilan tergantung operator, rasa nyeri hebat, risiko
mengecil 45% dalam 6 bulan tirotoksikosis dan paralisis pita suara, perembesan etanol, etanol
mengganggu penilaian sitologi dan histologi
Terapi laser Masih dalam tahap eksperimental
Sumber : Hegedus, 2004 (8). Dimodifikasi
NODULTIROID
2029

kambuh. Untuk menekan kejadian penyulit tersebut, levotiroksin, lebih dari 40o/o anggota ETA dan ATA tetap
pembedahan hendaknya dilakukan oleh ahli bedah yang memberikannya dalam jangka waktu antara 3-6 bulan
berpengalaman dalam bidangnya. sampai bertahun-tahun (tidak terbatas).
Pembedahan hanya direkomendasikan oleh lo/o
Terapi laser interstisial dengan tuntunan ultrasonografi. anggota ATA dibandingkan I dari 4 anggota ETA. Pada
Terapi nodul tiroid dengan laser masih dalam tahap kasus yang diduga ganas, lebih dari 90o/o anggota AIA
eksperimental. Dengan menggunakan "low power laser tidak melakukan biopsi dan langsung melakukan operasi;
energ/ " ,energi termik yang diberikan dapat mengakibatkan sebaliknya hanya setengah anggota ETAyang mengambil
nekrosis nodul tanpa atau sedikit sekali kerusakan pada langkah seperti itu.
jaringan sekitarnya. Suatu studi tentang terapi laser yang
dilakukan oleh Dossing dkk (2005) pada 30 pasien dengan
nodul padat-dingin soliter jin ak (b enign s olitary s olid-cold
PENUTUP
nodule)mendapatkan hasil sbb: pengecilan volume nodul
sebesar 44oh (median) yang berkorelasi dengan pemrunan
Dasar pemikiran pengelolaan nodul tiroid adalah bagaimana
gejala penekanan dan keluhan kosmetik, sedangkan pada
mendeteksi dan menyingkirkan kemungkinan keganasan
kelompok kontrol ditemukan peningkatan volume nodul
serta menghindari tindakan-tindakan yang sebenarnya
yang tidak signifftan sebesar 7o/o (median) setelah 6 bulan.
tidak perlu dilakukan. BAJAH, ultrasonografi, dan
Tidak ditemukan efek samping yang berarti. Tidak ada penyidikan isotopik (sidik tiroid), serta penentuan kadar
korelasi antara deposit energi termal dengan pengurangan
TSH merupakan perangkat diagnostik yang paling sering
volume nodul serta tidak ada perubahan pada fungsi digunakan dalam evaluasi nodul tiroid. Sedangkan terapi
tiroid.
supresi hormonal, terapi iodium radioaktif, operasi, terapi
sklerosing, atau terapi laser, bahkan hanya diobservasi
saja (padd nodul jinak) merupakan pilihan peggobatan'
KONTROVERSI PENGELOLAAN NODUL TIROID Terdapat kontroversi dan perbedaan pendekatan dalam
pengelolaan nodul tiroidi, tergantung pada pengalaman
Seperti diutarakan masih terdapat kontroversi dalam klinik dan fasilitas yang tersedia. Sampai sekarang belum
pengelolaan nodul tiroid yaitu mengenai langkah tersedia data yang cukup untuk membandingkan hasil cara-
diagnostik serta tindakan medik atau bedah yang akan cara evaluasi diagnostik dan pengelolaan nodul tiroid.
dilakukan. Pertimbangannya meliputi kapan akan dilakukan
ekstirpasi nodul atau tindakan bedah yang lebih ekstensif,
kapan suatu nodul dibiarkan atau diobservasi saja, dan
REFERENSI
kapan serta ba gaimana caranya melakukan tindakan medik.
Hasil survai dari Bennedbaek dan Hegedus yang Bennedbaek FN and Hegedus L' Management of the Solitary Thy-
dilaporkan dalamJournal of Ctinical Endocrinology and roid Nodule : Results of a North American Survey J Clin
Metabolism menggambarkan perbedaan penanganan Endocrinol Metab 2000;85 (7):2493-8.
nodul tiroid di antara para ahli endokrin anggota Ameri- Castro MR, Caraballo PJ, and Morris JC. Effectiveness of thyroid
can Thyroid Association dengan European Thyroid hormone suppressive therapy in benign solitary nodules : a
meta-analysis. J Clin Endocrinol Metab 2002;87:4184-59'
Association .
Castro MR and Gharib H. Thyroid nodules and cancer. When to wait
Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH) merupakan
and watch, when to refer. Postgrad Med 2000;107(l):ll3-24'
langkah diagnostik awal nodul tiroid di kalangan ahli Derwahl M, Broecker M, and Kraiem Z. Thyrotropin May Not Be
endokrin Amerika Utara (the American Thyroid Associa- the Dominant Growth Factor in Benign and Malignant Thyroid
tion, ATA) dan Eropa (the European Thyroid Associa- Tumors. J Clin Endocrinol Metab 1999;84(3):829-34'
tion, ETA). Ahli endokrin di ATA lebih jatang Dossing H, Bennedbaek FN, and Hegedus L. Effect of ultrasound-
menggunakan uji laboratorik dan pencitraan (penyidikan guided interstitial laser photocoagulation on berign solitary cold
isotopik dan atau ultrasonografi), bahkan mayoritas thyroid nodules - a randomised study. Eur J Endocrinol
2005;1 52(3):34 I -5).
anggota ATA (paling kurang 2B) ridak melakukan
Gharib H. Changing concepts in the diagnosis and management of
pencitraan sama sekali. Penyidikan isotopik dilakukan thyroid nodules. Endocrinol and Metab Clin 1991;26(4):778-
tergantung hasil BAJAH (terutama bila BAJAH 8 00.
memberikan hasil indelerminate), sedangkan Hamburger JL. Diagnosis of thyroid nodules by fine needle biopsy :

ultrasonografi hanya dilakukan pada pasien tertentu yaitu use and abuse. J Clin Endocrinol Metab 1994;79(2):335-9'
sebagai penuntun biopsi dan pada nodul kistik. Hegedus L. The Thyroid Nodule. N Engl J Med2004;357:1764-71'
Jennings A. Nonisotopic techniques of thyroid imaging' In Wemer
Lebih dari setengah anggota ATA tidak memberikan
and Ingbar's The Thyroid. Braverman LE and Utiger RD (Eds')
pengobatan khusus pada nodul tiroid jinak soliter non-
6'h edition. Philadelphia, JB Lippincott Comp' 1991:525-43'
toksik. Walaupun ada kontroversi mengenai efektivitas Martino E andBogazzi F. Percutaneous ethanol injection therapy
dan penggunaan jangka panjang terapi supresi dengan for thyroid diseases.Thyroid International 2000; 5 3 -9'
:
2030 MEIABOLIKENDOKRIN

Mazzaferi EL. Management of i solitary thyroid nodule. N Engl J Singer PA, Cooper DS, Daniels GH et al. Treatmont Guidelines for
Med 1993;328(8):553-9. patients with thyroid nodules and well-differentiated thyroid
Pacini F and DeGroot LJ. Thyroid Nodule. In Thyroid and its Dis- cancer. Arch Intern Med 1996;156:2165-72.
ease. DeGroot LJ (Ed.). Thyroid Disease Manager. Welker JO and Orlov D. Thyroid Nodule. Am Fam phys
www.thyroidmanager.org. May 2005 Edition. 2003;69:559-66.
Papini E, Petrucci L., Guglielmi R., et al. Long-term changes in Wemeau J-L, Caron P, Schvartz C, et a1. Effects of Thuyroid-Stimu-
nodular goiter : a 5-year prospective randomized trial with lating Hormone suppression with Levothyroxine in reducing the
levothyroxine suppressive therapy for benign cold thyroid nod- volume of solitary thyroid nodules and improving extranodular
ules. J Clin Endocrinol Metab 1998;83:780-3. nonpalpable changes: a randomized, double blind, palcebo-con-
Kuma K, Matsuzuka F, Yokozawa ! et al. Fate of unheated benign trolled trial by the French Thyroid Research Group. J Clin
thyroid nodules. Results of long-term follow-up. World J Surg Endocrinol Metab 2002;87 :4928-34.
1994;18:495. Zelmar,ovitz F, Genro S, and Gross JL. Suppressive therapy with
Ross DS. Evaluation of thyroid nodule. J Nucl Med 199l;32:2181- levothyroxine for solitary thyroid nodules ; a double-blind con-
92. trolled clinical study and cumulative meta-analyses. J Clin
Shaha AR. Controversies in the Management of Thyroid Nodule. Endocrinol Metab 1998;83:3881-5.
The Laryngoscope 2000;l l0: 183-93.
315
I(ARSINOMA TIROID
Imam Subekti

PENDAHULUAN digunakan adalah pencitraan dan petanda keganasan.


Ruang lingkup bahasan tulisan ini adalah karsinoma
Kelenjar tiroid termasuk bagian tubuh yang jarang tiroid khusustya yarrg berdiferensiasi. Sedangkan jenis
mengalami keganasan, terjadi 0,85%o dat2,5% dari seluruh karsinoma medulare dan anaplastik akan disinggung
keganasan pada pria dan wanita. Tetapi di antara kelenjar prinsip-prinsipnya saj a.

endokrin, keganasan tiroid termasuk jenis keganasan


kelenjar endokrin yang paling sering ditemukan.
Secara klinis, antara nodul tiroid yang ganas dengan PREVALENSI
yang jinak sering sulit dibedakan, bahkan baru dapat
dibedakan setelah didapatkan hasil evaluasi sitologi Angka kekerapan keganasan pada nodul tiroid berkisar
preparat biopsi j arum halus atau histopatologi dari jaringan 5 -10%.Prevalensi keganasan pada multinodular tidak jauh
kelenjar tiroid yang diambil saat operasi. berbeda. Gharib H dalam laporannya mendapatkan angka
Tampilan klinis karsinoma tiroid pada sebagian besar 4,lo/o dan 4,7Yo masing-masing prevalensi untuk nodul
kasus umumnya ringan. Pada nodul tiroid yang ganas, tunggal dan multipel. Bila dilihat dari jenis karsinomanya'
bisa saja nodul tiroid tersebut baru muncul dalam kurang lebih 90% jenis karsinoma papilare dan folikulare,
beberapa bulan terakhir, tetapi dapat pula sudah mengalami 5-9% jenis karsinoma medulare, l-2 o/o jenis karsinoma
pembesaran kelenjar tiroid berpuluh tahun lamanya serta anaplastik, 1-3% jenis lainnya. Anak-anak usia di bawah
memberikan gejala klinis yang ringan saja, kecuali jenis 20th dengan nodul tiroid dingin mempunyai risiko
karsinoma tiroid anaplastik yang perkembangannya keganasan 2 kali lebihbesar dibanding kelompok dewasa.
sangat cepat dengan prognosis buruk. Dari berbagai Kelompok usia di atas 60th, di samping mempunyai
penelitian, terdapat beberapa petunjuk yang dapat prevalensi keganasan lebih tinggi, juga mempunyai tingkat
digunakan untuk menduga kecenderungan nodul tiroid agresivitas penyakit yang lebih berat, yang terlihat dari
ganas atau tidak, antara lain riwayat terekspos radiasi, seringnya kejadian jenis karsinoma tiroid tidak
usia saat nodul timbul, konsistensi nodul. berdiferensiasi.
Dengan berbagai kemajuan teknologi kedokteran,
seperti aplikasi biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH),
ultrasonografi (USG), thyroid stimulating hormone (TSH) KLASIFIKASI
sensitif dan terapi supresi L-tiroksin, telah memungkinkan
parapeneliti melakukan evaluasi nodul tiroid secara lebih Klasifikasi karsinoma tiroid dibedakan atas dasar, I ' asal
cermat hingga sampai pada diagnosis nodul jinak atau sel yang berkembang menjadi sel ganas, dan 2. thgkat
ganas. keganasannya.
Modalitas terapi karsinoma tiroid, khususnya yang 1. Asal Sel
berdiferensiasi, adalah operasi, ablasi Iodium radioaktif
. Tumorepitelial
dan terapi supresi L-tiroksin. Agresivitas terapi didasarkan a. Tumor berasal dari sel folikulare.
atas faktor risiko prognostik pada masing-masing pasien. Jinak : Adenoma Folikulare, Konvensional,
Untuk evaluasi hasil pengobatan, patameter yang Varia.

203
2032 MEDABOLIKENDOI(RIN

Ganas: Karsinoma ditanyakan, apakah ke arah ganas atau tidak. Seperti


Berdiferensiasi baik : karsinoma folikulare, misalnya usia pasien saat pertama kali nodul tiroid
karsinoma papilare (konvensional, varian) ditemukan, riwayat radiasi pengion saat usia anak-anak,
Berdiferensiasi buruk (karsinoma insular) jenis kelamin pria, meskipun prevalensi nodul tiroid lebih
Tak berdiferensiasi (anaplastik) rendah, tetapi kecenderungannya menjadi ganas lebih
b. Tumor berasal dari sel C (berhubungan dengan tinggi dibandingkan pada wanita. Respons terhadap
tumor neuroendokrin) pengobatan dengan hormon tiroid juga dapat digunakan
. KarsinomaMedulare sebagai petunjuk dalam evaluasi nodul tiroid.
c. Tumor berasal dari sel folikulare dan sel C Riwayat' karsinoma tiroid medulare dalam keluarga,
. Sarkoma penting untuk evalusi nodul tiroid ke arah ganas atau jinak.
. Limfoma Malignum (dan neoplasma Sebagian pasien dengan karsinoma tiroid medulare
hematopoetik yang berhubungan) herediterjuga memiliki penyakit lain yang tergabung dalam
. Neoplasma Miselaneus MEN (mu I t ip I e e n d o crin e ne op I as i a) 2 A atau MEN2B.
2. Titgkat keganasan. Untuk kepentingan praktis,
karsinoma tiroid dibagi atas 3 kategori,yaifi:
Tingkat keganasan rendah Pemeriksaan Fisis
: a). Karsinoma papilare,
Pemeriksaan frsik diarahk an pada kemungkinan adanya
b). Karsinoma folikular (dengan invasi.minimal)
Tingkat keganasan menengah : a). Karsinoma folikulare
keganasan tiroid. Pertumbuhan nodul yang cepat
(dengan invasi luas), b). Karsinoma medulare, c). merupakan salah safu tanda keganasan tiroid, terutama
jenis karsinoma tiroid yang tidak berdiferensiasi
Limfoma maligra, d). Karsinoma tiroid berdiferensiasi
(anaplastik). Tanda lainnya ialah konsistensi nodul keras
buruk
dan melekat ke jaringan sekitar, serta terdapat pembesaran
Tingkat keganasan tinggi : a). Karsinoma tidak
kelenjar getah bening di daerah leher. Pada tiroiditis,
berdiferensiasi, b). Haemangioendothelioma maligna
perabaan nodul nyeri dan kadang-kadang berflukirasi
(angiosarcoma).
karena ada abses/pus. Sedangkanjenis nodul tiroid tainnya
Perangai karsinoma tiroid yang berdiferensiasi baik biasanya tidak memberikan kelainan f,rsik kecuali benjolan
relatifjinall perkembangannya lambat dengan kelangsungan leher.
hidup cukup panjang. Dilaporkan angka kelangsungan Untuk memudahkan pendekatan diapostik, berikut ini
hidup 10 tahun berkisar 74-93% untuk jenis papilare dan adalah kumpulan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
43-94% wnkjenis folikulare. Sedang karsinoma tiroid yang yang mengarah pada nodul tiroid jinak, tanpa
tidak berdiferensiasi (anaplastik) hampir semuanya menghilangkan kemungkinan adanya keganasan, yaitu :
meninggal dalam I tahun. Di klinik Mayo, hanya 3.6yo . Riwayat keluarga tiroiditis Hashimoto atau penyakit
karsinoma berdiferensiasi buruk yang mampu bertahan tiroid autoimun
hidup lebih dari 5 tahun, meskipun telah mendapat terapi . Riwayat keluarga dengan nodul tiroid jinak atau goiter
operasi, radiasi eksternal dan kemoterapi. . Gejalahipotiroidisme atauhipertiroidisme
. Nyeri dan kencang pada nodul
. Lunak, rata dan tidak terfftsir
PENDEKATAN DIAGNOSIS . Struma multinodular tanpa nodul dominan dan
konsistensi sama
Pasien dengan karsinoma tiroid biasanya datang dengan
nodul soliter. Pengambilan keterangan riwayat penyakit Sedangkan di bawah ini adalah kumpulan riwayat
(anamnesis) merupakan bagian penting dalam rangka kesehatan dan pemeriksaan fisik yang meningkatkan
penegakan diagnosis, kecurigaan ke arah keganasan tiroid, yaitu : usia <20th atau
>60th mempunyai prevalensi tinggi keganasan pada nodul
yang teraba. Nodul pada pria mempunyai kemungkinan 2
Anamnesis kali lebih tinggi menjadi ganas dari wanita
Sebagian besar keganasan tiroid tidak memberikan gejala . Keluhan suara serak, susah napas, bafuk, disfagia
yang berat, kecuali keganasanjenis anaplastik yang sangat . Riwayat radiasi pengion pada saat kanak-kanak
cepat membesar bahkan dalam hitungan minggu. Sebagian . Padat, keras, tidak rata dan terfiksir
kecil pasien, khususnya pasien dengan nodul tiroid yang . Limfadenopatiservikal
besar, mengeluh adanya gejala penekananpada esofagus . Riwayat keganasan tiroid sebelumnya
dan trakhea. Biasanya nodul tiroid tidak disertai rasa nyeri,
kecuali timbul perdarahan ke dalam nodul atau bila
kelainannya tiroiditis akut/subakut. Keluhan lain pada Pemeriksaan Penunjang
keganasan yang mungkin ada ialah suara serak. Biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH). Pemeriksaan
Dalam hal riwayat kesehatan, banyak faktor yang perlu sitologi dari BAJAH nodul tiroid merupakan langkah
KARSIINOMATIROID
2033

pertama yang harus dilakukan dalam proses diagnosis. imunohistokimia biasanya juga tidak dapat membedakan
BAJAH oleh operator yarrg trampil, saat ini dianggap lesijinak dari lesi ganas.
sebagai metode yang efektifuntuk membedakan jinak atau Pencitraan. Pencitraan pada nodul tiroid tidak dapat
ganas pada nodul soliter atau nodul dominan dalam struma menentukan jinak atau ganas, tetapi dapat membantu
multinodular. Gharib dkk melaporkan bahwa BAJAH mengarahkan dugaan nodul tioid tersebut cenderung jinak
mempunyai sensitivitas sebesar 83% dan spesifisitas92%o. atau ganas. Modalitas pencitraan yang sering digunakan
Bila BAJAH dikerjakan dengan baik, akan menghasilkan pada nodul tiroid ialah sidik (sintigrafi) tiroid dan USG.
angka negatifpalsu kurang d ai 5o/o, dan angka positip palsu Sintigrafi tiroid pada keganasan hanya memberikan
hampir mendekati 1%. Hasil BAJAH dibagi menjadi gambaran hipofungsi atau nodul dingin, sehingga
4 kategori, yaitu :jinak, mencurigakan (termasuk adenoma dikatakan tidak spesifik dan tidak diagnostik. Sintigrafr
folikulare, Hurthle dan gambaran yang sugestif tapi tidak tiroid dapat dilakukan dengan menggunakan 2 macam
konklusif karsinoma papilare tiroid), ganas dan tidak isotop, yaitu iodium radioaktif (123-I) dan technetium
adekuat. pertechnetate ('*-Tc). 123-I lebih banyak digunakan dalam
Jenis karsinoma yang dapat segera ditentukan ialah evaluasi fungsi tiroid, sedang 99m-Tc lebih digunakan
karsinoma papilare, medulare atau anaplastik. Sedangkan untuk evaluasi anatominya. Pada sintigrafi tiroid, kurang
untuk jenis karsinoma folikulare, untuk membedakannya lebih 80-85% nodul tiroid memberikan hasll dingin(cold)
dari adenoma folikulare, harus dilakukan pemeriksaan dan l0-l5o/o dari kelompok ini mempunyai kemungkinan
histopatologi yang dapat memperlihatkan adanya invasi ganas. Nodul panas (hot) ditemukan sekitar 5o/o dengan
kapsul tumor atau invasi vaskular. Mengingat secara risiko ganas paling rendah, sedang nodul hangat (warm)
sitologi tidak dapat membedakan adenoma folikulare dari terdapat 10-15% dari seluruh nodul dengan kemungkinan
karsinoma folikulare, maka keduanya dikelompokkan ganas lebih rendah dai l0%.
menjadi neoplasma folikulare intermediate atat USG pada evaluasi awal nodul tiroid dilakukan untuk
suspicious. Pada kelompok suspiciou.s, angka kejadian menentukan ukuran dan jumlah nodul, meski sebenarnya
karsinoma folikulare berki sar 2Oo/o dengan angka tertinggi USGtidak dapatmembedakan noduljinak dari yang ganas.
terjadi pada kelompok dengan ukuran nodul besar, usia USG pada nodul tiroid yang dingin sebagian besar akan
bertambah dan kelamin lakiJaki. menghasilkan gambaran solid, campuran solid-kistik dan
Sekitar 1 5-20% pemeriksaan BAJAH, memberikan hasil sedikit kista simpel. Dari suatu seri penelitian USG nodul
inadequat dalam hal materiaVsampel. Pada keadaan seperti tiroid, didapatk at 690/o solid, l2%o catrryuran dan l9%oklsta.
ini dianjurkan untuk mengulang BAJAH dengan bantuan Dari seluruh l9o/okista tersebut, hanyaTYo yang ganas,
USG (guided USG) sehingga pengambilan sampel menjadi sedangkan kemungkinan ganas dari nodul solid atau
lebih akurat. campuran berkisar 20%. USG juga dikerjakan untuk
Pemeriksaan potong beku (frozen section) pada saat menentukan multinodularitas yang tidak teraba dengan
operasi berlangsung, tidak memberikan keterangan banyak palpasi, khususnya pada individu dengan riwayat radiasi
untuk neoplasma folikulare, tetapi dapat membantu pengion pada daerah kepala dan leher. Nodul soliter atau
mengkonfirmasi diagnosis dugaan karsinoma papilare. multipel yang lebih kecil dari lcm yang hanya terdeteksi
dengan USG umumnya jinak dan tidak diperlukan
Laboratorium. Keganasan tiroid bisa terjadi pada keadaan
pemeriksaan lanjutan lain kecuali evaluasi USG ulang
fungsi tiroid yang normal, hiper maupun hipotiroid. Oleh
secara periodik. Nodul yang terdeteksi dengan USG pada
karena itu perlu diingat bahwa abnormalitas fungsi tiroid
tidak dengan sendirinya menghilangkan kemungkinan pasien Graves umumnya jinak. Dari 315 pasien Graves
keganasan. Sering pada Hashimoto juga timbul nodul baik ditemukan 106 nodul ukuran 8mm atau lebih, pada evaluasi
uni/bilateral, sehingga pada tiroiditis kronik Hashimoto- sitologi hanya ditemukan I (satu) kasus karsinoma.
pun masih mungkin terdapat keganasan. Modalitas pencitraan lain seperti computed
Pemeriksaan kadar tiroglobulin serum untuk keganasan tomographic scanning (CT Scan) danmagnetic resonance
tiroid cukup sensitif tetapi tidak spesifik,karena imaging (MN) tidak direkomendasikan untuk evaluasi
peningkatan kadar tiroglobulin juga ditemukan pada keganasan tiroid, karena disamping tidak memberikan
tiroiditis, penyakit Graves dan adenoma tiroid. Pemeriksaan keterangan berarti untuk diagnosis, juga sangat mahal.
kadar tiroglobulin sangat baik untuk monitor kekambuhan CT Scan atau MNbaru diperlukan bila ingin mengetahui
karsinoma tiroid pasca terapi, kecuali pada karsinoma tiroid adanya perluasan struma substemal atau terdapat kompresi
medulare dan anaplastik, karena sel karsinoma anaplastik trakhea.
tidak mensekresi tiroglobulin. Pada pasien dengan riwayat
keluarga karsinoma tiroid medulare, tes genetik dan Terapi supresi siroksin (untuk diagnostik). Salah satu
pemeriksaan kadar kalsitonin perlu dikerjakan. Bila tidak cara meminimalisasi hasil negatifpalsu pada BAJAH ialah

ada kecurigaan ke arah karsinoma tiroid medulare atau . dengan terapi supresi TSH dengan tiroksin. Yang dimaksud
neoplasia endokrin multipel 2, pemeriksaan kadar kalsitonin terapi supresi TSH dengan L-tiroksin ialah menekan sekresi
tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin. Pemeriksaan TSH dari hipofisis sampai kadar TSH di bawah batas nilai
2034 MEIABOIJKENT'OI(RIN

terendah angka normal. Rasionalitas supresi TSH central and bilateral lateral node dissection. Untuk
berdasarkan bukti bahwa TSH merupakan stimulator kuat karsinoma anaplastik, mengingat perkembangarurya yarrg
untuk fungsi kelenjar tiroid dan pertumbuhannya. Cara ini cepat dan umumnya diketahui setelah kondisinya lanjut,
diharapkan dapat memisahkan nodul yang memberikan biasanya tidak dapat dioperasi lagi.
respon dan tidak, dan kelompok terakhir ini lebih besar
Beberapa pertimbangan dan keuntungan pilihan prosedur
kemungkinan ganasnya. Tetapi dengan adartya reseptor
operasi ini adalah sebagai berikut:
TSH di sel-sel karsinoma tiroid, maka terapi tersebut juga
. Fokus-fokus karsinoma papilare ditemukan di kedua
akan memberikan pengecilan nodul. Ini terbukti dari 13-
lobus tiroid p ada 60 -8 5o/o pasien.
15% pasien karsinoma tiroid mengecil dengan terapi . Sesudah operasi unilateral (lobektomi), 5-l0yo
supresi. Oleh karena itu tidak ada alau adanya respons
kekambuhan karsinoma tiroid papilare terjadi pada
terhadap supresi TSH tidak dengan sendirinya secara pasti
lobus kontralateral.
menyingkirkan ke ganasan. . Efektivitas terapi ablasi Iodium radioaktif menjadi lebih
Berdasarkan data-data pada evaluasi klinis dan
tinggi.
pemeriksaan penrnjang, maka dapat diduga kecenderungan
. 'Spesifisitas pemeriksaan tiroglobulin sebagai marker
suatu nodul tiroidjinak atau ganas. (Tabel 1)
kekambuhan menjadi lebih tinggi setelah reseksi tumor
dan jaringan tiroid sebanyak-banyaknya.

Meskipun demikian kontroversi mengenai luasnya


Faktor Risiko Risiko operasi masih terus berlangsung hingga kini. Pada analisis
tinggi retrospektif, dari 1685 pasien risiko rendah, angka
45 kekambuhan 20 tahun setelah lobektomi sebesar 22Yo
Usia Tua x dibanding 8Yo pada pasien yang menjalani tiroidektomi
Anak-anak x total. Jenis tindakan lain seperti tiroidektomi subtotal yang
Sex : Pria x menyisakan jaringan tiroid sebesar 59, tidak memperoleh
Wanita
keuntungan-keuntungan seperti disebutkan di atas.
Radiasi pengion dosis
kecil masa anak-anak Sebaliknya, alasan prosedur tiroidektomi unilateral
Riwayat Keluarga (lobektomi) adalah tidak adanya manfaat memperbaiki
Massa kistik x angka kelangsungan hidup yang nyata dari tindakan
Massa solid
Nodul multipel x agresif, disamping prosedur tiroidektomi uni lateral dapat
Nodul soliter x mengurangi risiko hipoparatiroidisme dan kerusakan
Berkembang cepat nervus larymgeus. Pada penelitian 465 pasien dengan risiko
Berkembang pelan x
Nodul panas
rendah, angka kekambuhan lokal setelahfollow up 20
Nodul dingin x tahun (4 % vs lo/o) ata.u angka ke gagalan menyeluruh ( I 3 %
Nodul hangat vs 8%) tidak berbeda pada 276 kasus lobektomi dan 90
BAJAH (-)
kasus tiroidektomi total.
BAJAH (+)
KGB servikal Beberapa konsensus penatalaksanaan karsinoma tiroid
Respon komplit terapi menyebutkan bahwa tiroidektomi total diperlukan pada
supresr karsinoma tiroid papilare primer dengan diameter paling
Respon parsial terapi
supresr
tidak lcm, khususnya bila massa telah ektensi ke luar
Respon negatip terapi kelenjar tiroid, atau ditemukan metastasis.
supresr Pada karsinoma tiroid berdiferensiasi baik yang
ditemukan pada saat kehamilan berlangsung, menurut
Moosa M dkk, pengelolaannya dapat ditunda hingga
PENGELOLAAN KARSINOMA TIROID selesai persalinannya. Dalam laporannya, Moosa M dkk
menyebutkan bahwa prognosis karsinoma tiroid
Operasi berdiferensiasi baik sama baiknya antara wanita hamil dan
Tiroidektomi total, bila masih memungkinkan untuk tidak hamil untuk kelompok usia yang sama dan bahwa
mengangkat sebanyak mungkin tumor dan jaringan tiroid pada sebagian besar kasus, diagnosis dan pengelolaarrrtya
yang sehat, merupakan prosedur awal pada hampir sebagian dapat ditunda hingga selesai persalinan.
besar pasien karsinoma tiroid berdiferensiasi. Bila ditemukan
metastasis kelenjar getah bening (KGB) regional, diteruskan Terapi Ablasi lodium Radioaktif
dengan radical neck dissection. Pada karsinoma tiroid Padajaringan tiroid sehat dan ganas yang tertinggal setelah
medulare, setelah tiroidektomi total, mengingat tingginya operasi, selanjutnya diberikan terapi ablasi iodium radioaktif
angka metastasis KGB regional, dilanjutkan dengan 131-I.
Dosis r3r-I berkisar 80mCi dianjurkan untuk diberikan
KARSINOMATIROID
2035

pada keadaan tersebut, mengingat adanya uptake spesifft Banyak penelitian akhir-akhir ini yang menghubungkan
iodium ke dalam sel folikulare, termasuk sel ganas tiroid keadaan hipertiroidisme ini dengan gangguan metabolisme
yang berasal dari sel folikulare. Karsinoma tiroid medulare tulang yaitu meningkatnya bone turnover; bone loss dan
r3t-I. risiko fraktur tulang. Umumnya pada kelompok usia tua
dan anaplastik tidak sensitif dengan terapi ablasi
Sekali terkonsentrasi di dalam sel,
131I
akan mengalami lebih nyata efek sampingnya dibanding usia muda. Rata-
penguraian b, mengeluarkan energi tinggi yang rata efek samping yang dilaporkan terjadi setelah
menginduksi sitotoksisitas radiasi seperti pancaran sinar pemberian L-tiroksin dosis supresi berkisar 7-15 tahun.
gpada sel tiroid. Ada 3 alasan terapi ablasi pada jaringan Pengamatan pada kelompok pre dan post menopause yang
sisa setelah operasi, yaitu: mendapat terapi L-tiroksin dosis supresi jangka panjang
. Merusak atau mematikan sisa fokus mikro karsinoma memberikan hasil yang bervariasi. Roti E. dkk melaporkan
. Meningkatkan spesifisitas sintigrafi 131-I
untuk banyak studi memperlihatkan penurunan densitas tulang
mendeteksi kekambuhan atau metastasis melalui sebagai reaksi terhadap terapi supresi terjadi baik pada
eliminasi uptake oleh sisa jaringan tiroid normal pre maupun post menopause. Salah satu penelitian pada
. Meningkatkan nilai pemeriksaan tiroglobulin sebagai pre menopause yang mendapat terapi L-tiroksin dosis
petanda serum yang dihasilkan hanya oleh sel tiroid. supresi selama kurang lebih 10,7 tahun memperlihatkan
pemrrunan densitas mineral tulang femoral neck yang
Terapi ablasi iodium radioaktif umumnya tidak bermakna dan pada kelompok ini bone turnover |uga
direkomendasikan pada pasien dengan tumor primer soliter
meningkat. Gharib dkk melaporkan hasil yang berbeda
diameterkurang dari lcm, kecuali ditemukan adanya invasi
dimana penurunan densitas tulang tidak berbeda bermakna
ekstratiroid atau metastasis. antara kelompok premenopause dengan normal. Suatu
Untuk memak simakan up t ake iodium radioaktif, setelah
studi meta-analsis yang melibatkan 239 pasien, pada
tiroidektomi total, kadar hormon tiroid diturunkan dengan kelompok pre menopause terdapat kehilangan massa
menghentikan obat L-tiroksin, sehingga TSH endogen tulang sebesar 2,7%o setelah 8,2 tahun, tidak"berbeda
terstimulasi hingga mencapai kadar di atas 25-30 mU/L. dengan yang dialami kelompok wanita normal. Sementara
Mengingat waktu paruh L-tiroksin adalah7 hari, biasanya Schneider dkk melaporkan bahwa terapi estrogen
diperlukan waktu 4-5 minggu untuk mencapai kadar TSH menghambat proses kehilangan massa tulang yang
tersebut di atas. Pasien juga perlu menghindari makanan
diinduksi L-tiroksin. Terapi tiroksin yang tidak sampai
yang mengandung tinggi iodium paling kurang 2mnggt
menekan sekresi TSH tidak menyebabkan osteopenia.
sebelum sintigrah dike{akan, karena peningkatan iodium
non-radioaktif di dalam sel tiroid menekanuptake iodium
radioaktif.
FAKTOR RISIKO PROGNOSTIK

Terapi Supresi L-Tiroksin Faktor risiko prognostik digunakan sebagai bahan


Mengingat karsinoma tiroid berdiferensiasi baik jenis pertimbangan dalam mengambil keputusan jenis
papilare maupun folikulare -merupakan 90Yo dati seluruh
pengobatan yang akan diberikan. Diharapkan dengan
karsinoma tiroid- mempunyai tingkat pertumbuhan yang mengetahui faktor risiko prognostik ini pengobatan dapat
lambat, maka evaluasi lanjutan perlu dilakukan selama
dilakukan lebih selektif, sehingga tidak kecolongan pasien
beberapa dekade sebelum dikatakan sembuh total. Selama
keganasan tiroid tertentu yang memang harus mendapat
periode tersebut, diberikan terapi supresi dengan L-tiroksin
pengobatan agresif, demikian juga pada pasien tertentu
dosis suprafisiologis untuk menekan produksi TSH.
dapat terhindar dari pengobatan berlebihan yang tidak
Supresi terhadap TSH pada karsinoma tiroid pasca perlu. Faktor risiok prognostik tersebut adalah sebagai
operdsi dipertimbangkan karena adanya reseptor TSH di
berikut:
sel-sel karsinoma tiroid, sehingga bila tidak ditekan, TSH
tersebut dapat merangsang pertumbuhan sel-sel ganas AMES (Age, Metastasis, Extent of primary cancer, tumor
yang tertinggal. Harus dipertimbangkanuntuk selalu dalam Size) Age: pria <41 th, wanita < 5 I th/pia> 40 th, wanita >
keseimbangan antara manfaat terapi supresi TSH dan efek 50 th Metastasis : metastasis jauh/tanpa metastasis jauh
samping terapi tiroksin jangka panjang. Target kadar TSH Extent: papilare intratiroid atau folikulare dengan infasi
pada kelompok risiko rendah untuk kesakitan dan kematian kapsul minimal/ papilare ekstratiroidal atau folikulare
karena keganasan tiroid adalah 0, I -0,5 mU lI',sedang untuk dengan invasi mayor
kelompok risiko tinggi adalah 0,01 mU/L. Dosis L-tiroksin Size : 5 cm/> 5 cm. Risiko rendah : I ). Setiap usia risiko
untuk terapi supresi bersifat individual, rata-rata 2 logl rendah tanpa metastasis, 2). Usia risiko tinggi tanpa meta
kgBB. dan dengan ekstensi. dan ukuran tumor risiko rendah.
Terapi supresi dengan L-tiroksin terhadap sekresi TSH Risiko tinggi : 1). Setiap pasien dengan metastasis, atau
dalam jangka panjang dapat memberikan efek samping di 2). Usia risiko tinggi dengan salah satu ekstensi atau
berbagai organ target, seperti tulang rangka danjantung. ukuran tumor untuk risiko tinggi.
2036 METABOLIKENDOTRIN

DAMES (AMES + pemeriksaan DNA sel tumor dengan dan pemeriksaan petanda keganasan (tiroglobulin dab
flow cytometry) kalsitonin) serum.
AMES risiko rendah + DNA euploid : risiko rendah
AMES risiko rendah + DNA aneuploid : risiko sedang
AMES risiko tinggi + DNA aneuploid : risiko tinggi Sintigrafi Seluruh Tubuh (Whote Body Scanning/
t/yBS)
AGES (Age, tumor Grade, tumor Extent, tumor Size) WB S dengan iodium radioaktif perlu dikerj akan 6- 1 2 bulan
Skor prognostik : 0.05 x usiaft (kecuali usia <40th: 0), +l setelah terapi ablasi pertama. Bila pada WBS tidak
(grade 2) atau *3 (grade 3 atau 4), + 1 (ika ekstratiroidal) ditemukan abnormalitas, angka bebas kekambuhan dalam
atau *3 fiika metastasis jauh), + 0.2 x ukuran tumor dalam 10 tahun diprediksikan sebesar 90%. Sedangkan bila dari
cm (diameter maksimum). Skala skorprognostik : 0-11.65, 2 kali WBS berturut-turut tidak ada kelainan, angka bebas
median2.6.Kategori risiko : 0-3.99; 4-4.99; 5-5.99; >6. kekambuhan diprediksikan sebesar 9l%o.Dalamhal tidak
MACIS (Metastasis, Age, Completeness of resection, ada uptake yodium pada WB S tetapi terdapat peningkatan

Invasion, Size) kadar tiroglobulin serum, atau sebaliknya ditemukan


Skor prognostik : 3.1 (usia<39ft) atau 0.08 x usia (ika usia uptake di daerah tiroid pada WBS meskipun
>40s), + 0.3 x ukuran tumor dalam cm, +l (ika diangkat tiroglobulinnya tidak meningkat, direkomendasikan terapi
tidak komplit), +1 (ika invasi lokal), +3 fiika metastasis ablasi 1r1-I ulangan dosis sama, atau dosis l5OmCi bila
jauh). Kategori risiko skor prognostik : 0-5.99; 6-6.99; ditemukan adany a metastasis.
7-7.99;>8.
Dengan pengelompokan faktor risiko prognostik Ultrasonografi (USG)
tersebut, dapat diperkirakan angka kelangsungan pasien Ultrasonografi berperan pada evaluasi adanya
keganasan tiroid, seperti pada Tabel 2. kekarnbuhan atau adanya kelenjar getah bening (KGB) lokal
atau metastasis regional. Walaupun USG ini dapat
digunakan untuk membedakan KGB jinak dari yang ganas
(berdasarkan ukuran, bentuk, ekogenisitas), tetapi BAJAH
guided U,SG perlu dilakukan untuk konfirmasi diagnostik
AMES Rsk Rendah Tinggi adanya metastasis.
Group
Overall 98o/o 54Yo
suruival rate
Pencitraan Lain
Disease free 9SYo 4SVo Pemeriksaan pencitraan lain seperti CT scan,rongent dada,
suruival rate MRI d,at Jluorodeoxyglucose positron-emission
DAMES Menengah Tinggi tomo graphy (FDG-PET).tidak secara rutin diindikasikan.
Risk Group
Disease free 92Yo 45o jYo
suruival rate Petanda Keganasan
AGES PS <4 4-5 5-6 >6 Pemeriksaan petanda keganasan seperti kadar tiroglobulin
20-year 99% 80Yo 33To 'l3o/o serum yang hanya diproduksi oleh sel folikel tiroid pada
suruival rate
MACIS PS <6 6-7 7-8 >8 karsinoma tiroid berdiferensiasi atau kalsitonin pada
20-year 99o/o 89% 560/o 24Yo karsinoma tiroid medulare dapat membantu mendeteksi
suruival rate adanya sisa, kekambuhan dan metastasis. Tirogtobulin dan
TSH diperiksa setiap 6 bulan selama 3 tahun pertama,
selanjutnya setiap tahun. Sesudah tiroidektomi total dan
Dengan pengelompokan seperti ini, dapat disarankan, terapi ablasi yang berhasil, secara teoritis dalam waktu 3 bulan
misalnya pada pasien dengan angka kelangsungan hidup -meskipun kadang-kadang bisa sampai I -2 tatrun- tiroglobulin
20 tahun-nya 99o/o, tenfii tidak memerlukan pengobatan serum tidak akanterdeteksi lagi.
yang intensif, sehingga terhindar dari kemungkinan Oleh karena itu, bila kadar tiroglobulin serum
timbulnya penyulit akibat pengobatan itu sendiri. meningkat, merupakan bukti tak langsung adanya sisa
jaringan tiroid normal atau hrmor. Kadang ditemukan kadar
tiroglobulin meningkat tanpa disertai hasil positip pada
EVALUASI sintigrafi seluruh tubuh atau dengan teknik pencitraan
lainnya. Caplan dkk melaporkan dari observasi sendiri dan
Setelah berbagai terapi diberikan, perlu evaluasi secara dari observasi penelitian lain disimpulkan bahwa produksi
berkala, agar dapat segera diketahui adanya kekambuhan tiroglobulin berhubungan dengan tumor tiroid, yang
atau metastasis. Monitor standar untuk keperluan itu ialah kadang-kadang karena terlalu kecil sehingga tidak dapat
pencitraan (sintigrafi seluruh tubuh dan kalau perlu USG) dideteksi dengan berbagai macam teknik pencitraan.
2037
TUMORHIFOFISIII

Sensitivitas pemeriksaan tiroglobulin untuk mendeteksi Gharib H., Mazzafe:rri EL. Thyroxine suppressive therapy in
patients with nodular thyroid disease. Ann Intern Med' 1998;
kekambuhan atau metastasis sebesar 85 -95o/o padakeadaan
128: 386-94.
lepas hormon tiroid (TSH terstimulasi), dan sensitivitasnya MM., Jimenez FE., dkk Bone loss in hyperthlroid
Jodar E., Torres
menurun sampai 50Yo pada keadaan TSH tersupresi atau patients and in former hyperthyroid patients controlled on
pada karsinoma tidak berdiferensiasi. medical therapy: influence of aetiology and menopause' Clin
Endocrinol 7997; 47 : 279-85.
Kaplan MM. Clinical evaluation and management of solitary thy-
roid nodules. Dalam Wemer and Ingbar's -The Thyroid- a fun-
REFERENSI
damental and clinical text. Braverman LE and Utiger RD (ed),
edisi 9. Philadelphia: Lippincott Williams &
American Association of Clinical Endocrinoiogists and the Wilkins;2005.p.996- 101 0.
American College of Endocrinology. AACE Clinical practice
Lewinski A., Ferenc T., Spomy S., et al. Thyroid carcinoma: diag-
guidelines for the diagnosis and management of thyloid nod-
nostic and therapeutic approach; genetic background (review)'
ules. Endocr Practice 1996;2: 78-84.
Endocrine Regulation 2000; 34: 99-113.
Burch HB. Evaluation and management of the solid thyroid nodule'
Moosa M, Mazzaferi EL. Outcome of differentiated thyroid carci-
Endocrinol Metab Clin North Am 1995; 24: 663-710. noma diagnosed in pregnant lir'omen. J Clin Endocrinol Metab
Cantalamessa L., Baldini M., Orsatti A , et al. Thyroid nodules in
7997; 82: 2862-2866.
Graves disease and the risk of thyroid carcinoma. Arch Intern
Rosai J., Carcangiu ML., Deleilis RA. Tumor of the thyroid gland'
Med 1999; 159: 1705-1708. Atlas of Tumor Pathology. Rosai J., Sobin LH. (eds)' Armed
Caplan RH., Wickus GG., Manske BR. Longterm follow up of a Forces Institute of Pathology, Washington D.C'1992: t9-205'
patient with papillary thyroid carcinoma, elevated thyroglobu-
Roti E., Minelli R., Gardini E., dkk. The use and misuse of thyroid
lin levels, and negative imaging studies. Case Report. Endocrine hormone. Endoc Rev 1993; 14: 401-423.
Practice 2005; l1(l): 43-48.
Scheneider AB., Ron E. Carcinoma of follicular epithelium: 70A
Fraker DL., Skarulis M., Livolsi V. Thyroid tumor. Dalam Cancer:
epidemiology and pathogenesis. Dalam Werner and Ingbar's -
Principles & Practice of Oncology. Edisi 5. Devita Jr' VT',
The Thyroid- a fundamental and clinical text Braverman LE
Hellman S., Rosenberg SA (Eds). Philadelphia: Lippincott-Raven;
and Utiger RD (ed), edisi 9, Philadelphia: Lippincott Williams
1997.p. 1629-s2. & Wilkins; 2005: 889-906.
Gagel RF., HoffAO., Cote GJ. Medullary Thyroid Carcinoma' Dalam
Session RB, Davidson BJ. Thyroid cancer. Med Clin North Am
Wemer and Ingbar's -The Thyroid- a fundamental and clinical
1993;77: 517-535.
text. Braverman LE and Utiger RD (ed), edisi 9' Philadelphia:
Sherman SL Thyroid carcinoma. Seminar. Lancet 2003; 361: 501-
Lippincott Williams & Wilkins; 2005'p. 967-88. 51 1.
Gharib H. Changing concepts in the diagnosis and management of
Singer PA., Cooper DS., Daniels GH., dkk. Treatment guidelines for
thyroid nodules. Endocrinol Metab Clin North Am 1997; 26: patients with thyroid nodules and well differentiated thyroid
777-800.
carcinoma. Arch Intern Med 1996; 756: 2165-2172'
316
TUMOR HIPOFISIS
Pradana Soewondo

PENDAHULUAN pemeriksaan yang sebenarnya dilakukan untuk kondisi


yang tidak ada kaitannya dengan gangguan hipofisis.
Tumor hipofisis adalah neoplasma intrakranial yang relatif Adenoma hipofisis yang ditemukan pada pemeriksaan
sering dijumpai, serta merupakan 10-15 % dari seluruh CT atau MRI tanpa disertai adanya gejala atau tand4 yang
neoplasma intrakranial. Tumor jenis ini seringkali sulit menunjukkan adanya gangguan hipofrsis sering disebut
diobati dan tidakjarang terjadi kambuhan, meskipun telah insidentaloma. Prevalensi insidentaloma hipofisis yang
dilakukan tindakan bedah. Walaupun telah banyak ditemukan pada MRI sebesar kurang lebih l0o dan hampir
penelitian mengenai tumor hipofisis, patogenesis 99.5% diantaranya merupakan mikroadenoma.
terjadinya tumor ini belum jelas seluruhnya. Umumnya Mikroadenoma juga dilaporkan ditemukan pada l.S-27%
dianggap bahwa neoplasma hipofisis merupakan tumor kasus otopsi tanpa kecurigaan gangguan hipofisis.
primer hipofisis. Penelitian biomolekular menunjukkan Sebagian besar tumor hipofisis ditemukan pada dewasa
bahwa tumor hipofisis, baik functioning maupun non- muda, namun dapat pula ditemukan padaremaja maupun
fi.mctioning,berasal dari pertumbuhan satu klon (monoklonal). usia lanjut. Sementara itu, kepustakaan lain menuliskan
Diagnosis tumor hipofi sis seringkali terlambat karena bahwa tumor hipofisis dapat ditemukan pada semua umur,
kurangnya kewaspadaan, serta gejala dan tanda klinis yang namun insidensnya meningkat dengan semakin
minimal. Dalam dua dekade terakhir, terjadi peningkatan meningkatnya usia, dan puncaknya antara dekade ketiga
insiden tumor hipofisis yang disebabkan kanajuan pada dankelima.
sarana diagnosi\, seperti computed tomography (CT), Untuk dapat memperoleh perkiraan terbaik dari
magnetic resonarte imaging (MRI), dan berbagai macam prevalensi adenoma hipofis pada populasi, telah dilakukan
tehnik radioimmunoassay baru untuk pemeriksaan sebuah meta analisis dai 12 manuskrip (7 pemeriksaan
hormon. otopsi dan 5 pemeriksaan radiologi). Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa, ada hubungan yang jelas
arfiara prevalensi dengan metodologi yang digunakan.
EPIDEMIOLOGI .
Dengan tehnik yang sensitif didapatkan prevalensi
mikroadenoma sekitar 20 oh; setidaknya l/3 dari tumor
Tumor hipofisis merupakan lO-15 % dari seluruh tersebut secara klinis penting karena menghasilkan satu
neoplasma intrakranial; tiga perempat tumor hipofisis atau lebih hormon hipofisis anterior; makroadenoma
mensekresi hormon hipofisis dalam jumlah yang abnor- ditemukan pada 11555 penduduk berusia di atas dekade
mal. Insidens per tahun dari neoplasma hipofisis bervariasi, keempat.
yaiht antara 1-71100.000 penduduk. Pada sebuah studi Berdasarkan temuan-temuan tersebut berarti banyak
10.370 kasus otopsi, Prevalensi mikroadenoma hipofisis pasien dengan mikro dan makroadenoma seringkali tidak
sebesar llo%. Sementara penelitian lain menemukan terdiagnosis. Sehingga harus dilakukan upaya untuk
adenoma hipofisis pada l0-25Yo kasus otopsi unselected meningkatkan deteksi tumor tersebut karena dapat
danpada l0%o orangnormal yang menjalani pemeriksaan berpengaruh secara signifikan terhadap (peningkatan
MRI. Dengan adanya kemajuan MRI dengan resolusi risiko osteoporosis, penyakit jantung) dan kualitas hidup
tinggi, maka seringkali ditemukan lesi hipofisis pada (libido, perubahan mood dandaya ingat).

2038
2039
TUMORHIPOFISIST

menekan struktur sekitar, misalnya kiasma optik.


Morbiditas mikroadenoma disebabkan oleh sekresi hormon
Tipe Adenoma
yang berlebih.
GH cell adenoma Morbiditas pada makroadenoma bervariasi, mulai dari
PRL cell adenomd
GH and PRL cell adenorha
tumor nonfungsional sampai makroadenoma yalag
ACTH cell adenoma menyebabkan disabilitas. Morbiditas disebabkan oleh efek
Gonadotroph cell adenoma masa tumor (misalnya hemianopsia bitemporal),
Nonfunctioning adenoma
ketidakseimbangan hormonal (defisiensi hormon hipohsis
TSH cell adenome
Unclassified adenoma karena kompresi sel hipofisis normal atau produksi hormon
yang berlebih oleh tumor), dan komorbiditas pasien. Terapi
PRL= P rolacti n; TSH= Ihyrold-sti m ul ating hormo ne dari makroadenoma juga dikaitkan dengan morbiditas yang
bermakna.

KLASIFIKASI
MANIFESTASI KLINIS

Gangguan pada hipofrsis dapat memiliki gambaran klinis


yang bervariasi. Gambaran klinis tersebut dapat berupa
satu atau lebih gejala/tanda di bawah ini :
sering ditemukanpadausia yang lebih muda, sedangkan . Defisiensi satu atau lebih hormon hipofisis
tumoi nonfungsional sebagian besar ditemukan pada usia . Kelebihanhormon(terutamaprolaktin,GH,danACTH)
yang lebih tua. Tumor hipofis juga dapat diklasifikasikan . Efekmasatumor(sakitkepala,hemianopsiabitemporal)
terdasarkan karakteristik pewarnaan histopatologi (s tain- . Ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan CT
ing), yaifil<romofobik dan kromofrlik. Tumor kromofilik atau MRI
dapat dibedakan lagi berdasarkan pewarnaan hematoksilin
Tumor hipofis dapat menunjukkan gejala dan tanda
yang disebabkan oleh hipofungsi atau hiperfungsi dan atau
efek masa tumor. Kebanyakan pasien datang dengan gejala
dan tanda hipersekresi hormon, defek lapang pandan$,
sakit kepala dan hipopituitarisme (Tabel 2). Diabetes
insipidus preoperatif sangat jarang ditemukan dan
produksi hormon pada adenoma kromofob, yang menunjukkan kemungkinan adanya keterlibatan
hipotalamus atau infark hipohsis.
memungkinkan ahli patologi untuk dapat mengidentifi-
Efek masa tumor pada daerah sella yang sering
kasikan hormon yang diproduksi oleh tumor eosinofilik'
ditemukan adalah ganguan penglihatan (makroadenoma)
Selain itu juga ditemukan bahwa banyak tumor
dan sakit kepala (makro dan mikroadenoama). Penekanan
rnensekresikan lebih dari satu hormon. Bentuk mutasi dari
padakiasma optikum atau cabangnya akan mengakibatkan
P53, suatu gen supressor tumor, juga dapat ditemukan
defek pada lapang pandang' Gangguan lapang pandang
secara histologis serta memrnjukkan bahwa tumor tersebut
yang sering ditemukan berupa hemianopia bitemporal.
pertumbuhannya akan sangat cepat.
Ekstensi lateral dari masa tumor ke sinus kavernosus dapat
Dengan pemeriksaan histopatologi dengan pewarnaan
menyebabkan diplopia, ptosis, atau perubahan sensasi
imrurohistokimia, diketahui b ahw a 8 5 -90oh tumor hipofisis
tumo terdiri dari wajah. Di antara saraf-sarafkranial yang ada, sarafkranial
merupakan Yang
prolaktinoma (60% emproduksi GH dan III, merupakan saraf yang sering terkena' Mengenai sakit
kepala oleh efek masa tumor, tidak ditemukan adanya pola
ACTH masing-mas datl0o/o; sementara
yang spesifik dan biasanya sangat mengganggu namun
tumor dengan hipersekresi TSH dan gonadotropik sangat
jarang. Sedangkan tumor hipofisis yang non functioning dapat hilang dengan pemberian analgetik.

harryal0%o.

MORBIDITAS DAN MORTALITAS Hipersekresi hormon


Gangguan lapang pandang
Sakit kepala
Morbiditas tumor hipofisis bergantung pada produksi Hipopituitarisme
hormon berlebih, ataupun defisiensi hormon tertentu' Apopleksi hipofisis
Hidrosefalus
Mikroadenoma tidak secara langsung menyebabkan Gangguan saraf kranial
mortalitas yang tinggi. Tumor ini biasanya terlalu kecil Epilepsi lobus temporal
untuk dapat menyebabkan erosi tulang atau untuk dapat
2040
METABOI.IKENDOIRIN

ANAMNESIS Pasien dengan akromegali biasanya sudah mempunyai


gejala penyakit tersebut sejak 7 tahun sebelum diagnosis
Insidentaloma biasanya tidak mempunyai gejala. ditetapkan. Dalam anamnesis dapat ditemukan adanya
Incidentaloma terlalu kecil untuk dapat menyebabkan pembesaran tangan, kaki dan tulang wajah; nyeri sendi
;
gejala yang disebabkan oleh efek masa tumor. pasien
sleep apnea; keringat berlebih ; dan skin /ags. perubahan
dengan makroadenoma dapat asimtomatik ata:u datang tersebut terjadi secara gradual, sehingga tidak disadari
dengan keluhanyang disebabkan oleh ketidak seimbangan oleh pasien atau anggota keluarganya atau mungkin
hormonal atau efek masa tumor. dianggap sebagai proses menua.
Gambaran klinis dari makroadenoma terutama berkaitan Pasien dengan sindrom Cushing biasanya mengalami
dengan efek massa tumor dan penekanannya terhadap kenaikan berat badan (kecuali pada pasien yang rajin
struktur sekitar. Gejala yang paling sering timbul karena berolahraga yang biasanya tidak terdapat kenaikan berat
massa tumor di daerah sella adalah gangguan penglihatan badan yang nyata), rasa lelah, susah tidur, mudah
dan sakit kepala. Lima puluh sampai enam puluh persen tersinggung, depresi, hilang ingatan, kesulitan
gejala gangguan penglihatan disebabkan oleh kompresi berkonsentrasi, kelemahan otot, frakfur fulang, atau os-
struktur saraf optik. Perluasan ke lateral dapat teoporosis. Munculnya diabetes atau perburukan dari
menyebabkan kompresi sinus kavernosus dan dapat kontrol diabetes dan timbulnya hipertensi atau perburukan
menyebabkan oftalmoplegia, diplopia dan atau ptosis. dari hipertensi yang sedang diobati juga merupakan hal
Perluasan ke sinus sphenoidalis dapat menyebabkan yang sering ditemukan pada pasien dengan sindrom
rinorea spontan (cairan serebrospinal). Cushing.
Apopleksi hipofisis merupakan akibat infark dari
tumor hipofisis atau dapat juga karena perdarahan
Sakit kepala
tiba-tiba. Merupakan suatu kedaruratan, dan pasien
Sindroma kiasma biasanya datang dengan sakit kepala, kolaps tiba-tiba dan
Sindroma hipotalamus dapat meninggat jika tidak ditangani segera. Biasanya
Gangguan rasa haus, nafsu makan, rasa kenyang, tidur dan
pengaturan suhu
timbul pada makroadenoma. Pemberian agen stimulasi,
Diabetes insipidus seperti thyroid-stimulating hormone (TSH), gonadotro-
Syndrome of inappropriate ADH secretion (SIADH) p in-re leas ing hormone (GnRH), and insulin-hyp o glyc e-
Hidrosefalus obstruktif
Disfungsi saraf kranial lll, lV, Vl, Vr, Vl
mia, telah diperkirakan akan menyebabkan peningkatan
Sindroma lobus frontal dan temporal kebutuhan metabolik makroadenoma, yang akhirnya
Rinorea cairan serebrospinal mengakibatkan nekrosis.

Sakit kepala adalah gejala yang paling sering PEMERIKSAAN FISIS


dikeluhkan dan menjadi alasan untuk melakukan
pemeriksaan MRL Pendapat bahwa lesi hipofisis kecil tidak Kebanyakan pasien dengan lesi hipofisis tampak sehat
dapat menyebabkan sakit kepala, tidaklah sepenuhnya pada pemeriksaan fisik, kecuali pada pasien dengan
benar. Mengingat ruang sella tursika cukup kecil, lesi tu- akromegali, sindrom Cushing dan laki-laki dengan
mor hipofisis sekecil apapun dapat menyebabkan atau hipogonadisme. Gambaran klinis akromegali meliputi
memperberat keluhan sakit kepala. Sayangnya, tidak ada penonjolan frontal; gambaran muka yang kasar (coarse
gejala sakit kepala yang khas, yang dapat memandu kearah facial features) termasuk diantaranya pembesaran hidung,
lesi hipofisis. Pasien mrurgkin akan mengeluh sakit di daerah bibir, lidah, dan rahang Qtro gnathis m); peningkatan j arak
frontal, temporal, atau oksipital atau rasa sakit di belakang antar gigi; large beefy hands andfeet; sweaty palms; dan
mata. skin tags.
Efek hormon hipofisis tergantung dari jenis hormon Gambaran klinis sindrom Cushing meliputi facies
yang terlibat. Semakin besar tumor, maka semakin besar plethora, deposisi lemak supraklavikulaq lemak servikal
pula kemungkinan keterlibatan sebagian besar hormon. posterior, acanthosis nigricans, jerawat, hirsutisme, kulit
Sel-sel hipofisis anterior tidak semua sama kerentanannya tipis, ecchymoses, and violaceous striae. Pada sindrom
terhadap efek desakan massa tumor. yang paling rentan Cushing lanjut, dapat ditemukan muscle wasting yang
adalah somatotrophs dan gonadotrophs, sedangkan nyata pada lengan atas dan paha, dan pasien mungkin
corticotrophs dan thyrotropfrs bersi t lebih resisten. tidak mampu untuk berubah posisi dari duduk ke berdiri
Selain dari efek desakan massa tumor, gambaran klinis tanpa menggunakan bantuan tangan.
lainnya dapat berupa penurunan libido dan ataupun Laki-laki dengan hipogonadisme mempunyai testis
disfungsi ereksi pada laki-laki, haid yang tidak teratur atau yang kecil dan lunak, serta pertumbuhan rambut yang
amenorea pada perempuan premenopause serta mudah menurun. Hal ini menunjukkan defisiensi testosteron dalam
lelah (defisiensi hormon tiroid, kortisol, GH). jangka cukup lama. Fine wrinkling pada kulit wajah
TUMORHIFOFISIS
2041

merupakan hambaran khas dan mungkin merupakan akibat


defisiensi testosteron dan GH. Tes
Pemeriksaan neurooftalmologi berupa tajam PRL Prolaktin
penglihatan lapang pandang, dan pergerakan bola mata GH IGF-1, OGTT
penting dilakukan pada pasien dengan makroadenoma. ACTH 24-\UFC, LDDST, tes LDDST/CRH,
midnight salivary and serum coftisol
tajam penglihatan dapat menurun pada satu atau Gonadotropins (LH FSH, LH, o- and B-subunits
keduabelah mata. Refleks cahaya pada pupil |uga dapat and FSH)
abnormal. Penglihatan warna juga dapat terkena, berupa
hemiakromatopsia bitemporal terhadap warna merah. hormone; FT+ = lltrror'n" FSH = Follicle-stimulating hormone; GH =
Karena kiasma optikum terletak dekat dengan GroMh hormone: IGF-1 = lnsulin-like growth factor-1; LDDST = Low-
dose dexamethasone suppression test; LH = Luteinizing hormone;
tuberkulum sela maka sering ditemukan kompresi kiasma. OGTT = Oral glucose tolerance test; PRL = Prolactin; T: =
Kelainan utama pada kompresi kiasma optikum adalah triiodothyronine; T4 = Thyroxine; TSH = Thyroid-stimulating hormone;
UFC = Urinary free cortisol
quadranopsia superior bitemporal. Lesi yang lebih besar
dapat menyebabkan hemianopsia bitemporal. Pemeriksaan
lapang pandang selain dengan metode konfrontasi dapat diperiksa kadar hormon basal untuk skrining, termasuk di
juga digunakan perimetri Goldman. Namun studi terbaru dalamnya pemeriksaan prolactin, thyrotropin, thyroxine,
menganjurkan penggunaan komputer (Allergan adrenocorticotropin, cortisol, LH, FSH, estradiol, test-
Humphrey). osterone, growth hormone, insulinlike growth factor-l
(IGF-|), and alpha subunit glycoprotein Sementara itu,
kepustakaan lain hanya menganjurkan pemeriksaan kadar
PEMERIKSAAN PENUNJANG prolaktin pada keadaan dimana tidak ada gejala atau tanda
yang mengarahkan pada kelebihan atalu kekurangan
Pemeriksaan Laboratorium hormon tertentu, karena ini merupakan pendekdthn yang
Diagnosis sekresi hormon hipofrsis yang meningkat atau paling cost-effecflve. Tes hormon dinamis dilakukan untuk
menurun dibuat berdasarkan temuan biokimia. menilai fungsi tumor dan untuk menyingkirkan diagnosis
Hipopituitarisme diduga pada keadaan di mana banding. Selain itu juga dapat unutk menilai kapasitas
konsentrasi hormon perifer rendah namun tanpa disertai fungsi hipofisis anterior.
peningkatan hormon tropiknya.
Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan kadar
basal hormon dan pengukuran dinamis kadar hormon, PENCITPAAN
tergantung dari jenis tumornya. Semua tumor harus
Foto X-rays biasa kurang baik untuk pencitraan jaringan
lunak, sehingga sudah digantikan oleh CT scaz dan MRI.
Kadar serum dari hormon-hormon berikut ini sebaiknya
*
CT scan cukup spesifik dan dapat mendeteksi tumor
diperiksa dengan menggunakan sampel darah pagi hari dengan kalsifikasi, namun detailnya masih kalah jika
. Prolaktin
dibandingkan dengan MRI. CT scan lebih baik dalam
o LH, FSH dan testosteron atau estradiol
r TSH dan tiroksin memperlihatkan struktur tulang dan kalsifikasi pada
o ACTH dan kortisol jaringan lunak daripada X ray dan MRI. CT scan juga
. lnsulin like growth factor 1 berguna j ika terdapat kontraindikasi terhadap penggunaan
' Kadar kortisol dan testosterone paling tinggi pada pagi hari MRI, seperti pasien dengan pacu jantung. Kelemahan CT
scdnyalglain adalah pajanan terhadap sinar radiasi yang
tinggi. Hal-hal inilah yang membuat MRI merupakan
modalitas terpilih untuk pencitraan hipofrsis.
Aksis Tes
MRI lebih mahal jika dibandingkan dengan CT scan,
Growth hormone IGF-1, lTT, GH-RH/arginine, arginine namun memberikan gambaran yang lebih jelas terhadap
Adrenocorticotropic Cortisol (pagi), LDCT, SDCf , overnight
hormone metyrapone test, ITT struktur jaringan lunak dan pembuluh darah, selain itu juga
Gonadotropins (LH Estradiol (testosteron bebas dan tidak terjadi pajanan terhadap radiasi pengion. Resolusi
and FSH) testosteron total pada laki-laki), FSH, yang tinggi membuat MRI dapat mengenali lesi kecil dan
LH, prolactin
Thyroid-stimulating FT+ index (free T4), TSH dapat diperlihatkan pula hubungannya dengan struktur
hormone sekitar. Sensitivitas MRI unflrk mendeteksi mikroadenoma
FSH = Follicle-stimulating hormone; FTa = 16rror, ne; GH-RH = (yang dibuktikan dengan operasi) mencapai l00Yo, jauh
Growth hormone-releasing hormone; IGF-1 = lnsulin-like gro\,vth
factor-1; ITT = lnsulin tolerance test; LDCT = Low-dose cosyntropin
lebih baik jika dibandingkan dengan CT scan yanghanya
test; LH = Luteinizing hormone; SDCT = Standard-dose cosyntropin mencapai 50%. Spesifrtas dan sensitivitas MRI mecapai
test; TSH = Thyroid-stimulating hormone
90Yo pada tumor sekretori. Pemberian gadolinium
2042 ITEf,ABOLIKENIDIRIIV

diethylenetriamine pentaacetic acid (DTpA) kambuhan penyakit ataupun kemungkinan hipopinritarism.


meningkatkan tingkat deteksinya. Angiografi serebral tidak Edukasi perlu diberikan sehubungan dengan terapi
dike{akan secara rutin, dan hanya dike{akanjika dicurigai substitusi hormon dalam rangka meningkatkan kualitas
terdapat lesi Vaskular. hidup pasien.

DIAGNOSIS
Penatalaksanaan pasien dengan tumor hipofisis tentunya KES!MPULAN
dimulai dengan diagnosis yang akurat. Diagnosis yang
akurat memerlukan beberapa Unsur, yaitu : . Adanya gejala dan tanda endokrin dapat merupakan
. Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap dan pertanda dini tumor hipofise
seksama . Penilaian status hormonal sebaiknya dilakukan pada
. Review gambaranradiologis (terutamaMRl) semua tumor hipofisis
. Penentuan ada tidaknya hipersekresi atau defisiensi . Pilihan pengobatan sebaiknya dilakukan secara
hormon komprehensif
. Korelasi antara temuan klinis, anatomis dafl hormonal. . Tindak lanjut dan edukasi sangat penting bagi kualitas
hidup pasien
Diagnosis biasanya sudah crtktrp jelas setelah anamnesi
dan pemeriksaan fi sik, namtur perlu dikonfirmasikan dengan
pemeriksaan radiologis dan laboratorium.
REFERENSI
Telah teidapat beberapa konsensus mengenai
diagnosis dan penatalaksanaan akromegali dan Daniels Gilbert, Joseph Martin. Neuroendocrine regulation and dis-
prolaktinoma, namun sayangnya belum ada konsensus eases of the anterior pituitary and hypothalamus. Dalam :
mengenai gangguan hipofisis lang lain. Namun secara of Internal
Isselbacher, Brdunwald, et al. Harrison's Principles
umum, jika pasien sudah didiagnosis menderita tumor Medicine. Volume 2. Thirteenth Edition. McGraw-Hill; 1994.
hipofisis maka diperlukanfollow ap seumur hidup untuk p. l89l-918.
mendeteksi rekurensi, memonitor pemberian hormon dan Hamrahian Amir. Pituitary Disorders. The Cleveland Clinic. Pub-
untuk mengobati komplikasi yang timbul karena tumor lished July 19, 2002. Disitasi dari : http://*ww,
clevelandclinicmeded.com,/ diseasemanagemenVendocrinology/
tersebut.
pituitary/pituitary.htm Disitasi tenggal 30 Jan.tari 2006.
Hurley David, Ken K Y Ho. Pituitary disease in adults, Series
PENGOBATAN Editors: Donald J Chisholm and Jeflrey D Zajac. MJA Praotioe
Tujuan utama pengobatan tumor hipofisis ialah Essentials MJA 2004; 180 (8): 419-25 Disitasi
-Endocrinology.
dari : http ://www.mja. com.au/public/issues /l 80_08_1 90404/
ffiengembalikan fungsi hipofisis senormal mungkin dan
hurlO51l_fm.html Disitasi tanggal 30 Januari 2006.
mencegah terjadinya kambuhan niassa tumor. Tujuan lain Indrajit IK, N Chidambaranathan, K Sundar, I Ahme. Value of dy-
adalah memperbaiki gangguan penglihatan, mengatasi namic MRI imaging in pituitary adenomas. Ind J Radiol Imag
gangguan neurologis, serta memperbaiki gangguan 2001 1 1 :4: 1 85-1 90. Disitasi dad : http://wwwJjriorgl200ll104l
endokrin dan metabolik. neurorad.htm Disitasi tanggal 30 Januari 2006.
Cara pengelolaan terbaik untuk tumor hipofisis, harus Kattah Jorge. Pituitary tumors. Disitasi dari : http:ll
www.emedicine.com/ neuro/topic3 l2.htm. Last Updated: Janu-
ditentukan secara komprehensif dengan memper-
ary 18,2002 Disitasi tanggal 30 Januari 2006.
timbangkan beberapa faktoq yaitu: adanya gangguan
Klachko David. Pituitary microadenomas. Disitasi dari : http:ll
endokrin terkait, besar dail ekspansi massa tumor, usia www.emedicine.com/ med/ topi.c2973.htm Last Updated:
serta keadaan klinis pasien. August 16, 2005 Disitasi tanggal 30 Januari 2006.
Pilihan terapi yang tersedia ialah: terapi medikamentosa Levy, Lightman. Fortnightly Review: Diagnosis and management
primer (terapi supresi hormon dengan bromokriptin dan of pituitary tumours. University of Bristol, Department of
analog somatostatin) dan terapi substitusi hormon Medicine, Bristol Royal Infirmary. BMJ 1994;308:1087-91
(23 April). Disitasi dari : http://bmj.bmjjournals.comlcgil
(perioperatif dan post operatif), radiasi eksterna dan
content/ fulll308/693611087 Disitasi tanggal 30 Januari 2006.
Mary Lee Vance. Treatment of patients with a pituitary adenoma:
one clinician's experience. Neurosurg Focus 16(4), 2004.
American Association of Neurological Surgeons. MEDSCAPE.
Diabetes and Endocrinology. Disitasi dari: http:ll
. Terapi gen merupakan terapi www.medscape.com/viewarticlel 47 4897 ? src:search. Disitasi
tanggal 30 Januari 2006.
ertimbangkan, disamping terapi
Mulinda James. Pituitary macroadenomas. Disitasi dari : http'.ll
aksanakan.
www.emedicine.com/ medi topicl379.htm. Last Updated: Janu-
Apapun terapi yang dipilih, kasus dengan tumor ary I7,2006 Disitasi tanggal 30 Januari 2006.
hipofisis harus selalu diamati untuk menilai terjadinya Pituitary Network Association. One out of five adults worldwide
TUMORHIFOFISIS
2043

may have a pituitary tumor, new study shows one third of these
mostly non-cancerous tumors may cause serious disorders. San
Antonio, TX - May 4th, 2001. Last Revised : August 2003.
Disitasi dari : http://www.pituitary.com/news/Pituitary News
Updates/PituitaryNews/PNA Pharmacia News Flash. php Disitasi
tanggal 30 Januari 2006.
3t7
GANGGUAN PERTUMBUHAN
Syafril Syahbuddin

PENDAHULUAN PERAT'VAKAT{ PENDEK OLEH PENTYEBAB ENDOKRIN

Pertumbuhan seseorang menggambarkan kualitas


kesehatan fisik, mental dan lingkungan psikososialnya. DefisiensiGH
Dua macam pengukuran yang penting dalam menilai Secara etiopatogenetis, defisiensi GH dapat terjadi akibat
pertumbuhan adalah Tinggi Badan (TB) dan Berat Badan gangguan terhadap poros hipotalamus-pituitari -GH- IGF-
(BB). Data dari pemeriksaan serial TB dan BB tergambar 1. Defisiensi GH idiopatik terjadi akibat defisiensi GII
pada grafik Tumbuh Kembang (Growth Chart) yang Releasing Hormone (GHRH). Pada tumor pituitari dan
memungkinkan penilaian kecepatan pertumbuhan (growth agenesis pituitari tidak terdapat produksi GH. Defek/mutasi
: 6y). Disamping itu, untuk menilai pertumbuhan
velocity atau tidak adanya gen-gen tertentu dapat menyebabkan
tulang diperiksa umur ttlang (bone age : Blt) secara defrsiensi GH.
radiologik dan untuk perkembangan mental diperiksa umur
Defisiensi GH kongenital. Pasienbiasanya pendek, gemuk,
mental (mental age : MA). Secara keseluruhan, secara
muka dan suara imafur, pematangan fulang terlambat,
periodik di bandingkan umur tinggi (height age : Hlt)
lipolisis berkurang, terdapat peningkatan kolesterol total /
denganBAu MA danumurkonolo gs (chronological age : Clt).
LDL dan hipoglikemiaa. Apabila disertai defi siensi ACTH,
Pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor intrinsik
gejala hipoglikemiaa lebih menonj ol, apabila disertai
(genetik) dan ekstrinsik (nutrisi, oksigen, hormon-hormon,
defisiensi TSH akan terdapat gejala-gejala hipotiroidisme.
faktor-faktor pertumbuhan, psikososial dan berbagai
Biasanya IQ normal, kecuali apabila telah sering mengalami
penyakit kronik). Gangguan pertumbuhan dapat
serangan hipo glikemiaa berat.
menyebabkan perawakan pendek (short stature) ataupun
perawakan jan gkung (tall stature). Defi siensi GH didapat. B ias any a keadaanini bermula pada
Dalam praktek sehari-hari, pada umumnya pasien- penghujung masa kanak-kanak atau pada masa pubertas,
pasien gangguan pertumbuhan datang dengan keluhan tersering akibat tumor-tumor pada hipotalamus-pituitari,
perawakan pendek. Hal ini antara lain disebabkan oleh sehingga sering disertai defisiensi hormon-hormon tropik
karena masyarakat lebih memberikan aspresiasi kepada lainnya (gonadotropin, TSH, dll) bahkan dapat disertai
perawakan jangkung, sebaliknya lebih kawatir akan defisiensi hormon pituitari posterior. Tumor-tumor tersebut
perawakan pendek. Oleh karena itu pada tulisan ini antaralainadalahkraniofaringioma,germinoma,glioma,
dikemukakan sekitar masalah perawakan pendek. histiositoma. Iradiasi kronis terhadap hipotalamo-hipofisis
juga dapat menyebabkan defisiensi GH.

Lain-lain. Termasuk kelompok ini adalah sindrom Laron


PERAV1IAKAN PENDEK
dan suku Pygmi (Afrika). Pada sindrom Laron, sudah terlihat
perawakan sejak dari lahir oleh karena tidak adanya respons
Dikatakan perawakan pendek apabila TB tebih dari 2 SD di
terhadap GH. Keadaan ini merupakan defek reseptor/post
bawah TB rerata orang-orang yang sama usia dan jenis
reseptor GH yang diturunkan secara autosom resesif.
kelaminnya. Perawakan pendek dapat terjadi oleh sebab-
Akibatnya, terjadi peningkatan GH serum, sebaliknya IGF-
sebab endokrin ataupun sebab-sebab non endokrin.
I hampir tidak ada. Pada Pygmi, GH serum normal, IGF-I

044
GANGIGUAII PERTUMBUHAN 2045

menurun dan IGF-II normal. Sindrom Cushing


Diagnosis defisiensi GH ditegakkan berdasarkan Peningkatan kadar glukokortikoid darah akan
gambaran klinis dan pemeriksaan laboratorium. Prinsip menyebabkan gangguan pertumbuhan. Penyebabnya
pemeriksaan diagnostik secara laboratorium adalah dapat oleh penyakit Cushing (adenoma hipofisis yang
kurangnya respons sekresi GH terhadap stimulus mengeluarkan banyak ACTH), adenoma adrenal otonom,
provokatif (latihan jasmani, insulin, dll) serta rendahnya karsinoma adrenal dan terapi dengan hormon
kadar IGF-I dan IGFBP-3. Pemeriksaanyang banyak glukokortikoid (eksogen). Glukokortikoid yang berlebihan
dilakukan adalah pemeriksaan kadar GH pada keadaan dapat menekan sekresi GH, menekan pembenfukan tulang,
hipoglikemiaa setelah pemberian insulin. menekan retensi nitrogen dan menekan pembentukan
Pengobatan perawakan pendek oleh karena defisiensi kolagen.
GH pada umumnya dengan suntikan GIl rekombinan satu Diagnosis sindroma Cushing ditegakkan dengan
kali dalam seminggu atau preparat depot satu kali dalam2 pemeriksaan supresi kortisol darah oleh deksametason dan
4 minggu. Biasanya terlihat hasil pertambahan TB pemeriksaan kortisol bebas (free cortisol) dalam urine.
-
paling besar dalam tahun pertama setelah suntikan. Makin Pemeriksaan MRI pituitari dapat menemukan kelainan
dini terapi diberikan akan makin besar kemungkinan tercapai anatomik setempat. Pengobatan ditujukan terhadap
tinggi akhir yang normal. Untuk menilai keberhasilan penyebabnya termasuk menghentikan terapi kortikosteroid
pengobatan perlu dilakukan monitoring terhadap dan operasi.
kecepatan pertumbuhan, umur tulang, IGF-I, IGFBP-3 dan
fosfatase alkali. Pengobatan psikologis diperlukan pada Pseudohipoparatirodisme
pasien-pasien dengan masalah-masalah emosi dan Keadaan perawakan pendek ini disebabkan oleh kelainan
personaliti. genetik dimana terdapat peningkatan hormon paratiroid
(PTH) dan fosfat, penurunankalsium darah, disertai tidak
Perawakan Pendek Psikososial adanya respons terhadap PTH eksogen. Pdligobatan
Dalamhal ini defisiensi GH adalahbersifat fungsionalyang adalah dengan pemberian vitamin D/kalsitriol dosis tinggi
berhubungan dengan kelainan psikiatris anak, akibat disamping kalsium dan obat pengikat fosfat.
kerusakan interaksi secara kronis dengan keluarga/orang
tuanya. Secara klinis terlihat pertumbuhan yang kurang, Gangguan Metabolisme Vitamin D
perut buncit dan imatur. Keadaan ini dapat disembuhkan Rakhitis yang disebabkan defisiensi vitamin D
(reversibel) dengan mengeluarkan pasien dari lingkungan menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perawakan
keluarganya dan terapi keluarga, sehingga tidak dianjurkan pendek.
pengobatan dengan GH. Penyebabnya berupa defisiensi vitamin D (kurangnya
asupan vitamin D, malabsorpsi lemak, kurang terpapar
Hipotiroidisme sinar matahari, antikonvulsan, penyakit hatilginjal) dan
Defisiensi hormon tiroid yang mulai sebelum atau saat lahir dapat berupa rakhitis yang tergantung pada vitamin D
mengakibatkan keterlambatan perkembangan yang berat' secara herediter.
Apabila terjadinya setelah lahir, mengakibatkan Gambaran klinis dapat berup a sabershin (kaki pedang),
terlambatnya kecepatan pertumbuhan dan perkembangan rachitic rossary (tasbih rakhitis), hipokalsemia,
tulang. hipofosfatemia dan peninggian fosfatase alkali. Pada
Hipotiroidisme yang didapat setelah lahir menyebabkan x-foto tulang terlihat gambaran khas.
kegagalan pertumbuhan yang ditandai oleh kurangnya Pengobatan yang efektif dengan vitamin D dan fosfat
kecepatan pertumbuhan, perawakan pendek, kurangnya dapat memperbaiki pertumbuhan.
BA, rasio atas/bawah (uper/lower ratio) lebih besar, apatis,
gerakan lambat, konstipasi, bradikardi, wajah dan rambut
kasar, suara serak dan terlambatnya perkembangan PERAWAKAN PENDEK OLEH SEBABSEBAB NON-
pubertas. ENDOKRIN
Diagnosis hipotiroidisme kongenital, dipastikan dari
hasil pemeriksaan TSH dalam darah dari tumit/umbilikus Termasuk dalam kelompok ini adalah sebagai berikut :

yang lebih besar dari 25 mU/1. Untuk anak yang lebih besar
diagnosis ditegakkan dari rendahnya FT4 dan tingginya Perawakan Pendek Konstitusionalr
TSHserum. Keadaan pertumbuhan dan adolesen yang terlambat secara
Pengobatan untuk bayi adalah dengan levo-tiroksin konstusional ini hanya merupakan variasi dari
10- l5 ug/kgBB/hari, untuk anak yang lebih besar 2-3 pertumbuhan normal. Dalam hal ini terjadi perlambatan
ug/kgBB/hari sampai tercapai kadar TSH serum mulainya pubertas, umur tulang BA tertinggal dari umur
normal. kronologis. Namun tinggi akhir tidakberkurang oleh karena
2046 MEIABOLIKENDOIRIN

waktu berhentinya pertumbuhan tulang juga tertunda. Pengobatan yang berhasil terhadap penyakit dasarnya,
Biasanya terdapat anggota keluarga dengan pola dapat memperbaiki ketinggalan dalam TB.
pertumbuhan yang serupa. Pada pemeriksaan lengkap
tidak ditemukan penyebab lainnya. Oleh karena itu tidak
diperlukan pengobatan khusus. Yang penting adalah PENDEKATAN DAGNOSTIK PERAWAKAN PENDEK
menjelaskan dan meyakinkan kepada pasien dan
keluarganya bahwa keadaan ini adalah normal dan Pada umumnya dari pemeriksaan dan gejala klinis yang
prognosisnya baik. didapat sudah dapat ditetapkan apakah perawakan pendek
tersebut patologis dan memerlukan pemeriksaan yang
Perawakan Pendek Genetik cukup lengkap dan mahal untuk kemudian diberikan
Keadaan ini bersifat familial tanpa keterlambatan pengobatan sedini mungkin terhadap penyebabnya.
pertumbuhan dan dan BA. TB setelah dewasa tergantung Dengan demikian, ternyata banyak kasus yang tidak
pada rerata TB kedua orang tuanya. memerlukan pemeriksaan-pemeriksaan yang mahal dan
melelahkan.
Dari anamnesis dicari informasi mengenai keadaan
Retardasi Pertumbuhan lntrauterin intrauterin, keterpaparan lefiadap toksin, berat badan lehir
Sekitar 30%bayi lahir dengan prematuritas dan retardasi
rendah, trauma lahir, perkembangan fisik dan mental, gejala-
pertumbuhan inhauterin, tidak dapat mengejar ketinggalarr
gejala penyakit sistemik, diet, TB orang tualkeluarga, umur
pertumbuhannya setelah l-2 tahun tahir, akhimya tidak
pubertas, faktor psikososial keluarga dan hubungan anak
mencapai tinggi dewasa yang normal. Penyebabnya, -orang fua.
banyak sekali, antaralain genetik (kecebolan Russel- Data yang perlu didapat dari pemeriksaan jasmani
Silver), toksoplasma gondi, virus rubela, sitomegalo adalah TB, BB, ukuran baju/sepatu, perbandingan TB dan
virus, herpes, HIV, kokain, alkohol, fenetoin.
kecepatan pertumbuhan dengan teman sebaya/sekelas,
Oleh karena pemberian GH memberikan peningkatan penyesuaian dengan tinggi rala-rata orangtua. Status gizi,
kecepatan pertumbuhan, obat ini di rekomendasikan unhrk
span Qterbandingan rentang lengan dengan tinggi badan),
pengobatan retardasi pertumbuhan intrauterin.
lingkaran kep ala, ratio U lL, gejala- gejala/sindrom penyakit
dan gejala-gejala neurologik.
Sindrom-sindrom Perawakan Pendek Dari pemeriksaan laboratorium dicari kelainan darah
Termasuk dalam kelompok ini adalah sindrom Turner, dan wine rutin dan kimia darah (anemia, peningkatan laju
sindrom Noonan (Pseudo Turner), sindrom Prader- endapan darah, gangguan faal hati/ginjal, intoleransi
Willi, sindrom Lawrence-Moon, Sindrom Biedl-Bardet, glukosa, asidosis, kelainan kalsium, karoten serum,
gangguan kromosom autosom dan displasia skeletal. penyakit jaringan ikat, malabsorpsi, T4 dan TSH, IGF-I
Sindrom Turner yang merupakan disgenesis gonad dan IGFBP-3, gonadotropin, PRL, hormon sex-steroid,
pada wanitr, , secara kariotip adalah 45,X. Perawakan pendek kortisol, antibodi tiroid, test provokatif untuk GH,
selalu ditemukan, disamping mikrognatia, lipatan epikantus, pemeriksaan kariotip, CT-Scan/MRl untuk hipotalamus/
telinga letak rendah, mulut ikan, ptosis, leher pendek hipofisis, pemeriksaan x-rayunlrkBA, nutrisi dan fungsi
webbed neck, dada perisai dan lain-lain. Pengobatan psikologis.
dengan GH cukup memberikanhasil.
Salah satu bentuk tersering dari displasia skeletal adalah
akondroplasia. Kelainan ini diturunkan secara dominan REFERENSI
autosom. Pasien biasanya sangat pendek oleh karena
ekstremitas pendek, kepala relatif besar, dahi menonjol, Attanasio AF, Howell S, Bates PC et al. Body composition, IGF-I
hidung pesek, lain-lainnya normal, termasuk intraligensia. and IGFBP-3 concentrations as outcome measures in severely
Pengobatan pembedahan tulang dapat menambah TB, GH deficient (GHD) patients after childhood GH treatment : a
sedangkan pemberian GH tidak dianjurkan. comparison with adult onset GHD patients. J Clin Endocrinol
Metab 2002; 87 : 3368-3372.
Chiesa A, de Pependick LQ Keselman A et al. Final height in long-
Penyakit-penyakit Kronis term primary hypothyroidism in children. J Pediatr Endocrinol
Perawakan pendek dapat disebabkan oleh penyakit Metab 1998; l1: 51.
celiac, enteritis regionalis, penyakit Crohn, cystic GH Research Society. Consensus Guidelines for the diagnosis and
treatment of growth hormone (GH) deficiency in childhood
fibrosis, kanker, talasemia, artritis rematoid, gagal ginjal
and adolescence : summary statement of the GH Research
kronis, renal tubular acidosis dan lain-lain. Pada Society. J Clin Endocrinol Metab. 2000; 85: 3990.
umumnya gangguan pertumbuhan terjadi akibat Grimberg A, Kutikov JK, Cucchiara AJ. Sex differences in patients
malnutrisi yang diakibatkan penyakit-penyakit kronis referred for evaluation of poor growth J Pediatr 2005;746 :
tersebut. 212.
GANGGUANPERTUMBUI{AN 2047

Hall D. Growth monitoring. Arch Dis Child 2000;82 ; 10 - 15. Saenger P. Groth-promoting strategies in Tumer's syndrome. J Clin
Lai HC, Fitasimmons SC, Allen DB et al. Risk of persistence grou'th Endocrinol Metab, 1999; 84 : 4345.
impairment after alternate day prednisone treatment in Saggese G, Federico Q Barsanti S, Fiore L. The effect of administer-
children with cystic fibrosis. N Engl J Med. 2000; 342:851. ing gonadotropin releasing hormone agonist with recombinant
Leschek EW, Rose SR, Yanowsky JA et al. Effect of growth - human growth hormone (GH) on the final height of girls with
hormone treatment on adult height in peripubertal children isolated GH deficiency: result from a controlled study, J Clin
with idiopathic short stature. A randomized, double blind, Endocrinol Metab 2001; 86; 1900.
placebo-controlled trial. J Clin Endocrinol Metab 2004; 89 : Styne D. Growth. In Greenspan FS, Gardner DC, eds. Basic & Clini-
3140 - 3148. cal Endocrinology, Tb ed. New york, Singapore: Mc Graw Hill;
Melmed S, Jameson JL. Disorder of the anterior pituitary and 2004.p.176-214.
hypothalamus. In Kasper DL et al eds. Harrison's Principles of Van Wijk JJ, Smith EP. Insulin-like growth factors and skeletal
Intemal Medicine, 16h ed, New York, Singapore: Mc Graw-Hill; growth: Possibilities for therapeutic intervention. J Clin
2005.p. 2088-90, Endocrinol Metab 1999; 84 : 4349.
Reiter EO, Rosenfeld RG. Normal and aberrant growth, In Wilson Wit JM, Rekers-Mombarg LTM, Cutler GB Jr et al. Growth
JD et al. eds, Williams Textbook of Endocrinology, l0 th ed, Hormone (GH) treatment to final height in children with idio-
Saunders, 2002. pathic short stature: evidence for a dose effect. J Pediatr 2005;
146:45-53.
318
DIABETES INSIPIDUS
Asman Boedi Santoso Ranakusuma, Imam SubeKi

PENDAHULUAN DIABETES INSIPIDUS SENTRAL

Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang jarang Diabetes insipidus sentral (DIS) disebabkan oleh
ditemukan. Penyakit ini diakibatkan oleh berbagai kegagalan penglepasan hormon anti- diuretik ADH yang
penyebab yang dapat mengganggu mekanisme neurohy- secara fisiologi dapat merupakan kegagalan sintesis atau
pophyseal-renal reflex sehingga mengakibatkan penyimpanan. Secara anatomis, kelainan ini terjadi
kegagalan tubuh dalam mengkonversi air. Kebanyakan akibat kerusakan nukleus supraoptik, paraventrikular dan
kasus-kasus yang pernah ditemui merupakan kasus filiformis hipotalamus yang menyintesis ADH. Selain
idiopatik yang d.apat bermanifestasi pada berbagai itu DIS juga timbul karena gangguan pengang-
tingkatan umur dan jenis kelamin. kutan ADH akibat kerusakan pada akson traktus
supraoptikohipofisealis dan akson hipofisis posterior
di manaADH disimpan untuk sewaktu-waktu dilepaskan
GEJALA KLINIS ke dalam sirkulasi j ika dibutuhkan.
Secara biokimiawi, DIS teriadi karena tidak adanya
Keluhan dan gejala utama diabetes insipidus adalah sintesis ADH, atau sintesis ADH yang kuantitatif tidak
poliuria dan polidipsia. Jumlah cairan yang diminum mencukupi kebutuhan, atau kuantitatif cukup tetapi
maupnn produksi urin per 24 jam sangat banyak, dapat merupakanADH yang tidak dapat berfungsi sebagaimana
mencapai 5 - I 0 liter urin biasanya sangat
sehari. B erat j enis ADH yang normal. Sintesis neurofisin suatt binding
rendah, berkisar antara I 001-1 005 atau 50-200 mOsmoUkg protein yang abnormal, juga dapat mengganggu
berat badan. Selain poliuria dan polidipsia, biasanya tidak penglepasanADH. Selain itu diduga terdapat pula DIS
terdapat gejala-gejala lain kecuali jika ada penyakit lain akibat adanya antibodi terhadap ADH. Karena pada
yang menyebabkan timbulnya gangguan pada mekanisme pengukuran kadar ADH dalam serum secara radio
neurohy-pophys eal-renal refl ex tersebtt. immunoassay, yang menjadi marker bagi ADH adalah
Selama pusat rasa haus pasien tetap utuh, konsentrasi neurofisin yang secara fisiologis tidak berfungsi, maka
zat-zal yang terlarut dalam cairan tubuh akan mendekati kadar ADH yang normal atau menfngkat belum dapat
nilai normal , B ahaya baru t imbul jka intake air tidak dapat memastikan bahwa fungsi ADH itu adalah normal atau
mengimbangi pengeluaran urin yang ada dengan akibat meningkat. Termasuk dalam klasifikasi DIS adalah
pasien akan mengalami dehidrasi dan peningkatan diabetes insipidus yang diakibatkan oleh kerusakan
konsentrasi zat-zat yang terlarut. osmoreseptor yang terdapat pada hipotalamus anterior dan
disebut Verney.s omoreceptor cells yang berada di luar
sawar darah otak.
PATOGENESIS

Secara patogenesis diabetes insipidus dibag.i menjadi 2 DIABETES INSIPIDUS NEFROGENIK


jenis, yaitu diabetes insipidus sentral dan diabetes insipi-
dus nefrogenik. Istilah diabetes insipidus nefrogenik (DN) dipakai pada

2048
DIABETES INSIPIDUS
2049

diabetes insipidus yang tidak responsif terhadap ADH MEKANISME HAUS


eksogen. Secara fisiologis DIN dapat disebabkan oleh :
. Kegagalan pembentukan dan pemeliharaan gradient Peningkatan osmolalitas plasma akan merangsang pusat
osmotik dalam medula renalis. haus, sebaliknya penurunan osmolalitas plasma akan
. Kegagalan utilisasi gradient pada keadaan di mana menekan pusat haus. Seperti pada mekanisme penglepasan
ADH berada dalam jumlah yang cukup dan berfungsi AVP, pengaturan osmotik rasa haus dipengaruhi oleh vol-
normal. ume sel pusat haus di hipotalamus. Ambang rangsang
pusat haus (295 mOsmolikg berat badan) temyata lebih
tinggi daripada ambang rangsang osmotik penglepasan
Fisiologi Mekanisme Ekskresi Air AVP (280 mOsmol,/kgberatbadan). Hal inimerupakan suatu
Dalam mengatur ekskresi air, ginjal mengikut sertakan perlindungan terhadap deplesi air.
mekanisme n e ur o hy p op hy s e al - r en a I r efl ex. Komp onen Terdapat juga suatu jalur non-osmotik terhadap
humoral dalam mekanisme ini adalahADH yang disebut
stimulasi pusat haus. Diduga sistem renin-angiotensin
juga arginin vasopresin (AVP). AVP disintesis oleh suatu
merupakan salah satu mediator sistem ini dan telah
molekul prekursor dalam nukleus supraoptik, dibuktikan renin atau angiotensin eksogen dapat
paraventrikular dan sedikit pada nukleus filiformis menimbulkan rasa haus dan nefrektomi dapat
hipotalamus. Setelah disintesis, AVP dibungkus ke menghilangkan rasa haus akibat deplesi ECF.
dalam semac am neurosecretoy granules pada retikulum
endoplasmik di mana setiap granul
tersebut
mengandung baik AVP maupun suatu molekul caruier
MEKANISME AKSI SELU LAR ARGININ VASOPRE.
yar.g disebut neurofisin. Granul-granul tadi
srN (AVP)
ditransportasikan melalui akson neuron hipotalamus
yang berakhir pada hipofrsis posterior. Penglepasan AVP
Mekanisme yang pasti bagaimanaAVP dapat meni.ngkatkan
oleh hipofrsis posterior terjadi melalui proses eksositosis
permeabilitas epithel col- lecting duct terhadap air sampai
di mana baik A VP maupun neurofisin dilepaskan ke
sekarang belum ielas. Kemungkinan setelah dilepaskan dari
dalam sirkulasi.
hipofrsis posterior, AVP masuk ke dalam sirkulasi ginjal
dan terikat pada reseptornya di sisi contraluminal
(plasma) collecting duct. Penggabungan AVP dengan
REGULASI ARGININ VASOPRESIN (AVP) SECARA reseptomya mengaktifkan adenilsiklase membran sel yang
OSMOTIK DAN NON.OSMOTIK mengkatalisis perubahan AIP menjadi oAMP. oAMP
protein kinase kemudian muncul untuk melakukan
Dalam mengatur sintesis dan penglepasan AVP fosforilasi protein membran sel yang kemudian
dipakai dua macam jalur yaitu jalur osmotik dan non- meningkatkan permeabilitas dengan cara melebarkan
osmotik. ukuran pori dan memperbanyakjumlah pori. Terdapat suatu
Jalur osmotik mengikut sertakan Verneyb osmorecep-
fosfatase pada membran yar,g dapat mengembalikan
tor cells yang berada di hipotalamus anterior, di luar sawar
proses tersebut di atas. Integritas mikrotubulus dan
darah otak. Dengan adanya deplesi caitar', terjadi mikrofilamen merupakan faktor yang penting pula dalam
peningkatan osmolalitas cairan ekstra sel (ECF) yang proses peningkatan permeabilitas selain proses
menye- babkan penunman volume sel-sel osmoreseptor pembentukan cAMP.
sehingga teriadi stimulasi listrik yang mengakibatkan Demeklotetrasiklin, hipokalemia, lithium dan
depolarisasi membran sel, eksositosis dan penglepasan A prostaglandi n dapat juga mengganggu pembentukan
VP. Sebaliknya jika terjadi pemasukan air maka osmolalitas cAMP.
ECF akan menurun dan pengembangan sel-sel
osmoreseptor akan menghambat te{adinya stimulasi listrik
dan depolarisasi membran sel. timulasi non-osmotikutama MEKANISME KONSENTRASI
yang menyebabkan penglepasan AVP tanpa adanya
perubahan osmolalitas ECF adalah deplesi volume ECF ADH meningkatkan permeabilitas tubulus distal dan
dan hipotensi. Stimulasi lain adalah keadaan-keadaan collecting duct terhadap air sehingga dapat berdifusi
di mana teriadi peningkatan stimulasi adrenergik secara pasifakibat adanya perbedaan konsentrasi. Dengan
termasuk rasa nyeri, takut, payah jantung dan hipoksia. demikian jika terdapatADH dalam sirkulasi, misalnya pada
Evolusi fi logenetik j alur non-osmotik agaknya merupakan keadaan hidropenia, akan tejadi difusi pasif di mana air
bagian yang integral dengan reaksi terhadap stress. keluar dari tubulus distal sehingga terjadi keseimbangan
Dengan demikian AVP akan dilepaskan juga pada keadaan osmotik antara isi tubulus dan korteks yang isotonis.
s/ress di mana selain berfungsi sebagai ADH, AVP juga Sejumlah kecil urin yang isotonis memasuki collecting duct
mempunyai efek vasokonstriksi. melewati medula yang hipertonis. Karena ADH juga
20s0
METABOLIKENDOKRIN

menyebabkan keseimbangan osmotik antara c o I I ect ing terlarut akan membuat berat jenis urin berkisar antara 1010
ductdan jaringan interstisial medula, maka air secara atau 300 mOsmol/kg berat badan, yang jarang lebih tinggi
progresif akan direabsorbsi kembali sehingga terbentuk lagi karena juga disebabkan akibat aliran urin yang amat
urin yang terkonsentrasi. cepat sehingga reabsorbsi airjuga terbatas. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa berat jenis atau osmolalitas urin
yang sangat rendah adalah diuresis air murni sedangkan
MEKANISME DILUSI (PELARUTAN) berat jenis urin yang mendeteksi iso-osmotik adalah
diuresis zat-zat terlarut atau kombinasi air dan zat-zat
Jika ADH tidak disekresi, misalnya pada orang yang terlarut.
terhidrasi baik, struktur-struktur distal tetap tidak
permeabel terhadap air. Dengan demikian sewaktu urin
yang hipotonis melewati tubulus distal, Na+ akan lebih
PEMERIKSAAN KHUSUS UNTUK MENEGAKKAN
banyak dikeluarkan sehingga osmolalitas urin semakin
DIAGNOSIS DIABETES INSIPIDUS
berkurang. Selanjutnya urin yang sangat hipotonis
memasuki co llecting duct yang juga relatif tidak permeabel
Setelah dapat ditentukan bahwa poliuria yang terjadi adalah
sehingga memungkinkan ekskresi sejumlah besar urin yang
diuresis airmurni, maka langkah selanjutnya adalahuntuk
terdilusi.
menentukan jenis penyakit yang menyebabkannya. Untuk
itu tersedia uji-uji coba berikut :
DIAGNOSIS BANDING ANTARA POLIURIA DAN
Hickey-Hare attu Carter-Robbins test, pembeian infus
DIABETES INSIPIDUS
larutan garam hipertonis secara cepat pada orang normal
akan menurunkan jumlah urin, sedangkan pada diabetes
Pada tahap pertama perlu dijawab pertanyaan seperti di
insipidus urin akan menetap atau bertambah. Pemberian
bawah ini :
. pitresin akan menyebabkan turunnya jumlah urin pada
Apakah bahan utama yang membentuk urin pada
pasien DIS dan menetapnya jumlah urin pada pasien DIN.
poliuria tersebut adalah ak tanpa atau dengan zat-zat
Kekurangan pada pengujian ini adalah :
yang terlarut.
. . pada sebagian orang normal, pembebanan larutan garam
Apakah yang menyebabkan poliuria tersebut adalah
akan menye- babkan terjadinya diuresis solute yang
pemasukan bahan tersebut yang berlebihan ke ginjal
akan mengaburkan efek ADH.
atau pengeluaran yang.berlebihan. .
. interpretasi penguiian coba ini adalah all or none
Apakah yang menyebabkan diuresis ini faktor renal sehingga tidak dapat membedakan defect partial atau
atau ekstrarenal.
komplit.
Pertama ditentukan apakah diuresis tersebut
Fluid deprivation mentrutMartin Goldberg.
disebabkan oleh air atauzat-zatyang terlarut jika ternyata . Sebelum penguiian dimulai, pasien diminta untuk
zat-zat yang terlarut maka langkah selanjutnya adalah
mengosongkan kandung kencingnya kemudian
menentukan j enis zat-zat yang terlarut tersebut. Jika jenis
ditimbang berat badahnya, diperiksa volume dan berat
diuresis sudah dapat ditentukan berup a air, zat- zattertentu
jenis atau osmolalitas urinpertama. Pada saat ini diambil
atau kombinasi air d,an zat-zat yang tertentu, maka
sampel plasma untuk diukur osmolalitasnya.
selanjutnya ditentukan apakah karena terjadi suatu . Fasien dimintabuang airkecil sesering mungkinpaling
pemasukan yang berlebihan atau pengeluaran yang
sedikit setiap jam.
berlebihan. Selanjutnya harus dipisahkan apakah gejala ini . Pasien ditimbang setiap jam bila diuresis lebih dari 300
disebabkan oleh faktor renal atau ekstrarenal.
mViam atau setiap 3 jambiladiuresis kurang dari 300 mil
Caru yang paling sederhana untuk menentukan apakah
jam.
pasien poliuria mengalami diuresis air atav zat-zat yang . Setiap sampel urin sebaiknya
terlarut adalah dengan pengukuran berat jenis urin atau
diperiksa
osmolalitasnya dalam keadaan segar atau kalau hal
lebih baik lagi osmolalitas urin. Secara umum diuresis air
ini tidak mungkin dilakukan semua sampel harus
mlrni (pure water diuresls) oleh sebab apapun akan
disimpan dalam botol yang tertutup rapat serta
mempunyai beratjenis kurang dari 1005 ataukurang dari
disimpan dalam lemari es.
200 mOsmoVkg beratbadan. Nilai terendahpada manusia . Pengujian dihentikan setelah 16jam atau berat badan
adalah l00l atau 50 mOsmollkg berat badan. Hal ini
menurun 3-4o/o tergantung mana yang terjadi lebih
disebabkan karena aliran urin yang sangat cepat
dahulu.
menyebabkan reabsorbsi zat-zat yang terlarut sangat
terbatas sehingga walaupun disebut diuresis air murni Penguj ian dilanjutkan dengan :

selalu masih ada walaupun sangat minim zat-zat terlarut


Ujinikotin
yang keluar bersama urin. Pada diuresis umumnya zat-zat . Pasien diminta untuk merokok dan menghisap dalam-
DIABETESINSIPIDUS 2051

dalam sebanyak 3 batang dalam waktu l5-20 menit.


. Teruskan pengukuran volume, berat jenis dan
osmolalitas setiap sampel urin sampai osmolalitas/berat Bentuk idiopatik
jenis urin menurun dibandingkan dengan sebelum - Bentuk non-familiar
diberikan nikotin.
- Bentuk familiar
B. Pasca hipofisektomi
Kemudian uji coba diteruskan dengan :
c. Trauma
- Fraktur dasar tulang tengkorak
UjiVasopresin: D. Tumor
. BerikanPitresindalamminyak5 m, intramuskular.
- Karsinoma metastasis
- Kraniofaringioma
. Ukur volume, berat jenis, dan osmolalitas urin pada - Kista supraselar
diuresis berikutnya atau 1 jam kemudian. - Pinealoma
Granuloma
- Sarkoid
Pada Orang Normal - Tuberkulosis
- Sifilis
Akan terjadi peningkatan osmolalitas urin maksimal sampai F. lnfeksi
1000 mOsmol/kg berat badan. Tidak adanya peningkatan - Meningitis
osmolalitas lebih lanjut setelah pemberian nikotin dan - Ensefalitis
- Landry-Guillain-Barre's Syndrome
pihesin menunjukkan adanya stimulasi penglepasan ADH Vaskular
yang maksimal dan respons ginjal yang maksimal terhadap - Trombosis atau perdarahan serebral
ADH. - Aneurisma serebral
- Post paftumnecrosls (Sheehan's syndrome)
H Hlstlocyfosls
Defecf Osmoreseptor
- Granuloma eosinofilik
- Penyakit Schuller-Chistian
P ada defect parsial terjadi sedikit peningkatan osmolalitas
urin, pada defect yar,g komplit tidak terjadi peningkatan
osmolalitas urin sama sekali. Peningkatan osmolalitas urin
PENGOBATAN DIABETES INSIPIDUS
setelah pemberiannikotin dan pitresin menunjukkan bahwa
stimulasi non-osmotik dapat menyebabkan peningkatan Pengobatan diabetes insipidus harus disesuaikan dengan
sekresi ADH dan tubulus ginjal belum jenuh oleh ADH gejala yang ditimbulkannya. Pada pasien DIS parsial
endogen.
dengan mekanisme rasa haus yang utuh tidak diperlukan
terapi apa-apa selama gejala nokturia dan poliuria tidak
Defect Reglo hypoth.l.miconeurohypophyse./1 s mengganggu tidur dan aktivitas sehari-hari. Tetapi pasien
Pada partial Jluid deprivation defect akan terjadi dengan gangguan pada pusat rasa haus, diterapi dengan
peningkatan osmolalitas urin sedikit, sedangkan pada pengawasan yang ketat untuk mencegah terjadinya
defect komplit os-molalitas tidak akan meningkat sama dehidrasi. Inijuga berlaku bagi orang-orang yang dalam
sekali. Nikotin tidak menimbulkan respons apa-apa, akan keadaan normal hanya menderita DIS parsial tetapi pada
tetapi pitresin akan meningkatkan osmolalitas urin. Hal ini suatu saat kehilangan kesadaran atau tidak dapat
menunjukkan adanya defect sentral dan respons tubular berkomunikasi.
yang normal. Pada DIS yang komplit biasanya diperlukan terapi
hornron pengganti (hormonal replacemen). DDAVP
(l - d e s amin o - I - d - ar ginin e v as opr es s in) merupakan obat
Defecf Respons Tubular
pilihan utama untuk DIS. Obat ini merupakan analog
Baik deprivation test, nikotin dan pitresin, tidak akan
arginine vasopressin manusia sintetik, mempunyai lama
menghasilkan peningkatan osmolalitas win pada defect
kerja yang panjang dan hanya mempunyai sedikit efek
tubular komplit. Pada partial /luid deprivation defect
samping jarang menimbulkan alergi dan hanya mempunyai
akan menyebabkan sedikit peningkatan os-molalitas urin
sedikit pres sor effec). Vas opress in tannate dalam minyak
sedangkan nikotin dan Setelah dapat ditentukan apakah
(campuran lysine dan arginine vasopressin) memerlukan
diabetes insipidus yang diderita merupakan DIS atau DIS
suntikan setiap 3-4 har| Vasopressin dalam aqua hanya
maka selanjutnya perlu dicari etiologinya walaupun
bermanfaat untuk diagnostik karena lama kerianyayarry
sebagian besar idiopatik. Untuk itu diperlukan pendek.
anamnesis mengenai penyakit keluarga, trauma, operasi,
radiasi, penyakit dahulu dan pemeriksaan khusus lainnya Selain terapi hormon pengganti dapatjuga dipakai terapi
seperti kampimetri, foto sela tursika, foto BNO-IVP, adjuvant yang secara fisiologis mengatur keseimbangan
ultrasonografr, scanning dan lain-Iain atas indikasi. air dengan cara :
Daftar penyebab diabetes insipidus dapat dilihat seperti . Mengurangi jumlah air ke tubulus distal dan collecting
dalam Tabel 1. duct.
2052 METABOLIKENT'OKRIN

. Memacu penglepasan ADH endogen. Klofibrat


. Meningkatkan efekADH endogen yang masih ada pada Seperti klorpropamid, klofibrat juga meningkatkan
tubulus ginjal. penglepasan ADH endogen. Kekurangan klofibrat
dibandingkan dengan klorpropamid adalah harus diberikan
Obat-obatan adjuvan yang biasa dipakai adalah: 4 kali sehari, tetapi tidak menimbulkan hipoglikemia. Efek
samping lain adalah gangguan saluran cerna, miositis,
Diuretlk Tiazid gangguan fungsi hati. Dapat dikombinasi dengan tiazid
Menyebabkan suatu natriuresis sementara, deplesi ECF dan klorpropamid untuk dapat memperoleh efek maksimal
ringan dan penurunan GFR. Hal ini menyebabkan dan mengurangi efek samping pada DIS parsial.
peningkatan reabsorbsi Na* dan air pada nefron yang lebih
proksimal sehingga menyebabkan berkurangnya air yang Karbamazepin
masuk ke tubulus distal dan collecting duct. Tetapi Suatu antikonvulsan yang terutama efektif dalam
penunrnan EABV (Effective arterial bloodvolume) dapat pengobatan tic douloureel.r, mempunyai efek seperti
menyebabkan terjadinya hipotensi ortostatik. Obat ini klofibrat tetapi hanya mempunyai sedikit kegunaan dan
dapat dipakai pad a DIS maupun DIN. tidak dianjurkan untuk dipakai secara rutin.

REFERENSI
Klorpropamid
Goldberg, Martin. Abnormalities in the renal excretion of water
Meningkatkan efek ADH yang masih ada terhadap t pathophysiology and differential diagnosis. Med Clin North
ubulus ginjal dan mungkin pula dapat meningkatkan Am, Philadelphia, London, Toronto, Sydney: WB Saunders Co;
penglepasan ADH dari hipofisis. Dengan demikian obat 1963; 47:4:975-26.
ini tidak dapat dipakai pada DIS komplit atau DIN. Efek Leaf, Alexander. Diabetes insipidus. In: Cecil Textbook of Medi-
samping yang harus diperhatikan adalah timbulnya cine. l5th ed, Tokyo:WB Saunders Co-lgaku Shoin Ltd;
hipoglikemia. Dapat dikombinasi dengan tiazid untuk t979.p.20r0-1.
Singer, Irwin. Differential diagnosis of polyuria and diabetes insipi-
mencapai efek maksimal. Tidak ada sulfonilurea yang lebih
dus. Med Clin North Am, Philadelphia, London, Toronto,
efektif dan kurang toksik dibandingkan dengan Sydney: WB Saunders Co, March; 1981 :65:2:303-20.
klorpropamid pengobatan diabetes insipidus. Schrier, Robert W, Leaf, Alenxander. Effect of hormones on water
sodium chloride and potassium metabolism. In: William's (ed),
Textbook of Endocrinology, Sixth ed, Tokyo: WB Saunders
Co-lgaku Shoin Ltd; 1981.p.1032-6.

Penyakit ginjal kronik


- Penyakit ginjal polikistik
- Medullary cystlc dlsease
- Pielonefritis
- Obstruksi ureteral
- Gagal gainjal lanjut
B Gangguan elektrolit
- Hipokalemia
- Hiperkalsemia
c Obat-obatan
- Litium
- Demeklosiklin
- Asetoheksamid
- Tolazamid
- Glikurid
- Propoksifen
- Amfolarisin
- Vinblastin
- Kolkisin
D. Penyakit Sickle Cell
E. Gangguan diet
- lntake air yang berlebihan
- Penurunan rntake NaCl
- Penurunan ,nfake protein
F. Lain-lain
- Multipel mieloma
- Amiloidosis
- Penyakit STbgren's
- Sarkoidosis
319
HORMON STEROID
Sjafii Piliang, Chairul Bahri

KELENJARADRENAL bertahap mengalami involusi, mengakibatkan pemrrunan


berat adrenokortikal pada tiga bulan pertama setelah
Kelenjar adrenal terdiri dari dua lapis:. korteks dan kelahiran. Kelenjar adrenal relatif besar semasa fetus dan
medulla. Korteks adrenal menghasilkan banj;ak hofttlon cepat menurun pada beberapa bulan pertama setelah lahir.
steroid, dan yang terpenting adalah kortisol, aldosteron, Pada tiga tahun berikutnya, korteks adrenal'dewasa
dan androge4 adreaal, sedangkafi -medulla adrenal berkembang dari sel-sel lapisan luar korteks adrenal dan
menghasilkan katekolamin. Penyakit-penyakit kelenjar berdiferensiasi menjadi tiga zona sel-sel : zona
adrenal menyebabkan endokrinopati seperti sindrom glomerulosa (lapisan luar), zona fasikulata (lapisan
Cushing, penyakit Addison, hiperaldosteronisme, dan tengah), dan zona retikularis (lapisan dalam).
sindrom hiperplasia adrenal kongenital. Kelenjar adrenal terdiri dari sepasang, berbentuk
Kemajuan dalam pros"edur diagnostik telah piramid, terletak retroperitoneal di bagian atas atau medial
menyederhanakan evaluasi penyakit-penyakit adreno- ginjal. Kapsul fi$rosa menyelimuti kelenjar adrenal. Bagian
kortikal, androgen, dan ACTH, dan memberikan luar atau korteks adalah padat dair merupakan kira-kira
kemudahan, lebih cepat dan tepat dalam menegakkan 80-90 % berat adrenal normal, menghasilkan steroid.
diagnosis. Kemajuan dalam bidang bedah dan pengobatan Bagian dalam atau medulla adalah lembut, menghasilkan
telah memperbaiki pandangan dokter maupun pasien katekolamin. Berat setiap kelenjar adrenal kira-kira 5 gram.
terhadap penyakit-penyakit ini. Korteks adrenal dialiri dan menerima suplai arteri utamanya
Tulisan ini membatasi pemb icaraat padasteroid6gen- dari cabang arteri phrenicus inferioE arteri renalis, dan aorta.
esis, hiperkortisolisme dan hipokortisolisme. Arteri-arteri kecil ini membentuk pleksus arteri dalam kapsul
dan kemudian memasuki sistem sinusoid yang menembus
korteks dan medulla, mengalir kedalam vena sentralis di
ANATOMI setiap kelenjar adrenal. Vena adrenalis kanan mengalir
langsung kedalam bagian porterior vena kava, sedangkan
Pada minggu ke-4 sampai minggu ke-6 kehidupan fetus, vena adrenalis kiri memasuki vena renalis kiri. Gambaran
sel-sel mesoderm koelomik dinding perut belakang anatomik ini membuat lebih mudah melakukan kateterisasi
mendekati mesoderm, membentuk sekelompok sel antara vena adrenalis kiri dari pada vena adrenalis kanan.
mesenterium dan genital ridge disebu;t korteks adrenal
fetus. Lima minggu kemudian, sel-sel basofilik kecil muncul
KORTE.KSADRENAL
di sekitar korteks adrenal fetus untuk membentuk korteks
adrenal permanen. Pada minggu ke-7 perkembangan
Sel-sel korteks adrenal dapat
embrio, korteks adrenal fetus disusupi sel-sel yang
juga mengambilnya dari sirkula
bermigrasi dari neural crest yaitu simpatogonia menjadi
bahan dasar semua
medula adrenal. Selanjutnya medula adrenal membagi diri
diisolasi dari korteks
membentuk sel ganglion dan sel kromatin. Sel-sel kromatin 'adrenal tetapi ada tiga yang paling penting yaitu :
menyekresi katekolamin. Adrenal fetal tetap dipertahankan
sampai lahir, dan pada waktu lahir adrenal fetal secara Kortisol (hidrokortison) disekresi setiap hari, umumnya

205
2054 METABOLIKENDOKRIN

berasal dari zona fasikulata (lapisan tengah) danzonazona mitokondria. Mutasi pada gen StAR mengakibatkan
retikularis (lapisan dalam) korteks adrenal. hiperplasia adrenal lipoid kongenital dengan defisiensi berat
kortisol dan aldosteron pada waktu lahir.
Dehidroepiandrosteron @HEA) disekresi oleh lapisan
yang sama dan kira-kira dalam jumlah yang sama dengan
kortisol. Metabolisme Kolesterol
Kolesterol yang berasal dari diet dan dari sintesis endogen
Aldosteron disekresi oleh zona glomerulosa (lapisan luar)
merupakan substrat untuk steroidogenesis. Ambilan
yang juga memproduksi beberapa jenis kortikosteroid lain
kolesterol oleh korteks adrenal diperantarai oleh reseptor
dan sedikit testosteron dan esterogen.
LDL. Perangsangan terus-menerus korteks adrenal oleh
Pelepasan kortikosteroid ke dalam aliran darah
hormon adrenokortikotropik (ACTH), menjadikan jumlah
berlangsung secara intermiten, menghasilkan fase lonjakan
reseptor LDL bertambah. Konversi kolesterol menjadi
mendadak dalam plasma dan fase penurunan.
pregnenolon adalah rate-limiting step pada steroidogen-
esis adrenal dan tempat utama kerja ACTH pada adrenal.
Zona dan Steroidogenesis Langkah ini te{adi dalam mitokondria dan melibatkan dua
Zona-zona korteks adrenal yang terpisah mensintesis hidroksilasi dan kemudian pemecahan rantai sisi kolesterol.
hormon spesiflft, menunjukkan kemampuan enzimatik setiap
Satu enzim, CYPI lA, mengantarai proses ini, dan setiap
zona unfuk mentransformasi dan hidrolisis steroid tertentu.
langkah membutuhkan molekul oksigen dan sepasang
Zona luar (glomerulosa) mengandung enzim untuk elekhon. Elektron diberikan olehNADPH ke adrenodoksin,
biosintesis aldosteron, dan zona dalam (fasikulata dan suatu besi-sulfur protein, dan akhirnya ke CYPIlA.
retikularis) adalah tempat biosintesis kortisol dan Adrenodoksin reduktase dan adrenodoksin juga terlibat
androgen. dalam kerja CYP1 lBl. Elektron diangkut ke mikrosom
Oleh karena perbedaan enzimatik antara zona sitokrom P450 melibatkan P450 reduktase, suatu flavopro-
glomerulosa dan dua zona sebelah dalam, fungsi korteks tein berbeda dari adrenodoksin reduktase. Pregnenolon
adrenal terbagi dua unit terpisah, dengan pengaturan dan kemudian diangkut keluar mitokondria sebelum
produk sekretori berbeda. Zona glomerulosa, yang berlangsung sintesis steroid.
menghasilkan aldosteron, bila terjadi gangguan Aktivitas
17o-hydroksilasi maka tidak dapat mensintesis 17
a-hidroksipregnenolon dan I 7cr-hidroksiprogesteron, STEROID
yang menjadi prekursor kortisol dan androgen adrenal.
Sintesis aldosteron oleh zona ini terutama diatur oleh Nomenklatur steroid
sistem renin-angiotensin dan kalium.
Steroid mengandung struktur dasar inti siklopen-
Zona fasikulata dan zona retikularis menghasilkan toperhidrofenenten yang terdiri dari tiga cincin 6-karbon
kortisol, androgen adrenal, dan sejumlah kecil esterogen. heksan dan satu cincin 5-karbon penten (Gambar 1).
Zona-zona ini, terutama diatur oleh ACTH, tidak Atom karbon dinomori berurutan mulai dengan cincinA.
mempunyai gen CYPIlB2 (enkod P450aldo) dan tidak Steroid adrenal mengandung 19 dan 2l atom karbon.
dapat merubah I 1-deoksikortikosteron menjadi aldosteron. Steroid C19 mempunyai gugus metil pada C,, dan C,r.
Steroid C19 dengan satu gugus keton pada C,, dinamakan
Ambilan dan Sintesis Kolesterol 17-ketosteroid. Steroid C19 mempunyai Aktivitas
predominan androgenik. Steroid C2l mempunyai saturantai
Sintesis kortisol dan androgen oleh zona fasikulata dan
sisi 2 karbon (Cro dan Cr,) melekatpadaposisi 17 dan gugus
retikularis bermula dari kolesterol unhrk sintesis semua
metil pada C,, dan C,r. Steroid C2l dengan gugus hidroksil
hormon steroid. Lipoprotein plasma merupakan sumber
pada posisi 17 dinamakan 17-hidroksikortikosteroid.
utama kolesterol adrenal, juga terjadi sintesis steroid dalam
Steroid C21 mempunyai kandungan glukokortikoid dan
kelenjar adrenal dari asetat. Lipoprotein densitas rendah
(LDL) memasok kira-kira 80% kolesterol yang dikirim ke mineralokortikoid. Glukokortikoid adalah steroid C2 1 yang
kelenjar adrenal. Dalam kelenjar adrenal tersedia sejumlah
bekerja predominan pada metabolisme intermedier,
sedangkan mineralokortikoid adalah steroid C2l yang
kecil kolesterol bebas dalam pol sebagai cadangan untuk
beke{ a predominan pada metabolisme kalium dan natrium.
sintesis cepat steroid bila adrenal dirangsang. Bila ada
perangsangan, juga te{adi peningkatan hidrolisis kolesterol
ester cadangan menjadi kolesterol bebas, peningkatan Sferordogenesis
ambilan kolesterol dari lipoprotein plasma, dan peningkatan
sintesis kolesterol dalam kelenj ar Skema sintesis steroidogenik adrenal terterapada gambar
adrenal. Respon akut terhadap stimulus steroidogenik 2 dan3. Kebanyakan enzimyang terlibat pada steroido-
diantarai oleh steroidogenic acule regulatory protein genesis adalah keluarga sitokrom P450 oksigenase. Dalam
(StAR). Fosfoprotein mitokondria ini meningkatkan transpor mitokondria, gen CYP11A, terletak pada kromosom 15,
kolesterol dari lapisan luar ke lapisan dalam membran enkod enzim P4 5 1scc, enzimyang bertanggung jawab pada
HORMONSTEROID 2055

pemecahan rantai sisi kolesterol. Gen CYP1lBl, yang Sintesis Kortisol


terletak pada khromosom 8, enkod enzim P450cl I , enzim Sintesis kortisol berlangsung melalui hidroksilasi-I7o
mitokondria lain, yang mengantarai 1 1p-hidrosilasi di zona pregnenolon oleh gen CYP 17 dalam retikulum endoplasmik
retikularis dan zona fasikulata. Reaksi ini merubah membentuk I 7cr-hidroksipregnenolon. Steroid ini kemudian
1 I -deoksikortikosteron menjadi kortikosteron. Dalam zona diubah menjadi I 7cr-hidroksiprogesteron setelah ikatan
glomerulosa, gen CYP 1 I 82, juga terletak pada khromosom gatda 5,6 di ubah menjadi ikatan ganda 4,5 oleh 3p-
8, enkod enzim P45\aldo,juga dikenal sebagai aldosteron hidroksisteroid dehidrogenase: As'a-oros teroid isomeras e
sintase. Enzim P450aldo mengantarai 1 1p-hidroksilasi, enzyme complex, yang juga terletak dalam retikulum polos
l8-hidroksilasi, dan 18-oksidasi untuk merubah 11 endoplasmik. J alrttr (p athw ay) altematif yang kurang penting
deok sik ortik osteron -+ k o r t i k o s t e r o n -+ 1 8 pada zona fasikulata dan retikularis adalah dari pregnenolon
hidroksikortikosteron -+aldosteron (Gambar 2). Dalam -) progesteron -+ 17o-hidroksiprogesteron (Gambar 1).
retikulum endoplasmik, gen CYPl7, yang terletak pada Langkah berikutnya, yang juga berlangsung di
kromosom 1 0, safu enzim tunggal, enkod enzim P4 5 0c I 7, mikrosom, melibatkan 2l-hidrosilasi oleh CYP21A2 dari
yang mengantarai aktivitas I 7a-hidroksilase dan aktivitas lTcr -hidroksiprogesteron membentuk I 1-deoksikortisol,
11 ,20-liase,dan gen CYP2IM enkod enzim P450c21,yarg senyawa ini selanjutnya dihidroksilasi dalam mitokondria
mengantarai 2l-hidrosilasi progesteron dan 2l- oleh I I p-hidroksilase (CYP I 1B1) membentukkortisol. Zona
hidroksiprogesteron. Aktivitas 3 B-hidroksisteroid fasikulata dan retikularis jugu menghasilkan
dehidrogenase: As'a-isomerase diantarai oleh enzim tunggal I l-deoksikortikosteron (DOC), l8 hidroksidoksikor-
non-P450 mikrosomal. tikosteron, dan kortikosteron. Bila tidak ada gen CYPl l82
mitokondria akan terhambat produksi aldosteron oleh zona
21
cH. retikularis dan fasikulata korteks adrenal ini (gambar 2).
Sekresi kortisol pada keadaan basal (nonstres) berkisar
8-25 mg/dl (22-69 mmoVdl), dengan rata-rata,kira-kira
9,2m/dlQ5mmoVdl).

C2lSteroid(Progesteron) ClgSteroid(Dehidroepiandrosteran)

Gambar 1. Struktur Steroid Adrenokortikal. Huruf-huruf pada


formula I menandai cincin-cincin A, B, C dan D, sedangkan angka
menunjukkan posisi karbon (C) pada struktur steroid C-21. Gugus Sintesis Androgen
metil (posisi 18 dan 19) biasanya ditunjukkan dengan garis lurus
seperti pada formula ll. Dehidroepiandrosteron (formula ll) adalah
Produksi androgen adrenal dari pregnenolon dan
steroid C-19 yang dibentuk dengan melepaskan rantai sisi ste- progesteron (Gambar 2) membutuhkan I 7cr-hidroksilase
roid C-20 dan C-21 (progesteron) dan digantikan dengan atom O (CYP17) dan tidak berlangsung di zona glomerulosa.

Kolesterol
t,
I
7
-v56
Pregnenolon + l7*lidroksipregnenolon ) DHEA <H DHEA-sulfat

,r"ni'"r". + rz*rioror<sipl'zgesteron g nno.'Jt'"n"oion

I. i.
+
11 -Deoksikortikosteron 11-Deoksikortisol

t,
Kortikosteron
tlo
Kortisol

Gambar 2. Biosintesis steroid dalam zona fasikulata dan zona retikularis korteks adrenal. Produk
sekresi utama diberi garis bawah Enzim yang bekerja untuk reaksi ini diberi nomor pada gambar. (1)
P450scc, aktivitas kolesterol 20,22-hidroksilase'.20,22 desmolase; (2) 3pHSD/|SOM, aktivitas 3-
hidroksisteroid dehidrogenase:65-oxosteroid isomerase; (3) P450c21, aktivitas 21o,-hidroksilase;
(4) P450c11 , aktivitas 11p-hidroksilase; (5)P450c17, aktivitas 17cr-hidroksilase; (6) P450c17, aktivitas
17,21-lyaseldesmolase; 7) sulfokinase.
2056 METABOLIKENDOKRIN

Produksi utama androgen adalah dengan merubah


17o-hidroksipregnenolon menjadi senyawa l9- Kolesterol
I
karbon (senyawa C-19): DHEA dan DHEA-sulfat. Y
l7u-hidroksipregnenolon mengalami pemindahan dua Prognenolon + Progesteron + 11-Deoksikortikosteron
paso"tao
karbon rantai sisinya pada posisi C,, oleh 17- I
v
2O-desmolase mikrosom (gen CYP 17), menghasilkan DIIEA Kortikosteron
dengan gugus keto pada C,r. DHEA kemudian diubah
II
p+so"tdo

menjadi DHEA-sulfat oleh adrenal sulfokinase yang


8-Hidroksikortikosteron
reversibel. Androgen adrenal utama lainnya,
1

tI
p+so"too
an dr o s t e n e d i o n, dihasllkan terb anyak dari DHEA,
diantarai oleh gen CYPI7, dan bisa dari l1u- Aldosteron

hidroksiprogesteron, juga oleh gen CYP 17. Gambar 3. Biosintesis Steroid Dalam Zona Glomerulosa.
Androstenedion dapat dirubah menjadi testosteron, Langkah-langkah dari kolesterol menjadi'11-deoksikortokosteron
meskipun sekresi testosteron adrenal ini dalam jumlah adalah sama seperti pada zona fasikulata dan zona retikularis'
kecil. Androgen adrenal, DHEA dan DHEA-sulfat, dan Zona glomerulosa tidak mempunyai aktivitas 17u-hidroksilase dan
tidak dapat menghasilkan kortisol. Hanya zona glomerulosa dapat
androstenedion, mempunyai aktivitas instrinsik merubah kortikosteron menjadi 18-hidroksikortikosteron dan
androgenik minimal, dan peran androgenesitas melalui aldosteron. Satu enzim tunggal P450aldo mengkatalisa konversi
konversi perifer menjadi testosteron dan 11-deokaikortikosteron -+ kortikosteron -) 18-
dehidrotestosteron androgen yang lebih poten. Meskipun hidroksikortikosteron -+ aldosteron.
DHEA dan DHEA-sulfat disekresi dalam jumlah besar,
androstenedion secara kualitatif lebih penting, oleh karena
siap di rubah di perifer menjadi testosteron. Pengukuran Sekresi aldosteron dikontrol sebagian besar oleh
DHEA sulfat bisa menggunakan indeks sekresi androgen angiotensin II dari sistem renin-angiotensin. Renin berasal
adrenal, hanya sedikit DHEA sulfat dibentuk dalam gonad dari apparatus jukstaglomerular pada tubulus proksimal
dan waktu-paruh (half-life) DHEA sulfat adalah 7-9 iam. renalis. Sekresi renin meningkat dengan penurunan perfusi
Kadar DHEA sulfat menggambarkan produksi DHEA dan ginjal, yang dirasakan oleh macula densa, dan beke{a pada
aktivitas DHEA sulfat. substrat renin plasma yang beredar yang dilepaskan dari
hati. Ini membenhrk angiotensin I (suatu decapeptida), dan
angiotens in- conv erting enzyme (ACE) merubah menjadi
PENGONTROLAN SEKRESI KORTIKOSTEROID angiotensin II
(suatu octadecapeptida). Angiotensin II
menyebabkan vasokonstriksi dan sekresi aldosteron.
Struktur korteks.adrenal dipertahankan oleh ACTH, yang Sekresi aldosteron juga dirangsang oleh banyak
juga merangsang sintesis dan pelepasan kortisol, DHEA keadaan termasuk posisi berdiri, perdarahan, dehidrasi,
dan kortikosteroid lainnya. Sekresi kortisol diatur oleh tiga kehilangan atau pembatasan pemasukan natrium dan
sistem yang bekerja secara serentak : pemberian kalium. Peningkatan kadar kalium menyebabkan
. Pelepasan kortisol berlangsung bergelombang sekresi aldosteron secara langsung danjuga sekunder via
renin. ACTH juga mempunyai pengaruh kecil (minor)
sehingga terjadi kadarplasma maksimal padaj
\ terhadap sekresi aldosteron. Pengaruh lain termasuk
danmenurun perangsangan p-adrenergik dari renin, dan serotonin pada
aldosteron.
dicetuskan-oleh cahaya, melalui hipotalamuS, yang
melepaskan corticotropin releasing faclor (CRF) dan
ACTH dilepaskan hipofisa. TRANSPORSTEROID
Melalui respon terhadap stres mental dap fisis, juga'
melalui CRF danACTH. Respons berlangsung hanya Beberapa hormon steroid, misalnya testosteron dan
beberapa menit dan menghasilkan kortisol serta kortisol, beredar berikatan dengan protein plasma. Kortisol
menyimpannya dalam jumlah yang mampu dalam plasma terdiri dari 3 bentuk '. kortisol bebas, kortisol
meningkatkan kadar kortisol plasma dua kali lipat atau terikat protein, dan metabolit kortisol. Kortisol bebas
lebih sesuai kebutuhan. Sintesis dapat ditingkatkan adalah hormon frsiologik aktif yang tidak terikat protein,
dengan cepat setiap saat sesuai dengan kebutuhan yang dapat bekerja langsung padajaringan. Normal, kurang
melalui jalur ini. dari 5Yo kortisol beredar adalah bentuk bebas. Hanya
Melalui mekanisme umpan-balik dengan pengaturan kortisol tak terikat dan metabolitnya dapat melewati filtrasi
sekresi ACTH oleh kortisol (dan oleh glukokortikoid pada glomerulus. Peningkatan jumlah steroid bebas yang
sintetik), sedangkan produk steroid lain dari korteks diekskresikan dalam urin menunjukkan hipersekresi
adrenal tidak mempunyai efek ini. kortisol, oleh karena fraksi kortisol plasma tak terikat
HORMONSTEROID
2057

meningkat. Kortisol terikat protein berikatan secara kedaan tertentu, seperti gagal jantung, kecepatan inaktivasi
reversibel pada protein plasma yang beredar. Plasma mrmenurun.
mempunyai dua sistem ikatankortisol. Satu adalah afinitas Dai 7 sampai l5olo aldosteron diekskresi dalam urin
tinggi, alpha-2-globulin berkapasitas rendah dinamakan sebagai ikatan glukoronid. Ikatan dengan-asam ini
transcortin atat cortisol binding globulin (CBG), dan berlangsung dalam hati dan ginjal. Pada orang-orang
yang lain adalah afinitas rendah, protein berkapasitas dengan asupan garamrata-rata, ekskresi aldosteron urin
tinggi, olbumin. Afinitas ikatan CBG untuk kortisol 24 jamberadadalam ikatan dengan-asam dalam rentangan
menurun pada daerah inflamasi, sehingga meningkatkan 15-50nmol(5-19 pg).
kadar kortisol bebas lokal. CBG pada manusia normal dapat
mengikat kira-kira 700 nmol kortisol per liter (25 pg/dl). Bila Androgen Adrenal
kadar kortisol total melebihi kadar ini, maka kortisol tidak Androgen utama yang disekresi oleh adrenal adalah
terikat albumin yang beredar lebih besar dari biasa. Contoh, dehidroepiandrosteron (DHEA) dan ester DHEA asam
bila kadar kortisol total 1400 nmol/L ( 50 trtg/ dl),25%adalah sulfur pada C-3. Dari 15 - 30 mg senyawa ini diekskresi
bebas. Kadar CBG meningkat pada keadaan estrogen setiap hari. Androstenedion, p-hidroksiandrostenedion,
1 I
tinggi (mis. kehamilan, pemberian kontrasepsi oral). dan testosteron diekskresi dalam jumlah kecil. DHEA
Peningkatan CBG disertai oleh peningkatan kortisol tak adalah prekursor utama 17-ketosteroid urin. Dua pertiga
terikat protein, mengakibatkan kadar kortisol plasma 17-ketosteroid urin pada laki-laki berasal dari metabolit
meningkat. Bila kadar kortisol bebas bisa tetap normal, adrenal, dan sisanya sepertiga berasal dari androgen
maka manifestasi kelebihan glukokortikoid tidak ada. testis. Pada perempuan, hampir semua l7-ketosteroid urin
Kebanyakan glukokortikoid sintetik analog berikatan berasal dari adrenal.
kurang efisien terhadap CBG (berikatan kira-ktta 7 0 Yo). Ini Steroid berdifusi secara pasif melalui membran sel dan
bisa menerangkan kecenderungan beberapa steroid berikatan dengan reseptor intraselular. Reseptor ini adalah
sintetik analog memberikan efek Cushingoid pada dosis bagian dari faktor-faktor transkripsi pengatur tormasuk
rendah. Metabolit kortisol secara biologik inaktif dan reseptor hormon tiroid. Reseptor glukokortikoid ada dua
berikatan lemah dengan protein plasma beredar. tipe : I dan IL Reseptor tipe I juga merupakan reseptor
mineralokortikoid. Mineralokortikoid tidak berikatan
dengan reseptor tipe II, tetapi hampir semua glukokortikoid
METABOLISME DAN EKSKRESI STEROID berikatan dengan kedua reseptor tersebut, meskipun
dengan afinitas berbeda. Setelah steroid berikatan dengan
reseptor, kompleks steroid reseptor diangkut ke nukleus,
Glukokortikoid
dimana ia berikatan pada tempat khusus pada steroid-
.,Sekresi koktisotharian berkisat antara 40 dan 80 mmol
regulated genes, memodifikasimRNA dan sintesis prorein.
(it d6ii-0 mg) dalam siklus sirkadian. Kortisol' Oleh karena kortisol berikatan dengan reseptor
didistribusikan dalam cairan tubuh, dengan lebih dari 90
mineralokortikoid (reseptor glukokortikoid tipe I) dengan
%o beruda dalam bentuk ikatari protein..Kadar koftitol
afinitas sama seperti aldosteron. Spesifitas mineralokor'
plasma ditentukan oleh kecepdtan sekresi, kedepafan
tikoid dicapai dengan metabolisme kortisol lokal menjadi
inaktivasi,'dan kecepritan ekskresi kortisol bebas' Hati
senyawa kortison tidak-aktif dengan 1 1d-hidroksisteroid
merupakan organ utama yan$ bertarigguhg jawab unt'uk
dehidrogenase. Kortison berikatan hanya minimal pada
inaktivasi steroid. Jalur utama adalah pengurangan cincin
reseptor tipe I. Efek glukokortikoid dari steroid lain, seperti
A dan menghubungkan produ.k yang berkurang cincin ini
progesteron dosis tinggi, berhubungan dengan afinitas
dengan asam glukoronat pada posisi C, membentuk
ikatan dengan reseptor glukokortikoid tipe I. Kerusakan
senyawa larut air. Enzim ll fthydroxysteroid dehydroge-
nase merubahkortisol menjadi kortison, metabolit inaktif
turunan pada reseptor glukokortikoid menyebabkan
di ginjal. Aktivitas enzim ini dipengaruhi oleh kadar hormon
resisten glukokortikoid. Contoh, individu dengan defek
reseptor tipe II mempunyai kadar kortisol tinggi tetapi tidak
tiroid beredar, sehingga reaksi oksidatif ini meningkat pada
hipertiroid. mempunyai manifestasi kortisolisme.

Mineralokortikoid Fisiologi Gl ukokortikoi


Pada orang normal dengan asupan garam noflnal, rata- Pembagian steroid adrenal dalam glukokortikoid dan
rata sekresi harian aldosteron berkisar anlaru0,l dan0,7 mineralokortikoid kurang tepat oleh karena hampir semua
mmol (50 dan 250 pg). Aldosteron berikatan lemah dengan glukokortikoid mempunyai kandungan mineralokortikoid.
protein, volum distribusinya lebih besar dari pada kortisol, Istilah glukokortikoid digunakan untuk steroid adrenal
kira-kira 35 L. Melalui hati, lebih dari 75oh aldosteron yang mempunyai kerja predominan pada metabolisme
beredar diinaktifkan dengan pengurangan cincin A dan antara (intermediary metabolism). Glukokortikoid utama
menghubungkannya dengan asam glukoronat. Pada adalah kortisol (hidrokortison). Efek glukokortikoid pada
2058 MEf,ABOIJKENDOKRIN

metabolisme -antara melalui reseptor glukokortikoid tipe dan sintesis protein. Glukokortikoid menghambat produksi
tr. dan kerja interferon oleh limfosit T dan produksi IL- I dan
Efek fisiologi glukokortikoid termasuk pengaturan IL-6 olehmakrofag.
metabolisme protein, karbohidrat, lemak, dan asam nukleat. Ke{ a antipiretik glukokortikoid bisa diterangkan melalui
Glukokortikoid meningkatkan kadar glukosa darah dengan efeknya pada IL-1, yang menjadi pirogen endogen.
bekerja sebagai antagonis insulin dan dengan menekan Glukokortikoid juga menghambat produksi faktor
sekresi insulin, dengan demikian menghambat ambilan pertumbuhan selT (cell T growthfactoa IL-2) oleh limfosit T.
glukosa perifer, mempromosikan sintesa glukosa hati Glukokortikoid membalikkan Aktivitas makrofag dan
(glukoneogenesis) dan meningkatkan kandungan glikogen melawan kerja migration-inhibitory factor (MIF),
hati. menyebabkan penurunan perlekatan makrofag pada
Kerja pada metabolisme protein terutama adalah efek endotel vaskular. Glukokortikoid menghambat produksi
katabolik, mengakibatkan peningkatan pemecahan protein prostaglandin dan leukotriene dengan menghambat
dan ekskresi nihogen. Bagian besar, keg'a ini menunjukkan aktivitas phospholipase A, menghambat pelepasan
mobilisasi prekursor asam amino glikogenik dari struktur arachidonic acid dan posfolipid. Glukokortikoid
pendukung perifer, seperti tulang, kulit, otot, dan menghambat produksi dan efek inflamasi bradikinin,
jaringan ikat, oleh karena pemecahan protein dan platelet activatingfactor, dan serotonin. Mungkin hanya
pada dosis farmakologikproduksi antibodi berkurang dan
penghambatan sintesis protein dan ambilan asam amino.
membran lisosom distabilkan, mempunyai efek menekan
Hiperaminoasidemia juga memfasilitasi glukoneogenesis
pelepasan acid hydrolase.
dengan merangsang ekskresi glukagon. Glukokortikoid
Kadar kortisol berespon dalam menit terhadap stres,
bekerja secara langsung pada hati untuk merangsang
apakah shes fisik (trauma, pembedahan, latihan fisik), stres
sintesis enzim tertentu, seperti tyrosine aminotransferase
psikologik (kecemasan, depresi), atau stres hsiologik
dan tryptophan pyrrolase. Glukokortikoid menghambat
(hipoglikemiaa, demam). Alasan kenapa peningkatan kadar
sintesis asam nukleat di sebagian besar jaringan tubuh,
glukokortikoid melindirngi organisme terhadap shes belum
tetapi di hati, merangsang sintesis RNA.
dipahami, tetapi pada keadaan defisiensi glukokortikoid,
Glukokortikoid mengatur mobilisasi asam lemak dengan
stres bisa menyebabkan hipotensi, shok, dan kematian.
meningkatkan Aktivitas lipase sel oleh lipid-mobilizing
Konsekwensinya pada individu dengan insufisiensi adre-
hormone (misal katekolamin dan peptida hipofisa).
nal, kebutuhan pemberian glukokortikoid akan meningkat
Kerja kortisol pada protein dan jaringan adiposa
semasa stres.
berbeda pada bagian tubuh berbeda. Contoh, dosis
farmakologik kortisol dapat menurunkan matriks protein
Kortisol mempunyai efek pada air tubuh. Kortisol
membantu mengatur volum cairan ekstraselular dengan
pada kolumna vertebralis (tulang trabekula), tetapi pada
memperlambat perpindahan air kedalam sel dan dengan
tulang panjang (terutama tulang padat) dipengaruhi hanya
mempromosikan ekskresi air kedalam ginjal, efek terakhir
sedikit; hal yang sama, massa jaringan adiposa
ini diantarai dengan penekanan sekresi vasopresin, dengan
menurun, sedangkan lemak abdomen dan interscapular
meningkatkan kecepatan filtrasi glomerulus, dan dengan
bertambah.
kerja langsung pada tubulus ginjal. Konsekwensinya
Glukokortikoid mempunyai kandungan anti-infl amasi,
adalah mencegah intoksikasi air dengan meningkatkan
yang berkaitan dengan efek pada mikrovaskulatur dan
bersihan air bebas solut. Glukokortikoid juga mempunyai
menekan sitokin inflamasi. Dalam hal ini, glukokortikoid
memodulasi respon imun via immune adrenal axis. Loop
sifat mineralokortikoid lemah, dan dalam dosis tinggi
mempromosikan reabsorpsi natrium tubulus ginjal dan
ini adalah salah satu mekanisme dimana stres, seperti
meningkatkan ekskresi kalium urin. Glukokortikoid dapat
sepsis, meningkatkan sekresi hormon adrenal, dan
juga mempengaruhi perilaku, gangguan emosi yang bisa
peningkatan kadar kortisol menekan respon imun. Contoh,
terjadi pada kelebihan atau kekurangan kortisol. Kortisol
kortisol mempertahankan respon vaskular terhadap
menekan sekresi POMC hipofisa dan peptida turunarmya
vasokonstriktor yang beredar dan melawan peningkatan
(ACTH, B-endorphin, dan p-lipotropin) dan sekresi CRH
permeabilitas kapiler selama inflamasi akut. Glukokortikoid
hipotalamus dan vasopresin.
menyebabkan lekositosis oleh karena sumsum tulang
melepaskan sel-sel matang (dewasa) dan menghambat jalan
keluarnya melalui dinding kapiler. Glukokortikoid Fisiologi Mineralokortikoid
mengakibatkan penurunan eosinofil yang beredar dan dari Mineralokortikoid mempunyai dua kerja penting : regula-
jaringan limfoid, terutama sel I menyebabkan redistribusi tor utama cairan ekstaselular dan metabolisme kalium. Efek
dari sirkulasi kedalam kompartmen lain. Kortisol ini diperantarai ikatan aldosteron dengan reseptor
menghambat cell-mediated immunity. Glukokortikoid juga glukokortikoid (mineralokortikoid) tipe I di jaringan target.
menghambat produksi dan ke{a mediator inflamasi, seperti Volum cairan diatur melalui efek langsungpada collecting
limfokin dan prostaglandin. Kerja ini terjadi via reseptor tubule, dimana aldosteron menyebabkan penurunan
glukokortikoid tipe II dan dihambat oleh inhibitor RNA ekskresi natrium dan peningkatan ekskresi kalium.
HORMONSTEROID
2059

Reabsorpsi ion natrium menyebabkan penurunan potensial Asupan kalium dan natrium diet sebelumnya
transmembran, peningkatan aliran ion positif, seperti dapat merubah besarnya respon aldosteron terhadap
kalium, keluar dari sel kedalam lumen. Ion natrium yang perangsangan akut. Efek ini akibat dari perubahan
direabsorbsi diangkut keluar epitel tubulus dikirim kedalam pada sintesis aldosteron. Peningkatan asupan kalium
cairan interstisiel ginjal dan dari sana kedalam sirkulasi atau penurunan asupan natrium mensensitifkan respon
kapiler ginjal. Air secara pasif mengikuti pengangkutan sel-sel glomerulus terhadap perangsangan akut oleh
natrium. ACTH, angiotensin II, dan/atau kalium. Pengaturan
Kadar ion hidrogen lebih besar dalam lumen dari pada sekresi aldosteron terjadi awal dan akhir pada synthetic
dalam sel, ion hidrogen juga disekresi secara aktif. pathway.
Mineralokortikoid juga beke{a pada epitel saluran kelenjar Neurotransmitter (dopamin dan serotonin)
ludah, kelenjar keringat, dan saluran gastrointestinal dan beberapa peptida, seperti atrial nahiuretic peptide,
menyebabkan reabsorpsi natrium sebagai pertukaran y-melanocyte-stimulating hormone (y-MSH), dan
dengankalium. B-endorphin, juga ikut berperan dalam pengaturan
Bila individu normal diberikan aldosteron, pada periode sekresi aldosteron. Kontrol sekresi aldosteron melibatkan
awal retensi natrium diikuti dengan natriuresis, dan faktor-faktor perangsangan dan penghambatan.
keseimbangan natrium dikembalikan setelah 3-5 hari.
Sebagai akibabrya, oedema tidak muncul. Proses ini dirujuk Fisiologi Androgen
sebagai escape phenomenon, menandai escape dati Androgen mengatur penanda seks sekunder laki-laki dan
sodium-retaining action dari aldosteron pada tubulus dapat menyebabkan simtom kelaki-lakian (virilizing) pada
renalis. Faktor hemodinamik ginjal memegang peranan perempuan. Steroid dengan predominan aktivitas
pada escape, tetapi kadar atrial natriuretic peptide }uga androgenik mempunyai 19 atom karbon. Androgen
meningkat. Penting untuk diingat bahwa tidak ada escape adrenal utama adalah DHEA (dehidroepiandrosteron)'
dari p o t as s ium - I o s in g effe c t dari mineralokortikoid. androstenedion, dan 1 I -hidroksiandrostenedion, DHEA
Aldosteron dapat juga berinteraksi dengan reseptor dan androstenedion adalah androgen lemah dan
permukaan sel, mungkin bekerja dengan mekanisme meningkatkan efeknya via konversi menjadi testosteron
nongenomik. androgen poten di jaringan ekstraglandular. DHEA juga
Tiga mekanisme kontrol utama pelepasan mempunyai efek yang belum jelas pada sistem imun dan
aldosteronT+s is tem r enin-angiotens in, kalium, dar. ACTH. kardiovaSkular. Pembentukan androgen adrenal diahr oleh
Sistem renin-angiotensin mengontrol volum cairan ACTH, bukan oleh gonadotropin. Androgen adrenal
ekstraselular via pengaturan sekresi aldosteron. tertekan dengan pemberian glukokortikoid eksogen.
Sistem renin-angiotensin mempertahankan volum
darah yang beredar tetap konstan dengan meningkatkan
retensi natrium diinduksi-aldosteron (aldosterone-
EVALUASI LABORATORIUM FUNGSI KORTEKS
induced sodium retention) selama kekurangan cairan
ADRENAL
dan dengan mengurangi retensi natrium tergantung-
aldosteron (aldosterone-dependent sodium retention)
Penilaian dasar adalah pengukuran kadar steroid plasma
bila volume cairan besar.
atau urin yang diberikan menggambarkan kecepatan
Ion kalium secara langsung mengatur sekresi
sekresi steroid adrenal. Nilai ekskresi steroid urin bisa tidak
aldosteron, secara independen melalui renin-angiotensin
menggambarkan angka sekresi yang sebenarnya oleh
yang beredar. Kalium merangsang produksi angiotensin
karena pengumpulan urin yang tidak benar atau perubahan
II adrenal, sedangkan converting-enzyme inhibitor
metabolisme. Pengukuran angka sekresi yang sebenamya
menghambat sintesis angiotensin II dan mengurangi
dari steroid yang diberikan sulit, melibatkan tehnik
respon akut aldosteron terhadap kalium. Pemberian
pengenceran isotop setelah pemberian steroid radioaktif'
.kalium oral meningkatkan sekresi, ekskresi, dan kadar
Kadar plasma menggambarkan kadar sekresi hanya pada
aldosteron plasma. Peningkatan kalium serum sedikit saja
waktu pengukuran. Kadar plasma (plasma level, PL)
0,1 mmoVl meningkatkan kadar aldosteron plasma pada
bergantung pada dua faktor : secretion rale (SR) hormon
keadaan tertentu.
dan rate hormon yang dimetabolisme, misalnya Meta-
Jumlah fisiologik ACTH merangsang sekresi aldosteron
bolic Cleqrance Rate (MCR) steroid. Ketiga faktor ini
secara akut, tetapi kerja ini tidak terjadi jikaACTH diinfuskan :
dapat dikaitkan sebagai berikut : SR MCR x PL
lebih lama dari 10-12 jam. Banyak studi mengabaikanAcTH
oleh karena peranannya kecil pada pengaturan aldosteron.
Contoh, subj ek menerima dosis tinggi terapi glukokortikoid Kadar Dalam Darah
dan dengan perkiraan tet'adi penekanan sempuma ACTH, Kadar ACTH plasma dapat diukur dengan immunoassay
tetapi mempunyai sekresi aldosteron normal sebagai respons techniques. Kadar ACTH berfluktuasi dari saat ke saat,
terhadap pembatasan natrium. dan sekresi ACTH basal menunjukkan ritme sirkadian,
2060 MEIABOLIKENT'OKRIN

dengan kadar lebih rendah pada sore hari dari padapagi L (10 dan a9 pgldl). Pasien dengan insufisiensi adrenal
hari. Kadar angiotensin II juga bervariasi pada siang hari primer mempunyai respon lebih kecil.
dan dipengaruhi oleh asupan natrium makanan dan sikap Tes skrining (disebut tes stimulasi ACTH cepat)
tubuh. Sikap berdiri dan pembatasan natrium meningkatkan memberikan 25 unit (0,25 mg) cosytropin intravena atau
kadar angiotensin II. intramuskular dan pengukuran kadar kortisol plasma
Kebanyakan peneatuan klinik sistem renin-angiotensin sebelum, 30 dan 60 menit setelah pemberian. Tes dapat
melibatkan pengukuran peripheral aktivitas renin plasma dilalcukan setiap saat sepanjang hari. Kriteria batas untuk
Qtlasma renin activity,PRA) dimana aktivitas renin diukur respon nonnal adalah kadar kortisol yang dirangsang >500
dengan pembentukan angiotensin selama periode inkubasi nmoVl (> 18 pgldl), dan peningkatan kortisol normal
yang standar. Metode ini bergantung pada kecukupan minimal yang dirangsang adalah >200 nmoL (>71tg/dL) di
angiotensinogen dalam plasma sebagai substrat. atas batas dasar. Pasien-pasien sakit berat dengan
Pembentukan angiotensin I diukur dengan radioimmu- peningkatan kadar kortisol basal bisa menunjukkan tidak
noassay. Aktivitas renin plasma bergantung pada asupan ada peningkatan setelah pemberian ACTH akut.
natrium makanan dan pada apakah pasien bet'alan. pada Tes Cadangan Mineralokortikoid dan Stimualsi
manusianormal, PRA menunjukkan diurnal ryttrm ditandai Sistem Renin-Angiotensin Tes stimulasi menggunakan
dengan nilai puncak pada pagi hari dan aktivitas menurun protokol yang dirancang untuk menentukan pengurangan
pada sore hari. cairan, seperti pembatasan natrium, pemberian diuretilq
atau posisi berdiri. Tes sederhana dan poten terdiri dari
Kadar Dalam Urin pembatasan berat nakium dan posisi berdiri. Setelah 3-5
Untuk penilaian sekresi glukokortikoid, pemeriksaan hari asupan natrium l0 mmol,/hari, kecepatan sekresi atau
I 7-hidroksikortikosteroid urin harus menjadi perhatian ekskresi aldosteron akan meningkat 2-3 kali dari nilai
dengan mengukur kortisol bebas urin. peningkatan kadar kontrol. Kadar aldosteron plasma pagi hari pada posisi
kortisol bebas urin berkaitan dengan hiperkortisolisme, berbaring biasanya meningkat 3-6 kali, danmeningkat2-4
menggambarkan perubahan pada kadar tidak terikat, kali sebagai respon terhadap posisi berdiri selama 2-3 hari.
secara fisiologi kortisol beredar aktif. Normal, angka Bila masukan natrium diet normal, tes stimulasi
ekskresi adalah lebih tinggi pada siang hari (07.00 19.00) memerlukan pemberian diuretik poten, seperti 40-80 mg
- fwosemid, diikuti oleh 2-3 hari sikap berdiri. Respon
dari pada malam hari (19.00 - 07.00).
l7-ketosteroid urin mengandung gugus keton pada normal adalah2-4kali meningkat kadar aldosteron plasma.
C- I 7. Mereka berasal dari kelenjar adrenal atau gonad. pada
perempuan normal, 90%o dari l7-ketosteroid urin berasal
Tes Supresi
dari adrenal, dan pada laki-laki 6\-70%berasal dari adre-
Tes supresi untuk menentukan hipersekresi hormon
nal. Nilai 17-ketosteroid urin tertinggi pada dewasa muda
adrenal melibatkan pemeriksaan respons hormon target
dan menurun dengan bertambah usia.
setelah supresi standar hormon tropiknya.
Pengumpulan urin menjadi prasyarat untuk semua
Test supresibilitas pituitari adrenal mekanisme
pemeriksaan nilai ekskresi. Kreatinin urin harus diukur
pelepasan ACTH sensitif terhadap kadar glukokortikoid
secara bersamaan untuk menentukan ketepatan dan
yang beredar. Bila kadar glukokortikoid darah meningkat
adekwat prosedur pengumpulan.
pada orang normal, berkurang ACTH dilepaskan dari
hipofisis anterior, dan berkurang steroid dihasilkan oleh
Tes Stimulasi kelenjar adrenal. Integritas mekanisme umpan-batik ini
Tes stimulasi digunakan untuk diagnosis defisiensi dapat diuji secara klinik dengan memberikan glukokortikoid
hormon. Dilakukan stimulus standar dan spesifik untuk dan menentukan supresi sekresi ACTH dengan analisa
produksi dan pelepasan hormon yang diberikan, dan kadar steroid urin dan/atau kadar kortisol dan ACTH
jumlah hormon yang dilepaskan kemudian diukur. plasma. Digunakan glukokortikoid poten seperti
Tes cadangan glukokortikoid Dalam hitungan menit deksametason, obat tersebut dapat diberikan dalam jumlah
setelah pemberian ACTH, kadar kortisol meningkat dalam cukup kecil yang tidak mempengaruhi secara bermakna
darah vena adrenal. Kemampuan reaksi ini dapat terhadap pol steroid untuk dianalisa.
digunakan sebagai indeks fungsi cadangan kelenjar adre- Prosedur skrining terbaik adalah tes supresi
nal untuk memproduksi kortisol. Pada stimulasi ACTH deksametason tengah malam. Ini melibatkan pengukuran
maksirnal, sekresi kortisol meningkat l0 kali, menjadi 800 kadar kortisol plasma pada pukul 08.00 setelah pemberian
pmoVhari (300 mg/hari), tetapi stimulasi maksimal dapat 1 mg deksametason pada tengah malam sebelumnya. Nilai
dicapai hanya dengan infus ACTH yang lama. Contoh, kortisol plsama padapukul08.00 pada orang normal kurang
pada orang normal, kadar kortisol melebihi 1100 nmoUl dari 140 nmol/L (5 trgldl.).
(a0 pgldL) setelah infus cosyntropin 24 jam dengan Tes definitif supresibilitas adrenal terdiri dari pemberian
kecepatan 0,02 mgljamberlctsar antara 280 dan I 100 nmoV 0,5 mg deksametason setiap 6 jam selama dua hari berturut-
HORMONSTEROID
2061

turut sementara dilakukan pengumpulan urin selama 24 REFERENSI


jam untuk penentuan kadar kreatinin dan kortisol bebas
Andrew R. Clinical measurement of steroid metabolism. Best Oract
dan/atat mengukur kadar kortisol plasma. Pada pasien
Rs Clin Endocrinoi Metab 2001; 15: 1.
dengan normal hypothalamic-pituitary ACTH releases
Aron DC, Findling JW, Tyrrell JB. Glucocorticoids & Adrenal
mechanism, penurunan kortisol bebas urin menjadi kurang Androgens, in Basic & Clinical Endocrinology edit. by. FS
dari 80 nmol/hari (30 pglhari) atau kortisol plasma kurang Greenspan, DG Gardner. Lange Medical Books/ McGraw-Hill,
dari 140 nmol/L (5 pgldl,) dijumpai pada hari kedua ed. 7'h 2004, p. 362-413.
pemberian. Belchetz P, Hammond P : Adrenal Disorders in Mosby's Color Atlas
Respons normal terhadap tes supresi menyiratkan and Text of Diabetes and Endocrinology. Mosby, 2003' p' 265'
Christenson LK, Straus JF 3rd: Steroidogenic acute regulatory pro-
bahwa kontrol ACTH terhadap kelenjar adrenal secara
tein: an update on its regulation and mechanism of action' Arch
fisiologik normal.
Med Res 2001;32: 576.
Tes supresibilitas mineralokortikoid Tes ini Fletcher RF: Lecture Notes on Endocrinology, 2"d ed' Blackwell
bergantung pada ekspansi volume cairan ekstraselular, Scientific Publications 1978, p. 121-145.
yang akan mengakibatkan penurunan pelepasan renin Kraan GP et al: The daily cortisol production reinvestigated in
ginjal, penurunan aktivitas renin plasma yang beredar, dan healthy men. The serum and urinary cortisol production rates
penurunan sekresi dan/atat ekskresi aldosteron. Satu tes are nor significantly different. J Clin Endocrinol Metab 1998;
supresi melibatkan infus intravena larutan salin normal 83: 124'7.
jam, normal menekan kadar aldosteron Miller WL, Tyller JB: The adrenal cortex. In: Endocrinology and
500 mVjam selama 4
LA (editors)'
Metabolism, 4'h ed. Felig P , Baxter JD, Frohman
plasma menja di < 220 pmoVl (.4 ngldl) pada diet terbatas McGraw-Hill, 2002.
natrium atau menjadi < 140 pmol/L (< Sng/dl,) pada asupan Tomlinson JW, Stewart PM: Cortisol metabolism and the role of
natrium normal. Tes tidak dilalcukan pada pasien dengan 11d-hydroxysteroid dehydrogenase. Best Prac Res Clin
kaliummenurun. Endcrinol Metab 2001; 15:61.
Turner HE, Wass JAH : Oxford Handbook of Endocringlogy and
Diabetes. Oxford University Press, 2002. p. 158,261'
William GH, Dluhy RG : Disease of the Adrenal Cortex, in Harrison's
Principles of InternalMedicine, edit. by Fauci, Braunwald
Isselbacher et al,vol. II, ed. 14tt. p.2035-2056.
320
HIPERKORTISOLISME
Sjafii Piliang, Chairul Bahri

Kortisol plasma berlebihan (hiperkortisolisme) Konsekuensinya akan membutuhkan kadar kortisol lebih
menyebabkan suatu keadaan yang dikenal sebagai sindrom rr[i:Eta.'!s:r@l:
Cushing, di mana aldosteron berlebihan menyebabkan erstimulasi hipofisis,
aldosteronisme, dar. androgen adrenal berlebihan mengakib atkan hiperplas ia atat pemb entukan tumor.
menyebabkan virilisme adremal . Sindrom-sindrom ini tidak Pada waktu ini tumor hipofisis bisa menjadi independen
selalu dijumpai dalam bentuk "murni" tetapi bisa dari pengaruh pengaturan sistem saraf pusat danlatau
mempunyai gambaran tumpang tindih. kadar kortisol yang beredar. Pada serangkaian
pembedahan, kebanyakan individu dengan hipersekresi
ACTH hipofisis menderita adenoma (diameter < 10 mm;
ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI 50 %o adalah 5 mm atau kurang), tetapi bisa dijumpai
makroadenoma (>10 mm) atau hiperplasia difusa sel-sel
Cushing melukiskan suatu sindrom yang ditandai kortikotropik. Dengan ditemukan mikroadenoma pada
dengan obesitas badan (truncal obesity), hipertensi, hiperplasia adrenal tergantung hipofisis tidak
mudah lelah kelemahan, amenorea, hirsutisme, striae menyingkirkan disregulasi CRH hipotalamus sebagai
abdomen berwarna ungu, edema, glukosuria.a, defek pada penyakit C u s h i n g. P ada pengam atan j angka
osteoporosis, dan tumor basofilik hipofisis. Sindrom ini lama menunjukkan kecepatan kekambuhan setelah
kemudian dinamakan sindrom Cushing. Siirdrom dapat reseksi pembedahan yang berhasil perlu menjadi
diklasifikasikan seperti tertera pada Tabel 1. Tanpa perhatian. Pada beberapa studi, angka kekambuhan
mempertimbangkan etiologi, semua kasus sindrom adalah lebih besar dari 20 %. Mungkin sulit untuk
Cushing endogen disebabkan oleh peningkatan membedakan antara kekambuhan dengan terapi yang
adrenaf.
produksi':1i.91!_i99!.oleh asus tidak adekwat. Hanya individu yang mempunyai
penyebabnya adalah hiperplasi oleh tumor hipofisis yang menghasilkan ACTH dipastikan
kdip.na hipcrsgki.esi AQTH hibofi sii. atrif r,tq dutii-i-4QTlt_ sebagai penyakit Cushing, tetapi pada beberapa sentra
olgh endokrin. Insiden hiperplasia hipofisis tujuan ini digunakan untuk seseorang yang menderita
adre 1ie" ke]i lebih besai pada waniia diri. hipersekresi ACTH hipofisis, tanpa mempertimbangkan
apakah tumor dikenali secara radiografi.
Tumor nonendokrin bisa mensekresi polipeptida yang
secara biologik, kimiawi, dan imunologik tak dapat
dibedakan dari ACTH dan CRH dan menyebabkan
hiperplasia adrenal bilateral. Produksi CRH ektopik
mengakibatkan, secara biokimia dan gambaran radiologis,
tak dapat dibedakan dari yang disebabkan _oleh
hipersekresi ACTH hipofisis. Tanda-tanda dan simtom khas
pada pusat- dari sindrom Cushing bisa tidak dijumpai atau minimal
pblepdsan do dengan produksi ACTH ektopik, dan alkalosis hipokalemik
tidak sesria merupakan manifestasi yang predominan. Kebanyakan

2062
HIPERKORTISOIJSME
2063

GEJAIA KLINIK DAN GAMBARAN LABORATORIUM

PenyebabSindrom Cushing Banyak tanda-tanda dan simtom sindrom Cushing


menyertai kerja glukokortikoid (Gambar 2). Mobilisasi
Hiperplasia Adrenal
Sekunder terhadap kelebihan produksi ACTH hipofisa
jaringan ikat suportif perifer menyebabkan kelemahan
Disfungsi hipotalamik-hipofisa otot dan kelelahan; osteoporosis, striae kulit, dan
Mikro dan makroadenoma yang menghasilkan ACTH mudah berdarah bawah kulit. Osteoporosis bisa
hipofisa
Sekunder terhadap tumor nonendokrin yang
menyebabkan kolaps korpus vertebra dan tulang lain.
menghasilkan ACTH atau CRH Peningkatan glukoneogenesis hati dan resistensi
(karsinoma bronkhogenik, karsinoid thimus, karsinoma insulin dapat menyebabkan gangguan toleransi glukosa.
pankreas, adenoma bronkhus)
Diabetes melitus klinis dijumpai pada kita-kia 20 Yo
Hiperplasia noduler adrenal
Neoplasia adrenal pasien, yang mungkin bersifat individu dengan
Adenoma predisposisi diabetes. $iperkortisolisme mendorong
Karsinoma penumpukan jaringan adiposa pada tempat-tempat
Penyebab eksogen, iatrogenik
Penggunaan glukokortikoid jangka lamd tertentu, khususnya di wajah bagian atas
Penggunaan ACTH jangka lama (menyeb abk an m o' o n fa e), daerah arrtar a kedua tulang
c

belikat (buffalo hump) dan mesenterik (obesitas


badan). Jarang, tumor lemak episternal dan pelebaran
dari kasus ini berkaitan dengan primitive small cell (oat mediastinum sekunder terhadap penumpukan lemak.
cell) tipe dari karsinoma bronkogenik atau tumor timus, Alasan untuk distribusi yang aneh jaringan adiposa
pankreas, atau ovarium, karsinoma medula tiroid; atau ini belum diketahui, tetapi berhubungan dengan
adenoma bronkus. Timbulnya sindrom Cushing bisa resistensi insulin danlalau peningkatan kadar insulin.
mendadak, terutama pada pasien-pasien dengan karsinoma Wajah tampak pletorik, tanpa disertai peningkatan
paru, pasien tidak memperlihatkan manifestasi klinik. kadar sel darah merah. Hipertensi sering terjadi dan
Sebaliknya pasien dengan tumor karsinoid atau bisa dijumpai perubahan emosional, mudah
feokromositoma mempunyai perjalanan klinis yang lebih tersinggung dan emosi labil sampai depresi berat,
lama dan biasanya menunjukkan gambaran cushingoid bingung, atau psikosis. Pada wanit'a, peningkatan
tipikal. Sekresi ACTH oleh tumor-tumor nonendokrin kadar androgen
juga disertai oleh penumpukan fragmen ACTH dalam hirsutiildin- oli
plasma dan peningkatan kadar molekul prekursor ACTH tanda-tanda d
plasma. Tumor-tumor ini bisa memproduksi jumlah hiperkortisolisme, misalnya obesitas, hipertensi, os-
besar ACTH, steroid biasanya jelas meningkat, dan bisa teoporosis, dan diabetes, adalah nonspesifik dan
dijumpai pigmentasi kulit. Hiperpigmentasi pada pasien karena itu kurang membantu dalam mendiagnosis
dengan sindrom Cushing hampir selalu menunjukkan hiperkortisolisme. Sebaliknya, tanda-tanda mudah
tumor ekstra adrenal, di luar kranium atau dalam berdarah, striae yang khas, miopati dan virilisasi
kanium. (meskipun kurang sering) adalah lebih sugestif sindrom
Kira-kira 20-25 % pasien dengan sindrom Cushing Cushing.
menderita neoplasma adrenal. Tumor ini biasanya Kecuali pada sindrom Cushing iatrogenik,
unilateral dan kira-kira setengahnya adalah ganas kadar kortisol plasma dan urin meningkat' Kadang-kadang
(maligna). Kadang-kadang pasien mempunyai gambaran hipokalemia, hipokloremia, dan alkalosis metabolik
biokimia hiperselaesi ACTH hipofisis. Individu ini biasanya dijumpai, terutama dengan produksi ACTH ektopik.
mempunyai mikro atau makronodular kedua kelenjar
adrenal mengakibatkan hiperplasia nodular. Dua bentuk
spesifik menyebabkan hiperplasia nodular: penyakit
autoimun familial pada anak-anak atau dewasa muda Tanda klinik Yo

(disebut displasia korteks multinodular berpigmen) dan Tipikal habitus 97


hipersensitifitas terhadap gas tric inhib itory p olypeptide, Berat badan bertambah 94
Lemah dan lelah 87
mungkin sekunder terhadap peningkatan ekspresi reseptor 82
Hipertensi (TD >150/90 mmHg)
untuk peptida di korteks adrenal. Hirsutisme 80
Penyebab terbanyak sindrom Cushing adalah Amenore 77
Striae kutan 67
iatrogenik pemberian steroid eksogen dengan berbagai 66
.Perubahan personal
alasan. Sementara gambaran klinik mirip dengan yang Ekimosis 65
dijumpai pada tumor adrenal, pasien-pasien ini biasanya Edema 62
Poliuria, polidipsia 23
dapat dibedakan didasarkan pada riwayat dan pemeriksaan 19
Hipertrofi klitoris
laboratium.
2064
MEIABOLIKENDOIRIN

DIAGNOSIS yang ada nntuk membedakan sindrom Cushing ringan dai


sindrom psetdo-Cushing adalah penggunaan tes supresi
Problem diagnostik utama adalah membedakan pasien deksametason diikuti oleh stimulas i corticotropin-releas-
dengan sindrom Cushing ringan dari hiperkortisolisme ing hormone CRH.
fisiologik ringan yang disebut sebagai sindrom pseudo- Diagnosis sindrom Cushing bergantung pada kadar
Cushing. Termasuk didalamnya fase depresi gangguan produksi kortisol dan kegagalan menekan sekresi kortisol
afektif, alkoholisme, penghentian dari instoksikasi alkohol, secara nornal bila diberikan deksametason. Sekali diag-
atau gangguan makan seperti anoreksia dan bulimia nosis ditegakkan, selanjutnya pemeriksaan dirancang
neryosa. Keadaan ini bisa mempunyai gambaran sindrom untuk menentukan etiologi (Gambar 1, Thbel3 danThbel4).
Cushing, termasuk peninggian kortisol bebas urin, Untuk skrining awal dilakukan tes supresi
termasuk gangguan gambaran sekresi kortisol deksametason tengah malam. Pada kasus sulit (mis. pada
diurnal, dan gangguan supresi kortisol setelah tes supresi pasien obes), pengukuran kortisol bebas urin 24 jamjuga
deksametason tengah malam. Meskipun pemeriksaan fisik bisa digunakan sebagai tes skrining. Bila kadar kortisol
bisa memberikan tanda spesifik untuk diagnosa yang tepat, bebas urin lebih tinggi dai 27 5 nmol/dl ( I 00 pgldl) adalah
konfirmasi biokimia bisajadi mengalami kesulitan dan bisa sugestif sindrom Cushing. Diagnosis defrnitif ditetapkan
membutuhkan pemeriksaan ulang. Studi paling defrnitif bila gagal menurunkan kortisol urin menuju ke < 80 nmoU

Tanda Klinik
Osteoporosis
Diabetes melitus
Hipertensi diastolik
Adipositas sentral
Hirsutisme dan amenorea

Tes skrining
Kortisol plasma pada jam 08.00 > 140 nmol/L
(59/dL) setelah 1 mg deksametason
pada tengah malam; kortisol bebas urin
> 275 nmol/L (100 pgihari)

Tes supresi deksametason


Respon kortisol pada hari ke-2
menjadi 0,5 mg per 6 jam

Respon kortisol pada hari ke-2 supresi


deksametason (2 mg per 6 jam)

Supresi Tidak ada respon


Hiperplasia adrenal - Hiperplasia adrenal
sekunder terhadap sekresi sekunder terhadap tumor
ACTH hipofisis yang menghasilkan ACTH
- Neoplasia adrenal

ACTH tinggi
Hiperplasia adrenal sekunder
terhadap tumor yang menghasilkan
ACTH
Pencitraan piiuitari darvatau pengambilan
sampel darah vena yang selektif

Positif Normal-rendah (< 3 cm)


Adenoma hipofisis Adenoma adrenal

Gambar 1. alur diagnostik untuk mengevaluasi pasien tersangka menderita sindrom cushing
HIPERKORTISOLISME 2065

Disfungsi
AGTH ektooik
Makroadeno hipotalamik
& Produksi ;JrHj,
ma Primer pituitari &
Mikroadenoma
Kadar ACTH plasma I sampar I I N sampai 'f lsamparlll
% yang respon
terhadap <10 <10 <10
95
deksametason
dosis tinggi
% yang respon >90 >90 <10 <10
terhadap CRH
* Disfungsi hipotalamik-pituitari

mensekresi ACTH atau tumor nonendokrin yang


menghasilkanACTH dan pada pasien dengan neoplasma
Tergantung ACTH
Adenoma hipofisis adrenal.
Neoplasma non-hipofisis (ACTH ektopik) Kadar ACTH plasma dapat digunakan untuk
Tak Tergantung ACTH membedakan berbagai penyebab sindrom Cushing,
latrogenik (glukokortikoid, megestrel asetat) terutama untuk memisahkan penyebab tergantung-ACTH
Neoplasma adrenal
dari tak tergantung-ACTH. Pada umumnya, pemeriksaan
Hiperplasia nodular adrenal
Primary pigmented nodular adrenal disease ACTH plasma digunakan pada diagnosis etiologi sindrom
Massive macronodular adenmonodular hyperplasia Cus hing tak-tergantung-ACTH, sedangkan keQa.nyakan
Food-dependent (GlP-mediated)
tumor adrenal menyebabkan kadar ACTH rendah atau tidak
Factitious
terdeteksi. Makroadenoma hipofisis yang mensekresi
ACTH dan tumor-tumor nonendokrin yang menghasilkan
dl (30 pgldl) atau kortisol plasma turun ke <140 nmoUl (5 ACTH biasanya mengakibatkan peningkatan kadar ACTH.
pgldl) setelah tes supresi deksametason dosis-rendah Pada sindrom ACTH ektopik, kadar ACTH bisa jadi
standar (0,5 mg setiap 6 jam selama 48 jam). meningkat di atas 110 pmol/L (500 pglml), dan pada
Penentuan etiologi sindrom Cushing diperumit dengan kebanyakan pasien kadar ACTH berada di atas 40 pmol,4l-
semua tes yang tersedia oleh karena tidak spesifrk dan (200 pglmL). Pada sindrom Cushing sebagai akibat
tumor-tumor yang menyebabkan sindrom Cushing mikroadenoma atau disfungsi hopotalamik pituitari, kadar
cenderung spontan dan sering menyebabkan perubahan ACTH berkisar dari 6-30 pmol/L (30-150 pglmL)
dramatik sekresi hormon (hormogenesis periodik). Tidak [normal < 14 pmol/L (< 60 pglml.)], dengan setengah kasus
ada tes yang mempunyai spesifitas lebih besar dari95 %o, nilai berada dalam rentangan normal. Problem utama
dan mungkin perlu menggunakan kombinasi tes untuk dengan menggunakan kadar ACTH pada diagnosis
mencapai diagnosis yang tepat. Langkah yang digunakan banding sindrom Cushing adalahkadar ACTH bisa sama
untuk membedakan pasien dengan ACTH- dengan individu-individu dengan disfungsi hipothalamik-
secreting pituitary microadenoma alau hypothalamic- hipofisis, mikroadenoma hipofi sis, produksi CRH ektopik,
pituitary dysfunction dengan bentuk sindrom Cushing dan produksi ACTH dari tumor nonendokrin (terutama
yang lain adalah dengan menentukan respon pengeluaran tumor karsinoid).
kortisol terhadap pemberian deksametason dosis Beberapa pemeriksaan tambahan dianjurkan, seperti
tinggi (2 me setiap 6 jam selama 2 hari). Bila tes infus metirapon dan CRH. Rasional yang mendasari
diagnosis sindrom Cushing tersingkirkan dengan tes ini adalah hipersekresi steroid oleh tumor adrenal atau
pemeriksaan kortisol basal urin dan plasma, bisa produksiACTH ektopik akan menekan aksis hipotalamik-
digunakan tes supresi deksametason dosis tinggi tanpa pituitari sehingga penghambatan pelepasan ACTH
didahului tes supresi dosis rendah. Tes supresi dosis tinggi hipofisis. Kebanyakan pasien dengan disfungsi
mendekati spesifitas 100 % jika kriteria yang digunakan hipotalamik-pituitari dan/atau mikroadenoma mengalami
adalah supresi kortisol bebas urin lebih besar dari 90 %o. peningkatan sekresi steroid atau ACTH sebagai respon
Kadang-kadan g pada individu dengan hiperplasia nodul terhadap pemberian metirapon atau CRH, sedangkan
bilateral dan/atau produksi CRH ektopik, pengeluaran pasien dengan tumor yang memproduksi ACTH ektopik
steroid juga tertekan. Pemberian deksametason dosis tidak. Kebanyakan mikroadenoma hipofisis juga berespon
tinggi dan rendah untuk menekan produksi kortisol terhadap CRH, sedangkan responnya terhadap metirapon
mengalami kegagalanpada pasien dengan hiperplasia ad- bervariasi. Penggunaan tes infus CRH tidak memastikan
renal sekunder terhadap mikroadenoma hipofisis yang karena jumlah penelitian yang telah dilakukan terbatas dan
2066 MEIABOIJKENDOKRIN

CRH tidak tersedia. Tes CRH positif-palsu dan negatif- DIAGNOSIS BANDING
palsu dapat terjadi pada pasien-pasien dengan tumor
nonendokrin dan hipofi sis. Diagnosis banding sindrom Cushing biasanya amat sulit
Dilema diagnostik utama pada sindrom Cushing adalah dan harus selalu dilakukan konsultasi dengan
untuk membedakan disfungsi hipofisis dan/atau aksis endokrinologi. Problem dalam menegakkan diagnosis
hipotalamik-pituitari dari tumor (mis. karsinoid atau sindro
feokromositoma) yang menghasilkan CRH danlatauACTH kronik
ektopik. Manifestasi klinik adalah sama kecuali tumor amat s
ektopik menghasilkan gejala lain seperti diare dan pula, dbngan kegemukan eksogen, sering dijumpai
flushing daritumor karsinoid atau hipertensi episodik dari adipositas, bukan adipositas trunkal. Pada pemeriksaan
feokromositoma. Kadang-kadang seseorang dapat adrenokortikal, kelainan'pada pasien-pasien dengan
membedakan antara produksi ACTH ektopik dari ACTH kegemukan eksogen biasanya tidak menunjukkan kelainan.
hipofrsis dengan menggunakan tes metirapon atau CRH, Kadar steroid urin basal pada pasien obes juga normal
seperti diutarakan di atas. Pada keadaan rni, computed atau sedikit meninggi. Beberapa pasien mengalami
tomography (CT) kelenjar hipofisis biasanya normal. peningkatan konversi kortisol yang disekresi menjadi
Magnetic resonance imaging (MRI) dengan metabolit yang dikeluarkan. Kadar kortisol urin dan darah
meningkatkan obat gadolinium bisa jadi lebih baik dari CT biasanya normal, dan gambaran diurnal pada kadar
untuk maksud ini tetapi mikroadenoma hipofisis steroid urin dan darah normal
menunjukkan hanya setengah pasien dengan sindrom Pasien dengan alhoholisme kronik dan depresi
Cushing. Pada orang dengan imaging negatif, pada mempunyai kelainan yang sama pada keluaran steroid:
beberapa sentra dilakukan pengambilan sampel darah vena peningkatan sedairg kortisol urin, tidak ada irama
untuk pemeriksaan ACTH. Tidak ada tes yang tersedia sirkadian kadar kortisol dan resisten terhadap'supresi
dapat dipercaya untuk membedakan jika tidak dijumpai dengan deksametason (terutama pada tengah malam dan
tumor ektopik atau jika tidak menghasilkan hormon lain. tes dosis rendah). Sebaliknya pada alkoholik, pasien
Diagnosis adenoma adrenal yang menghasilkan- depresi tidak mempunyai tanda-tanda dan gejala sindrom
kortisol disangkakan dengan peningkatan tidak Cushing. Setelah penghentian alkohol danlatal
proporsional kadar kortisol bebas basal urin dengan hanya perbaikan status emosional, tes steroid biasanya kembali
perubahan sedang pada 17-ketosteroid urin atau DHEA ke normal. Respon kortisol normal terhadap hipoglikemiaa
sulfat plasma. Sekresi estrogen adrenal biasanya menurun diinduksi-insulin, yang bisa membedakan pasien-pasien
pada pasien ini sehubungan dengan supresi ACTH yang ini dari pasien sindrom Cushing. Pasien-pasien sakit akut
diinduksi-kortisol dan involusi zona retikularis yang sering mempunyai hasil tes laboratorium abnormal dan
menghasilkan androgen. tidak menunjukkan supresi hipofisis adrenal sebagai
Diagnosis karsinoma adrenal disangkakan dengan respon terhadap deksamateson, sedangkan stres berat
massa abdomen yang teraba dan peningkatan nilai basal (seperti rasa sakit atau demam) mengganggu regulasi
17-ketosteroid urin dan DHEA sulfat plasma. Kadar kortisol sekresi ACTH normal. Penyebab hiperkortisolisme tanpa
urin dan plasma meningkat bervariasi. Karsinona adrenal stigma cusingoid Qarang) adalah resisten kortisol primer
biasanya resisten terhadap perangsangan ACTH dan oleh karena mutasi pada reseptor glukokortikoid tipe l,
supresi deksametason. Peningkatan sekresi androgen resisten tidak sempurna oleh. karena pasien tidak
adrenal sering menyebabkan virilisasi pada perempuan. menunjukkan tanda-tanda insufisiensi adrenal. Sindrom
Karsinoma adrenokortikal penghasil esterogen biasanya an
disertai dengan ginekomastia pada laki-laki dan disfungsi
perdarahan uterus pada perempuan. Tumor adrenal ini
mensekresi jumlah androstenedion yang meningkat, di
perifer diubah menjadi esterogen : estron dan estradiol. adrenokortikal endogen. Perbedaan dapat dibuat dengan
Karsinoma adrenal yang menyebabkan sindrom Cushing mengukur kadar kortisol urin atau darah dalam keadaan
paling sering dikaitkan dengan peningkatan kadar hasil- basal, pada sindrom iatrogenik ltadar ini'merendah
antara biosintesis steroid (terutama I 1-deoksikortisol), sekunder terhadap akses pituitari-adrenal. Keparahan
memberi kesan bahwa konversi hasil-antara tidak efisien sindrom Cushing iatrogenik berkaitan dengan dosis ste-
menjadi produk akhir. Kira-kira20 %o karsinoma adrenal roid total, waktu paruh biologik steroid, dan lama terapi.
tidak ada kaitan dengan sindrom endokrin dan dikira Juga individu yang
menjadi tak berfungsi atau menghasilkan prekursor malam hari lebih s
biologik steroid inaktif. Kelebihan produksi steroid tidak dan dosis harian total lebih kecil dari pada pasien yang
selalu secara klinik terbukti (mis. androgen pada laki-laki hanya meminum pagi hari. Disposisi enzimatik dan ikatan
dewasa). steroid yang diberikan berbeda diantara pasien.
HIPERKORTISOLISME 2067

EVALUASI RADIOLOGIK SIN DROM CUSHING untuk mengurangi kadarACTH, pengobatan ideal adalah
pengangkatan. Kadang-kadang (terutama dengan produksi
Pemeriksaan radiologik untuk memeriksa adrenal adalah ACTH ektopik) eksisi tidak memungkinkan oleh karena
pencitraan tomografi komputer (CT Scan) abdomen. CZ penyakit sudah lanjut. Pada keadaan ini, medik atau
scanbemllai untuk menentukan lokalisasi tumor adrenal adrenalektomi bisa memperbaiki hiperkortisolisme.
dan untuk mendiagnosis hiperplasia bilateral. Semua Ada kontroversi terhadap pengobatan hiperplasia
pasien yang mengalami hipersekresiACTH hipofisis harus adrenal bilateral bila sumber produksi berlebihan ACTH
menjalani pemeriksaan pencitraan MRI scan hipofisis tidakjelas. Pada beberapa pusat pengobatan, pasien-pasien
dengan bahan kontras gadolinium. Dengan tehnik ini, ini (terutama yang ACTH tertekan setelah pemberian
mikroadenoma kecil bisa ditemukan. Pada pasien dengan deksametason dosis tinggi) menjalani eksplorasi bedah
produksi ACTH ektopik, tomograh menj adi pilihan pertama. hipofisis via trans-sfenoidal dengan harapan ditemukan
mikroadenoma. Pada banyak keadaan dianjurkan
selective petrosal sinus venous sampling, dan pasien
PENGOBATAN dirujuk ke senter yang lebih tepat jika prosedur tidak
tersedia. Jika mikroadenoma tidak dijumpai pada saat
Neoplasma Adrenal eksplorasi, mungkin diperlukan hipofisektomi total.
Bila diagnosis adenoma atau karsinoma lebih ditegakkan, Komplikasi pembedahan trans-sfenoid al adalah rinorea
dilakukan eksplorasi adrenal dengan eksisi tumor. Oleh karena cairan serebrospinal renorea, diabetes insipidus,
kemungkinan atrofi adrenal ko n1r:alateral, pasien diobati pra-
panipopituitarisme, dan cedera saraf optik atau otak.
Neoplasma hipof,rsis ini bisa sembuh jika kelainan utama
dan pascaoperatif jika akan dilalokan adrenalektomi toial,
berada di hipotalamus.
bila disangkakan lesi unilateral, rutin menjalani tindakan bedah
elektif sama dengan pasien Addison. Pada senter tertentu, adrenalektomi total menjadi
Kebanyakan pasien dengan karsinoma adrenal pengobatan pilihan. Angka kesembuhan denganprosedur
meninggal dalam 3 tahun setelah diagnosis. Metastasis ini mendekati 100 % . Efek merugikan termasuk kebutuhan
tersering terjadi di hati dan paru. Obat utama untuk penggantian mineralokortikoid dan glukokortikoid
p"ng&un ku.sinoma kortikoadrenal adalah mitotan (o,p'- sepanjang hayat danl0-20 %kemungkinan muncul kembali
DDD), isomer dari insektisida DDT. Obat ini menekan tumor hipofisis sepuluh tahun kemudian (sindrom Nelson).
produksi kortisol dan menurunkan kadar kortisol plasma Kebanyakan tumor ini membutuhkan terapi pembedahan.
dan urin. Meskipun kerja sitotoksiknya relatif selektif untuk Tidak pasti apakah mereka muncul de novo pada pasien
daerah korteks adrenal yang memproduksi glukokortikoid, ini atau dijumpai sebelum adrenalektomi, tetapi
zona glomerulosajuga bisa terganggu. Oleh karena mitotan kemungkinan ditemukan terlalu kecil. Evaluasi radiologik
juga mengubah metabolisme kortisol ekstraadrenal, kadar kelenjar hipofisis secara periodik dengan MRI bersama
kortisol plasma dan urin harus dievaluasi untuk mentitrasi dengan pemeriksaan ACTH serial harus dilakukan pada
efek. Obat ini biasanya diberikan dalam dosis terbagi tiga semua individu setelah adrenalektomi bilateral pada
sampai empat kali sehari, dengan dosis ditingkatkan secara sindrom Cushing. Tumor-tumor hipofisis bisa menjadi
bertahap menjadi8 sampai 10 g perhari. Pada dosis tinggi invasif dan menekan chiasma opticum atau meluas ke
hampir semua pasien mengalami efek samping, bisa sinus kavernosa dan sfenoidalis.
mengalami gangguan gastrointestinal (anoreksia, diare, Iradiasi hipofisis j arang dilakukan sebagai pengobatan
muntah) atau neuromuskular (lesu, somnolen, pusing). primer, dicadangkan untuk tumor rekuren pascaoperasi.
Semua pasien yang diobati dengan mitotan harus menjalani Pada beberapa senter, kadar tinggi radiasi gamma dapat
terapi pemelihaan jangka lama, dan pada beberapa pasien ditujukan pada tempat yang diinginkan dengan kurang
perlu dilakukan penggantian mineralokortikoid. Pada kira- penyebaran ke jaringan sekitar dengan menggunakan
kira sepertiga pasien, tumor dan metastasis mengalami teknik stereotaktik. Efek samping radiasi term asuk ocular
kemunduran, tetapi survival jangka lama terbatas. Pada motor palsy dan hipopituitarisme. Long lag time anlara
kebanyakan pasien, mitotan hanya menghambat steroido- pengobatan dan remisi, dan angka remisi biasanya kurang
genesis dan tidak menyebabkan regresi metastasis tumor. dai50Yo.
Metastasis ke tulang biasanya refrakter terhadap obat dan Kadang-kadang pendekatan pembedahan tidak
harus diobati dengan terapi r4diasi. Mitotan juga dapat memungkinkan, bisa diindikasikan "medical"
diberikan sebagai terapi tambahan setelah reseksi karsinoma adrenaleltomi. Penghambatan steroidogenesis juga bisa
adrenal, meskipun tidak ada bukti bahwa ini memperbaiki diindikasikan pada subjek cushingoid berat sebelum
survival. intervensi pembedahan. Adrenalektomi kimiawi mungkin
lebih unggul dengan pemberian penghambat steroidogen-
Hiperplasia Bilateral esis ketokonazol (600-1200 mg/hari). Mitotan (2-3 g/hari)
Pasien dengan hiperplasia bilateral mengalami peningkatan dan/ atau penghambatan sintesis steroid aminoglutetimid
kadar ACTH absolut at4u relatif. Terapi harus ditujukan (1 C/hari) dan metiraponi (2-3 g,/hari) mungkin efektif secara
2068 MEIABOLIKENDOIGII{

tunggal atau gabungan. Mitotan lambat mencapai efek REFERENSI


(berminggu-minggu). Mifepristone, suatu inhibitor
kompetitif ikatan glukokortikoid terhadap reseptomya, bisa Aron DC, Findling JW, Tyrrell JB : Glucocorticoids & Adrenal An-
menjadi pilihan pengobatan. Insufisiensi adrenal drogens, in Basic & Clinical Endocrinology edit. by. FS Greenspan,
merupakan risiko semua obat-obat ini, dan dibutuhkan DG Gardner. Lange Medical Booksi McGraw-Hill , ed. 7h 2004,
penggantian steroid. p.362-413.
Aron DC, Tyrrell JB (editors): Cushing's syndrome. Endocrinol Met
Clin North Am 1994;23 451,925.
Belchetz P, Hammond P : Adrenal Disorders in Mosby's Color Atlas
PROGNOSIS and Text of Diabetes and Endocrinology. Mosby, 2003. p. 265.
Cavagnini F, Pecori Giraldi F: Epidemiology and follow-up of
Adenoma adrenal yang berhasil diobati dengan Cushing's disease. Ann Endocrinol (Paris) 2001; 62: 168.
pembedahan mempunyai prognosis baik dan tidak mungkin Chee GH et a1: Transsphenoidal pituitary surgery in Cushing,
disease: can we predict outcome? Clin Endocrinol (Oxf) 2001;
kekambuhan terjadi. Prognosis bergantung pada efek
54:. 617.
jangka lama dari kelebihan kortisol sebelum pengobatan,
Fletcher RF: Lecture Notes on Endocrinology, 2,d ed. B1ackwe11
terutama aterosklerosis dan osteoporobis. Scientific Publications 1978, p. l2l-45.
Prognosis karsinoma adrenal adalah amat jelek, Findling JW, Raff H: Diagnosis and differential diap.osis of Cushing,s
disamping pembedahan. Laporan-laporan memberi kesan syndrome. Endocrinol Metab Clin North Am 2001; 30: 729.
survival 5 tahun sebesar 22%o danwaktu tengah survival Lindholm J et ril: Optimal response criteria for the human CRH test
adalah 14 bulan. Usia kurang 40 tahun dan jauhnya in the differential diagnosis ofACTH-dependent Cushing's syn-
drome. J Clin Endocrinol Metab 2002; 87: 640.
metastasis berhubungan dengan prognosis yang jelek.
Quddisi S, Browne P, Hirach IB: Cushing's syndrome die to surrepti-
tious glucocorticoid administration. JANA 1998; 158:, 294.
Swearingen B et al: Lomg-term mortaliity after transsphenoidal
surgery for Cushing disease. Ann Inern Med 1999; 130: 821.
Tumer HE, Wass JAH : Oxford Handbook of Endocrinology and
Diabetes. Oxford University Press, 2002. p. 158,261.
William GH, Dluhy RG : Disease of the Adrenal Cortex, in Harrison's
Principles of InternalMedicine, edit. by Fauci, Braunwald
Isselbacher et al,vol. II, ed. 146. p.2035-56.
321
PENYAKIT KORTEKS ADRENAL LAINNYA
Sjafii Piliang

SINDROMADRENOGENITAL defisiensi enzim steroid berkurang di dalam jalur yang


secara nonnal memang sedikit, akan tetapi mengakibatkan
Penyakit inijarang ditemukan, disebabkan oleh kegagalan produksi steroid berlangsung abnormal. Umumnya pasien
sebagian atau menyeluruh, satu ataubeberapa enzim yang mempunyai genotip normal laki-laki atau perempuan dan
dibutuhkan untuk sintesis steroid. Penyebabnya adalah biasanya diferensiasi gonad dan organ kelamin internal
genetik dan biasanya diturunkan secara autosomal resesif. normal, tetapi karakteristik seksual lain bervariasi, sehingga
Efek utama sindrom ini adalah pada adrenal, tetapi kadang- sindrom adrenogenital menunjukkan 4 bentuk utama, yaitu
kadang gonad juga dipengaruhinya. Banyak tipe telah : 1). Neonatus perempuan dengan genitalia eksterna ganda
ditemukan, tetapi yang telah ditemukan seperti pada (female pseudo-hermaphroditism); 2). Terjadi salt
Gambarl. loosing danhipertensi pada kedua jenis kelamin. Neonatus
dengan salt loosing menunjukkan keadaan umum yang
bera! 3). Virilisasi prekoks dengan testikel kecil pada anak
laki-laki dan virilisasi pada anak perempuan; 4). Amenore
dengan virilisasi pada perempuan dewasa.

Patologi
Defisiensi C-20 hidrosilase. Merupakann tipe yang
paling berat. Kelainan terjadi pada sintesis steroid paling
awal. Gonad dipengaruhi sama seperti gangguan sintesis
hormon kelamin. Akibatnya, bayi laki-laki gagal
menghasilkan testosteron intrauterin, sehingga genitalia
ekstema menunjukkan bentuk kelamin perempuan pada
waktu lahir. Kelenjar adrenal dibanjiri oleh kolesterol,
sehingga disebut lipid adrenal hyperplasia. Bila terjadi
gangguan biokimia berat, biasanya keadaan ini akan cepat
Gambar 1. Skema sintesis steroid. Nomor yang dikurung
menunjukkan erlzim yang terlibat menyebabkan kematian.

Defisiensi C-3p-dehidrogenase. Kelainan ini juga


Gejala klinis mempengaruhi gonad. Kortisol berkurang, tetapi sekresi
Gejala klinis bervariasi, tergantung pada lokasi dan kortikosteroid meningkat, sehingga teg'adi retensi garam
parahnya gangguan enzim. Umumnya perubahan yang dan hipertensi. Pada wanita mempunyai genitalia ekstema
terjadi oleh karena gabungan gangguan sintesis kortisol normal, tetapi tidak mengalami menstruasi, sedangkan pada
dan aldosteron, kelainan mineralokortikoid dan keterlibatan laki-laki menyebabkan pseudohermafrodit.
androgen. Defisiensi kortisol merangsang pelepasan
ACTH berlebihan yang menyebabkan hiperplasia Defisiensi C-21 hidroksilase. Merupakan benhrk yang
adrenal, disebut hiperplasia adrenal kongenital. Walaupun palig umum, yang menyebabkandefisiensi kortisol dengan
2070 MEIABOIJKENDOKRIN

kelebihan pregnanetriol dan androgen. Pada bentuk yang Lokasi Tumor Adrenal
berat (paling jarang), terjadi pengeluaran natrium pada waktu Kebanyakan tumor adrenal kecil dan berada di bagian dalam
Iahir, bisa fatal. Bayi lakiJaki mempunyai genitalia ekstema sehingga sulit ditemukan. Tidak ada cara yang mempunyai
normal, tetapi bayi perempuan mengalami pertumbuhan reliabilitas tinggi untuk mengenalinya. Dapat dicoba
genitalia ekstema yang cepat. Pada bentuk yang ringan, dengan radiografi, termasuk pielografi intravena dengan
kehilangan natrium tidak nyata. Kelebihan androgen tomografi, penluntikan gas retroperitoneal dan angiografi .
menyebabkan perubahan pada masa kanak-kanak; pada Dapat juga dibantu dengan pemeriksaan horrnon, mungkin
anak laki-laki timbul pseudo-precocious puberty, tanpa akan memberikan hasil lebih baik. Walaupun demikian,
perkembangan testes, dan pada anak perempuan bisa semua hasil pemeriksaan di atas dapat memberikan hasil
mengalami hipertrofi klitoris, cepat terjadi pertumbuhan positif palsu.
rambut ketiak dan pubes, sedangkan payudara tetap kecil
dan bel um terj adimenstruasi.

Defisiensi C-11p-Hidroksilase. Kelainan ini terjadi pada HIRSUTISME DAN VIRILISASI


langkah terakhir sintesis kortison dan aldosteron dengan
keparahan yang bervariasi. Kortisol darah dapat normal, Kelainan ini amat jarang dijumpai pada laki-laki danjelas
tetapi adanya androgen deoksikortikosteron berlebihan sulit untuk mengenalinya. Kelainan ini disebabkan oleh
menyebabkan virilisasi dan hipertensi. tumor yang mengha . Sering dijump aipada
wanita, tetapi harus a hirsuitisme simpleks
dan sindrom virilisasi.
Diagnosis
Problem muncul pada masa neonatus, berupa virilisasi
genitalia eksterna yang luas pada anak perempuan, Rambut Normal
hiperhofi klitoris sampai fusi lengkap labia dan adanya Manusia adalah mamaliaberambut dan semua kulit memiliki
hipospadia. Diagnosis banding harus dibuat detgan true folikel rambut, keculi telapak tangan, kaki dan kelopak mata.
dan ps eudohermaphroditism denbgan melakukan buccal
Folikel rambut mula-mula berbentuk vilus, relatif kecil dan
smear dan analisis kromosom. Pemeriksaan steroid urin, menghasilkan rambut yang pendek., tipis, lembut dan
terutama indeks oksigenasi akan memastikan diagnosis. pucat. Semua folikel memiliki kemampuan berubah menjadi
Pada anak dewasa, perlu dilakukan pembedaan dengan bentuk terminal dengan folikel yang lebih besar dan
true precocious puberty dan virilising tumor ovaium dan menghasilkan rambut yang lebih panjang, lebih tebal, lebih
adrenal. tegang dan lebih gelap. Perubahan ini terjadi pada kulit
kepala dan alis mata sebelum atau segera setelah lahir.
Pengobatan. Pada tipe salt loosing, pemberian Perubahan berikutnya adalah pada waktu pu-bertas dimana
kortikosteroid dan garam dapat menghindarkan pasien dari androgen ovarium atau testes merangsang perubahan
kematian. Selanjutnya, pengobatan dilanjutkan dengan rambut terminal di ketiak dan pubis. Selanjutnya, pada
kortikosteroid'yang menekan produksi androgen kebanyakan perempuan, perubahan rambut terjadi pada
berlebihan dan berlangsung sampai pubertas normal dan
tungkai bagian bawah dan lengan bawah. Pada keadaan
muncul kembali fungsi gonad. Kadang-kadang dianjurkan
normal, tidak terjadi perubahan pada perempuan sampai
pemberian kortikosteroid pada malam hari untuk menekan
menopause, dimana sering terjadi perhrmbuhan rambut
ACTH. Pada anak perempuan, terapi kortikosteroid harus
terminal pada bibir atas dan dagu dan hal ini menetap
dilanjutkan untuk mencegah virilisasi. Pengobatan j angka
sampai usia tua. Pada laki-laki, kadar androgen yang lebih
panjang pada anak laki-laki masih diperdebatkan. Mungkin
diperlukan bedah plastik unflrk genitalia eksterna. tinggi pada masa pubertas menyebabkan rambut terminal
tumbuh di daerah tertentu (male hirsutism), misalnya
Prognosis. Kecuali pada bentuk terberat, respons terhadap janggut, perut bagian bawah, dada, larrgarrdan paha. Botak
pengobatan memberikan hasil yang baik dan fertilitas yang terjadi pada kepala bagian depan laki-lakiberlangsung
normal. Pasien mengalami respons stress tidak adekuat, pada masa dewasa, diduga karena faktor genetik atau an-
tetapi harapan hidup masih baik.
drogen yang tinggi. Dianggap bahwa mqle sexual hair
tumbuh pada daerah-daerah dimana folikel membutuhkan
kadar androgen lebih tinggi untuk mengalami perubahan.
TUMORADRENAL Istilah adrenarche kadang-kadang digunakan untuk
menunjukkan masa pubertas ketika androgen adrenal
Tumor adrenal memiliki hubtrngan dengan sindrom meningkat dan rambut seksual tumbuh sedangkan gonad
Cushing dan sindrom Conn serta tumor-tumor lain yang
belumberfungsi.
mensekresi androgen (menyebabkan virilisasi pada
perempuan), yang mensekresi estrogen (menyebabkan
feminisasi pada laki-laki dan perdarahan uterus pada Hirsutisme Simpleks (ldiopatik)
perempuan pasca menopausal). Rambut terminal wajah dan badan pada wanita normal
PEI.IYAKIT KORTEKS ADRENAL LAINITYA
2071

bervariasi. Ada perbedaan antara suku bangsa, misalnya kandungan estrogen tinggi kadang-kadang dapat juga
perempuan Asia dan Eropa Sela@4 mempunyai garis diberikan, terutama bertujuan untuk menekan produksi
rambut kepala lebih rendah dan bulu-bulu rambut badan androgen ovarium bila diduga androgen berasal
lebih banyak daripada perempuan Eropa Utara. J;uga ada dari ovarium. Alternatif lain adalah menggunakan
unsur budaya mengenai apa yang diterima sebagai sesuatu prednison dosis kecil untuk menekan produksi androgen
yang normal. adrenal.

Gejala klinis. Pertumbuhan rambut ekstra seringkali Prognosis. Riwayat hirsutisme simpleks tidak jelas tetapi
menyebabkan kesusahan oleh karena masalah kosmetik dan memberi kesan rambut tubuh berlebihan, dan tidak
ketakutan yang tak beralasan bahwa akan ada perlumbuhan berkembang lebih luas setelah usia 35 tahun dan cendering
kelamin. Perubahan rambut biasanya mulai tampak antara berkurang setelah menopause.
masa pubertas dan umur 20 tahun; cenderung meningkat
secara perlahan dan berhenti pada usia 5 tahun. Keparahan
3
Sindrom Virilisasi
dan distribusi bulu-bulu rambut bervariasi. paerah yang Sindrom virilisasi adalah peningkatan pertumbuhan rambut
ditumbuhi terutama pada wajah, bibir atas dan dagu. disertai tanda-tanda aktivitas androgenik lain, seperti
Rambut pada lengan bawah meningkat dan rambut tumbuh amenore, hiperffofi klitoris, atroh uterus dan atrofi paludara.
panjang antarapayudara dan pubik, meluas sampai ke paha Kadang-kadang terjadi botak di bagian depan kepala.
atas dan dinding perut depan (di sebutmale esculcheon).Kulit
cenderung menjadi berkeriput dan dapat muncul jerawat' Diagnosis banding. Sindrom polikistik ovarium harus
Menstruasi dan fertilitas biasanya normal, tetapi pada dipertimbangkan walaupun biasanya virilisasi pada keadaan
umunnya tidak terahu dan fertilitas berkurang. Kesehatan ini ringan. Penyebab lain adalah sindrom Cushing, adenoma
fisik, tekanan darah, payudara dan klitoris normal. atau karsinoma adrenal, arenoblastoma ovarium, dan
sindrom adrenogenital late onset. Diperlukan tes
Diagnosis. Leb th dai95% wanita denganbulu rambut tubuh perangsangan atau supresi kadar hormon steroid'di dalam
berlebihan mengalami hirsutisme simpleks. Jika tidak ada darah dan urin untuk menegakkan diagnosis, tetapi
hipertrofi klitoris dan ovulasi berlangsung normal, dapat laparotomi mungkin diperlukan.
disimpulkan bahwa tidak ada kelainan endokrin. Tes supresi
dapat dilakukan dengan menggunakan kortikosteroid
sintetik dan estrogen/progesteron tablet secara berurutan HIPERALDOSTERONISME
untukmenentukan apakah kelebihan androgen berasal dari
adrenal atau ovarium. Pemeriksaan ini memberikan hasil Hiperaldosteronisme Primer (Sindrom Gonn)
bervariasi dan nilainya tidak pasti. Indeks oksigenasi ste- Keadaan ini paling sering terjadi pada wanita usia
roid urin dapat digunakan untuk mengetahui sindrom pertengahan akibat sekresi aldosteron autonom. Gejala
adrenogenital. klinisnya adalah hipertensi esensial benigna, disertai sakit
Pengobatan. Fascial hair dapat menyebabkan kepala, jarang dijumpai edema. Gejala yang terpenting
kekhawatiran . Electrolysis merupakan pengobatan lokal adalah hipokalemia (K < 3,0 mMoL4L) tanpa sesuatu sebab
terbaik dengan mengalirkan arus listrik melalui folikel rambut yang jelas seperti pemakaian diuretik atau muntah-muntah.
disertai diatermi pada folikel. Mungkin dibutuhkan Kadang-kadang pasien mengalami simtom hipokalemia
pengobatan j angka panj ang oleh karena banyak bulu rambut yang mempengaruhi ginjal atau sistem neuromuskular
menjadi bentuk terminal. Cara ini membosankan, mahaf, tidak seperti poliuria, nokturia, parestesia, kelemahan otot,
menyenangkan dan diperlukan tenaga ahli, tetapi hanya hiporefl eksi episodik atau paralisis'
cara inilah yang aman untuk merusak rambut tanpa Etiologi. Setengah sampai tigaperempat pasien mengalami
menimbulkan cacat. Mencukur merupakan cara alternatif, adenoma adrenal soliter, kecil, dengan penampang bewarna
murah dan beberapa pasien dapat menerimanya. Juga dapat kuning. Sisanya mengalami hiperplasia adreno[ortikal mikro-
digunakan depilatory creqm, bleaches dan hea'ry layer atau makronoduler. Gambaran patologi disebabkan oleh
cosmetics. hipertensi dan hipokalemia.
Saat ini telah tersedia 3 jenis obat siproteron asetat, yaitu
anti androgen yang digunakan secara luas di beberapa Diagnosis. Hipokalemia merupakan gejala terpenting,jarang
negara. Penggunaannya harus digabungkan dengan ditemukan normokalemia. Diagnosis ditegakkan dengan
estrogen untuk menjamin bahawa kehamilan tidak terjadi kadar aldosteron yang tinggi yang tinggi dan renin yang
selama pengobatan, oleh karena kemungkinan efek rendah. Sukar dibedakan antara adenoma dengan
teratogenik. Regimen siproteron asetat 2 x 50 mg,&ari pada hiperplasia. Secara klinis juga sukar dibedakan antara
siklus haid hari 5-14 dikombinasi dengan etinil estradiol 50 hiperaldosteronisme primer dengan hipertensi esensial.
mglhaipadasiklus haid hari 5-21 dikatakan memberikan Pemeriksaan kadar kalium plasma merupakan petunjuk
hasil yang memuaskan. Kontrasepsi oral dengan diagnostik.
2072 METABOLIKENDOI(RIN

Pengobatan. Spironolaktoh, suatu antagonis aldosteron lnsufiensi Adrenokortika! Kronik (s)


dapat, menghilangkan gej ala-gej ala hiperaldosteronisme. Gejala klinisnya tergantung pada kecepatan dan tingkat
Obat ini juga dapat digunakan untuk tes diagnostik, kerusakan adrenal. Biasanya ditemukan pada usia
persiapan operasi dan pengobatan jangka panjang jika pertengahan. Penyakit ini berlangsung perlahan-lahan
operasi merupakan kontraindikasi. Jika dijumpai adenoma selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun dengan
harus diangkat. keluhantidak spesifik, seperti lesu, letih, lemah, anoreksia,
mual dan penurunan berat badan. Dapat juga disertai
Hiperaldosteronisme Sekunder muntah-muntah, nyeri perut, hipoglikemia dan hipotensi
Dijumpai pada keadaan dimana terjadi perangsangan postural. Dapat terjadi krisis adrenal akut akibat stres;
renin persisten. Gejala klinis dan pengobatan ditujkan pada bahkan tidak jarang pasien mengalami depresi atau
penyebabnya d,an jarang diperlukan pemeriksaan psikosis.
aldosteron. Hiperaldosteronisme sekunder dapat dijumpai Pada pemeriksaan, pasien kelihatan kurus, lemah dan
pada keadaan hipersekresi renin primer akibat hiperplasi hipotensi. Pigmentasi adalah tanda yang paling menyolok,
sel jukstaglomerulus di ginj al akibatpeningkatan melanin denganpigmen ekstra di perut,
(s indr o m B ar t t er').
tempat-tempat yang tertekan, misalnya di darah tali
pinggang, lipatan telapak tangan, areola dan perineum dan
INSUFISIENSI ADRENOKORTIKAL daerah yang terpapar sinar matahai. Kadang-kadangdapat
dijumpai vitiligo, atau pigmentasi kelabu pada muka pipi,
lnsufisiensi Adrenokortikal Akut (Krisis adrenal) gusi dan bibir. Pigmentasi pipi juga dapat dijump ai pada
Defisiensi kortisol absolut atau relatif yang terjadi orang kulit hitam normal. Bulu ketriakjarang, terutama pada
mendadak biasanya disebabkan oleh penyakit atau stres perempuan walaupun fungsi ovarium biasanya normal.
yang berat. Gejala klinis ditentukan oleh keadaan penyakit Patologi. Penyakit ini disebabkabn oleh kegagalan keq'a
yang mendasarinya. Keadaan umum yang buruk, disertai kortikosteroid, tetapi yang relatif lebih penting aiiitatr
nyeri kepala, mual, muntah, diare dan hipotensi, dapat defi siensi gluko dan mineralokortikoid dengan gejalayang
berlanjut sampai timbul syok dan kematian. Kerusakan belum jelas. Kegagalan aldosteron cenderung akan
adrenal dapat terjadi karena toksin bakteri pada infeksi
menyebabkan kehilangan Na dan retensi K, serta glukosa
berat. Pada septikemia terutama oleh meningokokus, dapat
darah cenderung menurun. Pigmentasi terjadi karena
terjadi perdarahan adrenal bilateral akibat perdarahan
ekskresi melanocyte stimulating hormone (MSH)
multipel di semua bagian tubuh (sindrom Waterhouse-
berlebihan yang menyertai peningkatan sekresiACTH yang
Fredericlcson). Perdarahan adrenal masih dapat terjadi
pada bayi baru lahir, terutama setelah mengalami trauma
disebabkan oleh kadar kortisol plasma yang rendah.
lahir. Insufisiensi adrenal akut juga dapat terjadi akibat Etiologinya antara lain adalah tuberkulosis, tetapi lebih
stres, infeksi ringan, pada pasien dimana respons adrenal sering idiopatik. Dikemukakan adanya proses autoimun
menurun karena sesuatu sebab atau gangguan pelepasan oleh karena dijumai autoantibodi yang secara klinis ada
ACTH akibat kerusakan hipofisis atau terapi hubunganya dengan penyakit endokrin autoimun lain dan
kortikosteroid. Saat ini pengobatan dengan kortikosteroid gambaran histologik kelenjar adrenal mengingatkan pada
danACTH digunakan secara luas, sehingga menjadi salah gondok limfadenoid. Amat jarang disebabkan oleh
satu penyebab insufisiensi adrenal yang tersering. neoplasma sekunder dan granuloma.

Diagnosis dan pengobatan. Diagnosis harus segera Diagnosis. Bergantung pada tingkat kegagalan respons
ditegakkan agar dapat segera diberikan pengobatan. Perlu adrenokortikal terhadap ACTH. Kadar kortisol plasma
diperhatikan prosedur berikut dalam memastikan diagnosi mennrun dan ritem diurnal menghilang. Dapat jugaterjadi
dan penanganannya. Sampel darah harus diambil untuk insufisiensi adrenal sedangkan kadar steroid basal normal
pemeriksaan kortisol darah. Kemudian diberikan NaCL 0,9 oleh karena kegagalan berespons terhadap stres.
Yo intravena I liter/jam dan pada setiap liter ditambahkan Peningkatan kadar ACTH plasma merupakan petanda
deksametason sodium fosfat 4 mg dan aqueos tetrosuctin diagaostik pasti. Kadar elekholit plasma tidak berhubungan
200 mg. Setelah l jam, ulangi pengambilan sampel darah dengan diagnosis. Pada pemeriksaan radiograf,r dapat
untuk pemeriksaan kortisol darah. Cara ini efektif dan ditemukan kalsifikasi adrenal.
pemeriksaan kortisol darah dapat memastikan
diagnosis klinis dan melihat respons adrenal. Pengobatan Pengobatan. Terapi utama adalah dengan memberikan
selanjutnya adalah pemberian larutan NaCl 0,9olo, kortisol. Mula-mula diberikan kortison dosis tinggi. Pada
kortikosteroid, glukosa intravena dan pengobatan penyakit terapijangka panjang, dosis yang tepat adalah kira-kira25
pencefu snya. Alternatif lain dapat diberikan hidrokortison mg pagi hari dan 12,5 mg pada sore hari per-oral untuk
intravena dengan latrutan NaCl 0,9%o, tetapi prosedur ini mencapai produksi dan ritme yang normal. Kadang-kadang
harus diseertai pemeriksaan kortisol darah. Terapi jangka diperlukan penambahan mineralokortikoid (biasanya
panjang tergantung pada keadaan dan respons adrenal. fludrokortison 100 pglhari). Mungkin diperlukan
PEI,TYAKIT KORTEKII AITRENAL LAINI{YA
2073

penyesuaian dosis untrik memberikan perasaan sehat, REFERENSI


tekanan darah dan berat badan normal tanpa edema. Perlu
diberitahukan kepada pasien bahwa kegagalan ini Fletcher RF. tecture Notes on Endocrinology. 4th ed. Blackwell
Scientific Publications, Oxford, London, Edinburgh, Melbourne.
permanen sehingga diperlukan pengobatan jangka panjang
Jubiz W. Endocrinology: A Logical Approach for Clinicians. Inter-
dan penambahan dosis dalam keadaan stres. Pasienjuga national Student Edition. Tokyo: McGraw-HillKogakusha
harus membawa steroid card seliap saat. Ltd;1 989.
Liddle GW. The Adrenal. In: Williams RH (ed). The Text book of
Prognosis. Kecuali risiko krisis adrenal, kesehatan dan usia
Endocrinology.6th ed. WB Saunders Co, Igaku Shoin, Tokyo,
pasien biasanya normal, sedangkan pigmentasi dapat 1982:249-92.
menetap. Tiemey LM, McPhee SJ, Papadakis MA. Curent Medical diagnosis
& Treatment. Intemational edition. Lange Medical Book, 1994.
lnsufisiensi Adrenokorti kal Sekunder
Kelainan ini merupakan bagian dari sindrom kegagalan
hipofisis anterior. Respons terhadapACTH terhambat atau
menurun akibat atrofi adrenal. Dapat timbul manifestasi
akut oleh karena kegagalan respons terhadap stres pada
penyakit-penyakit hipofisis atau setelah mendapat terapi
kortikosteroid.
322
METABOLISME KALSIUM
Agus P. Sambo, John MF Adam

PENDAHULUAN Kalsium masuk ke dalam plasma melalui absorpsi dari


usus halus, dari tulang, dan reabsorpsi dari ginjal.
Tubuh orang dewasa mengandung l-2 kg kalsium, lebih Sebalilcrya kalsium ke luar dari plasma melalui saluran cema
dai 90 o/o
drarfiararryaterdapat dalam tulang. Dalarn keadaan (100-200 mglhari), air seni (50-300 mg/hari), disimpan
normal terdapat keseimbangan antara jumlah kalsium dalam kembali ke dalam tulang melalui keringat (100 mg/hari)
tulang dengan kalsium dalam cairan ekstraselular. (Gambarl).
Walaupun demikian hanya sebagian kecil sajayaifi0.5 %o Tulang adalah suatu jaringan tubuh yang dinamik dan
yatg dapat dipertukarkan. Kadar kalsium plasma total mengalami perubahan sepanjang kehidupan serta
berkisar antara 8,8 - 10,4 mgldl,yang terdiri atas kalsium merupakan tempat penyimpanan kalsium terbesar dan
ion sebesar 40 - 50 o%, kalsium yang terikat pada protein mineral lain seperti magnesium, fosfor, natrium dan
terutama albumin s'ebesar 46 o/o dan sisanya 8 % kalsium berbagai ion unhrk keperluan keseimbangan berbagai fi.urgsi.
dalam kompleks organik yang terikat dengan anion yaitu Bila terjadi penurunan kalsium plasma yang
bikarbonat, sitrat, fosfat, laktat dan sulfat. Kalsium ion berlangsung lama karena berbagai sebab maka tubuh akan
merupakan kalsium yang secara biologis sangat penting mengambil kalsirim dari tulang. Hal ini akan menyebabkan
oleh karena peranannya dalam beberapa fungsi selular. penurunan kalsium tulang akibatnya tulang akan
Oleh karena itu kadar kasium ion selalu harus dipertahankan mengalami demineralisasi dan terjadilah osteoporosis.
dalam batas normal terutama oleh hormon paratiroid. Dengan meningkatnya usia seseorang akan mengalami
penurunan jaringan tulang yang progresif. Penelitian lon-
gitudinal pada wanita pasca menopause akan kehilangan
kalsium dalam tubuh sebesar 20 mg sampai 60 mg/hari,
walaupun ini sedikit akan tetapi dalamjangka 10 tahun
kehilangan kalsium mencap ai l3Yo daitotal kalsium tubuh,
jumlah yang cukup untuk menimbulkan osteoporosis.
Padamakalah ini akan dibicarakan lebih lanjut tentang
metabolisme kalsium dan hormon yang berhubungan
dengan metabolismne kalsium, serta osteoporosis.

HORMON DAN METABOLISME KALSIUM

Gambar 1. Homeostasis kalsium, hubungan antara kalsium Metabolisme kalsium diatur oleh tigahormon utama yaitu
ekstraselular dan tulang, demikian juga antara kalsium dalam diet dua hormon polipeptida masing -masing hormon paratiroid
dan tinja. (Dikutip dari: Holick ME Krane SM. lntroduction to bone
and mineral metabolism. ln: Braunld E, FauciAS, Kasper DL, Hause
dan kalsitonin dan satu hormon sterol yaitu 1,25
SL, Longo DL, Jameson JL, editors. Harrison's principles of lnter- dihidroksikolekalsiferol {1,25 (OH)2D3}. Pada tabel I
nal Medicine. 15th ed. New York, McGraw-Hill, Medical pub. diperlihatkan titik ke{a hormon tersebut pada tulang, ginjal
Division. 2001, pp. 2192 - 2204. ces = cairan ekstraselular) dan usus halus.

2074
2075
MEIABOUSMEKAIIiIUM

Tulang Ginjal
Hormon Meningkatkanabsorpsikalsium Meningkatkan reabsorPsi kalsium, Tidak ada efek
paratiroid dan fosfat menekan reabsorpsi fosfat dan langsung
bikarbonat.
Meningkatkan perubahan 25(OH)D3 ke
1,25 (OH)2D3
Vitamin D Mempertahankan transpor ion Menurunkan reabsorpsi kalsium Meningkatkan absorPsi
Ca kalsium dan fosfat
Calcitonin Menekan absorpsi kalsium dan Menurunkan reabsorpsi kalsium dan Tidak ada efek langsung
fosfat fosfat.
Efek terhadap metabolisme vitamin D?
FS. Baxter JD, editors' Basic &
Dikutio dari: Arnaud D. Claude. The Calciotropic Hormone & Metabolis Bone Disease ln: Greenspan
Clinical Endocrinology,4rh ed. Connecticut: Appleton & Lange 1994, pp'227 -306

Hormon Paratiroid Merangsang kerja enzim 1p-dihidroksilase di ginjal


Kelenjar paratiroid terdapat di bagian posterior kelenjar sehingga meningkatkan perubahan 25 hidroksikolekalsiferol
tiroid, ada dua buah pada tiap sisi. Kelenjar paratiroid menjadi 1,25 dihidroksikolekalsiferol.
mengeluarkan hormon paratiroid dan merupakan hormon
utama yang mengatur metabolisme kalsium untuk Regulasi Sekresi Hormon Paratiroid
mempertahankbnagar kadar kalsium plasma dalam batas Pelepasan hormon paratiroid sangat tergantung dari kadar
normal. Hormonparatiroidterdiri atas 84 asam amino rantai kalsium plasma. Pada keadaan hipokalsemi, kelenjar
tunggal. paratiroid akan cepat bereaksi melepaskan hormon
Pada suatu keadaan hipokalsemi, sekresi hormon paratiorid untuk meningkatkan kadar kalsium pldsma agar
paratiroid berlangsung dalam tiga tahap. Tahap dini kembali normal. Pada saat kadar kalsium plasma sudah
berlangsung beberapa menit, merupakan respon cepat dari normal, pelepasan hormon paratiroid akan kembali nor-
sel sel paratiroid melepaskan hormon paratiroid yang mal. Kalsitriol dapat menekan pelepasan hormon paratiroid.
sudah tersedia dalam sel terhadap suatu keadaan
hipokalsemi. Tahap kedua yang terjadi beberapa jam
kemudian merupakan aktivitas sel kelenjar paratiroid
Paratiroid Hormon-Related Protein
Faktor parakrin yang disebut parathiroid hormon-related
menghasilkan hormon paratiroid lebih banyak. Tahap ketiga
protein atau disingkat PTHrP adalah suatu hormon yang
apabila hipokalsemi masih berlangsung maka dalam
dikeluarkan oleh jaringan diluar kelenjar paratiroid misalnya
beberapa hari akan terjadi replikasi sel untuk
memperbanyak masa sel kelenjar paratiroid.
otak, pankreas, payudara, jantung, hati, plasenta, sel
endotel, dan otot. Pada orang dewasa normal PTHrP tidak
berperan pada metabolisme kalsium, tetapi pada keganasan
Hormon Paratiroid dan Metabolisme Kalsium terutama pada keganasan sel squamous' akan
Dalam keadaan normal hormon paratiroid bekerja menghasilkan PTHrP yang sangat tinggi sehingga akan
mempertahankan kadar kalsium plasma agar tidak terjadi mengakibatkan hiperkalsemi.
hipokalsemi. Dalam kaitannya dengan metabofisme
kalsium, hormon paratiroid bekerja secara langsung pada
dua alat yaitu tulang dan ginjal, dan secara tidak langsung
VITAMIN D
pada usus halus melalui metabolisme vitamin D.
Mekanisme kerja hormon paratiroid pada organ tersebut
sebagai berikut :
Vitamin D dalam tubuh kita berasal dari dua sumber yaitu
yang berasal dari makanan baik dari tumbuh-tumbuhan
Pada tulang, hormon paratiroid meningkatkan resorpsi (vitaminD arihewan(vitamin
kalsium dan fosfat dengan mengaktifkan sel osteoklas. D,: kolek di kulit. Di daerah

Pada ginjal, hormon paratiroid melalui dua jalur yaitu : a). tropis, kul vitamin D, tetaPi
Reabsorpsi kalsium. Di ginjal hormon paratiroid didaerahjauh dari equator, asupan vitain D dari luar sangat
meningkatkan reabsorpsi kalsium dan menurunkan penting.
reabsorpsi fosfat. Reabsorpsi kalsium di ginjal terjadi pada Vitamin D yang dibentuk di kulit yaitu vitamin D,
(7 dehidrokolesterol) akan mengalami dua kali hidroksilasi
tubulus proksimal (60%),ansa henle (25%) dansisanya di
tubulus distal. Selain meningkatkan reabsorpsi kalsiumjuga sebelum menjadi vitamin D yang biologis aktif yaitu 1,25
meningkatkan reabsorpsi magnesium dan meningkatkan dihidroksivitamin D atau kalsitriol, yang lebih tepat disebut
ekskresi fosfat dan bikarbonat melalui air seni; b). suatu hormon dari pada vitamin. Hidroksilasi vitamin D
2076
MEIABOIJKENDOIAE{

dalam tubuh terjadi sebagai berikut: l). Hidroksilasi KALSITONIN


pertama terjadi di hati oleh enzim 25-hidroksilase menjadi
2 5 -hidroksikolekalsiferol yang kemudian dilepas ke
darah Kalsitonin adalah suatu peptida yang terdiri dari 32 asam
dan berikatan dengan suatu protein (vitamin D-binding amino bekerja menghambat osteoklas sehingga resorpsi
protein) selanjutnya diangkut ke ginjal; 2). Hidroksilasi tulang tidak terjadi. Dihasilkan oleh sel C parafolokular
kedua terjadi di ginjal yaitu oleh enzim I u-hidroksilase kelenjar tiroid dan disekresi akibat adanya perubahan
sehingga 25-hidroksikolekalsiferol menjadi 1,25 kadar kalsium plasma. Kalsitonin baru akan dilepaskan bila
dihidroksikolekal-siferol atau kalsitriol yang merupakan terjadi hiperkalsemi dan sekresi akan berhenti bila kadar
suatu hormon yang berperan penting pada metabolisme kalsium menurun atau hipokalsemi. pemberian intravena
kalsium(Gambar2). kalsitonin akan menyebabkan penurunan secara cepat
kalsium plasma dan fosfat plasma melalui pengaruh
kalsitonin pada tulang dengan menghambat osteoklas.
Osteoklas di bawah pengaruh kalsitonin akan mengalami
perubahan morfologi. Dalam beberapa menit osteoklas
Hati akan menghentikan aktivitasnya kemudian mengkerut dan
25 (OH) vitamin D
menaik rufi I e d b o r d e r daripermukaan tulang.
Reseptor kalsitonin selain terdapat pada sel osteoklas
Ginjal jlugaterdapat pada sel tubulus proksimal ginjal sehingga
(1 -ohidroksilase)
kalsitonin mempunyai peran pada ginjal. pada ginjal
kalsitonin meningkatkan ekskresi fosfat melalui hambatan
absorpsi fosfat, mempunyai efek natriuresis ringan
sehingga ekskresi kalsium oleh ginjal dapat meningkat
namun hal ini tidak memberikan efek pada kalsium plasma.

Gambar 2. Sintesis dan tempat kerja vitamin D REFERENSI

Peranan hormon paratiroid dalam.kaitan dengan Amaud D. Claude. The Calciotropic Hormone & Metabolis Bone
perubahan metabolisme vitamin D adalah dalam perubahan Disease. In: Greenspan FS. Baxter JD, editors. Basic & Clinical
dari 25-hidroksivitamin D m enjadi 1,25 dihidroksivitamin D Endocrinology, 4'h ed. Connecticut: Appleton & Lange. 1994;
p:227 - 306.
atau kalsitriol di ginjal. pada keadaan dimana terjadi
Bonjour J-P, Rizzoli R. Calcium and Nutrition in Adulthood and Old
hipokalsemi, maka kelenjar paratiroid akan melepaskan Age. The Second Intemational Training Course oh Osteoporosis
hormon paratiroid lebih banyak dan hormon ini akan for Industry Specialist, and General Practitioners, University of
merangsang ginjal mengahasilkan lebih banyak 1,25 Melboume, Australia, 1999.
dihidroksivitamin D atau kalsitriol. Clemens TL, O'Riordan JLH. Vitamin D. In: Becker KI, Belizikian
JP, Bremner WJ, Hung W, Kahn CR, Loriaux DL, Nyle,n ES,
Rebar RW, Robertson GL, Wartofsky L, editors. principles and
Vitamin D ( Kalsitriol) dan Kalsium Practice of Edocrinology and Metabolism. second edition. phila-
Fungsi dari kalsihiol adalah meningkatkan kadar kalsium delphia: JB Lippincott Company. 1995; p: 483 - 4gl.
dan fosfat plasma, dengan demikian mempertahankan Dennison E, Cooper C. Osteoporosis. In: Pinchera A, Bertagna X!
keadaan agar mineralisasi tulang tetap te{amin. Vitamin D Fischer JA, Groop L, Schomaker J, Serio M, Wass JAH,
Braverman LE, editors. Endocrinology And Metabolism. Lon-
bekerja pada tiga alat yaitu : l). Usus, kalsitriol
don: McGraw-Hill International (UK) Ltd. 2001; p: 271 2gO.
meningkatkan penyerapan kalsium dan fosfat dan -
Gruenewald DA, Matsumoto AM. Aging and endocrinology. In: Becker
dianggap sebagai fungsi utama kalsitriol dalam KL, Belizikian JP, Bremner WJ, Hung W, Kahn CR, Loriaux
metabolisme kalsium. Pada keadaan hipokalsemi berat DL, Nyle'n ES, Rebar RW, Robertson GL, Wartofsky L, editors.
misalnya pada pasca tiroidektomi yang mengakibatkan Principles and Practice of Edocrinology and Metabolism. sec-
kelenjar paratiroid ikut terangkat, pemberian kalsium oral ond edition. Philadelphia: JB Lippincott Company. 1995; p:
tidak cukup untuk memperbaiki kadar kalsium tanpa 1664 - t679.
Holick MF, Krane SM. Introduction to bone and mineral metabo-
penambahan vitamin D; 2).pada tulang, vitamin D
lism. In: Braunld E, Fauci AS, Kasper DL, Hause SL, Longo DL,
mempunyai reseptor pada sel osteoklas, oleh karena itu
Jameson JL, editors. Harrison's Principles of Internal Medi-
vitamin D mempunyai efek langsung pada tulang yang cine. 156 ed. New York: McGraw-Hill, Medical pub. Division.
kerjanya mirip dengan hormon paratiroid yaitu 2001; p: 2192 - 2204.
mengaktifkan resorpsi kalsium dari tulang dengan jalan Lindlay R, Cosman F. Osteoporosis In: Braunwald E, Fauci AS, Kasper
mengaktifl<an sel osteoklas; 3). Pada ginjal sendiri kalsitriol DL, Hause SL, Longo DL, Jameson JL, editors. Harrison,s prin-
ciples of intemal medicinel5 tl ed. New York: cMraw-Hill. 2001;
menurunkan reabsorpsi kalsium di tubuli ginjal.
p: 2226-2237.
METABOLIIIME KAISII,JM
2077

Potts JT Jr. Disease of parathyroid gland other hyper- and hypoc-


alcemic disorder. In: Braunld E, Fauci AS, Kasper DL, Hause SL,
Longo DL, Jameson JL, editors. Harrison's Principles of Inter-
nal Medicine. l5t ed. New York: cGraw-Hill, Medical Pub. Di-
vision. 2001;p: 2205 - 2225.
Shoback D, Marcus R, Bikle D, Strewler G. Mineral Metabolism &
Metabolic Bone Disease. In: Greenspan FS. Baxter JD, editors'
Basic & Clinical Endocrinology, 66 ed. New York Lange Med!
cal Books/McGraw-Hill. 2001; p: 273 - 333.
323
MENOPAUSE, ANDROPAUSE DAN
SOMATOPAUSE PERUBAHAN HORMONAL
PADA PROSES MENUA
Pradana Soewondo

PENDAHULUAN harapan hidup orang Indone siarata-rata adalah 66,8 tahun.


Dalam laporan tersebut disebutkan pula bahwa dari studi
Proses menua adalah suatu proses multifaktorial, yang
selama tahun 1995-2000, persentase perempuarr yalg
akan diikuti oleh penurunan fungsi-fungsi fisiologis
mencapai usia 65 tahun lebih besar jika dibandingkan
organ tubuh yang progresif dan menyeluruh, disertai
dengan laki-laki, yaitu sebesar 7 2,lo/o berbanding 63,8%o.
penurunan kemampuan mempertahankan komposisi tubuh,
Harapan hidup perempuan umumnya 5 tahun lebih lama
serta respon tubuh terhadap stres.
daripada laki-laki.
Perubahan hormonal-endokrin yang te{adi dalam proses
Dengan meningkatnya angka harapan hidup,
penuaan ialah:
perempuan akan menjalani sepertiga masa hidupnya dalam
. penurunan fungsi gonad-hormon seks (menopause-
keadaan kekurangan estrogen (menopause). Selain itu
andropause)
. diketahui bahwa sebagian kecil laki-laki mengalami
penurunan fungsi adrenal-dehidroepiandrosteron
fenomena klinis yang mirip dengan menopause, yang
(DIIEA, DIIEA-S) (adrenopause)
. berkaitan dengan defisiensi hormonal secara parsial.
penurunan aktivitas aksis hormon pertumbuhan
Ardropause atau klimakterium pada laki-laki adalah istilah
(growth hormone = GH) - insulin growth factors I
yang digunakan untuk menggambarkan beberapa gejala
(IGF-I) (somatopause)
. dan tanda yang berhubungan dengan penurunan fungsi
penurunan melatonin
gonad laki-laki oleh karena proses menua. Istilah ini
. peningkatan hormon insulin sebagai akibat resistensi
digunakan sebagai kesetaraan dengan istilah menopause.
insulin.
Sistem hormonal mengatur komposisi tubuh, deposisi
lemak, massa otot, kekuatan otot, metabolisme, berat badan, MENOPAUSE
dan keadaan fisik. Perubahan hormonal akan menyertai
perkembangan usia seseorang. Beberapa manifestasi dari Menopause merupakan suatu bagian dari proses menua
proses menua disebabkan oleh menurunnyakadar hormon. yang ireversibel yang melibatkan sistem reproduksi wanita.
Peningkatan harapan hidup manusia Indonesia yang Klimakterium merupakan istilah umum pada siklus
terjadi dalam tiga dekade terakhir telah mengakibatkan reproduksi perempuan untuk menunjukkan rentang
masalah kesehatan akibat menopause, andropause serta waktu mulai dari proses transisi sampai pada
somatopause semakin menonjol. Pada tahun 1980, angka masa postmenopause awal. WHO mendefinisikan
harapan hidup orang Indonesia untuk laki-laki dan perimenopause sebagai interval yang mendahului
perempuanberturut-turut ialah 50,9 dan 54 tahun. Menurut berhentinya siklus menstruasi sampai pada masa I tahun
United Nation Development Program (LINDP) dalam Hu- setelah sik[us menstruasi terakhir, yang menurut temuan
man Developmental Report 2005,pada tahun 2003 angka pada Massachusettsb Womenb Health Study, jangka
MENOPAUSE, AT{DROPAUSE DAN SOMIITOPAUSE PERUBAI{AN HORMONAL
2079

waktunya berkisar tiga setengah tahun. Perimenopause mungkin timbul pada wanita menopause. Meskipun
ditandai dengan mulai timbulnya gejala vasomotor dan menopause merupakan siklus biologik yang normal bagi
ketidakteraturan haid. Pada masa perimenopause, hot seorang wanita, perlu dilakukan pemeriksaan-pemriksaan
flushes seringkali mendahului siklus anorulasi. Keluhan khusus untuk mengantisipasi timbulnya kelainan yang
fisik, seperti tegangnya payu dara, perdarahan menstruasi serius akibat dampak menopause pada kondisi fisik,
yang tidak teratur, hot flushes, dan dispareunia; dan psikologis dan sosial, serta memerlukan pendekatan yang
masalah emosional, seperti gangguan tidur, kelelahan, rasa komprehensif dan logis berdasarkan bukti kJinlk (evidence-
tegangdan mudah tersinggung hampir selalu ditemukan. based).
Menopause dimulai sej ak I 2 bulan setelah haid terakhir Pemeriksaan yang komprehensifpada wanita peri- atau
dan ditandai dengan berlanjutnya gejala vasomotor dan pasca-menopause meliputi risiko terhadap timbulnya
gejala urogenital seperti keringnya vagina dan dispareunia. penyakit-penyakit umum antara lain pemeriksaan riwayat
Walaupun masa waktu yang dihabiskan selama menopause faktor personal, faktor sosial, gaya hidup dan perilaku
(+1/3 dari masa hidup) terus meningkat, usia onset meno- kesehatan, faktor lingkungan, pola menstruasi, kesehatan
pause tidak banyak berubah yaitu sekitar 50-51 tahun. mental dan fungsi kognitif. Selain itu perlu dilakukan
Perempuan pada zaman Yunani kuno mengalami meno- pemeriksaan terhadap faktor-faktor risiko yang spesifik
pause pada usia yang sama seperti perempuan modern, bagi penyakit-penyakit yang sering terjadi pada wanita
dengan masa transisi simtomatik biasanya dimulai dari usia menopause yaitu penyakit kardiovaskular, osteoporosis
45,5-47 ,7 tahun (McKinlay, 1981; Cramer, 1995). Faktor- dan kanker.
faktor yang mempercepat terjadinya menopause sangat Selain pemeriksaan riwayat reproduksi dan pemeriksaan
sedikit, termasuk di antaranya merokok (Cramer, 1995), dasar yang komprehensif, perlu dilakukan pemeriksaan
histerektomi dan tinggal pada tempat yang tinggi khusus terhadap faktor-faktor risiko yang spesifft terhadap
(pegunungan). Berdasarkan survei Perkumpulan penyakit-penyakit yang sering terjadi pada wanita
Menopause Indonesia tahun 2005, usia menopause rata- menopause yaitu yang berkaitan dengan penyakit
rata wanita Indonesia adalah 49 + 0,20 tahun. kardiovaskular, osteoporosis, kanker payudara dan kanker
Dewasa ini, dengan semakin meningkatnya angka endometrium. Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut antara
harapan hidup, maka akan semakin banyak perempuan lain: pemeriksaan endokrinologik, Papanicolaou (Pap)
yang akan menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam smears, mammografi, metabolisme lemak, pemeriksaan
keadaan hipoestrogenik. Pada hampir 70%owanita, proses kepadatan tulang (bone density), dan bila ada indikasi
transisi menuju menopause dilalui tanpa keluhan yang dilakukan pemeriksaan endometrium dan pemeriksaan
berarti. Walaupun demikian banyak perempuan datang ke ultrasonografi transvaginal.
fasilitas kesehatan untuk berkonsultasi mengenai Meskipun patofi siologi menopause belum diketahui
pengobatan terhadap gej ala-gej ala. yang mereka alam| dengan jelas tetapi defisiensi estrogen secara tradisional
seperti hot flushes atau keringnya vagina, atau untuk dianggap bagian terpenting pada wanita menopause.
pencegahan masalah-masalah lain, seperti osteoporosis Pemeriksaan kadar gonadotropin FSH merupakan tes
dan penyakit jantung koroner. laboratorium kunci untuk diagnosis menopause, namun
Sampai saat ini, belum terdapattanda biokimia yang demikian pemeriksaan FSH, LH dan E, secara random tidak
dapat diandalkan sebagai petanda onset menopause' dianjurkan untuk memprediksi menopause oleh karena
Walaupun demikian, kadar serum FSH seringkali meningkat belum didapatkan marker yang jelas untuk mendiagnosis
pada perempuan yang masih memiliki siklus menstruasi menopause.
yang teratur pada masa premenopause akhir' Pulsatilitas Terdapat beberapa pilihan efektif yang dapat
dan keteraturan pelepasan LH juga terlebih dahulu dipertimbangkan untuk meringankan gej ala menopause.
berubah sebelum terjadi perubahan siklus menstruasi. Terapi hormonal seringkali merupakan pilihan terapi
Sekresi estrogen pada masa perimenopause bervariasi, dan paling efektif, namun tidak selalu diperlukan. Terapi
termasuk di dalamnya ada masa dimana terj adi peningkatan estrogen dapat meringankan gejala hot flushes. Terapi
estrogen. Stimulasi yang lebih besar dengan FSH akan progesteron saja juga dapat digunakan pada wanita yang
meningkatkan aktivitas aromatase folikular dan menolak pemberian estroggn. Clonidine (catapres), juga
mengakibatkan sekresi estrogen berlebih Konsentrasi dapat digunakan, dengan angka keberhasilan bervariasi.
Inhibin menurun pada masa perimenopause dan Terapi lain untuk hot flushes adalah bromokriptin;
berkontribusi terhadap peningkatan pelepasan F SH. nalokson; bellargal; veralipride; vitamin E 800 IU/hari ;
Pemeriksaan dan evaluasi pada wanita peri- dan pasca- Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI$ termasuk
menopause harus diletakkan pada konteks promosi fluoxetine, paroxetine dan venlafaxine; gabapentin (obat
kesehatan secara menyeluruh. Selain pemeriksaan klinis anti-kejang).
standar, harus pula meliputi evaluasi kualitas hidup dan Terapi estrogen juga dapat memperbaiki mood dan
pemeriksaan faktor risiko. Tujuan pemeriksaan faktor risiko disforia pada menopause, kemungkinan dengan
adalah untuk mengidentifikasi risiko penyakit yang mempengaruhi metabolisme serotonin pada sistem saraf
2080
MEIABOIJKENDOKRIN

pusat. Pemberian estrogen juga dapat mengurangi keluhan yang tinggi serat, rendah lemak, dan kaya akan antioksidan;
subjektif inkontinensia dan mengurangi insidens rekurensi olah rugallatihan fisik; berhenti merokok; menurunkan
infeksi saluran kemih pada menopause. Efek fisiologis masukan alkohol; mempertahankan aktivitas seksual
estrogen, seperti vasodilatesi arteri, penurunan kadar secara reguler; pajanan terhadap sinar matahari; relaksasi
fibrinogen, peningkatan HDL, dan penurunan LDL, akan dan mengurangi stres.
menurunkan resiko kardiovaskular. Beberapa penelitian
menunjukkan pemberian estrogen dikaitkan dengan
penurunan risiko penyakit jantung sebesar 40-50%.
ANDROPAUSE
Defisiensi estrogen merupakan penyebab utama
osteoporosis. Efek maksimal terapi estrogen pada densitas Keberadaan andropause pada laki-laki juga masih
massa tulang akan tercapaijika terapi sulih hormon dimulai diperdebatkan. Berbeda dengan perempuan, pada laki-laki
dalam tiga tahun pertama menopause. Walaupun demikian, tidak ada perubahan drastis seperti perubahan pola haid
beberapa penelitian menunjukkan efektivitas terapi, pada perempuan usia setengah baya. Pada laki-laki usia
walaupun dimulai setelah tahun ketiga. Obat lain yang lanjut, akan te{adi penumnan fungsi testis secara perlahan,
terbukti dapat meningkatkan densitas masa tulang pada sehingga terjadi penurunan kadar total testosteron dan
wanita menopause adalah alendronat, etidronat, kalsitonin perubahan irama sekresi sirkadian testosteron.
dan raloksifen.
Sejalan dengan proses menua, laki-laki usia lanjut
Efek terapi sulih hormon pada pencegahan demensia memperlihatkan penurunan massa fulang dan otot beserta
masih kontroversial namun menjajikan. Mekanismenya kekuatannya. Penurunan massa densitas fulang tersebut
kemungkinan dengan meningkatkan aliran darah ke otak merupakan predisposisi bagi laki-laki usia lanjut untuk
dan meningkatkan pertumbuhan dendrit neuron untuk menderita osteoporosis dan fraktur. Selain itu pada proses
mendukung produksi neurotransmiter. menua terjadi perubahan distribusi lemak tubuh dari perifer
Regimen terapi sulih hormon yang paling sering menjadi sentral. Selain itu pada laki-laki usia lanjut terdnpat
diberikan terdiri dari estrogen dengan atau tanpa proges- peningkatan prevalensi BPH (Benign protatic hyperpla-
tin. Sebanyak empat puluh persen wanita menghentikan sra) yang disertai keluhan-keluhan saluran kencing bagian
penggunaan terapi sulih hormon pada delapan bulan bawah (LUTS:Zower urinary tract symptoms).
pertama terapi atau tidak pernah memulai terapi sama sekali. Fenornena klinis ini pertama kali dilaporkan pada
Efek samping berupa payudara tegang, perdarahan, kanker dekade tahun 1960-an. Akan tetapi studi yang besar baru
(payudara atau endometrium) dan tromboemboli. pada dilakukan pada awal 1990-an pada Massachusets Male
Nurses Health Study ditemukan bahwa risiko kanker Aging Study (MMAS) yang melibatkan 4l 5 laki-laki sehat
payudara tertinggi pada wanita yang mendapat terapi sulih dan 1294 laki-laki dengan satu atau beberapa gejala
hormon selama 5 tahun atau lebih. andropause yang berusia 39-70 tahun. Pada kedua
Terapi natural (altematif) sekarang telah menyebar ke kelompok penelitian tersebut di atas, menunjukkan adanya
seluruh dunia. Jamu - jamuan dan tumbuh - tumbuhan penunrnan kadar testosteron bebas sebesar 1,2%o per
yang merupakan suplemen makanan telah banyak tahun, penurunan kadar testosteron terikat albumin
diproduksi yang masih mempunyai banyak masalah sebesar 1,00% pertahun, dan peningkatan kadar SHBG (sex
mengenai jumlah dan kemurniannya dari bahan aktif. hormone binding globulin) sebesar l,2o/o pertahw. Hasil
Produk tersebut dapat merupakan fitoestrogen termasuk aktrir dari perubahan ini menghasilkankadar total testrcsteron
promensil yang merupakan ekstrak dari red clover serum menurun lebih lambat sebesar 0,4o% pertahun.
(trifolium prat ense); B I ack C ohos h (cimicifuga racemosa) Perubahan hormon androgen yang terjadi pada laki-
juga disebut black snakeroot dan bugbane. laki usia lanjut tersebut di atas sangat bervariasi dari satu
Beberapa pendekatan perubahan pola hidup dapat individu ke invidu yang lain dan biasanya tidak sampai
direkomendasikan untuk meringankan gejala-gejala menyebabkan hipogonadisme yang berat. Pada beberapa
menopause. Pendekatan itu di antaranya adalah pola makan laki-laki sehat usia lanjut, memang terbukti adanya
kegagalan testis primer yang diperlihatkan dengan
adanya: penurunan produksi sperma sehari-hari,
penurunanan testosteron total dan testosteron bebas,
Kanker payudara dengan Penyakit hati kronik
berkurangnya respon sekresi testosteron setelah
estrogen reseptor pemberian gonadotropin eksogen, serta dengan
Kanker endometrium Hipertrigliseridemia berat peningkatan kadar gonadotropin. Beberapa penyakit dan
Perdarahan vagina belum Endometriosis penggunaan obat-obatan dapat menggangu fungsi testis.
terdiagnosis
Penyakit tromboemboli aktif Riwayat penyakit Meskipun demikian beberapa laki-laki dapat
tromboemboli mempertahankan kadar testosteron dalam kisaran normal
Riwayat melanoma maligna Penyakit kantung empede setelah usia di atas 80 tahun.
MENOPAUSE AD{DROPAUSE DAN SOMIIIIOPAUSE PERUBAI{AN HORMOT'LAL 2081

Di samping kegagalan t6stis primer, terdapat pula dilanjutkan dengan pemeriksaan hormonal. Kuesioner ini
perubahan fungsi aksis hipotalamus-hipofisis-te stis. telah diuji-cob a pada 31 6 lakilaki berusia 40 -62 tahun dan
Respons sekresi gonadotropin terhadap gonadotropin dikorelasikan dengan kadar testostercn bioactive serum.
releasing hormone eksogen berkurang, dan menurunnya Ternyata alat skrening tersebut di atas, mempunyai
pulsatifLH pada beberapa laki-laki sehat usia lanjut. sensitivitas 88 % dan spesifitas 60 %.
Hanya sebagian kecil laki-laki sehat usia lanjut Disamping daftar pertanyaan tersebut di atas, terdapat
memperlihatkan kegagalan testis dengan jelas, dengan pula daftar pertanyaaan AMS (aging male study) :ur;rt.tk
gambaran klinis defisiensi androgen yang nyata andropause yang dikembangkan olehpeneliti dari Jerman.
(penurunan libido, disfungsi ereksi, osteoporosis, Jumlah pertanyaannya lebih banyak (17 pertanyaan) dan
ginekomastia dan gejala lain seperti rasa cemas, depresi, mencakup ranah gangguan psikologis, somatik dan
daya ingat menurun, sukar berkonsentrasi, mudah lelah seksual.
sulit tidur, rasa panas dimuka, berkeringat hilang timbul, Perlu juga kita ingat bahwa biasanya pada usia lanjut,
hot Jlushes) disertai dengan kadar testosteron total di terdapat penyakit penyerta lain seperti: diabetes melitus,
bawah nilai normal. Pasien dengan gejala tersebut di atas hipertensi, obesitas, dislipidemia, hiperurisemia, strok,
bila tidak ada kontra indikasi dapat diberikan substitusi penyakit jantung koroner, fraktur osteoporosis. Semua
hormon testosteron. keadaan ini membutuhkan penatalaksanaan klinis
Tetapi dalam praktek sehari-hari kita lebih sering tersendiri.
berhadapan dengan pasien laki-laki usia lanjut yang Hubungan antara hipogonadisme dan osteoporosis
mempunyai kadar testosteron sedikit menurun (anlara pada laki-laki, telah terbukti pada berbagai keadaan
2,5 -3,0 nglml) dengan gejala klinis yang tidak khas seperti hipogonadisme seperti: sindrom Klenefelter,
: disflrngsi ereksi, pemrmnan libido, kelemahan otot, dan hipogonadisme hipogonadotropik, hipogonadime
osteopeni. Disini kita masih ragu dalam memberikan terapi hiperprolaktinemia. Terjadinya osteopeni pada lakilaki
substitusi mengingat belum ada bukti-bukti penelitian yang dengan hipogonadime ini, lebih disebabkpn oleh
cukup. Tremblay dan Morales menganjurkan bahwa pencapaian densitas massa tulang yang rendah dan bukan
sebaiknya terapi hipo gonadisme diberikan sesuai indikasi sebagai akibat penurunan massa tulang yang terjadi lebih
spesifft yaitu: adanya gejala klinis dan kadar testosteron awal.
senrm yang rendah. Sayangnya sampai saat ini belum ada Hipogonadisme yang terjadi pada andropause juga
batasan kriteria defisiensi testosteron (hipogonadisme) dianggap sebagai faktor risiko osteoporosis pada lakilaki
untuk usia lanjut. Sampai saat ini sebagai acuan masih dengan kompresi frakhr tulang vertebra; dan kemungkinan
dipakai nilai normalpada laki-laki muda. sebagai faktorrisiko pada frakturkolum femoris pada laki-
Skrining pasien dengan kemungkinan androgen laki lansia.
defi siensi dapat menggunakan daftar pertanyaan mengenai
gejala-gejala hypoandrogen yang dikembangkan oleh
kelompok studi St Louis-ADAM (Androgen defisiency in SOMATOPAUSE
the aging male) dari Canada, seperti tersebut di bawah ini :
. Somatopause adalah proses menua normal yang ditandai
Apakah anda mengalami penurunan libido akhir-akhir
oleh penurunan secara bertahap sekresi GH oleh kelenjar
ini ?
. hipofisis anterior, dan disertai dengan pemrrunan masa
Apakah anda seharihari selalu merasa lemas ?
. h;Jalng dan lean body mass , serta pengingkatan masa lemak.
Apakah anda mengalami penurunan kekuatan fisik/
Pada usia lanjut, aksis GH mengalami perubahan yang
endurace dalam menjalankan pekerjaan ?
. nyata. Sekresi pulsatif GH setelah usia 40 tahun menumn
Apakah anda merasa tinggi badan berkurang ?
. secara progresif, sedemikian rupa sehingga setelah usia
Apakah anda merasakan adanya penunrnan semangat
70-80 tahun tinggal separuhnya yang masih mensrekresi
hidup ?
. GH pada malam hari. Demikian pula IGF-1 akan menurun,
Apakah anda merasa sedih dan atau sendirian ?
. tetapi sekresi IGF-I ini masih berespon terhadap pemberian
Apakahandamengalamipenurunankemampuanereksi?
. GH eksogen. Perubahan komposisi tubuh seperti obesitas
Apakah anda akhir-akhir ini merasakan penunrnan
sentral, menurunnya massa otot dan tulang yang terjadi
kemampuan untuk olah raga ?
. pada defisiensi GH dewasa, mirip seperti yang terjadi pada
Apakah anda cepat mengantuk setelah makan malam ?
. pasien defisiensi GH usia muda. Hal ini yang melahirkan
Apakah anda mengalami penunrnan dalam kemampuan
hipotesis bahwa perubahan komposisi tubuh yang terjadi
prestasi ke{a ?
pada usia lanjut adalah akibat defisiensi GH dan dapat
Bila menjawab ya untuk pertanyaan I dan7, maka ada diperbaiki dengan pemberian GH.
kemungkinan menderita andropause atau PADAM. Atau Pemberian substitusi GH selama 12- I 8 bulan dilaporkan
bila menjawab yauntuk empatpertanyaanatau lebih selain dapat meningkatkan massa otot dan tulang pada laki-laki
pertanyaan I danT,juga diriyatakan positif dan dapat dan perempuan usia lanjut. Pemberian GH j angka pendek
2082 MEIABOLIKENDOIRIN

akan menyebabkan lipolisis, menstimulasi sintesis protein, Physician 2000;61:1391-40,1405-6. Disitasi dari : http:ll
meningkatkan lean body nass, menstimulasi turnoyer www. aafp.orglafp I 200003 0 I / 13 9 1.html. Diakses tar,ggal : 6
tulang, bersifat antagonis insulin, dan mengubah cairan Februari 2006.
Gruenewald DA dan Matsumoto AM. Aging and endocrinology. Dalam:
tubuh total. Efek metabolik GH yang paling besar adalah
Becker KL etal editor. Principles and practice endocrinology
hilangrrya jaringan lemak visceral. GH sebagaiterapi anti-
and metabolism edisi kedua. Philadelphia: JB Lippincott Co;
aging telah mendapatkan perhatian khusus. Namun t99s, p 1664-79.
pemberian GH belum disetujui oleh FDA dan masih Ichramsjah Rachman, Ali Baziad. Gambaran umum tentang meopause
diperlukan penelitian lebih lanjut. di Indonesia. Dibawakan dalam Simposium Nasional
Perkumpulan Menopause Indonesia. Jakarta 4-5 Februari 2006.
Institute for Clinical Systems lmprovement (ICSI). Menopause and
hormone therapy (HT): collaborative decision-making and man-
KESIMPULAN
agement. Bloomington (MN): Institute for Clinical Systems
Improvement (ICSI); 2005 Aug. 64 p. [76 references]. Disitasi
Dapat disimpulkan bahwa proses penuaan adalah dari : http://www.guideline.gov/summary/summary.aspx? view_id
multifaktorial dan penurunan fungsi hormonal-endokrin : 1&doc_id:8003 . Diakses tanggal 6 Februari 2006.
hanya merupakan salah satu aspek. Menopause pada Marin P, Holmag S, Jonsson L et al. The effect of testosterone
perempuan disebabkan oleh penurunan fungsi ovarium teratment on body composition and metabolism in middle-aged
dalam menghasilkan estrogen, sedangkan andropause obese men. Int J Obes 1992 (16): 991-997.
Morales A, Heaton JPW dan Carson CC. Andropause: A Misnomer
pada laki-laki disebabkan oleh penurunan sekresi hormon
for a true clinical entity. J Urol 2000; 163:705-712.
testosteron oleh testis. Somatopause adalah penurunan Orwol ES. Epidemiology and diagnosis of osteoporosis in men.
aktivitas aksis GH - IGF-I yang menyebabkan perubahan Dalam: Oddens B dan Vermeulen A editors. Androgen and the
komposisi tubuh manusia. Terapi sulih hormon untuk aging male. New York : The Parthenon Publishing Group; 1996,
mengatasi fenomena klinis defisiensi hormonal tersebut p. 15-37.
di atas telah dikembangkan dan memberi harapan dalam Pramono Noor, Hary Tjahjanto. Fitoserm : Terapi terkini dalam
memperbaiki kualitas hidup manusia di masa mendatang. mengatasi masalah kesehatan menopause. Dibawakan dalam
Simposium Nasional Perkumpulan Menopause Indonesia. Jakarta
4-5 Februari 2006.
Reid IR, Wattie DJ, Evans MC, Stapleton JP. Testosterone theraphy
REFERENSI in glucocorticoid-treated men. Arch Intern Med 1996; 156:
tt73-7.
American Association of Clinical Endocrinologists. AACE medical Soewondo P. Andropause. Makalah siang klinik metabolik endokrin
guidelines for clinical practice for growth hormone use in adults Bagian Ilmu Penyakit Dalam 2001.
and children - 2003 update. Growth Hormone Guidelines, Endocr Tremblay RR dan Morales A. Practice Recommendations : Cana-
Pract. 2003;9(No. 1) 75. dian practice recommnedations for screening, monitoring and
Anderson FH, Francis RM, Peaston RI, Wastell HJ. Androgen supple- treating men affected by andropause or partial androgen defi-
mentation in eugonadal men with osteoporosis: effects of six ciency. The Aging Male 1998; l:213-218.
months' treatment on markefs of bone formation and resorp- United Nation Development Program. Human Development Re-
tion. (abstract). J Bone Miner Res 1997; t2(3):472-8. port 2005: Human development index Indonesia. Disitasi dari :
Anwar Mochamad, Shofwal Widad, Zain Alkaff. Pemeriksaan- http://hdr.undp.org/statistics/data/ cty I cty _f_lDN.html. Disitasi
pemeriksaan penting pada menopause. Dibawakan dalam tanggal 27 Februari 2006.
Simposium Nasional Perkumpulan Menopause Indonesia. Jakarta Veldhuis Johannes. Endocrinology of aging. Conference Report.
4-5 Februari 2006. Disitasi dari : http ://www.medscape.corn/ view article/ 407 92 I _1.
Bachmann Gloria. Menopause. Disitasi dari : http://www. Diakses targgal 6 Februari 2006
eniedicine.com/med/ topic3289.htrn. Diakses tanggal : 6 Februari Venneulen A. Declining androgen with age: an overview. Dalam:
2006- Last updated : l0 Agustus 2005. Oddens B dan Vermeulen A editor. Androgen and the aging male.
Cutson Toni, Emily Meuleman. Managing menopause. Am Fam New York: The Parthenon Publishing Group; 1996, p.3-14.
324
PRE DIABETES
Dante Saksono Harbuwono

PENDAHULUAN ](ribria Glukca darah (mg[dl)


Gula Darah Puasa Terganggu (GDPT) 10G125
Diabetes menjadi masalah serius di seluruh belahan bumi.
Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) 140-199
Jumlah penyandang diabetes meningkat dari tahun ke
tahun. Indonesia menduduki tempat ke 4 jumlah
penyandang diabetesnya sesudah China, India dan GDPT disebabkan karena peningkatan hepatik
Amerika. Laporan prevalensi diabetes di berbagai daerah glukoneogenesis dan penurunan fungsi pankreas.
pada dekade 1980-an menunjukkan sebaran antara0.SYo Sedangkan TGT lebih banyak disebabkan karena resistensi
di Tanah Toraja, 1.7 % di Jakarta. Prevalensi DM insulin. Kurang lebih 30-40% pasien dengan pre diabetes
meningkat tajam, antara lain laporan di Jakarta yang akan menjadi diabetes tipe 2 ialamkurun waktu 5 tahun
menunjukkanpeningkatan 300% pada tahun 1993 menjadi pertama.
5,7%o (daerahurban) danl2,Sohpada tahun 2001 di daerah American Diabetes Association (ADA)
suburban Jakarta. merekomendasikan untuk melakukan penapis an pada
Penyandang diabetes mempunyai risiko penyakit kelompok umur lebih dari 45 tahun, terutama pada mereka
jantung dan pembuluh darah, dua sampai empat kali yang masuk ke dalam kelompok berat badan lebih dan
lebih tinggi dibandingkan tanpa diabetes. Penyandang obesitas, dengan menggunakan pemeriksaan glukosa
diabetes juga mempunyai risiko hipertensi dan puasa dan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Sudah
dislipidemia yang lebih tinggi dibandingkan orang nor- tentu penapisan yang dilalcukan oleh ADA tersebut tidak
mal. Dengan adanya peningkatan risiko yang lebih sepenuhnya sensitif untuk merekrut penderita pre diabe-
tinggi terhadap morbiditas dan mortalitas tersebut, maka tes, untuk itu perlu dilakukan modifikasi untuk menjaring
perlu berbagai upaya yang lebih agresifpada kelompok pre diabetes pada populasi yang berbeda. Berikut ini
risiko diabetes dan penyakit jantung dan pembuluh adalah salah satu modifikasi penapisan pre diabetes yang
darah. lebih baik untuk populasi di Indonesia:
Sesungguhnya, kelainan pembuluh darah yang terjadi Seperti disebutkan di atas, penapisan Pre-diabetes
pada pasien diabetes terjadi sebelum diabetesnya sesungguhnya penapisan merupakan faktor risiko yang
didiagnosis. Kondisi yang mengawali cascade disfungsi berhubungan dengan sindrom metabolik' Pada pasien
vascular adalah terjadinya resistensi insulin pada kondisi dengan pre diabetes, target terapinya adalah menurunkan
yang disebut pre diabetes. risiko menjadi diabetes dan penyakit kardiovaskular.
Pre-diabetes adalah kondisi abnormalitas metabolisme Reaven untuk pertama kalinya mengemukakan
glukosa yang ditandai dengan peningkatan gula darah hipotesis resistensi insulin dikaitkan dengan penyakit
puasa (yang disebut Gula Darah Puasa Terganggu: jantung dan pembuluh darah dikaitkan dengan
GDPT) danlata.u peningkatan gula darah post-pandrial hipertensi, dislipidemia dan diabetes pada kelompok
(yang disebut Toleransi Glukosa Terganggu=TcT). populasi yang sebenarnya adalah kelompok pre
GDPT dan TGT ditegakkan berdasarkan kriteria sebagai diabetes. Setelah itu berbagai kriteria diajukan untuk
berikut: mensimulasi kumpulan gejala yang berkaitan dengan
2084 MEDAEC'IJKENDOKRIN

PANDUAN SKRINING ADA UNTUK PRA.DIABETES DAN DIABETES

I lAnaUdewasal I
'1. Usia Anak<10 Dewasa > 45 tahun Dewasa > 45 tahun
I lio-lTtahun I lDewasa18-45tahun

Skrining rutin TIDAK IMT:


IMT z 25 kg/mz BMI 2 25 kg/m'z BB Normal DAN
direkomendasikan > PeBentil 85 sesuai usia & E\.IL'1 tukror DAN 1 faKor tidak ada faktor risiko
2. Obesitas kecuali awitan terjadi jenis kelamin risiko berikut risiko berikut (berlanjut ke tahap 4)
pada masa pubertas, ATAU
JIKA DEI\,4IKIAN > PeEentil 85 BB sesuai TB
ATAU Faktor Risiko lain;
gB > '120o/o dari BB ideal . lnaKivitas fisik (aktivitas sedang < 30 menit 5 hari/minggu atau
sesuai TB aktilitas berat < 20 menit 3 hari/minggu)
DAN Dua (2) Faktor Risiko . Riwsyat keluarga DM (terutama keEbat generasi 1)
. Populasi suku/€tnik dsiko tinggi (lihat dafrar di bawah anak)
. l\relahirkan bayi dengan berat > 4000 gram atau didiagnosis
Diabetes Gstasional
Dua (2) dari berikut:
. Hipertensi > 140/90 mmHg
. Riwayat keluarga DM tipe 2 (generasi ke 1/ 2)
- Riwayat penyakit vaskular
. Suku (Amerika asli, Amerika Afrika)
. Dislip 35 mg/dl (0,90 mmoul)
. Amerika Hispanik, Penduduk kepulauan di
dan/a mg/dt (2,82 mmoyl)
3. Faktor Risiko v,u^voo ,erYa,,ggu
Asia/Pasifik Selatan \
Tanda resistensi insulin (akantosis nigrikan, Darah Puasa Terganggu (GDPT)
hipertensi, dislipidemia, sindrom polikistik
. Kondisi klinis yang berhubungan dengan rsistensi insulin (@:
akantosis nigrikan)
ovarium) . SindromPolikistikOvarium

TES SKRINING PERLU PEMERIKSAAN TAMBAHAN, JIKA

4. Tes Skrining . Glukosa Darah Puasa (GDP).,,,........... '100-125 mg/dl (Pa-Diabetes)


. Glukosa Darah Puas (cDP), .... ..1 126 mg/dl (Diabetes)
. Toleransi GlukosaTerganggu(TGT)....2iam,setelahT5grglukosa,nilai >140-199(pr+Dhbetes),>20O(Diabetes)

5. Frekuensi

Hasil abnomal Hasil Nomal


1 Ulangi tes pada hari berikutnya Skrining seperti 1 sampai 3
untuk diagmsis
2- Lakukan ren€na terapi termasuk
modillkasi gaya hidup
6, Hasil/tindakan
3. Skrining dan terapi faktorrisiko
Penyakit Kardiovaskular
. Hipertensi
. Dislipidemia
. Penggunaan tembakau

Gambar 1. Penapisan pre diabetes (Dante 2009), dimodifikasi dari WHO4

resistensi tersebut, antara lain disampaikan dalam bentuk . Mikroalbuminuria:Albuminurin22Dm{mefitataurasio


terminologi yang kemudian dikenal sebagai Sindrom albumin:kreatinin> 30
Metabolik. Beberapa kriteria sindrom metabolik
disampaikan oleh:
NECP ATPilt (THE US NATTONAL EDUCATTON
PROGRAM ADULT TREATMENT PANEL ilt\,2001
wHo (rHE woRLD HEALTH ORGANIZ}.TIOtI
Diagnosis ditegakkan sedikitnya 3 dari gejala berikut:
Sindrom metabolik ditegakkan bila terdapat gangguan . Obesitas sentral,lingkarpinggarg> 102 cm (pria);> 88
regulasi glukosa (DM, TGT atau TGPT) yang diikuti cm(wanita)
dengan sedikitnya 2k,riteriadi bawah ini:
. Dislipidemia:Trigliseride> 150mg/dl
. Tekanandaruh> l40l90mmHg. . Dislipidemia: HDL < 40 mgldl (pria); < 50 mg/dl (wanita)
. Dispilidemi: Total kolesterol > dan/atau HDL < 40 mgl . Tekanandarah> 130/85 mmHg
dl (laki-laki); < 50 mg/dl (wanita)
. Guladarahpuasa> ll0mg/dl
. Obesitas sentral: rasio lingkar perut/lingkar pinggang Pada perkembangannya, berbagai studi dilakukan di
> 0.9 (aki-laki);> 0.85 (wanita) dan/atatindeks massa
berbagai tempat untuk menilai seberapa sensitif dan
tubuh> 3}kglrfi spesifisik sindrom metabolik tersebut dapat digunakan
PREDIABETES 2085

untuk memprediksi diabetes dan penyakit jantung dan resistensi menjadi dasar untuk patofisiologinya, ada
pembuluh darah pada kelompok ini. beberapa penelitian yang mengukur resistensi insulin
American Diabetes Association (ADA) dan The secara langsung, dan ternyata tidak berhubungan dengan
European Associationfor the Study of Diabetes (EASD), kriteria klinis yang disampaikanpada sindrom metabolik.
menyampaikan pernyataan bersama atas keberatan Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
terhadap kriteria diagnosis sindrom metabolik untuk Framingham Score, mempunyai kemampuan yang lebih
memprediksi diabetes. Pertama, bahwa berbagai studi baik untuk memprediksi diabetes dan PJK . Hal ini sesuai
dengan sampel yang besar menunjukkan bahwa faktor dengan hasil evaluasi Famingham Score jangka pendek
prediksi diabetes dengan menggunakan kriteria sindrom oleh Grundy dan jangka panjang oleh Warmamethee. Akan
metabolik sebagian besar hanya ditentukan oleh intoleransi tetapi selama ini, Framingham Score lidak banyak
glukosa saja. Kedua, pada pemakaian praktis diagnosis digunakan secara luas karena tidak terlalu praktis untuk
sindrom metabolic tidak mempunyai kekuatan untuk praktik klinik sehari-hari. Framingham s core leblhbanyak
memprediksi diabetes, tetapi lebih banyak dikaitkan digunakan pada penelitian.
dengan hubungan multivariat berbagai faktor risiko Studi terakhir dari Wilson menunjukkan bahwa resiko
penjakit jantung dan pembuluh darah. Hingga saat ini relatif PJK sama pada 5 kriteria, 3 kriteria dan 1 kriteria.
belum ada satu tulisan pun yang dapat menjelaskan Kurang lebih hingga kini ada 7 studi besar yang
patofisiologi hubungan masing-masing komponen memperlihatkan bahwa risiko PJK antara simdrom secara
sindrommetabolik. keseluruhan dan masing-masing komponen saja, sama.
Lebihjauh lagi, ada beberapa pertanyaan kunci yang Q0,23-29Bmpror).
harus dijawab berkaitan dengan sindrom metabolik, antara Berbagai pusat studi dan asosiasi profesional (Ameri-
lain: can Diabetes Association (ADA) dan European Associa-
l. Seberapa besar definisi sindrom metabolik dapat tion for Study of DiaDeles (EASD)) mengetengahkan
digunakan untuk kepentingan diagnosis? pendekatan baru untuk menjawab polemik yang.timbul
. Apakah sindrom metabolik dapat digunakan untuk pada istilah sindrom metabolik, yang sesungguhnya
memprediksi risiko penyakit jantung dan pembuluh adalah identifikasi dari kelompok yang mengalami resistensi
darah?, adakah perbedaan risiko seseorang dengan insulin, yang dulu dikenal sebagai pre diabetes.
satu saja kriteria dengan kriteria yang lengkap? Pendekatan baruini disebut Cardiometabolic Risk A
. Apakah gejala yang timbul selalu terkait dengan ssessment (CRA). CRA berusaha untuk memprediksi
patofisiologi penyakit jantung dan pembuluh darah? kelompok risiko diabetes dan PJK pada kelompok pre dia-
2. Apakah pengobatan pada seseorang dengan kriteria betes tersebut. CRA menempatkan faktor resiko klasik
lengkap sindrom metabolik berbeda dengan sesorang DM dan PJK sebagai komponen terpisah (profil lipid,
yang tidak lengkap sindrom metaboliknya? perokok, Gangguan Toleransi Glukosa, peningkatan
tekanan darah) ditambah berbagai parameter yang terkait
Kalau dilihat dua kriteria sindrom metabolik di atas,
dengan obesitas sentral seperti resistensi insulin, gula
terdapat berbagai perbedaan, misalnya kriteria batasan
darah yang meningkat, faktor inflamasi (CRP, TPAI- I , TNF-
tekanan darah. Mana yang lebih baikt
a) serta perubahan fungsi pembekuan (peningkatan fibrino-
Antara dua patokan di atas (WHO dan NCEPATP III),
gen).
terdapat perbedaan kriteria yang diperlukan untuk
Titik tolak baru yang significant pada pendekatan ini
mengatakan sindrom metabolik, misalnya, mikroalbumin
adalah orientasi yang lebih serius pada obesitas sentral.
masuk dalam kriteria WHO, tetapi tidak pada kriteria AIP
Jaringan lemak sentral melepaskan berbagai mediator
m. WHO menempatkan gangguan toleransi glukosa
bioaktif tidak hanya mempengaruhi homeostasis berat
menjadi sesuatu yang harus terpenuhi, tetapi tidak pada
badan, tetapi juga resistensi insulin, yang kemudian
ATP III. Setiap kali revisi pada berbagai kriteria yang
berpengaruh pada berbagai faktor risiko diabetes dan PJK.
disampaikan tidak pernah didasarkan atas patofisiologi
yang mendasarinya, tetapi lebih berdasarkan angka-angka
dari hasil analisis studi yang desainnya berbeda-beda.
Hal lain yang agak membingungkan adalah, bagaimana PENATALAKSANAAN
dua faktor bisa dijelaskan saling berhubungan untuk
menggambarkan resistensi insulin?. Kita semua sepakat bahwa managemen penatalaksanaan
Lebih lanjut lagi, mengapa hanya 3 kriteria yang diabetes tipe2 harus dilakukan secara intensif. Berbagai
digunakan?, mengapa tidak satu, dua, empat atau konsensus yang disampaikan oleh PERKENI (Persatuan
keseluruhannya?. Apabila resistensi insulin adalah faktor Endokrinologi Indonesia), American Diabetes
yang mendasari, mengapa tidak memasukkan kriteria Association (ADA), American Association of Clinical
umur? (berbagai penelitian menunjukkan umur merupakan Endo crino I ogy (AACE) dan sebagainya, secara konsisten
prediktor yang kuat untuk resistensi insulin). Apabila memberikan rekomendasi kunci untuk menurunkan
2086 METABOIJKENT'OIRII\

4. Melindungi berbagai komplikasi jangka panjang dan


komplikasi diabetes jangka panjang dengan target kadar jangka pendek yang berkaitan dengan risiko kelainan
AIC senormal mungkin. The Diabetes Complications vaskular
Control and Complication Trial (DCCT) menggunakan 5. Mengurangi berat badan dan obesitas sentral secara
acuan noflnalAlC kurang dari6.l%. Ironisnya, dengan
efektif.
berbagaijenis terapi yang telah digunakan, lebih dari 15
tahun, kita hanya dapat mendapatkan kurang leblh 56%
pasien DM tipe 2 yatgdapat mencapai AIC < 7 (2)
REFERENSI
Kita tidak dapat menyalahkan pasien karena
ketidakmampuan mereka mencapai kontrol gula darah yang 1. Engelgau MM, Geiss LS, Saaddine JB, Boyle JP, Benjamin SM,
baik. Diabetes adalah kelainan progesif yang merupakan AH Ford ES et al. The evolving diabetes burden in United State.
perpaduan antara resistensi insulin dan penurunan fungsi Ann Intern Med. 2004;140:945-950
sel beta. Dengan tidak ada jaminan bahwa semua pasien 2. Haffnq SM, Lehto S, Ronnemma T, Pyorala K, Laakso M.
akan patuh untuk menjaga diit dan aktivitas frsilg diperlukan Mortality from coronary heart disease in subjects with type 2
diabetes and in nondiabetic subjects with and without prior myo-
berbagai 'penyesuaian' agar target kontrol gula darah
cardial infarction. N Eng J Med. 1998;339:229-234
dapat tercapai. Tentu saja semua itu bisa terlaksana kalu
3. Reaven GM. Role of Insulin resistance in human disease. Diabe-
kita melakukan pendekatan terapi berdasarkan patofi siologi tes 1988;37:1595-1607
diabetes. 4. World Health Organization: Definition, Diagnosis, and Classifi-
Berbagai studi menunjukkan bahwa fungsi beta sel cation of Diabetes Mellitus and its complication: Report of
pankreas sudah mulai menurun pada pasien dengan pre WHO consultation. Geneva, World Health Org 1999
diabetes. Pasien prediabetes dengan TTGO 180-199 mgl 5. Chel KI, Abbasi F, Lamendola C, Mclaughlin I Raeven GM,
dL, telah mempunyai penurunan fungsi sel beta sebanyak Ford ES. Relationship to Insulin resistance of the Adult Panel
III diagnostic criteria for identification of metabolic syndrome.
75-80% dan masa sel beta pankreas hanya 50o/o saja..
Diabetes 2004 ;53 : I 19 5 -l 200
Sebagian dari mereka, ketika benar-benar menjadi diabe- 6. Liao Y, Kwon S, Shaughnessy S, Wallace B Hutto R Jenkins AJ,
tes sebenarnya telah mengalami komplikasi mikro dan Klein RL, Garvey WT. Critical evaluation of Adult Treatment
makroangiopati jauh-jauh hari sebelumya, . Phanel III criteria in identifying insulin resistance with
Berbagai penelitian menyampaikan bahwa pre diabe- dyslipidemia. Diabetes Carc 2004;27 :97 8-983
tes dapat dikurangi risikonya menjadi diabetes dengan 7. Mclaughlin I Abbasi 4 Cheal K Chu J, Lamendola C, Raeven
melakukan perubahan pola hidup yang berkaitan dengan G Use of metabolic markers to identiff overweight individuals
who are insulin resistant. Ann Intem Med 2003;139:802-809
peningkatan resistensi insulin seperti menurunkan
8. Wannamethee SCa Sharper AG, Lennon L, Moris RW Meta-
obesitas, mengatasi dislipidemia, meningkatkan aktivitas bolic syndrome vs Framingham Risk Score for prediction of
fisik yang berkaitan dengan pembakaran kalori d11. coronary heart disease, stroke, and type 2 diabetes mellitus.
Kesulitannya adalah bahwa hanya sebagian sangat kecil Arch Intern Med 2005; 165:2644-2650
saja penyandang GDPT dan TGT yang mampu 9. Wilson PW, D'Agostino RB, Parise H, Sulivan L, Meigs JB.
mempertakankan pola hidup yang diajarkan secara baik Metabolic Syndrome as a precursor of cardiovascular disease
and type 2 diabetes mellitus. Circulation 2005;112:3066-3072
dalamjangka waktu yang lama.
10. Golden SH, Folsom AR, Coresh J, Shanett AR, Szko M, Brancati
Terapi medika mentosa untuk pre diabetes sampai saat
F. Risk factor groupings related to insulin resistance and their
ini hanya direkomendaskan apabila terdapat kondisi synergistic effects on subclinical atherosclerosis: the athero-
disfungsi metabolik yang menyertainya, misalnya: sclerosis risk Community Study. Diabetes 2002;51:3069-76
. Mengatasi hipenensi, 11. Yarnell JW, Patterson CC, Bainton D, Sweetnam PM. Is
. Memperbaikiprofillipid. metabolic syndrome a discrete entity in general population?
. Menurunkanproteinuria. Evidence from Caerphilly and Speedwell population studies
. Menurunkanhiperurisemia. 1998:'79:248-252
. Mengatasi gangguan fungsi hemostasis dan agregrasi
12. McNeill AM, Rosamond WD, Girman CJ, Golden SH, Schmidt
MI, East HE, Ballatyne CM, Heiss G The metabolic syndrome
trombosit. and I 1 year risk of incident cardiovascular disease in the
Beberapa studi mulai dilakukan untuk melukan Atherosclerosis Risk in Community Study. Diabetes Care
pendekatan penatalaksanaan secara prinsipil pada 2005;2 8:3 85 -3 90
kelompok pre diabetes. Pendekatan terapi tersebut saat 13. Sattar N, Gaw A, Shcherbakova O, Ford I, O'Reilly DS, Itrafher
ini berpegang pada bagaimana mengatasi patofisiologi SM, Isles C, Macfarlane PW, Packard CJ, Cobbe SM, Shepherd
J. Metabolic syndrome with and without C-reactive protein as a
risiko yang mungkin timbul pada pasien pre diabetes
predictor of coronary heart disease and diabetes in the West of
apabila perj alanan "kelainannya" dibiarkan. Pendekatan
Scotland Coronary Prevention Study. 2003:108:414-419
terapi di masa dating adalah: 14. Alexander CM, Landsman PB, Teutsch SM, Hafftrer SM. NCEP-
l. Menurunkan resistensi insulin di perifer. defined metabolic syndrome, diabetes, and prevalence of
2. Meningkatkan sekresi insulin di pankreas coronary heart disease among NHANES II participants age 50
3. Melalerkan preservasi frrngsi sel beta pankreas years and older. Diabetes 2003;52:1210-7214
PREDIABETES 2087

1 5. Eberly LE, Pineas R, Cohen JD, Vazques C\ Zhi X, Neaton JD,


Kuller LH. Metabolic syndrome :risk factor distribution and
18-year mortality in the multiple risk factor intervention trial.
Diabetes Care 2006;29 :123 -130
16. Sundstrom J, Vallhagen E, Riserus U, Bysberg L. Beme C, Lind
L, Ingelsson E. Risk associated with the metabolic syndrome
versus the sum of its individual components. Diabetes Care
2006;29:1673-167 4

You might also like