You are on page 1of 7

ANALISA TABRAKAN KM

KUMALA DENGAN KAPAL


TONGKANG
MANAJEMEN KESELAMATAN

MOH. ZANUAR LUKMANA

05.2017.1.90366
DAFTAR ISI

I. PENDAHULAN.............................................................................................................................. 2
A. Latar Belakang......................................................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................................................... 2
II. PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3
III. KESIMPULAN ............................................................................................................................... 5
IV. DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................ 6
I. PENDAHULAN

A. Latar Belakang
Sebagai Negara kepulauan terbesar didunia, Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau
dengan 95.181 km panjang garis pantai. 2/3 dari luas Negara merupakan daerah kelautan.
Transportasi laut merupakan unsur vital dalam kehidupan bangsa dalam memupuk kesatuan dan
persatuan bangsa Indonesia sebagai negara kepulauan. Disamping itu, peran transportasi laut
tentunya sebagai sarana utama dalam mewujudkan konektifitas antar pulau di Indonesia.

Dalam melakukan pelayaran, terdapat prosedur operasional kapal yang mengacu kepada
SOLAS-1974, Peraturan Internasional tentang Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut (P2TL),
Standard for Training Certification and Watch Keeping for Seafarer’s (STCW), Marine Pollution
(Marpol), International Safety Management-Code (ISM-Code) dan yang lainnya yang memberikan
panduan dan petunjuk bagi awak kapal dalam pengoperasian kapal sehingga keselamatan,
perlindungan lingkungan, keamanan dan kenyamanan awak kapal, barang, serta kapal itu sendiri
terjamin. Namun dalam pelaksanaan pelayaran sering kali terjadi kecelakaan dalam berlayar.
Tercatat dalam data kecelakaan dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang
merupakan Peristiwa Luar Biasa (PLH), kecelakaan pelayaran mengalami fluktuasi penurunan dan
peningkatan tiap tahunnya. Peristiwa yang dapat dikategorikan kedalam peristiwa luar biasa
adalah kecelakaan pelayaran yang menimbulkan korban jiwa ataupun luka-luka.

Sebuah Kecelakaan Kapal Motor (KM) di Kalsel Jumat (17/2) sekitar 06.30 Wita, KM Kumala
bertabrakan dengan Tongkang bermuatan batubara Quituarta4 yang ditarik TB Quito Vigour di
perairan kawasan alur Barito boy 3,5 dengan koordinat 3'.35 LS. Penumpang KM Kumala terdiri dari
311 dewasa, 8 anak, dan 6 bayi. Semua penumpang selamat dalam peristiwa tersebut. Akibat tabrakan
tersebut, lambung kapal KM Kumala mengalami kerusakan sedang.

Tabrakan antara tongkang batu bara dengan kapal merupakan kejadian yang kesekian kalinya
di Alur Barito, hal tersebut terjadi karena lalu lintas di alur kini semakin padat.

Sebelumnya, juga terjadi tabrakan antara tongkang batu bara dengan KM Marina yang
menyebabkan tujuh orang penumpangnya tewas dan puluhan lainnya harus di rawat di rumah sakit
dan sebagian lagi tidak ada kabar beritanya. Pada saat itu, seluruh penumpang panik sehingga
sebagian penumpang terpaksa menceburkan diri ke laut untuk menyelamatkan diri, namun justru
upaya tersebut membuat sebagian penumpang meninggal karena tidak bisa berenang. Saat ini,
bangkai KM Marina juga belum bisa dilakukan evakuasi sepenuhnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa faktor penyebab terjadinya tabrakan antara KM Kumala dengan Tongkang Batubara?
2. Apa hubungan kecelakaan KM Kumala dan Tongkang dengan SOLAS?
3. Apa tindakan pencegahan agar Kecelakaan KM Kumala dengan Tongkang tidak terjadi lagi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya tabrakan antara KM Kumala dengan
Tongkang Batubara.
2. Untuk mengetahui hubungan kecelakaan KM Kumala dan Tongkang dengan SOLAS.
3. Untuk mengetahui tindakan pencegahan agar Kecelakaan KM Kumala dengan Tongkang
tidak terjadi lagi.
II. PEMBAHASAN

Berdasarkan informasi di lapangan, KM Kumala dan kapal tongkang bertabrakan sekitar 17 mil
dari pelabuhan. Saat itu, kapal yang berangkat dari Surabaya tersebut hendak merapat ke pelabuhan.
Tanpa diketahui, kapal tongkang pengangkut batubara yang ditarik tugboat, melintas sehingga
tabrakan pun terjadi.

Data kecelakaan pelayaran yang diinvestigasi KNKT dari tahun 2007 hingga tahun 2013,
terdapat 4 kecelakaan pelayaran pada tahun 2009 dengan korban jiwa 447, 5 kecelakaan pelayaran
tahun 2008 dengan 10 korban jiwa, masing-masing 5 kecelakaan pada tahun 2010 dan 2013, 4
kecelakaan pada tahun 2012, 6 kecelakaan pelayaran pada tahun 2011 dan yang tertinggi ada 7
kecelakaan pelayaran pada tahun 2007. Dengan total korban jiwa keseluruhan dari tahun 2007 hingga
2013 sebanyak 736 orang serta total korban luka-luka sebanyak 605 orang. Presentase kecelakaan
pelayaran yang diinvestigasi KNKT berdasarkan jenis kecelakaan tahun 2007-2013, 28% kapal
tubrukan, 42% kapal terbakar/meledak, dan 30% kapal tenggelam. Bila dilihat dari faktor penyebab
terjadinya kecelakaan, 45% akibat human factor dan 55% dikarenakan teknis.

Human error dikelompokkan menjadi beberapa kelompok telah dilakukan oleh Dhillon (2007).
Kecelakaan dalam pelayaran yang terjadi karena faktor manusia merupakan faktor yang paling besar
(Candra, 2010; Malisan, 2010; Harahap, 2011; Lestari, 2013), dengan kriteria tertinggi yang
mempengaruhi manusia adalah faktor fisik (Nathanael, 2011).

Harahap (2011) menyatakan bahwa human error yang menyebabkan kecelakaan pada pelayaran
berupa tidak melakukan pengamatan sekitar dengan seksama, tidak berhati-hati, kurang
perencanaan sebelum keberangkatan, ga-gal menilai situasi, gagal mengambil tindakan awal, gagal
mengikuti alur pelayaran yang seharusnya, tidak mematuhi aturan, menjalankan kapal pada
kecepatan tidak semestinya, gagal mengendalikan kapal, gagal berkomunikasi, tidak mengenali
spesifikasi kapal dengan baik dan gagal mengirimkan/menerima sinyal. Dari berbagai macam
kegagalan manusia, ”tidak mematuhi aturan” merupakan kegagalan yang paling sering terjadi dan
paling besar.

Dapat disimpulkan bahwa dalam kecelakaan tubrukan KM Kumala dan Kapal Tongkang salah satu
penyebab utamanya adalah Human Error. Selain faktor Human Error faktor penyebab lainnya adalah
semakin sibuknya lalu lintas pelayaran di Alur Barito, sehingga kemungkinan tabrakan semakin besar.

Dalam melakukan pelayaran, terdapat prosedur operasional kapal yang mengacu kepada
SOLAS-1974, Peraturan Internasional tentang Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut (P2TL),
Standard for Training Certification and Watch Keeping for Seafarer’s (STCW), Marine Pollution
(Marpol), International Safety Management-Code (ISM-Code) dan yang lainnya yang memberikan
panduan dan petunjuk bagi awak kapal dalam pengoperasian kapal sehingga keselamatan,
perlindungan lingkungan, keamanan dan kenyamanan awak kapal, barang, serta kapal itu sendiri
terjamin.

Jika awak kapal sudah mengetahui dan memahami tentang SOLAS-1974, dan Peraturan
Internasional tentang Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut (P2TL), maka seharusnya kemungkinan
kecelakaan dapat dihindari. Karena dalam Standar Opersional dalam mengoperasikan kapal, Awak
Kapal dan juga nahkoda sudah dilatih untuk mengetahui navigasi yang mana akan membantu
mengarah kapal agar tidak terjadi tabrakan.
Dari beberapa faktor penyebab kecelakaan yang sudah disebut di atas, antara lain Human
Error, kesalahan navigasi, kurangnya pengetahuan tentang SOLAS-1974 dan Peraturan Internasional
tentang Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut (P2TL), maka untuk ke depannya para awak kapal
harus punya sertifikasi dan pelatihan yang lebih baik lagi, agar pengetahuan operasional kapal dan
navigasi kapal dpat dikuasai dengan baik selama di laut.

Dari sisi pemerintah, agar memperhatikan intra dan infra-struktur dalam alur pelabuhan atau alur
pelayaran, terutama alur pelayaran yang padat dan ramai. Pihak Pol Airut, Syahbandar, dan Operator
Pelabuhan harus bersinergi dan bekerja sama dengan baik agar tercipta kondisi lalu lintas pelayaran
yang tertib dan kemungkinan terjadinya kecelakaan kapal dapat diminimalisir di kemudian hari.

Saat Kapal akan berlayar, pihak Syahbandar harus benar-benar mengecek kelengkapal sertifikat
dan dokumen yang harus dibawa saat berlayar oleh kapal tersebut, dan manifest barang atau
penumpang harus benar-benar sesuai. Karena kelalaian dalam mengecek kapal akan berdampak pada
keselamatan kapal itu sendiri saat berlayar.

Pihak Operator Pelabuhan juga harus memonitor dan mengatur alur dan lalu lintas kapal dalam
jangkauan pelayaran di daerah itu sendiri. Kejadian tabrakan KM Kumala dengan Kapal Tongkang salah
satu faktornya adalah karena kelalaian operator pelabuhan dalam mengatur lalu lintas masuk dan
keluar kapal dalam wilayah pelabuhan wilayah tersebut.
III. KESIMPULAN

1. Faktor penyebab tabrakan KM Kumala dengan Kapal Tongkang adalah dikarenakan Human
Error, kelalaian dalam mengatur navigasi, dan makin padatnya lalu lintas dalam pelabuhan
tersebut.

2. Kurangnya pengetahuan dan pelatihan awak kapal tentang SOLAS-1974 dan Peraturan
Internasional tentang Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut (P2TL), jadi pemicu utama
kelalaian navigasi dan terjadinya kecelakaan kapal tersebut.

3. Dari beberapa faktor penyebab kecelakaan yang sudah disebut di atas, antara lain Human
Error, kesalahan navigasi, kurangnya pengetahuan tentang SOLAS-1974 dan Peraturan
Internasional tentang Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut (P2TL), maka untuk ke
depannya para awak kapal harus punya sertifikasi dan pelatihan yang lebih baik lagi, agar
pengetahuan operasional kapal dan navigasi kapal dpat dikuasai dengan baik selama di laut.
Dari sisi pemerintah, agar memperhatikan intra dan infra-struktur dalam alur pelabuhan atau
alur pelayaran, terutama alur pelayaran yang padat dan ramai. Pihak Pol Airut, Syahbandar,
dan Operator Pelabuhan harus bersinergi dan bekerja sama dengan baik agar tercipta kondisi
lalu lintas pelayaran yang tertib dan kemungkinan terjadinya kecelakaan kapal dapat
diminimalisir di kemudian hari.
IV. DAFTAR PUSTAKA

Budiawan Wiwik dan Iridiastadi Hardianto. (2013). Perancangan Computer Aided System dalam
Menganalisa Human Error di Perkere- taapian Indonesia. Jurnal Teknologi. Vol VIII No. 2 Mei 2013.
Fakultas Teknologi Industri- ITB : Bandung.

Harahap, R.G dan Rosyid, D.M. (2011). Studi Peran Keandalan Manusia dalam Tubrukan Kapal
(Studi Kasus Pelabuhan Perak Surabaya). Jurnal Kelautan. Jurusan Teknik Kelautan FTK-ITS: Surabaya.

Malisan Johny. (2010). Analisis Kecenderungan Ke- celakaan Kapal di Indonesia. Jurnal
Transportasi. Vol. 22 No. 1. Teknik Transportasi UNHAS: Makasar.

Komite Nasional Keselamatan Transportasi. (2013). Media Release KNKT Akhir Tahun 2013.
Jakarta: Kementrian Perhubungan.

Komite Nasional Keselamatan Transportasi. (2012). Final Report KNKT: Investigation Into the
Collision Between Indonesia Registered Ro-ro Pas- senger Ferr MV Bahuga Jaya and Singapore Regis-
tered MT Norgas Cathinka. Jakarta: Kementrian Perhubungan.

Lovely Lady, Putri Marliana, Ani Umyati. (2014). Kajian Kecelakaan Kapal di Pelabuhan Banten
Menggunakan Human Factors Analysis and Classification System (HFACS). 1-7./

You might also like