You are on page 1of 20

KEBIJAKAN TATAKELOLA DAN KONSENSUS PENATALAKSANAAN PENYAKIT

EBOLA

MAKALAH

Oleh
Kelompok 1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2017
KEBIJAKAN TATAKELOLA DAN KONSENSUS PENATALAKSANAAN PENYAKIT
EBOLA

disusun untuk memenuhi tugas Penyakit Global


Dosen Pengajar: Ns. Baskoro Setioputro , S.Kep., M.Kep

Oleh
Evita Riani NIM 152310101119
Ekfatil Mardiyah NIM 152310101120
Rifatus Syarifah NIM 152310101129
Bella Fitra Mardatillah NIM 152310101131
Imam Mansyur NIM 152310101132
Nuril Aini Febriyanti NIM 152310101133
Iin Dwi Puji Lestari NIM 152310101227
Aulana Ikhsan Fajar NIM 152310101230
Nisa Tsabita NIM 152310101231
Selasih Ilmi Nafi’ah NIM 152310101237

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2017

ii
PRAKATA

Segala puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmad,
taufiq, hidayah dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal usaha penulis yang
berjudul “Kebijakan Tatakelola dan Konsensus Penatalaksanaan Penyakit Ebola “ yang
dibuat untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliahPenyakit Global.

Pembuatan laporan ini tidak luput dari bantuan berbagai pihak. Oleh karenanya,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ns. Baskoro Setioputro , S.Kep., M.Kep selaku dosen mata kuliah Penyakit Global
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember.
2. seluruh dosen pengajar mata kuliah Penyakit Global,
3. seluruh dosen pengajar dan staf karyawan di Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Jember,
4. keluarga penulis yang senantiasa memberi dukungan dan do’a
5. teman-teman penulis yang senantiasa memberi semangat.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya,
penulis sangat terbuka dalam menerima kritik maupun saran yang bersifat membangun agar
dapat menjadi lebih baik. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jember, 15 Mei 2017

Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................................................i
HALAMAN SAMPUL..............................................................................................................ii
PRAKATA................................................................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iv
BAB 1. PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................2

1.3 Tujuan..........................................................................................................................2

1.4 Manfaat........................................................................................................................2

BAB 2. KONSEP DASAR PENYAKIT...................................................................................3


2. 1 Definisi.......................................................................................................................3
2.2 Tanda Gejala................................................................................................................4
2.3 Patofisiologi.................................................................................................................5
2.4 Penatalaksanaan dan Prognosis..................................................................................6
2.5 Pencegahan..................................................................................................................6
BAB 3. KEBIJAKAN TATAKELOLA DAN KONSENSUS PENATALAKSANAAN.......9
3.1 Komponen....................................................................................................................9
BAB 4. PENUTUP...................................................................................................................17
4.1 Kesimpulan................................................................................................................17
4.2 Saran..........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................18

iv
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Virus Ebola pertama kali ditemukan pada tahun 1976 di Sudan. Virus ini
termasuk dalam family Filoviridae, genus Ebolavirus. Terdapat 5 spesies
Ebolavirus, 4 diantaranya menyebabkan penyakit pada manusia yaitu: Zaire
ebolavirus, Sudan ebolavirus, Tai Forest ebolavirus, Cote d’Ivore ebolavirus
dan Bundibugyo ebolavirus. Virus jenis kelima adalah virus Ebola yang
menyerang primate yaitu: Reston ebolavirus. Penyebaran dan penularan virus
Ebola pada manusia masih belum diketahui tetapi dicurigai merupakan
penyakit yang ditularkan oleh hewan yaitu: kelelawar. Penularan virus Ebola
dari manusia ke manusia mudah terjadi. Virus dapat masuk ke tubuh manusia
melalui kulit atau mukosa.
Data WHO, 20 Agustus 2014, menyebutkan bahwa total kumulatif kasus
global sebanyak 2.615 kasus dengan 1.427 kematian. Kasus ini tersebar di
empat negara terjangkit di Afrika Barat, yaitu Guinea 607 kasus, Liberia 1.082
kasus, Sierra Leone 910 kasus dan Nigeria 16 kasus. Pada februari 2015,
terdapat 124 kasus baru yang dikonfirmasi di tiga negara Afrika Barat yang
paling terdampak.
Di Indonesia sendiri data yang terbaru menyatakan terdapat 2 tenaga kerja
diduga terkena Ebola. Wabah Ebola harus diwaspadai di seluruh dunia
termasuk di Indonesia. Karena hewan sebagai host alami untuk penyakit ini,
yaitu kelelawar, tersebar luas di nusantara. Selain itu, kita juga harus waspada
karena kini semakin banyak orang dari benua Afrika datang dan bermukim di
Indonesia. Bisa jadi ada diantara mereka yang berasal dari negara tertular
penyakit demam Ebola.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Bagaimana Tinjauan Umum Penyakit Ebola

1
2. Bagaimana Etiologi Penyakit Ebola
3. Bagaimana Pencegahan Penyakit Ebola
4. Bagaimana Kebijakan dari Pemerintah

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran penyakit yang disebabkan oleh virus
Ebola
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk Mengetahui Tinjauan Umum penyakit Ebola
2. Untuk Mengetahui Etiologi Penyakit Ebola
3. Untuk Mengetahui Pencegahan Penyakit Ebola
4. Untuk Mengetahui Kebijakan dari Pemerintah
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Universitas
Sebagai literature dan sumber referensi tentang penyakit Ebola
1.4.2 Bagi Mahasiswa
Memenuhi tugas mata kuliah Penyakit Global dan sumber
informasi tambahan untuk dapat digunakan dikemudian hari.
1.4.3 Bagi Pembaca
Menambah pengetahuan pembaca mengenai penyakit Ebola, mulai
dari pengertian, patofisiologi, pathogenesis, gejala klinik, dan
upaya pencegahan terkait penyakit Ebola.

BAB 2. KONSEP DASAR PENYAKIT

2.1 Definisi Penyakit Ebola

Ebola Virus Disease (EVD) atau Penyakit virus Ebola adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus Ebola. Nama lain yang sebelumnya digunakan adalah
Ebola Haermorrhagic Fever atau Demam Berdarah Ebola. Penyakit virus Ebola
(sebelumnya dikenal sebagai Demam Berdarah Ebola) adalah demam berdarah
viral berat yang seringkali fatal dengan angka kematian mencapai 90%. Penyakit
ini menyerang manusia dan hewan golongan primata (monyet, gorila dan

2
simpanse). Virus Ebola pertama kali diidentifikasi tahun 1976 pada dua kejadian
luar biasa yang bersamaan yakni di sebuah desa yang terletak dekat sungai Ebola
di Republik Demokraik Kongo dan yang satunya terjadi di daerah terpencil di
Sudan. Asal virus ebola belum diketahui secara pasti, namun berdasarkan bukti
yang ada diperkirakan kelelawar buah (Pteropodidae) adalah host dari virus ini.
(Kratz et al., 2012)
Virus Ebola terdiri dari 5 species, yaitu:
a. Bundibugyo ebolavirus
b. Zaire ebolavirus
c. Sudan ebolavirus
d. Tai Forest ebolavirus
e. Reston ebolavirus
Keempat virus yang pertama kali disebut adalah virus yang dapat
menginfeksi manusia dan menimbulkan gejala yang berat. Tiga virus yang
pertama kali disebutkanadalah yang menyebabkan wabah di Afrika saat ini.
Reston ebolavirus dapat menginfeksi manusia namun tidak menimbulkan gejala,
tetapi jika menginfeksi primata non manusia, seperti monyet, simpanse, gorilla
akan menimbulkan gejala. (Hendrawati, Biokimia, Kedokteran, & Islam, 2014)
Virus Ebola pertama kali ditemukan pada tahun 1976. Infeksi pertama
terjadi di negara-negara Afrika Tengah, yaitu negara Sudan dan Kongo. Nama
Ebola diambil dari sebuah desa dekat sungai Ebola yang terinfeksi oleh virus ini.
Namun, wabah Ebola terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah sejauh ini adalah
pada tahun 2014. Pada tahun ini Ebola menyebabkan wabah di beberapa negara
yang dimulai dari negara-negara di Afrika Barat, mulai dari Guinea menyebar ke
Sierra Leone dan Liberia, menuju ke Senegal dan Nigeria. Disaat yang bersamaan
terjadi wabah di negara Kongo. Angka kematian di negara wabah ini mencapai
50%.(Hendrawati, Biokimia, Kedokteran, & Islam, 2014)
2.2 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang tipikal adalah:


1. Panas tinggi,
a. Sangat lemah,
b. Nyeri otot dan sendi,
c. Sakit kepala dan nyeri tenggorokan,

3
d. muntah,
e. sakit perut
f. Memar atau pendarahan yang tidak diketahui penyebabnya
g. Nyeri otot
h. diare,
i. ruam atau bintik merah pada kulit,
j. Mengalami gagal ginjal dan fungsi hati.
k. Pada beberapa kasus, mengalami Perdarahan internal dan eksternal.
l. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan jumlah darah putih yang
rendah, jumlah thrombosit menurun dan enzym hati yang meningkat.

Gejala-gejala awal infeksi virus Ebola bisa muncul dalam 2-21 hari setelah
terpapar, namun umumnya dalam 5-10 hari. Pada beberapa kasus, gejala dapat
muncul lebih cepat atau lebih lambat daripada periode ini. Gejala infeksi Ebola
berkembang secara progresif dalam beberapa hari. Laki-laki masih dapat
menularkan virus Ebola melalui cairan mani hingga 7 minggu sesudah sembuh
dari penyakit virus Ebola. Pasien akan mudah menularkan penyakit virus Ebola
saat timbul tanda dan gejala penyakit. Penyakit virus Ebola tidak menular selama
masa inkubasi. Penyakit virus Ebola hanya dapat dikonfirmasi melalui
pemeriksaan laboratorium. (Kratz et al., 2012)
2.3 Patofisiologi

Virus Ebola masuk ke dalam populasi manusia melalui kontak langsung


dengan darah, sekresi, organ atau cairan tubuh lainnya dari binatang yang
terinfeksi. Beberapa kelelawar buah dianggap menjadi korban parasit alami virus
Ebola. Di Afrika, infeksi telah didokumentasikan melalui penanganan simpanse,
gorila, kelelawar buah, kera, antelop hutan, dan landak yang terinfeksi yang
ditemukan sakit atau mati di hutan hujan. Virus ebola sendiri tidak menular
melalui udara, makanan, air, gigitan nyamuk atau gigitan serangga lain.
(Hendrawati, Biokimia, Kedokteran, & Islam, 2014)
Penyakit ini kemudian menyebar di masyarakat melalui penularan dari
manusia ke manusia, dengan infeksi yang merupakan akibat dari kontak langsung
(melalui kulit yang rusak atau selaput lendir) dengan darah, sekresi, organ atau
cairan tubuh lainnya dari orang yang terinfeksi, dan kontak langsung dengan

4
lingkungan yang tercemar cairan tersebut. (Hendrawati, Biokimia, Kedokteran, &
Islam, 2014)
Orang terinfeksi selama darah dan sekresinya mengandung virus tersebut.
Upacara pemakaman di mana orang yang berkabung melakukan kontak langsung
jasad orang yang meninggal juga dapat berperan dalam penularan Ebola. Petugas
perawatan kesehatan di negara yang terjangkit seringkali terinfeksi melalui kontak
langsung dengan pasien yang menderita EVD apabila tindakan kontrol infeksi
tidak dipraktikkan secara ketat. Sampel dari pasien secara biologis berbahaya dan
pengujian harus dilaksanakan di bawah kondisi pengamanan biologis yang tepat.
(Kratz et al., 2012)

Orang yang sangat beresiko terjangkit virus ebola antara lain:

1. Petugas Kesehatan yang merawat pasien Ebola.


2.Teman atau saudara yang memiliki kontak langsung dengan pasien Ebola tanpa
Alat Pelindung Diri (APD) yang memadai.
3. Pembantu pemakanan dan perawat jenazah orang dengan Ebola yang tidak
terlindungi.
2.4 Penatalaksanaan dan Prognosis

Tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit virus Ebola. Pasien harus
dirawat di ruang yang terisolasi untuk mencegah penyebaran infeksi. Pasien yang
sangat parah memerlukan perawatan suportif yang intensif. Pasien sering
mengalami dehidrasi dan memerlukan rehidrasi oral dengan larutan yang
mengandung elektrolit atau cairan intravenous. Petugas perawatan kesehatan
harus mengenakan peralatan pelindung dan menerapkan tindakan kontrol infeksi
yang ketat ketika merawat pasien yang diduga terinfeksi. Terapi suportif yang
diberikan berupa infus cairan, terapi oksigen dan obat-obatan untuk mengurangi
gejala yang muncul. Gangguan penglihatan dan nyeri sendi merupakan gejala-
gejala pasca penyembuhan yang sering ditemukan. Belum ada vaksin yang resmi
digunakan untuk pencegahan penyakit virus Ebola, namun ada 2 vaksin yang saat
ini sedang dalam proses uji coba. (Aditama, Tjandra Y. 2014)

5
Diagnosa ditegakkan dengan melihat riwayat kontak, gejala dan beberapa
pemeriksaan laboratorium:
a. antibody-capture enzymelinked immunosorbent assay (ELISA)
b. antigen-capture detection tests
c. serum neutralization test
d. reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR) assay
e. electron microscopy
f. virus isolation dengan kultur sel

2.5 Pencegahan

Risiko penularan dapat dikurangi dengan memerhatikan beberapa faktor


(Aditama, Tjandra Y. 2014):
1. Mengurangi risiko penularan dari binatang kepada manusia
a. Hindari kontak dengan kelelawar pemakan buah atau primata non manusia
(monyet, simpanse, gorila) yang terinfeksi.
b. Jika berhubungan dengan binatang, gunakan pelindung, seperti sarung
tangan dan lainnya.
c. Daging harus dimasak hingga matang sebelum dikonsumsi.
2. Mengurangi risiko penularan dari manusia kepada manusia
a. Cuci tangan dengan air dan sabun sesering mungkin.
b. Hindari kontak dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi (keringat,
kencing, tinja, ludah, muntahan, cairan mani,ASI).
c. Hindari kontak dengan alat-alat yang digunakan pada orang terinfeksi
(pakaian, seprei, jarum suntik, peralatan medis lain).
d. Jangan menyentuh jenazah penderita penyakt virus Ebola.
e. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) jika harus bersentuhan dengan
orang berpenyakit virus Ebola.
3. Melakukan pengendalian infeksi bagi fasilitas kesehatan
a. Terapkan perlindungan aktif, jika ada kecurigaan, (meskipun diagnosa
belum ditegakkan sepenuhnya) dengan menggunakan Alat Pelindung
Diri (APD),
b. menjaga higienitas tangan dan saluran pernafasan.
c. Sterilisasi alat-alat yang digunakan dengan prosedur yang benar.
d. Monitor petugas yang kontak dengan pasien serta pengunjung fasilitas
kesehatan.

6
4. Pencegahan EVD menurut WHO
a. Wisatawan sebaiknya menghindari kontak dengan pasien terinfeksi
penyakit virus Ebola.
b. Petugas Kesehatan yang melakukan perjalanan dinas ke wilayah
terjangkit penyakit virus Ebola harus menerapkan pedoman
pengendalian infeksi sesuai rekomendasi WHO.
c. Siapa saja yang mengalami tanda dan gejala penyakit virus Ebola dan
baru kembali dari wilayah yang terjangkit penyakit ini HARUS segera
mencari pertolongan medis.
d. Para dokter yang merawat orang yang baru kembali dari wilayah
rterjangkit penyakit virus Ebola perlu mempe rmbangkan dugaan
terhadap penyakit virus Ebola pada pasien tersebut.
e. Selama masa wabah, WHO terus memperbaharui situasi kesehatan
masyarakat termasuk rekomendasi pembatasan perjalanan atau
perdagangan jika diperlukan.
f. Setelah kembali dari kawasan terjangkit, memperhatikan dengan
cermat kondisi kesehatan selama 21 hari. Jika mempunyai gejala
EVD, Anda harus menghubungi 999 dan memberikan informasi
kepada petugas tentang kondisi Anda untuk mengatur konsultasi di
Unit Kecelakaan dan Unit Gawat Darurat (WHO, 2014)

7
BAB 3. KEBIJAKAN TATAKELOLA DAN KONSENSUS
PENATALAKSANAAN PENYAKIT EBOLA

3.1 Komponen

Tata kelola, kebijakan dan tatalaksana dapat dilakukan dengan adanya


sebuah pedoman dalam menangani sebuah masalah. Pedoman ini menjadi
panduan petugas kesehatan dalam melakukan kewaspadaan dini dan respon
yang adekuat dalam upaya mencegah dan mengendalikan penyakit virus
Ebola, terdiri dari beberapa komponen, yaitu :

1. Komando dan koordinasi


Dalam kesiapsiagaan, kewaspadaan dini dan respon menghadapi Penyakit
Virus Ebola, diperlukan suatu pusat komando operasiona yang melibatkan
lintas kementerian/unit/ lembaga dengan konsep one health. Dalam
lingkup kementerian kesehatan, fungsi ini dijalankan oleh Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan melalui
Posko KLB. Posko KLB menjadi bagian tidak terpisahkan dengan sistem
penanggulangan krisis kesehatan Kementerian Kesehatan dan komando
pada rencana kontigensi penanggulangan Penyakit Virus Ebola.
Fungsi Posko KLB sebagai pusat komando pelaksanaan dalam
kesiapsiagaan, kewaspadaan didni dan respon Penyakit Virus Ebola adalah
a. Melakukan verifikasi atas laporan dugaan kasus dalam investigasi
b. Memberikan respon tindak lanjut atas notifikasi yang diterima dari
sektor lain tentang orang dengan riwayat perjalanan dari negara
terjangkit atau kasus dalam investigasi
c. Mencari dan mendiseminasikan situasi global terbaru secara
berkala
d. Sebagai pusat komando pelaksanaan respon oleh tim gerak cepat
kesehatan pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
e. Korrdinasi pelaksanaan respon KLB

8
f. Pusat komunikasi dan informasi seputar Penyakit Virus Ebola serta
upaya kesiapsiagaan, kewaspadaan dini dan respon
2. Surveilans
Mobilitas dari dan ke negara terjangkit merupakan faktor risiko
penyebaran penyakit di Indonesia. Diperlukan pengawasan ketat di pintu
masuk negara dan di wilayah, mengingat masa inkubasi penyakit ini (2-21
hari) yang memungkinkan ditemukannya kasus baik di pintu masuk negara
mapun dikomunitas (wilayah). Pada masa belum ada kasus di Indonesia,
maka kesiapsiagaan dan kewaspadaan dini menjadi faktor kunci. Ketika
sudah terdapat kasus konfirmasi dan atau penularan lokal, maka respon
menjadi faktor kunci disamping tetap melakukan kesiapsiagaan dan
kewaspadaan dini. Respon yang diperlukan pada kondisi ini terutama
adalah penemuan kasus dan penelusuran kontak; isolasi dan tatalaksana
kasus; mobilisasi sosial; pemulasaran jenazah yang aman.

Faktor kunci keberhasilan kesiapsiagaan, faktor kunci keberhasilan


kesiapsiagaan, kewaspadaan dini dan respon adalah penguatan surveilans
dengan memanfaatkan sistem yang sudah ada; dilakukan di semua level
baik nasional maupun daerah; alur informasi yang jelas.
Pengaturan surveilans harus dilakukan mulai dari sekarang ketika bellum
ada kasus konfirmasi di Indonesia. Diharapkan Indonesia akan menjadi
siap ketika ditemukan kasus konfirmasi dan atau penularan lokal.
3. Tatalaksana kasus
a. Anamnesis
Melakukan anamnesis meliputi:
a) Gejala dan tanda (sesuai dengan definisi kasus)
b) Riwayat kontak dengan kasus dalam investigasi dan konfirmasi PVE
(dalam 21 hari terakhir)
1. Anamnesis dilakukan di ruang isolasi dengan meminilasir petugas yang
kontak (menggunakan form PVE-LK). Pada saat melakukan Anamnesis
petugas sudah menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai dengan
BAB V PPI.
2. Pemeriksaan fisik

9
3. Pemeriksaan fisik dilakukan secara umum dan khusus sesuai keadaan
pasien. pada kasus-kasus yang berat dapat ditemukan perdarahan internal
dan eksternal
4. Pemeriksaan penunjang
Penegakan Diagnosis PVE
Untuk diagnosis pasti PVE dilakukan pemeriksaan PCR, sampel
dikirim ke balitbangkes sesuai dengan prosedur. Bahan pemeriksaanya
adalah
a. Spesimen darah dengan EDTA (vacutainer tutup ungu) 4 cc dan
clot activator (vacutainer tutup kuning) sebanyak 4 cc sudah
dilakukan sentrifuge sebelum dikirim.
b. Pengambilan spesimen darah dilakukan setelah 3 hari ≥72 jam
setelah timbul gejala sehari sekali selama 3 hari berturut-turut
2. Pemeriksaan penunjang lain untuk menyingkirkan penyakit yang
mempunyai gejala serupa seperti malaria, demam dengue, leptospirosi,
chikungunya, thypoid:
a. Darah (Hb, Ht, Trombosit, Leukosit, SGOT, SGPT,
ureum/kreatinin, analisis gas darah, elektrolit dan gula darah)
b. Urin lengkap
c. Feses lengkap (bila diare)
d. Pemeriksaan malaria (rapid test, pemeriksaan miskroskopis: darah
tebal, darah tipis)
e. Pemeriksaan leptospirosis (rapid test, PCR)
f. Pemeriksaan dengua/chikunya (serologi, PCR, NS 1)
g. Pemeriksaan typhoid (Tubex TF atau Widal)
h. Pemeriksaan radiologis sesuai dengan gejala dan tanda klinis

3. Penetapan kasus
Penetapan pasien sebagai kasus dalam investigasi atau konfirmasi
berdasarkan anamnesis dan tanda/gejala sesuai dengan definis kasus.
a. Tatalaksana kasus
4. Di RS Non Rujukan/Fasyankes/KKP
Bila menemukan pasien sesuai degan definisi kasus PVE (membawa
HAC), segera lakukan
a. Isolasi pasien
b. Petugas memakai APD

10
c. Segera memberikan penjelasan kepada pasien/keluarga tentang
penyakitnya dan membuat informed consent yang ditandatangani
oleh keluuarga dan pasien
d. Dokter membuat surat rujukan dan berkomunikasi (termasuk
tatacara transportasi pasien) dengan dokter RS Rujukan tentang
proses rujukan
e. Melakukan tatalaksana kedaruratan yang ditemukan seblum
dirujuk
f. Melapor sesuai alur pelaporan
5. Di RS Rujukan PVE
6. Pasien datang di RS rujukan, meliputi:
a. Pasien rujukan dengan PVE dari RS Non Rujukan/Fasyankes/KKP
b. Pasien langsung ke ruang isolasi untuk tatalaksana lebih lanjut dan
kepastian diagnosis
c. Pasien dengan membawa health alert card (HAC)
d. Pasien umum
e.
7. Sistem rujukan
a. Kasus penyakit virus ebola (kasus dalam investigasi, konfirmasi)
harus dirawat di RS rujukan yang ditetapkan
b. Rujukan kasus dari RS non rujukan dan fasilitas pelayanan
kesehatan (fasyankes) lainnya atau kantor kesehatan pelabuhan
(KKP) ke RS rujukan harus memperhatikan dan mengikuti
prosedur
8. Pengambilan, pengepakan pengiriman dan spesimen dan pemeriksaan
laboratorium
Sebelum kegiatan pengambilan spesimen dilaksanakan, harus
memperhatikan universal precaution atau kewaspadaan universal untuk
mencegah terjadinya penaluran penyait dari pasien ke paramedis maupun
lingkungan sekitar.
Hal tersebut meliputi :
a. Cuci tangan dengan menggunakan sabun/desinfektan sebelum dan
sesuda tindakan
b. Menggunakan alat pelindung diri (APD), minimal yang hars
digunakan
c. Alat dan bahan pengambilan spesiman
9. Pencegahan dan pengendalian infeksi

11
Mencegah atau membatasi penularan infeksi di sarana pelayanan
kesehatan memerlukan penerapan prosedur dan protokol yang disebut
sebagai “kewaspadaan isolasi”. Secara umum pencegahan dan
pengendalian infeksi pada penyakit virus Ebola kewaspadaan standar dan
kewaspadaan kontak. Pada tindakan tertentu yang menghasilkan butir-
butir aerosol (inhalasi/nebulizer) dan tindakan invasive lainnya seperti
melakukan intubasi, suctioning, swab tenggorok dan hidung perlu
dilakukan penambahan kewaspadaan airbone.
Melakukan kebersihan tangan (hand hygiene ) sesuai prosedur. Ada
5-moments dimana harus dilakukan kebersihan tangan yaitu sebelum
kontak pasien, setelah kontak pasien, sebelum melakukan tindakan medis,
sesudah kontak dengan bahan infeksius dan setelah kontak dengan
lingkungan pasien. langkah-langkah cuci tangan atau alternatif cuci tangan
(hand rub) ditunjukkan pada gambar lampiran 12 langkah-langkah
mencuci tangan.
a. Elemen kunci pencegahan dan pengendalian infeksi pada penyakit
virus ebola
i. Petugas (SDM)/Health Care Workers (HCW)
ii. Saran dan prasarana
iii. Penanganan jenazah
b. Standar kewaspadaan di fasilitas pelayanan kesehatan
i. Kebersihan tangan
ii. Sarung tangan
iii. Pelindung wajah (mata, hidung dan mulut)
iv. Baju pelindung
v. Pencegahan tusukan jarum dan cedera benda tajam lainnya
seperti handling needles, scalpels, dan instrument tajam
lainnya
vi. Etika batuk
vii. Pembersihan lingkungan
viii. Linen
ix. Pengelolaan limbah
x. Peralatan perawat pasien
10. Komunikasi risiko
a. Tujuan
Komunikasi risiko ini bertujuan untuk menyampaikan pesan
kepada masyarakat tentang penyakit virrus Ebola, cara

12
penularannya, cara pencegahan secara mandiri dan yang harus
dilakukan ketika mulai menunjukkan gejala yang sesuai dengan
penakit virus Ebola serta untuk menepis informasi yang tidak benar
b. Isi pasien
i. Pengenalan penyakit virus Ebola
Penyakit Virus Ebola adalah salah satu penyakit demam
berdarah virus yang sering berakibat fatal pada manusia dan
primata. Virus Ebola pertama kali diidentifikasi di Sudan dan
di wilayah terdekat dari Zaire pada tahun 1976.
Ada 5 spesies virus Ebola, yaitu Bundibugyo, Tai Forest,
Reston, Sudan dan Zaiire. Spesies Bundibugyo, Sudan, dan
Zaire adalah penyebab wabah besar di Afrika yang
menyebabkan kematian pada 25-90% kasus klinis.
Penyakit ditandai dengan demam mendadak, lemah, nyeri otot,
sakit kepala, sakit tenggorokan.
ii. Cara pencegahan penularan
Hindari kontak dengan orang atau hewan penular yang sakit,
terutama dengan ggejala penyakit virus Ebola, kemudian selalu
menjaga kesehatan dengan melaksanakan perilaku hidup bersih
sehat (PHBS), termasuk cuci tangan pakai sabun.
iii. Cara penularan
Penularan virus Ebola ditularkan melalui kontak langsung
dengan darah, cairan tubuh, air susu, sekret (saliva, keringat,
urine, sperma) dan jaringan orang atau hewan (simpanse,
gorila, monyet, antelop hutan, kelelawar buah) terinfeksi.
c. Sasaran
Sasaran yang perlu mengetahui risiko penularan dan pencegahan
penularan penyakit virus Ebola adalah
i. Masyarakat (semua orang diluar tenaga kesehatan)
ii. Petugas kesehatan dan petugas lain yang berisiko kontak
dengan pasien penyakit virus Ebola terutama di rumah sakit
dan di pintu masuk negara
iii. Pesan khusu bagi sasaran yang merupakan kasus, kontak,
dan berisiko tinggi (pelaku perjalanan dari atau ke negara
terjangkit, petugas yang menangani pasien penyakit virus
Ebola)

13
d. Media
Media yang bisa digunakan untuk melakukan komunikasi risiko
melalui door to door, ketemu per orang, radio, pamflet, banner,
leaflet

Pedoman ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari


rencana kontijensi Penyakit Virus Ebola. Selain itu, komunikasi
risiko harrus dilakukan dengan kesabaran dan berulang-ulang.
Frequent Ask Question (FAQ) harus disediakan dan di update
sesuai kebutuhan

14
BAB 4. PENUTUPAN

4.1 Kesimpulan
4.2 Saran

15
DAFTAR PUSTAKA

Kratz, T., Borchert, M., Rosa, O. De, Pou, D., Jeffs, B., & Tshomba, A. (2012). No
Title, 18.

Hendrawati, A., Biokimia, D., Kedokteran, F., & Islam, U. (2014). Kenali ebola,
6(1), 6–7.

Clark DV, Jahrling PB, Lawler JV. Clinical management of filovirus-infected


patients. Viruses 2012;4(9):1668-86.

Aditama, Tjandra Y. 2014. Ebola, ed.2, Badan Litbang Kesehatan Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia

WHO. 2014. Ebola and Marburg virus disease epidemics: preparedness, alert,
control, and evaluation.

16

You might also like