Professional Documents
Culture Documents
Rata-rata nilai rumah per tipe rumah tahun 2007 (rupiah) (modifikasi dari JICA, 2007)
Rata-rata nilai
Tipe bangunan
bangunan
Permanen 1.801.581 x 70 = 126.110.670
Semi permanen 1.240.515 x 40 = 49.620.600
Tradisional
(non permanen) 987.236 x 35 = 34.553.260
Tabel V.8. Nilai rumah per tipe rumah tahun 2010 (rupiah) (modifikasi dari JICA, 2007)
Rata-rata nilai
Tipe bangunan
bangunan
Permanen 50% x 126.110.670 = 63.055.335 → 63.100.000
Semi permanen 40% x 49.620.600 = 19.848.240 → 19.800.000
Tradisional (non
permanen) 35% x 34.553.260 = 12.093.641 → 12.100.000
Selain kerugian akibat fisik bangunan, rumah tangga juga mengalami kerugian akibat
kerusakan pada asset rumah seperti alat-alat elektronik, kendaraan, dan lain-lain. Nilai
asset ini diasumsikan sebesar 50% dari nilai bangunan dan lebih lengkapnya bisa
dilihat pada Tabel V.9 dan Tabel V.10.
Tabel V.9. Rata-rata nilai asset rumah per tipe rumah tahun 2007 (rupiah) (modifikasi dari
JICA, 2007)
Nilai rata-rata
Tipe bangunan
asset
Permanen 50% x 126.110.670 = 63.055.335
Semi permanen 50% x 49.620.600 = 24.810.300
Tradisional (non
permanen) 50% x 34.553.260 = 17.276.630
Tabel V.10. Nilai asset rumah per tipe rumah tahun 2010 (rupiah) (modifikasi dari JICA,
2007)
Rata-rata kondisi
Tipe bangunan asset Saat ini
Permanen 50% x 63.055.335 = 31.527.668 → 31.500.000
Semi permanen 50% x 24.810.300 = 12.405.150 → 12.400.000
Tradisional (non
permanen) 40% x 17.276.630 = 6.910.652 → 6.900.000
Nilai rata-rata 24.448.007 → 24.400.000
199
2. Nilai unit kerugian sektor pertanian
Kerugian pada sektor pertanian dihitung berdasarkan perhitungan manfaat per
ha. Manfaat ini dihitung dari selisih total output dikurangi total input per ha.
Penjelasan lebih rinci mengenai input, output, dan benefit per ha tersebut dapat
dilihat pada Tabel V.11.
Tabel V.11. Nilai kerugian ekonomi per ha sektor pertanian tahun 2007 (rupiah)
(UCBFM, 2010)
Harga Total
Keterangan Volume (Rp.) (Rp.)
Alat Produksi
Biji/Bibit 30 kg 5.000 150.000
Pupuk NPK 250 kg 1.750 437.500
Pupuk Pokok 100 kg 1.250 125.000
SP-36/Pupuk Superphos 100 kg 1.550 155.000
Pupuk KCl - - -
Pupuk Organik 500 kg 1.000 500.000
Pupuk Cair Organik 3 lt 50.000 150.000
Pestisida 1 lt 75.000 75.000
Total1 1.592.500
Pekerjaan
Persiapan Lahan 90 HKP 20.000 1.800.000
Penyemaian 4 HKP 20.000 80.000
Penanaman 30 HKW 15.000 450.000
Pemupukan 4 HKP 20.000 80.000
Penyiangan 42 HKW 15.000 630.000
Pengontrolan 4 HKP 20.000 80.000
Panen 15 HKP 20.000 300.000
Pasca Panen 15 HKP 20.000 300.000
Total2 3.720.000
Lain-lain
Penyewaan Lahan 1 ha 2.000.000 2.000.000
Irigasi 1 ha 250.000 250.000
Pajak 1 ha 200.000 200.000
dst - -
Total3 2.450.000
Analisis Bisnis
Total pemasukan 1 ha - 7.762.500
Total pengeluaran 6.000 kg 2.600 15.600.000
Keuntungan 1 ha 7.837.500
Sumber : Dinas Pertanian
Jabar
200
3. Nilai unit kerugian sektor industri
Kerugian sektor industri meliputi sektor industri kecil, sedang, dan menengah.
Kerugian sektor industri sama halnya dengan perhitungan sektor rumah tangga
yang meliputi nilai bangunan, aset menyusut (asumsi 40% dari nilai awal), dan
stok persediaan (asumsi 40% dari nilai aset menyusut). Selengkapnya nilai
untuk perhitungan sektor industri dapat dilihat pada Tabel V.12 – V.14.
Tabel V.12. Nilai bangunan industri rata-rata dan nilai tahun 2010 per tipe industri (rupiah)
(modifikasi dari JICA, 2007)
Nilai bangunan
Tipe Industri
rata-rata
Skala kecil 1.581.707 x 70 x 100% = 110.719.505
Skala menengah 1.825.047 x 2.000 x 80% = 2.920.074.867
Skala besar 2.190.056 x 5.000 x 60% = 6.570.168.452
Kondisi rata-rata
Tipe Industri
saat Ini
Skala kecil 40% x 110.719.505 = 44.287.802 → 44.300.000
Skala menengah 40% x 2.920.074.867 = 1.168.029.947 → 1.170.000.000
Skala besar 40% x 6.570.168.452 = 2.628.067.381 → 2.600.000.000
Tabel V.13. Nilai aset menyusut bangunan rata-rata dan nilai tahun 2010 per tipe industri
(rupiah) (modifikasi dari JICA, 2007).
Tabel V.14. Nilai stok persediaan per tipe industri tahun 2010 (rupiah) (modifikasi dari JICA, 2007).
Nilai rata-
Tipe
rata stok
Industri
persediaan
Skala kecil 50% x 66.400.000 = 33.200.000 / 3.2-year = 10.375.000
Skala
50%
menengah x 2.300.000.000 = 1.150.000.000 / 3.2-year = 359.375.000
Skala besar 50% x 7.900.000.000 = 3.950.000.000 / 3.2-year = 1.234.375.000
201
kerugian pada sektor rumah tangga, yakni meliputi nilai bangunan (asumsi
nilai bangunan 2010 adalah 70% dari nilai awal) dan nilai aset (asumsi nilai
aset 2010 adalah 50% dari nilai aset awal). Selengkapnya nilai untuk
perhitungan kerugian pada fasilitas umum dapat dilihat pada Tabel V.15 –
V.16.
Tabel V.15. Nilai bangunan rata-rata dan nilai tahun 2010 per tipe fasilitas umum
(rupiah) (modifikasi dari JICA, 2007).
Rata-rata
Tipe bangunan
Fasilitas kesehatan 70% x 91.252.350 = 63.876.645 → 63.900.000
Fasilitas pendidikan 70% x 292.007.400 = 204.405.180 → 204.400.000
Fasilitas peribadatan 70% x 73.001.880 = 51.101.316 → 51.100.000
Tabel V.16. Nilai aset bangunan rata-rata dan nilai tahun 2010 per tipe fasilitas umum
(Rupiah) (modifikasi dari JICA, 2007).
Rata-rata
Tipe Bangunan
202
Rangkuman dari nilai unit masing-masing sektor banjir yang sudah dikoreksi dengan
nilai inflasi sampai tahun 2010 beserta variabel perhitungan kerugian ekonomi lainnya
dapat dilihat pada Tabel V.17 berikut ini.
Tabel V.17. Nilai unit semua sektor tahun 2010 (rupiah) dan variabel perhitungan kerugian
203
Faktor Kerusakan
0,06 0,11 0,23 0,37 0,54 0,68 0,83 0,94 0,98 1
0-0.5 0.5-1 1-1.5 1.5-2 2-2.5 2.5-3 3-3.5 3.5-4 4-4.5 4.5-5
Gambar V.54. Area banjir beserta faktor kerusakan dan kedalaman banjir
Layer ini digunakan untuk mencari wilayah yang terdampak, berapa banyak/luas, dan
seberapa parah banjirnya untuk semua sektor. Layer ini berguna untuk melakukan
pemisahan layer bangunan total sehingga didapat layer bangunan yang terkena banjir
(Gambar V.55). Teknologi SIG digunakan untuk proses mencari luas/jumlah area
yang terdampak beserta tingkat kerusakannya sehingga bisa diestimasi berapa berapa
kerugian ekonominya. Distribusi rumah yang terkena dampak banjir di Cekungan
Bandung dapat dilihat pada Gambar V.55.
204
Beberapa dukumentasi rumah-rumah yang terdampak banjir tahun 2010 dapat dilihat
pada Gambar V.56. Bekas-bekas banjir masih terlihat jelas pada dinding bangunan,
pagar, dan kusen.
Gambar V.56. Rumah-rumah yang terdampak banjir di Dayeuhkolot 2010 di Cekungan Bandung
205
Dengan menumpangtindihkan layer rumah yang terdapat dengan layer tingkat
kerusakan maka didapat jumlah rumah per kelurahan beserta tingkat kerusakannya
seperti terlihat pada Tabel V.18.
Tabel V.18. Jumlah rumah yang terendam banjir beserta tingkat kerusakannya
Lokasi Rumah terdampak Total
0,00 - 0,50 - 1,00 - 1,50 - 2,00 - 2,50 - 3,00 - rumah
Kecamatan Keluruhan 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 terdampak
wargaluyu 0 0 0 0 0 0 0 0
lebakwangi 0 0 0 0 0 0 0 0
batukarut 0 0 0 0 0 0 0 0
rancakole 0 0 0 0 0 0 0 0
baros 0 0 0 0 0 0 0 0
Arjasari arjasari 0 0 0 0 0 0 0 0
pinggisari 0 0 0 0 0 0 0 0
patrolsari 0 0 0 0 0 0 0 0
mangunjaya 0 0 0 0 0 0 0 0
ancolmekar 0 0 0 0 0 0 0 0
mekarjaya_anjasari 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 0 0 0 0 0 0 0 0
Pasir endah 56 0 0 0 0 0 0 56
Arcamanik
Suka Miskin 14 0 0 0 0 0 0 14
Total 70 0 0 0 0 0 0 70
Survei lapangan juga dilakukan untuk menghitung jumlah pabrik. sarana ibadah,
sarana kesehatan, dan juga sarana pendidikan yang termasuk ke dalam zona banjir
akibat penurunan muka tanah. Rekapitulasi hasil survei beserta tingkat kerusakannya
dapat dilihat pada Tabel V.19 – V.23. Survei ini juga dilakukan untuk memvalidasi
bahwa tempat-tempat tersebut memang mengalami banjir ketika banjir besar tahun
2010.
206
Tabel V.19. Kerugian ekonomi akibat banjir 2010 untuk sektor rumah tangga
207
Tabel V.20. Jumlah fasilitas pendidikan terdampak banjir 2010 beserta tingkat
kerusakannya
Lokasi Failitas pendidikan terdampak
Total
0,00 - 0,50 - 1,00 - 1,50 - 2,00 - 2,50 - terdampak
Kecamatan 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00
Selokan Jeruk 2 0 0 0 0 0 2
Dayeuhkolot 1 1 3 0 0 0 4
Baleendah 2 4 0 0 0 1 6
pameukpeuk 3 0 0 0 0 0 3
Bojongsoang 3 0 0 0 0 0 3
Rancaekek 0 2 0 0 0 0 2
Total 11 7 3 0 0 1 20
Tabel V.21. Jumlah fasilitas ibadah terdampak banjir 2010 beserta tingkat kerusakannya
Tabel V.23. Jumlah industri besar terdampak banjir 2010 beserta tingkat kerusakannya
208
Beberapa dokumentasi di lapangan untuk sektor industri, fasilitas pendidikan, fasilitas
ibadah, dan fasilitas kesehatan yang terdampak banjir akibat penurunan muka tanah
dapat dilihat pada Gambar V.57 – V.60. berdasarkan wawancara dengan masyarakat
sekitar lokasi memang bangunan-bangunan tersebut terkena banjir di tahun 2010.
Gambar V.57. Fasilitas industri di daerah Dayeuhkolot yang terdampak banjir 2010 akibat
penurunan muka tanah
209
Andir Dayeuhkolot
Dayeuhkolot Dayeuhkolot
Babakan Sayang
Ranca Tungku
Gambar V.58. Fasilitas pendidikan yang terdampak banjir akibat penurunan muka tanah
210
Rancaengang Rancatungku
Baleendah Dayeuhkolot
Andir Dayeuhkolot
Gambar V.59. Fasilitas ibadah yang terdampak banjir akibat penurunan muka tanah
211
Rancamanyar Andir
Dayeuhkolot Rancamanyar
N/A
Dayeuhkolot
Dayeuhkolot
Gambar V.60. Fasilitas kesehatan yang terdampak banjir akibat penurunan muka tanah
212
Tabel V.24. Kerugian ekonomi banjir akibat penurunan muka tanah di Cekungan
Bandung tahun 2010
213
2. Kerugian sektor pertanian padi dan lainnya
Inti dari perhitungan kerugian ekonomi akibat banjir pada sektor pertanian adalah
menghitung jumlah total area pertanian yang terdampak beserta kondisi kerusakannya.
Kondisi kerusakan bisa diperoleh dari layer level kerusakan seperti telah dijelaskan
sebelumnya. Total area pertanian (padi) yang terdampak didapat dengan melakukan
pemisahan layer total area pertanian (padi) dengan layer total area banjir akibat
penurunan muka tanah yang sudah diklasifikasikan berdasarkan faktor kerusakan.
Gambar V.61 menunjukkan total area pertanian (padi) dan total area pertanian yang
terdampak.
a b
Gambar V.61. Layer total pertanian (a) dan lahan pertanian yang terdampak banjir akibat
PMT (b) tahun 2010
Berdasarkan total area ini dan ditambah data mengenai nilai unit dan faktor kerusakan
sektor pertanian maka didapat total kerugian untuk sektor pertanian (padi). Untuk
sektor lainnya (hutan dan perkebunan) juga hampir sama dengan perhitungan sektor
pertanian padi. Gambar V.62 menunjukkan total area lainnya dan total area lainnya
yang terdampak.
a b
Gambar V.62. Layer total selain pertanian (a) dan lahan selain pertanian yang terdampak
banjir (b) tahun 2010
214
m
Kerugian total sektor pertanian dan lainnya dapat dilihat pada Tabel V.25. Kerugian
sektor pertanian mencapai 7,1 miliar rupiah.
Tabel V.25. Kerugian akibat banjir pada sektor pertanian dan lainnya tahun 2010
215
3. Kerugian sektor infrastruktur jalan
Sama halnya dengan sektor pertanian di atas. untuk mendapatkan kerugian pada
infrastruktur jalan maka perlu dihitung terlebih dahulu panjang jalan yang terdampak
banjir baik jalan lokal maupun jalan utama. Setelah melakukan proses yang sama
dengan menghitung area terdampak pada sektor pertanian maka didapat layer jalan
yang terdampak banjir seperti pada Gambar V. 63.
a b
Gambar V.63. Layer total jalan (a) dan jalan yang terdampak banjir akibat PMT (b)
tahun 2010
Dari data di atas ditambah dengan data nilai unit dan faktor kerusakan maka dapat
dihitung kerugian ekonomi akibat banjir pada infrastruktur jalan seperti pada Tabel
V.26. Jalan yang dihitung kerugiannya adalah jalan utama adalah jalan lokal.
Tabel V.26. Kerugian banjir akibat PMT pada sektor infrastruktur jalan tahun 2010
216
Tabel V.26. Kerugian banjir akibat PMT pada sektor infrastruktur jalan tahun 2010
(lanjutan)
Jalan utama Jalan lokal Total
Kecamatan Kerugian kerugian
Kerugian Panjang
Panjang (m) (juta (juta
(juta rupiah) (m)
rupiah) rupiah)
Ibun 0 0 0,00 0 0
Katapang 0 0 1.362,87 326 326
Kertasari 0 0 0,00 0 0
Kutawaringin 0 0 72,55 23 23
Majalaya 2.081,91 550 2.115,97 419 969
Margaasih 0,00 0 429,13 195 195
Margahayu 382,47 101 3.023,57 775 876
Nagreg 0 0 0,00 0 0
Pacet 0 0 0,00 0 0
Pameungpeuk 0 0 4.362,42 864 864
Pangalengan 0 0 0,00 0 0
Paseh 0 0 0,00 0 0
Pasirjambu 0 0 0,00 0 0
Rancabali 0 0 0,00 0 0
Rancaekek 1.480,99 391 16.339,54 3.306 3.697
Solokan Jeruk 3.089,49 817 5.253,55 1.041 1.858
Soreang 0,00 0 0,00 0 0
Total ` 21.860,16 6.587 108.891,41 27.089 33.676
Rekapitulasi kerugian setiap sektor dapat dilihat pada Gambar V.64. Kerugian paling
besar adalah sektor rumah tangga dan paling kecil adalah sektor fasilitas kesehatan.
Gambar V.64. Rekapitulasi kerugian banjir akibat PMT per sektor di Cekungan Bandung
tahun 2010
217
Kerugian ekonomi total banjir yang diakibatkan oleh penurunan muka tanah
mencapai 218,036 miliar rupiah. Kerugian ekonomi terbesar akibat banjir yang
disebabkan oleh penurunan muka tanah dialami oleh sektor rumah tangga (80%) dan
terbesar kedua dialami oleh sektor infrastruktur jalan (15%). Tingginya kerugian
sektor rumah tangga menunjukkan padatnya pemukiman disekitar bantaran Sungai
Citarum.
Hasil verifikasi model di lapangan telah dilakukan untuk memastikan bahwa rumah,
pabrik, fasilitas umum, area pertanian dan non pertanian, dan infrastruktur yang
tergenang di model pada kenyataanya di lapangan juga tergenang seperti terlihat pada
Gambar V.57 – V.60. Validasi kerugian ekonomi hasil model dilakukan dengan
membandingkan nilai kerugian hasil model dengan nilai kerugian hasil survei di
beberapa wilayah banjir di Cekungan Bandung yang dilakukan oleh PUSAIR dan
Deltares (Tabel V.27).
Tabel V.27. Perbandingan kerugian banjir akibat PMT dan kerugian total banjir tahun
2010 di Cekungan Bandung.
Kerugian
Kerugian total
banjir akibat
KECAMATAN banjir (juta %
PMT (juta
rupiah)
rupiah)
Baleendah 109.110 111.602 97.8
Banjaran 1.147 29.345 3.9
Cangkuang 396 13.559 2.9
Cicalengka 3.977 4.544 87.5
Cikancung 967 1.746 55.4
Cileunyi 777 1.270 61.2
Ciparay 628 11.655 5.4
Dayeuhkolot 39.461 84.282 46.8
Ibun 465 1.943 23.9
Katapang 3.018 12.323 24.5
Majalaya 5.147 39.856 12.9
Margaasih 225 641 35.1
Margahayu 914 Tidak ada data !
Pameungpeuk 4.156 47.162 8.8
Paseh 297 12.385 2.4
Pasirjambu 702 Tidak ada data
Rancaekek 9.380 940.677 1.0
Solokan Jeruk 2.718 12.076 22.5
218
Hasil validasi di atas menunjukkan pola yang benar dimana hasil kerugian ekonomi
akibat penurunan muka tanah jauh lebih kecil dibandingkan dengan total kerugian
ekonomi secara keseluruhan. Persentase antara kerugian ekonomi akibat penurunan
muka tanah dan total kerugian yang besar terjadi di Baleendah, Dayeuhkolot,
Cikancung, dan Cileunyi. Hal ini menunjukkan penurunan muka tanah dominan
menyebabkan banjir di empat wilayah tersebut.
Secara spasial, kerugian ekonomi tidak langsung akibat penurunan muka tanah dapat
dilihat pada Gambar V.65. semakin gelap warna menunjukkan kerugian yang semakin
besar.
Kerugian (juta
rupiah)
00- -23
25
25- 500
500 – 1,000
1.000 – 2.000
2.000 – 6.000
6.000 – 12.000
12.000 – 40.000
40.000 – 120.000
Gambar V.65. Peta kerugian ekonomi tidak langsung akibat PMT di Cekungan
Bandung tahun 2010
219
V.6. Kerugian Ekonomi Langsung Akibat Penurunan Muka Tanah
Penurunan muka tanah selain menyebabkan kerugian tidak langsung (banjir) juga
mengakibatkan kerugian langsung seperti retakan dan perubahan desain pada
bangunan. Retakan pada bangunan dan juga infrastruktur biasanya terjadi di lokasi
dimana penurunan tanah di lokasi tersebut tidak sama sehingga menyebabkan
tegangan pada bangunan dan menyebabkan keretakan. Berdasarkan teori ekonomi
kebencanaan yang telah dijelaskan sebelumnya hal ini akan mempengaruhi modal.
Model perhitungan yang digunakan sama dengan ketika menghitung kerugian akibat
banjir, yaitu menghitung jumlah/area terdampak dan dikalikan dengan nilai unit
masing-masing kerusakan. Di daerah yang mengalami penurunan tanah yang seragam
biasanya kerusakan akibat retakan relatif kecil, tetapi terjadi perubahan desain pada
bangunan akibat bangunannya yang semakin pendek. Pemerintah China
mengklasifikasikan kerusakan pada bangunan akibat penurunan muka tanah kedalam
beberapa level kerusakan seperti pada Tabel V.28.
Tabel V.28. Tingkatan kerusakan bangunan (BDL) akibat penurunan muka tanah (Feng
dkk. 2010)
BDL St Deskripsi
I ≤3 Ada retakan pada bangunan tidak lebih dari 4 mm
II 3<S≤6 Adakan retakan lebih dari 4 mm tetapi tidak lebih dari 15 mm.
terdapat deformasi pada pintu dan jendela
III 6<S≤10 Terdapat retakan pada dinding lebih dari 16 mm dan kurang
dari 30 mm. deformasi yang serius pada pintu dan jendela serta
dinding sudah terlihat miring
IV >10 Kemiringan dinding yang serius dan kerusakan struktural
St : Kemiringan deformasi permukaan
Tabel ini digunakan untuk dijadikan acuan dalam menghitung kerugian ekonomi
akibat penurunan muka tanah dalam penelitian ini. Langkah pertama yang dilakukan
untuk menghitung kerugian akibat penurunan muka tanah pada bangunan adalah
menghitung kemiringan deformasi permukaan (St). Dalam penelitian ini kemiringan
dihitung dengan menggunakan Arc GIS seperti tampak pada Gambar V.66.
220
0 25
Degree
Dari hasil verifikasi di lapangan memang terdapat retakan pada lokasi-lokasi yang
mempunyai kemiringan lebih dari 5 derajat (Gambar V.67). Kemiringan paling besar
terjadi di daerah Cimahi.
Gambar V.67. Verifikasi keretakan pada daerah yang mempunyai kemiringan > 5°
221
Di beberapa daerah yang kemiringannya lumayan besar tidak terdapat cukup banyak
retakan dikarenakan wilayahnya yang dominan lahan pertanian. Hal ini menyulitkan
untuk mencari bukti keretakan bangunan akibat penurunan muka tanah.
Layer kemiringan ini kemudian dibuat layer poligonnya dan dibagi menjadi beberapa
kelas Menurut klasifikasi BDL dari Feng dkk. (2010). Kelas Layer ini kemudian
digunakan untuk mendapatkan layer bangunan yang terdampak penurunan muka
tanah beserta level kerusakannya. Setelah displit antara layer total penurunan dan
layer kemiringan deformasi permukaan diperoleh layer bangunan beserta level
kerusakannya seperti pada Gambar V.68.
Gambar V.68. Layer bangunan yang mengalami keretakan beserta tingkat kerusakannya
Jumlah rumah yang mengalami kerusakan beserta level kerusakannya di Kota Cimahi,
Kota Bandung, dan Kabupaten Bandung seperti dapat dilihat pada Tabel V.29 –V.30.
Daerah Dayeuhkolot, Cimahi, Buahbatu, Kopo Katapang, Majalaya, Rancaekek, dan
Baleendah merupakan daerah-daerah yang banyak mengalami retakan pada bangunan.
222
Tabel V.29. Jumlah rumah yang mengalami kerusakan akibat penurunan muka tanah di Kota
Bandung dan Cimahi tahun 2010
223
Tabel V.30. Jumlah rumah yang mengalami kerusakan akibat penurunan muka tanah
di Kabupaten Bandung tahun 2010
224
kerugian ekonomi akibat penurunan muka tanah pada bangunan rumah adalah seperti
pada Tabel V.31.
Tabel V.31. Total kerugian ekonomi pada bangunan rumah (retakan) akibat penurunan
muka tanah tahun 2010
225
Tabel V.31 . Total kerugian ekonomi pada bangunan rumah (retakan) akibat penurunan
muka tanah tahun 2010 (lanjutan)
Total (dalam
Kecamatan
juta rupiah)
Bojongloa Kaler 2.051
Bojongloa Kidul 12.106
Buah Batu 44.994
Cibeunying Kaler 0
Cibeunying Kidul 0
Cibiru 0
Cicendo 0
Cidadap 0
Cimahi Selatang 71.333
Cimahi Tengah 52.702
Cimahi Utara 13.387
Cinambo 977
Coblong 0
Kiara Condong 9.180
Lengkong 29.685
Mandalajati 0
Panyileukan 8.050
Rancasari 4.341
Regol 15.943
Sukajadi 3.908
Sukasari 0.2
Sumur Bandung 6.059
Ujung Berung 1.327
Total 701.730
Secara spasial kerugian ekonomi akibat kerusakan pada bangunan dapat dilihat pada
Gambar V.69. Lima kecamatan di Kabupaten Bandung mengalami kerugian akibat
retakan pada bangunan yang paling besar, yakni: Baleendah, Dayeuhkolot, Katapang,
Majalaya, dan Rancaekek. Kerugian masing-masing kecamatan mencapai 30 - 50
miliar rupiah. Total kerugian akibat retakan di wilayah Cimahi mencapai 136 miliar
rupiah, sedangkan di Kota Bandung Kecamatan Buahbatu kerugiannya mencapai 44
miliar rupiah.
226
0 - 25
0 - 23
25 - 500
500 – 1,000
1.000 – 2.000
2.000 – 6.000
6.000 – 12.000
12.000 – 40.000
40.000 – 120.000
Gambar V.69. Peta kerugian ekonomi akibat retakan pada bangunan yang disebabkan
oleh PMT
Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa beberapa daerah selain
mengalami kerusakan akibat keretakan pada bangunan juga mengalami perubahan
desain rumah. Perubahan desain rumah terlihat di daerah yang mengalami penurunan
muka tanah yang besar dimana bagian rumahnya menjadi lebih pendek dari desain
aslinya. Hal ini diakibatkan bagian depan rumahnya terus dinaikkan menyesuaikan
dengan bagian jalan depannya yang terus ditinggikan.
227
Kelas Kerusakan
1
2
3
4
Gambar V.70. Peta klasifikasi penurunan muka tanah berdasarkan total penurunannya
228
Tabel V.32. Jumlah rumah yang mengalami perubahan desain akibat penurunan muka
tanah di Cekungan Bandung tahun 2010 (lanjutan)
229
Berdasarkan pengamatan di lapangan. rumah yang mengalami perubahan desain
bangunan akibat penurunan muka tanah adalah rumah-rumah yang telah mengalami
penurunan muka tanah lebih dari 1,5 meter. Dengan demikian, yang dimasukkan
kedalam perhitungan adalah rumah yang masuk dalam klasifikasi 0 dan 1. Dengan
asumsi biaya timbunan 1.000.000 (dengan asumsi dimensi peninggian adalah 5 x 2 x
1 m) per rumah maka didapat kerugian akibat perubahan desain rumah (Tabel V.33).
Tabel V.33. Total kerugian ekonomi akibat perubahan desain bangunan yang
disebabkan oleh penurunan muka tanah tahun 2010
230
Tabel V.33. Total kerugian ekonomi akibat perubahan desain bangunan yang
disebabkan oleh penurunan muka tanah tahun 2010 (lanjutan)
Secara spasial kerugian ekonomi akibat perubahan desain yang disebabkan oleh
penurunan muka tanah dan total kerugian pada bangunan dapat dilihat pada Gambar
V.71 dan V.72. Secara umum, wilayah yang mengalami kerugian pada bangunan
adalah daerah Cimahi, Dayeuhkolot, Baleendah, Rancaekek, Kopo Katapang,
Majalaya, dan Buah Batu.
231
00- -23
25
25- 500
500 – 1,000
1.000 – 2.000
2.000 – 6.000
6.000 – 12.000
12.000 – 40.000
40.000 – 120.000
Gambar V.71. Peta kerugian ekonomi akibat perubahan desain pada bangunan yang
disebabkan oleh penurunan muka tanah
00- -23
25
25- 500
500 – 1,000
1.000 – 2.000
2.000 – 6.000
6.000 – 12.000
12.000 – 40.000
40.000 – 150.000
Gambar V.72. Peta kerugian ekonomi pada bangunan yang disebabkan oleh penurunan
muka tanah
Kerugian langsung akibat penurunan muka tanah pada sektor infrastruktur jalan dapat
diestimasi dengan terlebih dahulu menumpangtindihkan peta klasifikasi penurunan
232
muka tanah dengan peta jalan yang ada di Cekungan Bandung. Hasil dari proses
tumpang tindih ini adalah jalan (jalan lokal dan jalan utama) yang mengalami
kerusakan dengan tingkat kerusakannya per kecamatan seperti terlihat pada Tabel
V.34 dan V.35.
Tabel V.34. Jalan lokal yang mengalami penurunan beserta kerusakannya akibat
penurunan muka tanah tahun 2010
233
Tabel V.35. Jalan utama yang mengalami penurunan beserta kerusakannya akibat
penurunan muka tanah tahun 2010
Kerugian pada sektor infrastruktur jalan dihitung dengan menggunakan nilai unit
pada Tabel V.17. Jalan yang dihitung kerugiannya hanya untuk yang termasuk kelas 0
dan 1 dengan pertimbangan yang diperbaiki total adalah jalan yang mengalami
penurunan lebih dari 1,5 meter. Jumlah kerugian langsung pada sektor infrastruktur
jalan akibat penurunan muka tanah dapat dilihat pada Tabel V.36.
234
Tabel V.36. Kerugian langsung pada sektor infrastrukur jalan akibat penurunan muka
tanah tahun 2010
235
Tabel V.36. Kerugian langsung pada sektor infrastrukur jalan akibat penurunan muka tanah
tahun 2010 (lanjutan)
Kelas 0 Kelas 1 Kelas 0 Kelas 1
Kecamatan Kecamatan Total
Kerugian (juta rupiah) Kerugian (juta rupiah)
Rancaekek 3.473 0 Rancaekek 502 0 3.975
Rancasari 14.580 0 Rancasari 6.712 0 21.292
Regol 3.985 0 Regol 49.379 2.221 55.585
Solokan Jeruk 2.889 0 Solokan Jeruk 0 0 2.889
Soreang 1.067 0 Soreang 0 0 1.067
Sumur Bandung 1.057 1.085 Sumur Bandung 5.864 1.480 9.487
Ujungberung 0 0 Ujungberung 26.879 0 26.879
Total 173.302 51.134 Total 323.966 12.404 560.807
Secara spasial. kerugian ekonomi akibat penurunan muka tanah pada sektor
infrastruktur jalan dapat dilihat pada Gambar V.73. Verifikasi data telah dilakukan
untuk memastikan bahwa terjadi perubahan desain bangunan akibat penurunan muka
tanah. Hasil verifikasi seperti telah dibahas pada bab tentang perhitungan penurunan
muka tanah dengan metode geometris – historis menunjukkan di daerah di atas terjadi
perubahan desain bangunan kecuali di daerah Katapang dan Alun-alun.
00- -23
25
25- 500
500 – 1,000
1.000 – 2.000
2.000 – 6.000
6.000 – 12.000
12.000 – 40.000
40.000 – 120.000
Gambar V.73. Peta kerugian ekonomi langsung pada sektor infratruktur jalan akibat
penurunan muka tanah
236
Rekapitulasi kerugian langsung akibat penurunan muka tanah dapat dilihat pada
Gambar V.74. Secata total, kerugian ekonomi langsung akibat penurunan muka tanah
di Cekungan Bandung mencapai 1,8 triliun rupiah. Kerugian masing-masing sektor
hampir sama. berkisar antara 600 – 800 M rupiah.
Gambar V.74. Kerugian langsung akibat penurunan muka tanah di Cekungan Bandung
237
Tabel V.37. Rekapitulasi kerugian keekonomian akibat dampak penurunan muka tanah
di Cekungan Bandung tahun 2010
Kerugian (juta
Sektor
rupiah)
Kerugian Langsung (Total) 218.036
Rumah tangga 175.233
Fasilitas umum 660
Industri 797
Pertanian 7.108
Non pertanian 562
Infrastruktur jalan 33.676
Kerugian Tidak Langsung
(Total) 1.811.191
Jalan 560.807
Retakan pada bangunan 701.730
Rumah turun 548.654
Total 2.029.227
Validasi kerugian ekonomi perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana nilai
kerugian di atas mendekati kenyataan. Terbatasnya informasi mengenai kajian
perhitungan kerugian ekonomi langsung akibat dampak penurunan muka tanah
menyebabkan satu-satunya cara untuk validasi data di atas adalah dengan melakukan
survei sensus ke semua wilayah di atas. Validasi bisa dilakukan dengan mengambil
sampel di beberapa daerah yang besar mengalami kerugian ekonomi.
238