You are on page 1of 12

Spesifikasi Minyak Diesel Atau Minyak Solar

DIESEL FUEL Terbagi Atas :


1. Automotive Diesel Oil (ADO)
2. Induestrial Diesel Oil (IDO)
3. Automotive Diesel Oil (ADO)
Nama Lain :
• High Speed Diesel (HSD)
• Gasoil
• Minyak Solar
Motor Diesel
Menurut kecepatan putarannya, dikelompokkan menjadi 3 jenis :
• Motor diesel putaran tinggi : > 1000 rpm
• Motor diesel putaran sedang : 300 – 1000 rpm
• Motor diesel putaran rendah : < 300 rpm
BBM untuk Motor diesel putaran tinggi :
Disebut juga High Speed Diesel ( HSD ) atau Automatic Diesel Oil ( ADO ) atau yang sering
dikenal dengan nama SOLAR. Solar merupakan fraksi gasoil (C14 -C20 ) dihasilkan dari proses
pengolahan minyak (distilasi atmosfir, Hydrocracker) mempunyai trayek titik didih 200 – 375 °C
Mutu bahan bakar solar ditentukan oleh beberapa macam sifat, yaitu :
• Sifat umum
• Sifat penguapan
• Sifat pembakaran
• Sifat mudah alir
• Sifat kebersihan
• Sifat pengkaratan
Minyak Solar Via : http://energitoday.com/
Sifat umum
Sifat umum ditentukan dengan pemeriksaan :
• Specific gravity, ASTM D 1298
• API Gravity
Kegunaan specific gravity untuk dapat menghitung massa minyak bila volumenya telah
diketahui maupun untuk mengetahui ada tidaknya kontaminasi sehingga mengubah besarnya
specificgravity
API Gravity diperoleh setelah specific gravity diketahui, persamaannya adalah sebagai berikut :

141,5
API Gravity at 60 °F = ────────── - 131,5
SG at 60/60 ° F

Sifat penguapan
Ditentukan melalui pemeriksaan :
• Distilasi, ASTM D 86
• Flash point, ASTM D 93
Distilasi, ASTM D 86
Kecepatan penguapan (Volatility) merupakan sifat yang penting dari bahan bakar cair terutama
dalam pembentukan campuran bahan bakar dan udara.
Apabila bahan bakar terlalu mudah menguap → campuran bahan bakar dan udara yang tidak
sempurna karena alasan-alasan sebagai berikut :
• Penguapan yang terlalu cepat dari butir-butir cairan dari bahan bakar akan menyebabkan jet dari
injektor mengandung udara uap hidrokarbon yang sangat tinggi, sehingga phase cairan dari
bahan bakar yang disemprotkan kedalam udara di ruang pembakaran akan sangat berkurang.
• Penguapan yang berlebihan didalam jet akan mengambil panas untuk penguapan dari udara
sekelilingnya. Sebaliknya bila campuran gemuk dengan fraksi-fraksi yang tidak mudah menguap
maka campuran akan memerlukan waktu penyalaan yang terlalu lama .Batasanminimum distilat
yang tertampung pada 370 ° C adalah 95 % volume . Pada spec yang lama (1999),
batasan minimum distilat yang tertampung pada 300 ° C adalah 40 % volume.
Flash point, ASTM D 93
Suhu terendah dimana campuran uap minyak dan udara terbakar sesaat pada saat api pencoba
dilewatkan diatasnya pada kondisi pengujian.
Batasan minimal titik nyala (flash point) pada solar adalah : 60 ° C.
• Pengujian titik nyala sangat diperlukan berhubung dengan adanya pertimbangan-pertimbangan
dari segi keamanan terhadap bahaya kebakaran bahan bakar tersebut disimpan, ditransport atau
selama dalam tangki bahan bakar itu sendiri
• Titik nyala tidak berhubungan langsung dengan kinerja motor.
Sifat pembakaran
Sifat pembakaran ditunjukkan oleh pemeriksaan :
• Angka Setana ( Cetane Number ), ASTM D 613
• Kalkulasi Indeks Setana, ASTM D 4737
Angka Setana ( Cetane Number )
Kemampuan bahan bakar menyala dengan sendirinya (autoignition) dalam ruang bakar dari
motor diesel .Besarnya angka setana tergantung dari komposisi hidrokarbonnya .
Angka setana yang tinggi menggambarkan autoignition yang cepat dari bahan bakar motor
diesel/ minyak Solar .Batasan minimal Cetane Number solar adalah 48 .
Angka setana diukur dengan menggunakan : Mesin CFR F-5, ASTM D 613 Dengan bahan
bakar Reference campuran Cetane (N.Hexadecane = C16H34), dan Heptamethyl Nonane.
Calculated Cetane Index
Merupakan parameter bila angka setana tidak diukur .Calculated Cetane Index diperoleh melalui
pembacaan nomograph, ASTM D 4737
Data yang diperlukan untuk perhitungan adalah :
-Boiling point pada distilasi ASTM D 86
-Density
Batasan minimal Cetane Index solar adalah 45
Sifat mudah mengalir
Sifat mudah mengalir ditunjukkan oleh pemeriksaan :
• Kinematic Viscosity, ASTM D 445
• Titik tuang ( pour point ), ASTM D 97
Kinematic Viscosity
Waktu yang diperlukan oleh suatu cairan untuk mengalir melalui pipa kapiler karena gaya
gravitasi
Viskositas sangat penting bagi bahan bakar minyak baik yang digunakan untuk bahan bakar
motor diesel maupun ketel-ketel uap, karena berpengaruh terhadap sistem pemompaan dan
sistem injeksi artinya bahan bakar harus mudah dipompakan dari tangki ke pompa
injector .Selain itu bahan bakar harus mempunyai sifat pelumasan yang juga tergantung pada
viskositas .Untuk menjamin keadaan mekanik dari pompa injektor dan nozzle dalam keadaan
beroperasi atau berjalan..Batasan nilai viscositas pada bahan bakar solar adalah 2,0 - 5,0 cst
Beberapa standard Viskositas :
• Kinematik diukur dalam centi Stoke
• Redwood I diukur dalam detik
• Saybolt Universal diukur dalam detik
• Engler diukur dalam oE (hasil bagi dari waktu mengalirnya minyak yang dimaksud dengan
waktu mengalirnya air 200 cc, pada suhu 20oC dengan Viscometer Engler).
Titik tuang ( pour point )
Suhu terendah dimana minyak masih bisa mengalir apabila didinginkan pada kondisi
pengujian. Penentuan titik tuang sangat diperlukan sehubungan dengan adanya perubahan suhu
selama dalam penimbunan dan transportasi .Pada suhu yang dingin saringan bahan bakar dapat
tersumbat oleh kristal-kristal parafin yang sangat tipis yang terpisah dari pase cairan .Pada
umumnya minyak Solar mempunyai titik tuang yang lebih rendah dari suhu minimum dimana
motor beroperasi .Batasan maksimum titik tuang bahan bakar solar adalah 18 °C
Garis besar pemeriksaan :
Sejumlah contoh dimasukkan kedalam test jar, kemudian dipanaskan sampai suhu 45
°C, atau 9°C diatas perkiraan titik tuang, contoh diamati setiap penurunan 3 °C sampai titik tuang
tercapai.
Sifat kebersihan
Sifat kebersihan bahan bakar solar ditunjukkan oleh pemeriksanaan :
• Warna, ASTM D 1500
• Kadar air, ASTM D 95 / D 1744
• Sediment, ASTM D 473
• Ash content, ASTM D 482
• Carbon Residue, ASTM D 189 / D4530
• Particulate Contaminant, ASTM D 2276
Warna, ASTM D 1500
• Warna dan kejernihan adalah suatu kontrol mencegah kemungkinan adanya kontaminasi oleh
bahan bakar yang lebih berat, atau air dan partikel-partikel lain
• Zat warna yang ditambahkan ke dalam minyak Solar dimaksudkan untuk meningkatkan daya
tarik dalam penjualan, mengidentifikasikan berbagai jenis (grade) minyak Batasan maximum
warna pada solar adalah 3.0.
Kadar air, ASTM D 95
Kadar air dalam bahan bakar solar tidak diharapkan karena akan mempengaruhi sifat
pembakarannya. Batasan maximum kadar air pada solar adalah 0.05 % volume.
Ringkasan metode Kadar air, ASTM D 95
Sejumlah contoh didistilasi secara reflux bersama dengan pelarut yang tidak bercampur dengan
air, dan tersuling bersama-sama dengan air yang terdapat dalam contoh. Uap yang terjadi
diembunkan dan ditampung dalam penampung yang berskala. Air yang ada akan mengendap
dibagian bawah penampung. Pemeriksaan dihentikan setelah volume airnya konstan.
Sediment, ASTM D 473
Sediment yang berlebihan pada solar akan mengakibatkan pembuntuan pada nosle .Batasan
maximum sediment pada solar adalah 0.01 % berat.
Ringkasan metode Sediment,ASTM D 473
Sejumlah contoh diekstraksi dalam thimble dengan menggunakan toluena. Pemeriksaan
dihentikan setelah berat residu dalam thimble konstan. Kandungan air dan sedimen di dalam
minyak Solar dapat mengganggu operasi motor dan menimbulkan korosi .Penentuan kandungan
air dan sedimen dapat digunakan untuk ketetapan perhitungan volume dalam penyaluran minyak
Solar.
Ash content, ASTM D 482
Analisa untuk mengidentifikasi adanya logam pada solar . Kadar abu itu sendiri adalah sisa-sisa
minyak yang ketinggalan setelah semua bagian yang dapat terbakar dalam minyak terbakar
habis, bila ash ini tinggal dalam dinding-dinding dan permukaan ruang bakar mesin dapat
menimbulkan kerusakan pada nozzle, disamping dapat menambah deposit dalam ruang
bakar .Batasan maximum kadar abu pada solar adalah 0.01 % berat.
Ringkasan metode Ash content, ASTM D 482
Sejumlah contoh dalam mangkuk porselin dibakar sampai menyala hingga tinggal abu dan
karbon. Karbon dihilangkan dengan cara diuapkan pada furnace pada suhu 775 °C, dinginkan
dan timbang.
Conradson Carbon Residue ( CCR )
Ukuran kecenderungan terbentuknya deposit karbon dari bahan bakar .Deposit karbon yang
terbentuk harus dihindari sekecil mungkin karena arang atau karbon tersebut akan tetap membara
meskipun mesin sudah dimatikan dan juga terbentuk deposit secara terus menerus, deposit akan
menjadi keras dan akan mempercepat proses pengausan .Deposit karbon juga dapat menyumbat
lubang penyemprotan atau injektor-injektor dari mesin Diesel..Batasan maximum CCR pada
solar adalah 0.1 % berat.
Ringkasan metode Conradson Carbon Residue, ASTM D 189
Contoh diambil dari 10 % bottom residu destilasi, timbang contoh pada mangkuk, kemudian
bakar. Residu yang tertinggal pada mangkuk ditimbang dan dihitung sebagai CCR.
Sifat pengkaratan
Sifat pengkaratan ditunjukkan oleh pemeriksaan :
• Strong Acid Number, ASTM D 974 / D 664
• Total Acid Number, ASTM D 974 / D 664
• Sulfur content, ASTM D 1552
• Copper Strip Corrosion, ASTM D 130
Strong Acid Number,ASTM D 974
Analisa yang bertujuan untuk mengetahui adanya senyawa asam kuat dalam solar.
Ringkasan methode Strong Acid Number, ASTM D 974
Sejumlah contoh diekstrak dengan air panas, dan hasil ekstraksinya dititrasi dengan KOH dengan
indikator MO ( Metil Orange ) .Bila larutan tidak berwarna pink atau merah, laporkan sebagai
NIL.
Total Acid Number,ASTM D 974
Analisa yang bertujuan untuk mengetahui adanya senyawa asam kuat maupun lemah dalam
solar.Batasan max. Total Acid Number pada Solar adalah 0,6 mg KOH / ltr.
Ringkasan methode Total Acid Number, ASTM D 974
Sejumlah contoh ditambah solvent titrasi ( toluene + Iso Propil Alkohol + Air ), kemudian
dititrasi dengan KOH Alkoholat dengan indikator p-Naphtholbenzein. Titik ekivalen ditunjukkan
oleh perubahan warna dari kuning orange menjadi hijau.
Perbedaan antara mesin yang berbahan bakar solar dengan mesin yang berbahan bakar mogas
adalah sebagai berikut :
• Mesin diesel tidak menggunakan nyala api busi, mesin motor bensin menggunakan nyala api busi.
• Pada motor bensin, yang dikompresikan adalah campuran bahan bakar + udara, pada mesin diesel
yang dikompresikan adalah udara tanpa bahan bakar.
Sifat utama bahan bakar Solar adalah :
• Mudah terbakar dengan sendirinya ( Self ignition )
• Mudah pengkabutannya ( Atomizing )
Spesifikasi Solar :

Sumber: Dasar SK Dirjen Migas No. 3675 K/24/DJM/2006, tanggal 17 Maret 2006,Khusus
solar yang mengandung Bio Diesel, Spec Biodiselnya -nya sesuai dengan ketetapan Pemerintah

Industrial Diesel Oil (IDO)


Nama Lain :
• Iindustrial Diesel Fuel (IDF)
• Minyak Diesel
Motor diesel putaran sedang & rendah
Disebut juga solar hitam atau Industrial Diesel Oil (IDO), yang proses pembakarannya
menggunakan burner. Dipergunakan pada pembakaran pada dapur-dapur Industri, pembangkit
tenaga listrik, ketel uap dan untuk bunker kapal laut.
Karakteristik Industrial Diesel Oil :
• Sifat Umum
• Sifat Pembakaran
• Sifat Pengaliran
• Sifat Korosifitas
• Sifat Kebersihan
• Sifat Keamanan
Sifat Umum
Sifat umum ditunjukkan oleh pemeriksaan
Spesifik Gravity, ASTM D 1298.
Semakin berat Spesifik Gravity, maka kekentalannya semakin tinggi. Spesifik Gravity dibatasi
min. 0,84 dan max. 0,92
Tujuan pemeriksaan density :
• Untuk perhitungan penjualan
• Mengetahui secara cepat terjadinya kontaminasi
• Perhitungan material balance dalam pengolahan
• Menghitung nilai kalori secara kasar
Sifat Pembakaran
Untuk mengetahui jumlah panas yang dihasilkan sejumlah bahan bakar. Dari nilai kalorinya
dapat diperkirakan jumlah bahan bakar yang diperlukan.Nilai kalori dipengaruhi oleh jenis
senyawa hidrokarbon.
Pengujian sifat pembakaran dilakukan melalui :
Heat of Combustion ASTM D 240 yaitu menggunakan Bomb Calorimeter, atau
Calculation Heating Value ASTM D 4868, dengan basis density, kadar air, sulfur dan
ashcontent.Ada 2 macam panas pembakaran, yaitu :
▪ Gross Heating Value
Gross panas pembakaran adalah panas yang dihasilkan pada pembakaan sejumlah tertentu bahan
bakar dalam volume tetap dimana semua air dikondensasikan dalam bentuk cair.
▪ Net Heating Value
Net panas pembakaran adalah panas yang dihasilkan pada pembakaran sejumlah berat tertentu
bahan bakar pada tekanan 1 atm semua air dalam bentuk uap.
Sifat Pengaliran
Untuk mengetahui sifat mengalirnya dilakukan melalui pemeriksaan :
• Viskositas, ASTM D 445
• Pour point, ASTM D 97
Viskositas
Viskositas sangat menentukan dalam pengkabutan. Apabila viscositas terlalu encer maka
pengkabutan akan sukar terjadi .Viscositas dibatasi min 35 dan max 45 sec Redwood I.
Pour point
Pemeriksaan pour point, untuk menentukan temperatur terendah IDO dapat disimpan dan
dipompa tanpa terjadi pembekuan pada tanki atau pipa .Pour point dibatasi max. 65 °F
Sifat Korosifitas
Sifat korosifitas untuk mengetahui kemungkinan dapat menimbulkan kerusakan pada alat, karena
proses pengkaratan dalam penyimpanan dan transportasi. Pemeriksaan korositas dilakukan
melalui :
• Sulfur Content, ASTM D 1552
• Strong Acid Number, ASTM D 974
Sulfur Content
Sulfur content, untuk mengetahui kandungan sulfur. Semakin tinggi kandungan sulfur, maka
semakin besar pula kecenderungan terbentuknya SO2 dan SO3 .Kandungan sulfur dibatasi max.
1,5 % wt.
Strong Acid Number
Pemeriksaan Strong Acid Number, untuk menentukan asam kuat .Strong Acid Number dibatasi
max. Nil, karena adanya asam kuat sangat berperan dalam aktifitas korosi.
Sifat Kebersihan
Kandungan kotoran selain dapat menimbulkan kerusakan pada peralatan juga dapat
menimbulkan kebuntuan pada burner sehingga akan menganggu proses pembakaran.
Sifat kebersihan dilakukan dengan pengujian :
• Kadar air, ASTM D 95
• Residue Carbon Conradson, ASTM D 189
• Kadar endapan, ASTM D 473
Kadar air
Dapat menyebabkan menurunnya kualitas pembakaran dan mempercepat proses pengkaratan,
karena selalu diikuti garam-garam yang dengan proses hidrolisa menyebabkan
pengkaratan.Kandungan air dibatasi max. 0,25 % vol.
Residue Carbon Conradson
Uji CCR dilakukan untuk memperkirakan kecenderungan terbentuknya deposit selama
proses pembakaran, yang jika berlebihan akan menyebabkan kebuntuan pada burner .Kandungan
CCR dibatasi max. 1 % wt.
Kadar endapan
Endapan yang terjadi berupa sejumlah garam yang terlarut dan lumpur asphaltik.
Endapan ini mengakibatkan korosi dan kebuntuan pada burner .Kadar endapan dibatasi max.
0,02 % wt.
Sifat Keamanan
Pengujian sifat keamanan dilakukan untuk mengetahui kecenderungan timbulnya
kebakaran,sehingga dalam penanganannya tidak akan terjadi kebakaran pada keadaan dan
kondisi tertentu.Sifat keamanan dilakukan dengan pengujian : Flash point, ASTM D 93 dan Titik
nyala ( Flash point ) dibatasi min. 150 °F .
Sumber : SK. Peraturan Dirjen MIGAS No. 002/P/DM/1979, Tanggal 25 Mei 1979

You might also like