You are on page 1of 17

BAB I

SIKLUS HIDROLOGI
Pengertian Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi adalah salah satu dari 6 siklus biogeokimia yang berlangsung di
bumi. Siklus hidrologi adalah suatu siklus atau sirkulasi air dari bumi ke atmosfer dan
kembali lagi ke bumi yang berlangsung secara terus menerus. Siklus hidrologi
memegang peran penting bagi kelangsungan hidup organisme bumi. Melalui siklus ini,
ketersediaan air di daratan bumi dapat tetap terjaga, mengingat teraturnya suhu
lingkungan, cuaca, hujan, dankeseimbangan ekosistem bumi dapat tercipta
karena proses siklus hidrologi ini.

Proses Terjadinya Siklus Hidrologi


Adapun pada praktiknya, dalam siklus hidrologi ini air melalui beberapa tahapan
seperti dijelaskan gambar di atas. Tahapan proses terjadinya siklus hidrologi tersebut
antara lain evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi, sublimasi, kondensasi, adveksi,
presipitasi, run off, dan infiltrasi. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing
tahapan siklus tersebut.

1. Evaporasi
Siklus hidrologi diawali oleh terjadinya penguapan air yang ada di permukaan
bumi. Air-air yang tertampung di badan air seperti danau, sungai, laut, sawah,
bendungan atau waduk berubah menjadi uap air karena adanya panas matahari.
Penguapan serupa juga terjadi pada air yang terdapat di permukaan tanah. Penguapan
semacam ini disebut dengan istilah evaporasi.

Evaporasi mengubah air berwujud cair menjadi air yang berwujud gas sehingga
memungkinkan ia untuk naik ke atas atmosfer bumi. Semakin tinggi panas matahari
(misalnya saat musim kemarau), jumlah air yang menjadi uap air dan naik ke
atmosfer bumi juga akan semakin besar.
2. Transpirasi

Penguapan air di permukaan bumi bukan hanya terjadi di badan air dan tanah.
Penguapan air juga dapat berlangsung di jaringan mahluk hidup, seperti hewan dan
tumbuhan. Penguapan semacam ini dikenal dengan istilah transpirasi.

Sama seperti evaporasi, transpirasi juga mengubah air yang berwujud cair dalam
jaringan mahluk hidup menjadi uap air dan membawanya naik ke atas menuju
atmosfer. Akan tetapi, jumlah air yang menjadi uap melalui proses transpirasi
umumnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah uap air yang dihasilkan
melalui proses evaporasi.

3. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah penguapan air keseluruhan yang terjadi di seluruh
permukaan bumi, baik yang terjadi pada badan air dan tanah, maupun pada jaringan
mahluk hidup. Evapotranspirasi merupakan gabungan antara evaporasi dan
transpirasi. Dalam siklus hidrologi, laju evapotranspirasi ini sangat mempengaruhi
jumlah uap air yang terangkut ke atas permukaan atmosfer.

4. Sublimasi
Selain lewat penguapan, baik itu melalui proses evaporasi, transpirasi, maupun
evapotranspirasi, naiknya uap air dari permukaan bumi ke atas atmosfer bumi juga
dipengaruhi oleh proses sublimasi.Sublimasi adalah proses perubahan es di kutub
atau di puncak gunung menjadi uap air tanpa melalui fase cair terlebih dahulu.
Meski sedikit, sublimasi juga tetap berkontribusi terhadap jumlah uap air yang
terangkut ke atas atmosfer bumi melalui siklus hidrologi panjang. Akan tetapi,
dibanding melalui proses penguapan, proses sublimasi dikatakan berjalan sangat
lambat.
5. Kondensasi
Ketika uap air yang dihasilkan melalui proses evaporasi, transpirasi,
evapotranspirasi, dan proses sublimasi naik hingga mencapai suatu titik ketinggian
tertentu, uap air tersebut akan berubah menjadi partikel-partikel es berukuran
sangat kecil melalui proses kondensasi. Perubahan wujud uap air menjadi es
tersebut terjadi karena pengaruh suhu udara yang sangat rendah di titik ketinggian
tersebut. Partikel-partikel es yang terbentuk akan saling mendekati dan bersatu satu
sama lain sehingga membentuk awan. Semakin banyak partikel es yang bergabung,
awan yang terbentuk juga akan semakin tebal dan hitam.

6. Adveksi
Awan yang terbentuk dari proses kondensasi selanjutnya akan mengalami adveksi.
Adveksi adalah proses perpindahan awan dari satu titik ke titik lain dalam satu
horizontal akibat arus angin atau perbedaan tekanan udara. Adveksi memungkinkan
awan akan menyebar dan berpindah dari atmosfer lautan menuju atmosfer daratan.
Perlu diketahui bahwa, tahapan adveksi tidak terjadi pada siklus hidrologi pendek.

7. Presipitasi
Awan yang mengalami adveksi selanjutnya akan mengalami proses presipitasi.
Proses prepitasi adalah proses mencairnya awan akibat pengaruh suhu udara yang
tinggi. Pada proses inilah hujan terjadi. Butiran-butiran air jatuh dan membasahi
permukaan bumi.
Apabila suhu udara di sekitar awan terlalu rendah hingga berkisar < 0 derajat
Celcius, presipitasi memungkinkan terjadinya hujan salju. Awan yang mengandung
banyak air akan turun ke litosfer dalam bentuk butiran salju tipis seperti yang dapat
kita temui di daerah beriklim sub tropis.

8. Run Off
Setelah presipitasi terjadi sehingga air hujan jatuh ke permukaan bumi, proses
run off pun terjadi. Run off atau limpasan adalah suatu proses pergerakan air dari
tempat yang tinggi ke tempat yang rendah di permukaan bumi. Pergerakan air
tersebut misalnya terjadi melalui saluran-saluran seperti saluran got, sungai, danau,
muara, laut, hingga samudra. Dalam proses ini, air yang telah melalui siklus
hidrologi akan kembali menuju lapisan hidrosfer.
9. Infiltrasi
Tidak semua air hujan yang terbentuk setelah proses presipitasi akan mengalir di
permukaan bumi melalui proses run off. Sebagian kecil di antaranya akan bergerak
ke dalam pori-pori tanah, merembes, dan terakumulasi menjadi air tanah. Proses
pergerakan air ke dalam pori tanah ini disebut proses infiltrasi. Proses infiltrasi
akan secara lambat membawa air tanah kembali ke laut.
Nah, setelah melalui proses run off dan infiltrasi, air yang telah mengalami
siklus hidrologi tersebut akan kembali berkumpul di lautan. Air tersebut secara
berangsur-angsur akan kembali mengalami siklus hidrologi selanjutnya dengan di
awali oleh proses evaporasi.

Macam Macam Siklus Hidrologi


Berdasarkan panjang pendeknya proses yang di alaminya siklus hidrologi dapat
dibedakan menjadi 3 macam. Macam macam siklus hidrologi tersebut yaitu siklus
hidrologi pendek, siklus hidrologi sedang, dan siklus hidrologi panjang.

a. Siklus Hidrologi Pendek

Siklus hidrologi pendek adalah siklus hidrologi yang tidak melalui proses
adveksi. Uap air yang terbentuk melalui siklus ini akan diturunkan melalui hujan di
daerah sekitar laut. Berikut penjelasan singkat dari siklus hidrologi pendek ini:

 Air laut mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air akibat adanya
panas matahari.
 Uap air akan mengalami kondensasi dan membentuk awan.
 Awan yang terbentuk akan menjadi hujan di permukaan laut.
b. Siklus Hidrologi Sedang

Siklus hidrologi sedang adalah siklus hidrologi yang umum terjadi di Indonesia.
Siklus hidrologi ini menghasilkan hujan di daratan karena proses adveksi membawa
awan yang terbentuk ke atas daratan. Berikut penjelasan singkat dari siklus hidrologi
sedang ini:

 Air laut mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air akibat adanya
panas matahari.
 Uap air mengalami adveksi karena angin sehingga bergerak menuju daratan.
 Di atmosfer daratan, uap air membentuk awan dan berubah menjadi hujan.
 Air hujan di permukaan daratan akan mengalami run off menuju sungai dan
kembali ke laut

c. Siklus Hidrologi Panjang

Siklus hidrologi panjang adalah siklus hidrologi yang umumnya terjadi di daerah
beriklim subtropis atau daerah pegunungan. Dalam siklus hidrologi ini, awan tidak
langsung diubah menjadi air, melainkan terlebih dahulu turun sebagai salju dan
membentuk gletser. Berikut penjelasan singkat dari siklus hidrologi panjang ini:

 Air laut mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air akibat adanya
panas matahari.
 Uap air yang terbentuk kemudian mengalami sublimasi
 Awan yang mengandung kristal es kemudian terbentuk.
 Awan mengalami proses adveksi dan bergerak ke daratan
 Awan mengalami presipitasi dan turun sebagai salju.
 Salju terakumulasi menjadi gletser.
 Gletser mencair karena pengaruh suhu udara dan membentuk aliran sungai.
 Air yang berasal dari gletser mengalir di sungai untuk menuju laut kembali.
BAB II
AIR TANAH

Pengertian Air Tanah


Air tanah adalah air yang berada pada lapisan di bawah permukaan tanah.
Kedalaman air tanah tidak sama pada setiap tempat. Hal itu tergantung pada tebal
tipisnya lapisan permukaan di atasnya dan kedudukan lapisan air tanah tersebut.
Kedalaman air pada sumur-sumur yang digali merupakan cerminan kedalaman air tanah
pada suatu tempat. Permukaan yang merupakan bagian atas dari tubuh air itu disebut
permukaan preatik.

Air tanah berasal dari air hujan, laut, atau magma. Air tanah yang berasal dari air
hujan (air meteorit) disebut air vados atau air tua. Air ini mengandung air berat (H3)
atau tritium. Tritium ialah suatu unsur yang terbentuk pada atmosfer dan terdapat di
dalam tanah karena turunbersama-sama dengan air hujan.

Air tanah yang berasal dari laut juga terdapat di daerah pantai dan kemungkinan
air tanah ini asin. Air tanah yang berasal dari magma disebut air juvenil. Air juvenil
belum mengalami siklus hidrologi. Air ini merupakan air baru yang ditambahkan pada
zone kejenuhan dari kulit bumi yang dalam. Air yang berasal dari magma itu belum
tentu berbentuk air, tetapi dapat berbentuk hidrogen (H) dan oksigen (O2).

Secara umum air tanah akan mengalir sangat perlahan melalui suatu celah yang
sangat kecil dan atau melalui butiran antar batuan. Batuan yang mampu menyimpan dan
mengalirkan air tanah ini kita sebut dengan akuifer (Rachmat F. Lubis, 2006). Undang
Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air mendefinisikan air tanah
sebagai air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.
Sedangkan menurut para ahli, air tanah didefinisikan sebagai berikut :

 Air tanah adalah segala bentuk aliran air hujan yang mengalir di bawah
permukaan tanah sebagai akibat struktur perlapisan geologi, beda potensi
kelembaban tanah, dan gaya gravitasi bumi. Air bawah permukaan tersebut biasa
dikenal dengan air tanah (Asdak, 2002).
 Air tanah adalah sejumlah air di bawah permukaan bumi yang dapat
dikumpulkan dengan sumur-sumur, terowongan atau sistem drainase atau
dengan pemompaan. Dapat juga disebut aliran yang secara alami mengalir ke
permukaan tanah melalui pancaran atau rembesan (Bouwer, 1978; Freeze dan
Cherry, 1979; Kodoatie, 1996).
 Air tanah adalah air yang tersimpan pada lajur jenuh, yang kemudian bergerak
sebagai aliran melalui batuan dan lapisan-lapisan tanah yang ada di bumi sampai
air tersebut keluar sebagai mata air, atau terkumpul masuk ke kolam, danau,
sungai, dan laut (Fetter, 1994). Batas atas lajur jenuh air disebut dengan muka
air tanah (water table).
 Air tanah adalah air yang menempati rongga-rongga dalam lapisan geologi.
Lapisan tanah yang terletak di bawah permukaan tanah dinamakan lajur jenuh
(saturated zone), dan lajur tidak jenuh terletak di atas lajur jenuh sampai ke
permukaan tanah, yang rongga-rongganya berisi air dan udara (Soemarto, 1989).
Proses Terbentuknya Air Tanah
Air hujan sebagian besar akan mengalir di permukaan sebagai air permukaan
seperti sungai, danau, atau rawa. Sebagian kecil akan meresap ke dalam tanah, yang
bila meresap terus hingga zona jenuh akan menjadi air tanah. Bagian yang meresap
dekat permukaan akan diuapkan kembali lewat tanaman yang kita kenal dengan
evapotranspiration. Penguapan evaporation terjadi langsung pada tubuh air yang
terbuka.

Air tanah mempunyai peranan yang sangat penting untuk kepentingan rumah
tangga maupun untuk kepentingan industri. Dibeberapa daerah, ketergantungan
pasokan air bersih dan air tanah telah mencapai ± 70%. Sebenarnya di bawah
permukaan tanah terdapat kumpulan air yang mempersatukan kumpulan air yang
ada di permukaan.

Letak air tanah dapat mencapai beberapa puluh bahkan beberapa ratus meter di
bawah permukaan bumi. Lapisan batuan ada yang lolos air atau biasa disebut
permeable dan ada pula yang tidak lolos atau kedap air yang biasa disebut
impermeable. Lapisan lolos air misalnya terdiri dari kerikil, pasir, batuapung, dan
batuan yang retak-retak, sedangkan lapisan kedap air antara lain terdiri dari napal
dan tanah liat atau tanah lempung. Sebetulnya tanah lempung dapat menyerap air,
namun setelah jenuh air, tanah jenis ini tidak dapat lagi menyerap air.

Air hujan dan air permukan akan meresap (infiltrate) mula-mula ke zona tak
jenuh (zone of aeration) dan kemudian meresap makin dalam (percolate) hingga
mencapai zona jenuh air dan menjadi air tanah. Air tanah adalah salah satu faset
dalam daur hidrologi, yakni suatu peristiwa yang selalu berulang dari urutan tahap
yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer.

Dari daur hidrologi dapa t dipahami bahwa air tanah berinteraksi dengan air
permukaan serta komponen-komponen lain yang terlibat seperti bentuk topografi,
jenis batuan penutup, penggunaan lahan, tumbuhan penutup, serta manusia yang
berada di permukaan. Air tanah dan air permukaan saling berkaitan dan
berinteraksi. Setiap aksi pemompaan, pencemaran terhadap air tanah akan
memberikan reaksi terhadap air permukaan, demikian sebaliknya.
Sumber Air Tanah
Berdasarkan Perkiraan Jumlah Air di Bumi (UNESCO, 1978 dalam Chow et al,
1988) dijelaskan bahwa sebenarnya jumlah air tanah yang ada di bumi ini jauh
lebih besar dibanding jumlah air permukaan. 98% dari semua air di daratan
tersembunyi di bawah permukaan tanah dalam pori-pori batuan dan bahan-bahan
butiran. Ada dua sumber air tanah yaitu:

1. Air hujan yang meresap ke dalam tanah melalui pori-pori atau retakan dalam
formasi batuan dan akhirnya mencapai muka air tanah.
2. Air dari aliran air permukaan seperti sungai, danau, dan reservoir yang meresap
melalui tanah ke dalam lajur jenuh.

Air tanah dan air permukaan merupakan sumber air yang mempunyai
ketergantungan satu sama lain. Air tanah adalah sumber persediaan air yang sangat
penting, terutama di daerah-daerah di mana musim kemarau atau kekeringan yang
panjang menyebabkan berhentinya aliran sungai. Banyak sungai di permukaan
tanah yang sebagian besar alirannya berasal dari air tanah, sebaliknya juga aliran air
sungai merupakan sumber utama untuk imbuhan air tanah. Pembentukan air tanah
mengikuti siklus peredaran air di bumi yang disebut daur hidrologi, yakni proses
alamiah yang berlangsung pada air di alam, yang mengalami perpindahan tempat
secara berurutan dan terus menerus.

Kandungan Unsur Air Tanah


Air hujan yang meresap ke bawah permukaan tanah dalam bentuk penelusan
maupun peresapan, membawa unsur-unsur kimia. Komposisi zat terlarut dalam air
tanah dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok (Hadipurwo, 2006):

1. Unsur utama (major constituents), dengan kandungan 1,0-1000 mg/l, yakni:


natrium, kalsium, magnesium, bikarbonat, sulfat, klorida, silika.
2. Unsur sekunder (secondary constituents), dengan kandungan 0,01-10 mg/l,
yakni besi, strountium, kalium, kabornat, nitrat, florida, boron.
3. Unsur minor (minor constituents), dengan kandungan 0,0001-0,1 mg/l, yakni
atimon, aluminium, arsen, barium, brom, cadmium, krom, kobalt, tembaga,
germanium, jodium, timbal, litium, mangan, molibdiunum, nikel, fosfat,
rubidium, selenium, titanium, uranium, vanadium, seng.
4. Unsur langka (trace constituents), dengan kandungan biasanya kurang dari
0,001 mg/l, yakni berilium, bismut, cerium, cesium, galium, emas, indium,
lanthanum, niobium, platina, radium, ruthenium, scandium, perak, thalium,
tharium, timah, tungsten, yttrium, zirkon.
Karakteristik Akuifer Air Tanah
Air tanah merupakan bagian dari siklus hidrologi yang berlangsung di alam,
serta terdapat dalam batuan yang berada di bawah permukaan tanah meliputi
keterdapatan, penyebaran dan pergerakan air tanah dengan penekanan pada
hubungannya terhadap kondisi geologi suatu daerah (Danaryanto,dkk,2005).
Berdasarkan atas sikap batuan terhadap air, dikenal adanya beberapa karakteristik
batuan yaitu : Akuifer (aquifer), Akuiklud (aquiclude), Akuitar (aquitard), Akuifug
(aquifuge).

1. Akuifer (aquifer)

Akuifer adalah lapisan pembawa air, lapisan batuan in mempunyai susunan


sedemikian rupa, sehingga dapat menyimpan dan mengalirkan air dalam jumlah
yang cukup berarti di bawah kondisi lapang. Batuan dari akuifer ini bersifat
permeabel, contoh batuan permeabel adalah pasir, kerikil, batupasir yang retak-
retak dan batu gamping yang berlubang-lubang.

2. Akuiklud (aquiclude)
Akuiklud adalah lapisan batuan yang dapat menyimpan air, tetapi tidak dapat
meloloskan air dalam jumlah yang berarti. Contoh : lempung, shale, tuf halus,
silt.

3. Akuitar (aquitard)
Akuitar adalah lapisan atau formasi batuan yang dapat menyimpan air tetapi
hanya dapat meloloskan air dalam jumlah terbatas.

4. Akuifug (aquifuge)

Akuifug adalah lapisan atau formasi batuan yang tidak dapat menyimpan
dan meloloskan air. Contoh : granit dan batuan yang kompak dan padat.

Menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan, cekungan


air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua
kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air
tanah berlangsung. Tipe akuifer digolongkan menjadi tiga (Kodoatie, 2012), yaitu :
Akuifer bebas (unconfined aquifer), Akuifer tertekan (confined aquifer), dan Akuifer
semi tertekan (leaky aquifer).

1. Akuifer bebas (unconfined aquifer) ; merupakan akuifer jenuh air dimana


lapisan pembatasnya hanya pada bagian bawahnya dan tidak ada pembatas di lapisan
atasnya (batas di lapisan atas berupa muka air tanah).
2. Akuifer tertekan (confined aquifer) ; adalah akuifer yang batas lapisan atas dan
lapisan bawah adalah formasi tidak tembus air, muka air akan muncul diatas
formasi tertekan bawah. Akuifer ini terisi penuh oleh air tanah sehingga pengeboran
yang menembus akuifer ini akan menyebabkan naiknya muka air tanah di dalam
sumur bor yang melebihi kedudukan semula.

3. Akuifer semi tertekan (leaky aquifer) ; merupakan akuifer jenuh air yang
dibatasi oleh lapisan atas berupa akuitard dan lapisan bawahnya merupakan akuiklud.
Akuifer semi-tertekan atau aquifer bocor adalah akuifer jenuh yang sempurna, pada
bagian atas dibatasi oleh lapisan semi-lulus air dan bagian bawah merupakan lapisan
lulus air ataupun semi-lulus air.

Sedangkan berdasarkan asalnya, air tanah dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu Air
Tanah Meteorit (Vados), Air Tanah Baru (Juvenil), dan Air Konat. Air Tanah
Meteorit (Vados) merupakan air tanah yang berasal dari proses presipitasi (hujan)
dari awan yang mengalami kondensasi bercampur debu meteorit. Air Tanah Juvenil
merupakan air tanah yang terbentuk dari dalam bumi karena intrusi magma. Air
tanah juvenil ditemukan dalam bentuk air panas (geyser). Air Konat merupakan air
tanah yang terjebak pada lapisan batuan purba.

Gambar siklus dan profil air tanah.

Sifat Fisik dan Kimia Penentu Kualitas Air Tanah


Kualitas air tanah biasanya ditentukan sifat fisik dan sifat kimianya. Sifat fisik
antara lain warna, bau, rasa, kekentalan, kekeruhan, dan suhu (Hadipurwo, 2006).
Warna air tanah disebabkan oleh zat yang terkandung di dalamnya, baik berupa
suspensi maupun terlarut. Bau air tanah dapat disebabkan oleh zat atau gas yang
mempunyai aroma yang terkandung dalam air.
Rasa air tanah ditentukan oleh adanya garam atau zat yang terkandung dalam
air tersebut, baik yang tersuspensi maupun yang terlarut. Kekentalan air
dipengaruhi oleh partikel yang terkandung di dalamnya. Semakin banyak yang
dikandung akan semakin kental. Di samping itu apabila suhunya semakin tinggi
maka kekentalannya akan semakin kecil (encer).

Kekeruhan air disebabkan oleh adanya tidak terlarutkan zat yang dikandung.
Sebagai contoh adalah adanya partikel lempung, lanau, juga zat organik ataupun
mikroorganisme. Suhu air juga merupakan sifat fisik dari air. Suhu ini dipengaruhi
oleh keadaan sekeliling, seperti musim, cuaca, siang-malam, tempat ataupun
lokasinya. Sedangkan yang termasuk dalam sifat kimia air tanah adalah Kesadahan,
Zat Padat Terlarut (Total Disolve Solid /TDS), Daya hantar listrik (electric
conductance atau DHL), Keasaman, dan Kandungan ion. Penjelasan sifat kimia air
tanah adalah sebagai berikut :

1. Kesadahan Air Kesadahan atau kekerasan (total hardness) Air tanah pada
umumnya terjadi karena adanya kandungan unsur Ca dan Mg dalam air tanah.
Air tanah pada umumnya mengandung bahan-bahan metal terlarut, seperti Na,
Mg, Ca dan Fe. Air yang mengandung komponen-komponen tersebut dalam
jumlah tinggi disebut air sadah (Philip Kristanto, 2004:72).
2. Kesadahan (hardnes) adalah gambaran kation logam divalen (valen dua).
Kation-kation ini dapat bereaksi dengan (soap) membentuk endapan
(presipitasi) maupun dengan anion-anion yang terdapat di dalam air membentuk
endapan atau karat pada peralatan logam. Pada air tawar, kation divalen yang
paling berlimpah adalah kalsium dan magnesium, sehingga kesadahan pada
dasarnya ditentukan oleh jumlah kalsium dan magnesium. Kalsium dan
magnesium berikatan dengan anion penyusun alkalinitas, yaitu bikarbonat dan
karbonat (Hefni Effendi, 2003:106-107).
3. Zat Padat Terlarut (Total Disolve Solid /TDS) Zat padat terlarut adalah jumlah
zat padat yang terlarut dalam air/ semua zat yang tertinggal setelah diuapkan
pada suhu 103–105 C (Saeni, 1989). Padatan terlarut meliputi garam garam
anorganik dan sejumlah kecil zat organik serta gas. Berdasarkan kriteria baku
mutu air kelas I, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah
sebagai air minum dan keperluan rumah tangga, batas maksimum yang
diperbolehkan adalah 1000 mg/l.
4. Daya Hantar Listrik (Electric Conductance/DHL) Daya hantar listrik (DHL)
menunjukkan kemampuan air untuk menghantarkan listrik. Air yang banyak
mengandung garam akan mempunyai DHL tinggi. Konduktivitas air tergantung
dari konsentrasi ion klorida, suhu air dan zat padat terlarut. Oleh karena itu
kenaikan padatan terlarut akan mempengaruhi kenaikan DHL. Semakin tinggi
temperatur dan ion klorida maka nilai DHLnya juga semakin tinggi dan
sebaliknya semakin rendah nilai DHL maka suhu maupun ion klorida akan
rendah pula.
5. Keasaman Air (PH) Keasaman air dinyatakan dengan pH, mempunyai besaran
mulai dari 1-14. Air yang mempunyai pH 7 adalah netral, sedangkan yang
mempunyai pH lebih besar/kecil dari 7 disebut bersifat basa/asam. Jadi air yang
mengandung garam kalsium karbonat atau magnesium karbonat, bersifat basa
(pH 7,5 - 8), sedangkan yang mempunyai harga pH < 7 adalah bersifat asam.
Keasaman air pada umumnya disebabkan karena adanya gas karbon dioksida
(CO2) yang larut dalam air dan menjadi asam karbonat H2CO3. Syarat pH
untuk keperluan air minum 6,0 - 9,0.

6. Kandungan Ion, Kandungan ion baik kation maupun anion yang terkandung di
dalam air diukur biasanya dalam satuan part per million (ppm) atau mg/l. Ion-
ion yang diperiksa antara lain Na, K, Ca, Mg, Al, Fe, Mn, Cu, Zn, Cl, SO4,
CO2, CO3, HCO3, H2SF, NH4, NO3, NO2, KMnO4, SiO2, boron, ion-ion
logam yang biasanya jarang akan tetapi ion ini bersifat sebagai racun antara lain
As, Pb, Sn, Cr, Cd, Hg, Co.

Manfaat Air Tanah


Banyak manfaat air tanah bagi kehidupan makhluk hidup. Bukan hanya manusia
yang memanfaatkan air tanah, tetapi juga tumbuhan dan hewan. Bagi manusia air
tanah biasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari, misalnya untuk
mandi, air minum, dan sebagainya. Air tanah merupakan sumber air minum utama
bagi masyarakat Indonesia. Tumbuhan juga sangat memerlukan air tanah, karena
air tinggal di dalam tanah, dan tumbuhan sangat bergantung pada air tanah.

Hewan tertentu juga tergantung pada air tanah. Tak sedikit hewan yang hidup
dalam tanah, yang kelangsungan hidupnya tak lepas dari peran air tanah.
Berkurangnya air tanah menyebabkan banyak tanah kekeringan, sehingga tanaman
tidak dapat tumbuh, dan banyak hewan yang hidup di dalam tanah akan mati.
Selain itu manusia juga kesulitan mencari air untuk kebutuhan hidupnya, terutama
untuk minum memasak, mandi, dan mencuci. Oleh karena itu kita harus menjaga
air tanah agar tetap lestari dan tidak tercemar oleh bahan-bahan kimia
seperti minyak, bensin, oli, dan lain sebagainya. Manfaat air tanah antara lain
sebagai berikut :

 Kebutuhan rumah tangga, yaitu untuk mandi, mencuci, memasak, dan air
minum.
 Irigasi, yaitu sumber air bagi pertanian, misalnya sumur bordi daerah
Indramayu, Jawa Barat.
 Perindustrian, yaitu dimanfaatkan sebagai sumber air industri,misalnya industri
tekstil dimanfaatkan untuk pencelupan, industri kulit untuk membersihkan kulit,
dan lain-lain.
 Merupakan bagian yang penting dalam siklus hidrologi, menyediakan
kebutuhatan air bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan, dan merupakan persediaan
air bersih secara alami.
 Di salah satu pedukuhan kecil kawasan karst Gombong Selatan, sungai bawah
tanah digunakan sebagai sumber pembangkit listrik dengan distribusi pembagian
jumlah daya yang mereka kelola sendiri. Meskipun di Kecamatannya sendiri
belum teraliri listrik dari PLN.
 Sebagai laboratorium alam, sungai bawah tanah memiliki biota, sistem hidrologi
dan unsur lain yang spesifik. Berbagai ilmu yang menyangkut biota, gua beserta
lingkungannya, genesa gua dan lain sebagainya terdapat satu unifikasi ilmu yaitu
speleologi.
 Untuk wisata umum, di Kalimantan Selatan ada dua buah gua yang dapat
dilayari yang mulai dikembangkan sebagai objek wisata.
 Wisata minat khusus, untuk penggemar kegiatanalam bebas (caving, cave
diving, black water rafting). Berbagai macam kondisi yang multi komplek cukup
menantang untuk penggemar kegiatan alam bebas. Saat ini perkembangan
kegiatan caving dan kegiatan alam lain yang berhubungan banyak dilakukan di
Indonesia maupun di luar negeri.

Pencemaran Air Tanah


Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga
kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu, yang menyebabkan air tidak berfungsi
sesuai dengan peruntukaannya. Pencemaran air banyak diakibatkan oleh masuknya
bahan pencemar berupa gas, bahan terlarut, maupun partikulat yang menyebabkan
air menjadi tidak lagi sesuai dengan kondisi alamiahnya. Bahan pencemar yang
memasuki badan perairan bisa masuk dengan berbagai cara antara lain melalui
tanah, atmosfer, limbah domestik, limbah industri dan lain sebagainya (Effendi,
2003). Pencemaran bisa terjadi pada air permukaan (surface water) dan air tanah
(groundwater). Kebanyakan pencemaran air tanah disebabkan oleh bahan
pencemar yang bersifat cairan misalnya limbah industri. Ketepatan pengecekan
kualitas air untuk menentukan tercemar atau tidaknya dapat dilakukan dengan cara
pemeriksaan secara laboratorium . Untuk mengetahui apakah suatu air terpolusi
atau tidak, diperlukan pengujian untuk menentukan sifat-sifat air sehingga dapat
diketahui apakah terjadi penyimpangan dari batasan-batasan polusi air. Sifat-sifat
air yang umum diuji dan dapat digunakan untuk menentukan tingkat polusi air
misalnya : nilai pH, keasaman dan alkalinitas, suhu, warna, bau dan rasa, jumlah
padatan, nilai BOD/COD, pencemaran mikroorganisme patogen, kandungan
minyak, dan kandungan logam berat (Purwanto, 2003).
BAB III

LIMPASAN

Air merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk menopang kehidupan


manusia, antara lain untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri dan tenaga
listrik. Adapun masalah pengelolaan sumberdaya air yang sering di-jumpai dan
dipergunakan untuk kegiatan pertanian dalam suatau Daerah Aliran Sungai (DAS)
adalah rasio debit yang besar. Akibatnya jika musim penghujan muncul banjir
sebaliknya jika musim kemarau muncul kekeringan.

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi oleh punggung-
punggung atau pegunungan dimana air hujan yang jatuh didaerah tersebut akan
mengalir menuju sungai utama pada suatu titik / stasiun yang ditinjau. DAS
ditentukan dengan menggunakan peta topografi yang dilengkapi dengan garis-garis
kontur. Limpasan berasal dari titik-titik tertinggi dan bergerak menuju titik- titik
yang lebih rendah dalam arah tegak lurus dengan garis–garis kontur. Daerah yang
dibatasi oleh garis yang menghubungkan titik–titik tertinggi tersebut adalah DAS.

Panjang sungai adalah panjang yang diukur sepanjang sungai, dari stasiun
yang ditinjau atau muara sungai sampai ujung hulunya. Sungai utama adalah sungai
terbesar pada daerah tangkapan dan yang membawa aliran menuju muara sungai.
Panjang DAS adalah panjang maksimum sepanjang sungai utama dari stasiun yang
ditinjau ( atau muara ) ke titik terjauh dari batas DAS.

Limpasan permukaan adalah aliran air yang mengalir di atas permukaan


karena penuhnya kapasitas infiltrasi tanah. Limpasan merupakan unsur penting
dalam siklus air dan salah satu penyebab erosi. Limpasan yang muncul di permukaan
sebelum mencapai saluran disebut sumber tidak langsung. Ketika limpasan mengalir
di tanah, limpasan tersebut dapat mengambil kontaminan tanah seperti minyak bumi,
pestisida, atau pupuk. Bila sumber tidak langsung mengandung kontaminan semacam
itu, limpasan tersebut disebut polusi sumber tidak langsung. Limpasan permukaan ini
berasal dari overlandflow yang segera masuk kedalam alur sungai. Aliran ini
merupakan komponen aliran banjir yang utama.

Komponen-komponen limpasan

Limpasan terdiri dari air yang berasal dari 3 sumber yaitu:

1. Aliran permukaan

Aliran Permukaan (surface flow) adalah bagian dari air hujan yang mengalir
dalam bentuk lapisan tipis di atas permukaan tanah. Aliran permukaan disebut juga
aliran langsung (direct runoff).Aliran permukaan dapat terkonsentrasi menuju sungai
dalam waktu singkat,sehingga aliran permukaan merupakan penyebab utama
terjadinya banjir.

2. Aliran antara

Aliran antara (interflow) adalah aliran dalam arah lateral yang terjadi di bawah
permukaan tanah.Aliran antara terdiri dari gerakan air dan lengas tanah secara lateral
menuju elevasi yang lebih rendah.

3. Aliran tanah

Aliran air tanah adalah aliran yang terjadi di bawah permukaan air tanah ke elevasi
yang lebih rendah yang akhirnya menuju sungai atau langsung ke laut.

Proses Limpasan
1. Periode hujan

Input air dari hujan = nol.

Air tanah mengalir masuk alur sebagai aliran dasar maka freatik turun terus.
Evapotranspirasi menambah defisiensi lengas tanah. Hidrograf aliran berupa
kurva deplesi.

2. Periode hujan awal

Awal musim hujan, mulai ada hujan. Sebagian hujan menjadi intersepsi.
Sebagian menjadi simpanan depresi. Surface runoff hampir tidak ada, air hujan
digunakan untuk membasahi tanah lengas.

3. Periode hujan

Intersepsi mencapai kapasitas maksimum. Simpanan depresi maksimum. Surface


runoff mulai terjadi, sehingga aliran sungai naik. Soil moisture deficiency. Air
infiltrasi dan perkolasi belum mencapai muka freatik air tanah belum naik.

4. Saat hujan berhenti

Dipermukaan tanah masih ada air dan mengalir sebagian. Infiltrasi terus
berlangsung. Stream runoff dari g.w. ( air dalam tanah ).

5. Periode tidak ada hujan

Lengas tanah pada kapasitas lapang. Input air tak ada, lengas tanah berkurang.
Air perkolasi mencapai muka frreatik air tanah mendapat recharge. Kurva
deplesi terus berlangsung, stream runoff menyusut. Air tanah naik.
Faktor yang mempengaruhi limpasan

• Volume total limpasan

Air secara terus menerus berputar dalam bentuk reservoir yang ber-macam-
macam. Daur air ini terjadi melalui proses evaporasi, kondensasi, presipitasi,
deposisi, air larian, infiltrasi, sublimasi, transpirasi, pelelehan dan aliran air tanah.
Secara umum, rata-rata air berbentuk baru di sungai sekali dalam 16 hari. Air di
atmosfer secara lengkap menempatkan kembali setiap 8 hari. Laju yang lebih lambat
berada di danau besar, glacier, tubuh lautan dan air tanah. Penggantian dalam
reservoir ini dapat berlangsung dari ratusan sampai ribuan tahun. Beberapa sumber
air tersebut (khususnya air tanah) digunakan oleh manusia dengan kecepatan yang
jauh melebihi kemampuan waktu perbaharuannya. Air yang berada di bumi ini juga
mempunyai volume atau jumlah yang berbeda-beda di setiap reservoirnya.
Perbedaan jumlah itu kadang juga mempengaruhi penyediaan air untuk kebutuhan
manusia. Dari siklus air tersebut, air hujan yang jatuh ke kawasan hutan dan pegu-
nungan akan mengalami infiltrasi, dan sebagian akan menjadi air larian dan air
permukaan. Air yang mengalami infiltrasi ke dalam tanah di tempat-tempat tertentu
setelah mengalami proses perjalanan akan muncul ke permukaan kembali dalam
bentuk mata air. Air sungai menampung air dari mata air dan sebagian juga dari air
larian. Didalam volume ini ada juga beberapa factor yang mempengaruhi nya yaitu :
Faktor iklim, Banyaknya presipitasi, Banyaknya evapotranspirasi, Faktor DAS,
Ukuran DAS, Tinggi tempat rata-rata DAS (orografis)

Agihan Waktu

Faktor-faktor yang mempengaruhi agihan waktu limpasan terbagi menjadi 3


faktor, yaitu faktor meteorologi yang terdiri dari tipe intensitas, lama dan agihan
presipitasi, suhu, kelembaban, radiasi matahari, kecepatan angin, dan tekanan udara.
Faktor kedua adalah faktor DAS yang berupa bentuk DAS, kemiringan DAS,
geologi, tipe tanah, vegetasi dan jaringan drainase. Faktor ketiga adalah faktor
manusia (Seyhan, 1977). Faktor-faktor tersebut langsung atau tidak langsung akan
berhubungan dengan aliran air di sungai yang berada dalam DAS tersebut.
Pengukuran limpasan

Elevasi atau tinggi muka air distasiun pengukuran merupakan parameter penting
dalam hidrometri. Elevasi tersebut diukur dengan datum (elevasi referensi) yang
berupa elevasi muka air laut rerata atau datum ontr (Bench Mark). Alat pencatat
elevasi muka air dapat berupa papan duga dengan meteran (Staff Gauge) atau alat
pengukur elevasi muka air secara otomatis (AWLR, Automatic Water Level
Recorder). Pengamatan muka air dilakukan di lokasi dimana akan dibuat bangunan
air. Tujuan pengukuran tinggi muka air adalah untuk meramalkan aliran pada daerah
banjir, merencanakan dimensi bangunan yang akan dibangun pada sungai tersebut
atau pada lokasi yang ada didekatnya. Papan duga merupakan alat paling sederhana
untuk mengukur elevasi muka air. Alat ini terbuat dari kayu atau plat baja yang
diberi ukuran skala dalam sentimeter, yang dapat dipasang ditepi sungai atau pada
suatu bangunan seperti jembatan, ontrol dan sebagainya. Angka nol pada papan duga
ditempatkan pada titik terendah dari skala sehingga semua pembacaan adalah positif.
Disuatu sungai dimana perbedaan elevasi muka air tertinggi dan terendah besar,
maka pemasangan papan duga dapat dilakukan secara bertingkat. Untuk sungai yang
mempunyai tebing teratur dan saluran buatan, papan duga dapat dipasang secara
miring pada tebing dengan skala ukuran memperhatikan kemiringan tebing.
Pengamatan elevasi muka air pada papan duga biasanya dilakukan sekali dalam
sehari. Meskipun penggunaan alat ini murah, tapi mempunyai kelemahan yaitu tidak
tercatatnya muka air pada jam – jam lain yang mungkin mempunyai informasi
penting, misalnya puncak banjir.

Metode perhitungan debit limpasan permukaan

Dengan menggunakan rumus Rasional, pendugaan debit air limpasan dapat


dilakukan dengan mudah. Debit air limpasan adalah volume air hujan per satuan
waktu yang tidak mengalami infiltrasi sehingga harus dialirkan melalui saluran
drainase. Debit air limpasan terdiri dari tiga komponen yaitu Koefisien Run Off (C),
Data Intensitas Curah Hujan (I), dan Catchment Area (Aca). Koefisien yang
digunakan untuk menunjukkan berapa bagian dari air hujan yang harus dialirkan
melalui saluran drainase karena tidak mengalami penyerapan ke dalam tanah
(infiltrasi). Koefisien ini berkisar antara 0-1 yang disesuaikan dengan kepadatan
penduduk di daerah tersebut. Semakin padat penduduknya maka koefisien Run-
Offnya akan semakin besar sehingga debit air yang harus dialirkan oleh saluran
drainase tersebut akan semakin besar pula. Intensitas hujan adalah tinggi curah
hujan dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam satuan mm/jam. Dalam studi
ini, rumus empiris untuk menghitung intensitas hujan dalam menentukan debit
puncak dengan metode Rasional Modifikasi, digunakan rumus Mononobe

You might also like