You are on page 1of 35

Acute Flaccid Paralysis

(AFP)

Susunan Saraf
2

 Upper motor neuron (Susunan


Saraf Pusat)
 Dari cortex cerebri sampai sumsum
Medula spinalis

 Lower Motor Neuron (Susunan


Saraf Tepi)
 Dari cornu anterior medula spinalis
sampai otot

1
Lesi UMN
 Tonus otot meningkat
 Spastic paralysis  hemiplegia atau
hemiparesis
 Spastisitas  menigkatnya resistensi
terhadap gerakan pasif, kelemahan otot
pada sisi paresis
 Klonus (+)  gerak otot yang timbul
berulang-ulang selama perangsangan
masih berlangsung)
 Refleks patologis (+)
 Tidak ada atrofi pada otot yang lumpuh,
tidak ada kelainan pada EMG, CPK atau
biopsi otot

Lesi LMN
 Kelemahan otot  paralisis

 Aktivitas reflaks berkurang bahkan tidak


ada

 Tonus otot berkurang  hipotoni 


paralisis tipe flaksid

 Terjadi atrofi pada otot yang terkena

 Fasikulasi (+)

 Adanya perubahan pada CPK

2
Kelumpuhan
 Susunan Saraf Pusat  Susunan Saraf Tepi
 Lemas – Kaku
(Layuh)
 Lemas/ flaksid
 Refleks fisiologis
meningkat  Refleks fisiologis

 Refleks patologis
menurun atau
positif hilang
 Refleks patologis
 Tidak ada pengecilan
otot kecuali sudah negatif
berlangsung lama  Pengecilan otot

 Keadaan awal sering layuh

3
7

PEMERIKSAAN
KELUMPUHAN

12/14/2012

4
Anamnesis lumpuh
9

 Aktifitas tungkai berkurang


 Bila berjalan nyeri
 Jalan harus dibantu
 Tidak dapat berdiri sendiri
 Jalan diseret
 Tidak dapat bangun dari tidur

Derajat kelumpuhan
10

 0. Tidak dapat bergerak sama sekali


 1. Hanya dapat menggerakkan jari sedikit
 2. Tidak dapat mengangkat kaki dari tempat tidur,
hanya menggeser saja
 3. Masih dapat mengangkat tungkai
 4. Kekuatan otot berkurang
 5. Tidak ada kelumpuhan
 Lari – jalan pincang – mengangkat kaki – lumpuh
total

5
Penulisan
11

 Kelumpuhan
kanan kiri kanan kiri
5 5 5/5/5 5/5/5

3 3 3/3/3 3/3/3
 Refleks fisiologis

N N

Kelemahan otot
12

 Minta ia duduk di
lantai lalu berdiri
 Tidak sanggup
 Berdiri sambil
merambat pada
kakinya

6
Gower’s Sign

Bayi lumpuh layuh


14

 Terlentang di tempat
tidur
 Posisi seperti katak
 Gerakan sedikit

 Lutut menyentuh
tempat tidur

7
15

ACUTE FLACCID PARALYSIS

Petunjuk ke arah AFP


Paralysis:
Terjadi tiba2

Tungkai lemas Kelemahan

Acute Flaccid
Paralysis
Tdk bisa gerakkan
Tdk bisa bangun
kaki, tangan
Tdk bisa jalan

8
Penyakit dengan AFP
Transverse
myelitis
AFP
Traumatic caused by other
neuritis enteroviruses
(including Coxsackie's virus,
Acute Flaccid echovirus, etc.)

Paralysis

Guillain-Barré Poliovirus
syndrome other
(toxins, metabolic,
snake bite, drug-induced,
etc.)

DIAGNOSIS PENYAKIT
1. Myelitis transversa DENGAN GEJALA AFP
2. Poliomyelitis
3. Polyneuropathy
4. Myelopathy
5. Dermatomyositis 9. Periodic Paralysis hipokalemi
6. Foot drop paralysis 10. Spinal Muscular Atrophy
7. Stroke pada anak 11. Miastenia gravis umum
8. Todd’s paralysis 12. Metabolic myopathies
13. Herediter Motor and Sensory
Neoropathy (HMSN)

INGAT:
Gejala AFP dapat ditemukan juga pada penyakit selain tersebut di atas.
Bila diagnosis pasti belum dapat ditegakkan dapat dituliskan suspek dan DD-
nya

9
Mielitis transversa
19

 Infeksi virus ke medula spinalis


 Demam, batuk pilek, lumpuh
lemas simetris mendadak
 Gangguan miksi dan defekasi
 Refleks fisiologis
menurun/meningkat
 Pungsi lumbal: pleositosis
 Pengobatan: prednison 1-2 mg/kg,
Imuno Glob(IG)
 Follow up: layuh - lumpuh spastis

Sindrom Guillain Barre


20

 Demam, adanya gangguan motorik dan sensorik


 Kelumpuhan simetris, ascending symmetric proximal dari
kaki ke atas, sampai lengan atas
 Sering menyebabkan kelumpuhan otot pernapasan
 Sering disertai gangguan miksi dan defekasi
 Pungsi lumbal: peningkatan protein tapi sel normal
(disosiasi sitoalbuminik)
 EMG: KHS terganggu, EMG jarum
 Pengobatan: IG 0,4 g/kgbb/hari selama 5 hari
 Follow up: bila bertahan, kelumpuhan tetap layuh
 Lumpuh 2 bulan CIDP : obat prednison atau siklofosfamid
1-2 mg/kg

10
Miositis akut
21

 Demam (-)/(+), nyeri di otot tungkai yang sakit


 Kadang ada dermatitis eritematous, gangguan
gastrointestinal, kelemahan otot
 Polimiosistis atau dermatomiositis ditandai:
kelemahan otot tungkai, peningkatan enzim kreatinin
kinase
 EMG-miopati, dan biopsi otot – peradangan otot
 Pengobatan: prednison 1 – 2 mg/kg
 Follow up: sembuh sempurna

Hipokalemi
22

 Dijumpai pada anak yang mengalami diare atau


muntah-muntah
 Bayi lemas ke dua tungkai setelah diare,
muntah2, laboratorium - hipokalemi
 Dapat berulang dan bersifat familial, paralisis
periodik hipokalemi pada Renal Tubular
Acidosis
 Diagnosis: hipokalemi (< 2mg/dl), EMG normal
 Pengobatan: kalium oral, dapat disertai
pemberian Natrium bikarbonat
 Follow up: lumpuh hilang timbul

11
Stroke pada anak
23

 Anak tiba-tiba lumpuh lengan dan tungkai sisi


yang sama (hemiparesis)
 Demam tidak ada
 Lumpuh layuh dengan refleks negatif
 CT scan/MRI kepala: daerah hipodens (iskemik)
atau hiperdens (perdarahan)
 Etiologi: iskemik – defisiensi protein C atau S
 Terapi: aspirin hingga INR > 1, fisioterapi
 Follow up: tetap lumpuh layuh

Poliomielitis
24

 Virus polio menyerang cornu


anterior medula spinalis atau
medula oblongata
 Penularan melalui orofecal
 Masa inkubasi 5 – 35 hari

12
Poliomielitis……(2)
25
 Manifestasi klinis
 Abortive (5%): panas, lemas, anoreksia, sakit kepala
 Non paralytic (1%): kekakuan leher, refleks menurun
 Paralytic (0,1%): kelumpuhan asimetris, dapat
mengenai saraf otak, otak dan refleks menghilang
 Cairan serebrospinal:
 Normal atau sel 20 – 300 /mm3
 Diagnosis pasti – Virus di tinja (+)
 Tatalaksana : simtomatik dan fisioterapi

Poliomielitis………(3)
26

 Pemulangan pasien:
dirawat 2 minggu klinis sedikit
membaik - tinja mengandung
virus polio selama 3 bulan –
di berikan klorin

 Gejala sisa - lumpuh layuh,


biasanya tungkai satu sisi
mengecil, dapat terjadi kontraktur

13
27

PENGENDALIAN
PENYAKIT

Prinsip Manajemen Program


Pengendalian Penyakit
1. Reduksi  upaya menurunkan angka insiden,
prevalen, dan atau kematian sampai pada tingkat
tertentu di suatu daerah/lokasi  diare
2. Eliminasi  upaya menurunkan angka insiden
menjadi “nol” atau sangat kecil untuk penyakit dan
daerah tertentu  TN
3. Eradikasi  upaya menghilangkan angka insiden dan
penularan di dunia  cacar, polio akan menyusul
(tidak perlu intervensi lagi).
4. Pemusnahan  agent benar-benar musnah dari muka
bumi  belum ada contohnya

14
Syarat
Penyakit Dapat di Eradikasi

1. Agent penyakit hanya mempunyai 1 host (manusia)


2. Agent penyakit tidak tahan hidup lama di alam
3. Ada teknologi yg mudah dan murah

Penyakit Polio

memenuhi ke tiga syarat tersebut

Pengertian Eradikasi Polio 1

Virus Polio Liar Tidak Ditemukan


selama 3 tahun berturut-turut
Didukung oleh
SURVEILANS AFP KUAT
(sesuai standar sertifikasi

15
Strategi Eradikasi Polio
1. Imunisasi Rutin dengan cakupan tinggi,
(sweeping dan backlog fighting )
2. Imunisasi Tambahan :
a. PIN 1995, 1996 dan 1997, 2002
b. Sub PIN (1998-1999-2000). Daerah
berisiko tinggi (fokus)
c. Mopping Up
3. Surveilans AFP sesuai standar sertifikasi
4. Pengamanan Virus Polio di Laboratorium

Dasar pemikiran penyakit


polio dapat diberantas
 1. Manusia : satu-satunya reservoir bagi
virus polio liar (VPL)
 2. Di luar tubuh manusia VPL hanya

bertahan 48 jam
 3. Vaksin yang ada cukup efektif

16
 4. Vaksinasi memberi kekebalan
seumur hidup
 5. Selama masih ada orang yang
rentan, rantai penularan virus polio
akan tetap berlangsung
 6. Vaksinasi mudah dan feasible untuk

dilaksanakan

Indonesia melaksanakan
program eradikasi polio yang
terdiri atas
 1. Pemberian imunisasi polio rutin
 2. Pemberian imunisasi massal pada anak
Balita melalui Pekan Imunisasi
Nasional Polio (PIN)
 3. Melakukan surveilans Acute Flaccid Paralysis
(AFP) ditunjang oleh
pemeriksaan laboratorium yang
terakreditasi

17
 4. Melaksanakan mopping-up, meniadakan virus
yang timbul di daerah yang dicurigai memiliki
VPL.
 5. Penanganan VPL di lab. ( lab. containment
of wild polio viruses)

Pekan lmunisasi Nasional


(PIN)
1995, 1996, 1997 dan 2002 Dua putaran
(September - Oktober)
Sasaran anak < 5 tahun (Balita)
> 23 juta anak Balita
25 juta anak Balita (2002)

18
Distribution of Wild Polio Virus
Indonesia 1995
Province District Strain of polio
virus
1. East Java Malang Polio-1 (case)
Probolinggo Polio-1 (case)
2. Central Java Cilacap Polio-1 (contact)

3. North Sumatera Kodya Medan Polio-3 (contact)

4. South Sumatera O.K.U Polio-1 + 2


(contact)

Surveilans AFP
Salah satu strategi eradikasi polio,
 melakukan pengamatan terus-
menerus secara sistematis
 terhadap setiap kasus AFP untuk
mendeteksi kemungkinan
keberadaan dan terjadinya virus
polio liar di suatu wilayah tertentu

19
Acute Flaccid Paralysis
(AFP)

Jawaban
3 x Ya

Ke

20
Definisi AFP
41

 Semua anak usia < 15 tahun


 Kelumpuhan yang sifatnya lemas (flaccid)
 Terjadi mendadak dalam 1 – 14 hari
 Bukan disebabkan rudapaksa / trauma

ada keraguan  tetap laporkan sebagai


 Bila
kasus AFP

Surveilans AFP (Acute Flaccid


Paralysis)
 Pengamatan yang dilakukan terhadap semua
kasus kelumpuhan yang sifatnya seperti
kelumpuhan pada poliomyelitis (Acute Flaccid
Paralysis).
 Kelumpuhan terjadi pada anak usia < 15 tahun,
dalam upaya untuk menemukan transmisi virus
polio liar.

21
Tujuan surveilans AFP
 Untuk mengidentifikasi adanya kasus polio dan
adanya transmisi virus polio liar disuatu daerah.
 Untuk menilai keberhasilan upaya eradikasi
polio.
 Untuk mendapatkan sertifikasi bebas polio

Pencarian kasus AFP di RS-Puskesmas


44

 Harus melibatkan dokter dan perawat


 Perhatikan kasus anak dengan muntah-muntah, diare,
gizi buruk, efek samping obat
 Tanyakan setiap pasien di rawat apa ada kelemahan
pada ekstremitas
 Laporkan dahulu kasus yang dicurigai AFP tanpa
menunggu diagnosis
 Perlu penyegaran ilmu kembali untuk dokter dan
perawat di bangsal tentang kasus AFP

22
Klinisi terlibat AFP
45

 Dokter umum – Puskesmas – D/-laporkan


 Dokter anak – RS: D/-laporkan, tatalaksana
 Dokter saraf – RS: D/-laporkan, tatalaksana
 Dokter rehabilitasi medis – RS: D/-laporkan,
tatalaksana
 Dokter penyakit dalam

 Perawat – rujuk - laporkan


 Bidan – rujuk -laporkan
 SO dll - melaporkan

Kenapa Surveilans AFP


Usia < 15 Th
 Data surveilans, insiden polio tertinggi usia <3 th
(50-75%)
 Namun masih dapat terjadi sampai usia dewasa
 Risiko Polio tertinggi pada anak, secara
operasional dilaksanakan sampai usia <15 tahun
 Dilaksanakan sampai usia dewasa? Tidak efIsien
 Bagaimana menjaring usia dewasa? Surveilans
suspek polio.

23
DISEASE OF YOUNG INFANTS
WHO/NIE/EPI
Age distribution of AFP cases, Americas, 1989-90 14-Dec-12

c
Mengapa AFP
a
kurang dari
s 15 th
e
s

Penting :

Acute :
Perkembangan kelumpuhan yg berlangsung cepat, 1-14
hr sejak terjadinya gejala awal
Flaccid:
Kelumpuhan sifatnya lunglai, lemas, layuh, bukan kaku &
terjadi penurunan tonus otot
Ragu ttg sifat lumpuh: acut/flaccid  AFP
Ruda paksa/kecelakaan !!!

24
Strategi Surveilans AFP
 Menemukan kasus AFP minimal 2/100.000 anak
berusia < 15 tahun melalui :
 Surveilans AFP di Rumah Sakit (Hospital base
surveillance).
 Surveilans AFP di Puskesmas dan masyarakat
(Community base surveillance)

 Mengumpulkan 2 spesimen dari setiap kasus AFP


dengan tengggang waktu ≥ 24 jam, selambat-
lambatnya 14 hari sejak terjadinya kelumpuhan.

Konsep Populasi
Pengamatan
Surveilans AFP mengharuskan
dilaksanakannya penemuan dan
pemeriksaan terhadap semua kasus AFP yang
ada dalam satu wilayah
Diperkirakan:
kasus AFP : 2/100.000 populasi anak
< 15 tahun pertahun
Nasional : 1300 kasus pertahun

25
Strategi Surveilans AFP
 Melakukan pemeriksaan spesimen tinja kasus AFP di
laboratorium nasional (Bandung atau Surabaya).
 Melakukan pemeriksaan residual paralisis setelah 60
hari kelumpuhan.
 Melibatkan dokter spesialis anak, dokter spesialis
saraf, dokter rehabilitasi medik dalam memastikan
kasus AFP dan menentukan diagnosis awal
 Menentukan adanya residual paralisis saat
pemeriksaan ulang/diagnosis pada saat kunjungan
ulang 60 hari
 Zero Reporting bila tidak ada kasus

Alur Berobat Penderita


AFP
Rumah Sakit

Puskesmas Dokter

Penderita
Tempat Lain Tidak berobat
APF

26
Acute Flaccid Paralysis
Sehat Lemas, layuh
5

4 Paresis

0 Plegi/Paralysis
14 hr 14 hr
Akut Wkt ambil spesimen adekuat

2 Bln
-Tanpa gejala awal
-Nyeri Spesimen MASIH dapat diambil sampai 2 bulan
-Kesemutan, kebas kelumpuhan
-Dll

27
Skema Klasifikasi –
virologi AFP
Virus polio liar (+) Kasus polio

Paralisis residual (+), atau


Meninggal, atau
Tak dapat di follow up Polio
kompatibel
AFP
Tak ada spesimen, atau
Spesimen tak memenuhi
syarat Komisi ahli

Paralisis residual (-)


Virus polio liar (-)
Bukan
Spesimen adekuat kasus polio

Penetapan Final Kasus AFP :


Polio / Bukan Polio
1. Penetapan berdasarkan pemeriksaan
tinja. Tiga buah laboratorium polio
nasional (Balai Lab Kes, Surabaya; Lab.
PT. Biofarma Bandung; Lab. Puslitbang
Pemberantasan Penyakit, Jakarta).

28
Penetapan Final Kasus AFP :
Polio / Bukan Polio
2. Spesimen tinja harus adekuat
a. Diambil 2 x sebelum 14 hari sejak
mulai lumpuh
b. Spesimen I dan II harus selang
> 24 jam
c. Spesimen dikirim ke lab. dalam
keadaan aman, vol (8-10) gram,
suhu (0-8) °C

Penetapan Final Kasus AFP :


Polio / Bukan Polio
3. Penetapan berdasar sisa
kelumpuhan setelah 60 hari lumpuh

- bukan polio
Kelumpuhan
+ kasus kompatibel
sementara

29
Penetapan Final Kasus AFP :
Polio / Bukan Polio
Tidak dilakukan pemeriksaan
ulang 60 hari pasca lumpuh
(kelalaian, meninggal sebelum
60 hari, pindah tanpa dapat
dilacak) kasus
kompatibel sementara

Penetapan Final Kasus AFP :


Polio/Bukan Polio
Penetapan oleh kelompok kerja ahli
surveilansAFP.
Kelompok Kerja Ahli : Virologi, Epidemiologi,
lmunisasi, Spesialis Anak, Spesialis Syaraf
Kasus AFP dengan
Data tidak lengkap
Spesimen tidak adekuat dikaji ulang
Kompatible sementara

30
Definisi Kasus polio pasti:

 Kasus AFP yg pd hsl pemeriksaan


tinja di lab ditemukan VPL (virus polio
liar) atau cVDVP (Circ Vaccin Derived Polio
Virus)
 Hot case dg salah satu spesimen
kontak positif VPL

Definisi
Kasus Polio Kompatibel:
Kasus AFP yg tak cukup bukti
secara lab/virologis unt
diklasifikasikan sbg kasus non
Polio; karena: Spec tak adekuat
Kunj Ulang : Sebelum Kunj Ulang:
Kelumpuhan (+) Kasus meninggal/hilang

POLIO KOMPATIBEL hanya bisa ditetapkan oleh


KELOMPOK KERJA AHLI Surveilans AFP Nasional

31
Peran Dokter Umum bekerja sama dengan
Dokter Spesialis Anak & Dokter Spesialis Saraf

1. Menemukan Kasus AFP sedini mungkin dan


melaporkan ke Petugas/Dinas Kesehatan setempat
2. Memastikan kasus tersebut AFP dan menentukan
diagnosisnya
3. Menilai adanya residual paralisis dan diagnosis
saat pemeriksaan ulang 60 hari kelumpuhan

64

 Buat mudah pelaporan LLA


 Anak lumpuh layuh dalam 2 minggu

 Bukan karena trauma

 Diagnosis tidak penting

 Bila ragu: LAPORKAN

 Ingatkan kembali dokter/perawat bahwa


menurunnya aktifitas ekstremitas, berarti ada
kelumpuhan
 Periksa dengan teliti sebelum mengirim laporan
ke PUSAT

32
Concept of AFP Surveillance
Before and After Immunization
Program

GBS
POLIO Myelitis Transv
Myelopati Gravis
Other Parese/Paralysis

Non Non
POLIO POLIO 2/100.000 < 15 yrs
1248 AFP cases/year

Before After

Surveilans AFP
 Tujuan:
1. Mengidentifikasi daerah yang
masih terdapat VPL (lokal, Impor)
 mopping-up
2. Menetapkan Indonesia Bebas Polio

33
Konsep Surveilans
Mengamati semua AFP
≥ 2/100.000, <15 th. AFP
Ambil 2 spec < 14hr
stlh lumpuh dengan
kondisi baik (>= 80 %) Pemeriksaan
laboratorium
Biofarma, BLK
Sby, Puslit Jkt

Positif Polio Hasil Negatif


Hasil Negatif
3 tahun
kinerja AFP
kinerja AFP
buruk
Kinerja Baik Kinerja Buruk baik

VPL
VPL
(terfokus)
(menyebar luas)

Silent Polio free


Mopping-up
PIN (luas) transmision
(terfokus)

Konsep Periode
Pengamatan
Surveilans AFP mengharuskan
dilaksanakannya pengamatan yang
terus menerus dengan kinerja yang
berkualitas tinggi

34
PENTING !!!

AFP: Bukan NAMA penyakit (Bukan Diagnosa suatu penyakit)


Tapi: Sekumpulan gejala
ACUTE+FLACCID+PARALYSIS
Dari:
- Gejala Penyakit Utama (GBS, Myelitis Transversa,Poliomielitis)
- Gejala Penyakit Penyerta/Coincidence
- Gejala/tanda komplikasi suatu penyakit pada fase flaccid
- Gejala dari suatu akibat pengobatan

70 TERIMA KASIH

35

You might also like