Professional Documents
Culture Documents
Praktek pendidikan diupayakan pendidik dalam rangka memfasilitasi peserta didik agar mampu
mewujudkan diri sesuai kodrat dan martabat kemanusiaannya. Semua tindakan pendidik diarahkan
kepada tujuan agar peserta didik mampu melaksanakan berbagai peranan sesuai dengan statusnya,
berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma yang diakui. Dalam pernyataan di atas tersurat dan tersirat
bahwa pendidikan berfungsi untuk memanusiakan manusia, bersifat normatif, dank arena itu mesti
daapt dipertanggungjawabkan.
Sehubungan dengan hal diatas, praktek pendidikan tidak boleh dilaksanakan secara sembarang,
sebaliknya harus dilaksanakan secara didasari dan terencana. Artinya, praktek pendidikan harus
memiliki suatu landasan yang kokoh, jelas dan tepat tujuannya, tepat isi kurikulumnya, dan efisien serta
efektif cara-cara pelaksanaannya.Implikasinya, dalam rangka pendidikan mesti terdapat momen berpikir
dan momen bertindak, mesti terdapat momen studi pendidikan dan momen praktek pendidikan.
landasan pendidikan akan menjadi titik tolak praktek pendidikan. Landasan pendidikan akan menjadi
titik tolak dalam menetapkan tujuan pendidikan, memilih isi pendidikan, memilih cara-cara pendidikan.
dst. Dengan demikian praktek pendidikan diharapkan menjadi mantap, sesuai dengan fungsi dan
Landasan, istilah landasan mengandung arti sebagai alas, dasar atau tumpuan (kamus besar bahasa
Indonesia, 1995:560). Istilah landasan dikenal pula sebagai fundasi. Mengacu pada pengertian tersebut,
dapat dipahami bahwa landasan adalah alas atau dasar pijakan dari sesuatu hal; suatu titik tumpu atau
titik tolak dari suatu hal ; atau suatu fundasi tempat berdirinya sesuatu hal.
Menurut sifat wujudnya dapat dibedakan dua jenis landasan yaitu : (1) landasan yang bersifat material,
dan (2) landasan yang bersifat konseptual. Contoh landasan yang bersifat material antara lain berupa
landasan pacu pesawat terbang dan fundasi bangunan gedung. Adapun contoh landasan yang bersifat
konseptual antara lain berupa dasar Negara Republik Indonesia yaitu Pancasila dan UUD RI Tahun 1945;
Landasan yang bersifat konseptual identik dengan asumsi, yaitu suatu gagasan, kepercayaan, prinsip,
pendapat atau pernyataan yang sudah dianggap benar, yang dijadikan titik tolak dalam rangka berpikir
(melakukan suatu studi) dan/atau dalam rangka bertindak. (melakukan suatu praktek).
Landasan pendidikan. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa landaan pendidikan adalah
seperangkat asumsi yang dijadikan titik tolak dalam rangka pendidikan. Sebagaimana telah kita pahami,
dalam pendidikan mesti terdapat momen studi pendidikan dan momen praktek pendidikan.
Asumsi-asumsi yang menjadi titik tolak dalam rangka pendidikan dari berbagai sumber, dapat
bersumber dari agama, filsafat, ilmu dan hukum atau yuridis. Jenis landasan pendidikan dapat
diidentifikasi dan dikelompokan menjadi : 1) landasan religious pendidikan, 2) landasan filosofis
Landasan Religius Pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari ajaran agama yang dijadikan
titik tolak dalam pendidikan. Contohnya: Carilah ilmu sejak dari buaian hingga masuk liang
lahat/meninggal dunia.”Menuntut ilmu adalah fardhlu bagi setiap muslim.” (hadist). Implikasinya, bagi
setiap muslim bahwa belajar atau melaksanakan pendidikan sepanjang hayat merupakan suatu
kewajiban.
Landasan filosofis Pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari filsafat yang dijadikan titik
Landasan ilmiah pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari disiplin ilmu tertentu yang
Landasan psikologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah psikologi
yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Contoh.”Setiap individu mengalami perkembangan secara
bertahap, dan pada setiap tahap perkembangannya setiap individu memiliki tugas-tugas perkembangan
yang harus diselesaikannya.”Implikasinya, pendidikan mesti dilaksanakan secara bertahap, tujuan dari
isi pendidikan mesti disesuaikan dengan tahapan dan tugas perkembangan individu/peserta didik.
Landasan Sosiologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah sosiologi
yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Contoh.” Di dalam masyarakat yang menganut stratifikasi
social terbuka terdapat peluang besar untuk terjadinya mobilitas social. Adapun fakta yang
memungkinkan terjadinya mobilitas social itu antara lain bakat dan pendidikan.”Implikasinya, para
landasan antropologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah antropologi
yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Contoh : perbedaan kebudayaan masyarakat di berbagai
daerah (misalnya: system mata pencaharian, bahasa, kesenian, dsb). mengimplikasikan perlu
Landasan historis pendidikan adalah asumsi-asumsi pendidikan yang bersumber dari konsep dan
praktek pendidikan masa lampau (sejarah) yang dijadikan titik tolak perkembangan pendidikan masa
kini dan masa datang. Contoh ‘Semboyan “tut wuru handayani”. sebagai salah satu peranan yang harus
dilaksanakan oleh para pendidik, dan dijadikan semboyan pada logi Depdiknas, adalah semboyan dari Ki
Hadjar Dewantara (Pendiri Perguruan Nasional Taman Siswa pada tanggal 3 Juli 1992 di Yogyakarta)
yang disetujui hingga masa kini dan untuk masa datang karena dinilai berharga.
perundanganan yang berlaku, yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Contoh. Undang-undang
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, dsb.
Landasan deskriptif pendidikan adalah asumsi-asumsi tentang kehidupan manusia sebagai sasaran
pendidikan apa adanya (Dasein) yang dijadikan titik tolak dalam rangka pendidikan. Landasan deskriptif
pendidikan umumnya bersumber dari hasil riset ilmiah dalam berbagai disiplin ilmu, sebab itu landasan
pendidikan deskriptif disebut juga sebagai landasan ilmiah atau landasan pendidikan factual pendidikan.
Landasan deskriptif pendidikan antara lain meliputi ; landasan psikologis pendidikan, landasan sosiologi
Pendidikan yang diselenggarakan dengan suatu landasan yang kokoh, maka prakteknya akan mantap,
artinya jelas dan tepat tujuannya, tepat pilihan isi kurikulumnya, efisien dan efektif cara-cara pendidikan
yang dipilihnya, dst. Dengan demikian landasan yang kokoh setidaknya kesalahan-kesalahan konseptual
yang dapat merugikan akan dapat dihindarkan sehingga praktek pendidikan diharapkan sesuai dengan
A. Hakikat Manusia
Manusia adalah makhluk Tuhan YME, dalam perjalanan hidupnya manusia mempertanyakan tentang
asal-usul alam semesta dan asal-usul keberadaan dirinya sendiri. Dua aliran filsafat yang memberikan
jawaban atas pertanyaan tersebut, yaitu Evolusionisme dan Kreasionisme (J.D. Butler, 1968). Menurut
Evolusionismme, manusia adalah hasil puncak dari mata rantai evolusi yang terjadi di alam semesta.
Manusia sebgaimana halnya alam semesta ada dengan sendirinya berkembang dari alam itu sendiri,
tanpa Pencipta. Sebaliknya filsapat Kreasionisme menyatakan bahwa asal-usul manusia, sebagaimana
halnya alam semesta adalah ciptaan suatu Creative Causee atau Personality, yaitu Tuhan YME.
Adapun secara filosofis penolakan tersebut antara lain didasarkan kepada empat argument berikut ini :
1) Argumen ontologism ; Semua manusia memiliki ide tentang Tuhan. Sementara itu, bahwa realitas
(kenyataan) lebih sempurna daripada ide manusia. Sebab itu. Tuhan pasti ada dan realitas ada-Nya itu
2) Argumen Kosmologis, Segala sesuatu yang ada mesti mempunyai suatu sebab. Adanya alam semesta
termasuk manusia adalah sebagai akibat. Di alam semesta terdapat rangkaian sebab akibat, namun
tentunya mesit ada sebab Pertama yang tidak disebabkan oleh yang lainnya.
3) Argumen Teleologis, Segala sesuatu memiliki tujuan (contoh : mata untuk melihat, kaki untuk
berjalan dsb.). Sebab itu, segala sesuatu (realitas) tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan diciptakan
4) Argumen Moral : Manusia bermoral, ia dapat membedakan perbuatan yang baik dan yang jahat, dsb.
Ini menunjukan adanya dasar, sumber dan tujuan moralitas.Dasar, sumber, dan tujuan moralitas itu
adalah Tuhan.
Dengan demikian dapat Anda simpulkan bahwa manusia adalah individu/pribadi, artinya manusia adalah
satu kesatuan yang tak dapat dibagi, memiliki perbedaan dengan yang lainnya sehingga bersifat unik,
Sosialitas. Sekalipun setiap manusia adalah individual/personal, tetap ia tidak hidup sendirian, tak
mungkin hidup sendirian, dan tidak mungkin hidup hanya untuk dirinya sendiri, melainkan ia juga hidup
Keberbudayaan. Kebudayaan adalah “keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia
dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar” (Koentjaraningrat,
1985). Ada tiga jenis wujud kebudayaan, yaitu : 1) sebagai kompleks dari ide-ide, ilmu pengetahuan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan, dsb. 2) sebagai kompleks aktivitas kelakuan berpola dari
Moralitas. Eksistensi manusia memiliki dimensi moralitas. Manusia memiliki dimensi moralitas karena ia
memiliki kata hati yang dapat membedakan antara baik karena ia memiliki kata hati yang dapat
membedakan antara baik dan jahat. Adapun menurut Immanuel Kant disebabkan pada manusia
Keberegamaan. Keberegamaan merupakan salah satu karakteristik esensial manusia yang terungkap
dalam bentuk pengakuan atau keyakinan akan kebenaran suatu agama yang diwujudkan dalam sikap
dan perilakunya. Hal ini terdapat pada manusia manapun, baik dalam rentang waktu (dulu, sekarang,
Historisitas. Eksistensi manusia memiliki dimensi historisitas, artinya bahwa keberadaan manusia pada
saat in terpaut kepada masa lalunya, ia belum selesai mewujudkan dirinya sebagai manusia, ia
Komunikasi ini dilakukan baik secara vertical, yaitu dengan Tuhannya, secara horizontal yaitu dengan
Dinamika. N. Drijarkara S.J. (1986) menyatakan bahwa manusia mempunyai atau berupa dinamika
(manusia sebagai dinamika), artinya manusia tidak pernah berhenti, selalu dalam keaktifan, baik dalam
B. Prinsip-prinsip Antropologis Keharusan Pendidikan ; Manusia sebagai Makhluk yang perlu didik dan
mendidik diri.
Prinsip Historisitas, Sebagaimana telah dijelaskan dalam uraian terdahulu, eksistensi manusia terpaut
dengan masa lalunya sekaligus mengarah kemasa depan untuk mencapai tujuan hidupnya.
Prinsip Idealistis. Bersamaan dengan hal diatas, dalam eksistensinya manusia mengemban tugas untuk
menjadi manusia ideal. Sosok manusia ideal merupakan gambaran manusia yang dicita-citakan atau
yang seharusnya. Sebab itu, sosok manusia ideal tersebut belum terwujudkan melainkan harus
Prinsip Posibilitas/aktualitas. Bagaimana mungkin manusia dapat ? Untuk menjawab pertanyaan ini mari
terlebih dahulu kita bandingkan sifat perkembangan hewan dengan perkembangan manusia.
terbuka. Manusia memang telah dibekali untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, potensi untuk
dapat berbuat baik, potensi cipta, rasa, karsa, dsb. Namun setelah kelahirannya, bahwa berbagai
potensi tersebut mungkin terwujudkan, mungkin kurang terwujudkan, atau mungkin pula kurang
terwujudkan. Manusia mungkin berkembang sesuai kodrat dan martabat kemanusiaannya. Sebaliknya
mungkin pula ia berkembang kea rah yang kurang atau tidak sesuai dengan kodrat dan martabat
kemanusiaannya.
Manusia perlu dididik dan mendidik diri. Permasalahannya : apakah manusia akan dapat dididik ?
prinsip-prinsip Antropologis apakah yang melandasinya ? Untuk menjawab permasalah tersebut, kita
dapat mengacu kepada konsep hakikat manusia sebagaimna telah diuraikan terdahulu (point A).
Berdasarkan hal tersebut dapat ditemukan lima prinsip antropologis yang melandasi kemungkinan
manusia akan dapat dididik, yaitu : (1) prinsip potensialitas, (2) prinisp dinamika, (3) prinisp
1. Prinsip Potensialitas.
2. Prinsip Dinamika
Pendidikan diupayakan dalam rangka memfasilitasi peserta didik agar menjadi manusia ideal
3. Prinsip Indivdiulitas
Praktek pendidikan merupakan upaya pendidik memfasilitasi manusia (peserta didik) yang antara lain
diarahkan agar ia mampu menjadi dirinya sendiri (menjadi seseorang/pribadi). Di pihak lain, manusia
(peserta didik) adalah individu yang memiliki ke diri-sendirian (subjektifitas), bebas dan aktif berupaya
untuk menjadi dirinya sendiri, sebab itu, individualitas mengimplikasikan bahwa manusia akan dapat
dididik.
4. Prinisp Sosialitas
5. Prinsip Moralitas
Pendidikan bersifat normatif, artinya dilaksanakan berdasarkan system norma dan nilai tertentu.
PENGERTIAN PENDIDIKAN
Dalam arti luas pendidikan adalah hidup, artinya, pendidikan adalah segala pengalaman (belajar) di
berbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi perkembangan
individu.
Dalam arti luas pendidikan berlangsung bagi siapa pun, kapan pun, dan dimana pun. Pendidikan tidak
terbatas pada penyekolahan (schooling) saja, bahkan pendidikan berlangsung sepanjang hayat.
Dalam arti luas tujuan pendidikan terkandung dalam setiap pengalaman belajar dan tidak ditentukan
dari luar. Tujuan pendidikan adalah pertumbuhan, jumlah tujuan pendidikan tidak terbatas. Tujuan
Dalam arti sempit pendidikan hanya berlangsung bagi mereka yang menjadi siswa pada suatu sekolah
atau mahasiswa pada suatu perguruan tinggi (lembaga pendidikan formal). Pendidikan dilakukan dalam
bentuk pengajaran yang terprogram dan bersifat formal. Pendidikan berlangsung di sekolah atau di
dalam lingkungan tertentu yang diciptakan secara sengaja dalam konteks kurikulum sekolah yang
bersangkutan.
Dalam pengertian sempit tujuan pendidikan ditentukan oleh pihak luar, tujuan pendidikan adalah
mempersiapkan peserta didik untuk dapat hidup di masayarakat (Redja Mudyahardjo, 2001).
Berdasarkan pendekatan sosiologi, pendidikan dipandang identik dengan sosialisasi yaitu suatu proses
membantu generasi muda agar menjadi anggota masyarakat yang diharapkan. Hal ini sebagaimana
didefinisikan oleh Emile Durkheim (Jeane H. Ballantine, 1985) bahwa : Education is the influence
exercised by adult generations on those that are not yet ready for social life. It is objekct is to arouse
and to develop in the child a certain number of physical society as a whole and the special milieu for
which he is specifically destined. (Pendidikan adalah pengaruh yang dilakukan oleh generasi orang
dewasa kepada mereka yang belum siap untuk melakukan kehidupan social. Sasarannya adalah
membangun dan mengembangkan sejumlah kondisi fisik, intelektual, dan moral pada diri anak sesuai
dengan tuntutan masyarakat politis secara keseluruhan dan oleh lingkungan khusus tempat ia akan
pembudayaan.
Berdasarkan pendekatan ekonomi, pendidikan dipandang sebagai human investment atau usaha
penanaman modal pada diri manusia untuk mempertinggi mutu tenaga kerja, sehingga mempertinggi
produksi barang dan/atau jasa. Sedangkan berdasarkan tinjauan politik, pendidikan didefinisikan
sebagai proses civilisasi, yaitu “Suatu upaya menyiapkan warga Negara yang sesuai dengan aspirasi
Berdasarkan pendekatan system, pendidikan dapat didefinisikan sebagai suatu keseluruhan yang terdiri
atas sejumlah komponen yang saling berhubungan secara fungsional dalam rangka mencapai tujuan
Menurut P.H. Coombs (Odang Muchtar, 1976), ada tiga jenis sumber input dari masayarakat bagi
dididik. Di pihak lain telah kita pahami paula bahwa eksistensi manusia tiada lain adalah utnuk menjadi
manusia. Inilah keharusannya sebagaimana dikatakan Karl Japers bahwa :”to be a man is to become a
man” / ada sebagai manusi adalah menjadi manusia (Fuad Hasan, 1973). Adapun manusi akan dapat
menjadi manuia hanya melalui pendidikan. Implikasinya maka pendidikan tiada lain adalah humanisasi
Tujuan dan fungsi pendidikan. Pendidikan diupayakan dengan berawal dari manusia apa adanya
(aktualitas) dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang ada padanya (potensialitas), dan
Sebagai humanisasi pendidikan seyogyanya meliputi berbagai bentuk kegiatan dalam upaya
A. Studi Pendidikan
Studi pendidikan adalah upaya yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam rangka
memahami pendidikan atau menghasilkan system konsep pendidikan. Studi pendidikan dapat dilakukan
melalui kegiatan membaca buku tentang pendidikan, diskusi tentang pendidikan ,penelitian ilmiah
tentang pendidikan, dan berfilsafat tentang pendidikan. Contoh studi pendidikan : seorang mahasiswa
UPI sedang membaca buku ‘Landasan Pendidikan”, Sekelompok orang sedang berdiskusi atau
melaksanakan seminar dengan tema ‘Peranan sekolah dalam Memebina Integrasi Bangsa”,
Metode kerja dalam studi pendidikan. Studi pendidikan dapat dilakukan orang melalui metode atau cara
kerja tertentu, yaitu : (1) metode kerja awam, (2) metode ilmiah, dan (3) metode filsafiah.
B. Ilmu Pendidikan
Istilah ilmu berasal dari kata alama (bahasa arab) yang artinnya pengetahuan. Dalam bahasa latin
dikenal kata scire (sebagai asal kata science) juga berarti pengetahuan. Jenis pengetahuan
diklasifiksikan orang menjadi : revealed knowledge, intuitif knowledge, rational knowledge, empirical
Ilmu pendidikan berdasarkan definisi ilmu sebagaimana dikemukakan diatas, kita dapat mendefinisikan
ilmu pendidikan sebagai system pengetahuan tentang fenomena pendidikan yang dihasilkan melalui
Karakteristik ilmu pendidikan. Ilmu pendidikan antara lain memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Objek studi; Objek studi ilmu meliputi berbagai hal sebatas yang dapat dialami manusia. Setiap ilmu
b. Metode ; Ilmu menggunakan metode ilmiah, demikan pula ilmu pendidikan. Ilmu pendidikan
menggunakan metode kualitatif dan / atau metode kuantitatif. Penggunaan metode tersebut tergantung
c. Isi: Isi ilmu juga ilmu pendidikan dapat berupa konsep, aksioma, postulat, prinsip, hukum teori, dan
model yang disusun secara sistematis.
Sistematika ilmu pendidikan, Mengacu kepada sistematika pedagogic dari M.J. Langeveld, Madjid Noor
dan J.M Daniel (1987) mengklasifikasikan ilmu pendidikan menjadi sebagai berikut :
C. Praktik Pendidikan
Praktik pendidikan adalah upaya yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam rangka
memfasilitasi peserta didik agar peserta didik mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
Pendidikan sebagai panduan ilmu dan seni dikemukakan oleh A.S Neil.Menurutnya “Mendidika dan
mengajar bukanlah hanya suatu ilmu, tapi adalah seni. Mendidik yang diartikan sebagai seni ialah
sebagaimana kita dapat hidup dengan anak-anak dan dapat mengerti anak-anak sehingga seolah-olah
kita menjadi seperti anak-anak.Gramophone dapat menyajikan pelajaran dengan baik, tetapi hal seperti
itu tidak dapat menemukan suatu hubungan yang vital dengan anak-anak.
Pandangan bahwa mengajar (mendidik) tidaklah seni semata, tetapi juga ilmu dikemukakan pula oleh
Charles Silberman. Silberman antara lain menyatakan : “yakin mengajar-sepert praktek kedokteran-
banyak merupakan suatu seni, yang memerlukan latihan bakat dan kreativitas. Tetapi seperti
kedokteran, mengajar adalah juga – atau hendaknya menjadi sebuah ilmu, karena berkenaan dengan
dipelajari dan diterangkan secara sistematis, dan oleh karena itu ditransmisikan dan dikembangkan”
(Redja Musyahardjo).
Demikianlah, pandangan pendidikan sebagai seni tidak perlu dipertentangkan dengan pandangan
pendidikan sebagai ilmu. Pendidik memerlukan ilmu pendidikan dalam rangka memahami dan
mempersiapkan suatu praktek pendidikan, namun dalam prakteknya pendidik harus kreatif, scenario
atau persiapan mengajar hanya dijadikan rambu-rambu saja, pendidik perlu melakukan improvisasi.
Didalam khasanah teori pendidikan terdapat berbagai aliran filsafat pendidikan antara lain Idelisme,
Realisme, Pragmatisme, Scholatisme, konstruksivisme, dll. Namun demikian kita mempunyai filsafat
Para filsuf Idealisme mengklaim bahwa hakikat realitas bersifat spiritual. Hal ini sebagaimana
dikemukakan Plato, bahwa dunia yang kita lihat, kita sentuh dan kita alami melalui indera bukanlah
Tujuan pendidikan adalah untuk membantu perkembangan pikiran dan diri pribadi (self) siswa. Sebab
demi mencapai perkembangan pikiran dan diri pribadi (Callahan and Clark, 1983). Dengan kata lain
pendidikan bertujuan untuk membantu pengembangan karakter serta mengembangkan bakat manusia
2. Realisme
Jika filsuf Idealisme menekankan pikiran, jiwa/spirit/roh sebagai hakikat realitas, sebaliknya para filssuf
Realisme bahwa dunia terbuat dari sesuatu yang nyata, substansial dan material yang hadir dengan
sendirinya (entity).
Tujuan pendidikan. Pendidikan bertujuan agar para siswa dapat bertahan hidup di dunia yang bersifat
Keberhasilan pendidik dalam berbagai peranannya antara lain akan dipengaruhi oleh pemahamannya
tentang perkembangan peserta didik, serta kemampuan mengaplikasikannya dalam praktek pendidikan.
1) Peranan pendidik adalah membantu peserta didik untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas
selanjutnya.
4) Pendidikan yang dilaksanakan menyimpang dari tahapan dan tugas-tugas perkembangan peserta
Individu adalah manusia perseorangan sebagai kesatuan yang tak dapat dibagi, memiliki perbedaan
dengan yang lainnya sehingga bersifat unik, serta bebas mengambil keputusan atau tindakan lainnya
sehingga bersifat unik, serta bebas mengambil keputusan atau tindakan atas pilihan dan tanggung
jawabnya. (otonom). Adapun masyarakat didefinisikan oleh Ralp Linton sebagai ‘setiap kelompok
manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri
mereka dan menggangp diri mereka sebagai satu kesatuan social dengan batas-batas yang dirumuskan
dengan jelas”.
Dari dua definisi tersebut, dapat diidentifikasi adanya empat unsure di dalam masyarakat yaitu :
4) Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan, sehingga setiap
Sebagaimana kita maklumi, manusia berbeda dengan hewan yang seluruh perilakunya dikendalikan oleh
naluri yang diperoleh sejak kelahirannya. Saat kelahirannya, manusia dalam keadaan tak berdaya,
karena naluri yang dibawa ketika kelahirannya relative tidak lengkap. Ia belum memiliki sistem nilai,
norma, pengetahuan, adat kebiasaan, serta belum mengetahui dan belum dapat menggunakan dengan
tepat berbagai benda sebagai hasil karya masyarakatnya. Anak manusia harus belajar dalam waktu
yang relative lebih panjang untuk mampu melaksanakan berbagai peranan sesuai statusnya dan sesuai
kebudayaan masyarakatnya.
Pranata Sosial. Theodorson G.A mendefinisikan pranata social sebagai ‘an interrelated system of social
roles and norms organized about the satisfaction of an important social need or function” (Sudardja
Adiwikarta, 1998). Pranata social adalah suatu sistem peran dan norma social yang saling berhubungan
dan terorganisasi disekitar pemenuhan kebutuhan atau fungsi social yang penting.
Pendidikan Formal (Sekola). Pendidikan formal adalah pendidikan yang terstrukutr dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. (Pasal 1 ayat 11 UU RI No.
20 Tahun 2003).
Fungsi pendidikan Sekolah. Pendidikan sekolah dapat dikemukakan fungsi-fungsi sebagai berikut>
Pendidikan Informal yaitu pendidikan yang berlangsung/terselenggara secara wajar atau secara alamiah
di dalam lingkungan hidup sehari-hari. Pendidikan informal antara lain berlangsung di dalam keluarga,
pergaulan anak.
Definisi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan pendidikan di luar pendidikan formal yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang (pasal 1 ayat (12) UU RI No. 20 Tahun 2003).
Fungsi. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan
pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian
professional.
Lingkup. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini,
keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk
Satuan Pendidikan. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, pelatihan, kelompok
belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.
Pengaruh bangsa Portugsi dalam bidang pendidikan utamanya berkenan dengan penyebaran agam
Katholik. Demi kepentingan tersebut, tahun 1536 mereka mendirikan sekolah (Seminarie) di Ternate,
selain itu didirikan pula di Solor. Kurikulum pendidikannya berisi pendidikan agama Katholik, ditambah
Pendidikan oleh kaum pergerakan Kebangsaan (pergerakan Nasional) sebagai Sarana Perjuangan
Bagi bangsa Indonesia berbagai kondisi yang sangat merugikan akibat kebijakan dan praktek-praktek
penjajahan telah menimbulkan rasa senasib sepenanggungan sebagai bangsa yang dijajah sehingga
Sejak Kebangkitan Nasional (1908) sifat perjuangan rakyat Indonesia dilakukan melalui berbagai partai
dan organisasi, baik melalui jalur politik praktis, jalur ekonomi, social budaya, dan khususnya melalui
jalur pendidikan. Sifat perjuangan bangsa kita saat itu tidak lagi hanya menitik beratkan pada
perjuangan fisik. Mengingat cirri-ciri pendidikan yang diselenggarakan pemerintah Kolonial Belanda yang
tidak memungkinkan bangsa Indonesia untuk menjadi cerdas, bebas, bersatu, dan merdeka, maka
kaum pergerakan semakin menyadari bahwa pendidikan yang bersifat nasional harus segera dimasukan
Implikasi kekuasaan pemerintahan pendudukan militer Jepang dalam bidang pendidikan di Indonesia
yaitu :
1) Tujuan dan isi pendidikan diarahkan demi kepentingan perang Asia Timur Raya.
2) Hilangnya Sistem Dualisme dalam pendidikan. Sistem pendidikan yang bersifat dualistis membedakan
dua jenis sekolah untuk anak-anak bangsa Belanda dan anak-anak Bumi Putera dihapuskan pada zaman
Jepang. Sekolah Desa masih tetap ada dan namanya diganti menjadi Sekolah Pertama. Susunan
d) Perguruan Tinggi
Tujuan pendidikan Nasional. Sesuai dengan Tap MPRS No. XXVI/MPRS/1966 tentang Agama, Pendidikan
dan Kebudayaan, maka dirumuskan bahwa Tujuan Pendidikan adalah untuk membentuk manusia
Pancasila sejati berdasarkan Pembukaan UUD 1945 dan isi UUD 1945. Selanjutnya dalam UU No. 2
Tahun 1989 ditegaskan lagi bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa
terhadap Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab
Apabila Anda mengkaji alinea keempat Pembukaan UUD 1945, disana tersurat dan tersirat cita-cita
nasional dibidang pendidikan, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sehubungan dengan ini,
Pasal 31 ayat (3) UUD 1945 mengamanatkan atar ‘Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem pendidikan nasional, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan
undang-undang.
BAB 1
Pendahuluan
Latar belakang
Pada dasarnya diturunkan agama, melalui kitab-kitab suci dan diutusnya para Rosul
ke muka bumi ini adalah bertujuan untuk menyepurnakan manusia. Artinya bahwa agama
merupakan petunjuk Tuhan yang mengarahkan manusia untuk mencapai kesempurnaan
hakiki manusia. Maksudnya adalah memberi petunjuk kepada manusia dalam berbagai
dimensi dan potensi, untuk mengaktualisasikan semua potensinya yang ada dalam dirinya dan
dapat mempertanggung jawabkan ke-haribaan illahi suatu saat nanti.
Dengan pandangan ini tidak akan mungkin kehadiran agama akan menyebabkan
manusia berkorban untuknya, mengorbankan dirinya secara sia-sia atas nama agama. Jika
manusia dengan sia-sia dan semata menghancurkan dirinya atas nama agama, maka
sebaiknya agama seperti ini tidak dihadirkan.
Dalam pandangan islam, agama merupakan jalan dan kesempurnaan dan keselamatan
manusia. Agama adalah pemberi makna bagi kehidupan manusia. Disini, kami tidak
berargumentasi atas pandangan diatas, tapi hanya menjabarkan pandangan islam tentang
substansi agama dan hubungannya dengan manusia.
BAB 2
Pembahasan
A. Pengertian dan Ciri-ciri Agama
Dalam berbicara sehari-hari kita sering sekali menggunakan dan mengucapkan kata atau
istilah “agama”, seperti agama Islam, Kristen, Hindu, Budha, kehidupan umat beragama,
kerukunan antar agama, konflik agama, dsb. Istilah agama tersebut sudah menyatu dan tak
terpisahkan dengan kehidupan sehari-hari, dan bahkan dalam kehidupan manusia secara
universal.
1. Pengertian Agama
a. Pengertian Agama Secara Bahasa (Etimologis)
Masyarakat Indonesia pada umumnya mengenal tiga istilah, pertama istilah
Agama,Kedua istilah Religious (Bahasa Inggris)dan ketiga istilah Ad-Diin (Bahasa Arab).
Dari ketiga istilah tersebut menjadi bahan pertimbangan dikalangan para ahli dalam
mendefinisikannya. Dalam arti bahwa ketiga istilah tersebut mempunyai pengertian dan
konotasi yang sama atau berbeda.
Pertama, agama. Agama berasal dari Kata Sansakerta, yang berasal dari dua suku
kata, yaitu a artinya tidak dan gam artinya pergi, jadi agama artinya tidak pergi, tetap
ditempat, diwarisi turun temurun (Harun Nasution, 1979: 9). Sedangkan , Sidi Gazalba (1978:
95), memberikan penjelasan tentang pengertian agama, yang berasal dari kata gam,
mendapatkan awalan dan akhiran a, sehingga menjadi agama,artinya jalan. Dalam arti bahwa
agama adalah jalan hidup, atau jalan yang harus ditempuh oleh manusia sepanjang
kehidupanny, atau jalan yang menghubungkan antara sumber dan tujuan hidup manusia, dan
jalan yang menunjukan dari mana, bagaimana, dan hendak kemana hidup manusia di dunia
ni. Sedangkan dalam Tadjab,dkk., (1994: 37) menyatakan bahwa agama berasal dari
kata a berarti tidak dan gama berarti kacau. Berate agama artinya tidak kacau, tidak kocar-
kacir dan teratur. Maka istilah agama merupakan suatu kepercayaan yang mendatangkan
kesejahteraan dan keselamatan hidup bagi manusia.
Jadi, agama adalah jalan yang harus ditempuh oleh manusia dalam kehidupannya
didunia ini supaya lebih teratur dan mendatangkan kesejahteraan serta keselamatan.
Kedua, religi. Religi berasal dari Bahasa Latin, asalnya relegere, artinya
mengupulkan, membaca. Kata religi atau reliji juga berasal dari kata religie (Bahasa
Belanda), atau religious ( Bahasa Inggris). Agama memang kumpulan cara-cara mengabdi
kepada Tuhan dan harus dibaca. Pendapat lain mengatakan asal kata itu berasal dari
kata religare, artinya mengikat. Maksudnya adalah mengikat dari pada kekuatan gaib yang
suci, yakni tuhan. Kekuatan gaib yang suci tersebut diyakini sebagai kekuatan yang
menentukan jalan hidup dan yang mempengaruhi kehidupan manusia.
Dengan demikian , kata religi pada dasarnya mempunyai pengertian sebagai
keyakinan akan adanya kekuatan gaib yang suci, yang menentukan jalan hidup dan
mempengaruhi kehidupan manusia.
Ketiga, Ad-Diin. Kata Ad-diin berasal dari Bahasa Arab, dari kata
dasar Daana ()دان,artinya hutang atau sesuatu yang harus dipenuhi atau ditunaikan. Dalam
bahasa semit, (Induk Bahasa Arab), kata Diin ( )دينberarti undang-undang atau hukum.
Dengan demikian , bahwa katadaana dan diin menunjukan pengertian sebagai undang-
undang atau hukum yang harus ditunaikan oleh manusia dan mengabaikannya berarti hutang
yang akan dituntut untuk ditunaikan, serta akan mendapatkan hukuman jika tidak
menunaikannya.
Dari ketiga (agama, religious, Ad-diin) dapat diambil suatu pengertian, yaitu:
pengakuan adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib dan suciyang harus dipenuhi
atau ditunaikan supaya hidupnya lebih teratur dan mendatangkan kesejahteraan serta
keselamatan.
Sedangkan menurut Tadjab, dkk., (1994: 39),dari ketiga kata Agama, Religious, Al-
Dindapat diambil suatu kesimpulan bahwa: 1) kekaahan dan penyerahan diri kepada pihak
yang lebih berkuasa, 2) ketaatan dan penghambaan kepada pihak yang gagah perkasa atau
berkuasa, 3) Undang-undang atau Hukum dan peratuanyang berlaku dan harus ditaati, 4)
peradilan, perhitungan,atau pertanggung jawaban atas pembalasan, vonis dsb.
b. Pengertian Agama Secara Istilah (Terminologi)
1. A.M. Saefuddin bahwa agama kebutuhan manusia yang paling esensial yang bersifat
universal. Karena itu, agama merupakan kesadaran spiritual yang didalamnya ada satu
kenyataandiluar kenyataan yang nampak. Bahwa manusia selalu membutuhkan belas
kasihan-nya, bimbingan-nya. Serta belaian-nya, yang secara ontologistidak bisa
diingkari,walaupun oleh manusia yang mengingkari agama (komunis) sekalipun.
2. Sultan Takdir Alisyahbana bahwa agama suatu sistem kelakuan dan perhubungan
manusia yang pokok pada perhubungan manusia dengan rahasia kekuasaan dan kegaiban
yang tidak terhingga luasnya. Dan dengan demikian member arti kepada hidupnya dan
kepada alam semesta yang mengelilinginya.
3. Sidi Gazalba bahwa agama kecenderungan rohani manusia , yang berhubungan
dengan alam semesta, nilai yang meliputi segalanya, makna yang terakhir, hakikat dari
semuanya.
Dari ketiga pendapat tersebut kalau diteliti lebih mendalam memiliki persamaan :1)
kebutuhan manusia yag paling esensial, 2) adanya kesadaran diluar diri manusia yang tidak
dapat dijangkau olehnya, 3) adanya kesadaran dalam diri manusia, bahwa ada sesuatu yang
dapat mengarahkan, membimbing, dan mengasihi di luar jangkauan-nya.
Jadi Agama menurut istiah adalah Kebutuhan manusia yang sangat esensial
terhadap yang ada di luar jangkauan-nya untuk membimbing, mengarahkan dan
mengasihinyasupaya medatangkan kesejahteraan dan keselamatan dalam hidup manusia.
2. Ciri-ciri Agama
a. Substansi yang disembah
Subtansi yang disembah menjadi pembeda dalam mengkategorikan agama. Karena
esensi dari keagamaan adalah penyembahan terhadap sesuatu yang dianggap berkuasa, yang
di ada di luar diri manusia.
b. Kitab suci
Kitab suci merupakan salah satu ciri khas dari agama. Jika tanpa kitab suci suatu
agama tidak akan berkembang dan menyebar. Kitab suci yang ada di dunia dikelompokan
menjadi kitab agama samawi dan kitab agama tabi’i.
c. Pembawa ajaran
Pembawa ajaran ini adalah seseorang yang dianggap unggul dan mampu sebagai
pembawa ajaran yakni seorang Nabi dan Rasul, para Nabi dan Rosul meneria amanat atau
ajaran dari Tuhannya berupa Wahyu untuk disampaikan kepada para pengikutnya. Sedangkan
Agama Thobi’i proses ke nabiannya melalui evolusi yang dihasilkan dari sebuah julukan atau
penghormatan.
d. Pokok-pokok ajaran
Setiap agama baik agama Samawi maupun Agama Thabi’i mempunyai prinsip ajaran
yang wajib bagi pemeluknya, prinsip ajaran ini disebut “Dogma” , yaitu setiap ajaran yang
baik percaya atau tidak, bagi pemeluknya wajib untuk mempercayainya.
e. Aliran-aliran
Setiap agama yang ada di dunia memiliki aliran-aliran yang berkembang pada
agamanya masing-masing hal itu diakibatkan karena adanya perbedaan pandangan. Dan
perbedaan pandangan itu engakibatkan timbulnya suatu aliran yang saling mempurkuat dan
memperkokoh pendapat faham kelompoknya.
B. Pengaruh Agama Bagi Manusia
Agama dan kehidupan beragama merupakan unsur yang tak terpisahkan dari
kehidupan sosial budaya tahap awal manusia. Yakni bahwa agama dan kehidupan beragama
pada manusia merupakan pebawaan (Fitrah) manusia sejak zaman azalinya. Artinya dalam
diri manusia, baik perseorangan maupun secara kelompok sudah terdapat kecenderungan dan
dorongan untuk beragama. Ada tiga alasan, pengaruh agama bagi manusia atau perlunya
manusia terhadap agama, diantaranya :
BAB 3
Penutup
A. Simpulan
Masyarakat Indonesia, disamping mengenal istilah agama, juga mengenal
istilah religious(bahasa Inggris) dan Al-Din (bahasa Arab). Tapi dari ketiga istilah tersebut
memiliki titik persamaan, yaitu : “ pengakuan adanya hubungan manusia dengan kakuatan
gaib dan suci yang harus dipenuhi atau ditunaikan supaya hidupnya lebih teratur dan
mendatangkan kesejahteraan serta keselamatan.
Pertama, agama adalah jalan hidup yang harus ditempuh oleh manusia dalam
kehidupannya di dunia.
Kedua, religi adalah keyakinan akan kekuatan gaib yang suci, yang menentukan jalan
hidup dan mempengaruhi kehidupan manusia.
Ketiga, al-Din, berasal dari bahasa arab, dari kata dasar ( دانhutang atau sesuatu yang
harus dipenuhi atau dibayar), dalam bahasa semit (induk bahasa Arab), kata din ( )دينberarti
undang – undang atau hukum yang harus ditaati oleh manusia dan mengabaikannya berarti
hutang yang akan dituntut untuk ditunaikan, serta akan mendapat balasan jika tidak
menunaikan.
Terdapat beberapa pendapat tentang agama secara etimologi, yaitu :
1) Kebutuhan manusia yang paling esensial.
2) Adanya kesadaran diluar diri manusia yang tidak dapat dijangkau olehnya.
3) Adanya kesadaran dalam diri manusia, bahwa ada sesuatu yang dapat membimbing,
mengarahkan dan mengasihi diluar jangkauannya.
Ruang lingkup atau ciri – ciri suatu agama meliputi :
a) Substansi yang disembah
b) Kitab suci
c) Pembawa ajaran
d) Pokok – pokok ajaran dan
e) Aliran – aliran
Ada tiga alasan manusia sangat memerlukan agama, yaitu :
a. Latar belakang fitrah manusia
b. Adanya kelemahan dan kekurangan yang terdapat pada diri manusia
c. Tantangan manusia
Pendidikan keagamaan tidak hanya berfokus pada hafalan tapi juga pada
pengaplikasinya dkan i kehidupan kesehariannya. Dan yang berperan untuk mengajarkannya
tidak hanya tanggung jawab guru agama tapi juga merupakan tanggung jawab sekolah, orang
tua dan masyarakat. Dan akan lebih baik apabila dilakukan sedini mungkin, maka kelak
mereka akan menjadi seorang cendikiawan yang bermoral dan berakhlak mulia.
B. Saran-saran
Kami menyadari bahwa makalah yang disusun ini,masih terdapat kekurangan, oleh
karena itu kritik,saran dan masukan yang sifatnya membangun sangatlah kami harapkan
untuk kesempurnaan makalah ini kedepannya.
Daftar Pustaka
Uus Rusawandi, dkk, Landasan Pendidikan, Bandung: Insan Mandiri, 2009.
Made Pidarta, Landasan Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta,1997