Professional Documents
Culture Documents
kelompok. Pertama, agresi fisik yaitu aktivitas yang dilakukan secara sengaja dan bertujuan
merugikan dan atau merusak fisik seseorang, binatang atau objek-objek lain; seperti:
lainnya. Kedua, agresi verbal yaitu penggunaan kata-kata untuk merugikan atau menyakiti
orang lain, baik yang dilakukan dengan perkataan maupun tulisan. Contoh dari bentuk agresi
ini adalah: ancaman, ejekan, sumpah serapah, dan bentuk lainnya. Ketiga, agresi relasional
yaitu perilaku untuk merusak/menyakiti orang lain dengan tujuan merusak hubungan sosial,
persahabatan, atau pun bentuk hubungan lainnya. Contoh-contoh yang bisa ditunjukkan
Jika ekspresi perilaku agresif yang pertama dan kedua (agresi fisik dan agresi verbal)
lebih banyak ditemukan pada remaja laki-laki, maka agresi yang ketiga (agresi relasional)
lebih banyak ditemukan di antara remaja putri. Agresi relasional cenderung bersifat tidak
langsung serta relatif lebih kejam. Hal ini disebabkan oleh kesamaan jenis kelamin dan
Shchiffman & Kamuk,3[3] selanjutnya membagi ketiga kelompok agresi ini dalam
bentuk :
a. Gertakan (bullying)
Bullying adalah perilaku agresif atau manipulasi yang dapat berupa kekerasan fisik,
verbal, atau psikologis; dengan sengaja dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
yang merasa kuat/berkuasa dengan tujuan menyakiti atau merugikan seseorang atau
1[1] L.G. Schiffman & Kamuk, L.L., Behavior 7th Edition, (New Jersey: Prentice Hall.Inc, 2000), hlm.3.
2[2]Ibid.
3[3]Ibid., hlm.3-7.
sekelompok orang yang merasa tidak berdaya.4[4] Elemen-elemen utama yang menjadi ciri
memiliki power lebih dibandingkan korbannya, yang memersepsikan dirinya tidak berdaya
untuk melawan. Bullying biasanya terencana, tetapi terselubung dan dipersepsikan korban
akan berulang.5[5]
Gertakan (bullying) adalah bentuk agresi yang sering terjadi pada anak-anak maupun
remaja terutama di sekolah. Gertakan (bullying) dapat berupa agresi fisik atau emosional,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Yang membedakan dengan perilaku agresi
lainnya adalah dilakukan secara berulang-ulang terhadap korban yang dipandang memiliki
kelemahan fisik maupun psikologis. Biasa juga dikategorikan sebagai agresi “PIC” yaitu
Purposful (memiliki tujuan tertentu), Imbalance in power (tidak seimbang dalam kekuatan),
General Aggressive Model dari Anderson dan Carnagey,6[6] maka bullying dapat disebabkan
faktor-faktor yang dibawa oleh pribadi pelaku maupun korban (misalnya, norma yang
berlaku dan kesesakan). Oleh karena itu, dalam mengatasi masalah bullying ini,
penyelesaiannya tidak bisa hanya dengan menghukum pelaku. Sering kali terjadi pelaku
hanya merupakan korban yang melampiaskan rasa frustrasinya pada pihak yang lebih lemah.
Selain harus melibatkan pelaku dan korban, intervensi bullying yang efektif harus melibatkan
semua unsur lain di sekolah (pimpinan sekolah, guru, siswa yang menjadi penonton maupun
4[4] Sarlito W. Sarwono, dkk, “Psikologi Sosial Terapan”, dalam Psikologi Sosial, hlm.277.
5[5] Ibid.
6[6] Ibid, hlm.278
7[7] Ibid, hlm.279.
Gertakan (bullying) memiliki karakteristik sangat unik yaitu dilakukan untuk hanya
sebayanya atau hanya ingin menghukum saja. Gertakan (bullying) dapat juga terjadi dalam
bentuk agresi fisik, agresi verbal maupun kombinasi dari keduanya. Selain itu juga dapat
Perilaku gertakan (bullying) juga dapat dibagi menjadi empat macam; pertama
godaan (teasing) atau juga biasa disebut dengan kekerasan verbal. Kedua, eksklusi atau
struktur sosial untuk menyerang korban. Tujuan dari perilaku agresif bentuk ini adalah untuk
Ketiga adalah gertakan fisik yaitu menyerang sesorang yang dianggap lemah, baik secara
langsung seperti meninju atau menendang maupun secara tidak langsung seperti
dilakukan secara berulang-ulang kepada korban baik melalui perkataan maupun serangan
sekolah, baik di sekolah sendiri mau pun luar sekolah. Dalam berbagai bentuk sekolah, baik
swasta maupun negeri, berbasis agama mau pun tidak berbasis agama, konservatif maupun
progresif, umum maupun privat. Di dalam sekolah, gertakan (bullying) terjadi di dalam ruang
kelas, di taman, kantin, toilet, fasilitas olahraga maupun ruang ganti sekolah. Di luar sekolah
dapat terjadi ketika dalam perjalanan ke dan dari sekolah, pusat perbelanjaan maupun di
asrama.
provokasi.8[8] Merupakan perilaku “darah panas” yang dimotivasi oleh rasa marah dan
frustrasi. Bentuk agresi ini biasanya adalah ekspresi kemarahan, sifat temperamental, dan
sifat pendendam. Akar teori bentuk agresi ini adalah frustration-aggression model.
Agresi proaktif adalah kebalikan dari agresi reaktif. Bentuk perilaku “darah dingin”
sebagai respon terencana untuk mencapai suatu tujuan tertentu dan tidak dimotivasi oleh rasa
marah. Bentuk agresi ini antara lain adalah dominasi, menggoda (teasing), dan pemaksaan.
Akar teori dari bentuk agresi ini adalah social learning theory dari Albert Bandura, yaitu
Agresi tingkat rendah didefinisikan sebagai perilaku melukai baik fisik maupun
psikologis yang sedikit atau rata-rata membahayakan orang lain. Hal ini bisa dilihat baik dari
pelaku, korban, maupun pihak ketiga. Jika dilihat dari sisi kronologis terjadinya peristiwa
agresif kelompok pada agresif tingkat rendah tidak terlalu berbahaya (dari sisi korban), tidak
intens (dari sisi pelaku). Bentuk-bentuk agresif tingkat rendah antara lain adalah :
pengusiran, isolasi sosial seperti pengabaian, pengasingan defensif seperti memproteksi diri,
8[8]Ibid, hlm.5.
9[9]Ibid, Satjipto Rahardjo, hlm.39-115.
2) Gosip, yakni desas desus, laporan, informasi rahasia dari teman dekat. Secara definisi
sebenarnya gosip memiliki makna yang positif tetapi praktik perilaku ini akan menimbulkan
masalah baik berupa kemarahan, dengki bagi pihak yang digosipkan. Apalagi jika melibatkan
banyak pihak. Dalam percakapan sehari-hari, gosip diidentikkan dengan haditsul ifki (berita
bohong).10[10]
3) Perploncoan (hazing), yaitu kebiasaan dalam masa perkenalan organisasi berbentuk agresi
verbal dan fisik yang dilakukan terhadap calon atau anggota baru.
4) Godaan (teasing), biasanya dilakukan oleh remaja maupun anak-anak terhadap teman sebaya
dengan maksud bercanda atau bermain. Godaan dibedakan berdasarkan kualitasnya dalam
tiga hal, agresi, humor, dan ambiguitas tentang sesuatu yang serius.
5) Penyiksaan (baiting), meskipun perilaku penyiksaan ini masuk dalam kategori agresi level
6) Mengutuk (cursing), merupakan bentuk agresi tingkat rendah paling awal dilakukan oleh
manusia, berupa kata-kata yang menyakitkan. Intensitasnya meningkat dari sejak anak-anak
Gertakan adalah perilaku untuk melukai/menyakiti baik verbal maupun fisik dengan
yang dilakukan berulang-ulang (repeted) dan karena diprovokasi. Perilaku agresif yang
dilakukan secara sengaja dan intens biasanya tidak berdampak buruk terhadap korban.
Apalagi biasanya bentuk agresi ini dilakukan kepada korban yang berjumlah lebih dari satu.
Tidak heran jika kemudian agresi bentuk ini tidak terlalu mendapat perhatian dari pemerintah
10[10] Yunahar Ilyas, Cakrawala al-Qur’an, Tafsir Tematis tentang Berbagai Aspek Kehidupan, hlm.273.
Korban dari perilaku gertakan ini dibedakan menjadi tiga tipe. Pertama, korban yang
akan melakukan hal yang sama terhadap pelaku (re-agresi). Kedua, korban yang merasa tak
berdaya terhadap apa yang terjadi pada dirinya, biasanya diekspresikan dengan menangis.
Ketiga, cuek/tidak ambil pusing, karena sudah biasa dialami dan umum terjadi.
Bentuk agresi lainnya adalah gangguan seksual (sexual harassment). Agresi bentuk
ini biasanya diidentikkan dengan perilaku gertakan lebih lanjut. Bentuk pelecehan yang
masih relatif baru menurut Shariff,11[11] adalah pelecehan di internet, yang dia katakan
adalah sebuah bentuk pelecehan psikologis secara diam-diam yang diungkapkan melalui
media elektronik, seperti ponsel, weblog, situs web (laman) atau chatting room (ruang
mengobrol) di internet.
karena pelecehan dapat dengan anonim, dengan cara bersembunyi di belakang nama-nama
layar dan dengan cepat dapat meraih cukup banyak teman sebaya. Apalagi para korban dari
pelecehan di internet ini dapat dicapai di rumah dan jam berapa pun di siang dan malam hari.
Pelecehan anak perempuan melalui kata-kata ataupun e-mail, menurut survey Noret dan
Rivers,13[13] juga tengah meningkat, hingga seperlima dari mereka yang telah disurvey
menyatakan bahwa mereka telah dikirimi pesan-pesan jahil selama tahun sebelumnya.
11[11] Shariff, S., “Cyber-dilemmas in the new millennium:balancing free expression and student safety in cyber-space,”
special issue:Schools and Courts:Competing Right in the New Millenium, McGill Journal of Education, 40 (3), 2005, hlm.467-
487.
12[12]Ibid.
13[13]Ibid.
14[14]Ibid, hlm.2.
1) Pesan kata-kata/pelecehan telepon; seseorang mengirimkan atau menelepon pesan-pesan
2) Tamparan yang menyenangkan; perorangan atau kelompok membuat klip film dari seseorang
berisi situasi yang merendahkan, seperti dipukuli dan kemudian diedarkan kepada
sekelompok teman sebaya semata untuk mempermalukan atau melukai perasaan orang itu.
chatroom di situs web atau multi user doiamin (MUP dengan nama samaran).
nama di ruang nyata, ia memiliki pengaruh negatif yang sangat besar terhadap pembelajaran
serta hubungan antar pribadi dalam dunia fisik sekolah, dan berbahaya bagi para korbannya,
para pelaku kejahatan dan para penontonnya. Semakin lama ia bertahan, maka semakin
banyak penonton yang bergabung, menciptakan atmosfir yang sangat tidak menyenangkan di
sekolah. Takut akan para pelaku pelecehan tak dikenal di internet ini dapat sepenuhnya
c. Genk
Istilah ini biasanya digunakan untuk merujuk kepada kelompok-kelompok kecil yang
terikat dalam loyalitas dan wilayah, serta secara hierarkis terstruktur sekitar pemimpin
genk.16[16] Genk adalah kelompok yang memiliki ciri-ciri seperti memiliki anggota, struktur
organisasi, pemimpin, wilayah kekuasan, tujuan khusus, dan identik dengan perilaku negatif
atau illegal. Istilah “genk” berasal dari vocabulary Inggris “gang”, yang berarti kelompok
15[15] Ibid.
16[16] Nicholas Abercrombie, Hill, S, & Turner, B.S., The Penguin Dictionary of Sociology, terjemah Desi Noviyani, dkk,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm.227.
atau gerombolan.17[17] Kependekan dari gangster yang terjemahannya adalah bandit atau
penjahat.
Itulah makanya di Amerika Serikat (USA), genk diasosiasikan dengan kekerasan dan
obat-obatan terlarang. Sedangkan penulisan “genk” sebagai kata serapannya dalam bahasa
Indonesia, jelas menyesuaikan pada fonetik asalnya. Paling tidak, agar berbeda dengan
“gang” yang berarti celah atau lorong berkaitan dengan letak geografis suatu tempat.18[18]
Mengenai genk remaja ini, kebanyakan remaja ingin masuk ke dalam genk atau
kelompok yang populer, di mana antara remaja putra dan remaja putri memiliki sudut
kepopuleran yang berbeda. Bagi remaja laki-laki, tubuh kekar, olahragawan, dan humoris
merupakan ciri anak populer. Bagi para gadis, yang diperhatikan adalah penampilan, gaya,
Di dunia yang mengerikan ini, di mana perubahan terjadi begitu cepat sehingga
segala sesuatunya terasa tidak aman, para remaja merasa perlu pegangan sosial dan
emosional. Adalah Susan Kurugawa, seorang peneliti remaja dari Jepang, mencoba
1) Ravers
Kelompok ini mudah dikenal dengan dentuman musik konstan yang dibangkitkan
melalui tekno-komputer yang terdengar dari musik di kamar mereka atau dari headphone dan
17[17] Sidik Jatmika, Genk Remaja, Anak Haram Sejarah ataukah Korban Globalisasi?, hlm.5.
18[18]Ibid.
19[19] John Irvine, A Handbook For Happy Families, A Practical and Fun-Filled Guide To Managing Children,s Behavior,hlm.209.
20[20]Ibid, hlm.209-211.
mobil mereka. Tantangan yang selalu ingin dicoba oleh kelompok ini adalah dapat menari
2) Gothic
Prinsipnya hitam itu indah—pakaian hitam, rambut dicat hitam, sepatu Doc Marten
hitam, lipstik hitam, eyeliner hitam, dan kuteks hitam. Kelompok ini pandai, mendalam dan
tertarik dengan hal-hal yang berhubungan dengan vampire dan kematian. Mereka berdansa
mereka. Mereka seperti penghuni kuburan meski sebetulnya mereka bersekolah di sekolah-
sekolah mahal.
3) Punk
pink, atau ungu, dengan rambut model spike atau terurai. Tindik juga menjadi ciri kelompok
ini—tindik telinga, hidung, alis, lidah, dan bibir, kadang dikaitkan dengan rantai.
4) Surfer
Sesuai namanya, dengan rambut di-bleach dan dibiarkan terurai, tujuan hidup mereka
surfing.
5) Skater
Kelompok ini suka mengganggu orang-orang yang lewat. Biasanya berpakaian santai
tetapi khas—celana kargo—atau jins, kaos gombrong, sepatu tinggi, satu telinga ditindik, dan
6) Hippies
Kumpulan orang-orang yang nongkrong ini tidak banyak memperhatikan pakaian,
sehingga uang bisa digunakan untuk menjalankan kebiasaan mereka. Baunya membuat orang
yang berpapasan pusing, bukan hanya bau badan tetapi juga bau-bau yang lain, bisa jadi bau
ganja atau lainnya. Jenis ini bisa membuat orangtuanya menjadi gila.
7) Jock
Ini merupakan kelompok/genk yang suka memakai berbagai krem, aroma, dan pakain
sport ketat, celana pendek bermerek, dan sepatu terbuka. Laki-laki kelompok ini biasanya
perlu banyak uang untuk mengikuti mode, sementara yang perempuan tidak demikian.
8) Homie
Kelompok ini ditandai dengan pakaian gombrong, topi bisbol, dan suka sekali
berkumpul di mall, stasiun kereta api, dan telepon umum. Meski tidak mampu, kelompok
Ini merupakan kelompok yang paling tidak perlu banyak uang. Mereka ada di
profesional. Bagian dari kelompok ini adalah kutu buku komputer, yang lebih banyak
d. Gerombolan (mob)
gerombolan. Gerombolan adalah tindakan yang dilakukan secara bersama-sama oleh orang
banyak di bawah pengaruh emosi yang kuat dan dengan mudah dapat berubah menjadi
tindakan kekerasan dan ilegal. Biasanya dari gerombolan inilah kemudian muncul tokoh
sebagai penjamin institusi, yaitu jagoan.21[21] Para pakar kesusastraan dan sinema
tampaknya mengenal mereka lebih baik daripada sosiolog atau psikolog kontemporer,
melalui berbagai kisah persilatan yang menokohkan jagoan sebagai pelindung tuan tanah
pada zaman dahulu.22[22] Istilah lain yang dekat dengan mitologi pembelaan kepentingan
e. Vandalisme
Vandalisme berasal dari kata vandal atau vandalus, yang mengacu pada nama suatu
suku pada masa Jerman Purba yang menempati wilayah sebelah selatan Baltik antara Vistula
dan Oder. Di abad keempat dan kelima Masehi suku Vandal ini mengembangkan wilayahnya
sampai menjangkau Spanyol dan Afrika Selatan. Pada tahun 455 Masehi suku Vandal
memasuki kota Roma dan menghancurkan karya seni dan sastra Romawi yang terdapat pada
waktu itu. Dari perilaku suku Vandal tersebut, vandal kemudian diberi makna seseorang yang
dengan sengaja menghancurkan atau merusak sesuatu yang indah-indah. Tidak jelas apa
motifnya merusak karya yang indah tersebut, sangat mungkin merupakan keirihatian terdapat
21[21] Jerome Tadie, Les territories de la violence a Jakarta, terjemah oleh Rahayu S. Hidayat, (Depok: Masup Jakarta, 2009),
hlm.211.
22[22]Ibid.
23[23] Ibid., hlm. 229, mencatat ada sekitar empat puluhan istilah untuk menunjukkan jagoan di suatu daearah pada masa
tertentu; yaitu maling aguna, maling sunthi, bandit, begal, crossboy, durjana, garong, gedhor, gali, grayak, residivis. Selain itu,
ada istilah daerah yang lain : brandhal, berandalan, durjana, lun, kampak, kecu, maling krowodan, maling tengah, maling
ketut, rampok, koyok, benggol (di Yogyakarata dan Surakarta), badjingan (di Pekalongan), bangkrengan, gentho (Tegal),
bengseng (Banyumas), lenggaong (Pemalang), letjet (lintah) (Rembang), weri (Semarang dan Madiun), bromocorah, koyok
(kelompok kecil garong), rampok kesitan (rampok kilat) (di Pasuruan dan Probolinggo), moetawir (kesal) (Kedu dan Madura),
warok (Ponorogo). Boeaja, centeng, garong, perusuh, rampok (Batavia/Jakarta), doreng, jegger (Bandung), kenong-kenong
(sekitar Bandung), jawara (Banten), semoet gatel, djoeara, djahat (Bogor), koenang-koenang (Cirebon), doersilo (Karawang,
Desuki, Madura), parewa (Sumatra Barat).
atau menjadikan jelek dengan sengaja terhadap benda-benda yang indah serta benda-benda
yang menjadi fasilitas umum atau milik pribadi. Ternyata perilaku vandalis ini tidak hanya
menjadi monopoli suku Vandal, tetapi juga dapat ditemui di belahan bumi yang lain. Sebagai
contoh karya agung bangsa Indonesia seperti peninggalan Sriwijaya, Majapahit, Mataram
Lama dan Siliwangi sangat sukar ditemukan kembali situsnya, karena peninggalan-
peninggalannya telah rusak atau hilang dari muka bumi. Sampai sekarang masih menjadi
teka-teki hilang dan hancurnya peninggalan kerajaan tersebut akibat dari bencana alam atau
menekankan tidak adanya definisi yang jelas tentang vandalisme secara khusus. Meskipun
sebagian besar ahli melihat bahwa vandalisme pada dasarnya adalah perilaku yang
secara spesifik. Istilah vandalisme tidak hanya mengacu pada perilaku pelaku, tetapi juga
mencakup motivasi dari masing-masing pelaku. Beberapa ahli yang lainnya menyarankan
klasifikasi yang berbeda dengan mempertimbangkan jenis vandalisme yang mengacu pada
motivasi para pelaku dan tingkat kerusakan yang diperoleh oleh objek vandalisme. Untuk
itulah para ahli sepakat untuk melakukan pendefinisian vandalisme melalui tiga pendekatan,
pada bidang psikologi (psikologi klinis). Definisi ini menekankan pada latar belakang pelaku
24[24] Haryadi dan Setiawan, B. Arsitektur Lingkungan dan Perilaku. (Jakarta: Proyek Pengembangan Pusat Studi Lingkungan,
Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1995), hlm 30.
25[25] D. Canter, Vandalism: Overview and Prospect, (New York: Elsevier Science Publishers, 1984), hlm 67.
26[26] Gabriel Moser, “Environmental Psychology of the New Millenium: Toward on Integration of Cultural and Temporal
Dynamics”, Psychology, Vol III, 1987, hlm. 98.
untuk menghancurkan, dengan mengacu pada faktor kejiwaan yang mempengaruhi mereka
dalam melakukan vandalisme. Dengan pendekatan ini, dapat diberikan pemahaman bahwa
vandalisme merupakan suatu tindakan yang disengaja dengan tujuan untuk merusak atau
menghancurkan suatu objek. Definisi ini menegaskan bahwa suatu tindakan dapat dikatakan
vandalisme apabila ada niat dari pelaku vandalisme untuk merusak. Pendekatan kedua untuk
mendefinisikan vandalisme adalah dengan mendasarkan pada nilai sosial yang berlaku.
Definisi ini melakukan pendekatan yang mengacu pada bidang sosiologi untuk mengetahui
memenuhi syarat sebagai vandalisme hanya melalui penilaian pengamat (masyarakat) yang
mengidentifikasi perilaku sebagai pelanggaran dari nilai dan atau norma sosial yang berlaku.
Dalam penelitian ini pendefinisian vandalisme mengacu pada pendekatan terakhir yang
berdasarkan pada tingkat kerusakan yang terjadi pada sasaran vandalisme akibat pengaruh
lingkungan. Levy dan Leboyer,28[28] mengemukakan bahwa kerusakan yang dialami dalam
suatu lingkungan tidak semuanya dapat dijelaskan dengan menggunakan kedua pendekatan
lingkungannya.
terhadap identifikasi objek yang menjadi sasaran vandalisme, mengapa vandalisme dapat
terjadi di lingkungan tersebut, dan apa yang mempengaruhi pelaku untuk melakukan
seluruh lingkungan tempat terjadinya vandalisme karena terkadang faktor lingkungan yang
mempengaruhi di suatu tempat tidak mempengaruhi di tempat lainnya dan begitu pula
pengguna dan lingkungan. Hal inilah yang menyebabkan terdapatnya beberapa lingkungan
lingkungan ditetapkan tiga hipotesis yang dapat menjawab hal tersebut, yaitu terdapat
dan penggunanya sehingga ditemukannya kerusakan terhadap fasilitas. Salah satu contoh
perancangan setting yang kurang tepat adalah penggunaan material kaca pada fasilitas yang
berada di taman bermain anak-anak. Hal ini dapat menyebabkan tingginya kemungkinan
kehancuran fasilitas tersebut akibat dari pemilihan material yang rentan untuk taman dengan
pengunjung anak-anak.
perilaku yang dilakukan secara sadar atau tidak dapat merusak objek dan lingkungan
29[29] Ibid.
sekitarnya. Salah satu contohnya adalah kerusakan yang dialami oleh boks tanaman akibat
dari minimnya tempat duduk pada taman publik sehingga pengguna taman menggunakan
3) Akumulasi kerusakan
diabaikan. Lingkungan yang dirusak cenderung memberikan kesan ditinggalkan dan tidak
terawat sehingga memberikan kesan diizinkan untuk dirusak.30[30] Kerusakan tidak hanya
dihasilkan oleh perilaku perusakan yang berat yang dapat menyebabkan degradasi kualitas
lingkungan secara drastis, tetapi juga dapat dihasilkan oleh akumulasi perilaku-perilaku
merusak ringan sehingga kemudian menarik pelaku vandalisme lainnya untuk melakukan
perusakan dan pada akhirnya menyebabkan degradasi kualitas lingkungan yang tidak jauh
Agresi dapat dimanifestasikan dalam banyak bentuk, misalnya dalam bentuk fisik
atau verbal dan dilakukan secara aktif serta secara langsung. Akan tetapi manifestasi agresi
sebenarnya lebih beragam lagi daripada itu. Menurut Buss & Perry,31[31] agresi pada
manusia sangat beragam karena dilakukan bukan hanya secara fisik misalnya memukul atau
secara verbal misalnya dengan membentak, dan secara aktif misalnya menyerang tanpa
provokasi, serta secara langsung yaitu dilakukan tanpa perantara, tapi bisa juga dilakukan
Agresi tidak langsung merupakan salah satu contoh dari kecenderungan manusia
30[30] Lavrakas, “Block Crime and Fear: Defensible Space, Local Social Ties, and Territorial Functioning”, Journal of
Research in Crime and Delinquency, November, 1984, hlm 331.
31[31] A.H. Buss and Perry, M., “The Agression Questionnare”, Journal of Personality and Social Psychology, No. 63, 1992, hlm.3.
untuk bertindak dalam cara yang tidak kasat mata. Dalam hal ini, pelaku agresi menyerang
korbannya dengan cara yang tidak langsung, mereka bisa menyerang secara verbal tanpa
perlu hadir di hadapan korban, misalnya dengan menyebar fitnah, mereka pun bisa
menyerang secara fisik tanpa perlu berhadap-hadapan dengan korbannya, misalnya dengan
cara menghancurkan sesuatu yang bernilai bagi korban. Meski agresi tidak langsung
kemungkinan besar tidak memuaskan pelaku, tetapi mereka bisa lepas dari kemungkinan
digolongkan menjadi dua, yaitu: hostile aggression dan instrumental aggression. Kedua jenis
agresi ini membagi agresi berdasarkan emosi yang tampil, tujuan dari perilaku, serta akibat
dari perilaku agresi tersebut. Secara berturut-turut dapatlah dijelaskan sebagai berikut :
a. Hostile aggression
Hostile aggression atau agresi marah adalah perilaku yang mempunyai tujuan untuk
melukai orang lain. Emosi yang menyertainya biasanya adalah marah yang berlebihan
sehingga hanya dapat diselesaikan dengan cara menampilkan perilaku agresif dan dapat
membuat orang lain menjadi cidera atau menderita. Pada individu yang tergolong
mempunyai “agresi marah”, ia akan dengan sengaja melukai orang lain, dan biasanya
sebelum muncul perilaku agresif terdapat stimulus atau rangsangan tertentu yang sifatnya
tidak menyenangkan, dapat berupa peristiwa yang tidak menyenangkan atau provokasi dari
orang lain.
Sehubungan dengan hal ini, Buss & Perry,33[33] berpendapat bahwa dengan tipe
hostile ini manusia memiliki suatu perangkat khusus, yang dikategorikan ke dalam suatu
32[32]Ibid.
33[33] Buss, A.H. and Perry, M., “The Agression Questionnare”, Journal of Personality and Social Psychology, hlm.4
bentuk kerangka, antara lain: pertama, bentuk fisik-verbal, yaitu fisik jika perilaku
ditampilkan dalam bentuk melukai tubuh orang lain, dan verbal jika individu menyerang
dengan menggunakan kata-kata. Kedua, bentuk aktif-pasif, yaitu aktif apabila perilaku agresif
ditampilkan dalam bentuk tindakan yang tampak, dan pasif jika individu tidak mau untuk
langsung apabila individu memperlihatkan perilaku agresi secara fisik antara individu dengan
target agresi, dan tidak langsung jika kontak antara individu dengan target tidak terjadi
Buss & Perry34[34] menggolongkan perilaku agresi tipe hostile, dibagi menjadi 8
1) Agresi fisik aktif langsung, yaitu perilaku agresi yang dilakukan secara langsung oleh
individu atau kelompok individu kepada individu atau kelompok individu lainnya dan terjadi
kontak fisik secara langsung, seperti memukul, mendorong, menampar, dan lain-lain.
2) Agresi fisik aktif tidak langsung, yaitu tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu
atau kelompok individu dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan individu atau
kelompok individu lainnya yang menjadi sasaran, seperti merusak harta benda, membakar
3) Agresi fisik pasif langsung, yaitu tindakan agresi fisik yang dilakukan individu atau
kelompok individu dengan cara berhadapan dengan individu atau kelompok individu yang
menjadi sasaran, tetapi tidak terjadi kontak fisik, seperti demonstrasi, aksi mogok makan.
4) Agresi fisik pasif tidak langsung, yaitu perilaku agresi yang dilakukan dengan cara tidak
berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok individu yang menjadi sasaran
dan tidak terjadi kontak fisik secara langsung, seperti tidak peduli, apatis dan masa bodoh.
34[34]Ibid, hlm.5-6
5) Agresi verbal aktif langsung, yaitu merupakan tindakan agresi verbal yang dilakukan dengan
cara berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok individu yang menjadi
sasaran agresi.
6) Agresi verbal aktif tidak langsung, yaitu merupakan tindakan agresi verbal yang dilakukan
dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok individu yang
menjadi sasaran agresi, seperti menyebar fitnah, mengadu domba, dan sebagainya.
7) Agresi verbal pasif langsung, yaitu suatu tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu
atau kelompok individu dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu atau
kelompok individu yang menjadi sasaran agresi tetapi tidak terjadi bentuk verbal secara
8) Agresi verbal pasif tidak langsung, yaitu perilaku agresi yang dilakukan dengan cara tidak
berhadapan secara langsung dengan target agresi dan tidak terjadi kontak verbal langsung,
Berdasarkan uraian tentang perilaku agresif remaja di atas dapatlah dibuat tabel
berikut ini :
Tabel 14
Kategori Kecenderungan Berperilaku Agresif menurut Robert A. Baron dan Deborah
R. Richardson35[35]
Tabel 15
Jenis-jenis Perilaku Agresi menurut A.H. Buss36[36]
adalah : agresi fisik aktif langsung, agresi fisik aktif tidak langsung, agresi fisik pasif
langsung, agresi fisik pasif tidak langsung, agresi verbal aktif lagsung, agresi verbal aktif
tidak langsung, agresi verbal pasif langsung, dan agresi verbal pasif tidak langsung.
36[36] A.H. Buss, Psychology Behaviors In Perspective, (Chicester : John Wiley, 1987), hlm. 296.
b. Instrumental aggression (agresi instrumental)
Persaingan atau kompetisi untuk meraih sesuatu yang berharga biasanya merupakan
hal umum dalam kehidupan sehari-hari (misalnya kebutuhan untuk makan minum atau
kebutuhan pokok). Tujuan dari perilaku agresi tipe instrumental adalah untuk “menang” dari
suatu persaingan atau kompetisi tertentu tanpa mempunyai tujuan utama yang sifatnya
berakibat melukai. Perilaku agresif adalah yang paling sedikit mempunyai unsur maksud
melukai dan lebih pasti terdapat perbuatan yang bermaksud melukai dan berdampak
sungguh-sungguh melukai. Perilaku melukai yang tidak disertai dengan maksud melukai
Perilaku agresif yang prososial seperti tindakan seorang polisi menembak penjahat
biasanya tidak dianggap sebagai agresi, sebaliknya agresi yang antisosial seperti tindakan
teroris yang membunuh orang yang disandera dianggap sebagai perilaku agresif. Akan tetapi
untuk membedakan antara keduanya tidak mudah karena ukurannya sangat relatif, sangat
tergantung dengan norma sosial di mana perilaku itu terjadi. Karena sulitnya membedakan
antara yang prososial dan yang antisosial ini, seringkali tindakan polisi untuk menegakkan
37[37]David O. Sears, Fredman, J.L., and Paplan, L.A., Social Psychology,hlm. 241
dibedakan, karena sumbernya adalah pemberian atribusi oleh korban terhadap pelaku.
Hasilnya, orang yang terinjak kakinya di dalam kendaraan umum mungkin tidak merasa
menjadi korban kekerasan karena kondisi kendaraan umum waktu itu penuh sesak oleh
penumpang. Sebaliknya, usapan punggung kepada seorang perempuan oleh seorang pria
yang tidak dikenalnya dapat dirasakan sebagai pelecehan (pelecehan terhadap dirinya),
walaupun sebenarnya pelaku yang bersangkutan sama sekali tidak bermaksud melakukan
perilaku agresif.
1) Agresi yang berfungsi untuk mencari kepuasan dari lingkungan di sekitarnya. Merupakan
cara untuk memenuhi dorongan atau suatu ekspresi dari adanya ketidakpuasan terhadap
lingkungan sekitarnya.
2) Agresi berfungsi menghancurkan “pusat rasa sakit” yang dirasakan. Bertujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan sumber yang menyebabkan rasa sakit dalam diri.
Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan perilaku agresif yang telah
dikemukakan Buss yang terdiri dari agresi fisik aktif langsung, agresi fisik aktif tidak
langsung, agresi fisik pasif langsung, agresi fisik pasif tidak langsung, agresi verbal aktif
langsung, agresi verbal aktif tidak langsung, agresi verbal pasif langsung, dan agresi verbal
38[38] D.G. Myers, Social Psychology 8th Edition, (New York: Mc.Graw-Hill International Edition, 2005), hlm.113.