Professional Documents
Culture Documents
A. Substansi penelitian
1. Judul penelitian :Use of noninvasive ventilation in immunocompromised
patients with acute respiratory failure: a systematic
review and meta-analysis
2. Tahun penelitian : 2017
3. Nama peneliti : Hui-Bin Huang, Biao Xu, Guang-Yun Liu, Jian-Dong
Lin and Bin Du
4. Lokasi penelitian : Cina
2. Intervention (I)
Peneliti mencari penelitian yang relevant di MEDLINE, EMBASE dan Database
Cochrane hingga tanggal 25 July 2016. Penelitian tentang RCT juga termasuk jika
mereka melaporkan data sesuai dengan outcome yang diinginkan pada pada pasien
dengan imunitas yang lemah dengan tatalaksana NIV atau terapi oksigen tunggal.
Hasil diinterpretasikan dalam ratsio resiko/risk ratio (RR) dan rata-rata
perbedaan/mean difference dengan interval keyakinan/coincidence interval (CI) 95%.
Kriteria inklusi untuk penelitian yaitu, (1) jenis penelitian RCT; (2) populasi
penelitian: pasien dewasa yang memiliki imunitas rendah dengan gagal nafas akut; (3)
intervensi: penggunaan NIV secara dini dibanding dengan terapi oksigen tunggal; dan
(4) hasil outcome yang diinginkan : mortalitas, intubasi rate, lamarawat di ICU.
Kriteria ekslusi apabila pasien lebih muda dari 18 tahun dan publikasi yang hanya
menampilkan abstraksinya saja. Peniliti menghubungi author jika ada data lain yang
diperlukan.
3. Comparator (C)
Hasil dari beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa penggunaan NIV secara
dini pada kelompok intervensi mengurangi angka mortalitas dan lama rawat di ICU
dibandingkan kelompok kontrol yang hanya diberikan terapi oksigen saja.
4. Outcome (O)
Berdasarkan data yang tersedia tersebut, hasil dari penelitian menunjukkan bahwa
dibandingkan dengan terapi oksigen, bantuan nafas dini menggunakan NIV akan
mengurangi secara signifikan mortalitas, intubasi rate, dan lama rawat ICU pada
pasien dengan imunitas yang lemah yang mengalami gagal nafas akut. Penelitian RCT
berskala besar akan diperlukan untuk mendeskripasikan subgrup pasien apa saja yang
akan mendapatkan keuntungan dari pendekatan ini.
Emboli paru merupakan keadaan terjadinya obstruksi sebagian atau total sirkulasi arteri
pulmonalis atau cabang – cabang akibat tersangkutnya Emboli thrombus atau Emboli yang
lain. Penyumbatan Arteri pulmonalis oleh suatu embolus biasanya terjadi secara tiba – tiba.
Suatu Emboli biasanya merupakan gumpalan darah (Trombus), tetapi biasa juga berupa
lemak, cairan ketuban, sumsum tulang, pecahan tumor atau gelembung udara yang akan
mengikuti aliran darah sampai akhirnya menyumbat pembuluh darah. Biasanya arteri yang
tidak tersumbat dapat memberikan darah dalam jumlah yang memadai kejaringan paru – paru
yang terkena sehingga kematian jaringan bisa dihindari tetapi bila yang tersumbat adalah
pumbuluh yang sangat besar atau orang memiliki kelainan paru – paru sebelumnya, maka
jumlah darah mungkin tidak mencukupi untuk mencegah kematian paru – paru
Jika tubuh bisa memecah gumpalan tersebut, kerusakan dapat di minimalkan. Gumpalan yang
besar membutuhkan waktu lebih lama untuk hancur sehingga lebih besar kerusakan yang
ditimbulkan. Gumpalan yang besar bisa menyebabkan kematian mendadak.
Emboli paru adalah obstruksi salah satu atau lebih arteri pulmonalis oleh trombus yang
berasal dari suatu tempat. Embolisme pulmonal tersebut mengacu pada obstruksi salah satu
arteri pulmonal atau lebih oleh thrombus (trombi) yang berasal dari suatu tempat dalam
system venosa atau jantung sebelah kiri, yang terlepas, dan terbawa ke paru. Kondisi ini
merupakan kelainan umum yang berkaitan dengan trauma, bedah, kehamilan, dan imobilitas
yang berkepanjangan. Sebagian besar trombus berasal dari vena tungkai.
Emboli Paru adalah penyumbatan arteri pulmonalis (arteri paru-paru) oleh suatu embolus,
yang terjadi secara tiba-tiba. Suatu emboli bisa merupakan gumpalan darah (trombus), tetapi
bisa juga berupa lemak, cairan ketuban, sumsum tulang, pecahan tumor atau gelembung
udara, yang akan mengikuti aliran darah sampai akhirnya menyumbat pembuluh darah.
B. ETIOLOGI
Berdasakan hasil – hasil penelitian dari autopsy paru pasien yang meninggal karena penyakit
ini menunjukan dengan jelas disebabkan oleh trombos pada pembuluh darah, terutama vena
ditungkai bawah atau dari jantung kanan. Sumber Emboli paru yang lain misalnya tumor
yang telah menginvasi sirkulasi vena (Emboli tumor), udara, lemak, sumsum tulang dan lain
– lain. Kemudian material Emboli beredar dalam peredaran darah sampai disirkulasi
pulmonal dan tersangkut pada cabang – cabang arteri pulmonal, memberi akibat timbulnya
gejala klinis.
Faktor-faktor predisposisi terjadinya emboli paru menurut virchow 1856 atau sering disebut
sebagai physiological risk factors meliputi :
Kebanyakan kasus emboli paru menurut brunner & suddarth (1996) disebabkan oleh :
1. Bekuan darah.
2. Gelembung udara.
3. Lemak.
4. Gumpalan parasit.
5. Sel tumor.
C. KLASIFIKASI
1. Embolus Besar
2. Embolus Kecil
· Dapat menyebabkan nyeri dada sepintas dan kadang – kadang hemoptisi karena
pendarahan paru.
D. PATOFISIOLOGI
Ketika trombus menyumbat sebagian atau seluruh arteri pulmonal, ruang rugi alveolar
membesar karena area, meski terus mendapat ventilasi, menerima aliran darah sedikit
maupun tidak sama sekali. Selain itu sejumlah subtansi yang dilepaskan dari bekuan dan
menyebabkan pembuluh darah bronkhiolus berkonstriksi. Reaksi ini diseimbangi ketidak
seimbangan ventilasi perfusi, menyebabkan darah terpirau dan mengakibatkan penurunan
kadar O2 dan peningkatan CO2. (brunner dan suddarth, 1996, 621).
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala-gejala embolisme paru tergantung pada ukuran thrombus dan area dari arteri pulmonal
yang tersumbat oleh thrombus. Gejala-gejala mungkin saja tidak spesifik. Nyeri dada adalah
gejala yang paling umum dan biasanya mempunyai awitan mendadak dan bersifat pleuritik.
Kadang dapat subternal dan dapat menyerupai angina pectoris atau infark miokardium.
Dyspnea adalah gejala yang paling umum kedua yang di ikuti dengan takipnea, takikardi,
gugup, batuk, diaforesis, hemoptisis, dan sinkop. (brunner dan suddarth, 1996, 621).
Embolisme massif yang menyumbat bifurkasi arteri pulmonal dapat menyebabkan dyspnea
nyata, nyeri substernal mendadak, nadi cepat dan lemah, syok, sinkop dan kematian
mendadak. Emboli kecil multiple dapat tersangkut pada arteri pulmonal terminal,
mengakibatkan infark kecil multiple pada paru-paru. Gambaran klinis dapat menyerupai
bronkopneumoni atau gagal jantung. (brunner dan suddarth, 1996, 621-622).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostic emboli paru menurut brunner dan suddarth, (1996, 622) adalah :
1. Rontgen dada.
Rontgen dada pada emboli paru biasanya normal tetapi dapat meunjukkan pneumokontriksi,
infiltrat, atelektasis, elevasi diagfragma pada posisi yang sakit, atau dilatasi besar arteri
pulonal dan efussi pleura.
2. EKG
EKG biasanya menunjukkan sinus takikardia, atrial flutter atau fibrilasi dan kemungkinan
penyimpangan aksis kanan, atau regangan vcentrikel kanan.
3. Pletismografi impedans
pletismografi impedans dilakukan untuk menentukan adanya troimbosis pada vena profunda.
gas darah arteri pada emboli paru dapat mennjukkan hipoksemia dan hipokapnea.
G. PENATALAKSANAAN
Menurut brunner dan suddarth (1996) Tujuan pengobatan adalah untuk menghancurkan (lisis)
emboli yang ada dan mencegah pmbentukan yang baru. Pengobatan embolisme paru dapat
mencakup beragam modalitas :
1. terapi antikoagulan.
2. terapi trombolitik.
4. intervensi bedah.
Terapi koagulasi meliputi heparin, natrium warfarin telah menjadi metoda primer secara
tradisional untuk mengatasi trombosis vena profunda akut dan embolisme paru. Terapi
tromboilitik meliputi urokinase, streptokinase mungkin juga digunakan dalam mengatasi
embolisme paru, terutama pada paien yang sangat terganggu. Terapi trombolitik
menghancurkan trombus atau emboli lebih cepat dan memulihkan fungsi himodinamik
sirkulasi paru lbih besar, karena mengurang hipertensi paru dan memperbaiki perfusi,
oksigenasi, dan curah jantung.
Tindakan umum dilakukan untuk memperbaiki status pernafasan dan vaskular pasien. Terapi
oksigen diberikan untuk memperbaiki hipoksia dan untuk menghilangkan vasokontriksi
vaskular paru dan dan mengurangi hipertensi paru. Kemudian Intervensi bedah yang
dilakukan adalah embolektomi paru tapi embolektomi dapat diindikasikandalam kondisi
berikut :
KOMPLIKASI
1. Asma Bronkhial
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronchial dengan ciri bronkospasme periodic
(kontraksi spasme pada saluran napas). Asma merupakan penyakit kompleks yang dapat
diakibatkan oleh faktor biokimia, endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi.
2. Efusi Pleura
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya penumpukkan cairan dalam rongga
pleura.
3. Anemia
Anemia adalah penurunan kuantitas atau kualitas sel – sel darah merah dalam sirkulasi.
Anemia dapat disebabkan oleh gangguan pembentukan sel darah merah,peningkatan
kehilangan sel darah merah melalui perdarahan kronik atau mendadak, atau lisis (destruksi)
sel darah merah yang berlebihan.
4. Emfisema
Emfisema adalah keadaan paru yang abnormal, yaitu adanya pelebaran rongga udara pada
asinus yang sipatnya permanen. Pelebaran ini disebabkan karena adanya kerusakan dinding
asinus. Asinus adalah bagian paru yang terletak di bronkiolus terminalis distal. Ketika
membicarakan emfisema, penyakit ini selalu dikaitkan dengan kebiasaan merokok. Oleh
karena itu, beberapa ahli menyamakan antara emfisema dan bronchitis kronik.
5. Hipertensi Pulmoner
Hipertensi pulmoner primer (HPP) adalah kelainan paru yang jarang, dimana didapatkan
peningkatan tekanan arteri polmonalis jauh diatas normal tanpa didapatkan penyebab yang
jelas. Tekanan arteri polmonal normal pada waktu istirahat adalah lebih kurang 14 mmhg.
Pada HPP tekanan arteri polmonal akan lebih dari 25 mmhg saat istirahat, dan 30 mmhg saat
aktifitas HPP akan meningkatkan tekanan darah pada cabang – cabang arteri yang lebih kecil
di paru, sehingga meningkatkan tahanan (resistensi) vaskuler dari aliran darah di paru.
Peningkatan tahanan arteri pulmonal ini akan menimbulkan beban pada ventrikel kanan
sehingga harus bekerja lebih kuat untuk memompa darah ke paru.
BAB III
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin,pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa.
2. Keluhan Utama
Klien sering mengeluh nyeri dada tiba – tiba dan sesak napas.
Keluhan utama akan menentukan prioritas intervensi dan mengkaji pengetahuan klien tentang
kondisinya saat ini. Keluhan utama yang biasa muncul pada klien emboli paru antara lain :
batuk, peningkatan produksi sputum, dyspnea, hemoptysis, wheezing, Stridor dan chest pain.
a. Batuk (Cough)
Batuk merupakan gejala utama pada klien dengan penyakit sistem pernafasan. Tanyakan
berapa lama klien batuk (misal 1 minggu, 3 bulan). Tanyakan juga bagaimana hal tersebut
timbul dengan waktu yang spesifik (misal : pada malam hari, ketika bangun tidur) atau
hubungannya dengan aktifitas fisik. Tentukan batuk tersebut apakah produktif atau non
produktif, kongesti, kering.
b. Dyspnea
Dyspnea merupakan suatu persepsi kesulitan untuk bernafas/nafas pendek dan merupakan
perasaan subjektif klien. Perawat mengkaji tentang kemampuan klien untuk melakukan
aktifitas. Contoh ketika klien berjalan apakah dia mengalami dyspnea ?. kaji juga
kemungkinan timbulnya paroxysmal nocturnal dyspnea dan orthopnea, yang berhubungan
dengan penyakit paru kronik dan gagal jantung kiri.
c. Hemoptysis
Hemoptysis adalah darah yang keluar dari mulut dengan dibatukkan. Perawat mengkaji
apakah darah tersebut berasal dari paru-paru, perdarahan hidung atau perut. Darah yang
berasal dari paru biasanya berwarna merah terang karena darah dalam paru distimulasi segera
oleh refleks batuk. Penyakit yang menyebabkan hemoptysis antara lain : Bronchitis Kronik,
Bronchiectasis, TB Paru, Cystic fibrosis, Upper airway necrotizing granuloma, emboli paru,
pneumonia, kanker paru dan abses paru.
d. Chest Pain
Chest pain (nyeri dada) dapat berhubungan dengan masalah jantung dan paru. Gambaran
yang lengkap dari nyeri dada dapat menolong perawat untuk membedakan nyeri pada pleura,
muskuloskeletal, cardiac dan gastrointestinal. Paru-paru tidak mempunyai saraf yang sensitif
terhadap nyeri, tetapi iga, otot, pleura parietal dan trakeobronkial tree mempunyai hal
tersebut. Dikarenakan perasaan nyeri murni adalah subjektif, perawat harus menganalisis
nyeri yang berhubungan dengan masalah yang menimbulkan nyeri timbul.
3. Riwayat Kesehatan
Apakah ada riwayat emboli paru – paru sebelumnya, pembedahan, stroke, serangan jantung,
obesitas, patah tulang tungkai – tungkai / tulang panggul, trauma berat.
Perawat menanyakan tentang riwayat penyakit pernafasan klien. Secara umum perawat
menanyakan tentang :
c. Alergi.
d. Tempat tinggal.
Apakah ada di antara keluarga klien yang mengalami penyakit yang sama dengan penyakit
yang dialami klien.
Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan sosial pasien penyakit paru-paru sekurang-
kurangnya ada tiga, yaitu :
c. Pasien bronchitis kronik mungkin bermukim di daerah yang polusi udaranya tinggi.
Tapi polusi udara tidak menimbulkan bronchitis kronik, hanya memperburuk penyakit
tersebut.
Gejala: Kelelahan, Dispnea, ketidak mampuan untuk tidur, tirah baring lama,
b) Sirkulasi
Tanda: Takikardia
c) Integrasi Ego
Gejala: Perasaan takut, takut hasil pembedahan, perasaan mau pingsan, perubahan pola
hidup, takut mati.
e) Eliminasi
f) Nyeri / Kenyamanan
g) Penafasan
h) Neurosensori
i) Keamanan
j) Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala: Faktor resiko keluarga, tumor, penggunaan obat Rencana Pemulangan: Kebutuhan
dalam perawatan diri pengaturan rumah / memelihara Perubahan program obat.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Brunner & Suddarth (1996) dan Doengoes, Marilynn, dkk, (2000) :
4) Resiko gagal jantung kanan berhubungan dengan peningkatan kerja ventrikel kanan.
INTERVENSI
Menurut Brunner & Suddarth (1996) dan Doengoes, Marilynn, dkk, (2000) :
Diagnosa I :
Kriteria hasil :
Intervensi :
Rasional :
Diagnosa II :
Kriteria hasil :
Intervensi :
2. Ajarkan pada klien tentang manajemen nyeri dengan distraksi dan relaksasi.
Rasional :
2. klien dapat mengerti tentang manajemen nyeri dengan distraksi dan relaksasi.
Diagnosa III :
Kriteria hasil :
ü klien akan menunjukkan pertukaran gas yang normal dan warna kulit merah muda.
Intervensi :
Rasional :
Diagnosa IV :
· Resiko gagal, jantung kanan berhubungan dengan peningkatan kerja ventrikel kanan.
Tujuan : denyut nadi klien kembali normal
Intervensi :
Rasional :
Diagnosa V :
Kriteria Hasil :
intervensi :
3. beri dorongan untuk melakukan aktivitas atau perawatan diri bertahap jika intoleransi
kembali.
rasional :
1) mengetahui seberat atau sebesar apakah aktivitas yang dapat dilakukan oleh klien.
3) pasien dan keluarga dapat melakukan perawat diri sendiri apabila intoleransi kembali.
D. EVALUASI
Hasil Yang diharapkan dari pasien menjadi dasar untuk mengevaluasi sejauh mana
perkembangan yang telah dicapai pasien. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan antara
lain :
4. Apakah pasien telah cukup siap untuk melakukan perawatan diri dan pengobatan di
rumah?
DAFTAR PUSTAKA
Contran Kuman Rabbins, 1996, Dasar Patologi Penyakit: Edisi Ke – 5, EGC: Jakarta.
W, Sudoyo, Ani, 2006, Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:
Jakarta.
Brunner & Suddrath. 1996. buku ajarkeperawatan medikal-bedah. Jakarta : Buku kedokteran
EGC.
http://nursingbegin.com/asuhan-keperawatan-pada-klien-emboli-paru/
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Emboli Paru9. Untuk mengetahui
penatalaksanaan penyakit emboli paruBAB IIPEMBAHASAN2.1 Pengertian Emboli
ParuEmboli paru (EP) merupakan kondisi akibat tersumbatnya arteri paru, yangdapat
menyebabkan kematian pada semua usia. Penyakit ini sering ditemukandan sering
disebabkan oleh satu atau lebih bekuan darah dari bagian tubuh laindan tersangkut di paru-
paru, sering berasal dari vena dalam di ekstremitas bawah,rongga perut, dan terkadang
ekstremitas atas atau jantung kanan.Selain itu, emboli paru (Pulmonary Embolism) dapat
diartikan sebagaipenyumbatan arteri pulmonalis (arteri paru-paru) oleh suatu embolus,
yangterjadi secara tiba-tiba. Suatu emboli bisa merupakan gumpalan darah (trombus),tetapi
bisa juga berupa lemak, cairan ketuban, sumsum tulang, pecahan tumoratau gelembung
udara, yang akan mengikuti aliran darah sampai akhirnyamenyumbat pembuluh
darah. Biasanya arteri yang tidak tersumbat dapat memberikan darah dalamjumlah
yang memadai ke jaringan paru-paru yang terkena sehingga kematianjaringan bisa dihindari.
Tetapi bila yang tersumbat adalah pembuluh yang sangatbesar atau orang tersebut memiliki
kelainan paru-paru sebelumnya, maka jumlahdarah mungkin tidak mencukupi untuk
mencegah kematian paru-paru. Sekitar 10% penderita emboli paru mengalami kematian
jaringan paru-paru, yang disebut infark paru. Jika tubuh bisa memecah gumpalan
tersebut,kerusakan dapat diminimalkan. Gumpalan yang besar membutuhkan waktu
lebihlama untuk hancur sehingga lebih besar kerusakan yang ditimbulkan. Gumpalanyang
besar bisa menyebabkan kematian mendadak.
2.2 EtiologiPenyebab emboli paru belum diketahui pasti, tetapi hasil penelitian
dariautopsi paru pasien yangmeninggal karena penyakit ini menunjukkan jelas
bahwapenyebab penyakit ini adalah trombus pada pembuluh darah.
Umumnyatromboemboli berasal dari lepasnya trombus di pembuluhdarah vena di
tungkaibawah atau dari jantung kanan. Sumber emboli paru yang lain misalnyatumor
yangtelah menginvasi sirkulasi vena, amnion, udara, lemak, sumsum tulang, fokusseptik,dan
lain-lain. Kemudian material emboli beredar dalam peredaran darahsampai sirkulasi
pulmonal dan tersangkut pada cabang-cabang arteri pulmonal,memberikan akibat
timbulnyagejala klinis.ki, dan padapenyakit-penyakit kardiopulmoner. Imobilisasi yang
lama menyebabkan
.2. Umur Kebanyakan emboli paru-paru terjadi pada usia 50-65 tahun karena
elasitisitasdinding pembuluh darah sudah berkurang.3. Penyakit jantung Jika pada jantung
hanya terjadi fibrilasi atrium atau disertai dengan payahjantung, keadaaan tersebut sering
menimbulkan emboli paru-paru. Pada infarkjantung akut, emboli paru-paru sering terjadi
pada hari ketiga dan sebagianbesar 75% terjadi pada minggu pertama.4. TraumaSebanyak
15% penderita trauma mengalami emboli paru-paru, terutama padapenderita luka bakar
dengan area terbakar yang luas, sehingga kerusakannyasampai ke endotel pembuluh darah.5.
ObesitasPenderita dengan berat badan 20% lebih dari berat badan ideal dapat
dikatakanberesiko untuk menderita emboli paru-paru, meskipun mekanismenya
belumdiketahui dengan pasti.6. Kehamilan dan nifasKejadian emboli paru-paru pada ibu
hamil biasa terjadi pada trimester ketigadan prevalensinya meningkat saat nifas. Pada
kasus ibu hamil dan nifasdisebabkan karena terjadi peningkatan faktor koagulasi dan
trombosit. 7. NeoplasmaEmboli paru-paru banyak terjadi pada beberapa neoplasma organ
paru-paru,pankreas, usus, dan traktus urogenital. Terdapat teori yang menyatakan
bahwaneoplasma memproduksi zat-zat seperti histon, katepsin dan protease
yangmengaktifkan koagulasi darah.8. Obat-obatan
Emboli paru-paru sering dialami oleh pasien yang mengkonsumsi obat-obatkontrasepsi oral.
Pada kasus ini obat-obat tersebut dapat mengakibatkanpeningkatan faktor pembekuan
dan trombosit serta peningkatan lipoprotein,plasma trigliserida, dan kolesterol.9. Penyakit
hematologiPenyakit hematologi sering ditemukan pada keadaan polisitemia
dimanahematokrit darah menigkat yang mengakibatkan aliran darah menjadi
lambat.Dilaporkan juga banyak terjadi pada penyakit anemia bulan sabit.
Padapenyakit anemia tersebut, terbentuk trombus dalam aliran darah mikrosirkulasiyang
dapat menyebabkan infark pada organ paru-paru, ginjal, limpa dantulang.10.
Penyakit metabolisme Penyakit metabolisme dilaporkan terjadi pada penyakit sistinuria
di manaterdapat kelainan trombosit yang menyebabkan trombosis. Di samping itu
jugaterjadi kerusakan lapisan endotel pembuluh darah yang mempercepatterjadinya
trombosis (Somantri, 2007).2.3 Klasifikasia. Embolus besar Tersangkut di arteri
pulmonalis besar atau dari percabangan arteripulmonali. Dapat menyebabkan kematian
seketika Dapat menyebabkan kolaps kardiovaskuler dan gangguanhemodinamik.b.
Embolus Kecil Tidak menimbulkan gejala klinis pada penderita tanpa
kelemahankardiovaskuler. Dapat menyebabkan nyeri dada sepintas dan kadang-kadang
hemoptisikarena pendara
Obstruksi akibat emboli adalah menyebabkan daerah paru – paru yangberventilasi tidak
mampu melakukan perfusi ‘anatomical dead space’ intrapulmonalis karena dead space tidak
terjadi pertukaran gas, ventrikel daerahyang nonperfusi ini sia – sia dalam arti fungsional.
Konsekuensi potensialyang ditimbulkan obstruksi emboli ini adalah konstruksi ruang udara
dan jalannapas pada daerah paru – paru yang terlibat. Pneumokonstriksi ini dapatdilakukan
sebagai mekanisme homeostasis untuk mengurangi ventilasi yangterbuang, kelihatannya
disebabkan oleh hipokapnia bronkoalveolar yangmerupakan hasil penghentian aliran
darah kapiler paru – paru karena alirantersebut dihilangkan oleh inhalasi udara yang kaya
dengan karbondioksida.Gangguan lain akibat obstruksi emboli adalah hilangnya surfaktan
alveolar,namun hal tersebut tidak terjadi dengan cepat. Hipoksima arteri bisa
dijumpai,walaupun sama sekali bukan merupakan akibat dari tromboemboli paru –paru. 2.
Konsekuensi Hemodinamik Konsekuensi hemodinamik utama yang diakibatkan oleh
obstruksitromboembolik adalah reduksi daerah potongan melintang dari jaringan
arteripulmonalis. Hilangnya kapasitas vaskuler ini meningkatkan resistensi alirandarah paru –
paru yang bisa bermakna akan berkembang menjadi hipertensiparu – paru dan gagal ventrikel
kanan akut. Takikardia dan kadang penurunancurah jantung juga dapat terjadi.2.5
Manifestasi KlinisGambaran klinis emboli paru bervariasi tergantung pada
beratnyaobstruksi pembuluh darah, jumlah emboli paru, ukurannya, lokasi emboli,
umurpasien dan penyakit kordiopulmonal yang ada. Emboli yang kecil mungkin
tidakmenimbulkan gejala, tetapi sering menyebabkan sesak napas.1. Tanda – tanda yang
muncul pada pasien dengan emboli paru – paruadalah
a. Dispneab. Nyeri dada pleuritikc. Kecemasand. Batuk e. Hemoptisis2. Gejala yang muncul
pada pasien dengan emboli paru – paru adalah:a. Takipneab. Cracklesc. Takikardiad. Bunyi
jantung S3. Bunyi S3 adalah suara ketiga saat jantungberkontraksi. Pada orang dewasa
merupakan sesuatu yang abnormaldan sering kali mengindikasikan adanya kelainan jantung.
Terdengarpada apeks jantung, dan sering disebut ventricular gallop.e. Jika tidak ada bunyi S3
bisa jadi ada bunyi S4f. Keringat berlebihg. Demam 2.6 Komplikasia) Asma Bronkhial
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronchial dengan ciribronkospasme
periodic (kontraksi spasme pada saluran napas). Asmamerupakan penyakit kompleks
yang dapat diakibatkan oleh faktor biokimia,endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi.b)
Efusi PleuraEfusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya
penumpukkancairan dalam ronggapleura.c) Anemia Anemia adalah penurunan kuantitas atau
kualitas sel – sel darah merahdalam sirkulasi. Anemia dapat disebabkan oleh gangguan
pembentukan sel
dan peradangan jantung kanan (yaitu karena fungsi kontraktil sistolik yangburuk).5. Scan
ventilasi-perfusi6. Angiografi paruMerupakan pemeriksaan invasif, mahal, sehingga jarang
digunakan. Hanyabermanfaat bila dibutuhkan penegakkan diagnosis cepat, misalnya
adapenyakit kritis.7. CT dan MRI CT dan MRI memungkinkan pencitraan arteri pulmonalis
untuk mendeteksitrombi dengan sensitivitas dan spesifisitas tinggi. Hasil pemindaian
perfusiparu memperlihatkan adanya penurunan atau tidak adanya aliran
darah.Hasilpemindaian ventilasi juga menunjukkan adanya abnormalitas
perfusi.Jikaterdapat ketidakcocokan ventilasi-perfusi (V/Q), probabilitas embolisme
paruadalah tinggi (Davey, 2005).2.9 Penatalaksanaan Medis 1. Tirah baring 2. Terapi
oksigenTerapi oksigen sangat penting untung pasien dengan emboli paru.
Padakeadaan hipoksemia berat mungkin dilakukan pemberian ventilator mekanisdengan
pemeriksaan analisis gas darah secara ketat. Pada beberapa kasus lain,oksigen dapat
diberikan melalui nasal kanula, kateter, atau masker. Pulseoximetry mungkin berguna dalam
memonitor saturasi oksigen arteri, yangmana dapat menunjukkan tingkat dari hipoksemia.3.
Analgesik4. Farmakoterapi: a. Agen trombolitik seperti steptokinase (Kabikinase, Streptase),
alteplase(Activase t-PA), atau urokinase (Abbokinase)14
Persiapan Alat
Otoskop
Lampu kepala/auroskop
Hand scoon
Mencuci tangan
TAHAP ORIENTASI
TAHAP KERJA
Memakai handscoon
Mengatur percahayaan dengan menggunakan auroskop, lampu kepala atau sumber cahaya
lain sehingga tangan pemeriksaan bebas kerja
Inspeksi telinga luar terhadap posisi, warna, ukuran, bentuk hygine, adanya lesi / massa dan
simetrisan dan bandingkan dengan hasil normal.
Lakukan palpasi dengan memegang telinga dengan jari telunjuk dan jempol
Palpasi kartilago telinga luar secara sistematis yaitu dari jaringan lunak, kemudian jaringan
keras dan catat bila ada nyeri.
Lakukan penekan pada area tragus kedalam dan tekan pula tulang telinga dibawah daun
telinga
Periksa mulut liang terhadap adanya benda asing sebelum memasukkan spekulum/otoskop.
Luruskan liang telinga pada klien dewasa dan anak dengan menarik daun telinga ke atas dan
ke belakang (pada bayi ke bawah dan ke depan).
Pegang otoskop diantara ibu jari dan jari telunjuk, ditopang dengan jari tengah (tangan kanan
untuk telinga kanan dan tangan kiri untuk telinga kiri).
Sisi luar tangan diletakkan di atas kepala klien untuk menstabilkan otoskop.
Periksa adanya peradangan , perdarahan atau kotoran / serumen pada liang telingan.
Minta Klien agar menghindari gerakkan kepala selama pemeriksaan, untuk menghindari
kerusakkan pada liang telinga dan membran timpani.
Lanjutkan dengan inspeksi membran timpani (otoskop masih berada dalam telinga)
Inspeksi membran timpani tentang warna, lesi, benda asing, dan serumen atau pengeluaran
cairan.
TAHAP TERMINASI
Melepas handscoon
Mencuci tangan
A. Pengertian
Pemeriksaan fisik mulut yaitu suatu pemeriksaan yang dilakukan pada mulut dengan atau
tanpa alat yang bertujuan untuk mendapatkan informasi atau data yang menggambarkan
kondisi klien yang sesungguhnya.
Teknik pemeriksaan pada mulut meliputi inspeksi, palpasi, dan perkusi (dilakukan hanya
pada gigi).
· Pencahayaan harus baik, sehingga semua bagian dalam mulut dapat diamati dengan
jelas.
· Pengkajian di mulai dengan mengamati bibir, gigi, gusi, lidah, selaput lendir, pipi bagian
dalam, lantai dasar mulut dan palatum/langit-langit mulut, kemudian faring.
B. Indikasi
2. Stomatitis
3. Kanker orofaring
C. Kontra indikasi
D. Tujuan
Tujuan dari pemeriksaan fisik mulut adalah untuk :
1. Senter
3. Handscoon
F. Cara Kerja
Inspeksi :
2. Amati bibir untuk mengetahui adanya kelainan kongenital, bibir sumbing, warna bibir
(pucat, kemerahan, cyanosis), ulkus, lesi dan masa.
4. Atur pencahayaan yang memadai dan bila diperlukan, gunakan penekan lidah untuk
menekan lidah sehingga gigi akan tampak lebih jelas.
5. Amati keadaan setiap gigi mengenai posisi, jarak, gigi rahang atas dan bawah, ukuran,
warna, lesi, atau adanya tumor. Amati juga secara khusus pada akar-akar gigi dan gusi.
6. Pemeriksaan setiap gigi dengan cara mengetuk secara sistematis, bandingkan gigi
bagian kiri, kanan, atas dan bawah dan anjurkan pasien untuk memberi tahu bila merasa nyeri
sewaktu diketuk.
7. Perhatikan pula ciri-ciri umum sewaktu melakukan pengkajian antara lain: kebersihan
mulut dan bau mulut.
10. Beri kesempatan pasien untuk istirahat dengan menutup mulut sejenak bila cape, lalu
lanjutkan dengan inspeksi faring dengan cara pasien dianjurkan untuk membuka mulut, tekan
lidah pasien ke bawah sewaktu pasien berkata “ah”. Amati faring terhadap kesimetrisan
ovula.
Gb.1. bibir normalnya berwarna merah muda, simetris, halus, dan lembab.
Palpasi
Palpasi pada pengkajian mulut dilakukan terutama bila dari inspeksi belum diperoleh data
yang meyakinkan. Tujuan palpasi adalah untuk mengetahui bentuk dan setiap ada kelainan
pada mulut dapat diketahui dengan palpasi, yang antara lain meliputi pipi, dasar mulut,
palatum/langit-langit mulut dan lidah.
3. Pegang pipi diantara ibu jari dan jari telunjuk (jari telunjuk berada di dalam). Palpasin
pipi secara sistemik dan perhatikan adanya tumor atau pembengkakan. Bila ada
pembengkakan determinasikan menurut ukuran, konsistensi, hubungan dengan
daerahsekitarnya dan adanya nyeri.
4. Lanjutkan dengan palpasi pada palatum dengan jari telunjuk dan rasakan terhadap
adanya pembengkakan dan fisura.
5. Palpasi dasar mulut dengan cara pasien disuruh mengatakan “el” kemudian palpasi
dilakukan pada dasar mulut secara sistematis dengan jari telunjuk tangan kanan. Bila
diperlukan beri sedikit penekanandengan ibu jari dari bawah dagu untuk mempermudah
palpasi. Catat bila di dapatkan pembengkakan.
6. Palpasi lidah dengan cara pasien disuruh menjulurkan lidah, pegang lidah dengan kassa
steril menggunakan tangan kiri. Dengan jari penunjuk tangan kanan lakukan palpasi lidah
terutama bagian belakang dan batas-batas lidah.