Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Perkembangan Teknologi dewasa ini sangat pesat di berbagai pihak bidang dan setiap sendi
kehidupan manusia, teknologi dan rekayasa engineering sangat membantu serta
mempermudah kehidupan manusia dalam setiap melakukan aktifitas sehari-hari.
Salah satu dari turunan dari perkembangan teknologi tersebut adalah mesin yang kita
pergunakan, didalamnya terdapat komponen yang saling berkaitan satu sama lainnya,
perkembangan mesin pun banyak mengalami perubahan, inovasi dan revolusi, baik dalam segi
design maupun efisiensi. Mesin yang dipergunakan manusia banyak sekali ragamnya dari
telepon, Kendaraan/transportasi, televise, radio, alat tata udara, perlengkapan rumah tangga
dan sebagainya termasuk alat transportasi vertical dalam gedung atau disebut Lift.
Alat Atau mesin tentunya memiliki unjuk kerja dan masa kerja yang berbeda- beda tergantung
dari bahan / material, kualitas serta design yang dikembangkan oleh masing-masing
perusahaan atau pabrik pembuatnya. Unjuk kerja dan masa kerja sebenarnya memiliki standart
waktu yang biasanya dii ujicoba dan telah diuji kelayakan untuk diproduksi masal oleh pabrik
pembuatnya. Akan tetapi unjuk kerja dan masa kerja dapat dicapai apabila user atau pengguna
memperhatikan cara pengoperasian yang baik dan benar serta melakukan perawatan rutin
berkala. Kaitannya dengan alat transportasi vertical dalam gedung atau lift juga memerlukan
penanganan yang baik dan benar yakni dengan melakukan perawatan rutin berkala sehingga
untuk kerja serta kelayakan operasional dapat terjaga dengan memperhatikan kenyamanan dan
keamanan penggunanya.
Latar Belakang
Elevator ( LIFT ) adalah salah satu transportasi Vertikal berupa Konveyor untuk mengangkut
orang, yang terdiri dari tangga terpisah yang dapat bergerak ke atas dan ke bawah mengikuti
jalur yang berupa rail atau rantai yang digerakkan oleh motor.
Karena digerakkan oleh motor listrik, alat ini dirancang untuk mengangkut orang dari bawah ke
atas atau sebaliknya. Untuk jarak yang pendek Lift digunakan di seluruh dunia untuk
mengangkut Orang / Barang. Pemakaiannya terutama di daerah pusat perbelanjaan, bandara,
sistem transit, pusat konvensi, hotel dan fasilitas umum lainnya.
Perusahaan Kami didukung oleh tenaga-tenaga ahli yang professional dan berpengalaman serta
dengan teknologi yang modern dan dinamis yang dapat menciptakan inovatif dan mempunyai
pengetahuan teknologi Elevator dan escalator yang dapat membantu Perusahaan Asing maupun
Perusahaan Lokal dalam menginstalasi Elevator dan Eskalator yang digunakan pada gedung-
gedung tinggi di Indonesia.
Pelayanan Kami yang optimal dan berkualitas merupakan prioritas utama, sehingga keamanan
dan kenyamananbagi para pengguna akan senantiasa menjadi perhatian dari CV. SIMPUL PRIMA
GEMILANG.
Dalam Susunan Organisasi Perusahaan yang diterapkan adalah susunan organisasi yang saling
terkait. Ini bertujuan supaya adanya komunikasi yang saling menunjang dalam pengoperasian
semua kegiatan yang ada di dalam perusahaan. Adapun struktur organisasi kami adalah
sebagai berikut :
KOMISARIS
DIREKTUR
BENDAHARA SEKRETARIS
KA. ADMINISTRASI KA. MARKETING KA. LOGISTIK KA. QUALITY TENAGA AHLI K3
CONTROL (MANAGER SDM)
PENGAWAS &
TENAGA LAPANGAN
( Teknisi & Operator ) PELAKSANA
Pengalaman yang kami punya di bidang Khususnya Elevator (Lift) telah memungkinkan kami
untuk menerapkan system dan teknik Modern yaitu system Pemeliharaan dengan biaya yang
lebih murah dan hemat, sehingga kami dapat menawarkan cara Pemeliharaan dan perawatan
yang efektif dan efesien.
Dengan tenaga kerja yang terlatih, terampil, disiplin cekatan, dapat menjaga etika kerja, dan
berpengalaman ,serta didukung oleh peralatan yang sempurna dan program yang baik adalah
target kami.
Pendekatan Teknis
Perawatam dan pemeliharaan yang kami lakukan sangat menitik beratkan pada kenyamanan
dan keamanan penggunanya, perawatan yang rutin atau service rutin akan kami lakukan satu
kali dalam sebulan dan hasil dari pemeriksaan akan selalu kami laporkan kepada pihak
engineering gedung agar bila ada penggantian komponen / spare part yang aus atau rusak
dapat segera diketahui dan segera dilakukan penggantian atau perbaikan apabila diperlukan.
perawatan adalah suatu proses pemeliharaan dan perawatan semua perlengkapan meliputi
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Perawatan merupakan salah satu fungsi
management produksi yang menyangkut persoaalan sehari hari dalam hal menjaaga dan
menjamin agar mesin tetap berada dalam kondisi yang baik dan selalu siap di operasikan
.untuk melengkapi perawatan perlu juga di ketahui apa sebab dan akibatnya jika terjadi
kerusakan .
Pengaruh Cuaca
Pengaruh keadaan cuaca (matahari,hujan,angin) sebagai contoh dapat disebutkan kerusakan
pada isolasi pada kabel listrik, panas atau temperature yang tinggi menyebabkan cepatnya
kerusakan kabel –kabel listrik tersebut.
Proses Pemakaian
Human Error
Kelalaian Atau kesalahan yang dilakukan oleh para pekerja dalam pengoprasian, ataupun
pemasangan dan memperbaiki mesin serta bagian lain dari mesin-mesin tersebut.
Kerusakan Kecil
Pengaruh kerusakan kecil pada salah satu bagian mesin yang dapat menjadi penyebab
kerusakan yang lebih besar pada bagian mesin lainnya pengaruh dari debu ataupun kotoran
yang sangat halus,sering menyebabkan aus pada bagian-bagian didalam mesin.
d) Breakdown maintenance
Maitanance untuk kejadian yang mucul ketika fungsi peralatan berhenti tanpa dapat di
perkirakan sebelumnya atau terjadi keabnormalan pada equipment yang berpegaruh
pada kulitas yang di hasilkan ataupun akan merusak equipment yang lain.
e) Corrective maintenance
Maintenance untuk mengadjust atau merepair mesin setelah mesin berhenti ataupun
tidak berproduksi. Dalam hal ini bertujuan untuk menyelesaikan trouble mesin hingga
keakar permasalahan.
f) Preventive maintenance
Maintanance untuk mencegah tejadinya keabnormalan yang terjadi dengan cara
melakukan pengecekan harian, pengecekan berkala atau lebih dikenal dengan pereodik
chek.
a) Membersihkan peralatan dari debu dan kotoran yang lainnya tang di anggap tidak
perlu.kerena debu dan kotoran akan menjadi penyebab munculnya kerusakan pada
peralatan .
b) Memeriksa pada bagian-bagian peralatan yang cukup kritis,juga terhadap unit instalasi
yang perlu dilakukan secara teratur.
c) Memeperbaiki pada bagian-bagian unit dan instalasi tersebut mencapai standar semula
dengan usaha dan biaya yang wajar.
d) Menentukan kondisi tak wajar dari mesin sedini mungkin,dengan pemantauan panca
indra operator.
e) Mengebangkan dan menerapkan penanggulangan guna pemulihan kondisi sehat dari
mesin.
Keuntungan dari Elevator ( Lift ) cukup banyak seperti mempunyai kapasitas memindahkan
sejumlah orang dalam jumlah besar dan tidak ada interval waktu tunggu terutama di jam-jam
sibuk dan mengarahkan orang ke tempat tertentu seperti ke pintu keluar, pertemuan khusus,
dll.
Agar pemanfaatan gedung benar-benar maksimal dan memberikan sevice yang memuaskan
kepada para tenat maka sangat perlu sekali di adakannya pemeliharaan sarana/prasarana yang
maksimal terhadap semua aset-aset manajemen dan aset tenant terhadap kondisi gedung
SMESCO UKM / SME Tower dan lingkungan sekitarnya akan memberikan nilai tambah yang
positif sebagai gedung untuk pusat promosi KUKM dan gedung perkantoran
Oleh karena itu ada maksud dan tujuan pekerjaan Jasa Pemeliharaan Elevator dan Escalator di
Gedung SME Tower, maksud dan tujuan kegiatan tersebut dilaksanakan adalah :
Menambah daya tahan dan umur yang panjang pada peralatan Elevator / Lift tersebut
Memberikan kemudahan akomodasi Karyawan & pengunjung di dalam gedung SMESCO
UKM
Memberikan keamanan dan kenyamanan terhadap pengguna Elevator (Lift)
Lingkup Pekerjaan
Elevator penumpang sering dinyatakan dalam jumlah orang (persons) atau dalam kilogram (kg)
atau (Ib kombinasi keduanya). Elevator penumpang ini merupakan elevator yang sifatnya
berfungsi dan sangat khusus untuk manusia saja, elevator ini sangat dijaga kehandalannya dan
juga sangat dijaga keamanan dan keselamatan manusianya.
Elevator service ini biasanya dipasang diperhotelan, yaitu fungsinya untuk pelayan-pelayan
hotel untuk mengantarkan barang ke kamar-kamar penghuni hotel. Namun disini pula elevator
ini tak kalah handalnya dengan elevator penumpang, perbedaan dari elevator service dengan
elevator penumpang ini sangat jelas dari sistem pengangkutannya, yaitu elevator penumpang
hanya khusus untuk manusia saja tapi elevator service ini juga berfungsi sebagai pengangkutan
manusia dan barang.
Pada fungsinya Lift Pesengger dan Lift Service terdapat jumlah dan dibagi-bagi dalam 2 (dua)
gedung berbeda Yaitu :
A. Jasa Pemeliharaan
D. Jasa lainnya .
- pengurusan izin operasional lift dari KEMENAKERTRANS ( Semua Lift )
PEMELIHARAAN.
Program pemeliharaan
1. Secara praktis pemeliharaan dikerjakan oleh ahlinya yaitu produsen atau agennya. Walaupun
begitu pihak pengelola bangunan harus mendapat jaminan bahwa pesawat lif berfungsi baik
sebagaimana mestinya. Jaminan lif itu dapat berupa sebagai berikut :
a. Tiap-tiap kemacetan harus sudah selesai diperbaiki dalam satu jam, atau dua jam
dengan alasan yang wajar.
b. Jumlah kemacetan dalam setahun tiap-tiap satuan pesawat, rata-rata tidak lebih dari 3
kali.
c. Jumlah jam lift berhenti (tidak jalan) karena dilakukan perawatan dan perbaikan ialah
maksimal 5% dari jumlah jam tugasnya setahun. Lihat box ilustrasi.
d. Setahun sekali diadakan audit atas pekerjaan fisik dan administrasi oleh pihak ketiga
(ahli bidang lift, kesehatan dan keselamatan kerja) untuk menilai mutu dan hasil
pelaksanaan pemeliharaan.
2. Sangsi atas jaminan harus jelas tersebut dalam kontrak (surat perjanjian). Biaya inspeksi atau
audit dipikul bersama agar auditur jujur tidak memihak siapapun.
Jumlah jam operasi lift dalam suatu bangunan kantor kira-kira 3000 jam. Jumlah aktu lift
diizinkan istirahat untuk dirawat ialah 5% atau 150 jam, terdiri atas 100 jam pemeriksaan
berkala dan 50 jam cadangan untuk reparasi dan penyetelan ulang (readjustment). Jika dalam
satu tahun dilakukan 32 kali pemeriksaan (rata-rata 3 kali per bulan), maka tiap-tiap
kunjungan memakan waktu 3,2 jam diluar jam perjalanan. Lihat contoh daftar periksa pada
lampiran.
3. Kontrak perawatan harus lengkap mencakup semua aspek, termasuk jadwal pemeriksaan.
Table dibawah ini adalah contoh jadwal untuk satu tahun pemeliharaan lift. Jadwal ini
merupakan lampiran dri kontrak pemeliharaan, dan mengikat untuk dilaksanakan.
Catatan :
Ada satu bulan dalam satu tahun dikosongkan, untuk mengulang pekerjaan yang dirasa
tertunda, dan atau reparasi yang direncanakan dalam rangka pemeliharaan pencegahan
(preventive maintenance).
Catatan :
1. Jadwal alternative dapat dibuat untuk tiap-tiap gedung agar menyesuaikan diri dengan
keadaan dan jumlah tenaga kerja yang tersedia. Dasar penjadwalan tetap berlaku, yaitu
jumlah jam pemeriksaan untuk tiap-tiap komponen.
2. Komponen yang lebih sering mengalami pemeriksaan ialah pintu lantai, terutama pintu di
lobby karena tugas kerjanya lebih berat. Dianjurkan tiap-tiap bulan diperiksa, yaitu door
contack, interlock, door hanger roller, excentric roller, air cord, door closer (weight),
stopper, guides, dan cam roller.
Ada dua (2) aspek yang dapat kita kemukakan dalam pelaksanaan Pemeliharaan pencegahan :
1. Pemeriksaan (Inspection).
Pemeriksaan oleh teknisi yang kompeten atas bagian-bagian peralatan kritis. Pemeriksaan
seringkali memberi petunjuk adanya keharusan mengganti suku cadang (atau cukup
reparasi), jauh-jauh hari sebelum terjadi kerusakan, dan biasanya sesuai dengan jadwal yang
dirancang oleh pabrikan. Waktu yang diperlukan untuk pemeriksaan harus serendah
mungkin sehingga tidak mengganggu pelayanan (operasi) lift.
2. Pemeliharaan berkala.
Catatan :
1. Check list : Tiap-tiap suku ada umurnya, dan saat kapan mulai diperiksa, ditest atau di re-
adjust (stel ulang) dan terakhir kapan diganti baru (replacement).
2.
2. Tiap-tiap lift mempunyai ‘jam terbang’yang berbeda, sehingga ramalan umur
suku/komponen berbeda.
2. Dalam PGM, kontraktor berkewajiban senantiasa menjaga performance sama seperti awal
semula lift diserah terimakan pertama kali untuk dipakai, yaitu dalam kondisi top
performance. Kondisi sesungguhnya yang terjadi pada waktu-waktu tertentu, harus
dibandingkan dengan performance yang diharapkan oleh management (sebagai acceptable
performance). Perbedaan yang mungkin timbul harus diusahakan sekecil mungkin
(minimized), dan perbedaan ini dipakai sebagai ukuran untuk memberikan insentive atau
mengenakan penalty kepada kontraktor.
3. Perjanjian PGM harus jelas apa yang termasuk dan tidak termasuk dalam tanggung jawab
kontraktor, jika lift macet dan atau terjadi call back. Lihat daftar klasifikasi call back. Jumlah
call back service sebaiknya rata-rata 3 kali per unit per tahun. Jika dalam suatu bangunan
ada 10 unit tercakup dalam satu kontrak, maka jumlah CB tersebut dapat ditoleransi sampai
30 kali per tahun. Jumlah selang waktu lift diam tidak kerja (shut down hours)
diperkenankan berjumlah 75 jam per unit per tahun. Jumlah selang waktu temasuk reparasi,
call back service, routine service dan inspection, tetapi tidak termasuk kerusakan, karena
hal-hal diluar kuasa kontraktor. Melebihi batasan-batasan wajar tersebut, kontraktor
dikenakan penalty.
a. Technology back up dari pabrikan : standard mutu yang tinggi dari tiap-tiap
komponen/suku/part.
b. Persediaan spare part (suku cadang) secara “ilmiah cukup”, dan berdasar pengalaman.
c. Dukungan dari specialist sub-contractor dan vendor.
d. Sarana bengkel perbaikan (reparasi)
e. Fasilitas “lending part”, yaitu persediaan komponen untuk sementara dipinjamkan, jika
ada komponen rusak dan perlu diperbaiki.
f. Informasi improvement atas part/ komponen dari pabrikan. (Lihat box).
6. PGM adalah perluasan dari Full Maintenance, sehingga Preventive Maintenance termasuk
dalam lingkup kerja.
7. Kontraktor harus menjaga catatan atas kejadian call back, dan lamanya lift tidak beroperasi
dengan betul-betul perhitungan, agar pada akhir tahun dapat dipertanggung jawabkan
kepada management. Sebaliknya, management pun harus tanggap dan waspada atas
kejadian incidence, tegangan sumber tenaga atau perbuatan tangan jahil, dan sebagainya.
Hubungan dua arah komunikasi antara management dan teknisi dari kontraktor harus
terbuka dan jujur.
8. Management sebaiknya memanggil consultant (pihak ketiga) untuk membuat quality audits
atas pekerjaan kontraktor selama satu tahun. Biaya PGM memang mahal yaitu 2.5 sampai 3
kali lipat biaya FM. Tetapi ada beberapa keuntungan yang dapat dinikmati. Tenants
(penyewa) merasa puas, sewa kantor melebihi target dibanding gedung tetangganya, dan
management dapat lepas tanggung jawab kalau ada kecelakaan, premi asuransi lebih rendah,
dan yang terpenting umur instalasi lift dapat mencapai lebih rendah, dan yang terpenting
umur instalasi lift dapat mencapai lebih dari 40 tahun atau seumur bangunannya dengan
melaksanakan major refurbishment 5 tahun sekali setelah lift berumur 15 tahun. Perjanjian
PGM sebaiknya ditanda tangani untuk jangka waktu paling sedikit 10 tahun.
1. Segera setelah lif dijalankan melayani penumpang, pemeliharaan berkala sudah harus
dimulai. Kewajiban manajemen untuk membuat program atau kontrak pemeliharaan dengan
ahlinya mencakup pelumasan sebagaimana mestinya, pemeriksaan, penyetelan kembali
secara teratur dan bekala dan test-tahunan alat-alat keamanan.
2. Penggantian bagian suku-suku cadang yang aus sebelum rusak dan tidak berfungsi, yang
pasti akan menyebabkan operasi (kerja lif) gagal, harus (tercantum) masuk dalam kontrak.
3. Manajemen harus waspada terhadap isi kontrak. Apa yang tertulis tidak selalu menjangkau
apa-apa yang kita maksud/kehendaki, dan apa-apa yang terjadi di luar dugaan semu pihak.
4. Pokok-pokok isi kontrak pemeliharaan terpadu harus paling sedikit meliputi hal-hal ebagai
berikut :
a. Lingkup pekerjaan
b. Penggantian suku cadang yang termasuk/ tidak termasuk dalam harga kontrak
c. Reparasi – suku cadang pinjaman
d. Call – back sevice (24 hours service)
e. Jadwal jam-jam pekerjaan pemeliharaan
f. Orang yang bertanggung jawab dilapangan & penggantinya
g. Laporan bulanan (macet dan sebab-sebabnya)
h. Laporan tahunan (termasuk rencana kerja tahun berikut)
i. Testing tahunan atau rutin (safeties)
j. Pemeriksaan (inspection) 2 tahun sekali (quality audit)
k. Tanggung jawab dan kewajiban manajemen
l. Biaya, penyesuaian dan denda
m. Jangka waktu kontrak dn perpanjangannya
n. Kecelakaan
o. Arbitrasi
p. Penyelesaian hukum
q. Legalitas
6. Hal lain yang perlu diperhatikan ialah kesediaan kontraktor untuk dievaluasi kerjanya oleh
pihak ketiga paling lambat 2 tahun sekali untuk meyakinkan bahwa hasil kerjanya selama ini
bagus dan betul.
7. Pihak ketiga ialah seorang ahli lapangan dibidang lift yang tidak memihak
8. Juga kesediaan kontraktor untuk di penalty (didenda), jika melakukan kesalahan atau
melalaikan tugas, sehingga lift menjadi rusak ataupun tidak berfungsi selama jangka waktu
yang ditetapkan. Berganti-ganti kontraktor untuk merawat lift tidak bijak. Jika kontraktor
tahun lalu banyak berbuat kesalahan, sebaiknya diberi kesempatan satu tahun lagi, dengan
perjanjian baru dan menambah pasal-pasal dimana diperlukan, agar kontraktor lebih
bertanggung jawab. Jika terpaksa harus ganti/tukar kontraktor, tentunya kontraktor baru
akan melakukan survey atas kelalaian perawatan keseluruhan dan membuat proposal untuk
rekondisi pesawat tersebut sebelum dimulai dengan perjanjian perawatan.
1. Semua lif harus dipelihara. Pemeliharaan harus oleh orang-orang yang kompeten dari
perusahaan yang memenuhi syarat dan bekerja sesuai aturan-aturan EEA.
2. Pemilik/ manajemen dapat menerima kebutuhan akan (perlunya) lif harus di upgrade. Yaitu
bagi peralatan yang berumur lebih dari 15 tahun dan selanjutnya tiap-tiap 5 tahun setelah
melalui pemeriksaan. Hal ini agar memenuhi persyaratan-persyaratan keselamatan yang
berlaku akhir-akhir ini (up to date).
3. Panggilan darurat harus segera dilayani.
Seseorang dalam organisasi building management harus siap 24 jam untuk menolong orang
yang terperangkap dalam lif. Alat komunikasi dengan orang tersebut harus berfungsi.
4. Peralatan cacat atau rusak harus segera dilaporkan.
Seorang petugas dari pihak manajemen harus segera melaporkan kepada perusahaan
pemelihara.
5. Perusahaan pemelihara harus membuktikan kecakapannya, dapat dipercaya dan
berpengalaman.
Perusahaan harus terdaftar dan menutup asuransi untuk kepentingan umum (kecelakaan
dan kerusakan harta benda).
6. Perusahaan pemeliharaan harus jelas.
Nama dan alamat, nomor telepon sebaiknya terpampang di dalam lif. Hal ini memudahkan
komunikasi jika ada masalah dengan peralatan demi keselamatan.
7. Perusahaan pemeliharaan harus peduli dengan keselamatan.
Perusahaan harus melaporkan kepada manajemen/pemilik pada waktunya atas unit lif untuk
memenuhi persyaratan K3. Juga perusahaan peduli atas keselamatan pegawainya dengan
kebijakan yang jelas.
8. Perusahaan pemeliharaan harus dapat melayani call back sevice 24 jam sehari, 365 hari per
tahun.
Hal ini terutama untuk menolong penumpang yang terkurung/ terperangkap didalam kereta
lif yang macet. Teknisi yang dikirim untuk menolong harus cakap dan sigap, sehingga tidak
menunda waktu terlalu lama.
9. Perusahaan pemeliharaan harus bermutu tinggi.
Di Eropa perusahaan tersebut lulus ISO 9000/EN29000 (memiliki sertifikat) untuk sisitim/
procedure kerja.
10. Perusahaan pemeliharaan harus memiliki pegawai yang cakap.
Perusahaan menyediakan pelatihan dan senantiasa melaksanakan peningkatan keahliannya
dan pengetahuannya mengenai pemeliharaan.
11. Perusahaan pemeliharaan menyediakan pelayanan kebutuhan suku cadang.
12. Perusahaan pemeliharaan harus mencatat dan menyimpan sejarah pemeliharaan, reparasi,
modifikasi, dan lain-lain, atas tiap unit lif.
1. Apabila jalan masuk ke kamar mesin menggunakan tangga, maka pemasangan tangga
tersebut harus cukup kuat dan pasangan tetap (permanen) dan sudut kemiringan maksimal
40°
2. Kamar mesin harus dilengkapi dengan ventilasi yang baik.
3. Ventilasi kamar mesin harus dapat menahan suhu maksimal 40°C.
4. Pemasangan instalasi tenaga listrik dalam kamar mesin harus memenuhi persyaratan
Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL).
5. Penerangan kamar mesin harus sekurang-kurangnya 100 lux per satuan mesin.
6. Kamar mesin dijaga bersih dan dilarang menaruh atau menyimpan barang apapun.
7. Peralatan dan perkakas untuk maksud perawatan harus disimpan rapi di lemari yang
disediakan dikamar mesin.
8. Kamar mesin harus dilengkapi dengan stop kontak jenis tertutup dan dilengkapi dengan
kawat pentanahan.
9. Harus tersedia lampu tangan yang sesuai dengan persyaratan kelistrikan.
10. Harus tersedia alat pemadam api cepat CO2 atau bubuk kering atau BCF dari 5 kg dan
ditempatkan pada tempat yang mudah di capai, sesuai dengan ketentuan yang telah
ditentukan.
11. Apabila kamar mesin tidak dijaga, maka pintu harus selalu tertutup dan terkunci. Kunci
tersebut harus disimpan oleh petugas yang ditunjuk pada tempat yang telah ditentukan.
12. Alat-alat darurat seperti engkol dan pembuka rem harus ditempatkan dalam kamar mesin
pada tempat yang ditentukan, sedangkan kunci darurat (interlock releasing key) harus
disimpan oleh pengelola bangunan dan atas tanggung jawabnya.
13. Pemasangan pemutus arus utama distribusi tenaga listrik (MCB) harus pada tempat yang
mudah dicapai dan tidak terhalang oleh apapun.
14. Instalasi tenaga listrik untuk lif harus terpisah dari instalasi lain dan harus dilayani secara
khusus. Sakelar tersebut harus diberi tanda pengenal dengan kata seperti “Lif’’.
15. Tenaga listrik untuk pengendali (controller) harus terpisah dari MCB ( Main Circuit Breaker )
dengan sakelar utama tersendiri.
16. Apabila kamar mesin merupakan bagian yang tertinggi dari bangunan sekitarnya, harus
dipasang instalasi penyalur petir.
17. Dudukan mesin harus sempurna, dan tidak cacat, gunakan isolasi peredam getaran pada
bed-plate dan kick-plate.
18. Permukaan pelumas didalam rumah gigi mesin harus cukup sesuai dengan garis petunjuk
tanda batas.
19. Roda tarik atau puli tidak retak atau cacat, alurnya harus sempurna dan seragam, tidak
menyebabkan geser (slip) antara roda dan tali.
Apabila kita ingin mengetahui sistem kerja elevator, maka kita harus mengetahui komnponen
utama dalam elevator tersebut. Untuk mempermudah kita mengetahui cara kerja elevator secara
keseluruhan, disini penulis akan menggolongkan tata letak komponen-komponen elevator dalam
dua bagian ruangan, yaitu ruang mesin (Machine Room) dan ruang luncur (Hoistway).
Komponen Elevator
Ruang mesin adalah ruang terpenting, dimana ruang tersebut terjadinya semua proses
pengoperasian elevator berlangsung secara keseluruhan. Didalam ruang mesin terdapat beberapa
alat penggerak elevator, yaitu:
Ruang Mesin
Governoor adalah komponen penggerak utama dalam elevator, didalam governoor ini
terdapat saklar yang berfungsi untuk menonaktifkan semua rangkaian sehingga otomatisasi
elevator mati dan tidak berfungsi. Selain saklar juga terdapat pengait rem, pengait rem ini berfungsi
untuk menghentikan kawat selling dan kawat selling ini menarik rem yang ada di kereta elevator.
Governoor
1. Panel
Panel ini adalah tempat control elevator secara otomatis, panel ini terdapat inverter motor dan
program logic control yang berfungsi untuk mengatur geraknya elevator.
Motor penggerak elevator ini memiliki asupan daya tegangan bolak-balik (Ac) dari PLN yang
sangat berperan dalam pelaksanaan kerja elevator, motor penggerak ini mempunyai kemampuan
putar antara 50 putaran per menit sampai dengan 210 putaran per menit. Dengan kapasitas
tegangan motor 7.5 KW dan menggunakan arus maksimal 25 Ampere. Motor penggerak ini
dilengkapi dengan rem magnet (magnetic brake) yang berfungsi menahan motor ketika kereta
elevator telah sampai pada lantai yang dituju, pergerakan cepat atau lambatnya elevator diatur oleh
PLC (Programable Logic Control). Motor penggerak dalam menarik dan menurunkan elevator
menggunakan tali baja (rope) yang melingkar pada puli mesin (sheave),dibawah ini adalah gambar
motor listrik yang digunakan pada elevator.
Ruang luncur ini adalah tempat dimana elevator beroperasi berbentuk lorong vertikal,
disinilah elevator menjangkau tiap-tiap lantainya.didalam ruang luncur ini terdapat beberapa
komponen utama yang tak kalah pentingnya dibandingkan dalam ruang mesin.
Ruang Luncur
1. Kereta (Sangkar)
Kereta elevator beroperasi pada ruang luncur dan menapak pada rail di kedua sisinya, pada
sisi kanan dan kiri terdapat pemandu rail (sliding guide) yang berfungsi memandu atau menapaki
rail.
Sangkar Elevator(6)
Saklar pintu atau sering disebut dengan door contact adalah salah satu komponen yang
termasuk penting dalam pengamanan elevator, cara kerja dari saklar pintu (door contact) ini adalah
saklar di hubungkan kabel saklar pintu (door contact) tiap-tiap lantai secara seri. Apabila salah satu
pintu dibuka secara sengaja maka elevator tidak akan bekerja, ini dikarenakan untuk keselamatan
pengguna elevator atau bagian perawatan elevator.
Saklar Pintu
Bobot imbang atau counter weight biasanya terpasang dibelakang atau disamping
kereta elevator, bobot dari bobot imbang ini harus sesuai dengan ketentuan yang ada. Faktor-faktor
yang menentukan berapa berat dari bobot imbang ini diantaranya harus memperhitungkan berat
kereta, kapasitas penuh pada keretadan faktor keseimbangan.
Sebagai contoh, elevator dengan kapasitas Q = 1200 kg dengan berat kosong 2400 kg dan
faktor bobot imbang sebesar 42,5% maka perlu diimbang dengan bandul (Filter Weight) ?
Penyelesaian :
2400 + 42,5% x 1200 = 1910 kg
1. Circuit braker
Memutuskan sumber (aliran) listrik dari panel induk (sub panel) ke panel kontrol lift. Menjaga
peralatan elektronik dari lift jika terjadi arus lebih (over current).
Circuit braker
1. Governoor
Memutuskan power/aliran listrik ke kontrol panel lift jika governor mendeteksi terjadinya
over speed (kecepatan lebih) pada traffict lift (putaran roda pulley governoor). Menjepit sling
governoor (catching).Secara mekanik bandul governoor akan menjepit sling overnor (rope governor)
dan dengan terjepitnya sling ini,maka sling ini akan menarik safety wedge pada unit safety
gear/safety wedge yang terletak di bawah car lift dan akan mencengkaram rail untuk melakukan
pengereman secara paksa terhadap lift.
Governoor
Merupakan double proteksi untuk menghentikan operasi lift jika limit switch (upper) gagal
beroperasi.
Limit Switch
Penumpang dapat di evakuasasi dari dalam sangkar melalui manhole ini pada saat
emergency.Manhole ini hanya dapat di buka dari sisi luar bagian atas.jika pintu ini terbuka lift
otomatis akan berhenti.
Lampu emergency akan menyala secara otomatis di dalam elevator jika terjadi pemadaman
sumber listrik. Lampu ini dapat bertahan +15 menit.
Merupakan double proteksi untuk menghentikan opersi lift jika limit switch gagal beroperasi.
Terletak di sisi sebelah atas dari pintu luar lift yang memungkinkan untuk di buka. jika ingin
melakukan pertolongan darurat pada penumpang jika terjadi emergency
Mencegah pintu terbuka pada saat lift sedang beroperasi (running).Pintu hanya dapat di
buka setelah sangkar berhenti.
Interphone
1. Safety Shoe
Mendeteksi gangguan pada saat pintu akan menutup dan membuka kembali Jika mendeteksi
sesuatu. Photocell dapat di gunakan secara bersamaan safety shoe ini.
Safety Shoe
Memberikan atau mengaktifkan buzzer alarm pada saat weighing device ini mendeteksi
beban sangkar yang berlebih. jika weighing device ini aktif pintu lift akan tetap terbuka sampai
dengan sangkar di kurang bebannya.
1. Apron
Mencegah penumpang terjatuh ke dalam hoistway (ruang luncur lift) pada saat penumpang
mencoba keluar ketika lift berhenti tidak level.
Apron
1. Buffer
Jika sangkar atau counter weight (beban penyeimbang) bergerak ke arah paling bawah,buffer
akan mengurangi terjadinya shock (guncangan).
Buffer
Lobby lift (Lift Hall) adalah ruang bebas yang terletak didepan pintu hall lift yang berfungsi
untuk ruang tunggu sangkar elevator.
Tombol Lantai (Hall button) adalah tombol lantai untuk mengantar sipengguna ke lantai
yang dituju.
Sakelar Parkir (Parking switch) terletak di lobby utama didekat tombol lantai (hall button),
berfungsi mematikan dan menjalankan lift.
Sakelar Kebakaran (Fireman Switch) terletak di lobby utama disisi atas hall button, berfungsi
untuk mengaktipkan fungsi fireman control atau fireman operation.
Petunjuk Posisi Kereta (Hall indicator) terletak di transom masing-masing lift. Berfungsi
untuk mengetahui posisi masing-masing kereta.
1. Bangunan ruang luncur harus dibuat dari bahan yang cukup kuat, tahan api dan tertutup
rapat mulai dari lekuk dasar sampai kebagian teratas (langit-langit) dari ruang luncur.
2. Bangunan ruang luncur harus langsung didukung oleh pondasi tanah. Jika tidak, maka bobot
imbang harus dilengkapi dengan pesawat pengaman, sama halnya dengan kereta.
3. Pada bagian ruang luncur ekspres harus dipasang pintu-pintu darurat pada tiap-tiap jarak 12
meter, atau tiap-tiap 3 lantai.
4. Didalam ruang luncur dilarang memasang peralatan apapun yang bukan merupakan bagian
dari instalasi lif.
5. Di bagian atas ruang luncur dilarang harus terdapat ruang bebas paling sedikit 60 (enam
puluh) cm, antara bagian teratas kontruksi kereta dan langit-langit sewaktu bobot imbang
menekan penuh penyangga.
6. Apabila di dalam ruang luncur dipasang instalasi listrik, mka harus memenuhi persyaratan
PUIL.
7. Bobot imbang (counterweight) harus dapat bergerak dengan lancar mengikuti rel pemandu
yang kokoh.
8. Apabila bobot imbang terdiri dari potongan atau balok-balok logam, maka satu sama lain
harus diikat paling sedikit dengan dua buah baut, sehingga merupakan satu kesatuan yang
kuat dan aman.
9. Rel-rel pemandu harus cukup kuat untuk menahan tekanan akibat pesawat pengaman kereta
saat bekerja.
10. Rel-rel pemandu untuk kereta dan bobot imbang harus terbuat dari baja dan konstruksi
kaku, kecuali rel untuk lift pelayanan (dumbwaiter) dan lift yang kecepatannya tidak
melebihi 30 m per menit.
11. Rel-rel pemandu lift berkecepatan tidak melebihi 30 m/m dan digunakan di tempat-tempat
kerja yang menyimpan dan/atau mengolah bahan-bahan kimia atau bahan-bahan yang
mudah meledak, dapat digunakan bahan bukan logam, diantaranya kayu.
12. Rel-rel pemandu harus tetap lurus dan vertikal. Cara pemeriksaan rel-rel dapat dilakukan
dengan pemandangan mata visual atau alat lainnya.
13. Baut-baut angker pengikat braket harus tertanam dengan kuat pada dinding dan tiap-tiap
baut braket harus diperiksa satu demi satu.
14. Kereta dan bobot imbang yang menggunakan sepatu luncur, rel pemandu harus dilunasi
agar jalannya kereta dan bobot imbang tidak terhambat atau tersendat.
1. Di bagian lekuk dasar harus terdapat ruang bebas paling sedikit 60 (enam puluh) cm,
antara lantai bawah dan bagian terbawah dari konstruksi kereta sewaktu kereta menekan
penuh penyangga.
2. Lekuk dasar dilarang untuk menyimpan atau menaruh barang apapun dan selalu dalam
keadaan bersih dan kering.
3. Dalam lekuk dasar harus dipasang lampu penerangan dengan stop kontak dan tangga
monyet pasangan permanen. Tangga permanen tidak boleh licin dan pegangan tangga
menonjol ke atas sampai kira-kira 30 cm di atas permukaan lantai. Tangga tersebut
diharuskan untuk kedalaman lekuk dasar lebih dari 1.2 meter.
4. Untuk kedalaman lekuk dasar lebih kecil dari 1.20 meter tidak diharuskan memasang
tangga permanen. Hanya orang yang kompeten dan terlatih saja yang boleh masuk ke
lekuk dasar.
5. Pintu darurat dapat di pasang di lekuk dasar, jika kedalamannya lebih besar dari 2.50
meter. Ukuran pintu 0.6 m (lebar) x 1.20 m (tinggi) membuka arah kedalam. Pintu tesebut
dapat dibuka dari dalam dengan grandel, sedangkan dari luar dibuka dengan kunci
khusus.
6. Lantai lekuk dasar harus datar. Tonjolan pada bagian lantai dibolehkan, jika diperlukan
untuk tumpuan (buffer stand). Legokan pada lantai dibolehkan pada daerah tertentu saja,
agar tidak mengganggu dan dimaksud untuk mengumpulkan air.
7. Untuk ruang luncur yang berjejer dimana lekuk dasar berbeda kedalamannya, maka :
8. Jika selisih kedalamannya lebih besar dari 1,0 meter, harus dipasang dinding pemisah
pelindung setinggi minimal 1,50 meter.
9. Jika selisih kedalamannya lebih kecil dari 1,0 meter, maka cukup dipasang pagar (railing)
setinggi minimal 0,6 meter.
1. Kunci kait (interlock) harus dilengkapi dengan kontak arus listrik, dan bekerja sejalan
dengan pengendalian lift, sehingga kereta tidak dapat bergerak jika salah satu pintu
tebuka.
2. Semua jenis pintu (otomatis maupun tidak) harus dilengkapi dengan kunci kait (interlock)
yang menjamin :
- Kereta tidak dapat bergerak atau melanjutkan gerakannya, kecuali apabila semua pintu
dalam keadaan tertutup rapat dan terkunci.
- Pintu dapat terbuka jika kereta dalam keadaan berhenti dan permukaan lantai kereta
sama rata dengan lantai pemberhentian, atau lantai kereta berada dalam batas jarak
maksimum 20 cm diatas atau dibawah dari permukaan lantai perhentian.
3. Pintu-pintu lantai dan pintu kereta harus dapat menutup dengan rapat dengan cara
penekanan oleh gaya pegas atau oleh gaya gravitasi pemberat.
4. Jarak antara ambang pintu (door sill) kereta dan pintu lantai (running clearance) harus
dibuat tidak lebih dari 35 mm.
5. Alur-alur pada ambang pintu dimana sepatu-sepatu pintu meluncur harus sellu berih,
sehingga pintu dapat bergerak hambatan. Sepatu yang aus atau longgar harus segera
diganti dengan yang baru.
6. Apabila pada pintu-pintu dilengkapi dengan panel kaca, maka panel tersebut harus selalu
utuh dan kokoh dan tahan api sesuai pintunya.
7. Pada tiap kali perhentian, lantai kereta harus sellu rata dengan permukaan lantai. Apabila
tidak rata, maka alat perata kereta harus diperiksa dan disetel.
8. Ambang pintu (door sill) harus dibuat dari bahan yang kuat dan tidak licin.
9. Permukaan lantai pada ambang harus rata dengan permukaan lantai sekitarnya.
10. Cahaya atau penerangan pada daerah lantai pemberhentian harus cukup terang, minimal
100 lux.
Kereta.
1. Setiap rangka kereta harus terbuat dari baja yang sesuai kekuatannya, kecuali lif pelayan
(dumbwaiter) tidak perlu dengan rangka.
2. Atap kereta harus cukup kuat untuk menahan berat peralatan yang ditempatkan diatasnya
dan beban minimal dua orang yang mungkin naik diatasnya.
3. Setiap atap kereta (kecuali lif pelayan) harus dilengkapi pintu darurat dengan ketentuan :
- Dapat dibuka dari dalam atau dari luar kereta arah ke atas.
- Tidak menganggu peralatan diatas atap kereta sewaktu dibuka sebagian atas
seluruhnya.
- Ukuran cukup luas, sekurang-kurangnya berukuran 0.35 x 0.45 m, yang memungkinkan
orang keluar/masuk kereta dengan mudah.
4. Pintu darurat harus dilengkapi dengan kontak arus listrik sejalan dengan pengendalian,
kecuali untuk lif yang tidak otomatis.
5. Interior badan kereta harus merupakan kurungan tertutup (kecuali lif barang)
6. Kereta lif barang yang tidak diperlengkapi dengan atap, tinggi dinding tidak boleh kurang
dari 2 (dua) meter.
7. Luas lantai kereta harus dibatasi sesuai kapasitas atau jumlah penumpang maksimal (lihat
4.2.4.7), kecuali lift rumah sakit (hospital elevator) dapat lebih luas dengan ketentuan harus
mendapat izin khusus dan harus dilengkapi alat pembatas beban lebih (overload limit
switch).
8. Tinggi bagian dalam dari kereta tidak boleh kurang dari 2 (dua) meter, (kecuali lif pelayan).
Bahaya dan kecelakaan akibat putusnya tali baja tidak mudah terjadi apabila tali baja tersebut
cukup kuat, terpelihara baik dan pemeriksaan secra teratur. Untuk mencegah terjadinya
kecelakaan, harus diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut :
1. Tali penarik kereta, bobot imbang dan keperluan governon harus digunakan tali baja lemas
(flexible) dan dengan kekuatan serta faktor keamanan yang sesuai, dan tidak boleh
terdapat sambungan.
2. Rantai tidak boleh dipergunakan untuk penarik kereta dan bobot imbang (kecuali lift
khusus untuk perumahan yang sifat penggunaannya pribadi).
3. Lift tarikan langsung (drum drive lift) sekurang-kurangnya harus menggunakan 2 (dua)
lembar tali baja penarik kereta dan dua tali baja penarik bobot imbang, sedangkan lift
tarikan gesek (traction drive lift) harus mempergunakan minimal 3 (tiga) lembar tali baja,
(kecuali lif pelayan).
4. Penggunaan tali baja harus memperhitungkan faktor keamanan sesuai daftar tersebut
dibawah ini.
5. Garis tengah tali baja penarik kereta dan bobot imbang sekurang-kurangnya harus 8
(delapan) mm, kecuali lif pelayan 6 (enam) mm.
Perlengkapan pengamanan.
a. Setiap kereta, kecuali lif pelayan harus dilengkapi pesawat pengaman kereta yang dapat
memberhentikan kereta dari kelajuan, apabila terjadi kecepatan lebih.
c. Setiap lif harus dilengkapi dengan sebuah governor yang memicu dan mengatur
bekerjanya pesawat pengaman kereta, jika terjadi kecepatan lebih (overspeed).
d. Governor harus disetel dan diuji sehingga pesawat pengaman kereta bekerja sebelum
mencapai prosentase kecepatan lebih tertentu, sesuai daftar. Jika governor telah dietel
dan disegel dari pabrik pembuatnya, tetap harus diuji keabsahannya.
e. Setiap lif yang kecepatannya minimal 60 m/m harus dilengkapi sebuah saklar
(Overspeed Switch, OS) pemutus rus listrik ke pengedalian motor. Saklar bekerja atas
pengungkit pada governor ketika lif mengalami kecepatan lebih tertentu (lihat table 1-8).
f. Pesawat pengaman harus dilengkapi dengan Safety Operated Switch (SOS) untuk semua
jenis atau kecepatan lif, yang dapat memutuskan arus listrik ke motor saat governor
bekerja.
g. Pesawat pengaman senantiasa dirawat agar selalu tetap dalam keadaan bekerja baik.
Pemeliharaan pesawat pengaman ini dengan cara member pelumas secara teratur pada
bagian tertentu.
h. Governor dan pesawat pengaman secara berkala harus diperiksa atas keausan,
keretakan, pecah, karatan dan atas kemungkinan baut-baut longgar.
Cara bekerja pesawat pengaman kereta terpisah dari cara bekerja motor penggerak lif.
Peralatan pengaman kereta ini terdiri dari :
1. Governor sebagai pengindra dan pembatas kelajuan lif.
2. Dasar pengaman kereta (safety block), yang berada langsung dibagian bawah rangka
kereta di kiri dan kanan (pada produk tertentu dipasang pada bagian atas rangka).
3. Tali baja governor.
4. Roda teromol sebagai pengatur tegangan tali baja governor yang berada di lekuk dasar
(pit). Lif berkecepatan tinggi (120 m/m keatas) pengaturan tegangan dengan pegas dan
peredam hidrolis yang dipasang pada rangka teromol.
Tali baja governor, bergerak diantara roda penegang (tension sheave) dan roda governor
dan kedua ujung dari kabel baja tersebut diikatkan pada tangan (stang) penggerak rem
pada rangka kereta, sehingga pasak atau rem kiri dan kanan bekerja sekaligus serempak.
Dalam keadaan normal, pesawat pengaman tidak mempengaruhi jalannya lif, kecuali jika
kecepatan lif melampaui batas kecepatan tertentu, dengan prosentase sesuai daftar
tersebut diatas.
a. Setiap lift harus dilengkapi dengan saklar-saklar pengaman batas lintas (travel limit
switches) yang akan memutuskan arus listrik ke motor secara otomatis sebelum kereta
atau bobot imbang mencapai batas-batas lintas terakhir ujung atas dan bawah dari ruang
luncur (lihat 4.2.3.2).
b. Saklar-saklar pengaman batas harus diperiksa mengenai jarak terhadap lantai dan
letaknya, keadaan ikatannya dan letak tuasnya (cam), yang akan membuka saklar dan
memutus arus listrik menuju motor penggerak (lihat 4.2.4.8).
c. Terhadap saklar-saklar pengaman batas harus diadakan percobaan (test) untuk
mengetahui baik tidaknya cara bekerja saklar-saklar tersebut, sehubungan dengan luang
lari (runby).
d. Saklar-saklar pengaman batas harus selalu terpelihara baik, agar dapat bekerja secara
otomatis memutuskan arus listrik ke motor lif dan pemberhentian kereta, apabila kereta
melampaui batas lintas yang ditentukan, sebelum bobot imbang menyentuh penyangga
a. Setiap kereta dan bobot imbang harus dilengkapi dengan penyangga/ peredam (buffer)
yang di tempatkan di lantai lekuk dasar (pit) ruang luncur.
b. Penggunaan penyangga harus sesuai dengan kecepatan kereta menurut ketentuan sebagai
berikut :
Pengujian dilakukan dengan cara menjalankan kereta turun melampaui batas bawah, menekan
penyangga sepenuhnya dalam hal ini limit switch di jumper.
a. Kapasitas angkut yang direncanakan dalam rekayasa pesawat lif harus menjadi kapasitas
angkut yang dinyatakan dan tertera dengan jelas dalam kereta.
b. Perubahan kapasitas angkut yang diijinkan tersebut ayat (i) harus dengan Keputusan
Direktur atau Pejabat yang ditunjuknya.
c. Kapasitas angkut lif yang diijinkan harus tertulis dalam kereta dan dinyatakan dalam kg
dan jumlah orang yang dapat diangkut.
d. Cara menentukan jumlah maksimal orang yang dapat diangkut tersebut pada ayat (iii)
ialah kapasitas angkut dalam kilogram (kg) dibagi 68, kecuali lif kapasitas dibawah 600 kg
dibagi 70 (lihat daftar)
e. Contoh :
Muatan orang yang diijinkan = 750 kg/68 = 11 orang
Muatan yang diijinkan = 300 kg/70 = 4 orang
f. Kapasitas angkut yang ditetapkan dan diijnkan tidak boleh dilampaui ataupun dirubah,
termasuk penambahan dekorasi dinding, lantai dan langit-langit kereta.
g. Kapasitas angkut tersebut harus dinyatakan secara tertulis dipasang didalam kereta pada
tempat yang mudah dilihat dan dibaca.
h. Luas rantai kereta harus dibatasi untuk mencegah agar jumlah penumpang tidak melibihi
kapasitas angkut yang diijinkan. Lihat daftar kapasitas lif yang umum dipakai (kg) dan
luas kereta.
Setiap kereta (kecuali kereta lift pelayan) harus dilengkapi dengan sinyal tanda bahaya yang
dapat digunakan dari dalam kereta, yaitu berupa :
a. Bel listrik kecemasan (darurat) yang dipasang dalam gedung di tempat yang mudah didengar
oleh pengawas bangunan atas orang yng ditunjuk bertanggung jawab terhadap pemakaian
lif, atau
b. Interphone atau intercom sebagai penghubung dari dalam kereta dengan pengawas
bangunan atau orang yang ditunjuk bertanggung jawab terhadap pemakaian lift.
1. Luang lari (runby) bobot imbang adalah jarak antara plat rangka bawah bobot imbang
dengan ujung atas penyangga. Luang lari harus dibatasi minimal sebagai berikut :
a. Penyangga hidrolis pada lif berkecepatan minimal 90 m/m, luang lari adalah 23 cm.
b. Penyangga pegas, untuk :
1) Kecepatan lif 7.5 m/m, luang lari = 11 cm
2) Kecepatan lif 15 m/m, luang lari = 15 cm
3) Kecepatan lif 30 m/m, luang lari = 22 cm
4) Kecepatan lif 60 m/m, luang lari = 30 cm.
Contoh :
Luang lari bobot imbang = 20 cm.
Kecepatan lif 180 m/m.
Sesuai daftar, langkah penyangga = 63 cm.
Tinggi ruang bebas atas, saat bobot imbang membentur :
1 Luang lari 20 cm
2 Langkah peredam 63 cm
3 Lonjakan 33 cm setengah langkah
4 Ruang aman 60 cm
Jumlah 176 cm
Pemeriksaan dan pengujian tehadap pesawat lift dibagi dalm 3 jenis, yaitu :
a. Pemeriksaan dan pengujian awal terhadap instalasi yang baru selesai dipasang.
b. Pemeriksaan dan pengujian ulang dan dapat dilakukan sewaktu-waktu, sekurang-
kurangnya satu kali setahun.
c. Pemeriksaan dan pengujian khusus karena pada pesawat telah diadakan reparasi,
perubahan teknis dan nyata-nyata dianggap perlu.
Setiap instalasi pesawat yang baru selesai dipasang atau direparasi, atau diadakan
perubahan teknis, maka sebelum dipakai harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian.
Tujuan dari pemeriksaan dan pengujian ini ialah untuk meyakinkan bahwa pesawat lif yang
bersangkutan betul-betul dapat bekerja atau berfungsi dengan aman termasuk kerja semua
peralatan pengamannya.
1. Pemeriksa atau penguji harus memakai pakaian kerja berlengan pendek, bersepatu yang
tidak mudah tergelincir, siap dengan lampu senter model saku, pensil dan buku catatan
serta balok karet.
2. Pemeriksa tidak boleh memakai jam tangan, cincin atau sejenisnya dan tidak berdasi.
3. Pemeriksa menggunakan sarung tangan khusus, dimana saat tertentu diperlukan.
4. Waktu bertugas diatas atap kereta, usahakan salah satu tangan hrus memegang pada
bagian rangka kereta yang aman atau pagar railing pada atap.
5. Sebelum bagian-bagian alat listrik diperiksa, aliran listrik ke bagian yang diperiksa harus
dimatikan dan pada sakelarnya harus diberi tanda peringatan bahwa lif sedang
diperiksa.
6. Harus tersedia sarana kendali di atas kereta antara lain tombol untuk menggerakan
kereta bergerak ke atas dan ke bawah dengan kecepatan rendah (inspection speed) 0,5
m/s, tombol stop darurat (emergency stop switch) yang dapat memberhentikan kereta
dalam keadaan darurat dan lampu penerangan yang berlindung.
1. Sebuah alat pengindra dan pembatas kecepatan (governor) yang mengatur bekerjanya
alat pengaman kereta (car safety device) apabila kecepatan kereta melampaui batas yang
ditentukan dilengkapi dengan pemutus control listrik.
2. Sakelar pelamban (slow down switch) dan sakelar batas lintas (limit switch) yang
keduanya berfungsi sebagai pengaman batas perjalanan kereta baik di ujung atas
maupun di ujung bawah yang bertugas untuk menghentikan kereta apabila sampai pada
batas perjalanan terakhir ke atas atau ke bawah.
3. Rem mesin yang bekerja secara otomatis apabila sumber tenaga listrik tiba-tiba
terputus.
4. Kunci kait (interlock) pada semua pintu ruang luncur dan kontak listrik pengaman pada
pintu kereta, keduanya untuk mengatur secara otomatis, agar pintu ruang luncur dan
pintu kereta hanya dapat terbuka apabila kereta berada pada batas tertentu dari
permukaan lantai perhentian (lihat 2.4.4).
5. Penyangga dan peredam (buffer) terpasang pada lekuk dasar ruang luncur untuk
meredam gaya tumbukan kereta dan/atau bobot imbang yang mungkin jatuh bebas,
yaitu ada 2 macam :
a. Penyangga pegas atau penyangga masip kenyal
b. Penyangga hidrolik atau peredam.
6. Tombol sakelar darurat (emergency stop switch) di dalam kereta yang berbentuk gagang
atau tombol berwarna merah.
7. Peralatan pengaman dan peralatan pendukung lainnya yang disesuaikan dengan standar
pabrik pembuat dan tidak bertentangan dengan peraturan-peraturan yang berlaku.
Mengingat aspek-aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K-3), maka pemerisaan minimal
diarahkan pada obyek :
1. Kamar mesin;
2. Ruang luncur;
3. Lekuk dasar (pit);
4. Pintu-pintu lantai perhentian;
5. Kereta;
6. Tali baja;
7. Perlengkapan pengaman;
8. Luang lari (runby)
Kondisi Normal
a. Kerja lif harus otomatis dengan cara penekanan tombol yaitu tombol panggilan lantai
(PL) atau hall call dan tombol permintaan kereta (PK) atau car call.
b. Salah satu lif akan berhenti atas panggilan PL dan PK jika arah lif tersebut sesuai dengan
panggilan, dan penekanan tombol dilakukan lima detik sebelum lif berhenti pada lantai
yang dimaksud.
c. Seseorang masuk kereta diberikan kesempatan menekan PK (prioritas) sebelum pintu lif
menutup. Jika selang waktu tersebut PK tidak ditekan, maka kereta bebas menuju kea
rah dimana ada PL.
d. Semua PL arah ke atas akan dilayani oleh lif yang ke aatas, sebaliknya PL arah ke bawah
dilayani oleh lif yang bergerak ke bawah. Lif akan berbalik arah, jika panggilan/
permintaan terakhir telah dilayani dan selanjutnya akan melayani PL dan PK dengan
arah yang berlawanan.
e. Jika lif tidak ada tugas, salah satu lif menunggu di lobby. Lif lain (kedua) berhenti
dilantai dimana dia terakhir mengantar penumpang. Jika lif yang kedua ini kebetulan
tugas akhir mengatar penumpang ke lobby pada hal di lobby sudah ada lif, maka segera
lif yang menunggu di lobby berangkat ke lantai “home landing”. Home landing biasanya
dipilih lantai yang terletak 2/3 total lintasan. Umpama gedung berlantai 15, maka Home
Landing” di set pada lantai 10.
f. Lif yang menunggu di lobby akan berangkat jika lif kedua sibuk melayani PL dan PK
mulai selang waktu tertentu.
a. Operasi kerja gabung pada dasarnya sama dengan kerj duplex (butir 4.1.2).
b. Tugas tiap-tiap lif dikendalikan oleh supervisoy control, memanfaat-kan microprocessor.
c. Jumlah lantai seluruh bangunan seolah-olah dibagi menjadi beberapa zona sebanyak
jumlah lif yang ada. Lobby merupakan zona sendiri, sebagai lantai prioritas.
d. Semua lif tanggap atas PL dan PK, dan akan menyebar ke zona yang kosong jika selesai
tugas.
e. Microprocessor dilengkapi beberapa perangkat unggulan (features), yaitu Up Peak
Demand (UPD) dan Down Peak Demand (DPD) untuk menanggulangi arus padat pagi hari
dan sore hari.
f. Banyak cara untuk memicu saat terjadinya UPD dan DPD. Feature yang lain banyak
ditawarkan oleh pabrik lif, antara lain : Relative System Response, Channeling
Operation,dan Arfical Intellegent (dengan maksud yang berbeda-beda).
1. Relative system response adalah penghitungan system waktu relative atas masing-
masing lif, dalam suatu group operation.
2. Optimasi diperoleh dengan menghitung system waktu relatif atas masing-masing lif
dibandingkan satu dengan lainnya, mana yang akan lebih berpeluang untuk
menanggapi tombol panggilan PL.
3. Unsur-unsur itu ialah : jarak lif dengan lantai yang membutuhkan pelayanan PL dan
PK sebelumnya, jumlah beban penumpang dikereta, jumlah PK yang harus dipenuhi,
arah jalannya lif dan terjadinya PL dan PK yang mendadak.
4. Hanya lif yang mempunyai RSR terpendek akan diberi tugas menjemput PL.
5. Keputusan ditetapkan oleh MCU lima detik sebelum mendarat dan perhitungan
relative waktu dilakukan lima kali per-detik.
b. Channeling Operation
1) Channeling operation terjadi jika timbul lonjakan arus penumpang menunggu lif
di lobby (morning peak hour).
2) Channeling mulai beroperasi setelah sensor yang mendetect adany arus
penumpang memberi masukan pada kontroler.
3) Channeling biasanya dipakai pada bangunan bertingkat tinggi saja.
4) Controller membagi jumlah lantai menjadi beberapa sector (2-4 lantai) sesuai
dengan keadaan sesaat dan jumlah lif.
5) Lif tertentu pada saat tertentu melayani sector tertentu sehingga bekerja efisien,
karena lif hanya melayani satu sector, setelah selesai langsung ke lobby, dan
mendapat tugas untuk sektor lain.
Penjelasan :
Pada lobby diatas pintu terpampang layar (display). Lima detik sebelum lif tiba, layar
memberitahu lantai-lantai yang akan dituju. Jika arus penumpang reda, channeling
ilang.
Keadaan Darurat.
1. Operasi kebakaran
a. Jika saklar (toggle switch) yang terdapat pada kotak kaca telah diaktifkan, maka signal
“FIREMAN’S SERVICE” akan menyala, memberitahu penumpang bahwa lif akan turun ke
lobby untuk dipakai oleh regu kebakaran.
b. Jika pada saat itu lif yang sedang bergerak ke atas akan berhenti pada lantai terdekat
berikutnya, tanpa membuka pintu dan langsung bertolak turun nonstop ke lantai lobby
(atau suatu lantai yang direncanakan).
c. Jika pada saat itu lif sedang bergerak turun, maka lif tersebut meneruskan perjalanan
langsung ke lantai lobby.
d. Lif yang sedang parkir di suatu lantai, maka segera menutup pintu dan berangkat ke
lantai lobby.
e. Pintu yang menutup tersebut diatur tidak akan membuka kembali, meskipun safety shoe
(edge) tersinggung oleh seseorang ataupun tombol DC ditekan. Semua operasi tersebut
diatas tanpa mengindahkan panggilan tombol PK dan PL.
f. Jika semua lif telah sampai di lobby, maka pintu-pintu membuka.
g. Salah satu lif siap dipakai oleh petugas regu pemadam dengan menggunakan kunci
kontak.
h. Jika saklar kebakaran kembli ke normal, maka signal “FIREMAN’S SERVICE” padam dan
lif bekerja secara normal.
i. Lif tidak dapat dianggap sebagai bagian dari tata cara penyelamatan dari bahaya
kebakaran, akan tetapi masih boleh digunakan sebagai jalan pelarian saat awal sirine
berbunyi.
Lif khusus untuk dipakai regi pemadam kebakaran mempunyai syarat-syarat sebagai berikut
:
a. Sumber tenaga dari generator darurat,
b. Kabel feeder tenaga harus tahan api (fireresistance) selama satu jam, dan dipasang
dalam perlindungan terhadap api.
c. Luas kereta minimal 2.0 m², lebar pembukaan pintu minimal 1.0 m, atau dapat masuk
kereta tabung pemadam kebakaran 30 kg.
d. Tempo perjalanan sampai lantai teratas tidak lebih dari 60 detik.
e. Setelah kunci kebakaran di switch ke ON, tombol PK ditekan.
f. Tiap-tiap daerah operasi kerja kelompok disediakan satu buah lif untuk regu pemadam.
g. Setelah lif tiba ditempat lantai yang dituju, pintu tidak otomatis membuka, tetapi harus
dengan menekan tombol DO, secara terus menerus.
h. Kamar mesin lif, ruang-luncur dan pintu-pintu lif harus tahan api selama satu jam.
Pintu-pintu sebaiknya kedap asap.
i. Perhentian terminal bawah harus mudah dicapai oleh kendaraan regu pemadam, yaitu
setelah saklar kebakaran diaktifkan lif langsung ke terminal bawah khusus untuk regu
pemadam kebakaran.
3. Gempa Bumi
a. Alat pendeteksi adanya gelombang gempa dapat dipasang, agar lift otomatis
berhenti pada saat terjdi gempa.
b. Tujuannya agar rel tidak rusak akibat dari guncangan pendulum effect.
c. Setelah gempa berhenti, segera dilakukan inspeksi seluruh rel. rel yang bengkok
atau terpuntir harus diganti.
d. Braket juga mengalami pemeriksaan kemungkinan baut dan angker menjadi longgar
termasuk sepatu luncur pemandu.
e. Lif-lif rumah sakit di daerah gempa, tidak boleh rusak akibat gempa, karena harus
melayani pasien gawat darurat ke ruang operasi. Rel harus lebih besar dari
semestinya. Jumlah braket diperbanyak, sepatu luncur diperbesar atau ditambah.
4. Kemacetan
a. Kemacetan lif oleh sumber tenaga PLN putus, harus ditanggulangi dengan generator
darurat.
b. Kemacetan lift oleh sebab fungsi pengaman bekerja, umpama overspeed dan karena
kesalahan teknis, (perawatan dan komponen yang aus) dapat ditanggulangi dengan
REM (remote elevator monitoring) yaitu dengan memasang modem, melalui line
telpon secara otomatis kemacetan direkam pada computer kontraktor perawat.
Atau secepat mungkin diperbaiki.
c. Operasi emergency landing device atau Automatic Rescue Device (ARD), hanya
dianjurkan untuk lif rumah sakit saja. Lihat lampiran uraian cara kerja ARD.
a. Generator listrik darurat harus dapat menggantikan hilangnya sumber tenaga PLN,
dalam waktu singkat secara otomatis.
b. Oleh karena sumber darurat tidak berdaya penuh, maka harus ada pembagian jatah.
Yaitu setengah dari jumlah lif mendapat tenaga dan setengah yang lain istirahat.
c. Operasi darurat sebagai berikut :
1) Segera setelah arus darurat masuk, secara otomatis satu persatu secara
bergantian lif turun ke lobby yaitu dari tiap-tiap kelompok operasi (low rise, med
rise, high rise dan sebagainya).
2) Setelah tiba dilobby pintu membuka agar semua orang keluar.
3) Kemudian ada beberapa lif yang terpilih secara otomatis mendapat jatah tenaga
untuk beroperasi kembali. Jumlah lif tersebut tergantung perencanaan awal
berdasar tersedianya jatah tenaga
1. Pertolongan penumpang lift yang macet harus dilakukan oleh 2 orang petugas yng terlatih.
2. Beritahu pengelola bangunan atau pengawas, bahwa pertolongan akan segera dilaksanakan.
3. Matikan sumber tenaga listrik pada panel saklar di kamar mesin.
4. Pastikan lokasi kereta yang macet ada diantara lantai-lantai berapa, terlihat pada indicator
diselektor.
5. Buka dop penutup ujung as monitor. Pasang alat engkol diujung as tersebut. Motor-motor
lift model lain, pada ujung asnya telah terpasang roda gila (fly wheel) yang sekaligus
berfungsi sebagai engkol.
6. Peringkatkan penumpang agar tetap tenang didalam kereta, dan jangan memaksa buka
pintu, karena kereta akan digerakkan.
7. Buka rem motor dengan alat pengungkit atau dengan handel yang terpasang.
8. Seorang memegang engkol, menahan gerakan, sementara seorang lain membuka rem.
9. Kemudian engkol diputar kearah yang ringan, sampai kereta bergerak mendekati pintu
lantai, pada posisi kira-kira cukup 20 cm dari permukaan lantai bangunan. Pada posisi ini
pengungkit (cam) pintu kereta telah mencapai kunci kait pintu lantai. (Perhatikan indicator
pada selector).
10. Lepaskan alat pembuka rem atau handel. Sekarang as motor dalam keadaan direm.
11. Pada pintu lantai dimana kereta sekarang berada, dipasang alat pembuka darurat
(emergency unlocking device). Buka pintu dengan cukup tenaga, kemudian lepaskan alat
pembuka tersebut.
12. Setelah pintu dibuka penuh, pada bagian bawah pintu diganjal agar tetap terbuka.
13. Bimbing penumpang keluar, melangkah naik atau turun dari kereta.
Pelaporan
- Laporan harian
- Laporan Mingguan
- Laporan Bulanan
- Berita Acara Penggantian Barang (apabila ada penggantian barang)
Demikian usulan Metode dan Rencana kerja ini kami sampaikan sebagai syarat teknis
penawaran harga dan metode pelaksanaan pekerjaan ini dapat kami kembangkan seuai
dengan ketentuan yang berlaku pada gedung SMESCO UKM demi mutu pelaksanaan pekerjaan
Pemeliharaan Elevator (Lift) yang maksimal,
Pardingotan Simarmata
Direktur